Pharmaceutical Care Penyakit Hati
Pharmaceutical Care Penyakit Hati
Pharmaceutical Care Penyakit Hati
Penyakit Hati
NIRMALA HESTY
NIM: 4820121125
Etiologi Dan Patogenesis
Gangguan fungsi hati seringkali dihubungkan dengan beberapa penyakit hati tertentu.
Beberapa pendapat membedakan penyakit hati menjadi penyakit hati akut atau kronis.
Dikatakan akut apabila kelainan-kelainan yang terjadi berlangsung sampai dengan 6 bulan,
Sedangkan penyakit hati kronis berarti gangguan yang terjadi sudah berlangsung lebih dari 6 bulan.
Ada satu bentuk penyakit hati akut yang fatal, yakni kegagalan hati fulminan, yang berarti perkembangan
mulai dari timbulnya penyakit hati hingga kegagalan hati yang berakibat kematian (fatal) terjadi dalam
kurang dari 4 minggu.
Beberapa penyebab penyakit hati
1. Hepatitis
2. Sirosis Hati
3. Kanker Hati
4. Perlemakan Hati
5. Kolestasis dan Jaundice
6. Hemochromatosis
7. Abses Hati
Tanda-tanda Dan Gejala Klinis
Lamivudi
Indikasi : Hepatitis B kronik. Dosis :
Dewasa, anak > 12 tahun : 100 mg 1 x sehari.
Anak usia 2 – 11 tahun : 3 mg/kg 1 x sehari (maksimum 100 mg/hari).
Efek samping : diare, nyeri perut, ruam, malaise, lelah, demam, anemia, neutropenia, trombositopenia,
neuropati, jarang pankreatitis.
Interaksi obat : Trimetroprim menyebabkan peningkatan kadar Lamivudine dalam plasma.
Perhatian : pankreatitis, kerusakan ginjal berat, penderita sirosis berat, hamil dan laktasi.
Penatalaksanaan :
o Tes untuk HBeAg dan anti HBe di akhir pengobatan selama 1 tahun dan kemudian setiap 3 -6 bulan.
o Durasi pengobatan optimal untuk hepatitis B belum diketahui, tetapi pengobatan dapat dihentikan setelah 1
tahun jika ditemukan adanya serokonversi HBeAg.
o Pengobatan lebih lanjut 3 – 6 bulan setelah ada serokonversi HBeAg untuk mengurangi kemungkinan
kambuh.
o Monitoring fungsi hati selama paling sedikit 4 bulan setelah penghentian terapi dengan Lamivudine.
Next…
Interferon α
Indikasi : Hepatitis B kronik, hepatitis C kronik Hepatitis C kronik
Dosis : 1) Interferon α-2a dan α-2b
Hepatitis B kronik SC, 3 x 106 unit 3 x seminggu selama 12
1) Interferon α-2a minggu.
Dosis per
Asites Obat Keuntungan Efek samping
hari
Spironolactone 100-600
Antagonis aldosteron Slow Hiperkalemia, ginekomastia, mengantuk,
mg
diuresis letargi, ruam, sakit kepala, ataksia,
impotensi, jarang
agranulositosis.
Furosemide 40-160 mg Diuresis cepat.
Rasa tidak enak pada abdominal,
hipotensi ortostatik, gangguan GI,
penglihatan kabur, pusing dehidrasi.
Hipo kalemia atau hipo natremia.
Bumetamide 1-4 mg Diuresis cepat. Nefrotoksik, dehidrasi, hipokalemia,
Hiponatraemia
Amiloride 5-10 mg
Sebagai agen hemat Kalium Hiperkalemia, hypoatraemia,
atau diuresis lemah, hypochloraemia (khususnya waktu
digunakan jika kontraindikasi dikombinasi dengan thiazid), lemah,
terhadap Spironolactone sakit kepala, nausea, muntah, konstipasi,
impotensi, diare, anoreksia,
mulut kering, nyeri perut, flatulen
Metolazone
Dosis awal 5 Berfungsi dalam induksi Hyponatraemia atau hipokalemia
mg diuresis dalam kasus
resistensi
Next…
Ensefalopati Hati
Obat Dosis Efek Samping
Lactulose 15-30 ml per oral 2-4 x sehari Flatulen, rasa tidak enak pada
perut,
diare, ketidakseimbangan
elektrolit
Metronidazole Gangguan GI, mual, anoreksia,
400-800 mg per oral per hari dalam rasa kecap logam, muntah,
dosis terbagi urtikaria, pruritus
Insulin-sensitizing agent
Obat Dosis
Rosiglitazone
Dosis awal 4 mg 1 x sehari, dapat ditingkatkan
sampai 8 mg/hari dalam 1 atau 2 dosis jika tidak
menimbulkan efek setelah 6-8 minggu pengobatan.
Kloroquin Dewasa : hari ke-1 dan ke-2 → 600 mg, hari Sakit kepala, gatal, Fenilbutazon yang menyebabkan
reaksi dermatitis
ke-3 → 300 mg ansietas, jarang aritmia
Anak : hari ke-1 dan hari ke-2 → 10
mg/kg, hari ke-3 → 5 mg/kg
Pencegahan penyebaran
Secara prinsip, Pharmaceutical Care atau pelayanan kefarmasian terdiri dari beberapa tahap yang harus dilaksanakan
secara berurutan:
Penyusunan informasi dasar atau database pasien.
Evaluasi atau Pengkajian (Assessment).
Penyusunan Rencana Pelayanan Kefarmasian (RPK).
Implementasi RPK.
Monitoring Implementasi.
Tindak Lanjut (Follow Up).
Peran Apoteker
2. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien untuk mempercepat proses penyembuhan, mencegah
bertambah parah atau mencegah kambuhnya penyakit.
Memberikan informasi kepada pasien tentang penyakitnya dan perubahan pola hidup yang harus dijalani
(misalnya: diet rendah lemak dan garam, tidak minum minuman beralkohol, istirahat yang cukup).
Menjelaskan obat-obat yang harus digunakan, indikasi, cara penggunaan, dosis, dan waktu
penggunaannya.
Melakukan konseling kepada pasien untuk melihat perkembangan terapinya dan memonitor
kemungkinan terjadinya efek samping obat.
Kasus
Seorang perempuan berusia 69 tahun, datang ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi ditemani oleh
suaminya pada tanggal 04 Juli 2023, dengan keluhan kuning pada seluruh tubuhnya yang memberat sejak 1
minggu terakhir disertai mual, muntah setiap kali makan, perut membesar dan kedua kaki bengkak.
Awalnya, sejak 1 bulan terakhir pasien mengalami demam naik turun dengan pola demam yang tidak
spesifik, diikuti dengan kedua mata berwarna kuning.
Pasien memiliki riwayat BAK berwarna coklat pekat namun pasien lupa kapan hal tersebut terjadi. Sejak
sakit, nafsu makan pasien cenderung menurun dibandingkan sebelum mengalami sakit.
Pasien sering mengalami mual dan cenderung memuntahkan makanan setiap kali makan tanpa disertai darah.
Perut pasien dirasakan semakin lama semakin membesar dan terasa nyeri apabila ditekan VAS 6/10, hilang
timbul, tidak ada faktor yang memperberat dan memperingan nyeri pada perut pasien karena nyeri hanya
dirasakan ketika perut ditekan.
Next…
Sejak 1 minggu terakhir, perut pasien semakin membesar, seluruh tubuh terasa lemas, tampak bengkak pada
kedua kaki pasien dan kulit pasien semakin berwarna kuning.
Gangguan BAB, penurunan kesadaran, sesak, batuk, penurunan berat badan disangkal. Riwayat keluhan
serupa, penggunaan jarum suntik bersamaan, transfusi darah, hipertensi, diabetes, penyakit jantung, alergi,
narkoba, merokok disangkal.
Pasien memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas/hari. Riwayat keluarga dengan keluhan
serupa seperti pasien disangkal, namun ibu pasien diketahui mengalami hepatitis B dan melahirkan pasien
dengan persalinan normal. Pasien sudah mengonsumsi obat parasetamol untuk mengatasi demam naik turun
yang dialaminya namun keluhan tidak membaik.
Pasien juga sudah melakukan pemeriksaan laboratorium yang diantar oleh keluarganya ke sebuah klinik 1
hari yang lalu dan didapatkan kesan adanya peningkatan enzim hati.
Penyelesaian
Pada pasien ini didapatkan skor child pugh sebesar 10 poin dimana digolongkan dalam kelas C yakni memiliki
prognosis tingkat kelangsungan hidup dalam 1 tahun ~ 45%.
SEKIAN
TERIMAKASIH