Lompat ke isi

Penyakit jantung koroner

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Iskemia miokardium)
Penyakit jantung koroner
Ilustrasi yang menggambarkan aterosklerosis pada arteri koroner
Informasi umum
Nama lainPenyakit jantung arteriosklerosis, penyakit jantung aterosklerosis,[1] penyakit pembuluh darah aterosklerotik,[2] penyakit jantung koroner[3]
SpesialisasiKardiologi, bedah jantung
PenyebabAterosklerosis pada arteri koroner[4]
Faktor risikoTekanan darah tinggi, merokok, diabetes melitus, kurang latihan fisik, obesitas, kolesterol darah tinggi[4][5]
Aspek klinis
Gejala dan tandaNyeri dada, dispnea[6]
KomplikasiGagal jantung, aritmia, serangan jantung, syok kardiogenik, jantung berhenti[7]
DiagnosisElektrokardiografi, uji stres jantung, angiografi koroner, angiogram CT scan jantung[8]
Tata laksana
PencegahanDiet sehat, olahraga teratur, menjaga berat badan sehat, tidak merokok[9]
PerawatanIntervensi koroner perkutan (PCI), bedah pintas arteri koroner (CABG)[10]
PengobatanAspirin, penyekat beta, nitrogliserin, statin[10]
Distribusi dan frekuensi
Prevalensi110 juta (2015)[12]
Kematian8,9 juta (2015)[11]

Penyakit arteri koroner atau yang dikenal juga sebagai penyakit jantung arteriosklerosis, penyakit jantung koroner, atau penyakit jantung iskemik adalah suatu penyakit yang terjadi ketika ada penyumbatan parsial aliran darah ke jantung.

Masalah ini dapat berdampak pada penumpukan plak di arteri. Ini disebut arteriosklerosis yang merupakan pengerasan pembuluh darah. Hal ini dapat mengakibatkan penggumpalan darah yang dapat menyebabkan serangan jantung atau strok. Pengerasan pembuluh darah dan penyumbatan arteri utama adalah salah satu penyebab utama kematian. Bahkan pada penyakit jantung sendiri membunuh lebih banyak orang setiap tahunnya.

Ada sejumlah faktor yang terkait dengan penyakit jantung iskemik. Faktor-faktor yang berisiko sebagai penyebab penyakit jantung iskemik adalah merokok, kadar kolesterol yang tinggi dan diabetes mellitus. Beberapa penelitian lebih lanjut mengungkapkan faktor genetik dan keturunan sebagai faktor potensial lain yang menyebabkan timbulnya penyakit jantung iskemik.

Penyebab penyakit jantung koroner selalu berhubungan dengan aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan kondisi penumpukan zat di sepanjang dinding arteri. Zat yang menumpuk ada dua jenis, yaitu lemak dan kolesterol dalam bentuk lunak, atau kalsium yang mengeras. Penumpukan zat ini menimbulkan plak yang menutupi atau menyumbat seluruh lumen arteri.[13] Kondisi aterosklerosis menyebabkan arteri mengalami perubahan struktur dan fungsi. Akibatnya, pengaliran darah menuju ke jantung mengalami penurunan selama penyempitan lumen arteri.[14]

Tingkat bahaya

[sunting | sunting sumber]

Di negara-negara yang termasuk negara maju, penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama kematian. Pada tahun 2006. Organisasi Kesehatan Dunia mencatat kematian akibat penyakit kardiovaskular sebanyak 17,5 juta jiwa. Penyakit-penyakit yang menjadi penyebab utamanya meliputi penyakit jantung koroner, strok, dan penyakit jantung rematik.[15] Di Amerika, rata-rata kematian akibat penyakit jantung koroner sebanyak 550 orang.[16] Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyebab terjadinya henti jantung mendadak. Pada orang yang berusia di bawah 35 tahun, persentasenya hanya sebesar 10%. Namun, pada orang yang berusia di atas 35 tahun, persentasenya sebesar 80%.[17]

Penyembuhan

[sunting | sunting sumber]

Terapi revaskularisasi

[sunting | sunting sumber]

Terapi revaskularisasi merupakan alternatif untuk penyembuhan penyakit jantung koroner selain daripada terapi medis. Beberapa metode terapi revaskularisasi yang dapat diterapkan yaitu intervensi koroner perkutan atau bedah pintas arteri koroner.[18]

Pencegahan

[sunting | sunting sumber]

Penyakit jantung koroner adalah salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Mencegah penyakit jantung koroner sangat penting untuk menjaga kesehatan jantung. Berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko terkena penyakit jantung koroner.

Pola Makan Sehat

[sunting | sunting sumber]

Mengadopsi pola makan yang sehat sangat penting untuk kesehatan jantung. Konsumsi makanan yang kaya akan:

  • Buah-buahan
  • Sayuran
  • Biji-bijian
  • Sumber protein sehat seperti ikan

dan disarankan untuk membatasi asupan:

  • Lemak jenuh
  • Garam
  • Gula

Aktivitas Fisik Teratur

[sunting | sunting sumber]

Aktivitas fisik yang teratur berkontribusi pada kesehatan jantung. Disarankan untuk melakukan olahraga minimal 150 menit setiap minggu. Beberapa pilihan kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:

  • Berjalan cepat
  • Bersepeda
  • Berenang

Olahraga membantu menjaga berat badan dan mengoptimalkan kesehatan jantung.

Berhenti Merokok

[sunting | sunting sumber]

Rokok memiliki efek merusak pada pembuluh darah dan dapat mempercepat penumpukan plak di arteri. Dengan berhenti merokok, individu dapat secara signifikan mengurangi risiko terkena penyakit jantung koroner.

Kelola Stres

[sunting | sunting sumber]

Stres yang berkepanjangan dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan jantung. Untuk mengelola stres, individu dapat mencoba:

  • Meditasi
  • Olahraga

Kegiatan-kegiatan ini dapat membantu meredakan stres dan meningkatkan kesehatan mental serta fisik.

Kontrol Tekanan Darah, Kolesterol, dan Gula Darah

[sunting | sunting sumber]

Rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah, kadar kolesterol, dan gula darah adalah langkah penting. Hal ini membantu individu mengambil tindakan lebih awal jika terdapat masalah. Dokter mungkin meresepkan obat jika diperlukan berdasarkan hasil pemeriksaan.

Batasi Konsumsi Alkohol

[sunting | sunting sumber]

Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan kadar kolesterol. Jika memilih untuk mengonsumsi alkohol, lakukan dengan jumlah yang moderat untuk menjaga kesehatan jantung.

Dengan menerapkan langkah-langkah di atas, risiko terkena Penyakit Jantung Koroner dapat diminimalkan, serta kualitas hidup dapat ditingkatkan.[19]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Coronary heart disease – causes, symptoms, prevention". Southern Cross Healthcare Group. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 March 2014. Diakses tanggal 15 September 2013. 
  2. ^ Faxon DP, Creager MA, Smith SC, Pasternak RC, Olin JW, Bettmann MA, et al. (June 2004). "Atherosclerotic Vascular Disease Conference: Executive summary: Atherosclerotic Vascular Disease Conference proceeding for healthcare professionals from a special writing group of the American Heart Association". Circulation. 109 (21): 2595–604. doi:10.1161/01.CIR.0000128517.52533.DBalt=Dapat diakses gratis. PMID 15173041. 
  3. ^ MedlinePlus Encyclopedia Coronary heart disease
  4. ^ a b Mendis S, Puska P, Norrving B, ed. (2011). Global atlas on cardiovascular disease prevention and control. World Health Organization. hlm. 3–18. hdl:10665/44701. ISBN 978-92-4-156437-3. 
  5. ^ Mehta PK, Wei J, Wenger NK (February 2015). "Ischemic heart disease in women: a focus on risk factors". Trends in Cardiovascular Medicine. 25 (2): 140–51. doi:10.1016/j.tcm.2014.10.005. PMC 4336825alt=Dapat diakses gratis. PMID 25453985. 
  6. ^ "What Are the Signs and Symptoms of Coronary Heart Disease?". 29 September 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 February 2015. Diakses tanggal 23 February 2015. 
  7. ^ "Coronary Artery Disease (CAD)". 12 March 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 March 2015. Diakses tanggal 23 February 2015. 
  8. ^ "How Is Coronary Heart Disease Diagnosed?". 29 September 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 February 2015. Diakses tanggal 25 February 2015. 
  9. ^ "How Can Coronary Heart Disease Be Prevented or Delayed?". Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 February 2015. Diakses tanggal 25 February 2015. 
  10. ^ a b "How Is Coronary Heart Disease Treated?". 29 September 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 February 2015. Diakses tanggal 25 February 2015. 
  11. ^ Wang H, Naghavi M, Allen C, Barber RM, Bhutta ZA, Carter A, et al. (GBD 2015 Mortality and Causes of Death Collaborators) (October 2016). "Global, regional, and national life expectancy, all-cause mortality, and cause-specific mortality for 249 causes of death, 1980–2015: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2015". Lancet. 388 (10053): 1459–1544. doi:10.1016/S0140-6736(16)31012-1. PMC 5388903alt=Dapat diakses gratis. PMID 27733281. 
  12. ^ Vos T, Allen C, Arora M, Barber RM, Bhutta ZA, Brown A, et al. (GBD 2015 Disease and Injury Incidence and Prevalence Collaborators) (October 2016). "Global, regional, and national incidence, prevalence, and years lived with disability for 310 diseases and injuries, 1990–2015: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2015". Lancet. 388 (10053): 1545–1602. doi:10.1016/S0140-6736(16)31678-6. PMC 5055577alt=Dapat diakses gratis. PMID 27733282. 
  13. ^ Setiadi, A. P., dan Halim, S. V. (2018). Penyakit Kardiovaskular: Seri Pengobatan Rasional (PDF). Yogyakarta: Graha Ilmu. hlm. 2. 
  14. ^ Hariyono (2021). Peningkatan Kualitas Hidup Pasien Panyakit Jantung Koroner Dengan Self Regulatory Intervention (SRI) (PDF). Jombang: ICME Press. hlm. 42. ISBN 978-623-6056-04-2. 
  15. ^ Santosa, W. N., dan Baharuddin (2020). "Penyakit Jantung Koroner dan Antioksidan" (PDF). KELUWIH: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran. 1 (2): 98. doi:10.24123/kesdok.v1i2.2566. 
  16. ^ Karyatin (2019). "Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner". Jurnal Ilmiah Kesehatan. 11 (1): 37. ISSN 2301-9255. 
  17. ^ Rampengan, Starry Homenta (2014). Buku Praktis Kardiologi (PDF). Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hlm. 101. ISBN 978-979-496-836-9. 
  18. ^ Oktaviono, Yudi Her (2019). Perkembangan Terapi Intervensi pada Penyakit Jantung Koroner (PDF). Surabaya: Airlangga University Press. hlm. 1. ISBN 978-602-473-171-7. 
  19. ^ "Waspadai Penyakit Jantung Koroner: Bahaya Tersembunyi yang Mengintai Kesehatan Anda". heartology.id.