Kelompok 4 - Anxiety Disorder
Kelompok 4 - Anxiety Disorder
Kelompok 4 - Anxiety Disorder
-Model Serotonin
Patofisiologi
1. Model Non adrenergik
• sistem saraf autonom penderita ansietas bersifat
hipersensitif dan mempunyai reaksi yang
berlebihan terhadap berbagai jenis
stimulus/rangsangan.
• LC (locus ceruleus) sebagai pusat alarm, akan
mengaktivasi pelepasan NE dan menstimulasi
sistem saraf simpatik dan parasimpatik.
• Obat2 anxiogenik (misal yohimbin &
isoproterenol) akan menstimulasi LC dan
meningkatkan aktivitas NE →memicu gangguan
ansietas & panik
• Sebaliknya obat2 anxiolytic atau antipanic (misal
BZs, antidepresan, klonidin) akan menghambat LC,
menurunkan aktivitas NE dan menghambat efek
obat2 anxiogenik.
Patofisiologi
2. Model Reserptor GABA
• GABA = major inhibitory neurotransmitter di
CNS
• Benzodiazepin = meningkatkan efek inhibisi
dari GABA
• Secara fungsional dan structural, reseptor
benzodiazepin berhubungan dengan reseptor
GABA tipe A (GABAA) dan chanel ion yang
dikenal sebagai GABA-BZ reseptor complex.
• Pada pasien dengan GAD, ikatan BZ pada lobus
temporal bagian kiri itu menurun
Patofisiologi
3. Model Serotonin
• Ansietas berhubungan dengan transmisi 5HT yang
berlebihan atau overaktivitas dari simulasi jalur 5HT
• Aktivitas 5 – HT yang lebih besar akan mengurangi
aktivitas NE dalam LC, menghambat pertahanan /
hilangnya respon melalui daerah abu2
periaqueductal dan mengurangi release CRF dari
hipotalamus. (obat2 SSRIs selektif akan
menghambat manifestasi panik)
• Aktivitas 5 – HT yang rendah akan menyebabkan
disregulasi neurotransmiter lain.
• NE mempunyai aksi pada terminal 5 – HT
presinaptik shg menurunkan release 5 – HT,
sebaliknya aktivitasnya pada reseptor postsinaptik
akan meningkatkan release 5 - HT
Gejala
Generalized Anxiety Disorder
Gejala psikologi dan kognitif Gejala fisik
• Kecemasan berlebihan • Gelisah
• Kekhawatiran yang sulit dikontrol • Lelah
• Perasaan tegang • Gangguan tidur
• Sulit konsentrasi atau pikiran blank • Kejang otot
• Mudah tersinggung
Panic Disorder
Gejala Psikologi Gejala Fisik
• depersonalisasi • Dada terasa sakit
• derealisasi • Pusing atau kepala terasa berat
• takut akan kehilangan kontrol, gila • Menggigil
atau mati • Merasa tersedak
• Palpitasi (jantung berdebar)
• Mual
• Parestesi
• Sesak napas
• Berkeringat
• Takikardia
• Gemetar
Social Anxiety Disorder
(Katzman, 2009).
Biokimia Klinis
• Basic Metabolic Panel (BMP)
8 uji untuk mengetahui kondisi metabolisme
tubuh
uji glukosa, kalsium, natrium, kalium, CO2,
klorida, blood urea nitrogen (BUN), kreatinin
• Thyroid-stimulating hormone (TSH) / Thyroid
Panel
Untuk mengetahui fungsi kelenjar tiroid
uji TSH, T4 bebas (tiroksin), T3 bebas
(triiodotironin)
• Complete Blood Count (CBC)
Untuk mengetahui adanya penyakit yang
mempengaruhi sel-sel darah
Uji jumlah sel darah putih, sel darah merah,
platelet
(AACC, 2015).
Biokimia Klinis
(Nutt, 2002).
Nilai Normal Biokimia Klinis
BMP
•Glukosa : 3,6 – 6,0 mmol/L
•Kalsium : 2,15 – 2,58 mmol/L
CBC
•Natrium: 135 – 145 mmol/L
• WBC : 4 – 10 x 109/L
•Kalium : 3,3 – 4,9 μmol/L
• RBC : 4 – 6,2 x 1012/L
•CO2 : 22 – 30 mmol/L
• Platelet : 140 – 440 x 109/L
•Klorida : 97 – 110 mmol/L
•BUN : 2,9 – 8,9 mmol/L
•Kreatinin : 62 – 115 μmol/L
TSH
• TSH : 0,35 – 6,20 miliunit/L
• T4 (tiroksin) bebas : 9,0 – 24,5 pmol/L
• T3 (triiodotironin) bebas : 0,91 – 2,70
nmol/L (Schwinghammer, 2011).
Terapi Farmakologi
Indikasi:
Depresi sedang sampai berat, termasuk depresi
yang disebabkan karena ansietas.
Kontraindikasi:
Penyakit jantung, gangguan elektrolit, hipertensi,
gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat,
kehamilan (lampiran 4) dan menyusui (lampiran
5), penggunaan bersamaan venlafaksin dengan
inhibitor monoamin oksidase.
(BPOM RI, 2015)
Peringatan:
- Diperlukan pemeriksaan EKG sebelum pengobatan
- Lakukan pengukuran tekanan darah sebelum dan secara
periodik selama pengobatan
- Riwayat epilepsi, glukoma sudut sempit, penggunaan
bersama obat lain dapat meningkatkan risiko perdarahan
- Riwayat gangguan perdarahan, gangguan fungsi hati,
gangguan fungsi ginjal
- Dapat mempengaruhi kewaspadaan (misal: mengemudi).
- Gejala putus obat : gangguan gastrointestinal, sakit
kepala, anxietas, pusing, paraestesia, tremor, gangguan
tidur, dan berkeringat. Hal-hal tersebut di atas sering
muncul pada gejala putus obat jika pengobatan
dihentikan mendadak atau dosis diturunkan secara
bermakna; Dosis sebaiknya diturunkan secara bertahap
dalam beberapa minggu.
BPOM RI, 2015
Efek Samping:
Konstipasi, mual, pusing, mulut kering, insomnia, gugup,
mengantuk, astenia, sakit kepala, disfungsi seksual, berkeringat.
- Umum terjadi : anoreksia, perubahan berat badan, diare,
dispepsia, muntah, sakit perut, hipertensi, palpitasi,
vasodilatasi, perubahan kolesterol dalam serum, rasa dingin,
pireksia, dispnoea, yawning, mimpi aneh, agitasi, anxietas,
bingung, hipertonia, paraestesia, tremor, sering buang air kecil,
gangguan menstruasi, arthralgia, mialgia, gangguan
penglihatan, midriasis, tinnitus, pruritus, ruam kulit.
- Tidak umum terjadi : Apathy, bruxism, gangguan mengecap,
hipotensi, postural hipotensi, arhitmia, halusinasi, myoclonus,
retensi urin, gangguan perdarahan, reaksi hipersensitivitas,
gangguan bicara, efek ekstrapiramidal, keinginan bunuh diri,
agresi, seizure, sindroma serotonin dan sindroma malignansi
neuroleptik, peningkatan kadar prolaktin dll.
BPOM RI,
2015
Dosis:
- Depresi, dosis awal 75 mg per hari dalam 2 dosis terbagi, naikkan
dosis jika perlu setelah 3-4 minggu menjadi 150 mg per hari dalam
2 dosis terbagi;
- Depresi berat atau pasien rawat inap dosis dinaikkan lebih cepat
dan bertahap sebanyak 75 mg setiap 2-3 hari hingga maksimum
375 mg per hari, selanjutnya dosis diturunkan secara bertahap.
- Anak-anak dan dewasa di bawah umur 18 tahun tidak
direkomendasikan.
- Sediaan lepas lambat, 75 mg sekali sehari, jika dalam 2 minggu
dibutuhkan peningkatan efek klinik, dosis dapat ditingkatkan hingga
150 mg sekali sehari.
- Jika diperlukan, dosis dapat ditingkatkan kembali hingga 275 mg
sekali sehari.
- Peningkatan dosis sebaiknya dalam interval waktu 2 minggu atau
lebih namun tidak boleh kurang dari 4 hari.
- Obat sebaiknya diberikan sekali sehari pada waktu yang sama, pagi
hari atau sore hari.
BPOM RI,
2015
• Obat sebaiknya dikonsumsi dengan makanan
• Jangan mengendarai kendaraan atau
mengoperasikan mesin sampai efek
venlafaxine tercapai
• Obat diminum dalam bentuk utuh, jangan
dirusak, diremukkan, atau dikunyah, atvu
dilarutkan dalam air.
• Menghindari konsumsi alkohol ketika
mengonsumsi venfafaxin
Terapi Non Farmakologi
• Psikoedukasi : informasi etiologi dan manajemen gangguan
ansietas umum.
• Cognitive Behavioral Therapy (CBT) : efektif bagi penderita
gangguan ansietas umum.
*Terapi non farmakologi ini bisa digunakan tunggal atau kombinasi dengan
pengobatan farmakologi, agar efek yang dihasilkan lebih efektif (Dipiro, 2008).
• Psikoterapi
• Konseling jangka pendek
• Manajemen stress
• Terpi kognitif
• Meditasi
• Dan latihan (olahraga) (Wells, 2015).
Fitoterapi
Kava
Terdiri atas rimpang dan akar tanaman piper
methysticum yang dikeringkan. Ekstrak kava dan
kandungannya menunjukkan efek antikonsulvan,
anestesi lokal dan relaksan otot. Kava bekerja
menginhibisi kanal yang potensial aksinya bergantung
pada Na+ pada otak yang menyebabkan eksitabilitas
neuron (Supriyatna dkk, 2015).
Banyak peneliti mempertimbangkan kava
sebagai alternatif dari benzodiazepin dan antidepresan
trisiklik sebagai terapi ansietas Supriyatna dkk, 2015).
Dosis yang direkomensasikan adalah 1,5-3 g per
hari akar kering dalam bentuk dekokta atau 3-6 ml per
hari dalam bentuk ekstrak cair (Supriyatna dkk, 2015).
Monitoring TERAPI
• Awal: dipantau dua kali seminggu
• Menilai respon terhadap pengobatan dengan
menanyakan tentang gejala target khusus dari
kecemasan dan munculnya efek samping.
• Respon ideal = pasien tidak memiliki
kecemasan atau gejala depresi dan tidak ada
gangguan fungsional.
• Setelah mencapai dosis obat yang optimal,
pasien dapat dievaluasi setiap bulan
sampai penghentian obat.
(Dipiro, 2005).
Hamilton Rating Scale
(HRSD/HDRs/HAM-D)
• Berupa kuesioner dirancang
untuk orang dewasa dan
digunakan untuk tingkat
keparahan depresi mereka
dengan menelusuri suasana
hati , perasaan bersalah, ide
bunuh diri, sulit tidur, agitasi
atau retardasi, kecemasan,
penurunan berat badan, dan
gejala somatik.
• Diharapkan: dibawah 7
(Hedlund, 1979).
Sheehan Disability Scale (SDS)
• Sheehan Disability
Scale adalah gabungan
dari tiga item diri
dinilai dirancang
untuk mengukur
sejauh mana tiga
sektor utama dalam
kehidupan pasien
terganggu oleh panik,
kecemasan, fobia, atau
gejala depresi.
• Skala Sheehan
Disability Skor ≤1
pada setiap item
• Jika pasien hanya memiliki respon parsial,
dosis harus ditingkatkan setelah 4 sampai
6 minggu terapi antidepresan (atau 2
minggu untuk terapi akut dengan
benzodiazepin).
-> dengan pertimbangan dan persetujuan
dokter
Monitoring EFEK SAMPING OBAT
Efek samping muncul pada minggu awal sebagai respon
pengenalan obat dalam tubuh. Efek samping akan hilang dengan
sendirinya dalam beberapa hari, sehingga tidak diperlukan
penanganan khusus. Untuk menghindari efek samping obat,
pengobatan dapat dimulai dengan dosis lebih kecil di awal minggu.
Tahapan Pengobatan
- Minggu pertama adalah masa "pengenalan" obat tersebut di otak
dan tubuh pasien.
- Minggukedua, di mana obat sudah mulai mencapai tahapan
stabilisasi di otak tetapi belum berespon maksimal.
- Minggu ketiga dan keempat obat antidepresan sudah mulai
mencapai keseimbangan di dalam otak pasien. Pada minggu ketiga
dan keempat ini, biasanya keluhan sudah jauh lebih berkurang jika
pasien cocok dengan obat-obatan yang diberikan.
- Minggu kelima dan keenam adalah saat keseimbangan sudah
mulai stabil dan biasanya pasien sudah hampir merasakan
kesembuhan (remisi) yang baik.
Salah satu efek samping obat Venlafaxin
adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Dilakukan pemeriksaan tekanan darah
pasien, setiap dilakukan monitoring terapi
menggunakan tensimeter.
Klasifikasi tekanan darah JNC 7:
Pada pasien 55 tahun, tekanan darah normal 140/85
Daftar Pustaka
AACC. 2015. Lab Tests Online. Available online at
https://labtestsonline.org/understanding/conditions/rheumatoid/start/1
[diakses tanggal 24 April 2016].
BPOM RI . 2015. Pusat Informasi Obat Nasional. Available at
http://pionas.pom.go.id/monografi/venlafaksin [diakses pada tanggal 31 Mei
2016].
Departemen Kesehatan RI, 1998. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa di Indonesia (PPDGJ) Edisi III. Jakarta: Dirjen Pelayanan Medis RI.
Dipiro, Joseph T et al. 2005. PHARMACOTHERAPY A Pathophysiologic Approach Sixth
edition. New York: MCGRAW-HILL.
Dipiro, Joseph T., dkk. 2008. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach Seventh
Edition. New York: McGrawHill.
Dipiro, Joseph, et al. 2015. Pharmacotherapy Hadbook 9th Edition. United States:
McGraw-Hill Education.
Hedlund JL, Viewig BW. 1979. The Hamilton rating scale for depression: a
comprehensive review. Journal of Operational Psychiatry 10:149-165
Katzman M. Current Considerations in the Treatment of Generalized Anxiety Disorder.
CNS Drugs. 2009;23:103-120. Available from: ProQuest Medical Library.
Nutt, D., et al. 2002. Generalized Anxiety Disorder: Diagnosis, Treatment and its
Relationship to Other Anxiety Disorders, 3rd Edition. London: Martin Dunitz.
Schwinghammer, T.L. dan J.M. Koehler. 2011.
Pharmacotherapy Casebook: A Patient-Focused
Approach, 8th Edition. New York: McGraw-Hill
Education.
Sheehan, David V. 1983. Sheehan Disability Scale : A Brief,
Patient Rated, Measure of Disability and Impairment.
Stuart dan Laraia. (2001). Principles and practice of psychiatric
nursing. USA: Mosby Company
Supriyatna, dkk. 2015. Fitoterapi sistem Organ. : Pandangan
Dunia Barat terhadap Obat Herbal Global. Yogyakarta:
Deepublish
Wells, Barbara G., dkk. 2015. Pharmacotherapy Handook
Ninth Edition. New York: McGrawHill.