Papers & Publications by Heru Hendrayana
Theoretically environmental isotopic compositions ofprecipitation decrease with increasing altitu... more Theoretically environmental isotopic compositions ofprecipitation decrease with increasing altitude. Linear regression analysis was applied to environmental isotopic compositions (δ18O, δ2H) data on 15 precipitation samples collected along an altitudinal 126 to 1260 m.asl from November 2011 to February 2012 to determine the local meteoric water line for southern slope of mount Merapi. Merapi meteoric water line (MMWL) is an equation that describes the relationship between isotopic compositions of precipitation with altitude. This study was completed as part of a larger research of the groundwater dynamics studies using natural isotopes for southern slope of mount Merapi. Isotopic compositions of precipitation samples were measured using Liquid-Water Stable Isotope Analyzer LGR DLT-100 at the Center for the Application of Isotopes & Radiation Technology Laboratory, National Nuclear Energy Agency (BATAN), Jakarta. Regression results for the precipitation samples for southern slope of mount Merapi yielded a MMWL defined by the equation δ2H=8.332 δ18O+15.068(r2 =0,998); the change of isotopic compositions in precipitation with altitude of about -1.2%d100m for deuterium and -0. 1 %dl 00m for oxygen-18. This equation will be useful as reference for hydrological dynamics studies on the southern slope of mount Merapi that use isotopes of 2H and 18O to trace sources of groundwater recharge, to evaluate mixing of sea-water and groundwater, to analyze groundwatermineral exchange, and to analyze many other groundwater contamination problems.
Keywords: precipitation, isotope ratio, isotopic composition, m.asl, MML
Airtanah yang ada di wilayah-wilayah Kab. Sleman, Kota Yogyakarta dan Kab. Bantul dikontrol oleh ... more Airtanah yang ada di wilayah-wilayah Kab. Sleman, Kota Yogyakarta dan Kab. Bantul dikontrol oleh sistem hidrologi, geologi dan hidrogeologi yang berhulu pada lereng selatan bagian atas G. Merapi. Keberadaan hutan dan daerah-daerah tangkapan air hujan di kawasan ini merupakan suatu sistem penyedia airtanah (Groundwater Recharge Area) bagi daerah-daerah yang berada di bawahnya (Groundwater Discharge Area), yang secara hidrogeologis daerah tersebut termasuk di dalam sistem Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman. Kawasan lereng selatan G. Merapi yang meliputi wilayah Kab. Sleman, Kota Yogyakarta dan Kab. Bantul tersebut saat ini telah berkembang menjadi daerah permukiman dan berbagai kegiatan ekonomi yang padat. Degradasi sumberdaya airtanah telah terjadi baik kuantitas maupun kualitasnya, dan hal tersebut akan bertambah besar dampaknya apabila penggunaannya tidak dikendalikan dan tidak dikelola dengan baik, yang pelaksanaannya perlu melibatkan barbagai pemangku kepentingan. Untuk mengurangi dan meminimalisir dapak negatif dari pemanfaatan airtanah yang tidak terkendali tersebut perlu dilaksanakan Pengelolaan Airtanah secara bijaksana dan nyata, yaitu dengan mengkaji parameter-parameter utama penentu terciptanya sumberdaya air tanah yang berkelanjutan, sehingga akhirnya dapat dipakai sebagai acuan dan dasar pelaksanaan program-program maupun kebijakan pengelolaan airtanah di CAT Yogyakarta – Sleman. Kata Kunci : CAT Yogyakarta-Sleman, Pengelolaan Air Tanah, Potensi dan Pemanfaatan Air tanah
Penelitian ini dilakukan akibat terjadinya keresahan masyarakat akibat makin maraknya tumbuhnya b... more Penelitian ini dilakukan akibat terjadinya keresahan masyarakat akibat makin maraknya tumbuhnya bangunan tinggi seperti hotel dan apartemen di Yogyakarta dan sekitarnya yang dianggap sebagai penyebab keringnya sumur (dugwell) milik penduduk disekitar. Untuk mengetahui hal tersebut maka dilakukan analisis suatu data pumping-test atau test pemompaan pada sumur X dan sumur Y yang mana data tersebut dihitung oleh konsultan menggunakan Metode Cooper-Jacob (1946) dan dalam penelitian ini dilaksanakan dengan cara memanfaatkan data yang sama dihitung dengan menggunakan formula untuk menghitung drawdown (Sunjoto, 2014) yang dikembangkan dari Sunjoto (1988) yang selanjutnya disebut dengan 'Metode Sunjoto'. Hasil dari perhitungan untuk sumur X menggunakan Metode Cooper-Jacob harga koefisien permeabilitasnya adalah K X(C-J) =2.837×10-5 m/s dan menurut Metode Sunjoto adalah K X(Sun) =3.15x10-5 m/s hingga deviasinya sebesar Δx=10 %. Sedangkan untuk sumur Y menggunakan Metode Cooper-Jacob harga koefisien permeabilitasnya adalah K Y(C-J) =3.55x10-5 m/s dan menurut Metode Sunjoto adalah K Y(Sun) =3.50x10-5 m/s hingga deviasinya adalah sebesar Δy=1%. Hasil perhitungan harga koefisien per Radius of influence dihitung menggunakan Sichard yang berdasar koefisien permeabilitas Jaacob-Coper menghasilkan angka untuk sumur X sebesar R x =90 m dan untuk sumur Y sebesar R y =41 m. Kata Kunci: Pumping, drawdown, koefisien permeabilitas, Metode Cooper-Jacob, Metode Sunjoto. LATAR BELAKANG Dari tahun ke tahun pertumbuhan bangunan bertingkat di kota Yogyakarta dan sekitarnya semakin meningkat. Seiring dengan maraknya pembangunan dan pertumbuhan hotel, mall dan apartemen, selain memberikan dampak positif bagi perekonomian juga membawa dampak negative. Masyarakat beberapa tahun terakhir mulai melakukan penolakan terhadap pembangunan hotel dan apatemen dikarenakan air tanah dari sumur-sumur warga mulai mengalami kekeringan dan berpendapat bahwa hal tersebut terjadi karena air tanah mengalami penurunan akibat pengambilan air tanah pada sumur-dalam dari bangunan tersebut. Fenomena yang terjadi pada saat penurunan muka air tanah (drawdown) adalah terbentuknya cone of depression dan menyebabkan radius of influence semakin besar.
Management priority of groundwater conservation zone is an effort to prevent the degradation of t... more Management priority of groundwater conservation zone is an effort to prevent the degradation of the quantity and quality of groundwater based on Groundwater Basin (GWB) Management concept, which can be used as a reference in the implementation of groundwater management program in Kulon Progo. The purpose of this study were (a) determine the configuration and aquifer system of GWB, (b) determine the boundary conditions of GWB laterally and vertically, (c) determining the values of the parameters used in determination of conservation zones, and (d) determining the management priority of groundwater conservation zones. The method used to determine the management priority of groundwater conservation zones by determining the value of parameter management priorities, namely: (a) availability and potential groundwater, (b) the position of the groundwater level, (c) the quality of groundwater, (d) environment of groundwater, (e) the availability of sources of water other than groundwater, (f) the priority use of groundwater, and (g) the importance of society and development. Then the weighting technique and overlaying of each parameter can be specified management priority of groundwater conservation zones in the study area. The research area has two groundwater basins, namely Wates GWB and Unassigned GWB. Hydrogeological of study area is a coastal aquifer system consisting of alluvial-beach subsystems with sand-clay lithology and some sand lenses, and then sand dunes subsystem with loose sand sediment lithology. Basement aquifer composed of Tertiary rocks are relatively impermeable. The type of main aquifer is a free-boundary aquifer with thickness increasing from north to south. Direction of groundwater flow relatively from north to south. Management priority of groundwater conservation zones in the study area is divided into four zones, namely Zone Priority I, I, III and IV.
Penentuan prioritas pengelolaan zona konservasi air tanah merupakan salah satu upaya untuk mencegah degradasi kuantitas dan kualitas air tanah yang didasarkan pada konsep Pengelolaan Cekungan Air Tanah (CAT), sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan program pengelolaan air tanah di Kabupaten Kulon Progo. Tujuan dari penelitian ini adalah (a) mengetahui konfigurasi dan sistem akuifer CAT, (b) menentukan kondisi batas CAT secara lateral dan vertikal, (c) menentukan nilai dari parameter yang digunakan dalam penentuan zona konservasi, dan (d) menentukan prioritas pengelolaan zona konservasi air tanah. Metode yang digunakan untuk penentuan prioritas pengelolaan zona konservasi air tanah dengan menentukan nilai parameter prioritas pengelolaan, yaitu: (a) keterdapatan dan potensi air tanah, (b) kedudukan muka air tanah, (c) kualitas air tanah, (d) lingkungan air tanah, (e) ketersediaan sumber air selain air tanah, (f) prioritas pemanfaatan air tanah, serta (g) kepentingan masyarakat dan pembangunan.
Konservasi air tanah merupakan salah satu komponen penting dalam pengelolaan air tanah sebagai up... more Konservasi air tanah merupakan salah satu komponen penting dalam pengelolaan air tanah sebagai upaya mencegah degradasi kuantitas dan kualitas air tanah. Maksud dari penelitian ini adalah untuk menentukan langkah perlindungan air tanah melalui tindakan konservasi air tanah, sehingga dapat digunakan sebagai acuan atau pedoman dalam pelaksanaan program pengelolaan air tanah di Kabupaten Kulon Progo. Tujuan dari penelitian ini adalah (a) mengetahui konfigurasi dan sistem akuifer cekungan air tanah, (b) menentukan kondisi batas cekungan air tanah secara lateral dan vertikal, (c) menentukan nilai dari parameter yang digunakan dalam penentuan zona konservasi, dan (d) menentukan zona konservasi air tanah. Metode yang digunakan untuk penentuan zona konservasi cekungan air tanah dengan menentukan nilai parameter zona konservasi, yaitu: (a) keterdapatan dan potensi air tanah, (b) perubahan kedudukan muka air tanah, (c) perubahan kualitas air tanah, (d) perubahan lingkungan air tanah, (e) ketersediaan sumber air selain air tanah, (f) prioritas pemanfaatan air tanah, serta (g) kepentingan masyarakat dan pembangunan. Dengan teknik pembobotan dan penampalan dari setiap parameter dapat ditentukan zona konservasi air tanah pada daerah penelitian. Hidrogeologi daerah penelitian merupakan sistem akuifer pantai (Coastal Aquifer System) tersusun oleh Subsistem Aluvial Pantai (endapan pasir-lempung dan lensa-lensa pasir) dan Subsistem Gumuk Pasir (endapan pasir lepas). Dasar akuifer tersusun oleh batuan tersier bersifat relatif kedap air. Tipe akuifer utama adalah akuifer bebas dengan ketebalan semakin bertambah dari utara ke selatan. Arah aliran air tanah relatif utara – selatan. Zona konservasi air tanah di daerah penelitian terbagi menjadi 3 zona, yaitu Zona Aman I, Aman II dan Rawan.
ABSTRAK Perkembangan di sektor industri dan pemukiman yang berada di Kabupaten Kulon Progo berkem... more ABSTRAK Perkembangan di sektor industri dan pemukiman yang berada di Kabupaten Kulon Progo berkembang dengan pesat dalam beberapa tahun terakhir ini. Beriringan dengan hal tersebut, maka kebutuhan air bersih terutama yang berasal dari air tanah juga mengalami peningkatan, sedangkan muka air tanah tiap tahunnya mengalami penurunan. Dalam upaya konservasi air tanah perlu dilakukan pemantauan terhadap perubahan muka dan mutu air tanah melalui sumur pantau. Jaringan sumur pantau dalam satu cekungan air tanah perlu ditentukan berdasarkan kondisi hidrogeologi setempat untuk mengetahui perubahan kondisi dan lingkungan air tanah pada cekungan air tanah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah (a) menganalisis nilai-nilai parameter penentu yang digunakan, dan (b) menentukan Jaringan Lokasi Sumur Pantau Berdasarkan Penilaian Risiko Lingkungan Air Tanah Terhadap Pemompaan. Metode yang digunakan untuk penentuan lokasi jaringan sumur pantau ini adalah dengan memperhatikan aspek teknis pengelolaan air tanah yang dapat didekati dengan penilaian kerentanan air tanah terhadap pengambilan air tanah. Dengan teknik penampalan, peta kerentanan air tanah dengan peta tata guna lahan dan peta pola ruang (RT/RW) akan menghasilkan peta risiko lingkungan air tanah. Berdasarkan peta risiko tersebut, ditentukan jaringan sumur pantau untuk pemompaan atau pengambilan air tanah. Pada daerah penelitian, dibagi atas zona risiko rendah, sedang, dan tinggi. Penentuan lokasi sumur pantau primer ditujukan untuk pemantauan kondisi alamiah air tanah di dalam cekungan, yaitu ditempatkan pada zona imbuhan air tanah, zona transisi dan zona lepasan air tanah. Sedangkan penentuan lokasi sumur pantau sekunder ditentukan pada daerah risiko tinggi dengan berbagai ekosistem atau tataguna lahan yang berbeda. Daerah penelitian ditentukan 10 unit sumur pantau primer dan 10 unit sumur pantau sekunder. Kata kunci : Sumur Pantau, Kerentanan Air Tanah, Penilaian Risiko Air Tanah, Cekungan Air Tanah 1. Pendahuluan Perkembangan di sektor industri dan sektor pemukiman yang berada di wilayah Kabupaten Kulon Progo berkembang dengan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Beriringan dengan hal tersebut, maka kebutuhan air bersih terutama yang berasal dari air tanah juga mengalami peningkatan, sedangkan muka air tanah tiap tahunnya mengalami penurunan. Dalam upaya konservasi air tanah perlu dilakukan pemantauan terhadap perubahan muka dan mutu air tanah melalui sumur pantau. Jaringan sumur pantau dalam satu cekungan air tanah perlu ditentukan dalam rangka mengetahui perubahan kondisi dan lingkungan air tanah pada cekungan airtanah tersebut.
ABSTRAK Wilayah pesisir Kabupaten Jepara mengalami perkembangan yang cukup pesat dan telah menunj... more ABSTRAK Wilayah pesisir Kabupaten Jepara mengalami perkembangan yang cukup pesat dan telah menunjukkan adanya tanda-tanda dampak negatif dari pemanfaatan air tanah, yaitu berupa masuknya air asin ke akuifer di daratan. Maksud dari penelitian ini adalah menentukan parameter-parameter penentu intrusi air laut di wilayah pesisir Jepara. Sedangkan tujuannya adalah menganalisis nilai parameter-parameter untuk menentukan genesa air tanah payau/asin, serta menentukan tingkat intrusi air laut. Berdasarkan pertimbangan kajian lapangan berupa data geologi, geomorfologi, hidrogeologi, pola aliran air tanah, nilai daya hantar listrik, jumlah garam terlarut, dan derajat keasaman, maka ditentukan 30 titik lokasi sampel air tanah. Analisis laboratorium terhadap sampel air tanah untuk mengidentifikasi beberapa faktor, yaitu Klasifikasi Sifat Air Berdasarkan Nilai Daya Hantar Listrik, Perbandingan Ca/Mg dan Ca/(HCO3 + SO4), Nilai BEX, Diagram Trilinear Piper, Konsentrasi Cl vs. Nilai DHL, dan Perbandingan Cl/Br vs Konsentrasi Cl. Berdasarkan setiap parameter yang di analisis, dapat dikategorikan, bahwa terdapat tiga kategori sifat air tanah, yaitu sampel yang diduga kuat terintrusi air laut, sampel yang merupakan air tanah tawar atau tidak ada pengaruh intrusi air laut, dan sampel yang merupakan percampuran antara keduanya. Kata kunci : Intrusi Air Laut, Geokimia Air Tanah, Pesisir Jepara 1. Pendahuluan Wilayah Jepara yang termasuk berada di pesisir pantai menjadi salah satu kekhawatiran adanya potensi intrusi air laut, ditambah dengan perkembangan pesat wilayah tersebut sebagai daerah pemukiman dan telah berkembang sebagai daerah industri nasional bahkan internasional. Berdasarkan hal tersebut, maka kebutuhan air tanah akan semakin tidak terkendali sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap sumberdaya air tanah dan lingkungannya, khususnya masuknya air asin ke akuifer di daratan. Dalam upaya konservasi air tanah, perlu dilakukan analisa intrusi air laut dalam rangka mengetahui kondisi dan lingkungan air tanah pada daerah tersebut. 2. Tujuan Maksud dari penelitian ini adalah menentukan parameter-parameter intrusi air laut di wilayah pesisir Jepara. Sedangkan tujuannya adalah menganalisis nilai parameter-parameter yang digunakan, serta menentukan tingkat intrusi air laut berdasarkan parameter tersebut.
Merapi volcano in central Java Island is considered to be the most active and dangerous andesitic... more Merapi volcano in central Java Island is considered to be the most active and dangerous andesitic volcano in Indonesia. The volcanic history of Merapi volcano is complex, and often perturbed by frequent episodes of eruptive edifice building and subsequent erosion and collapse. In this paper, we present a detailed field, literature, and GIS-study of the well-preserved eastern flank of Merapi, which has been spared from major eruptions, in order to reconstruct the geologic and geomorphic history of the edifice. Here, the most recent deposits arise from the remobilization of the old volcanic materials by lahar, gravitational collapse of massive lava flow and local landslide processes. In this study, we describe the specific deposits and subsequent alteration and removal processes. The stratigraphic analysis was performed with respect to the distinct phases of construction due to eruptions and dismantling of the volcano by erosion, gravitational collapse and the associated local to distal re-sedimentation. Based on GIS analysis and field surveys, a drainage network anomaly was detected in two main rivers, the Soka and the Brambang Rivers. We infer that an apex fan of volcaniclastic material was deposited into a central paleo-Pusur river and explains the abnormal divergence of the rivers. A new lithological 3D conceptual model is proposed based on the characterization of the lithological facies and their temporal and spatial evolution along the eastern flank of Merapi volcano.
Untuk mengurangi dan meminimalisir dapak negatif dari pemanfaatan air tanah yang tidak terkendali... more Untuk mengurangi dan meminimalisir dapak negatif dari pemanfaatan air tanah yang tidak terkendali tersebut perlu dilaksanakan Pengelolaan Air tanah secara bijaksana dan nyata, yaitu dengan melaksanakan pekerjaan Penyusunan dan Penetapan Pengelolaan Air tanah di Cekungan Air tanah (CAT) Yogyakarta-Sleman, yang dapat dipakai sebagai acuan dan dasar pelaksanaan program-program maupun kebijakan pengelolaan air tanah di CAT Yogyakarta – Sleman, sehingga dapat dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan dan perundangan yang ada.
Perkembangan di sektor industri dan sektor pemukiman yang berada di wilayah CAT Yogyakarta-Sleman... more Perkembangan di sektor industri dan sektor pemukiman yang berada di wilayah CAT Yogyakarta-Sleman berkembang dengan pesat dalam beberapa tahun terakhir ini. Beriringan dengan hal tersebut, maka kebutuhan air bersih terutama yang berasal dari air tanah juga mengalami peningkatan, sedangkan muka air tanah tiap tahunnya mengalami penurunan. Dalam upaya konservasi air tanah perlu dilakukan pemantauan terhadap perubahan muka dan mutu air tanah melalui sumur pantau. Jaringan sumur pantau dalam satu cekungan air tanah perlu ditentukan dalam rangka mengetahui perubahan kondisi dan lingkungan air tanah pada cekungan airtanah tersebut.
Maksud dari penelitian ini adalah menentukan parameter-parameter yang digunakan untuk penilaian risiko lingkungan air tanah terhadap perubahan muka air tanah akibat pemompaan. Sedangkan tujuannya adalah (a) menganalisis nilai parameter-parameter yang digunakan, serta (b) menentukan Jaringan Lokasi Sumur Pantau Berdasarkan Penilaian Risiko Lingkungan Air Tanah Terhadap Pemompaan.
Metode yang digunakan untuk penentuan lokasi jaringan sumur pantau ini adalah dengan memperhatikan aspek teknis pengelolaan air tanah yang dapat didekati dengan aplikasi kerentanan air tanah terhadap pengambilan air tanah. Dengan teknik penampalan, peta kerentanan air tanah tersebut dengan peta tata guna lahan dan peta pola ruang (RT/RW) akan menghasilkan peta risiko lingkungan air tanah. Berdasarkan peta risiko tersebut, ditentukan jaringan sumur pantau untuk pemompaan air tanah. Pada daerah penelitian, zona risiko tinggi terhadap pemompaan airtanah hampir di seluruh daerah, kecuali daerah Ngemplak, Kalasan, Berbah, dan Sewon memiliki zona risiko sedang. Penentuan lokasi sumur pantau primer ditujukan untuk pemantauan kondisi alamiah air tanah di dalam cekungan, yaitu ditempatkan pada zona imbuhan air tanah, zona transisi dan zona lepasan air tanah. Sedangkan penentuan lokasi sumur pantau sekunder ditentukan pada daerah resiko tinggi dengan berbagai ekosistem atau tataguna lahan yang berbeda.
Pegunungan vulkanik mempunyai peran yang sangat besar dalam siklus aliran air tanah. Kapasitasnya... more Pegunungan vulkanik mempunyai peran yang sangat besar dalam siklus aliran air tanah. Kapasitasnya sebagai daerah imbuhan, menjadikan bentang alam ini sebagai salah satu objek utama dalam usaha perlindungan air tanah. Tingginya tingkat keanekaragaman formasi geologi, menjadikan aliran air tanah di bentang alam ini memiliki keunikan tersendiri dibanding bentang alam yang lain.
Gunung Bromo merupakan salah satu gunungapi aktif di Indonesia. Lereng timur laut Gunung Bromo, secara administratif berada di wilayah Kabupaten Probolinggo dan merupakan daerah penelitian yang akan diulas dalam tulisan ini. Keberadaaan daerah penelitian yang berada di lereng pegunungan vulkanik, ternyata tidak serta merta menjamin tercukupinya kebutuhan air bersih bagi penduduk setempat. Berdasarkan data PDAM Kab. Probolinggo tahun 2013, terdapat tiga desa di tiga kecamatan yang hampir setiap tahun mengalamai bencana kekeringan.
Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan dengan pengamatan fisik geologi lapangan untuk mengetahui hidrostratigrafi daerah penelitian, pengamatan hidrogeokimia air tanah untuk mengetahui fasies air tanah, dan pengamatan isotop 2H untuk mengetahui lokasi daerah imbuhan air tanah. Dari hasil pengamatan ini, diketahui bahwa hidrostratigrafi lereng timur laut Gunung Bromo sangat dipengaruhi oleh sejarah geologi Gunung Bromo yang mana pada sekitar 150.000 tahun yang lalu mengalami letusan besar membentuk kaldera Ngadisari dan lembah Sapikerep. Hal ini menyebabkan fasies air tanah pada daerah penelitian memiliki perbedaan dengan lereng Gunung Bromo di sisi lain walaupun masih dalam satu zona fasies stratovulkanik. Selain itu, adanya daerah rawan kekeringan di lokasi penelitian juga sangat berhubungan dengan material vulkanik akibat dari letusan tersebut.
The first and most fundamental question to conserve a springs is where the boundaries of springs’... more The first and most fundamental question to conserve a springs is where the boundaries of springs’ recharge zone. Research in determining recharge zone of Wadon springs (631 m.asl) which located at the southern slope of mount Merapi has been conducted. Topography and hydro-geological data used to find out the locations of groundwater sampling or recharge zone hypothetic, meanwhile the isotopic compositions (H, O, and C) utilized to determine the origin of groundwater. The isotopic compositions in groundwater samples were collected from wells, springs, and boreholes at southern slope of mount Merapi. Merapi meteoric water line (MMWL) describing the relationship between isotopic compositions and elevation [6] was used as a reference of isotopic compositions of water samples to find out the origin of groundwater. Based on the 2H and 18O values and MMWL, it can be concluded that the recharge zone of Wadon springs is ranging from the elevation of 650 m.asl (Pagerjurang) to 1260 m.asl (Plawangan). The 13C value as well as tritium supports the conclusion; mostly 13C in recharge zone and Wadon springs comes from the same source of carbon; that is -17.74±0.27‰ to -10.96±0.66‰ Pee Dee Belemnite (PDB); this holds for 13C in the range of groundwater Dissolved Inorganic Carbon (DIC). Based on the tritium concentration decreasing from ≥ 4.20 TU to <4.20 TU exhibits that groundwater also comes from recharge zone to Wadon springs. By referring to the recharge elevation and topography maps, it can be estimated that the area of recharge zone is 8.033 km2.
Yogyakarta City requires extensive groundwater resource since around 70% of whole populations are... more Yogyakarta City requires extensive groundwater resource since around 70% of whole populations are using shallow wells. Consequently, the prediction of occurrence of groundwater pollution hazard is the beneficial key for sustainable groundwater quality management and groundwater protection area determination. This research is on purpose of determination of groundwater vulnerability, estimation of nitrate and organic chemical contaminant loading, and assessment of groundwater pollution hazard. Groundwater vulnerability is assessed by SVV method (Simple Vertical Vulnerability, Putra 2007). Nitrate and organic chemical contaminant loads are analyzed by stepwise processes (Johasson and Hirata, 2002;. Moreover, groundwater pollution hazard is the combination of intrinsic groundwater vulnerability and contaminant loading. As the result, groundwater in most parts of study area is predicted to be polluted by nitrate in moderately high rate especially in the area without sewage system. For organic chemical contamination, it is highly and moderately possible to present in groundwater in the area nearby industrial locations and train-gas stations, respectively. The result of groundwater quality shows that nitrate concentration ranges from 10.2 -208.1 mg/L. Base on nitrate and chloride ratio, the source of nitrate is faecal waste coming from failure of on-site sanitation systems. For organic chemicals, the measurement of TOC (Total Organic Carbon) is analyzed. Extremely high concentration of two samples up to 1510 mg/L is nearby the Yogyakarta Train Station. This has been due to the long term leakage of the underground fuelstorage tank of train oil disposal since 1998.
Adrien Selles, Heru Hendrayana, Benoît Deffontaines, Sophie Violette
Merapi Volcano, in centra... more Adrien Selles, Heru Hendrayana, Benoît Deffontaines, Sophie Violette
Merapi Volcano, in central Java Island, is considered as the most active and most dangerous volcano in Indonesia. Its history is complex and the East flank geological and geomorphological structure is still relatively unknown. On the basis of field studies, literature review and GIS data, the geological and geomorphological history of Merapi’s edifice maybe reconstructed. The East flank is in inter-eruption stage, where the most recent sediments come from the remobilization of the old volcanic materials by hyper concentrated flow (lahar), gravitational collapse of the massive lava and the local landslides. Based on the GIS analysis and the field surveys, a drainage network anomaly has been detected on two main rivers: the Soka and the Brambang River. The hypothesis of an apex fan of pyroclastic flow and lahars deposits into a central paleo-Pusur river have been selected to explain the abnormal rivers divergence. This study proposes an identification of the specific deposits and subsequent alteration weathering and dismantling processes. The stratigraphy analysis has been done with respect to the distinct phases of building edifice due to eruptions and dismantling of the volcano by erosion and associated local to distal sedimentation. The geological and geomorphological interpretation is based on the characterization of the lithological facies and their temporal and planimeter evolution along the Eastern flank of Merapi and is proposed in the form of a conceptual model.
Information on lithology, stratigraphy and morphostructural are very helpful in learning and eval... more Information on lithology, stratigraphy and morphostructural are very helpful in learning and evaluating hydrogeological system of a region. Digital Elevation Model (DEM) is also a very important information for a variety of purposes in the analysis of surfaces that can be implemented to help the continuation of exploration of groundwater.
The use of spatial analysis in ArcGIS v.9.3 for analysis of elevation data ASTER GDEM v.2 and springs elevation with the selection of IDW interpolation methods, kriging and spline for analysis of surface and groundwater flow. Geomatica PCI 8.2 was used for the analysis of digital Lineament and Rockwork v.15 as also used for statistical alignment in the study area. Lineament analysis results are used for geological and morphostructural interpretation which further determine the effect of geological units and morphostructural units to the hydrogeological system. For lineament analysis, DEM is used spline interpolation results because the population is much more straightness, confidance smaller intervals and high R-mag value, while for the analysis of groundwater flow used spline interpolation results because it has a smaller RMSE values.
The results of the geological data analysis and lineaments ground check known that the stratigraphy in the research area consist of Old Merapi Formation (Pleistocene) and is divided into three units, namely Andesite Lava, Lava Breccia and Pyroclastic deposit. The research area is divided into 3 units active morphostructural controlled by volcanism process of Mount Merapi, ie where there is volcano upper slope unit associated with Gobumi Fault, volcano middle slope unit associated with Pusong Fault and Fault Tawansari, as well volcano lower slope unit associated with Soka Fault.
Morphostructural and geological system affect the hydrogeological systems in the study area, where the two aquifer systems are limited by Lava Andesite Unit. Shallow aquifer composed of pyroclastic breccias and lava breccia. While a layer of fine tuff, lapilli tuff, coarse tuff build as aquitard. Both aquifer and aquitard form a multi aquifer system thins toward the lower topography, and act as a local groundwater flow systems and intermediate groundwater flow systems. Faults were cut out of the aquifer system formed 4 spring belts that follow the fault pattern and the fractures Lava Andesite. These conditions form a shallow aquifer systems and groundwater eventually flows into the second aquifer system which is a confined aquifer in which the developing flow regime of the regional groundwater flow system.
The high demand of clean water supply and groundwater usages in Yogyakarta City, Indonesia has ca... more The high demand of clean water supply and groundwater usages in Yogyakarta City, Indonesia has caused the lowering of groundwater table of about 3 m in average since 1984. This condition is caused by the increase number of groundwater pumping in this city relate to the rising of the urban population, economics condition, education and cultural activities, change of land use and increase number of hotels on this famous tourism city in Indonesia. Therefore, it became necessary to assess the optimum yield from the groundwater system beneath this city which can still preserve the recent level of shallow groundwater. This is important because most of the people in this city depends their daily water supply from shallow dug well. In order to assess the safe yield, a groundwater modeling is conducted. The data used on this modeling was taken from previous research and also primary data collected during this research such as; aquifer geometry, aquifer characteristics, shallow groundwater level, water usage/pumping wells discharge, river discharge and surface water level, and climate data. Prediction of the impact of groundwater pumping was made by increasing the water usage/pumping wells discharge on several scenarios. The result of this modeling shows that the optimum yield of the aquifer beneath Yogyakarta City area is about 125,000 m 3 /day.
Merapi is one of the most active and dangerous strato-volcanoes in In-donesia and is situated wit... more Merapi is one of the most active and dangerous strato-volcanoes in In-donesia and is situated within Central Java, a region with a huge density in average 1,400 people per km2, one of the most densely populated areas of Indonesia. The objective of this study is to better characterize the sedimentary ar-chitecture of the East flank of Merapi volcano. By identifying the specific de-posits and subsequent alteration weathering and dismantling processes, the geological and geomorphological history of Merapi's edifice may be recons-tructed with respect to the distinct phases of building edifice due to eruptions and dismantling the volcano by erosion and associated local to distal sedimen-tation. This work contributes to understand the processes of development, destruction and sedimentation of a complex active strato-volcano and the ef-fect of these processes on the hydrological behavior of the surrounding area. The geological and geomorphological interpretation is based on the characte-rization of the lithological facies and their temporal and planimeter evolution along the Eastern flank of Merapi and is proposed in the form of a concep-tual model. As an application the water resource behavior in the proximity is closely linked with the structure of the volcano. In order to characterize the hydrodynamic behavior of the Eastern flank of Merapi volcano, a better knowledge of the geological and geomorphological structure is essential.
Air tanah merupakan sumberdaya yang mempunyai peranan penting pada masalah penyediaan kebutuhan a... more Air tanah merupakan sumberdaya yang mempunyai peranan penting pada masalah penyediaan kebutuhan air bagi berbagai keperluan, dan saat ini air tanah telah menjadi permasalahan Nasional, sehingga mutlak dituntut perlunya langkah-langkah nyata untuk memperkecil dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan eksploitasi air tanah yang tidak terkontrol. Mengingat peranan air tanah yang semakin vital dan strategis, maka pemanfaatan air tanah harus juga memperhatikan keseimbangan dan pelestarian sumberdaya itu sendiri. Pengelolaan air tanah harus dilakukan secara bijaksana yang bertumpu pada aspek hukum, yakni peraturan perundangan yang berlaku di bidang air tanah, serta aspek teknis yang menyangkut pengetahuan keair tanahansuatu cekungan air tanah. Undang-Undang Sumberdaya Air Tahun 2004 merumuskan tujuan pengelolaan sumberdaya air, yaitu untuk mewujudkan kemanfaatan sumberdaya air yang menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan untuk sebesar-besar bagi kemakmuran rakyat. Secara lebih spesifik tujuan pengelolaan air tanah dapat dirumuskan untuk menjamin ketersediaan air tanah secara berkelanjutan (sustainanble) baik kuantitas maupun kualitasnya, untuk pemanfaatannya bagi semua pengguna sesuai peruntukannya dalam kerangka waktu yang telah ditetapkan. Hal tersebut juga telah diundangkan pada Peraturan Pemerintah No. 43/2008 tentang Air Tanah. Meskipun berbagai kegiatan telah dilakukan pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan air tanah di Daerah Istimewa Yogyakarta, tetapi sampai tahun lalu belum tersedia sistem informasi air tanah untuk mendokumentasikan hasil-hasil kegiatan tersebut di atas. Ketersediaan database yang lengkap dan mudah diakses mutlak diperlukan dan akan memberikan manfaat mulai dari keperluan perencanaan, penyusunan kebijakan dan regulasi, pemantauan, evaluasi sampai dengan keperluan pembangunan dan investasi. Dokumentasi yang lengkap dan memenuhi standart sistem informasi akan memberikan informasi yang penting, baik kepada Pemerintah, swasta maupun masyarakat.Data dan Informasi mengenai kegiatan penyelenggaraan pengelolaan air tanah tersebut sangatlah penting, sehingga perlu disusun secara sistematis, up to date, serta dapat diakses dengan mudah dan cepat. Penyusunan Sistem Informasi Air tanah tersebut juga telah diamanatkan pada Perda Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Air Tanah.
Mengingat dari tahun-ke tahun pengambilan dan pemanfaatan airtanah terus meningkat seiring dengan... more Mengingat dari tahun-ke tahun pengambilan dan pemanfaatan airtanah terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk Indonesia dan meningkatnya pembangunan di berbagai sektor terutama perkembangan industri dan pariwisata maka diperlukan suatu peraturan yang jelas mengenai pengendalian airtanah. Peraturan pengendalian airtanah meliputi pengendalian dalam pengambilan dan pemanfaatan airtanah, pengendalian pencemaran airtanah atau pengelolaan kualitasnya dan pengendalian kerusakan airtanah (kuantitas airtanah).
Uploads
Papers & Publications by Heru Hendrayana
Keywords: precipitation, isotope ratio, isotopic composition, m.asl, MML
Penentuan prioritas pengelolaan zona konservasi air tanah merupakan salah satu upaya untuk mencegah degradasi kuantitas dan kualitas air tanah yang didasarkan pada konsep Pengelolaan Cekungan Air Tanah (CAT), sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan program pengelolaan air tanah di Kabupaten Kulon Progo. Tujuan dari penelitian ini adalah (a) mengetahui konfigurasi dan sistem akuifer CAT, (b) menentukan kondisi batas CAT secara lateral dan vertikal, (c) menentukan nilai dari parameter yang digunakan dalam penentuan zona konservasi, dan (d) menentukan prioritas pengelolaan zona konservasi air tanah. Metode yang digunakan untuk penentuan prioritas pengelolaan zona konservasi air tanah dengan menentukan nilai parameter prioritas pengelolaan, yaitu: (a) keterdapatan dan potensi air tanah, (b) kedudukan muka air tanah, (c) kualitas air tanah, (d) lingkungan air tanah, (e) ketersediaan sumber air selain air tanah, (f) prioritas pemanfaatan air tanah, serta (g) kepentingan masyarakat dan pembangunan.
Maksud dari penelitian ini adalah menentukan parameter-parameter yang digunakan untuk penilaian risiko lingkungan air tanah terhadap perubahan muka air tanah akibat pemompaan. Sedangkan tujuannya adalah (a) menganalisis nilai parameter-parameter yang digunakan, serta (b) menentukan Jaringan Lokasi Sumur Pantau Berdasarkan Penilaian Risiko Lingkungan Air Tanah Terhadap Pemompaan.
Metode yang digunakan untuk penentuan lokasi jaringan sumur pantau ini adalah dengan memperhatikan aspek teknis pengelolaan air tanah yang dapat didekati dengan aplikasi kerentanan air tanah terhadap pengambilan air tanah. Dengan teknik penampalan, peta kerentanan air tanah tersebut dengan peta tata guna lahan dan peta pola ruang (RT/RW) akan menghasilkan peta risiko lingkungan air tanah. Berdasarkan peta risiko tersebut, ditentukan jaringan sumur pantau untuk pemompaan air tanah. Pada daerah penelitian, zona risiko tinggi terhadap pemompaan airtanah hampir di seluruh daerah, kecuali daerah Ngemplak, Kalasan, Berbah, dan Sewon memiliki zona risiko sedang. Penentuan lokasi sumur pantau primer ditujukan untuk pemantauan kondisi alamiah air tanah di dalam cekungan, yaitu ditempatkan pada zona imbuhan air tanah, zona transisi dan zona lepasan air tanah. Sedangkan penentuan lokasi sumur pantau sekunder ditentukan pada daerah resiko tinggi dengan berbagai ekosistem atau tataguna lahan yang berbeda.
Gunung Bromo merupakan salah satu gunungapi aktif di Indonesia. Lereng timur laut Gunung Bromo, secara administratif berada di wilayah Kabupaten Probolinggo dan merupakan daerah penelitian yang akan diulas dalam tulisan ini. Keberadaaan daerah penelitian yang berada di lereng pegunungan vulkanik, ternyata tidak serta merta menjamin tercukupinya kebutuhan air bersih bagi penduduk setempat. Berdasarkan data PDAM Kab. Probolinggo tahun 2013, terdapat tiga desa di tiga kecamatan yang hampir setiap tahun mengalamai bencana kekeringan.
Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan dengan pengamatan fisik geologi lapangan untuk mengetahui hidrostratigrafi daerah penelitian, pengamatan hidrogeokimia air tanah untuk mengetahui fasies air tanah, dan pengamatan isotop 2H untuk mengetahui lokasi daerah imbuhan air tanah. Dari hasil pengamatan ini, diketahui bahwa hidrostratigrafi lereng timur laut Gunung Bromo sangat dipengaruhi oleh sejarah geologi Gunung Bromo yang mana pada sekitar 150.000 tahun yang lalu mengalami letusan besar membentuk kaldera Ngadisari dan lembah Sapikerep. Hal ini menyebabkan fasies air tanah pada daerah penelitian memiliki perbedaan dengan lereng Gunung Bromo di sisi lain walaupun masih dalam satu zona fasies stratovulkanik. Selain itu, adanya daerah rawan kekeringan di lokasi penelitian juga sangat berhubungan dengan material vulkanik akibat dari letusan tersebut.
Merapi Volcano, in central Java Island, is considered as the most active and most dangerous volcano in Indonesia. Its history is complex and the East flank geological and geomorphological structure is still relatively unknown. On the basis of field studies, literature review and GIS data, the geological and geomorphological history of Merapi’s edifice maybe reconstructed. The East flank is in inter-eruption stage, where the most recent sediments come from the remobilization of the old volcanic materials by hyper concentrated flow (lahar), gravitational collapse of the massive lava and the local landslides. Based on the GIS analysis and the field surveys, a drainage network anomaly has been detected on two main rivers: the Soka and the Brambang River. The hypothesis of an apex fan of pyroclastic flow and lahars deposits into a central paleo-Pusur river have been selected to explain the abnormal rivers divergence. This study proposes an identification of the specific deposits and subsequent alteration weathering and dismantling processes. The stratigraphy analysis has been done with respect to the distinct phases of building edifice due to eruptions and dismantling of the volcano by erosion and associated local to distal sedimentation. The geological and geomorphological interpretation is based on the characterization of the lithological facies and their temporal and planimeter evolution along the Eastern flank of Merapi and is proposed in the form of a conceptual model.
The use of spatial analysis in ArcGIS v.9.3 for analysis of elevation data ASTER GDEM v.2 and springs elevation with the selection of IDW interpolation methods, kriging and spline for analysis of surface and groundwater flow. Geomatica PCI 8.2 was used for the analysis of digital Lineament and Rockwork v.15 as also used for statistical alignment in the study area. Lineament analysis results are used for geological and morphostructural interpretation which further determine the effect of geological units and morphostructural units to the hydrogeological system. For lineament analysis, DEM is used spline interpolation results because the population is much more straightness, confidance smaller intervals and high R-mag value, while for the analysis of groundwater flow used spline interpolation results because it has a smaller RMSE values.
The results of the geological data analysis and lineaments ground check known that the stratigraphy in the research area consist of Old Merapi Formation (Pleistocene) and is divided into three units, namely Andesite Lava, Lava Breccia and Pyroclastic deposit. The research area is divided into 3 units active morphostructural controlled by volcanism process of Mount Merapi, ie where there is volcano upper slope unit associated with Gobumi Fault, volcano middle slope unit associated with Pusong Fault and Fault Tawansari, as well volcano lower slope unit associated with Soka Fault.
Morphostructural and geological system affect the hydrogeological systems in the study area, where the two aquifer systems are limited by Lava Andesite Unit. Shallow aquifer composed of pyroclastic breccias and lava breccia. While a layer of fine tuff, lapilli tuff, coarse tuff build as aquitard. Both aquifer and aquitard form a multi aquifer system thins toward the lower topography, and act as a local groundwater flow systems and intermediate groundwater flow systems. Faults were cut out of the aquifer system formed 4 spring belts that follow the fault pattern and the fractures Lava Andesite. These conditions form a shallow aquifer systems and groundwater eventually flows into the second aquifer system which is a confined aquifer in which the developing flow regime of the regional groundwater flow system.
Keywords: precipitation, isotope ratio, isotopic composition, m.asl, MML
Penentuan prioritas pengelolaan zona konservasi air tanah merupakan salah satu upaya untuk mencegah degradasi kuantitas dan kualitas air tanah yang didasarkan pada konsep Pengelolaan Cekungan Air Tanah (CAT), sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan program pengelolaan air tanah di Kabupaten Kulon Progo. Tujuan dari penelitian ini adalah (a) mengetahui konfigurasi dan sistem akuifer CAT, (b) menentukan kondisi batas CAT secara lateral dan vertikal, (c) menentukan nilai dari parameter yang digunakan dalam penentuan zona konservasi, dan (d) menentukan prioritas pengelolaan zona konservasi air tanah. Metode yang digunakan untuk penentuan prioritas pengelolaan zona konservasi air tanah dengan menentukan nilai parameter prioritas pengelolaan, yaitu: (a) keterdapatan dan potensi air tanah, (b) kedudukan muka air tanah, (c) kualitas air tanah, (d) lingkungan air tanah, (e) ketersediaan sumber air selain air tanah, (f) prioritas pemanfaatan air tanah, serta (g) kepentingan masyarakat dan pembangunan.
Maksud dari penelitian ini adalah menentukan parameter-parameter yang digunakan untuk penilaian risiko lingkungan air tanah terhadap perubahan muka air tanah akibat pemompaan. Sedangkan tujuannya adalah (a) menganalisis nilai parameter-parameter yang digunakan, serta (b) menentukan Jaringan Lokasi Sumur Pantau Berdasarkan Penilaian Risiko Lingkungan Air Tanah Terhadap Pemompaan.
Metode yang digunakan untuk penentuan lokasi jaringan sumur pantau ini adalah dengan memperhatikan aspek teknis pengelolaan air tanah yang dapat didekati dengan aplikasi kerentanan air tanah terhadap pengambilan air tanah. Dengan teknik penampalan, peta kerentanan air tanah tersebut dengan peta tata guna lahan dan peta pola ruang (RT/RW) akan menghasilkan peta risiko lingkungan air tanah. Berdasarkan peta risiko tersebut, ditentukan jaringan sumur pantau untuk pemompaan air tanah. Pada daerah penelitian, zona risiko tinggi terhadap pemompaan airtanah hampir di seluruh daerah, kecuali daerah Ngemplak, Kalasan, Berbah, dan Sewon memiliki zona risiko sedang. Penentuan lokasi sumur pantau primer ditujukan untuk pemantauan kondisi alamiah air tanah di dalam cekungan, yaitu ditempatkan pada zona imbuhan air tanah, zona transisi dan zona lepasan air tanah. Sedangkan penentuan lokasi sumur pantau sekunder ditentukan pada daerah resiko tinggi dengan berbagai ekosistem atau tataguna lahan yang berbeda.
Gunung Bromo merupakan salah satu gunungapi aktif di Indonesia. Lereng timur laut Gunung Bromo, secara administratif berada di wilayah Kabupaten Probolinggo dan merupakan daerah penelitian yang akan diulas dalam tulisan ini. Keberadaaan daerah penelitian yang berada di lereng pegunungan vulkanik, ternyata tidak serta merta menjamin tercukupinya kebutuhan air bersih bagi penduduk setempat. Berdasarkan data PDAM Kab. Probolinggo tahun 2013, terdapat tiga desa di tiga kecamatan yang hampir setiap tahun mengalamai bencana kekeringan.
Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan dengan pengamatan fisik geologi lapangan untuk mengetahui hidrostratigrafi daerah penelitian, pengamatan hidrogeokimia air tanah untuk mengetahui fasies air tanah, dan pengamatan isotop 2H untuk mengetahui lokasi daerah imbuhan air tanah. Dari hasil pengamatan ini, diketahui bahwa hidrostratigrafi lereng timur laut Gunung Bromo sangat dipengaruhi oleh sejarah geologi Gunung Bromo yang mana pada sekitar 150.000 tahun yang lalu mengalami letusan besar membentuk kaldera Ngadisari dan lembah Sapikerep. Hal ini menyebabkan fasies air tanah pada daerah penelitian memiliki perbedaan dengan lereng Gunung Bromo di sisi lain walaupun masih dalam satu zona fasies stratovulkanik. Selain itu, adanya daerah rawan kekeringan di lokasi penelitian juga sangat berhubungan dengan material vulkanik akibat dari letusan tersebut.
Merapi Volcano, in central Java Island, is considered as the most active and most dangerous volcano in Indonesia. Its history is complex and the East flank geological and geomorphological structure is still relatively unknown. On the basis of field studies, literature review and GIS data, the geological and geomorphological history of Merapi’s edifice maybe reconstructed. The East flank is in inter-eruption stage, where the most recent sediments come from the remobilization of the old volcanic materials by hyper concentrated flow (lahar), gravitational collapse of the massive lava and the local landslides. Based on the GIS analysis and the field surveys, a drainage network anomaly has been detected on two main rivers: the Soka and the Brambang River. The hypothesis of an apex fan of pyroclastic flow and lahars deposits into a central paleo-Pusur river have been selected to explain the abnormal rivers divergence. This study proposes an identification of the specific deposits and subsequent alteration weathering and dismantling processes. The stratigraphy analysis has been done with respect to the distinct phases of building edifice due to eruptions and dismantling of the volcano by erosion and associated local to distal sedimentation. The geological and geomorphological interpretation is based on the characterization of the lithological facies and their temporal and planimeter evolution along the Eastern flank of Merapi and is proposed in the form of a conceptual model.
The use of spatial analysis in ArcGIS v.9.3 for analysis of elevation data ASTER GDEM v.2 and springs elevation with the selection of IDW interpolation methods, kriging and spline for analysis of surface and groundwater flow. Geomatica PCI 8.2 was used for the analysis of digital Lineament and Rockwork v.15 as also used for statistical alignment in the study area. Lineament analysis results are used for geological and morphostructural interpretation which further determine the effect of geological units and morphostructural units to the hydrogeological system. For lineament analysis, DEM is used spline interpolation results because the population is much more straightness, confidance smaller intervals and high R-mag value, while for the analysis of groundwater flow used spline interpolation results because it has a smaller RMSE values.
The results of the geological data analysis and lineaments ground check known that the stratigraphy in the research area consist of Old Merapi Formation (Pleistocene) and is divided into three units, namely Andesite Lava, Lava Breccia and Pyroclastic deposit. The research area is divided into 3 units active morphostructural controlled by volcanism process of Mount Merapi, ie where there is volcano upper slope unit associated with Gobumi Fault, volcano middle slope unit associated with Pusong Fault and Fault Tawansari, as well volcano lower slope unit associated with Soka Fault.
Morphostructural and geological system affect the hydrogeological systems in the study area, where the two aquifer systems are limited by Lava Andesite Unit. Shallow aquifer composed of pyroclastic breccias and lava breccia. While a layer of fine tuff, lapilli tuff, coarse tuff build as aquitard. Both aquifer and aquitard form a multi aquifer system thins toward the lower topography, and act as a local groundwater flow systems and intermediate groundwater flow systems. Faults were cut out of the aquifer system formed 4 spring belts that follow the fault pattern and the fractures Lava Andesite. These conditions form a shallow aquifer systems and groundwater eventually flows into the second aquifer system which is a confined aquifer in which the developing flow regime of the regional groundwater flow system.
outstanding management. MATA PERSADA is expected to become an official assessment standard of groundwater management by industries across Indonesia. Hence, the implementation of the tool is able to contribute sustaining water resources management in Indonesia.
Maksud dari penelitian ini adalah menentukan parameter-parameter yang digunakan untuk penilaian risiko lingkungan air tanah terhadap perubahan muka air tanah akibat pemompaan. Sedangkan tujuannya adalah (a) menganalisis nilai parameter-parameter yang digunakan, serta (b) menentukan Jaringan Lokasi Sumur Pantau Berdasarkan Penilaian Risiko Lingkungan Air Tanah Terhadap Pemompaan.
Metode yang digunakan untuk penentuan lokasi jaringan sumur pantau ini adalah dengan memperhatikan aspek teknis pengelolaan air tanah yang dapat didekati dengan aplikasi kerentanan air tanah terhadap pengambilan air tanah. Dengan teknik penampalan, peta kerentanan air tanah tersebut dengan peta tata guna lahan dan peta pola ruang (RT/RW) akan menghasilkan peta risiko lingkungan air tanah. Berdasarkan peta risiko tersebut, ditentukan jaringan sumur pantau untuk pemompaan air tanah. Pada daerah penelitian, zona risiko tinggi terhadap pemompaan airtanah hampir di seluruh daerah, kecuali daerah Ngemplak, Kalasan, Berbah, dan Sewon memiliki zona risiko sedang. Penentuan lokasi sumur pantau primer ditujukan untuk pemantauan kondisi alamiah air tanah di dalam cekungan, yaitu ditempatkan pada zona imbuhan air tanah, zona transisi dan zona lepasan air tanah. Sedangkan penentuan lokasi sumur pantau sekunder ditentukan pada daerah resiko tinggi dengan berbagai ekosistem atau tataguna lahan yang berbeda.
Due to the increasing of population density, there are many infrastructures in urban area. Urbanization results in impermeabilzation of the land surface. Urban impermeabilzation leads to reduce the water infiltration rate from the surface to the ground. The water supply, sanitation and drainage are some of the important elements of urbanization processes and severely effect water resources. Therefore, the development of urbanization can also influence on degradation of groundwater quality.
Urbanization process is increasing at a significant rated due to increased population density. There are many direct and indirect links between urbanization and environmental degradation because increasing number of people depends on the natural resources such as groundwater and so on. Therefore, the degradation of groundwater quality and quantity is the main problem in urban area and it is important to understand growing population pressure and water resources.
underground river within the dry season. This
research is conducted at Ngreneng Cave, which is
famous as the leakage tributary of Bribin River, the
most important underground river in Gunungsewu
karst area, Central Java. The objective of this
research is to separate the karst flow components at
Ngreneng Cave, in order to acknowledge the
percentage of diffuse flow during the period of
measurement. A water level data logger is installed
during one year period to understand the variation
of water level within dry and wet season.
Furthermore, to define Stage Discharge Rating
Curve, several discharge measurement is conducted
within minimum, average and maximum discharge
condition. Afterwards, the diffuse flow separation
from its total flow is conducted by using automated
base flow separation by digital filtering. The digital
filtering values is acquired from the analysis of
recession constant value in the occurrence of flood
events in a year observation and related to the value
of the base flow maximum indices (BFI) of karst
aquifer. The result shows that during one year
observation, Ngreneng Cave experiences 68 times
of flooding, with digital filtering value of 0.992. In
general, the monthly estimation of the diffuse flow
percentage is very close to 80%, whereas it
decreases to 41-59% during flood events.