Ikterik Obs
Ikterik Obs
Ikterik Obs
DEFINISI
Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis jaune yang berarti kuning Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya (membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat konsentrasinya dalam sirkulasi darah Ikterus obstruktif, disebabkan oleh obstruksi duktus biliaris atau kerusakan sel hati, kecepatan pembentukan bilirubin adalah normal, tapi bilirubin yang dibentuk tidak dapat lewat dari darah ke dalam usus
Unit sekresi hati (hepatosit dan sel epitel bilier, termasuk kelenjar peribilier), kanalikuli empedu, duktulus empedu (kanal Hearing), dan duktus biliaris intrahepatik membentuk saluran intrahepatik dimana duktus biliaris ekstrahepatik (kanan dan kiri), duktus hepatikus komunis, duktus sistikus, kandung empedu, dan duktus biliaris komunis merupakan komponen ekstrahepatik percabangan biliaris
Fungsi Garam Empedu - Mengemulsikan lemak - Membantu absorbs asam lemak, monogliserida dan kolesterol
Traktus biliaris dialiri vaskular kompleks pembuluh darah disebut pleksus vaskular peribilier. Pembuluh aferen pleksus ini berasal dari cabang arteri hepatika, dan pleksus ini mengalir kedalam sistem vena porta atau langsung kedalam sinusoid hepatikum
PATOFISIOLOGI
Ikterus pre-hepatik Ikterus hepatik Ikterus post-hepatik/ikterus obstruksi
Ikterus pre-hepatik
Ikterus jenis ini terjadi karena adanya kerusakan RBC atau intravaskular hemolisis, misalnya pada kasus anemia hemolitik menyebabkan terjadinya pembentukan bilirubin yang berlebih. Hal ini menyebabkan warna urin dan feses menjadi gelap. Ikterus yang disebabkan oleh hiperbilirubinemia tak terkonjugasi bersifat ringan dan berwarna kuning pucat. Contoh kasus pada anjing adalah kejadian Leptospirosis oleh infeksi Leptospira grippotyphosa.
Ikterus hepatik
Disebut juga ikterus hepatoseluler. Disebabkan karena kerusakan sel parenkim hepar Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin
Presentasi Klinis
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Secara umum ikterik hepatik dapat dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Unconjugated hepatic hyperbilirubinemia 2. Conjugated hepatic hyperbilirubinemia (Ikterus parenkhimatosa)
Lanjutan.........
Patofisiologi ikterus obstruktif juga belum diketahui dengan pasti. Berdasarkan gambaran histopatologik, diketahui bahwa karena proses inflamasi berkepanjangan yang menyebabkan duktus bilier ekstrahepatik mengalami kerusakan secara progresif.
Efek patofisiologis yang nyata terlihat pada ikterus obstruktif adalah tidak adanya komponen garam empedu dan bilirubin dalam usus. Tidak adanya bilirubin dalam usus menyebabkan tinja pasien dengan ikterus obstruksi berwarna pucat. Tidak adanya garam empedu menimbulkan malabsorbsi lemak, sehingga timbul gejala steatorea dan defisiensi vitamin larut lemak seperti vitamin A, K, dan D.
Temuan laboratorium yang menjadi karakteristik adalah peningkatan kadar akali fosfatase serum, suatu enzim yang terdapat di epitel duktus empedu dan membrane kanalikulus hepatosit. Terdapat isozim yang secara normal ditemukan dalam banyk jaringan lain seperti tulang, sehingga kadar yang meningkat tersebut perlu dipastikan berasal dari hati
DIAGNOSIS
Anamnesis Riwayat Penyakit Sekarang: riwayat timbulnya ikterus warna urin dan feses adakah rasa gatal di kulit keluhan saluran cerna (nyeri perut, nafsu makan berkurang)
Riwayat Penyakit Dahulu: Pernahkah menderit keluhan serupa, kalau iya kapan? adanya kontak dengan pasien ikterus lain riwayat transfusi darah riwayat pemakaian obat-obatan, suntikan Riwayat tindakan pembedahan
Riwayat Penyakit Keluarga: Apakah ada gejala ikterus pada saudara kandung yang lain Selain itu apakah ibu menderita infeksi virus seperti hepatitis, herpes,rubela atau infeksi lain Riwayat Pekerjaan dan Lingkungan: alkoholisme riwayat pekerjaan
Pemeriksaan Fisik
Kandung empedu yang membesar menunjukkan adanya sumbatan pada saluran empedu bagian distal yang lebih sering disebabkan oleh tumor (dikenal hukum Courvoisier).
Hukum Courvoisier
Kandung empedu yang teraba pada ikterus tidak mungkin disebabkan oleh batu kandung empedu. Hal ini biasanya menunjukkan adanya striktur neoplastik tumor (tumor pankreas, ampula, duodenum, CBD), striktur pankreatitis kronis, atau limfadenopati portal. Pada pemeriksaan ditemukan nyeri tekan dengan punctum maksimum di daerah letak anatomik kandung empedu. Tanda murphy positif, apabila nyeri tekan bertambah sewaktu penderita menarik nafas panjang karena kandung empedu yang meradang tersentuh ujung jari tangan pemeriksaan dan pasien berhenti menarik napas. Murphys sign positif pada kolangitis, kolesistitis, koledokolelitiasis terinfeksi.
Kriteria
Warna tinja pucat kuning Berat lahir (g) Usia saat tinja dempul (hari) Gambaran hati Normal Hepatomegali Konsistensi normal Konsistensi padat Konsistensi keras
Ekstrahepatik
Intrahepatik
Pemeriksaan Penunjang
Biokimia / Hematologi Serum bilirubin dengan dominan fraksi terkonjugasi. Serum gamma glutamil transpeptidase (GGT) tingkat juga meningkat pada kolestasis. Secara umum, pasien dengan penyakit batu empedu memiliki hiperbilirubinemia kurang dibandingkan dengan obstruksi ekstra-hati. Serum bilirubin biasanya kurang dari 20 mg / dL. Alkali fosfatase mungkin meningkat hingga sepuluh kali dari normal.
Lanjutan........
Transaminase mungkin tiba-tiba naik sekitar sepuluh kali normal dan menurun dengan cepat setelah obstruksi teratasi. WBC tinggi pada kolangitis. Pada kanker pankreas dan obstruktif lainnya kanker, serum bilirubin akan naik menjadi 35 sampai 40 mg / dL. Alkaline phosphatase mungkin naik hingga sepuluh kali normal, tetapi transaminase mungkin tetap normal. Penanda tumor seperti CA 19-9, CEA dan CA-125 biasanya meningkat pada kanker pankreas dan kanker cholangiocarcinoma peri-ampullary, tetapi tidak spesifik
Pencitraan
Tujuan pencitraan adalah: untuk mengkonfirmasi adanya obstruksi ekstrahepatik (yaitu, untuk memverifikasi bahwa penyakit kuning memang pasca-hati) untuk menentukan tingkat obstruksi untuk mengidentifikasi penyebab spesifik dari obstruksi untuk menyediakan pelengkap informasi yang berkaitan dengan diagnosis yang mendasarinya (misalnya, pementasan informasi dalam kasus keganasan) Foto polos abdomen dapat menunjukkan kalsifikasi batu empedu
Ultrasonografi
menunjukkan ukuran dari saluran-saluran empedu, dapat menentukan tingkat obstruksi, dapat mengidentifikasi penyebabnya dan memberikan informasi lainnya yang terkait dengan penyakit (misalnya metastase hati, batu empedu, perubahan parenkim hati). Hal ini juga akan menunjukkan batu di kantong empedu dan saluran empedu yang membesar. Hal ini juga dapat menunjukkan tumor, kista, atau abses di pankreas, hati, dan struktur sekitarnya.
Lanjutan....
Endoscopic Retrograde (ERCP) Percutaneous Transhepatic Cholangiography (PTC) Magnetic resonance cholangiopancreatography (MRCP)
TERAPI
Pengobatan ikterus obstruktif terapi penyebabnya terlebih dahulu Jika penyebabnya adalah sumbatan bilier ekstra-hepatik biasanya membutuhkan tindakan pembedahan ekstraksi batu empedu di duktus, atau insersi stent, dan drainase via kateter untuk striktura (sering keganasan) atau daerah penyempitan sebagian
DAFTAR PUSTAKA
Sulaiman, Ali. Pendekatan Klinis pada Pasien Ikterus. Dalam : Aru W Sudoyo et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta : Pnerbitan IPD FKUI, 2007. h. 420-423 Guyton, Arthur C dan John E hall. Fisiologi Gastrointestinal. Dalam : Irawati Setiawan (Editor Bahasa Indonesia) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC, 2007. h. 1108-1109 Anderson, Paul D. 2008. Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta : EGC Guyton, Arthur C dan John E hall. Fisiologi Gastrointestinal. Dalam : Irawati Setiawan (Editor Bahasa Indonesia) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC, 1997. h. 1108-1109 Baron D. N. Kapita Selekta Patologi Klinik Edisi 4. Jakarta : EGC Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, ed. V, Prof. dr. H. Ali Sulaiman, Ph.D, Sp.PD-KGEH, Interna Publishing. Benchimol EI, Walsh CM, Ling SC. Early diagnosis of neonatal cholestatic jaundice: test at 2 weeks. In: Clinical Review Canadian Family Physician Vol. 55. Canada; 2009. p.1185-1189 Kadumbo, UN dr. 2000. Diagnosis and Management of Malignant Obstructive Jaundice. Junior Registrar in General Surgery Institute of Continued Health Education University of Zimbabwe. Schwarz SM. Pediatric biliary atresia. [online]. Updated Juni 2011. [cited September 2011]. Available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/927029-overview Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara. 2000. Hlm 76-77.4. Samsuhidajat R, De Jong W. Buku ajar Ilmu bedah Edisi 2. Jakarta : EGC.2004. hlm 198-200. Malhi H, Gores GJ, Malhi H, Gores GJ. Review article: the modern diagnosis and therapy of cholangiocarcinoma. [Review] [78 refs]. Alimentary Pharmacology & Therapeutics 2006; 23(9):1287-1296. C D BriggsM Peterson. Investigation and management of obstructive jaundice. Surgery 25[2], 74-80. 2007 Abdeldayem H, Ghoneim E, Rafei AA, Gabal AA. 2007. Obstructive jaundice promotes intestinal-barrier dysfunction and bacterial translocation: experimental study. Hepatol Int 1:444 --448 Clarke DL, Pillay Y, Anderson F, Thompson SR. 2006. The current standard of care in the periprocedural management of the patient with obstructive jaundice. Ann R Coll Surg Engl 88:610-616 Makmun D. 2005. Gastroduodenal mucosal integrity and influencing factors. The Indonesian Journal of Gastroenterology Hepatology and Digestive Endoscopy 6:75-79. Mizumoto S, Harada K, Takano S, Misumi A, Akagi M. 1986. Mechanism of acute gastric mucosal lesion accompanying obstructive jaundice role of bile acids in plasma. Gastroenterol Jap 21:6-16. Giannini EG, Testa R, Savarino V. 2005. Liver enzyme alteration: a guide for clinicians. CMAJ 172(3):367-379
TERIMA KASIH