MENGANALISIS KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA BERDASARKAN
PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK
(KABUPATEN TAKALAR)
DISUSUN OLEH:
HABIBI (21.023.22.201.191)
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ANDI DJEMMA PALOPO
2024
ABSTRAK
Perencanaan fasilitas umum adalah hal yang urgent dalam perencanaan wilayah. Dengan
merencanakan fasilitas umum, kita dapat mengettahui kebutuhan sarana dan prasarana
dasar di suatu wilayah. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui proyeksi atau
kebutuhan fasilitas umum, terutama sarana kesehatan, perekonomian, dan pendidikan
di Kabupaten Mamuju. Metode yang digunakan adalah proyeksi dengan teknik analisis
aritmatik, geometrik, dan eksponensial. Dari hasil analisis memperlihatkan bahwa
kebutuhan SD pada tahun 2045 di Kabupaten Mamuju sebanyak 361 unit, kebutuhan
puskesmas pada tahun 2045 sebanyak 24 unit, dan kebutuhan pasar pada tahun 2045
sebanyak 45 unit. Dengan diketahuinya estimasi kebutuhan ini, maka pemetintah
kabupaten Mamuju dapat merencanakan sarana dan prasarana umum sesuai dengan
kebutuhan.
Kata kunci : Fasilitas Umum; Takalar; Sarana Pendidikan; Sarana Kesehatan; Sarana
Perekonomian; Proyeksi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Makna dari fasilitas umum adalah prasarana dan sarana penunjang atau pelengkap
pada fasilitas umum yang berfungsi untuk menyediakan pelayanan kepada
penggunanya sesuai dengan kebutuhan dan kuantitas kehidupan yang layak bagi
penggunanya. Salah satu contoh dari fasilitas umum adalah rumah sakit, sekolah.
Seperti diketahui bahwa hampir semua rencana pembangunan perlu ditunjang dengan
data jumlah penduduk, persebaran dan susunannya menurut umur penduduk yang
relevan dengan rencana tersebut. Data yang diperlukan tidak hanya menyangkut keadaan
pada waktu rencana itu disusun, tetapi juga informasi masa lampau dan yang lebih penting
lagi adalah informasi perkiraan pada waktu yang akan datang. Data penduduk pada
waktu yang lalu dan waktu kini sudah dapat diperoleh dari hasil-hasil survei dan sensus,
sedangkan untuk memenuhi kebutuhan data penduduk pada masa yang akan datang.
2. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana kebutuhan sarana pendidikan, perdagangan, dan kesehatan di kabupaten / kota
Mamuju pada masa yang akan datang.
3. TUJUAN MAKALAH
Untuk menghitung kebutuhan sarana pendidikan, perdagangan, dan kesehatan di
kabupaten / kota Mamuju pada masa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
TEORI TENTANG INFRAKSTUKTUR WILAYAH
Pengertian Infrastruktur, menurut American Public Works Association (Stone,1974 dalam
Kodoatie, R.J.,2005) infrastruktur adalah fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau
dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsifungsi pemerintahan dalam penyediaan air,
tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan similar untuk
memfasilitasi tujuan-tujuan sosial dan ekonomi. Berdasarkan pengertian infrastruktur tersebut
maka infrastruktur merupakan sistem fisik yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi.
Infrastruktur menurut Grigg (Nurmadimah, 2012:19) adalah “semua fasilititas fisik yang sering
disebut dengan pekerjaan umum”. Menurut AGCA (associated General Conctractor of America),
mendefinisikan infraktruktur adalah semua aset berumur panjang yang dimiliki oleh pemerintah
setempat, pemerintah daerah maupun pusat dan utilitas yang dimiliki oleh para pengusaha
(Nurmadimah, 2012:20).
Infrastruktur memiliki keterkaitan dalam perkembangan wilayah karena ini ciri dari laju
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Jika suatu daerah memiliki kelengkapan
sistem infrastruktur yang lebih baik maka akan memiliki tingkat laju pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat juga akan lebih baik dan sebaliknya. Hal ini dapat diartikan bahwa
infrastruktur sangatlah penting dalam suatu negara karena infrastruktur merupakan salah satu
roda penggerak pertumbuhan ekonomi (Kwik Kian Gie dalam Chaerunnisa, 2014).
Tersedianya infrastruktur suatu negara maka dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara
tersebut. Selain itu, infrastruktur memiliki posisi yang sangat penting dalam keberadaan
perekonomian suatu negara sebagai pendorong produktivitas output dan melakukan kegiatan
ekonomi. Namun disisi lain ada dua kendala dalam pengadaan infrastruktur, Yanuar dalam
Purnomo (2009) menyatakan bahwa adanya dua kendala dalam pengadaan infrastruktur, yaitu
kemungkinan ada kegagalan pasar (market failure) dan pembiayaan.
Maka dengan kendala tersebut pemerintah mengadakan infrasktruktur melalui pengeluaran
pemerintah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui pembangunan negara.
Menurut teori Wagner dalam Chaerunnisa (2014) menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah
akan tumbuh cepat dari GDP (Gross Domestic Product), dengan kata lain elastisitas pengeluaran
pemerintah terhadap GDP lebih dari satu. Maka dalam perekonomian, jika pendapatan per kapita
meningkat secara relatif maka pengeluaran pemerintah juga ikut meningkat.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Desty Nurhidayanti (2014) bahwa infrastruktur
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi jika dari kebutuhan dasar infrastruktur mengalami
penurunan maka pertumbuhan ekonomi juga akan mengalami penurunan.
Jika mengalami di suatu negara dalam kurangnya infrastruktur akan menyebabkan banyak
masyarakat hidup terkurung di wilayah terisolasi dengan tingkat kemiskinan yang sangat parah.
Oleh karena itu infrastruktur memliki peranan positif terhadap pertumbuhan ekonomi (J’afar M
dalam Prapti, 21 Suryawardana dan Triyani, 2015). Serta pemerintah juga harus menyiapkan
infrastruktur yang mampu mendorong peningkatan taraf hidup masyarakat dalam jangka
panjang.
Penelitian yang dilakukan oleh Desty Nurhidayanti Chaerunnisa (2014) berjudul “Pengaruh
Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi” menyimpulkan bahwa jalan berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi apabila jalan mengalami peningkatan maka pertumbuhan
ekonomi juga akan meningkat.
Definisi infrastruktur dalam kamus besar bahasa Indonesia, dapat diartikan sebagai sarana dan
prasarana umum. Sarana secara umum diketahui sebagai fasilitas publik seperti rumah sakit,
jalan, jembatan, sanitasi, telpon, dan sebagainya. Dalam ilmu ekonomi infrastruktur merupakan
wujud dari publik capital (modal publik) yang dibentuk dari investasi yang dilakukan
pemerintah. Infrastruktur dalam penelitian ini meliputi jalan, jembatan, dan sistem saluran
pembuangan (Mankiw, 2003).
Menurut Grigg (1998) infrastruktur merupakan sistem fisik yang menyediakan transportasi,
pengairan, drainase, bangunan gedung, dan fasilitas publik lainnya, yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia baik kebutuhan sosial maupun kebutuhan ekonomi. Dalam
hal ini, hal-hal yang terkait dengan infrastruktur tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.
Sistem lingkungan dapat terhubung karena adanya infrastruktur yang menopang antara sistem
sosial dan sistem ekonomi. Ketersediaan infrastruktur memberikan dampak terhadap sistem
sosial dan sistem ekonomi yang ada di masyarakat. Maka infrastruktur perlu dipahami sebagai
dasar- dasar dalam mengambil kebijakan (J. Kodoatie, 2005).
Infrastruktur merupakan barang barang publik yang bersifat non ekslusif (tidak ada orang yang
dapat dikesampingkan), non rival (konsumsi seorang individu tidak mengurangi konsumsi
individu lainnya) serta umumnya biaya produksi marginal adalah nol. Infrastruktur umumnya
juga tidak dapat diperjualbelikan (non tradable) (Henner, 2000).
Seperti adanya jalan yang baik di suatu negara maka dapat memperlancar transportasi
pengiriman bahan baku sampai ke pabrik sesuai tujuan. Maka ini disebut infrastruktur yang
disediakan pemerintah disebut barang publik, selain itu seperti jalan tol merupakan infrastruktur
yang disediakan oleh pemerintah (Stiglizt dalam Hapsari, 2011).
Infrastruktur mengacu pada fasilitas kapital fisik dan termasuk pula dalam kerangka kerja
organisasional, pengetahuan dan teknologi yang penting untuk organisasi masyarakat dan
pembangunan ekonomi mereka. Infrastruktur meliputi undang- undang, sistem pendidikan dan
kesehatan publik, sistem distribusi dan perawatan air, pengumpulan sampah dan limbah,
pengelolaan dan pembuangannya, sistem keselamatan publik, seperti pemadam kebakaran dan
keamanan, sistem komunikasi, sistem transportasi, dan utilitas publik (Tatom, 1993).
Infrastruktur lebih mengarah kepada sifat barang publik. Jenis barang yang dibutuhkan oleh
masyarakat, akan tetapi tidak seorang pun yang bersedia menghasilkannya atau mungkin
dihasilkan oleh pihak swasta akan tetapi dalam jumlah yang terbatas, jenis barang tersebut
dinamakan barang publik (Mangkoesobroto, 1993).
Yanuar dalam Purnomo (2009) menyatakan bahwa adanya dua kendala dalam pengadaan
infrastruktur, yaitu kemungkinan ada kegagalan pasar (market failure) dan pembiayaan.
Kegagalan pasar ini dikarenakan jenis infrastruktur memiliki manfaat yang tidak hanya dirasakan
secara pribadi namun juga dapat dirasakan oleh orang lain.
Infrastruktur memiliki sifat eksternalitas, sesuai dengan sifatnya dimana infrastruktur disediakan
oleh pemerintah dan bagi setiap pihak yang menggunakan infrastruktur tidak memberikan
bayaran langsung atas penggunaan infrastruktur. Infrastruktur seperti jalan, pendidikan,
kesehatan, memiliki sifat eksternalitas positif. Dengan memberikan dukungan kepada fasilitas
tersebut dapat meningkatkan produktivitas semua input dalam proses produksi (Canning dan
Pedroni, 2004).
Beberapa literatur teori pertumbuhan baru (new growth theory) mencoba menjelaskan
pentingnya infrastruktur dalam mendorong perekonomian. Teori ini memasukkan infrastruktur
sebagai input dalam mempengaruhi output agregat dan juga merupakan sumber yang mungkin
dalam meningkatkan batas-batas kemajuan teknologi yang didapat dari munculnya eksternalitas
pada pembangunan infrastruktur (Hulten dan Schwab, 1991).
Pada situasi dimana trdapat banyak jalur masuk station dan juga tersedia fsilitas pelayanan, maka
asumsi pengguna fasilitas pelayanan tunggal dapat dilakukan asalkan aliran kendaraan terbagi
secara merata atau sama di antara fasilitas-fasilitas yang ada (Martin, 1967).
Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator dalam mengukur keberhasilan suatu perekonomian dan
baik buruknya kualitas kebijakan pemerintah serta tinggi atau rendahnya mutu aparatnya di
bidang ekonomi (Widayati, 2010). Pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan proses
peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat yang ditunjukkan
oleh besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Peningkatan laju pertumbuhan
ekonomi yang melebihi tingkat pertumbuhan penduduk dapat meningkatan taraf hidup dan
kesejahteraan penduduk.
Berdasarkan Peraturan Presiden No. 38/ 2015 mendefinisikan infrastruktur sebagai salah satu
teknis, fisik, sistem, perangkat keras dan lunak yang diperlukan untuk melakukan pelayanan
kepada masyarakat serta mendukung jaringan kepada masyarakat dan mendukung jaringan
struktur agar pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat dapat berjalan dengan baik. The
World Bank dalam Prasetyo dan Firdaus (2009) membagi infrastruktur menjadi 3 yaitu:
1. Infrastruktur ekonomi, infrastruktur dalam bentuk nyata atau fisik untuk menunjang aktivitas
ekonomi, public utilities berupa tenaga, gas, air, telekomunikasi, sanitasi dan public work berupa
irigasi, jalan, drainase, bendungan serta untuk sektor transportasi berupa jalan, pelabuhan dan
seterusnya.
2. Infrastruktur sosial dapat berupa perumahan, kesehatan dan pendidikan.
3. Infrastruktur administrasi dapat berupa koordinasi dan penegakan hukum.
Infrastruktur wilayah adalah elemen penting dalam pengembangan suatu daerah, termasuk di
Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Beberapa teori yang relevan untuk memahami
pembangunan infrastruktur di wilayah seperti Takalar meliputi:
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional: Teori ini menekankan bahwa infrastruktur yang baik
dapat memacu pertumbuhan ekonomi regional. Infrastruktur seperti jalan, jembatan, listrik, dan
air bersih adalah dasar bagi perkembangan ekonomi lokal karena meningkatkan aksesibilitas dan
efisiensi.
2. Teori Pembangunan Wilayah: Teori ini fokus pada distribusi pembangunan di berbagai wilayah.
Dalam konteks Takalar, pembangunan infrastruktur diharapkan dapat mengurangi kesenjangan
antara daerah perkotaan dan pedesaan, serta mempercepat pembangunan di daerah yang kurang
berkembang.
3. Teori Tata Ruang: Ini terkait dengan bagaimana infrastruktur direncanakan dan ditempatkan
untuk mendukung fungsi-fungsi tertentu dalam wilayah. Infrastruktur di Takalar harus
direncanakan dengan mempertimbangkan aspek-aspek seperti konektivitas, aksesibilitas, dan
integrasi dengan rencana tata ruang yang ada.
4. Teori Sistem Transportasi: Menurut teori ini, pengembangan sistem transportasi yang efisien
sangat penting untuk mobilitas orang dan barang. Di Takalar, peningkatan kualitas jalan dan
transportasi umum dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan akses ke pasar,
layanan, dan peluang pekerjaan.
5. Teori Ekologi Perkotaan: Teori ini mengkaji bagaimana infrastruktur berinteraksi dengan
lingkungan. Infrastruktur di Takalar harus dirancang dengan mempertimbangkan dampak
lingkungan dan keberlanjutan untuk memastikan bahwa pembangunan tidak merusak ekosistem
lokal.
Di Takalar, pembangunan infrastruktur yang efektif dan berkelanjutan sangat penting untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ini perlu
direncanakan dengan baik, melibatkan berbagai pemangku kepentingan, dan menggunakan
pendekatan yang holistik serta terintegrasi.
2.2 URGENSI PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS DAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
Melakukan proyeksi kebutuhan fasilitas umum di suatu wilayah atau kabupaten/kota sangat
penting. Proyeksi memungkinkan pemerintah lokal untuk merencanakan dan mengembangkan
infrastruktur serta fasilitas umum yang sesuai dengan kebutuhan penduduknya, baik untuk jangka
pendek maupun jangka panjang. Hal ini memastikan bahwa wilayah tersebut dapat mendukung
pertumbuhan populasi dan perkembangan ekonomi. Dengan memahami kebutuhan fasilitas umum
yang akan datang, pemerintah dapat mengalokasikan sumber daya secara lebih efisien,
menghindari pemborosan, dan memastikan bahwa investasi infrastruktur memberikan manfaat
maksimal kepada masyarakat.
Proyeksi kebutuhan fasilitas umum dalam suatu wilayah atau kabupaten/kota penting untuk
memahami dan merespons dinamika sosial dan perubahan perilaku yang muncul dari generasi
baru, termasuk Generasi Z. Generasi Z diketahui memiliki preferensi yang berbeda dari generasi
sebelumnya dalam hal transportasi dan perjalanan. Mereka cenderung lebih memilih transportasi
umum, berbagi tumpangan, dan moda transportasi ramah lingkungan (Fisu dkk, 2024). Proyeksi
yang mempertimbangkan perubahan ini penting untuk menyediakan infrastruktur yang sesuai
dengan kebutuhan mereka. Proyeksi kebutuhan fasilitas umum sangat penting untuk
mengantisipasi pertumbuhan atau perubahan dalam populasi, termasuk migrasi penduduk,
perubahan demografis, dan urbanisasi. Fasilitas umum yang memadai, seperti rumah sakit,
sekolah, dan sistem transportasi, merupakan komponen penting dalam kualitas hidup warga.
Proyeksi yang tepat memastikan bahwa layanan tersebut tetap dapat diakses dan tidak kelebihan
kapasitas seiring waktu.
Secara keseluruhan, proyeksi kebutuhan fasilitas umum adalah komponen kunci dalam
perencanaan strategis yang memastikan pengembangan wilayah yang terorganisir, inklusif, dan
berkelanjutan, sambil mengoptimalkan manfaat bagi masyarakat dan ekonomi lokal. Proyeksi
yang melibatkan komunitas memastikan bahwa fasilitas yang direncanakan sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan penduduk lokal. Ini meningkatkan rasa kepemilikan dan tanggung jawab
komunitas terhadap fasilitas tersebut, yang bisa mempengaruhi pemeliharaan dan keberlanjutan
jangka panjang (Marzaman dkk, 2021; Nurhijrah dkk, 2021; Fisu & Marzaman, 2018; Nurhijrah
& Fisu, 2019, Fisu dkk, 2023; Marzaman dkk, 2019).Proyeksi yang akurat membantu pemerintah
lokal untuk bersiap menghadapi situasi darurat dan bencana alam, termasuk kebakaran (Tufail dkk,
2023) dengan memastikan fasilitas seperti tempat penampungan, sistem drainase, dan layanan
darurat telah dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan potensial. Fasilitas umum yang memadai
mendukung pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan daya tarik wilayah untuk investasi,
pariwisata (Ahmad dkk 2019), dan bisnis baru, yang pada akhirnya menciptakan lapangan kerja
dan meningkatkan pendapatan daerah. Proyeksi membantu dalam menentukan infrastruktur apa
saja yang diperlukan untuk mendukung pariwisata, termasuk transportasi, akomodasi, dan atraksi
wisata. Proyeksi yang tepat memungkinkan pemerintah daerah dan investor untuk merencanakan
dan mengalokasikan dana dengan lebih baik, memastikan bahwa investasi infrastruktur, misalnya
pelabuhan dilakukan secara strategis dan efisien (Fisu, dkk, 2020). Ini juga memungkinkan
pemerintah dan swasta untuk berkolaborasi dalam menyediakan fasilitas yang diperlukan (Fisu,
dkk, 2022). Proyeksi membantu memastikan bahwa fasilitas umum yang ada dan yang
direncanakan memenuhi standar nasional dan internasional, serta regulasi yang berlaku, yang
terkait dengan kesehatan, pendidikan, dan keselamatan. Dengan proyeksi yang baik, pembangunan
infrastruktur dapat dilakukan dengan cara yang berkelanjutan, memperhatikan aspek lingkungan
dan sosial untuk generasi saat ini dan yang akan datang. Proyeksi memungkinkan pemerintah
setempat untuk responsif terhadap tren dan perubahan sosial-ekonomi, termasuk perubahan dalam
industri, teknologi, dan pola pekerjaan. Proyeksi kebutuhan fasilitas umum sangat penting dalam
pengelolaan ruang dan perencanaan tata kota untuk memastikan bahwa pengembangan fisik
wilayah terorganisasi dengan baik dan berkelanjutan (Fisu, 2016; Fisu, 2018).
2.3 STANDAR PERMUKIMAN
A. Sarana pendidikan dan pembelajaran
Dasar penyediaan sarana pendidikan adalah untuk melayani setiap unit administrasi pemerintahan
baik yang informal (RT, RW) maupun yang formal (Kelurahan, Kecamatan), dan bukan
didasarkan semata-mata pada jumlah penduduk yang akan dilayani oleh sarana tersebut. Dasar
penyediaan sarana pendidikan ini juga mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit
atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup
bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan
penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan
kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu. Perencanaan
sarana pendidikan harus didasarkan pada tujuan pendidikan yang akan dicapai, dimana sarana
pendidikan dan pembelajaran ini akan menyediakan ruang belajar harus memungkinkan siswa
untuk dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, serta sikap secara optimal.
No
Jenis
Sarana
Jumlah
Penduduk
pendukun
g
(jiwa)
Kebutuhan Per
Satuan Sarana
Luas
Lantai
Min. (m2)
1
Taman
Kanak
kanak
1.250
216
termasuk
rumah
penjaga
36 m2
2
Sekolah
Dasar
1.600
633
Luas
Lahan
Min.
(m2)
Standar
d
(m2/jiw
a)
Kriteria
Radius
pencapaian
500
0,28
m2/j
500 m’
2.000
1,25
1.000 m’
3
SLTP
4.800
2.282
9.000
1,88
1.000 m
4
SMU
4.8
3.835
12.500
2,6
3.000 m’
5
Keterangan
Lokasi dan
Penyelesaian
Di tengah
kelompok warga.
Tidak
menyeberang
jalan raya.
Bergabung
dengan taman
sehingga terjadi
pengelompokan
kegiatan
Dapat dijangkau
dengan
kendaraan umum.
Disatukan dengan
lapangan olah
raga. Tidak selalu
harus
di pusat lingkungan.
2 rombongan
prabelajar @ 60
murid dapat
bersatu dengan
sarana lain
Kebutuhan harus
berdasarkan
perhitungan
dengan rumus 2,
3 dan 4.
Dapat digabung
dengan sarana
pendidikan lain,
mis. SD, SMP,
SMA dalam satu
komplek
Di tengah
kelompok warga
SMU
2.5
72
150
0,09
1.000 m
tidak menyebe rang
jalan
lingkungan.
CATATAN: Acuan diambil dari SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota
B . Sarana kesehatan
Kriteria
Kebutuhan Per
Satuan Sarana
Jenis
sarana
POSYANDU
Jumlah
Penduduk
pendukung
(jiwa)
1.250
Luas
Lantai
Min. (m2)
36
Luas Lahan
Min.
Standard
(m2/jiw
a)
Lokasi
Radius
pencapaian
(m2)
60
0,048
500
BALAI
PENGOBAT
AN WARGA
2.500
150
300
0,12
1,5 m'
BKIA / Klinik
Bersalin
30.000
1.500
3.000
0.1
4.000 m'
Puskesmas
Pembantu
dan Balai
Pengobatan
Lingkungan
Puskesmas
dan Balai
Pengobatan
30.000
150
Keterangan
dan
Penyelesaian
300
0.006
1.500 m'
Di tengah ke
lompok tetangga
tidak menyeberang
jalan raya
Di tengah
kelompok
tetangga tidak
menyeberang
jalan raya.
Dapat berga bung
dengan
balai warga
atau sarana
hunian/rumah
Dapat
bergabung
dalam lokasi
balai warga
Dapat dijangkau
dengan kendaraan
umum
Idem
Dapat berg bung
dalam
lokasi kantor
kelurahan
Dapat
bergabung
dalam lokasi
kantor
kecamatan
120.000
420
1.000
0.008
3.000 m'
Idem
Tempat
Praktek
Dokter
5.000
18
-
-
1.500m'
Idem
Apotik /
Rumah
Obat
30.000
120
250
0..25
1.500 m'
Idem
Dapat bersatu
dengan rumah
tinggal/tempat
usaha/apotik
C . Sarana perdagangan dan niaga
NO
1
JENIS
SARANA
Toko /
Warung
2
Pertokoan
3
Pusat
Pertokoan +
Pasar
Lingkungan
4
Pusat
Perbelanjaan
dan Niaga
(toko + pasar
+ bank +
kantor)
Jumlah
Penduduk
pendukung
(jiwa)
250
6.000
30.000
120.000
Kebutuhan Per
Satuan Sarana
Luas
Lantai
Min.
(m2)
50
(termasuk
gudang)
1.200
13.500
36.000
Luas
Lahan
Min.
(m2)
100
(bila
berdiri
sendir)
3.000
10.000
36.000
Kriteria
Standard
(m2/
jiwa)
0.4
0.5
Radius
pencapaian
300 m
2.000 m'
Lokasi dan
Penyelesaian
Di tengah
kelompok
tetangga.
Dapat
merupakan
bagian dari
sarana
lain
Di pusat
kegiatan
sub lingkungan.
KDB 40% Dapat
berbentuk P&D
0.33
Dapat dijangkau
dengan
kendaraan
umum
0.3
Terletak di jalan
utama.
Termasuk sarana
parkir sesuai
ketentuan
setempat
2.3 METODE PROYEKSI PENDUDUK
Proyeksi penduduk merupakan perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi dari
komponen-komponen laju pertumbuhan penduduk, yaitu kelahiran, kematian, dan perpindahan
(migrasi). Ketiga komponen ini membentuk struktur dan jumlah penduduk di masa mendatang.
Proyeksi penduduk adalah prediksi jumlah warga di suatu wilayah atau negara pada periode
mendatang, berdasarkan tren dan faktor demografi masa lalu. Ini merupakan instrumen
fundamental yang sangat berguna bagi perencana, baik di sektor publik maupun swasta.
Proyeksi penduduk juga memegang peran krusial dalam merancang pembangunan, termasuk
strategi ekonomi, pengembangan infrastruktur, dan kebijakan sosial. Perencanaan pembangunan
lokal maupun nasional sangat memerlukan data dasar populasi seperti total individu, usia, jenis
kelamin, dan karakteristik lainnya. Oleh karena itu, proyeksi penduduk memiliki manfaat besar
dan merupakan kunci dalam perencanaan pembangunan. Tak hanya menjadi pijakan untuk
menetapkan arah dan landasan keputusan di masa depan, namun juga berguna untuk mengevaluasi
prestasi pembangunan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang.
Dalam menghitung proyeksi penduduk, terdapat tiga metode yang digunakan untuk
melakukan analisis proyeksi penduduk, metode tersebut diantaranya Metode Linier (Arithmatic
Method), Metode Bungan Berganda (Geomtric rate of Growth Method), dan Metode
Eksponensial.
1. Metode Aritmatik/Linear
Proyeksi penduduk dengan menggunakan metode aritmatik mengasumsikan bahwa jumlah
penduduk pada masa depan akan bertambah dengan jumlah yang sama setiap tahun. Rumus yang
digunakan pada metode proyeksi atirmatik sebagai berikut:
Keterangan:
Pn
: Jumlah penduduk pada tahun tertentu
P0
: Jumlah penduduk pada tahun awal
r
: tingkat pertumbuhan penduduk
n
: selisih waktu antar tahun awal dan tahun proyeksi
2. Metode Geometrik/Bunga Berganda
Proyeksi penduduk metode geometrik menggunakan asumsi bahwa jumlah penduduk akan
bertambah secara geometrik menggunakan dasar perhitungan bunga majemuk. Metode ini
mencoba mengatasi keterbatasan metode eksponensial dan aritmatika dengan memperkenalkan
laju pertumbuhan yang dapat berubah-ubah seiring waktu. Ini menghasilkan model yang lebih
realistis dalam jangka panjang karena memperhitungkan penurunan laju pertumbuhan seiring
pemenuhan batasan sumber daya. Rumus berikut merupakan rumus yang digunakan pada metode
geometrik.
Keterangan:
Pn
: Jumlah penduduk pada tahun tertentu
P0
: Jumlah penduduk pada tahun awal
r
: tingkat pertumbuhan penduduk
n
: selisih waktu antar tahun awal dan tahun proyeksi
3. Metode Eksponensial
Metode eksponensial menggambarkan pertambahan penduduk yang terjadi secara sedikit-sedikit
sepanjang tahun, berbeda dengan metode geometrik yang mengasumsikan bahwa pertambahan
penduduk hanya terjadi pada satu saat selama kurun waktu tertentu. Rumus yang digunakan pada
metode eksponensial dapat dilihat pada rumus berikut:
Keterangan:
Pn
: Jumlah penduduk pada tahun tertentu
P0
: Jumlah penduduk pada tahun awal
r
: tingkat pertumbuhan penduduk
n
: selisih waktu antar tahun awal dan tahun proyeksi
e
: 2,7182818 (bilangan konstanta)
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH
3.1 PROFIL WILAYAH
Kabupaten Takalar (Makassar: ᨈᨀᨒᨑ, translit. Takàlara’, pengucapan bahasa Makassar:
[taˈkalaraʔ]) adalah sebuah kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kotanya
terletak di Pattallassang. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 566,51 km². Dari kiri ke kanan,
atas ke bawah: Pantai Punaga di Desa Punaga, Hutan mangrove di Desa Laikang, Pantai
Topejawa di Desa Topejawa, Tradisi A'manca' di Desa Cikoang, Tradisi Maudu Lompoa di Desa
Cikoang, Persawahan di Desa Bontokassi, Sungai Bissua, Pulau Sanrobengi, Nelayan di perairan
Takalar.
Mimiliki Julukan:
Makassar: Butta Panrannuangku (ᨅᨘᨈ ᨄᨑᨊᨘᨕᨀᨘ)
tanah yang membawa kebahagiaan atau tanah harapan[1]
Motto: Takalar Kota "MENYALA" (Menarik, Nyaman dan Asri)
Kabupaten Takalar yang hari jadinya pada tanggal 10 Februari 1960. Sebelumnya, Takalar sebagai
Onder afdeling yang tergabung dalam daerah Swatantra MAKASSAR bersama-sama dengan
Onder afdeling Makassar, Gowa, Maros, Pangkadjene dan Djeneponto.
Onder afdeling Takalar, membawahi beberapa district (adat gemen chap) yaitu: District
Polombangkeng, District Galesong, District Topedjawa, District Takalar, District Laikang, District
Sanrobone. Setiap District diperintah oleh seorang Kepala Pemerintahan yang bergelar Karaeng,
kecuali District Topedjawa diperintah oleh Kepala Pemerintahan yang bergelar Lo’mo.
Setelah terbentuknya Kabupaten Takalar, maka Districk Polombangkeng dijadikan 2 (dua)
Kecamatan yaitu Kecamatan Polombangkeng Selatan dan Polombangkeng Utara, Districk
Galesong dijadikan 2 (dua) Kecamatan yaitu Kecamatan Galesong Selatan dan Kecamatan
Galesong Utara, Districk Topejawa, Districk Takalar, Districk Laikang dan Districk Sanrobone
menjadi Kecamatan TOTALLASA (Singkatan dari Topejawa, Takalar, Laikang dan Sanrobone)
yang
selanjutnya
berubah
menjadi
Kecamatan
Mangarabombang
dan
Kecamatan
Mappakasunggu. Perkembangan selanjutnya berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2001
terbentuk lagi sebuah Kecamatan yaitu Kecamatan Pattallassang (Kecamatan Ibu kota) dan
terakhir dengan Perda Nomor 3 Tahun 2007 tanggal 27 April 2007 dan Perda Nomor 5 Tahun
2007 tanggal 27 April 2007, dua kecamatan baru terbentuk lagi yaitu Kecamatan Sanrobone
(Pemekaran dari Kecamatan Mappakasunggu) dan Kecamatan Galesong (Pemekaran dari
Kecamatan Galesong Selatan dan Kecamatan Galesong Utara).Kepulauan Tanakeke adalah salah
satu kecamatan di Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Kemudian,
Kecamatan Kepulauan Tanakeke dibentuk dari pemekaran dari Kecamatan Mappakasunggu
berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Takalar Nomor 3 tahun 2019, sehingga saat ini
Kabupaten Takalar telah mempunyai 10 (sepuluh) Kecamatan dengan 76 Desa dan 24 Kelurahan.
3.2 DATA EKISTING
Data Kependudukan Kabupaten Takalar 5 Tahun Terakhir dari tahun 2019 sampai 2023
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Takalar
Yang bisa kita bisa lihat ditebel dibawah ini
Tahun
jumlah
penduduk
metode
eksponensial
(jiwa)
R
2019
298,69
2020
300,85
2021
304,17
2022
308,53
2023
312,81
1%
Dibawah ini merupakan tabel ekisting dari sarana pendidikan di Takalar yang diambil 5
tahun terkhir dari tahun 2019 hingga 2023 yang mengalami peningkatan. Data ini diambil dari
bps Takalar
Tahun
sarana pendidikan
Takalar
2019
2020
2021
2022
2023
tk/paud
172
174
176
177
179
sd/mi
272
275
277
279
290
Smp
57
57
57
58
60
Sma
20
21
28
29
30
Dibawah ini merupakan tabel ekisting dari sarana kesehatan di Takalar yang diambil 5 tahun
terkhir dari tahun 2019 hingga 2023 yang mengalami peningkatan. Data ini diambil dari bps
Takalar
Tahun
sarana Kesehatan
TAKALAR
2019
2020
2021
2022
2023
Posyandu
425
381
484
402
404
Pustu
26
16
33
26
25
Puskesmas
17
12
17
12
15
Klinik
7
9
10
7
8
Apotek
8
16
23
15
16
rumah sakit
2
2
3
3
3
Dibawah ini merupakan tabel ekisting dari sarana perdagangan di Takalar yang diambil 5
tahun terkhir dari tahun 2019 hingga 2023 yang mengalami peningkatan. Data ini diambil dari
bps Takalar
Tahun
sarana perdagangan
TAKALAR
2019
2020
2021
2022
2023
toko/warung
382
390
390
413
427
Pertokoan
22
26
35
36
42
Pasar
3
3
4
4
4
BAB IV
ANALISA UMUM WILAYAH
4.3 KEBUTUHAN SARANA PEREKONOMIAN KABUPATEN TAKALAR
Kebutuhan Sarana Perekonomian Sangatlah Penting Di Suatu Kota Maka Dari Itu laporan ini
dibuat untuk menganalisis kebutuhan sarana Perekonmian dalam 20 tahun kedepan Di Kabupaten
TAKALAR
sarana
perdagangan
std
Jumlah penduduk
toko/warung
Pertokoan
Pasar
250
6.000
30.000
2023 (eksisting)
2028
Tahun
2033
2038
2043
272.286
335.000
413.000
509.000
628.000
427
42
4
1
2
2
3
56
69
85
105
11
14
17
21
Dari tabel di atas kita dapat mengetahui jumlah sarana Perekonomian yang dibutuhkan di
kabupaten TAKALAR dalam 20 tahun ke depan.
1. Warung/Toko
Berdasarkan ketentuan yang ada 250 jumlah penduduk disuatu kota/kabupaten sudah
tersedia 1 unit warung. pada tahun 2028 di kabupaten Toraja utara harus sudah tersedia 1
ribu unit Warung,di tahun 2033 sudah tersedia 2 ribu unit, di tahun 2038 harus tersedia 2
ribu unit dan di tahun 2043 harus tersedia 3 ribu unit Warung yang dibutuhkan di kabupaten
Takalar.
2. Pertokoan/kios
Berdasarkan ketentuan yang ada 6.000 jumlah penduduk disuatu kota/kabupaten
sudah tersedia 1 unit pertokoan. pada tahun 2028 di kabupaten Takalar Sudah tersedia 56
ribu unit pertokoan ,di tahun 2033 sudah tersedia 69 ribu unit, di tahun 2038 harus tersedia
85 ribu unit dan di tahun 2043 harus tersedia 105 ribu unit pertokoan yang dibutuhkan di
kabupaten TAKALAR.
3. Pasar
Berdasarkan ketentuan yang ada 30.000 jumlah penduduk disuatu kota/kabupaten
harus tersedia 1 unit pasar. pada tahun 2028 harus tersedia 11 ribu unit pasar, pada tahun
2033, di tahun 2038 harus tersedia 17 ribu unit,dan 2043 di kabupaten Takalar harus
dibangun 21 ribu unit pasar.
4.2 KEBUTUHAN SARANA PENDIDIKAN KABUPATEN NATUNA
Kebutuhan Sarana Pendidikan Sangatlah Penting Di Suatu Kota Maka Dari Itu laporan ini dibuat
untuk menganalisis kebutuhan sarana Pendidikan dalam 20 tahun kedepan Di Kabupaten Takalar.
Berikut Tabel Jumlah Sarana Pendidikan Yang Dibutuhkan Di Kabupaten TAKALAR:
sarana pedidikan
std
Jumlah penduduk
2023
(eksisting)
272.286
2028
Tahun
2033
2038
2043
tk/paud
1.250
105
335.000
268
413.000
330
509.000
407
628.000
502
sd/mi
1.600
190
209
258
318
393
Smp
4.800
60
70
86
106
131
Sma
4.800
29
70
86
106
131
Dari tabel di atas kita dapat mengetahui jumlah sarana Pendidikan yang dibutuhkan di kabupaten
Takalar dalam 20 tahun ke depan
1. TK/ PAUD
Berdasarkan ketentuan yang ada 1.250 jumlah penduduk disuatu kota/kabupaten
harus tersedia 1 unit (TK/PAUD). pada tahun 2028 di kabupaten Takalar membutuhkan
268 ribu unit tk/paud yang akan di bangun, di tahun 2033 kabupaten takalar membutuhkan
330 ribu unit yang akan dibangun, di tahun 2038 membutuhkan 407 unit yang akan
dibangun, dan di tahun 2043 harus tersedia 502 ribu unit TK/PAUD di Takalar yang harus
di bangun
2. Sekolah Dasar(SD)
Berdasarkan ketentuan yang ada 1.600 jumlah penduduk disuatu kota/kabupaten
harus tersedia 1 unit (SD). pada tahun 2028 di kabupaten Takalar membutuhkan 209 ribu
sarana unit SD yang akan dibangun,di tahun 2033 membutuhkan 258 ribu unit sd yang
akan dibangun, di tahun 2038 membutuhkan 318 ribu unit yang akan dibangun, dan di
tahun 2043 harus tersedia 393 ribu unit Sekolah Dasar Yang dibutuhkan di kabupaten
Takalar.
.
3. SMP
Berdasarkan ketentuan yang ada 4.800 jumlah penduduk disuatu kota/kabupaten
harus tersedia 1 unit (SMP). pada tahun 2028 di kabupaten Takalar membutuhkan 70 ribu
sarana unit SMP yang akan dibangun,di tahun 2033 membutuhkan 86 ribu unit SMP yang
akan dibangun, di tahun 2038 membutuhkan 106 ribu unit yang akan dibangun, dan di
tahun 2043 harus tersedia 131 ribu unit SMP Yang dibutuhkan di kabupaten Takalar
4. SMA
Berdasarkan ketentuan yang ada 4.800 jumlah penduduk disuatu kota/kabupaten
harus tersedia 1 unit (SMA). pada tahun 2028 di kabupaten Takalar membutuhkan 70 ribu
sarana unit SMA yang akan dibangun,di tahun 2033 membutuhkan 86 ribu unit SMA yang
akan dibangun, di tahun 2038 membutuhkan 106 ribu unit yang akan dibangun, dan di
tahun 2043 harus tersedia 131 ribu unit SAM Yang dibutuhkan di kabupaten Takalar
4.3 KEBUTUHAN SARANA KESEHATAN KABUPATEN TAKALAR
Kebutuhan Sarana Kesehatan Sangatlah Penting Di Suatu Kota Maka Dari Itu laporan ini dibuat
untuk menganalisis kebutuhan sarana Kesehatan dalam 20 tahun kedepan Di Kabupaten
TAKALAR
Berikut Tabel Jumlah Sarana Kesehatan Yang Dibutuhkan Di Kabupaten Takalar;
sarana Kesehatan
std
Jumlah penduduk
Posyandu
Apotek
Klinik
Pustu
Puskesmas
rumah sakit
2023 (eksisting)
272.286
1.250
30.000
30.000
30.000
120.000
240.000
427
42
28
36
26
3
2028
335.000
268
11
11
11
3
1
Tahun
2033
2038
413.000
330
14
14
14
3
2
509.000
407
17
17
17
4
2
2043
628.000
502
21
21
21
5
3
Dari tabel di atas kita dapat mengetahui jumlah sarana Kesehatan yang dibutuhkan di kabupaten
Takalar dalam 20 tahun ke depan
1. unit posyandu
Berdasarkan ketentuan yang ada 1.250 jumlah penduduk disuatu kota/kabupaten harus
tersedia 1 unit balai pengobatan. pada tahun 2028 di kabupaten takaiar harus dibangun 268
ribu sarana unit balai pengobatan, di tahun 2033 harus sudah dibangun 330 ribu unit, di tahun
2038 harus dibangun 407 ribu unit, dan di tahun 2043 harus dibangun 502 ribu unit balai
pengobatan
2. Unit apotek
Berdasarkan ketentuan yang ada 30.000 jumlah penduduk harus tersedia 1 unit apotek.
pada tahun 2028 di kabupaten Takalar harus dibangun 11 ribu unit apotek,di tahun 2033
harus dibangun 14 ribu unit, di tahun 2038 harus dibangun 17 ribu unit,dan di tahun 2043
harus dibangun 21 ribu unit apotek
3. unit klinik
Berdasarkan ketentuan yang ada 30.000 jumlah penduduk harus tersedia 1 unit klinik.
pada tahun 2028 di kabupaten Takalar harus dibangun 11 ribu unit klinik,di tahun 2033 harus
dibangun 14 ribu unit, di tahun 2038 harus dibangun 17 ribu unit,dan di tahun 2043 harus
dibangun 21 ribu unit klinik
5. unit pustu
Berdasarkan ketentuan yang ada 30.000 jumlah penduduk harus tersedia 1 unit pustu.
pada tahun 2028 di kabupaten takalar harus dibangun 11 ribu unit apotek,di tahun 2033 harus
dibangun 14 ribu unit, di tahun 2038 harus dibangun 17 ribu unit,dan di tahun 2043 harus
dibangun 21 ribu unit pustu.
6. unit Puskesmas
Berdasarkan ketentuan yang ada 120.000 jumlah penduduk harus tersedia 1 unit
puskesmas. pada tahun 2028 di kabupaten Takalar harus dibangun 3 ribu unit apotek,di tahun
2033 harus dibangun 3 ribu unit, di tahun 2038 harus dibangun 4 ribu unit,dan di tahun 2043
harus dibangun 5 ribu unit puskesmasa
7. unit Rumah Sakit
Berdasarkan ketentuan yang ada 30.000 jumlah penduduk harus tersedia 1 unit rumah
sakit. pada tahun 2028 di kabupaten Takalar harus dibangun 1 ribu unit apotek,di tahun 2033
harus dibangun 2 ribu unit, di tahun 2038 harus dibangun 2 ribu unit,dan di tahun 2043 harus
dibangun 3 ribu unit rumah sakit
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A., Fisu, A. A., & Didiharyono, D. (2019). Analisis Potensi Ekosistem Mangrove Sebagai
Pengembangan Objek Wisata (Studi Kasus: Kabupaten Wakatobi). Prosiding, 4(1).
Canning, D. dan P. Pedroni. (2004). Infrastructure and Long Run Economic Growth. University of
Belfast.
Charunnisa Nurhidayanti
Desty, (2014). Pengaruh Infrastruktur
Terhadap Pertumbuhan
ekonomi Di Kota sukabumi : Periode Tahun (1990-2012). Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Didiharyono, D., Syukri, M., Fisu, A. A., & Apriyanto, A. (2024). Modelling and mapping the
poverty levels with applied spatial regression model in South Sulawesi province of
Indonesia. Journal of Social Economics Research, 11(1), 32-44.
Didit, Purnomo. (2009). Fenomena migrasi tenga kerja dan peranya bagi Pembangunan daera
asal (Studi empiris di kabupaten wonogiri) Jurnal Ekonomi Pembangunan VOL . 10 NO, Juni
(2009), hal. 84 – 102 .
Dunia,Firdaus A. (2009). Akuntasi Biaya Salemba Empat. Jakarta.
Fisu, A. A., Syabri, I., & Andani, I. G. A. (2024). How do young people move around in urban
spaces?: Exploring trip patterns of generation-Z in urban areas by examining travel histories
on Google Maps Timeline. Travel Behaviour and Society, 34, 100686.
Fisu, A. A., & Dahlan, A. (2021). Kanal Jongaya-Pannampu: Potensi Transportasi Alternatif di
Makassar: Jongaya-Pannampu Canals: Alternative Transportation Potential in Makassar.
Pena Persada CV.
Fisu, A. A. (2016). Analisis dan Konsep Perencanaan Kawasan Pelabuhan Kota Penajam Sebagai
Pintu Gerbang Kab. Penajam Paser Utara kalimantan Timur. PENA TEKNIK: Jurnal Ilmiah
Ilmu-Ilmu Teknik, 1(2), 125-136.
Fisu, A. A. (2016). Potensi Demand Terhadap pengembangan Kanal Jongaya & Panampu Sebagai
Moda Transportasi (Waterway) di Kota Makassar. Jurnal Manajemen Transportasi &
Logistik (JMTRANSLOG), 3(3), 285-298.
Fisu, A. A. (2018). Analisis Lokasi Pada Perencanaan Terminal Topoyo Mamuju Tengah. PENA
TEKNIK: jurnal ilmiah ilmu-ilmu Teknik, 3(1), 1-12.
Fisu, A. A., Hafid, Z., Humang, W. P., & Natsir, R. (2022). Application of The PPP Scheme on The
Tourism-Transportation, Case Study: The Concept Of Palopo City Tourism. PENA TEKNIK:
jurnal ilmiah ilmu-ilmu Teknik, 7(1), 35-52.
Fisu, A. A., & Marzaman, L. U. (2018). Pemetaan Partisipatif Kampung Pesisir Kelurahan Tallo Kota
Makassar. To Maega: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(1), 22-28.
Fisu, A. A., Rakhman, A., & Saputri, A. (2020). Analisis Pengaruh Keberadaan Pelabuhan Terhadap
Perekonomian Di Pulau Sulawesi. PENA TEKNIK: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Teknik, 5(2), 54-63.
Fisu, A. A., Hafid, Z. A., Marzaman, L. U., Didiharyono, D., Mappe, U. U., Hadi, A., & Manuhung, S.
(2023). Community-Based Kambo Tourism Area Planning With a Participatory Planning
Approach. To Maega: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 6(1), 174-188.
Grigg, Neil, (1998). Infrastructur Engineering ang Manangent.Jhon Wiley & Sons.
Hapsari, Nike Nindy. (2011). Pengaruh Pengalaman Auditor dan Orientasi Etika terhadap
Keputasan Etis Auditor Negara dengan komitmen Profesional sebagai variabel Intervening.
Henner, H. F. (2000). Infrastucture et Development un bilan. Mondes en Developpment.
Hulten, C. R dan M. Schwab. 1991. Public Capital Formation and the Growth of the Regional
Manufacturing Industries. Penelitian. National Tax Journal, 40, 121-122.
Jafar M Prapti, 21 Suryawardana dan Triyani ( 2015). Pengantar Infrastruktur Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi.
Mankiw, N. G. (2003). Pengantar Ekonomi. Edisi Kedua. Jakarta Erlangga.
Mangkoesoebroto, Guritno. (1993). Ekonomi Publik. Edisi-III, Yogyakarta : BPFE.
Martin, Wohl and Martin, Brian V. 1967. Traffic System Analysis for Engineering and Planer. Mc
Grawn-Hall Inc. Sydney.
Marzaman, L. U., Hafid, Z. A., Fisu, A. A., & Nurhijrah, N. (2019). Place Making Workshop Batupasi
Sub District Palopo City. To Maega: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(1), 1-8.
Marzaman, L. U., Hafid, Z., Fisu, A. A., & Nurhijrah, N. (2021). Planning Concept of Lalebbata:
Combining Heritage, Policy and Participation. PENA TEKNIK: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Teknik, 6(1), 39-47.
Nurmadimah. F., (2012). Analisis pemilihan Proyek pengembangan Bandara UPT dengan skema
KPS. Tesis. Universitas Indonesia.
Nurhijrah, N., & Fisu, A. A. (2019). Place memory masyarakat pada bangunan cagar budaya di
kota palopo. RUAS, 17(2), 63-70.
Nurhijrah, N., Fisu, A. A., Marzaman, L. U., & Hafid, Z. (2021). KONSEP PENATAAN KAWASAN
LALEBBATA SEBAGAI KAWASAN HERITAGE DI KOTA PALOPO. Jurnal Arsitektur
ZONASI, 4(1), 62-72.
Kodoatie, Robet J.,dan Roestem, Sjarif (2005), Pengelolan Sumber Daya AirTerpadu. Yogyakarta:
Andi.
Stone, D.C 1974. Professional Education in Public Works Envirpmental Engineering and
Administration. Chicago: American Public Work Association.
Tatom, J.A ( 1993), Paved with Good Intentions; the Mythical National Infrastructure Crisis Policy
Analysis. Washington.D.C, Cato Institute.
Tufail, D. N., Neowa, H. S., & Fisu, A. A. (2023). Identification of Fire Disaster Vulnerability in
Karang Rejo Sub-District, Balikpapan Central District. PENA TEKNIK: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Teknik, 8(1), 62-77.
Widayati. (2010). Pengaruh Penambahan Chorionic. Gonadotrophin pada Medium Maturasi.
Yanuar (2009). Ekonomi Makro; Suatu Analisis untuk Konteks Indonesia. Jakarta, Yayasan Mpu
Ajar Artha.