Jurnal Imejing Diagnostik (JImeD) 8 (2022) 121-128
Jurnal Imejing Diagnostik
e-ISSN 2621-7457, p-ISSN 2356-301X
http://ejournal.poltekkessmg.ac.id/ojs/index.php/jimed/index
Evaluasi Manajemen Linen Unit Laundry RSUD Kota Madiun
1,2)
Eka Ferawaty1, Ratna Wardani2
Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Magister Kesehatan, IIK STRADA Indonesia
Corresponding Author: Eka Ferawaty
e-mail: ekaferawaty@gmail.com
ABSTRACT
Background: Hospitals as institutions providing health services must keep abreast of technological
developments, so as to be able to compete in a healthy manner with other hospitals to create the best service
quality for customers. The purpose of the study was to determine the evaluation of linen management at
Madiun hospital city in 2020.
Methods: Observational research design using descriptive qualitative method. The selection of informants
through primary data and secondary data. The number of main informants is 4 people and triangulation
informants are 3 people. This research uses interview, documentation and triangulation techniques.
Collecting data using in-depth interviews, observation and documentation studies. The research was
conducted at the Madiun hospital city in March-April 2021. The data analysis techniques used data
reduction, data presentation and conclusion drawing.
Results: The results of research that has been carried out at the Madiun hospital city regarding evaluation
of linen management. In general, The input components (human resources, infrastructure, guidelines and
Standard Operating Procedure) in the management of linen at Madiun hospital city are not in accordance
with the Hospital Linen Management Guidelines. The process components (planning, implementation of
activities, and control) in the management of linen are generally not in accordance with the Hospital Linen
Management Guidelines. The output component of linen management is the implementation of linen
management that is not in accordance with the SPM (Minimum Service Standards) indicator standard.
Conclusions: The obstacles that arise are due to constraints in input aspects such as human resources,
policies and infrastructure that are not appropriate, causing the linen management process flow to be not
optimal. As in the implementation process, there are still things that are not running according to Standard
Operating Procedure. There has not been strong coordination between linen managers in the laundry and
in the room so that it proves the weak control of facilities and infrastructure, linen inventory, quality and
age of linen.
Keyword: Management; linen; laundry.
Pendahuluan
Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa
pelayanan kesehatan harus selalu mengikuti
perkembangan teknologi, sehingga harus mampu
berkompetisi secara sehat dengan rumah sakit lain
untuk menciptakan mutu pelayanan terbaik untuk
pelanggan. Mutu pelayanan rumah sakit merujuk
pada tingkat pelayanan kesehatan paripurna, yang
dapat dinilai dari kepuasan pada setiap pelanggan
sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk,
serta tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan
kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah
ditetapkan. Rumah sakit tidak hanya berfungsi
untuk kegiatan pengobatan (kuratif), tetapi juga
merupakan tempat untuk meningkatkan status
kesehatan individu, sehingga kualitas kesehatan dan
hidup masyarakat Indonesia dapat meningkat.
Penyelenggaraan pelayanan di rumah sakit yang
profesional dan bertanggung jawab dibutuhkan
dalam mendukung upaya kesehatan dalam
rangkaian
pembangunan
kesehatan
secara
menyeluruh dan terpadu (Hidayati Mukhtar,
Nurmaimun, Jasrida Yunita, 2018).
Produk jasa pelayanan di rumah sakit meliputi
pelayanan medis, penunjang medis dan penunjang
non medis. Mutu pelayanan rumah sakit tidak hanya
dinilai dari kepuasan pelanggan pada pelayanan
medis saja tetapi juga mutu dari layanan penunjang
non medis. Unit Laundry di rumah sakit merupakan
salah satu layanan penunjang non medis yang
memberikan pelayanan linen khususnya kepada
pelanggan di rawat inap. Rumah sakit memiliki
tanggung jawab dan berkewajiban melakukan
pengelolaan linen yang sesuai dengan peraturan.
Meskipun linen tidak memberikan pengaruh
Copyright @2022 Authors, JURNAL IMAGING DIAGNOSTTIK, e-ISSN 2621-7457, p-ISSN 2356-301X
121
langsung dalam proses pengobatan pasien tetapi
apabila penanganan linen tidak dikelola dengan baik
akan mengakibatkan penularan infeksi nosokomial.
(Safitri et al., 2016).
Linen merupakan kain yang digunakan di rumah
sakit dalam kegiatan operasi, persalinan dan kain
yang digunakan untuk perlengkapan pasien (seperti
seprai, sarung bantal, perlak dan lain-lain). Oleh
sebab itu diperlukan manajemen yang baik agar
dapat memenuhi kebutuhan dan selalu tersedia
dalam kondisi siap dengan tempat dan waktu yang
telah ditentukan agar pelayanan yang diberikan bisa
efektif dan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Standar pada pelayanan linen diatur dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit sesuai dengan amanat
Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit yang menyatakan bahwa rumah sakit
harus memiliki standar pelayanan sebagai acuan
yang harus dicapai dalam melaksanakan setiap
aspek kegiatan pelayanan kesehatannya. Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit mengatur standarstandar pelayanan yang akan diberikan kepada
pasien di rumah sakit secara minimal. Pelayanan
Laundry di rumah sakit memiliki dua indikator
dalam SPM yaitu tidak adanya kejadian linen hilang
dan ketepatan waktu penyediaan linen di rawat inap
yang mana standarnya masing-masing 100%.
Sering dijumpai kendala-kendala dalam
pengelolaan linen di rumah sakit seperti, kualitas
linen yang tidak baik, dalam arti linen sudah
kadaluarsa dan kerapatan benang sudah tidak
memenuhi persyaratan, kualitas hasil pencucian
masih meninggalkan noda berat seperti darah,
bahan kimia, dan lain-lain. Unit-unit yang
menggunakan linen tidak melakukan pemisahan
terhadap noda sehingga noda yang kering akan sulit
dibersihkan saat pencucian, pada ruang perawatan
tidak memisahkan linen kotor infeksius dan linen
kotor non infeksius, kurang optimalnya pengelolaan
untuk jenis linen tertentu seperti kasur, bantal, linen
berenda dan lain-lain, kurangnya koordinasi dengan
unit kerja lain khususnya dalam perbaikan sarana
dan peralatan, aspek hukum apabila pengelola linen
dilakukan oleh pihak ketiga, kurangnya pemahaman
tentang kewaspadaan universal, kurangnya
pemahaman dalam pemilihan, penggunaan dan efek
samping bahan kimia berbahaya, kurangnya
kemampuan dalam pemilihan jenis linen (Depkes,
2004)
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun
(RSUD Kota Madiun) merupakan rumah sakit
pemerintah type C dengan kapasitas tempat tidur
208 tempat tidur yang tersebar di 12 unit pelayanan
rawat inap. Pengelolaan linen sudah dilakukan
sendiri oleh unit laundry rumah sakit. Pada studi
pendahuluan yang telah dilakukan didapatkan hasil
bahwa pencapaian SPM (Standar Pelayanan
Minimal) tahun 2020 sebanyak 50% (seharusnya
100%), karena hanya ada satu dari dua indikator
utama yang memenuhi target. Indikator SPM
Laundry yang tidak memenuhi target di tahun 2020
adalah tidak adanya linen yang hilang. Berdasarkan
hasil pemetaan yang dilakukan oleh unit Laundry
jenis linen hilang terbanyak adalah sarung bantal
dan kerugian atas kehilangan linen ini menjadi
“pekerjaan rumah” yang belum dapat terpecahkan
solusinya. Dari wawancara dengan tim Satuan
Pemeriksa Internal (SPI) RSUD Kota Madiun
memang belum dilakukan pemeriksaan pada unit
laundry atas nilai SPM yang kurang pada indikator
"Tidak adanya Linen yang hilang dikarenakan
pemeriksaan diutamakan pada unit pelayanan
langsung. Linen merupakan barang habis pakai
dimana
dalam
pengadaannya
perlu
mempertimbangkan faktor kapasitas RS, BOR RS
dan lama pencuciannya. Idealnya ratio kebutuhan
linen RS adalah minimal 1 TT: 3 par linen. Evaluasi
pengelolaan linen dari hasil Akreditasi RS SNARS
di tahun 2019 juga masih didapatkan catatan
kegiatan yang masih perlu perbaikan, yaitu
kurangnya pendokumentasian dalam dekontaminasi
trolley linen dan belum adanya pemisah/sekat antara
ruang linen dengan instalasi Gizi yang memang
secara kondisi masih bersebelahan.
Dari beberapa permasalahan tersebut di atas,
peneliti
tergerak
untuk
mendalami
dan
mengevaluasi manajemen pengelolaan linen di
RSUD Kota Madiun.
Metode
Desain penelitian observasional dengan
menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Pemilihan informan melalui data primer dan data
sekunder. Jumlah informan utama sebanyak 4 orang
dan informan triangulasi sejumlah 3 orang.
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara,
dokumentasi dan triangulasi. Pengambilan data
menggunakan indepht interview, observasi dan
studi dokumentasi. Penelitian dilakukan di RSUD
Kota Madiun dilaksanakan pada bulan Maret-April
2021. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian yaitu reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan. Etika dalam penelitian ini
didasarkan pada lembar persetujuan menjadi
responden, anonymity (tanpa nama) dan
confidentialility (kerahasiaan).
Copyright @2022 Authors, JURNAL IMAGING DIAGNOSTTIK, e-ISSN 2621-7457, p-ISSN 2356-301X
122
Hasil dan Pembahasan
Gambaran Umum Unit Laundry RSUD Kota
Madiun
RSUD Kota Madiun sudah memiliki Unit
Laundry yang berdiri sejak tahun 2004 artinya
dalam pengelolaan linen tidak bekerja sama dengan
pihak ketiga. Meskipun dalam pengelolaan linen
pasien pada saat itu masih bersifat sederhana,
dimana sarana prasarana & dalam perlakuan linen
pasien sama seperti linen rumah tangga. Unit
Laundry RSUD Kota Madiun mulai menerapkan
pengelolaan linen pasien sesuai standar sejak tahun
2008, ditandai dengan adanya pengadaan Mesin
Cuci dan Mesin setrika Roll. Unit Laundry RSUD
Kota Madiun Dipimpin oleh Kepala Unit Laundry
yang bertanggung jawab kepada Kepala Bidang
penunjang khususnya Kepala Seksi Penunjang Non
Medis. Kepala unit laundry ada beberapa kali
pergantian dikarenakan pindah tugas, yang semula
dipimpin oleh seorang sanitarian dan pada saat ini
dikepalai oleh seorang perawat.
Berdasarkan struktur organisasi, SDM unit
Laundry RSUD Kota Madiun dipimpin oleh 1 orang
kepala ruangan dan 14 orang staf pelaksana dengan
pembagian tugas menjadi 3 tim yaitu: 1) Tim
pencucian sebanyak 3 orang; 2) Tim Pengeringan &
Pelipatan sebanyak 5 Orang dan 3) Tim
Penyimpanan & Distribusi sebanyak 6 orang. Jam
kerja petugas terbagi menjadi 2 shift yang dimulai
oleh shift pagi jam 07.00 -13.00 dan shift siang jam
11.00 – 17.00. Latar belakang pendidikan petugas
pelaksana di unit laundry dari setingkat SMP
sebanyak 2 orang, setingkat SMA sebanyak 9 orang
dan 4 orang setingkat Sarjana.
Karakteristik Informan
Tabel 1 Karakteristik Informan
No Responden
Umur
( thn )
1.
2
3
IS
ED
AS
38
29
44
Lama
Bekerja
( tahun )
11
4
17
4
ALD
28
10
Unit Laundry
5
6
7
WHD
AMR
AF
45
41
45
16
17
17
Bidang Penunjang
Kamar Operasi
Ruang Nifas
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa informan
dalam penelitian ini berjumlah 7 orang. Ibu IS
merupakan tenaga kesehatan yang memiliki latar
belakang pendidikan S1 Keperawatan dengan
profesi Ners. Mulai bekerja di RSUD Kota Madiun
pada tahun 2010 sebagai perawat ruangan dan pada
tahun 2019 menjadi perawat IPCN. Bapak ED
berusia 29 tahun berpendidikan SMK yang telah
lama bekerja di RSUD Kota Madiun selama 4 tahun
dan langsung ditugaskan pada unit laundry. Ibu AS
berusia 44 tahun dengan latar belakang pendidikan
SMA. 17 tahun mengabdi di RSUD Kota Madiun
dengan tugas utama langsung di bagian laundry,
meskipun pada saat itu Ibu AS hanya sebagai tenaga
harian lepas. Bapak ALD merupakan tenaga
pelaksana di tim pengeringan dan pelipatan unit
laundry dengan latar belakang pendidikan Sarjana
ekonomi. Ibu WHD bertugas selaku kepala bidang
penunjang di RSUD Kota Madiun semenjak 11
oktober 2012, dan lama kerja selama 16 tahun
dengan latar belakang pendidikan S1 kedokteran
dan S2 Magister Manajemen Kesehatan. Ibu AF
Tempat Bekerja
Unit Laundry
Unit Laundry
Unit Laundry
Keterangan
Ka Unit Laundry
Ka Tim Pencucian
Ka Tim Penyimpanan
& Distribusi
Staf Pengeringan &
Pelipatan
Ka Bid Penunjang
Kepala Ruangan
Kepala Ruangan
sebagai salah satu bidan senior yang dimiliki oleh
RSUD Kota Madiun dengan masa kerja 17 tahun.
Bapak AMR berprofesi sebagai Perawat dengan
latar belakang S1 Keperawatan dan lama kerja 17
tahun semenjak RSUD Kota Madiun berdiri.
INPUT
SDM pelaksana pengelolaan linen di unit
laundry
Sumber daya manusia merupakan unsur
terpenting dalam pengelolaan linen di Rumah Sakit.
Kuantitas dan kualitas dari SDM sangat tergantung
pada beban kerja dan lingkup pekerjaan yang harus
dilakukan. Kualifikasi tenaga yang dibutuhkan pada
unit laundry dibedakan berdasarkan kapasitas
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Kecukupan tenaga pelaksana pada unit laundry
seperti pada kutipan wawancara berikut ini;
“ … SDM kalo dipencucian yang saya rasa
memang kurang ya… karena selama ini
SDM nya kita hanya 3 orang untuk di
pencucian Itupun kalau pagi hanya dua
orang sedang yang siang 1 orang terus
Copyright @2022 Authors, JURNAL IMAGING DIAGNOSTTIK, e-ISSN 2621-7457, p-ISSN 2356-301X
123
petugas yang di pengeringan itu kita bagi,
kalau yang pagi 1 orang itu dipencucian
dan 1 orang dipengeringan sedangkan
siang
mereka
harus
menghandle
(menyelesaikan)
dua-duanya
di
pengeringan dan pencucian jadi ada
kekurangan tenaga untuk di pencucian
sedangkan kalau di pelipatan dan
distribusi Saya rasa sudah cukup”
(WC/IS/23/04/2021)
Upaya pemenuhan kuantitas dan kualitas SDM
juga diungkapkan oleh Informan triangulasi dengan
pengaturan jam kerja berdasarkan beban kerja,
seperti kutipan wawancara berikut ini
“…Kita berusaha untuk memenuhi hal
tersebut baik secara kualitas maupun
kuantitas dan saat ini kita siasati dengan
pengaturan jam kerja yaitu disaat pagi
hari itu kan lumayan banyak cucian linen
kotornya maka tenaga yang ada pun kita
upayakan
jumlah
lebih
banyak
dibandingkan yang siang, karena kalo
siang hari volume cucian tidak terlalu
banyak
seperti
pagi
hari…”
(WC/WHD/25/04/2021)
Sumber daya manusia menjadi faktor sentral
dalam pengelolaan linen di rumah sakit. Sumber
daya manusia (SDM) rumah sakit merupakan aset
rumah sakit yang penting dan sangat berperan besar
dalam pelayanan rumah sakit (Sabarguna, 2011).
Kurangnya jumlah SDM dengan beban kerja yang
ada di Instalasi laundry akan menimbulkan
overload. Adanya tambahan beban kerja tanpa
diikuti pembagian beban kerja yang sesuai akan
menyebabkan kinerja petugas menurun. Kondisi ini
secara langsung akan mempengaruhi produktivitas
dan mutu pelayanan laundry yang diberikan
(Hidayati Mukhtar, Nurmaimun, Jasrida Yunita,
2018).
SDM pelaksana laundry merupakan ujung
tombak penentu kualitas pelayanan unit laundry
yang bertujuan dalam pengendalian infeksi
nosokomial di Rumah Sakit.. Kekurangan jumlah
petugas pelaksana berakibat beban kerja bertambah.
Pekerjaan diluar tupoksi akan mempengaruhi
kinerja dari petugas, hal ini akan berdampak pada
mutu pelayanan pada unit laundry.
Sarana Prasarana
Bangunan untuk pengelolaan laundry RSUD
Kota Madiun berada di bagian belakang Rumah
Sakit dengan letak yang tidak terlalu jauh dari
tempat rawat inap. Penyelenggaraan linen masih
satu atap dengan ruangan gizi dan ruang
pemulasaraan jenazah. Dari hasil observasi luas
area laundry adalah 15 m x 22 m. Beberapa ruangan
masih dalam keadaan terbuka tanpa pembatas hanya
dibatasi dengan sekat plastik. Hal ini terungkap dari
kutipan wawancara Informan berikut ini:
“Nek (kalau) itu saya kurang tahu bu…tapi
yang jelas ruangan saya itu masih kurang
dan sempit…saya nek (kalau) nyuci
(mencuci) troli kotor saya itu diluar loo
bu…tur ini ruangannya juga sesak dan
panas …Hehehe… apalagi mesin cucinya
besar besar jadi semakin tambah sempit
bu…" (WC/ED/22/04/2021).
Untuk mencapai kinerja yang baik perlu
didukung dengan sarana dan prasarana yang
lengkap dan layak. Sarana dan prasarana menjadi
faktor vital bagi petugas laundry dalam
melaksanakan tugasnya. Dengan tersedianya sarana
dan prasarana yang baik maka petugas laundry akan
terdorong untuk meningkatkan kinerjanya. Kondisi
ini juga akan meningkatkan produktifitas petugas,
namun ketersediaan sarana dan prasarana ini juga
harus diikuti dengan pemeliharaan yang baik,
sebagai upaya untuk menjaga performa dan
menghindari terjadinya kerusakan (Leni Marlina,
Dedi Afandi, 2019).
Unit laundry Rumah Sakit merupakan tempat
kerja yang memiliki resiko tinggi terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja petugas.
Pengendalian resiko diawali dengan penyediaan
sarana dan prasarana yang memadai. Selain itu
sarana dan prasarana penunjang pengelolaan linen
yang kurang lengkap mempengaruhi efisiensi dan
produktifitas kerja. Lingkungan tempat kerja yang
kurang nyaman berpengaruh pada kepuasan kerja
petugas, sehingga secara tidak langsung akan
mempengaruhi produktifitas kerja petugas.
Pedoman dan SPO
Berdasarkan
hasil
kutipan
wawancara
didapatkan bahwa sudah ada sistem kerja, pedoman
pelayanan dan SPO pengelolaan linen yang dibuat
sesuai dengan keadaan di unit laundry RSUD Kota
Madiun. Kelengkapan SPO yang mengatur sistem
kerja di unit laundry masih kurang, sedangkan
dalam penerapannya masih memiliki keterbatasan
karena tidak semua petugas pelaksana memiliki
pemahaman yang sama terhadap penerapan SPO.
Hal tersebut diungkapkan oleh Informan utama
dalam kutipan wawancara berikut:
“Untuk sistem kerja di laundry itu
sekarang sudah saya bagi mbak menjadi 3
tim dengan jam kerja 2 shift…tetapi ya
Copyright @2022 Authors, JURNAL IMAGING DIAGNOSTTIK, e-ISSN 2621-7457, p-ISSN 2356-301X
124
kadang kalo memang ada yang libur
akhirnya seringe teman teman yang di
distribusi itu membantu yang dipelipatan
ee…kalau SPO memang ada mbaak tapi
masih belum lengkap dan memang harus
saya sesuaikan lagi dengan kondisi
sekarang… memang penerapan SPO
dilaundry ini sudah dilaksanakan teman
teman
sih
mbak
tetapi
untuk
pemahamannya memang ada beberapa
petugas yang memang sumber SDM kita
memang nggak ini ya…hehehe…dibawah
rata-rata…jadi ada beberapa yang
memang
nggak
paham…
jadi
dibandingkan dengan yang paham ya
banyak
yang
paham…”
(WC/IS/23/04/2021)
Penelitian yang dilakukan oleh Huda pada tahun
2008 menyebutkan bahwa pelaksanaan pengelolaan
linen sesuai SPO diperlukan untuk meningkatkan
efektivitas pelayanan linen di rawat inap sehingga
diperlukan pembuatan SPO standar waktu
pelayanan linen yang ditunjang dengan pembuatan
SPO pelayanan laundry dan linen yang lainnya.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang karena
pendidikan diperlukan untuk mendapatkan
informasi penting. Semakin tinggi pendidikan maka
semakin banyak informasi yang didapatkan,
sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin
luas. (Diaz-Quijano et al. 2018).
SPO dibuat sebagai dasar dan prosedur dari
setiap tahap pengelolaan linen, kelengkapan SPO
berguna untuk menghindarkan petugas dari
kesalahan dalam bekerja. Sosialisasi SPO penting
dilakukan kepada seluruh petugas dikarenakan
tingkat pemahaman dan pengetahuan yang berbeda.
Evaluasi dan perbaikan SPO dilakukan sesuai
dengan kebutuhan unit laundry yang dilaksanakan
secara
berkelanjutan
untuk
memperoleh
penyempurnaan prosedur kerja yang efektif dan
efisien.
PROSES
Perencanaan
Dari kutipan wawancara kepada Informan utama
didapatkan bahwa alur perencanaan pada unit
laundry dilakukan secara sentralisasi, yaitu
dilaksanakan oleh unit laundry berdasarkan
perhitungan kebutuhan linen ruangan. Proses
perhitungan
kebutuhan
linen
ditentukan
berdasarkan pencatatan yang dilakukan pada saat
stock opname dalam kurun waktu satu bulan. Hasil
dari pencatatan selama satu tahun menjadi dasar
usulan pengadaan kebutuhan linen untuk tahun
berikutnya. Hal ini terungkap dalam kutipan
wawancara berikut:
“Mm…kita
pengajuan
nggih
ke
manajemen kalau untuk teknik pengadaan
anggarane untuk linen itu yang tahu dari
pihak manajemen… sedangkan kebutuhan
memang dari kita, kalau anggarannya
memang dari manajemen… dasar
penentuan anggaran dari laundry…kalau
untuk jumlah permintaan terus kebutuhan
kayak warna itu dari pihak laundry jadi
kita lihatnya dari stok opname, ruangan
ini kekurangannya apa saja itu kita lihat
dari stok opname yang tiap bulan kita
kerjakan…dalam setahun itu mengusulkan
kebutuhan linen rumah sakit ya…
disesuaikan dengan jumlah, jenis bahan,
ukuran dan warna linen yang diinginkan
termasuk juga kebutuhan peralatan, bahan
kimia pencuci dan barang habis pakai ada
berapa…” (WC/IS/23/04/2021)
Menurut GR Terry (2000) perencanaan adalah
proses penyusunan langkah-langkah yang akan
ditempuh dalam mencapai tujuan. Jika proses
perencanaan tidak berjalan dengan baik maka akan
mempengaruhi proses pencapaian tujuan. Tujuan
yang ingin dicapai tidak akan terwujud. Ketetapan
perhitungan kebutuhan linen rumah sakit yang
harus berputar di ruangan oleh Departemen
Kesehatan RI (2004) yaitu 3 par per tempat tidur (1
par dipakai, 1 par dicuci, dan 1 par disimpan sebagai
cadangan). Menurut penelitian Theodora (2013)
Rumah Sakit yang tidak memiliki standar
penggunaan linen tidak dapat mengetahui kapan
linen layak untuk diganti sehingga terdapat banyak
linen yang mengalami kerusakan di rawat inap.
Perencanaan kebutuhan linen yang tepat menjadi
faktor kelancaran pelayanan unit laundry. Proses
perencanaan kebutuhan linen Rumah Sakit
seharusnya tidak hanya berdasarkan asumsi linen
yang rusak dan hilang saja, tetapi juga perlu
mempertimbangkan adanya pemikiran maupun
perumusan tindakan yang akan dilakukan dimasa
mendatang dalam kegiatan operasional untuk
penatalaksanaan pengelolaan linen, sehingga
ketersediaan linen tercukupi. Kualitas linen yang
tidak layak karena faktor usia linen akan
berpengaruh pada mutu pelayanan unit laundry.
Copyright @2022 Authors, JURNAL IMAGING DIAGNOSTTIK, e-ISSN 2621-7457, p-ISSN 2356-301X
125
Pelaksanaan Kegiatan
Pengelolaan linen yg benar, baik di Ruangan
maupun di Unit Laundry dapat memutus mata rantai
transmisi kuman dan menghasilkan linen yang
hygienis dan siap pakai. Alur pengelolaaan linen
unit Laundry disampaikan oleh Informan Utama
dalam kutipan wawancara sebagai berikut:
“Untuk alur pengelolaan di kita itu
dimulai dari pengambilan linen kotor ke
ruangan-ruangan, setelah itu diambil oleh
pihak kami lalu melakukan proses
penimbangan kan seharusnya ada
penimbangan ya tapi timbangan kami
rusak jadi ya kita kira kira aja
sih…semestinya setelah kita timbang baru
kita sesuaikan memasukkannya ke mesin
cuci berapa kilonya…nah setelah
dilakukan pencucian, proses pengeringan
setelah itu kita lakukan sortir ada noda
atau enggak ee…ada linen yang rusak atau
tidak…setelah
itu
kita
lakukan
penyetrikaan dan pelipatan lalu kita
lakukan pendistribusian ke unit-unit yang
membutuhkan…ada dokumentasi ketika
ada pencucian ulang atau yang biasanya
kita sebut reject ya…terus untuk linen
rusak juga kita dokumentasikan, pelipatan
juga kita dokumentasikan…distribusi juga
begitu…ketika di pengambilan linen
kotorpun sebelum masuk ke mesin cuci
juga ada dokumentasinya… tapi untuk
linen kotor dari ruangan itu memang
masih
belum
ada
pencatatannya,
sedangkan untuk pembagian tugasnya di
kita
sudah
ada
mbak…”
(WC/IS/23/04/2021)
Kinerja yang baik perlu didukung oleh sarana
dan prasarana yang lengkap dan layak. Sarana dan
prasarana menjadi faktor vital bagi petugas Laundry
dalam menyelesaikan tugasnya, dengan tersedianya
sarana dan prasarana yang lengkap maka petugas
akan terdorong untuk meningkatkan kinerjanya.
Kondisi ini juga akan meningkatkan produktifitas
petugas, namun ketersediaan sarana dan prasarana
ini juga harus diikuti dengan pemeliharaan, sebagai
upaya
untuk
menghindari
terjadinya
kerusakan.(Hidayati Mukhtar, Nurmaimun, Jasrida
Yunita, 2018). Menurut penelitian Anita Dewi
(2015) bahwa lemari penyimpanan linen
diupayakan selalu dalam keadaan tertutup untuk
menghindari terjadinya kontaminasi ulang.
Dalam mencapai tujuan pengelolaan linen harus
ada dukungan manajerial dalam pemenuhan sarana
prasarana dan kecukupan tenaga. Kepatuhan
petugas pelaksana dalam penerapan SPO sangat
berguna untuk menghindari kesalahan dalam
bekerja, sehingga bisa meningkatkan produktifitas.
Pengendalian
Berdasarkan hasil kutipan wawancara Informan
utama menggambarkan tentang sistem inventarisasi
linen di unit laundry telah dilakukan pencatatan
tetapi masih belum lengkap. Tujuan inventarisasi ini
dalam rangka pengawasan dan pengendalian linen,
sehingga dapat mengetahui mobilisasi dari linen
tersebut. Berikut kutipan wawancaranya:
“Sistem pencatatan di kita itu masih belum
lengkap sih bu…sebelum mbak ika itu kita
tidak pernah dilibatkan, tetapi sejak
kepalanya yang sekarang kita diminta
untuk mengerjakan pelaporan termasuk
stock opname, sebelumnya kita stock
opname itu 3 bulan sekali sekarang kita
lakukan sebulan sekali, sedangkan untuk
form pencatatan itu yang susah pada
pencatatan linen kotor bu…karena dari
ruangan tidak ada catatannya, mungkin itu
juga yang mengakibatkan hilangnya linen
kita…sehingga
jadinya
nggak
terpantau…tapi sekarang ini sudah
dibuatkan
sih
buu…”(WC/AS/23/04/2021)
Menurut pedoman manajemen linen Depkes
(2004) pencatatan dan pelaporan linen harus
dilaksanakan secara kontinyu agar dapat secara
cepat menemukan masalah dan secara cepat pula
mengatasinya. Pencatatan dan pelaporan memiliki
peran yang sangat penting dan merupakan bagian
dari pengawasan. Penelitian Ingniati tahun 2004
menyatakan bahwa linen didistribusi harus diberi
nama rumah sakit dan tanggal mulai pemakaian
untuk
memudahkan
pengontrolan.
Sistem
inventarisasi yang baik dapat mengukur tingkat
kerusakan,
kehilangan
selama
pemakaian
dibandingkan dengan penerimaan barang sehingga
dapat diketahui tingkat efisiensi. Salah satu
indikator mutu dalam manajemen linen sesuai
dengan Standar Pelayanan Minimal RS tahun 2008
adalah tidak adanya kejadian linen yang hilang.
Indikator ini menunjukkan efisiensi dan efektifitas
linen hilang melalui pengendalian mutu pelayanan
Laundry.
Copyright @2022 Authors, JURNAL IMAGING DIAGNOSTTIK, e-ISSN 2621-7457, p-ISSN 2356-301X
126
Kegiatan pencatatan dan pelaporan linen yang
akurat mempermudah kelancaran dan keberhasilan
dari pengendalian linen sehingga peredaran linen
ataupun yang mengendap di logistik akan mudah
diketahui.
Lemahnya
pengendalian
linen
berdampak pada mutu SPM pelayanan unit laundry
pada indikator tidak adanya linen hilang. Hal ini
tentunya juga akan berpengaruh terhadap
ketersediaan linen yang tidak seimbang, karena
jumlah par stok linen yang berkurang. Belum
terjalinnya koordinasi yang kuat antara pengelola
linen di laundry dan diruangan membuktikan
lemahnya pengendalian terhadap sarana dan
prasarana, persediaan linen, kualitas dan umur
linen.
OUTPUT
Hasil SPM
Hasil SPM unit laundry RSUD Kota Madiun
masih belum memenuhi target, ini sesuai dengan
kutipan wawancara Informan Utama berikut;
“ee…memang target kita masih belum
tercapai…kalau target SPM yang nggak
tercapai sepertinya ini angka kehilangan
itu tadi… Langkah perbaikannya ya itu
dengan kegiatan stock opname yang
sebulan sekali” (WC/IS/23/04/2021)
Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah suatu
dokumen yang bertujuan untuk memberikan acuan
untuk melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian serta pangawasan dan pertanggung
jawaban penyelenggaraan pelayanan (Kuzairi et al.,
2018). Standar Pelayanan Minimal yang dijalankan
dengan baik akan berdampak pada kepuasan
pengguna layanan dan kemandirian dalam
pemberian layanan. Ketidaktercapaian SPM
dikarenakan adanya permasalahan pada aspek aspek
sebelumnya. Belum terjalinnya koordinasi yang
baik antara petugas pelaksana linen di unit laundry
dan diruangan sehingga pengendalian linen tidak
efektif.
Hasil Uji Kualitas
Hasil uji kualitas linen Unit laundry RSUD kota
Madiun didapatkan dari hasil swab linen yang
dilakukan setiap 6 bulan sekali dengan hasil yang
baik. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan wawancara
berikut:
“Tahun 2020 kita lihat dari hasil swab
linennya rata-rata ini sih masih dalam
batas normal ya…tidak ada sesuatu yang
bermasalah” (WC/IS/23/04/2021)
Standar kuman bagi linen dan seragam tenaga
medis bersih setelah keluar dari proses cuci tidak
mengandung 20 CFU/100 cm2. (Permenkes no 7,
2019). Nur Rofiko (2018) dalam penelitiannya
menyatakan kualitas linen bersih yang meliputi
kondisi fisik linen bersih di Instalasi laundry Rumah
Sakit Jember termasuk dalam kategori baik, linen
dalam kondisi bersih noda, kuat (tidak mudah
rapuh), lembut dan wangi. Adapun untuk angka
bakteriologis linen yang ditunjukkan melalui hasil
uji swab linen pada bulan juni 2018 di Balai
Laboratorium Kesehatan Surabaya diketahui hasil
uji swab laken kotor dan bersih di ruang perawatan,
ICU, OK dan Isolasi ialah negatif/tidak
diketemukan kuman pada sampel linen bersih,
Kuman ditemukan pada sampel linen kotor ruang
perawatan yakni 4 x 102CFU/cm2 dan 2 x
102CFU/cm2 pada sampel laken kotor ruang isolasi.
Pengelolaan linen yang tidak sesuai standar
dapat mempengaruhi kualitas linen yang dihasilkan.
Mutu linen bersih secara fisik sangat berkaitan
dengan mutu linen secara bakteriologis akan
menjamin pasien aman terhadap rantai penularan
penyakit terutama infeksi nosokomial. Pelaksanaan
uji kualitas linen dapat dilakukan secara berkala
untuk mengetahui kinerja unit laundry.
Simpulan
Komponen input dalam pengelolaan linen di
RSUD Kota Madiun secara umum belum sesuai
dengan Pedoman Manajemen Linen Rumah Sakit,
antara lain SDM unit laundry masih kurang
berdasarkan beban kerja, Sarana prasarana
pendukung pengelolaan linen belum lengkap dan
SPO pengelolaan linen masih kurang dan tidak
semua SDM menerapkannya.
Komponen proses dalam pengelolaan linen di
RSUD Kota Madiun secara umum belum sesuai
dengan Pedoman Manajemen Linen Rumah Sakit,
yaitu proses perencanaan perhitungan kebutuhan
linen belum memenuhi satandar dan tidak memiliki
standar batas kelayakan penggunaan linen,
pelaksanaan pengelolaan linen belum sesuai dengan
pedoman, karena tidak dilakukan penimbangan
linen kotor disebabkan sarana yang rusak, dan
proses pengendalian linen masih kurang ditandai
dengan tingginya angka kehilangan linen yang
disebabkan sistem pencatatan dan pelaporan yang
tidak lengkap.
Komponen output dari pengelolaan linen di
RSUD Kota Madiun berupa terlaksananya
pengelolaan linen belum sesuai standar indikator
SPM, karena SPM pelayanan unit laundry pada
indikator tidak adanya kejadian linen hilang masih
belum tercapai tetapi untuk uji kualitas linen dalam
kategori baik.
Copyright @2022 Authors, JURNAL IMAGING DIAGNOSTTIK, e-ISSN 2621-7457, p-ISSN 2356-301X
127
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua
responden di RSUD Kota Madiun yang bersedia
memberikan data selama penelitian dan kepada IIK
STRADA Indonesia yang memberikan kesempatan
untuk melakukan penelitian terkait evaluasi
manajemen linen unit laundry RSUD Kota Madiun.
Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2004. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktis. Jakarta: Bumi Aksara.
Alifah, A. et al. (2019) ‘Analisis Manajemen
Pengelolaan Linen Dalam Memenuhi
Standar Pelayanan Minimal Di RSUD
Tugurejo Provinsi Jawa Tengah’, Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 7(4), pp.
310–316.
Depkes. (2004). Pedoman Manajemen Linen RS.
Pedoman Manajemen Linen Di Rumah Sakit,
1–48.
Hidayati Mukhtar, Nurmaimun, Jasrida Yunita, A.
H. D. (2018). Analisis Pengelolaan Linen di
Instalasi Laundry The Analysis of Linen
Management in Laundry Ward of. Jurnal
Kesehatan Komunitas, 4(5), 112–119.
Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 129 tahun
2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1204 Tahun
2004. Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit. (2012). Panduan
Penyusunan Dokumen Akreditasi. In
Www.Indonesian-Publichealth.Com.
Kuzairi, U., Yuswadi, H., Budihardjo, A., &
Patriadi, H. B. (2018). The Implementation of
Minimum Service Standards (MMS) on
Public Service for Health Services Sector in
Bondowoso, Indonesia. Otoritas : Jurnal Ilmu
Pemerintahan,
8(1),
56.
https://doi.org/10.26618/ojip.v8i1.939
Leni Marlina, Dedi Afandi, N. R. (2019). Analisis
Manajemen Laundry Di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Arifin Achmad Provinsi Riau
Tahun 2019. 8, 83–103.
Permenkes no 7, 2019. (2019). Permenkes No. 7
Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit. 2.
Rustiyanto,E. 2010. Statistik Rumah Sakit untuk
PengambilanKeputusan.
Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Safitri, N., Nerawati, A. T. D., & Nurmayanti, D.
(2016). Manajemen Linen Pada Rumah Sakit
Siti Khodijah Sidoarjo Tahun 2016. Gema
Lingkungan
Kesehatan.
https://doi.org/10.36568/kesling.v14i2.242
Undang-undang nomor 44. Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit
Wijaya, C. and Rifa’i, M. (2016) Dasar Dasar
Manajemen: Mengoptimalkan Pengelolaan
Organisasi Secara Efektif dan Efesien.
Available
at:
http://repository.uinsu.ac.id/2836/1/DasarDasar Manajemen.pdf.
Copyright @2022 Authors, JURNAL IMAGING DIAGNOSTTIK, e-ISSN 2621-7457, p-ISSN 2356-301X
128