Deteksi Sifilis Tpha (Anjali M 2114313450006)

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

Deteksi Penyakit sifilis metode

Tr e p o n e m a p a l l i d u m
haemaglutination Assay TPHA
ANJALI MANTEANUBUN
211 431 345 0006 – D3 TLM
01 Sifilis merupakan infeksi kronis bakteri T. pallidum subspesies
pallidum dengan manifestasi klinis dapat menyerupai penyakit kulit lain.
Diagnosis sifilis dari anamnesis dan pemeriksaan fisik harus selalu
didukung oleh temuan laboratorium. Pemeriksaan serologi untuk deteksi
antibodi terdiri dari pemeriksaan non-treponema untuk skrining dan
evaluasi pengobatan serta pemeriksaan treponema untuk konfirmasi
diagnosis. Klinisi hendaknya memahami pemeriksaan serologi agar dapat
memilih pemeriksaan yang tepat sesuai klinis dan menentukan terapi.

PENGERTIAN SIFILIS
 bakteri Treponema pallidum (T.
pallidum) subspesies pallidum. 1,2
Prevalensi global sifilis pada tahun
2018 dilaporkan sebesar 1,6/1000
populasi laki-laki dewasa dan
1,7/1000 pada perempuan dewasa.3
Sifilis dibagi menjadi stadium dini
dan lanjut. Diagnosis sifilis harus
selalu didukung hasil laboratorium
yang sesuai dengan tetap mengacu
hasil anamnesis dan pemeriksaan
fisik.
.Treponema Pallidum Haemagglutination Assay (TPHA)
Pemeriksaan TPHA menerapkan teknik hemaglutinasi
tidak langsung (indirek hemaglutinasi) untuk mendeteksi
antibodi spesifik terhadap T. pallidum. Pemeriksaan
memakai sel darah merah unggas/domba yang dilapisi
komponen T. pallidum.

TPHA (Treponema pallidum


haemagglutination Assay)
Sampel pada pemeriksaan ini berupa
serum. Pemeriksaan TPHA harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu:
(1) Serum tidak hemolisis; (2) Serum/
plasma bebas dari sel darah dan
kontaminasi mikrobiologi; (3) Pada
penundaan pemeriksaan, serum Prinsip TPHA adalah adanya antibodi T.
disimpan pada suhu 2-8°C dapat pallidum akan bereaksi dengan antigen
bertahan selama 7 hari dan pada treponema yang menempel pada eritrosit
suhu -2°C serum dapat bertahan unggas/domba, sehingga terbentuk
lebih lama; (4) Serum/plasma beku aglutinasi dari eritrosit tersebut.
harus dicairkan dan dihomogenkan
sebelum pemeriksaan; (5) Reagen
harus disimpan (suhu 2-8°C) jika
tidak digunakan dan jangan
menyimpan reagen dalam freeze
Pemeriksaan
Tr e p o n e m a p a llid u m H a em ag lu t in at io n A s s ay

1) serum diencerkan dengan larutan pengencer (diluents) yang mengandung


koloni treponema Reiter non-patogenik sehingga seluruh antibodi terserap.
2) serum diteteskan pada lempeng mikrotiter dan pada tes sel yaitu eritrosit-
eritrosit tersensitisasi kuman mati spesies T. pallidum
3) Setelah diinkubasikan selama 45-60 menit, amati derajat aglutinasi. Hasil
positif ditandai gumpalan-gumpalan eritrosit dengan gambaran seperti
permadani, hasil negatif menunjukan adanya titik merah di tengah dasar
sumur.
 Hasil sampel yang menunjukan hasil aglutinasi positif dan negatif

a. Reaktif
b. Non-Reaktif
+4: Ini merupakan hasil positif TPHA tertinggi. Mengindikasikan adanya
gumpalan sel seragam (akibat adanya reagin) yang mendominasi seluruh
larutan di dalam mikrotiter.
+3: Artinya sebagian besar larutan di dalam tabung reaksi ditutupi oleh
gumpalan sel yang seragam.
+2: Gumpalan sel di dalam larutan tidak terlalu padat. Hanya berbentuk
gumpalan-gumpalan kecil.
Kurang dari +2: Kepadatan gumpalan kian berkurang, namun tetap
menandakan adanya reagin.

Interprestasi Hasil
THANK YOU
GAES 

Anda mungkin juga menyukai