TUGAS BESAR
MANAJEMEN PROYEK
PROYEK TRANSBOYO
Disusun Oleh:
RETNO NINGSIH (1114040001)
AYU RAISA AZHAR (1114040005)
NUR ILMI RISKI W (1114040022)
AZIZZAH SETIA R (1114040025)
MANAJEMEN BISNIS MARITIM
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Surabaya merupakan kota besar yang lumayan padat penduduknya, dimana selalu bertambah setiap tahunnya.Permasalahan sistem transportasi dan kompleksitas lalu lintas yang sangat tinggi merupakan permasalahan yang dihadapi oleh Surabaya saat ini. Kemacetan hampir terjadi di setiap ruas jalan utama. Terbatasnya lahan tidak diimbangi oleh pertumbuhan jumlah kendaraan yang terus meningkat.Infrastruktur jalan di Surabaya saat ini didominasi oleh kendaraan pribadi.
Pergerakan penduduk Surabaya sangat dinamis guna menuju tempat aktivitas tiap harinya, dengan begitu bisa memenuhi segala ruas jalan terutama daerah A.Yani dan Kertajaya. Daerah tersebut adalah daerah rawan kemacetan.Kemacetan merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari apalagi pada saat jam kerja yaitu hari senin sampai dengan jum’at sekitar jam 7 pagi saat berangkat kerja dan sore hari saat pulang kerja. Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand) akibat aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya. Dalam kerangka makro-ekonomi, transportasi merupakan tulang punggung perekonomian nasional, regional, dan lokal, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Harus diingat bahwa sistem transportasi memiliki sifat sistem jaringan di mana kinerja pelayanan transportasi sangat dipengaruhi oleh integrasi dan keterpaduan jaringan.
Perkembangan teknologi di bidang transportasi dapat menuntut adanya perkembangan teknologi prasarana transportasi darat berupa jaringan jalan. Sistem transportasi darat yang berkembang semakin cepat menuntut perubahan tata jaringan jalan yang dapat menampung kebutuhan lalu lintas yang berkembang tersebut. Perkembangan tata jaringan jalan baru akan membutuhkan ketersediaan lahan yang lebih luas. Kebutuhan lahan yang sangat luas untuk sistem transportasi darat ini mempunyai pengaruh besar terhadap pola tata guna lahan, terutama di daerah perkotaan. Di sini masalah lingkungan perlu diperhatikan. Perubahan tata guna lahan akan berpengaruh terhadap kondisi fisik tanah, serta masalah sosial dan ekonomi.
Salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana angkutan umum. Angkutan umum tersebut yaitu bus yang bisa digunakan dalam alternatif tersebut. Fasilitas transportasi yang nyaman, cepat, murah dan aman merupakan impian bagi masyarakat Surabaya untuk bepergian jarak dekat yang kemudian disebut sebagai Transboyo.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah mengenai kinerja Tramsboyo ini adalah:
Apa itu proyek Tranboyo?
Bagaimana perencanaan, penjadwalan dan pengendalian proyek Transboyo?
Bagaimana penerapan metode PERT dan Crashing Project pada Proyek Transboyo?
Apa pengaruh manajemen lingkungan dan manajemen resiko pada Proyek Transboyo?
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan Tugas Besar ini adalah:
Untuk mengetahui tujuan diadakan proyek Transboyo
Untuk mengetahui perencanaan, penjadwalan dan pengendalian proyek Transboyo
Untuk mengetahui penerapan metode PERT dan Crashing Project pada proyek Transboyo
Untuk mengetahui pengaruh manajemen lingkungan dan manajemen risiko pada proyek Transboyo
Manfaat
Dengan adanya penulisan Tugas Besar ini diharapkan akan diperoleh beberapa manfaat, yaitu:
Meningkatkan kinerja sehingga dapat melakukan proyek pembangunan Transboyo secara nyata
Meningkatkan tingkat pelayanan Transboyo yaitu pelayann angkutan umum yang tepat waktu, terjadwal, terjangkau, aman dan nyaman kepada masyarakat pengguna.
Sebagai gambaran awal penerapan busway di kota-kota besar di Indonesia khususnya Surabaya dalam pengoprasian armada dan sebagai masukan yang bermanfaat bagi pengguna, operator dan pemerintah dalam peningkatan kualitas pelayanan trasportasi.
BAB 2
KAJIAN TEORI
Pengertian Manajemen Proyek
Manajemen proyek dapat didefinisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengaturan, kepemimpinan, dan pengendalian dari suatu proyek oleh para anggotanya dengan memanfaatkan sumber daya seoptimal mungkin untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Fungsi dasar manajemen proyek terdiri dari pengelolaan-pengelolaan lingkup kerja, waktu, biaya, dan mutu.Pengelolaan aspek-aspek tersebut dengan benar merupakan kunci keberhasilan dalam penyelenggaraan suatu proyek.
Dengan adanya manajemen proyek maka akan terlihat batasan mengenai tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari pihak-pihak yang terlibat dalam proyek baik langsung maupun tidak langsung, sehingga tidak akan terjadi adanya tugas dan tangung jawab yang dilakukan secara bersamaan (overlapping).
Apabila fungsi-fungsi manajemen proyek dapat direalisasikan dengan jelas dan terstruktur, maka tujuan akhir dari sebuah proyek akan mudah terwujud, yaitu:
Tepat Waktu
Tepat Kuantitas
Tepat Kualitas
Tepat Biaya sesuai dengan biaya rencana
Tidak adanya gejolak sosial dengan masyarakat sekitar
Tercapainya K3 dengan baik
Pelaksanaan proyek memerlukan koordinasi dan kerjasama antar organisasi secara solid dan terstruktur.Dan hal inilah yang menjadi kunci pokok agar tujuan akhir proyek dapat selesai sesuai dengan schedule yang telah direncanakan.
Terdapat 3 (tiga) garis besar untuk menciptakan berlangsungnya suatu proyek, diantaranya meliputi:
1. Perencanaan
Untuk mencapai sebuah tujuan, suatu proyek membutuhkan suatu perencanaan yang benar-bebar matang.Yaitu dengan meletakkan dasar dari tujuan dan sasaran dari suatu proyek sekaligus menyiapkan semua program teknis dan menyiapkan administrasi supaya dapat diimplementasikan.Tujuannya yaitu supaya memenuhi persyaratan spesifikasi yang ditentukan dalam batasan waktu, mutu, biaya maupun keselamatan kerja. Perencanaan suatu proyek dilakukan dengan cara studi kelayakan, rekayasa nilai, perencanaan area dari manajemen proyek (Seperti: waktu, biaya, mutu, kesehatan, lingkungan,keselamatan kerja, sumber daya, resiko dan sistem informasi).
2. Penjadwalan
Merupakan implementasi dari perencanaan yang bisa memberikan informasi mengenai jadwal rencana dan kemajuan proyek yang meliputi sumber daya (biaya, tenaga kerja, peralatan, dan material), durasi dan juga progres waktu untuk menyelesaikan proyek.Penjadwalan proyek yang mengikuti perkembangan proyek dengan berbagai macam permasalahannya.Proses monitoring dan juga updating selalu dilakukan untuk mendapatkan penjadwalan yang realistis supaya sesuai dengan tujuan proyek tersebut.Terdapat beberapa metode untuk mengelola penjadwalan proyek, diantaranya yaitu Kurva S (hanumm Curve), Barchart, Penjadwalan Linear (diagram Vektor), Network Planning serta waktu dan durasi kegiatanna.Jika terjadi penyimpangan terhadap rencana awal, maka dilakukanlah evaluasi dan tindakan koreksi supaya proyek tetap berada dijalur yang diharapkan.
3.Pengendalian Proyek
Pengendalian mempengaruhi hasil akhir dari suatu proyek.Tujuan utamanya yaitu untuk meminimalisasi segala penyimpangan yang mungkin terjadi selama berlangsungnya proyek.Tujuan dari pengendalian proyek ialah optimasi kinerja biaya, waktu, mutu dan juga keselamatan kerja harus memiliki kriteria sebagai tolak ukur. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses pengendalian ialah berupa pengawasan, pemeriksaan, dan juga koreksi yang dilakukan selama proses implementasi.
WBS ( Work Breakdown Structure ) dalam proyek
WBS adalah suatu metode pengorganisasian proyek menjadi struktur pelaporan hierarkis. WBS digunakan untuk melakukan Breakdown atau memecahkan tiap proses pekerjaan menjadi lebih detail. Hal ini dimaksudkan agar proses perencanaan proyek memiliki tingkat yang lebih baik.
WBS disusun bedasarkan dasar pembelajaran seluuuh dokumen proyek yang meliputi kontrak, gambar-gambar, dan spesifikasi. Proyek kemudian diuraikan menjadi bagian-bagian dengan mengikuti pola struktur dan hirarki tertentu menjadi item-item pekerjaan yang cukup terperinci, yang disebut sebagai Work Breakdown Structure.
Pada dasarnya WBS merupakan suatu daftar yang bersifat top down dan secara hirarkis menerangkan komponen-komponen yang harus dibangun dan pekerjaan yang berkaitan dengannya.
Model WBS memberikan beberapa keuntungan, antara lain :
Memberikan daftar pekerjaan yang harus diselesaikan
Memberikan dasar untuk mengestimasi, mengalokasikan sumber daya, menyusun jadwal, dan menghitung biaya.
Mendorong untuk mempertimbangkan secara lebih serius sebelum membangun suatu proyek .
Manfaat WBS :
Untuk mempercepat proses penyelesaian suatu proyek
Mengetahui pencapaian apa saja yang diinginkan suatu proyek
Dapat merencanakan proyek kedepannya
Namun terdapat manfaat utama dari WBS, yaitu sebagai berikut :
Analisa WBS yang melibatkan manajer fungsional dan personel yang lain dapat membantu meningkatkan akurasi dan kelangkapan pendefinisian proyek.
Menjadi dasar anggaran dan penjadwalan.
Menjadi alat control pelaksanaan proyek, karena panyyimpanan biaya dan jadwal paket kerja tertentu dapat dibandingkan dengan WBS.
Tujuan WBS :
Melengkapi komunikasi antar personal proyek
Menjaga konsistensi dalam pengendaliandan pelaporan proyek
Cara efektif untuk melengkapi tugas manajemen
Organization Analysis Table, OAT
Identifikasi organisasi pelaksana (Organization Breakdown Structure, OBS atau Organization Analysis Table, OAT). Rekayasa Sipil Volume V, Nomor 2, Oktober 2009 ISSN : 1858-3695 98 o Bagan yang menunjukkan pihak atau individu yang bertanggung jawab atas suatu pekerjaan, dan dapat melibatkan pihak atau individu dari luar. o Level tanggung jawab dari nama orang/badan yang terlibat sesuai dengan level manajemennya harus ditentukan lebih dahulu. o Secara konseptual berbeda dengan struktur organisasi perusahaan Organization Breakdown Structure Memuat nama-nama departemen dari satu atau beberapa perusahaan atau badan lain yang terlibat pada suatu proyek. Struktur organisasi perusahaan Memuat nama-nama departemen atau divisi yang bertanggung jawab untuk menjalankan suatu perusahaan.
ORGANIZING ANALYSIS TABLE (OAT)
Pekerjaan persiapan
Pekerjaan Arsitektur
Pekerjaan sipil
Pekerjaan mekanikal & elektrikal
Pengawasan dan inspeksi, tindakan koreksi
Pekerjaan jalur 3
Pekerjaan jalur 2
Pekerjaan jalur 1
Supervisor
MANAJER PROYEK
SITE MANAJER
PROYEK TRANSBOYO
DRAFT MANAJEMEN PROYEK
PEMBANGUNAN TRANSBOYO
Transboyo adalah fasilitas transportasi bus di Surabaya yang menghubungkan antara tepat wisata, kuliner, pendidikan, kesehatan dengan kenyamanan cukup baik dibuktikan dengan bus yang ber-AC, wifi, toilet dan tiba di tempat tujuan secara tepat waktu. Alasan pengadaan transboyo ini karena padatnya kendaraan di Kota Surabaya yang menyebabkan kemacetan serta tidak nyamannya kendaraan umum yang telah ada.
Berikut adalah rancangan pembangunan dalam transboyo seperti :
Pembebasan lahan untuk pembuatan rute transboyo
Pembangunan garasi atau tempat parkir bus transboyo
Pembangunan rute transboyo dalam lingkup Kota Surabaya
Pembangunan halte berdasarkan rute transboyo yang telah ditentukan
Pembangunan kantor administrasi Transboyo
Adapun tujuan dari rancangan pembangunan transboyo diatas adalah agar menjadikan transboyo sebagai transportasi primer jalur darat yang berada di Kota Surabaya.Disamping tujuan pembangunan berikut adalah visi misi dari transboyo.
Visi :
Transboyo sebagai angkutan umum yang mampu memberikan pelayanan public yang cepat, aman, nyaman, manusiawi, efisien, berbudaya dan bertaraf internasional.
Misi :
Menyediakan pelayanan yang lebih dapat diandalkan, berkualitas tinggi, berkeadilan dan berkesinambungan di Surabaya
Memberikan solusi jangka menengahdan jangka panjang terhadap permasalahan di sector angkutan umum
Memberikan solusi jangka menengah dan jangka panjang terhadap permasalahan di sector angkutan umum
Target Waktu Pembangunan Transboyo adalah dalam kurun waktu 3 Tahun.
Work Breakdown Structure (WBS)
Pekerjaan Persiapan :
Persiapan Material
Persiapan Sumber Daya Manusia
Estimasi Biaya
Perancangan Rute
Persiapan Halte
Penjadwalan Proyek
Pemesanan dan Pembelian Bus
Pekerjaan Arsitektur :
Penentuan Desain baik interior maupun eksterior bus
Perancangan desain halte
Perancangan kantor transboyo baik interior maupun eksterior
Pekerjaan Sipil :
Pembangunan jalur
Pembangunan tempat parkir Bus
Pembangunan halte bus
Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal :
Pemasangan listrik tanam dan lampu
Finishing :
Uji coba jalan, mengoperasikan bus dan penerapan Sistem Collecting Ticket.
TRANSBOYO
PROPOSAL PROYEK
Peninjauan dan Pemilihan Proyek
Nama Proyek : Transboyo
Originator Proyek : Tanggal : 31 Oktober 2015
Retno Ningsih (1114040001) Nomor Telepon :
Ayu Raisa Azhar (1114040005) 085736763346
Nur Ilmi Riski Wahyuni (1114040022)
Azizzah Setia Rahayu (1114040025)
Persetujuan Manajer Program : Tanggal Persetujuan :
Nama : Yessica Novrita Devi Tanda Tangan : Tanggal:
Permasalahan / Kebutuhan Bisnis :
Surabaya merupakan kota besar yang lumayan padat penduduknya, dimana selalu bertambah setiap tahunnya. Pergerakan penduduk surabaya sangat dinamis guna menuju tempat aktivitas tiap harinya, dengan begitu bisa memenuhi segala ruas jalan terutama daerah A.Yani dan Kertajaya. Daerah tersebut adalah daerah rawan kemacetan.Kemacetan merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari apalagi pada saat jam kerja yaitu hari senin sampai dengan jum’at sekitar jam 7 pagi pada saat berangkat kerja dan sore hari pada saat pulang kerja. Salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana angkutan umum. Angkutan umum tersebut yaitu bus yang bisa digunakan dalam alternatif tersebut. Fasilitas transportasi yang nyaman, cepat, murah dan aman merupakan impian bagi masyarakat surabaya untuk bepergian jarak dekat.
Tujuan Proyek atau Hubungan dengan Tujuan dan Strategi Organisasi :
Tujuan diselenggarakannya proyek pembangunan transboyo ini ialah agar meningkatkan jumlah perjalanan penumpang dengan menggunakan transportasi bus yang aman dan nyaman. Lalu menciptakan sistem transportasi dengan jalur yang terpisah dari lalu lintas umum untuk aksesibilitas. Kemudian menciptakan transportasi dengan pelayanan terjadwal. Selain itu transboyo juga meningkatkan pelayanan angkutan umum yang terintegrasi. Serta menerapkan sistem kolekting pendapatan tiket yang efektif.
Gagasan Solusi atau Pendekatan Proyek :
Untuk menanggulangi kemacetan yang ada di Surabaya maka diperlukan yang namanya transportasi yang cepat dan nyaman serta fasilitas yang memadai (AC, Wifi, toilet, kantin) yaitu Transboyo. Untuk pembuatan Transboyo tersebut ialah transportasi berupa bus yang memudahkan para penumpang untuk bepergian dengan jarak dekat dalam kota Surabaya dengan rincian tempat halte bus, tempat wisata, pusat kuliner, pusat pendidikan dan kesehatan.Bus ini mempunyai jalur tersendiri dimaksudkan sebagai solusi atas kemacetan di Kota Surabaya sehingga para penumpang dapat mempunyai waktu yang efektif dan efisien selama bepergian. Jalur tersebut mempunyai 3 bagian yakni jalur 1 dimulai dari kampus PPNS – kenjeran park – suramadu – wisata religi sunan ampel – perak – JMP – tugu pahlawan – pasar turi – PGS – Pasar atom – ITC – kapasan. Jalur berikutnya ialah jalur 2 dimulai dari kampus PPNS – STIKOM – Rungkut – Prapen – A Yani – Bungurasih. Jalur terakhir menghubungkan Panglima Sudirman – Kombespol M Duryat – Embong Malang – Bubutan – Pasar Turi – Indra Pura – Jalan Rajawali – JMP – Veteran – Tugu Pahlawan- Siola – Genteng – Tunjungan – Gubernur Suryo – Bambu Runcing kembali ke Panglima Sudirman.
Hal yang Diharapkan:
Dengan diadakannya Transboyo diharapkan :
Kemacetan dapat teratasi
Bepergian secara tepat waktu
Terhindar dari tindak kejahatan khususnya wanita dan anak-anak
TRANSBOYO
KASUS BISNIS
IDENTIFIKASI BROYEK
Nama Proyek : Transboyo
Tanggal : 31 Oktober 2015
Agensi : Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Telephone : 085736763346
Manajer Proyek :
Retno Ningsih (1114040001)
Ayu Raisa Ashar (1114040005)
Nur Ilmi Risky (1114040022)
Azizzah Setia Rahayu (1114040025)
INFORMASI KEUNTUNGAN DAN BIAYA
Keuntungan yang Didapat :
Dengan adanya Transboyo kemacetan bisa teratasi.
Masyarakat yang naik bus Transboyo bisa merasa nyaman dan aman.
ANGGARAN SUMBER DAYA
NO
URAIAN PEKERJAAN
VOLUME
HARGA SATUAN
JUMLAH
BOBOT
1
PEMBEBESAN LAHAN
48 km
Rp 10.000.000
Rp 48.000.000
0,088
2
PEMBUATAN JALUR 1
15 km
Rp 500.000.000
Rp 750.000.000
1,376
3
PEMBUATAN JALUR 2
20 km
Rp 500.000.000
Rp 100.000.000
0,184
4
PEMBUATAN JALUR 3
13 km
Rp 500.000.000
Rp 65.000.000
0,119
5
PEMBUATAN HALTE
62 m2
Rp 15.000.000
Rp 930.000.000
1,707
6
PEMBELIAN BUS
30 Armada
Rp 1.500.000.000
Rp 45.000.000.000
82,581
7
TEMPAT PARKIR
300 m2
Rp 25.000.000
Rp 7.500.000.000
13,763
8
PEMBUATAN KANTOR
12 m2
Rp7.000.000
Rp 84.000.000
0,154
9
UJI COBA
30 Armada
Rp500.000
Rp15.000.000
0,028
Rp 54.492.000.000
100
SUMBER-SUMBER DANA KHUSUS
Dana tersebut didapat dari bantuan Pemerinta Kota Surabaya dan menggunakan sponsor luar misal Bank BNI, Bank Mandiri, Bank Jatim, Bank BCA, PT Semen Indonesia.
RESIKO – RESIKO :
Perawatan bus yang sulit
Halte dirusak masyarakat yang tidak suka
JUSTIFIKASI:
Dengan adanya Transboyo ini dapat membantu kelancaran lalu lintas dan membantu kelancaran aktifitas masyarakat agar lebih efektif dan efisien serta membantu Polisi Pengurai Kemacetan dalam menjalankan tugasnya.
PERTIMBANGAN ATAU KOMENTAR TAMBAHAN:
Sistem ini banyak membutuhkan Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alam, waktu yang relatif lama dalam pekerjaannya serta dana yang cukup banyak.
ASUMSI:
Untuk pembuatan Transboyo diberi nilai 1 karena dibangun sesuai dengan Visi, Misi, dan tujuan yang ingin dicapai oleh Pemerintah Kota Surabaya yaitu teratasinya kemacetan.
Untuk risks diberi nilai -1 karena risk dari pembuatan Transboyo tidak dapat diprediksikan tergantung dari situasi dan kondisi yang ada.
Dan untuk cost / benefit diberi nilai 1 karena dalam pembuatan Transboyo estimasi biaya bisa diprediksikan.
No
Kegiatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
1
pembebasan lahan (persiapan)
2
pembuatan jalur 1
3
pembuatan jalur 2
4
pembuatan jalur 3
5
pembelian bus
6
pembuatan halte
7
pembuatan parkir bus
8
kantor manajemen trans boyo
9
uji coba
No
Kegiatan
Bobot
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Bobot kum
1
PEMBEBESAN LAHAN
0,088
100,
000
2
PEMBUATAN JALUR 1
1,376
88,
889
3
PEMBUATAN JALUR 2
0,184
77,
778
4
PEMBUATAN JALUR 3
0,119
66,
667
5
PEMBUATAN HALTE
1,707
55,
556
6
PEMBELIAN BUS
82,581
44,
444
7
TEMPAT PARKIR
13,763
33,
333
8
PEMBUATAN KANTOR
0,154
22,
222
9
UJI COBA
0,028
11,
111
Total
100%
Rencana
14,
079
14,
079
14,
079
14,
079
14,
079
14,
079
0,
102
0,
102
0,
102
0,
102
0,
102
0,
102
0,
091
0,
091
0,
091
0,
091
0,
091
0,
091
0,
071
0,
071
0,
071
0,
071
0,
071
0,
071
2,
294
2,
294
2,
294
2,
294
2,
294
2,
294
0,
051
0
,051
0,
051
0,
009
0,
009
0,
009
Rencana kum
14,
079
28,
157
42,
236
56,
315
70,
393
84,
472
84,
574
84,
675
84,
777
84,
879
84,
981
85,
082
85,
173
85,
264
85,
355
85,
446
85,
537
85,
628
85,
699
85,
770
85,
841
85,
913
85,
984
86,
055
88
,349
90,
643
92,
937
95,
230
97,
524
99,
818
99,
870
99,
921
99,
972
99,
982
99,
991
100,
000
Aktual
Akt. kum
Ket.
Pembebasan Lahan
0,015
0.015
Pembuatan Jalur 1
0,229
0.23
Pembuatan Jalur 2
0,031
0.03
Pembuatan Jalur 3
0,020
0.02
Pembuatan Halte
0,071
0.071
Pembelian bus
13,763
13763
Tempat parkir
2,294
2293
Pembuatan kantor
0,051
0.05
Uji coba
0,009
0.01
Lead
KURVA S
Data Analisis Network Planning
Kegiatan
Penjelasan
Durasi (bulan)
Predecessor
Jenis Keterkaitan
A
Pembebasan lahan
6
…
B
Prmbuatan jalur 1
12
A
6
C
Pembuatan jalur 2
12
B
6
D
Pembuatan jalur 3
12
C
6
E
Pembuatan halte
24
…
6
F
Pembelian Bus
6
…
1
G
Pembuatan tempat parkir
6
D,E,F
1
H
Pembuatan kantor
3
G
1
I
Uji coba
3
H
3
Analisis Durasi, Total Float dan Kegiatan Kritis
Kegiatan
Durasi (hari)
ES
EF
LF
LS
TF
A
6
0
6
6
0
0
B
12
6
18
18
6
0
C
12
12
24
24
12
0
D
12
18
30
30
18
0
E
24
0
24
30
6
24
F
6
0
6
30
24
24
G
6
30
36
36
30
0
H
3
36
39
39
36
0
I
3
39
42
42
39
0
Lead 6
DIAGRAM AON
6
618
A
Dur=6
B
Dur=12
E
Dur=24
F
Dur=6
C
Dur=12
D
Dur=12
G
Dur=6
H
Dur=3
I
Dur=3
0
24
30
30
24
0
Jalur kritis
0
0
0
018
12
24
18
30
30
18
Lead 6
24
12
6
24
18
18
Dur=0
Dummy Strart
0
0
0
0
0
0
0
0
0
618
1818
24
30
33
33
36
36
33
33
30
24
Lead 6
18
6
0
0
ESTIMASI WAKTU PADA METODE PERT
Item Pekerjaan
Simbol
Durasi optimis (A) (bulan)
Durasi yang paling Mungkin (M) (bulan)
Durasi pesimis (B) (bulan)
Pembebasan lahan
A
3
5
7
Pembuatan jalur 1
B
10
11
13
Pembuatan jalur 2
C
10
11
13
Pembuatan jalur 3
D
10
11
13
Pembuatan halte
E
20
23
25
Pembelian bus
F
3
5
7
Tempat parkir
G
3
5
7
Pembuatan kantor
H
1
2
4
Uji coba
I
1
2
4
Ket :
te = nilai waktu yang diharapkan
a = waktu optimis
b = waktu pesimis
m = waktu paling mungkin
Item Pekerjaan
Simbol
Nilai waktu yang di harapkan
Pembebasan lahan
A
5
Pembuatan jalur 1
B
11,2
Pembuatan jalur 2
C
11,2
Pembuatan jalur 3
D
11,2
Pembuatan halte
E
22,8
Pembelian bus
F
5
Tempat parkir
G
5
Pembuatan kantor
H
2,2
Uji coba
I
2,2
A
Dur=5
B
Dur=11,2
E
Dur=22,8
F
Dur=5
C
Dur=11,2
D
Dur=11,2
G
Dur=5
H
Dur=2,2
I
Dur=2,2
0
0
5
10.2
21.4
15,4
26,6
26,6
15.4
21,4
10.2
Lead 6
0
Jalur kritis
0
0
Lead 6
5
Dur=0
Dummy Strart
0
0
0
0
0
0
Lead 6
5
0
0
16.2
20,6
16,218
20,6
25,6
25,6
25,6
20,6
22.83
27,8
27,8
27,8
27,8
0
518
30
-2,2
-2,2
25,6
0
30
5
20,6
15,6
15,6
Dari hasil analisa penjadwalan dengan metode PERT dengan nilai te sebagai durasi yang digunakan dalam perhitungan, maka diketahui penyelesaian proyek (TE) selama 30 hari dan diperoler jalur kritis pada diagram jaringan kerja pada kegiatan A-B-C-D-G-H-I.
Berdasarkan lintasan kritis yang telah didapat dapat dihitung nilai deviasi standard dan nilai varians pada proyek tersebut dengan rumus :
Nilai Deviasi Standard :
Nilai Varians :
V(te) = S2
Nilai Standard dan nilai varians pada metode PERT
Item Pekerjaan
Simbol
a (bulan)
b (bulan)
S
V (te)
Pembebasan lahan
A
3
7
0,7
0,49
Pembuatan jalur 1
B
10
13
0,5
0,25
Pembuatan jalur 2
C
10
13
0,5
0,25
Pembuatan jalur 3
D
10
13
0,5
0,25
Tempat parkir
G
3
7
0,7
0,49
Pembuatan kantor
H
1
4
0,5
0,25
Uji coba
I
1
4
0,5
0,25
3,9
2,23
Dari tabel diatas dapat diketahui nilai total varians ( V(te) ) = 2,23 dan deviasi standar ( S ) = 3.9. Dari sifat kurva distribusi normal dimana 99,7 % area berada dalam interval (TE - 3S) dan (TE + 3S) maka besar rentang 3S adalah 3 x 3.9 = 11,7. Maka kurun waktu penyelesaian proyek adalah 30 ± 11,7 bulan. Perkiraan penyelesaian proyek paling cepat adalah 30 – 11,7 = 18,3 bulan ~ 19 bulan. Dan perkiraan penyelesaian proyek paling lambat adalah 30 + 11,7 = 41,7 bulan ~ 42 bulan. Target yang ingin dicapai adalah kurun waktu yang paling cepat, maka nilai T(d) = 19 bulan.
Kemungkinan/ketidakpastian mencapai target jadwal pada metode PERT dinyatakan dengan z.
= -2,8
Dengan menggunakan tabel distribusi normal komulatif dengan harga z = -2,82 maka diperoleh hasil 0,0024. Ini kemungkinan proyek untuk selesai dalam jangka watu 19bulan hanya sekitar 0,24%.
TARGET DAN KEMUNGKINAN PENYELESAIAN PROYEK
No
Target Penyelesaian
Deviasi Z
Distribusi Normal Komulatif
Probabilitas/kemungkinan Proyek Dapat Selesai
100%
1
19
-2,82
0,0024
0,24%
2
20
-2,56
0,0052
0,52%
3
21
-2,31
0,0104
1,04 %
4
22
-2,05
0,0202
2,02%
5
23
-1,80
0,0359
3,59%
6
24
-1,54
0,0618
6,18%
7
25
-1,28
0,1003
10,03%
8
26
-1,03
0,1515
15,15%
9
27
-0,77
0,2206
22,06%
10
28
-0,51
0,3050
30,5%
11
29
-0,26
0,3974
39,74%
12
30
0
0,5000
50%
13
31
0,26
0,6026
60,26%
14
32
0,51
0,6950
69,5%
15
33
0,77
0,7794
77,94%
16
34
1,03
0,8485
84,85%
17
35
1,28
0,8997
89,97%
18
36
1,54
0,9382
93,82%
19
37
1,80
0,9641
96,41%
20
38
2,05
0,9798
97,98%
21
39
2,31
0,9896
98,96%
22
40
2,56
0,9948
99,48%
23
41
2,82
0,9976
99,76%
24
42
3,08
0,9990
99,9%
Kesimpulan :
Kemungkinan proyek dapat diselesaiakan dalam waktu 19 bulan adalah 0.24 %.
Kemungkinan proyek dapat diselesaiakan dalam waktu 30 bulan adalah 50 %.
Kemungkinan proyek dapat diselesaiakan dalam waktu 42 bulan adalah 99.9 %.
CRASHING PROJECT
Aktivitas
Waktu Normal (Bulan)
Waktu Akselerasi (Bulan)
Biaya Normal (Rp)
Biaya Akselerasi (Rp)
A
6
3
480.000.000
520.800.000
B
12
9
750.000.000
805.000.000
C
12
9
1.000.000.000
1.500.000.000
D
12
9
650.000.000
780.000.000
E
24
20
930.000.000
1.000.000.000
F
6
3
45.000.000.000
50.000.000.000
G
6
2
7.500.000.000
9.500.400.000
H
3
1
84.000.000
92.000.000
I
3
1
15.000.000
20.000.000
56.409.000.000
64.218.200.000
6
Diagram Jaringan
A
Dur=6
B
Dur=12
E
Dur=24
F
Dur=6
C
Dur=12
D
Dur=12
G
Dur=6
H
Dur=3
I
Dur=3
0
Lead 6
Lead 6
0
0
018
618
12
24
18
30
30
18
24
12
0
0
Lead 6
Dur=0
Dummy Strart
0
0
0
0
0
0
0
0
18
18
0
618
1818
24
24
24
30
33
33
33
36
30
36
33
33
30
24
6
24
18
6
0
0
Total Waktu Akselerasi, Total Biaya Akselerasi, dan Biaya Akselerasi Per Unit Waktu
Aktivitas
Total Waktu Akselerasi (Bulan)
Total Biaya Akselerasi (Rp)
Biaya Akselerasi per Bulan (Rp)
A
3
40.800.000
13.600.000
B
3
55.000.000
18.333.333
C
3
500.000.000
166.666.667
D
3
130.000.000
43.333.333
E
4
70.000.000
17.500.000
F
3
5.000.000.000
1.666.666.667
G
4
2.000.400.000
500.100.000
H
2
8.000.000
4.000.000
I
2
5.000.000
2.500.000
27
7.809.200.000
2.432.700.000
30
18
Garis Edar Kritis Dan Lama Waktu Proyek
Jalur kritis
A
Dur=6
B
Dur=12
E
Dur=24
F
Dur=6
C
Dur=12
D
Dur=12
G
Dur=6
H
Dur=3
I
Dur=3
0
Lead 6
Lead 6
6
0
0
018
618
12
24
18
30
24
12
0
Lead 6
Dur=0
Dummy Strart
0
0
0
0
0
0
0
0
0
18
18
0
618
1818
24
24
24
30
33
33
33
36
30
36
33
33
30
24
6
24
18
6
0
0
Dari diagram tersebut diketahui bahwa memiliki dua jalur kritis yaitu A-B-C-D-G-H-I dan E-G-H-I dengan lama waktu proyek adalah 36 bulan. Karena memiliki dua jalur kritis dan yang memiliki biaya akselerasi yang rendah adalah A-B-C-D-G-H-I makan memilih jalur kritis A-B-C-D-G-H-I untuk dilakukan percepatan.
Hasil Perhitungan Akselerasi Garis Edar Kritis
Aktivitas
Total Waktu Akselerasi (Bulan)
Total Biaya Akselerasi (Rp)
Biaya Akselerasi per Bulan (Rp)
A
3
40.800.000
13.600.000
B
3
55.000.000
18.333.333
C
3
500.000.000
166.666.667
D
3
130.000.000
43.333.333
G
4
2.000.400.000
500.100.000
H
2
8.000.000
4.000.000
I
2
5.000.000
2.500.000
19
2.739.200.000
751.033.333
Karena I memiliki biaya akselerasi paling rendah maka dilakukan crashing pada aktivitas tersebut dengan perhitungan sebagai berikut :
Dengan biaya akslerasi per unit waktu sebesar Rp 2.500.000, sehingga merupakan aktivitas dengan biaya paling minimal.
Dipercepat dengan total waktu 2 bulan, sehingga:
Waktu aktivitas setelah akselerasi
= Waktu normal – Waktu Akselerasi digunakan
= 3– 2
= 1bulan
Lama waktu proyek setelah akselerasi
= Waktu proyek awal – Waktu Akselerasi Digunakan
= 36 – 2
= 34 bulan
Biaya tambahan setelah akselerasi
=Biaya akselerasi per minggu x Waktu Akselerasi Digunakan
= Rp 2.500.000x2
= Rp.5.000.000
Diagram baru setelah dilakukan crashing
Lead 6
Jalur kritis
0
0
0
018
6
12
24
185
30
30
18
Lead 6
24
12
6
A
Dur=6
B
Dur=12
E
Dur=24
F
Dur=6
C
Dur=12
D
Dur=12
G
Dur=6
H
Dur=3
I
Dur=1
0
Dur=0
Dummy Strart
0
0
0
0
0
0
0
0
0
18
18
0
6
1818
24
24
24
30
30
33
33
34
30
34
33
33
30
24
6
24
Lead 6
18
6
0
0
`Karena crashing yang telah dilakukan belum memenuhiwaktu yang diinginkan maka dilakukan crashing ulang pada aktivitas tersebut.Dan karena aktivitas H memiliki biaya akselerasi paling minimum maka dilakukan akselerasi pada aktivitas tersebut. Dengan rincian perhitungan sebagai berikut :
Aktivitas H memiliki biaya akselerasi per minggu minimum, sehingga akan dilakukan crash pada aktivitas tersebut setelah aktifitas I.
Biaya akselerasi per unit waktu sebesar Rp 4.000.000, sehingga merupakan aktivitas ke-2 dengan biaya paling minimum.
Dipercepat dengan total waktu 2 bulan, sehingga:
Waktu aktivitas setelah akselerasi
= Waktu normal – Waktu Akselerasi Digunakan
= 3 bulan – 2 bulan = 1 bulan
Lama waktu proyek setelah akselerasi
= Waktu proyek awal – Waktu Akselerasi Digunaka
= 34bulan – 2 bulan = 32bulan
Biaya tambahan setelah akselerasi
= Biaya akselerasi per bulan xWaktu Akselerasi Digunakan
= Rp 4.000.000x2
= 8.000.000
Diagram baru setelah dilakukan crashing
Lead 6
Jalur kritis
0
0
0
018
6
12
24
185
30
30
18
Lead 6
24
12
6
A
Dur=6
B
Dur=12
E
Dur=24
F
Dur=6
C
Dur=12
D
Dur=12
G
Dur=6
H
Dur=1
I
Dur=1
0
Dur=0
Dummy Strart
0
0
0
0
0
0
0
0
0
18
18
0
6
1818
24
24
24
30
30
31
31
32
30
32
31
31
30
24
6
24
Lead 6
18
6
0
0
Karena crashing kedua masih belum memenuhi waktu yang diinginkan maka perlu dilakukan crashing lagi, yaitu percepatan pada aktivitas A. Dengan rincian perhitungan sebagai berikut :
Dengan biaya akselerasi per unit waktu sebesar Rp 13.600.000, sehingga merupakan aktivitas ke-3 dengan biaya paling minimal.
Dapat dipercepat dengan total waktu 3 bulan, sehingga:
Waktu aktivitas setelah akselerasi
= Waktu normal – Waktu Akselerasi Digunakan
= 6 – 3 = 3 bulan
Lama waktu proyek setelah akselerasi
= Waktu proyek awal – Waktu Akselerasi Digunakan
= 32 – 3 = 29 bulan
Jika waktu akselerasi A digunakan secara maksimal (3 bulan), maka lama waktu proyek menjadi 29 bulan, lebih cepat dari waktu proyek yang diharapkan yaitu 30 bulan. Berarti waktu akselerasi dapat dikurangi (tidak digunakan secara maksimal).
Jika aktivitas A dipercepat hanya 2 bulan, maka :
Waktu aktivitas setelah akselerasi
= Waktu normal – Waktu Akselerasi Digunakan
= 6 – 2 = 4 bulan
Lama waktu proyek setelah akselerasi
= Waktu proyek awal – Waktu Akselerasi Digunakan
= 32 – 2 = 30 bulan (sesuai dengan waktu yang diharapkan)
Biaya tambahan setelah akselerasi
= Biaya akselerasi per minggu x Waktu Akselerasi Digunakan
= Rp 13.600.000 x 2
= Rp 27.200.000
Diagram baru setelah dilakukan crashing
Lead 6
Jalur kritis
0
0
0
018
4
10
22
165
28
28
16
Lead 6
22
10
4
A
Dur=4
B
Dur=12
E
Dur=24
F
Dur=6
C
Dur=12
D
Dur=12
G
Dur=6
H
Dur=1
I
Dur=1
0
Dur=0
Dummy Strart
0
0
0
0
0
0
0
0
-2
16
16
-2
4
1618
22
22
22
28
28
29
29
30
28
30
29
29
28
22
62
24
Lead 6
16
4
0
0
Waktu Aktivitas Setelah Crash
Kejadian
Waktu Normal
Waktu Akselerasi Yang Digunakan
Waktu Sekarang
I
3
2
1
H
3
2
1
A
6
2
4
Waktu Proyek Setelah Crash(Waktu proyek Awal = 36 bulan)
Kejadian
Waktu Akselerasi Yang Digunakan
Waktu Proyek Setelah Akselerasi
I
2
34
H
2
32
A
2
30
Biaya Tambahan Setelah Crash Manjadi 30 Minggu
Kejadian
Waktu Akselerasi Yang Digunakan (Bulan)
Biaya Akselerasi per Bulan (Rp)
Jumlah Biaya Akselerasi (Rp)
I
2
2.500.000
5.000.000
H
2
4.000.000
8.000.000
A
2
13.600.000
27.200.000
Total Biaya Tambahan Setelah Akselerasi
40.200.000
Total biaya tambahan untuk mempercepat waktu menjadi 30 bulan adalah sebesar Rp40.200.000
Manajemen Risiko Proyek Transboyo