Dauroh Janaiz

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 99

DAUROH

JANAIZ
USTADZ ABU QATADAH, .
HAL-HAL YANG HARUS
DIKERJAKAN OLEH ORANG YANG
SAKIT

 1.
Rela terhadap qadha dan
qadar Allah, sabar dan
berprasangka baik kepadaNya.
HAL-HAL YANG HARUS
DIKERJAKAN OLEH ORANG YANG
SAKIT
 2. Diperbolehkan untuk berobat dengan sesuatu yang
mubah, dan tidak boleh berobat dengan sesuatu yang
haram, atau berobat dengan sesuatu yang merusak
aqidahnya; misalnya, seperti datang kepada dukun, tukang
sihir atau ke tempat lainnya.

Dari Abu Hurairah,dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam,


Beliau bersabda:

 َ ‫ل هللاُ دَا ًء إِال َّ أَ ْن َز‬


ِ ‫ل لَ ُه‬
‫أخرجه البخاري‬."‫ش َفا ًء‬ َ ‫مَا أَ ْن َز‬

Allah tidak menurunkan suatu penyakit, kecuali Allah


turunkan juga obatnya. [HR Al Bukhari].
HAL-HAL YANG HARUS
DIKERJAKAN OLEH ORANG YANG
SAKIT
 Dan Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

ٍ‫َ َرا‬ َ َ ‫خل‬


َ ِِ ‫ق ال َّدا َء وَال َّدوَا َء َف َتدَا َو ْوا َوال َ تَدَا َو ْوا‬ َ ‫هللا‬
َ ‫ن‬ َّ ‫إ‬.
ِ

Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya,


maka berobatlah kalian, dan jangan berobat dengan
sesuatu yang haram. [Dikeluarkan Al Haitsami di dalam
Majma'az Zawa'id].
HAL-HAL YANG HARUS
DIKERJAKAN OLEH ORANG YANG
SAKIT
 3. Apabila bertambah parah sakitnya, tidak boleh
baginya untuk mengharapkan kematian. Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
‫ل أَ ْن ي َْأتِيَ ُه إِنَّ ُه إِ َذا‬
ِ ‫ن َق ْب‬ْ ‫ه ِم‬ ِ ِِ ‫ع‬ُ ‫ت و ََال ي َْد‬ َ ‫م ْو‬َ ‫م ْال‬ َ َ‫م َّنى أ‬
ْ ‫ح ُد ُك‬ َ ‫َال يَ َت‬
َ ‫م ُر ُه إِ َّال‬
‫خ ْيرًا‬ ْ ‫م ْؤ ِمنَ ُع‬ ُ ‫ع َعمَلُ ُه وَإِنَّ ُه َال ي َِزي ُد ْال‬ َ َ‫م ا ْن َقط‬ َ َ‫َات أ‬
ْ ‫ح ُد ُك‬ َ ‫م‬
Janganlah salah seorang di antara kalian
mengharapkan kematian, dan janganlah meminta
kematian sebelum datang waktunya. Apabila seorang
di antara kalian meninggal, maka terputus amalnya.
Dan umur seorang mukmin tidak akan menambah
baginya kecuali kebaikan. [HR Muslim].
HAL-HAL YANG HARUS
DIKERJAKAN OLEH ORANG YANG
SAKIT

4. Hendaknya seorang muslim berada di antara khauf (rasa


takut) dan raja' (berhara).
Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam mendatangi seorang pemuda yang
dalam keadaan sakaratul maut; kemudian Beliau bertanya:
“Bagaimana engkau menjumpai dirimu?” Dia menjawab:
“Wahai, Rasulullah! Demi Allah, aku hanya berharap kepada
Allah, dan aku takut akan dosa-dosaku.” Kemudian Rasulullah
bersabda:
‫جو‬ ُ َّ ‫ن إِ َّال أَ ْعطَا ُه‬
ُ ‫َّللا مَا يَ ْر‬ ِ ‫ط‬ َ ‫ه َذا ْال‬
ِ ‫م ْو‬ َ ‫ل‬
ِ ِ ‫ان فِي َق ْل‬
‫ب َعبْد فِي ِم ْث‬ ِ ‫م َع‬ ْ ‫َال ي‬
ِ ‫َج َت‬
ُ ‫خ‬
‫اف‬ َّ ‫وَآ َم َن ُه ِم‬
َ َ‫ما ي‬
Tidaklah berkumpul dua hal ini ( yaitu khauf dan raja') di
dalam hati seseorang, dalam kondisi seperti ini, kecuali pasti
Allah akan berikan dari harapannya dan Allah berikan rasa
aman dari ketakutannya. [HR At Tirmidzi].
HAL-HAL YANG HARUS
DIKERJAKAN OLEH ORANG YANG
SAKIT
 5. Wajib baginya untuk mengembalikan
hak dan harta titipan orang lain, atau dia
juga meminta haknya dari orang lain.
Kalau tidak memungkinkan, hendaknya
memberikan wasiat untuk dilunasi
hutangnya, atau dibayarkan kafarah atau
zakatnya.
HAL-HAL YANG HARUS
DIKERJAKAN OLEH ORANG YANG
SAKIT
 6. Hendaknya bersegera untuk berwasiat sebelum datang
tanda-tanda kematian.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

ِ ‫ن إِ َّال َو َو‬ ُّ ‫مَا ح‬


‫صيَّ ُت ُه‬ ِ ‫يت لَ ْيلَ َت ْي‬
ُ ‫ه يَ ِب‬ ِ ‫ي ٌء ُيو‬
ِ ‫صي فِي‬ َ ‫س ِلم لَ ُه‬
ْ ‫ش‬ ْ ‫ام ِرئ ُم‬
ْ ‫َق‬
‫ع ْن َد ُه‬
ِ ‫َة‬ ٌ ِ‫َك ُتو‬ْ ‫م‬

Tidak sepatutnya bagi seorang muslim yang masih memiliki


sesuatu yang akan diwasiatkan untuk tidur dua malam
kecuali wasiatnya sudah tertulis di dekatnya [HR Al
Bukhari].

Apabila hendak berwasiat dari hartanya, maka tidak boleh


berwasiat lebih banyak dari sepertiga hartanya. Dan tidak
boleh diwasiatkan kepada ahli waris. Tidak diperbolehkan
untuk merugikan orang lain dengan wasiatnya, dengan
tujuan untuk menghalangi bagian dari salah satu ahli
waris, atau melebihkan bagian seorang ahli waris daripada
yang lain.
MENTALQIN
Bagi kita yang menyaksikan seseorang dalam
sakaratul maut, maka syariat ini mengajarkan
kepada kita untuk men-talkin orang tersebut.
Talkin adalah menuntun seseorang untuk
mengucapkan kalimat tertentu. Perintah talkin ini
adalah salah satu bentuk bantuan yang Allah
syariatkan untuk menolong seseorang di saat ia
sangat butuh tuntunan orang lain. Kita
diperintahkan untuk menuntun seorang yang
hdndak meninggal untuk membaca kalimat tauhid
laa ilaha illallah. Sebagaimana disebutkan dalam
hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam:
“Tuntunlah orang yang hendak meninggal di antara kalian
dengan Laa ilaaha illallah.” (HR. Muslim, dari shahabat
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Karena kalimat ini adalah pembuka pintu surga. Kalimat
ini adalah kunci bagi seorang untuk memasukinya. Maka,
bila akhir ucapan seseorang adalah kalimat ini,
diharapkan mati dalam keadaan husnul khatimah, dan
termasuk orang yang kelak dapat masuk surga. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Barangsiapa yang akhir ucapannya adalah laa ilaaha
illallah, ia akan masuk surga.” (HR. Al Hakim dari
shahabat Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, dihasankan
oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Ahkamul
Janaiz)
Apakah Faedah Mentalqin Orang
Yang Akan Meninggal Dunia ?

Imam Al Qurthubiy berkata: “Para ulama’ kami mengatakan


bahwasanya mentalqin orang yang akan meninggal dunia
adalah merupakan sunnah dari para pendahulu ummat ini, yang
kemudian diamalkan oleh kaum muslimin hingga saat ini.
Tujuannya adalah agar akhir ucapan yang keluar dari orang
yang akan meninggal dunia adalah “Laa ilaaha illa Allah”.
Sehingga dia menjadi orang yang berbahagia karena termasuk
dalam golongan orang yang dikatakan oleh Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa salam :
‫من كان آخر كالمه ال إله إال هللا دخل الجنة‬
“Barangsiapa yang ucapan terakhirnya adalah “Laa ilaaha illa
Allah” maka akan masuk surga”3
Selain itu untuk mengingatkan orang yang akan meninggal
dunia terhadap sesuatu yang dapat menolak gangguan
setan karena setan akan mendatangi orang yang akan
meninggal dunia dalam rangka untuk merusak akidahnya
ADAB-ADAB TALKIN
1. Hendaknya dilakukan secukupnya tanpa perlu
mengulang-ulang
Para ulama memakruhkan talkin yang dilakukan
berulang-ulang dan terus menerus. Karena hal ini justru
akan mengakibatkan seorang yang sedang sakaratul
maut merasa tertekan dengan tuntunan itu. Padahal ia
sedang merasakan penderitaan yang sangat. Sehingga
ditakutkan akan munculnya ketidaksukaannya terhadap
kalimat ini di dalam qalbunya. Bahkan bisa jadi akan ia
ungkapkan dengan ucapannya, sehingga bukan ucapan
tauhid yang ia ucapkan, justru celaan dan kebencian
terhadap kalimat ini yang keluar dari mulutnya.
ADAB-ADAB TALKIN
2. Cukup sekali, kecuali bila mengucap
ucapan lainnya
Apabila orang yang sedang sakaratul maut
telah mengucapkan kalimat ini, maka telah
mencukupi dan tidak perlu di-talkin lagi.
Namun, bila setelah ia mengucapkan kalimat
ini ia mengucapkan kalimat lain, maka perlu
kembali di-talkin, sehingga kalimat ini adalah
kalimat akhirnya.
ADAB-ADAB TALKIN

3. Talkin adalah mengingatkan bukan


memerintahkan
Kadang kita dapati seorang men-talkin saudaranya
dengan kalimat tauhid ini namun dengan cara
memerintah. Padahal, talkin yang dilakukan saat
seperti ini sifatnya sekadar mengingatkan. Sebab,
selain dituntut untuk mengatakan kalimat tauhid,
juga dituntut untuk meyakini kandungan kalimat
ini. Nah, kalau talkin ini bersifat perintah, boleh
jadi ia akan mengucapkannya karena tekanan
perintah saja, sedangkan jiwanya mengingkarinya.
Lalu apakah artinya ucapan ini bila tidak diyakini.
Demikian yang dijelaskan oleh Asy Syaikh Ibnu
Utsaimin rahimahullah dalam Syarh Riyadush
Shalihin.
ADAB-ADAB TALKIN

4. Talkin diperuntukkan kepada seluruh


orang
Yakni tidak khusus diperuntukkan untuk
seorang muslim saja. Namun juga dianjurkan
bagi orang kafir unuk mengucapkan kalimat
ini. Diharapkan, di akhir hidupnya termasuk
orang yang bertauhid. Sebagaimana Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam men-talkin paman
beliau Abu Thalib tatkala menghadapi
kematian.
5. Talkin dengan lafadz Allah
saja?
Sebagian orang berpendapat bahwa men-talkin boleh dengan
lafadz Allah saja. Alasannya khawatir dengan kalimat yang
panjang, laa ilaaha illallah, bisa jadi baru membaca laa ilaaha
keburu mati. Sehingga maknanya justru sangat fatal, yaitu tidak
ada sesembahan. Sehingga menurut mereka, orang semacam ini
mati dalam keadaan tidak bertuhan.
Pendapat ini tidak benar karena beberapa alasan. Di antaranya:
1. Dalam hadits secara tegas men-talkin dengan laa ilaaha
illallah.
2. Lafadz Allah saja tidak menunjukkan tauhid orang yang
mengucapkannya.
3. Allah mengangkat hukum (tidak memberikan beban) kepada
siapa saja di luar kemampuannya. Seperti orang yang lupa atau
terpaksa. Maka kondisi saat sekarat tentu lebih utama untuk
dimaafkan. Apalagi orang tersebut tentunya meniatkan untuk
melafadzkan secara utuh. Sedangkan dalam Shahih Bukhari dan
Muslim, Rasulullah menjelaskan bahwa amalan itu sesuai dengan
niatnya. Allahu a’lam
Tanda-Tanda Kematian:
Para ulama menyebutkan beberapa tanda, bahwa
seseorang sudah bisa dikatakan mati. Di antaranya:
a. Terhentinya nafas.
b. Kedua pelipisnya melemas.
c. Hidung menjadi lunak.
d. Kulit wajahnya menjadi lebih panjang.
e. Terpisahnya kedua telapak tangan dari kedua
lengannya.
f. Kedua kakinya melemas dan terpisah dari kedua
mata kaki.
g. Tubuh menjadi dingin.
h. Tanda yang sangat jelas, yaitu adanya perubahan
bau pada tubuhnya. [Lihat Fiqhun Nawazil, Syaikh Bakr
Abu Zaid (1/227), Asy Syarhul Mumti' (5/331)].
HAL-HAL YANG DIKERJAKAN
SETELAH SESEORANG MENINGGAL
DUNIA
1. Disunnahkan untuk menutup kedua matanya. Karena
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menutup kedua mata
Abu Salamah Radhiyallahu 'anhu ketika dia meninggal dunia.
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
َ ِ‫ن ْالم ََالئ‬
َ ‫ك َة ُي َؤ ِم ُن‬
‫ون‬ َ َّ ‫ص ُر َفال َ تَ ُق ْولُ ْوا إِال‬
َّ ‫خ ْيرًا َف ِإ‬ َ َ‫ح إِ َذا ُق ِبضَ تَ ِب َع ُه ْالب‬ ُّ ‫ن‬
َ ‫الرو‬ َّ ِ‫إ‬
َ ُ‫َعلَى مَا تَ ُقول‬
‫ون‬

Sesungguhnya ruh apabila telah dicabut, akan diikuti oleh


pandangan mata, maka janganlah kalian berkata kecuali
dengan perkataan yang baik, karena malaikat akan mengamini
dari apa yang kalian ucapkan. [HR Muslim].
HAL-HAL YANG DIKERJAKAN
SETELAH SESEORANG MENINGGAL
DUNIA
2. Disunnahkan untuk menutup seluruh tubuhnya, setelah
dilepaskan dari pakaiannya yang semula. Hal ini supaya tidak
terbuka auratnya. Dari Aisyah Radhiyallahu a'nha, beliau
berkata:

ِ ‫ي ِِ ُب ْرد‬
ٍ‫حبَ َر‬ َ ِ‫سج‬ َ ِ‫حينَ تُ ُوف‬
ُ ‫ي‬ َ َّ‫َسل‬
ِ ‫م‬ َ ‫هو‬ ُ َّ ‫َّللا صَلَّى‬
ِ ‫َّللا َعلَ ْي‬ ِ َّ ‫ل‬ َّ َ‫أ‬
ُ ‫ن َر‬
َ ‫سو‬

Dahulu ketika Rasulullah meninggal dunia ditutup tubuhnya


dengan burdah habirah (pakaian selimut yang bergaris).
[Muttafaqun 'alaih].

Kecuali bagi orang yang mati dalam keadaan ihram,maka tidak


ditutup kepala dan wajahnya.
HAL-HAL YANG DIKERJAKAN
SETELAH SESEORANG MENINGGAL
DUNIA
3. Bersegera untuk mengurus jenazahnya.
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
‫ه‬ ْ َ‫ي أ‬
ِ ِ‫هل‬ ْ ُ‫سلِم أَ ْن ت‬
ْ َ‫َبَسَ َِ ْينَ ظَ ْه َران‬ ِ ‫َال يَ ْنبَ ِغي لِجِي َف‬
ْ ‫ة ُم‬
Tidak pantas bagi mayat seorang muslim untuk ditahan di antara
keluarganya. [HR Abu Dawud].
Karena hal ini akan mencegah mayat tersebut dari adanya perubahan di
dalam tubuhnya. Imam Ahmad rahimahullah berkata: "Kehormatan seorang
muslim adalah untuk disegerakan jenazahnya." Dan tidak mengapa untuk
menunggu diantara kerabatnya yang dekat apabila tidak dikhawatirkan akan
terjadi perubahan dari tubuh mayit.
Hal ini dikecualikan apabila seseorang mati mendadak, maka diharuskan
menunggu terlebih dahulu, karena ada kemungkinan dia hanya pingsan (mati
suri). Terlebih pada zaman dahulu, ketika ilmu kedokteran belum maju
seperti sekarang. Pengecualian ini, sebagaimana yang disebutkan oleh para
ulama. [Lihat Asy Syarhul Mumti' (5/330), Al Mughni (3/367)].
HAL-HAL YANG DIKERJAKAN
SETELAH SESEORANG MENINGGAL
DUNIA
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: "Jika ada orang
yang bertanya, bagaimana kita menjawab dari apa yang
dikerjakan oleh para sahabat, mereka mengubur Nabi pada
hari Rabu, padahal Beliau meninggal pada hari Senin? Maka
jawabnya sebagai berikut: Hal ini disebabkan untuk menunjuk
Khalifah setelah Beliau. Karena Nabi Muhammad Shallallahu
'alaihi wa sallam sebagai pemimpin yang pertama telah
meninggal dunia, maka kita tidak mengubur Beliau hingga ada
Khalifah sesudahnya. Hal ini yang mendorong mereka untuk
menentukan Khalifah. Dan ketika Abu Bakar dibai’at, mereka
bersegera mengurus dan mengubur jenazah Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam. Oleh karena itu, jika seorang Khalifah
(Pemimpin) meninggal dunia dan belum ditunjuk orang yang
menggantikannya, maka tidak mengapa untuk diakhirkan
pengurusan jenazahnya hingga ada Khalifah sesudahnya.” [Asy
Syarhul Mumti' 5/333].
HAL-HAL YANG DIKERJAKAN
SETELAH SESEORANG MENINGGAL
DUNIA

4. Diperbolehkan untuk menyampaikan kepada orang


lain tentang berita kematiannya. Dengan tujuan
untuk bersegera mengurusnya, menghadiri
janazahnya dan untuk menyalatkan serta
mendo’akannya. Akan tetapi, apabila diumumkan
untuk menghitung dan menyebut-nyebut
kebaikannya, maka ini termasuk na'yu (pemberitaan)
yang dilarang.
HAL-HAL YANG DIKERJAKAN
SETELAH SESEORANG MENINGGAL
DUNIA

5. Disunnahkan untuk segera menunaikan


wasiatnya, karena untuk menyegerakan
pahala bagi mayit. Wasiat lebih
didahulukan daripada hutang, karena
Allah mendahulukannya di dalam Al
Qur'an.
HAL-HAL YANG DIKERJAKAN
SETELAH SESEORANG MENINGGAL
DUNIA
6. Diwajibkan untuk segera dilunasi hutang-hutangnya, baik hutang
kepada Allah berupa zakat, haji, nadzar, kaffarah dan lainnya. Atau
hutang kepada makhluk, seperti mengembalikan amanah, pinjaman
atau yang lainnya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
َ ‫ح َّتى ُي ْق‬
‫ضى َع ْن ُه‬ ٌ ‫ن ُم َعلَّ َق‬
ِ ِ‫ة ِِ َد ْين‬
َ ‫ه‬ ُ ‫س ْال‬
ِ ‫م ْؤ ِم‬ ُ ‫نَ ْف‬

Jiwa seorang mukmin terikat dengan hutangnya hingga dilunasi. [HR


Ahmad, At Tirmidzi, dan beliau menghasankannya].
Adapun orang yang tidak meninggalkan harta yang cukup untuk
melunasi hutangnya, sedangkan dia mati dalam keadaan bertekad
untuk melunasi hutang tersebut, maka Allah yang akan
melunasinya.
HAL-HAL YANG DIKERJAKAN
SETELAH SESEORANG MENINGGAL
DUNIA

7. Diperbolehkan untuk membuka dan mencium wajah mayit. Aisyah


Radhiyallahu anha berkata:

‫ون‬ َ ‫عثْ َم‬


ٍ ُ‫ان ْب َن َم ْظع‬ ُ ‫سله َم يُقَ ِب ُل‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬ ‫سو َل ه‬ُ ‫ت َر‬ ُ ‫َرأ َ ْي‬
ِ َ‫ع ت‬
‫سي ُل‬ ُ ‫َو ُه َو َم ِيتٌ َحتهى َرأ َ ْي‬
َ ‫ت ال ُّد ُمو‬

Aku melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mencium Utsman bin


Madh'un Radhiyallahu 'anhu , saat dia telah meninggal, hingga aku
melihat Beliau mengalirkan air mata. [HR Abu Dawud dan At Tirmidzi].
MEMANDIKAN
JENAZAH
‫قال‬ ‫‪-1‬أخرج الحاكم والبيهقي بسند صحيح من حديث أبي رافع‬
‫غفَ ََر هللا له أربعين مرة‬ ‫سل مسل ًما فكتم عليه َ‬ ‫الرسول‪َ « :- -‬من َ‬
‫غ َّ‬
‫» ‪ -‬وفي رواية ‪ « :‬خرج من ذنوبه كيوم ولدته أمه » ‪ ،‬وفي‬
‫غ ِف ََر له أربعون كبيرة » ‪ « -‬و َمن َحفَ ََر له فأ َجنَّه أ ُ ْج ِر ََ‬
‫ي‬ ‫رواية ‪ُ « :‬‬
‫س َكن أسكنه إلى يوم القيامة ‪ ،‬و َمن َكفََّنَه كساه هللا يوم‬ ‫عليه كأجر َم ْ‬
‫القيامة ِمن سندس وإستبرق الجنة » ( ) ‪.‬‬
‫‪ -2‬وأخرج الطبراني في الكبير بسند صحيح عن أبي أمامة‬
‫أن النبي قال‪ :‬قال الرسول‪ « :- -‬من غسل َم ِيتًا فستره ؛ ستره‬
‫هللا من الذنوب ‪ ،‬ومن كفنه كساه هللا من السندس »( )‬
‫َ‬
‫( ) أخرجه الحاكم ‪354 / 1‬و‪ ، 362‬والبيهقي ‪، 395 / 3‬‬
‫واألصبهاني في « الترغيب » ‪ ، ) 235 / 1 ( :‬ورواه الطبراني في‬
‫الكبير بلفظ ( أربعين كبيرة ) ‪ ،‬وصححه األلباني في أحكام الجنائز ‪.‬‬
‫( ) حسنه األلباني في (صحيح الجامع ) ‪.‬‬
Yang memandikan mayyit akan
mendapatkan pahala yang besar jika
memenuhi dua syarat berikut.
 [a] Menutupi kekurangan yang ia dapati dari
mayyit dan tidak menceritakan kepada orang
lain.

[b] Ikhlas karena Allah semata dalam
mejalankan urusan jenazah tanpa
mengharapkan pamrih dan terima kasih serta
tanpa tujuan-tujuan duniawi. Karena Allah
tidak menerima amalan akhirat tanpa
keikhlasan semata-mata kepada-Nya.
Yang memandikan mayyit akan
mendapatkan pahala yang besar jika
memenuhi dua syarat berikut.
[c] Dianjurkan bagi yang
memandikan jenazah supaya mandi.
(Tidak diwajibkan).

[d] Tidak disyariatkan memandikan


orang yang mati syahid di medan
perang, meskipun ia gugur dalam
keadaan junub.
Dalam memandikan mayyit,
harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut
 [a] Memandikan tiga kali atau lebih,
sesuai dengan yang dibutuhkan.

[b] Memandikan dengan jumlah ganjil.

[c] Mencampur sebagian dengan
sidr/daun bidara, atau yang bisa
menggantikan fungsinya seperti sabun.
Dalam memandikan mayyit,
harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut
[d] Mencampur mandi terakhir dengan
wangi-wangian seperti kapur barus/kamper
dan ini lebih afdhal. (terkecuali jika yang
meninggal sedang melakukan ihram maka
tidak boleh diberi wangi-wangian).

[e] Ikatan rambut harus dibuka, lalu


rambut dicuci dengan baik.
Dalam memandikan mayyit,
harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut
[f] Menyisir rambut.

[g] Mengikat mejadi tiga bagian untuk


rambut wanita, lalu mebentangkan ke
belakangnya.

[h] Memulai memandikan dari bagian


kanannya dan anggota wudhunya dan
anggota wudhunya.
Dalam memandikan mayyit,
harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut

 A.Dianjurkan menutup aurat si mayit
ketika memandikannya.
B.Dan melepas pakaiannya, serta
menutupinya dari pandangan orang
banyak. Sebab si mayit barangkali
berada dalam kondisi yang tidak layak
untuk dilihat. Sebaiknya papan
pemandian sedikit miring ke arah kedua
kakinya agar air dan apa-apa yang keluar
dari jasadnya mudah mengalir darinya.
‫قال‪":‬ال ينظر الرجل إلى عورة‬ ‫أن النبي‬
‫لما رواه مسلم من حديث أبي سعيد الخدري‬
‫الرجل وال المرأة إلى عورة المرأة"‬
‫فعند غسل الرجل‪ :‬يُستر ما بين السرة إلى الركبة‪ ،‬وهذا هو حد العورة عند الرجل كما في‬
‫الحديث الذي أخرجه أبو داود وأحمد والدارقطني بسند صحيح عن عمرو بن شعيب عن‬
‫أبيه عن جده قال‪ :‬قال رسول هللا ‪":‬ما بين السرة والركبة عورة"‬

‫لما رواه أبو داود وأحمد والحاكم عن عائشة ـ رضي هللا عنها ـ قالت‪:‬‬
‫لما أرادوا غسل النبي قالوا‪ :‬وهللا ما ندري أنجرد رسول هللا من ثيابه كما نجرد موتانا‪ ،‬أم نغسله وعليه ثيابه ففي قولهم‪" :‬‬
‫أنجرد رسول هللا كما نجرد موتانا "‬
‫دليل على أنهم كانوا يجردون موتاهم‬
‫قال ابن قدامة في المغنى (‪:)2/454‬‬
‫ولنا أن تجريد الميت من مالبسه أمكن لتغسيله‪ ،‬وأبلغ في تطهيره‪ ،‬والحي يتجرد إذا أراد االغتسال فكذا الميت‪ ،‬وألنه إذا‬
‫بصب الماء عليه فيتنجس الميت به‪ ،‬فأما النبي فذاك خاص به‪.‬‬
‫ِ‬ ‫اغتسل في ثوبه تنجس الثوب بما يخرج وقد ال يطهر‬
mengangkat
kepala jenazah
hingga hampir
mendekati
posisi duduk.
Lalu mengurut
perutnya
dengan
perlahan
untuk
mengeluarkan
kotoran yang
masih dalam
perutnya
MENGKAFANI MAYAT

 A.Mengkafani jenazah hukumnya wajib kifayah


berdasarkan ijma.
 B. dan hendaklah kain kafan tersebut dibeli dari harta
si mayit.
 C. Hendaklah didahulukan membeli kain kafannya dari
melunaskan hutangnya, menunaikan wasiatnya dan
membagi harta warisannya. Jika si mayit tidak
memiliki harta, maka keluarganya boleh
menanggungnya.
MENGKAFANI MAYAT

[1] Setelah selesai memandikan mayat, maka wajib


dikafani.
[2] Kain kafan serta biayanya diambil dari harta si mayyit
sendiri, meskipun hartanya sampai habis, tidak ada yang
tertinggal lagi.
[3] Seharusnya kain kafan menutupi semua anggota
tubuhnya.
[4] Jika seandainya kain kafan tidak mencukupi semua
tubuhnya, maka diutamakan menutupi kepalanya sampai
ke sebagian tubuhnya, adapun yang masih terbuka maka
ditutupi dengan daun-daunan yang wangi. (Hal yang
seperti ini jarang terjadi paza zaman kita sekarang ini,
tetapi ini adalah hukum syar’i).
MENGKAFANI MAYAT

.
Hal-hal yang dianjurkan dalam
pemakaian kain kafan

[a] Warna putih.

[b] Menyiapkan tiga lembar.

[c] Satu diantaranya bergaris-garis (Ini tidak


bertentangan dengan bagian (a) karena dua hal :
– Pada umumnya kain putih bergaris-garis putih,
– Di antara ketiga lembar kafan tadi, satu yang
bergaris-garis sedangkan yang lainnya putih.

[d] Memberikan wangi-wangian tiga kali.


‫سو ُل َ ه‬
‫َّللاِ ‪ -‬صلى‬ ‫ع ْن َها قَالَتْ ‪ - :‬ك ُِف َن َر ُ‬ ‫َّللاُ َ‬ ‫َوع َْن عَا ِئشَةَ َر ِض َي َ ه‬
‫ف‪,‬‬ ‫س ُحو ِليه ٍة ِم ْن ك ُْر ُ‬
‫س ٍ‬ ‫يض َ‬ ‫ب ِب ٍ‬ ‫هللا عليه وسلم ‪ِ -‬في ث َ َالث َ ِة أَثْ َوا ٍ‬
‫علَ ْي ِه‬ ‫يص َو َال ِع َما َمةٌ‪ُ - .‬مت هفَ ٌ‬
‫ٌ َ‬ ‫س فِي َها قَ ِم ٌ‬
‫لَ ْي َ‬

‫لحديث ابن عباس رضي هللا عنهما قال‪ :‬قال رسول هللا ‪(( :‬البسوا‬
‫وكفنوا فيها موتاكم‪،‬‬
‫من ثيابكم البياض فإنها من خير ثيابكم‪ِ ،‬‬
‫ك ُِفن في ثالثة‬ ‫لحديث عائشة رضي هللا عنها ((أن رسول هللا‬
‫أثواب بيض سحولية‪ ،‬ليس فيها قميص وال عمامة))‬
‫‪(( :‬إذا أجمرتم الميت فأجمروه‬ ‫قال‪ :‬قال رسول هللا‬ ‫لحديث جابر‬
‫ثالثا‬
‫قال اإلمام ابن قدامة رحمه هللا‪(( :‬وأوصى أبو سعيد‪ ،‬وابن عمر‪،‬‬
‫وابن عباس أن تجمر أكفانهم بالعود‪ ،‬وقال أبو هريرة‪ :‬يجمر الميت)‬
JENAZAH SERTA MENGANTARNYA
[1] Wajib membawa jenazah dan mengantarnya, karena hal itu adalah hak seorang
muslim yang mati terhadap kaum muslimin yang lain.
[2] Mengikuti jenazah ada dua tahap :
[a] Mengikuti dari keluarganya sampai dishalati.
[b] Mengikuti dari keluarganya sampai selesai penguburannya, dan inilah yang lebih
utama.
[3] Mengikuti jenazah hanya dibolehkan bagi laki-laki, tidak dibolehkan bagi
wanita, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang wanita mengikuti
jenazah.
[4] Tidak dibolehkan mengikuti jenazah dengan cara-cara sambil menangis, begitu
pula membawa wangi-wangian dan sebagainya. (Termasuk dalam kategori ini
amalan orang awam sambil membaca : “Wahhiduul -Ilaaha” atau jenis dzikir-dzikir
lainnya yang dibuat-buat.
[5] Harus cepat-cepat dalam membawa jenazah dalam arti tidak berlari-lari.
JENAZAH SERTA MENGANTARNYA

[1] Wajib membawa jenazah dan


mengantarnya, karena hal itu adalah hak
seorang muslim yang mati terhadap kaum
muslimin yang lain.
[2] Mengikuti jenazah ada dua tahap :
[a] Mengikuti dari keluarganya sampai
dishalati.
[b] Mengikuti dari keluarganya sampai
selesai penguburannya, dan inilah yang
lebih utama.
JENAZAH SERTA MENGANTARNYA

[3] Mengikuti jenazah hanya dibolehkan bagi


laki-laki, tidak dibolehkan bagi wanita, karena
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang
wanita mengikuti jenazah.
[4] Tidak dibolehkan mengikuti jenazah
dengan cara-cara sambil menangis, begitu pula
membawa wangi-wangian dan sebagainya.
(Termasuk dalam kategori ini amalan orang
awam sambil membaca : “Wahhiduul -Ilaaha”
atau jenis dzikir-dzikir lainnya yang dibuat-
buat.
[5] Harus cepat-cepat dalam membawa
jenazah dalam arti tidak berlari-lari.
JENAZAH SERTA MENGANTARNYA
[6] Boleh berjalan di depan jenazah, di belakangnya (ini yang lebih
afdhal), boleh juga di samping kanannya atau kirinya dengan posisi dekat
dengan jenazah, kecuali yang berkendaraan maka mengikuti dari
belakang. (Perlu diketahui bahwa berjalan lebih afdhal dari pada
berkendaraan).
[7] Boleh pulang berkendaraan setelah menguburkan mayat, tidak
makruh.
[8] Adapun membawa jenazah di atas kereta khusus atau mobil
ambulance, kemudian orang-orang yang mengantarnya juga memakai
mobil, maka hal ini termasuk tidak disyari’atkan, karena ini adalah
kebiasaan orang-orang kafir, serta menghilangkan nilai-nilai yang
terkandung dalam pengantaran jenazah yaitu mengingat-ingat akhirat,
lebih-lebih lagi karena hal itu menjadi penyebab terkuat berkurangnya
pengantar jenazah dan hilang kesempatan orang-orang yang ingin
mendapatkan pahala. (Kecuali dalam keadaan darurat maka boleh
memakai mobil).
JENAZAH SERTA MENGANTARNYA

[9] Berdiri untuk menghormati jenazah


hukumnya mansukh (dihapuskan), oleh karena
itu tidak boleh lagi diamalkan.
[10] Dianjurkan bagi yang membawa jenazah
supaya berwudhu, tapi ini tidak wajib.
SHALAT JENAZAH

[1] Menshalati mayat muslim hukumnya fardhu kifayah.


[2] Yang tidak wajib hukumnya dishalati (tapi boleh) :
[a] Anak yang belum baligh [Boleh dishalati meskipun
lahir karena keguguran, yaitu yang gugur dari kandungan
ibunya sebelum sempurna umur kandungan. Ini jika
umurnya dalam kandungan ibunya sampai empat bulan.
Jika gugur sebelum empat bulan maka ia tidak
dishalati].
[b] Orang yang mati syahid
SHALAT JENAZAH
Disyariatkan menshalati :
[a] Orang yang meninggal karena dibunuh dalam
pelaksaanaan huhud hukum Allah.
[b] Orang yang berbuat dosa dan melakukan hal-
hal yang haram. Orang ahlul ilmi dan ahlul diin
tidak menshalati supaya menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang seperti itu.
[c] Orang yang berutang yang tidak meninggalkan
harta yang bisa menutupi utang-utangnya, maka
orang yang seperti ini dishalati.
SHALAT JENAZAH

[d] Orang yang dikuburkan sebelum dishalati (atau


sebagian orang sudah menshalati sementara yang
lainnya belum menshalati) maka mereka boleh
menshalati di kuburnya.
[e] Orang yang mati di suatu tempat dimana tidak
ada seorangpun yang menshalati di sana, maka
sekelompok kaum muslimin menshalatinya dengan
shalat gaib. [Karena tidak semua yang meninggal
dishalati dengan shalat gaib].
SHALAT JENAZAH
[4] Diharamkan menshalati, memohonkan ampunan dan rahmat
untuk orang-orang kafir dan orang-orang munafik [mereka bisa
diketahui dari sikap mereka memperolok-olokkan serta memusuhi
hukum dan syari'at Islam, dengan ciri-ciri yang lain].
[5] Berjamaah dalam shalat jenazah hukumnya wajib, seperti halnya
dengan shalat-shalat wajib yang lainnya. Jika mereka shalat jenazah
satu persatu/sendiri-sendiri maka kewajiban shalat jenazah sudah
terpenuhi, tetapi mereka berdosa karena meninggalkan jama’ah,
wallahu ‘alam.
[6] Jumlah minimal jamaah yang tersebutkan dalam pelaksanaan
shalat jenazah adalah tiga orang.
[7] Lebih banyak jumlah jemaah lebih afdhal bagi mayyit.
[8] Disukai membuat shaf/baris di belakang imam tiga shaf ke atas.
SHALAT JENAZAH
[9] Jika yang shalat dengan imam hanya satu orang, maka orang itu
tidak berdiri pas di samping imam sejajar seperti halnya dalam
shalat-shalat lain, tapi ia berdiri di belakang imam. [Dari sini anda
mengetahui kesalahan banyak orang bahkan orang-orang terpelajar
yaitu dalam shalat-shalat biasa lainnya jika hanya berdua maka
yang ma'mum mundur sedikit dari posisi yang sejajar imam].
[10] Pemimpin umat atau wakilnya lebih berhak menjadi imam
dalam shalat, jika keduanya tidak ada maka yang lebih pantas
mengimami adalah yang lebih baik bacaan/hafalan Qur’an-nya,
kemudian yang selanjutnya tersebutkan dalam sunnah Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
[11] Jika kebetulkan banyak sekali jenazah terdiri dari jenazah
laki-laki dan jenazah wanita, maka mereka dishalati sekali shalat.
Jenazah laki-laki (meskipun masih anak-anak) diletakkan lebih
dekat dengan imam, sedangkan jenazah wanita di arah kiblat.
[12] Boleh juga dishalati satu persatu, karena ini adalah hukum
asalnya.
SHALAT JENAZAH
13] Lebih afdhal jika shalat jenazah di luar masjid, yaitu di suatu
tempat yang disiapkan untuk shalat jenazah, dan boleh juga di
masjid karena semuanya ini pernah diamalkan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
[14] Tidak boleh shalat jenazah di antara pekuburan [Bagi yang
mencermati baik-baik, hal ini tidak bertentangan dengan yang
disebutkan di Bagian XII No.3 bagian (d)]
[15] Imam berdiri di posisi kepala mayat laki-laki dan di posisi
pertengahan mayat wanita.
[16] Bertakbir 4 kali inilah yang paling kuat atau 5 sampai 9 kali,
semua ini sah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lebih utama
jika diragamkan, kadang-kadang mengamalkan yang satu dan
kadang-kadang mengamalkan yang lain.
[17] Disyariatkan mengangkat kedua tangan pada takbir yang
pertama saja.
[18] Lalu melatakkan tangan kanan di atas tangan kiri lalu
menempelkan di dada.
SHALAT JENAZAH
[19] Setelah takbir yang pertama membaca surah Al-Fatihah dan satu
surah. [Disini tidak ada penjelasan yang menyebutkan adanya do'a
istiftaah]
[20] Bacaan dalam shalat jenazah sifatnya sir [pelan].
[21] Lalu takbir yang kedua kemudian membaca shalawat kepada
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
[22] Lalu bertakbir untuk takbir selanjutnya, dan mengikhlaskan doa
untuk mayyit.
[23] Berdoa dengan doa yang sah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, seperti : “Alahumma ‘abduka wabna amatika ahyaaja ilaa
rahmatika wa anta ghaniyyi an ‘adzabihi in kana muhsinan farid fii
hasanaatihi, saayyian fatajawaja ‘an sayyiatihi” Artinya : “Ya Allah,
ini adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu, ia memerlukan rahmat-Mu,
Engkau berkuasa untuk tidak menyiksanya, jika ia baik maka
tambahlah kebaikannya, jika ia jahat maka maafkanlah
kejahatannya”
SHALAT JENAZAH
[24] Berdoa antara takbir yang terakhir dengan salam
disyariatkan.
[25] Kemudian salam dua kali seperti halnya pada shalat wajib
yang lain, yang pertama ke kanan dan yang kedua ke kiri, boleh
juga salam hanya satu kali, karena kedua cara ini tersebutkan
dalam sunnah.
[26] Menurut sunnah salam pada shalat jenazah dengan cara sir
(pelan), bagi imam dan orang-orang yang ikut di belalakangnya.
[27] Tidak boleh shalat pada waktu-waktu terlarang, kecuali
karena darurat. [waktu-waktu terlarang ; saat terbitnya matahari,
tatkala matahari pas dipertengahan dan tatkala terbenam]
SHALAT JENAZAH
SHALAT JENAZAH
SHALAT JENAZAH
SHALAT JENAZAH
MEMBAWA JENAZAH
 . 1. Wajib membawa jenazah dan mengatarnya, karena itu
adalah hak muslim terhadap muslim lainnya,

2. Mengikuti jenazah : mengikuti keluarga hingga di shalati
atau mengikuti dari keluarga hingga selesai penguburannya,
inilah yang lebih utama.

3. Mengikuti jenazah hanya boleh bagi laki-laki. Wanita
dilarang karena itu perintah nabi Muhammad SAW;

4. Tidak boleh membawa jenazah dengan cara menangis,
membawa wewangian, hingga berbagai bentuk dzikir;
 5. Harus cepat-cepat tetapi tidak berlari;
 6. Boleh berjalan didepan atau dibelakangnya (lebih afdhal), boleh
juga sebelah kanan atau kirinya, kecuali yang berkendaraan lebih
afdal di belakangnya;
 7. Tidak makruh dan boleh berkendaraan pulang setelah
menguburnya;
 8. Membawa jenazah di atas kereta khusus atau mobil ambulance,
kemudian orang mengatarnya memakai mobil juga, maka hal ini
tidak disyariatkan, karena ini kebiasaan orang kafir, serta
menghilangkan nilai-nilai yang dikandung dalam pengantaran jenazah
yaitu mengingat akhirat, lebih-lebih itu menjadi penyebab terkuat
berkurangnya pengatar jenazah dan hilangnya kesempatan orang-
orang yang ingin mendapatkan pahala ( kecuali dalam keadaan
darurat boleh pakai mobil);
 9. Berdiri menghormati mayyit hukumnya mansukh, sehingga tidak
boleh dilakukan;
 10. Dianjurkan yang membawa jenazah supaya berwudhu;
MENGUBUR MAYYIT
 1. Wajib hukumnya mengubur mayyit meski kafir sekalipun;
 2. Tidak boleh mengubur jenazah seorang muslim dengan seorang
kafir atau sebaliknya;
 3. Menurut sunnah Rasulullah SAW, mengubur ditempat
penguburan, kecuali orang yang mati syahid mereka gugur tidak
dipindahkan ketempat penguburan. ( Hal ini memuat bantahan
terhadap sebagian orang yang mewasiatkan supaya dikubur di
masjid atau makam khusus dan tempat lain yang di larang Allah
SWT);
 4. Tidak boleh mengubur pada waktu terlarang; atau pada waktu
lama meski enggukan lampu dan turun ke dalam liang lahat utk
memudahkan pelaksanaan, kecuali darurat;
 5. Wajib memperdalam lubang kubur, memperluas dan
memperbaiki;
 6. Penataan kubur tempat mayat ada 2 : a. lahad
(melubangi liang kubur ke arah kiblat; b Syaq :
melubangi ke bawah dipertengahan liang kubur.
 7. Dalam kondisi darurat boleh menguburkan dua atau
lebih mayat dalam lubang kubur, dengan mengutamakan
orang lebih paham qur’an dan sunnah ;
 8. yang menurunkan mayat adalah laki laki (meski
mayat itu perempuan);
 9. Wali mayyit lebih berhak menurunkan;
 10. Boleh suami mengejakan penguburan sendiri
istrinya;
 11. Dipersyaratkan bagi yang menguburkan mayyit
wanita, yang semalam tidak berhubungan suami istri;
 12. Menurut Sunnah Rasulullah SAW : memasukkan
mayat dari arah belakang liang kubur;
 13. Meletakkan mayat diatas sebelah kannannya, wajah
menghadap kiblat, kepala dan kedua kaki melentang
kekanan dan ke kiri
 14. Orang meletakkan mayat di kubur membaca “
bismillahi wa’allaa sunnati rasuulillahi shallallahu ‘
alaihi wassallama” atau bismillahi wa ‘alaa millati
rasulullahi shalallahu ‘alaihi wassalama’’;
Setelah menimbun kubur di
Sunnahkan
1) Meninggikan kubur sekitar sejengkal diatas permukaan
tanah, tidak diratakan , supaya dapat dikenal, dipelihara dan
tidak dihinakan;

2) Meninggikan hanya sebatas sejengkal;

3) Memberi tanda dengan batu atau sejenis supaya di kenal;

4) BERDIRI DI KUBUR SAMBIL MENDO’AKAN DAN


MEMERINTAHKAN YANG HADIR UNTUK MENDOAKAN DAN
MEMOHONKAN AMPUNAN ( INI AJARAN RASULULLAH SAW,
SEDANG TALQIN YANG BIASA KITA DENGAR TIDAK ADA
DALILNYA),
Setelah menimbun kubur di
Sunnahkan
5) Boleh duduk saat pemakaman dengan
maksud memberi peringatan orang yang hadir
akan kematian dan alam setelah kematian (HR
Al Barra bin ‘Aazib),
6) Menggali kubur sebelum mati sebagai
persiapan mati tidak dianjurkan oleh
Rasulullah SAW. Karena hanya Allah yang tahu
akan datangya kematian, serta rasulullah dan
sahabat tidak pernah mengamalkannya.
TAKZIYAH
1. Disyariatkan bertakziyah dengan
menganjurkan supaya bersabar, mengaharap
pahala Allah SWT, dan mendo’akan si mayyit;

2. Bertakziyah dengan menyenangkan mereka,


meringankan kesediahan, dan membuat mereka
ridha dan sabar;
TAKZIYAH
3. Takziyah tidak dibatasi 3 hari, kapanpun sempat saat itu
dilakukan;
1) HARUS DIHINDARI MESKI TELAH TURUN TERMURUN BERLAKU DI
ADAT KITA :

2) BERKUMPUL UNTUK BERTAKZIYAH PADA TEMPAT KHUSUS (RUMAH,


MASJID, KUBURAN);

3) KELUARGA MAYIT SENGAJA MENYIAPKAN MAKANAN UNTUK ORANG


YANG TAKZIYAH (SEPERTI HARI KETIGA, KE TUJUH, SERATUS, SERIBU,
INI TIDAK ADA FALILNYA)

4. YANG ADA DALAM SUNNAH NABI MUHAMMAD SAW : para kerabat


mayyit dan tetangganya yang membuatkan makanan untuk keluarga
mayyit.

5. Disukai mengusap kepala anak yatim, memuliakan serta berlemah


lembut kepadanya.
YANG BERMANFAAT BAGI MAYYIT

1) Doa orang muslim untuknya;


2) Wali mayyit mengdqadla/menutupi puasa
nadzar si mayyit;
3) Utang mayyit dibayar walinya atau orang
lain;
4) Amalan shaleh dari anak shaleh dari sang
mayyit;
5) Semua peninggalan baik si mayyit, begitu
pula amal jariyah.
ZIARAH KUBUR
1) Disyariatkan berziarah kubur untuk mengambil pelajaran
dan mengingat akhirat dan tidak melakukan kesyirikan,
dengan cara beroa kepa mayyit, berlebihan memuji mayyit;

2) Wanita dan pria sma-sama boleh berziarah kubur dengan


syarat menghindari ikhtilath, meratap, tabarruj
(meperlihatkan aurat), serta semua jenis kemungkaran yang
memenuhi kuburan pada zaman ini;

3) Wanita dilarang berziarah kubur seandainya bisa


menyebabkan berbagai kemungkaran tersebut,

4) Boleh berziarah kubur orang yang mati untuk sekedar


mengambil pelajaran;
Tujuan ziarah kubur :
a) Manfaat bagi yang berziarah :mengingat mati,
mengenang orang yang sudah mati,bahwa tempat
kemabli mereka hanya dua kemungkinan kalau bukan
syurga pasti neraka. Ini berlaku untuksemua orang;

b) Memberi manfaat bagi mayyit dan berbuat baik


pada mereka dengan cara memberi salam,
mendoalkan dan memintakan ampunan kepada Allah
SWT. Ini berlaku khusus untuk muslim. (Tidak
disyaraiatkan membaca Al fatehah, Yassin, dan surah
lain atau takbir, tahlil dll. Tapi yang disyariahkan
adalah yang dicontohkan nabi Muhammad SAW)
6) Boleh mengangkat tangan saat berdoa untuk mayyit
saat ziarah kubur, dilakukan tidak menghadap kubur
tetapi menghadap kiblat,

7) Jika ziarah ke kubur orang kafir tidak boleh memberi


salam,tidak mendoakan, bahkan memberikan kabar
siksa neraka;

8) Tidak berjalan diantara kuburan muslim dengan alas


kaki;

9) Tidak disyariatkan menaruh wewangian dan


kembang, tidak boleh pada kuburan karena merupakan
kekhususan bagi asulullah SAW),
Saat di kubur di HARAMKAN:
a) Menyembelih;

b) Meninggikan kuburan melebihi yang dijelaskan


diatas;

c) Mencat kuburan;

d) Membangun diatasnya;

e) Duduk diatasnya;

f) Shalat menghadap kubur;

g) Shalat dikubur meski tidak menghadap kubur;


h) Membangun masjid di kubur’

i) Menyalakan lampu diatasnya’

j) Menghancurkan tulang mayat orang muslim


(Adapun mayyit orang kafir diperbolehkan, karena
tiada nilai kehormatan untuknya)

k) Menggali kuburan orang muslim kecuali ada


sebab yang dibolehkan untuk syariat;

l) Boleh menggali kubur orang-orang kafir,karena


tidak ada nilai kehormatan baginya.
BEBERAPA KESALAHAN YANG
BERTETANGAN DENGAN SYARIAT
 Banyak orang awam, terlebih yang
membesar-besarkan syaikh, kyai, ulama,
sunan, wali, dll, banyak melakukan
kesalahan yang bertentangan dengan
syariat terutama dalam pengurusan
jenazah. Mereka menyangka bersumber
dari Islam, padahal tidak dan bertentangan
dengan petunjuk rasulullah SAW, karena
memang tiada dalil, karena adat istiadat,
atau kebiasaan orang kafir.
Kesalahan itu antara lain :
1) Membaca Surah Yassin untuk orang yang sekaratul maut;

2) Menghadapkan orang sekaratul maut ke kiblat;

3) Memasukkan kapas di pantat, tenggorokan dan hidung mayyit,

4) Keluarga mayyit tidak makan sampai selesai penguburan;

5) Memanjangkan jenggot sebagai rasa duka setelah itu mencukurnya


6) Mengumunkan berita kematian lewat menara;

7) Mereka membaca saat seorang memberitakan kematian : Al Fatihah ‘ala


ruh...

8) Yang memandikan mayyit membaca bacaan tertentu saat membasuh anggota


tubuh mayyit;

9) Megeraskan dzikir saat memandikan atau saat mengantar jenazah;

10) Menghias jenazah;

11) Meletakkan selendang diatas keranda;

12) Keyakinan bahwa mayyit yang ringan dosanya sedikit, atau sebaliknya

13) Pelan-pelan dalam membawa jenazah;


14) Mengangkat suara saat menghadiri jenazah atau bercanda
dengan orang lain;

15) Memuji-muji jenazah saat menghadiri jenazah di mesjid


sebelum dan sesudah dishalati, sebelum pemakaman;

16) Kebiasaan membawa jenazah dengan mobil dan mengantarkan


dengan mobil;

17) Shalat Ghaib, padahal sudah tahu bahwa ditempa


meninggalnya sudah dishalati;

18) Imam posisi lurus ditengah mayat laki-laki atau posisi


lurusdengan dada mayat perempuan;

19) Setelah shalat jenazah, ada yang bertanya dengan suara keras
:”Bagaimana kesaksian kalian terhadap simayyit ini?”Lalu hadirin
menjawab :” Dia adalah orang shaleh”;
20) Sengaja memasukkan mayyit dari arah liang kubur;

21) Menyebar pasir bibawah si mayyit tanpa ada alasan yang


jelas,

22) Memercikkan bantal untuk mayyit atau jenis lain dibawah


kepalanya dalam liang kubur;

23) Memakaikan air kembang ke mayyit dalam kubur;

24) Talqin dengan kata-kata : “wahai fulan...” jika datang


kepadamu dua malaikat
25) Takziyah dikuburan dengan berbaris-baris,

26) Berkumpul disuatu tempat untuk takziyah;

27) Membatasi Takziyah dengan 3 hari;

28) Bertakziyah dengan perkataan “ Semoga Allah


memperbanyak pahalamu” sebagai persangkaan itu ada
sunnahnya, padahal tidak ada dalam sunnah nabi SAW.

29) Penyiapan hidangan makanan dari keluarga si mayyit;di


beberapa hari tertentu;

30) Membuat makanan tertentu atau membelinya pada hari


ketujuh;
31) Keluar pagi-pagi menuju mayyit yang telah dikubur kemarin, bersama kerabat
keluarga dan temannya;

32) Merayakan pujian untuk mayyit pada malam ke 40, setahun setelah meninggal
(Abdur Razzaq Naufal dalam kitabnya “Al Hayaat Al Ukhraa hal 156 berkata :
Sesungguhnya peringatan ke40 ini berasal dari adat raja-raja fir’aun, sebab
mereka sibuk dengan pengawetan mayat, persiapan penguburan selama 40 hari
dan mereka menjadikan perayaan pemakaman);

33) Menggali kubur sebelum wafat sebagai tanda kesiapan mati;

34) Mengkhususkan ziarah kubur pada Idul Fitri;

35) Mengkhususkan ziarah kubur pada hari Senin dan Kamis;


36) Membaca Al fatehah dan Yasinan di kuburan;

37) Mengirim salam kepada para nabi melalui mayyit yang diziarahi kubur;

38) Menghadiahkan pahala ibadah seperti shalat dan bacaan Al qur’an kepada
orang muslim yang sudah mati;

39) Menghadiahkan pahala amalan kepada nabi SAW;

40) Memberikan gaji kepada orang yang membacakan Al Qur’an dan


menghadiahkannya untuk si Mayyit;

41) Pendapat mereka: Bahwa doa disekitar kubur para nabi dan orang salih
mustajab
42) Mengiasai kubur;

43) Bergantung dikubur nabi dan menciumnya;

44) Bertawaf dikubur para nabi dan orang shalih(Sebagaimana


dilakukan orang-orang jahil di negeri muslim seperti mesir,)

45) Meminta pertolongan pada mayyit atau meminta doanya;

46) Mempertinggi dan membangun kuburan;


47) Menulis nama mayyit di masjid, atau membangun masjid
diatas kubur;

48) Sengaja berpergian jauh untuk berziarah ke kubur nabi;

49) Mengirmkan tulisan yang berisi permohonan hajat


kepada Rasulullah SAW saat berziarah ke makamnya;

50) Anggapan mereka : “Tiada beda antara semasa hidup


dan sesudah mati nabi SAW dalam menyaksikan umatnya,
serta mengetahui keadaan dan urusan mereka”.
SEKIAN
Pertama, pengkhianatan yang dilakukan oleh Abu Lu’luah Al-Majusi
dengan membunuh Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu.
Kaum Syiah menjulukinya dengan “Baba Syujauddin”(sang pembela
agama yang gagah berani). Kuburannya di Iran dikunjungi dan
dihormati oleh kaum Syiah. Bahkan para ulama syiah berdoa, “Ya
Allah kumpulkan kami di akherat kelak bersama Abu Lu’lulah”. Dr.
Akram Dhiya’ Al Umari mengkisahkan:

‫و قد غلبت الدولة اإلسالمية في عهده (أي عمر بن الخطاب) الفرس و الروم و حررت‬
‫الهالل الخصيب و مصر و مصرت الكوفة و البصرة و الفسطاط و مازالت في صعود و‬
‫امتداد حتى إغتاله أبو لؤلؤة المجوسى غالم المغيرة بن شعبة و هو يؤم المسلمين في‬
‫ للهجرة بعد خالفة دامت‬23 ‫صالة الفجر ليلة األربعاء ليال بقين من ذي الحجة سنة‬
‫عشر سنين و ستة أشهر‬

“Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, umat Islam


berhasil menaklukan Persia, Romawi, Bulan Sabit Subur(fortile
caesent) (Mesopotamia, Suriah-Palestina) dan Mesir. Umat Islam
juga berhasil menjadikan Kufah, Bashrah dan Fusthat sebagai
pusat kota. Demikianlah, Islam terus berekspansi sampai akhirnya
Khalifah Umar dibunuh oleh Abu Lu’lu’ah Al-Majusi, budak dari
Mughirah bin Syu’bah, ketika beliau sedang mengimami shalat
shubuh pada malam Rabu bulan Dzulhijjah tahun ke-23 hijriah.
Khalifah meninggal setelah memerintah selama 10 tahun 6 bulan.”

Anda mungkin juga menyukai