CRS Hipoksia Janin

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 31

ILHAMI FADHILA

SOPHIA DEVTA LESTARI

PRESEPTOR
DR. DOVY DJANAS, SP.OG(K)
Salah satu masalah yang sering muncul selama perkembangan
janin yakni hipoksia.

suatu keadaan dimana terdapat kadar oksigen yang rendah


dan meningkatnya kadar karbondioksida dalam darah janin.

merupakan salah satu penyebab tersering morbiditas dan


mortalitas perinatal.

Di Negara berkembang, hipoksia masih merupakan penyebab


utama mortalitas perinatal
Insidensi morbiditas perinatal akibat
hipoksia intrauterin maupun asfiksia tidak
berubah secara signifikan, meskipun ada
perbaikan dalam manajemen persalinan.

Janin yang kurang mampu mendistribusi


aliran darah dalam pada kondisi hipoksia,
memiliki peluang lebih besar mengalami
komplikasi intrapartum.
Hipoksia janin adalah suatu keadaan rendahnya
kadar oksigen dan meningkatnya kadar
karbondioksida dalam darah janin. Keadaan
tersebut dapat terjadi pada antepartum
maupun intrapartum.
1. Hipoksia preplasenta
Ibu dan janin mengalami hipoksia.
contoh : ibu hamil yang tinggal di dataran
tinggi dan penyakit jantung tipe sianotik pada
ibu.
penurunan uptake O2
efek vasodilatasi NO
dan gangguan transport
menurun
O2.

Reactive Oxygen Species


(ROS) akan meningkat
dan mengaktivasi faktor
hipoksia kronik,
vasokonstriktor
(endotelin-1 dan
hypoxia induced factor).
2. Hipoksia uteroplasenta sirkulasi maternal
tidak mengalami gangguan akan tetapi sirkulasi
uteroplasenta yang terganggu.
Faktor yang mempengaruhi diantaranya
pembentukan plasenta yang abnormal pada
awal gestasi dan penyakit vaskular plasenta
pada kehamilan lanjut.
Contoh: ibu hamil dengan preeklampsia dan
insufisiensi plasenta.
3. Hipoksia post-plasenta hipoksia yang
terjadi pada janin.
Mekanisme yang terjadi, diantaranya penurunan
aliarn darah uterus (mekanisme kompresi
mekanik, ruptur, oklusi oleh trombus), progresive
fetal cardiac failure (malformasi jantung janin),
dan anomali kongenital.
Wanita hamil usia > 35 tahun
Wanita dengan riwayat:
Bayi lahir mati
Pertumbuhan janin terhambat
Oligohidramnion atau polihidramnion
Kehamilan ganda/gemelli
Inkompabilitas rhesus
Hipertensi
Diabetes dan penyakit-penyakit kronis lainnya
Berkurangnya gerakan janin
Kehamilan serotinus
Setelahmemasuki aorta, darah akan
dialirkan menuru aorta desendens, aorta
abdominalis, A. illiaca communis, A.
hipogastrica, A. umbilikalis, dan berakhir di
plasenta untuk pertukaran gas serta nutrisi.
gangguan pada proses pertukaran gas
plasenta atau ketika transfer oksigen
inadekuat

saturasi oksigen akan menurun.

fungsi organ masih adekuat.

Respon janin : meningkatkan uptake oksigen


dengan cara mengurangi aktivitas seperti
mengurangi gerakan dan nafas janin.
Bila saturasi oksigen menurun lebih lanjut:

hipoksemia akan memasuki keadaan hipoksia.


Janin tidak memiliki kemampuan pertahanan
pada keadaan hipoksia.
Respon utama terhadap hipoksia adalah
peningkatan hormon stres dan penurunan
aliran darah perifer.
Distribusi darah dipusatkan untuk organ
sentral seperti jantung, otak, dan glandula
adrenal.
Aliran darah meningkat 2-5 kali untuk
berusaha menjaga suplai oksigen tetap
adekuat
Pasien umunya termasuk kategori kehamilan
risiko tinggi (high risk pregnancy)
Abnormalitas bunyi jantung janin
(bradikardia, takikardia, irreguleritas
ataupun deselerasi tipe lambat dan variabel).
Berkurangnya aktivitas gerakan janin
Dijumpai pertumbuhan janin terhambat
Dijumpai mekoneum dalam air ketuban
Pemeriksaan Antepartum
Perhitungan pergerakan janin.
Non-stress test.
Contraction stress test.
Stimulasi puting susu ibu
Oxytocin Stress Test
Biophysical profile dan / atau volume cairan
amnion.
Doppler arteri uterina maternal.
Doppler arteri umbilikal janin
Pemeriksaan Intrapartum
Digital Fetal Scalp Stimulation
Tujuan : melihat respon saraf

simpatis. Peningkatan amplitude


sebanyak 15 bpm dalam 15
detik menunjukkan adanya
sensitivitas tingkat tinggi pada
asidosis janin.
Fetal Scalp Blood Sampling
Sesuai untuk usia kehamilan lebih dari 34 minggu
ketika proses persalinan belum terjadi. Hal ini
tidak dianjurkan di kehamilan kurang dari 34
minggu.
Kontraindikasi : adanya anggota keluarga yang
memiliki riwayat hemophilia, suspek
trombositopenia janin, presentasi muka, infeksi
maternal (HIV, hepatitis, herpes, suspek
intrauterine sepsis).
Umbilical Cord Blood Gases
Gasdarah pada arteri dan vena pada tali
pusat memberikan bukti oksigenasi janin dan
plasenta saat persalinan. Saat terdapat
faktor risiko pemeriksaan ini sangat
direkomendasikan.
Fetal Pulse Oximetry
Fetal Pulse Oximetry merupakan teknologi
yang bertujuan untuk memonitor O2 saturasi
janin intrapartum. Sebuah sensor diletakkan
melalui serviks kemudian mendekati pipi
janin, hal ini membutuhkan dilatasi serviks (2
cm atau lebih) dan selaput ketuban yang
sudah pecah dengan presentasi kepala.
Fetal Electrocardiogram Analysis
Yang dimonitor: detak jantung janin, sinyal
aktivitas uterus, dan EKG janin. Hasil
interpretasi berdasarkan observasi dari
perubahan gelombang QRS dan T janin dan
hubungannya dengan keadaan metabolic dari
jantung janin.
Intrapartum Fetal Scalp Lactate Testing
Kadar laktat dalam darah pada kulit kepala
janin berhubungan dengan kadar laktat dalam
darah pada umbilical.
Keuntungan pemeriksaan kadar laktat
dibandingkan dengan pH adalah kemampuan
untuk mengumpulkan hasil dengan jumlah
darah yang lebih sedikit dan kemampuan untuk
membedakan asidosis respiratori dan asidosis
metabolik.
Auskultasi berkala
Auskultasi bunyi jantung janin secara berkala
merupakan metode pengawasan janin yang
direkomendasikan untuk wanita hamil tanpa
faktor risiko terhadap hasil kehamilan yang
merugikan.
DJJ normal : 110-160 bpm.
Takikardia: DJJ > 160 bpm selama >10 menit
dan bradikardia DJJ <110 bpm selama >10
menit.
Kardiotokografi
Pemeriksaan detak jantung bayi yang
merespon gerakannya adalah cara tidak
langsung untuk mengetahui apakah bayi
tersebut mendapat cukup oksigen dari
plasenta . Tes ini juga akan melihat
bagaimana detak jantung bayi dipengaruhi
oleh kontraksi
Electronic Fetal Monitoring
Electronic fetal monitoring dilakukan di akhir
kehamilan atau terus selama tenaga kerja
untuk memastikan normal bayi yang sehat.
Bayi yang menerima cukup oksigen akan
bergerak di sekitar. Monitor strip akan
menampilkan bayi denyut jantung meningkat
sebentar karena dia bergerak (seperti
dewasa hati menilai meningkat ketika dia
bergerak).
Resusitasiintra uterin
Terminasi kehamilan
Tujuan : memperbaiki sirkulasi darah dalam
rahim, perbaikan sirkulasi darah tali pusat, dan
perbaikan oksigenasi janin.
Beberapa manuver yang dapat dilakukan
pemeriksaan vagina untuk melihat adanya kelainan
pada tali pusat seperti prolaps atau kompresi tali
pusat. Tatalaksana : pembebasan tali pusat.
memiringkan ibu pada salah satu sisi untuk
mengurangi kompresi aortocaval.
pemberian oksigen kepada ibu.
penghentian oksitosin dan pemberian tokolitik untuk
menghentikan aktivitas uterus.
Pemberian cairan infus untuk menambah volume
plasma ibu, cairan yang biasa digunakan adalah cairan
resusitasi kristaloid atau dekstrose 5%.
Laluidentifikasi penyebab, jika penyebabnya
maternal (demam ibu, obat-obatan) diterapi
sesuai dengan penyebab dan jika ada tanda
gawat janin, rencanakan persalinan:
Jika serviks terdilatasi penuh dan kepala janin
tidak lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau
ujung tulang terendah dari kepala pada stasion 0,
lahirkan dengan ekstraksi vakum atau forsep.
Jika serviks tidak terdilatasi penuh atau kepala
janin lebih dari 1/5 di atas simfisi pubis atau
ujung tulang terendah dari kepala di atas stasion
0, lahirkan dengan seksio sesarea.
Tindakan lain yand dapat dilakukan yaitu
amnioinfusion. Amnioinfusion adalah suatu
tindakan memasukkan cairan kristaloid
kedalam rongga amnion untuk menggantikan
cairan amnion yang berkurang atau sudah
tidak ada
Amnioinfusion digunakan untuk:
Penanganan deselerasi variabel atau
deselerasi lama
Profilaksis kaus-kasus oligohidroamnion,
seperti ketuban pecah dini
Usaha untuk mengencerkan atau mencuci
mekonium yang kental
Protokolpemberiannya sendiri masih belum
ada ketentuan baku hingga sekarang.
500 sampai 800 ml bolus cairan fisiologis
hangat diikuti dengan infus kontinyu 3 ml per
menit.
Pada penelitian lain, Rinehart dkk
menyarankan cukup hanya dengan pemberian
500 ml bolus cairan fisiologis dalam
temperatur ruangan, atau 500 ml bolus
ditambah infus kontinyu 3 ml per menit.

Anda mungkin juga menyukai