Pergi ke kandungan

Sastera Indonesia

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.
Semakan 958833 pada 10:34, 21 Oktober 2009 oleh Yosri (bincang | sumb.) (Pujangga Lama)

Sastera adalah karya seni dengan menggunakan tutur bahasa sundengan susunan kata yang menarik sehingga menggugah rasa keindahan, rasa kemanusiaan dan budi pekerti. Kaedah penyampaian Sastera Indonesia terbahagi kepada 2 bahagian besar iaitu : "Sastera Lisan" dan "Sastera Tulisan".

Garis waktu sastera Indonesia pula terbahagi kepada:

Pujangga Lama

Karya sastera di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad 20. Pada masa ini karya sastera di Indonesia di dominasi oleh syair , pantun , gurindam dan hikayat. ‘’’Karya sastera Pujangga Lama’’’

  1. Sejarah Melayu
  2. Hikayat Abdullah
  3. Hikayat Andaken Penurat
  4. Hikayat Bayan Budiman
  5. Hikayat Djahidin
  6. Hikayat Hang Tuah
  7. Hikayat Kadirun
  8. Hikayat Kalila dan Damina
  9. Hikayat Masydulhak
  10. Hikayat Pandja Tanderan
  11. Hikayat Putri Djohar Manikam
  12. Hikayat Tjendera Hasan
  13. Tsahibul Hikayat
  14. Syair Bidasari
  15. Syair Ken Tambuhan
  16. Syair Raja Mambang Jauhari
  17. Syair Raja Siak

dan berbagai Sejarah , Hikayat , dan Syair lainnya

Sastera Melayu Rendah

Karya sastera di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942 , yang berkembang di lingkungan masyarakat Cina dan masyarakat Indo-Eropah. Karya sastera pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair , hikayat dan terjemahan novel barat.

‘’’Karya sastera Melayu Rendah’’’

  1. Robinson Crusoe (terjemahan)]]
  2. Lawan-lawan Merah
  3. Mengelilingi Bumi dalam 80 hari (terjemahan)
  4. Graaf de Monte Cristo (terjemahan)
  5. Kapten Flamberger (terjemahan)
  6. Rocambole (terjemahan)
  7. Nyai Dasima oleh G. Francis (Indonesia)
  8. Bunga Rampai oleh A.F van Dewall
  9. Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe
  10. Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan
  11. Kisah Pelayaran ke Makassar dan lain-lainnya
  12. Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R Kommer (Indonesia)
  13. Cerita Nyi Paina
  14. Cerita Nyai Sarikem
  15. Cerita Nyonya Kong Hong Nio
  16. Nona Leonie
  17. Warna Sari Melayu oleh Kat S.J
  18. Cerita Si Conat oleh F.D.J. Pangemanan
  19. Cerita Rossina
  20. Nyai Isah oleh F. Wiggers
  21. Drama Raden Bei Surioretno
  22. Syair Java Bank Dirampok
  23. Lo Fen Kui oleh Gouw Peng Liang
  24. Cerita Oey See oleh Thio Tjin Boen
  25. Tambahsia
  26. Busono oleh R.M.Tirtiadisuryo
  27. Nyai Permana
  28. Hikayat Siti Mariah oleh Hadji Moekti (Indonesia)
  29. dan masih ada sekitar 3000 judul karya sastera Melayu-Rendah lainnya.

Angkatan Balai Pustaka

Karya sastera di Indonesia sejak tahun 1920 - 1950 , yang dipelopori oleh penerbit Balai Pustaka . Prosa (roman]] , novel , cerita pendek dan drama dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair , pantun , gurindam dan hikayat dalam khazanah sastera di Indonesia pada masa ini.

Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastera Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa iaitu Bahasa Melayu-Tinggi , Bahasa Jawa dan Bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam Bahasa Bali , bahasa Batak dan bahasa Madura.

‘’’Karya sastera Angkatan Balai Pustaka’’’

  1. Azab dan Sengsara Seorang Gadis oleh Merari Siregar
  2. Binasa oleh Gadis Priangan
  3. Cinta dan Hawa Nafsu
  4. Siti Nurbaya oleh Marah Rusli
  5. La Hami
  6. Anak dan Kemenakan
  7. Apa Dayaku Karena Aku Seorang Perempuan oleh Nur Sutan Iskandar
  8. Karena Mertua
  9. Hulubalang Raja
  10. Katak Hendak Menjadi Lembu
  11. Salah Asuhan oleh Abdul Muis
  12. Pertemuan Jodoh
  13. Surapati
  14. Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis Sutan Sati
  15. Tak Disangka
  16. Tak Membalas Guna
  17. Memutuskan Pertalian
  18. Menebus Dosa oleh Aman Datuk Madjoindo
  19. Si Cebol Rindukan Bulan
  20. Sampaikan Salamku Kepadanya
  21. Kasih Tak Terlarai oleh Suman Hasibuan
  22. Mencahari Pencuri Anak Perawan
  23. Percobaan Setia
  24. Darah Muda oleh Adinegoro
  25. Asmara Jaya
  26. Tak Putus Dirundung Malang oleh Sutan Takdir Alisjahbana
  27. Dian yang Tak Kunjung Padam
  28. Anak Perawan Di Sarang Penyamun
  29. Di Bawah Lindungan Ka'bah oleh Hamka
  30. Tenggelamnya Kapal van der Wijck
  31. Tuan Direktur
  32. Di Dalam Lembah Kehidupan
  33. Nji Rawit Tjeti Penjual Orang oleh I Gusti Njoman Pandji Sutisna
  34. Sukreni Gadis Bali
  35. I Swasta Setahun di Bedahulu
  36. Pembalasan oleh Said Daeng Muntu
  37. Karena Kerendahan Hati
  38. Pahlawan Minahasa oleh Marius Ramis Dayoh
  39. Putra Budiman

Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai 'Raja Pengarang Balai Pustaka' oleh sebab banyaknya karya tulisnya pada masa tersebut.

Pujangga Baru

Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sasterawan pada masa tersebut , terutama terhadap karya sastera yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesedaran kebangsaan. sastera Pujangga Baru adalah sastera intelektual , nasionalistik dan elitis menjadi "bapak" sastera modern Indonesia.

Pada masa itu , terbit pula majalah "Poedjangga Baroe" yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana , Amir Hamzah dan Armin Pane . Karya sastera di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942)]] , dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana dkk. Masa ini ada dua kelompok sasterawan Pujangga baru yaitu 1. Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah dan ; 2. Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana , Armin Pane dan Rustam Effendi.

Karya sastera

  1. Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisjahbana
  2. Tebaran Mega
  3. Belenggu oleh Armin Pane
  4. Jiwa Berjiwa
  5. Gamelan Jiwa
  6. Jinak-jinak Merpati
  7. Kisah Antara Manusia
  8. Nyanyian Sunyi oleh Tengku Amir Hamzah
  9. Buah Rindu
  10. Pancaran Cinta oleh Sanusi Pane
  11. Puspa Mega
  12. Madah Kelana
  13. Sandhyakala ning Majapahit
  14. Kertajaya
  15. Tanah Air oleh Muhammad Yamin
  16. Indonesia Tumpah Darahku]]
  17. Ken Angrok dan Ken Dedes
  18. Kalau Dewi Tara Telah Berkata
  19. Percikan Permenungan oleh Rustam Effendi
  20. Bebasari
  21. Kalau Tak Untung oleh Sariamin
  22. Pengaruh Keadaan
  23. Rindu Dendam oleh J.E.Tatengkeng

Angkatan '45

Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sasterawan Angkatan '45. Karya sastera angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik - idealistik.

Karya sastera

  1. Kerikil Tajam oleh Chairil Anwar
  2. Deru Campur Debu
  3. Tiga Menguak Takdir oleh Asrul Sani , Rivai Apin dan Chairil Anwar
  4. Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma oleh Idrus
  5. Aki
  6. Perempuan dan Kebangsaan
  7. Perburuan oleh Pramoedya Ananta Toer
  8. Keluarga Gerakan
  9. Mereka yang Dilumpuhkan
  10. Di Tepi Kali Bekasi
  11. Bukan Pasar Malam
  12. Cerita dari Blora
  13. Tak Ada Esok oleh Mochtar Lubis
  14. Jalan Tak Ada Ujung
  15. Si Jamal
  16. Atheis oleh Achdiat Kartamihardja
  17. Katahati dan Perbuatan oleh Trisno Sumardjo
  18. Terjemahan Karya W.Shakespeare
  19. Lingkaran-lingkaran Retak oleh M.Balfas
  20. Suling oleh Utuy Tatang Sontani
  21. Tambera

Angkatan 50-an

Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastera Kisah asuhan H.B.Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastera yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastera lainnya , sastera.

Pada angkatan ini muncul gerakan komunis di kalangan sasterawan , yang bergabung dalam Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) yang berkonsep sastera realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berpanjangan di antara kalangan sasterawan di Indonesia pada awal tahun 1960 ; menyebabkan mandegnya perkembangan sastera karena masuk ke dalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya Gestapo 30 September di Indonesia.

Angkatan 50-60-an

N.H. Dini adalah sasterawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada akhir dekad 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal , Namaku Hiroko , La Barka , Pertemuan Dua Hati , dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat , dimana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.

  1. Hujan Kepagian oleh Nugroho Notosusanto
  2. Tiga Kota
  3. Rasa Sayange
  4. Tahun-tahun Kematian oleh Ajip Rosidi
  5. Di Tengah Keluarga
  6. Sebuah Rumah Buat Hari Tua
  7. Pertemuan Kembali
  8. Cari Muatan
  9. Surat Cinta Enday Rasidin
  10. Simphoni oleh Subagio Sastrowardojo
  11. Balada Orang-orang Tercinta oleh W.S.Rendra
  12. Empat Kumpulan Sajak
  13. Ia Sudah Bertualang
  14. Laki-laki dan Mesiu oleh Trisnojuwono
  15. Angin Laut
  16. Di Medan Perang
  17. Robohnya Surau Kami oleh A.A.Navis
  18. Bianglala
  19. Hujan Panas
  20. Dua Dunia oleh N.H.Dini
  21. Hati yang Damai
  22. Suara oleh Toto Sudarto Bachtiar
  23. Etsa
  24. Priangan si Jelita oleh Ramadhan K.H
  25. Api dan Si Rangka
  26. Datang Malam oleh Bokor Hutasuhut
  27. Surat Kertas Hijau oleh Sitor Situmorang
  28. Dalam Sajak
  29. Wajah Tak Bernama
  30. Jalan Mutiara
  31. Pertempuran dan Salju di Paris
  32. dan banyak lagi karya sastera lainnya

Angkatan 66-70-an

Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastera Horison. Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastera pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastera , munculnya karya sastera beraliran surrealistik , arus kesedaran , arketip , absurd , dll pada masa angkatan ini di Indonesia. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya karya sastera pada masa angkatan ini. Sasterawan pada akhir angkatan yang lalu termasuk juga dalam kelompok ini seperti Motinggo Busye , Purnawan Tjondronegoro , Djamil Suherman , Bur Rasuanto , Gunawan Mohammad , Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hurip dan termasuk paus sastera Indonesia , H.B.Jassin.

Seorang sasterawan pada angkatan 50-60-an yang mendapat tempat pada angkatan ini adalah Iwan Simatupang. Pada masanya , karya sasteranya berupa novel , cerpen dan drama kurang mendapat perhatian bahkan sering menimbulkan kesalahfahaman; ia lahir mendahului zamannya.

Beberapa sasterawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam , Ikranegara , Leon Agusta , Arifin C Noer , Akhudiat , Darmanto Jatman , Enny Soemargo , Arief Budiman , Gunawan Mohammad , Budi Darma , Hamsad Rangkuti , Putu Widjaya , Wisran Hadi , Wing Kardjo , Taufik Ismail dan banyak lagi yang lainnya.

Karya sastera Angkatan '66

  1. Amuk
  2. Kapak
  3. Laut Belum Pasang
  4. Meditasi
  5. Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur
  6. Tergantung Pada Angin
  7. Dukamu Abadi
  8. Aquarium
  9. Mata Pisau
  10. Perahu Kertas
  11. Sihir Hujan
  12. Interlude
  13. Parikesit
  14. Seribu Kunang-kunang di Manhattan
  15. Sri Sumarah dan Bawuk
  16. Godlob
  17. Adam Makrifat
  18. Berhala
  19. Telegram
  20. Stasiun
  21. Pabrik
  22. Gres
  23. Bom
  24. Ziarah
  25. Kering
  26. Merahnya Merah
  27. Koong
  28. Tegak Lurus Dengan Langit
  29. Aduh
  30. Edan
  31. Dag Dig Dug
  32. Tengul
  33. Sumur Tanpa Dasar
  34. Kapai Kapai
  35. Sekeping hati perempuan

dan masih banyak lagi yang lainnya.

Dasawarsa 80-an

Karya sastera di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980 , ditandai dengan banyaknya roman percintaan , dengan sasterawan wanita yang menonjol pada masa tersebut iaitu Marga T . Majalah Horison tidak ada lagi (Note: Bahkan majalah sastera "Horison" masih terbit hingga ke hari ini. Mdm.) ]] , [[karya sastera Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas di berbagai majalah dan penerbitan umum.

Beberapa sasterawan yang dapat mewakili Angkatan dekad 80-an ini antara lain adalah: Remy Sylado , Yudistira Ardinugraha , Noorca Mahendra , Seno Gumira Ajidarma , Kurniawan Junaidi.

Karya Angkatan Dasawarsa 80-an

Antara lain adalah:

  1. Badai Pasti Berlalu
  2. Cintaku di Kampus Biru
  3. Sajak Sikat Gigi
  4. Arjuna Mencari Cinta
  5. Manusia Kamar
  6. Karmila

Mira W dan Marga T adalah dua sasterawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya , tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastera Eropah abad 19 di mana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme , karya-karya pada era 80-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.

Namun yang tak boleh dilupakan , pada era 1980-an ini juga tumbuh sastera yang beraliran pop (tetapi tetap sah disebut sastera , jika sastera dianggap sebagai salah satu alat komunikasi) , iaitu lahirnya sejumlah novel popular yang dipelopori oleh Hilman dengan Serial Lupus-nya. Justeru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih "berat". Budaya barat dan konflik-konfliknya sebagai tema utama cerita terus mempengaruhi sastera Indonesia sampai tahun 2000.

Angkatan Dasawarsa 2000-an

Sasterawan angkatan 2000 mulai merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an , seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatar belakangi kisah novel fiksi.

Karya sastera

Ayu Utami dengan karyanya Saman , sebuah fragmen dari cerita Laila Tak Mampir di New York. Karya ini menandai awal bangkitnya kembali sastera Indonesia setelah hampir 20 tahun. Gaya penulisan Ayu Utami yang terbuka , bahkan vulgar , itulah yang membuatnya menonjol dari pengarang-pengarang yang lain. Novel lain yang ditulisnya adalah Larung , lanjutan dari cerita Saman.

Cybersastera

Era internet memasuki komunitas sastera di Indonesia. Banyak karya sastera Indonesia yang tidak dipublikasi berupa buku namun termaktub di dunia maya (internet)baik yang dikelola resmi oleh pemerintah , organisasi non-profit maupun situs pribadi. Ada beberapa situs sastera Indonesia di dunia maya.

Lihat juga