MAKALAH WACANA BUDI
MAKALAH WACANA BUDI
MAKALAH WACANA BUDI
BAHASA INDONESIA
“Wacana”
Dosen Pengampu :
Refril Dani, M.Pd
Disusun Oleh:
Budi Handika
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melinpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat
menyelesaikan makalah kami.Alhamadulillah dengan izin dan kehendak dari
Allah SWT sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan tidak lupa kami
ucapkan terimakasih kepada Bapak Refril Dani, M.Pd selaku dosen pengampu
dan teman teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
makalah ini. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik
lagi.Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
B. Masalah Rumusan.............................................................................2
C. Tujuan Penlulisan.............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3
B. Macam-macam wacana...................................................................12
C. Cirri-ciri wacana..............................................................................17
A. Kesimpulan .....................................................................................18
B. Saran ...............................................................................................18
Daftar Pustaka..............................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi seperti sekarang ini, dimana kita dituntut untuk bisa
menjalani keseharian dengan cepat, tepat, dan sosialis, sudah barang tentunya
semua itu membutuhkan komunikasi yang juga sekaligus menunjukkan kalau
manusia itu merupakan makhluk sosial. Makhluk yang saling membutuhkan
satu sama lain, dan untuk menunjukkan itu, maka komunikasi tentunya
menempati tempat yang sangat penting dalam kehidupan manusia
Dalam berkomunikasi tentunya dibutuhkan banyak aspek untuk bisa
menciptakan suatu sistem atau tataran komunikasi yang baik. Agar pesan yang
akan disampaikan bisa diterima dengan jelas dan baik oleh lawan bicara kita.
Hal tersebut diantaranya adalah bahasa. Di dalam bahasa ada banyak aspek lagi
yang perlu kita pahami agar komunikasi bisa tersampaikan sesuai dengan yang
kita harapkan. Dan media untuk menyampaikan pesan dalam berbahasa pun itu
ada banyak jenisnya, mulai dari puisi, novel, lagu, dan wacana.
Penyampaian pesan ataupun argumen dalam bentuk puisi, novel, dan
lagu merupakan cara penyampaian pesan yang dapat dilakukan tanpa
menggunakan tata bahasa yang baku, karena semua itu merupakan karya sastra.
Namun, berbeda dengan puisi, novel, dan lagu, wacana merupakan media
penyampaian pesan atau argumen yang memiliki aturannya tersendiri karena
wacana masuk sebagai golongan karya ilmiah yang memiliki aturan baku. Oleh
karena itu, pada makalah ini, kami akan mencoba menjelaskan mengenai cara
penyampaian pesan ataupun argumen melalui wacana. Baik itu dari
peneganalan wacana, sistem penulisan wacana, maupun sampai kepada
macam-macam wacana itu sendiri.
Wacana dikatakan lengkap karena didalamnya terdapat konsep, gagasan,
pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana
tulis) atau oleh pendengar (dalam wacana lisan) tanpa keraguan apa pun.
1
2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan tersebut adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan wacana?
2. Apa saja macam-macaam wacana?
3. Bagaimana ciri-ciri wacana?
C. Tujuan Penulisan
Setelah mempelajari materi tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian wacana
2. Untuk mengetahui macam-macam wacana
3. Untuk mengetahui ciri-ciri wacana
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wacana
Bahasa tidak boleh ditafsirkan sebagai satuan-satuan yang terpisah-
pisah. Satuansatuan bahasa –morfem, kata, kelompok kata, klausa, kalimat-
bukanlah satuan-satuan yang terpisah-pisah, melainkan bagian dari bahasa
sebagai suatu sistem simbolik yang digunakan untuk berkomunikasi di dalam
konteks sosial. Penggunaan bahasa untuk berkomunikasi dalam konteks sosial
itulah yang disebut dengan istilah Wacana, sedangkan ilmu yang
mempelajarinya disebut analisis wacana
Perhatikan perkataan “pengunaan bahasa” dalam definisi singkat
wacana di atas. Perkataan “pengunaan bahasa” mengandung pengertian bahwa
wacana itu bukanlah pertama-tama persoalan bentuk bahasa, melainkan
persoalan fungsi (pengunaan) bentuk bahasa tersebut dalam kegiatan
berbahasa. Hendaknya dipahami bahwa bentuk bahasa merupakan perhatian
utama tatabahasa (gramatika); berbeda dengan tatabahasa, analisa wacana
terutama memperhatikan fungsi bahasa. Tatabahasa akan menerangkan kedua
kalimat berikut:
a. Dian melamar Ayu kemarin pagi.
b. Ayu dilamar (oleh) Dian kemarin pagi.
Sebagai dua bentuk kalimat yang berbeda, yaitu bentuk aktif dan pasif;
sedangkan analisis wacana akan menerangkan bahwa kedua bentuk kalimat
tersebut digunakan dalam konteks yang berbeda. Misalnya, kalimat (a.) akan
lebih tepat digunakan sebagai jawaban atas pertanyaan “Apa yang dilakukan
Dian kemarin pagi?” daripada kalimat (b.), sedangkan kalimat (b.) akan lebih
tepat digunakan sebagai jawaban atas pertanyaan “Ayu dilamar siapa kemarin
pagi?” daripada kalimat (a.).
Selain itu perhatikan pula perkataan “untuk berkomunikasi dalam
konteks sosial” dalam definisi di atas. Perkataan tersebut menerangkan lebih
lanjut bahwa penggunaan bahasa itu tidak terjadi dalam ruang hampa,
melainkan dalam suatu konteks tertentu. Manusia adalah makhluk sosial yang
3
4
atau bahasa digunakan sebagai fungsi interaksional, yaitu fungsi bahasa yang
telibat dalam pengungkapan hubungan sosial dan sikap pribadi. Secara garis
besar analisis wacana dapat dibedakan menjadi dua, yaitu wacana tulis dan
lisan. Wacana tulis merupakan wacana yang disampaikan secara tertulis,
penyampaian isi atau informasi disampaikan secara tertulis yang dimaksudkan
agar tulisan tersebut dapat dipahami dan dimengerti oleh pembaca. Wacana
tulis dapat dilihat di media cetak. Sedangkan wacana lisan adalah jenis wacana
yang disampaikan secara lisan atau langsung dengan bahasa verbal. Jenis
wacana ini sering disebut sebagai tuturan atau ujaran dan dapat dilihat
diberbagai media seperti media dalam ruang tunggu di terminal Tirtonadi
Surakarta.
Dalam kajian analisis wacana terdapat pendekatan mikrostruktural yang
melihat bahwa wacana dibentuk dari dua segi yaitu segi bentuk atau kohesif
dan segi makna atau koheren (Wijana, 2011:438). Bahasa tersusun atas dua
bentuk (form) dan makna (meaning), hubungan antarbagian wacana
diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu hubungan yang disebut kohesi
(cohesion) dan hubungan makna atau hubungan semantis yang disebut
koherensi (coherence). Kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam wacana
(hubungan yang tampak pada bentuk) dan termasuk organisasi sintaktis yang
merupakan tempat susunan kalimat-kalimat secara padu dan padat untuk
menghasilkan tuturan. Sedangkan koherensi mengacu pada aspek tuturan,
mengenai bagaim ana proposisi yang dibentuk dan disimpulkan untuk
menginterpretasikan bahasa dalam membentuk sebuah wacana.
Istilah lain yang digunakan secara berdampingan dalam buku Analisis
Wacana ialah “wacana” dan ”teks”. Dalam bahasa Inggris, dibedakan discourse
dan text yang pertama berarti spoken discourse “wacana lisan” sedangkan yang
kedua berarti written discourse “wacana tulisan”. Dalam Bahasa Indonesia,
istilah tersebut masih relatif tumpang tindih.Van Djik mengemukakan bahwa
wacana itu sebenarnya adalah bangunan teoritis yang abstrak. Dengan begitu,
wacana belum dapat dilihat sebagai perwujudan fisik bahasa. Adapun
perwujudan bahasa ialah teks. Selanjutnya, Hoed membedakan pengertian
6
Jika definisi ini kita pakai sebagai pegangan, maka dengan sendirinya semua
tulisan yang teratur, yang menurut urut-urutan yang semestinya, atau logis,
adalah wacana. Karena itu, wacana harus punya dua unsur penting, yakni
kesatuan (unity) dan kepaduan (coherence). Proses berpikir seseorang sangat
erat kaitannya dengan ada tidaknya kesatuan dan koherensi dalam tulisan yang
disajikannya. Maka baik cara atau pola berpikir seseorang, pada umumnya
akan terlihat jelas adanya kesatuan dan koherensi (Sobur, 2009: 10). Sebuah
tulisan adalah sebuah wacana. Tetapi, apa yang dinamakan wacana itu tidak
perlu hanya sesuatu yang tertulis seperti diterangkan dalam kamus Websters;
sebuah pidato pun adalah wacana juga. Jadi, kita mengenal wacana lisan dan
wacana tertulis. Ini sejalan dengan pendapat Henry Guntur Tarigan bahwa
“Istilah wacana dipergunakan untuk mencakup bukan hanya percakapan atau
obrolan, tetapi juga pembicaraan di muka umum, tulisan, serta upaya-upaya
formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara atau lakon” (Sobur, 2009 10); atau
penjelasan Sansuri (Sobur, 2009: 10) yang menyatakan bahwa “Wacana ialah
rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, biasanya terdiri
atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian yang satu
dengan yang lain. Komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan, dan dapat
pula menggunakan bahasa tulisan”
Menurut Kridalaksana (2005:259), wacana (discourse) adalah satuan
bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal
tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang
utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb), paragraf, kalimat atau kata yang
membawa amanat yang lengkap. Sedangkan menurut Tarigan (2009:19),
wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas
kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang
berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir nyata disampaikan secara
lisan atau tertulis. 13 Sejalan dengan pendapat di atas, mengemukakan ciriciri
wacana yaitu (1) satuan gramatikal, (2) satuan terbesar, tertinggi, atau
terlengkap, (3) untaian kalimat-kalimat, (4) memiliki hubungan proposisi, (5)
memiliki hubungan kontinuitas, berkesinambungan, (6) memiliki hubungan
10
koherensi, (7) memiliki hubungan kohesi, (8) rekaman kebahasaan yang utuh
dari peristiwa komunikasi, (9) bisa transaksional juga interaksional, (10)
mediumnya bisa lisan maupun tulisan, dan (11) sesuai dengan konteks atau
kontekstual.
Wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal
merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan
dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seriensiklopedia, dsb.),
paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap. Wacana
adalah rentetan kalimat yang berkaitan menghubungkan proposisi yang satu
dengan proposisi yang lainnya membentuk satu kesatuan. Pemahaman wacana
yang menekankan unsur keterkaitan kalimat-kalimat, di samping hubungan
proposisi sebagai landasan berpijak, mengisyaratkan bahwa konfigurasi makna
yang menjelaskan isi komunikasi pembicaraan sangat berperan dalam
informasi yang ada pada wacana. Dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa tertinggi yang
menghubungkan satu proposisi dengan proposisi lainnya sehingga membentuk
kesatuan yang utuh. Teks dalam buku ini ialah wacana (lisan) yang
difiksasikan oleh redaksi melalui suatu proses jurnalistik kedalam bentuk
tulisan yang isi, bahasa, dan strukturnya memenuhi kriteria bahasa media surat
kabar. Adapun wacana ialah tulisan yang memiliki ciri struktur berita yang
berisi tentang suatu peristiwa yang dipublikasikan melalui surat kabar.
Wacana dipandang sebagai satuan bahasa terlengkap, bentuknya bisa
berupa karangan utuh, paragraf, kalimat, frase, bahkan kata yang membawa
amanat lengkap. Kridalaksana sudah memberikan batasan wacana dari satuan
bahasa, pokok bahasan, tapi pada definisi tersebut, Kridalaksana tak
menambahkan konsep konteks. wacana adalah organisasi bahasa yang lebih
luas dari kalimat atau klausa. Wacana dipandang sebagai satuan bahasa yang
lebih luas dari kalimat atau klausa. Padahal wacana belum tentu berwujud
rangkaian kalimat. Wacana dapat berupa satuan bahasa bermakna yang
memiliki konteks dan menyampaikan gagasan. wacana berarti rangkaian
sinambung kalimat yang lebih luas daripada kalimat. Wacana tidak berupa
11
satuan bahasa yang lebih luas dari kalimat karena wacana terdiri atas satuan
bahasa bermakna yang memiliki konteks dan menyampaikan gagasan. wacana
adalah teks yang lengkap yang disampaikan baik dengan cara lisan maupun
tulisan yang tersusun oleh kalimat yang berkaitan.
Definisi wacana menurut Kinneavy, wacana terdiri atas satuan bahasa
berupa rangkaian kalimat yang saling berkaitan. Padahal wacana tidak harus
berupa rangkaian kalimat, wacana dapat berupa satuan bahasa bermakna yang
memiliki konteks dan mengandung gagasan. wacana adalah rentetan kalimat
yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi
yang lain dan membentuk satu kesatuan. Alwi juga menyatakan bahwa untuk
membicarakan sebuah wacana dibutuhkan pengetahuan tentang kalimat dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan kalimat.
Wacana hanya tentang hubungan antara proposisi satu dan proposisi lain.
Ia juga berpendapat bahwa wacana terdiri atas sederetan kalimat yang
berkaitan padahal wacana belum tentu terdiri atas kalimat-kalimat. Wacana
bisa juga berupa satuan bahasa bermakna seperti kata yang memiliki konteks
serta menyampaikan suatu gagasan. Wacana adalah rentetan kalimat yang
berkaitan, menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain,
membentuk satu kesatuan, proposisi sebagai isi konsep yang masih kasar yang
akan melahirkan pernyataan (statement) dalam bentuk kalimat atau wacana.
Menurut Fatimah, wacana terbentuk dari serentetan kalimat yang berkaitan satu
sama lain dan mengandung pernyataan. Padahal wacana tidak harus terbentuk
dari serentetan kalimat, wacana dapat terbentuk dari satuan bahasa bermakna
(contohnya kata) yang memiliki konteks dan mengandung gagasan
Berdasarkan pengertian wacana terdiri atas satuan bahasa apa pun yang
memiliki amanat atau gagasan. Defines wacana ini kurang lengkap karena
tidak disebutkan konteks, padahal konteks berperan penting dalam membentuk
sebuah wacana. Satuan bahasa bermakna dapat membentuk wacana bila
disertai konteks dan mengandung gagasan.
12
B. Macam-Macam Wacana
1. Berdasarkan Alat komunikasi
a. Wacana lisan
Wacana lisan merupakan sebuah wacana atau ungkapan yang di
ucapkan/dituangkan secara lisan (langsung) bisa dalam bentuk
perbincangan, pidato, dan lain sebagainya.
Ciri Wacana Lisan : Adanya penutur dan mitra tutur, bahasa yang
dituturkan dan adanya giliran bicara (dialog, pialog)
b. Wacana tulis
Kebalikan dari wacana lisan, wacana tulisan adalah suatu wacana
atau ungkapan yang di kemukakan dengan cara tulisan (tidak
langsung) misalnya dalam bentuk konteks/teks.
Ciri Wacana Tulisan : Adanya penulis dan pembaca, bahasa yang
dituliskan dan penerapan system ejaan
2. Berdasarkan jenis pemakaian
a. Wacana monolog
Wacana monolog merupakan suatu jenis wacana yang dilakukan
sendiri (individual) dan tidak ada balikan atau tanggapan dari orang
lain, maka pembicara juga tidak dapat berperan sebagai pendengar.
Ciri Wacana Monolog : Hanya dilakukan oleh satu orang,
memiliki peran tunggal dan tidak memiliki peran balik
b. Wacana Dialog
Apabila terjadi percakapan sebanyak dua orang dan terjadi
pergantian peran adanya seorang pembicara sebagai pendengar dan
sebaliknya seorang pendengar menjadi pembicara maka wacana
tersebut merupakan wacana dialog.
Ciri Wacana Dialog : Dilakukan oleh dua orang, memiliki peran
ganda dan dapat bertukaran tempat sebagai pembicara atau pendengar.
13
c. Wacana Polilog
Jika komunikasi terjadi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian
peran dari masing-masing pembicara dan pendengar, maka wacana
disebut sebagai polilog.
Ciri Wacana Polilog : Dilakukan oleh lebih dari dua orang dan
terjadi pergantian peran.
3. Wacana berdasarkan fungsi dan bentuknya
a. Wacana narasi
Narasi merupakan karangan yang berisi peristiwa atau kejadian
sehingga pembaca seolah-olah mengalami kejadian ataupun peristiwa
tersebut. Karangan narasi biasa di dapati pada biografi tokoh karena
pada umumnya biografi berbentuk narasi.
Secara sederhana, paragrap narasi diartikan sebagai wacana yang
berupa cerita yang memiliki unsur urutan peristiwa, latar, dan tokoh.
Selain daripada itu, juka ditinjau dari perkembangannya wacana
narasi terbagi atas dua yaitu:
1) Narasi fiksi (Sugestif) Menceritakan peristiwa imajinatif
(khayalan) seperti novel dan cerpen.
2) Narasi nonfiksi (ekspositori) Merupakan narasi yang menceritakan
kejadian-kejadian yang factual atau sesuatu yang benar-benar ada
dan terjadi seperti biografi atau laporan perjalanan.
Ciri Wacana Narasi : Bersifat fakta ataupun fiktif, mengisahkan
peristiwa secara berurutan, dan adanya sudut pandang pengarang
Contoh :
Doni terlambat ke sekolah hari ini karena bangun kesiangan. Ia tiba
di sekolah pukul 7.45, sehingga ia di tegur oleh guru piket. Dan ketika
masuk ke ruangan bahasa inggris ia di larang masuk karena waktu
untuk yang kesiangan telah habis.
b. Wacana deskripsi
Wacana deskripsi merupakan sebuah wacana yang
menggambarkan suatu hal atau kejadian dengan kata-kata secara jelas
14
A. Kesimpulan
Wacana merupakan rentetan kalimat yang saling berkaitan dan
menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi lainnya di dalam
kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa dengan
memiliki ciri-ciri satuan gramatikal, satuan terbesar, tertinggi, atau terlengkap
, untaian kalimat-kalimat, memiliki hubungan proposisi, memiliki hubungan
kontinuitas, berkesinambungan, memiliki hubungan koherensi, memiliki
hubungan kohesi, rekaman kebahasaan utuh dari peristiwa komunikasi, bisa
transaksional juga interaksional, medium bisa lisan maupun tulis, dan sesuai
dengan konteks. Selain itu, wacana juga terbagi dalam beberapa macam yaitu
wacana dalam bentuk komunikasi, jenis pemakaiiannya, dan wacana
berdasarkan fungsi dan bentuknya. Macam tersebut di bagi lagi menjadi
wacana lisan dan tulisan, wacana monolog, dialog, dan polilog, dan yang
terakhir wacana narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu diperlukan penelitian lanjutan, baik dengan pendekatan yang sama maupun
pendekatan yang berbeda. Dengan demikian, diperoleh hasil yang sesuai
dengan harapan semua pihak, terutama mereka yang menekuni bidang sintak.
18
DAFTAR PUSTAKA
Alex Sobur (2009) Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Rosda Karya
Kridalaksana, Harimukti. 2005. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Rani Dkk. 2006. Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian.
Malang: Bayu Media Publishing.
19