Academia.eduAcademia.edu

Industri Ayam Lokal

2020, Amrih Prasetyo

Buku kategori Peternakan yang berjudul Industri Ayam Lokal ini merupakan karya dari Amrih Prasetyo. Ayam lokal masih merupakan produk pangan hewani utama negara kita. Dengan kemajuan dalam teknologi budidaya ayam lokal dan produk olahannya, konsumen memiliki preferensi yang tinggi. Informasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi sangat penting dalam membangun suatu industri ayam lokal. Industri ayam lokal membutuhkan tiga komponen utama dalam membangun supaya berjalan berkesinambungan.

Industri Ayam Lokal UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4 Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi. Pembatasan Pelindungan Pasal 26 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap: i. Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual; ii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian ilmu pengetahuan; iii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar; dan iv. Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran. Sanksi Pelanggaran Pasal 113 1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah). 2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Dr. Amrih Prasetyo, S.Pt., M.Sc. Industri Ayam Lokal INDUSTRI AYAM LOKAL Amrih Prasetyo Desain Cover : Ali Hasan Zein Sumber : https://shutterstock.com Tata Letak : Gofur Dyah Ayu Proofreader : Avinda Yuda Wati Ukuran : viii, 27 hlm, Uk: 15.5x23 cm ISBN : 978-623-02-0938-3 ISBN Elektronis : 978-623-02-1170-6 Cetakan Pertama : Mei 2020 Hak Cipta 2020, Pada Penulis Isi diluar tanggung jawab percetakan Copyright © 2020 by Deepublish Publisher All Right Reserved Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. PENERBIT DEEPUBLISH (Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA) Anggota IKAPI (076/DIY/2012) Jl.Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581 Telp/Faks: (0274) 4533427 Website: www.deepublish.co.id www.penerbitdeepublish.com E-mail: cs@deepublish.co.id KATA PENGANTAR Ayam lokal masih merupakan produk pangan hewani utama negara kita. Dengan kemajuan dalam teknologi budidaya ayam lokal dan produk olahannya, konsumen memiliki preferensi yang tinggi. Informasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi sangat penting dalam membangun suatu industri ayam lokal. Industri ayam lokal membutuhkan tiga komponen utama dalam membangun supaya berjalan berkesinambungan. Pertama adalah manajemen pembibitan ayam (breeding farm) dan penetasan (hachery), kedua manajemen industri pakan dan manajemen kemitraan dengan peternak yang ketiga komponen tersebut harus berjalan secara sinergi. Pangsa pasar ayam lokal sangat prospektif sehingga perlu penguatan kelembagaan dalam bentuk asosiasi atau koperasi peternak ayam lokal/kampung yang kuat dan profesional. Terjaminnya harga yang stabil daging ayam lokal diperlukan sinergi dengan program pemerintah yang pada saat ini sedang giat mengembangkan ayam kampung unggul di Indonesia. Terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi sehingga buku ini bisa diterbitkan. Buku ini diharapkan dapat menjadi acuan dan pemahaman bersama sehingga terwujud suatu model industri ayam lokal yang mampu meningkatkan pendapatan peternak secara berkesinambungan. Amrih Prasetyo v DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..............................................................................v DAFTAR ISI ......................................................................................... vi DAFTAR TABEL ................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR ........................................................................... viii I. PENDAHULUAN .........................................................................1 II. AYAM LOKAL UNGGUL ..........................................................2 A. Ayam KUB-1 .......................................................................2 B. Ayam SenSi-1 Agrinak .........................................................3 C. Ayam Gama .........................................................................3 III. MANAJEMEN PEMBIBITAN....................................................5 IV. MANAJEMEN PENETASAN ................................................... 10 V. MANAJEMEN PAKAN............................................................. 20 VI. DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 26 vi DAFTAR TABEL Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Produksi DOC Final di Kelompok Peternak Inti ......................................................6 Tabel 2. Kriteria Daya Tetas Telur Berdasarkan Standar HE............. 13 Tabel 3. Komposisi Pakan Ayam Lokal Fase Grower ....................... 21 Tabel 4. Laju Pertumbuhan Ayam KUB Sampai Umur dua belas Minggu. ..................................................................... 22 Tabel 5. Prakiraan Konsumsi Pakan Lengkap Ayam Lokal ............... 23 Tabel 6. Komposisi bahan pakan dan kandungan nutrien ransum pertumbuhan ayam lokal ........................................ 24 vii DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Ayam Kampung Unggul Balitnak ......................................2 Gambar 2. Ayam sentul terseleksi .......................................................3 Gambar 3. Ayam Gama .......................................................................4 Gambar 4. Kandang Brooder Tampak Atas .........................................6 Gambar 5. Kandang Brooder Tampak Samping...................................7 Gambar 6. Kandang Perkawinan .........................................................7 Gambar 7. Kandang Perkawinan .........................................................8 Gambar 8. Kandang Perkawinan .........................................................8 Gambar 9. Kandang Perkawinan Ayam Kampung Unggul dengan Perbandingan Jantan Dan Betina (1 : 5) ..................9 Gambar 10. Mesin Tetas dengan Kapasitas 6000 Butir Telur ............... 15 Gambar 11. Mesin Tetas yang Di-Setting Suhu 37⁰C dan Kelembapan 65% ............................................................. 16 Gambar 12. Telur Fertil Inkubasi Selama 5 Hari Tampak Buram ......... 17 Gambar 13. Telur In Fertil Inkubasi Selama 5 Hari Tampak Terang ............................................................................. 17 Gambar 14. DOC Ayam KUB dengan Bobot Rata-Rata 30 g/ekor ....... 18 viii I. PENDAHULUAN Ayam lokal Indonesia tersebar di seluruh kepulauan yang merupakan sumber daya genetika yang tak ternilai harganya. Berbagai rumpun spesifik lokasi ayam lokal yang dimiliki seperti ayam kedu (Temanggung, Jawa Tengah), ayam sentul (Bogor, Jawa Barat), ayam gaok (Madura, Jawa Timur), ayam nunukan (Tarakan, Kalimantan Timur), ayam merawang (Bangka Belitung) dan lain-lain. Indonesia terdapat 31 rumpun ayam lokal (Nataamijaya, 2000). Sebelas jenis ayam dikenal sebagai ayam dengan produksi telur tinggi. Duabelas rumpun ayam dikenal sebagai ayam hias karena suara mereka; dan dikenal dengan daya tahan yang baik (ayam pelung, ayam ciparage, ayam banten, ayam kedu hitam, ayam cemani, ayam olagan, ayam kokok balengek, ayam jantan gaok, ayam tolaki, ayam bangkok, ayam bekisar, dan ayam bali). Empat jenis ayam diketahui ayam broiler (ayam kampung, ayam lamda, ayam nagrak, ayam kedu hitam), tapi ada juga 9 keturunan ayam yang superioritasnya belum ditemukan (ayam walik, ayam siem, ayam kedu putih, ayam jantan, ayam jepang, ayam ayunai, ayam tukung, ayam burgo, dan ayam nunukan) (Ismoyowati, 2017). Ayam lokal mempunyai peranan penting dalam pembangunan peternakan terutama penyediaan daging yang mempunyai tekstur dan rasa khas secara umur disukai oleh “selera” masyarakat. Sumbangan daging ayam lokal terhadap daging unggas nasional adalah 8,73% atau 313.810 ton dari total daging unggas 3.593.500 ton tahun 2018 (Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2018). Permintaan daging ayam lokal yang semakin tinggi terutama di kotakota besar sebagai pusat kuliner menyebabkan industri ayam lokal berkembang. Kondisi ini menyebabkan sistem pemeliharaan yang semula tradisional berubah secara intensif. 1 II. AYAM LOKAL UNGGUL A. Ayam KUB-1 Ayam kampung hasil penelitian Balai Penelitian Ternak ayam KUB1 galur ayam jenis petelur lokal yang berhasil dilepas sebagai salah satu galur unggul nasional (Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 698/Kpts/ PD.410/2/2013) (Sartika et al., 2013). Keunggulan ayam KUB-1 ini adalah umur pertama bertelur 18-20 minggu, produksi telur 50% dan produksi telur selama satu tahun bisa mencapai 160-180 butir, ayam KUB-1 seperti pada Gambar 1. Gambar 1. Ayam Kampung Unggul Balitnak 2 III. MANAJEMEN PEMBIBITAN Perbaikan mutu genetik ayam lokal dalam pelaksanaannya rumit dan memerlukan waktu yang panjang. Untuk itu, pelaksanaannya hanya mampu oleh lembaga penelitian milik pemerintah kemudian hasil seleksi terbaik disebarkan kepada para peternak (Iskandar, 2006). Program perkawinan ayam galur pejantan SenSi-1 dengan petelur KUB-1. Dengan program seperti ini, maka beberapa hal yang perlu dipersiapkan menurut (Iskandar, 2018). a) Kandang A. Satu kandang perkawinan alami untuk 270 ekor KUB-1 dewasa & 30 ekor SenSi-1 Agrinak dewasa untuk memproduksi kurang lebih 42 (umur 24-65 minggu) × 7 (hari) × 0,4 (produksi telur) × 0,7 (daya tetas) × 0,95 (DOC layak jual) × 270 induk = 21 115 DOC SeKUB final (jantan-betina) layak jual selama 42 kali penetasan (sekali penetasan per minggu); b) Kandang B. Satu kandang khusus untuk menampung ayam dewasa KUB-1 murni (100 betina & 20 jantan) untuk memproduksi kurang lebih 300 betina KUB untuk kandang A dan 100 betina & 20 jantan untuk kandang B. Kemampuan produksi kandang B adalah 100 induk × 78 DOC/induk = 7800 DOC KUB-1 murni (jantan-betina) selama 42 kali penetasan (sekali penetasan per minggu); c) Kandang C. Satu kandang khusus untuk ayam dewasa SenSi-1 Agrinak murni (50 betina & 10 jantan) untuk memproduksi 60 jantan untuk kandang A dan 50 betina dan 10 jantan untuk kandang B. Kemampuan produksi kandang ini adalah 42 (umur 24-65 minggu) × 7 (hari) × 0,3 (produksi telur) × 0,7 (daya tetas) × 0,95 (DOC layak) × 50 induk = 879 DOC SenSi-1 Agrinak murni (jantan-betina) selama 42 kali penetasan (sekali penetasan per minggu). Dalam melaksanakan program perkawinan berkelanjutan peternak harus melaksanakan jadwal seperti dijabarkan pada Tabel 1. 5 IV. MANAJEMEN PENETASAN Bangunan Penetasan Terdiri atas: 1. Kantor manajer 2. Ruang workshop & generator 3. Koloni buruh 4. Area kerja penetasan Bangunan Penetasan Terdiri atas: 1. Ruang penerima/penyimpanan & grading telur 2. Ruang pengasapan 3. Ruang penjual 4. Ruang penetasan 5. Kamar induk 6. Ruang grading DOC & pengepakan 7. Area mencuci Diping Kendaraan Semua kendaraan yang masuk atau keluar dari tempat penetasan harus melewati roda celup. Celup roda memiliki larutan formalin 1% untuk mendesinfeksi roda. Dimensi diping kendaraan (609,6x365,76) cm2, dengan kedalaman minimum 20,32 cm. Diping kaki Di setiap unit celup kaki terdapat di tangga pintu. Larutan formalin 1% digunakan dalam diping kaki. Dimensi diping kaki adalah (91,44 x 60,96) cm2, dengan tinggi 7,62 cm. Tujuannya adalah untuk mendesinfeksi sepatu saat memasuki unit untuk mengurangi kemungkinan infeksi. Ruang Telur Ruang telur terletak di luar tempat penetasan di mana pembongkaran telur dilakukan dengan mudah dan lebih sedikit peluang untuk telur pecah. Di ruangan ini, beberapa tugas yang dilakukan, yaitu menilai telur, mengisolasi cangkang yang buruk, telur yang pecah atau retak dalam suhu 10 V. MANAJEMEN PAKAN Perbaikan pakan dalam peningkatan produktivitas (daging dan telur) ayam lokal dapat dilakukan melalui aplikasi teknologi formulasi pakan (penggunaan software), optimalisasi penggunaan sumber bahan pakan lokal, efisiensi aplikasi teknologi (Resnawati, 2010). Dalam aplikasi teknologi formulasi pakan, yang penting untuk diketahui, antara lain tingkat kebutuhan nutrien ayam lokal pada setiap fase umur, kandungan nutrien bahan pakan yang akan digunakan, batasan penggunaan bahan pakan dalam ransum. Kandungan nutrien protein dan energi sering menjadi nutrien yang digunakan sebagai patokan dalam penyusunan ransum untuk unggas, sehubungan bahwa kedua nutrien tersebut merupakan nutrien paling dominan serta pengaturannya bermakna pula sebagai upaya pengendalian efisiensi (Hidayat, 2012). Optimalisasi protein kasar dan energi metabolis dalam pakan dapat menurunkan harga pakan yang nilainya mencapai 70% dari total biaya produksi sehingga meningkatkan keuntungan peternak 10-20% (NRC, 1994). Protein merupakan senyawa biokimia kompleks yang terdiri dari polimer asam amino dengan ikatan-ikatan peptida. Setiap monomer asam amino mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan sebagian belerang. Terdapat 20 asam amino yang dibutuhkan tubuh. Sepuluh di antaranya dapat disintesis tubuh, sedangkan 10 asam amino lainnya merupakan asam amino esensial yang harus disediakan dari luar tubuh. Manfaat protein di dalam tubuh ternak adalah untuk mempertahankan hidup pokok dalam menjalankan fungsi sel-sel dan produktivitas seperti pertumbuhan otot, lemak, tulang, telur dan semen (Leeson dan Summers, 1991). Energi adalah kalori atau panas sebagai bahan bakar yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme dan fungsi-fungsi tubuh ternak. Energi ransum yang dimanfaatkan tubuh ayam berasal dari pencernaan (perombakan) pati (karbohidrat), lemak dan protein ransum (Iskandar, 2012). 20 VI. DAFTAR PUSTAKA Hasnelly Z, Iskandar S, and Sartika T. (2017). Qualitative and quantitative characteristic of SenSi-1 Agrinak chicken. JITV. Hidayat, C. (2012). Pengembangan produksi ayam lokal berbasis bahan pakan lokal. Wartazoa 22 (2): 85 – 98. Iskandar S. (2018). Petunjuk Teknis Produksi Ayam Lokal Pedaging Unggul (Program Pembibitan Tahun 2017). Pusat Penelitian Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Iskandar, S. (2006). Strategi pengembangan ayam lokal. Wartazoa 16 (4):190 – 197. Iskandar, S. (2011). Optimalisasi Protein dan Energi Ransum Untuk Meningkatkan Produksi Daging Ayam Lokal. (Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Pakan dan Nutrisi Ternak). Bogor, 19 Juli 2011. Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian. Hal. 52 Ismoyowati. (2017). Keragaman Genetik dan Konservasi Unggas Lokal. Prosiding Seminar Teknologi dan Agribisnis Peternakan V: Teknologi dan Agribisnis Peternakan untuk Mendukung Ketahanan Pangan, Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman 18 November 2017. Lambey L.J., Jecqueline C. M. Eoudia, Josephine L. P. Saerang, dan Fredy J. Nangoy. (2019). Pengaruh frekuensi pemutaran dan posisi telur pada keberhasilan penetasan telur ayam kampung (Gallus gallus Domesticus). Zootec Vol. 39 No. 2 : 444 – 450. Lee I. (2009). Animal Nutrition Handbook. Chiba. Leeson, S. and Summers J.D. (1991). Commercial Poultry Nutrition. University Books, Guelph, Ontario, Canada. 416. Made L. S., Syahrio T. dan Khaira N. (2017). Performa ayam KUB (kampung unggul balitnak) periode grower pada pemberian ransum dengan kadar protein kasar yang berbeda. Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan Vol. 1 (3):36 – 41. 26 Mandey J. S., Desben Kogoya, Rumokoy L. J., dan Regar M.N. (2019). Penambahan daun gedi (Abelmoschus Manihot (L) Medik) sebagai “additive” dalam air minum dan pengaruhnya terhadap performans ayam kampung super. Zootec Vol. 39 (1) : 82-92. Nataamijaya, A.G., Sinurat A.P., Habibie A., Yulianti, Nurdiani, Suhendar dan Subarna. (1992). Pengaruh penambahan kalsium terhadap anak ayam buras yang diberi ransum komersial dicampur dedak padi. Pros. Seminar Agro Industri Peternakan di Pedesaan. Bogor, 10 − 11 Agustus 1992. Puslitbang Peternakan, Bogor. 400 – 406. Nataamijaya. (2000). The native of chicken of Indonesia. Buletin Plasma Nutfah, 6 (1). Badan Litbang Pertanian. Nuraini, Hidayat Z., dan Puspito S. (2020). Performa ayam merawang dalam berbagai umur dengan tingkat pemberian bungkil inti sawit dalam ransum. Jurnal Peternakan Indonesia, Vol. 22 (1): 66-72 NRC. (1994). Nutrient Requirement for Poultry. National Research Council National Academic Press, Washington DC, USA. 163 p. Resnawati, H., Gozali A., Barchia I., Sinurat A. P., dan Antawidjaja T. (1998). Penggunaan Berbagai Tingkat Energi dalam Ransum Ayam Buras yang Dipelihara Secara Intensif. Laporan Penelitian Balai Penelitian Ternak, Bogor. Sartika T, Desmayati, Iskandar S, Resnawati H, Setioko AR, Sumanto, Sinurat AP, Isbandi, Tiesnamurti B, dan Romjali E. (2013). Ayam KUB-1. Jakarta (Indonesia): IAARD Press. Sinurat A.P. (1988). Produktifitas unggas pada suhu lingkungan yang panas. Prosiding Symposium II Meteorologi Pertanian. Bogor 27-28 Juli 1988. Perhimpi. 563-574. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. (2018). Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian RI. Sudaryani, T. dan Santoso H. (2001). Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Jakarta. Urfa, S., Indrijani H., dan Tanwiriah W. (2017). Model Kurva Pertumbuhan Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB) Umur 0-12 Minggu. Jurnal IlmuTernak, Vol.17, No. 1. 27