Obat Yang Lazim Digunakan Dalam Pelayanan Kebidanan

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

OBAT-OBAT YANG LAZIM

DIGUNAKAN DALAM
PELAYANAN KEBIDANAN

Apt. Retno Fitriati.,S.Si.,M.Kes


RPS Pertemuan 9
Obat-obat yang lazim digunakan dalam
pelayanan kebidanan

1. Jenis obat-obatan yang digunakan dalam kebidanan


 a. Obat oral

 b. Obat rektal

 c. Obat parenteral

2. Jenis cairan yang digunakan dalam kebidanan


 a. Cairan hipotonik : Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi

 b. Cairan Isotonik : Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan

tubuh
 c. Cairan hipertonik : Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin,

dan mengurangi edema


3. Jenis jenis cairan yang lazim digunakan dalam praktek kebidanan
 a. Oralit: mencegah dan mengobati dehidrasi pada waktu muntaber, diare, kolera

 b. Infusan Otsu-NS: Untuk resusitasi, Kehilangan Na > Cl

 c. Otsu-RL: Resusitasi, Suplai ion bikarbonat dan Asidosis metabolic

 d. Otsu-D5: sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi

selama dan sesudah operasi.


4. Obat-obat dalam praktek kebidanan 4) Progesterone
a. Obat anti infektikum 5) Noretisterone
1) Amoxicillin 7) Spiramycin 6) Clomifene citrat
2) Ampicillin 8) Nystatin f. Obat saluran pencernaan
3) Ciprofloxacin 9) Valaciclovir 1) Loperamide
4) Metronidazol 10) Acyclovir 2) Cimetidin
5) Cotrimoxasol 11) Doxycycline 3) Bisacodyl
6) Metronidazol, nystatin 4) Ranitidine
b. Obat anti emetikum 5) Aluminium hidrixide, magnesium
1) Domperidone carbonat, calcium carbonat
2) Metoclopramidehcl g. Dermatologi
3) Promethazine 1) Hydrocortisone
4) Prathiazinetheoclate, pyridoxinehcl 2) Ketoconazole
c. Antiperetik analgenik h. Obat saluran pernapasan
1) Asam mefenamat 1) Dextromethorphan
2) Paracetamol 2) Salbutamol
3) Lidocain HCL 3) Ambroxol
4) Asam asetilsalisilat (Acetosal) i. Obat saluran urogenital : 1) Oxytocin
5) Natrium diklofenak j. Vitamin
d. Obat pendarahan 1) Asam folat
1) Methylerometrin 2) Ext. Plaentae, cyanocobalamin
2) Tranexamic acid 3) Zat besi
e. Obat system endokrin 4) Calcium lactate
1) Levonogestrel, ethinylestradiol 5) Docosahexanoic acid
2) Medroxyprogesterone
3) Lynestrenol
1. Obat anti konvulsi

 Antikonvulsan adalah obat untuk


mencegah atau mengatasi kejang
atau epilepsi. Antikonvulsan atau
antikejang tersedia dalam
berbagai bentuk obat dan hanya
boleh digunakan sesuai resep
dokter.
Mekanisme Kerja Obat Anti Konvulsi

 Normalnya, sel-sel saraf di dalam otak saling


berkomunikasi satu sama lain melalui sinyal listrik yang
ada dalam kadar yang normal. Saat aktivitas kelistrikan
yang ada di otak berlebihan, maka bisa muncul kejang.
 Obat antikonvulsan atau antikejang bekerja dengan cara
menormalkan aktivitas listrik yang ada di otak, sehingga
kejang dapat dicegah atau diatasi.
 Selain bermanfaat untuk mengatasi kejang, beberapa jenis
antikonvulsan juga bisa digunakan untuk meredakan nyeri
akibat gangguan saraf (neuropati), mencegah dan
mengobati sakit kepala, serta mengobati gangguan
bipolar.
Efek samping dan cara mengatasinya

Penanganan Epilepsi pada Ibu Hamil yang Penting


Diketahui
 Epilepsi dapat menyerang siapa saja, termasuk

ibu hamil (bumil). Penanganan epilepsi pada ibu


hamil perlu dilakukan dengan baik untuk
mencegah risiko yang berbahaya, baik terhadap ibu
hamil sendiri maupun janin yang dikandungnya.
 Epilepsi adalah gangguan pada sistem saraf pusat yang

ditandai dengan kejang  berulang. Epilepsi pada ibu


hamil dapat menyebabkan denyut jantung janin
melambat, bayi lahir prematur, dan cedera pada janin.
Penanganan Epilepsi saat Hamil
 Pada ibu hamil yang mengalami kejang, dokter
akan melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk
memeriksa kondisi ibu hamil tersebut dan janinnya.
Dokter juga akan memastikan apakah kejang yang
terjadi diakibatkan oleh epilepsi atau penyebab
lain.
 Ketika Bumil mengalami epilepsi, beberapa cara
akan dilakukan untuk mengontrol epilepsi dan
mengurangi efek buruk epilepsi pada kehamilan
yang sedang dijalani, di antaranya:
Penanganan Epilepsi saat Hamil
(Lanjutan)
1.Konsumsi obat antikejang
 Mengonsumsi obat antikejang diperlukan untuk

mengontrol epilepsi yang dialami Bumil. Perempuan


yang mengalami epilepsi sebelum hamil dianjurkan
untuk tetap mengonsumsi obat antikejang atau 
antikonvulsan saat hamil. Mengonsumsi obat anti
kejang saat hamil  bermanfaat untuk
mempertahankan kadar obat dalam darah yang dapat
mengatasi dan mengontrol epilepsi yang Bumil
alami.
Penanganan Epilepsi saat Hamil (Lanjutan)

2.Konsumsi vitamin prenatal yang mengandung asam folat


 Pilihan obat saat hamil memang sangat terbatas karena bisa

menimbulkan efek pada janin, termasuk pilihan obat untuk


epilepsi.
 Beberapa obat antikejang dapat meningkatkan risiko bayi

lahir dengan cacat tabung saraf. Untuk mengurangi risiko


tersebut Bumil biasanya akan disarankan dan diberikan
tambahan vitamin prenatal yang mengandung asam folat.
 Umumnya Bumil yang menderita epilepsi memerlukan dosis

asam folat yang lebih tinggi.


Penanganan Epilepsi saat Hamil (Lanjutan)

3.Lebih sering melakukan pemeriksaan kandungan


 Bumil yang mengalami epilepsi dianjurkan untuk lebih rutin

mengontrol kehamilan ke dokter. Bumil biasanya juga akan


disarankan untuk melakukan USG dan pemeriksaan darah lebih
sering. Hal ini bermanfaat untuk mengetahui kadar obat  dalam
darah dan pertumbuhan janin selama kehamilan.
 Untuk perempuan yang sudah didiagnosis epilepsi sebelum hamil

disarankan untuk berkonsultasi ke dokter kandungan terlebih


dahulu saat akan merencanakan kehamilan. Hal ini bermanfaat
agar dokter dapat menentukan perencanaan yang tepat untuk
program kehamilan yang akan Anda jalani.
 Epilepsi saat hamil memang memiliki risiko bagi Bumil dan janin.
Kesimpulan
 Tata laksana epilepsi pada kehamilan dimulai dari tahap
pra konsepsi hingga kelahiran. Penggunaan obat
antiepilepsi perlu dilakukan evaluasi menyeluruh.
 Jenis obat yang dipilih adalah obat dengan risiko
teratogenik terendah dan dalam dosis optimal terendah.
 Monoterapi lebih direkomendasikan daripada politerapi.
 Obat yang direkomendasikan dengan profil teratogenik
terendah adalah lamotrigine dan levetiracetam.
2. Obat anti hipertensi
 Anti hipertensi adalah obat untuk menurunkan
tekanan darah tinggi. Hipertensi adalah suatu
keadaan medis di mana terjadi peningkatan tekanan
darah melebihi normal.
 Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
sehingga tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmHg. Untuk
mempermudah pembelajaran dan penanganan,
hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan
tingginya tekanan darah dan etiologinya
Khasiat dan Penggunaan obat Anti hipertensi

 Khasiat/Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk


mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat TD
tinggi. Ini berarti TD harus diturunkan serendah mungkin
yang tidak mengganggu fungsi ginjal, otak, jantung,
maupun kualitas hidup, sambil dilakukan pengendalian
faktor-faktor resiko kardio vascular lainnya.
 Manfaat /Penggunaan terapi hipertensi yaitu menurunkan
TD dengan antihipertensi (AH) telah terbukti menurunkan
morbiditas dan mortalitas kardio vascular, yaitu stroke,
iskemia jantung, gagal jantung kongestif, dan memberatnya
hipertensi.
Jenis-jenis obat Anti Hipertensi dan Penggunaan nya

Obat antihipertensi dikelompokkan menjadi :


 a. Diuretik : Diuretik tiazid, Loop Diuretik,

dll.
 b. Antiadrenergik : antiadrenergik sentral,

antriadrenergik perifer, bloker alfa dan beta.


 c. Vasodilator : penghambat ACE, Bloker

pintu masuk kalsium, dan Vasodilator


langsung.
Jenis - jenis obat dan penggolonganya

Obat hipertensi dan cara kerjanya dapat dibagi dalam beberapa jenis yaitu:
a. Meningkatkan pengeluaran air dalam tubuh : Diuretika
b. Memperlambat kerja jantung :Beta-blokers)
c. Memperlebar pembuluh : Vaso dialtor langsung (di/hidralazim,minoxidil),
antagonis kalsium,penghambat ACE dan AT II-blocker
d. Menstimulasi SSP : alfa-2 agonis sentral seperti kronidin dan
moxonidin,metildopa,guanfanin dan resepin.
e. Mengurangi pengaruh SSO terhadap jantung dan pembuluh, yakni:
1) Alfa-1-blockers: derivate quinazolin(prazosin, doxasosin, terazosin, alfuzosin,
tamsulozin), ketanserin (ketansin), dan urapidil (ebrantil).
2) Alfa-1 dan 2-blockers : fentolamin
3) Beta blockers : propranolol, atenolol, metoprolol, pindolol, bisoprolol,timolol, dll.
4) Alfa/beta-blockers: labetolol dan carvedilol (Eu-cardic).
Contoh obat Anti Hipertensi
 Nama obat anti hipertensi yang beredar di pasaran
Efek samping dan cara mengatasinya

a. Umum
 Praktis semua obat antihipertensi menimbulkan efek samping umum, seperti

hidung mampat (akibat Vasodilatasi mukosa) dan mulut kering, bradykardia


(kecuali fasodilator langsung : justru tachycardia), rasa letih dan lesu,
gangguan penglihatan, dan lambung-usus (mual, diare), ada kalanya impotensi
(terutama obat-obat sentral).
 Efek-efek ini seringkali bersifat sementara yang hilang dalam waktu 1-2

minggu. Dapat diatasi/dikurangi atau dihindarkan dengan cara :


 1) pentakaran “menyelinap”, artinya dimulai dengan dosis rendah yang

berangsur-angsur dinaikkan. Dengan demikin, penurunan TD mendadak dapat


dihindarkan.
 2) obat sebaiknya diminum setelah makan agar kadar obat dalam plasma

jangan mendadak mencapai puncak tinggi (dengan akibat hipotensi kuat).


Penghentian terapi pun tidak boleh secara mendadak, melainkan berangsur-
angsur untuk mencegah bahaya meningkatnya TD dengan kuat (rebound effect)
b. Khusus
 Efek Lebih serius adalah sejumlah besar efek samping khusus, antara lain:

 1) Hipotensi ortostatis, yakni turunnya TD lebih kuat bila tubuh tegak (=

ortho, Lat.) daripada dalam keadaan berbaring, dapat terjadi pada terutama
simpatolitika.
 2) Depresi, terutama pada obat-obat yang bekerja sentral, khususnya

reserpin danmetildopa, juga pada beta-blockers yang bersifat lipofil, antara


lain propra-nolol, alprenolol, dan metoprolol. 84
 3) Retensi garam dan air, dengan bertambahnya berat badan atau terjadinya

udema, anatra lain antagonis Ca, reserpin, metildopa dan hidralazin. Efek
samping ini dapat diatasi degan kombinasi bersama suatu deuretikum.
 4) Penurunan ratio HDL: LDL. Sejumlah obat mempengaruhi metabolisme

lipida secara buruk, yakni menurunkan kadar kolesterol-HDL plasma yang


dianggap sebagai faktor-pelindung terhadap penyakit jantung-pembuluh.
Atau, juga meningkatkan kolesterol-LDL yang dianggap sebagai faktor
risiko bagi PJP. Sifat ini telah dipastikan pada diuretika (kelompok thiazida
dan klortalidon) dan pada beta-blockers, khususnya obat-obat yang tak
kardioselektif atau tak memiliki ISA

Anda mungkin juga menyukai