100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
880 tayangan51 halaman

1.sistem Kontrol Boiler

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 51

I DEWA PUTU HARIWANGSA

PENDAHULUAN

• Boiler merupakan salah satu peralatan proses yang


berfungsi memproduksi steam/uap.
• Steam yang dihasilkan tersebut akan digunakan untuk
berbagai macam keperluan, antara lain sebagai
penggerak turbine dan sebagai media pemanas dalam
unit proses.
• Air umpan (feedwater) dimasukkan ke Boiler dan
dipanaskan, dalam hal ini oleh panas hasil pembakaran
fuel sehingga menghasilkan steam.
• Fuel yang digunakan bisa fuel gas atau fuel oil atau
keduanya (selain dari hasil pembakaran fuel, panas
yang digunakan juga bisa berasal dari sumber lainnya,
seperti pembakaran batu bara, kayu/ampas, atau
media pemanas lainnya).
TUJUAN SISTEM KONTROL

• Secara umum, tujuan sistem kontrol pada boiler


adalah agar produk steam yang dihasilkan sesuai
dengan spesifikasi yang dikehendaki sambil tetap
menjaga agar boiler dapat beroperasi dengan
efisien dan aman.
BAGIAN SISTEM KONTROL

Secara garis besar, sistem kontrol pada boiler ini


terdiri dari:
1) Drum level control
2) Combustion control
3) Atomizing control
4) Blowdown control
5) Steam temperature control
1. DRUM LEVEL CONTROL

• Tujuan drum level control adalah menjaga agar level


drum (tinggi permukaan air dalam drum) tetap pada
setpoint-nya walaupun terjadi perubahan beban
ataupun gangguan lainnya.
• Level drum yang terlalu rendah bisa menyebabkan
terjadinya panas berlebih (overheated) pada boiler
tubes sehingga tubes bisa menjadi rusak / bengkok /
bocor.
• Sebaliknya level drum yang terlalu tinggi akan
menyebabkan pemisahan air dan steam dalam drum
tidak sempurna sehingga kualitas steam yang dihasilkan
kurang (banyak mengandung air/basah).
JENIS DRUM LEVEL CONTROL

a) Single element drum level control


b) Two-element drum level control
c) Three-element drum level control.
A. SINGLE-ELEMENT DRUM LEVEL
CONTROL
• Ini merupakan konfigurasi drum level control yang
paling sederhana, yaitu hanya menggunakan feedback
level control.
• Disebut single-element karena hanya level drum saja
yang dikontrol.
• Konfigurasi kontrol ini umumnya digunakan pada boiler
berkapasitas rendah (<150,000 pounds-per-hour),
pressure rendah (<250 pounds-per-square-inch), dan
dengan beban yang relative tetap/stabil.
• Kekurangan konfigurasi control ini adalah sulit
mempertahankan level pada setpointnya jika terjadi
perubahan beban secara terus menerus.
B.TWO-ELEMENT DRUM LEVEL
CONTROL
• Konfigurasi ini digunakan untuk mengatasi
kekurangan konfigurasi single-element dalam
menangani fluktuasi beban, yaitu dengan jalan
menambah steam flow control (yang mewakili
beban boiler) sebagai feedforward control.
• Jadi, dalam konfigurasi ini, terdapat dua controller,
yaitu level control sebagai feedback dan steam
flow control sebagai feedforward control, sehingga
disebut dengan two-element control.
• Konfigurasi ini cocok untuk single drum boiler
dengan kondisi pressure/flow feedwater yang
relative konstan.
C. THREE-ELEMENT DRUM LEVEL
CONTROL.
• Ini merupakan konfigurasi yang paling lengkap,
yang dibentuk dengan menambah feedwater flow
control dalam konfigurasi cascade.
• Penambahan feedwater flow control ini dimaksud
untuk mengantisipasi fluktuasi pada flow/pressure
feedwater, yang umumnya terjadi pada feedwater
line yang menggunakan beberapa pompa
(multiple pump) untuk melayani beberapa boiler
sekaligus (multiple boiler).
2.COMBUSTION CONTROL

• Tujuan combustion control adalah untuk menjaga


pressure steam yang dihasilkan boiler agar selalu
sesuai dengan yang dikehendaki (sesuai setpoint-
nya).
• Oleh karena itu, dalam konfigurasi combustion
control, steam pressure (biasanya diambil dari
steam header) digunakan sebagai master control,
outputnya di-cascade dengan fuel flow control dan
combustion air flow control (air di sini maksudnya
udara).
• Jika terjadi kenaikan beban (yang ditandai dengan
turunnya pressure steam dari setpoint-nya), maka
fuel flow control dan combustion air flow control
akan bereaksi membuka control
valve. Sebaliknya, apabila terjadi penurunan
beban (yang ditandai dengan kenaikan pressure
steam dari setpoint-nya), maka kedua control
tersebut akan bereaksi menutup control valve.
• Fuel flow control dan combustion air flow control di-
interkoneksi untuk menjamin agar combustion
air/udara selalu cukup tersedia untuk membakar
habis fuel pada kondisi berapapun perubahan flow
fuel.
• Hal ini untuk menjaga agar tidak terjadi akumulasi
fuel yang tidak terbakar di dalam ruang bakar
karena sangat membahayakan (bisa menimbulkan
ledakan).
• Interkoneksi fuel flow control dan combustion air
flow control ini dilakukan melalui selector switch
(high dan low), seperti pada gambar berikut.
• Dalam konfigurasi ini, apabila terjadi kenaikan
beban, maka yang terlebih dahulu bereaksi untuk
membuka control valve adalah combustion air flow
control baru kemudian fuel flow control.
• Sebaliknya, apabila terjadi penurunan beban,
maka yang terlebih dahulu bereaksi untuk menutup
control valve adalah fuel flow control baru
kemudian combustion air flow control.
MASTER CONTROL.

• Seperti yang dijelaskan di atas, yang menjadi master


dalam combustion control adalah pressure steam.
• Apabila lebih dari satu boiler digunakan secara paralel,
maka perlu ada pembagian beban/load ke masing-
masing boiler.
• Untuk keperluan pembagian beban ini, maka
sinyal/informasi yang berasal dari master control akan
dikirim ke loading station di masing-masing boiler.
• Dengan loading station, operator dapat memberikan
bias ke master control. Output loading station akan
dikirim ke steam flow control masing-masing boiler.
• Kadang kala, untuk pertimbangan efisiensi, suatu
boiler diopresikan pada beban tetap, sedangkan
beban boiler lainnya dibiarkan berubah-ubah
secara otomatis untuk disesuaikan dengan
perubahan total beban.
• Untuk keperluan ini, boiler berbeban tetap tersebut
dioperasikan berbasiskan beban (based load),
dimana sebagai master bukan steam pressure
control, tetapi steam flow control.
FUEL FLOW – AIR FLOW CONTROL.

• Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa salah satu hal


yang paling penting dalam combustion control adalah
menjaga agar perbandingan fuel flow/combustion air flow
(fuel/air ratio) selalu terpenuhi untuk pembakaran yang
sempurna.
• Data fuel/air ratio diperoleh dari operation test. Indicator
terjadinya pembakaran yang sempurna adalah jika terdapat
excess air (oksigen) secukupnya dalam gas sisa
pembakaran.
• .
• Excess air yang berlebih menyebabkan operasi boiler
tidak efisien karena sebagian panas akan diserap oleh
kelebihan udara tersebut.
• Excess air yang kurang juga mengurangi efisiensi
karena sebagian fuel tidak terbakar. Yang lebih
berbahaya adalah terakumulasinya fuel yang tidak
terbakar dalam ruang bakar karena dapat
menyebabkan ledakan.
• Fuel/air ratio bisa berubah, antara lain disebabkan oleh
perubahan kandungan panas (btu content) dari fuel
atau perubahan suhu udara. Untuk itu maka dalam
combustion control perlu ada fasilitas untuk merubah
nilai perbandingan ini, seperti diperlihatkan pada
gambar berikut
• Perubahan fuel/air ratio bisa dilihat dari perubahan
excess air di gas buangan hasil pembakaran. Dari
informasi mengenai perubahan excess air ini (melalui
pengukuran dengan O2 analyzer), operator merubah
ratio ini dengan cara memberikan bias seperti pada
gambar diatas.
• Apabila fuel yang digunakan adalah fuel gas, maka
sebaiknya dilengkapi dengan pressure compensation
untuk mengatasi fluktuasi pressure pada supply fuel
gas. Jika menggunakan fuel oil, maka diperlukan
atomizing control agar pembakaran fuel oil bisa lebih
sempurna. Atomizing control akan dibahas pada topik
tersendiri
• Apabila menggunakan dua jenis fuel (fuel gas dan fuel
oil), maka hasil pengukuran fuel gas flow dan fuel oil
flow dijumlahkan dulu baru dikirim ke total fuel flow
control sebagai measurement/process variable (PV)
dan ke combustion air high selector switch, seperti
diperlihatkan dalam gambar diatas.
• Selanjutnya, output total fuel flow control dikirim ke
masing-masing flow control fuel oil dan fuel gas melalui
pembagi (FY2) dan FY3).
• Besarnya porsi fuel oil dan fuel gas di-set oleh operator
melalui hand control (HC).
• Penggunaan high selector (>) sebelum control valve
dimaksud untuk mengantisipasi fluktuasi pressure pada
line fuel
OXYGEN CONTROL.

• Seperti yang sudah dijelaskan bahwa untuk mengatasi


perubahan fuel/air ratio, operator memberi/mengubah
bias secara manual dengan berpedoman pada excess
air hasil pengukuran O2 analyzer.
• Jika kandungan panas (btu content) dalam fuel
berfluktuasi secara terus menerus, maka akan lebih baik
jika adjustment fuel/air ratio tersebut tidak dilakukan
secara manual, melainkan secara otomatis.
• Hal ini dapat dilakukan dengan
menambah/menggunakan O2 control, seperti gambar
berikut.
• Nilai optimal excess air pada operasi boiler tidak
tetap, tetapi bergantung pada beban boiler, pada
beban rendah nilai optimal excess air tinggi,
sebaliknya pada beban tinggi nilai optimal excess
air rendah.
• Nilai optimal excess air pada suatu boiler diperoleh
dari plant/operational test, salah satu contohnya
seperti diperlihatkan pada tabel berikut.
• Setpoint untuk O2 control (AC) akan mengikuti nilai
pada tabel tersebut sesuai perubahan beban,
seperti terlihat pada konfigurasi kontrol di atas
(dijalankan di AY).
• Fuel/air ratio juga diperoleh dari plant/operational
test. Tabel berikut adalah contoh fuel/air ratio dari
hasil test tersebut.

• Fungsi fuel/air ratio ini akan dijalankan/dieksekusi
di FY1 (lihat gambar di atas). Automatic bias untuk
fuel/air ratio dilakukan di FY2 dengan
menggunakan formula berikut: Bias air flow = (air
flow/(0.4 x output oxygen control + 80)) x 100.
3.ATOMIZING CONTROL.

• Pada boiler yang menggunakan fuel oil, diperlukan proses


atomizing untuk memecah-mecah molekul fuel oil sehingga
proses pembakaran berjalan dengan sempurna.
• Salah satu jenis proses atomizing ini adalah dengan
menggunakan steam atomizing, yaitu dengan cara memberi
tekanan (dengan menggunakan tekanan steam) pada nozzle
penyemprot fuel oil.
• Agar proses atomizing ini selalu berjalan dengan sempurna
pada berbagai kondisi tekanan/pressure fuel oil maupun
steam atiomizing , maka digunakan sistem kontrol yang
disebut atomizing control.
• Tujuan konfigurasi atomizing control adalah menjaga beda
tekanan (pressure differential) antara atomizing steam
dan fuel oil yang menuju burner agar tidak berubah, seperti
diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
BLOWDOWN CONTROL.

• Blowdown system dalam boiler berguna untuk


mengontrol kandungan solid dalam feedwater agar
tidak berlebih.
• Kandungan solid dalam feedwater akan terikut ke
steam yang diproduksi, sehingga apabila kandungan
solid dalam feedwater tinggi, maka kandungan solid di
steam juga akan tinggi, sehingga bisa menurunkan
kwalitas steam yang dihasilkan.
• Selain itu, kandungan solid dalam feedwater yang
berlebih juga akan menyebabkan terjadinya
kerak/scale pada pipa/tube/drum sehingga selain
peralatan tersebut cepat rusak, juga efisiensi boiler
menurun karena kehadiran kerak tersebut akan
mengurangi area perpindahan panas (heat transfer
area).
• Ada dua jenis blowdown, yaitu intermittent blowdown
dan continuous blowdown.
• Intermittent blowdown dioperasikan secara manual oleh
operator, berdasarkan hasil pengukuran kwalitas
feedwater (pengukuran electrolytic conductivity dalam
feedwater) atau hasil pengukuran steam purity dengan
menggunakan sodium analyzer.
• Sedangkan continuous blowdown akan membuang air
yang mengandung solid dalam drum secara terus
menerus dengan besarnya aliran buangan dikontrol
berdasarkan hasil pengukuran/perkiraan jumlah
kandungan solid dalam feedwater di boiler drum
• Ada dua jenis sistem kontrol yang digunakan pada
continuous blowdown, yaitu conductivity control dan
ratio control.
• Dalam konfigurasi conductivity control, electrolytic
conductivity feedwater diukur menggunakan
conductivity meter secara online, kemudian sinyal hasil
pengukuran ini dikirim ke controller (AC) untuk
menggerakan control valve, seperti pada gambar
berikut.
• Semakin tinggi electrolytic conductivity hasil
pengukuran conductivity meter, semakin besar bukaan
control valve continuous blowdown (semakin banyak air
yang dibuang/dikuras), begitu pula sebaliknya.
• Continuous blowdown juga dapat dikontrol dengan
menggunakan ratio control, yaitu ratio antara
blowdown flow dan feedwater flow, seperti
diperlihatkan pada gambar berikut.
• Setpoint untuk ratio control ini ditentukan/diberikan
secara manual berdasarkan hasil pengukuran
kwalitas feedwater (electrolytic conductivity) atau
kwalitas steam (steam purity).
STEAM TEMPERATURE CONTROL.

• Untuk boiler yang menghasilkan steam dengan tekanan


tinggi (HP steam), biasanya dilengkapi dengan
Superheater –Desuperheater.
• Superheater berfungsi menaikan temperature steam
yang dihasilkan boiler (saturated steam).
• Sedangkan Desuperheater digunakan untuk
menstabilkan temperature steam yang keluar dari
Superheater, dengan jalan menyemprotkan steam
tersebut dengan water (feedwater).
• Untuk menjaga temperature steam selalu stabil pada
berbagai beban, maka Desuperheater dilengkapi
dengan temperature control, seperti gambar berikut.
• Temperature steam yang keluar dari Desuperheater
diukur, hasil pengukuran digunakan oleh temperature
control (TC) untuk menggerakan control valve pada
feedwater line yang masuk ke Desuperheater.
• Bila temperature steam lebih tinggi dari setpoint, control
valve membuka untuk menaikan aliran feedwater yang
masuk ke Desuperheater, sebaliknya jika temperature
steam lebih rendah dari setpoint-nya maka control
valve akan menutup.
• Perlu diketahui bahwa, dalam prakteknya belum tentu
semua jenis kontrol yang dibahas diatas digunakan,
karena penggunaan jenis kontrol tersebut bergantung
pada kebutuhan.
• Sehingga sering kita temukan suatu boiler memiliki
sistem kontrol yang lebih lengkap dibandingkan
dengan boiler lainnya, seperti dua contoh berikut ini.

Anda mungkin juga menyukai