eae6bacfe90d1f58b8a1a1b7d4fdcc6d
eae6bacfe90d1f58b8a1a1b7d4fdcc6d
eae6bacfe90d1f58b8a1a1b7d4fdcc6d
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Asuhan kebidanan secara berkesinambungan merupakan asuhan yang
dibrikn pada masa kehamilan , persalinan nifas ,bayi atau neonatus serta
pemilihan metode kontrasepsi atau Kb (Jayanti 2018).Seorang bidan akan
membantu dalam mempersiapkan kehamilan sampai proses persalinan dengan
cara di pantau secara terus menerus. Pada masa kehamilan dimulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin dengan lamanya hamil normal adalah 280 hari
(40 minggu atau 9 bulan 10 hari) (Rahmawati,2017). Persalinan akan terjadi
pada usia janin sudah cukup bulan (37-42 minggu) ibu mau pun janin(Nurul
Jannah,2018).Setelah persalinan seorang bidan akan lanjut membantu ibu ke
masa nifas yang terjadi selama 42 hari atau 6 minggu yang akan membantu
untuk memulihkan kembali secara keseluruhan keadaan ibu dan akan di bantu
dalam perawatan dan pemeriksaan bayi baru lahir dengan tujuan untuk
memantau keadaan normal dan mendeteksi kelainan secara dini kesehatan
bayi baru lahir(Yefi Dan Nyanapuspita, 2017).Dan ibu akan di berikan
konseling tentang alat kontrasepsi yang dapat membantu ibu untuk mengatur
jarak usia anak dan membantu menentukan jumlah anak dalam keluarga ibu.
Terdapat 210 juta wanita hamil, dan 130 juta kelahiran di seluruh
dunia dari jumlah tersebut, diperkirakan sebanyak 558.000 ibu meninggal
setiap tahun akibat komplikasi kehamilan dan persalinan, 35% diantaranya
adalah meninggal karena perdarahan, penyebab utama pada perdarahan
persalinan adalah retensio plasenta , atonia uteri, dan sisa plasenta yang tidak
segera ditangani. Di laporkan bahwa 15-20% kematian ibu karena retensio
plasenta dan insidennya adalah 0,8-1,2% untuk setiap kelahiran (Depkes RI,
2017).
berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Timur, persentasi kematian ibu tahun
2008 sebesar 83,14%, tahun 2007 sebesar 90,7%, dan tahun 2018 sebesar
101,4%. Dari data tersebut kita dapat melihat bahwa angka kematian ibu di
1
Jawa Timur terus meningkat dari tahun 207-2018. Selama tahun 2018 tercatat
sebanyak 627 ibu meninggal di Jawa Timur. Angka kematian ibu tertinggi di
Jawa Timur yaitu di Jember, kota Surabaya, dan Kediri Penyebab utama
kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (atonia uteri; 50- 60%, sisa
plasenta; 23-24%, retensio plasenta; 16-17%, persalinan dengan laserasi jalan
lahir; 4-5% dan kelainan darah ; 0,5-0,8%). Perdarahan terjadi 10 kali lebih
sering pada saat persalinan (Mochtar, 2018).
Menurut pengalaman penulis di Bidan Praktek Mandiri (BPM)
selama 2 minggu (16–29 November 2019 ),penulis mendapatkan data dari 1
orang ibu yang bersalin ada 1 ibu yang dirujuk ke Rumah Sakit(RS) terdekat
karena retensio plasenta,sebelum dirujuk bidan sudah melakukan tindakan
plasenta manual akan tetapi karena kondisi ibu semakin lemah dan terjadinya
pendarahan maka ibu dirujuk ke RS terdekat.
Berdasarkan data Word Healting organization (WHO) tahun 2017
Angka Kematian Ibu (AKI) diseluruh dunia diperkirakan 216/100.000
kelahiran hidup. Indonesia sendiri menduduki peringkat tertinggi untuk AKI
dan Angka Kematian Bayi (AKB). Pada tahun 2018, AKI Provinsi Jawa
Timur mencapai 91,00 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 89,6 per 100.000
kelahiran hidup. Sedangkan AKI di Kota Surabaya tahun 2016 sebesar 85,72
per 100.000 kelahiran hidup. Target SDG’s AKI 15 tahun kedepan yaitu pada
tahun 2030, diharapkan terjadi penurunan 70/100.000 kelahiran hidup. Di
Jawa Timur AKB pada tahun 2014 26,66/100.000 KH sedangkan pada tahun
2017 mengalami penurunan hanya 25,3/100.000 KH. Di Surabaya AKB
tahun 2018 5,62/1000 KH, tahun 2016 AKB 6,48/1000 KH. Hal ini
menunjukan bahwa AKB tahun 2015 megalami penigkatan. Target SDG’s
AKB di tahun 2019 yaitu 24/100.000 KH. Selain itu cakupan peserta KB aktif
pada tahun 2016 Provinsi Jawa Timur mencapai 68,79% dimana pengunaan
KB mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 82,22%.
Di Surabaya pengguna KB pada tahun2016 mencapai 75,58% dari target yang
ditetapkan 70%. Angka ini mengalami penigkatan dibandingkan tahun 2016
2
mencapai 71,95% (Dinkes Kota Surabaya, 2017). Jumbala pasien yang
terkena retensio plasenta
Faktor penyebab dari peningkatan kematian ibu adalah kurangnya
pengetahuan atau tidak pernah melakukan pemeriksaan selama kehamilan
yang dapat menyebabkan pendarahan, tekanan darah yang tinggi saat hamil
(eklamsia), infeksi, persalinan macet dan komplikasi keguguran.Partus lama
juga merupakan
salah satu penyebab kematian ibu di Indonesia yang angka kejadiaannya terus
meningkat yaitu 1% pada tahun 2018, 1,1 % pada tahun 2018, dan 1,8% pada
tahun 2018(Kemenkes RI, 2017).Ada beberapa factor penyebab langsung
kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh perdarahan 42%, eklampsia
13%, abortus 11%, infeksi 10%, partus lama/persalinan macet 9%, penyebab
lain
15%, dan factor tidak langsung kematian ibu karena pendidikan, social
ekonomi dan social budaya yang masih rendah, selain itu factor pendukung
yaitu “4 Terlalu” terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak anak dan terlalu
sering hamil(WHO, 2017).Dengan demikian dampak terjadinya AKI dan AKB
paling mendasar adalah kurangnya kesadaran ibu untuk selalu mengontrol ulang ke
tim medis secara teratur dan kurangnya pengetahuan ibu untuk merawat bayi. Maka
dari itu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak
salah satunya adalah melaksanakan asuhan secara berkelanjutan atau
Continuity of Care. Continuity of Care adalah pelayanan yang dicapai ketika
terjalin hubungan yang terus menerus antara seorang wanita dan bidan.
Peran bidan sangat penting dalam pelayanan Continuity of Care dimana
bidan merupakan orang yang pertama kali memberikan asuhan kepada ibu
mulai dari masa kehamilan sampai dengan keluarga berkualitas
(Dinkes,2017).
Salah satu cara untuk menurunkan AKI dan AKB di Indonesia adalah
setiap persalinan ditolong oleh bidan yang merupakan tenaga kesehatan yang
terlatih, setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang
adekuat (memadai), setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi,
3
penyediaan pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas dan sesuai standar.
Bidan sebagai tenaga kesehatan di harapkan mampu memberikan asuhan
secara continuity of care (COC) mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi
baru lahir hingga keluarga berencana. Pada ibu nifas sangat penting untuk
memberikan KIE tentang mobilisasi dini, tanda bahaya, nutrisi, personal
hygiene, cara menyusui yang benar, perawatan payudara, pentingnya ASI
eksklusif bagi ibu dan bayi, serta informasi dan konseling KB(Departemen
Kesehatan RI,2017). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengambil
Laporan Tugas Akhir tentang Asuhan Kebidanan pada ibu hamil, bersalin,
bayi baru lahir, nifas dan KB.
4
1.5 Manfaat Teoritis dan praktis