Loyalitas terhadap Ali bin Abi Thalib adalah isu terpenting bagi komunitas Syi"ah untuk mengemban... more Loyalitas terhadap Ali bin Abi Thalib adalah isu terpenting bagi komunitas Syi"ah untuk mengembangkan konsep Islamnya, melebihi isu hukum dan mistisme. Pada abad ke-VII dan ke-VIII M, isu tersebut mengarah kepada gerakan politis dalam bentuk perlawanan kepada Khalifah Umayyah dan Abbasiyah. Meski Abbasiyah mampu berkuasa dalam tempo yang begitu lama, akan tetapi periode keemasannya hanya berlangsung singkat. Puncak kemerosotan kekuasaan khalifah-khalifah Abbasiyah ditandai dengan berdirinya khilafah-khilafah kecil yang melepaskan diri dari kekuasaan politik Khalifah Abbasiyah. Khilafah-khilafah yang memisahkan diri itu, salah satu di antaranya adalah Fatimiyyah yang berasal dari golongan Syi"ah sekte Isma`iliyah, yakni sebuah aliran sekte di Syi"ah yang lahir akibat perselisihan tentang pengganti Imam Ja"far al-Shadiq yang hidup antara tahun 700-756 M. Fatimiyyah hadir sebagai tandingan bagi penguasa Abbasiyah yang berpusat di Baghdad yang tidak mengakui kekhalifahan Fatimiyah sebagai keturunan Rasulullah dari Fatimah serta sebagai rival Dinasti Bani Umayyah di Spanyol. B. Permasalahan Berangkat dari latar belakang tersebut, makalah ini mencoba membahas beberapa permasalahan mengenai dinasti Fatimiyyah dengan menitik-beratkan pada aspek sejarah, teologi, sosial, politik, mengenai kemunculan, puncak kejayaan, peranan atau sumbangan bagi Islam sampai dengan kemunduran dinasti tersebut. Jika dijabarkan, permasalahan yang akan kami bahas dalam makalah ini di antaranya adalah: 1. Sejarah berdirinya dinasti Fatimiyyah 2. Khalifah yang berkuasa pada masa dinasti Fatimiyyah 3. Kemajuan dan puncak kejayaan peradaban dinasti Fatimiyyah 4. Kemunduran dinasti Fatimiyyah BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Berdirinya Dinasti Fatimiyyah Dinasti Fatimiyah atau disebut juga al-Fathimiyyun adalah satusatunya dinasti Syi"ah dalam Islam yang penamaannya dinisbatkan kepada Fatimah al-Zahra, putri nabi Muhammad Saw. Kebangkitan dinasti ini berasal dari suatu tempat yang kini dikenal sebagai Tunisia (Ifriqiyyah). Kemunculan dinasti ini seperti yang dikatakan JJ. Sounders yang dikutip oleh Catur Prasetyo adalah diakibatkan oleh tuntutan Imamah sebagai Khalifah atau pengganti Rasulullah setelah wafat. Lebih jauh ia mengatakan gerakan Syi"ah tersebut merupakan sebuah protes politik terhadap penguasa dan sebagai tandingan bagi penguasa dunia Islam pada saat itu yang terpusat di Baghdad. Protes politik tersebut dilakukan dengan jalan konfrontasi, sehingga para penguasa (Mu"awiyah dan Abbasiyah) tidak ragu-ragu membunuh keluarga Ahl al-Bayt dan mengintimidasi para pengikutnya. 1
Penelitian pendidikan merupakan suatu hal yang tidak mudah untuk dipelajari. Pertama karena konse... more Penelitian pendidikan merupakan suatu hal yang tidak mudah untuk dipelajari. Pertama karena konsep penelitian itu sendiri rumit. Kedua karena banyaknya teori pendidikan itu sendiri yang terkadang saling bertentangan. Ketiga karena penelitian pendidikan melibatkan faktor manusia yang merupakan variabel yang sangat sukar dikontrol, berbeda dengan sains di mana banyak variabel yang relatif mudah untuk dikontrol, khususnya dalam eksperimen. Karena faktor manusia inilah maka penelitian pendidikan sukar untuk diduplikasikan untuk membuat verifikasi dan karena faktor manusia pulalah maka radius akurasi hasilnya lebar, kurang sempit dan kurang tajam atau dengan kata lain ketepatan tembakannya adalah ketepatan menembak dengan mata telanjang, bukan ketepatan menembak dengan teleskop. 1 Meski demikian penelitian pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan karena kita tidak dapat terus menerus bergantung pada intuisi 2 dan pengalaman saja untuk memperbaiki atau pun meningkatkan pendidikan. Mengingat intuisi merupakan sumber pengetahuan yang timbul dari kesadaran terdalam pada diri seseorang terhadap persoalan baru. Akan tetapi intuisi seringkali memberikan pengetahuan bias sehingga tidak dapat dijadikan dasar yang memadai dan dapat diandalkan untuk mengambil keputusan dalam menghadapi persoalan yang muncul. Begitu juga pengalaman antara satu orang dengan yang lainnya berbeda, oleh karenanya penelitian tetap harus dilakukan. Setidaknya ada tiga alasan utama mengapa penelitian pendidikan penting untuk dilakukan sebagaimana dikutip oleh Ibnu Hadjar dari Mc Millan dan Schumacher dalam bukunya Research in Education: A 1 Donald Ary, et al. Introduction to Research in Education. terjemahan Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Arief Furchan. 1982. Surabaya: Usaha Nasional, hal. v. 2 Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, 1999. Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 4. Conceptual Introduction (1989), yaitu: Pertama, penelitian dan ilmu pengetahuan telah lama menjadi bagian penting dan utama dalam meningkatkan aspek kehidupan di bidang lain, misalnya: di bidang kedokteran, penelitian telah memberikan andil besar dalam menangani berbagai penyakit dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Di bidang pertanian, penelitian telah banyak meningkatkan hasil-hasil pertanian baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Di bidang pendidikan, penelitian diharapkan juga mampu memberikan dampak yang sama dalam meningkatkan praktik kependidikan sehingga mempunyai dasar pijakan yang teruji secara empiris dan objektif dan bukan hanya didasarkan pada intuisi, pengalaman maupun otoritas pejabat yang membidangi pendidikan semata. Kedua, penelitian pendidikan telah terbukti memberikan sumbangan terhadap pengetahuan di bidang pendidikan. Sebagai contohnya adalah dalam pembuatan kebijakan atau keputusan. Proses pembuatan kebijakan atau keputusan tentunya melalui beberapa tahapan atau proses yang saling berkaitan satu sama lain, dimulai dari identifikasi masalah, studi empiris, replikasi, sintesis hasil penelitian dan adopsi oleh praktisi serta evaluasi. Misalnya kebijakan pemerintah terhadap penetapan uang kuliah tunggal (UKT) di perguruan tinggi sejak tahun akademik 2013/2014 atau pun kebijakan pemerintah tentang penerapan kurikulum 2013 di sekolah-sekolah atau madrasah-madrasah di Indonesia. Kebijakan tersebut tentunya telah dan akan melalui beberapa tahapan atau proses di atas. Ketiga, ulasan terhadap penemuan dan hasil-hasil penelitian pendidikan telah memberikan implikasi praktis terhadap pembuatan keputusan yang bijaksana, sebagai contohnya adalah penelitian terhadap metode ceramah dan diskusi di mana masing-masing metode mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar. Di samping hasil penelitian tersebut dapat memberikan indikasi dalam mengidentifikasi masalah penelitian, hasilnya juga dapat memberikan bimbingan dan masukan kepada pendidik yang tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan penelitian sendiri. Sehingga mereka dapat melakukan perencanaan dan pengembangan 3 program baru, mengukur hasil belajar dan mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan sesuai dengan kondisi masing-masing. Dari sini, terlihat bahwa penelitian pendidikan telah memberikan informasi dan pengetahuan yang valid tentang pendidikan yang diperlukan untuk membuat keputusankeputusan yang bijaksana. 3 Selanjutnya Ibnu Hadjar memaparkan bahwa terdapat beberapa ciri, proses dan keterbatasan penelitian pendidikan. Di antara ciri penelitian pendidikan adalah objektif, tepat atau persis, verifikatif, menerangkan, empiris, logis dan probabilitas. Namun penulis tidak akan menjelaskannya secara detail dalam makalah ini. Sedangkan proses penelitian pendidikan dimulai dari penentuan masalah, ulasan kepustakaan (studi pustaka), penentuan fokus masalah (dalam bentuk rumusan masalah, hipotesis serta definisi operasional), pemilihan desain dan metode (meliputi instrumen dan cara; survei, eksperimen, observasi), pengumpulan data (teknik, subjek, populasi dan sampel), analisis data dan penarikan kesimpulan. Adapun keterbatasan penelitian pendidikan itu sendiri meliputi: pertama masalah etika di mana manusia merupakan fokus utama penelitian bidang pendidikan, sehingga peneliti diharuskan mempertimbangkan etika, bertanggungjawab menghormati dan melindungi hak dan kehormatan subjek penelitian, menghindari kemungkinan adanya bahaya dan ketidaknyamanan baik fisik maupun mental termasuk menjaga kerahasiaan identitas dan kehidupan pribadi subjek dalam kaitannya dengan data yang diperoleh. Prinsip-prinsip etika yang membatasi hubungan antar manusia juga dapat membatasi masalah yang mungkin dapat diteliti. Kedua, pendidikan merupakan lembaga kemasyarakatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut mudah sekali berubah tiap tahunnya, misalnya populasi siswa yang duduk di kelas tertentu berubah karena naik kelas, pindah, keluar, lulus atau karena alasan lain; guru dan staf sekolah yang ada, juga demikian, jumlahnya berubah karena mutasi dan pensiun. Selain itu tujuan diadakannya sekolah yakni untuk tujuan pendidikan bukan tujuan penelitian sehingga 3 Ibid, hal 6-8. 4 penelitian yang dilakukan tidak boleh mengintervensi pendidikan. Sehingga kemungkinan dilakukannya penelitian adalah longitudinal atau replikasi karena pengaruh yang disebabkan oleh proses pendidikan baru akan terjadi jauh sesudah proses tersebut. Ketiga, kompleksitas masalah, yang berarti manusia yang terlibat dalam penelitian pendidikan yaitu: siswa, guru, staf, orang tua dan lain-lain, merupakan organisme hidup yang kompleks. Mereka mempunyai kepribadian yang kompleks (seperti perasaan, pikiran, motivasi dan kesadaran akan diri), mampu memilih tindakan yang dilakukan, serta mampu memilih respon terhadap stimulus yang diterima baik secara rasional maupun irasional. Setiap individu mempunyai cara yang berbeda untuk merespon dan memproses stimulus, karena perbedaan itulah respon yang dihasilkan mungkin dapat diprediksi mungkin juga tidak. Manusia, sebagai subjek penelitian, mungkin akan bertingkah laku berbeda kalau dia sadar sedang dilibatkan dalam suatu penelitian. Sehingga informasi yang diberikan kepada peneliti bisa jadi bukan merupakan informasi yang sebenarnya. Keempat, masalah metodologis. Dalam penelitian kuantitatif bidang pendidikan, peneliti menghadapi masalah pengukuran karakteristik manusia yang kompleks, yang umumnya hanya dapat dilakukan secara tidak langsung melalui inferensi seperti sikap, cara berfikir, prestasi belajar, kemampuan intelektual, dan kecenderungan pribadi. Untuk mengukur kecenderungan kuantatif/statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 13
Kecerdasan seringkali dimaknai sebagai kemampuan memahami sesuatu dan kemampuan berpendapat. 1 Da... more Kecerdasan seringkali dimaknai sebagai kemampuan memahami sesuatu dan kemampuan berpendapat. 1 Dalam hal ini kecerdasan dipahami secara sempit sebagai kemampuan intelektual yang menekankan logika dalam memecahkan masalah. Kecerdasan dalam arti ini biasanya diukur dari kemampuan menjawab soal-soal tes standar di ruang kelas (tes IQ). Tes tersebut menurut Thomas R. Hoerr, sebenarnya hanya mengukur kecerdasan secara sempit karena hanya menekankan pada kecerdasan linguistik dan matematis logis saja, meski dapat mengukur keberhasilan peserta didik di sekolah, namun tidak bisa memprediksi keberhasilan seseorang di dunia nyata mencakup lebih dari sekedar kecakapan linguistik dan matematis-logis. 2 Meski demikian pengagungan terhadap IQ dalam menentukan kesuksesan masih mendominasi pembelajaran di sekolah dan salah satunya tampak pada penggunaan metode-metode pembelajaran tradisional, seperti ceramah dan cerita yang lebih sesuai dengan kecerdasan linguistik dan pendekatan rasional dengan logika matematika yang lebih sesuai dengan kecerdasan matematis logis. 3 Bahkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kebanyakan masih diisi dengan muatan hafalan, praktik ibadah ritual, dogma agama dan sejenisnya, hingga menimbulkan kesan tidak menarik, membosankan dan kurang bermakna bagi peserta didik yang kecerdasan linguistik dan matematisnya kurang menonjol. Peserta didik hanya bisa belajar dengan baik apabila materi disampaikan dengan menggunakan metode yang sesuai dengan kecerdasan mereka yang paling menonjol.
Loyalitas terhadap Ali bin Abi Thalib adalah isu terpenting bagi komunitas Syi"ah untuk mengemban... more Loyalitas terhadap Ali bin Abi Thalib adalah isu terpenting bagi komunitas Syi"ah untuk mengembangkan konsep Islamnya, melebihi isu hukum dan mistisme. Pada abad ke-VII dan ke-VIII M, isu tersebut mengarah kepada gerakan politis dalam bentuk perlawanan kepada Khalifah Umayyah dan Abbasiyah. Meski Abbasiyah mampu berkuasa dalam tempo yang begitu lama, akan tetapi periode keemasannya hanya berlangsung singkat. Puncak kemerosotan kekuasaan khalifah-khalifah Abbasiyah ditandai dengan berdirinya khilafah-khilafah kecil yang melepaskan diri dari kekuasaan politik Khalifah Abbasiyah. Khilafah-khilafah yang memisahkan diri itu, salah satu di antaranya adalah Fatimiyyah yang berasal dari golongan Syi"ah sekte Isma`iliyah, yakni sebuah aliran sekte di Syi"ah yang lahir akibat perselisihan tentang pengganti Imam Ja"far al-Shadiq yang hidup antara tahun 700-756 M. Fatimiyyah hadir sebagai tandingan bagi penguasa Abbasiyah yang berpusat di Baghdad yang tidak mengakui kekhalifahan Fatimiyah sebagai keturunan Rasulullah dari Fatimah serta sebagai rival Dinasti Bani Umayyah di Spanyol. B. Permasalahan Berangkat dari latar belakang tersebut, makalah ini mencoba membahas beberapa permasalahan mengenai dinasti Fatimiyyah dengan menitik-beratkan pada aspek sejarah, teologi, sosial, politik, mengenai kemunculan, puncak kejayaan, peranan atau sumbangan bagi Islam sampai dengan kemunduran dinasti tersebut. Jika dijabarkan, permasalahan yang akan kami bahas dalam makalah ini di antaranya adalah: 1. Sejarah berdirinya dinasti Fatimiyyah 2. Khalifah yang berkuasa pada masa dinasti Fatimiyyah 3. Kemajuan dan puncak kejayaan peradaban dinasti Fatimiyyah 4. Kemunduran dinasti Fatimiyyah BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Berdirinya Dinasti Fatimiyyah Dinasti Fatimiyah atau disebut juga al-Fathimiyyun adalah satusatunya dinasti Syi"ah dalam Islam yang penamaannya dinisbatkan kepada Fatimah al-Zahra, putri nabi Muhammad Saw. Kebangkitan dinasti ini berasal dari suatu tempat yang kini dikenal sebagai Tunisia (Ifriqiyyah). Kemunculan dinasti ini seperti yang dikatakan JJ. Sounders yang dikutip oleh Catur Prasetyo adalah diakibatkan oleh tuntutan Imamah sebagai Khalifah atau pengganti Rasulullah setelah wafat. Lebih jauh ia mengatakan gerakan Syi"ah tersebut merupakan sebuah protes politik terhadap penguasa dan sebagai tandingan bagi penguasa dunia Islam pada saat itu yang terpusat di Baghdad. Protes politik tersebut dilakukan dengan jalan konfrontasi, sehingga para penguasa (Mu"awiyah dan Abbasiyah) tidak ragu-ragu membunuh keluarga Ahl al-Bayt dan mengintimidasi para pengikutnya. 1
Penelitian pendidikan merupakan suatu hal yang tidak mudah untuk dipelajari. Pertama karena konse... more Penelitian pendidikan merupakan suatu hal yang tidak mudah untuk dipelajari. Pertama karena konsep penelitian itu sendiri rumit. Kedua karena banyaknya teori pendidikan itu sendiri yang terkadang saling bertentangan. Ketiga karena penelitian pendidikan melibatkan faktor manusia yang merupakan variabel yang sangat sukar dikontrol, berbeda dengan sains di mana banyak variabel yang relatif mudah untuk dikontrol, khususnya dalam eksperimen. Karena faktor manusia inilah maka penelitian pendidikan sukar untuk diduplikasikan untuk membuat verifikasi dan karena faktor manusia pulalah maka radius akurasi hasilnya lebar, kurang sempit dan kurang tajam atau dengan kata lain ketepatan tembakannya adalah ketepatan menembak dengan mata telanjang, bukan ketepatan menembak dengan teleskop. 1 Meski demikian penelitian pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan karena kita tidak dapat terus menerus bergantung pada intuisi 2 dan pengalaman saja untuk memperbaiki atau pun meningkatkan pendidikan. Mengingat intuisi merupakan sumber pengetahuan yang timbul dari kesadaran terdalam pada diri seseorang terhadap persoalan baru. Akan tetapi intuisi seringkali memberikan pengetahuan bias sehingga tidak dapat dijadikan dasar yang memadai dan dapat diandalkan untuk mengambil keputusan dalam menghadapi persoalan yang muncul. Begitu juga pengalaman antara satu orang dengan yang lainnya berbeda, oleh karenanya penelitian tetap harus dilakukan. Setidaknya ada tiga alasan utama mengapa penelitian pendidikan penting untuk dilakukan sebagaimana dikutip oleh Ibnu Hadjar dari Mc Millan dan Schumacher dalam bukunya Research in Education: A 1 Donald Ary, et al. Introduction to Research in Education. terjemahan Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Arief Furchan. 1982. Surabaya: Usaha Nasional, hal. v. 2 Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, 1999. Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 4. Conceptual Introduction (1989), yaitu: Pertama, penelitian dan ilmu pengetahuan telah lama menjadi bagian penting dan utama dalam meningkatkan aspek kehidupan di bidang lain, misalnya: di bidang kedokteran, penelitian telah memberikan andil besar dalam menangani berbagai penyakit dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Di bidang pertanian, penelitian telah banyak meningkatkan hasil-hasil pertanian baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Di bidang pendidikan, penelitian diharapkan juga mampu memberikan dampak yang sama dalam meningkatkan praktik kependidikan sehingga mempunyai dasar pijakan yang teruji secara empiris dan objektif dan bukan hanya didasarkan pada intuisi, pengalaman maupun otoritas pejabat yang membidangi pendidikan semata. Kedua, penelitian pendidikan telah terbukti memberikan sumbangan terhadap pengetahuan di bidang pendidikan. Sebagai contohnya adalah dalam pembuatan kebijakan atau keputusan. Proses pembuatan kebijakan atau keputusan tentunya melalui beberapa tahapan atau proses yang saling berkaitan satu sama lain, dimulai dari identifikasi masalah, studi empiris, replikasi, sintesis hasil penelitian dan adopsi oleh praktisi serta evaluasi. Misalnya kebijakan pemerintah terhadap penetapan uang kuliah tunggal (UKT) di perguruan tinggi sejak tahun akademik 2013/2014 atau pun kebijakan pemerintah tentang penerapan kurikulum 2013 di sekolah-sekolah atau madrasah-madrasah di Indonesia. Kebijakan tersebut tentunya telah dan akan melalui beberapa tahapan atau proses di atas. Ketiga, ulasan terhadap penemuan dan hasil-hasil penelitian pendidikan telah memberikan implikasi praktis terhadap pembuatan keputusan yang bijaksana, sebagai contohnya adalah penelitian terhadap metode ceramah dan diskusi di mana masing-masing metode mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar. Di samping hasil penelitian tersebut dapat memberikan indikasi dalam mengidentifikasi masalah penelitian, hasilnya juga dapat memberikan bimbingan dan masukan kepada pendidik yang tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan penelitian sendiri. Sehingga mereka dapat melakukan perencanaan dan pengembangan 3 program baru, mengukur hasil belajar dan mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan sesuai dengan kondisi masing-masing. Dari sini, terlihat bahwa penelitian pendidikan telah memberikan informasi dan pengetahuan yang valid tentang pendidikan yang diperlukan untuk membuat keputusankeputusan yang bijaksana. 3 Selanjutnya Ibnu Hadjar memaparkan bahwa terdapat beberapa ciri, proses dan keterbatasan penelitian pendidikan. Di antara ciri penelitian pendidikan adalah objektif, tepat atau persis, verifikatif, menerangkan, empiris, logis dan probabilitas. Namun penulis tidak akan menjelaskannya secara detail dalam makalah ini. Sedangkan proses penelitian pendidikan dimulai dari penentuan masalah, ulasan kepustakaan (studi pustaka), penentuan fokus masalah (dalam bentuk rumusan masalah, hipotesis serta definisi operasional), pemilihan desain dan metode (meliputi instrumen dan cara; survei, eksperimen, observasi), pengumpulan data (teknik, subjek, populasi dan sampel), analisis data dan penarikan kesimpulan. Adapun keterbatasan penelitian pendidikan itu sendiri meliputi: pertama masalah etika di mana manusia merupakan fokus utama penelitian bidang pendidikan, sehingga peneliti diharuskan mempertimbangkan etika, bertanggungjawab menghormati dan melindungi hak dan kehormatan subjek penelitian, menghindari kemungkinan adanya bahaya dan ketidaknyamanan baik fisik maupun mental termasuk menjaga kerahasiaan identitas dan kehidupan pribadi subjek dalam kaitannya dengan data yang diperoleh. Prinsip-prinsip etika yang membatasi hubungan antar manusia juga dapat membatasi masalah yang mungkin dapat diteliti. Kedua, pendidikan merupakan lembaga kemasyarakatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut mudah sekali berubah tiap tahunnya, misalnya populasi siswa yang duduk di kelas tertentu berubah karena naik kelas, pindah, keluar, lulus atau karena alasan lain; guru dan staf sekolah yang ada, juga demikian, jumlahnya berubah karena mutasi dan pensiun. Selain itu tujuan diadakannya sekolah yakni untuk tujuan pendidikan bukan tujuan penelitian sehingga 3 Ibid, hal 6-8. 4 penelitian yang dilakukan tidak boleh mengintervensi pendidikan. Sehingga kemungkinan dilakukannya penelitian adalah longitudinal atau replikasi karena pengaruh yang disebabkan oleh proses pendidikan baru akan terjadi jauh sesudah proses tersebut. Ketiga, kompleksitas masalah, yang berarti manusia yang terlibat dalam penelitian pendidikan yaitu: siswa, guru, staf, orang tua dan lain-lain, merupakan organisme hidup yang kompleks. Mereka mempunyai kepribadian yang kompleks (seperti perasaan, pikiran, motivasi dan kesadaran akan diri), mampu memilih tindakan yang dilakukan, serta mampu memilih respon terhadap stimulus yang diterima baik secara rasional maupun irasional. Setiap individu mempunyai cara yang berbeda untuk merespon dan memproses stimulus, karena perbedaan itulah respon yang dihasilkan mungkin dapat diprediksi mungkin juga tidak. Manusia, sebagai subjek penelitian, mungkin akan bertingkah laku berbeda kalau dia sadar sedang dilibatkan dalam suatu penelitian. Sehingga informasi yang diberikan kepada peneliti bisa jadi bukan merupakan informasi yang sebenarnya. Keempat, masalah metodologis. Dalam penelitian kuantitatif bidang pendidikan, peneliti menghadapi masalah pengukuran karakteristik manusia yang kompleks, yang umumnya hanya dapat dilakukan secara tidak langsung melalui inferensi seperti sikap, cara berfikir, prestasi belajar, kemampuan intelektual, dan kecenderungan pribadi. Untuk mengukur kecenderungan kuantatif/statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 13
Kecerdasan seringkali dimaknai sebagai kemampuan memahami sesuatu dan kemampuan berpendapat. 1 Da... more Kecerdasan seringkali dimaknai sebagai kemampuan memahami sesuatu dan kemampuan berpendapat. 1 Dalam hal ini kecerdasan dipahami secara sempit sebagai kemampuan intelektual yang menekankan logika dalam memecahkan masalah. Kecerdasan dalam arti ini biasanya diukur dari kemampuan menjawab soal-soal tes standar di ruang kelas (tes IQ). Tes tersebut menurut Thomas R. Hoerr, sebenarnya hanya mengukur kecerdasan secara sempit karena hanya menekankan pada kecerdasan linguistik dan matematis logis saja, meski dapat mengukur keberhasilan peserta didik di sekolah, namun tidak bisa memprediksi keberhasilan seseorang di dunia nyata mencakup lebih dari sekedar kecakapan linguistik dan matematis-logis. 2 Meski demikian pengagungan terhadap IQ dalam menentukan kesuksesan masih mendominasi pembelajaran di sekolah dan salah satunya tampak pada penggunaan metode-metode pembelajaran tradisional, seperti ceramah dan cerita yang lebih sesuai dengan kecerdasan linguistik dan pendekatan rasional dengan logika matematika yang lebih sesuai dengan kecerdasan matematis logis. 3 Bahkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kebanyakan masih diisi dengan muatan hafalan, praktik ibadah ritual, dogma agama dan sejenisnya, hingga menimbulkan kesan tidak menarik, membosankan dan kurang bermakna bagi peserta didik yang kecerdasan linguistik dan matematisnya kurang menonjol. Peserta didik hanya bisa belajar dengan baik apabila materi disampaikan dengan menggunakan metode yang sesuai dengan kecerdasan mereka yang paling menonjol.
Uploads
Papers by Ulis Sa'adah