Academia.eduAcademia.edu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Biaya (Cost

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Biaya (Cost) Pengertian Biaya (Cost) Biaya merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan. Tanpa informasi biaya, maka perusahaan tidak dapat menentukan apakah kegiatan usaha yang dijalankannya menghasilkan laba atau hasil usaha yang perusahaan tersebut inginkan. Tanpa informasi biaya pula, perusahaan tidak memiliki dasar untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi yang akan digunakan untuk aktivitas bisnisnya pada periode selanjutnya. Hansen dan Mowen (2006:40) mendefinisikan : “Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi”. 7 Dikatakan sebagai ekuivalen kas karena sumber nonkas dapat ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan. Sebagai contoh, menukar peralatan dengan bahan yang digunakan untuk produksi. Dalam usaha menghasilkan manfaat saat ini dan di masa depan, manajemen suatu organisasi harus melakukan berbagai usaha untuk meminimumkan biaya yang dibutuhkan dalam mencapai keuntungan tertentu. Mengurangi biaya yang dibutuhkan untuk mencapai manfaat tertentu memiliki arti bahwa perusahaan menjadi lebih efisien. Biaya tidak harus ditekan, tetapi juga harus dikelola secara strategis. Menurut Rayburn, (2007:4), definisi Biaya Yaitu : “Biaya (cost) adalah mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk suatu produk, biaya menunjukkan ukuran moneter sumber daya yang digunakan, seperti bahan, tenaga kerja, dan overhead”. Sedangkan definisi Biaya Sedangkan menurut Supriyono, (2007:27), yaitu : “Biaya adalah harga perolehan yang digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan”. Dalam definisi biaya di atas ada empat unsur pokok yaitu : Biaya adalah sumber ekonomi Biaya diukur di dalam satuan uang Pengorbanan untuk tujuan tertentu Yang telah terjadi secara potensial akan terjadi Dari beberapa pendapat para ahli diatas, Dapat disimpulkan bahwa biaya adalah suatu yang dikorbankan atau dikeluarkan untuk dapat memenuhi kebutuhan entah itu berupa barang atau jasa untuk tujuan tertentu dan pengorbanan tersebut dapat diukur dalam satuan uang. Klasifikasi Biaya (Cost) Klasifikasi biaya merupakan proses pengelompokkan biaya atas keseluruhan elemen-elemen. Pengklasifikasian biaya tergantung pada jenis dan kebutuhan manajemen perusahaan. Klasifikasi biaya sangat diperlukan untuk mengembangkan data biaya yang dapat membantu pihak manajemen dalam mencapai tujuannya. Untuk tujuan perhitungan biaya produk dan jasa, biaya dapat diklasifikasikan menurut tujuan khusus atau fungsi-fungsi. Klasifikasi atau penggolongan adalah proses mengelompokkan secara sistematis atas keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk memberikan informasi yang lebih mempunyai arti atau lebih penting. Menurut Bustami dan Nurlela, (2007:9), klasifikasi biaya atau penggolongan biaya adalah : “Suatu proses pengelompokan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen biaya yang ada kedalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan penting”. Menurut Wiyasha, (2010:195), klasifikasi biaya yang umum digunakan adalah biaya dalam hubungan dengan : Biaya dalam Hubungan dengan Identifikasi Produk Biaya bila dihubungkan dengan bisa tidaknya diidentifikasikan dengan produk yang dihasilkan dapat diklasifikasikan menjadi biaya langsung (Direct Cost) dan biaya tidak langsung (Indirect Cost). Biaya Langsung (Direct Cost). Biaya langsung merupakan biaya yang dapat di identifikasikan langsung dengan produk yang dihasilkan. Contoh yang paling jelas adalah harga pokok makanan. Harga pokok makanan dapat diidentifikasikan langsung dengan produk makanan yang dihasilkan. Bila tidak ada produk yang dihasilkan maka tidak akan terjadi harga pokok makanan. Dalam hal ini, biaya yang terdapat pada hotel adalah biaya operasional langsung. Dalam Wiyasha (2010:44). Biaya yang termasuk dalam biaya operasional langsung adalah sebagai berikut: Biaya gaji Merupakan kelompok biaya yang terdiri dari gaji pokok, service charge, upah lembur, dan tunjangan lain untuk karyawan. Biaya laundry Pengeluaran biaya yang berhubungan dengan proses laundry dan linen rooms terhadap perlengkapan kamar yang terpakai. Biaya House Keeping dan Food Beverage Biaya yang dikeluarkan untuk menunjang ketersediaan kamar siap pakai yang meliputi biaya perlengkapan. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) Biaya tidak langsung merupakan biaya yang tidak dapat di identifikasikan langsung dengan produk yang dihasilkan. Dalam Wiyasha (2010:44), biaya-biaya yang termasuk dalam biaya operasional tidak langsung yang biasanya ada dalam perusahan-perusahaan antara lain : Biaya Administrasi dan Umum Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan operasi administrasi perusahaan seperti peralatan kantor, stationary, pembelian dan pemeliharaan program atau sistem dan lainnya. Biaya Depresiasi Biaya yang dikeluarkan atas penggunaan fixed asset seperti gedung, kendaraan, inventaris. Biaya antar Departemen Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan antar departemen seperti biaya seragam karyawan,makan siang karyawan. Biaya Penjualan Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan penjualan kamar seperti biaya promosi, komisi. Biaya Engineering dan Maintenance Biaya yang dikeluarkan untuk menunjang kegiatan hotel yang berhubungan dengan pengadaan energi listrik, perbaikan hotel dan lain sebagainya. Biaya Air Biaya yang dikeluarkan untuk aktifitas perhotelan dan fasilitas hotel seperti kolam renang, kamar mandi dan lain sebagainya. Biaya dalam Hubungan dengan biaya pabrikasi (manufacturing) Klasifikasi biaya pada perusahaan pabrikasi (manufacturing) melibatkan perubahan bahan baku menjadi produk jadi melalui usaha tenaga kerja dan pemakaian perlengkapan produksi. Pada umumnya biaya pabrikasi (manufacturing) dibagi menjadi tiga komponen, yaitu : Bahan Baku Langsung, Adalah bahan yang dapat di telusuri ke barang atau jasa yang sedang diproduksi. Biaya bahan langsung ini dapat dibebankan ke produk karena pengamatan fisik dapat digunakan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi oleh setiap produk. Bahan yang menjadi bagian produk berwujud atau bahan yang digunakan dalam penyediaan jasa pada umumnya diklasifikasikan sebagai bahan langsung. Tenaga Kerja Langsung Adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau jasa yang sedang diproduksi. Seperti halnya bahan langsung, pengamatan fisik dapat digunakan dalam mengukur kuantitas karyawan yang digunakan dalam memproduksi suatu produk dan jasa. Karyawan yang mengubah bahan baku menjadi produk atau menyediakan jasa kepada pelanggan diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung. Overhead Pabrikasi Semua biaya produksi selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung dikelompokkan kedalam kategori biaya overhead. Kategori biaya overhead memuat berbagai item yang luas. Banyak input selain dari bahan langsung dan tenaga kerja langsung diperlukan untuk membuat produk. Harga Pokok Produksi Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi dapat digunakan oleh perusahaan untuk melihat apakah produksi memberikan laba yang optimal. Harga pokok produksi dibentuk dari biaya produksi, yang selanjutnya digunakan perusahaan untuk menentukan harga jual produknya. Supriyono (2007:47), menyatakan harga perolehan atau harga pokok adalah : Jumlah yang dapat diukur dalam satuan uang dalam bentuk : kas yang dibayarkan, atau nilai aktiva lainnya yang diserahkan atau dikorbankan, atau nilai jasa yang diserahkan atau dikorbankan, atau hutang yang timbul, atau tambahan modal dalam rangka pemilikan barang dan jasa yang diperlukan perusahaan baik pada masa lalu maupun pada masa yang datang (harga perolehan yang akan terjadi). Menurut Mulyadi (2012:37), harga pokok produksi atau yang disebut dengan harga pokok adalah : Pengorbanan ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk memperoleh penghasilan. Menurut Hansen dan Mowen (2006:23), harga pokok produksi adalah : Total harga pokok produk, yaitu bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead yang terkait produk, yang diselesaikan selama periode berjalan. Dari pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa harga pokok produksi merupakan semua biaya-biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang atau jasa yang dinyatakan dalam satuan uang. Tujuan Penentuan Harga Pokok Produksi Adapun tujuan penentuan harga pokok produksi yaitu : Harga Pokok Sebagai Penetapan Harga Jual Harga pokok merupakan hal penting yang perlu diketahui oleh perusahaan karena harga pokok dapat memberikan pengaruh terhadap penentuan harga jual produk tertentu. Harga Pokok Sebagai Dasar Penetapan Laba Apabila perusahaan telah membuat perhitungan harga pokok maka perusahaan dapat menetapkan laba yang diharapkan yang akan mempengaruhi tingkat harga jual suatu produk tertentu. Harga Pokok Sebagai Dasar Penilaian Efisiensi Harga pokok dapat dijadikan dasar untuk mengontrol pemakaian bahan, upah dan biaya produksi tidak langsung. Harga Pokok Sebagai Dasar Pengambilan Berbagai Keputusan Manajemen Harga pokok merupakan suatu pedoman penting sekaligus sebagai suatu dasar untuk pengambilan keputusan khususnya perusahaan, misalnya: Menetapkan perubahan harga penjualan. Menetapkan penyesuaian proses produksi. Menetapkan strategi persaingan di pasaran luas. Merencanakan ekspansi perusahaan. Pengambilan keputusan-keputusan khusus manajemen, seperti apakah akan membeli atau membuat sendiri suatu suku cadang, apakah menerima suatu pesanan khusus dengan harga khusus atau tidak. Penentuan harga pokok produksi bertujuan untuk mengetahui berapa besarnya biaya yang dikorbankan dalam hubungannya dengan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi yang siap untuk dipakai dan dijual. Penentuan harga pokok produksi sangat penting dalam suatu perusahaan, karena merupakan salah satu elemen yang dapat digunakan sebagai pedoman dan sumber informasi bagi pimpinan untuk mengambil keputusan. Unsur - Unsur Harga Pokok Produksi Menurut Carter (2009:40), unsur-unsur harga pokok produksi meliputi : Biaya bahan baku langsung (Direct Material Cost) adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk. Biaya tenaga kerja langsung (Direct Labor Cost) adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu. Biaya overhead pabrik (factory overhead) disebut juga overhead manufacture, beban manufaktur atau beban pabrik, terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu. Akuntansi Biaya Konvensional (Tradisional) Pengertian Akuntansi Biaya Konvensional (Tradisional) Pada sistem akuntansi biaya konvensional, biasanya seluruh biaya tidak langsung akan dikumpulkan dalam satu pengelompokan biaya (cost pool), kemudian seluruh total biaya tersebut dialokasikan dengan satu dasar pengalokasian (cost allocation based) kepada suatu objek biaya. Pemilihan dasar pengalokasian biasanya berdasarkan hubungan sebab akibat yang paling mewakili sebagian besar biaya tidak langsung. Menurut Rudianto (2013:41), sistem akuntansi biaya Konvensional menggunakan pemicu biaya berdasarkan unit-level activity drivers. Penggerak biaya yang berkaitan dengan volume digunakan untuk membebankan biaya overhead dari pusat biaya ke produk. Dasar alokasi dapat berupa tenaga kerja langsung, material, waktu pemrosesan atau unit yang diproduksi. Pembebanan overhead pada metode tradisional dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : Tarif Pabrik Menyeluruh Pembebanan overhead ke produk secara tradisional dapat menggunakan tarif pabrik menyeluruh. Dengan menggunakan tarif ini, biaya overhead pertama sekali diakumulasi dalam kelompok besar pabrik secara menyeluruh. Tarif Departemental Dasar pemikiran tarif departemental ini adalah untuk menghindari pembebanan rata-rata seperti yang digunakan pada tarif pabrik menyeluruh. Tarif departemental berasumsi bahwa beberapa departemen mungkin lebih intensif apabila overhead dibandingkan dengan yang lain, sehingga produk yang menghabiskan waktu lebih banyak pada departemen akan dibebankan overhead yang lebih besar dari yang menghabiskan waktu yang lebih sedikit. Pengguna sistem akuntansi biaya konvensional menyadari kecenderungan distorsi pada data biaya yang dihasilkan dari sebuah sistem perhitungan biaya seringkali berusaha untuk membuat penyesuaian dengan menggunakan intuisi dan cenderung kurang tepat atas informasi biaya tanpa memahami dampak keseluruhannya, sehingga mendistorsi informasi biaya. Informasi biaya yang tidak akurat dapat mengarah pada hasil-hasil strategis yang tidak diinginkan, seperti keputusan lini produk yang salah, penetapan harga yang tidak realistis, dan alokasi sumber daya yang tidak efektif. Kelebihan dan Kelemahan Akuntansi Biaya Tradisional Kelebihan Akuntansi Biaya Tradisional Menurut Rudianto (2013:35), kelebihan sistem biaya tradisional adalah: Mudah diterapkan Sistem biaya tradisional tidak memakai banyak cost driver dalam mengalokasikan biaya overhead sehingga hal ini memudahkan bagi manajer untuk melakukan perhitungan. Mudah diaudit. Karena jumlah cost driver yang digunakan sedikit, maka biaya overhead dialokasikan berdasarkan volume based measure sehingga akan lebih memudahkan auditor dalam proses audit. Kelemahan Akuntansi Biaya Tradisional Menurut Rudianto (2013:35), kelemahan sistem biaya tradisional adalah: Sistem akuntansi biaya tradisional menekankan pada tujuan penentuan harga pokok produk yang dijual. Akibatnya, sistem ini hanya menyediakan informasi yang relatif sangat sedikit untuk mencapai keunggulan dalam persaingan global. Berkaitan dengan biaya overhead, sistem akuntansi biaya tradisional terlalu memusatkan pada distribusi dan alokasi biaya overhead ketimbang berusaha keras mengurangi pemborosan dengan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab akibat biaya karena sering kali beranggapan bahwa biaya ditimbulkan oleh faktor tunggal, seperti volume produk atau jam kerja langsung. Sistem akuntansi biaya tradisional sering kali menghasilkan informasi biaya yang terdistorsi sehingga mengakibatkan pembuatan keputusan yang justru menimbulkan konflik dengan keunggulan perusahaan. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan biaya langsung dan tidak langsung serta biaya tetap dan biaya variabel hanya berdasarkan faktor penyebab tunggal, yaitu volume produk. Sistem akuntansi biaya tradisional kurang menekankan pentingnya daur hidup produk. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan suatu perusahaan ke dalam pusat pertanggung jawaban yang kaku dan terlalu menekankan kinerja jangka pendek. Sistem akuntansi biaya tradisional memusatkan perhatian pada perhitungan selisih biaya pusat-pusat pertanggung jawaban dalam suatu perusahaan dengan menggunakan standar tertentu. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak banyak memerlukan alat-alat dan tekhnik-tekhnik yang canggih dalam system informasi, dibandingkan pada lingkungan tekhnologi maju. Activity Based Costing ( ABC) Pengertian Activity Based Costing (ABC) Sistem ABC mengasumsikan bahwa sumber daya pendudukung dan tidak langsung mempunyai kemampuan untuk menjalankan aktivitas-aktivitas, bukan hanya sebagai pengumpul biaya yang nantinya harus dialokasikan ke produk seperti yang dilakukan sistem tradisional. Asumsi lain dalam sistem ABC adalah aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya, dan produk sebagai hasil akhir dari mengkonsumsi aktivitas tersebut. Activity Based Costing (ABC) Sistem ini merupakan hal yang baru sehingga konsepnya masih terus berkembang, sehingga ada berbagai definisi yang menjelaskan tentang Activity Based Costing Sistem, antara lain : Menurut Mulyadi (2012:53), Activity Based Costing (ABC) Adalah : Sistem informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain untuk memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka panjang melalui pengelolaan aktivitas. Menurut Hansen dan Mowen (2006 :321), Activity Based Costing (ABC) adalah : Suatu sistem kalkulasi biaya yang pertama kali menelusuri biaya ke aktivitas kemudian ke produk. Menurut Carter (2009:41), Activity Based Costing adalah : Suatu sistem perhitungan biaya di mana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang mencakup satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume (non-volume-related factor). Dari definisi-definisi tersebut peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa Activity Based Costing (ABC) Sistem merupakan suatu metode mengenai sistem perencanaan biaya yang dikembangkan untuk mengantisipasi kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam sistem akuntansi biaya konvensional. ABC System memudahkan perhitungan harga pokok objek biaya yang akurat sehingga mengurangi distorsi pada sistem biaya konvensional dan meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan pihak manajemen. Klasifikasi Aktivitas Dalam Activity Based Costing dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead disebut penggerak atau pemicu biaya (cost driver). Pemicu aktivitas (activity driver) adalah suatu dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu aktivitas ke produk, pelanggan atau objek biaya lainnya. Terdapat 4 tingkatan aktivitas pada metode Activity Based Costing yaitu : Tingkat Unit (Unit Level) Adalah biaya yang akan meningkat ketika suatu unit diproduksi. Biaya ini merupakan biaya yang dapat dengan akurat dibebankan secara proporsional terhadap volume. Tingkat Batch (Batch Level) Adalah biaya yang disebabkan oleh jumlah batch yang diproduksi dan dijual. Besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang diproduksi. Contoh dari biaya tingkat batch mencakup biaya persiapan dan sebagian besar dan sebagian besar dari biaya penanganan bahan baku. Jika bahan baku dipesan dari pemasok untuk batch tertentu, maka sebagian besar dari biaya pembelian, penerimaan merupakan biaya tingkat batch. Tingkat Produk (Product Level) Adalah aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai produk atau jasa yang diproduksi atau dihasilkan oleh suatu perusahaan. Aktivitas ini mengkonsumsi masukan untuk mengembangkan produk atau memungkinkan produk diproduksi atau dijual. Aktivitas ini dapat diketahui pada produk yang dihasilkan. Biaya tersebut tidak harus dipengaruhi oleh produksi dan penjualan dari suatu batch atau satu unit. Contohnya biaya desain produk, biaya pengembangan produk, biaya teknik produksi. Tingkat Fasilitas (Facility Level) Adalah aktivitas penopang, meliputi aktivitas untuk menopang proses yang secara umum diperlukan untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas secara bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda. Contonya biaya tingkat fasilitas mencakup sewa, penyusutan, pajak, pemeliharaan bangunan, keamanan. Kelebihan dan Kekurangan Activity Based Costing (ABC). Kelebihan Activity Based Costing (ABC). Kelebihan sistem Activity Based Costing membantu mengurangi distorsi yang disebabkan alokasi biaya tradisional. Sistem ini memberikan gambaran yang jernih tentang bagaimana bauran dari beraneka ragam produk, jasa, dan aktivitas memberikan kontribusi kepada laba usaha dalam jangka panjang. Menurut Blocher (2007:212), mengemukakan kelebihan dari metode Activity Based Costing, yaitu : Pengukuran profitabilitas yang lebih baik, karena metode Activity Based Costing (ABC) menyajikan informasi yang lebih akurat dan informatif. Pengambilan keputusan yang lebih baik, karena metode Activity Based Costing (ABC) menyajikan perhitungan yang lebih akurat mengenai biaya yang dipicu oleh aktivitas. Perbaikan proses, metode Activity Based Costing (ABC) menyediakan informasi untuk mengidentifikasi bidang-bidang dimana perbaikan proses dibutuhkan. Estimasi biaya. Meningkatkan biaya produk yang mengarah pada estimasi biaya pesanan yang lebih baik untuk keputusan penetapan harga, anggaran dan perencanaan. Biaya dari kapasitas yang tidak digunakan. Metode Activity Based Costing (ABC) menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengidentifikasi biaya dari kapasitas yang tidak digunakan dan mempertahankan akuntansi secara terpisah untuk biaya tersebut. Kekurangan Activity Based Costing (ABC). Menggunakan sistem Activity Based Costing dalam perhitungan harga pokok produk juga mempunyai kekurangan yang antara lain adalah: Implementasi sistem Activity Based Costing ini belum dikenal dengan baik, sehingga prosentase penolakan terhadap sistem ini cukup besar. Banyak dan sulitnya mendapat data yang dibutuhkan untuk menerapkan sistem Activity Based Costing. Masalah joint cost yang dihadapi sistem konvensional juga tidak dapat teratasi dengan sistem ini. Sistem Activity Based Costing melaporkan biaya dengan cara pembebanan untuk suatu periode penuh dan tidak mempertimbangkan untuk mengamortisasi longterm payback expense. Konsep Dasar dan Syarat Penerapan Metode Activity Based Costing (ABC). Sistem Activity Based Costing (ABC) mengasumsikan bahwa aktivitas-aktivitaslah, yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya produk. Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Penentuan harga pokok dengan menggunakan sistem Activity Based Costing (ABC) mensyaratkan tiga hal: Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi Sistem Activity Based Costing (ABC) mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa macam produk atau lini produk yang diproses dengan menggunakan fasilitas yang sama. Tingkat persaingan industri yang tinggi Yaitu terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis. Dalam persaingan antar perusahaan yang sejenis tersebut maka perusahaan akan semakin meningkatkan persaingan untuk memperbesar pasarnya. Biaya pengukuran yang rendah Yaitu bahwa biaya yang digunakan sistem Activity Based Costing (ABC) untuk menghasilkan informasi biaya yang akurat harus lebih rendah dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh. Perbedaan Antara Metode Tradisional dengan Metode Activity Based Costing. Menurut Carter (2009:532), perbedaan antara system akuntansi tradisional dengan sistem Activity Based Costing (ABC) adalah,: Sistem biaya Activity Based Costing (ABC) menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemicu biaya (cost driver) dalam penentuan biaya overhead dari setiap produk. Sedangkan sistem biaya tradisional mengalokasikan biaya overhead berdasarkan satu atau dua basis alokasi yang non representatif. Sistem biaya activity based costing menggunakan tempat penampungan biaya overhead yang cenderung lebih banyak, sementara sistem biaya tradisional hanya menggunakan satu atau dua tempat penampungan saja. Sistem penghitungan secara Activity Based Costing (ABC) merupakan system penghitungan biaya dua tahap, sementara sistem tradisional bisa merupakan system penghitungan satu atau dua tahap. Menurut Rudianto (2013:164), Perbedaan antara metode tradisional dengan metode Activity Based Costing (ABC) dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 1. Perbedaaan antara metode tradisional dengan Activity Based Costing (ABC). Perbedaan Metode Tradisional Costing Metode Activity Based Costing Tujuan Tingkat Persediaan Pembebanan Biaya Produksi Lingkup Tahap Produksi Tahap Desain,Produksi, Pengembangan Fokus Biaya Bahan Baku, Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Periode Periode Akuntansi Daur Hidup Produk Teknologi Yang Digunakan Manual Komputerisasi Sumber : Rudianto (2013:164) 19