Papers by Arjuna Putra Aldino
ï‚— Pada abad ke-5 hingga abad ke-10, 90 persen penduduk Eropa Barat dan Eropa Selatan bekerja di l... more ï‚— Pada abad ke-5 hingga abad ke-10, 90 persen penduduk Eropa Barat dan Eropa Selatan bekerja di lahan pertanian. Perekonomian mereka bergantung dengan pertanian, dikuasai tuan tanah dan kaum bangsawan (Lord). ï‚— Baru dalam abad ke-11, ketika Laut Tengah berfungsi sebagai prasarana perhubungan, perdagangan mulai meningkat pesat. Dari kota-kota Italia seperti Venesia, Genoa dan Pisa, perdagangan dengan Timur Tengah dan Afrika serta Eropa Timur mulai berkembang intensif. ï‚— Dari sinilah tumbuh kota-kota sebagai ruang sosial ekonomi, sebagai tempat niaga, bukan sekedar pusat pemerintahan/kekuasaan.
ï‚— Sarinah adalah simbol perempuan kelas bawah yang masih dalam kondisi dominasi (kungkungan tradi... more ï‚— Sarinah adalah simbol perempuan kelas bawah yang masih dalam kondisi dominasi (kungkungan tradisi, dan relasi produksi) masyarakat patriarki yang tidak adil. Ia diambil dari nama pengasuh Bung Karno, yang berhati mulia namun mengalami ketidakadilan dalam relasi kerja akibat struktur masyarakat yang terbagi atas kelas.
Ketahanan Nasional Arjuna Putra Aldino. T 1806172384 PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI KAJIAN KE... more Ketahanan Nasional Arjuna Putra Aldino. T 1806172384 PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI KAJIAN KETAHANAN NASIONAL PEMINATAN KAJIAN STRATEJIK PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN A. Latar Belakang Papua yang terletak di wilayah paling timur dari kesatuan Republik Indonesia masuk dalam NKRI pada tanggal 19 Nopember 1969 melalui resolusi PBB No. 2504. Hal ini sekaligus menjadi pengakuan atas integrasi Papua ke Indonesia menurut hukum internasional. Selanjutnya, Papua menjadi daerah otonom yang absah bagi Indonesia pada tahun yang sama melalui UU No.12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Daerah Otonomi Irian Barat dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat. Akan tetapi sejak menjadi bagian NKRI, sebagian penduduk Papua merasa kurang puas karena secara fakta mereka masih marginal dan miskin. Papua yang luasnya empat kali lipat pulau Jawa dan memiliki sumber daya alam yang sangat besar seharusnya mampu membuat rakyatnya hidup sejahtera. Kondisi kemiskinan tersebut tampak pada terisolirnya kehidupan sekitar 74% penduduk Papua. Tempat tinggal mereka tidak memiliki akses sarana transportasi ke pusat pelayanan ekonomi, pemerintahan dan pelayanan sosial. Ketidakpuasan secara ekonomis itulah, yang memunculkan semangat untuk memerdekakan diri. Pemerintah Pusat dinilai gagal dalam membangun kesejahteraan di Papua, apalagi dengan diadakannya Operasi Militer oleh Pemerintah Pusat untuk mengatasi pemberontakan separatisme di Papua yang dalam faktanya justru banyak menimbulkan persoalan-persoalan baru. Hal ini memperkuat rakyat Papua berkeinginan untuk melepaskan diri dari NKRI. Selain aspek ekonomis, separatisme di Papua di picu juga oleh konflik yang berakar dari kekecewaan historis, peminggiran sosial budaya, nasionalisme Papua dan diskriminasi politik dan hukum. Dalam perspektif kekecewaan historis, Ferry Kareth mempersoalkan keabsahan Pepera. Ia berpendapat bahwa Pepera itu tidak sah, sebab dilaksanakan di bawah tekanan. Pepera yang dilaksanakan tahun 1969 itu, dilaksanakan dengan perwakilan, bukan one man one vote sesuai New York Agreement. Sejarah mencatat bahwa masuknya Papua ke NKRI karena direbut, bukan atas dasar keinginan rakyat sendiri. Separatisme di Papua dimotori oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang disusul pembentukan Presidium Dewan Papua (PDP). Gerakan ini telah ada sejak 1965 dengan melakukan aktifitas secara sporadis dalam gerakan militer yang melibatkan masyarakat. Perlawanan yang dilakukan OPM ditandai dengan penyanderaan, demonstrasi massa, pengibaran bendera, penempelan pamflet, aksi pengrusakan dan pelanggaran lintas batas negara. Namun tentunya, persoalan Papua tidak bisa dipandang hanya semata-mata sebagai persoalan nasional. Tulisan ini mencoba mengeksplorasi persoalan Papua dalam dimensi internasional dengan pendekatan geopolitik dan lingkungan strategis.
A year ago, gojek a warm conversation in the community. All of a sudden people are flocking to di... more A year ago, gojek a warm conversation in the community. All of a sudden people are flocking to discuss the new stuff. A year ago too, gojek emerged as an online-based alternative transportation modes. Where the user can book the facility gojek via cyber technology. Community if you want to use the service gojek can access them through the application via android. This kind of reality, indeed a new form of service transport facilities, where he took advantage of apilkasi via android as a medium to access the facilities of transportation services provided by gojek. In addition to accessing transportation services gojek, people can also participate actively be the service provider or the service provider gojek into itself. This makes the service more gojek low cost. As Uber or Grab Bike for example. He was not exposed to public transportation tax because he is using a private car people who participate actively as facilitators of transport services. Not using the car red plate that must pay taxes on public transport. Transportation services online is also free of charge public transport operating licenses and fees KIR test (test the feasibility of public transport). A wide variety of these costs can be cut with the advent of technology and service-based applications. In other words, the presence of technology-based applications can cut a wide range of costs that could improve the transportation service rates. He could cut costs beyond the production process such as extortion, levies unofficial conducted by both the driver and the state apparatus who entered private pockets. So the transportation business climate so more efficiently. It also makes conventional transportation services become less competitive and threatened with bankruptcy by the presence of online transportation services-based applications. How not burdened many conventional transportation services fee beyond the production process such as vehicle taxes, operating taxes and fees feasibility test vehicle performed 6 months. Not to be calculated with unofficial levies carried out by the state apparatus.
The man named Jean Jacques Dozy, a Dutch geologist. In 1936 he made the climb to the summit of Ca... more The man named Jean Jacques Dozy, a Dutch geologist. In 1936 he made the climb to the summit of Carstensz, in the region of what was then West Papua. When it reached the top, he seemed like he was mugged terkaget pistol right in the chest, he said. How could I not, after 23 years he has discovered the ore body resembles a cliff wall. Later in his diary, Dozy sketched odd black mound that stood poking at an altitude of 3500 meters, in the interior of Papua. Under the sketch, Dozy append word "Hertzberg," which means "ore mountain". Dozy report only he kept in the library of Leiden.
Uploads
Papers by Arjuna Putra Aldino
Dora The Explorer seri Candy Land ini ialah realitas simulacra, yakni realita maya namun nampak nyata. Bahkan ia menghasilkan sebuah dunia hiperealitas, yakni dunia yang tak lagi mengacu pada realitas nyata. Kemudian ditemukan bahwa internalisasi nilai yang ada didalam game ini memungkinkan pemain mengidentifikasikan dirinya dengan konsep-konsep diri yang dibangun oleh dunia virtual.
Kata Kunci: Simulakra, Game Edukasi, Media Pembelajaran.