ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTREMITAS BAWAH DENGAN MINYAK
ESENSIAL LAVENDER TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH
PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI UPTD GRIYA WERDHA
SURABAYA
PENELITIAN PRE EKSPERIMENTAL
OLEH :
NAMA
: FATIH HARIS MAULANA
NIM
: 131411123079
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTREMITAS BAWAH DENGAN MINYAK
ESENSIAL LAVENDER TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH
PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI UPTD GRIYA WERDHA
SURABAYA
PENELITIAN PRE EKSPERIMENTAL
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
dalam Program Studi Pendidikan Ners
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
OLEH :
NAMA
: FATIH HARIS MAULANA
NIM
: 131411123079
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
ii
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ii
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
iii
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
iv
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
v
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR
Sembah syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan karunia-Nya
sehingga skripsi yang berjudul “PENGARUH MASASE EKSTREMITAS
BAWAH DENGAN MINYAK ESENSIAL LAVENDER TERHADAP
PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN
HIPERTENSI DI UPTD GRIYA WERDHA SURABAYA” dapat diselesaikan
penulis tepat waktu. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga
Bersama ini, perkenankan saya mengucapkan terimakasih yang
sebesarbesarnya dengan hati yang tulus kepada :
1. Prof Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons), selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan,
fasilitas, dan ilmu kepada saya untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan.
2. Dr. Joni Haryanto, S.Kp.,M.Si.selaku pembimbing pertama, terimakasih
atas bimbingan, nasihat, saran, informasi dan waktu yang telah diluangkan
untuk saya, serta semua perhatian yang telah diberikan dalam kemajuan
penyelesaian skripsi saya.
3. Elida Ulfiana, S.Kep.Ns., M.Kep selaku pembimbing kedua, terimakasih
telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan pemikiran, perhatian,
saran, nasihat serta dukungan yang sangat berharga selama proses
penyusunan skripsi berlangsung.
4. Dr. Kusnanto, S.Kp, M.Kes selaku penguji yang telah memberikan saran
dan arahan dalam penyusunan skripsi yang lebih baik.
5. Sriyono, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.Kep.MB selaku penguji yang telah
memberikan saran dan arahan dalam penyusunan skripsi yang lebih baik.
6. Retno Indarwati S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku penguji yang telah memberikan
saran dan arahan dalam penyusunan skripsi yang lebih baik.
7. Kedua orang tuaku (Bapak H. Suhari dan Ibu Hj. Istifaizah), adekku Ernia
Haris Himawati, serta keluarga besar di Kudus, Pati, Jepara dan Semarang
terimakasih atas semua curahan cinta, doa, kasih sayang, perhatian, dan
dukungan yang tidak terbatas hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
8. Seluruh responden yang bersedia memberikan partisipasi yang sangat
berharga dalam penelitian ini.
9. Bapak Sugianto selaku kepala UPTD Griya Werdha Surabaya yang telah
memberikan bantuan, ijin, dan kerjasamanya dalam melaksanakan
penelitian ini.
10. Kakak-kakak perawat yang merawat lansia di UPTD Griya Werdha
Surabaya yang telah membantu dan memberikan masukan saat penelitian
berlangsung.
vi
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11. Tim fisioterapis dari Rumah Sakit Universitas Airlangga yang telah yang
telah banyak membantu dan meluangkan waktu saat penelitian
berlangsung
12. Sahabat-sahabat the bronggals (Ipank, Aga, Didin, Mas Rama, Mas
Hendra, Siska, Oza, Nabela, Fatma, Astrid, Wahyu) yang telah
memberikan semangat, bantuan, masukan, dan motivasi.
13. Sahabat-sahabat mansab team (Hendra, Memed, Mas Hayat, Mas, Zen,
Dimas, Zaky, Grandis, Fauzi) yang telah memberikan semangat, bantuan,
masukan, dan motivasi.
14. Teman-Teman KertajayaBoys (Mas Yoga, Mas Ibnu, Mas Buyung, Mas
Rachmad) yang telah memberikan fasilitas internet dalam menyelesaikan
penelitian ini.
15. Teman-teman team Closing Concert 2015 Paduan Suara Universitas
Airlangga yang selalu memberikan semangat dan motivasi.
16. Keluarga angkatan B17 FKP UNAIR atas semua doa, semangat, bantuan,
motivasi dan semua yang telah kita lalui bersama.
17. Dosen dan seluruh staf kepegawaian Fakultas Keperawatan yang telah
membimbing dan membantu saya selama kuliah di Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga.
18. Terimakasih untuk seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu
persatu yang membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Semoga Allah membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan, dan bantuan dalam menyelesaikan penelitian ini.
Surabaya,
Februari 2016
Fatih Haris Maulana
131411123079
vii
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
MOTTO
The best of the people are those who are most beneficial to others
viii
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ABSTRACT
Effect of Lower Extremity Massage with Lavender Essential Oil for
Decreasing Blood Pressure in Elderly with Hypertension in UPTD Griya
Werdha Surabaya
A Pre-Experimental Study
Fatih Haris Maulana
An aging process occurs naturally with many problems which is physical
problems, mental, and social. One of that physical problems is the increasing of
blood pressure. The name is hypertension. At UPTD Griya Werdha Surabaya, the
was many elderly had hypertension, where 17 out of 54 elderly had high blood
pressure. The Data indicated to need a modify nursing interventions to decrease
their blood presssure.
The purpose of this study was to prove the effect of lower extremity
massage with lavender essential oil for decreasing blood pressure of elderly with
hypertension in UPTD Griya Werdha Surabaya. This Study used preeksperimental design with one group pre test and test post design. Population
comprised elderly who had hypertension, and the total population are 17
individuals. Samples were taken using purposive sampling who meet the criteria.
And total sampling who available are 13 individuals The independent variable
was lower extremity massage with lavender essential oil. The dependent variable
was bood pressure. This research was carried out for 1 weeks (Januari 31 th Februari 6th, 2016). Data analysis used paired t Test with significance level p ≤
0.05. An instrument to used aneroid spigmomanometer.
Result Showed that lower ekstremity massage with lavender essential oil
had significant effect to decrease blood pressure with p value = 0,000 for systolic
pressure and p value = 0.01 for diastolyc pressure. It can be concluded that there
is the influence of massage lower ekstremitas with lavender essential oil to
decrease blood pressure for the elderly hypertension in UPTD Griya Werdha
Surabaya
Keywords : Hypertension in the elderly, massage, lavender essential oil
ix
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI
Halaman
Sampul Depan
Halaman Judul ............................................................................................ ii
Lembar Pernyataan .................................................................................... iii
Lembar Persetujuan........................................................................... ........... iv
Lembar Penetapan Panitia Penguji.............................................................. v
Kata Pengantar............................................................................. ................. vi
Motto............................................................................. ................................. viii
Abstrak ........................................................................................................ ix
Daftar Isi ..................................................................................................... x
Daftar Tabel....................................................................... ............................ xiii
Daftar Gambar ........................................................................................... xiv
Daftar Singkatan ........................................................................................ xv
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................... 6
1.3 Rumusan Masalah ....................................................................... 6
1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
1.4.1 Tujuan umum .................................................................... 6
1.4.2 Tujuan khusus ................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
1.5.1 Teoritis .............................................................................. 7
1.5.2 Praktis ............................................................................... 7
1.6 Resiko Penelitian ......................................................................... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia ............................................................................. 9
2.1.1 Definisi lanjut usia/lansia................................................... 9
2.1.2 Batasan lanjut usia ............................................................. 10
2.1.3 Perubahan-perubahan pada lansia………………..…..11
2.2 Konsep Tekanan Darah ................................................................ 14
2.2.1 Definisi tekanan darah ....................................................... 14
2.2.2 Pengukuran tekanan darah ................................................. 14
2.3 Konsep Hipertensi Lansia ............................................................ 16
2.3.1 Definisi hipertensi lansia ................................................... 16
2.3.2 Klasifikasi hipertensi lansia ............................................... 17
2.3.3 Faktor resiko hipertensi lansia ........................................... 18
SKRIPSI
x
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.3.4 Etiologi ............................................................................. 25
2.3.5 Manifestasi klinis .............................................................. 26
2.3.6 Komplikasi ........................................................................ 27
2.3.7 Penatalaksanaan ................................................................ 28
2.4 Konsep Masase Ekstremitas Bawah ............................................ 32
2.4.1 Definisi ............................................................................. 32
2.4.2 Manfaat ............................................................................. 34
2.4.3 Metode masase .................................................................. 36
2.4.4 Tekanan............................................................................. 41
2.4.5 Kecepatan.......................................................................... 42
2.4.6 Durasi................................................................................ 42
2.4.7 Frekuensi ........................................................................... 42
2.5 Konsep Minyak Esensial Lavender .............................................. 42
2.5.1 Definisi minyak esensial lavender ...................................... 42
2.5.2 Manfaat minyak esensial lavender ..................................... 43
2.5.3 Cara kerja minyak esensial lavender .................................. 44
2.6 Pengaruh masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial
lavender terhadap hipertensi ........................................................ 46
2.7 Teori kenyamanan Kolcaba ......................................................... 48
2.8 Keaslian penelitian ...................................................................... 54
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konseptual .................................................................. 57
3.2 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 59
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain penelitian ......................................................................... 60
4.2 Populasi, sampel dan sampling .................................................... 61
4.2.1 Populasi............................................................................. 61
4.2.2 Sampel .............................................................................. 62
4.2.3 Sampling ........................................................................... 62
4.3 Variabel Penelitian ...................................................................... 63
4.3.1 Variabel independen .......................................................... 63
4.3.2 Variabel dependen ............................................................. 63
4.4 Definisi operasional ..................................................................... 64
4.5 Lokasi dan waktu penelitian ........................................................ 65
4.6 Instrumen penelitian .................................................................... 65
4.7 Prosedur pengumpulan data ......................................................... 65
4.8 Analisis data ................................................................................ 67
4.9 Masalah etik (Ethical clearance) ................................................. 69
4.9.1 Lembar persetujuan (informed consent)............................... 70
xi
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.9.2 Tanpa nama (Anonymity) .................................................... 70
4.9.3 Kerahasiaan (Confidentiality) ............................................ 70
4.10 Keterbatasan Penelitian .............................................................. 70
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil penelitian ........................................................................... 72
5.2 Pembahasan ................................................................................ 79
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan ..................................................................................... 87
6.2 Saran ........................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
LAMPIRAN ................................................................................................
xii
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Lansia Menurut JNC VII……..……………….18
Tabel 2.2 Keaslian Penelitian……………………………………...………….....55
Tabel 4.1 Definisi operasional……………………………………………….64
Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan usia di UPTD Griya Werdha
Surabaya bulan Januari 2016(n=13)……………………………….…75
Tabel 5.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di UPTD Griya
Werdha Surabaya bulan Januari 2016(n=13)………….………….… .75
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat merokok di UPTD
Griya Werdha Surabaya bulan Januari(n=13)……………………. .. ..76
Tabel 5.4Distribusi frekuensi responden berdasarkan konsumsi obat anti
hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari
2016(n=13).. .................................................……………………… ..76
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan menyukai rasa asin di
UPTD
Griya
Werdha
Surabaya
bulan
Januari
2016
(n=13)…...………… ..................................................................... . ..77
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan olahraga yang masih di
lakukan di UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari
2016(n=13)………………… .......................................................... ..77
Tabel 5.7 Gambaran tekanan darah responden sebelum diberikan intervensi di
UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari 2016(n=13)……… .. ..78
Tabel 5.8 Gambaran tekanan darah responden setelah diberikan intervensi di
UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari 2016(n=13)…………..78
Tabel 5.9 Perbedaan tekanan darah sebelum diberikan massase ekstremitas bawah
dengan minyak esensial lavender dan setelah diberikan massase
ektremitas bawah dengan minyak esensial lavender di UPTD Griya
Werdha Surabaya bulan Januari 2016(n=13) .......................... …….. ..79
xiii
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Identifikasi masalah .....................................................................6
Gambar 2.1 Metode Efflurage ........................................................................ 36
Gambar 2.2 Metode Petrisage ........................................................................ 37
Gambar 2.3 Metode Friction .......................................................................... 38
Gambar 2.4 Metode Vibration........................................................................ 38
Gambar 2.5 Metode tapotement beating ......................................................... 39
Gambar 2.6 Metode tapotement claping ......................................................... 40
Gambar 2.7 Metode tapotement hacking ........................................................ 41
Gambar 2.9 Model Middle Range Theory Comfort ......................................... 52
Gambar 3.1 Kerangka konseptual................................................................... 57
xiv
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR SINGKATAN
JNC
: Joint National Committe
Kemenkes RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
TDS
: Tekanan Darah Sistol
TDD
: Tekanan Darah Diastol
WHO
: World Health Organisation
CRF
: Corticotropic Releasing Factor
xv
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan pertambahan usia terjadinya perubahan-perubahan
fisiologis pada lansia yang disertai dengan berbagai masalah kesehatan yang
menyebabkan tingginya penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif membawa
konsekuensi
terhadap
perubahan
dangan
gangguan
pada
sistem
kardiovaskuler, antara lain terjadi penyakit hipertensi.(Darmojo, 2009).
Hipertensi merupakan tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik
diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. WHO pada tahun
2008 mencatat sekitar 40% orang berusia lebih dari 25 tahun di dunia
menderita hipertensi dan angka ini terusmenigkat. Sekitar 20% populasi lansia
mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara mereka menderita hipertensi
primer (Esensial) dimana tidak ditentukan penyebab medisnya (Smeltzer&
Bare, 2001). Dalam penelitian Wang, Tiwari, & Wong pada tahun 2014 di
Cina pada usia paruh baya (45-64) prevalensi terjadinya hipertensi sebesar
36,7% dan pada usia lanjut usia (lebih dari 65 tahun) prevalensinya yaitu
56,5%, dan di India dari 165 subyek ditemukan 75 kasus (45,46%) hipertensi
yaitu pada usia 51-60 tahun. Sedangkan di Indonesia menurut Rahajeng &
Tuminah (2009) dari 146.093 jiwa di Indonesia yang menderita hipertensi
didapatkan 29,8% diantaranya merupakan lansia. Kementrian Kesehatan
1
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
Republik Indonesia (2013) memperkirakan jumlah kasus ini akan meningkat
setiap tahun. Secara khusus, Kementerin Kesehatan RI (2013) menyebutkan
hipertensi telah menjadi penyakit utama penyebab rawat jalan pada kelompok
usia 45-64 dan lebih dari usia 65 tahun. Sampai usia 55 tahun, laki-laki lebih
banyak menderita hipertensi dari pada wanita. Namun,diatas usia 55 tahun,
wanita lebih berpeluang menderita hipertensi (Suyatmo, 2009).
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi
sistolik terisolasi (HST), meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan
besarnya kemungkinan timbulnya kejadian stroke dan infark myocard bahkan
walaupun tekanan diastoliknya dalam batas normal (isolated systolic
hypertension). Isolated systolic hypertension adalah bentuk hipertensi yang
paling sering terjadi pada lansia. Pada suatu penelitian, hipertensi menempati
87% kasus pada orang yang berumur 50 sampai 59 tahun. Adanya hipertensi,
baik HST maupun kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko
morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia. Hipertensi masih
merupakan faktor risiko utama untuk stroke, gagal jantung penyakit koroner,
dimana peranannya diperkirakan lebih besar dibandingkan pada orang yang
lebih muda (Kuswardhani, 2007).
Melihat kejadian dan dampak dari hipertensi, maka dilakukan
penatalaksanaan hipertensi yang terdiri dari terapi farmakologis dan terapi
nonfarmakologis. Terapi farmakologis pada hipertensi merupakan terapi yang
menggunakan obat-obatan untuk mempertahankan tekanan darah dalam batas
normal, namun pada terapi ini memiliki efek samping yang berbeda-beda pada
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
setiap golongannya. Salah satu contoh terapi farmakologis golongan diuretik
memiliki efek samping keletihan, kram kaki, peningkatan gula darah,
terutama pada penderita diabetes, seringnya urinasi menjadikan obat ini
mengganggu kualitas hidup (Kowalski,2010). Terapi nonfarmakologis
merupakan
terapi
tanpa
menggunakan
obat-obatan
sehingga
tidak
menimbulkan efek samping seperti dengan menjalankan diet, menurunkan
kegemukan, rajin olah raga, tidak mengkonsumsi alkohol, tidak merokok,
hindari stress dan kontrol obat-obatan secara teratur. Selain upaya tersebut,
penting untuk mempertimbangkan terapi komplementer atau terapi pelengkap
sebagai terapi nonfarmakologis (Sudoyo, dkk,2006; Vitahealth,2006). Terapi
komplementer bersifat pengobatan alami untuk menangani penyebab penyakit
dan memacu tubuh sendiri untuk menyembuhkan penyakitnya, sedangkan
pengobatan medis diutamakan untuk menangani gejala penyakit. Terapi
komplementer ini antara lain adalah terapi herbal, latihan nafas, meditasi,
terapi musik, dan relaksasi (Vitahealth,2006).
Salah satu cara terbaik untuk menurunkan tekanan darah dengan
metode komplementer yaitu dengan terapi masase atau pemijatan. Teknik
pemijatan pada titik tertentu dapat menghilangkan sumbatan dalam darah
sehingga aliran darah dan energi di dalam tubuh kembali lancar (Dalimartha,
2008). Dalam hal ini, pemijatan akan dilakukan di bagian ekstremitas bawah
yakni pada kaki. Pada saat melakukan masase pada otot-otot kaki maka dapat
meningkatkan tekanan ke otot ini secara bertahap untuk mengendurkan
ketegangan sehingga membantu memperlancar aliran darah ke jantung.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4
Masase pada kaki diakhiri dengan masase pada telapak kaki yang akan
merangsang dan menyegarkan kembali bagian kaki sehingga memulihkan
sistem keseimbangan dan membantu relaksasi (Aslani, 2003)
Sejumlah studi menunjukkan bahwa terapi pijat yang dilakukan secara
teratur dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik, menurunkan
kadar hormone stress cortisol, menurunkan kecemasan sehingga tekanan
darah akan turun dan fungsi tubuh semakin membaik (Tarigan, 2012). Selain
itu, pijat menunjukkan dapat menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi
ringan
dan
sedang
(Dalimartha
dalam
Sutanto,
2010).
Vasokonstriksi pada pembuluh darah perifer dapat menghambat sirkulasi
darah dan meningkatkan tahanan vaskuler sehingga menyebabkan hipertensi.
Salah satu gerakan dalam pemijatan, yaitu effleurage yang dilakukan pada
daerah kaki dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah perifer, dan
efeknya memperlancar aliran darah balik dari daerah ekstremitas bawah
menuju ke jantung (Turner,W.A.,2005). Penelitian dari Holand & Pokorny
(2001) menyatakan intervensi pijat (masase) kepada pasien yang berada di
ruang rehabilitasi memberi efek berupa menghilangkan kecemasan, rasa
tenang dan kondisi yang rileks. Masase atau pijat akan dikombinasikan
dengan minyak esensial lavender yang merilekskan. Minyak esensial lavender
paling umum digunakan untuk masase karena kandungan aldehid yang berifat
iritatif bagi kulit hanya 2% serta tidak bersifat toksik. Kandungan ester pada
bunga lavender bekerja dengan lembut di kulit dan memberikan efek
menenangkan (Price, 1997).
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
Di Jawa Timur sendiri jumlah lansia dengan hipertensi pada tahun
2011 sebanyak 174.041 jiwa (Dinkes Jatim, 2011). Berdasarkan hasil survei
pendahuluan di UPTD Griya Werdha Surabaya diketahui bahwa persentase
lansia yang menderita hipertensi sebanyak 32% atau terdapat 17 lansia dari 54
lansia yang menderita hipertensi. Lansia biasanya mengeluh pusing dan
setelah diperiksa tekanan darahnya meningkat atau hipertensi. Tingginya
keluhan hipertensi yang terjadi pada lansia di UPTD Griya Werdha Surabaya
membuat peneliti tertarik mengadakan penelitian yang bertempat di kelurahan
tersebut, selain itu lansia yang mengalami hipertensi di UPTD Griya Werdha
Surabaya belum mengenal masasse sebagai upaya untuk menurunkan tingkat
hipertensi, karena itulah penulis mengangkat masalah tentang pengaruh
masasse ekstrimitas bawah dengan minyak esensial lavender terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
penanganan penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi sebagai
upaya peningkatan taraf kesehatan lansia di Indonesia adalah hal yang sangat
penting. Selanjutnya, penelitian untuk mengetahui pengaruh terapi masase
yang dikombinasikan dengan minyak esensial lavender dirasa perlu untuk
semakin mengoptimalkan penanganan penurunan tekanan darah. Oleh karena
itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Masase Ekstremitas
Bawah Dengan Minyak Esensial Lavender Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di UPTD Griya Werdha Surabaya.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
1.2 Identifikasi Masalah
Hipertensi
Tekanan Darah
Berdasarkan hasil survei pendahuluan
di UPTD Griya Werdha Surabaya
diketahui bahwa persentase lansia
yang menderita hipertensi sebanyak
32% atau terdapat 17 lansia dari 54
lansia yang menderita hipertensi. Dan
lansia yang mengalami hipertensi di
UPTD Griya Werdha Surabaya
belum mengenal masasse sebagai
upaya untuk menurunkan tingkat
hipertensi.
Gambar 1.1 Identifikasi Masalah Penelitian
1.3 Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan umum
Menjelaskan pengaruh masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial
lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi
1.4.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi tekanan darah pada lansia dengan hipertensi sebelum diberikan
masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender di UPTD Griya
Werdha Surabaya.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
2. Mengidentifikasi tekanan darah pada lansia dengan hipertensi setelah diberikan
masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender di UPTD Griya
Werdha Surabaya.
3. Menganalisis perubahan tekanan darah lansia dengan hipertensi setelah
mendapatkan masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tentang pengaruh masase
ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan darah
pada lansia dengan hipertensi, sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai
landasan pengembangan ilmu keperawatan khususnya dalam bidang ilmu keperawatan
medikal bedah dan gerontik.
1.5.2 Praktis
1. Bagi tempat penelitian
Dapat digunakan sebagai masukan untuk membuat Standar Prosedur
Operasional (SPO) dalam mengelola pasien yang mengalami hipertensi.
2. Bagi perawat
Memberikan
pengetahuan
baru
mengenai
intervensi
keperawatan
nonfarmakologis yang efektif digunakan dalam menurunkan tekanan darah pada
pasien hipertensi.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
3. Bagi responden
Dapat memberikan pengetahuan dan digunakan sebagai pilihan alternatif baru
dalam menurunkan tekanan darah yang lebih efektif dan efisien secara
nonfarmakologi.
1.6 Resiko Penelitian
Tidak ada resiko serius yang diakibatkan oleh intervensi peneliti kepada
subyek, oleh karena dalam penelitian ini subyek hanya diberi intervensi masase
ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender dengan durasi yang singkat.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Definisi lanjut usia / lansia
Usia lanjut (lansia) adalah proses yang tidak dapat dihindari. Memasuki masa
lansia sangat diperlukan peran dari keperawatan untuk mempertahankan derajat
kesehatan pada lansia dengan taraf yang setinggi tingginya supaya terhindar dari
penyakit atau gangguan supaya lansia tersebut masih dapat memenuhi kebutuhan
dengan mandiri (Mubarak, 2005). Lansia bukanlah suatu penyakit, namun merupakan
tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan ( Pudjiastuti, dkk,
2009).
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun
keatas, menurut UU RI No.13 Tahun 1998 Bab 1 Pasal 1. Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu: usia pertengahan (middle age)
adalah 45 – 59 tahun, lanjut usia (elderly) adalah 60 – 74 tahun, lanjut usia tua (old)
adalah 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2008).
Lansia merupakan seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik pria maupun wanita,
yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya untuk
mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk menghidupi
dirinya (Tamher, 2009).
9
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10
2.1.2 Batasan Lanjut usia
Batasan lanjut usia yaitu umur yang dijadikan patokan sebagai lanjut usia
berbeda – beda, umumnya berkisar antara 60 – 65 tahun. Berikut dikemukakan
beberapa pendapat para ahli mengenai batasan umur :
Menurut organisasi kesehatan dunia WHO ada 4 tahap yakni :
a) Usia pertengahan (Middle ag ) ( 45 – 59 tahun)
b) Lanjut usia (elderly) (60 – 74 tahun)
c) Lanjut usia tua (old) (75 – 90 tahun )
d) Usia sangat tua (Very old ) (diatas 90 tahun)
Sedangkan Nugroho (2008) menyimpulkan pembagian umur berdasarkan
pendapat beberapa ahli, bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang telah
berumur 65 tahun ke atas.
Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan
menjadi usia dewasa muda (elderly adulthood), atau 29 – 25 tahun, usia dewasa
penuh (middle years) atau maturitas, 25 – 60 tahun atau 65 tahun, lanjut usia
(geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi lagi dengan 70 – 75
tahun (young old), 75 – 80 tahun (old), lebih dari 80 (very old).
Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1965 Pasal 1 seseorang dapat
dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah bersangkutan mencapai
umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. UndangUndang No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia bahwa lansia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
2.1.3 Perubahan-Perubahan Pada Lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak
hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah,
2011).
1.
Perubahan Fisik
1) Sistem Indra :
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada
pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada
telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi,
suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia
diatas 60 tahun.
2) Sistem Intergumen : Kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan
berbercak.
3) Sistem Muskuloskeletal : Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia
antara lain sebagai berikut : Jaringan penghubung (kolagen dan elastin).
Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan
jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak
teratur.
4) Kartilago : Jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami
granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian
kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada
persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.
5) Tulang : Berkurangnya kepadatan tualng setelah di obserfasi adalah bagian
dari penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut
mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
6) Otot : Perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi, penurunan
jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan
jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.
7) Sendi : Pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan
fasia mengalami penuaan elastisitas.
8) Sistem Kardiovaskuler : Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami
hipertropi dan kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan
pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa nude dan
jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
9) Sistem respirasi : Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,
kapasitas total paru tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk
mengompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara yang mengalir ke paru
berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan
gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks
berkurang.
10) Pencernaan dan Metabolisme : Perubahan yang terjadi pada sistem
pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang
nyata : (1). Kehilangan gigi, (2). Indra pengecap menurun, (3). Rasa lapar
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
menurun (sensitifitas lapar menurun), (4). Liver (hati) makin mengecil dan
menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
11) Sistem perkemihan : Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang
signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju
filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
12) Sistem saraf : Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan
atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan
koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
13) Sistem reproduksi : Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan
menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis
masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara
berangsur-angsur.
2) Perubahan mental
Di dalam perubahan mental pada usia lanjut, perubahan dapat berupa sikap
yang semakin egosentris, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak akan sesuatu.
Faktor yang mempengaruhi perubahan mental antara lain perubahan fisik,
kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan, dan lingkungan (Nugroho, 2008).
3) Perubahan psikososial
Perubahan psikososial meliputi pensiun yang merupakan produktivitas dan
identitas yang dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan, merasakan atau sadar
akan kematian, perubahan dalam cara hidup, ekonomi akibat dari pemberhentian
dari jabatan, dan penyakit kronis.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
2.2 Konsep Tekanan Darah
2.2.1 Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.
Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap
tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai
140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare,
2001).
Gunawan (2001) menyebutkan tekanan darah adalah kekuatan yang
diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar
mencapai semua jaringan tubuh manusia. Tekanan darah dibedakan antara
tekanan darah sistolik (tekanan ketika jantung menguncup) dan tekanan darah
diastolik (tekanan darah ketika jantung kembali meregang). Tekanan darah
sistolik selalu lebih tinggi daripada tekanan darah diastolik.
2.2.2 Pengukuran Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung (Smeltzer & Bare, 2001).
1) Metode langsung
Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun
hasilnya sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran ini sangat berbahaya dan
dapat menimbulkan masalah kesehatan lain. Bahaya yang dapat ditimbulkan saat
pemasangan kateter arteri yaitu nyeri inflamasi pada lokasi penusukkan, bekuan
darah karena tertekuknya kateter, perdarahan (ekimosis) bila jarum lepas dan
tromboplebitis.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
2) Metode tidak langsung
Pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan
sphygmomanometer dan stetoskop. Sphygmomanometer tersusun atas manset
yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan
rongga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan
yang terbaca pada manometer sesuai dengan tekanan dalam milimeter air raksa
yang dihantarkan oleh arteri brakialis (Smeltzer & Bare, 2001).
Adapun cara pengukuran tekanan darah dimulai dengan membalutkan
manset dengan kencang dan lembut pada lengan atas dan dikembangkan dengan
pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan sampai denyut radial atau brakial
menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah
telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi
sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya denyutan radial. Kemudian
manset dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara auskultasi
maupun palpasi. Dengan palpasi kita hanya dapat mengukur tekanan sistolik.
Sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan
diastolik dengan lebih akurat (Smeltzer & Bare, 2001).
Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang berbentuk
corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan
siku (rongga antekubital), yang merupakan titik dimana arteri brakialis muncul
diantara kedua kaput otot biseps. Manset dikempiskan dengan kecepatan 2
sampai 3 mmHg per detik, sementara kita mendengarkan awitan bunyi
berdetak, yang menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
sebagai Bunyi Korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan
akan terus terdengar dari arteri brakialis sampai tekanan dalam manset turun di
bawah tekanan diastolik dan pada titik tersebut, bunyi akan menghilang
(Smeltzer & Bare, 2001).
2.3 Konsep Hipertensi Lansia
2.3.1 Definisi Hipertensi Lansia
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price &
Wilson, 2006). Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) tekanan darah
normal bagi setiap orang adalah 120/80 mmHg. Hipertensi didefinisikan oleh
Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Preassure (JNC) sebagai tekanan yang lebih dari 140/90 mmHg.
Hipertensi lanjut usia dibedakan menjadi dua hipertensi dengan
peningkatan sistolik dan diastolik dijumpai pada usia pertengahan 55-65 tahun.
Pada tekanan sistolik sering meningkat pada usia diatas 65 tahun dan meningkat
dengan bertambahnya usia Sedangkan pada tekanan diastolik meningkat pada
usia sebelum 60 tahun dan menurun sesudah usia 60 tahun. (Temu Ilmiah
Geriatri Semarang, 2008).
Hipertensi pada lansia terjadi karena adanya perubahan struktural dan
fungsional pada sistem pembuluh perifer yang bertanggung jawab pada
perubahan tekanan darah. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
darah yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya aorta dan arteri besar kurang kemampuannya
dalam
mengakomodasi
volume
darah
yang
dipompa
oleh
jantung,
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Smeltzer & Bare, 2001).
2.3.2 Klasifikasi Hipertensi Lansia
Berdasar klasifikasi dari JNC-VI dalam Darmojo (2004) maka hipertensi
pada usia lanjut dapat dibedakan :
1. Hipertensi sistolik saja (Isolated systolic hypertension), terdapat pada 6 – 12%
penderita di atas usia 60 tahun, terutama pada wanita. Insiden meningkat
dengan bertambahnya umur.
2. Hipertensi diastolik (Diastolic hypertension), terdapat antara 12 - 14%
penderita di atas usia 60 tahun, terutama pada pria. Insiden menurun dengan
bertambahnya umur.
3. Hipertensi sistolik-diastolik : Terdapat pada 6 – 8% penderita usia > 60 tahun,
lebih banyak pada wanita dan meningkat dengan bertambahnya umur.
Menurut The Seventh Report of The Joint National Comunitte on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) dalam
Sudoyo et al (2006) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi
menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1, hipertensi
derajat 2
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
Kategori
Sistolik ( mmHg )
Diastolic
(mmHg )
Normal
Pre hipertensi
Hipertensi
Stage 1
Stage 2
<120
120-139
<80
80-89
140-159
≥160
90-99
≥100
Tabel 2 1. Klasifikasi hipertensi lansia menurut JNC VII
Darmojo (1999) membedakan hipertensi pada usia lanjut sebagai berikut :
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
2.3.3 Faktor Resiko Hipertensi Lansia
Faktor risiko yang mempengaruhi hipertensi pada lansia yang dapat
atau tidak dapat dikontrol, antara lain:
1. Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Dikontrol:
1) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.
Namun ketika bertambah usia Namun wanita terlindung dari penyakit
kardiovaskuler sebelum menopause. Harrison, Wilson dan Kasper (2005)
mengatakan bahwa wanita yang belum mengalami menopause dilindungi
oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High
Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek
perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita
pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan
sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi
pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon
estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara
alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.
Penjelasan di atas mengungkapkan bahwa estrogen berperan penting
mampu menurunkan tekanan darah pada wanita muda. Saat siklus
menstruasi terjadi, tekanan darah akan menurun, ini terjadi ketika fase
luteal akan berubah menjadi fase folikular. Setelah wanita tidak menstruasi
lagi atau postmenoupause maka tidak akan terjadi perubahan fase
menstruasi di atas, dari fase luteal berubah menjadi fase folikular sehingga
tekanan darah tidak menurun dan justru cenderung naik (Staessen, 2003).
Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita
hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. Hipertensi lebih banyak
terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak
menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi
adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah
menopause (Aisyah, 2009).
2) Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya,
jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
dari orang yang berusia lebih muda (Harison, Wilson & Kasper, 2005).
Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Tetapi pada
kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita,
hipertensi sering terjadi pada usia di atas 50 tahun. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan hormon sesudah menopause. Kondisi yang berkaitan
dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari
arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya
kelenturan. Mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri
dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Bertambahnya umur, risiko
terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut
cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas umur
60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah
meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi
akan berkembang pada umur lima puluhan dan enam puluhan. Dengan
bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi (Smeltzer &
Bare, 2001).
3) Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan
dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
potasium terhadap sodium. Individu dengan orang tua yang hipertensi
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada
orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
didapatkan 70-80% kasus hipertensi Esensial dengan riwayat hipertensi
dalam keluarga (Anggraini dkk dalam Sumarna, 2012). Seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi. Menurut Santoso (2010),
mengatakan bahwa tekanan darah tinggi cenderung diwariskan dalam
keluarganya. Jika salah seorang dari orang tua anda ada yang mengidap
tekanan darah tinggi, maka anda akan mempunyai peluang sebesar 25%
untuk mewarisinya selama hidup anda. Jika kedua orang tua mempunyai
tekanan darah tingi maka peluang anda untuk terkena penyakit ini akan
meningkat menjadi 60%.
1. Faktor Resiko Yang Dapat Dikontrol:
a) Obesitas
Pada usia pertengahan (+50 tahun) dan dewasa lanjut asupan kalori
sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya
aktivitas.
Itu
sebabnya
berat
badan
meningkat.
Obesitas
dapat
memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia karena dapat memicu
timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah,
hipertensi. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki
berat badan lebih. Obesitas berisiko terhadap munculnya berbagai penyakit
jantung dan pembuluh darah. (Aisyah, 2009).
b) Kurang olahraga
Kurangnya aktivitas fisik dapat mengakibatkan hipertensi yaitu
karena terjadinya penurunan cardiac output (curah jantung) sehingga
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
pemompaan ke jantung menjadi lebih kurang. Kurangnya latihan aktvitas
fisik dapat menyebabkan terjadinya kekakuan pembuluh darah, sehingga
aliran darah tersumbat dan dapat menyebabkan hipertensi. Kurangnya
aktivitas fisik menaikkan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya
risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung
mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja
lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus
memompa semakin besar pula kekakuan yang mendesak arteri. Latihan fisik
berupa berjalan kaki selama 30-60 menit setiap hari sangat bermanfaat
untuk menjaga jantung dan peredaran darah. Bagi penderita tekanan darah
tinggi, jantung atau masalah pada peredaran darah, sebaiknya tidak
menggunakan beban waktu jalan (Aisyah, 2009).
c) Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat
dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan
risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.
Merokok meyebabkan hipertensi karena nikotin yg terkandung di dalam
rokok memiliki kecenderungan untuk menyempitkan pembuluh darah dan
arteri yang dapat menyebabkan plak. Plak menyempitkan pembuluh darah.
Nikotin juga memiliki kemampuan untuk merangsang produksi hormon
epinefrin juga dikenal sebagai adrenalin yang menyebabkan pembuluh
darah mengerut (Hopkinson, 2011).
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman
28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak
merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14
batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang
perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun (Aisyah,
2009).
d) Mengkonsumsi garam berlebih
Badan Kesehatan Dunia WHO merekomendasikan pola konsumsi
garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar yodium
yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram
yodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat.
Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume
cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler
tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak
kepada timbulnya hipertensi. (Basha, 2004).
e) Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak
jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum
alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor risiko hipertensi (Aisyah,
2009).
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
f) Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi
mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut
berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg (Dalyoko, 2010).
g) Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas
saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara
intermiten
(tidak
menentu).
Stress
yang
berkepanjangan
dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum
terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi
dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stres yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota
(Syahrini, Susanto, & Udiyono, 2012). Menurut Anggraini dkk dalam
Sumarna, (2012) mengatakan stress akan meningkatkan resistensi pembuluh
darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf
simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas
sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.
h) Penyakit jasmani
Penyakit jasmani merupakan penyakit yang dapat menyebabkan
meningkatkan hipertensi yaitu asam urat, arterosklerosis, hiperkolesterol dan
hiperuresemi. Asam urat dapat menyebabkan peningkatan hipertensi karena
asam urat akan menyumbat aliran darah ke jantung sehingga jantung akan
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
bekerja lebih keras dalam memompa jantung. Dengan demikian tekanan
darah akan meningkat (Brunner & Suddarth, 2001).
2.3.4 Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan – perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katub jantung
menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1%
setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. Selain itu,
kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi dan meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer (Syahrini, Susanto, & Udiyono, 2012).
Menurut Darmojo (2006), penyebab hipertensi pada lanjut usia adalah :
1.
Renin : Tingginya kadar renin menyebabkan vasokontriksi dan peningkatan
volume darah (akibat meningkatnya retensi garam dan cairan pada ginjal),
mengakibatkan tingginya kadar tekanan darah.
2.
Peningkatan sensitivitas terhadap asupan garam : Dengan bertambahnya usia
semakin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium. Ini
menyebabkan penurunan fungsi ginjal dengan penurunan perfusi ginjal dan
laju filtrasi glomerulus.
3.
Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer : Akibat proses menua akan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang mengakibatkan
hipertensi sistolik.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
4.
Perubahan ateromatous : Akibat proses menua menyebabkan disfungsi endotel
yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan substansi kimiawi lain
yang kemudian menyebabkan resorbi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan
proses sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain berhubungan
dengan kenaikan tekanan darah.
2.3.5 Manifestasi Klinis
Smeltzer & Bare (2001) menyebutkan bahwa terdapat tanda dan gejala yang
dapat timbul pada pasien hipertensi yaitu:
1) Mulai dari tidak ada gejala sampai gejala ringan, misalnya: pusing, melayang,
berputar, vertigo, sakit kepala, baik sebagian maupun seluruh bagian
2) Pandangan mata kabur/tidak jelas bahkan dapat langsung buta
3) Mual muntah
4) Pada pemeriksaan diperoleh nilai takanan darah tinggi (≥140/90 mmHg), dapat
pula ditemukan perubahan pada retina, seperti penyempitan pembuluh darah,
perdarahan, edema pupil
5) Hipertrofi ventrikel kiri sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel untuk
berkontraksi
6) Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke
7) Langsung komplikasi yang berat, seperti sesak napas hebat; kaki bengkak (akibat
gagal jantung), tidak sadarkan diri akibat perdarahan di otak (stroke).
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
2.3.6 Komplikasi
Penderita hipertensi berisiko untuk menderita penyakit lain. Dalimartha, at al.
(2008) menyebutkan beberapa penyakit yang dapat timbul akibat dari hipertensi,
diantaranya sebagai berikut:
1) Penyakit jantung koroner
Penyakit ini sering dialami penderita hipertensi sebagai akibat terjadinya
pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung. Penyempitan lubang pembuluh
darah jantung menyebabkan berkurangnya aliran darah pada beberapa bagian otot
jantung. Hal ini menyebabkan rasa nyeri di dada dan dapat berakibat gangguan pada
otot jantung. Bahkan dapat menyebabkan timbulnya serangan jantung.
2) Gagal jantung
Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk
memompa darah. Kondisi itu berakibat otot jantung akan menebal dan meregang
sehingga daya pompa otot menurun. Pada akhirnya, dapat terjadi kegagalan kerja
jantung secara umum. Tanda- tandanya adanya komplikasi yaitu sesak napas, napas
putus-putus (pendek) dan terjadi pembengkakan pada tungkai bawah serta kaki.
3) Kerusakan pembuluh darah otak
Beberapa penelitian di luar negeri mengungkapkan bahwa hipertensi menjadi
penyebab utama pada kerusakan pembuluh darah otak. Ada dua jenis kerusakan yang
ditimbulkan yaitu pecahnya pembuluh darah dan rusaknya dinding pembuluh darah.
Dampak akhirnya seseorang bisa mengalami stroke dan kematian.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
4) Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan peristiwa di mana ginjal tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi, yaitu
nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis benigna terjadi
pada hipertensi yang berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan fraksi-fraksi
plasma pada pembuluh darah akibat proses menua. Hal itu menyebabkan daya
permeabilitas dinding pembuluh darah berkurang. Adapun nefrosklerosis maligna
merupakan kelainan ginjal yang ditandai dengan naiknya tekanan diastole di atas 130
mmHg yang disebabkan terganggunya fungsi ginjal.
2.3.7 Penatalaksanaan
Intervensi atau penatalaksanaan untuk pasien hipertensi ada dua macam, yaitu
intervensi farmakologis dan intervensi nonfarmakologis (Corwin, 2009).
1. Intervensi farmakologis, yaitu intervensi dengan menggunakan obatobatan
antihipertensi. Obat-obatan antihipertensi dapat dipakai sebagai obat tunggal atau
dicampur dengan obat lainnya. Obat-obatan ini diklasifikasikan menjadi 5
kategori, antara lain:
1) Diuretik
Diuretik bekerja dengan menghambat resorpsi Natrium Chlorida (NaCl) di
tubulus ginjal. Ada penurunan awal curah jatung karena penurunan volume
plasma dan volume cairan ekstraseluler. Diuretik dosis rendah seperti
hydrochlorthiazid (HCT) direkomendasikan sebagai terapi awal hipertensi.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
2) Penghambat adrenergik
Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfablocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol. Beta blocker bekerja
dengan menurunkan denyut jantung dengan menurunkan curah jantung dan
kontraktilitas
otot
jantung,
menghambat
pelepasan
rennin
ginjal,
dan
meningkatkan sensitivitas barorefleks.
Alfa-blocker bekerja menurunkan aliran balik vena tetapi tidak menyebabkan
takikardia. Curah jantung tetap atau meningkat dan volume plasma biasanya tidak
berubah. Karena efek antihipertensi alfa-blocker didasarkan pada vasodilatasi
arteriol perifer, maka lebih efektif pada pasien dengan aktivitas simpatis kuat.
Penggunaan alfablocker dengan masa kerja lama seperti doxazosin sebelum tidur
efektif untuk mencegah peningkatan tekanan darah di pagi hari.
3) ACE Inhibitor
Obat ini menghambat konversi angiotensin I menjadi angiotensin II sehingga
mengganggu sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAA). Aktivitas rennin
plasma meningkat, kadar angiotensin II dan aldosteron menurun, volume cairan
menurun dan terjadi vasodilatasi.
4) Calcium Channel Blocker (CCB)
CCB menghambat masuknya ion kalsium melalui kanal lambat di jaringan
otot polos skuler dan menyebabkan relaksasi arteriol dalam tubuh. CCB berguna
untuk terapi semua derajat hipertensi.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
5) Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
ARB bekerja seperti ACE-I, yaitu mengganggu sistem RAA. Golongan ini
menghambat ikatan angiotensin II pada salah satu reseptornya. ARB lebih aman
dan tolerable dibandingkan ACE-I (Aziza, 2007).
2. Intervensi nonfarmakologis, yaitu dengan modifikasi pola hidup. Mengikuti pola
hidup yang sehat penting untuk pencegahan hipertensi dan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari tatalaksana hipertensi. Kombinasi dua atau lebih pola
hidup akan memberikan hasil yang lebih baik. Smeltzer & Bare (2001)
menyebutkan beberapa modifikasi pola hidup, diantaranya adalah:
1) Penurunan berat badan
Hipertensi dan obesitas memiliki hubungan yang dekat. Tekanan darah
yang meningkat seiring dengan peningkatan berat badan menghasilkan
hipertensi pada sekitar 50% individu obes. Penurunan berat badan sebanyak
10 kg yang dipertahankan selama dua tahun menurunkan tekanan darah
kurang lebih 6,0/4,6 mmHg (Aziza, 2007).
Guideline WHO-ISH (1999) menyebutkan bahwa pengurangan berat
badan sebanyak 5 kg dapat menurunkan tekanan darah pada sebagian besar
pasien hipertensi dan memiliki efek menguntungkan terhadap faktor risiko
DM, hiperlipidemia, dan LVH.
2) Pembatasan alkohol
Efek samping asupan alkohol yang berlebihan ( >14 gelas per minggu
untuk laki-laki dan lebih dari 9 gelas per minggu untuk perempuan) terbukti
memperburuk hipertensi. Alkohol mengurangi efek obat antihipertensi namun
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
efek tersebut reversible dalam 1-2 mingggu dengan moderation of drinking
sekitar 80%. Pembatasan konsumsi alkohol dapat menurunkan tekanan darah
sistolik 3 mmHg dan tekanan darah diastolik 2 mmHg. Pasien hipertensi yang
minum alkohol harus disarankan untuk membatasi konsumsi; tidak lebih dari
20-30 gram alkohol setiap hari untuk laki-laki dan tidak lebih dari 10- 20
gram untuk perempuan (Aziza, 2007).
3) Pengurangan asupan natrium
Canadian Hypertension Education Program (CHEP) dalam Aziza (2007)
merekomendasikan asupan natrium kurang dari 100 mmol/hari. Pasien yang
sensitif terhadap pengurangan garam hanya 30% dari total seluruh pasien
hipertensi. Jadi untuk kepentingan jangka panjang diberikan diet rendah
garam yang tidak terlalu ketat (masih ada cita rasa/tidak hambar) kecuali
pasien yang sedang mengalami komplikasi akut, misalnya gagal jantung berat
yang sedang dirawat di rumah sakit dan memerlukan asupan garam lebih ketat
(Aziza, 2007).
4) Penghentian rokok
Merokok dihubungkan dengan efek pressor, dengan peningkatan tekanan
darah sekitar 107 mmHg pada pasien hipertensi 15 menit setelah merokok dua
batang. Efek itu semakin kuat jika minum kopi. Selain itu, merokok juga
menurunkan efek antihipertensi beta blocker. Oleh karena itu semua pasien
hipertensi yang merokok harus mendapatkan konseling (Aziza, 2007).
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
5) Olahraga/Aktivitas fisik teratur
Olahraga dinamis sedang (30-45 menit, 3-4 kali/minggu) efektif dalam
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dan orang normotensi pada
umumnya. Olahraga aerobik teratur seperti jalan cepat atau berenang dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi rata-rata 4,9/3,9 mmHg.
Olahraga ringan lebih efektif dalam menurunkan tekanan darah daripada
olahraga yang memerlukan banyak tenaga, misalnya lari atau jogging dapat
menurunkan tekanan darah sistolik kira-kira 4-8 mmHg. Olahraga isometrik
seperti angkat berat dapat mempunyai efek stresor dan harus dihindari (Aziza,
2007).
6) Relaksasi
Relaksasi merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang didasarkan
pada cara kerja sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Relaksasi ini mampu
menghambat stres atau ketegangan jiwa yang dialami seseorang sehingga
tekanan darah tidak meninggi atau turun. Dengan demikian, relaksasi akan
membuat kondisi seseorang dalam keadaan rileks atau tenang. Dalam
mekanisme autoregulasi, relaksasi dapat menurunkan tekanan darah melalui
penurunan denyut jantung dan TPR (Corwin, 2009).
2.4 Konsep Masase Ekstremitas Bawah
2.4.1 Definisi Masase Ekstremitas Bawah
Dalam bahasa Indonesia, masase dapat diartikan sebagai pijat atau urut.
Selain itu masase dapat diartikan sebagai pijat yang telah disempurnakan dengan
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
ilmu-ilmu tentang tubuh manusia atau gerakan-gerakan mekanis terhadap tubuh
manusia dengan mempergunakan bermacam-macam bentuk pegangan atau teknik
(Trisnowiyanto, 2012).
Masase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya
otot, tendon, atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi
sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi dan atau memperbaiki
sirkulasi (Mander, 2004 dalam Andarmoyo 2013).
Masase adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak,
biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan
posisi sendi guna menurunkan nyeri,
menghasilkan relaksasi,
dan/atau
meningkatkan sirkulasi. Gerakan-gerakan dasar meliputi : gerakan memutar yang
dilakukan oleh telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan dan
kebelakang menggunakan tenaga, menepuk- nepuk, memotong-motong, meremasremas, dan gerakan meliuk-liuk. Setiap gerakan gerakan menghasilkan tekanan,
arah, kecepatan, posisi tangan dan gerakan yang berbeda-beda untuk menghasilkan
efek yang di inginkan pada jaringan yang dibawahnya (Henderson 2005).
Menurut Toru Namikoshi (2006) masase adalah suatu metode preventif
dalam perawatan kesehatan untuk meningkatkan gairah hidup, menghilangkan rasa
letih, dan merangsang daya penyembuhan tubuh secara alamiah dengan jalan
memijat titik-titik tertentu pada tubuh.
Menurut Aslani (2003), melakukan masase pada otot-otot besar pada kaki
dapat memperlancar sirkulasi darah dan saluran getah bening serta membantu
mencegah varises. Pada saat melakukan masase pada otot-otot kaki maka
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
tingkatkan tekanan ke otot ini secara bertahap untuk mengendurkan ketegangan
sehingga membantu memperlancar aliran darah ke jantung. Masase pada kaki
diakhiri dengan masase pada telapak kaki yang akan merangsang dan
menyegarkan kembali bagian kaki sehingga memulihkan sistem keseimbangan dan
membantu relaksasi. Prosedur masase ini dilakukan dengan posisi berbaring
dengan menutup bagian klien dengan handuk besar mulai dari pinggang sampai
kaki.
2.4.2 Manfaat Masase
Dalam beberapa kondisi, masase bisa menjadi cara yang ampuh untuk
mengembalikan tubuh yang sehat dan bugar. Salah satunya untuk mengusir
pegalpegal. Masase juga memiliki beberapa macam manfaat bagi kesehatan, di
antaranya :
1) Masase mempengaruhi jaringan tubuh untuk memperluas kapiler dan kapiler
cadangan, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan aliran darah ke jaringan
dan organ, meningkatkan proses reduksi oksidasi, memfasilitasi jantung dan
berkontribusi terhadap redistribusi darah dalam tubuh.
2) Masase juga memberikan sedikit peningkatan jumlah trombosit, leukosit,
eritrosit dan hemoglobin tanpa mengganggu keseimbangan asam-basa.
3) Jika dilakukan secara tepat, masase dapat mempengaruhi sistem saraf perifer,
meningkatkan rangsangan dan konduksi impuls saraf, melemahkan dan
menghentikan rasa sakit dengan mempercepat proses pemulihan saraf yang
cedera.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
4) Masase mempercepat aliran getah bening yang meningkatkan transpotasi nutrisi
ke jaringan, mengurangi stasis pada sendi serta organ dan jaringan lain.
5) Masase memiliki efek fisiologis yang beragam terhadap kulit dan fungsinya,
seperti membersihkan saluran keringat, kelenjar sebaceous, meningkatkan
fungsi sekresi, ekskresi dan pernapasan kulit.
6) Masase bisa membuat otot menjadi fleksibel, meningkatkan fungsi kontraktil
yang
mempercepat
keluarnya
metabolit
yang
merupakan
hasil
dari
metabolisme.
7) Masase membantu mengeluarkan cairan yang terdapat di dalam otot-otot dan
memulihkan keadaan normalnya.
Sementara pada penderita hipertensi, manfaat masase adalah memperlancar
peredaran darah dan getah bening. Dimana masase akan membantu memperlancar
metabolisme dalam tubuh. Treatment masase akan mempengaruhi kontraksi
dinding kapiler sehingga terjadi keadaan vasodilatasi atau melebarnya pembuluh
darah kapiler dan pembuluh getah bening. Aliran oksigen dalam darah meningkat,
pembuangan sisa-sisa metabolik semakin lancar sehingga memacu hormon
endorphin yang berfungsi memberikan rasa nyaman. Efek kesembuhan secara
holistikpun bisa didapatkan dari masase yaitu menimbulkan relaksasi pada pikiran,
menghilangkan depresi dan perasaan panik dengan meluangkan sedikit waktu
untuk melakukan kontak khusus yang ditimbulkan dari sentuhan masase (Jurch,
2009).
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
2.4.3 Metode masase
Menururt Bambang Priyonoadi (2008) metode masase adalah sebagai berikut
1. Mengusap (Efflurage/strocking)
Gerakan mengusap dengan menggunakan telapak tangan atau bantalan
jari tangan. Gerakan ini dilakukan sesuai dengan peredaran darah menuju
jantung maupun kelenjar-kelenjar getah bening. Manfaat gerakan ini adalah
merelaksasi otot dan ujung-ujung syaraf (Snyder, 2002). Cara mengusap
dengan menggunakan seluruh permukaan tapak tangan dan jari-jari untuk
menggosok daerah-daerah tubuh yang lebar dan tebal, misalnya: daerah paha,
pinggang, dan punggung. Gosokan untuk daerah tubuh yang sempit biasanya
menggunakan bagian tapak tangan atau bahkan hanya ujung jari tangan,
misalnya menggosok pada daerah antara tulang rusuk (intercostalis) dan
daerah jari-jari. Tehnik ini dilakukan di awal pemijatan untuk melemaskan
otot-otot. (Rosser, 2004; Ekowati et al, 2009). Berikut contoh gambar Metode
efflurage:
Gambar 2.1 Metode efflurage
(Sumber: Bambang Priyonoadi, 2008)
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
2. Meremas (Petrisage)
Gerakan memijit atau meremas dengan menggunakan telapak tangan
atau jari-jari tangan. Teknik ini digunakan pada area tubuh yang berlemak dan
jaringan otot yang tebal. Petrissage ini mempunyai manfaat sebagai
pendorong keluarnya sisa-sisa pembakaran dan mempercepat aliran darah ke
seluruh tubuh. Berikut contoh gambar Metode petrissage:
Gambar 2.2 Metode Petrisage
(Sumber: Bambang Priyonoadi, 2008)
3. Friction
Gerakan melingkar kecil-kecil dengan penekanan yang lebih dalam
menggunakan jari atau ibu jari. Gerakan ini hanya digunakan pada area tubuh
tertentu yang bertujuan untuk penyembuhan ketegangan otot akibat asam
laktat yang berlebih. friction biasanya dilakukan dengan gerakan melingkar
seperti spiral yang mempunyai manfaat, diantaranya: (1) dapat merangsang
serabut saraf dan otot-otot yang terletak di dalam permukaan tubuh, (2)
gerakannya yang spiral akan membantu menghancurkan miogelosis, yaitu
timbunan dari sisa sisa pembakaran yang menyebabkan pengerutan pada otot
(Wara Kushartanti, 2002). Berikut contoh gambar Metode friction:
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
Gambar 2.3 Metode Friction
(Sumber: Bambang Priyonoadi, 2008)
4. Menggetar (vibration)
Gerakan menggetar untuk merangsang atau menenangkan urat saraf
dan dapat menghilangkan kerut pada wajah. Gerakan pijat dilakukan dengan
ujung-ujung jari tangan, getarannya ringan dan lembut dengan gerakan yang
lebih berat. Penerapan di kepala bagian samping dengan arah ke atas, bagian
depan dan belakang/tengkuk (batas pertumbuhan rambut dan belakang) juga
ke atas. Gerakan ini berguna untuk meningkatkan absorbsi dari cairan di
jaringan lunak, menenangkan saraf-saraf superfisialis yang dapat mengurangi
ketegangan dan menghasilkan relaksasi, dan bila dilakukan disepanjang usus
besar dapat menyebabkan (Rosser, 2004).
Gambar 2.4 Metode Vibration
(Sumber: Bambang Priyonoadi, 2008)
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
5. Memukul (tapotement/ tapotage)
Gerakan menepuk atau memukul dan bersifat merangsang jaringan
otot, dilakukan dengan kedua tangan bergantian. Untuk memperoleh hentakan
tangan yang ringan, tidak sakit pada klien tapi merangsang sesuai dengan
tujuannya, maka diperlukan fleksibilitas pergelangan tangan. Tapotement di
bagi menjadi 3 macam, yaitu:
1) Tapotement beating
Tapotement ini dilakukan dengan menggunakan dua tangan dalam posisi
menggenggam. Pukulan dilakukan pada bagian yang lunak atau tebal dari sisi
bawah tapak tangan. Pukulan dilaksanakan dengan cukup kuat di daerah
sepanjang ruas-ruas tulang belakang (columa vertebralis). Manfaat dari
Metode ini adalah: (1) memberikan rangsang yang kuat terhadap pusat saraf
spinal beserta serabut-serabut saraf, (2) dapat membantu mendorong keluar
sisa-sisa pembakaran yang masih tertinggal di sepanjang sendi ruas-ruas
tulang belakang beserta otot-otot disekitarnya, terutama di daerah pinggang
(vertebrae
lumbalis)
dan
punggung
(vertebrae
thoracalis)
(Tjipto
Soeroso,1983). Berikut contoh gambar Metode tapotement beating:
Gambar 2.5 Metode tapotement beathing
(Sumber: Bambang Priyonoadi, 2008)
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
2) Tapotement Clapping
Tapotement clapping dilakukan menggunakan seluruh permukaan tapak
tangan dan jari-jari dengan membentuk cekungan. Tapotement ini akan
merangsang serabut-serabut syaraf tepi (perifeer), terutama diseluruh daerah
pinggang dan punggung. Bantalan udara yang ditimbulkan oleh adanya
cekungan tapak tangan akan menimbulkan rasa hangat dan mengurangi rasa
sakit. Warna merah yang kemudian timbul pada kulit menunjukkan terjadinya
pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi pada pembuluh darah), berarti
meningkatnya kelancaran peredaran darah dan penyebaran sari makanan di
daerah tersebut (Bambang Priyonoadi, 2008). Berikut contoh gambar
tapotement clapping:
Gambar 2.6 Metode tapotement claping
(Sumber: Bambang Priyonoadi, 2008)
3) Tapotement Hacking
Tapotement hacking yaitu Metode yang dapat dilakukan dengan
menggunakan seluruh jari-jari. Pukulan dilakukan dengan posisi miring
diseluruh daerah pinggang dan punggung, dengan jari-jari kendor dan relaks
memukul kulit secara bergantian dan berirama. Pukulan yang dilakukan
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
dengan cukup kuat tetapi luwes ini akan merangsang serabut saraf tepi,
melancarkan peredaran darah dan juga merangsang organ-organ tubuh
dibagian dalam. Tapotement yang dilakukan dengan lembut dan halus
memberikan pengaruh penenangan dan penyegaran, hingga dapat menidurkan
seseorang. Tapotement yang dilakukan dengan cukup kuat dan lunak akan
merangsang saraf dan serabut otot untuk meningkatkan kemampaun
kontraksinya untuk menghadapi kerja yang lebih berat. Berikut contoh gambar
metode tapotement hacking:
Gambar 2.7 Metode tapotement hacking
(Sumber: Bambang Priyonoadi, 2008)
2.4.4 Tekanan
Ketika menggunakan keseluruhan tangan untuk mengurut suatu daerah yang
luas, tekanan harus selalu dipusatkan di bagian telapak tangan. Jari-jari tangan harus
dilemaskan sepenuhnya karena tekanan jari tangan pada saat ini tidak menghasilkan
relaksasi yang diperlukan. Tekanan telapak tangan hanya boleh diberikan ketika
melakukan gerakan mengurut ke arah jantung dan harus dihilangkan ketika
melakukan gerakan balik (Price, 1997).
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
2.4.5
Kecepatan
Sampai taraf tertentu kecepatan gerakan masase bergantung pada efek yang
ingin dicapai. Umumnya, masase dilakukan untuk menghasilkan relaksasi pada orang
yang dipijat dan frekuensi gerakan masase kurang lebih 15 kali dalam semenit (Price,
1997).
2.4.6 Durasi
Durasi atau lamanya suatu terapi masase bergantung pada luasnya tubuh yang
akan dipijat. Rangkaian masase yang dianjurkan berlangsung antara 5 sampai 15
menit dengan mempertimbangkan luas daerah yang dipijat (Price, 1997).
2.4.7 Frekuensi
Price (1997) mengemukakan, umumnya diyakini bahwa masase paling efektif
jika dilakukan tiap hari, beberapa peneliti mengemukakan bahwa terapi masase akan
lebih bermanfaat bila dilakukan lebih sering dengan durasi yang lebih singkat.
Menurut Breakey (1982) yang dikutip oleh Price (1997), masase selama 10 menit
harus sudah menghasilkan relaksasi.
2.5 Konsep Minyak Esensial Lavender
2.5.1 Definisi
Minyak Esensial merupakan hasil sulingan ekstrak tanaman biasanya juga
disebut sebagai minyak atsiri (Price, 1997). Tanaman dan ekstraknya sudah
digunakan dalam waktu yang sudah cukup lama untuk meringankan rasa nyeri,
membantu penyembuhan, membunuh kuman dan juga untuk memulihkan serta
mempertahankan kesehatan tubuh.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43
Minyak Esensial dapat digunakan pada jaringan hidup tanpa menimbulkan
banyak efek samping yang berbeda dengan obat-obatan sintetik yang membuat tubuh
manusia harus beradaptasi terhadap efek yang ditimbulkan sehingga harus terus
menerus menambah takaran dosisnya, hal seperti ini tidak pernah terjadi pada
pemakaian minyak Esensial (Price,1997).
Minyak Esensial lavender merupakan minyak yang merupakan hasil ekstraksi
dengan destilasi uap bunga dari tanaman Lavandula agustifolia (suku Lamiaceae).
Memang ada satu spesies lain yang masih dalam satu famili yang bisa menghasilkan
minyak lavender yaitu Lavandula latifolia Medicus, tetapi yang paling sering dipakai
dan sudah banyak dipakai sebagai aromaterapi adalah dari tanaman Lavandula
agustifolia
2.5.2 Manfaat minyak esensial lavender
Sifat farmakologi dari minyak lavender dalam menimbulkan efek relaksasi
dipengaruhi oleh kandungan terbesarnya yaitu linalool dan linalil asetat serta sedikit
dipengaruhi oleh kandungan geraniolnya. Efek farmakologi dalam menimbulkan
relaksasi secara fisik dan psikologis dari minyak lavender ini cukup lengkap.
Berikut ini efek farmakologi untuk relaksasi yang bisa ditimbulkan oleh
minyak lavender :
1) Menurunkan ansietas, hipertensi, depresi, agitasi, iritabilitas, nyeri, ketegangan
otot; hal ini disebabkan karena lavender memiliki kandungan ester yang tinggi
yang dipercaya memiliki sifat menenangkan dan bekerja dengan lembut serta
tidak bersifat toksik (Price , 1997).
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
2) Memiliki sifat analgesik (Price, 2007; Bowels, 2003; McGuinness, 2007; Jane,
2003; de Sousa, 2011; Chu et al, 2001; Dobetsberger, 2010)
3) Memiliki sifat antispasmodik (menurunkan kontraktilitas otot lurik) (Price, 2007;
Bowels, 2003; McGuinness, 2007; Balchin et al, 1999)
4) Menyeimbangkan sistem saraf tepi (Price, 2007)
5) Memiliki sifat menenangkan (Price, 2007; Bowels, 2003, Cook, 2008; Jane,
2003)
6) Memiliki efek sedatif (PRice, 2000; Bowels, 2003; Cook, 2008; McGuinness,
2007; Jane, 2003; Chu et al, 2001)
7) Hipotensif (PRice, 2000; McGuinness, 2007)
8) Menurunkan frekuensi jantung (Price, 2007)
9) Antidepresan (Rich, 1994; Cook, 2008; Jane, 2003; Conrad et al, 2012)
10) Antiansietas (Cooke, 2000; Kristanti, 2010; Chu et al, 2001; Dobetsberger, 2010;
Conrad et al, 2012)
11) Antiinsomnia (Chien et al, 2012)
12) Meningkatkan daya konsentrasi (Price, 2007)
2.5.3 Cara kerja minyak esensial laveender
1) Absorpsi melalui kulit
Berdasarkan sifat kulit, senyawa yang lipofilik (larut dalam lemak, misal minyak
atsiri) mudah terabsorbsi. Kebanyakan minyak atsiri yang
digunakan dalam
aromaterapi dapat menembus kulit. Begitu menembus lapisan epidermis, molekul
minyak atsiri dapat dengan mudah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya
saluran limfa dan pembuluh darah, saraf, kolagen, fibroblast, mast cells, dan lain-lain.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
Molekul-molekul itu akan ikut bersirkulasi dan dibawa oleh sistem sirkulasi baik
sirkulasi darah maupun sirkulasi limfatik melalui pembuluh-pembuluh kapiler.
Selanjutnya, pembuluh-pembuluh kapiler mengantarnya ke susunan saraf pusat dan
oleh otak akan dikirim berupa pesan ke organ tubuh yang mengalami gangguan atau
ketidakseimbangan. Molekul yang mencapai setiap sel otak dikonversikan menjadi
suatu aksi dengan pelepasan substansi neurokimia berupa perasaan senang, rileks,
dan tenang. Minyak esensial yang dioleskan disertai pemijatan akan lebih
merangsang sistem sirkulasi untuk bekerja lebih aktif (Annisa, 2011).
Pada proses ini essential oil dicampur dengan carrier oil terlebih sebelum
digunakan
sebagai
Aromatherapy Massage
Oil
(sebagai
minyak
pijat
beraromaterapi). Massage oil (Aromatherapy oil) ini selanjutnya dibubuhi ke
tubuh pengguna sambil dilakukan pemijatan untuk memberikan efek relaksasi.
Pada saat ini senyawa kimiawi alami yang terkandung dalam essential oil masuk
ketubuh melalui pembuluh-pembuluh yang terdapat disepanjang epidermis dan
dermis kulit sehingga memberikan efek positif pada kulit dan tubuh pengguna.
(Price, 1997).
2) Pemberian melalui nasal
Jika minyak Esensial dihirup, molekul-molkul yang ada pada minyak tersebut
akan terbawa oleh arus turbulen ke langit-langit hidung. Pda langit-langit hidung
terdapat bulu-bulu halus yang menjulur dari sel-sel reseptor ke dalam saluran
hidung. Ketika molekul minyak tertahan pada bulu-bulu ini suatu impuls akan
ditransmisikan lewat bulbus olfaktorius dan traktus olfaktorius ke dalam sistem
limbik. Proses ini akan memacu memori dan emosional yang lewat hipotalamus
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
bekerja sebaagi pemacar serta regulator menyebabkan pesan tersebut dikirim ke
bagian otak yang lain dan bagian tubuh lainnya. Pesan yang diterima akan diubah
menjadi kerja sehingga terjadi pelepasan zat-zat neurokimia yang bersifat euforik,
relaksan, sedatif, atau stimulan menurut keperluan tubuh (Price, 1997).
3) Pemakaian topikal
Pemakaian topikal berarti „pengolesan minyak esensial yang bisa dilakukan
sendiri atau dengan bantuan orang lain. Terapi dengan masase menggunakan
gerakan rutin yang teratur untuk mencapai tujuan yang spesifik, misalnya
relaksasi. Para terapis aroma yang profesional kebanyakan menggunakan minyak
Esensial dengan masase (Price, 1997).
2.6 Pengaruh masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender
dalam menurunkan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi
Masase dapat menghasilkan relaksasi oleh stimulasi taktil di jaringan
tubuh menyebabkan respon neurohumoral yang kompleks dalam The
Hypothalamic–Pituitary Axis (HPA) ke sirkuit melalui pusat jalur sistem saraf.
Stimulus tersebut didistribusikan otak tengah melalui korteks di otak dan
diinterpretasikan sebagai respon relaksasi (Lawton, 2003).
Adaptasi terhadap stres diatur oleh kapasitas HPA untuk mensekresikan
hormon seperti kortisol dan endorfin yang mengurangi aktivitas sistem saraf
simpatik dan meningkatkan respon sistem syaraf parasimpatis untuk merangsang
neurotrasmitter asetilkolin. Kortisol adalah hormon stres yang utama dan sebagai
produk akhir dari syaraf simpatik. Neurotransmitter asetikolin selanjutnya
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
menghambat aktivitas saraf simpatis sehingga terjadi vasodilatasi sistemik dan
penurunan kontraktilitas otot jantung yang bermanifestasi pada penurunan
kecepatan denyut jantung, curah jantung serta volume sekuncup yang pada
akhirnya menyebabkan penurunan tekanan darah (Retno, 2012). Efek penurunan
tekanan darah dari masase didapatkan melalui peningkatan vasodilatasi
pembuluh darah dan getah bening, meningkatkan level serotonin, mengurangi
sekresi hormon katekolamin dan dapat mengurangi rasa nyeri kepala akibat
hipertensi, sehingga komplikasi lebih lanjut dapat dicegah.
Masase menjadi proses mediasi untuk pengurangan stres fisiologis dan
psikologis pada lansia. Masase mempunyai efek relaksasi yang dapat
menurunkan skresi noreepinefrin dan ADH, serta meningkatkan sekresi
endorphin. Kesemua efek ini akan memiliki manfaat dalam penurunan tekanan
darah pada lansia. Komposisi utama dalam lavender adalah linalool asetat.
Karena komposisi utama dalam minyak lavender adalah linalool asetat yang
mampu memberi esek antispasmodik untuk mengendorkan dan melemaskan
sistem kerja urat-urat syaraf dan otot-otot yang tegang. Aroma lavender bekerja
mempengaruhi kerja sistem limbik dengan meningkatkan perasaan positif dan
rileks (Smeltzer and Bare, 2001).
Respon bau yang dihasilkan akan merangsang kerja sel neurokimia otak.
Sebagai contoh, bau yang menyenangkan akan menstimulasi talamus untuk
mengeluarkan enkefalin yang berfungsi sebagai penghilang rasa sakit alami dan
menghasilkan perasaan tenang. Bau seperti ylang-ylang dapat merangsang kerja
endorfin pada kelenjar pituitari dan menghasilkan efek afrodisiak. Kelenjar
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48
pituitari juga melepaskan agen kimia ke dalam sirkulasi darah untuk mengatur
fungsi kelenjar lain seperti tiroid dan adrenal. Bau yang menimbulkan rasa
tenang akan merangsang daerah di otak yang disebut raphe nucleus untuk
mengeluarkan sekresi serotonin (Sholikha, 2011). Serotonin memiliki efek dalam
menurunkan tekanan darah dengan menekan aktivitas saraf simpatis. Serotonin
memiliki peran penting pada regulasi pembuluh darah, dimana serotonin
memiliki efek vasodilatasi melalui aktivitas reseptor S1. Serotonin juga berfungsi
menekan aktivitas ACTH dan menurunkan kadar kotisol, dimana kortisol berefek
dalam vasokontriksi pembuluh darah (Psychother, 2005 dalam Arthini, 2012).
Beta endorphin memiliki efek positif pada tubuh dan pikiran, dimana saat
beta endorphin dilepaskan, tekanan darah akan menurun (Sholikha, 2011). Beta
endorphin merupakan hormone anti stress yang dapat menimbulkan efek
relaksasi. Aktivitas beta endorphin menekan aktivitas saraf simpatis yang dapat
menurunkan kadar kortisol dan hormone adrenalin sehingga tekanan darah
menurun (Psychother, 2005 dalam Arthini, 2012).
2.7 Konsep Teori Kenyamanan Kolcaba
Kenyamanan adalah keadaan terpenuhinya kebutuhan terhadap relief,
ease dan transcendence comfort yang meliputi empat konteks (fisik,
psikospiritual, sosial budaya dan lingkungan); lebih dari tidak adanya rasa sakit
atau ketidaknyamanan fisik lainnya (Kolcaba, 1991 dalam Aligood & Marriner,
2010).
Teori
kenyamanan
adalah
teori
keperawatan
yang
pertama
dikembangkan oleh Katherine Kolcaba pada tahun 1990, seorang sarjana
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49
keperawatan Amerika yang memperoleh PhD dalam dunia keperawatan dan
sertifikasi otoritas sebagai perawat klinik spesialis.
2.7.1 Bentuk Kenyamanan
Kolcaba menggambarkan kenyamanan dalam 3 bentuk (Kolcaba, 1991
dalam Tomey & Alligood, 2006) yaitu :
1. Merasa tertolong (relief )
Merupakan keadaan dimana rasa tidak nyaman berkurang dengan latar
belakang teoritikal teori Orlando (1961) yang menggambarkan filosofi
keperawatan berdasarkan kebutuhan.
2. Merasa lebih ringan (ease)
Merupakan kondisi hilangnya rasa tidak nyaman yang spesifik dengan
latar belakang teoritikal Henderson (1966) tentang 13 kebutuhan dasar
manusia. Untuk berada dalam tingkat ease, pasien atau keluarga tidak harus
mempunyai pengalaman ketidaknyaman spesifik sebelumnya (misalnya
kecenderungan nafas pendek pada anak dengan asthma atau kecemasan akut
pada anggota keluarga).
3. Transendensi (transcendence)
Merupakan keadaan dimana seseorang bangkit dari ketidaknyamanan
(misalnya anak merasa percaya diri terhadap ambulasi walaupun dia tahu hal
tersebut akan memperparah nyeri). Transcendence merupakan turunan dari
teori yang dikembangkan oleh Peterson dan Zderad (1975).
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50
2.7.2 Konteks Kenyamanan
1. Kebutuhan kenyamanan fisik
Kebutuhan
kenyamanan
fisik
meliputi
penurunan
mekanisme
fisiologis beresiko karena suatu penyakit atau prosedur invasif. Terdapat dua
kebutuhan fisik yaitu kebutuhan fisik yang tak terlihat dimana pasien atau
keluarga tidak waspada (keseimbangan cairan dan elektrolit, oksigenasi dan
termoregulasi) dan kebutuhan fisik yang terlihat (nyeri, mual, muntah,
menggigil, gatal).
2. Kebutuhan rasa nyaman psikospiritual
Kebutuhan kenyamanan psikospiritual meliputi kebutuhan terhadap
kepercayaan diri, motivasi. Kebutuhan ini seringkali dipenuhi dengan
ketenangan jiwa yang berfokus pada transcendence seperti pijatan, kebersihan
mulut, pengunjung, sentuhan dan memfasilitasi kenyamanan personal.
3. Kebutuhan kenyamanan sosiokultural
Kebutuhan kenyamanan sosiokultural meliputi kebutuhan ketenangan
hati, dukungan, bahasa tubuh yang positif dan perawatan dari sudut pandang
budaya. Kebutuhan ini termasuk perilaku dapat melakukan (a can-do attitude),
pesan kesejahteraan (massage of wellness) dan jaminan tentang "anda
melakukan dengan baik" (you're doing great), yang dilakukan oleh perawat
selama bertugas. Kebutuhan sosial juga termasuk kebutuhan pendampingan
finansial keluarga, pendampingan tugas pekerjaan dan hubungan selama
hospitalisasi jika dukungan keluarga mempunyai keterbatasan. Discharge
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51
planning dapat membantu memenuhi kebutuhan sosial transisi sebelum di
rumah.
2.7.3 Pernyataan dari Teori Kolcaba
Teori kenyamanan menjelasakan kenyamanan merupakan hasil
kolaborasi pemberian nursing intervention dan intervening variabel terhadap
health care needs dalam upaya menciptakan enhanced comfort. Intervening
variabel perlu diidentifikasi dengan jelas dalam merancang suatu intervensi,
sehingga kesuksesan intervensi tersbut dapat tercapai. Kebutuhan pasien akan
perawatan kesehatan (health care needs) pasien secara tepat dikaji dan
dibrikan intervensi keperawatan (intervening variabel) yang sesuai dengan
kebutuhan tersebut dengan mempertimbangkan hal-hal yang sulit diubah
(variabel intervening) dalam situasi tersebut, sehingga kenyamanan (enhanced
comfort) pasien akan meningkat dari waktu ke waktu. Tercapainya
kenyamanan yang baik, maka pasien cenderung untuk meningkatkan perilaku
kesehatan (health seeking behaviour). Perilaku ini mungkin dapat terjadi
secara internal pada pasien (penyembuhan luka atau peningkatan oksigenasi),
secara eksternal pada pasien (partisipasi aktif dalam rehabilitasi dan latihan)
atau kematian yang damai. Kolcaba menegaskan jika seorang pasien
mengalami perilaku mencari kesehatan, integritas institusi atau lembaga
kemudian ditingkatkan karena peningkatan perilaku mencari kesehatan akan
menghasilkan peningkatan hasil (outcome). Peningkatan integritas institusi
akan memberikan pengembangan dan pelaksanaan dari praktik terbaik dan
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52
kebijakan terbaik sekunder terhadap hasil positif yang dialami oleh pasien
(Kolcaba, 2002 dalam Sandra & Timothy, 2013).
2.7.4
Adaptasi Kerangka Teori Kolcaba
Konsep kenyamanan muncul secara universal dalam semua budaya. Sifat
universal
dari konsep kenyamanan dapat
diperkirakan bahwa
pencapaian
kenyamanan yang optimal adalah sebuah tujuan yang tepat untuk pelayanan
kesehatan. Kolcaba menempatkan teori kenyamanan dalam domain keperawatan,
namun ia berpendapat bahwa sebuah institusi yang berkomitmen menemukan
kebutuhan pelayanan kesehatan bagi pasien, teori kenyamanan dapat berpotensi
sebagai sebuah pendekatan institusi yang luas (March & McCormak, 2009 dalam
Quyumi, et al., 2013).
Gambar 2.9 Model Middle Range Theory Comfort (model konseptual yang
dikembangkan oleh Kolcaba dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks kenyamanan)
Keterangan gambar :
1. Health care needs atau kebutuhan perawatan kesehatan adalah semua
yang teridentifikasi oleh pasien atau keluarga dalam sebuah setting
praktek tertentu
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53
2. Intervening variabel adalah faktor-faktor yang sulit untuk diubah dan
provider hanya punya sedikit kontrol (seperti prognosis, kondisi
keuangan, dukungan sosial, pengalaman masa lalu, usia, sikap, status
emosional, finansial atau ekonomi)
3. Comfort atau kenyamanan adalah sebuah konsep yang memiliki
hubungan kuat
dengan keperawatan.
Perawat
secara tradisional
menyediakan kenyamanan untuk pasien dan keluarga melalui intervensi
yang
dapat
disebut
ukuran
kenyamanan.
Tindakan
pemenuhan
kenyamanan oleh perawat akan memperkuat pasien dan keluarga (bisa
ditemukan di rumah mereka sendiri, rumah sakit, komunitas dan negara).
Ketika pasien dan keluarganya dikuatkan oleh tindakan personil pelaan
kesehatan (perawat), mereka dapat memiliki perilaku mencari sehat
(health seeking behaviours) yang lebih baik. Hubungan positif antara
tindakan-tindakan keperawtan yang penuh pertimbangan dan kenyamanan
termuat dalam bagian pertama dari Teori kenyamanan Kolcaba.
4. Enhanced comfort atau kenyamanan yang meningkat, adalah sebuah hasil
yang diinginkan secara cepat dalam asuhan keperawatan. Selain itu,
ketika intervensi kenyamanan diberikan secara konsiste dari waktu ke
waktu, mereka secara teoritis, dikorelasikan dengan kecenderungan
peningkatan tingkat kenyamanan dari waktu ke waktu dengan keinginan
perilaku mencari sehat (health seeking behaviour).
5. Konsep perilaku mencari sehat pertama kali diperkenalkan oleh
Scholtfeldt (1975). Perilaku mencari sehat dapat berupa internal
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54
(penyembuhan, fungsi imun, jumlah sel T), eksternal (aktivitas yang
berhubungan dengan kesehatan, hasil fungsional) atau kematian yang
damai. Hubungan antara kenyamanan dan perilaku mencari sehat
dikemukakan dalam bagian kedua dari teori kenyamanan Kolcaba.
6. Integritas institusional merupakan hasil pembaharuan Kolcaba pada tahun
2007, yang didefinisikan sebagai nilai-nilai, stabilitas keuangan dan
keseluruhan dari organisasi pelayanan kesehatan pada tingkat lokal,
regional ataupun nasional. Selain sistem rumah sakit, definisi dari
institusi termasuk agen-agen kesehatan masyarakat, agen homecare,
nursing home, program medicare.
7. Best policies atau kebijakan terbaik adalah protokol dan prosedur yang
dikembangkan oleh sebuah institusi untuk digunakan secara keseluruhan
setelah pengumpulan bukti.
8. Best practice atau praktik adalah protocol dan prosedur yang
dikembangkan oleh sebuah institusi untuk pasien spesifik atau aplikasi
keluarga setelah pengumpulan bukti.
2.8 Keaslian Penelitian
Adapun penelitian terkait dengan penelitian yang berjudul pegaruh
masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan
tekanan darah lansia dengan hipertensi adalah sebagai berikut :
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55
Tabel 2.2. Keaslian Penelitian
No
1.
Efektifitas Pijat
Refleksi Kaki Dan
Hipnoterapi
Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada
Pasien Hipertensi;
Irmawan Andi
Nugroho, Asrin dan
Sarwono; 2012
Pengaruh Aromaterapi
Lavender Terhadap
Penurunan Derajat
Kecemasan
Pada Lansia Di Panti
Wreda ST. Yoseph
Kediri; Erva Elli
Kristianti; 2010
2.
3.
4.
SKRIPSI
Judul Artikel; Penulis;
Tahun
Efektifitas Terapi
Masase Dengan Terapi
Mandi Air Hangat
terhadap
Penurunan Insomnia
Lansia; Triyadini, Asrin
dan Upoyo; 2010
Efektifitas aromaterapi
lavender (lavandula
angustifolia)
Dan massage effleurage
terhadap tingkat nyeri
Persalinan kala i fase
aktif pada primigravida
Di bps utami dan ruang
ponek
Rsud karanganyar
Metode (Desain, Sampel,
Variabel, Instrumen,
Analisa)
D : eksperimental semu (
quasy experimental two
group pre test-post test
design)
S : 60 responden
I : lembar observasi
A : The Mann
Whitney U-Test.
Hasil Penelitian
Ada perbedaan
efektifitas pijat
refleksi kaki
dan hipnoterapi
dalam menurunkan
tekanan darah pada
pasien hipertensi.
D : Pra eksperimen
dengan rancangan OneGroup Pre-TestPost-Test Design
S : 20 responden
I : lembar observasi
A : t-test
Terdapat hubungan
aroma terapi
lavender terhadap
penurunan derajat
kecemasan pada
lansia
D : Quasy Eksperiment
dengan pendekatan Two
Group Comparation Pre
Post Statistic Design.
S : 12 orang
I : Kuesioner PIRS
A : pair “t” test.
D : Quasi Eksperimental
dengan Pre and post test
without control (Kontrol
diri
sendiri)
S : 48 orang
I : Kuesioner NRS
A : Shapiro-Wilk test
Telah terjadi
penurunan skala
insomnia
antara sebelum dan
sesudah pemberian
terapi masase
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
Tingkat nyeri
persalinan kala I
fase aktif sesudah
diberi aromaterapi
lavender dan
massage effleurage
lebih
rendah apabila
dibandingkan
sebelum diberi
aromaterapi lavender
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56
5.
SKRIPSI
Pengaruh terapi back
massage terhadap
intensitas nyeri
reumatik pada lansia di
wilayah Puskemas
pembantu karang asem
D : Pre eksperimental
dengan pendekatan one
group pretest – posttest
S : 13.
I : Kuesioner NRS
A : uji statistik non
parametrik Wilcoxon
Signed Ranks Test
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
dan massage
effleurage
Terdapat pengaruh
pemberian terapi
back massage
terhadap intensitas
nyeri reumatik pada
lansia di wilayah
Pustu Karang Asem.
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konseptual
Faktor resiko yang dapat
dikontrol:
- Obesitas
- Kurang Olahraga
- Merokok
- Konsumsi garam
- Konsumsi alcohol
- Konsumsi kopi
- Stress
- Penyakit jasmani
Faktor resiko yang
tidak dapat
dikontrol:
- jenis kelamin
- umur
- keturunan
Lansia
Hipertensi
Terapi non farmakologis
1. Penurunan berat badan
2. Pembatasan alkohol
3. Pengurangan asupan
natrium
4. Penghentian rokok
5. Olahraga/Aktivitas fisik
teratur
6. Teknik relaksasi;
Masase ekstremitas
bawah dengan minyak
esensial lavender
Stimulasi Kulit
Organ Reseptor
Saraf Perifer
Keterangan:
= Diukur
Korteks Serebri
= Tidak diukur
↑ βEndorhpine
↓ Epinephrine
↓ Norepinephrine
HPA-Axis
Adrenal Medula
(Katekolamin ↓)
Hipotalamus (CRF)
↓
Korteks Adrenal
Pituitari
(ACTH)
(Kortisol ↓ ) ↓
Respon Relaksasi
Pengaktifan sistem
parasimpatis
Penurunan
Tekanan Darah
Ketentraman dan
kenyamanan
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Masase Ekstremitas Bawah dengan
Minyak Esensial Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah
57
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58
Seiring dengan pertambahan usia terjadinya perubahan-perubahan
fisiologis pada lansia yang disertai dengan berbagai masalah kesehatan yang
menyebabkan tingginya penyakit degeneratif antara lain terjadi penyakit
hipertensi. Terdapat faktor yang dapat dikontrol yang mempengaruhi
hipertensi yaitu Obesitas, olahraga, merokok, konsumsi garam, konsumsi
alcohol, konsumsi kopi, stress dan penyakit jasmani. Dan terdapat faktor
resiko yang tidak dapat dikontrol yakni jenis kelamin, umur, dan keturunan.
Ada dua macam terapi untuk hipertensi pada lansia yakni terapi farmakologis
dan non farmakologis. Penurunan berat badan, pembatasan alkohol,
pengurangan asupan natrium, penghentian rokok, olahraga/Aktivitas fisik
teratur dan relaksasi adalah terapi non farmakologis yang bisa digunakan
untuk menangani hipertensi pada lansia. Salah satu terapi relaksasi yang bisa
digunakan adalah
Masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial
lavender. Masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender dapat
dinterpretasikan sebagai pengalaman positif bagi individu untuk meingkatkan
relaksasi. Terapi ini menstimulasi jaringan yang dikirim ke organ reseptor
yang selanjutnya diteruskan ke saraf perifer menuju ke HPA axis. HPA axis
(Hipotalamus-Pituitary-Adrenal)
akan memberikan respon pada
CRF
sehingga secra simultan hormone related stress seperti kortisol dan
katekolamin akan mengalami penurunan sekresi dan menghasilkan respon
relaksasi sehingga mengaktifkan sistem parasimpatis dan terjadi penurunan
tekanan darah.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59
3.2 Hipotesis
Dengan melihat rumusan masalah, maka dapat ditetapkan hipotesa
penelitian Ha yaitu: Ada pengaruh masase ekstremitas bawah dengan minyak
esensial lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan,
mengolah, dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian
dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif sesuai dengan tujuannya. Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pre eksperimental
dengan rancangan penelitian one group pre test and post test design adalah
rancangan penelitian yang menggunakan satu kelompok subyek dengan cara
melakukan pengukuran sebelum dan setelah perlakuan. Perbedaan kedua hasil
pengukuran dianggap sebagai efek perlakuan. Penelitian ini dilakukan untuk yaitu
mengetahui pengaruh masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia degan hipertensi di Griya Werdha
UPT Dinas Sosial Kota Surabaya. (Nursalam, 2013).
Penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok sampel tanpa
menggunakan kelompok kontrol. Kelompok sampel diberi tes awal (pre test) lalu
diberikan perlakuan sebanyak tujuh kali dan kemudian diberikan tes akhir (post
test).
O1
X1
O2
Gambar 4.1 Desain Penelitian
60
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61
Keterangan :
O1: observasi dan pengukuran tekanan darah sebelum diberi perlakuan
masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender.
X1: perlakuan (masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender)
O2: observasi dan pengukuran tekanan darah setelah diberi perlakuan masase
ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender.
4.2 Populasi, Sampel, Sampling
4.2.1
Populasi
Populasi adalah suatu kelompok atau kumpulan subjek atau objek yang akan
di generalisasikan dari hasil penelitian (Widiyanto, 2012). Selain itu, menurut
Eriyanto adalah semua bagian atau anggota dari obyek yang akan kita amati atau
diteliti. Populasi dapat berupa orang, benda, objek, peristiwa, atau apa saja yang
nantinya menjadi obyek penelitian kita. Populasi penelitian ditentukan oleh topik atau
tujuan. Populasi dapat dikelompokkan dalam dua bagian yaitu populasi terjangkau
dan populasi target. Nursalam (2013) menjelaskan bahwa populasi target adalah
kumpulan dari karakteristik subjek penelitian yang akan ditarik kesimpulannya secara
eksplisit oleh peneliti, sedangkan populasi terjangkau adalah kelompok subjek
peneitian yang akan digunakan sebagai sumber pengambilan sampel.
Populasi umum dalam penelitian ini adalah semua lansia yang mengalami
hipertensi yang ada di seluruh dunia. Kemudian populasi target penelitian ini adalah
seluruh lansia yang tinggal di UPTD Griya Werdha Surabaya yang mengalami
hipertensi yaitu berjumlah 17 orang, sedangkan untuk mendapatkan populasi
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62
terjangkau yang akan dijadikan sampel penelitian, maka populasi target diberlakukan
filter menggunakan kriteria inklusi yaitu
1) Responden yang terdiagnosis hipertensi oleh dokter
2) Mendapatkan terapi standar anti hipertensi golongan Calcium channel blocker,
ACE Inhibitor, Diuretik Tiazid, Beta Inhibitor, alfa reseptor dari Puskesmas
3) Responden yang mengalami hipertensi primer
Berdasarkan kriteria inklusi diatas, maka jumlah populasi terjangkau dalam
penelitian ini berjumlah 13 lansia yang mengalami hipertensi di Griya Werdha
Surabaya.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap telah
mewakili dari populasi (Widiyanto, 2012). Dalam bukunya, Nursalam (2013),
menjelaskan bahwa syarat sampel terdiri dari representatif (mewakili) dan sampel
harus cukup banyak. Sampel dalam penelitian ini adalah semua lansia yang masuk
dalam populasi terjangkau.
4.2.3 Sampling
Sampling atau teknik pengambilan sampel merupakan sebuah proses
penyeleksian jumlah dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik
pengambilan sampel adalah berbagai cara yang ditempuh untuk pengambilan sampel
agar mendapatkan sampel yang benar-benar sesuai dengan seluruh subjek penelitian
tersebut (Nursalam, 2013).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total
sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63
populasi (Sugiyono, 2011). Alasan mengambil total sampling karena menurut
Sugiyono (2011) jumlah populasi yang kurang dari 100, seluruh populasi dijadikan
sampel penelitian semuanya.
4.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang objek
atau kegiatan yang mempunyai variasi yang tertentu yang diterapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2012). Variabel
sebagai atribut dari sekelompok orang atau obyek yang mempunyai variasi antara
satu dengan yang lainnya dalam sekelompok itu. Variabel adalah suatu konsep yang
dapat dibedakan menjadi dua, yakni yang bersifat kuantitatif dan kualitatif (Hidayat,
2009). Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan
variabel dependen.
4.3.1 Variabel independen (bebas)
Sugiyono (2012) menjelaskan bahwa variabel independen adalah variabel
yang mempengaruhi suatu yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat). Adapun variabel independen dalam penelitian ini adalah
pemberian masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender.
4.3.2 Variabel dependen (terikat)
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel independen (bebas), menurut Sugiyono (2012). Adapun
variabel dependen dalam penelitian ini adalah tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64
4.4 Definisi Operasional
Tabel 4.1 Definisi Operasional
Variabel
Variabel
Independen :
Massse
ekstremitas
bawah
dengan
minyak esensial
lavender
Definisi Operasional
Terapi nonfarmakologis
dengan memberikan
pijatan kaki dengan
melakukan usapan
secara perlahan
menggunakan minyak
esensial lavender yang
bersifat merilekskan.
Variabel
dependen:
Tekanan
Darah
Nilai yang didapatkan
dari hasil pengukuran
terhadap kekuatan darah
melewati dinding arteri,
meliputi tekanan sistole
dan tekanan diastole.
SKRIPSI
Parameter
Kriteria:
Klien menemukan posisi
nyaman
Memberikan minyak
Esensial lavender
Memberikan pijatan
dengan kecepatan 10-15
kali pijatan selama 10
menit pada kaki dari
pinggang sampai telapak
kaki dengan frekuensi
7x selama 1 minggu.
Teknik pelaksanaan
masase terdapat dalam
lampiran
Tekanan darah sistolik
dan diastolic dalam
satuan mmHg
Normal ( sistolik <120,
diastolik <80
Pre hipertensi ( sistolik
120-139, distolik 80-89)
Hipertensi derajat 1
(sistolik 140-159
diastolik 90-99 mmHg)
Hipertensi derajat 2
(sistolik ≥ 160 diastolik
≥ 100 mmHg)
Alat Ukur
SPO
Hasil
-
Skala
-
Sphygmomano
meter aneroid
dan Stetoskop
Nilai
tekanan
darah
sistole
dan
diastole
dalam
satuan
mmHg
Rasio
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
65
4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dimulai pada tanggal 4 November 2015 saat melakukan survey
awal dan melakukan kontrak waktu untuk melakukan pengumpulan data awal.
Peneliti melakukan pengambilan data awal pada tanggal 4 November 2015.
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 31 Januari – 6 Februari 2016 di UPTD
Griya Werdha Surabaya.
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasil
lebih baik sehingga lebih mudah diolah (Saryono, 2011). Instrumen dalam
penelitian ini yaitu lembar observasional berisikan data responden dari hasil
pengamatan selama penelitian, spigmomanometer dan stetoskop.
4.7 Prosedur Pengumpulan Data
1. Tahapan Persiapan
1) Peneliti meminta izin ke UPTD Griya Werdha Surabaya untuk
mengidentifikasi lansia yang mengalami hipertensi
2) Tim peneliti mengidentifikasi lansia yang mengalami hipertensi sebagai
calon responden
3) Peneliti datang ke UPTD Griya Werdha Surabaya untuk meminta izin
melakukan penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
1) Responden yang sudah terpilih di atas akan diwawancarai oleh peneliti,
dan dijelaskan secara lengkap tujuan dan prosedur penelitian baik secara
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66
lisan maupun tertulis dengan menanyakan kesediaannya untuk dilibatkan
dalam penelitian ini. Penelitian akan berjalan bila subyek sudah jelas dan
mengerti prosedur penelitian, efek samping serta hak dan kewajibannya
dan menandatangani informed consent. Sebelum menandatangani
informed consent.
2) Responden diminta mengisi lembar data demografi.
3) Peneliti melakukan uji alergi minyak esensial lavender dengan cara
mengusap sedikit minyak ke kulit tangan responden dan observasi tanda
tanda alergi pada kulit seperti kemerahan dan gatal
4) Peneliti menyiapkan tempat yang nyaman untuk responden untuk
dilakukan masase
5) Peneliti melakukan pengukuran tekanan darah yang pertama sesaat
sebelum diberikan masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial
lavender kepada semua sampel.
6) Responden yang diberikan masase ekstremitas bawah dengan minyak
esensial lavender diminta untuk mengatur posisi yang dirasa paling
nyaman diatas tempat tidur masing-masing responden
7) Responden yang diberikan masase ekstremitas bawah dengan minyak
esensial lavender kepada tiap – tiap responden dengan difasilitasi oleh
orang fisioterapis sebagai pemberi intervensi dan peneliti sebagai
observer
8) Intervensi dilakukan sebanyak 7 kali dalam seminggu dilakukan setiap
hari untuk setiap respondennya dan setiap intervensi selama 10 menit.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
67
Peneliti dibantu oleh 2 fisioterapis dengan rician fisioterapis laki-laki
untuk responden laki-laki dan fisioterapis perempuan untuk responden
perempuan. Pemberian intervensi dimulai pada pukul 15.00 WIB.
9) Peneliti melakukan pengukuran tekanan darah, 10 menit setelah diberikan
masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender setelah akhir
perlakuan
10) Setelah dilakukan intervensi selama 1 minggu, pada hari ke-7 dilakukan
post-test dengan dilakukan pengukuran tekanan darah untuk mengetahui
perubahan tekanan darah responden.
3. Pengumpulan Data Terakhir
Peneliti mengumpulkan data terakhir untuk ditabulasi dan dilakukan analisis
data.
4.8 Analisis Data
1. Pengolahan Data
Analisis data dilakukan untuk memberikan kemudahan dalam
menginterpretasikan hasil penelitian. Untuk itu data diolah terlebih
dahulu dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Data yang
diperoleh diolah dengan komputer menggunakan program SPSS. Hidayat
(2009) menyatakan bahwa proses pengolahan data tersebut melalui
langkah-langkah berikut:
1) Editing yaitu melihat apakah data sudah terisi lengkap atau tidak
lengkap
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
68
2) Koding yaitu kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori. Mengubah data dari yang
berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka untuk memudahkan
penginterpretasian hasil penelitian.
3) Entry Data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan
ke dalam master tabel atau database computer. Entry Data dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS for
windows.
4) Tabulating adalah membuat distribusi frekuensi sederhana atau tabel
kontingensi yang telah diberi skor dan dimasukkan ke dalam tabel.
2. Analisis Data
1) Analisis Univariat
Analisis data univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari
hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi frekuensi (Notoadmodjo, 2002). Analisis univariat dalam
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik lansia (umur,
jenis kelamin), dan mengetahui tekanan darah sebelum dan sesudah
masase ekstremitas bawah dengan minyak Esensial lavender.
Pada analisis univariat, data yang diperoleh dari hasil
pengumpulan dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi,
ukuran tendensi sentral atau grafik. Jika data mempunyai distribusi
normal, maka mean dapat digunakan sebagai ukuran pemusatan dan
standar deviasi (SD) sebagai ukuran penyebaran. Jika distribusi tidak
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
69
normal maka sebaiknya menggunakan median sebagai ukuran
pemusatan dan minimum-maksimum sebagai ukuran penyebaran.
2) Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan atau pengaruh antara variabel
bebas dan variabel terikat (Notoatmodjo, 2002). Analisis bivariat
dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh masase
ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi dengan melihat
pre test dan post test dengan menggunakan uji statistik uji “t” test
berpasangan.
Menurut Wahyuni (2008) dari uji tersebut akan diperoleh nilai
p, yaitu nilai yang menyatakan besarnya peluang hasil penelitian
(misalnya
adanya
perbedaan
mean).
Kesimpulan
hasilnya
didinterpretasikan dengan membandingkan niali p dan nilai alpha (α =
0.05). Bila nilai p ≤ α, maka keputusannya adalah Ha diterima
sedangkan bila nilai p > α, maka keputusannya adalah Ha ditolak.
4.9 Masalah etik (Ethical clearance)
Peneliti melaksanakan penelitian keperawatan memperhatikan dan
menekankan masalah etik keperawatan. Menurut Alimul (2007), masalah
etik dalam penelitian keperawatan meliputi:
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
70
4.9.1 Lembar persetujuan (informed consent)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent
tersebut
diberikan
sebelum
penelitian
dilakukan
dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
Informed consent adalah subyek mengerti maksud dan tujuan peneliti,
mengetahui
dampaknya. Jika subyek bersedia maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka
peneliti harus menghormati hak responden.
4.9.2 Tanpa Nama (anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek penelitian dengan cara
tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan.
4.9.3 Kerahasiaan (confidentiality)
Memberikan jaminan keberhasilan hasil penelitian, baik informasi
maupun
masalah-masalah
lainnya.
Semua
informasi
yang
telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
4.10 Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti masih memiliki
keterbatasan. Adapun beberapa keterbatasan penelitian yaitu:
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
71
1. Dalam proses pelaksanaan tidak adanya kelompok kontrol sebagai
kelompok pembanding untuk mengetahui selisih nilai rata-rata antara
kelompok yang diberikan masase dan kelompok yang tidak diberikan
masase
2. Variabel Confounding dalam penelitian ini seperti pola makan, stress,
aktivitas fisik, serta genetik dalam penelitian ini tidak dapat
dikendalikan sepenuhnya, sehingga masih banyak faktor yang dapat
mempengaruhi tekanan darah pada lansia.
3. Jumlah responden yang terbatas. Hal ini dikarenakan adanya kriteria
tertentu untuk menjadi responden dalam penelitian.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Griya Werdha Surabaya diresmikan
pada tanggal 16 Juli 2013 oleh Wali Kota Surabaya, yaitu Ibu Tri Rismaharini.
Pemerintah Kota Surabaya mempunyai kebiijakan memberikan pelayanan yang
berkualitas serta menjunjung tinggi harkat dan martabat penduduk lanjut usia
miskin dan terlantar. Sebelumnya para lansia berada di Liponsos Keputih, namun
dirasa kurang layak karena para lansia dijadikan satu lingkungan dengan
penghuni Liponsos lainnya yang mayoritas menderita gangguan psikotik.
Sehingga pemerintah Kota Surabaya mendirikan UPTD Griya Werdha khusus
untuk lansia.
UPTD Griya Wedha mulai dihuni 24 Maret 2013 dengan kapasitas awal
15 tempat tidur kemudian ditambah menjadi 25 tempat tidur. Pada tahun 2014,
berkembang menjadi 35 tempat tidur dan tahun 2015 hingga sekarang bertambah
menjadi 75 tempat tidur. Saat ini lansia yang tinggal di UPTD Griya Werdha
sebanyak 69 lansia dengan 46 lansia perempuan dan 23 lansia laki-laki.
Gedung UPTD Griya Werdha berada di Medokan Asri Barat X Blok N19, berdiri di atas lahan seluas 2.700 m2. Gedung tersebut merupakan bekas
72
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
73
asrama Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga wilayah Surabaya Timur dengan letak
geografis sebelah utara berbatasan dengan perumahan warga, sebelah timur
berbatasan dengan perumahan warga, sebelah selatan berbatasan dengan perumahan
warga, SD Medokan 2 dan Masjid Baitul Makmur, sebelah barat berbatasan dengan
tanah kosong perumahan.
Ketenagakerjaan di UPTD Griya Werdha terdiri dari 29 orang yang terdiri
dari 19 orang pegawai non keperawatan dan 10 orang pegawai keperawatan. UPTD
Griya Werdha juga mengoptimalkan pelayanan terhadap lanjut usia yang didukung
dengan sarana dan prasarana yang memadai seperti ruang intensif , 4 ruangan untuk
lansia pria dengan 1 ruangan isolasi, 4 ruangan untuk lansia wanita, ruang makan
bersama, ruang tamu, aula, dapur, ruang kantor, musholla, ruang perawat (ruang
tindakan kesehatan), dan taman. Program rutin yang biasa dilakukan di UPTD Griya
Werdha antara lain pengukuran TTV lansia, fisioterapi untuk lansia yang bedrest,
pelatihan kerajinan tangan, TAK, jalan sehat, senam lansia dan posyandu lansia pada
minggu ketiga Aktivitas sehari-hari lansia beragam meliputi sholat berjamaah bagi
yang beragama Islam, menonton televisi, jalan-jalan disekitar area panti, ada
beberapa lansia yang membantu memasak di dapur, ada beberapa lansia yang
membersihkan taman, dan ada juga beberapa lansia yang suka tidur siang.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74
5.1.2 Data Umum
1. Karakteristik responden berdasarkan usia
Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan usia di UPTD Griya Werdha
Surabaya bulan Januari 2016 (n=13)
No
Usia
Jumlah (n)
Presentase (%)
1
45 – 59 th
0
0
2
60-74 th
6
46
3
75-90 th
6
46
4
>90th
1
8
Jumlah
13
100
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dketahui bahwa rata-rata presentase usia
responden termasuk usia lanjut usia (60 - 74 tahun) sebanyak 6 orang (46%), usia
lanjut tua usia (65-90 tahun) sebanyak 6 orang (46%), usia sangat tua (> 90
tahun) sebanyak 2 orang (15%) dan usia 91 – 100 tahun (8%) sebanyak 1 orang
(8%)
2. Karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di UPTD Griya
Werdha Surabaya bulan Januari 2016 (n=13)
No
Jenis Kelamin
Jumlah (n)
Presentase (%)
1
Perempuan
7
54
2
Laki-laki
6
46
Jumlah
13
100
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 7 orang ( 54 %) dan responden yang
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 6 orang ( 46%).
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
75
3. Karakteristik responden berdasarkan riwayat merokok
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat merokok di UPTD
Griya Werdha Surabaya bulan Januari (n=13)
No.
1.
Lama
Responden
Total
Merokok
n
%
N
%
Tidak pernah
10
76,9
10
76,9
1
7,69
1
7,69
2
7,69
2
7,69
0
0
0
0
13
0
13
100
merokok
2.
Pernah, tapi sudah
berhenti 0-5 tahun
3.
Pernah, tapi sudah
berhenti > 5 tahun
4.
Masih merokok
Total
Berdasarkan tabel 5.3 di atas dari 13 responden didapatkan bahwa
sebagian besar responden tidak pernah merokok 10 orang (76,9%).
4. Karakteristik responden berdasarkan konsumsi obat anti hipertensi
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan konsumsi obat anti
hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari 2016
(n=13)
No.
Obat anti
Responden
Total
hipertensi
n
%
N
%
1.
Satu macam
13
100
13
100
2.
Dua macam
0
0
0
0
13
100
0
100
Total
Berdasarkan tabel 5.4 di atas dari 13 responden dapat diketahui bahwa
responden responden mengkonsumsi satu macam obat anti hipertensi 13 orang
(100 %).
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
76
5. Karakteristik responden berdasarkan menyukai rasa asin
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan menyukai rasa asin di
UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari 2016 (n=13)
No Menyukai
Responden
Total
.
Rasa Asin
1.
Ya
2.
Tidak
n
Total
%
N
%
6
46
6
54
7
54
7
46
13
100
0
100
Berdasarkan tabel 5.5 di atas dari 13 responden dapat diketahui bahwa
banyak responden menyukai rasa asin 6 orang (46%) adalah yang menyukai rasa
asin.
6. Karakteristik responden berdasarkan olahraga yang masih dilakukan
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan olahraga yang masih di
lakukan di UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari 2016 (n=13)
No
Jenis
Responden
Total
olahraga
1.
Senam
n
%
N
%
1
92,3
12
92,3
2
2.
Jalan kaki
1
7,7
1
7,7
3.
Tidak
0
0
0
0
1
100
13
100
berolahraga
Total
3
Berdasarkan tabel 5.6 di atas dari 13 responden dapat diketahui bahwa
semua responden masih berolahraga sebesar 13 orang (100%)
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
77
5.1.3 Data Variabel yang Diteliti
1.
Gambaran tekanan darah pada lansia sebelum dilakukan massase
ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender
Tabel 5.7 Gambaran tekanan darah responden sebelum diberikan intervensi di
UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari 2016 (n=13)
Variabel
Median
Sd
Min-Max
95%CI
Tekanan Darah
160,00
11,658
140 – 180 150,65 - 164,74
Sistolik Sebelum
Masase
Tekanan Darah
80,0000 11,26601
70 – 100 77,8074-91,4234
Diastolik
Sebelum Masase
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui tekanan darah sebelum diberikan
intervensi pada responden memiliki nilai minimal untuk tekanan sistolik yaitu
140 mmHg dan untuk tekanan diastolik memiliki nilai minimal 70 mmHg. Hasil
estimasi interval penelitian disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata tekanan
darah sistolik responden 150,65 - 164,74 mmHg dan tekanan diastolik 77,807491,4234 mmHg.
2.
Gambaran tekanan darah responden setelah dilakukan massase ekstremitas
bawah dengan minyak esensial lavender
Tabel 5.8 Gambaran tekanan darah responden setelah diberikan intervensi di
UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari 2016 (n=13)
Variabel
Median
SD
Min-Max
95%CI
Tekanan Darah
130,00
15,484
110 - 160
123,72 - 142,43
Sistolik Setelah
Masase
Tekanan Darah
80,00
10,43908
60 – 90
69,8456 - 82,4621
Diastolik Setelah
Masase
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
78
Berdasarkan tabel 5.8 diketahui tekanan darah setelah diberikan
intervensi pada responden tekanan sistolik memiliki nilai minimal 110 mmHg
dan untuk tekanan diastolik memiliki nilai minimal 60 mmHg. Tekanan sistolik
setelah diberikan massase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender
memiliki nilai maksimal 160 mmHg dan untuk nilai diastolik setelah diberikan
massase ekstremitas bawah memiliki nilai maksimal 90 mmHg. Hasil estimasi
interval penelitian disimpulkan 95 % diyakini rata-rata tekanan darah pada
responden untuk tekanan sistolik adalah 123,72 - 142,43 mmHg dan untuk
tekanan diastolik adalah 69,8456 - 82,4621mmHg.
3.
Perbedaan tekanan darah sebelum diberikan massase ekstremitas bawah
dengan minyak esensial lavender dan setelah diberikan massase ektremitas
bawah dengan minyak esensial lavender
Tabel 5.9 Perbedaan tekanan darah sebelum diberikan massase ekstremitas
bawah dengan minyak esensial lavender dan setelah diberikan
massase ektremitas bawah dengan minyak esensial lavender di
UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari 2016 (n=13)
Variabel
Rerata
Rerata
Selisih
P value
Sebelum
Sesudah
Perlakuan
Perlakuan
Sistolik
157,69
133,08
24,61
0,000
Diastolik
84,6154
76,1538
8,4616
0,01
Berdasarkan uji normalitas saphiro wilk, nilai signifikan tekanan darah
sistole dan diastole sebelum dan sesudah perlakuan ≥ 0,05 sehingga dapat
disimpulkan data berdistribusi normal,
maka data dianalisa dengan
menggunakan uji t test berpasangan dengan tingkat kepercayaan 95 %.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
79
(α=0,05).Berdasarkan hasil uji ini, didapatkan nilai p value < α, maka Ho ditolak
dan Ha diterima. Data analisa tersebut dapat menyimpulkan bahwa terdapat
pengaruh massase ektremitas bawah dengan minyak esensial lavender terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi di UPTD Griya Werdha
Surabaya.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Gambaran tekanan darah responden sebelum dilakukan intervensi pada
masing-masing kelompok
Klasifikasi tekanan darah yang dipilih yaitu rentang grade 1 yang
dimulai dari tekanan darah sistolik 140 mmHg dan sampai rentang 200
mmHg. Tekanan darah pada responden, tekanan sistolik yang tertinggi adalah
180 mmHg dan diastolik tertinggi yaitu 100 mmHg. Tekanan darah sistolik
terendah 140 mmHg dan diastolik terendah 70 mmHg.
Responden sebagai subyek penelitian ini adalah pasien hipertensi,
dengan rata-rata memiliki nilai tekanan darah pada kategori hipertensi tahap 2
Faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi pada penelitian ini,
pertama dapat disebabkan karena usia. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
umur pasien hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya berada pada
kategori lansia awal (60-64 tahun) mencapai 46 % dan kategori lansia (65-75
tahun). Artinya bahwa usia lansia awal dan lansia sama-sama berpotensi untuk
terjadi peningkatan tekanan darah. Menurut Harison, Wilson & Kasper
(2005) semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
80
orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari
orang yang berusia lebih muda. Menurut Perry & Potter (2013) menyatakan
bahwa tekanan darah dewasa meningkat seiring dengan pertambahan umur,
pada lansia tekanan darah sistoliknya meningkat, sehubungan dengan
penurunan elastisitas pembuluh darah. Applegate (1998) dalam Patminingsih
(2010) menyatakan bahwa pada umumnya tekanan darah akan naik dengan
pertambahan usia terutama setelah usia 60 tahun. Hal ini terjadi karena setelah
umur 45 tahun dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya
penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan
berasngsur-angsur menyempit menjadi kaku (Anggaraini, 2009). Selanjutnya
darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang
sempit dari biasanya sehingga akan menyebabkan naiknya tekanan darah
(Susalit, 2001).
Hasil penelitian yang sesuai dengan kondisi tersebut dilakukan oleh
Patminingsih (2010). Dalam peneltiannya didapatkan hasil bahwa responden
hipertensi menurut umur paling tinggi berada pada kelompok umur 46-60
tahun.. Hasil penelitian di kota Tainan, Taiwan, menunjukkan bahwa pada
usia diatas 65 tahun ditemukan prevalensi hipertensi sebesar 60,4%
(Kuswardhani, 2006). Kedua hasil penelitian di atas sejalan dengan hasil
analisa peneliti yang menggambarkan bahwa karakteristik umur responden
rata-rata menunjukkan kategori lansia awal dan lansia.
Faktor kedua yang kemungkinan dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah adalah jenis kelamin. Berdasarkan jenis kelamin didapatkan
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
81
responden penelitian terbanyak adalah perempuan (54%). Jenis kelamin
perempuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai tekanan
darah. Perempuan biasanya memiliki tekanan darah yang lebih tinggi setelah
menopause (Kozier, et al, 2010). Hal ini sesuai dengan penelitian Stessen
(2003) bahwa pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi
sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari
kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut
berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang
umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Pendapat ini didukung
oleh teori Harrison, Wilson dan Kasper (2005) yang
mengatakan bahwa
wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen
yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).
Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen
dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause.
Applegate (1998) dalam Setyawati (2010) menyatakan bahwa jenis
kelamin berpengaruh pada tekanan darah, yaitu tekanan darah cenderung lebih
tinggi pada laki-laki dari pada perempuan. Hal ini disebabkan oleh aktivitas
renin yang lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan. Namun hasil
penelitian ini telah menggambarkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih
sedikit dari pada perempuan (11,1%). Hal ini disebabkan usia responden pada
penelitian ini yaitu ≥ 45 tahun. Dimana pada usia ini perempuan telah
memasuki masa menopause yang menyebabkan perempuan cenderung
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
82
mengalami peningkatan tekanan darah. Sehingga hasil penelitian sesuai
dengan analisa bahwa responden terbanyak adalah perempuan. Selain itu,
tingginya responden perempuan yang menderita hipertensi dalam penelitian
ini kemungkinnan dikarenakan sebagian besar sampel dalam penelitian ini
adalah perempuan.
Responden dalam penelitian ini telah didiagnosis oleh dokter
Puskesmas dan terdokumentasi dalam rekam medis Puskesmas Keputih
sebagai pasien hipertensi. Terapi farmakologis antihipertensi yang diberikan
pada responden dalam penelitian ini adalah golongan Calcium Channel
Blocker (amlodipine). Dalam penelitian ini responden penelitian mayoritas
mengkonsumsi satu macam jenis obat anti hipertensi sebesar 13 orang (100%)
yaitu golongan Calcium Channel Blocker (amlodipin). Terapi yang diberikan
sesuai dengan standar pelayanan medik dasar yang ada di Puskesmas.
Amlodipine bekerja menghambat masuknya ion kalsium melalui kanal lambat
di jaringan otot polos skuler dan menyebabkan relaksasi arteriol dalam tubuh.
Calcium Channel Blocker berguna untuk terapi semua derajat hipertensi.
5.2.2 Gambaran tekanan darah pada lansia setelah diberikan massase
ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender
Pemberian perlakuan massase ekstremitas bawah dengan minyak
esensial lavender kepada responden yang mengalami hipertensi. Distribusi
frekuensi responden menunjukkan tekanan darah setelah dilakukan intervensi
tekanan sistolik terendah yaitu 110 mmHg dan tekanan diastolik memiliki
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
83
nilai minimal 60 mmHg. Tekanan sistolik memiliki nilai maksimal yaitu 160
mmHg dan tekanan diastolik memiliki nilai maksimal 100 mmHg.
Hasil
penelitian tersebut
menunjukkan
bahwa
13
responden
mengalami penurunan tekanan darah sistolik dan 9 responden mengalami
penurunan tekanan darah diastolik. Tidak ada responden yang mengalami
peningkatan tekanan darah sistolik dan tidak mengalami peningkatan tekanan
darah diastolik.
Hasil penelitian diatas didukung oleh pendapat Tarigan (2009) yang
menyebutkan bahwa salah satu terapi non farmakologi untuk menurunkan
tekanan darah yaitu dengan terapi pijat (masase), apabila terapi tersebut
dilakukan secara teratur bisa menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar
hormon kortisol dan menurunkan kecemasan, sehingga akan berdampak pada
penurunan tekanan darah dan perbaikan fungsi tubuh. Dengan terapi pijat
(masase), daya tahan tubuh meningkat sehingga stamina tubuh pun juga
meningkat. Hasil penelitian ini sejalan dengan kebenaran teori yang
menyebutkan bahwa terapi (masase) dapat merangsang jaringan otot,
menghilangkan toksin, merilekskan persendian, meningkatkan aliran oksigen,
menghilangkan ketegangan otot sehingga berdampak terhadap penurunan
tekanan darah (Akoso, 2009).
Menurut Dalimartha (2008) Teknik masase pada daerah-daerah
tertentu pada tubuh dapat menghilangkan sumbatan pada pembuluh darah
sehingga aliran darah dan energi di dalam tubuh kembali lancar. Menurut
asumsi peneliti, pada lansia dengan hipertensi dapat terjadi penyumbatan
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
84
ataupun penyempitan pada pembuluh darah sehingga menyebabkan sirkulasi
darah ke seluruh tubuh tidak lancar. Hal tersebut menyebabkan tubuh
berespon secara fisiologis guna memenuhi sirkulasi darah ke seluruh tubuh
dengan cara meningkatkan aliran darah. Dengan dilakukannya masase pada
daerah kaki dengan menggunakan minyak esensial lavender, diharapkan aliran
darah balik menuju jantung menjadi lancar serta terciptanya respon relaksasi
yang memberikan efek vasodilatasi pada pembuluh darah dan merangsang
aktivitas saraf parasimpatis hingga pada akhirnya akan menurunkan tekanan
darah.
5.2.3 Perbedaan tekanan darah sebelum diberikan massase ekstremitas bawah
dengan minyak esensial lavender dan setelah diberikan massase
ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender
Data analisa menyimpulkan pada tekanan sistolik memiliki nilai
signifikansi 0,000 dan pada tekanan diastolik memiliki nilai signifikansi 0,01
sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh massase ekstremitas bawah dengan
minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
hipertensi di UPTD Griya
Werdha Surabaya,
yang berarti terapi
nonfarmakologis masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender
memberikan efek yang signifikan dalam menurunkan tekanan darah. Hal
tersebut menunjukkan bahwa massase ekstremitas bawah dengan minyak
esensial lavender dapat digunakan sebagai pilihan alternatif dalam
memberikan intervensi pada pasien hipertensi khususnya dalam menurunkan
tekanan darah.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
85
Berdasarkan hasil penelitian dan teori, maka peneliti berpendapat
bahwa penyebab turunnya tekanan darah setelah diberikan intervensi masase
ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender adalah efek relaksasi
yang ditimbulkan. Penelitian dari Holand (2001) menyatakan intervensi pijat
(massage) kepada pasien yang berada di ruang rehabilitasi memberikan efek
berupa menghilangkan kecemasan, rasa tenang dan kondisi rileks. Penurunan
tekanan darah ini terjadi karena pembuluh darah mengalami pelebaran dan
relaksasi. Setelah mengalami relaksasi maka aktivitas memompa jantung
berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari
sirkulasi. Hal tersebut akan mengurangi beban kerja jantung karena pada
penderita hipertensi mempunyai denyut jantung yang lebih cepat untuk
memompa darah (Ramdhani & Putra, 2009). Dalam hal ini, massase
ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender dapat menghasilkan
relaksasi oleh stimulasi taktil jaringan tubuh menyebabkan respon neuro
humoral yang komplek dalam The Hypothalamic-Pituitary Axis (HPA) ke
sirkuit melalui jalur sistem saraf. Adaptasi stres diatur oleh kapasitas HPA
untuk mensekresikan hormon endorphin yang mengurangi aktivitas sistem
saraf simpatik dan meningkatkan respon saraf parasimpatis. Sedangkan
minyak esensial lavender bekerja merangsang sel saraf penciuman dan
mempengaruhi kerja sistem limbik dengan meningkatkan perasaan positif dan
rileks. Sewaktu menarik nafas rangsangan bau mendatangi sel-sel pengindra
lewat difusi melalui udara. Molekul bau terikat langsung melalui reseptor
pembau atau ke protein pengikat spesifik yang membawa bau ke reseptor dan
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
86
menyebabkan saraf menyalakan potensial aksi. Seluruh peristiwa disampaikan
ke sistem limbik yang bertanggung jawab terhadap emosi dan otak mendaftar
sebagai bau yang spesifik otak kemudian mengeluarkan serotonin yang
membuat perubahan fisiologis pada tubuh, pikiran dan jiwa dan menghasilkan
efek menenangkan pada tubuh. Dengan demikian, kerja jantung tidak
membutuhkan tekanan kuat untuk memompa dan peredaran darah ke seluruh
tubuh akan maksimal (Remington, 2002).
Selain itu peneliti memperkirakan adanya konsumsi obat anti
hipertensi yang dilakukan oleh responden berupa amlodipine, membuat
pengaruh terapi masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender
terhadap penurunan tekanan darah menjadi lebih optimal. Hal ini dikarenakan
efek vasodilatasi yang ditimbulkan dari terapi masase akan bersinergi dengan
efek vasodilatasi dari Calcium Channel Blocker (amlodipin), sehingga
tekanan darah pada responden mengalami penurunan yang lebih optimal.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa
tekanan darah responden mengalami penurunan tekanan sistolik dan
penurunan diastolik. Pembandingan penelitian dengan Nugroho (2012)
tentang efektifitas pijat refleksi kaki dan hipnoterapi terhadap penurunan
tekanan darah pada pasien hipertensi menyatakan hal yang sama bahwa terjadi
penurunan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan
penelitian
dan
pembahasan
mengenai
massase
ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum diberikan intervensi pada
responden memiliki nilai rata-rata 157,69/84,61 mmHg dan masuk
kedalam kategori hipertensi tahap 1
2.
Tekanan darah sistolik dan diastolik setelah diberikan intervensi pada
responden memiliki nilai rata-rata 133,08/76,15 mmHg.dan masuk
kedalam kategori prehipertensi
3.
Terdapat pengaruh yang signifikan massase ekstremitas bawah dengan
minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya dengan nilai signifikansi p=
0,000 untuk tekanan sistolik dan nilai signifikansi p=0,01 untuk tekanan
diastolik.
6.2
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini yang diperoleh, maka dapat diberikan
saran sebagai berikut:
87
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
88
1.
Bagi Responden
Bagi lansia yang mengalami hipertensi dapat direkomendasikan untuk
menggunakan pengobatan komplementer masase ekstremitas bawah dengan minyak
esensial lavender
2.
Bagi Pengurus Griya Werdha
Dapat menerapkan masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender
sebagai pilihan intervensi keperawatan yang dapat diberikan kepada lansia dengan
hipertensi untuk menurunkan tekanan darah.
3.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih memperbanyak jumlah
sampel untuk mendapatkan hasil yang lebih variatif. Waktu dan frekuensi pemberian
masase dapat ditambah, serta peneliti diharapkan dapat meningkatkan ketrampilannya
dalam melakukan masase ekstremitas bawah.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
89
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, FN. 2009. Faktor risiko hipertensi pada empat Kabupaten/Kota
denganprevalensi hipertensi tertinggi di Jawa dan Sumatera. Jakarta:
BalitbangkesDepkes RI 2.
Andarmoyo, Sulistya. 2013. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta
: AR- RUZZ MEDIA.
Anggraini, et al. 2009.Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa
Puskesmas Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008. Skripsi
Fakultas Kedokteran UniversitasRiau.
Aslani, Marilyn. 2003. Teknik Pijat untuk Pemula. Jakarta : EGC
Aziza, Lucky. 2007.Hipertensi: The Sillent Killer. Jakarta: Ikatan Dokter
Indonesia.
Azizah, Lilik Na’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia Edisi 1. Yogyakarta :
Graha Ilmu
Balchin, Maria L. 2006. The Safety Issue in Aromatherapy. Aromatherapy
Science : A Guide for Healthcare Proffesionals , 75 – 92. London :
Pharmaceutical Press.
Basha, A. 2004. Hipertensi: Faktor risiko dan penatalaksanaan. Jakarta:
DianRakyat.
Bowels, E Joy. 2003. The Chemistry of Aromatherapeutic Oils 3rd edition.
Adelaide, Australia : Griffin Press.
Brunner & Suddarth. 2001. Buku ajar keperawatan medical bedah. Edisi 8
volume3. Jakarta: EGC.
Chu, Catherine J., & Kemper, Kathi J. 2001. Lavender (Lavandula spp).
Longwood Herbal Task Force : <http://www.mcp.edu/herbal/>.
Cook, Neal. 2008. Aromatherapy : Reviewing Evidence for its Mechanisms of
Action and CNS Effects. British Journal of Neuroscience Nursing,
4(12), 595 – 601.
Conrad, Parm., Adams, Cindy. 2012. The Effecs of Clinical Aromatherapy for
Ansiety and Depression in th High Risk Postpartum Woman – A. Pilot
Study. Journal of Complementary Therapies in Clinical Practice, 18,
164 – 168.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
90
Corwin, Elizabeth J. 2009.Patofisiologi: buku saku Edisi 3. Jakarta: EGC.
Dalyoko,
D. A. P. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
upayapengendalian hipertensi pada lansia di posyandu lansia wilayah
kerjaPuskesmas Mojosongo Boyolali.
Darmojo dan Mariono, HH. 2004. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi
ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Dalimartha, S. et al, 2008. Care Your Self from Hipertensi. Jakarta : Penebar
Plus+
de Sousa, Damio P. 2011. Analgesic-Like Activity of Essential Oils
Constituents.Journal of Molecules, 16, 2233 – 2252.
Dobetsberger, Clara M. 2010. Effects of Essential Oils on the Central Nervous
System – an Update. A. Thesis. Vieana, Austria : Pharmacys Faculty,
University of Vienna.
Gunawan, Lany. 2001.Hipertensi: Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Henderson, Christine. 2005. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC
Harrison, I., Wilson, BW., & Kasper, M.F. 2005. Prinsip –Prinsip Ilmu Penyakit
dalam edisi 13 Volume 3. Jakarta : EGC
Hidayat, A. 2009. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data.
Jakarta:PT Salemba Medika.
Holland, B & Pokorny, ME. 2001. Slow stroke back massage : its effect on
patientsin a rehabilitation setting. Rehabil Nurs. 26(5): 182-6.
Hopkinson, A. 2011. Risk for in high blood pressure. Blog blood pressure
England
Jaelani. 2009. Aroma Terapi. Jakarta: Pustaka Populer Obor
Jane, Burkhle. 2003. Clinical Aromatherapy 2nd edition. Philadelphia : Elsevier
Science
JNC 7 Express. The Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention,Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure.
2003.
Diaksestanggal
17
Oktober
2015;http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/express.pdf
Jurch, S. E. 2009. Clinical massage therapy : assessment and therapy of
orthopedicconditions. New York: McGraw-Hill
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
91
Kristanti, Erva E. 2010. Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan
Derajat Kecemasan pada Lansia di Panti Wredha St. Yoseph Kediri.
Jurnal STIKES RS. Bapti Kediri, 3 (2), 94 – 100.
Kushartanti, Wara. 2002. Olahraga Terapi. Yogyakarta : Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta
Kuswardhani, Tuty. Penatalaksanaan Hipertensi pada Lanjut Usia. Jurnal
RSUPSanglah Denpasar. 2006. Diakses tanggal 2 Oktober
2015;http://ojs.unud.ac.id/index.php/jim/article/view/3757
Lawton, G. 2003. Toward a neurophysiological understanding of manual
therapyneuro-manual
therapy.
Available
at:http://www.americanmanualmedicine.com/educational/a14z2.html.
McGuinness, Helen. 2007. Aromatherapy, Therapy Basics 2nd edition. London :
Hodder Arnold.
Mubarak, W.I. 2005. Pengantar Keperawatan Komunitas. Jakarta : EGC
Notoadjamojo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Nugroho, W . 2008, Keperawatan Gerontik, Jakarta: EGC.
Nursalam,
2013, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan,Jakarta : Salemba Medika.
Potter, Patricia A. & Anne G. Perry. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep,Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.
Priyonoadi, bambang. 2008. Sport Massage. Yogyakarta : Fakultas Ilmu
Keolahragaan
Price, Shirley. 2007. Aromatherapy for Health Proffesionals. Philadelphia :
Elsevier Science.
Remington, R. 2002. Calming music and hand massage with agitated
elderly.Nursing Research 51, 317-323.
Santjaka, A. 2008. Bio statistik. Purwokerto: Pecetakan Global internusa Offset.
Santoso, D. 2010. Membonsai hipertensi. Surabaya: Jaring Pena
Saryono. 2009. Metodologi penelitian kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia
Pres.
Staessen A. 2003. Essential Hypertension. The Lancet ; 1629-1635
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
92
Sustriani, I., Alam, S., & Hadibroto, I. 2006. Hipertensi. Jakarta: Gramedia
PustakaUtama
Syahrini, E. N., Susanto, H. S., & Udiyono, A. 2012. Faktor-faktor risiko
hipertensiprimer
di
Puskesmas
Telogosari
Kulon
Kota
Semarang.Jurnal KesehatanMasyarakat, 1, 315-325.
Sugiyono. 2011. Statistika untuk penelitian. Bandung: PT. Alfabeta.
Stanley, M. 2006.Buku ajar keperawatan gerontik, Ed. 2, Jakarta : EGC
Trisnowiyanto, 2012, Keterampilan Dasar Massage. Yogyakarta: Muha
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
93
Lampiran 1
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
94
Lampiran 2
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
95
Lampiran 3
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
96
Lampiran 4
PENJELASAN SEBELUM PENELITIAN
BAGI RESPONDEN
Judul Penelitian :Pengaruh Masase Ekstremitas Bawah Dengan Minyak Esensial
Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di
UPTD Griya Werdha Surabaya
Tujuan
Penelitian ini dapat membantu menurunkan tekanan darahBapak/Ibudi UPTD Griya
Werdha Surabaya
Perlakuan yang diterapkan pada subyek
Penelitian ini merupakan penelitian yang memberikan tindakan kepada Bapak/Ibu.
Tindakan yang diberikan kepada Bapak/Ibu berupa masase. Bapak/Ibu akan diberikan
penjelasan dan diukur tekanan darah terlebih dahulu sebelum diberikan masase.
Kemudian dilakikan masase kaki selama 10 menit. Setelah itu diukur tekanan darah
lagi untuk membandingkaan tekanan darah sebelum dilakukan masase.
Manfaat
Memberikan alternatif intervensi kepada Bapak/Ibu dalam menurunkan tekanan darah
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
Bahaya potensial
Tidak ada bahaya yang diakibatkan oleh keterlibatan Bapak/Ibu dalam penelitian ini,
oleh karena dalam penelitian ini Bapak/Ibu hanya diberi masase dengan durasi yang
singkat.
Hak untuk undur diri
Keikutsertaan Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela.Bapak/Ibu berhak
untuk mengundurkan diri kapanpun, tanpa menimbulkan hal-hal yang merugikan
Bapak/Ibu.
Adanya insentif untuk subyek
Bapak/Ibu dalam penelitian ini akan memperoleh souvenir berupa satu buah handuk
kecil
Adanya jaminan kerahasiaan data
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
97
Peneliti menjamin kerahasiaan identitas serta informasi yang Bapak/Ibu
berikan.Informasi yang Bapak/Ibu berikan digunakan untuk mengembangkan mutu
pelayanan tidak akan digunakan untuk maksud lain
Prosedur Penelitian
Penyusunan Proposal Penelitian
Penyusunan
Instrumen Penelitian
Pengajuan ethical clearence
Perijinan
Pengajuan Pembuatan kerangka
konsep dan penentuan sampel
dengan total sampling
Pengambilan data awal kemudian
pertemuan dengan responden
terpilih
Wawancara
Pelaksanaan penelitian yaitu
melakukan masase esktremitas
bawah
Entry dan analisis data
Pelaporan
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
98
Lampiran 5
FORMULIR PEMBERIAN INFORMASI PENELITIAN
(INFORMATION FOR CENSENT)
Saya adalah mahasiswa Fakultas keperawatan Universitas Airlangga dengan
identitas sebagai berkut:
Nama :
Fatih Haris Maulana
NIM
131411123079
:
Melaksanakan penelitian sebagai salah satu kegiatan menyelesaikan tugas
akhir S1 Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahrui pengaruh Pengaruh Masase
Ekstremitas Bawah Dengan Minyak Esensial Lavender Terhadap Penurunan Tekanan
Darah pada Lansia Dengan Hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya. Pada
penelitian ini partisipasi Bapak/Ibu akan membawa dampak positif dalam
perkembangan ilmu keperawatan gerontik sebagai upaya meningkatkan pelayanan
kepada pasien dengan hipertensi. Dalam penelitian ini resiko yang ditimbulkan
minimal karena hanya diberi intervensi Masase Ekstremitas Bawahdengan Minyak
Esensial Lavender dengan durasi yang singkat.
Penelitian ini diharapkan adanya sikap saling terbuka antara responden dan
peneliti sehingga penelitian ini berjalan dengan baik. Pada saat melakukan pre test
respondendilakukan pengukuran tekanan darah dengan sphigmomanometer raksa dan
stetoskop . Responden ini akan diberikan masase oleh 2 fisioterapis dengan rician
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
99
fisioterapis laki-laki untuk responden laki-laki dan fisioterapis perempuan untuk
responden perempuan.
Pada tahap akhir, responden dilakukan dilakukan post-test untuk mengetahui
tekanan darah responden dengan meminta responden dilakukan pengukuran darah
dan dibandingkan hasil tekanan darah sebelum dilakukan intervensi dan sesudah
intervensi.
Atas perhatian Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
Surabaya,………………………2016
Responden
Peneliti
.......................................
Fatih Haris Maulana
Saksi,
Saksi,
.......................................
SKRIPSI
...........................................
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
100
Lampiran 6
INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN PENELITIAN)
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
:
Umur
:
Jenis kelamin
:
Telah mendapat keterangan secara terinci jelas mengenai:
1. Penelitian yang berjudul : “Pengaruh Masase Ekstremitas Bawah Dengan
Minyak Esensial Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
Dengan Hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya”
2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subjek
3. Manfaat ikut sebagai subjek penelitian
4. Bahaya yang akan timbul
5. Memiliki hak untuk undur diri
6. Prosedur penelitian
responden penelitian mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai
segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh karena itu saya
bersedia/tidak bersedia*) secara sukarela untuk menjadi subjek penelitian dengan
penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak
manapun.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
101
...........,.......................20....
Peneliti,
Responden,
......................................
.........................................
Saksi,
Saksi,
.......................................
...........................................
*) Coret salah satu
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
102
Lampiran 7
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)MASASEEKSTREMITAS
BAWAH DENGAN MINYAK ESENSIAL LAVENDER TERHADAP
PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI
a. Pengertian
Terapi nonfarmakologis dengan memberikan pijatan pada kaki dengan melakukan
usapan secara perlahan serta menggunakan minyak esensial lavender yang bersifat
merilekskan.
b. Tujuan
Masase ekstremitas bawah pada penderita hipertensi bertujuan untuk menurunkan
tekanan darah
c. Prinsip
Frekuensi
: 7 kali dalam seminggu.
Waktu masase
: 10 menit/klien.
d. Hal-hal yang harus diperhatikan :
1. Kondisi ruangan yang nyaman, suhu tidak terlau panas, tidak terlalu dingin,
pencahyaan yang cukup tidak remang-remang.
2. Posisi klien dalam keadaan berbaring yang mana bagian pinggang sampai telapak
kaki ditutup oleh handuk dan posisi pemijat dibelakang klien.
e. Sarana :
1. Sphygmomanometer
2. Stetoskop
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
103
3. Minyak lavender
4. Lembar observasi tekanan darah
5. Handuk
f. Prosedur Tindakan:
Persiapan
1. Peneliti menyediakan alat
2. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan
3. Peneliti mengukur tekanan darah penderita hipertensi sebelum melakukan
masase kaki dan di catat dalam lembar observasi.
4. Peneliti mempersiapkan posisi klien untuk dimasase dan mempersiapkan
pemijat untuk memijat.
Pelaksanaan Masase
1. Effleurage, gerakan mengusap yang ringan dan menenangkan pada bagian
awal yang bertujuan untuk meratakan minyak esensial lavender dan
menghangatkan otot agar lebih rileks.
2. Masase pada bagian kaki belakang, kaki depan lalu telapak kaki. Masase
dilakukan selama 10 menit.
3. Effleurage, gerakan mengusap dengan ringan yang bertujuan untuk
mengakhiri masase dan membersihkan sisa minyak esensial lavender.
Kriteria hasil:
1. Penderita hipertensi setelah masase kaki menjadi nyaman, segar dan rileks.
2. Tekanan darah penderita hipertensi menjadi turun setelah masase kaki.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
104
Prosedur Gerakan Masase Pada Kaki
1. Effleurage
Letakkan telapak tangan dipermukaan tubuh dengan jemari rapat dan
lekukan
gerakan
seperti
berenang.
Buatlah
lingkaran
yang
saling
bertumpukkan dengan kedua tangan secara bergantian. Usap seluruh bagian
tubuh hingga kebagian sisi. Ketika tangan berada dibagian bawah, gerakkan
tangan kembali keatas.
Gambar 1. Masase kaki pada hipertensi
(Sumber : Putra, 2013)
2. Masase pada kaki belakang
Letakkan tangan bersilangan dibelakang pergelangan kaki kanan.
Dorong kedua tangan hingga pangkal paha. Pisahkan dan kembali turun ke
bawah dengan lembut, ikuti tekuk kaki. Ulangi lagi gerakan tersebut.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
105
Gambar 2. Masase kaki pada hipertensi
(Sumber : Putra, 2013)
Tekan ibu jari ke bagian tengah otot betis seolah-olah memisahkannya,
pijat hingga ke bagian bawah lutut. Dengan sangat lembut pijat bagian
belakang lutut. Buat lingkaran kecil dengan ibu jari diseluruh wilayah
tersebut.
Gambar 3. Masase kaki pada hipertensi
(Sumber : Putra, 2013)
Kembali ke telapak kaki dan lakukan gerakan mengusap panjang ke
atas menuju paha. Untuk mengakhiri pemijatan pada kaki bagian belakang
urut turun kembali ke pergelangan kaki. Lakukan hal yang sama pada kaki
kiri.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
106
Gambar 4. Masase kaki pada hipertensi
(Sumber : Putra, 2013)
3. Masase pada kaki bagian depan
Ambillah posisi menghadap ke kaki klien dengan kedua lutu berada
disamping betisnya. Letakkan tangan kita sedikit diatas pergelangan
kakidengan jari-jari menuju ke atas, dengan satu gerakan tak putus luncurkan
tangan ke tas panggkal paha dan kembali turun di sisi kaki mengikuti lekuk
kaki.
Tarik ibu jari dan buatt bentuk V (posisi mulut naga). Letakkan tangan
di atas tulang garas dibagian bawah kaki. Gunakan tangan secar bergantian
untuk memijat perklahan hingga ki bawah lutut. Dengan tangan masih pada
posisi V urut ke atas dengan sangat lembut hingga ke tempurung lutut,
pisahkan tangan dan ikuti lekuk tempurung lutut pijat ke bagian bawah. Lalu
ulangi pijat keatas bagian tempurung lutut.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
107
Gambar 5. Masase kaki pada hipertensi
(Sumber : Putra, 2013)
Tekanlah dengan sisi luar telapak tangan membuat lingkarana secara
bergantian mulai dari atas lutut hingga pangkal paha dan mendorong otot.
Dengan keedua tangan pijatlah kebawah pada sisi kaki hingga ke pergelangan
kaki. Kemudian remas bagian dorsum dan plantaris kaki dengan kedua tangan
sampai ke ujung jari. Ulangi pada kaki kiri.
Gambar 6. Masase kaki pada hipertensi
(Sumber : Putra, 2013)
4. Masase pada telapak kaki
Letakkan alas yang cukup besar dibawah kaki klien, lalu tangkupkan
telapak tangan kita di sekitar sisi kakii kanannya. Rilekskan jari-jari serta
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
108
gerakkan tanga kedepan dan kebelakang dengan cepat. Ini akan membuat kaki
rileks.
Gambar 7. Masase kaki pada hipertensi
(Sumber : Putra, 2013)
Biarkan tangan tetap memegang bagaina atas kaki. Geser tangan kiri
kebawah tumit kaki, dengan lembut tarik kaki ke arah pemijat mulai daeri
tumit. Dengan gerakan oval putar kaki beberapa kali kesetiap arah.
Gambar 8. Masase kaki pada hipertensi
(Sumber : Putra, 2013)
Pegang kaki pasangandengan ibu jari kita berada di atas dan telunjuk
di bagian bawah. Kemudian dengan menggunakan ibu jari, tekan urat-urat
otot mulai dari jaringan antara ibu jari dan telunjuk kaki. Tekan diantara uraturat otot dengan ibu jari. Ulangi gerakan ini pada tiap lekukan.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
109
Gambar 9. Masase kaki pada hipertensi
(Sumber : Putra, 2013)
Pegang tumit kaki klien dengan tangan kanan, gunakan ibu jari dan
telunjuk tangan kiri pemijat untuk menarik kaki dan meremas jari kaki.
Pertama, letakkan ibu jari pemijat diatas ibu jari kaki dan telunjuk
dibawahnya. Lalu pijat dan tarik ujungnya, dengan gerakan yang sama pijat
sisi-sisi jari. Lakukan gerakan ini pada jari yang lain.
Gambar 10. Masase kaki pada hipertensi
(Sumber : Putra, 2013)
5. Effleurage
Untuk mengakhiri dan menyeimbangkan energi kaki, letakkan tangan
kiri pemijat diatas kaki klien dan tangan kanan dibawahnya. Tarik tangan kiri
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
110
pemijat mundur hingga ke jari-jari kaki dan dorong tangan kanan ke arah atas
kaki dengan usapan yang tak terputus.
Gambar 11. Masase kaki pada hipertensi
(Sumber : Putra, 2013)
g. Referensi
Cassar, M.P. (2004). Hand book of clinical massage .(2nded). London:
Elsevier Churchill livingstone.
Cha,J.H.,Lee,S.H.,Yoo,Y.S.(2010). Effect of aromatherapy on changes in the
autonomic nervous system, aortic pulse wave velocity and
aortic
augmentation
index
in
patients
with
essential
hypertention. Journal of Korean Academy Nursing, 40 (5):705.
Martin, Inggrid. (2007). Aromatherapy for massage practitioners. Philadelpia:
Lippincott
Williams
&
Wilkins.
Diakses
dari
www.ebooksgoogle.com, diperoleh 6 Desember 2015.
Moyer, Rounds & Hannum.(2004). A Meta-Analysis of Massage Therapy
Research.Psychological Bulletin, 130(1),3-18.
Price,S.,Price,L. (2007). Aromatherapy for health profesionals. (3rded). USA:
Elsevier. diakses dari www.ebooksgoogle.com, diperoleh 6
Desember 2015.
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
111
Lampiran 8
KUESIONER DATA DEMOGRAFI RESPONDEN PENELITIAN
No. Kode responden (diisi oleh peneliti)
Judul penelitian “Pengaruh Masase Ekstremitas Bawah Dengan Minyak Esensial
Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di
UPTD Griya Werdha Surabaya”
Isilah atau berilah tanda ( √ ) pada kolom yang tersedia sesuai jawaban Bapak/Ibu.
:……………….. tahun
1.
Usia
2.
Jenis kelamin:
[ ] Perempuan
[ ] Laki-laki
3.
Bapak / ibu pernah merokok?
[ ] Ya, lamanya: ………….
Jumlah/hari: ………… batang
[ ] Tidak
4.
5.
Pendidikan:
[ ] Tidak sekolah
[ ] SMP
[ ] SD
[ ] SMA
[ ] Pendidikan tinggi
Jenis obat yang dikonsumsi:
Sebutkan ………………….................................................
6.
Lama menderita hipertensi: ……………..……………………
7.
Jenis olahraga apa yang sampai sekarang masih anda lakukan?
Sebutkan………………………………………....................
Berapa lama setiap kali olahraga? ..................... menit/jam
Berapa kali dalam seminggu? ……..... kali, teratur/tidak teratur
8.
Apakah anda menyukai makanan dengan rasa asin?
[ ] Ya, apakah disetiap makanan harus terasa asin? Jelaskan ........................
[ ] Tidak
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
112
Lampiran 9
LEMBAR OBSERVASI TEKANAN DARAH
Hari 1
(Pre
Massage)
180/100
170/100
170/90
160/100
160/90
160/80
160/80
160/70
150/70
150/80
150/90
140/80
140/70
SKRIPSI
Hari 2
Hari 3
Hari 4
Hari 5
Hari 6
170/90
170/100
170/90
160/100
160/80
160/80
160/70
160/70
150/70
150/80
150/80
140/80
140/70
170/90
160/90
160/90
150/90
150/80
150/80
150/60
150/70
150/70
150/80
140/80
140/80
130/70
170/90
170/90
150/90
150/80
150/80
150/80
150/60
150/70
150/80
150/80
140/80
140/80
130/70
170/90
160/90
150/90
150/80
150/80
150/80
150/60
140/70
150/80
140/80
140/80
130/70
130/70
170/90
160/90
150/90
140/80
140/80
140/80
150/60
140/60
140/70
130/70
130/80
130/70
120/80
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
Hari 7
(Post
Massage)
160/90
150/90
140/90
140/80
130/80
140/80
150/60
130/60
130/70
120/70
120/80
110/70
110/70
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
113
Lampiran 10
Descriptives
Kelompok
Statistic
Mean
157,69
95% Confidence Interval for
Lower Bound
150,65
Mean
Upper Bound
164,74
5% Trimmed Mean
157,44
Median
160,00
Variance
Pre
Std. Deviation
11,658
Minimum
140
Maximum
180
Range
40
Interquartile Range
15
Kurtosis
Mean
,152
,616
-,193
1,191
133,08
4,294
95% Confidence Interval for
Lower Bound
123,72
Mean
Upper Bound
142,43
5% Trimmed Mean
132,86
Median
130,00
Variance
Post
3,233
135,897
Skewness
Sistole
Std. Error
239,744
Std. Deviation
15,484
Minimum
110
Maximum
160
Range
50
Interquartile Range
25
Skewness
Kurtosis
,028
,616
-,755
1,191
Descriptives
Kelompok
Diastole
SKRIPSI
Pre
Statistic
Mean
95% Confidence Interval for
84,6154
Lower Bound
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
Std. Error
3,12463
77,8074
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
114
Mean
Upper Bound
91,4234
5% Trimmed Mean
84,5726
Median
80,0000
Variance
126,923
Std. Deviation
11,26601
Minimum
70,00
Maximum
100,00
Range
30,00
Interquartile Range
20,00
Skewness
,112
,616
-1,280
1,191
76,1538
2,89528
Kurtosis
Mean
Post
95% Confidence Interval for
Lower Bound
69,8456
Mean
Upper Bound
82,4621
5% Trimmed Mean
76,2821
Median
80,0000
Variance
108,974
Std. Deviation
10,43908
Minimum
60,00
Maximum
90,00
Range
30,00
Interquartile Range
15,00
Skewness
-,101
,616
Kurtosis
-,989
1,191
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
Sistole
df
a
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
Pre
,194
13
,195
,935
13
,390
Post
,134
13
,200
*
,954
13
,656
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
115
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
Diastole
Pre
Post
,197
,184
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
13
,175
,881
13
,073
13
*
,896
13
,116
,200
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
SKRIPSI
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
116
Lampiran 11
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Sistolik Sebelum
157,69
13
11,658
3,233
Sistolik Sesudah
133,08
13
15,484
4,294
Paired Samples Correlations
N
Pair 1
Sistolik Sebelum & Sistolik
Correlation
13
Sig.
,920
,000
Sesudah
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Diastolik Sebelum
84,62
13
11,266
3,125
Diastolik Sesudah
76,15
13
10,439
2,895
Paired Samples Correlations
N
Pair 1
SKRIPSI
Diastolik Sebelum & Diastolik
Correlation
13
,801
Sig.
,001
Sesudah
PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH
FATIH HARIS MAULANA