Penelitian ini mengkaji potensi ekstrak biji kedelai (Glycine soja) dalam menurunkan kolesterol pada penyakit jantung koroner dengan menggunakan formulasi SMEDDS. Hasil menunjukkan bahwa isoflavone dalam biji kedelai dapat menurunkan LDL dan TG serta meningkatkan HDL melalui mekanisme tertentu. Namun, penelitian ini terbatas pada tinjauan literatur tanpa data eksperimen langsung untuk mendukung efektivitasnya.
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
0 tayangan3 halaman
Penelitian ini mengkaji potensi ekstrak biji kedelai (Glycine soja) dalam menurunkan kolesterol pada penyakit jantung koroner dengan menggunakan formulasi SMEDDS. Hasil menunjukkan bahwa isoflavone dalam biji kedelai dapat menurunkan LDL dan TG serta meningkatkan HDL melalui mekanisme tertentu. Namun, penelitian ini terbatas pada tinjauan literatur tanpa data eksperimen langsung untuk mendukung efektivitasnya.
Penelitian ini mengkaji potensi ekstrak biji kedelai (Glycine soja) dalam menurunkan kolesterol pada penyakit jantung koroner dengan menggunakan formulasi SMEDDS. Hasil menunjukkan bahwa isoflavone dalam biji kedelai dapat menurunkan LDL dan TG serta meningkatkan HDL melalui mekanisme tertentu. Namun, penelitian ini terbatas pada tinjauan literatur tanpa data eksperimen langsung untuk mendukung efektivitasnya.
Penelitian ini mengkaji potensi ekstrak biji kedelai (Glycine soja) dalam menurunkan kolesterol pada penyakit jantung koroner dengan menggunakan formulasi SMEDDS. Hasil menunjukkan bahwa isoflavone dalam biji kedelai dapat menurunkan LDL dan TG serta meningkatkan HDL melalui mekanisme tertentu. Namun, penelitian ini terbatas pada tinjauan literatur tanpa data eksperimen langsung untuk mendukung efektivitasnya.
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 3
JURNAL RIVIEW B.
INDONESIA
Potensi Formulasi Self Microemulsifying Drug Delivery System (SMEDDS)
Judul Ekstrak Biji Kedelai (Glycine soja) Terhadap Penurunan Kolesterol pada Penyakit Jantung Koroner Jurnal Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas Volume 6 (2) Tahun 2021 I Nengah Raka Swastika , Ni Ketut Ristiani , Adrian Wiryanata Gorintha , Penulis Agung Wiwiek Indrayani Kelompok 5 1. Raihan Arsyanda ( P07131222025 ) 2. Rawdah Nusafara ( P07131222026 ) 3. Reni Penalo ( P07131222027 ) Riviewer 4. Ridha Fadhil Oka ( P07131222028 ) 5. Rifaina Fairuz Maulina ( P07131222029 ) 6. Salsabila Rauza ( P07131222031 ) 7. Salwa Hazani ( P07131222032 ) Tanggal 26 Februari 2025
Untuk mengkaji potensi ekstrak Biji Kedelai (glycine soja) terhadap
Tujuan Penelitian penurunan kolestrol pada penyakit jantung koroner Subjek Penelitian Penyakit Jantung Koroner Metode penelitian yang digunakan adalah literature review dimana data diperoleh dari sumber literatur yang relevan dan database ilmiah berbasis online, yaitu Google Scholar, Pubmed, ScienceDirect, dan Research Gate. Literatur selanjutnya disaring menurut kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi meliputi jurnal yang mengandung kata kunci (“biji kedelai (Glycine soja)”, “Penyakit Jantung Koroner”, “SMEDDS”, dan “isoflavone aglikon genistein”), baik jurnal review artikel maupun jurnal memiliki jangka waktu maksimal sepuluh tahun terakhir. Kriteria eksklusi adalah jurnal yang tidak membahas informasi kata kunci, hanya artikel protokol jurnal dan memiliki jangka waktu jurnal maksimal Metode Penelitian sepuluh tahun terakhir, kecuali tidak ada penelitian terbaru yang relevan dengan referensi penelitian ini. Setelah dilakukan studi literatur, tahap selanjutnya adalah melakukan skrining, sehingga didapatkan 24 artikel yang relevan untuk dijadikan referensi dalam literatur ini.
= Secara keseluruhan, metode yang digunakan dalam penelitian ini
terstruktur dengan baik dan memastikan bahwa literatur yang digunakan relevan, terkini, dan memiliki kualitas yang tinggi. Pendekatan ini efektif dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menganalisis topik yang sedang diteliti. Dari hasil penelitian ini ialah ekstrak biji kedelai dapat diformulasikan dalam bentuk SMEDDS dimana pengunaan metode SMEDDS untuk mendistribusikan obat dapat memberikan keuntungan lebih bila menggunakan metode distribusi oral. Isoflavone yang terkandung dalam biji kedelai bersifat esterogenik dan dapat menyebabkan penurunan LDL, TG, dan meningkatkan HDL. Mekanisme ini terjadi melalui pensinyalan PPAR dan Liver X Hasil Penelitian Receptor (LXR) serta penghambatan pensinyalan SREBP-1c sehingga mampu menghambat potent pro-inflamatory nuclear factor dan NFkB. Selain itu, isoflavone juga dapat secara langsung menghindari proses inflamasi, disfungsi endotel dan stress oksidatif yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner. Isoflavone terutama genistein berperan dalam cell repairing, metabolisme lemak sehingga dapat digunakan sebagai preventif dan terapi untuk penyakit jantung seperti penyakit jantung koroner Topik Relevan: Penelitian ini membahas potensi ekstrak biji kedelai dalam bentuk SMEDDS untuk menurunkan kolesterol pada penyakit jantung koroner, yang merupakan masalah kesehatan penting di Indonesia. Pendekatan Inovatif: Menggunakan formulasi SMEDDS untuk meningkatkan bioavailabilitas isoflavon aglikon genistein dari biji Kekuatan Penelitian kedelai, yang dapat meningkatkan efektivitas terapi. Sumber Referensi yang Luas: Penelitian ini didukung oleh berbagai literatur dari sumber terpercaya seperti Google Scholar, Pubmed, ScienceDirect, dan ResearchGate, yang menunjukkan dasar ilmiah yang kuat.
Metode Penelitian Terbatas: Penelitian ini bersifat tinjauan
literatur dan tidak melibatkan eksperimen langsung atau uji klinis, sehingga bukti empiris mengenai efektivitas formulasi SMEDDS belum dapat dipastikan. Kurangnya Data Eksperimental: Tidak terdapat data eksperimen atau uji klinis yang menunjukkan efek nyata dari formulasi SMEDDS ekstrak biji kedelai terhadap penurunan kolesterol pada model hewan atau manusia. Kelemahan Penelitian Keterbatasan Waktu Publikasi: Beberapa referensi yang digunakan dalam penelitian ini memiliki jangka waktu publikasi yang lebih dari sepuluh tahun, yang dapat mempengaruhi relevansi dan keakuratan informasi. Keterbatasan Kriteria Inklusi: Kriteria inklusi yang hanya mencakup jurnal dengan jangka waktu maksimal sepuluh tahun dapat membatasi cakupan informasi dan tidak mempertimbangkan penelitian terbaru yang mungkin relevan.