KH - Ke-2-3-4 - TGL 18102016
KH - Ke-2-3-4 - TGL 18102016
KH - Ke-2-3-4 - TGL 18102016
Kuliah-2
Sawitri Subiyanto
Matakuliah: Kerangka Kontrol Horisontal 2016
PENGADAAN TITIK KONTROL
TANAH
(Ground Control Point)
Geodetic Horizontal
Control Network
of BIG (Geospatial
Agency of
Indonesia)
Keterangan :
Total in 2013 = 1350 Monuments
JKHN
2. Sistem Referensi Geospasial merupakan suatu sistem koordinat nasional yang konsisten
dan kompatibel dengan sistem koordinat global, yang secara spesifik menentukan
lintang, bujur, tinggi, skala, gayaberat, dan orientasinya mencakup seluruh wilayah
NKRI, termasuk bagaimana nilai-nilai koordinat tersebut berubah terhadap
waktu. Dalam realisasinya sistem referensi geospasial ini dinyatakan dalam bentuk
Jaring Kontrol Geodesi Nasional dimana setiap titik kontrol geodesi akan memiliki nilai
koordinat yang teliti baik nilai koordinat horisontal, vertikal maupun gayaberat.
3. Pemutakhiran sistem referensi geospasial atau datum geodesi merupakan suatu hal
yang wajar sejalan dengan perkembangan teknologi penentuan posisi berbasis satelit
yang semakin teliti. Sistem referensi geospasial global yang menjadi acuan seluruh
negara dalam mendefinisikan sistem referensi geospasial di negara masing-masing juga
mengalami pemutakhiran dalam kurun waktu hampir setiap 5 tahun atau lebih cepat.
SRGI Tunggal Untuk One Map Policy
Perubahan nilai koordinat terhadap waktu perlu diperhitungkan dalam mendefinisikan sistem
referensi geospasial untuk wilayah Indonesia. Hal ini dikarenakan wilayah NKRI terletak di
antara pertemuan beberapa lempeng tektonik yang sangat dinamis dan aktif. Beberapa
lempeng tektonik tersebut diantaranya lempeng Euroasia, Australia, Pacific dan Philipine.
Wilayah NKRI yang terletak di pertemuan beberapa lempeng inilah yang menyebabkan
seluruh objek-objek geospasial yang ada di atasnya termasuk titik-titik kontrol geodesi yang
membentuk Jaring Kontrol Geodesi Nasional, juga bergerak akibat pergerakan lempeng
tektonik dan deformasi kerak bumi.
SRGI 2013 direncanakan akan luncurkan secara resmi pada akhir bulan September 2013 di
Jakarta. Dengan ditetapkannya SRGI 2013 sebagai referensi tunggal dalam penentuan posisi
dan penyelenggaraan informasi geospasial nasional diharapkan informasi geospasial yang
diselenggarakan oleh banyak pihak dapat diintegrasikan dengan mudah dan akurat, menjadi
satu peta (one map) sehingga dapat digunakan sebagai masukan dalam pengambilan
kebijakan secara tepat terkait berbagai aspek kehidupan bangsa yang bersifat kompleks dan
lintas batas.
SRGI Tunggal Untuk One Map Policy
1.Sistem Referensi Koordinat, yang mendefinisikan titik pusat sumbu koordinat, skala dan
orientasinya.
2.Kerangka Referensi Koordinat, sebagai realisasi dari sistem referensi koordinat berupa
Jaring Kontrol Geodesi Nasional;
4.Perubahan nilai koordinat terhadap waktu sebagai akibat dari pengaruh pergerekan
lempeng tektonik dan deformasi kerak bumi di Wilayah Indonesia;
6.Garis pantai nasional yang akurat dan terkini, yang dipublikasi secara resmi;
Sehubungan hal tersebut, BIG akan menyediakan sistem dan layanan berbasis web untuk
mengakses berbagai hal terkait SRGI 2013, diantaranya:
1.Nilai koordinat horisontal, vertikal dan gaya berat serta deskripsi titik kontrol geodesi.
2.Perubahan nilai koordinat terhadap fungsi waktu, sebagai koreksi akibat pengaruh
pergerakan lempeng tektonik dan deformasi kerak bumi.
3.Geoid dan konversi sistem tinggi.
4.Petunjuk penggunaan SRGI 2013 dan berbagai informasi terkait.
5.Aplikasi maupun tools yang memudahkan pengguna untuk menggunakan SRGI 2013.
Klas dan Orde Jaring Kontrol Geodesi
Kuliah-3
Sawitri Subiyanto
Matakuliah: Kerangka Kontrol Horisontal 2016
KLASIFIKASI JARING TITIK KONTROL
Standard adalah suatu definisi tingkat ketelitian dan akurasi
untuk mencapai pernyataan KELAS atau ORDE.
Klasifikasi jaring titik kontrol geodetik di Indonesia,
mempertimbangkan faktor-faktor:
(a) Status dan karakteristik jaring titik kontrol yang sudah ada
(b) perkembangan teknik & aplikasi penentuan posisi
(c) mekanisme klasifikasi yg dipakai di negara lain.
KELAS tingkat presisi
ORDE tingkat akurasi
11/20/2018 16
KELAS.
KELAS adalah fungsi dari ketelitian (tingkat presisi) yang
direncanakan dan yang dicapai dari suatu jaring survey, dan
ini bergantung pada komponen-komponen sbb:
• desain jaring,
• praktek survey,
• perlengkapan dan peralatan yang dipakai, dan
• teknik pengolahan data yang digunakan pada survey tsb.
11/20/2018 17
Untuk menetapkan KELAS adalah dengan menganalisis hitung
perataan jaring dengan teknik kuadrat terkecil minimal
konstrain. Biasanya dengan cara mengevaluasi apakah semi-
major axis dari standard ellips/ellipsoid kesalahan relatif lebih
kecil atau sama dengan panjang maksimum semi-major axis
(r) yang menggunakan formula : [ICSM Publication
No.1,1996],
r = c ( d + 0.2 ) ………………………….(1)
dimana : r = panjang maksimum semi-major axis , dalam
mm.
c = faktor ketelitian yang diturunkan secara historik-empirik,
yg menggambarkan tingkat presisi survey.
d = jarak antara stasion, dalam km.
11/20/2018 18
standard ellips/ellipsoid kesalahan relatif lebih kecil atau sama
dengan panjang maksimum semi-major axis (r) yang
menggunakan formula : [ICSM Publication No.1,1996],
Orde 2 : r = 10 (d + 0,2) Klas B, Jika C=10 =Survei geodetik
Lokal
11/20/2018 19
KLASIFIKASI SURVEY KONTROL HORISONTAL
(Rancangan Klasifikasi,Standarisasi & Spesifikasi,2001)
11/20/2018 20
ORDE adalah fungsi KELAS survey, konformitas/conformity
dari data survey baru dengan koordinat jaring existing dan
ketelitian dari setiap proses transformasi yang diinginkan
Untuk mengubah hasil dari satu datum ke datum lainnya.
11/20/2018 KDK1 21
ORDE JARING TITIK KONTROL HORISONTAL
11/20/2018 KDK1 22
ORDE c (ppm) KELAS PEMANFAATAN JARING KONTROL
HORISONTAL
11/20/2018 23
Tabel Geometri standar ketelitian penentuan posisi relatif
11/20/2018 KDK1 24
ORDE
URAIAN
NOL SATU DUA TIGA
11/20/2018 KDK1 25
Klas dan Orde Jaring Kontrol Geodesi
Di Negara Lain
Sumber : Accuracy Standards of Control Survey (Version 2.0) – Sep 2010
Klas dan Orde Jaring Kontrol Geodesi
Di Negara indonesia
Klasifikasi jaring titik kontrol horizontal
11/20/2018 33
ORDE adalah fungsi KELAS survey, konformitas/conformity
dari data survey baru dengan koordinat jaring existing dan
ketelitian dari setiap proses transformasi yang diinginkan
Untuk mengubah hasil dari satu datum ke datum lainnya.
11/20/2018 34
ORDE JARING TITIK KONTROL HORISONTAL
11/20/2018 KDK1 35
ORDE c (ppm) KELAS PEMANFAATAN JARING
KONTROL HORISONTAL
00 0,01 3A Survey geodetik presisi tinggi,
skala nasional, geodinamika
0 0,1 2A Survey geodetik presisi tinggi,
skala nasional, geodinamika,
deformasi.
1 1 A Survey geodetik skala lokal,
batas propinsi, deformasi
2 10 B Survey batas kabupaten, kadas
ter, kehutanan, hidrografi
3 30 C Survey batas kecamatan,
utilitas
4
11/20/2018 50 D Survey kadaster, situasi, desa
36
Tabel Geometri standar ketelitian penentuan posisi relatif
11/20/2018 KDK1 37
ORDE
URAIAN
NOL SATU DUA TIGA
11/20/2018 38
Pembangunan Kerangka Dasar
Orde 3 Dengan GPS
Kuliah KKH - 4
Sawitri subiyanto
Pembangunan Kerangka Dasar
Orde 3 Dengan GPS
Jaringan diikatkan dengan semua titik kontrol yang ada baik yang mempunyai orde
atau lebih tinggi yang berada disekitar atau didalam area jaringan (untuk orde yang
lebih tinggi berfungsi sebagi titik ikat sedangkan untuk orde yang sama berfungsi
sebagai titik jahit).
Jumlah ikatan ke orde yang lebih tinggi untuk pengikatan jaringan 2 titik / lokasi
Tugu GPS yang dipasang akan dilakukan sesuai untuk memenuhi syarat sebagai berikut
:
Sesuai dengan spesipikasi distribusi di atas peta yang telah dibuat oleh BPN.
• Ruang pandang ke satelit yang baik untuk paling sedikit 6 (enam) satelit pada elevasi
diatas 15 derajat kesegala arah selama pengamatan .
• 3 Components
Control / Monitoring
Segment
Space Segment (Satellites)
User Segment (Receivers)
Pembuatan dan Pemasangan Tugu
(Monumentasi)
• Setiap tugu pada setiap stasiun akan dilengkapi dengan tablet
logam/kuningan yang diletakkan diatas tugu beton. Tugu tersebut
dibuat dari campuran semen, pasir dan kerikil dengan perbandingan
(1:2:3). Hal ini sesuai dengan bentuk, konstruksi dan cara
pemasangan tugu yang tercantum dalam spesifikasi.
• Setiap receiver mapu menyimpan data selama minimum tiga jam dari minimum
enam satelit dengan interval epoch 15 detik
• Terdapat minimum satu titik sekutu / common point antara dua session
pengamatan dan titik tersebut (common point) dilakukan centring/ setup ulang
agar didapat kontrol kesalahan.
Coordinate System
Prime Meridian
Longitude • Position is recorded
Latitude using a coordinate
system and datum
• Coordinate System
– Latitude/Longitude
• Datum
– WGS 84
Equator
Pengolahan Data
Pengukuran Baseline
Pengolahan Baseline
Tidak
Kontrol Kualitas
Tidak
Ya
Perataan Jaringan
Kontrol Kualitas
Ya
Trnsformasi Kooordinat
Dalam peralatan jarring terikat yang dilakukan setelah peralatan jaring bebas
harus dipenuhi semi major axis dari elips kesalahan titik harus lebih kecil dari
harga parameter yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Orde II : r = 15 (d + 0.2)
Orde III : r = 30 (d + 0.2)
Max Panjang r
Jarak
Mm
Orde III
1 Km – 1.5 Km 43.50
1.5 Km – 2 Km 58.50
2 Km – 2.5 Km 73.50
Orde II 115.50
7 Km – 8 Km 130.50
8 Km – 9 Km
Satellite GPS
Satellite GPS
Satellite GPS
Hasil Survey
GPS
Survey Lapang
- Lokasi penting
- Kantor-kantor Komputer
- Fasilitasn umum (Puskesmas, RS) - Peta Lokasi-lokasi penting
- Dll. - Peta Digital
- Aplikasi GIS
Transformasi Koordinat
• Trasformasi koordinat untuk setiap stasiun dalam jaring
dilakukan dengan hasil hasil sebagai berikut :
• Lintang, bujur dan tinggi terhadap spheroid pada datum
WGS-84.
• Koordinat dengan menggunakanakan proyeksi UTM
pada datum WGS-84.
• Koordinat menggunakanakan proyeksi TM 3 pada datum
WGS-84, dimana :
– Titik nol koordinat semu (1.500.000 N ; 200.000 E)
– Lintang Origin = 0
– Faktor skala = 0.9999
Perataan Jaringan
• Perangkat lunak yang digunakan adalah SKI ver 2.3.Perataan jaring bebas dan
terikat dari seluruh jaring dilakukan dengan menggunakanakan GeoLAB software
versi 2.4.
• Hasil dari test Chi-Square atau Variance Ratio pada residual setelah perataan (test
ini harus melalui confidence level 68 %, yang berrti bahwa data tersebut konsisten
terhadap model matematika yang digunakan).
• Analisis statistik mengenai residual baseline termasuk jika ditemukan koreksi yang
besar (outlier) pada confidence level yang digunakan .
Latitude = Lintang
Longitude = Bujur
Lintang Utara
Equator
Lintang Selatan
HITUNGAN GEODESI DAN
PROYEKSI PETA
Transformasi Koordinat :
Hitungan Geodesi
Geografis ( , ) Peta ( x , y )
Ellipsoida bumi
Transformasi
Koordinat :
Universal
Transverse
Mercator;
Conical
Lamberth;
dll.
Tujuan :
Bidang datar
Peta Rupabumi (bidang datar) Luas /
Jarak / Sudut
adalah benar,
distorsi kecil
WORLD GEODETIC SYSTEM (WGS) 1984
DATUM
Z Conventional Terrestrial
Pole (CTP) 1984
Meridian 0 Penggunaan :
Referensi sistem
Y koordinat
X
pemetaan, berada
di pusat massa
bumi.
Pusat Massa Bumi Equator
WGS 1984 :
Elipsoida global
GAMBAR KONSTRUKSI
TITIK DASAR TEKNIK ORDE 2
35
35 Tablet kuningan 35
30
5
Marmer
10 Warna Biru
15
Permukaan
Tanah
80
50
10
10 10
20
20 10
45
55 55
Warna Biru
20
Permukaan
Tanah
60
40
5
5 7,5
15
15 7,5
30
40 40
Warna Biru
15
Permukaan
Tanah
30
15
2,5 2,5 5
10
10 5
20
25
25
20
20
15
20 Permukaan
Tanah
30
30
5
5
Ukuran dalam cm.
15 Diameter besi beton = 0,6 cm.
Campuran beton = 1 : 2 : 3
GAMBAR
TITIK DASAR TEKNIK ORDE 4
101
4 cm
Bahan kuningan
10 cm
GAMBAR
TITIK DASAR TEKNIK ORDE 4
Keterangan :
Untuk penomoran, di lapangan sesuai dengan aslinya. Pada deskripsi tugu diberi nomor tambahan
sesuai aturan.
Contoh : Tugu DTK (Dinas Tata Kota) dengan nomor DTK-205, pada deskripsi
tugu ditulis : DTK-205 101
NO. TITIK
DIREKTORAT PENGUKURAN DAN PEMETAAN
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
HALAMAN : 1 / 4
NO. TITIK
DIREKTORAT PENGUKURAN DAN PEMETAAN
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
HALAMAN : 2 / 4
NO. TITIK
DIREKTORAT PENGUKURAN DAN PEMETAAN
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
HALAMAN : 3 / 4
NO. TITIK
DIREKTORAT PENGUKURAN DAN PEMETAAN
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
HALAMAN : 4 / 4
7
A. Pembangunan Kerangka Dasar Orde 3
Kab. Subang
Titik Dasar Teknik BPN Orde 2 No.Titik 10052
Titik Dasar Teknik BPN Orde 2 No.Titik 10068
Titik Dasar Teknik BPN Orde 2 No.Titik 10075
Titik Dasar Teknik BPN Orde 2 No.Titik 10092
9
B. Rencana Jaring GPS
Kota Depok Propinsi Jawa Barat Jumlah Baseline : 63
Commond Baseline : 4
11
C. Identifikasi Titik
GPS
20 m
10 m
GCP
5m
HASIL PETA JARING PENGKURAN GPS
PENYEBARAN REFERENSI TTK GPS ORDE2 & 3
ORDE 2
ORDE 3
What is it?
• 3 Components
Control / Monitoring
Segment
Space Segment (Satellites)
User Segment (Receivers)
Coordinate System
Prime Meridian
Longitude • Position is recorded
Latitude using a coordinate
system and datum
• Coordinate System
– Latitude/Longitude
• Datum
– WGS 84
Equator
Satellite GPS
Satellite GPS
Satellite GPS
Hasil Survey
GPS
Survey Lapang
- Lokasi penting
- Kantor-kantor Komputer
- Fasilitasn umum (Puskesmas, RS) - Peta Lokasi-lokasi penting
- Dll. - Peta Digital
- Aplikasi GIS
How does it work? Satellite Constellation Geometry
Position Dilution of Precision (PDOP)
Latitude = Lintang
Longitude = Bujur
Lintang Utara
Equator
Lintang Selatan
Tahapan Pekerjaan
HITUNGAN GEODESI DAN
PROYEKSI PETA
Transformasi Koordinat :
Hitungan Geodesi
Geografis ( , ) Peta (x , y)
Ellipsoida bumi
Transformasi
Koordinat :
Universal
Transverse
Mercator;
Conical
Lamberth;
dll.
Tujuan :
Bidang datar
Luas /
Jarak / Sudut
Peta Rupabumi (bidang datar)
adalah benar,
distorsi kecil
WORLD GEODETIC SYSTEM (WGS) 1984
DATUM
Z Conventional Terrestrial
Pole (CTP) 1984
Meridian 0 Penggunaan :
Referensi sistem
Y koordinat
X
pemetaan, berada
di pusat massa
bumi.
Pusat Massa Bumi Equator
WGS 1984 :
Elipsoida global
GAMBAR KONSTRUKSI
TITIK DASAR TEKNIK ORDE 2
35
35 Tablet kuningan 35
30
5
Marmer
10 Warna Biru
15
Permukaan
Tanah
80
50
10
10 10
20
20 10
45
55 55
Warna Biru
20
Permukaan
Tanah
60
40
5
5 7,5
15
15 7,5
30
40 40
Warna Biru
15
Permukaan
Tanah
30
15
2,5 2,5 5
10
10 5
20
25
25
20
20
15
20 Permukaan
Tanah
30
30
5
5
Ukuran dalam cm.
15 Diameter besi beton = 0,6 cm.
Campuran beton = 1 : 2 : 3
GAMBAR
TITIK DASAR TEKNIK ORDE 4
101
4 cm
Bahan kuningan
10 cm
GAMBAR
TITIK DASAR TEKNIK ORDE 4
Untuk penomoran, di lapangan sesuai dengan aslinya. Pada deskripsi tugu diberi nomor
tambahan sesuai aturan.
Contoh : Tugu DTK (Dinas Tata Kota) dengan nomor DTK-205, pada deskripsi tugu
ditulis : DTK-205
NO. TITIK
DIREKTORAT PENGUKURAN DAN PEMETAAN
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
HALAMAN : 1 / 4
NO. TITIK
DIREKTORAT PENGUKURAN DAN PEMETAAN
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
HALAMAN : 2 / 4
NO. TITIK
DIREKTORAT PENGUKURAN DAN PEMETAAN
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
HALAMAN : 3 / 4
NO. TITIK
DIREKTORAT PENGUKURAN DAN PEMETAAN
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
HALAMAN : 4 / 4
7
A. Pembangunan Kerangka Dasar Orde 3
Kab. Subang
Titik Dasar Teknik BPN Orde 2 No.Titik 10052
Titik Dasar Teknik BPN Orde 2 No.Titik 10068
Titik Dasar Teknik BPN Orde 2 No.Titik 10075
Titik Dasar Teknik BPN Orde 2 No.Titik 10092
9
B. Rencana Jaring GPS
Kota Depok Propinsi Jawa Barat Jumlah Baseline : 63
Commond Baseline : 4
11
C. Identifikasi Titik
GPS
20 m
10 m
GCP
5m
HASIL PETA JARING PENGKURAN GPS
PENYEBARAN REFERENSI TTK GPS ORDE2 & 3
ORDE 2
ORDE 3
Thank you for
your attention
Some questions?