PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP MOTIVASI
KERJA KARYAWAN
“Studi Kasus di Pondok Pesantren Moderen Islam Assalam Kota Surakarta”
ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Studi Manajemen
Pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun oleh :
NILA TANIA
B 100 090 129
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini telah membaca Artikel Publikasi Ilmiah dengan
judul:
“PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP MOTIVASI KERJA
KARYAWAN” Studi Kasus PPMI Assalam Kota Surakarta”
Yang dipersiapkan dan disusun Oleh :
Nama
: NILA TANIA
NIM
: B 100 090 129
Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Jurusan Manjamen Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pada tanggal 14 Juni 2013
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.
Surakarta, 14 Juni 2013
PembimbingUtama,
Lukman Hakim, SE, M.Si
2
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP MOTIVASI
KERJA KARYAWAN
“Studi Kasus di Pondok Pesantren Moderen Islam Assalam Kota Surakarta”
Oleh:
Nila Tania
ABSTRACT
This study aims to mangetahui variables that influence employee motivation
in boarding school consisting Assalam basis for taking risks and innovation, the
attention to detail the organization, results orientation, human orientation, team
orientation, trait aggressiveness, stability. Based on the results of the study are
expected to be used as input in the face boarding school in terms of identifying the
organizational culture in motivating employees Assalam boarding school.
Testing this hypothesis using multiple linear regression analysis with the t
test, F test and the coefficient of determination (R 2). The population in this study
is part of employees boarding school Assalam, which totaled 70. The sampling
technique used is to use the census method, so that the study sample was 70
boarding school Assalam employees.
Based on the survey results revealed that organizational culture is composed
of innovation and risk-taking, the attention to detail the organization, results
orientation, members of the organization, team orientation, aggressiveness,
stability jointly influence on employee motivation in boarding school Assalam, it
is evident from the results of analysis of the obtained value of F test Fvalue of
35.108 > 2.17 with a probability of 0.000 <0, 05. The calculations show that the
attention to detail the organization has a beta value of 0.858 koefieisen greater
when compared to other variables. This suggests that the attention to detail the
organization is the most dominant factors influence employee motivation in
boarding school Assalam.
Keywords: organizational culture, employee motivation.
PENDAHULUAN
Dalam suatu organisasi diperlukan keahlian dari seorang pemimpin dalam
memotivasi bawahannya karena dialah sebagai motor penggerak terhadap
manusia juga alat- alat, sumber keuangan dan materi. Maka dalam menggerakkan
atau memotivasi bawahannya hanya seorang pemimpin harus selalu berusaha
supaya bawahannya bersedia dan giat bekerja dengan penuh semangat dan ikhlas
tanpa adanya suatu perasaan terpaksa dalam menjalankan pekerjaanya.
Budaya organisasi memiliki sejumlah peranan fungsi dalam organisasi,
antara lain: (1) berperan sebagai penentu batas- batas, artinya kultur menciptakan
1
perbedaan atau distingsi antara satu organisasi dengan organisasi lainnya, (2)
memuat rasa identitas anggota organisasi, (3) budaya memfasilitasi lahirnya
komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar daripada kepentingan individu, (4)
budaya meningkatkan stabilitas sistem sosial. Kultur merupakan predikat sosial
yang membantu menyatukan organisasi dengan cara menyediakan standar
mengenai apa yang sebaiknya dikatakan dan di lakukan karyawan, dan terakhir
budaya bertindak sebagai mekanisme serta kendali yang menuntun dan
membentuk sikap dan perilaku karyawan.
Budaya organisai dapat membantu kerja karyawan, karena menciptakan
suatu tingkat motivasi yang luar biasa bagi karyawan untuk memberikan
kemampuan terbaiknya dalam memanfaatkan kesempatan yang di berikan oleh
organisasinya. Nilai- nilai yang dianut bersama membuat karyawan merasa
nyaman bekerja, memiliki komitmen dan kesetiaan serta membuat karyawan
berusaha lebih keras, meningkatkan kerja dan kepuasan kerja karyawan, serta
mempertahankan keunggulan kompetitif.
Dalam rangka mewujudkan budaya organisasi yang cocok di terapkan
pada sebuah organisasi, maka diperlukan adanya dukungan dan partisipasi dari
semua anggota yang ada dalam lingkup organisasi tersebut. Para karyawan
membentuk persepsi keseluruhan bersarkan karekteristik budaya organisasi yang
antara lain meliputi : inovasi, kemantapan, kepedulian, organisasi hasil, perilaku
pemimpin, orientasi tim, karekteristik tersebut dalam sebuah organisasi atau
perusahaan mereka.
Budaya organisi adalah suatu wujud anggapan yang di miliki, diterima
secara implicit oleh kelompok dan menentukan bagaimana kelompok tersebut
rasakan, pikirkan dan bereaksi terhadap lingkungannya yang beraneka ragam.
Budaya merefleksikan nilai- nilai dan keyakinan yang dimiliki oleh anggota
organisasi. Nilai- nilai tersebut cenderung berlangsung dalam waktu lama dan
lebih tahan terhadap perubahan. Tujuan penerapan budaya organisasi adalah agar
seluruh individu dalam perusahaan atau organisasi mematuhi dan berpedoman
pada sistem nilai keyakinan dan norma- norma yang berlaku dalam perusahaan
atau organisasi tersebut.
2
Dalam kehidupan masyarakkat sehari- hari tidak terlepas dari ikatan
budaya yang diciptakan. Ikatan budaya yang tercipta oleh masyarakat yang
bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya
membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan
bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok
masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman
berperilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti
terbentuk dalam organisasi dan dapat pula di rasakan manfaatnya dalam memberi
kontribusi bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan.
Memotifasi para karyawan dengan memberikan umpan balik tentang
bagaimana cara mereka bekerja. Memberikan dukungan pembuatan keputusan
bagi pimpinan yang berhubungan dengan peningkatan, pemindahan dan
pemecahan. Beberapa masalah nyata dari sistem penilaian kinerja sehingga belum
berjalan sebagaimana mestinya berkaitan dengan : kurangnya kesepakatan tentang
aspek- aspek kinerja yang akan diukur, tidak realistisnya harapan yang diukur
menjadi tujuan dan dapat dihitung dan kegagalan menggunakan hasil penilaian
sebagai dasar penting pembuatan keputusan bagi pengembangan sumber daya
manusia.
Dari kenyataan tersebut diatas, maka pemberian motivasi dikatakan
penting, karena pimpinan atau manajer itu tidak sama dengan karyawan, karena
seorang pimpinan tidak dapat melakukan pekerjaan sendiri. Keberhasilan
organisasi sangat ditentukan oleh hasil kerja yang dilakukan orang lain (bawahan).
Untuk melaksanakan tugas sebagai seorang manajer ia harus membagi- bagi tugas
dan pekerjaan tersebut kepada seluruh pegawai yang ada dalam unit kerjanya
sesuai dengan hierarki. Seorang pimpinan harus mampu menciptakan suasana
yang kondusif, memberikan cukup perhatian, memberikan penghargaan terhadap
prestasi kerja, menjalin komunikasi yang baik dengan seluruh karyawan.
Untuk menciptakan kondisi demikian, diperlukan adanya usaha- usaha
untuk meningkatkan kualitas dan kepuasan kerja bagi setiap karyawan. Ini di
mungkinkan bila terwujudnya peningkatan motivasi kerja karyawan secara
3
optimal. Sebab sebagaimanapun juga tujuan organisasi atau perusahaan, salah
satunya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan karyawan.
Salah satu masalah nasional yang dihadapi oleh bangsa ini adalah
penanganan terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia. Jumlah sumber
daya manusia yang besar apabila dapat didayagunakan secara efektif dan efisien
akan bermanfaat untuk menunjang gerak lajunya pembangunan nasional yang
berkelanjutan. Melimpahnya sumber daya manusia yang ada saat
ini
mengharuskan berfikir secara seksama yaitu bagaimana dapat memanfaakan
sumber daya manusia secara optimal. Agar di masyarakat tersedia sumber daya
manusia yang handal diperlukan pendidikan pyang berkualitas, penyediaan
sebagai fasilitas sosial, lapangan pekerjaan yang memadai. Kelemahan dalam
penyediaan berbagai fasilitas tersebut akan menyebabkan keresahan sosial yang
akan berdampak kepada keaamanan masyarakat. Saat ini kemampuan sumber
daya manusia masih rendah baik dilihat dari kemampuan intelektualnya maupun
keterampilan teknis yang dimilikinya. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan
penelitian dengan tujuan mangetahui variabel yang mempengaruhi motivasi kerja
karyawan di pondok pesantren Assalam yang terdiri inovasi dan pengambila
resiko (innovation dan risk taking), perhatian terhadap detail organisasi (attention
to detail), hasil orientasi (out come orientation), orientasi manusia (people
orientation), tim orientasi (Team orientation), sifat agresif (aggressiveness),
stabilitas (stability).
TINJAUAN PUSTAKA
A. Budaya Organisasi
Budaya telah menjadi konsep penting dalam masyarakat dan kelompok
manusia untuk waktu yang lama. Scein, yang dikutip oleh Tika (2006 : 3)
mendefinisikan budaya adalah suatu
pola asumsi dasar yang diciptakan,
ditemukan atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran
untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan intregasi internal yang resmi
dan terlaksana dengan baik dan oleh karena itu diajarkan oleh anggota-
4
anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan dan
merasakan terkait dengan masalah- masalah tersebut.
Lebih lanjut Robbins (2006), mengatakan perubahan budaya dapat
dilakukan dengan : (1) menjadikan perilaku manajemen sebagai model, (2)
menciptakan sejarah baru, simbol dan kebiasaan serta keyakinan sesuai
budaya yang diingkan, (3) menyeleksi, mempromosikan dan mendukung
pegawai, (4) menentukan kembali proses sosialisasi untuk nilai- nilai baru, (5)
mengubah sistem penghargaan dengan nilai- nilai baru, (6) menggantikan
norma yang tidak tertulis dengan aturan formal atau tertulis, (7) mengacak sub
budaya melalui rotasi jabatan, dan (8) meningkatkan keja sama kelompok.
Budaya
organisasi
berkaitan
dengan
konteks
perkembangan
organisasinya, artinya budaya berakar pada sejarah organisasi, diyakini
bersama- sama dan tidak mudah dimanipulasi secara langsung (Schenieder,
1996, dalam Suhartono Cahyono 2005). Menurut Stoner dalam Waridin &
Masrukin (2006), budaya (cultur) merupakan gabungan kompleks dari asumsi,
tingkah laku, cerita, mitos, metafora dan berbagai ide lain yang menjadi satu
untuk menentukan apa arti menjadi anggota masyarakat tertentu. Budaya
organisasi atau corporate culture sering diartikan sebagai nilai- nilai, simbolsimbol yang dimengerti dan dipatuhi bersama, yang dimiliki suatu organisasi
sehingga anggota organisasi merasa satu keluaga dan menciptkan suatu
kondisi anggota organisasi tersebut merasa berbeda dengan organisasi
lainnnya.
B. Motivasi Kerja
Berbagai usaha yang dilakukan oleh manusia tentunya untuk
memenuhi keinginan dan kebutuhannya, namun agar keinginan dan
kebutuhannya dapat terpenuhi tidaklah mudah didapatkan apabila tanpa usaha
yang maksimal. Mengingat kebutuhan orang yang satu dengan lainnya
berbeda- beda tentunya cara untuk memperolehnya akan berbeda pula. Dalam
memenuhi kebutuhannya seseorang akan berperilaku sesuai dengan dorongan
yang dimiliki dan apa yang mendasari perilakunya, untuk itu dapat dikatakan
5
bahwa dalam diri seseorang ada kekuatan yang mengarah kepada tindakannya.
Teori merupakan konsep yang bersifat memberikan penjelasan tentang
kebutuhan dan keinginan seseorang serta menunjukkan arah tindakannya.
Motivasi harus dilakukan pemimpin membagi pekerjaan bawahannya,
karena pemimpin membagi pekerjaan kepada bawahannya untuk dikerjakan
dengan baik, ada bawahan yang mampu untuk mengerjakan pekerjaannya,
tetapi yang bersangkutan malas mengerjakannya. Untuk memelihara atau
meningkatkan kegairahan kerja bawahan dan menyelesaikan tugas- tugasnya
untuk memberikan penghargaan kerja kepada bawahannya.
Motivasi merupakan gambaran dari dorongan- dorongan yang ada
pada tiap- tiap indifidu pegawai untuk berprestasi sesuai dengan tingkatan
kemampuan masing- masing (Etykawati, 2003: 89). Motivasi diartikan
sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan indifidu
untuk melakukan kegiatan- kegiatan tertentu guna mencapai tujuan tertentu (
Handoko, 2003 : 252).
Berdasarkan hasil penelitian McClelland, Edard Murray, Miller dan
Gordon W, 2002), menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara
motivasi berprestasi dan pencapaian prestasi. Artinya manajer yang
mempunyai motivasi berprestasi tinggi cenderung memiliki prestasi kerja
yang tinggi, dan sebaliknya jika mereka yang prestasi kerjanya rendah
dimungkinkan karena motivasi berprestasi yang rendah (Anwar P.M., 2004).
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuan- satuan atau
indifidu-indifidu) yang karekteristiknya hendak diduga (Djawanto dan Subagyo,
2005: 93). Dalam penelitian ini populasi yang dimaksud adalah seluruh
karyaawan Pondok. Pesantren Assalam, yang berjumlah 50.
Sampel yang diteliti sebanyak 50 responden yang diambil dari seluruh
karyawan Pondok Pesantren Assalam. Hal ini berdasarkan pendapat dari Arikonto
6
(2002), apabila subyek kurang dari 100 diambil semua, sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Jadi pada penelitian kali ini merupakan penelitian
kali ini merupakan penelitian populasi karena subjek yang diambil seluruh
karyawan yang berjumlah 50 orang.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan
metode sensus. Dalam metode sensus anggota populasi memiliki kesempatan
yang sama untuk menjadi anggota sampel. Sensus adalah metode pengambilan
sampel distratifikasikan secara proposional, namun tidak di pilih secara acak
melainkan secara keseluruhan dari jumlah populasi, yaitu seluruh karyawan
Pondok Pesantren Assalam yang berjumlah 50 orang.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan teknik- teknik
analisis data dengan statistik yang berupa Analisis Regresi Berganda. Analisis
Regresi untuk mengetahui berpa kuat pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
Rumus yang digunakan adalah:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + b7 X7 + E
Keterangan :
Y
= Motivasi
a
= Konstanta
b
= Koefisien Regresi
X1
= Inovasi dan pengambilan resiki
X2
= Perhatian terhadap detail organisasi
X3
= Hasil Orientasi
X4
= Anggota Organisasi
X5
= Tim Organisasi
X6
= Sifat Agresif
X7
= Stabilitas atau kemantapan
e
= Error Disturbance
7
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis regresi berganda bertujuan mengetahui pengaruh budaya
organisasi terhadap motivasi kerja karyawan di Pondok Pesantren Assalam.
Adapun berdasarkan perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1
Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda
Variabel
Coefficient
(Constant)
-3,886
Inovasi
-1,455
Perhatian Detail
2,496
Hasil Orientasi
0,977
Orientasi Manusia
1,261
Tim Orientasi
0,657
Sifat Agresif
-1,664
Stabilitas
0,427
2
R
= 0,799
Fhitung = 35,108
Ftabel = 2,17
ttabel = 1,999
Sumber: data primer diolah 2013
Beta
-0,717
0,858
0,470
0,455
0,276
-0,599
0,188
thitung
-1,213
-3,986
8,633
3,250
3,849
2,323
-4,711
2,103
P
0,230
0,000
0,000
0,002
0,000
0,023
0,000
0,040
1. Inovasi dan Pengambilan Resiko
Berdasarkan tabel 1 hasil pengolahan data untuk variabel inovasi
dan pengambilan risiko diperoleh nilai t hitung sebesar -3,986. Oleh karena
nilai thitung lebih kecil dari -ttabel (-3,986<-1,999) dengan probabilitas
0,000< 0,05; maka Ha diterima, yang berarti bahwa inovasi dan
pengambilan resiko berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja
karyawan Pondok Pesantren Assalam.
Penemuan hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil
penemuan terdahulu (Ivan Adi Kurniawan, 2013), hal ini disebabkan para
karyawan di PPMI Assalam Surakarta mengembangkan ide atau gagasan
dalam proses pekerjaan. Mereka bekerja lebih berorientasi pada pedoman
rutin atau ketertiban dalam bekerja.
8
Inovasi dan keberanian mengambil risiko (Inovation and risk
taking), adalah sejauh mana organisasi mendorong para karyawan bersikap
inovatif dan berani mengambil resiko. Selain itu bagaimana organisasi
menghargai
tindakan
pengambilan
risiko
oleh
karyawan
dan
membangkitkan ide karyawan.
Kepemimpinan berperan dalam memperkuat dan mengubah budaya
organisasi. Oleh karena pertama, pendiri dan pemimpin menjadi teladan
dalam menjaga budaya organisasi, kedua sistem reward atau pemberian
penghargaan disesuaikan dengan nilai- nilai budaya organisasi. Dengan
demikian setiap anggota organisasi mengetahui dengan jelas perilaku yang
mendatangkan penghargaan. Ketiga, artefaknya sesuai atau sejalan dengan
kemajuan budaya yang berlaku dimasyarakat. Contohnya, dulu pengelola
rumah sakit arogan, mereka beranggapan pasien membutuhkan rumah
sakit, pada masa sekarang ketika persaingan ketat, pandangan berubah
yaitu rumah sakit membutuhkan pasien. Keempat, proses seleksi dan
sosialisasi mengacu pada kebutuhan organisasi. Calon pekerja yang dipilih
adalah mereka yang memiliki nilai- nilai sejauh yang sejalan dengan
budaya organisasi (McShane dan Von Glinow, 2008 : 472).
2. Perhatian terhadap Detail Organisasi
Berdasarkan tabel 1 hasil pengolahan data untuk variabel perhatian
terhadap detail organisasi diperoleh nilai t hitung sebesar 8,633. Oleh karena
nilai thitung lebih besar dari t tabel (8,633>1,999) dengan probabilitas 0,000 <
0,05; maka Ha diterima, yang berarti bahwa perhatian terhadap detail
organisasi berpengaruh signifikan terhadap motivasi keruh yang signifikan
dengan jawaban karyawan Pondok Pesantren Assalam.
Hasil analisis perhatian terhadap detail mempunyai pengaruh yang
bermakna terhadap motivasi kerja karyawan. Penemuan hasil penelitian ini
mendukung penelitian terdahulu yang di lakukan oleh (Hakim, 2011) hal
ini disebabkan bahwa dalam bekerja karyawan di PPMI Assalam Surakarta
membuktikan peraturan kerja, ketelitian kerja, perencanaan kerja serta cara
kerja dengan baik sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan.
9
Penelitian ini juga mendukung teori (Robbin, 2006) yang menyatakan
bahwa Perhatian terhadap detil (Attention to detail), adalah sejauh mana
organisasi mengharapkan karyawan memperlihatkan kecermatan, analisis
dan perhatian kepada rincian.
Budaya organisasi merupakan suatu kesepakatan bersama para
anggota dalam suatu organisasi atau perusahaan sehingga mempermudah
lahirnya kesepakatan yang lebih luas untuk kepentingan perorangan.
Keutamaan budaya organisasi merupakan pengendali dan arah dalam
membentuk sikap dan perilaku manusia yang melibatkan diri dalam suatu
kegiatan organisasi. Secara individu maupun kelompok seseorang tidak
akan terlepas dengan budaya organisasi dan pada umumnya mereka akan
dipengaruhi oleh keanekaragaman sumber- sumber daya yang ada sebagai
stimulasi seseorang bertindak.
3. Hasil Orientasi
Berdasarkan tabel 1 hasil pengolahan data untuk variabel hasil
orientasi diperoleh nilai t hitung sebesar 3,250. Oleh karena nilai t hitung lebih
besar dari ttabel (3,250<1,999) dengan probabilitas 0,002< 0,05; maka Ha
diterima, yang berarti bahwa hasil orientasi berpengaruh signifikan
terhadap motivasi kerja karyawan Pondok Pesantren Assalam.
Penemuan hasil penelitian ini konsisten dengan teori (Robbin, 2006)
yang mengemukakan bahwa pada suatu lembaga manajemen memusatkan
perhatian pada hasil, bukannya teknik dan proses yang digunakan untuk
mencapai hasil yang diinginkan. Dalam penelitian ini membuktikan
karyawan di PPMI Assalam Surakarta mempunyai motivasi peningkatan
hasil kerja atau kemampuan memenuhi target, dukungan lembaga dalam
fasilitas kerja sehingga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
motivasi kerja karyawan.
Berorientasi kepada hasil (Outcome orientation), adalah sejauh
mana manajemen memusatkan perhatian pada hasil dibandingkan
perhatian pada teknik dan proses yang digunakan untuk meraih hasil
tersebut.
10
Robbin (2007: 62) menyatakan bahwa budaya itu adalah sistem
makna dan keyakinan bersama yang dianut oleh para anggota organisasi
yang menentukan, sebagian besar cara mereka berindak satu terhadap yang
lain dan terhadap orang luar. Sedangkan Sutrisno (2010: 2) mendefinisikan
budaya organisasi sebagai perangkat sistem nilai- nilai (values),
keyakinan- keyakinan (beliefs) atau norma-norma yang telah lama berlaku,
disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai pedoman
perilaku dan pemecahan masalah-masalah oganisasi.
4. Orientasi Manusia
Berdasarkan tabel 1 hasil pengolahan data untuk variabel anggota
organisasi diperoleh nilai t hitung sebesar 3,849. Oleh karena nilai t hitung lebih
besar dari ttabel (3,849>1,999) dengan probabilitas 0,000< 0,05; maka Ha
diterima, yang berarti bahwa anggota organisasi berpengaruh signifikan
terhadap motivasi kerja karyawan Pondok Pesantren Assalam.
Hasil analisis variabel perhatian terhadap orang atau orientasi
manusia mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap motivasi kerja
karyawan. Penemuan pada variabel ini tidak mendukung penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh (Hakim, 2011), hal ini disebabkan di PPMI
Assalam
Surakarta
dukungan
kenyamanan
oleh
lembaga
sudah
diperhatikan, begitupula toleransi lembaga terhadap keperluan pribadi,
sehingga sangat memotivasi karyawan dalam meningkatkan kerja
lembaga.
Berorientasi kepada manusia (People orientation), adalah sejauh
mana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil-hasil pada
orang-orang di dalam organisasi.
Asumsi dasar ini merupakan bagian dari budaya organisasi yang
paling utama. Asumsi dasar menjadi jaminan bahwa seseorang
menemukan variasi kecil dalam unit budaya. Dalam hal ini yang menjadi
asumsi dasar adalah hubungan dengan lingkungan, hakekat mengenai sifat
manusia, hakekat mengenai aktifitas manusia dan hakekat mengenai
hubungan kemanusiaan.
11
5. Tim Orientasi
Berdasarkan tabel 1 hasil pengolahan data untuk variabel tim
orientasi diperoleh nilai t hitung sebesar 2,323. Oleh karena nilai thitung lebih
besar dari ttabel (2,323>1,999) dengan probabilitas 0,023 < 0,05; maka Ha
diterima, yang berarti bahwa tim orientasi berpengaruh signifikan terhadap
motivasi kerja karyawan Pondok Pesantren Assalam.
Hasil analisis varabel orientasi tim mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap motivasi kerja karyawan di PPMI Assalam Surakarta.
Penemuan hasil penelitian ini konsisten dengan peneliti terdahulu yaitu
Nur Oktaviana (2011), hal ini disebabkan di PPMI Assalam Surakarta
pimpinannya menjaga perasaan dalam memerintah di tempat kerja,
lembaga yang selalu menghasilkan jasa yang sangat dihormati pesaingnya,
karyawan yang dapat bekerja sama dengan baik dalam tim, karyawan
dapat beradaptasi secara cepat pada lingkungan yang baru, serta
kebersamaan kerja sangat dipentingkan dalam melaksanakan tugas dan
pengabdian. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teorinya Robbin
(2002) yang menyatakan bahwa pengaruh faktor team orientation yang
lebih dominan terhadap motivasi kerja karyawan dapat dipahami bahwa,
seorang karyawan dalm lingkungan kerjanya membutuhkan rasa saling
menghargai,
saling
membantu
dan
saling
mempercayai
dalam
melaksanakan tugasnya. Lingkungan sosial tempat kerja yang kondusif
ternyata sangat mempengaruhi semangat dan motivasi kerja karyawan
dalam suatu organisasi.
Berorientasi tim (Team orientation), adalah sejauh mana kegiatan
kerja diorganisasikan sekitar tim-tim tidak hanya pada individu-individu
untuk mendukung kerjasama.
Budaya organisasi berkaitan dengan konteks perkembangan
organisasinya, artinya budaya berakar pada sejarah organisasi, diyakini
bersama-
sama dan tidak
mudah dimanipulasi secara langsung
(Schenieder, 1996, dalam Suhartono Cahyono 2005). Menurut Stoner
dalam Waridin & Masrukin (2006), budaya (cultur) merupakan gabungan
12
kompleks dari asumsi, tingkah laku, cerita, mitos, metafora dan berbagai
ide lain yang menjadi satu untuk menentukan apa arti menjadi anggota
masyarakat tertentu. Budaya organisasi atau corporate culture sering
diartikan sebagai nilai-nilai, simbol- simbol yang dimengerti dan dipatuhi
bersama, yang dimiliki suatu organisasi sehingga anggota organisasi
merasa satu keluaga dan menciptkan suatu kondisi anggota organisasi
tersebut merasa berbeda dengan organisasi lainnnya.
6. Sifat Agresif
Berdasarkan tabel 1 hasil pengolahan data untuk variabel sifat
agresif diperoleh nilai t hitung sebesar -4,711. Oleh karena nilai t hitung lebih
kecil dari -ttabel (-4,711<-1,999) dengan probabilitas 0,000< 0,05; maka Ha
diterima, yang berarti bahwa sifat agresif berpengaruh signifikan terhadap
motivasi kerja karyawan Pondok Pesantren Assalam.
Hasil variabel agresifitas karyawan ini konsisten dengan penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh ( Hakim, 2011). Hal ini disebabkan bahwa
karyawan di PPMI Assalam Surakarta rata- rata berusia 40 tahun keatas,
sehingga dalam usia tersebut tingkat agresifitas kemauan meningkatkan
kemampuan diri menurun.
Agresifitas (Aggressiveness), adalah sejauh mana orang-orang
dalam organisasi itu agresif dan kompetitif untuk menjalankan
budayaorganisasi sebaik-baiknya.
Budaya telah menjadi konsep penting dalam masyarakat dan
kelompok manusia untuk waktu yang lama. Scein, yang dikutip oleh Tika
(2006 : 3) mendefinisikan budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang
diciptakan, ditemukan atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai
pembelajaran untuk mengatasi masalah adapatasi eksternal dan intregasi
internal yang resmi dan terlaksana dengan baik dan oleh karena itu
diajarkan oleh anggota- anggota baru sebagai cara yang tepat untuk
memahami, memikirkan dan merasakan terkait dengan masalah- masalah
tersebut.
13
7. Stabilitas
Berdasarkan tabel 1 hasil pengolahan data untuk variabel stabilitas
diperoleh nilai thitung sebesar 2,103. Oleh karena nilai t hitung lebih besar dari
ttabel (2,103 > 1,999) dengan probabilitas 0,040< 0,05; maka Ha diterima,
yang berarti bahwa stabilitas berpengaruh signifikan terhadap motivasi
kerja karyawan Pondok Pesantren Assalam.
Penemuan hasil ini konsisten dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh (Hakim, 2011). Hal ini disebabkan para karyawan di PPMI
Assalam Surakarta dalam bekerja memiliki kepatuhan tingkat dukungan
anggota organisasi terhadap perubahan peraturan sehingga stabilitas kerja
dapat terjaga, mempunyai harapan kedepan. Temuan penelitian ini
mendukung teori (Robbin, 2005) yang mengemukakan bahwa budaya
mempunyai fungsi antara lain meningkatkan stabilitas baik individu
maupun sosial.
Stabilitas (Stability), adalah sejauh mana kegiatan organisasi
menekankan status quo sebagai kontras dari pertumbuhan.Kepribadian
seseorang akan dibentuk pula oleh lingkungannya dan agar kepribadian
tersebut mengarah kepada sikap dan perilaku yang positif tentunya harus
di dukung oleh suatu norma yang diakui tentang kebenarannya dan
dipatuhi sebagai pedoman dalam bertindak. Pada dasarnya manusia atau
seseorang yang berada dalam kehidupan organisasi berusaha untuk
menentukan dan membentuk sesuatu yang dapat mengakomodasi
kepentingan semua pihak, agar dalam menjalankan aktivitasnya tidak
berbenturan dengan berbagai sikap dan perilaku dari masing-masing
individu. Sesuatu yang dimaksud tidak lain adalah budaya dimana individu
berada, seperti nilai keyakinan, anggapan, harapan dan sebagainya.
14
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh budaya organisasi terhadap
motivasi kerja karyawan di Pondok Pesantren Assalam dapat ditarik kesimpulan:
1. Budaya organisasi yang terdiri inovasi dan pengambilan resiko (innovation
dan risk taking), perhatian terhadap detail organisasi (attention to detail), hasil
orientasi (out come orientation), anggota organisasi (people orientation), tim
orientasi (Team orientation), sifat agresif (aggressiveness), stabilitas
(stability) secara bersama-sama berpengaruh terhadap motivasi kerja
karyawan di pondok pesantren Assalam, hal ini terbukti dari hasil analisis uji
F diperoleh nilai Fhitung sebesar 35,108>2,17 dengan probabilitas sebesar 0,000
< 0,05.
2. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa perhatian terhadap detail organisasi
(attention to detail)mempunyai nilai koefieisen beta sebesar 0,858 yang lebih
besar jika dibandingkan dengan variabel yang lainnya. Hal ini menunjukkan
bahwa perhatian terhadap detail organisasi (attention to detail) merupakan
faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan di
Pondok Pesantren Assalam.
Adanya berbagai keterbatasan dalam penelitian ini, maka penulis
memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Pondok Pesantren Assalam diharapkan semakin meningkatkan dan
menumbuhkan budaya organisasi di kalangan karyawan, sehingga akan
semakin meningkatkan motivasi kerja karyawan.
2. Bagi karyawan diharapkan mempunyai orientasi yang tinggi dalam bekerja,
khususnya pada perhatian terhadap detail organisasi, sehingga motivasi dalam
diri karyawan akan semakin mengalami peningkatan.
3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan semakin memperluas penelitian
dengan melakukan penelitian pada beberapa pondok pesantren dan juga
penggunaan variabel-variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap kualitas
motivasi kerja karyawan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Prabu Mangkunegara, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian : Rineka Cipta, Jakarta
Deeprose, D. 2003. Smart Things To Know About Motivation. Jakarta : PT. Elex
Media Komputindo
Djamarah, S, B. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka
Djwar Wando dan Subagyo, Pangestu. 2005. Statistik Induktif : BPFE- UGM,
Yogyakarta
Etykawati, Riana, 2003. Pengaruh Motivasi dan Kedisiplinan Terhadap Kinerja
Petugas Pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Kelas 1 Surakarta.
Program Pascasarjana UMS
Gachtar, Simon and Falk, Amin, 2000, Work Motivation and Performance, The
Participant of the first Asian Conferenceon Epiremintal Business
Research at the Hongkong University of Science and Tehnology,
Working paper pp 1-18
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Badan Penerbit UNDIP. Semarang
Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometriks Fourth Edition. Mc Graw Hill:
Singapore
Hakim, Lukman. 2011.”Analisis Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja
Karyawan”. Jurnal Sosial Ekonomi. UMS. Surakarta
Handoko, T Hani, 2003. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Edisi II cetakan ke delapanbelas, Yogyakarta: BPFE- UGM
Hasibuan. 2000. Dasar- Dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Penerbit
Cetakan Kedua Ghalia
Herpen, Marco: Praag, Mirjan and Cools, Kees. 2002. The Effects of Performance
Measurement and Compensation on Motivation and Empirical Study.
Conference of The Performance Measurement Association in Boston
pp.1-34.
16
H. Teman Koesmono, 2005, “Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Motivasi dan
Kepuasan Kerja serta Kinerja Pegawai pada Sub Sektor Industri
Pengolahan Kayu Skala Menengah di Jawa Timur”, Jurnal Manajemen
dan Kewirausahaan, Vol. 7, No.2.
Kartono, K. 2002. Psikologi Sosial Untuk Manajemen Perusahaan dan Industri.
Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada
Mansura, A. Tolkah. 2009. Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Rotasi
Pekerjaan terhadap Motivasi Kerja untuk Meningkatkan Produktivitas
Kerja Pegawai Ditjen Pajak (Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Berbasis
Administrasi Midoren KPPP Pratama Semarang Timur). Tesis. Semarang
: Universitas Diponegoro
Masrukin dan Waridin. 2006. Pengaruh Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja,
Budaya
Organisasi
dan
Kepemimpinan
Terhadap
Kinerja
Pegawai.EKOBIS, Vol 7 No 2
McShane, Steve. L. & Von Glinov, MarryAnn.2008.Organizational Behavior.
Tirth Edition, Mc Graw- Hill
Munandar, A., S. 2006. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : UI
M.Kuncoro, 2001, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Erlangga, Jakarta
Octaviana, Nur. 2011. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi dan
Kepuasan Kerja Serta Kinerja Karyawan (Pada PT. Mirota Kampus di
Yogyakarta). Tesis.Yogyakarta : UPN.
Robbins, P. Stephen, Perilaku Organisasi: Konsep Kontroversi,Aplikasi. Jilid 1
Terjemahan, PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta, 2002.
Robbins, S.P, 2006, Perilaku Organisasi, Edisi 10, PT. Indeks Kelompok
Gramedia
Samsudin, S. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Pustaka Setia
Sobur, A. 2003. Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia
Stevenson, N. 2000. Seni Motivasi Mengenai Keahlian yang Anda Perlukan
Dalam 10 Menit. Yogyakarta : Andi
Suharto Cahyono, 2005, “Pengaruh Budaya Organisasi Kepemimpinan dan
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Sumberdaya Manusia di Sekretariat
DPRD Propinsi Jawa Tengah”, JRBI, Vol.1.
17
Sutrisno Edy,(2010), Budaya Organisasi, Kencana Prenada Media Group Jakarta
Sweeny, Paul D. & DeanB. McFarlin. 2002. Organizational Behavior: Solution
For Management.Mcgraf- Hill, International Edition
Waridin dan Masrukhin, 2006,”Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja,
Budaya Organisasi,
dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja
Pegawai”,Ekobis, Vol, 7, No.2.
Wirawan, 2007. Budaya dan Iklim Organisasi: Teori Aplikasi dan Penelitian.
Jakarta: Salemba Empat.
18