Management and Business Review, 3(1) 2019, 49‐56
Pengaruh perceived value terhadap purchase intentions dimediasi
customer satisfaction
Mukarromah
Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kanjuruhan Malang,
Indonesia
e‐mail : mukarromah@unikama.ac.id
Article Info:
Receive
:
Revised
:
Accepted :
Published :
DOI
:
Copyright :
Mei, 2019
Juni, 2019
Juni, 2019
Juni, 2019
10.21067/mbr.v3i1.4802
Management and
Business Review
Keywords:
perceived value, repurchase
intention, kepuasan konsumen
Abstract: The research objective was to determine the direct
effect of perceived value on repurchase intention, and to
determine the indirect effect of perceived value on repurchase
intention mediated by consumer satisfaction. Using a sample
of 100 respondents taken by accidental sampling of
Naavagreen consumers in Malang City. The data collection
technique used a questionnaire prepared with a 5‐point
Likert scale, and had met the test criteria for the validity and
reliability of the instrument. The data analysis technique used
is Path Analysis. The results showed that perceived value had
an effect on the repurchase intention of consumers at
Naavagreen skincare beauty clinics. In addition, perceived
value also had an effect on repurchase intention which was
mediated by consumer satisfaction at the Malang branch of
Naavagreen natural skincare clinic.
Abstrak: Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh
langsung perceived value terhadap repurchase intention, serta
untuk mengetahui pengaruh tidak langsung perceived value
terhadap repurchase intention yang dimediasi kepuasan
konsumen. Menggunakan sampel sebanyak 100 responden
yang diambil dengan accidental sampling konsumen
Naavagreen di Kota Malang. Teknik pengumpulan data
menggunakan kuesioner yang disusun dengan Skala Likert 5
poin, dan telah memenuhi kriteria uji validitas dan reliabilitas
instrumen. Teknik analisis data yang digunakan adalah Path
Analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived value
berpengaruh terhadap repurchase intention konsumen klinik
kecantikan Naavagreen skincare, selain itu perceived value juga
berpengaruh terhadap repurchase intention dimediasi oleh
kepuasan konsumen klinik Naavagreen natural skincare
cabang Malang.
49
Management and Business Review, 3(1) 2019, 49‐56
Pendahuluan
Target yang yang ingin dicapai oleh setiap perusahaan adalah memuaskan
keinginan dan kebutuhan konsumen. Salah satu caranya adalah dengan
menciptakan nilai (perceived value). Nilai yang dipersepsikan konsumen didasarkan
pada selisih antara biaya yang dikeluarkan konsumen untuk mendapatkan suatu
produk dengan manfaat yang akan diterimanya. Ketika seorang konsumen
mempersepsikan nilai dan manfaat yang didapatnya lebih besar daripada biaya
yang harus dikeluarkan, maka konsumen akan puas dan kemungkinan akan
melakukan pembelian kembali, namun sebaliknya ketika seorang konsumen
mendapatkan nilai dan manfaat lebih kecil daripada biaya yang dia keluarkan,
maka kepuasan yang didapatkan konsumen berkurang, sehingga besar
kemungkinan konsumen akan menghentikan pemakaian dan beralih pada merek
yang lain. Hal ini tentu akan menjadi masalah bagi perusahaan sehingga perusahaan
harus lebih cermat dalam bertindak.
Berangkat dari konsep tersebut produsen akan berkeinginan untuk
menciptakan inovasi‐inovasi baru dalam memperebutkan pangsa pasar terutama
klinik kecantikan. Salah satu klinik kecantikan yang sudah tidak asing lagi bagi para
pengguna jasa perawatan kecantikan adalah Naavagreen natural skincare. Klinik
kecantikan yang berdiri semenjak tahun 2012 yang berpusat di Yogyakarta ini
merupakan klinik kecantikan yang saat ini ramai diperbincangkan oleh masyarakat.
Meskipun tergolong baru, animo masyarakat tidak bisa dianggap sepele. Buktinya,
dalam kurun waktu 5 tahun Naavagreen sudah tersebar dibeberapa kota di
Indonesia, terutama di Yogyakarta, Bandung, Mataram, Malang, Kediri, Mojokerto,
Solo, Semarang, Garut, Wonosobo, Surabaya, Madiun, dan akan segera buka di
Purwokerto, Bojonegoro, Ponorogo, dan Denpasar Bali. Selain itu, produk‐produk
naavagreen juga diproduksi oleh pabrik sendiri yakni oleh PT. Dion Farma Abadi
yang telah bersertifikasi Cara Pengolahan Kosmetik yang Baik (CPKB) dan Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dari kemenkes RI. NaavaGreen juga sudah
mendapatkan berbagai penghargaan yang diterima yaitu Mark Plus Inc sebagai SEA
(Service Excelent Award) 2013 Kategori Beauty Clinic mengindikasikan kemampuan
produk ini dalam pasar , tidak diragukan jika harga yang ditawarkan lebih murah,
mulai dari Rp 50 ribu Anda sudah dapat menikmati perawatan facial di Naavagreen.
Konsep kecantikan yang ditawarkan oleh Naavagreen adalah perawatan
dan produk kecantikan dengan menggunakan bahan‐bahan botanical alami.
Perbedaan konsep kecantikan yang ditawarkan klinik kecantikan Naavagreen
menjadi pilihan konsumen terutama mahasiswi sebagai media untuk mempercantik
wajah. Namun review dari (caraabang.com) menyatakan ada sekitar 80% konsumen
mengatakan bahwa setelah pemakaian produk Naavagreen selama 2 minggu sampai
1 bulan memberikan efek seperti jerawat tidak kunjung sembuh, kulit perih, panas
dan gatal, kulit menjadi tipis dan sensitive, kulit awalnya baik‐baik saja jadi timbul
50
Management and Business Review, 3(1) 2019, 49‐56
bruntusan. Dari review tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak semua konsumen
cocok dengan produk naavagreen dan tidak semua konsumen melakukan
pembelian ulang atau repurchase intention setelah pembelian dan setelah merasakan
nilai dari produk tersebut.
Penelitian mengenai pengaruh perceived value terhadap minat beli ulang
dilakukan oleh Kristian (2014) terhadap konsumen restaurant Pizza Hut khususnya
Mahasiswa Universitas Widya Mandala dan pelajar SMA St. Louis 1 dan SMA
Katolik Santa Maria. Hasilnya menunjukkan bahwa perceived value berpengaruh
secara signifikan pada repurchase intention. Kemudian, kepuasan konsumen secara
positif dan signifikan mempengaruhi niat pembelian kembali di restoran Solaria.
Sedangkan penelitian lain dari Ulum (2017) terhadap pelanggan Cokelat Klasik
Malang, hasilnya menunjukkan bahwa perceived value secara langsung berpengaruh
terhadap repurchase intention, temuan lain loyalitas pelanggan memediasi pengaruh
perceived value terhadap repurchase intention. Namun penelitian yang dilakukan oleh
Adixio & Saleh (2013), hasil penelitian menyatakan bahwa nilai yang dirasakan tidak
berpengaruh signifikan terhadap niat pembelian ulang melalui mediasi kepuasan
konsumen pada restoran Solaria di Surabaya, sehingga kepuasan konsumen bukan
merupakan mediator antara nilai yang dirasa dengan niat pembelian ulang, hal ini
menjadi research gap dalam penelitian tersebut. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan
penelitian dengan permasalahan bagaimana pengaruh perceived value terhadap
minat beli ulang (repurchase intention) yang dimediasi oleh kepuasan konsumen
(customer satisfaction) pada klinik Kecantikan NaavaGreen Skincare”. Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh langsung perceived value terhadap
repurchase intention, serta untuk mengetahui pengaruh tidak langsung perceived value
terhadap repurchase intention yang dimediasi kepuasan konsumen.
Perceived value dan purchase intentions
Hasil penelitian (Kuo et al., 2009) menemukan bahwa perceived value
berpengaruh positif terhadap kepuasan dan post‐puchase intention. Eryadi &
Yulianna (2016) menjelaskan bahwa perceived value berpengaruh terhadap purchase
intention. Hal ini menunjukkan bahwa niat untuk melakukan pembelian ditentukan
oleh perceived value konsumen terhadap produk/layanan. Tanujaya (2012) meneliti
tentang pengaruh customer perceived value terhadap customer loyalty melalui customer
satisfaction pada 3second Royal Plaza Surabaya, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
positif antara customer perceived value terhadap customer satisfaction, selanjutnya customer
perceived value berpengaruh positif terhadap customer loyalty dengan dimediasi oleh customer
satisfaction. Anggaeni et al. ( 2015) menyatakan bahwa repurchase intention dipengaruhi oleh
perceived value dan brand image, dan dimediasi oleh word of mouth. Choi & Kim (2013) bahwa
perceived value memiliki pengaruh positif terhadap repurchase intention.
H1: Terdapat pengaruh perceived value terhadap repurchase intention
Perceived value, cutomer satisfaction dan purchase intentions
Hasil penelitian Hong (2015) menyatakan bahwa perceived value pelanggan
berpengaruh signfikan terhadap customer satisfaction, selanjutnya customer satisfaction akan
51
Management and Business Review, 3(1) 2019, 49‐56
mempengaruhi repurchase intention mereka. Demikian pula penelitian Choi & Kim (2013)
menyatakan bahwa perceived value berpengaruh positif terhadap customer satisfaction dan
repurchase intention dimasa yang akan datang. Penelitian Hur et al. (2013) mengindikasikan
bahwa perceived value memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan, yang
selanjutnya akan menyebabkan loyalitas pelanggan. Selanjutnya Rasoolimanesh et al. (2016)
menjelaskan temuan penelitian adanya hubungan positif yang kuat antara perceived value
dengan kepuasan tamu homestay. Huang et al. (2014) menyatakan bahwa customer
satisfaction memiliki hubungan dengan consumer repurchase intention.
H2: Terdapat pengaruh tidak langsung perceived value terhadap repurchase intention
yang dimediasi oleh kepuasan konsumen
Metode
Penelitian merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan survey,
bertujuan untuk menguji hubungan antar variabel dalam hal ini perceived value
dengan repurchase intention, dan peran dimediasi dari kepuasan konsumen. Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen Naavagreen yang
berada di kota Malang, sampel diambil dengan teknik accidental sampling adalah
teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja secara kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel. Jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian adalah 100 responden.
Variabel penelitian terdiri dari variabel eksogen yaitu Perceived Value (X).
Adapun indikator perceived value yaitu emotional value, social value, price dan quality.
Sedangkan variabel endogen yaitu kepuasan konsumen (Customer Satisfaction) (Z).
Kepuasan dalam penelitian ini diukur dengan kepuasan konsumen secara
menyeluruh, merekomendasikan pada pihak lain serta akan menggunakan kembali
produk dengan merek yang sama. Variabel endogen kedua adalah minat beli ulang
(repurchase intention), yang diukur diukur dengan desire, future plan dan necessity.
Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang disusun dengan Skala
Likert 5 poin, dan telah memenuhi kriteria uji validitas dan reliabilitas instrumen.
Teknik analisis data yang digunakan adalah Path Analysis.
Hasil
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
analisis jalur (path analysis). Analisis jalur merupakan pengembangan dari analisis
regresi atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir
hubungan kausalitas antar variabel (model causal) yang telah ditetapkan sebelumnya
(Ghozali, 2009).
52
Management and Business Review, 3(1) 2019, 49‐56
Tabel 1. Hasil Analisis Regresi
Path
Perceived Value
Repurchase intention
Perceived Value
Customer Satisfaction
Customer Satisfaction
Repurchase intention
Sumber: Data diolah
Koefisien
Beta
0.425
t
Sig.
Keterangan
5.771
0.000
Signifikan
0.824
14.397
0.000
Signifikan
0.528
7.167
0.000
Signifikan
Perhitungan hubungan kausal masing‐masing variabel terhadap repurchase
intention, dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengaruh perceived value dan kepuasan konsumen terhadap repurchase intention)
Y= 0,425YX + 0,528ZY + ɛ
b. Pengaruh perceived value terhadap kepuasan
Z= 0,824X
Hubungan kausal antara perceived value dengan repurchase intentuon diperoleh
koefisien 0.425 dengan nilai sig 0,000 < 0,05 dapat dinyatakan terdapat hubungan
positif yang signifikan antara perceived value dengan repurchase intention, hasil
analisis menunjukkan bahwa hipotesis (H1) yang menyatakan bahwa perceived value
berpengaruh signifikan terhadap repurchase intention diterima.
Hubungan kausal antara perceived value dengan customer satisfaction diperoleh
koefisien 0.824 dengan nilai sig 0,000 < 0,05 dapat dinyatakan terdapat hubungan
positif yang signifikan antara perceived value dengan customer satisfaction, hasil
analisis menunjukkan perceived value berpengaruh signifikan terhadap customer
satisfaction. Selanjutnya hubungan kausal antara customer satisfaction dengan
repurchase intention diperoleh koefisien 0.528 dengan nilai sig 0,000 < 0,05 dapat
dinyatakan terdapat hubungan positif yang signifikan antara customer satisfaction
dengan repurchase intention, hasil analisis menunjukkan bahwa perceived value
berpengaruh tidak langsung terhadap repurchase intention yang dimediasi oleh kepuasan
konsumen, dengan demikian hipotesis 2 diterima.
Selanjutnya untuk membandingkan pengaruh langsung dan tidak langsung
dari jalur yang ada dengan cara mengalikan koefisien jalur pada masing‐masing
jalur terbentuk, nilai perkalian yang paling tinggi merupakan jalur terbaik yang
dapat digunakan, adapun besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung dapat
dihitung, sebagai berikut:
1) Pengaruh langsung perceived value (X) terhadap repurchase intention (Y) dengan
koefisien jalur ρYX = 0,425.
2) Pengaruh tidak langsung perceived value (X) terhadap repurchase intention (Z)
melalui kepuasan konsuemen (Y) dengan koefisien jalur ρZX x ρZY = 0,824 x
0,528 = 0,435
53
Management and Business Review, 3(1) 2019, 49‐56
Berdasarkan uji pengaruh langsung dan tidak langsung pada dapat dihitung
pengaruh total yang dihasilkan sebesar 0,86, dimana pengaruh total ini diperoleh
dari hasil penjumlahan antara pengaruh langsung yaitu perceived value (X) terhadap
repurchase intention (Y) dengan koefisien beta sebesar 0,425 dengan pengaruh tidak
langsung yaitu perceived value (X) terhadap repurchase intention (Y) melalui kepuasan
konsumen (Z) dengan koefisien beta sebesar 0,43. Dari hasil diatas dapat diketahui
bahwa perceived value memiliki pengaruh langsung yang paling besar terhadap
repurchase intention dibandingkan pengaruh tidak langsung yaitu melalui kepuasan
pelanggan.
Temuan ini mengindikasikan bahwa kepuasan pelanggan mampu memediasi
pengaruh perceived value terhadap repurchase intention sebesar 0,435. Kepuasan
konsumen secara otomatis terbentuk bila perceived value konsumen terhadap produk
baik. Apabila nilai yang dirasakan konsumen sesuai dengan apa dipersepsikan,
maka konsumen akan puas dan memiliki niat untuk melakukan pembelian kembali
di masa yang akan datang. Sehingga variabel kepuasan pada penelitian ini mampu
memediasi perceived value terhadap repurchase intention.
Pembahasan
Pengaruh perceived value terhadap repurchase intention
Hasil analisis menunjukkan bahwa perceived value berpengaruh dan signifikan
terhadap repurchase intention. Variabel repurchase intention yang diukur dengan
indikator desire, future plan dan necessity, namun dari ketiga indikator tersebut future
plan merupakan indikator yang memiliki hubungan paling kuat diantara dimensi
yang lain.
Minat beli ulang merupakan minat pembelian yang didasarkan atas
pengalaman pembelian yang telah dilakukan dimasa lalu. Minat beli ulang yang
tinggi mencerminkan tingkat kepuasan yang tinggi dari konsumen ketika
memutuskan untuk mengadopsi suatu produk. Hasil analisis ini membuktikan
bahwa perceived value berpengaruh signifikan terhadap repurchase intention, dan
mendukung beberapa penelitian terdahulu bahwa perceived value berpengaruh
positif terhadap minat beli ulang (Anggaeni et al., 2015; Choi & Kim, 2013; Eryadi &
Yulianna, 2016; Kuo et al., 2009; Tanujaya, 2012).
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa perceived value dapat meningkatkan
pembelian berulang konsumen. Ini berarti bahwa ketika konsumen merasakan nilai
yang diterima atas penggunaan produk naavagreen baik, dimana selisih atas biaya
yang dikeluarkan konsumen untuk mendapatkan suatu produk dengan manfaat
yang akan diterimanya sesuai dengan apa yang dipersepsikan, maka selanjutnya
konsumen akan mempercayakan pembeliannya pada satu merek saja, dan akan
melakukan pembelian ulang dimasa yang akan datang.
54
Management and Business Review, 3(1) 2019, 49‐56
Pengaruh perceived value terhadap rrepurchase intention melalui kepuasan
pelanggan
Hasil analisis menunjukkan bahwa perceived value berpengaruh dan signifikan
terhadap repurchase intention dimediasi oleh kepuasan pelanggan. Hal ini
menunjukkan bahwa perceived value selain berpengaruh langsung pada niat untuk
pembelian ulang, ternyata juga mampu mempengaruh kepuasan pelanggan,
selanjutnya pelanggan yang puas akan menyebabkan timbunya niat melakukan
pembelian ulang. Jadi perceived value pelanggan akan mempengaruhi customer satisfaction,
selanjutnya customer satisfaction akan mempengaruhi repurchase intention mereka (Choi &
Kim, 2013; Hong, 2015; Huang et al., 2014; Hur et al., 2013; Rasoolimanesh et al., 2016).
Simpulan
Perceived value berpengaruh langsung dan signifikan terhadap repurchase
intention konsumen klinik kecantikan Naavagreen skincare, sehingga semakin tinggi
nilai yang dirasakan konsumen atas produk, maka akan meningkatkan pembelian
ulang konsumen. Perceived value berpengaruh signifikan terhadap repurchase
intention melalui kepuasan konsumen klinik Naavagreen skincare, sehingga
kepuasan mampu memediasi perceived value terhadap repurchase intention konsumen
klinik Naavagreen natural skincare cabang Malang.
Pembelian ulang konsumen dapat ditingkatkan melalui beberapa variabel
dapat mempengaruhi variabel tersebut seperti nilai yang dirasakan konsumen
terhadap produk yang akan membentuk kepuasan konsumen. Terbentuknya
customer satisfaction dapat memicu perilaku konsumen untuk loyal yang akan
ditunjukkan dengan adanya pembelian yang bersifat berulang dan kebalnya daya
tarik konsumen terhadap pesaing lain.
Daftar Pustaka
Adixio, R. F., & Saleh, L. (2013). Pengaruh kualitas layanan dan nilai yang dirasakan
terhadap niat pembelian ulang melalui mediasi kepuasan pelanggan restoran
solaria di surabaya. Journal of Business and Banking, 3(2), 151–164.
Anggaeni, M., Farida, N., & Listyorini, S. (2015). Pengaruh Perceived Value dan
Brand Image Terhadap Repurchase Intention Melalui Word Of Mouth Sebagai
Variabel Intervening Smartphone Samsung Galaxy Series. Jurnal Ilmu
Administrasi Bisnis, 4(4), 191–198.
Choi, E. J., & Kim, S.‐H. (2013). The study of the impact of perceived quality and
value of social enterprises on customer satisfaction and re‐purchase intention.
International Journal of Smart Home, 7(1), 239–252.
55
Management and Business Review, 3(1) 2019, 49‐56
Eryadi, H. T., & Yulianna, E. (2016). Pengaruh Perceived Value Dan Social Influence
Terhadap Purchase Intention Smartphone 4g Pada Pelanggan Bandung
Electronic Center. E‐Proceedings of Management, 3(1).
Ghozali, I. (2009). Aplikasi Multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Hong, B. (2015). Pengaruh Service Quality, Perceived Value, Customer Satisfaction
Terhadap Repurchase Intention Pelanggan di Resto Buro Bar Surabaya. Jurnal
Strategi Pemasaran, 3(1), 1–11.
Huang, C.‐C., Yen, S.‐W., Liu, C.‐Y., & Chang, T.‐P. (2014). The relationship among
brand equity, customer satisfaction, and brand resonance to repurchase
intention of cultural and creative industries in Taiwan. International Journal of
Organizational Innovation, 6(3).
Hur, W., Kim, Y., & Park, K. (2013). Assessing the effects of perceived value and
satisfaction on customer loyalty: A ‘Green’perspective. Corporate Social
Responsibility and Environmental Management, 20(3), 146–156.
Kristian, A. (2014). Analisis pengaruh perceived value terhadap repurchase intention
dan word of mouth melalui customer satisfaction pada konsumen restaurant
Pizza Hut cabang Darmo. In Thesis. Widya Mandala Catholic University
Surabaya.
Kuo, Y.‐F., Wu, C.‐M., & Deng, W.‐J. (2009). The relationships among service quality,
perceived value, customer satisfaction, and post‐purchase intention in mobile
value‐added services. Computers in Human Behavior, 25(4), 887–896.
Rasoolimanesh, S. M., Dahalan, N., & Jaafar, M. (2016). Tourists’ perceived value and
satisfaction in a community‐based homestay in the Lenggong Valley World
Heritage Site. Journal of Hospitality and Tourism Management, 26, 72–81.
Tanujaya, A. (2012). Pengaruh customer perceived value terhadap customer loyalty
melalui customer satisfaction pada 3second Royal Plaza Surabaya. In Thesis.
Widya Mandala Catholic University Surabaya.
Ulum, B. (2017). Pengaruh perceived value terhadap repurchase intention dimediasi
loyalitas pelanggan: Studi kasus pada pelanggan cokelat klasik malang. In
Thesis. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
56