Academia.eduAcademia.edu

HIPERTENSI.pdf

OLEH : NAMA : FATIH HARIS MAULANA NIM : 131411123079 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI vi KATA PENGANTAR Sembah syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul "PENGARUH MASASE EKSTREMITAS BAWAH DENGAN MINYAK ESENSIAL LAVENDER TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI UPTD GRIYA WERDHA SURABAYA" dapat diselesaikan penulis tepat waktu. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Bersama ini, perkenankan saya mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya dengan hati yang tulus kepada : 1. Prof Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons), selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan, fasilitas, dan ilmu kepada saya untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan. 2. Dr. Joni Haryanto, S.Kp.,M.Si.selaku pembimbing pertama, terimakasih atas bimbingan, nasihat, saran, informasi dan waktu yang telah diluangkan untuk saya, serta semua perhatian yang telah diberikan dalam kemajuan penyelesaian skripsi saya. 3. Elida Ulfiana, S.Kep.Ns., M.Kep selaku pembimbing kedua, terimakasih telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan pemikiran, perhatian, saran, nasihat serta dukungan yang sangat berharga selama proses penyusunan skripsi berlangsung. 4. Dr. Kusnanto, S.Kp, M.Kes selaku penguji yang telah memberikan saran dan arahan dalam penyusunan skripsi yang lebih baik. 5. Sriyono, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.Kep.MB selaku penguji yang telah memberikan saran dan arahan dalam penyusunan skripsi yang lebih baik. 6. Retno Indarwati S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku penguji yang telah memberikan saran dan arahan dalam penyusunan skripsi yang lebih baik. 7. Kedua orang tuaku (Bapak H. Suhari dan Ibu Hj. Istifaizah), adekku Ernia Haris Himawati, serta keluarga besar di Kudus, Pati, Jepara dan Semarang terimakasih atas semua curahan cinta, doa, kasih sayang, perhatian, dan dukungan yang tidak terbatas hingga skripsi ini dapat terselesaikan. 8. Seluruh responden yang bersedia memberikan partisipasi yang sangat berharga dalam penelitian ini. 9. Bapak Sugianto selaku kepala UPTD Griya Werdha Surabaya yang telah memberikan bantuan, ijin, dan kerjasamanya dalam melaksanakan penelitian ini. 10. Kakak-kakak perawat yang merawat lansia di UPTD Griya Werdha Surabaya yang telah membantu dan memberikan masukan saat penelitian berlangsung. ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA vii 11. Tim fisioterapis dari Rumah Sakit Universitas Airlangga yang telah yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu saat penelitian berlangsung 12. Sahabat-sahabat the bronggals (Ipank, Aga, Didin, Mas Rama, Mas Hendra, Siska, Oza, Nabela, Fatma, Astrid, Wahyu) yang telah memberikan semangat, bantuan, masukan, dan motivasi. 13. Sahabat-sahabat mansab team (Hendra, Memed, Mas Hayat, Mas, Zen, Dimas, Zaky, Grandis, Fauzi) yang telah memberikan semangat, bantuan, masukan, dan motivasi. 14. Teman-Teman KertajayaBoys (Mas Yoga, Mas Ibnu, Mas Buyung, Mas Rachmad) yang telah memberikan fasilitas internet dalam menyelesaikan penelitian ini. 15. Teman-teman team Closing Concert 2015 Paduan Suara Universitas Airlangga yang selalu memberikan semangat dan motivasi. 16. Keluarga angkatan B17 FKP UNAIR atas semua doa, semangat, bantuan, motivasi dan semua yang telah kita lalui bersama. 17. Dosen dan seluruh staf kepegawaian Fakultas Keperawatan yang telah membimbing dan membantu saya selama kuliah di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. 18. Terimakasih untuk seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah membalas budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan, dukungan, dan bantuan dalam menyelesaikan penelitian ini. Surabaya, Februari 2016 Fatih Haris Maulana 131411123079 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA viii MOTTO The best of the people are those who are most beneficial to others ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTREMITAS BAWAH DENGAN MINYAK ESENSIAL LAVENDER TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI UPTD GRIYA WERDHA SURABAYA PENELITIAN PRE EKSPERIMENTAL OLEH : NAMA : FATIH HARIS MAULANA NIM : 131411123079 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016 SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTREMITAS BAWAH DENGAN MINYAK ESENSIAL LAVENDER TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI UPTD GRIYA WERDHA SURABAYA PENELITIAN PRE EKSPERIMENTAL Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) dalam Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga OLEH : NAMA : FATIH HARIS MAULANA NIM : 131411123079 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016 ii SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ii SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA iii SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA iv SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA v SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA KATA PENGANTAR Sembah syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “PENGARUH MASASE EKSTREMITAS BAWAH DENGAN MINYAK ESENSIAL LAVENDER TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI UPTD GRIYA WERDHA SURABAYA” dapat diselesaikan penulis tepat waktu. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Bersama ini, perkenankan saya mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya dengan hati yang tulus kepada : 1. Prof Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons), selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan, fasilitas, dan ilmu kepada saya untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan. 2. Dr. Joni Haryanto, S.Kp.,M.Si.selaku pembimbing pertama, terimakasih atas bimbingan, nasihat, saran, informasi dan waktu yang telah diluangkan untuk saya, serta semua perhatian yang telah diberikan dalam kemajuan penyelesaian skripsi saya. 3. Elida Ulfiana, S.Kep.Ns., M.Kep selaku pembimbing kedua, terimakasih telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan pemikiran, perhatian, saran, nasihat serta dukungan yang sangat berharga selama proses penyusunan skripsi berlangsung. 4. Dr. Kusnanto, S.Kp, M.Kes selaku penguji yang telah memberikan saran dan arahan dalam penyusunan skripsi yang lebih baik. 5. Sriyono, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.Kep.MB selaku penguji yang telah memberikan saran dan arahan dalam penyusunan skripsi yang lebih baik. 6. Retno Indarwati S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku penguji yang telah memberikan saran dan arahan dalam penyusunan skripsi yang lebih baik. 7. Kedua orang tuaku (Bapak H. Suhari dan Ibu Hj. Istifaizah), adekku Ernia Haris Himawati, serta keluarga besar di Kudus, Pati, Jepara dan Semarang terimakasih atas semua curahan cinta, doa, kasih sayang, perhatian, dan dukungan yang tidak terbatas hingga skripsi ini dapat terselesaikan. 8. Seluruh responden yang bersedia memberikan partisipasi yang sangat berharga dalam penelitian ini. 9. Bapak Sugianto selaku kepala UPTD Griya Werdha Surabaya yang telah memberikan bantuan, ijin, dan kerjasamanya dalam melaksanakan penelitian ini. 10. Kakak-kakak perawat yang merawat lansia di UPTD Griya Werdha Surabaya yang telah membantu dan memberikan masukan saat penelitian berlangsung. vi SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 11. Tim fisioterapis dari Rumah Sakit Universitas Airlangga yang telah yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu saat penelitian berlangsung 12. Sahabat-sahabat the bronggals (Ipank, Aga, Didin, Mas Rama, Mas Hendra, Siska, Oza, Nabela, Fatma, Astrid, Wahyu) yang telah memberikan semangat, bantuan, masukan, dan motivasi. 13. Sahabat-sahabat mansab team (Hendra, Memed, Mas Hayat, Mas, Zen, Dimas, Zaky, Grandis, Fauzi) yang telah memberikan semangat, bantuan, masukan, dan motivasi. 14. Teman-Teman KertajayaBoys (Mas Yoga, Mas Ibnu, Mas Buyung, Mas Rachmad) yang telah memberikan fasilitas internet dalam menyelesaikan penelitian ini. 15. Teman-teman team Closing Concert 2015 Paduan Suara Universitas Airlangga yang selalu memberikan semangat dan motivasi. 16. Keluarga angkatan B17 FKP UNAIR atas semua doa, semangat, bantuan, motivasi dan semua yang telah kita lalui bersama. 17. Dosen dan seluruh staf kepegawaian Fakultas Keperawatan yang telah membimbing dan membantu saya selama kuliah di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. 18. Terimakasih untuk seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah membalas budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan, dukungan, dan bantuan dalam menyelesaikan penelitian ini. Surabaya, Februari 2016 Fatih Haris Maulana 131411123079 vii SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA MOTTO The best of the people are those who are most beneficial to others viii SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ABSTRACT Effect of Lower Extremity Massage with Lavender Essential Oil for Decreasing Blood Pressure in Elderly with Hypertension in UPTD Griya Werdha Surabaya A Pre-Experimental Study Fatih Haris Maulana An aging process occurs naturally with many problems which is physical problems, mental, and social. One of that physical problems is the increasing of blood pressure. The name is hypertension. At UPTD Griya Werdha Surabaya, the was many elderly had hypertension, where 17 out of 54 elderly had high blood pressure. The Data indicated to need a modify nursing interventions to decrease their blood presssure. The purpose of this study was to prove the effect of lower extremity massage with lavender essential oil for decreasing blood pressure of elderly with hypertension in UPTD Griya Werdha Surabaya. This Study used preeksperimental design with one group pre test and test post design. Population comprised elderly who had hypertension, and the total population are 17 individuals. Samples were taken using purposive sampling who meet the criteria. And total sampling who available are 13 individuals The independent variable was lower extremity massage with lavender essential oil. The dependent variable was bood pressure. This research was carried out for 1 weeks (Januari 31 th Februari 6th, 2016). Data analysis used paired t Test with significance level p ≤ 0.05. An instrument to used aneroid spigmomanometer. Result Showed that lower ekstremity massage with lavender essential oil had significant effect to decrease blood pressure with p value = 0,000 for systolic pressure and p value = 0.01 for diastolyc pressure. It can be concluded that there is the influence of massage lower ekstremitas with lavender essential oil to decrease blood pressure for the elderly hypertension in UPTD Griya Werdha Surabaya Keywords : Hypertension in the elderly, massage, lavender essential oil ix SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR ISI Halaman Sampul Depan Halaman Judul ............................................................................................ ii Lembar Pernyataan .................................................................................... iii Lembar Persetujuan........................................................................... ........... iv Lembar Penetapan Panitia Penguji.............................................................. v Kata Pengantar............................................................................. ................. vi Motto............................................................................. ................................. viii Abstrak ........................................................................................................ ix Daftar Isi ..................................................................................................... x Daftar Tabel....................................................................... ............................ xiii Daftar Gambar ........................................................................................... xiv Daftar Singkatan ........................................................................................ xv BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2 Identifikasi Masalah .................................................................... 6 1.3 Rumusan Masalah ....................................................................... 6 1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................... 6 1.4.1 Tujuan umum .................................................................... 6 1.4.2 Tujuan khusus ................................................................... 6 1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................... 7 1.5.1 Teoritis .............................................................................. 7 1.5.2 Praktis ............................................................................... 7 1.6 Resiko Penelitian ......................................................................... 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia ............................................................................. 9 2.1.1 Definisi lanjut usia/lansia................................................... 9 2.1.2 Batasan lanjut usia ............................................................. 10 2.1.3 Perubahan-perubahan pada lansia………………..…..11 2.2 Konsep Tekanan Darah ................................................................ 14 2.2.1 Definisi tekanan darah ....................................................... 14 2.2.2 Pengukuran tekanan darah ................................................. 14 2.3 Konsep Hipertensi Lansia ............................................................ 16 2.3.1 Definisi hipertensi lansia ................................................... 16 2.3.2 Klasifikasi hipertensi lansia ............................................... 17 2.3.3 Faktor resiko hipertensi lansia ........................................... 18 SKRIPSI x PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2.3.4 Etiologi ............................................................................. 25 2.3.5 Manifestasi klinis .............................................................. 26 2.3.6 Komplikasi ........................................................................ 27 2.3.7 Penatalaksanaan ................................................................ 28 2.4 Konsep Masase Ekstremitas Bawah ............................................ 32 2.4.1 Definisi ............................................................................. 32 2.4.2 Manfaat ............................................................................. 34 2.4.3 Metode masase .................................................................. 36 2.4.4 Tekanan............................................................................. 41 2.4.5 Kecepatan.......................................................................... 42 2.4.6 Durasi................................................................................ 42 2.4.7 Frekuensi ........................................................................... 42 2.5 Konsep Minyak Esensial Lavender .............................................. 42 2.5.1 Definisi minyak esensial lavender ...................................... 42 2.5.2 Manfaat minyak esensial lavender ..................................... 43 2.5.3 Cara kerja minyak esensial lavender .................................. 44 2.6 Pengaruh masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender terhadap hipertensi ........................................................ 46 2.7 Teori kenyamanan Kolcaba ......................................................... 48 2.8 Keaslian penelitian ...................................................................... 54 BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Konseptual .................................................................. 57 3.2 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 59 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain penelitian ......................................................................... 60 4.2 Populasi, sampel dan sampling .................................................... 61 4.2.1 Populasi............................................................................. 61 4.2.2 Sampel .............................................................................. 62 4.2.3 Sampling ........................................................................... 62 4.3 Variabel Penelitian ...................................................................... 63 4.3.1 Variabel independen .......................................................... 63 4.3.2 Variabel dependen ............................................................. 63 4.4 Definisi operasional ..................................................................... 64 4.5 Lokasi dan waktu penelitian ........................................................ 65 4.6 Instrumen penelitian .................................................................... 65 4.7 Prosedur pengumpulan data ......................................................... 65 4.8 Analisis data ................................................................................ 67 4.9 Masalah etik (Ethical clearance) ................................................. 69 4.9.1 Lembar persetujuan (informed consent)............................... 70 xi SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 4.9.2 Tanpa nama (Anonymity) .................................................... 70 4.9.3 Kerahasiaan (Confidentiality) ............................................ 70 4.10 Keterbatasan Penelitian .............................................................. 70 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil penelitian ........................................................................... 72 5.2 Pembahasan ................................................................................ 79 BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ..................................................................................... 87 6.2 Saran ........................................................................................... 87 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. LAMPIRAN ................................................................................................ xii SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Lansia Menurut JNC VII……..……………….18 Tabel 2.2 Keaslian Penelitian……………………………………...………….....55 Tabel 4.1 Definisi operasional……………………………………………….64 Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan usia di UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari 2016(n=13)……………………………….…75 Tabel 5.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari 2016(n=13)………….………….… .75 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat merokok di UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari(n=13)……………………. .. ..76 Tabel 5.4Distribusi frekuensi responden berdasarkan konsumsi obat anti hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari 2016(n=13).. .................................................……………………… ..76 Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan menyukai rasa asin di UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari 2016 (n=13)…...………… ..................................................................... . ..77 Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan olahraga yang masih di lakukan di UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari 2016(n=13)………………… .......................................................... ..77 Tabel 5.7 Gambaran tekanan darah responden sebelum diberikan intervensi di UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari 2016(n=13)……… .. ..78 Tabel 5.8 Gambaran tekanan darah responden setelah diberikan intervensi di UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari 2016(n=13)…………..78 Tabel 5.9 Perbedaan tekanan darah sebelum diberikan massase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender dan setelah diberikan massase ektremitas bawah dengan minyak esensial lavender di UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari 2016(n=13) .......................... …….. ..79 xiii SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Identifikasi masalah .....................................................................6 Gambar 2.1 Metode Efflurage ........................................................................ 36 Gambar 2.2 Metode Petrisage ........................................................................ 37 Gambar 2.3 Metode Friction .......................................................................... 38 Gambar 2.4 Metode Vibration........................................................................ 38 Gambar 2.5 Metode tapotement beating ......................................................... 39 Gambar 2.6 Metode tapotement claping ......................................................... 40 Gambar 2.7 Metode tapotement hacking ........................................................ 41 Gambar 2.9 Model Middle Range Theory Comfort ......................................... 52 Gambar 3.1 Kerangka konseptual................................................................... 57 xiv SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR SINGKATAN JNC : Joint National Committe Kemenkes RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia TDS : Tekanan Darah Sistol TDD : Tekanan Darah Diastol WHO : World Health Organisation CRF : Corticotropic Releasing Factor xv SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pertambahan usia terjadinya perubahan-perubahan fisiologis pada lansia yang disertai dengan berbagai masalah kesehatan yang menyebabkan tingginya penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif membawa konsekuensi terhadap perubahan dangan gangguan pada sistem kardiovaskuler, antara lain terjadi penyakit hipertensi.(Darmojo, 2009). Hipertensi merupakan tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. WHO pada tahun 2008 mencatat sekitar 40% orang berusia lebih dari 25 tahun di dunia menderita hipertensi dan angka ini terusmenigkat. Sekitar 20% populasi lansia mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara mereka menderita hipertensi primer (Esensial) dimana tidak ditentukan penyebab medisnya (Smeltzer& Bare, 2001). Dalam penelitian Wang, Tiwari, & Wong pada tahun 2014 di Cina pada usia paruh baya (45-64) prevalensi terjadinya hipertensi sebesar 36,7% dan pada usia lanjut usia (lebih dari 65 tahun) prevalensinya yaitu 56,5%, dan di India dari 165 subyek ditemukan 75 kasus (45,46%) hipertensi yaitu pada usia 51-60 tahun. Sedangkan di Indonesia menurut Rahajeng & Tuminah (2009) dari 146.093 jiwa di Indonesia yang menderita hipertensi didapatkan 29,8% diantaranya merupakan lansia. Kementrian Kesehatan 1 SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2 Republik Indonesia (2013) memperkirakan jumlah kasus ini akan meningkat setiap tahun. Secara khusus, Kementerin Kesehatan RI (2013) menyebutkan hipertensi telah menjadi penyakit utama penyebab rawat jalan pada kelompok usia 45-64 dan lebih dari usia 65 tahun. Sampai usia 55 tahun, laki-laki lebih banyak menderita hipertensi dari pada wanita. Namun,diatas usia 55 tahun, wanita lebih berpeluang menderita hipertensi (Suyatmo, 2009). Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST), meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya kemungkinan timbulnya kejadian stroke dan infark myocard bahkan walaupun tekanan diastoliknya dalam batas normal (isolated systolic hypertension). Isolated systolic hypertension adalah bentuk hipertensi yang paling sering terjadi pada lansia. Pada suatu penelitian, hipertensi menempati 87% kasus pada orang yang berumur 50 sampai 59 tahun. Adanya hipertensi, baik HST maupun kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia. Hipertensi masih merupakan faktor risiko utama untuk stroke, gagal jantung penyakit koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih besar dibandingkan pada orang yang lebih muda (Kuswardhani, 2007). Melihat kejadian dan dampak dari hipertensi, maka dilakukan penatalaksanaan hipertensi yang terdiri dari terapi farmakologis dan terapi nonfarmakologis. Terapi farmakologis pada hipertensi merupakan terapi yang menggunakan obat-obatan untuk mempertahankan tekanan darah dalam batas normal, namun pada terapi ini memiliki efek samping yang berbeda-beda pada SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 3 setiap golongannya. Salah satu contoh terapi farmakologis golongan diuretik memiliki efek samping keletihan, kram kaki, peningkatan gula darah, terutama pada penderita diabetes, seringnya urinasi menjadikan obat ini mengganggu kualitas hidup (Kowalski,2010). Terapi nonfarmakologis merupakan terapi tanpa menggunakan obat-obatan sehingga tidak menimbulkan efek samping seperti dengan menjalankan diet, menurunkan kegemukan, rajin olah raga, tidak mengkonsumsi alkohol, tidak merokok, hindari stress dan kontrol obat-obatan secara teratur. Selain upaya tersebut, penting untuk mempertimbangkan terapi komplementer atau terapi pelengkap sebagai terapi nonfarmakologis (Sudoyo, dkk,2006; Vitahealth,2006). Terapi komplementer bersifat pengobatan alami untuk menangani penyebab penyakit dan memacu tubuh sendiri untuk menyembuhkan penyakitnya, sedangkan pengobatan medis diutamakan untuk menangani gejala penyakit. Terapi komplementer ini antara lain adalah terapi herbal, latihan nafas, meditasi, terapi musik, dan relaksasi (Vitahealth,2006). Salah satu cara terbaik untuk menurunkan tekanan darah dengan metode komplementer yaitu dengan terapi masase atau pemijatan. Teknik pemijatan pada titik tertentu dapat menghilangkan sumbatan dalam darah sehingga aliran darah dan energi di dalam tubuh kembali lancar (Dalimartha, 2008). Dalam hal ini, pemijatan akan dilakukan di bagian ekstremitas bawah yakni pada kaki. Pada saat melakukan masase pada otot-otot kaki maka dapat meningkatkan tekanan ke otot ini secara bertahap untuk mengendurkan ketegangan sehingga membantu memperlancar aliran darah ke jantung. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 4 Masase pada kaki diakhiri dengan masase pada telapak kaki yang akan merangsang dan menyegarkan kembali bagian kaki sehingga memulihkan sistem keseimbangan dan membantu relaksasi (Aslani, 2003) Sejumlah studi menunjukkan bahwa terapi pijat yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik, menurunkan kadar hormone stress cortisol, menurunkan kecemasan sehingga tekanan darah akan turun dan fungsi tubuh semakin membaik (Tarigan, 2012). Selain itu, pijat menunjukkan dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi ringan dan sedang (Dalimartha dalam Sutanto, 2010). Vasokonstriksi pada pembuluh darah perifer dapat menghambat sirkulasi darah dan meningkatkan tahanan vaskuler sehingga menyebabkan hipertensi. Salah satu gerakan dalam pemijatan, yaitu effleurage yang dilakukan pada daerah kaki dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah perifer, dan efeknya memperlancar aliran darah balik dari daerah ekstremitas bawah menuju ke jantung (Turner,W.A.,2005). Penelitian dari Holand & Pokorny (2001) menyatakan intervensi pijat (masase) kepada pasien yang berada di ruang rehabilitasi memberi efek berupa menghilangkan kecemasan, rasa tenang dan kondisi yang rileks. Masase atau pijat akan dikombinasikan dengan minyak esensial lavender yang merilekskan. Minyak esensial lavender paling umum digunakan untuk masase karena kandungan aldehid yang berifat iritatif bagi kulit hanya 2% serta tidak bersifat toksik. Kandungan ester pada bunga lavender bekerja dengan lembut di kulit dan memberikan efek menenangkan (Price, 1997). SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 5 Di Jawa Timur sendiri jumlah lansia dengan hipertensi pada tahun 2011 sebanyak 174.041 jiwa (Dinkes Jatim, 2011). Berdasarkan hasil survei pendahuluan di UPTD Griya Werdha Surabaya diketahui bahwa persentase lansia yang menderita hipertensi sebanyak 32% atau terdapat 17 lansia dari 54 lansia yang menderita hipertensi. Lansia biasanya mengeluh pusing dan setelah diperiksa tekanan darahnya meningkat atau hipertensi. Tingginya keluhan hipertensi yang terjadi pada lansia di UPTD Griya Werdha Surabaya membuat peneliti tertarik mengadakan penelitian yang bertempat di kelurahan tersebut, selain itu lansia yang mengalami hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya belum mengenal masasse sebagai upaya untuk menurunkan tingkat hipertensi, karena itulah penulis mengangkat masalah tentang pengaruh masasse ekstrimitas bawah dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi. Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penanganan penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi sebagai upaya peningkatan taraf kesehatan lansia di Indonesia adalah hal yang sangat penting. Selanjutnya, penelitian untuk mengetahui pengaruh terapi masase yang dikombinasikan dengan minyak esensial lavender dirasa perlu untuk semakin mengoptimalkan penanganan penurunan tekanan darah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Masase Ekstremitas Bawah Dengan Minyak Esensial Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di UPTD Griya Werdha Surabaya. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 6 1.2 Identifikasi Masalah Hipertensi Tekanan Darah Berdasarkan hasil survei pendahuluan di UPTD Griya Werdha Surabaya diketahui bahwa persentase lansia yang menderita hipertensi sebanyak 32% atau terdapat 17 lansia dari 54 lansia yang menderita hipertensi. Dan lansia yang mengalami hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya belum mengenal masasse sebagai upaya untuk menurunkan tingkat hipertensi. Gambar 1.1 Identifikasi Masalah Penelitian 1.3 Rumusan Masalah Apakah ada pengaruh masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum Menjelaskan pengaruh masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi 1.4.2 Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi tekanan darah pada lansia dengan hipertensi sebelum diberikan masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender di UPTD Griya Werdha Surabaya. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 7 2. Mengidentifikasi tekanan darah pada lansia dengan hipertensi setelah diberikan masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender di UPTD Griya Werdha Surabaya. 3. Menganalisis perubahan tekanan darah lansia dengan hipertensi setelah mendapatkan masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tentang pengaruh masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi, sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan pengembangan ilmu keperawatan khususnya dalam bidang ilmu keperawatan medikal bedah dan gerontik. 1.5.2 Praktis 1. Bagi tempat penelitian Dapat digunakan sebagai masukan untuk membuat Standar Prosedur Operasional (SPO) dalam mengelola pasien yang mengalami hipertensi. 2. Bagi perawat Memberikan pengetahuan baru mengenai intervensi keperawatan nonfarmakologis yang efektif digunakan dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 8 3. Bagi responden Dapat memberikan pengetahuan dan digunakan sebagai pilihan alternatif baru dalam menurunkan tekanan darah yang lebih efektif dan efisien secara nonfarmakologi. 1.6 Resiko Penelitian Tidak ada resiko serius yang diakibatkan oleh intervensi peneliti kepada subyek, oleh karena dalam penelitian ini subyek hanya diberi intervensi masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender dengan durasi yang singkat. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Definisi lanjut usia / lansia Usia lanjut (lansia) adalah proses yang tidak dapat dihindari. Memasuki masa lansia sangat diperlukan peran dari keperawatan untuk mempertahankan derajat kesehatan pada lansia dengan taraf yang setinggi tingginya supaya terhindar dari penyakit atau gangguan supaya lansia tersebut masih dapat memenuhi kebutuhan dengan mandiri (Mubarak, 2005). Lansia bukanlah suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan ( Pudjiastuti, dkk, 2009). Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas, menurut UU RI No.13 Tahun 1998 Bab 1 Pasal 1. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah 45 – 59 tahun, lanjut usia (elderly) adalah 60 – 74 tahun, lanjut usia tua (old) adalah 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2008). Lansia merupakan seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik pria maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk menghidupi dirinya (Tamher, 2009). 9 SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 10 2.1.2 Batasan Lanjut usia Batasan lanjut usia yaitu umur yang dijadikan patokan sebagai lanjut usia berbeda – beda, umumnya berkisar antara 60 – 65 tahun. Berikut dikemukakan beberapa pendapat para ahli mengenai batasan umur : Menurut organisasi kesehatan dunia WHO ada 4 tahap yakni : a) Usia pertengahan (Middle ag ) ( 45 – 59 tahun) b) Lanjut usia (elderly) (60 – 74 tahun) c) Lanjut usia tua (old) (75 – 90 tahun ) d) Usia sangat tua (Very old ) (diatas 90 tahun) Sedangkan Nugroho (2008) menyimpulkan pembagian umur berdasarkan pendapat beberapa ahli, bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65 tahun ke atas. Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan menjadi usia dewasa muda (elderly adulthood), atau 29 – 25 tahun, usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25 – 60 tahun atau 65 tahun, lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi lagi dengan 70 – 75 tahun (young old), 75 – 80 tahun (old), lebih dari 80 (very old). Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1965 Pasal 1 seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. UndangUndang No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 11 2.1.3 Perubahan-Perubahan Pada Lansia Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah, 2011). 1. Perubahan Fisik 1) Sistem Indra : Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun. 2) Sistem Intergumen : Kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. 3) Sistem Muskuloskeletal : Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai berikut : Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. 4) Kartilago : Jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 12 terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan. 5) Tulang : Berkurangnya kepadatan tualng setelah di obserfasi adalah bagian dari penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur. 6) Otot : Perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. 7) Sendi : Pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas. 8) Sistem Kardiovaskuler : Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa nude dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat. 9) Sistem respirasi : Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang. 10) Pencernaan dan Metabolisme : Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata : (1). Kehilangan gigi, (2). Indra pengecap menurun, (3). Rasa lapar SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 13 menurun (sensitifitas lapar menurun), (4). Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah. 11) Sistem perkemihan : Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal. 12) Sistem saraf : Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. 13) Sistem reproduksi : Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur. 2) Perubahan mental Di dalam perubahan mental pada usia lanjut, perubahan dapat berupa sikap yang semakin egosentris, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak akan sesuatu. Faktor yang mempengaruhi perubahan mental antara lain perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan, dan lingkungan (Nugroho, 2008). 3) Perubahan psikososial Perubahan psikososial meliputi pensiun yang merupakan produktivitas dan identitas yang dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan, merasakan atau sadar akan kematian, perubahan dalam cara hidup, ekonomi akibat dari pemberhentian dari jabatan, dan penyakit kronis. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 14 2.2 Konsep Tekanan Darah 2.2.1 Definisi Tekanan Darah Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2001). Gunawan (2001) menyebutkan tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Tekanan darah dibedakan antara tekanan darah sistolik (tekanan ketika jantung menguncup) dan tekanan darah diastolik (tekanan darah ketika jantung kembali meregang). Tekanan darah sistolik selalu lebih tinggi daripada tekanan darah diastolik. 2.2.2 Pengukuran Tekanan Darah Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung (Smeltzer & Bare, 2001). 1) Metode langsung Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan masalah kesehatan lain. Bahaya yang dapat ditimbulkan saat pemasangan kateter arteri yaitu nyeri inflamasi pada lokasi penusukkan, bekuan darah karena tertekuknya kateter, perdarahan (ekimosis) bila jarum lepas dan tromboplebitis. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 15 2) Metode tidak langsung Pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Sphygmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan rongga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer sesuai dengan tekanan dalam milimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis (Smeltzer & Bare, 2001). Adapun cara pengukuran tekanan darah dimulai dengan membalutkan manset dengan kencang dan lembut pada lengan atas dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan sampai denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya denyutan radial. Kemudian manset dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun palpasi. Dengan palpasi kita hanya dapat mengukur tekanan sistolik. Sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat (Smeltzer & Bare, 2001). Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang berbentuk corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan siku (rongga antekubital), yang merupakan titik dimana arteri brakialis muncul diantara kedua kaput otot biseps. Manset dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg per detik, sementara kita mendengarkan awitan bunyi berdetak, yang menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 16 sebagai Bunyi Korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar dari arteri brakialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan diastolik dan pada titik tersebut, bunyi akan menghilang (Smeltzer & Bare, 2001). 2.3 Konsep Hipertensi Lansia 2.3.1 Definisi Hipertensi Lansia Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price & Wilson, 2006). Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) tekanan darah normal bagi setiap orang adalah 120/80 mmHg. Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Preassure (JNC) sebagai tekanan yang lebih dari 140/90 mmHg. Hipertensi lanjut usia dibedakan menjadi dua hipertensi dengan peningkatan sistolik dan diastolik dijumpai pada usia pertengahan 55-65 tahun. Pada tekanan sistolik sering meningkat pada usia diatas 65 tahun dan meningkat dengan bertambahnya usia Sedangkan pada tekanan diastolik meningkat pada usia sebelum 60 tahun dan menurun sesudah usia 60 tahun. (Temu Ilmiah Geriatri Semarang, 2008). Hipertensi pada lansia terjadi karena adanya perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer yang bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 17 darah yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya aorta dan arteri besar kurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung, mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer & Bare, 2001). 2.3.2 Klasifikasi Hipertensi Lansia Berdasar klasifikasi dari JNC-VI dalam Darmojo (2004) maka hipertensi pada usia lanjut dapat dibedakan : 1. Hipertensi sistolik saja (Isolated systolic hypertension), terdapat pada 6 – 12% penderita di atas usia 60 tahun, terutama pada wanita. Insiden meningkat dengan bertambahnya umur. 2. Hipertensi diastolik (Diastolic hypertension), terdapat antara 12 - 14% penderita di atas usia 60 tahun, terutama pada pria. Insiden menurun dengan bertambahnya umur. 3. Hipertensi sistolik-diastolik : Terdapat pada 6 – 8% penderita usia > 60 tahun, lebih banyak pada wanita dan meningkat dengan bertambahnya umur. Menurut The Seventh Report of The Joint National Comunitte on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) dalam Sudoyo et al (2006) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1, hipertensi derajat 2 SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 18 Kategori Sistolik ( mmHg ) Diastolic (mmHg ) Normal Pre hipertensi Hipertensi Stage 1 Stage 2 <120 120-139 <80 80-89 140-159 ≥160 90-99 ≥100 Tabel 2 1. Klasifikasi hipertensi lansia menurut JNC VII Darmojo (1999) membedakan hipertensi pada usia lanjut sebagai berikut : 1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg. 2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg. 2.3.3 Faktor Resiko Hipertensi Lansia Faktor risiko yang mempengaruhi hipertensi pada lansia yang dapat atau tidak dapat dikontrol, antara lain: 1. Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Dikontrol: 1) Jenis kelamin Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun ketika bertambah usia Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Harrison, Wilson dan Kasper (2005) mengatakan bahwa wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 19 faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Penjelasan di atas mengungkapkan bahwa estrogen berperan penting mampu menurunkan tekanan darah pada wanita muda. Saat siklus menstruasi terjadi, tekanan darah akan menurun, ini terjadi ketika fase luteal akan berubah menjadi fase folikular. Setelah wanita tidak menstruasi lagi atau postmenoupause maka tidak akan terjadi perubahan fase menstruasi di atas, dari fase luteal berubah menjadi fase folikular sehingga tekanan darah tidak menurun dan justru cenderung naik (Staessen, 2003). Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause (Aisyah, 2009). 2) Umur Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 20 dari orang yang berusia lebih muda (Harison, Wilson & Kasper, 2005). Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia di atas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause. Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enam puluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi (Smeltzer & Bare, 2001). 3) Keturunan (Genetik) Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium. Individu dengan orang tua yang hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 21 didapatkan 70-80% kasus hipertensi Esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk dalam Sumarna, 2012). Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. Menurut Santoso (2010), mengatakan bahwa tekanan darah tinggi cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang dari orang tua anda ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka anda akan mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidup anda. Jika kedua orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka peluang anda untuk terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60%. 1. Faktor Resiko Yang Dapat Dikontrol: a) Obesitas Pada usia pertengahan (+50 tahun) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih. Obesitas berisiko terhadap munculnya berbagai penyakit jantung dan pembuluh darah. (Aisyah, 2009). b) Kurang olahraga Kurangnya aktivitas fisik dapat mengakibatkan hipertensi yaitu karena terjadinya penurunan cardiac output (curah jantung) sehingga SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 22 pemompaan ke jantung menjadi lebih kurang. Kurangnya latihan aktvitas fisik dapat menyebabkan terjadinya kekakuan pembuluh darah, sehingga aliran darah tersumbat dan dapat menyebabkan hipertensi. Kurangnya aktivitas fisik menaikkan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekakuan yang mendesak arteri. Latihan fisik berupa berjalan kaki selama 30-60 menit setiap hari sangat bermanfaat untuk menjaga jantung dan peredaran darah. Bagi penderita tekanan darah tinggi, jantung atau masalah pada peredaran darah, sebaiknya tidak menggunakan beban waktu jalan (Aisyah, 2009). c) Kebiasaan Merokok Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Merokok meyebabkan hipertensi karena nikotin yg terkandung di dalam rokok memiliki kecenderungan untuk menyempitkan pembuluh darah dan arteri yang dapat menyebabkan plak. Plak menyempitkan pembuluh darah. Nikotin juga memiliki kemampuan untuk merangsang produksi hormon epinefrin juga dikenal sebagai adrenalin yang menyebabkan pembuluh darah mengerut (Hopkinson, 2011). SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 23 Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun (Aisyah, 2009). d) Mengkonsumsi garam berlebih Badan Kesehatan Dunia WHO merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar yodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram yodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. (Basha, 2004). e) Minum alkohol Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor risiko hipertensi (Aisyah, 2009). SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 24 f) Minum kopi Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg (Dalyoko, 2010). g) Stres Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stres yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Syahrini, Susanto, & Udiyono, 2012). Menurut Anggraini dkk dalam Sumarna, (2012) mengatakan stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal. h) Penyakit jasmani Penyakit jasmani merupakan penyakit yang dapat menyebabkan meningkatkan hipertensi yaitu asam urat, arterosklerosis, hiperkolesterol dan hiperuresemi. Asam urat dapat menyebabkan peningkatan hipertensi karena asam urat akan menyumbat aliran darah ke jantung sehingga jantung akan SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 25 bekerja lebih keras dalam memompa jantung. Dengan demikian tekanan darah akan meningkat (Brunner & Suddarth, 2001). 2.3.4 Etiologi Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katub jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. Selain itu, kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi dan meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Syahrini, Susanto, & Udiyono, 2012). Menurut Darmojo (2006), penyebab hipertensi pada lanjut usia adalah : 1. Renin : Tingginya kadar renin menyebabkan vasokontriksi dan peningkatan volume darah (akibat meningkatnya retensi garam dan cairan pada ginjal), mengakibatkan tingginya kadar tekanan darah. 2. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan garam : Dengan bertambahnya usia semakin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium. Ini menyebabkan penurunan fungsi ginjal dengan penurunan perfusi ginjal dan laju filtrasi glomerulus. 3. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer : Akibat proses menua akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang mengakibatkan hipertensi sistolik. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 26 4. Perubahan ateromatous : Akibat proses menua menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan substansi kimiawi lain yang kemudian menyebabkan resorbi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain berhubungan dengan kenaikan tekanan darah. 2.3.5 Manifestasi Klinis Smeltzer & Bare (2001) menyebutkan bahwa terdapat tanda dan gejala yang dapat timbul pada pasien hipertensi yaitu: 1) Mulai dari tidak ada gejala sampai gejala ringan, misalnya: pusing, melayang, berputar, vertigo, sakit kepala, baik sebagian maupun seluruh bagian 2) Pandangan mata kabur/tidak jelas bahkan dapat langsung buta 3) Mual muntah 4) Pada pemeriksaan diperoleh nilai takanan darah tinggi (≥140/90 mmHg), dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti penyempitan pembuluh darah, perdarahan, edema pupil 5) Hipertrofi ventrikel kiri sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel untuk berkontraksi 6) Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke 7) Langsung komplikasi yang berat, seperti sesak napas hebat; kaki bengkak (akibat gagal jantung), tidak sadarkan diri akibat perdarahan di otak (stroke). SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 27 2.3.6 Komplikasi Penderita hipertensi berisiko untuk menderita penyakit lain. Dalimartha, at al. (2008) menyebutkan beberapa penyakit yang dapat timbul akibat dari hipertensi, diantaranya sebagai berikut: 1) Penyakit jantung koroner Penyakit ini sering dialami penderita hipertensi sebagai akibat terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung. Penyempitan lubang pembuluh darah jantung menyebabkan berkurangnya aliran darah pada beberapa bagian otot jantung. Hal ini menyebabkan rasa nyeri di dada dan dapat berakibat gangguan pada otot jantung. Bahkan dapat menyebabkan timbulnya serangan jantung. 2) Gagal jantung Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk memompa darah. Kondisi itu berakibat otot jantung akan menebal dan meregang sehingga daya pompa otot menurun. Pada akhirnya, dapat terjadi kegagalan kerja jantung secara umum. Tanda- tandanya adanya komplikasi yaitu sesak napas, napas putus-putus (pendek) dan terjadi pembengkakan pada tungkai bawah serta kaki. 3) Kerusakan pembuluh darah otak Beberapa penelitian di luar negeri mengungkapkan bahwa hipertensi menjadi penyebab utama pada kerusakan pembuluh darah otak. Ada dua jenis kerusakan yang ditimbulkan yaitu pecahnya pembuluh darah dan rusaknya dinding pembuluh darah. Dampak akhirnya seseorang bisa mengalami stroke dan kematian. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 28 4) Gagal ginjal Gagal ginjal merupakan peristiwa di mana ginjal tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi, yaitu nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis benigna terjadi pada hipertensi yang berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan fraksi-fraksi plasma pada pembuluh darah akibat proses menua. Hal itu menyebabkan daya permeabilitas dinding pembuluh darah berkurang. Adapun nefrosklerosis maligna merupakan kelainan ginjal yang ditandai dengan naiknya tekanan diastole di atas 130 mmHg yang disebabkan terganggunya fungsi ginjal. 2.3.7 Penatalaksanaan Intervensi atau penatalaksanaan untuk pasien hipertensi ada dua macam, yaitu intervensi farmakologis dan intervensi nonfarmakologis (Corwin, 2009). 1. Intervensi farmakologis, yaitu intervensi dengan menggunakan obatobatan antihipertensi. Obat-obatan antihipertensi dapat dipakai sebagai obat tunggal atau dicampur dengan obat lainnya. Obat-obatan ini diklasifikasikan menjadi 5 kategori, antara lain: 1) Diuretik Diuretik bekerja dengan menghambat resorpsi Natrium Chlorida (NaCl) di tubulus ginjal. Ada penurunan awal curah jatung karena penurunan volume plasma dan volume cairan ekstraseluler. Diuretik dosis rendah seperti hydrochlorthiazid (HCT) direkomendasikan sebagai terapi awal hipertensi. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 29 2) Penghambat adrenergik Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfablocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol. Beta blocker bekerja dengan menurunkan denyut jantung dengan menurunkan curah jantung dan kontraktilitas otot jantung, menghambat pelepasan rennin ginjal, dan meningkatkan sensitivitas barorefleks. Alfa-blocker bekerja menurunkan aliran balik vena tetapi tidak menyebabkan takikardia. Curah jantung tetap atau meningkat dan volume plasma biasanya tidak berubah. Karena efek antihipertensi alfa-blocker didasarkan pada vasodilatasi arteriol perifer, maka lebih efektif pada pasien dengan aktivitas simpatis kuat. Penggunaan alfablocker dengan masa kerja lama seperti doxazosin sebelum tidur efektif untuk mencegah peningkatan tekanan darah di pagi hari. 3) ACE Inhibitor Obat ini menghambat konversi angiotensin I menjadi angiotensin II sehingga mengganggu sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAA). Aktivitas rennin plasma meningkat, kadar angiotensin II dan aldosteron menurun, volume cairan menurun dan terjadi vasodilatasi. 4) Calcium Channel Blocker (CCB) CCB menghambat masuknya ion kalsium melalui kanal lambat di jaringan otot polos skuler dan menyebabkan relaksasi arteriol dalam tubuh. CCB berguna untuk terapi semua derajat hipertensi. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 30 5) Angiotensin Receptor Blocker (ARB) ARB bekerja seperti ACE-I, yaitu mengganggu sistem RAA. Golongan ini menghambat ikatan angiotensin II pada salah satu reseptornya. ARB lebih aman dan tolerable dibandingkan ACE-I (Aziza, 2007). 2. Intervensi nonfarmakologis, yaitu dengan modifikasi pola hidup. Mengikuti pola hidup yang sehat penting untuk pencegahan hipertensi dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tatalaksana hipertensi. Kombinasi dua atau lebih pola hidup akan memberikan hasil yang lebih baik. Smeltzer & Bare (2001) menyebutkan beberapa modifikasi pola hidup, diantaranya adalah: 1) Penurunan berat badan Hipertensi dan obesitas memiliki hubungan yang dekat. Tekanan darah yang meningkat seiring dengan peningkatan berat badan menghasilkan hipertensi pada sekitar 50% individu obes. Penurunan berat badan sebanyak 10 kg yang dipertahankan selama dua tahun menurunkan tekanan darah kurang lebih 6,0/4,6 mmHg (Aziza, 2007). Guideline WHO-ISH (1999) menyebutkan bahwa pengurangan berat badan sebanyak 5 kg dapat menurunkan tekanan darah pada sebagian besar pasien hipertensi dan memiliki efek menguntungkan terhadap faktor risiko DM, hiperlipidemia, dan LVH. 2) Pembatasan alkohol Efek samping asupan alkohol yang berlebihan ( >14 gelas per minggu untuk laki-laki dan lebih dari 9 gelas per minggu untuk perempuan) terbukti memperburuk hipertensi. Alkohol mengurangi efek obat antihipertensi namun SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 31 efek tersebut reversible dalam 1-2 mingggu dengan moderation of drinking sekitar 80%. Pembatasan konsumsi alkohol dapat menurunkan tekanan darah sistolik 3 mmHg dan tekanan darah diastolik 2 mmHg. Pasien hipertensi yang minum alkohol harus disarankan untuk membatasi konsumsi; tidak lebih dari 20-30 gram alkohol setiap hari untuk laki-laki dan tidak lebih dari 10- 20 gram untuk perempuan (Aziza, 2007). 3) Pengurangan asupan natrium Canadian Hypertension Education Program (CHEP) dalam Aziza (2007) merekomendasikan asupan natrium kurang dari 100 mmol/hari. Pasien yang sensitif terhadap pengurangan garam hanya 30% dari total seluruh pasien hipertensi. Jadi untuk kepentingan jangka panjang diberikan diet rendah garam yang tidak terlalu ketat (masih ada cita rasa/tidak hambar) kecuali pasien yang sedang mengalami komplikasi akut, misalnya gagal jantung berat yang sedang dirawat di rumah sakit dan memerlukan asupan garam lebih ketat (Aziza, 2007). 4) Penghentian rokok Merokok dihubungkan dengan efek pressor, dengan peningkatan tekanan darah sekitar 107 mmHg pada pasien hipertensi 15 menit setelah merokok dua batang. Efek itu semakin kuat jika minum kopi. Selain itu, merokok juga menurunkan efek antihipertensi beta blocker. Oleh karena itu semua pasien hipertensi yang merokok harus mendapatkan konseling (Aziza, 2007). SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 32 5) Olahraga/Aktivitas fisik teratur Olahraga dinamis sedang (30-45 menit, 3-4 kali/minggu) efektif dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dan orang normotensi pada umumnya. Olahraga aerobik teratur seperti jalan cepat atau berenang dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi rata-rata 4,9/3,9 mmHg. Olahraga ringan lebih efektif dalam menurunkan tekanan darah daripada olahraga yang memerlukan banyak tenaga, misalnya lari atau jogging dapat menurunkan tekanan darah sistolik kira-kira 4-8 mmHg. Olahraga isometrik seperti angkat berat dapat mempunyai efek stresor dan harus dihindari (Aziza, 2007). 6) Relaksasi Relaksasi merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Relaksasi ini mampu menghambat stres atau ketegangan jiwa yang dialami seseorang sehingga tekanan darah tidak meninggi atau turun. Dengan demikian, relaksasi akan membuat kondisi seseorang dalam keadaan rileks atau tenang. Dalam mekanisme autoregulasi, relaksasi dapat menurunkan tekanan darah melalui penurunan denyut jantung dan TPR (Corwin, 2009). 2.4 Konsep Masase Ekstremitas Bawah 2.4.1 Definisi Masase Ekstremitas Bawah Dalam bahasa Indonesia, masase dapat diartikan sebagai pijat atau urut. Selain itu masase dapat diartikan sebagai pijat yang telah disempurnakan dengan SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 33 ilmu-ilmu tentang tubuh manusia atau gerakan-gerakan mekanis terhadap tubuh manusia dengan mempergunakan bermacam-macam bentuk pegangan atau teknik (Trisnowiyanto, 2012). Masase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot, tendon, atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi dan atau memperbaiki sirkulasi (Mander, 2004 dalam Andarmoyo 2013). Masase adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau meningkatkan sirkulasi. Gerakan-gerakan dasar meliputi : gerakan memutar yang dilakukan oleh telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan dan kebelakang menggunakan tenaga, menepuk- nepuk, memotong-motong, meremasremas, dan gerakan meliuk-liuk. Setiap gerakan gerakan menghasilkan tekanan, arah, kecepatan, posisi tangan dan gerakan yang berbeda-beda untuk menghasilkan efek yang di inginkan pada jaringan yang dibawahnya (Henderson 2005). Menurut Toru Namikoshi (2006) masase adalah suatu metode preventif dalam perawatan kesehatan untuk meningkatkan gairah hidup, menghilangkan rasa letih, dan merangsang daya penyembuhan tubuh secara alamiah dengan jalan memijat titik-titik tertentu pada tubuh. Menurut Aslani (2003), melakukan masase pada otot-otot besar pada kaki dapat memperlancar sirkulasi darah dan saluran getah bening serta membantu mencegah varises. Pada saat melakukan masase pada otot-otot kaki maka SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 34 tingkatkan tekanan ke otot ini secara bertahap untuk mengendurkan ketegangan sehingga membantu memperlancar aliran darah ke jantung. Masase pada kaki diakhiri dengan masase pada telapak kaki yang akan merangsang dan menyegarkan kembali bagian kaki sehingga memulihkan sistem keseimbangan dan membantu relaksasi. Prosedur masase ini dilakukan dengan posisi berbaring dengan menutup bagian klien dengan handuk besar mulai dari pinggang sampai kaki. 2.4.2 Manfaat Masase Dalam beberapa kondisi, masase bisa menjadi cara yang ampuh untuk mengembalikan tubuh yang sehat dan bugar. Salah satunya untuk mengusir pegalpegal. Masase juga memiliki beberapa macam manfaat bagi kesehatan, di antaranya : 1) Masase mempengaruhi jaringan tubuh untuk memperluas kapiler dan kapiler cadangan, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan aliran darah ke jaringan dan organ, meningkatkan proses reduksi oksidasi, memfasilitasi jantung dan berkontribusi terhadap redistribusi darah dalam tubuh. 2) Masase juga memberikan sedikit peningkatan jumlah trombosit, leukosit, eritrosit dan hemoglobin tanpa mengganggu keseimbangan asam-basa. 3) Jika dilakukan secara tepat, masase dapat mempengaruhi sistem saraf perifer, meningkatkan rangsangan dan konduksi impuls saraf, melemahkan dan menghentikan rasa sakit dengan mempercepat proses pemulihan saraf yang cedera. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 35 4) Masase mempercepat aliran getah bening yang meningkatkan transpotasi nutrisi ke jaringan, mengurangi stasis pada sendi serta organ dan jaringan lain. 5) Masase memiliki efek fisiologis yang beragam terhadap kulit dan fungsinya, seperti membersihkan saluran keringat, kelenjar sebaceous, meningkatkan fungsi sekresi, ekskresi dan pernapasan kulit. 6) Masase bisa membuat otot menjadi fleksibel, meningkatkan fungsi kontraktil yang mempercepat keluarnya metabolit yang merupakan hasil dari metabolisme. 7) Masase membantu mengeluarkan cairan yang terdapat di dalam otot-otot dan memulihkan keadaan normalnya. Sementara pada penderita hipertensi, manfaat masase adalah memperlancar peredaran darah dan getah bening. Dimana masase akan membantu memperlancar metabolisme dalam tubuh. Treatment masase akan mempengaruhi kontraksi dinding kapiler sehingga terjadi keadaan vasodilatasi atau melebarnya pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah bening. Aliran oksigen dalam darah meningkat, pembuangan sisa-sisa metabolik semakin lancar sehingga memacu hormon endorphin yang berfungsi memberikan rasa nyaman. Efek kesembuhan secara holistikpun bisa didapatkan dari masase yaitu menimbulkan relaksasi pada pikiran, menghilangkan depresi dan perasaan panik dengan meluangkan sedikit waktu untuk melakukan kontak khusus yang ditimbulkan dari sentuhan masase (Jurch, 2009). SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 36 2.4.3 Metode masase Menururt Bambang Priyonoadi (2008) metode masase adalah sebagai berikut 1. Mengusap (Efflurage/strocking) Gerakan mengusap dengan menggunakan telapak tangan atau bantalan jari tangan. Gerakan ini dilakukan sesuai dengan peredaran darah menuju jantung maupun kelenjar-kelenjar getah bening. Manfaat gerakan ini adalah merelaksasi otot dan ujung-ujung syaraf (Snyder, 2002). Cara mengusap dengan menggunakan seluruh permukaan tapak tangan dan jari-jari untuk menggosok daerah-daerah tubuh yang lebar dan tebal, misalnya: daerah paha, pinggang, dan punggung. Gosokan untuk daerah tubuh yang sempit biasanya menggunakan bagian tapak tangan atau bahkan hanya ujung jari tangan, misalnya menggosok pada daerah antara tulang rusuk (intercostalis) dan daerah jari-jari. Tehnik ini dilakukan di awal pemijatan untuk melemaskan otot-otot. (Rosser, 2004; Ekowati et al, 2009). Berikut contoh gambar Metode efflurage: Gambar 2.1 Metode efflurage (Sumber: Bambang Priyonoadi, 2008) SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 37 2. Meremas (Petrisage) Gerakan memijit atau meremas dengan menggunakan telapak tangan atau jari-jari tangan. Teknik ini digunakan pada area tubuh yang berlemak dan jaringan otot yang tebal. Petrissage ini mempunyai manfaat sebagai pendorong keluarnya sisa-sisa pembakaran dan mempercepat aliran darah ke seluruh tubuh. Berikut contoh gambar Metode petrissage: Gambar 2.2 Metode Petrisage (Sumber: Bambang Priyonoadi, 2008) 3. Friction Gerakan melingkar kecil-kecil dengan penekanan yang lebih dalam menggunakan jari atau ibu jari. Gerakan ini hanya digunakan pada area tubuh tertentu yang bertujuan untuk penyembuhan ketegangan otot akibat asam laktat yang berlebih. friction biasanya dilakukan dengan gerakan melingkar seperti spiral yang mempunyai manfaat, diantaranya: (1) dapat merangsang serabut saraf dan otot-otot yang terletak di dalam permukaan tubuh, (2) gerakannya yang spiral akan membantu menghancurkan miogelosis, yaitu timbunan dari sisa sisa pembakaran yang menyebabkan pengerutan pada otot (Wara Kushartanti, 2002). Berikut contoh gambar Metode friction: SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 38 Gambar 2.3 Metode Friction (Sumber: Bambang Priyonoadi, 2008) 4. Menggetar (vibration) Gerakan menggetar untuk merangsang atau menenangkan urat saraf dan dapat menghilangkan kerut pada wajah. Gerakan pijat dilakukan dengan ujung-ujung jari tangan, getarannya ringan dan lembut dengan gerakan yang lebih berat. Penerapan di kepala bagian samping dengan arah ke atas, bagian depan dan belakang/tengkuk (batas pertumbuhan rambut dan belakang) juga ke atas. Gerakan ini berguna untuk meningkatkan absorbsi dari cairan di jaringan lunak, menenangkan saraf-saraf superfisialis yang dapat mengurangi ketegangan dan menghasilkan relaksasi, dan bila dilakukan disepanjang usus besar dapat menyebabkan (Rosser, 2004). Gambar 2.4 Metode Vibration (Sumber: Bambang Priyonoadi, 2008) SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 39 5. Memukul (tapotement/ tapotage) Gerakan menepuk atau memukul dan bersifat merangsang jaringan otot, dilakukan dengan kedua tangan bergantian. Untuk memperoleh hentakan tangan yang ringan, tidak sakit pada klien tapi merangsang sesuai dengan tujuannya, maka diperlukan fleksibilitas pergelangan tangan. Tapotement di bagi menjadi 3 macam, yaitu: 1) Tapotement beating Tapotement ini dilakukan dengan menggunakan dua tangan dalam posisi menggenggam. Pukulan dilakukan pada bagian yang lunak atau tebal dari sisi bawah tapak tangan. Pukulan dilaksanakan dengan cukup kuat di daerah sepanjang ruas-ruas tulang belakang (columa vertebralis). Manfaat dari Metode ini adalah: (1) memberikan rangsang yang kuat terhadap pusat saraf spinal beserta serabut-serabut saraf, (2) dapat membantu mendorong keluar sisa-sisa pembakaran yang masih tertinggal di sepanjang sendi ruas-ruas tulang belakang beserta otot-otot disekitarnya, terutama di daerah pinggang (vertebrae lumbalis) dan punggung (vertebrae thoracalis) (Tjipto Soeroso,1983). Berikut contoh gambar Metode tapotement beating: Gambar 2.5 Metode tapotement beathing (Sumber: Bambang Priyonoadi, 2008) SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 40 2) Tapotement Clapping Tapotement clapping dilakukan menggunakan seluruh permukaan tapak tangan dan jari-jari dengan membentuk cekungan. Tapotement ini akan merangsang serabut-serabut syaraf tepi (perifeer), terutama diseluruh daerah pinggang dan punggung. Bantalan udara yang ditimbulkan oleh adanya cekungan tapak tangan akan menimbulkan rasa hangat dan mengurangi rasa sakit. Warna merah yang kemudian timbul pada kulit menunjukkan terjadinya pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi pada pembuluh darah), berarti meningkatnya kelancaran peredaran darah dan penyebaran sari makanan di daerah tersebut (Bambang Priyonoadi, 2008). Berikut contoh gambar tapotement clapping: Gambar 2.6 Metode tapotement claping (Sumber: Bambang Priyonoadi, 2008) 3) Tapotement Hacking Tapotement hacking yaitu Metode yang dapat dilakukan dengan menggunakan seluruh jari-jari. Pukulan dilakukan dengan posisi miring diseluruh daerah pinggang dan punggung, dengan jari-jari kendor dan relaks memukul kulit secara bergantian dan berirama. Pukulan yang dilakukan SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 41 dengan cukup kuat tetapi luwes ini akan merangsang serabut saraf tepi, melancarkan peredaran darah dan juga merangsang organ-organ tubuh dibagian dalam. Tapotement yang dilakukan dengan lembut dan halus memberikan pengaruh penenangan dan penyegaran, hingga dapat menidurkan seseorang. Tapotement yang dilakukan dengan cukup kuat dan lunak akan merangsang saraf dan serabut otot untuk meningkatkan kemampaun kontraksinya untuk menghadapi kerja yang lebih berat. Berikut contoh gambar metode tapotement hacking: Gambar 2.7 Metode tapotement hacking (Sumber: Bambang Priyonoadi, 2008) 2.4.4 Tekanan Ketika menggunakan keseluruhan tangan untuk mengurut suatu daerah yang luas, tekanan harus selalu dipusatkan di bagian telapak tangan. Jari-jari tangan harus dilemaskan sepenuhnya karena tekanan jari tangan pada saat ini tidak menghasilkan relaksasi yang diperlukan. Tekanan telapak tangan hanya boleh diberikan ketika melakukan gerakan mengurut ke arah jantung dan harus dihilangkan ketika melakukan gerakan balik (Price, 1997). SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 42 2.4.5 Kecepatan Sampai taraf tertentu kecepatan gerakan masase bergantung pada efek yang ingin dicapai. Umumnya, masase dilakukan untuk menghasilkan relaksasi pada orang yang dipijat dan frekuensi gerakan masase kurang lebih 15 kali dalam semenit (Price, 1997). 2.4.6 Durasi Durasi atau lamanya suatu terapi masase bergantung pada luasnya tubuh yang akan dipijat. Rangkaian masase yang dianjurkan berlangsung antara 5 sampai 15 menit dengan mempertimbangkan luas daerah yang dipijat (Price, 1997). 2.4.7 Frekuensi Price (1997) mengemukakan, umumnya diyakini bahwa masase paling efektif jika dilakukan tiap hari, beberapa peneliti mengemukakan bahwa terapi masase akan lebih bermanfaat bila dilakukan lebih sering dengan durasi yang lebih singkat. Menurut Breakey (1982) yang dikutip oleh Price (1997), masase selama 10 menit harus sudah menghasilkan relaksasi. 2.5 Konsep Minyak Esensial Lavender 2.5.1 Definisi Minyak Esensial merupakan hasil sulingan ekstrak tanaman biasanya juga disebut sebagai minyak atsiri (Price, 1997). Tanaman dan ekstraknya sudah digunakan dalam waktu yang sudah cukup lama untuk meringankan rasa nyeri, membantu penyembuhan, membunuh kuman dan juga untuk memulihkan serta mempertahankan kesehatan tubuh. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 43 Minyak Esensial dapat digunakan pada jaringan hidup tanpa menimbulkan banyak efek samping yang berbeda dengan obat-obatan sintetik yang membuat tubuh manusia harus beradaptasi terhadap efek yang ditimbulkan sehingga harus terus menerus menambah takaran dosisnya, hal seperti ini tidak pernah terjadi pada pemakaian minyak Esensial (Price,1997). Minyak Esensial lavender merupakan minyak yang merupakan hasil ekstraksi dengan destilasi uap bunga dari tanaman Lavandula agustifolia (suku Lamiaceae). Memang ada satu spesies lain yang masih dalam satu famili yang bisa menghasilkan minyak lavender yaitu Lavandula latifolia Medicus, tetapi yang paling sering dipakai dan sudah banyak dipakai sebagai aromaterapi adalah dari tanaman Lavandula agustifolia 2.5.2 Manfaat minyak esensial lavender Sifat farmakologi dari minyak lavender dalam menimbulkan efek relaksasi dipengaruhi oleh kandungan terbesarnya yaitu linalool dan linalil asetat serta sedikit dipengaruhi oleh kandungan geraniolnya. Efek farmakologi dalam menimbulkan relaksasi secara fisik dan psikologis dari minyak lavender ini cukup lengkap. Berikut ini efek farmakologi untuk relaksasi yang bisa ditimbulkan oleh minyak lavender : 1) Menurunkan ansietas, hipertensi, depresi, agitasi, iritabilitas, nyeri, ketegangan otot; hal ini disebabkan karena lavender memiliki kandungan ester yang tinggi yang dipercaya memiliki sifat menenangkan dan bekerja dengan lembut serta tidak bersifat toksik (Price , 1997). SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 44 2) Memiliki sifat analgesik (Price, 2007; Bowels, 2003; McGuinness, 2007; Jane, 2003; de Sousa, 2011; Chu et al, 2001; Dobetsberger, 2010) 3) Memiliki sifat antispasmodik (menurunkan kontraktilitas otot lurik) (Price, 2007; Bowels, 2003; McGuinness, 2007; Balchin et al, 1999) 4) Menyeimbangkan sistem saraf tepi (Price, 2007) 5) Memiliki sifat menenangkan (Price, 2007; Bowels, 2003, Cook, 2008; Jane, 2003) 6) Memiliki efek sedatif (PRice, 2000; Bowels, 2003; Cook, 2008; McGuinness, 2007; Jane, 2003; Chu et al, 2001) 7) Hipotensif (PRice, 2000; McGuinness, 2007) 8) Menurunkan frekuensi jantung (Price, 2007) 9) Antidepresan (Rich, 1994; Cook, 2008; Jane, 2003; Conrad et al, 2012) 10) Antiansietas (Cooke, 2000; Kristanti, 2010; Chu et al, 2001; Dobetsberger, 2010; Conrad et al, 2012) 11) Antiinsomnia (Chien et al, 2012) 12) Meningkatkan daya konsentrasi (Price, 2007) 2.5.3 Cara kerja minyak esensial laveender 1) Absorpsi melalui kulit Berdasarkan sifat kulit, senyawa yang lipofilik (larut dalam lemak, misal minyak atsiri) mudah terabsorbsi. Kebanyakan minyak atsiri yang digunakan dalam aromaterapi dapat menembus kulit. Begitu menembus lapisan epidermis, molekul minyak atsiri dapat dengan mudah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya saluran limfa dan pembuluh darah, saraf, kolagen, fibroblast, mast cells, dan lain-lain. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 45 Molekul-molekul itu akan ikut bersirkulasi dan dibawa oleh sistem sirkulasi baik sirkulasi darah maupun sirkulasi limfatik melalui pembuluh-pembuluh kapiler. Selanjutnya, pembuluh-pembuluh kapiler mengantarnya ke susunan saraf pusat dan oleh otak akan dikirim berupa pesan ke organ tubuh yang mengalami gangguan atau ketidakseimbangan. Molekul yang mencapai setiap sel otak dikonversikan menjadi suatu aksi dengan pelepasan substansi neurokimia berupa perasaan senang, rileks, dan tenang. Minyak esensial yang dioleskan disertai pemijatan akan lebih merangsang sistem sirkulasi untuk bekerja lebih aktif (Annisa, 2011). Pada proses ini essential oil dicampur dengan carrier oil terlebih sebelum digunakan sebagai Aromatherapy Massage Oil (sebagai minyak pijat beraromaterapi). Massage oil (Aromatherapy oil) ini selanjutnya dibubuhi ke tubuh pengguna sambil dilakukan pemijatan untuk memberikan efek relaksasi. Pada saat ini senyawa kimiawi alami yang terkandung dalam essential oil masuk ketubuh melalui pembuluh-pembuluh yang terdapat disepanjang epidermis dan dermis kulit sehingga memberikan efek positif pada kulit dan tubuh pengguna. (Price, 1997). 2) Pemberian melalui nasal Jika minyak Esensial dihirup, molekul-molkul yang ada pada minyak tersebut akan terbawa oleh arus turbulen ke langit-langit hidung. Pda langit-langit hidung terdapat bulu-bulu halus yang menjulur dari sel-sel reseptor ke dalam saluran hidung. Ketika molekul minyak tertahan pada bulu-bulu ini suatu impuls akan ditransmisikan lewat bulbus olfaktorius dan traktus olfaktorius ke dalam sistem limbik. Proses ini akan memacu memori dan emosional yang lewat hipotalamus SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 46 bekerja sebaagi pemacar serta regulator menyebabkan pesan tersebut dikirim ke bagian otak yang lain dan bagian tubuh lainnya. Pesan yang diterima akan diubah menjadi kerja sehingga terjadi pelepasan zat-zat neurokimia yang bersifat euforik, relaksan, sedatif, atau stimulan menurut keperluan tubuh (Price, 1997). 3) Pemakaian topikal Pemakaian topikal berarti „pengolesan minyak esensial yang bisa dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang lain. Terapi dengan masase menggunakan gerakan rutin yang teratur untuk mencapai tujuan yang spesifik, misalnya relaksasi. Para terapis aroma yang profesional kebanyakan menggunakan minyak Esensial dengan masase (Price, 1997). 2.6 Pengaruh masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender dalam menurunkan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi Masase dapat menghasilkan relaksasi oleh stimulasi taktil di jaringan tubuh menyebabkan respon neurohumoral yang kompleks dalam The Hypothalamic–Pituitary Axis (HPA) ke sirkuit melalui pusat jalur sistem saraf. Stimulus tersebut didistribusikan otak tengah melalui korteks di otak dan diinterpretasikan sebagai respon relaksasi (Lawton, 2003). Adaptasi terhadap stres diatur oleh kapasitas HPA untuk mensekresikan hormon seperti kortisol dan endorfin yang mengurangi aktivitas sistem saraf simpatik dan meningkatkan respon sistem syaraf parasimpatis untuk merangsang neurotrasmitter asetilkolin. Kortisol adalah hormon stres yang utama dan sebagai produk akhir dari syaraf simpatik. Neurotransmitter asetikolin selanjutnya SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 47 menghambat aktivitas saraf simpatis sehingga terjadi vasodilatasi sistemik dan penurunan kontraktilitas otot jantung yang bermanifestasi pada penurunan kecepatan denyut jantung, curah jantung serta volume sekuncup yang pada akhirnya menyebabkan penurunan tekanan darah (Retno, 2012). Efek penurunan tekanan darah dari masase didapatkan melalui peningkatan vasodilatasi pembuluh darah dan getah bening, meningkatkan level serotonin, mengurangi sekresi hormon katekolamin dan dapat mengurangi rasa nyeri kepala akibat hipertensi, sehingga komplikasi lebih lanjut dapat dicegah. Masase menjadi proses mediasi untuk pengurangan stres fisiologis dan psikologis pada lansia. Masase mempunyai efek relaksasi yang dapat menurunkan skresi noreepinefrin dan ADH, serta meningkatkan sekresi endorphin. Kesemua efek ini akan memiliki manfaat dalam penurunan tekanan darah pada lansia. Komposisi utama dalam lavender adalah linalool asetat. Karena komposisi utama dalam minyak lavender adalah linalool asetat yang mampu memberi esek antispasmodik untuk mengendorkan dan melemaskan sistem kerja urat-urat syaraf dan otot-otot yang tegang. Aroma lavender bekerja mempengaruhi kerja sistem limbik dengan meningkatkan perasaan positif dan rileks (Smeltzer and Bare, 2001). Respon bau yang dihasilkan akan merangsang kerja sel neurokimia otak. Sebagai contoh, bau yang menyenangkan akan menstimulasi talamus untuk mengeluarkan enkefalin yang berfungsi sebagai penghilang rasa sakit alami dan menghasilkan perasaan tenang. Bau seperti ylang-ylang dapat merangsang kerja endorfin pada kelenjar pituitari dan menghasilkan efek afrodisiak. Kelenjar SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 48 pituitari juga melepaskan agen kimia ke dalam sirkulasi darah untuk mengatur fungsi kelenjar lain seperti tiroid dan adrenal. Bau yang menimbulkan rasa tenang akan merangsang daerah di otak yang disebut raphe nucleus untuk mengeluarkan sekresi serotonin (Sholikha, 2011). Serotonin memiliki efek dalam menurunkan tekanan darah dengan menekan aktivitas saraf simpatis. Serotonin memiliki peran penting pada regulasi pembuluh darah, dimana serotonin memiliki efek vasodilatasi melalui aktivitas reseptor S1. Serotonin juga berfungsi menekan aktivitas ACTH dan menurunkan kadar kotisol, dimana kortisol berefek dalam vasokontriksi pembuluh darah (Psychother, 2005 dalam Arthini, 2012). Beta endorphin memiliki efek positif pada tubuh dan pikiran, dimana saat beta endorphin dilepaskan, tekanan darah akan menurun (Sholikha, 2011). Beta endorphin merupakan hormone anti stress yang dapat menimbulkan efek relaksasi. Aktivitas beta endorphin menekan aktivitas saraf simpatis yang dapat menurunkan kadar kortisol dan hormone adrenalin sehingga tekanan darah menurun (Psychother, 2005 dalam Arthini, 2012). 2.7 Konsep Teori Kenyamanan Kolcaba Kenyamanan adalah keadaan terpenuhinya kebutuhan terhadap relief, ease dan transcendence comfort yang meliputi empat konteks (fisik, psikospiritual, sosial budaya dan lingkungan); lebih dari tidak adanya rasa sakit atau ketidaknyamanan fisik lainnya (Kolcaba, 1991 dalam Aligood & Marriner, 2010). Teori kenyamanan adalah teori keperawatan yang pertama dikembangkan oleh Katherine Kolcaba pada tahun 1990, seorang sarjana SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 49 keperawatan Amerika yang memperoleh PhD dalam dunia keperawatan dan sertifikasi otoritas sebagai perawat klinik spesialis. 2.7.1 Bentuk Kenyamanan Kolcaba menggambarkan kenyamanan dalam 3 bentuk (Kolcaba, 1991 dalam Tomey & Alligood, 2006) yaitu : 1. Merasa tertolong (relief ) Merupakan keadaan dimana rasa tidak nyaman berkurang dengan latar belakang teoritikal teori Orlando (1961) yang menggambarkan filosofi keperawatan berdasarkan kebutuhan. 2. Merasa lebih ringan (ease) Merupakan kondisi hilangnya rasa tidak nyaman yang spesifik dengan latar belakang teoritikal Henderson (1966) tentang 13 kebutuhan dasar manusia. Untuk berada dalam tingkat ease, pasien atau keluarga tidak harus mempunyai pengalaman ketidaknyaman spesifik sebelumnya (misalnya kecenderungan nafas pendek pada anak dengan asthma atau kecemasan akut pada anggota keluarga). 3. Transendensi (transcendence) Merupakan keadaan dimana seseorang bangkit dari ketidaknyamanan (misalnya anak merasa percaya diri terhadap ambulasi walaupun dia tahu hal tersebut akan memperparah nyeri). Transcendence merupakan turunan dari teori yang dikembangkan oleh Peterson dan Zderad (1975). SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 50 2.7.2 Konteks Kenyamanan 1. Kebutuhan kenyamanan fisik Kebutuhan kenyamanan fisik meliputi penurunan mekanisme fisiologis beresiko karena suatu penyakit atau prosedur invasif. Terdapat dua kebutuhan fisik yaitu kebutuhan fisik yang tak terlihat dimana pasien atau keluarga tidak waspada (keseimbangan cairan dan elektrolit, oksigenasi dan termoregulasi) dan kebutuhan fisik yang terlihat (nyeri, mual, muntah, menggigil, gatal). 2. Kebutuhan rasa nyaman psikospiritual Kebutuhan kenyamanan psikospiritual meliputi kebutuhan terhadap kepercayaan diri, motivasi. Kebutuhan ini seringkali dipenuhi dengan ketenangan jiwa yang berfokus pada transcendence seperti pijatan, kebersihan mulut, pengunjung, sentuhan dan memfasilitasi kenyamanan personal. 3. Kebutuhan kenyamanan sosiokultural Kebutuhan kenyamanan sosiokultural meliputi kebutuhan ketenangan hati, dukungan, bahasa tubuh yang positif dan perawatan dari sudut pandang budaya. Kebutuhan ini termasuk perilaku dapat melakukan (a can-do attitude), pesan kesejahteraan (massage of wellness) dan jaminan tentang "anda melakukan dengan baik" (you're doing great), yang dilakukan oleh perawat selama bertugas. Kebutuhan sosial juga termasuk kebutuhan pendampingan finansial keluarga, pendampingan tugas pekerjaan dan hubungan selama hospitalisasi jika dukungan keluarga mempunyai keterbatasan. Discharge SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 51 planning dapat membantu memenuhi kebutuhan sosial transisi sebelum di rumah. 2.7.3 Pernyataan dari Teori Kolcaba Teori kenyamanan menjelasakan kenyamanan merupakan hasil kolaborasi pemberian nursing intervention dan intervening variabel terhadap health care needs dalam upaya menciptakan enhanced comfort. Intervening variabel perlu diidentifikasi dengan jelas dalam merancang suatu intervensi, sehingga kesuksesan intervensi tersbut dapat tercapai. Kebutuhan pasien akan perawatan kesehatan (health care needs) pasien secara tepat dikaji dan dibrikan intervensi keperawatan (intervening variabel) yang sesuai dengan kebutuhan tersebut dengan mempertimbangkan hal-hal yang sulit diubah (variabel intervening) dalam situasi tersebut, sehingga kenyamanan (enhanced comfort) pasien akan meningkat dari waktu ke waktu. Tercapainya kenyamanan yang baik, maka pasien cenderung untuk meningkatkan perilaku kesehatan (health seeking behaviour). Perilaku ini mungkin dapat terjadi secara internal pada pasien (penyembuhan luka atau peningkatan oksigenasi), secara eksternal pada pasien (partisipasi aktif dalam rehabilitasi dan latihan) atau kematian yang damai. Kolcaba menegaskan jika seorang pasien mengalami perilaku mencari kesehatan, integritas institusi atau lembaga kemudian ditingkatkan karena peningkatan perilaku mencari kesehatan akan menghasilkan peningkatan hasil (outcome). Peningkatan integritas institusi akan memberikan pengembangan dan pelaksanaan dari praktik terbaik dan SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 52 kebijakan terbaik sekunder terhadap hasil positif yang dialami oleh pasien (Kolcaba, 2002 dalam Sandra & Timothy, 2013). 2.7.4 Adaptasi Kerangka Teori Kolcaba Konsep kenyamanan muncul secara universal dalam semua budaya. Sifat universal dari konsep kenyamanan dapat diperkirakan bahwa pencapaian kenyamanan yang optimal adalah sebuah tujuan yang tepat untuk pelayanan kesehatan. Kolcaba menempatkan teori kenyamanan dalam domain keperawatan, namun ia berpendapat bahwa sebuah institusi yang berkomitmen menemukan kebutuhan pelayanan kesehatan bagi pasien, teori kenyamanan dapat berpotensi sebagai sebuah pendekatan institusi yang luas (March & McCormak, 2009 dalam Quyumi, et al., 2013). Gambar 2.9 Model Middle Range Theory Comfort (model konseptual yang dikembangkan oleh Kolcaba dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks kenyamanan) Keterangan gambar : 1. Health care needs atau kebutuhan perawatan kesehatan adalah semua yang teridentifikasi oleh pasien atau keluarga dalam sebuah setting praktek tertentu SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 53 2. Intervening variabel adalah faktor-faktor yang sulit untuk diubah dan provider hanya punya sedikit kontrol (seperti prognosis, kondisi keuangan, dukungan sosial, pengalaman masa lalu, usia, sikap, status emosional, finansial atau ekonomi) 3. Comfort atau kenyamanan adalah sebuah konsep yang memiliki hubungan kuat dengan keperawatan. Perawat secara tradisional menyediakan kenyamanan untuk pasien dan keluarga melalui intervensi yang dapat disebut ukuran kenyamanan. Tindakan pemenuhan kenyamanan oleh perawat akan memperkuat pasien dan keluarga (bisa ditemukan di rumah mereka sendiri, rumah sakit, komunitas dan negara). Ketika pasien dan keluarganya dikuatkan oleh tindakan personil pelaan kesehatan (perawat), mereka dapat memiliki perilaku mencari sehat (health seeking behaviours) yang lebih baik. Hubungan positif antara tindakan-tindakan keperawtan yang penuh pertimbangan dan kenyamanan termuat dalam bagian pertama dari Teori kenyamanan Kolcaba. 4. Enhanced comfort atau kenyamanan yang meningkat, adalah sebuah hasil yang diinginkan secara cepat dalam asuhan keperawatan. Selain itu, ketika intervensi kenyamanan diberikan secara konsiste dari waktu ke waktu, mereka secara teoritis, dikorelasikan dengan kecenderungan peningkatan tingkat kenyamanan dari waktu ke waktu dengan keinginan perilaku mencari sehat (health seeking behaviour). 5. Konsep perilaku mencari sehat pertama kali diperkenalkan oleh Scholtfeldt (1975). Perilaku mencari sehat dapat berupa internal SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 54 (penyembuhan, fungsi imun, jumlah sel T), eksternal (aktivitas yang berhubungan dengan kesehatan, hasil fungsional) atau kematian yang damai. Hubungan antara kenyamanan dan perilaku mencari sehat dikemukakan dalam bagian kedua dari teori kenyamanan Kolcaba. 6. Integritas institusional merupakan hasil pembaharuan Kolcaba pada tahun 2007, yang didefinisikan sebagai nilai-nilai, stabilitas keuangan dan keseluruhan dari organisasi pelayanan kesehatan pada tingkat lokal, regional ataupun nasional. Selain sistem rumah sakit, definisi dari institusi termasuk agen-agen kesehatan masyarakat, agen homecare, nursing home, program medicare. 7. Best policies atau kebijakan terbaik adalah protokol dan prosedur yang dikembangkan oleh sebuah institusi untuk digunakan secara keseluruhan setelah pengumpulan bukti. 8. Best practice atau praktik adalah protocol dan prosedur yang dikembangkan oleh sebuah institusi untuk pasien spesifik atau aplikasi keluarga setelah pengumpulan bukti. 2.8 Keaslian Penelitian Adapun penelitian terkait dengan penelitian yang berjudul pegaruh masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan darah lansia dengan hipertensi adalah sebagai berikut : SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 55 Tabel 2.2. Keaslian Penelitian No 1. Efektifitas Pijat Refleksi Kaki Dan Hipnoterapi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi; Irmawan Andi Nugroho, Asrin dan Sarwono; 2012 Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Derajat Kecemasan Pada Lansia Di Panti Wreda ST. Yoseph Kediri; Erva Elli Kristianti; 2010 2. 3. 4. SKRIPSI Judul Artikel; Penulis; Tahun Efektifitas Terapi Masase Dengan Terapi Mandi Air Hangat terhadap Penurunan Insomnia Lansia; Triyadini, Asrin dan Upoyo; 2010 Efektifitas aromaterapi lavender (lavandula angustifolia) Dan massage effleurage terhadap tingkat nyeri Persalinan kala i fase aktif pada primigravida Di bps utami dan ruang ponek Rsud karanganyar Metode (Desain, Sampel, Variabel, Instrumen, Analisa) D : eksperimental semu ( quasy experimental two group pre test-post test design) S : 60 responden I : lembar observasi A : The Mann Whitney U-Test. Hasil Penelitian Ada perbedaan efektifitas pijat refleksi kaki dan hipnoterapi dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. D : Pra eksperimen dengan rancangan OneGroup Pre-TestPost-Test Design S : 20 responden I : lembar observasi A : t-test Terdapat hubungan aroma terapi lavender terhadap penurunan derajat kecemasan pada lansia D : Quasy Eksperiment dengan pendekatan Two Group Comparation Pre Post Statistic Design. S : 12 orang I : Kuesioner PIRS A : pair “t” test. D : Quasi Eksperimental dengan Pre and post test without control (Kontrol diri sendiri) S : 48 orang I : Kuesioner NRS A : Shapiro-Wilk test Telah terjadi penurunan skala insomnia antara sebelum dan sesudah pemberian terapi masase PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH Tingkat nyeri persalinan kala I fase aktif sesudah diberi aromaterapi lavender dan massage effleurage lebih rendah apabila dibandingkan sebelum diberi aromaterapi lavender FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 56 5. SKRIPSI Pengaruh terapi back massage terhadap intensitas nyeri reumatik pada lansia di wilayah Puskemas pembantu karang asem D : Pre eksperimental dengan pendekatan one group pretest – posttest S : 13. I : Kuesioner NRS A : uji statistik non parametrik Wilcoxon Signed Ranks Test PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH dan massage effleurage Terdapat pengaruh pemberian terapi back massage terhadap intensitas nyeri reumatik pada lansia di wilayah Pustu Karang Asem. FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Konseptual Faktor resiko yang dapat dikontrol: - Obesitas - Kurang Olahraga - Merokok - Konsumsi garam - Konsumsi alcohol - Konsumsi kopi - Stress - Penyakit jasmani Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol: - jenis kelamin - umur - keturunan Lansia Hipertensi Terapi non farmakologis 1. Penurunan berat badan 2. Pembatasan alkohol 3. Pengurangan asupan natrium 4. Penghentian rokok 5. Olahraga/Aktivitas fisik teratur 6. Teknik relaksasi; Masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender Stimulasi Kulit Organ Reseptor Saraf Perifer Keterangan: = Diukur Korteks Serebri = Tidak diukur ↑ βEndorhpine ↓ Epinephrine ↓ Norepinephrine HPA-Axis Adrenal Medula (Katekolamin ↓) Hipotalamus (CRF) ↓ Korteks Adrenal Pituitari (ACTH) (Kortisol ↓ ) ↓ Respon Relaksasi Pengaktifan sistem parasimpatis Penurunan Tekanan Darah Ketentraman dan kenyamanan Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Masase Ekstremitas Bawah dengan Minyak Esensial Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah 57 SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 58 Seiring dengan pertambahan usia terjadinya perubahan-perubahan fisiologis pada lansia yang disertai dengan berbagai masalah kesehatan yang menyebabkan tingginya penyakit degeneratif antara lain terjadi penyakit hipertensi. Terdapat faktor yang dapat dikontrol yang mempengaruhi hipertensi yaitu Obesitas, olahraga, merokok, konsumsi garam, konsumsi alcohol, konsumsi kopi, stress dan penyakit jasmani. Dan terdapat faktor resiko yang tidak dapat dikontrol yakni jenis kelamin, umur, dan keturunan. Ada dua macam terapi untuk hipertensi pada lansia yakni terapi farmakologis dan non farmakologis. Penurunan berat badan, pembatasan alkohol, pengurangan asupan natrium, penghentian rokok, olahraga/Aktivitas fisik teratur dan relaksasi adalah terapi non farmakologis yang bisa digunakan untuk menangani hipertensi pada lansia. Salah satu terapi relaksasi yang bisa digunakan adalah Masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender. Masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender dapat dinterpretasikan sebagai pengalaman positif bagi individu untuk meingkatkan relaksasi. Terapi ini menstimulasi jaringan yang dikirim ke organ reseptor yang selanjutnya diteruskan ke saraf perifer menuju ke HPA axis. HPA axis (Hipotalamus-Pituitary-Adrenal) akan memberikan respon pada CRF sehingga secra simultan hormone related stress seperti kortisol dan katekolamin akan mengalami penurunan sekresi dan menghasilkan respon relaksasi sehingga mengaktifkan sistem parasimpatis dan terjadi penurunan tekanan darah. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 59 3.2 Hipotesis Dengan melihat rumusan masalah, maka dapat ditetapkan hipotesa penelitian Ha yaitu: Ada pengaruh masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif sesuai dengan tujuannya. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pre eksperimental dengan rancangan penelitian one group pre test and post test design adalah rancangan penelitian yang menggunakan satu kelompok subyek dengan cara melakukan pengukuran sebelum dan setelah perlakuan. Perbedaan kedua hasil pengukuran dianggap sebagai efek perlakuan. Penelitian ini dilakukan untuk yaitu mengetahui pengaruh masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia degan hipertensi di Griya Werdha UPT Dinas Sosial Kota Surabaya. (Nursalam, 2013). Penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok sampel tanpa menggunakan kelompok kontrol. Kelompok sampel diberi tes awal (pre test) lalu diberikan perlakuan sebanyak tujuh kali dan kemudian diberikan tes akhir (post test). O1 X1 O2 Gambar 4.1 Desain Penelitian 60 SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 61 Keterangan : O1: observasi dan pengukuran tekanan darah sebelum diberi perlakuan masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender. X1: perlakuan (masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender) O2: observasi dan pengukuran tekanan darah setelah diberi perlakuan masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender. 4.2 Populasi, Sampel, Sampling 4.2.1 Populasi Populasi adalah suatu kelompok atau kumpulan subjek atau objek yang akan di generalisasikan dari hasil penelitian (Widiyanto, 2012). Selain itu, menurut Eriyanto adalah semua bagian atau anggota dari obyek yang akan kita amati atau diteliti. Populasi dapat berupa orang, benda, objek, peristiwa, atau apa saja yang nantinya menjadi obyek penelitian kita. Populasi penelitian ditentukan oleh topik atau tujuan. Populasi dapat dikelompokkan dalam dua bagian yaitu populasi terjangkau dan populasi target. Nursalam (2013) menjelaskan bahwa populasi target adalah kumpulan dari karakteristik subjek penelitian yang akan ditarik kesimpulannya secara eksplisit oleh peneliti, sedangkan populasi terjangkau adalah kelompok subjek peneitian yang akan digunakan sebagai sumber pengambilan sampel. Populasi umum dalam penelitian ini adalah semua lansia yang mengalami hipertensi yang ada di seluruh dunia. Kemudian populasi target penelitian ini adalah seluruh lansia yang tinggal di UPTD Griya Werdha Surabaya yang mengalami hipertensi yaitu berjumlah 17 orang, sedangkan untuk mendapatkan populasi SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 62 terjangkau yang akan dijadikan sampel penelitian, maka populasi target diberlakukan filter menggunakan kriteria inklusi yaitu 1) Responden yang terdiagnosis hipertensi oleh dokter 2) Mendapatkan terapi standar anti hipertensi golongan Calcium channel blocker, ACE Inhibitor, Diuretik Tiazid, Beta Inhibitor, alfa reseptor dari Puskesmas 3) Responden yang mengalami hipertensi primer Berdasarkan kriteria inklusi diatas, maka jumlah populasi terjangkau dalam penelitian ini berjumlah 13 lansia yang mengalami hipertensi di Griya Werdha Surabaya. 4.2.2 Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap telah mewakili dari populasi (Widiyanto, 2012). Dalam bukunya, Nursalam (2013), menjelaskan bahwa syarat sampel terdiri dari representatif (mewakili) dan sampel harus cukup banyak. Sampel dalam penelitian ini adalah semua lansia yang masuk dalam populasi terjangkau. 4.2.3 Sampling Sampling atau teknik pengambilan sampel merupakan sebuah proses penyeleksian jumlah dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik pengambilan sampel adalah berbagai cara yang ditempuh untuk pengambilan sampel agar mendapatkan sampel yang benar-benar sesuai dengan seluruh subjek penelitian tersebut (Nursalam, 2013). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 63 populasi (Sugiyono, 2011). Alasan mengambil total sampling karena menurut Sugiyono (2011) jumlah populasi yang kurang dari 100, seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya. 4.3 Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang objek atau kegiatan yang mempunyai variasi yang tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2012). Variabel sebagai atribut dari sekelompok orang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam sekelompok itu. Variabel adalah suatu konsep yang dapat dibedakan menjadi dua, yakni yang bersifat kuantitatif dan kualitatif (Hidayat, 2009). Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen. 4.3.1 Variabel independen (bebas) Sugiyono (2012) menjelaskan bahwa variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi suatu yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Adapun variabel independen dalam penelitian ini adalah pemberian masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender. 4.3.2 Variabel dependen (terikat) Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen (bebas), menurut Sugiyono (2012). Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 64 4.4 Definisi Operasional Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Variabel Independen : Massse ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender Definisi Operasional Terapi nonfarmakologis dengan memberikan pijatan kaki dengan melakukan usapan secara perlahan menggunakan minyak esensial lavender yang bersifat merilekskan. Variabel dependen: Tekanan Darah Nilai yang didapatkan dari hasil pengukuran terhadap kekuatan darah melewati dinding arteri, meliputi tekanan sistole dan tekanan diastole. SKRIPSI Parameter Kriteria: Klien menemukan posisi nyaman Memberikan minyak Esensial lavender Memberikan pijatan dengan kecepatan 10-15 kali pijatan selama 10 menit pada kaki dari pinggang sampai telapak kaki dengan frekuensi 7x selama 1 minggu. Teknik pelaksanaan masase terdapat dalam lampiran Tekanan darah sistolik dan diastolic dalam satuan mmHg Normal ( sistolik <120, diastolik <80 Pre hipertensi ( sistolik 120-139, distolik 80-89) Hipertensi derajat 1 (sistolik 140-159 diastolik 90-99 mmHg) Hipertensi derajat 2 (sistolik ≥ 160 diastolik ≥ 100 mmHg) Alat Ukur SPO Hasil - Skala - Sphygmomano meter aneroid dan Stetoskop Nilai tekanan darah sistole dan diastole dalam satuan mmHg Rasio PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 65 4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dimulai pada tanggal 4 November 2015 saat melakukan survey awal dan melakukan kontrak waktu untuk melakukan pengumpulan data awal. Peneliti melakukan pengambilan data awal pada tanggal 4 November 2015. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 31 Januari – 6 Februari 2016 di UPTD Griya Werdha Surabaya. 4.6 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasil lebih baik sehingga lebih mudah diolah (Saryono, 2011). Instrumen dalam penelitian ini yaitu lembar observasional berisikan data responden dari hasil pengamatan selama penelitian, spigmomanometer dan stetoskop. 4.7 Prosedur Pengumpulan Data 1. Tahapan Persiapan 1) Peneliti meminta izin ke UPTD Griya Werdha Surabaya untuk mengidentifikasi lansia yang mengalami hipertensi 2) Tim peneliti mengidentifikasi lansia yang mengalami hipertensi sebagai calon responden 3) Peneliti datang ke UPTD Griya Werdha Surabaya untuk meminta izin melakukan penelitian 2. Tahap Pelaksanaan 1) Responden yang sudah terpilih di atas akan diwawancarai oleh peneliti, dan dijelaskan secara lengkap tujuan dan prosedur penelitian baik secara SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 66 lisan maupun tertulis dengan menanyakan kesediaannya untuk dilibatkan dalam penelitian ini. Penelitian akan berjalan bila subyek sudah jelas dan mengerti prosedur penelitian, efek samping serta hak dan kewajibannya dan menandatangani informed consent. Sebelum menandatangani informed consent. 2) Responden diminta mengisi lembar data demografi. 3) Peneliti melakukan uji alergi minyak esensial lavender dengan cara mengusap sedikit minyak ke kulit tangan responden dan observasi tanda tanda alergi pada kulit seperti kemerahan dan gatal 4) Peneliti menyiapkan tempat yang nyaman untuk responden untuk dilakukan masase 5) Peneliti melakukan pengukuran tekanan darah yang pertama sesaat sebelum diberikan masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender kepada semua sampel. 6) Responden yang diberikan masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender diminta untuk mengatur posisi yang dirasa paling nyaman diatas tempat tidur masing-masing responden 7) Responden yang diberikan masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender kepada tiap – tiap responden dengan difasilitasi oleh orang fisioterapis sebagai pemberi intervensi dan peneliti sebagai observer 8) Intervensi dilakukan sebanyak 7 kali dalam seminggu dilakukan setiap hari untuk setiap respondennya dan setiap intervensi selama 10 menit. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 67 Peneliti dibantu oleh 2 fisioterapis dengan rician fisioterapis laki-laki untuk responden laki-laki dan fisioterapis perempuan untuk responden perempuan. Pemberian intervensi dimulai pada pukul 15.00 WIB. 9) Peneliti melakukan pengukuran tekanan darah, 10 menit setelah diberikan masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender setelah akhir perlakuan 10) Setelah dilakukan intervensi selama 1 minggu, pada hari ke-7 dilakukan post-test dengan dilakukan pengukuran tekanan darah untuk mengetahui perubahan tekanan darah responden. 3. Pengumpulan Data Terakhir Peneliti mengumpulkan data terakhir untuk ditabulasi dan dilakukan analisis data. 4.8 Analisis Data 1. Pengolahan Data Analisis data dilakukan untuk memberikan kemudahan dalam menginterpretasikan hasil penelitian. Untuk itu data diolah terlebih dahulu dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Data yang diperoleh diolah dengan komputer menggunakan program SPSS. Hidayat (2009) menyatakan bahwa proses pengolahan data tersebut melalui langkah-langkah berikut: 1) Editing yaitu melihat apakah data sudah terisi lengkap atau tidak lengkap SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 68 2) Koding yaitu kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Mengubah data dari yang berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka untuk memudahkan penginterpretasian hasil penelitian. 3) Entry Data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database computer. Entry Data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows. 4) Tabulating adalah membuat distribusi frekuensi sederhana atau tabel kontingensi yang telah diberi skor dan dimasukkan ke dalam tabel. 2. Analisis Data 1) Analisis Univariat Analisis data univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi (Notoadmodjo, 2002). Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik lansia (umur, jenis kelamin), dan mengetahui tekanan darah sebelum dan sesudah masase ekstremitas bawah dengan minyak Esensial lavender. Pada analisis univariat, data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral atau grafik. Jika data mempunyai distribusi normal, maka mean dapat digunakan sebagai ukuran pemusatan dan standar deviasi (SD) sebagai ukuran penyebaran. Jika distribusi tidak SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 69 normal maka sebaiknya menggunakan median sebagai ukuran pemusatan dan minimum-maksimum sebagai ukuran penyebaran. 2) Analisis Bivariat Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan atau pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat (Notoatmodjo, 2002). Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi dengan melihat pre test dan post test dengan menggunakan uji statistik uji “t” test berpasangan. Menurut Wahyuni (2008) dari uji tersebut akan diperoleh nilai p, yaitu nilai yang menyatakan besarnya peluang hasil penelitian (misalnya adanya perbedaan mean). Kesimpulan hasilnya didinterpretasikan dengan membandingkan niali p dan nilai alpha (α = 0.05). Bila nilai p ≤ α, maka keputusannya adalah Ha diterima sedangkan bila nilai p > α, maka keputusannya adalah Ha ditolak. 4.9 Masalah etik (Ethical clearance) Peneliti melaksanakan penelitian keperawatan memperhatikan dan menekankan masalah etik keperawatan. Menurut Alimul (2007), masalah etik dalam penelitian keperawatan meliputi: SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 70 4.9.1 Lembar persetujuan (informed consent) Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed consent adalah subyek mengerti maksud dan tujuan peneliti, mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden. 4.9.2 Tanpa Nama (anonimity) Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 4.9.3 Kerahasiaan (confidentiality) Memberikan jaminan keberhasilan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. 4.10 Keterbatasan Penelitian Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti masih memiliki keterbatasan. Adapun beberapa keterbatasan penelitian yaitu: SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 71 1. Dalam proses pelaksanaan tidak adanya kelompok kontrol sebagai kelompok pembanding untuk mengetahui selisih nilai rata-rata antara kelompok yang diberikan masase dan kelompok yang tidak diberikan masase 2. Variabel Confounding dalam penelitian ini seperti pola makan, stress, aktivitas fisik, serta genetik dalam penelitian ini tidak dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah pada lansia. 3. Jumlah responden yang terbatas. Hal ini dikarenakan adanya kriteria tertentu untuk menjadi responden dalam penelitian. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Griya Werdha Surabaya diresmikan pada tanggal 16 Juli 2013 oleh Wali Kota Surabaya, yaitu Ibu Tri Rismaharini. Pemerintah Kota Surabaya mempunyai kebiijakan memberikan pelayanan yang berkualitas serta menjunjung tinggi harkat dan martabat penduduk lanjut usia miskin dan terlantar. Sebelumnya para lansia berada di Liponsos Keputih, namun dirasa kurang layak karena para lansia dijadikan satu lingkungan dengan penghuni Liponsos lainnya yang mayoritas menderita gangguan psikotik. Sehingga pemerintah Kota Surabaya mendirikan UPTD Griya Werdha khusus untuk lansia. UPTD Griya Wedha mulai dihuni 24 Maret 2013 dengan kapasitas awal 15 tempat tidur kemudian ditambah menjadi 25 tempat tidur. Pada tahun 2014, berkembang menjadi 35 tempat tidur dan tahun 2015 hingga sekarang bertambah menjadi 75 tempat tidur. Saat ini lansia yang tinggal di UPTD Griya Werdha sebanyak 69 lansia dengan 46 lansia perempuan dan 23 lansia laki-laki. Gedung UPTD Griya Werdha berada di Medokan Asri Barat X Blok N19, berdiri di atas lahan seluas 2.700 m2. Gedung tersebut merupakan bekas 72 SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 73 asrama Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga wilayah Surabaya Timur dengan letak geografis sebelah utara berbatasan dengan perumahan warga, sebelah timur berbatasan dengan perumahan warga, sebelah selatan berbatasan dengan perumahan warga, SD Medokan 2 dan Masjid Baitul Makmur, sebelah barat berbatasan dengan tanah kosong perumahan. Ketenagakerjaan di UPTD Griya Werdha terdiri dari 29 orang yang terdiri dari 19 orang pegawai non keperawatan dan 10 orang pegawai keperawatan. UPTD Griya Werdha juga mengoptimalkan pelayanan terhadap lanjut usia yang didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai seperti ruang intensif , 4 ruangan untuk lansia pria dengan 1 ruangan isolasi, 4 ruangan untuk lansia wanita, ruang makan bersama, ruang tamu, aula, dapur, ruang kantor, musholla, ruang perawat (ruang tindakan kesehatan), dan taman. Program rutin yang biasa dilakukan di UPTD Griya Werdha antara lain pengukuran TTV lansia, fisioterapi untuk lansia yang bedrest, pelatihan kerajinan tangan, TAK, jalan sehat, senam lansia dan posyandu lansia pada minggu ketiga Aktivitas sehari-hari lansia beragam meliputi sholat berjamaah bagi yang beragama Islam, menonton televisi, jalan-jalan disekitar area panti, ada beberapa lansia yang membantu memasak di dapur, ada beberapa lansia yang membersihkan taman, dan ada juga beberapa lansia yang suka tidur siang. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 74 5.1.2 Data Umum 1. Karakteristik responden berdasarkan usia Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan usia di UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari 2016 (n=13) No Usia Jumlah (n) Presentase (%) 1 45 – 59 th 0 0 2 60-74 th 6 46 3 75-90 th 6 46 4 >90th 1 8 Jumlah 13 100 Berdasarkan tabel 5.1 dapat dketahui bahwa rata-rata presentase usia responden termasuk usia lanjut usia (60 - 74 tahun) sebanyak 6 orang (46%), usia lanjut tua usia (65-90 tahun) sebanyak 6 orang (46%), usia sangat tua (> 90 tahun) sebanyak 2 orang (15%) dan usia 91 – 100 tahun (8%) sebanyak 1 orang (8%) 2. Karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari 2016 (n=13) No Jenis Kelamin Jumlah (n) Presentase (%) 1 Perempuan 7 54 2 Laki-laki 6 46 Jumlah 13 100 Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 7 orang ( 54 %) dan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 6 orang ( 46%). SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 75 3. Karakteristik responden berdasarkan riwayat merokok Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat merokok di UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari (n=13) No. 1. Lama Responden Total Merokok n % N % Tidak pernah 10 76,9 10 76,9 1 7,69 1 7,69 2 7,69 2 7,69 0 0 0 0 13 0 13 100 merokok 2. Pernah, tapi sudah berhenti 0-5 tahun 3. Pernah, tapi sudah berhenti > 5 tahun 4. Masih merokok Total Berdasarkan tabel 5.3 di atas dari 13 responden didapatkan bahwa sebagian besar responden tidak pernah merokok 10 orang (76,9%). 4. Karakteristik responden berdasarkan konsumsi obat anti hipertensi Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan konsumsi obat anti hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari 2016 (n=13) No. Obat anti Responden Total hipertensi n % N % 1. Satu macam 13 100 13 100 2. Dua macam 0 0 0 0 13 100 0 100 Total Berdasarkan tabel 5.4 di atas dari 13 responden dapat diketahui bahwa responden responden mengkonsumsi satu macam obat anti hipertensi 13 orang (100 %). SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 76 5. Karakteristik responden berdasarkan menyukai rasa asin Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan menyukai rasa asin di UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari 2016 (n=13) No Menyukai Responden Total . Rasa Asin 1. Ya 2. Tidak n Total % N % 6 46 6 54 7 54 7 46 13 100 0 100 Berdasarkan tabel 5.5 di atas dari 13 responden dapat diketahui bahwa banyak responden menyukai rasa asin 6 orang (46%) adalah yang menyukai rasa asin. 6. Karakteristik responden berdasarkan olahraga yang masih dilakukan Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan olahraga yang masih di lakukan di UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari 2016 (n=13) No Jenis Responden Total olahraga 1. Senam n % N % 1 92,3 12 92,3 2 2. Jalan kaki 1 7,7 1 7,7 3. Tidak 0 0 0 0 1 100 13 100 berolahraga Total 3 Berdasarkan tabel 5.6 di atas dari 13 responden dapat diketahui bahwa semua responden masih berolahraga sebesar 13 orang (100%) SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 77 5.1.3 Data Variabel yang Diteliti 1. Gambaran tekanan darah pada lansia sebelum dilakukan massase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender Tabel 5.7 Gambaran tekanan darah responden sebelum diberikan intervensi di UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari 2016 (n=13) Variabel Median Sd Min-Max 95%CI Tekanan Darah 160,00 11,658 140 – 180 150,65 - 164,74 Sistolik Sebelum Masase Tekanan Darah 80,0000 11,26601 70 – 100 77,8074-91,4234 Diastolik Sebelum Masase Berdasarkan tabel 5.7 diketahui tekanan darah sebelum diberikan intervensi pada responden memiliki nilai minimal untuk tekanan sistolik yaitu 140 mmHg dan untuk tekanan diastolik memiliki nilai minimal 70 mmHg. Hasil estimasi interval penelitian disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata tekanan darah sistolik responden 150,65 - 164,74 mmHg dan tekanan diastolik 77,807491,4234 mmHg. 2. Gambaran tekanan darah responden setelah dilakukan massase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender Tabel 5.8 Gambaran tekanan darah responden setelah diberikan intervensi di UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari 2016 (n=13) Variabel Median SD Min-Max 95%CI Tekanan Darah 130,00 15,484 110 - 160 123,72 - 142,43 Sistolik Setelah Masase Tekanan Darah 80,00 10,43908 60 – 90 69,8456 - 82,4621 Diastolik Setelah Masase SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 78 Berdasarkan tabel 5.8 diketahui tekanan darah setelah diberikan intervensi pada responden tekanan sistolik memiliki nilai minimal 110 mmHg dan untuk tekanan diastolik memiliki nilai minimal 60 mmHg. Tekanan sistolik setelah diberikan massase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender memiliki nilai maksimal 160 mmHg dan untuk nilai diastolik setelah diberikan massase ekstremitas bawah memiliki nilai maksimal 90 mmHg. Hasil estimasi interval penelitian disimpulkan 95 % diyakini rata-rata tekanan darah pada responden untuk tekanan sistolik adalah 123,72 - 142,43 mmHg dan untuk tekanan diastolik adalah 69,8456 - 82,4621mmHg. 3. Perbedaan tekanan darah sebelum diberikan massase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender dan setelah diberikan massase ektremitas bawah dengan minyak esensial lavender Tabel 5.9 Perbedaan tekanan darah sebelum diberikan massase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender dan setelah diberikan massase ektremitas bawah dengan minyak esensial lavender di UPTD Griya Werdha Surabaya bulan Januari 2016 (n=13) Variabel Rerata Rerata Selisih P value Sebelum Sesudah Perlakuan Perlakuan Sistolik 157,69 133,08 24,61 0,000 Diastolik 84,6154 76,1538 8,4616 0,01 Berdasarkan uji normalitas saphiro wilk, nilai signifikan tekanan darah sistole dan diastole sebelum dan sesudah perlakuan ≥ 0,05 sehingga dapat disimpulkan data berdistribusi normal, maka data dianalisa dengan menggunakan uji t test berpasangan dengan tingkat kepercayaan 95 %. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 79 (α=0,05).Berdasarkan hasil uji ini, didapatkan nilai p value < α, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Data analisa tersebut dapat menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh massase ektremitas bawah dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya. 5.2 Pembahasan 5.2.1 Gambaran tekanan darah responden sebelum dilakukan intervensi pada masing-masing kelompok Klasifikasi tekanan darah yang dipilih yaitu rentang grade 1 yang dimulai dari tekanan darah sistolik 140 mmHg dan sampai rentang 200 mmHg. Tekanan darah pada responden, tekanan sistolik yang tertinggi adalah 180 mmHg dan diastolik tertinggi yaitu 100 mmHg. Tekanan darah sistolik terendah 140 mmHg dan diastolik terendah 70 mmHg. Responden sebagai subyek penelitian ini adalah pasien hipertensi, dengan rata-rata memiliki nilai tekanan darah pada kategori hipertensi tahap 2 Faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi pada penelitian ini, pertama dapat disebabkan karena usia. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata umur pasien hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya berada pada kategori lansia awal (60-64 tahun) mencapai 46 % dan kategori lansia (65-75 tahun). Artinya bahwa usia lansia awal dan lansia sama-sama berpotensi untuk terjadi peningkatan tekanan darah. Menurut Harison, Wilson & Kasper (2005) semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 80 orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Menurut Perry & Potter (2013) menyatakan bahwa tekanan darah dewasa meningkat seiring dengan pertambahan umur, pada lansia tekanan darah sistoliknya meningkat, sehubungan dengan penurunan elastisitas pembuluh darah. Applegate (1998) dalam Patminingsih (2010) menyatakan bahwa pada umumnya tekanan darah akan naik dengan pertambahan usia terutama setelah usia 60 tahun. Hal ini terjadi karena setelah umur 45 tahun dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berasngsur-angsur menyempit menjadi kaku (Anggaraini, 2009). Selanjutnya darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit dari biasanya sehingga akan menyebabkan naiknya tekanan darah (Susalit, 2001). Hasil penelitian yang sesuai dengan kondisi tersebut dilakukan oleh Patminingsih (2010). Dalam peneltiannya didapatkan hasil bahwa responden hipertensi menurut umur paling tinggi berada pada kelompok umur 46-60 tahun.. Hasil penelitian di kota Tainan, Taiwan, menunjukkan bahwa pada usia diatas 65 tahun ditemukan prevalensi hipertensi sebesar 60,4% (Kuswardhani, 2006). Kedua hasil penelitian di atas sejalan dengan hasil analisa peneliti yang menggambarkan bahwa karakteristik umur responden rata-rata menunjukkan kategori lansia awal dan lansia. Faktor kedua yang kemungkinan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah adalah jenis kelamin. Berdasarkan jenis kelamin didapatkan SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 81 responden penelitian terbanyak adalah perempuan (54%). Jenis kelamin perempuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai tekanan darah. Perempuan biasanya memiliki tekanan darah yang lebih tinggi setelah menopause (Kozier, et al, 2010). Hal ini sesuai dengan penelitian Stessen (2003) bahwa pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Pendapat ini didukung oleh teori Harrison, Wilson dan Kasper (2005) yang mengatakan bahwa wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Applegate (1998) dalam Setyawati (2010) menyatakan bahwa jenis kelamin berpengaruh pada tekanan darah, yaitu tekanan darah cenderung lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan. Hal ini disebabkan oleh aktivitas renin yang lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan. Namun hasil penelitian ini telah menggambarkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih sedikit dari pada perempuan (11,1%). Hal ini disebabkan usia responden pada penelitian ini yaitu ≥ 45 tahun. Dimana pada usia ini perempuan telah memasuki masa menopause yang menyebabkan perempuan cenderung SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 82 mengalami peningkatan tekanan darah. Sehingga hasil penelitian sesuai dengan analisa bahwa responden terbanyak adalah perempuan. Selain itu, tingginya responden perempuan yang menderita hipertensi dalam penelitian ini kemungkinnan dikarenakan sebagian besar sampel dalam penelitian ini adalah perempuan. Responden dalam penelitian ini telah didiagnosis oleh dokter Puskesmas dan terdokumentasi dalam rekam medis Puskesmas Keputih sebagai pasien hipertensi. Terapi farmakologis antihipertensi yang diberikan pada responden dalam penelitian ini adalah golongan Calcium Channel Blocker (amlodipine). Dalam penelitian ini responden penelitian mayoritas mengkonsumsi satu macam jenis obat anti hipertensi sebesar 13 orang (100%) yaitu golongan Calcium Channel Blocker (amlodipin). Terapi yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan medik dasar yang ada di Puskesmas. Amlodipine bekerja menghambat masuknya ion kalsium melalui kanal lambat di jaringan otot polos skuler dan menyebabkan relaksasi arteriol dalam tubuh. Calcium Channel Blocker berguna untuk terapi semua derajat hipertensi. 5.2.2 Gambaran tekanan darah pada lansia setelah diberikan massase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender Pemberian perlakuan massase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender kepada responden yang mengalami hipertensi. Distribusi frekuensi responden menunjukkan tekanan darah setelah dilakukan intervensi tekanan sistolik terendah yaitu 110 mmHg dan tekanan diastolik memiliki SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 83 nilai minimal 60 mmHg. Tekanan sistolik memiliki nilai maksimal yaitu 160 mmHg dan tekanan diastolik memiliki nilai maksimal 100 mmHg. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 13 responden mengalami penurunan tekanan darah sistolik dan 9 responden mengalami penurunan tekanan darah diastolik. Tidak ada responden yang mengalami peningkatan tekanan darah sistolik dan tidak mengalami peningkatan tekanan darah diastolik. Hasil penelitian diatas didukung oleh pendapat Tarigan (2009) yang menyebutkan bahwa salah satu terapi non farmakologi untuk menurunkan tekanan darah yaitu dengan terapi pijat (masase), apabila terapi tersebut dilakukan secara teratur bisa menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar hormon kortisol dan menurunkan kecemasan, sehingga akan berdampak pada penurunan tekanan darah dan perbaikan fungsi tubuh. Dengan terapi pijat (masase), daya tahan tubuh meningkat sehingga stamina tubuh pun juga meningkat. Hasil penelitian ini sejalan dengan kebenaran teori yang menyebutkan bahwa terapi (masase) dapat merangsang jaringan otot, menghilangkan toksin, merilekskan persendian, meningkatkan aliran oksigen, menghilangkan ketegangan otot sehingga berdampak terhadap penurunan tekanan darah (Akoso, 2009). Menurut Dalimartha (2008) Teknik masase pada daerah-daerah tertentu pada tubuh dapat menghilangkan sumbatan pada pembuluh darah sehingga aliran darah dan energi di dalam tubuh kembali lancar. Menurut asumsi peneliti, pada lansia dengan hipertensi dapat terjadi penyumbatan SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 84 ataupun penyempitan pada pembuluh darah sehingga menyebabkan sirkulasi darah ke seluruh tubuh tidak lancar. Hal tersebut menyebabkan tubuh berespon secara fisiologis guna memenuhi sirkulasi darah ke seluruh tubuh dengan cara meningkatkan aliran darah. Dengan dilakukannya masase pada daerah kaki dengan menggunakan minyak esensial lavender, diharapkan aliran darah balik menuju jantung menjadi lancar serta terciptanya respon relaksasi yang memberikan efek vasodilatasi pada pembuluh darah dan merangsang aktivitas saraf parasimpatis hingga pada akhirnya akan menurunkan tekanan darah. 5.2.3 Perbedaan tekanan darah sebelum diberikan massase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender dan setelah diberikan massase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender Data analisa menyimpulkan pada tekanan sistolik memiliki nilai signifikansi 0,000 dan pada tekanan diastolik memiliki nilai signifikansi 0,01 sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh massase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya, yang berarti terapi nonfarmakologis masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender memberikan efek yang signifikan dalam menurunkan tekanan darah. Hal tersebut menunjukkan bahwa massase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender dapat digunakan sebagai pilihan alternatif dalam memberikan intervensi pada pasien hipertensi khususnya dalam menurunkan tekanan darah. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 85 Berdasarkan hasil penelitian dan teori, maka peneliti berpendapat bahwa penyebab turunnya tekanan darah setelah diberikan intervensi masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender adalah efek relaksasi yang ditimbulkan. Penelitian dari Holand (2001) menyatakan intervensi pijat (massage) kepada pasien yang berada di ruang rehabilitasi memberikan efek berupa menghilangkan kecemasan, rasa tenang dan kondisi rileks. Penurunan tekanan darah ini terjadi karena pembuluh darah mengalami pelebaran dan relaksasi. Setelah mengalami relaksasi maka aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi. Hal tersebut akan mengurangi beban kerja jantung karena pada penderita hipertensi mempunyai denyut jantung yang lebih cepat untuk memompa darah (Ramdhani & Putra, 2009). Dalam hal ini, massase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender dapat menghasilkan relaksasi oleh stimulasi taktil jaringan tubuh menyebabkan respon neuro humoral yang komplek dalam The Hypothalamic-Pituitary Axis (HPA) ke sirkuit melalui jalur sistem saraf. Adaptasi stres diatur oleh kapasitas HPA untuk mensekresikan hormon endorphin yang mengurangi aktivitas sistem saraf simpatik dan meningkatkan respon saraf parasimpatis. Sedangkan minyak esensial lavender bekerja merangsang sel saraf penciuman dan mempengaruhi kerja sistem limbik dengan meningkatkan perasaan positif dan rileks. Sewaktu menarik nafas rangsangan bau mendatangi sel-sel pengindra lewat difusi melalui udara. Molekul bau terikat langsung melalui reseptor pembau atau ke protein pengikat spesifik yang membawa bau ke reseptor dan SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 86 menyebabkan saraf menyalakan potensial aksi. Seluruh peristiwa disampaikan ke sistem limbik yang bertanggung jawab terhadap emosi dan otak mendaftar sebagai bau yang spesifik otak kemudian mengeluarkan serotonin yang membuat perubahan fisiologis pada tubuh, pikiran dan jiwa dan menghasilkan efek menenangkan pada tubuh. Dengan demikian, kerja jantung tidak membutuhkan tekanan kuat untuk memompa dan peredaran darah ke seluruh tubuh akan maksimal (Remington, 2002). Selain itu peneliti memperkirakan adanya konsumsi obat anti hipertensi yang dilakukan oleh responden berupa amlodipine, membuat pengaruh terapi masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan darah menjadi lebih optimal. Hal ini dikarenakan efek vasodilatasi yang ditimbulkan dari terapi masase akan bersinergi dengan efek vasodilatasi dari Calcium Channel Blocker (amlodipin), sehingga tekanan darah pada responden mengalami penurunan yang lebih optimal. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa tekanan darah responden mengalami penurunan tekanan sistolik dan penurunan diastolik. Pembandingan penelitian dengan Nugroho (2012) tentang efektifitas pijat refleksi kaki dan hipnoterapi terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi menyatakan hal yang sama bahwa terjadi penurunan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan mengenai massase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum diberikan intervensi pada responden memiliki nilai rata-rata 157,69/84,61 mmHg dan masuk kedalam kategori hipertensi tahap 1 2. Tekanan darah sistolik dan diastolik setelah diberikan intervensi pada responden memiliki nilai rata-rata 133,08/76,15 mmHg.dan masuk kedalam kategori prehipertensi 3. Terdapat pengaruh yang signifikan massase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya dengan nilai signifikansi p= 0,000 untuk tekanan sistolik dan nilai signifikansi p=0,01 untuk tekanan diastolik. 6.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian ini yang diperoleh, maka dapat diberikan saran sebagai berikut: 87 SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 88 1. Bagi Responden Bagi lansia yang mengalami hipertensi dapat direkomendasikan untuk menggunakan pengobatan komplementer masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender 2. Bagi Pengurus Griya Werdha Dapat menerapkan masase ekstremitas bawah dengan minyak esensial lavender sebagai pilihan intervensi keperawatan yang dapat diberikan kepada lansia dengan hipertensi untuk menurunkan tekanan darah. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih memperbanyak jumlah sampel untuk mendapatkan hasil yang lebih variatif. Waktu dan frekuensi pemberian masase dapat ditambah, serta peneliti diharapkan dapat meningkatkan ketrampilannya dalam melakukan masase ekstremitas bawah. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 89 DAFTAR PUSTAKA Aisyah, FN. 2009. Faktor risiko hipertensi pada empat Kabupaten/Kota denganprevalensi hipertensi tertinggi di Jawa dan Sumatera. Jakarta: BalitbangkesDepkes RI 2. Andarmoyo, Sulistya. 2013. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : AR- RUZZ MEDIA. Anggraini, et al. 2009.Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008. Skripsi Fakultas Kedokteran UniversitasRiau. Aslani, Marilyn. 2003. Teknik Pijat untuk Pemula. Jakarta : EGC Aziza, Lucky. 2007.Hipertensi: The Sillent Killer. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia. Azizah, Lilik Na’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia Edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu Balchin, Maria L. 2006. The Safety Issue in Aromatherapy. Aromatherapy Science : A Guide for Healthcare Proffesionals , 75 – 92. London : Pharmaceutical Press. Basha, A. 2004. Hipertensi: Faktor risiko dan penatalaksanaan. Jakarta: DianRakyat. Bowels, E Joy. 2003. The Chemistry of Aromatherapeutic Oils 3rd edition. Adelaide, Australia : Griffin Press. Brunner & Suddarth. 2001. Buku ajar keperawatan medical bedah. Edisi 8 volume3. Jakarta: EGC. Chu, Catherine J., & Kemper, Kathi J. 2001. Lavender (Lavandula spp). Longwood Herbal Task Force : <http://www.mcp.edu/herbal/>. Cook, Neal. 2008. Aromatherapy : Reviewing Evidence for its Mechanisms of Action and CNS Effects. British Journal of Neuroscience Nursing, 4(12), 595 – 601. Conrad, Parm., Adams, Cindy. 2012. The Effecs of Clinical Aromatherapy for Ansiety and Depression in th High Risk Postpartum Woman – A. Pilot Study. Journal of Complementary Therapies in Clinical Practice, 18, 164 – 168. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 90 Corwin, Elizabeth J. 2009.Patofisiologi: buku saku Edisi 3. Jakarta: EGC. Dalyoko, D. A. P. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan upayapengendalian hipertensi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerjaPuskesmas Mojosongo Boyolali. Darmojo dan Mariono, HH. 2004. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Dalimartha, S. et al, 2008. Care Your Self from Hipertensi. Jakarta : Penebar Plus+ de Sousa, Damio P. 2011. Analgesic-Like Activity of Essential Oils Constituents.Journal of Molecules, 16, 2233 – 2252. Dobetsberger, Clara M. 2010. Effects of Essential Oils on the Central Nervous System – an Update. A. Thesis. Vieana, Austria : Pharmacys Faculty, University of Vienna. Gunawan, Lany. 2001.Hipertensi: Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Henderson, Christine. 2005. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC Harrison, I., Wilson, BW., & Kasper, M.F. 2005. Prinsip –Prinsip Ilmu Penyakit dalam edisi 13 Volume 3. Jakarta : EGC Hidayat, A. 2009. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta:PT Salemba Medika. Holland, B & Pokorny, ME. 2001. Slow stroke back massage : its effect on patientsin a rehabilitation setting. Rehabil Nurs. 26(5): 182-6. Hopkinson, A. 2011. Risk for in high blood pressure. Blog blood pressure England Jaelani. 2009. Aroma Terapi. Jakarta: Pustaka Populer Obor Jane, Burkhle. 2003. Clinical Aromatherapy 2nd edition. Philadelphia : Elsevier Science JNC 7 Express. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. 2003. Diaksestanggal 17 Oktober 2015;http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/express.pdf Jurch, S. E. 2009. Clinical massage therapy : assessment and therapy of orthopedicconditions. New York: McGraw-Hill SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 91 Kristanti, Erva E. 2010. Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Derajat Kecemasan pada Lansia di Panti Wredha St. Yoseph Kediri. Jurnal STIKES RS. Bapti Kediri, 3 (2), 94 – 100. Kushartanti, Wara. 2002. Olahraga Terapi. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Kuswardhani, Tuty. Penatalaksanaan Hipertensi pada Lanjut Usia. Jurnal RSUPSanglah Denpasar. 2006. Diakses tanggal 2 Oktober 2015;http://ojs.unud.ac.id/index.php/jim/article/view/3757 Lawton, G. 2003. Toward a neurophysiological understanding of manual therapyneuro-manual therapy. Available at:http://www.americanmanualmedicine.com/educational/a14z2.html. McGuinness, Helen. 2007. Aromatherapy, Therapy Basics 2nd edition. London : Hodder Arnold. Mubarak, W.I. 2005. Pengantar Keperawatan Komunitas. Jakarta : EGC Notoadjamojo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Nugroho, W . 2008, Keperawatan Gerontik, Jakarta: EGC. Nursalam, 2013, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan,Jakarta : Salemba Medika. Potter, Patricia A. & Anne G. Perry. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,Proses dan Praktik. Jakarta: EGC. Priyonoadi, bambang. 2008. Sport Massage. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Keolahragaan Price, Shirley. 2007. Aromatherapy for Health Proffesionals. Philadelphia : Elsevier Science. Remington, R. 2002. Calming music and hand massage with agitated elderly.Nursing Research 51, 317-323. Santjaka, A. 2008. Bio statistik. Purwokerto: Pecetakan Global internusa Offset. Santoso, D. 2010. Membonsai hipertensi. Surabaya: Jaring Pena Saryono. 2009. Metodologi penelitian kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia Pres. Staessen A. 2003. Essential Hypertension. The Lancet ; 1629-1635 SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 92 Sustriani, I., Alam, S., & Hadibroto, I. 2006. Hipertensi. Jakarta: Gramedia PustakaUtama Syahrini, E. N., Susanto, H. S., & Udiyono, A. 2012. Faktor-faktor risiko hipertensiprimer di Puskesmas Telogosari Kulon Kota Semarang.Jurnal KesehatanMasyarakat, 1, 315-325. Sugiyono. 2011. Statistika untuk penelitian. Bandung: PT. Alfabeta. Stanley, M. 2006.Buku ajar keperawatan gerontik, Ed. 2, Jakarta : EGC Trisnowiyanto, 2012, Keterampilan Dasar Massage. Yogyakarta: Muha SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 93 Lampiran 1 SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 94 Lampiran 2 SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 95 Lampiran 3 SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 96 Lampiran 4 PENJELASAN SEBELUM PENELITIAN BAGI RESPONDEN Judul Penelitian :Pengaruh Masase Ekstremitas Bawah Dengan Minyak Esensial Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di UPTD Griya Werdha Surabaya Tujuan Penelitian ini dapat membantu menurunkan tekanan darahBapak/Ibudi UPTD Griya Werdha Surabaya Perlakuan yang diterapkan pada subyek Penelitian ini merupakan penelitian yang memberikan tindakan kepada Bapak/Ibu. Tindakan yang diberikan kepada Bapak/Ibu berupa masase. Bapak/Ibu akan diberikan penjelasan dan diukur tekanan darah terlebih dahulu sebelum diberikan masase. Kemudian dilakikan masase kaki selama 10 menit. Setelah itu diukur tekanan darah lagi untuk membandingkaan tekanan darah sebelum dilakukan masase. Manfaat Memberikan alternatif intervensi kepada Bapak/Ibu dalam menurunkan tekanan darah untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal Bahaya potensial Tidak ada bahaya yang diakibatkan oleh keterlibatan Bapak/Ibu dalam penelitian ini, oleh karena dalam penelitian ini Bapak/Ibu hanya diberi masase dengan durasi yang singkat. Hak untuk undur diri Keikutsertaan Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela.Bapak/Ibu berhak untuk mengundurkan diri kapanpun, tanpa menimbulkan hal-hal yang merugikan Bapak/Ibu. Adanya insentif untuk subyek Bapak/Ibu dalam penelitian ini akan memperoleh souvenir berupa satu buah handuk kecil Adanya jaminan kerahasiaan data SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 97 Peneliti menjamin kerahasiaan identitas serta informasi yang Bapak/Ibu berikan.Informasi yang Bapak/Ibu berikan digunakan untuk mengembangkan mutu pelayanan tidak akan digunakan untuk maksud lain Prosedur Penelitian Penyusunan Proposal Penelitian Penyusunan Instrumen Penelitian Pengajuan ethical clearence Perijinan Pengajuan Pembuatan kerangka konsep dan penentuan sampel dengan total sampling Pengambilan data awal kemudian pertemuan dengan responden terpilih Wawancara Pelaksanaan penelitian yaitu melakukan masase esktremitas bawah Entry dan analisis data Pelaporan SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 98 Lampiran 5 FORMULIR PEMBERIAN INFORMASI PENELITIAN (INFORMATION FOR CENSENT) Saya adalah mahasiswa Fakultas keperawatan Universitas Airlangga dengan identitas sebagai berkut: Nama : Fatih Haris Maulana NIM 131411123079 : Melaksanakan penelitian sebagai salah satu kegiatan menyelesaikan tugas akhir S1 Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahrui pengaruh Pengaruh Masase Ekstremitas Bawah Dengan Minyak Esensial Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Dengan Hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya. Pada penelitian ini partisipasi Bapak/Ibu akan membawa dampak positif dalam perkembangan ilmu keperawatan gerontik sebagai upaya meningkatkan pelayanan kepada pasien dengan hipertensi. Dalam penelitian ini resiko yang ditimbulkan minimal karena hanya diberi intervensi Masase Ekstremitas Bawahdengan Minyak Esensial Lavender dengan durasi yang singkat. Penelitian ini diharapkan adanya sikap saling terbuka antara responden dan peneliti sehingga penelitian ini berjalan dengan baik. Pada saat melakukan pre test respondendilakukan pengukuran tekanan darah dengan sphigmomanometer raksa dan stetoskop . Responden ini akan diberikan masase oleh 2 fisioterapis dengan rician SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 99 fisioterapis laki-laki untuk responden laki-laki dan fisioterapis perempuan untuk responden perempuan. Pada tahap akhir, responden dilakukan dilakukan post-test untuk mengetahui tekanan darah responden dengan meminta responden dilakukan pengukuran darah dan dibandingkan hasil tekanan darah sebelum dilakukan intervensi dan sesudah intervensi. Atas perhatian Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih. Surabaya,………………………2016 Responden Peneliti ....................................... Fatih Haris Maulana Saksi, Saksi, ....................................... SKRIPSI ........................................... PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 100 Lampiran 6 INFORMED CONSENT (PERNYATAAN PERSETUJUAN PENELITIAN) Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Umur : Jenis kelamin : Telah mendapat keterangan secara terinci jelas mengenai: 1. Penelitian yang berjudul : “Pengaruh Masase Ekstremitas Bawah Dengan Minyak Esensial Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi di UPTD Griya Werdha Surabaya” 2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subjek 3. Manfaat ikut sebagai subjek penelitian 4. Bahaya yang akan timbul 5. Memiliki hak untuk undur diri 6. Prosedur penelitian responden penelitian mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh karena itu saya bersedia/tidak bersedia*) secara sukarela untuk menjadi subjek penelitian dengan penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak manapun. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 101 ...........,.......................20.... Peneliti, Responden, ...................................... ......................................... Saksi, Saksi, ....................................... ........................................... *) Coret salah satu SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 102 Lampiran 7 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)MASASEEKSTREMITAS BAWAH DENGAN MINYAK ESENSIAL LAVENDER TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI a. Pengertian Terapi nonfarmakologis dengan memberikan pijatan pada kaki dengan melakukan usapan secara perlahan serta menggunakan minyak esensial lavender yang bersifat merilekskan. b. Tujuan Masase ekstremitas bawah pada penderita hipertensi bertujuan untuk menurunkan tekanan darah c. Prinsip Frekuensi : 7 kali dalam seminggu. Waktu masase : 10 menit/klien. d. Hal-hal yang harus diperhatikan : 1. Kondisi ruangan yang nyaman, suhu tidak terlau panas, tidak terlalu dingin, pencahyaan yang cukup tidak remang-remang. 2. Posisi klien dalam keadaan berbaring yang mana bagian pinggang sampai telapak kaki ditutup oleh handuk dan posisi pemijat dibelakang klien. e. Sarana : 1. Sphygmomanometer 2. Stetoskop SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 103 3. Minyak lavender 4. Lembar observasi tekanan darah 5. Handuk f. Prosedur Tindakan: Persiapan 1. Peneliti menyediakan alat 2. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan 3. Peneliti mengukur tekanan darah penderita hipertensi sebelum melakukan masase kaki dan di catat dalam lembar observasi. 4. Peneliti mempersiapkan posisi klien untuk dimasase dan mempersiapkan pemijat untuk memijat. Pelaksanaan Masase 1. Effleurage, gerakan mengusap yang ringan dan menenangkan pada bagian awal yang bertujuan untuk meratakan minyak esensial lavender dan menghangatkan otot agar lebih rileks. 2. Masase pada bagian kaki belakang, kaki depan lalu telapak kaki. Masase dilakukan selama 10 menit. 3. Effleurage, gerakan mengusap dengan ringan yang bertujuan untuk mengakhiri masase dan membersihkan sisa minyak esensial lavender. Kriteria hasil: 1. Penderita hipertensi setelah masase kaki menjadi nyaman, segar dan rileks. 2. Tekanan darah penderita hipertensi menjadi turun setelah masase kaki. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 104 Prosedur Gerakan Masase Pada Kaki 1. Effleurage Letakkan telapak tangan dipermukaan tubuh dengan jemari rapat dan lekukan gerakan seperti berenang. Buatlah lingkaran yang saling bertumpukkan dengan kedua tangan secara bergantian. Usap seluruh bagian tubuh hingga kebagian sisi. Ketika tangan berada dibagian bawah, gerakkan tangan kembali keatas. Gambar 1. Masase kaki pada hipertensi (Sumber : Putra, 2013) 2. Masase pada kaki belakang Letakkan tangan bersilangan dibelakang pergelangan kaki kanan. Dorong kedua tangan hingga pangkal paha. Pisahkan dan kembali turun ke bawah dengan lembut, ikuti tekuk kaki. Ulangi lagi gerakan tersebut. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 105 Gambar 2. Masase kaki pada hipertensi (Sumber : Putra, 2013) Tekan ibu jari ke bagian tengah otot betis seolah-olah memisahkannya, pijat hingga ke bagian bawah lutut. Dengan sangat lembut pijat bagian belakang lutut. Buat lingkaran kecil dengan ibu jari diseluruh wilayah tersebut. Gambar 3. Masase kaki pada hipertensi (Sumber : Putra, 2013) Kembali ke telapak kaki dan lakukan gerakan mengusap panjang ke atas menuju paha. Untuk mengakhiri pemijatan pada kaki bagian belakang urut turun kembali ke pergelangan kaki. Lakukan hal yang sama pada kaki kiri. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 106 Gambar 4. Masase kaki pada hipertensi (Sumber : Putra, 2013) 3. Masase pada kaki bagian depan Ambillah posisi menghadap ke kaki klien dengan kedua lutu berada disamping betisnya. Letakkan tangan kita sedikit diatas pergelangan kakidengan jari-jari menuju ke atas, dengan satu gerakan tak putus luncurkan tangan ke tas panggkal paha dan kembali turun di sisi kaki mengikuti lekuk kaki. Tarik ibu jari dan buatt bentuk V (posisi mulut naga). Letakkan tangan di atas tulang garas dibagian bawah kaki. Gunakan tangan secar bergantian untuk memijat perklahan hingga ki bawah lutut. Dengan tangan masih pada posisi V urut ke atas dengan sangat lembut hingga ke tempurung lutut, pisahkan tangan dan ikuti lekuk tempurung lutut pijat ke bagian bawah. Lalu ulangi pijat keatas bagian tempurung lutut. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 107 Gambar 5. Masase kaki pada hipertensi (Sumber : Putra, 2013) Tekanlah dengan sisi luar telapak tangan membuat lingkarana secara bergantian mulai dari atas lutut hingga pangkal paha dan mendorong otot. Dengan keedua tangan pijatlah kebawah pada sisi kaki hingga ke pergelangan kaki. Kemudian remas bagian dorsum dan plantaris kaki dengan kedua tangan sampai ke ujung jari. Ulangi pada kaki kiri. Gambar 6. Masase kaki pada hipertensi (Sumber : Putra, 2013) 4. Masase pada telapak kaki Letakkan alas yang cukup besar dibawah kaki klien, lalu tangkupkan telapak tangan kita di sekitar sisi kakii kanannya. Rilekskan jari-jari serta SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 108 gerakkan tanga kedepan dan kebelakang dengan cepat. Ini akan membuat kaki rileks. Gambar 7. Masase kaki pada hipertensi (Sumber : Putra, 2013) Biarkan tangan tetap memegang bagaina atas kaki. Geser tangan kiri kebawah tumit kaki, dengan lembut tarik kaki ke arah pemijat mulai daeri tumit. Dengan gerakan oval putar kaki beberapa kali kesetiap arah. Gambar 8. Masase kaki pada hipertensi (Sumber : Putra, 2013) Pegang kaki pasangandengan ibu jari kita berada di atas dan telunjuk di bagian bawah. Kemudian dengan menggunakan ibu jari, tekan urat-urat otot mulai dari jaringan antara ibu jari dan telunjuk kaki. Tekan diantara uraturat otot dengan ibu jari. Ulangi gerakan ini pada tiap lekukan. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 109 Gambar 9. Masase kaki pada hipertensi (Sumber : Putra, 2013) Pegang tumit kaki klien dengan tangan kanan, gunakan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pemijat untuk menarik kaki dan meremas jari kaki. Pertama, letakkan ibu jari pemijat diatas ibu jari kaki dan telunjuk dibawahnya. Lalu pijat dan tarik ujungnya, dengan gerakan yang sama pijat sisi-sisi jari. Lakukan gerakan ini pada jari yang lain. Gambar 10. Masase kaki pada hipertensi (Sumber : Putra, 2013) 5. Effleurage Untuk mengakhiri dan menyeimbangkan energi kaki, letakkan tangan kiri pemijat diatas kaki klien dan tangan kanan dibawahnya. Tarik tangan kiri SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 110 pemijat mundur hingga ke jari-jari kaki dan dorong tangan kanan ke arah atas kaki dengan usapan yang tak terputus. Gambar 11. Masase kaki pada hipertensi (Sumber : Putra, 2013) g. Referensi Cassar, M.P. (2004). Hand book of clinical massage .(2nded). London: Elsevier Churchill livingstone. Cha,J.H.,Lee,S.H.,Yoo,Y.S.(2010). Effect of aromatherapy on changes in the autonomic nervous system, aortic pulse wave velocity and aortic augmentation index in patients with essential hypertention. Journal of Korean Academy Nursing, 40 (5):705. Martin, Inggrid. (2007). Aromatherapy for massage practitioners. Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins. Diakses dari www.ebooksgoogle.com, diperoleh 6 Desember 2015. Moyer, Rounds & Hannum.(2004). A Meta-Analysis of Massage Therapy Research.Psychological Bulletin, 130(1),3-18. Price,S.,Price,L. (2007). Aromatherapy for health profesionals. (3rded). USA: Elsevier. diakses dari www.ebooksgoogle.com, diperoleh 6 Desember 2015. SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 111 Lampiran 8 KUESIONER DATA DEMOGRAFI RESPONDEN PENELITIAN No. Kode responden (diisi oleh peneliti) Judul penelitian “Pengaruh Masase Ekstremitas Bawah Dengan Minyak Esensial Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di UPTD Griya Werdha Surabaya” Isilah atau berilah tanda ( √ ) pada kolom yang tersedia sesuai jawaban Bapak/Ibu. :……………….. tahun 1. Usia 2. Jenis kelamin: [ ] Perempuan [ ] Laki-laki 3. Bapak / ibu pernah merokok? [ ] Ya, lamanya: …………. Jumlah/hari: ………… batang [ ] Tidak 4. 5. Pendidikan: [ ] Tidak sekolah [ ] SMP [ ] SD [ ] SMA [ ] Pendidikan tinggi Jenis obat yang dikonsumsi: Sebutkan …………………................................................. 6. Lama menderita hipertensi: ……………..…………………… 7. Jenis olahraga apa yang sampai sekarang masih anda lakukan? Sebutkan……………………………………….................... Berapa lama setiap kali olahraga? ..................... menit/jam Berapa kali dalam seminggu? ……..... kali, teratur/tidak teratur 8. Apakah anda menyukai makanan dengan rasa asin? [ ] Ya, apakah disetiap makanan harus terasa asin? Jelaskan ........................ [ ] Tidak SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 112 Lampiran 9 LEMBAR OBSERVASI TEKANAN DARAH Hari 1 (Pre Massage) 180/100 170/100 170/90 160/100 160/90 160/80 160/80 160/70 150/70 150/80 150/90 140/80 140/70 SKRIPSI Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 170/90 170/100 170/90 160/100 160/80 160/80 160/70 160/70 150/70 150/80 150/80 140/80 140/70 170/90 160/90 160/90 150/90 150/80 150/80 150/60 150/70 150/70 150/80 140/80 140/80 130/70 170/90 170/90 150/90 150/80 150/80 150/80 150/60 150/70 150/80 150/80 140/80 140/80 130/70 170/90 160/90 150/90 150/80 150/80 150/80 150/60 140/70 150/80 140/80 140/80 130/70 130/70 170/90 160/90 150/90 140/80 140/80 140/80 150/60 140/60 140/70 130/70 130/80 130/70 120/80 PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH Hari 7 (Post Massage) 160/90 150/90 140/90 140/80 130/80 140/80 150/60 130/60 130/70 120/70 120/80 110/70 110/70 FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 113 Lampiran 10 Descriptives Kelompok Statistic Mean 157,69 95% Confidence Interval for Lower Bound 150,65 Mean Upper Bound 164,74 5% Trimmed Mean 157,44 Median 160,00 Variance Pre Std. Deviation 11,658 Minimum 140 Maximum 180 Range 40 Interquartile Range 15 Kurtosis Mean ,152 ,616 -,193 1,191 133,08 4,294 95% Confidence Interval for Lower Bound 123,72 Mean Upper Bound 142,43 5% Trimmed Mean 132,86 Median 130,00 Variance Post 3,233 135,897 Skewness Sistole Std. Error 239,744 Std. Deviation 15,484 Minimum 110 Maximum 160 Range 50 Interquartile Range 25 Skewness Kurtosis ,028 ,616 -,755 1,191 Descriptives Kelompok Diastole SKRIPSI Pre Statistic Mean 95% Confidence Interval for 84,6154 Lower Bound PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH Std. Error 3,12463 77,8074 FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 114 Mean Upper Bound 91,4234 5% Trimmed Mean 84,5726 Median 80,0000 Variance 126,923 Std. Deviation 11,26601 Minimum 70,00 Maximum 100,00 Range 30,00 Interquartile Range 20,00 Skewness ,112 ,616 -1,280 1,191 76,1538 2,89528 Kurtosis Mean Post 95% Confidence Interval for Lower Bound 69,8456 Mean Upper Bound 82,4621 5% Trimmed Mean 76,2821 Median 80,0000 Variance 108,974 Std. Deviation 10,43908 Minimum 60,00 Maximum 90,00 Range 30,00 Interquartile Range 15,00 Skewness -,101 ,616 Kurtosis -,989 1,191 Tests of Normality Kelompok Kolmogorov-Smirnov Statistic Sistole df a Shapiro-Wilk Sig. Statistic df Sig. Pre ,194 13 ,195 ,935 13 ,390 Post ,134 13 ,200 * ,954 13 ,656 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 115 Tests of Normality Kelompok Kolmogorov-Smirnova Statistic Diastole Pre Post ,197 ,184 df Shapiro-Wilk Sig. Statistic df Sig. 13 ,175 ,881 13 ,073 13 * ,896 13 ,116 ,200 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction SKRIPSI PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 116 Lampiran 11 Paired Samples Statistics Mean Pair 1 N Std. Deviation Std. Error Mean Sistolik Sebelum 157,69 13 11,658 3,233 Sistolik Sesudah 133,08 13 15,484 4,294 Paired Samples Correlations N Pair 1 Sistolik Sebelum & Sistolik Correlation 13 Sig. ,920 ,000 Sesudah Paired Samples Statistics Mean Pair 1 N Std. Deviation Std. Error Mean Diastolik Sebelum 84,62 13 11,266 3,125 Diastolik Sesudah 76,15 13 10,439 2,895 Paired Samples Correlations N Pair 1 SKRIPSI Diastolik Sebelum & Diastolik Correlation 13 ,801 Sig. ,001 Sesudah PENGARUH MASASE EKSTRIMITAS BAWAH FATIH HARIS MAULANA