0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
670 tayangan26 halaman

Kelompok 7 Permainan Tradisional Kalimantan Barat

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 26

PERMAINAN TRADISIONAL

KALIMANTAN BARAT
Disusun oleh kelompok 7 :

Safira Salsabiela (18230005)


Rizky Widyatni N (18230009)
Anjarika Dini T (18230010)
M Khoirun Najib (18230021)
1. GASING
Para pemain dalam permainan Gasing umumnya dari jenis kelamin
laki-laki yaitu anak-anak, remaja dan orang dewasa. Jumlah pemain
minimal dua orang bahkan bisa dimainkan secara beregu. Sistem
beregu biasa disebut “seraje” dan apabila hanya terdiri dari dua orang
saja disebut “ganti alu”.
a. Peralatan/Perlengkapan Permainan
Gasing terbuat dari jenis kayu yang berkualitas baik. Kayu
tersebut dibentuk agak bulat dengan garis tengah yang bervariasi.
Kemudian bagian bawah agak lancip serta bagian atas dari gasing
dibentuk dan diberi sedikit tonjolan untuk melilitkan tali. Tali ini
terbuat dari kulit kayu yang dipintal seperti kulit kayu waru dan
tamberan yang tidak mudah putus dengan panjang kurang lebih 2,5
meter.
b.jalannya permainan :
Permainan Gasing ini umumnya di atas tanah datar dan keras.
Pertama-tama Gasing dipegang atau digenggam dengan satu
tangan kemudian tangan yang satunga memasangtali di atas
kepala Gasing yang dibentuk sedemikian rupa sehingga terlihat
sedikit ada tonjolan. Dari tonjolan inilah dimulai untuk
melilitkan tali. Caranya adalah ujung tali dilekatkan pada
tonjolan Gasing (kepala) kemudian ditekan dengan ibu jari yang
menggenggam Gasing. Selanjutnya tali dililitkan kuat-kuat dan
rapat sampai kira-kira seperempat atau setengah badan Gasing.
Setelah itu ujung tali yang tersisa dibalutkan ke dalam tangan
yang hendak melontarkan Gasing
GAMBAR :
2. TELUR BUAYA

 Menurut kisahnya, pada mulanya permainan Telur Buaya


sering dimainkan oleh anak-anak di lingkungan keraton
sebagai salah satu media pembelajaran tentang nilai-
nilai positif dalam kehidupan. Dalam perkembangannya,
permainan ini kemudian menyebar luas ke lingkungan
masyarakat lain di luar keraton, sebagai permainan
rakyat yang dapat dimainkan oleh semua kalangan. 
 Alat dan tempat
1. Kasut atau benda-benda yang mudah digengam dalam
bilangan 10-15 unit.
2. Tempat lapang yang teduh (indoor or outdoor)

 Peserta
1. 10 orang (satu kumpulan 5 orang)
2. peserta lelaki dan perempuan diasingkan
 Pelaksanaan Permainan
1. Salah satu pasukan menjadi penjaga telur manakala satu lagi pasukan
menjadi pengambil telur.
2. Setelah menentukan penjaga dan pengambil telur, peserta akan
menempati tempat permainan yang ditentukan, iaitu penjaga berada di
dalam lingkaran menjaga telur dan peserta yang lain berada di luar
lingkaran sebagai pengambil telur.
 Peraturan-peraturan
1. Pengambil telur hanya boleh menggunakan tangan untuk mengambil
telur keluar dari lingkaran yang dijaga oleh penjaga telur tadi.
2. Apabila pengambil telur tadi disentuh (mana-mana bahagian anggota
badan) semasa mengambil telur di dalam lingkaran, maka pengambil
telur itu dikatakan mati dan harus mengambil giliran menjadi penjaga
telur. Pengambil telur yang tersentuh tadi wajib mengembalikan semua
telur yang dimilikinya ke dalam lingkaran.
3. Pemenang ditentukan melalui pasukan yang paling banyak
mengumpulkan telur.
4. Masa yang diperlukan untuk satu sesi ialah 3 minit.
3. ANYONG TAPAH

 Asal Usul Anyong berasal dari bahasa Melayu Sanggau


yang berarti mengangkat. Tapah merupakan nama ikan
yang senang melompat ke atas permukaan air.
Permainan ini biasa dilakukan oleh masyarakat Sanggau
dan merupakan permainan adu ketangkasan para
pemuda di hadapan para gadis.
 Tempat Bermain Tempat Anyong Tapah biasa dimainkan
adalah:
1. Sungai Kapuas pada bagian yang dangkal airnya.
2. hamparan pasir di tepi Sungai Kapuas ketika terjadi
kemarau panjang.
 Peralatan Permainan Untuk bermain Anyong Tapah
diperlukan peralatan berupa:
1. bambu panjang sebanyak tiga buah yang ditancapkan di
pasir atau dasar sungai menyerupai gawang sepak bola.
2. kain atau selendang.
3. tali untuk mengikat kain atau selendang di bambu yang
melintang.
 Jenis Permainan dan Pemain Permainan ini dapat
dimainkan secara perorangan atau berpasangan. Pemain
terdiri dari:
1. peloncat yaitu pemain yang melakukan loncatan.
2. pengambing yaitu pemain yang menggendong peloncat.
3. juri yang menentukan pemenang, biasanya para gadis
yang menonton.
 Penentuan Giliran Awal Penentuan urutan pemain yang
meloncat dapat dilakukan dengan cara pimpah, pingson,
atau lomba berenang. Lomba berenang dapat dilakukan
di air Sungai Kapuas atau di permukaan pasir di tepi
Sungai Kapuas. Urutan pemenang lomba berenang
menjadi urutan pemain yang melakukan loncatan.
 Cara Bermain :
1. Pengambing merapatkan kedua telapak tangannya di
depan atau menyiapkan kedua bahunya sebagai dasar
pijakan bagi peloncat.
2. Peloncat menapakkan kaki di tangan atau bahu
pengambing.
3. Setelah siap, peloncat melakukan loncatan salto sambil
berusaha meraih kain yang tergantung di bambu dengan
menggunakan kakinya.
Pemenang Pemenang adalah peloncat yang lebih dulu
dapat melakukan loncatan tertinggi dan terindah serta
dapat menarik kain hingga lepas menggunakan kakinya.
Untuk merayakan kemenangan, pemenang dianyong atau
diangkat beramai-ramai diiringi sorak-sorai. Setelah itu,
permainan dapat dilanjutkan ke putaran berikutnya atau
dihentikan jika dirasa telah cukup.
4. SEPAK BELEG

 Sepak Beleg merupakan nama yang diberikan oleh penduduk


suku Melayu di Daerah Kabupaten Sanggau. Beleg adalah kaleng
yang sudah kosong atau kaleng bekas. Dengan demikian Sepak
Beleg dapat diartikan permainan menyepak kaleng kosong.
Biasanya Sepak Beleg ini dimainkan pada waktu sore hari
sebelum menjelang waktu maghrib. Permainan ini memerlukan
kekuatan fisik terutama otot kaki untuk berlari. Permainan ini
juga memerlukan kejujuran baik dari “pencari” dan yang
“dicari”.
 Pemain-pemainnya

Jumlah pemain Sepak Beleg tidak ada ketentuan batasnya.


Biasanya jumlah pemainnya 10 sampai 15 orang. Pada
umumnya usia dari peserta pemain adalah enam sampai
duabelas tahun. Baik wanita maupun pria dapat bermain
Sepak Beleg ini hanya ada semacam pengelompokan anak
wanita bermain dengan anak wanita dan pria dengan anak
pria. Pengelompokan ini hanya didasarkan pada kekuatan
fisik saja. Karena dianggap anak perempuan lebih lemah
dibandingkan dengan anak pria, jadi kurang baik jika
bermain bersama-sama. Tetapi dapat saja anak perempuan
ikut bermain dengan kelompok anak pria atau sebaliknya
asalkan ada kesepakatan dari anggota pemainnya.
 Peralatan/Perlengkapan Permainan

Permainan Sepak Beleg menggunakan alat berupa sebuah kaleng


yang sudah kosong dan biasanya kaleng bekas. Ukuran dari
kaleng tadi tidaklah ada ketentuan. Biasanya dipakai kaleng
bekas susu. Hanya yang harus diperhatikan ialah kaleng itu harus
dapat mengeluarkan suara yang sangat lantang apabila disepak.
Untuk itu biasanya kaleng tadi diisi dengan batu-batu kerikil,
supaya bila disepak dapat berbunyi dengan keras.
Fungsi dari bunyi kaleng tadi ialah sebagai tanda bahwa kaleng
itu disepak atau berada di luar lingkaran dan dapat pula
berfungsi sebagai pemberitahuan bahwa salah seorang yang
bersembunyi sudah didapati oleh penunggu kaleng.
 Jalannya Permainan

Arena di mana dilaksanakannya permainan ini biasanya di halaman rumah atau tanah lapang yang
agak kering.
Sebelum berlangsungnya permainan, terlebih dahulu para pemain membuat lingkaran di tengah-
tengah lapangan atau halaman. Garis tengahnya adalah sepanjang 0,5 meter. Kegunaan lingkaran
itu adalah untuk meletakkan beleg dan sebagai pusat di dalam pelaksanaan permainan. Setelah
lingkaran dibuat dan beleg diletakkan di dalamnya, maka diadakan undian. Siapa yang kalah
(hanya satu oaring) sebagai penunggu beleg. Penunggu beleg sebenarnya berfungsi sebagai
pencari sedangkan yang menang dalam undian tadi adalah berfungsi sebagai yang dicari.
Bila dusah didapati siapa sebagai penunggu beleg, maka semua peserta pemain mengelilingi
lingkaran yang dibuat tadi dengan sikap kaki untuk berlari. Salah satu anggota yang menang
undian menyepak beleg sejauh-jauhnya. Penunggu beleg mengambil beleg yang disimpan tadi
untuk dimasukkan kembali dalam lingkaran. Pada saat penunggu beleg mengambil beleg inilah
pemain yang lain berlari untuk mengambil tempat persembunyian sebelum penunggu beleg dapat
meletakkan kembali beleg ke dalam lingkaran. Andaikata penjaga beleg sudah meletakkan beleg
tadi dalam lingkaran, ternyata ada dari pemain yang sembunyi ternyata kelihatan oleh si penjaga
beleg, maka si penjaga beleg dapat menyebut namanya dari peserta yang masih kelihatan.
Pemain yang sudah disebutkan namanya ini tidak boleh sembunyi lagi dan harus berdiri dekat
lingkaran.
Pada saat setiap menyebutkan nama pemain yang sembunyi tadi harus diiringi pula dengan
membunyikan beleg. Bila beleg tidak dibunyikan, maka penyebutan nama yang sembunyi tidak sah
atau batal.
Untuk membunyikan beleg ini bukan saja hak dari penjaga beleg tapi juga hak semua pemain.
Misalnya penjaga beleg dapat menyebutkan salah satu atau beberapa yang sembunyi, maka baik
yang disebutkan namanya tadi atau peserta lain dapat berlomba dengan penjaga beleg menuju
lingkaran untuk membunyikan beleg. Bila dalam perlombaan ini ternyata salah satu yang sembunyi
tiba terlebih dahulu dekat beleg, mereka menyepak beleg tadi sejauh-jauhnya, maka tidak sahlah
nama pemain yang sudah disebutkan tadi. Tetapi apabila penjaga beleg terlebih dahulu dapat
membunyikan beleg, maka yang sudah disebutkan namanya tadi harus berdiri dekat lingkaran
tidak boleg sembunyi lagi.
 Hanya pada saat beleg disepak ke luar, maka semua peserta yang berlomba berlari
menyembunyikan atau menyepak beleg tadi kecuali penjaga beleg, maka harus cepat-cepat
sembunyi lagi sebelum beleg dapat dimasukkan kembali dalam lingkaran. Malah yang sudah
disebutkan namanyapun atau yang sudah dapat dicaripun dapat sembunyi lagi. Hal semacam ini
merupakan pertolongan bagi yang sudah dapat dicari.
Memang dalam permainan ini ada istilah tolong-menolong antara yang sudah disebutkan namanya
dengan yang masih sembunyi. Pertolongan ini dilakukan dengan misalnya, penjaga beleg dalam
keadaan lengah atau jauh meninggalkan beleg, maka oleh salah satu yang masih sembunyi berlari
sekuat-kuatnya menuju lingkaran untuk menyepak beleg. Bila beleg sudah dapat disepak semua
peserta yang sudah dapat disebutklan namanya secepatnya sembunyi lagi sebelum beleg
dimasukkan kembali ke dalam lingkaran oleh penjaga beleg. Namun dapat saja pembantu atau
penolong ini tidak dapat menyepak beleg karena didahului dipegang atau disembunyikan oleh
penjaga beleg. Dengan demikian penolong tadi dapat saja menjadi semacam “orang tahanan”
yang tidak boleh sembunyi lagi seperti temannya yang lain yang sudah disebutkan namanya.
Penggantian penjaga beleg dapat terjadi apabila semua yang semua yang sembunyi dapat semua
dicari oleh penjaga beleg atau dengan kata lain sudah keluar semua persembunyiannya. Untuk
menentukan siapa penjaga beleg berikutnya, maka diadakan undian sedangkan yang sudah
menjadi penjaga beleg tadi diberikan keistimewaan untuk tidak ikut undian.
Biasanya penggantian penjaga beleg ini dapat terjadi dalam waktu yang lama dan dapat pula
secara cepat. Lama apabila misalnya setelah beberapa orang keluar atau dapat dicari dari
tempat persembunyian akan tetapi ditolong oleh yang belum dapat dicari. Maka yang sudah
disebutkan namanya ini sembunyi lagi. Demikianlah proses ini terjadi berulang kali sehingga
memakan waktu yang lama. Malah mungkin sampai usainyapermainan ini penjaga beleg tidak
diganti-ganti hanya satu orang saja.
Biasanya anak yang tidak diganti-ganti menjaga beleg ini suatu pertanda bahwa anak itu tidak
begitu akrab dengan yang dicari. Andaikata penjaga beleg tadi merupakan anak yang akrab
dengan yang sembunyi, maka biasanya secara otomaris yang sembunyi akan keluar dengan
sendirinya dari tempat persembunyiannya. Dengan demikian proses penggantian penjaga beleg
akan cepat sekali.
5. TELOK PENYOK

 Asal Usul Permainan


Istilah “Telok Penyok” berasal dari bahasa Melayu, yang
artinya sama dengan telur penyu. Konsep permainan ini
berasal dari cerita seekor induk penyu yang berjuang
mati-matian untuk mempertahankan telur-telurnya dari
pencuri-pencuri yang jahat yang suka makan telurnya.
Permainan ini bersifat edukatif, yang menggambarkan
bagaimana cinta dan tanggung jawab seorang ibu
terhadap naka-anaknya (keturunannya). Disamping itu
permainan ini bersifat rekreatif, yang dpat menggugah
kegembiraan bermain.
Permainan ini berasal dari daerah Kecamatan Sei Kunyit
Kabupaten Pontianak, dimana masyarakat setempat
sudah menganggap permainan ini sebagai permainan asli
daerah mereka.
 Pemain-pemainnya

Pemain terdiri dari anak-anak berumur antara kurang


lebih enam tahun sampai dengan lima belas tahun.
Permainan ini boleh dimainkan oleh anak laki-laki atau
perempuan. Jumlah pemain biasanya dilakukan sekitar
tiga sampai dengan sepuluh pemain.
 Peralatan/Perlengkapan Permainan

- Seutas tali (tali apa saja sepanjang kurang lebih dua


atau tiga meter.

- Sejumlah benda apa saja yang dapat diumpamakan


sebagai telur, seperti buah pinang, bola-bola plastic,
potongan-potongan kayu persegi, buah getah dan
sebagainya. Mengenai jumlah telur yang disediakan
terserah pada pemain. Tentu saja makin banyak jumlah
telurnya makin baik, karena dengan demikian jalan
permainan akan bertambah lama.

- Sepotong kayu apa saja (persegi atau bulat) sepanjang


setengah meter, dengan garis tengah kurang lebih 2,5
cm. Kegunaan kayu ini adalah untuk tempat
mengikatkan tali, yang mana sebelumnya kayu ini
dipatokkan terlebih dahulu ke dalam tanah.
 Jalannya Permainan
- Persiapan permainan
Terlebih dahulu dicari tempat untuk bermain. Setelah itu tancapkan/patokkan kayu yang telah
disediakan ke dalam tanah sekuat mungkin sehingga tidak mudah dicabut. Ikatkan tali kuat-kuat
pada patok tersebut. Telur penyu dengan jumlah yang sudah disetujui, diletakkan dekat tiang
tonggak tadi. Kemudian untuk menentukan siapa yang jadi induk penyu, terlebih dahulu diadakan
“sut” (istilah daerah “om-pim-pah”, apabila jumlahnya lebih dari dua, dan apabila berdua
disebut “om-pin-sut”). Bagi pemain yang kalah dalam sut, dialah yang akan menjadi induk penyu.
Sedangkan pemain yang lain akan menjadi si pencuri telur.
Teknis Permainan
Induk penyu memegang ujung tali yang sudah diikatkan pada patok tadi. Induk penyu berjaga-
jaga di sekitar telurnya, tanpa diperkenankan untuk melepas tali yang dipegangnya.
Si pencuri bersiap-siap untuk mencuri telur dan berusaha untuk mencari kesempatan pada saat
induk penyu lengah. Dalam hal ini pemain berusaha untuk membuat tipuan-tipuan terhadap induk
penyu agar perhatiannya terarah pada salah satu pemain, sehingga pencuri lainnya mempunyai
kesempatan untuk mengambil telur penyu tersebut. Dalam mengejar pencuri, gerak induk penyu
dibatasi panjang tali yang dipegangnya, sehingga tidak mudak baginya untuk menangkap sang
pencuri.
Apabila salah satu pencuri dapat mengambil telur-telur tersebut maka telur tersebut akan
dikumpulkannya terlebih dahulu. Setiap pencuri masing-masing akan mengumpulkan telur
curiannya sampai telur yang tersedia habis. Setelah telur-telur itu habis tercuri, untuk
memberikan kesempatan pada si pencuri menyembunyikan hasil curiannya di tempat yang paling
sulit untuk diketemukan.
Namun perlu diingat bahwa tempat menyembunyikan telur tersebut tidaklah boleh keluar dari
batas yang sudah ditentukan. Apabila saat-saat penyembunyian telur selesai, maka berikan tanda
bagi induk penyu agar segera melaksanakan tugas pencariannya. Jika telur yang disembunyikan
ketemu, maka si pencurinya harus menyerahkan diri. Apabila seluruh telur sudah ketemu, maka
pencuri yang hasil curiannya paling dulu diketemukan akan menggantikan peranan induk penyu.
Kalau seandainya si induk penyu tidak berhasil untuk mendapatkan telur-telurnya kembali dan
dia menyerah kalah, maka kejar-mengejar pencuri akan dimulai lagi seperti semula.
 Apabila kejar-mengejar pencuri sedang berlangsung, si induk penyu dapat
menangkap pencurinya, maka peranan induk pentu segera digantikan si
pencuri, sedangkan telur-telur yang sudah sempat dicuri dikembalikan lagi,
dan permainan dimulai lagi dengan induk penyu baru.
- Pelaksanaan Permainan
Pemain terdiri dari lima orang anak, yaitu si A, B, C, D, dan si E. setelah
dilakukan “sut” ternyata si A kalah dan dia harus jadi induk penyu. Telur yang
disediakan ada 20 butir. Begitu permainan dinyatakan dimulai, begitu pencuri
mulai beraksi untuk mengadakan pencurian, sehingga terjadilah kejar
mengejar pencuri. Waktu si A mengejar si B, si C berhasil mencuri telur si A
sebanyak lima butir, si D sebanyak sepuluh butir. Ketika si A balik mengejar si
E, si B berhasil mencuri lima butir lagi, sehingga habislah semua telur dicuri.
Permainan dilangsungkan dengan periode penyembunyian telur. Si A menutup
matanya dengan ke dua tangannya untuk memberikan kesempatan pada
pencuri-pencuri untuk menyembunyikan hasil curiannya masing-masing. Si A
akan menghitung sampai sepuluh dan pada hitung ke sepuluh dia akan
membuka matanya dan segere mulai mencari telur-telur yang disembunyikan.
Ketemu dan ternyata telur disembunyikan si C. kemudian dapat lagi telur
yang disembunyikan si D dan si B.
Permainan dilanjutkan kembali dengan induk penyu baru yaitu si C. Kejar
mengejar mulai lagi. Si A dapat mencuri telur sebanyak tiga butir dan si B
enam butir, namun ketika si E baru mulai beraksi dia tertangkap. Induk penyu
harus diganti dengan si E dan telur-telur yang telah dicuri dikembalikan lagi
dan permainan dimulai seperti semula, dan demikianlah seterusnya.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai