Undergraduate Thesis by Prashasti W Putri
Universitas Indonesia, 2014
This thesis discusses about how the Indonesian government commit a crime in doing water privatiza... more This thesis discusses about how the Indonesian government commit a crime in doing water privatization policy for the Jakarta citizens. The theory and concept used in this thesis are a state crime for committing human rights violations by Julia and Herman Schwendinger, Structuration theory by Giddens, and crimes of domination by Quinney. This thesis sees how the practices done by the government of Indonesia cannot be separated from and promote the bigger structure in the globalization. World Bank performs hegemony in the context of globalization to Indonesia whose the reaction, as a form of structural adaptation, is committing crimes of domination. In this case, the Indonesian government commit a crime in the presence of human right to water violation to the people in Jakarta. This study uses critical criminology approach to study the problem of clean water privatization policy. The method used is a qualitative method with the documents study, interviews, focus group discussions, and secondary data retrieval as data gathering technique.
Master's Thesis by Prashasti W Putri
Universitas Gadjah Mada, 2024
This research attempts to study aspects of public protests; to interpret the process of public pr... more This research attempts to study aspects of public protests; to interpret the process of public protest related to imaginations of “mass events” as a “performance”; and to understand public protest as a form of performance in the framework of socio-political activism to stand against the authorities of power.
Books by Prashasti W Putri
Labour Behind The Label, 2017
This study is a product of the international campaign Change Your Shoes. 18 European and Asian o... more This study is a product of the international campaign Change Your Shoes. 18 European and Asian organisations have come together to raise awareness about problems in the production of leather and footwear. Research for the campaign was conducted in China, India, Indonesia, Eastern Europe, Italy and Turkey, with the aim of improving social and environmental conditions in the global leather and footwear industry. The study provides an insight into the working conditions that govern the Indonesian leather and footwear sector by summarising the history of the leather and footwear sector in Indonesia.
This paper is also available on labourbehindthelabel.net
Book Chapters by Prashasti W Putri
Forum Lenteng, 2021
Harimau Tjampa is an Indonesian film. This statement is based on the fact that it was made in Ind... more Harimau Tjampa is an Indonesian film. This statement is based on the fact that it was made in Indonesia, also by the hands of people born in it. But the keyword ‘Indonesian film’ contains various dimensions of statement and questions; whether Indonesian film is limited to the ones with Indonesian setting, culture, and language, or rather it uses various cultural potentials in Indonesia and interprets it to a new medium, which is film. A lot of films can fit in the first category, but very few qualify to be in the second category. We agree that Harimau Tjampa is one of the very few films. Kultursinema attempts to discover and dissect this interpretative process. We found that the narrative and image structure of this film is quite progressive, even to this day. If Sergei Eisenstein was inspired by the structure of Haiku to construct his images, Djadoeg Djajakusuma used Randai as the film’s main construction. Thus, Harimau Tjampa can be understood as an attempt to separate itself from the stablished film structure: the Western film structure.
Penerbit Ombak, 2023
Artikel ini menganalisis kolektivitas yang terjadi di blockchain Fantom. Subjek kajian riset keci... more Artikel ini menganalisis kolektivitas yang terjadi di blockchain Fantom. Subjek kajian riset kecil ini adalah FantomPocong, RimRimRimbaud, dan OrangBunian, tiga seniman yang berkarya dengan medium Non-Fungible Token (NFT). Mereka bergabung dalam #NonBlokMovement, dan menjual karyanya di blockchain Fantom dengan mata uang FTM. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjabarkan kegiatan seniman NFT, mengetahui gagasan ekonomi-politik medium blockchain, dan untuk mengetahui kolektivitas yang terbentuk dari sistem blockchain ini. Dalam riset kecil ini saya menggunakan metode etnografis. Pengumpulan data saya lakukan dengan melakukan wawancara dan juga berpartisipasi secara aktif dalam blockchain. Selain itu, saya juga terlibat dalam server discord #NonBlokMovement, sebuah hub untuk proyek seni bersama beberapa orang seniman.
Editorials by Prashasti W Putri
Forum Lenteng, 2020
Pengantar editor untuk buku proceedings dari ARKIPEL Forum Festival 2019 - BROMOCORAH. Buku ini d... more Pengantar editor untuk buku proceedings dari ARKIPEL Forum Festival 2019 - BROMOCORAH. Buku ini diterbitkan oleh Forum Lenteng, dan tersusun atas kontribusi dari Otty Widasari, Dini Adanurani, Edwin, Garin Nugroho, Gorivana Ageza, Irwan Ahmett, Jasmine Nadua Trice, Manneke Budiman, Manshur Zikri, Maria Christina Silalahi, Philippa Lovatt, Ronny Agustinus, Rosalia Namsai-Engchuan, Taufiqurrahman 'Kifu', Tonny Tri Marsanto, dan Umi Lestari.
Articles by Prashasti W Putri
Jurnal Kajian Seni, 2024
This study shows how the power relations between workers in the Special Region of Yogyakarta and ... more This study shows how the power relations between workers in the Special Region of Yogyakarta and the Sultanate as the Government of the Special Region of Yogyakarta are revealed through the construction of demonstrations prepared by the Labor Union in the region. Labor activism in Yogyakarta and its surrounding areas is considered unique because the relationship between workers as the people and the Sultan as the Governor cannot be seen in black and white. This study reveals the radicality and iterability of the preparation of demonstration (proto-performance) through the lens of cultural studies and performance studies. This study uses performance ethnography methods to perceive public protest as a performative act, and since the bodies of the protesters have acquired their own knowledge of culture. The primary data source in this research is direct observation and conversations with labor activists in the Special Region of Yogyakarta, as well as secondary sources in the form of news articles. Data was collected through notes during observations. The result of this study is that the proto-performance of workers' demonstrations is radical because they free themselves from normative cultural scripts to imagine workers' welfare.
69 Performance Club, 2017
This writing tries to explain the interpretation of Abi Rama’s performance art work in 69 Perform... more This writing tries to explain the interpretation of Abi Rama’s performance art work in 69 Performance Club within this past one year since the platform is made in January 2016. A general view can be inferred about the works of Abi Rama is his frequent use of technology as an inseparable part from the issue of body. However, in some works, the use of technology is eliminated.
Jurnal Karbon, 2017
Tulisan ini hendak melihat BIGO Live dalam kerangka performativitas tersebut. Pertama, penulis he... more Tulisan ini hendak melihat BIGO Live dalam kerangka performativitas tersebut. Pertama, penulis hendak melihat kilas balik perjalanan media sosial. Dengan demikian kita bisa melihat perkembangan media sosial dan perbedaan yang ditawarkan setiap perkembangannya. Selanjutnya, penulis akan menggambarkan fenomena dunia BIGO dan kegiatan merekam serta interaksi yang terjadi di sana. Pada bagian akhir, penulis mencoba melihat aplikasi BIGO Live serta bagaimana posisi tubuh di dalamnya.
Conference Presentations by Prashasti W Putri
Makassar Biennale, 2019
My paper for Makassar Biennale 2019 Symposium - Art and Gender
Miscellaneous by Prashasti W Putri
Amrus Natalsya pada kisaran tahun 1960-an adalah seniman muda Lekra, yang akhirnya mendirikan San... more Amrus Natalsya pada kisaran tahun 1960-an adalah seniman muda Lekra, yang akhirnya mendirikan Sanggar Bumi Tarung bersama teman-temannya, antara lain Isa Hasanda, Misbach Thamrin, dan Joko Pekik (Yudha, 2021). Pada masa itu, Lekra adalah Lembaga kebudayaan yang aktif untuk melakukan pendidikan politik di kalangan seniman. Kemelekan politik ini banyak ditemukan pada karya-karya seniman Lekra, seperti Amrus Natalsya, Pramoedya Ananta Toer, Basoeki Resobowo, dan sebagainya. Pada tulisan kali ini, saya ingin membedah konstruksi mitos pada satu lukisan Amrus Natalsya yang berjudul “Peristiwa Djengkol” (1961).
“Wearing The Horizontal” adalah karya Mella Jaarsma yang dibuat di tahun 2020. Karya ini saya sak... more “Wearing The Horizontal” adalah karya Mella Jaarsma yang dibuat di tahun 2020. Karya ini saya saksikan di Galeri Nasional pada awal April 2022. Karyanya adalah karya instalasi berupa tiga buah foto performans dan tiga buah kostum yang terbuat dari kulit pohon murbei yang dijahit dengan tangan. Akan tetapi, untuk tulisan ini saya hanya akan fokus pada tiga buah foto performans yang dipamerkan di dinding.
Sudah sejak sekitar satu dekade yang lalu, istilah "woke" sering terdengar dalam setiap pembicara... more Sudah sejak sekitar satu dekade yang lalu, istilah "woke" sering terdengar dalam setiap pembicaraan, baik secara langsung maupun melalui media sosial. Beberapa tahun belakangan ini, kata ini makin beredar di media sosial, terutama Twitter. Istilah ini mengacu pada kesadaran akan isu-isu keadilan sosial, terutama keadilan rasial. Kata ini sendiri berasal dari ungkapan vernakular Bahasa Inggris Afrika-Amerika. Mendengar atau membaca "woke" atau "stay woke", istilah ini sendiri pun sudah melawan suatu kuasa, ia tidak mengikuti aturan dan kaidah baku dalam Bahasa Inggris. Lantas tepat untuk para aktivis memakainya pertama kali dalam suatu gerakan sosial, setelah kata ini dipakai pertama kali pada 1940 oleh J. Saunders Redding (Mirzaei, 2019), dan kemudian sejak 2014 dipakai untuk menjadi seruan aksi dalam gerakan Black Lives Matter setelah adanya kasus pembunuhan polisi terhadap Michael Brown di Ferguson, Missouri, Amerika Serikat.
Pada perkembangannya, penggunaan istilah “woke” atau wokeness-nya itu sendiri banyak dikritik. Penggunaannya dianggap bergeser dan tidak sesuai lagi dari makna aslinya. Apabila di awal konsep ini memiliki semangat keadilan dan kedamaian, pada perkembangannya konsep ini dipakai untuk mengalahkan orang-orang dengan pandangan yang berbeda, atau belum “woke”.
Curatorials by Prashasti W Putri
69 Performance Club, 2020
Tulisan kuratorial untuk presentasi seni performans bertajuk "Sandi Kala". Saya menulis bersama A... more Tulisan kuratorial untuk presentasi seni performans bertajuk "Sandi Kala". Saya menulis bersama Anggraeni Widhiasih.
Cemeti - Institut untuk Seni dan Masyarakat, 2020
Tulisan kuratorial untuk presentasi seni performans bertajuk "Ambangan". Saya menulis bersama Ang... more Tulisan kuratorial untuk presentasi seni performans bertajuk "Ambangan". Saya menulis bersama Anggraeni Widhiasih.
Cemeti - Institut untuk Seni dan Masyarakat, 2023
Tulisan kuratorial untuk presentasi seni performans bertajuk "Chora: Tubuh-Tubuh yang Tak Berhing... more Tulisan kuratorial untuk presentasi seni performans bertajuk "Chora: Tubuh-Tubuh yang Tak Berhingga". Saya menulis bersama Linda Mayasari.
Uploads
Undergraduate Thesis by Prashasti W Putri
Master's Thesis by Prashasti W Putri
Books by Prashasti W Putri
This paper is also available on labourbehindthelabel.net
Book Chapters by Prashasti W Putri
Editorials by Prashasti W Putri
Articles by Prashasti W Putri
Conference Presentations by Prashasti W Putri
Miscellaneous by Prashasti W Putri
Pada perkembangannya, penggunaan istilah “woke” atau wokeness-nya itu sendiri banyak dikritik. Penggunaannya dianggap bergeser dan tidak sesuai lagi dari makna aslinya. Apabila di awal konsep ini memiliki semangat keadilan dan kedamaian, pada perkembangannya konsep ini dipakai untuk mengalahkan orang-orang dengan pandangan yang berbeda, atau belum “woke”.
Curatorials by Prashasti W Putri
This paper is also available on labourbehindthelabel.net
Pada perkembangannya, penggunaan istilah “woke” atau wokeness-nya itu sendiri banyak dikritik. Penggunaannya dianggap bergeser dan tidak sesuai lagi dari makna aslinya. Apabila di awal konsep ini memiliki semangat keadilan dan kedamaian, pada perkembangannya konsep ini dipakai untuk mengalahkan orang-orang dengan pandangan yang berbeda, atau belum “woke”.