MUATAN INTAN SHIPWRECK ABAD KE-10:
VARIABILITAS DAN KRONOLOGI
Naniek Harkantiningsih
Pusat Arkeologi Nasional, Jl. Condet Pejaten No. 4, Jakarta Selatan 12510
naniek_hw@yahoo.com
Abstrak. Dalam dua dasawarsa ini, banyak penemuan kapal karam dengan berbagai jenis muatannya
di perairan Nusantara. Sebagian besar peninggalan kapal karam tersebut ditemukan di perairan
Nusantara bagian barat (perairan Sumatra-Jawa). Ini suatu kenyataan, bahwa perairan laut Nusantara
memiliki tinggalan kapal karam yang sangat banyak. Salah satu kapal karam yang ditemukan, ialah
Intan Shipwreck. Artikel ini akan membahas variabilitas dan kronologi muatan kapal karam yang
telah dieksplorasi pada tahun 1997. Kemudian hasil identiikasi muatan kapal itu, dibandingkan
dengan tinggalan arkeologi yang ditemukan dari hasil penelitian di situs-situs arkeologi. Sebagian
besar muatan kapal karam ini, dapat dipastikan sebagai barang komoditi yang akan didistribusikan ke
negara konsumen. Pola persebaran dan persamaan muatan kapal karam di situs arkeologi memperkuat
adanya jaringan pelayaran dan perniagaan, baik jarak jauh maupun jarak dekat, dalam konteks
jamannya.
Kata kunci: Keramik, Kapal Karam, Muatan, Pelayaran, Perniagaan.
Abstract. Intan Shipwreck Cargo from 10th Century CE: Variability and Chronology. In the past
two decades, many shipwreck have been discover with various types of cargo in the Archipelago
waters. Most shipwreck relics were found in the western part of the Archipelago waters (SumatraJava). It is a fact, that the Archipelago waters have very much shipwreck remains. One of the
shipwreck found, is Intan Shipwreck. This article will discuss the variability and chronology of Intan
is cargo, that was explored in 1997. Then the identiication of the shipwreck cargo, compared with
the archaeological remains discovered from the research. Most of the shipwreck cargo, it can be
conirmed as a commodity item that will be distributed to the consumer. The pattern of distribution
and equation shipwreck cargo at archaeological sites, strengthen the networking of shipping and
commerce, both long distance and short distance, in the context of its time. Hence, through this
discussion, it makes it possible to view the archipelago in the past in a broader perspective, such as
in the form of networking.
Keywords: Ceramics, Shipwreck, Cargo, Shipping, Commerce.
1.
Pendahuluan
Dari eksplorasi yang dilakukan pada
tahun 1997 di perairan Laut Jawa, terhadap Intan
Shipwreck1, diperoleh kurang lebih 7300 keramik
dan lebih dari 6000 barang lainnya. Sebagian
besar barang-barang itu berupa keramik yang
berasal dari Cina abad ke-10 (Flecker, 2002).
1 Untuk sementara kapal karam ini disebut sebagai Intan Wreck,
karena kapal ini tenggelam dan ditemukan di dekat dengan
Intan Oil Field: tempat atau nama pengeboran minyak (Flecker,
2002).
Keberadaan komoditi ini, tentu berhubungan
dengan perniagaan jarak jauh, dalam kasus
tersebut jaringan yang dilakukan melalui jalur
laut. Dalam kenyataannya perairan itu merupakan
jalur lalu lintas pelayaran dan perniagaan
laut yang menghubungkan Asia-India-Timur
Tengah, dan singgah di Nusantara. Anggapan itu
diperkuat oleh banyaknya temuan kapal karam
dengan berbagai muatannya di perairan ini,
yaitu Belitung Shipwreck dengan Tang Cargo
Naskah diterima tanggal 5 Juli 2013 dan disetujui tanggal 9 September 2013.
81
AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 31 No. 2, Desember 2013 : 81-150
itu, perdagangan rempah-rempah
merupakan aktivitas komersial,
melibatkan barang dagangan seperti:
merica, cengkeh, kayu manis, dan
pala. Wilayah Nusantara, tidak
diragukan merupakan salah satu
sumber rempah-rempah serta hasil
bumi lainnya; sebagaimana jaringan
yang dikenal dengan spice trade. Oleh
karena itu, banyak kapal-kapal dagang
yang menuju dan singgah di Nusantara
sebelum menuju ke pelabuhan lainnya,
baik di India maupun Timur Tengah,
atau sebaliknya. Dalam proses itu,
boleh jadi barang-barang tersebut
berpindah dari satu kapal ke
kapal lainnya, dalam perjalanan
pelayaran dan niaganya, tetapi
ada juga yang dalam perjalanan
niaganya mengalami bencana dan
tenggelam. Itulah sebabnya banyak
Peta 1. Lokasi Intan Shipwreck di jalur Perairan Sumatra-Jawa (Sumber
persamaan kualitas dan kronologi
Flecker, 2002).
muatan barang komoditi antarkapal
(Krahl, 2010); Cirebon Shipwreck dengan Yue karam, yang ditemukan (Harkantiningsih,
Ware (Harkantiningsih, 2010; Harkantiningsih 2010). Barang-barang komoditi dalam muatan
et al., 2010); Java Shipwreck dengan Longquan kapal sebagian besar adalah keramik.
Masalah yang akan dibahas dalam
ware atau barang-barang hijau seladon (Mathers,
W and Flecker M, 1997); muatan kapal karam artikel ini adalah: komoditi apa saja yang
Karang Cina, dengan keramik dari Cina Selatan diangkut dalam kapal karam itu? bagaimana
terutama seladon hijau, serta kapal karam di tipologi-stylistik serta kronologi keramik
Pulau Buaya, dengan sebagian besar keramiknya yang menjadi salah satu muatan terbanyak
berasal dari masa Song-Yuan (Ridho dan dibandingkan dengan jenis komoditi lainnya?,
apakah ada persamaan keramik yang ditemukan
Edwards, 1998).
Kapal-kapal dagang tersebut awalnya dari penelitian arkeologi dengan keramik
melakukan pelayaran dari pelabuhan negara yang terdapat dalam muatan kapal karam?
asal. Bisa jadi dalam perjalanannya singgah Pertanyaan-pertanyaan itu akan dicoba diperoleh
di salah satu pelabuhan lain, sebelum sampai jawabannya melalui pembahasan ini. Identiikasi
di pelabuhan negara yang dituju. Di pelabuhan muatan kapal karam dan analisis keramik,
yang disinggahi, para pelaut menurunkan diharapkan dapat melengkapi sejarah pelayaran
barang-barang komoditi yang dibawanya dan perniagaan jarak jauh hubungannya dengan
dan menaikkan barang-barang komoditi kawasan benua lainnya, serta perniagaan jarak
dari pelabuhan singgah tersebut. Kemudian dekat antarsitus pelabuhan, berdasarkan pola
mereka melanjutkan pelayarannya menuju, persebaran dan persamaan muatan kapal karam
melalui, atau singgah di Nusantara. Pada masa yang ditemukan.
82
Naniek Harkantiningsih, Muatan Intan Shipwreck Abad Ke-10: Variabilitas dan Kronologi.
2.
Kapal Karam Dalam Konteks Jaringan
Niaga
Penemuan beberapa kapal karam di
perairan Nusantara, dalam 20 tahun terakhir ini,
melengkapi gambaran tentang situasi pelayaran
dan perniagaan di perairan Asia-India-Timur
Tengah, mulai lebih jelas. Tidak diragukan,
bahwa kapal karam yang ditemukan adalah
kapal dagang. Indikasi itu begitu jelas, tampak
dari ragam barang komoditi yang dimuatnya,
variabilitas dan kualitas barang yang sebagian
besar memiliki bahan dan jenis yang sama
serta berjumlah banyak. Ribuan barang-barang
berasal dari Cina mewakili produk yang dibuat
pada abad ke-10an. Komoditi ini, memberikan
bukti lebih kongkret tentang rangkaian proses
pendistribusian barang dari tempat pembuatan
(produsen) ke konsumen. Juga diketahui
variabilitas dan kronologi barang-barang
komoditi itu, sehingga diperoleh kepastian
variasi barang apa saja yang diperdagangkan,
pola persebarannya, serta kronologinya, tidak
hanya sesama komoditi keramik, tetapi juga
dengan barang komoditi lainnya.
Barang-barang
komoditi,
diangkut
dari pusat produksinya, kemudian dibawa
ke pelabuhan, untuk selanjutnya dikapalkan.
Kapal tersebut berlayar selama beberapa waktu,
menuju pelabuhan konsumen ataupun pelabuhan
transit, antara lain Nusantara ataupun negara
lainnya yang juga melalui Nusantara. Oleh
karena itu, bukti-bukti persebaran kapal karam di
perairan Nusantara, merupakan data primer yang
dapat menunjukkan berlangsungnya pelayaran
dan perniagaan. Demikian pula, dengan
penemuan barang-barang dalam kapal karam,
mengindikasikan betapa jauhnya perjalanan
barang komoditi waktu itu, dari negara produsen
ke negara konsumen ataupun pelabuhan singgah.
Juga ditemukan bukti-bukti adanya sisa-sisa
aktivitas yang dilakukan di dalam kapal, selama
menempuh perjalanan pelayaran itu, misalnya
beberapa tembikar berjelaga hitam dan beberapa
tungku yang biasa digunakan di dalam perahu
(Wibisono, 2005). Jalur-jalur laut sudah demikian
intensif digunakan, menghubungkan pelabuhan
satu dengan lainnya di sepanjang perjalanan.
Tidak mudah memastikan apakah kapal-kapal
melayari seluruh wilayah atau hanya sebagian
dari jaringan pelayaran?.
Nusantara memasuki abad ke-8-9 sudah
menjadi daerah lintasan kapal-kapal niaga antara
Asia Timur atau Cina dengan Asia Barat dari India
sampai Timur Tengah. Pada fase itu, Cina mulai
Peta 2. Jalur pelayaran dan perniagaan melalui Perairan Nusantara (Sumber Harkantiningsih et al., 2010).
83
AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 31 No. 2, Desember 2013 : 81-150
mengenal dan membuka jaringan niaga dengan
negeri-negeri laut selatan yang dijuluki Nanhai,
termasuk Nusantara. Jalur inilah yang disebut
sebagai silk road kedua, yang menghubungkan
Cina sampai ke pelabuhan di India dan Timur
Tengah (Feng Xiaming, 1981). Oleh karena itu,
penemuan shipwrecks di perairan Selat MalakaSumatra-Jawa, memastikan jalur ini terhubung
dalam jaringan perniagaan jarak jauh.
Catatan lain yang diamati dari barang
muatan shipwreck ini adalah, sebagian dari
barang muatan itu bernuasa religius, seperti
vajra dan genta. Berbagai simbol lotus tidak
hanya tampak pada motif-motif hias keramik,
tetapi juga pada tembikar dan barang-barang dari
logam. Indikasi ini tampaknya sesuai dengan
situasi pada abad ke-8-11an, saat perniagaan
bertumpu pada distribusi barang-barang untuk
keperluan upacara religius. Dalam pada itu,
dari runtuhan kapal ini, juga ditemukan jenis
barang yang diduga berasal dari Nusantara,
yaitu berupa pipisan batu dengan penumbuk dan
penggilingnya serta berbagai pecahan cermin
dari perunggu (Flecker, 2002).
Berdasarkan indikator yang ditemukan
dalam shipwreck, maka melalui pembahasan ini,
memungkinkan kita dapat memandang wilayah
Nusantara di masa lampau dalam perspektif
lebih luas, seperti dalam bentuk hubungan
pelayaran dan perniagaan jarak dekat ataupun
jarak jauh. Pola persebaran keramik dan lokasi
kapal karam, paling tidak dapat menggambarkan
aliran keramik dan barang komoditi lainnya, baik
berskala nasional maupun internasional; serta
menguji sumber tertulis ataupun menambah data
baru jalur-jalur jaringan pelayaran dan perniagaan
yang belum termuat dalam data sejarah. Lebih
dari itu lokasi kapal karam merupakan himpunan
sejaman (assemblage) yang dapat menunjukkan
jalur pelayaran dalam perniagaan.
Metode identiikasi keramik ataupun
barang komoditi lainnya, baik utuh maupun
pecahan meliputi: bahan, warna, hiasan, teknik
pembuatan, dan ciri-ciri lainnya, sehingga akan
84
diketahui jenis, asal/negara pembuat, jaman/
dinasti, abad, dan ware, serta mungkin fungsinya.
Khusus barang-barang komoditi keramik,
berbagai unsurnya secara leluasa dapat diserap,
dimanfaatkan, dan dipakai sebagai acuan,
sekalipun berupa pecahan; karena keramik
dapat dapat dipakai untuk mengetahui kapan
dan mengapa keramik-keramik kuna itu ada di
Nusantara.
3.
Hasil dan Pembahasan Muatan Kapal
Karam
Dari eksplorasi yang dilakukan dapat
dikumpulkan berbagai bahan dan jenis barangbarang muatan kapal karam, yaitu keramik,
tembikar, logam, batu, kaca, sisa-sisa organik.
Muatan kapal itu berasal dari Cina, Malaysia,
Thailand, Indonesia, dan Timur Tengah.
Beberapa muatan itu sebagian besar merupakan
barang dagangan massal, tetapi ada barang yang
memiliki nilai tinggi. Ada pula barang yang
digunakan untuk keperluan di kapal ataupun
memang berasal dari kapal itu (Flecker, 2002).
Muatan kapal yang dapat diidentiikasi ialah:
3.1 Keramik
Komoditi keramik yang dimuat di kapal
karam ini adalah Yue atau Yue Type Ware.
Jenis ini sebagian memiliki kualitas halus dan
bakaran tinggi. Sebagian besar produk berasal
dari Propinsi Zhejiang abad ke-10an. Barangbarang putih (White Ware), barang-barang
putih kebiruan (Qingbai Ware), dari tungku
pembakaran Xing. Barang-barang ini antara lain
diproduksi di tungku pembakaran Jingdezhen,
Propinsi Jiangxi, dibuat pada awal sampai
pertengahan abad ke-10. Barang-barang tersebut
memiliki kualitas bagus dan bakaran tinggi,
sebagian tanpa hiasan, glasir mengelupas karena
proses di laut, tempelan kerang, sebagian besar
dalam kondisi utuh. Juga ditemukan barangbarang coklat atau kehijauan (Brown/green
Ware), dan beberapa dalam keadaan pecah dari
Timur Tengah (Middle Eastern ware), serta
Naniek Harkantiningsih, Muatan Intan Shipwreck Abad Ke-10: Variabilitas dan Kronologi.
barang-barang kasar, mungkin buatan Nusantara
(Flecker, 2002). Beberapa jenis keramik yang
diidentiikasi, ialah:
a. Barang-barang Hijau (Yue-Yue Type Ware)
Barang-barang jenis ini sebagian
memiliki kualitas halus dan bakaran tinggi.
Sebagian besar produk dari Propinsi Zhejiang,
propinsi ini paling dikenal memproduksi
jenis barang-barang hijau, di antaranya
Yue ware. Yue kiln terletak di Desa Yuyao,
Propinsi Zhejiang, merupakan salah satu
pusat produksi barang-barang hijau (green
glazed ware). Kiln ini mulai berproduksi
sejak Eastern Jin, kemudian berkembang
pada masa Dinasti Tang dan Lima Dinasti
abad ke-9 hingga ke-10; berakhir masa
Song. Lebih dari 20 kiln yang memproduksi
barang-barang jenis ini, terutama di dekat
Sanglin Lake dan Bin Lake. Yue kilns juga
merupakan pusat pembuatan barang-barang
untuk hadiah/upeti, pada masa pemerintahan
Kekaisaran Wu-Yue. Barang-barang ini
diekspor terutama dari pelabuhan Mingzhou.
Jenis ini juga diproduksi di Propinsi Jiangxi,
Anhui, Fujian, Jiangsi, dan Hunan (NN.,
1981; Li, 1984). Berikut ini beberapa jenis
yang ditemukan:
1) Piring: jenis ini terdiri dari beberapa tipe
dan stilistik, yaitu: mulut terbuka hampir
datar, garis melingkar di permukaan
bagian dalam piring, bagian luar polos,
ujung tepian menebal keluar atau
Foto 1. Piring Yue Ware (Dok. Pribadi).
melengkung, beberapa diantaranya tepian
kurawal dan badan lundang-lundang
(lobed body). Kaki tebal dan pendek,
glasir tipis, beberapa masih tampak
mengkilap, namun beberapa glasir hilang
atau bercak-bercak mengelupas akibat
proses air laut; bagian kaki glasir tidak
rata, warna hijau.
2) Mangkuk: mulut terbuka, sedikit tegak;
badan mengecil ke bawah, kaki pendek
tebal, tepian tegak melipat keluar, dasar
bagian dalam garis melingkar. Glasir
kusam proses di laut, bagian kaki glasir
tidak rata, warna hijau, beberapa kerang
menempel.
Foto 2. Mangkuk Yue Ware (Dok. Pribadi).
3) Guci: terdiri dari beberapa tipe dan
stilistik, antara lain: a. Mulut kecil,
tanpa tepian, kaki tinggi melebar, bagian
badan dihias lotus petals. b. Mulut kecil,
tanpa tepian, kaki tinggi melebar, bagian
badan dihias doubel lotus petals. c.
Mulut kecil, ujung tepian tegak pendek,
kaki pendek tebal, hiasan pola spiral.
d. Mulut kecil, tepian tegak pendek,
kaki pendek, hiasan garis-garis vertikal
yg masing-masing di batasi tonjolan
vertikal, 4 kupingan vertikal. e. M u l u t
kecil, tepian tegak pendek, kaki pendek,
hiasan tulang rusuk/duri ikan dan mata
ikan (double ish) yang masing-masing
dibatasi tonjolan vertikal, 4 kupingan
vertikal, ditemukan juga tutupnya.
85
AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 31 No. 2, Desember 2013 : 81-150
Foto 3. Guci Yue Ware (Dok. Pribadi).
Semua jenis ini warna hijau kusam dan
glasir mengelupas akibat proses di laut,
sebagian kerang menempel.
4) Botol: terdiri dari beberapa jenis: a. badan
globular bagian atas dan mengecil ke
bawah, leher tinggi tegak dihias garis-garis
melingkar, kaki pendek tebal melebar;
hiasan daun lotus (lotus leaves). b. Badan
globular bagian bawah dan mengecil ke
atas, tepian pendek tegak ujung tepian
membalik keluar, kaki pendek tebal;
hiasan daun lotus (lotus leaves). c. Badan
globular sedikit tegak, leher tinggi tegak,
tepian melebar dan ujung tepian membalik
keluar, dihias garis-garis melingkar di
bagian pundaknya, kaki pendek tebal
melebar. Jenis ini glasir warna hijau,
tetapi hanya tinggal bercak-bercaknya,
rusak karena proses di laut.
Foto 4. Botol Yue Ware (Dok. Pribadi).
5) Teko: jenis ini terdiri dari beberapa tipe
dan stilistik. a. Badan globular, lundang-
86
lundang (lobed body), cucuk seperti
terompet, leher tinggi, tepian melebar,
ujung tepian membalik, pegangan
(handle) di ujung tepian hingga bagian
badan, kaki pendek. b. Badan globular,
hiasan daun-bunga lotus dan garis-garis
melingkar, cucuk seperti terompet,
leher tegak, tepian melebar, ujung
tepian membalik, kaki pendek. c Badan
globular, hiasan 2 ikan, bagian bawah
suluran tumpal, kaki pendek. d. Badan
globular, lundang-lundang (lobed body),
cucuk seperti terompet, leher sedang,
tepian melebar seperti payungan, ujung
tepian membalik, pegangan (handle)
di ujung tepian hingga bagian badan,
kaki pendek. Badan globular, tambun
polos, cucuk seperti terompet, leher
tinggi, pegangan (handle) menaik ke atas
melewati leher, kaki pendek. Warna jenis
ini hijau kusam, karena proses di laut,
dengan beberapa kerang menempel.
Foto 5. Teko Yue Ware (Dok. Pribadi).
b. Barang-barang putih (White Ware)
Barang-barang kualitas halus, bakaran
tinggi, ciri khas berglasir putih bersih
mengkilap. Aslinya diproduksi di tungkutungku pembakaran Propinsi Hebei. Jenis ini
hanya dalam jumlah sedikit.
1) Mangkuk: mulut terbuka, sedikit tegak,
badan mengecil ke bawah, kaki pendek
tebal, tepian tegak melipat keluar, dasar
Naniek Harkantiningsih, Muatan Intan Shipwreck Abad Ke-10: Variabilitas dan Kronologi.
bagian dalam garis melingkar. Glasir
bagian luar bawah tidak rata, warna
putih, glasir kusam karena proses di laut.
Foto 6. Mangkuk White Ware (Dok. Pribadi).
2) Cepuk bertutup dan berkaki badan
globular, tepian cekungan untuk
pengunci dengan tutupnya, kaki 3 ujung
runcing. Bagian ujung tutup terdapat
tangkai buah manggis sebagai pegangan
(handle), ujung tepian tutup lekukan
untuk pengunci dengan bagian wadah.
Warna kusam putih, karena proses di laut.
Foto 7. Cepuk White Ware (Dok. Pribadi).
3) Guci, Badan globular lundang-lundang
(lobed body), bagian badan cembung,
mengecil ke bagian bawah, tepian tegak
pendek, kecil, kaki pendek, tebal, glasir
kusam proses laut. Bentuk lain, badan
globular lundang-lundang (lobed body),
bagian badan cembung, tepian tegak
berpelipit, lebar, kaki pendek, tebal,
glasir kusam proses di laut.
c. Barang-barang Qingbai Ware
Glasir
pucat
sedikit
kebiruan,
merupakan ciri barang Qingbai. Barangbarang ini antara lain diproduksi di tungku
pembakaran Jingdezhen, Propinsi Jiangxi.
Dibuat pada awal sampai pertengahan
abad ke-10an. Memiliki kualitas bagus dan
bakaran tinggi, sebagian tanpa hiasan, glasir
mengelupas karena proses dilaut, tempelan
kerang, sebagian besar dalam kondisi utuh.
Beberapa jenis yang ditemukan sebagai
berikut:
1) Cepuk dan tutup: terdiri dari beberapa
tipe dan stylistik; glasir putih kebiruan,
bentuk bulat setengah lingkaran, ujung
tepian terdapat lekukan sebagai pengunci
dengan bagian wadahnya/cepuknya,
bagian puncak tutup pegangan bentuk
tangkai buah manggis, bagian badan
hiasan lotus, ada juga yang polos.
Bentuk bulat setengah lingkaran, ujung
tepian terdapat lekukan sebagai pengunci
dengan bagian wadahnya/cepuknya,
puncak tutup datar tanpa pegangan polos.
Bentuk bulat setengah lingkaran, ujung
tepian terdapat lekukan sebagai pengunci
dengan bagian wadahnya/cepuknya,
bagian wadah dan tutup lundang-lundang
(lobed body), kaki tinggi tebal pendek,
bagian atas tanpa pegangan/handle.
Foto 9. Cepuk Qingbai Ware (Dok. Pribadi).
Foto 8. Guci White Ware (Dok. Pribadi).
2) Mangkuk: mulut terbuka, sedikit tegak,
badan mengecil ke bawah, kaki pendek
87
AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 31 No. 2, Desember 2013 : 81-150
tebal, tidak berglasir, tepian tegak
melipat keluar, dasar bagian dalam garis
melingkar, glasir kusam proses di laut.
Warna glasir pucat kebiruan.
Foto 10. Mangkuk Qingbai Ware (Dok. Pribadi).
3) Piring: mulut terbuka, ujung tepian
tegak kurawal, lundang-lundang lobed
body kaki tebal dan pendek, glasir tipis
beberapa masih tampak mengkilap,
beberapa glasir hilang atau bercak-bercak
mengelupas proses air laut; bagian kaki
glasir tidak rata. Warna asli glasir pucat
kebiruan. juga terdapat yang polos tanpa
hiasan atau lundang-lundang.
Foto 11. Piring Qingbai Ware (Dok. Pribadi).
d. Barang-barang Coklat (Brown Ware)
Jenis ini terdiri dari 2, yaitu dengan
4 kupingan (pegangan) disebut mangkuk
sup dan tanpa kupingan disebut mangkuk
nasi. Kemungkinan diglasir, karena terdapat
bercak-bercak kehijauan yang tertinggal,
baik di bagian dalam maupun luarnya.
Kondisi banyak tempelan kerang, proses
di dasar laut, sehingga terjadi kerusakan.
Berdasarkan perbandingan, barang-barang ini
kemungkinan dibuat di tungku pembakaran
Zhaozhou Bijanshan, Propinsi Guangdong
(?), tetapi mungkin juga produksi tungku
pembakaran Quanzhou, Propinsi Fujian (?).
Mangkuk sup, dengan ujung tepian membalik
keluar (digulung), dasar rata, 4 kupingan
88
Foto 12. Mangkuk Brown Ware (Dok. Pribadi).
(pegangan), bentuk badan globular, mungkin
untuk sup, karena itu ada kupingan atau
pegangan. Jenis mangkuk nasi dengan ujung
tepian membalik keluar (digulung), dasar
rata, tanpa kupingan (pegangan), bentuk
badan globular; mungkin untuk tempat nasi
(Harkantiningsih dkk., 2008; 2013).
1) Guci: Barang-barang ini biasanya
berukuran besar, atau yang difungsikan
sebagai tempat penyimpan barang cair
(air misalnya atau minuman keras).
Biasanya disebut dengan Dusun Jar
yang di produksi di Guangdong. Barangbarang ini juga diproduksi di Quanzhou
Foto 13. Guci Brown Ware (Dok. Pribadi).
Naniek Harkantiningsih, Muatan Intan Shipwreck Abad Ke-10: Variabilitas dan Kronologi.
Propinsi Fujian. Jenisnya antara lain
tempayan, guci, dan pasu. a. Badan bulat
dengan 4 kupingan horisontal, tepian
tegak membalik keluar, kaki pendek.
Tempelan kerang. b. Badan sedikit
cembung dengan 4 kupingan horisontal,
tepian tegak membalik keluar, kaki
datar. c. Badan bulat mengecil kebagian
bawah, hiasan suluran, tepian tegak
mengecil, ujung tepian membalik keluar,
kaki pendek tebal. d. Badan tegak, polos,
4 kupingan horisontal, kaki datar, tepian
tegak melebar. e. Badan sedikit cembung,
hiasan suluran vertikal dan horisontal,
mengecil ke bagian bawah, tepian tegak
melebar, 4 kupingan vertikal, kaki datar.
f. Badan globular mengecil ke bagian
bawah, polos, tepian tegak menyempit,
kaki datar, bentuk hampir seperti botol
hanya lebih tambun.
2) Pasu: mulut terbuka badan sedikit tegak
dan mengecil ke bagian bawah, dasar
datar, tepian membalik keluar, warna
coklat kusam karena proses di laut,
kerang menempel.
e. Barang-barang Timur Tengah
Bentuk keseluruhan dari tempayan
ini tidak ditemukan, dasar datar dan badan
membesar ke atas, mungkin vas atau
tempayan, glasir tebal, warna hijau daun
(turquoise-green), tanpa hiasan, bahan
semi porselin. Terdapat pula yang dihias
ceplok daun dan garis kelok-kelok setengah
lingkaran memutar seluruh badan bagian
bawah, bahan semi porselin. tempelan
kerang, kondisi tidak utuh hanya tinggal
bagian bawah. Jenis ini jumlahnya sangat
sedikit, kemungkinan hanya digunakan untuk
keperluan di kapal oleh para pedagangan
Arab? (Flecker, 2002).
Foto 15. Barang Timur Tengah (Dok. Pribadi).
3.2 Tembikar Halus (Fine Paste Ware)
Tembikar termasuk barang komoditi
muatan Intan Shipwreck. Jenis tembikar ini dibuat
Foto 14. Pasu Brown Ware (Dok. Pribadi).
3) Tempayan: hanya ditemukan bagian
setengah badan dan bagian dasar, bentuk
sedikit tegak melebar ke atas, biasanya
mulut sempit, dan tepian tegak pendek,
dasar datar, warna coklat kusam proses
di laut, tempelan kerang.
Foto 16. Tembikar Halus (Dok. Pribadi).
89
AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 31 No. 2, Desember 2013 : 81-150
dengan adonan tanah liat bertekstur halus, tanpa
bahan campuran, dinding padat dan porusitas
rendah, diupam; berdinding tipis (3-5 mm), agak
rapuh. Dibuat dengan teknik larik.
Jenisnya terdiri dari: a. kendi badan
cembung, bercerat pendek dan tegak, hiasan
garis-garis melingkar di bagian pundak,
memiliki ciri tepian (kepala kendi) melebar
(seperti payung), proil berpelipit diduga untuk
menempatkan tutup. Kendi yang diidentiikasi
merupakan kendi tanpa kaki: seperti bentuk
kendi konvensional dasar dari kendi ini menyatu
dengan badannya, ditandai dengan perubahan
proil menyudut (corner point) yang datar atau
ditebalkan pada bagian dasar. b Botol: bentuk
seperti buah labu (double guard); suluran di
bagian pundak dan badan bawah garis-garis
melingkar, tepian tegak, ujung tepian membalik,
seluruh permukaan diupam (burnish). c Periuk,
badan bulat tambun, leher tegak mulut melebar,
diberi hiasan garis-garis melingkar, bagian bahu,
dasar datar, permukaan halus proses upam, warna
kemerahan.
arca atau pedestal berbentuk, bulat dengan
hiasan lotus, dan segi empat. Kadang-kadang
dicetak jadi satu kesatuan dengan area namun
ada juga yang dicetak terpisah.
b. Vajra
Berasal dari bahasa Sansekerta yang
berarti petir dan juga berarti berlian. Pada
awalnya vajra ada simbol senjata Dewa Indra
dalam mitologi Hindu di India (Flekker,
2002). Dalam agama Budha vajra merupakan
simbol berlian dan juga berarti penerangan
rohani. Vajra menjadi semacam bagian dari
tongkat pendek yang berbentuk membulat
dengan ujung dihiasi semacam gigi garpu.
Biasanya vajra juga menjadi bagian peralatan
untuk pelaksanaan upacara ritual, baik untuk
agama Hindu maupun Budha. Vajra sering
juga menyatu menjadi kesatuan sebagai
pegangan sebuah genta untuk upacara
(Harkantiningsih dkk., 2008; 2013).
3.3 Logam
Salah satu muatan yang menarik adalah
barang-barang dari logam, antara lain perak,
perungu, timah, timah hitam, dan besi. Jenis
barang-barang tersebut, ialah:
a. Arca dan Lapik
Artefak ini terbuat dari perunggu,
diduga bagian dari tubuh arca?, serta lapik
Foto 17. Arca dan Lapik (Dok. Pribadi).
90
Foto 18. Vajra (Dok. Pribadi).
c. Genta
Genta adalah lonceng yang bagian
pegangannya biasanya berupa vajra untuk
dipegang dan membunyikan ghanta. Ada juga
genta berbentuk bulat juga dengan klintingan
di bagian dalamnya. Barang-barang ini
terdiri dari: genta, lonceng, atau klintingan,
yang merupakan alat upacara keagamaan
(Harkantiningsih dkk., 2008; 2013).
Foto 19. Genta (Dok. Pribadi).
Naniek Harkantiningsih, Muatan Intan Shipwreck Abad Ke-10: Variabilitas dan Kronologi.
d. Cetakan Stupika
Bentuknya memiliki persamaan dengan
bell, tetapi di bagian dalam terdapat pola
yang rumit untuk membuat stupika dengan
delapan pelipit-pelipit persegi melingkar dan
lotus, hiasan ini terdapat di bagian bawah. Di
bagian atas dalam tidak tampak hiasan.
f. Tripot
Perlengkapan untuk upacara keagamaan,
tripod berkaki untuk meletakkan guci Amrta
(wadah berisi air) dalam upacara keagamaan.
Bagian atas berupa ring dengan 3 kaki
bentukiS, untuk menyangga wadah yang
diletakkan di atasnya.
Foto 22. Tripot (Dok. Pribadi).
Foto 20. Cetakan Stupika (Dok. Pribadi).
e. Ujung Tombak
Bentuk lurus, tebal 1 cm. Terdiri dari 2
tipe, yaitu ujung membulat tumpul, bagian
ujung soket (bagian yang mengecil) untuk
dimasukkan ke tangkai tombak, tangkai
tombak mungkin dari kayu? Bagian sisi
permukaan sedikit cembung. Tipe lainnya
hampir sama hanya bercabang dua, tebal 1
cm, kedua ujung membulat tumpul, bagian
ujung soket (bagian yang mengecil) untuk
dimasukkan ke tangkai tombak, tangkai
tombak mungkin dari kayu.
Foto 21. Ujung Tombak (Dok. Pribadi).
g. Cermin
Ada dua jenis cermin berdasarkan
asal buatannya, yaitu cermin yang berasal
dari Jawa (Indonesia) dan cermin yang
berasal dari Cina. Ciri cermin buatan Cina,
diberi hiasan suluran dan binatang melata
(tidak tampak jelas karena sudah berkarat,
mungkin cecak). Bagian tengah terdapat
tonjolan tidak berlubang, tepian melengkung
ke dalam bergelombang dan ada yang tidak
bergelombang, bagian cembung digosok yang
difungsikan sebagai kaca. Bidang antara
pinggiran cermin dan bagian tengah (untuk
tempat tangkai cermin) sangat tipis, sehingga
bagian ini rusak atau terkorosi, bahkan
terlepas dari cerminnya; hiasan itu baik di
bagian bulatan cermin maupun tangkainya
atau pegangan cermin. Bagian permukaan
Foto 23. Cermin (Dok. Pribadi).
91
AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 31 No. 2, Desember 2013 : 81-150
Foto 24. Posisi kerangka dan bekal kubur, di atas
kemaluan keramik Dehua abad ke-12-13;
di atas kepala keramik Qingbai abad ke-1314; dan depan wajah si mati cermin buatan
Nusantara (Dok. Pribadi).
belakang digosok releksif untuk igur depan,
yang akan menyerupai kaca. Produk cermin
dari Cina pada masa Dinasti Tang sangat
dikenal dengan dekorasinya yang sangat
bagus, sehingga terus ditiru pada generasi
kemudian. Oleh karena itu, sangat sulit
untuk membedakan identiikasinya; cermin
yang diidentiikasi ini mungkin berasal dari
abad ke-10. Sementara itu, cermin buatan
Nusantara (Jawa atau Sumatra?) tanpa
hiasan, sangat sederhana. Bentuk bulat,
bagian tengah menonjol berlubang untuk
mengaitkan tali sehingga dapat digantung,
tidak ada hiasan, tepian melengkung ke
dalam, bagian luar cembung untuk gosokan
sebagai kaca. Bidang antara pinggiran cermin
dan bagian tengah (untuk tempat tangkai
cermin) sangat tipis, sehingga bagian ini
rusak atau terkorosi, bahkan terlepas, sama
halnya dengan cermin buatan dari Cina.
Dari penelitian arkeologi di Situs Sanur,
Semawang, Bali; ditemukan jenis cermin
buatan Nusantara, difungsikan sebagai bekal
kubur, diletakkan tepat di depan wajah si
mati. Juga disertai mangkuk kecil Qingbai,
di bagian dalam terdapat patung orang
bersenggama. Jenis ini juga menjadi muatan
kapal Java Shipwreck (Mathers, W dan
Flecker M, 1997). Dari himpunan ini, dapat
92
diketahui bahwa fungsi keramik dan cermin
yang awalnya sebagai barang komoditi,
kemudian digunakan sebagai peralatan harian,
hadiah, bahkan juga sebagai bekal kubur
(Harkantiningsih dkk., 2008; 2013).
h. Ingot
Muatan kapal karam yang tampaknya
juga sebagai barang komoditi adalah bahan
dari berbagai jenis logam, antara lain
perak, perunggu, dan timah, disebut ingot.
Bentuknya bervariasi, antara lain: segiempat,
cekung di kedua sisi bagian tengah
(badan), kadang-kadang di bagian atas atau
permukaan yang halus terdapat tulisan huruf
Cina yang menyebutkan nilai dari ingot atau
nama-nama raja ataupun kata lainnya. Kedua
ujung membalik ke luar/kebawah seakanakan menjadi bagian dari kaki. Bagian
sebaliknya sangat kasar tidak beraturan.
Bentuk lainnya bulat kerucut ke bagian atas.
Juga persegi panjang tanpa kaki/lempengan/
batangan, dan persegi empat mengerucut ke
atas/kubah. Ingot difungsikan pula sebagai
alat tukar ataupun merupakan bahan dasar
logam, berasal dari Cina (Flecker, 2002;
Harkantiningsih dkk., 2008; 2013).
Foto 25. Ingot (Dok. Pribadi).
i.
Barang-barang logam lainnya dalam
muatan kapal karam ialah:
1) Nampan berbentuk bulat, diameter antara
29 sampai 50 cm; dasar datar tanpa kaki
terbuat dari tembaga; jenis ini tidak
utuh, berlubang karena karat proses di
Naniek Harkantiningsih, Muatan Intan Shipwreck Abad Ke-10: Variabilitas dan Kronologi.
laut. Biasanya digunakan untuk tempat
sesaji pada upacara ritual.
2) Pegangan atau tangkai peti: bagian
tangkai dari peti yang terdapat di kedua
ujung peti. Ditemukan pula bagian dari
tangkai dari kedua ujung ketel.
3) Anting (?) bentuk bulat, berlubang di
bagian tengah untuk menggantungkan ke
telinga.
4) Anak timbangan dari beberapa ukuran
dan bentuk, fungsinya untuk menentukan
berat (Flecker, 2002; Harkantiningsih
dkk., 2008; 2013).
Foto 27. Pipisan dan penggilas (Dok. Pribadi).
proses pemakaian; tetapi apabila masih baru
permukaan masih halus dan rata. Pasangan
pipisan ini berupa batu penggilas, yang terdiri
dari beberapa bentuk, yaitu berbentuk silindrik,
bagian tengah cekung dan halus, kedua ujung
membulat lebih besar daripada bagian badannya
(tengah),
mungkin
difungsikan
sebagai
penumbuk, bagian tengah untuk dipegang.
Bentuk lain, bulat panjang, kedua ujung rata,
permukaan halus, cara penggunaannya kedua
ujung dipegang dan digilaskan di pipisan.
Bentuk bulat, seperti batu biasa. Pipisan dan
penggilas ini banyak ditemukan di Nusantara,
oleh karena itu alat ini mungkin produk dari
Nusantara, biasanya digunakan untuk melumat
atau menggiling/menggerus biji-bijian, baik
rempah-rempah maupun daun-daunan untuk
penyedap masakan dan obat tradisional/herbal.
3.5 Manik-manik
Foto 26. Barang Logam lainnya (Dok. Pribadi).
Manik-manik juga merupakan muatan
kapal karam, berjumlah sedikit. Terbuat dari
kaca, warna kebiruan dan bercak-bercak bulat
yang dilingkari warna putih, seperti mata (manikmanik mata Fatimah), Flecker menyebutnya
sebagai eye beads (2002), berdiameter dari 11
sampai 20 mm. Kemungkinan manik-manik ini
dibuat secara lokal di Cina dan di Timur Tengah.
3.4 Batu
Barang-barang yang dibuat dari batu,
ialah: pipisan dan penggilas, terdiri dari landasan
(pipisan) dan penggilas ataupun penumbuk.
Bentuk semi oval, segi empat, serta trapesium,
bagian ujung membentuk segitiga runcing
menyambung ke bagian badan yang menyatu
dengan bagian dasar. Bukti kalau alat ini pernah
digunakan bagian tengah sedikit cekung karena
Foto 28. Manik-manik (Dok. Pribadi).
93
AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 31 No. 2, Desember 2013 : 81-150
3.6 Biji kemiri
Jumlahnya tidak banyak. Nusantara
merupakan salah satu penghasil biji kemiri,
terutama di wilayah Sumatra, Jawa, dan
Sulawesi. Pada masa itu kemiri banyak dicari,
baik oleh pedagang lokal maupun asing; selain
untuk bumbu masakan, juga untuk obat, dan
minyak kemiri, untuk lampu penerangan.
Keberadaannya dalam muatan kapal belum dapat
dipastikan apakah juga sebagai barang komoditi
atau difungsikan untuk keperluan di kapal?. Biji
kemiri juga ditemukan sebagai muatan Cirebon
Shipwreck yang karam di perairan utara Cirebon
(Harkantiningsih, 2005).
Foto 29. Biji kemiri (Dok. Pribadi).
3.7 Tulang dan gigi
Tulang yang ditemukan mungkin
tulang manusia, sedangkan gigi mungkin gigi
binatang (harimau?) (Flecker, 2002). Mengapa
sisa-sisa organik ini terdapat di dalam kapal
karam, apakah merupakan bawaan yang juga
diperdagangkan, karena adanya kepercayaan
Foto 30. Tulang (Dok. Pribadi).
94
Foto 31. Gigi Binatang (Harimau) (Dok. Pribadi).
sebagai obat? atau merupakan manusia atau
binatang yang meninggal atau mati di dalam
perjalanan pelayaran?
4.
Penutup
Perbandingan kualitatif keramik dan
barang-barang muatan kapal karam ini,
menunjukkan adanya pola persebaran dan
persamaan dengan hasil penelitian di beberapa
situs. Persebaran itu, antara lain: di Barus
(Situs Lobu Tua); Medan (Kota Cina, Cot Me,
Kota Rentang); Palembang (Bukit Seguntang);
Jambi (Lambur, Muara Jambi); Jawa Barat
(Banten Girang; DAS Citarum-Krawang); Jawa
Timur (Gresik, Tuban, Jombang, Trowulan)
(Harkantiningsih, 2007a-b). Keberadaan barangbarang keramik itu tentunya berhubungan
dengan aktivitas ekonomi, ditinjau dari lokasi
penemuannya merupakan pelabuhan kuna
ataupun pusat aktivitas permukiman sekaligus
pusat kota. Hubungan perniagaan itu menurut
Grece Wong antara Cina dengan Asia Tenggara
mencapai kejayaan pada masa Dinasti Song
tahun 968 dengan Śriwijaya; tahun 977 dengan
Borneo dan Sulawesi; tahun 1131 dengan Jawa
(Wong, 1979). Pola persebaran dan persamaan
ini memperkuat adanya jaringan perniagaan
jarak dekat. Bukti ini diperkuat pula dengan
sumber tertulis yang menyebutkan beberapa
nama, antara lain nama San-fo-chi yang diartikan
sebagai Śriwijaya yang mungkin berpusat di
Palembang atau Jambi. Pada masa itu, Śriwijaya
merupakan pusat perniagaan terpenting
antara Asia Tenggara dengan Cina. Dalam
jalur perniagaan, Cina mengekspor barang
dagangannya terutama keramik, yang dimuat
di dalam kapal-kapalnya, menuju Arab melalui
Naniek Harkantiningsih, Muatan Intan Shipwreck Abad Ke-10: Variabilitas dan Kronologi.
atau singgah di Sriwijaya, kemudian memuat
barang dagangan berupa rempah-rempah,
mutiara, damar, dan sebagainya (Flecker, 2002).
Barang-barang muatan kapal ini, juga ditemukan
di DAS Citarum-Krawang wilayah kekuasaan
masa Tarumanegara. Persebarannya juga di
Gresik, Tuban, Jombang, dan Trowulan yang
diduga wilayah kekuasaan Majapahit. Atas dasar
persebaran itu diduga, bahwa aktivitas jaringan
pelayaran dan perniagaan terjadi pada masa itu.
Dalam pada itu, ada persebaran dan
persamaan variabilitas dan kronologi keramik
muatan kapal ini yang ditemukan di luar
Nusantara, antara lain Philipina (Ronquillo,
1994) dan Thailand (Srisuchat, 1994). Bukti ini
memperkuat dugaan, bahwa lebih dari satu kapal
yang memuat barang yang sama dan berlayar
ke berbagai negara; ini membuktikan adanya
jaringan perniagaan jarak jauh, antara negara
produsen (Cina) dan antarnegara konsumen
(Nusantara-Philipina-Thailand).
Ditemukannya Intan Shipwreck di
perairan Nusantara (Nanhai), dengan berbagai
jenis muatannya, terutama keramik dari
abad ke-10 membuktikan, bahwa ada proses
pengangkutan barang dari negara industri
atau pusat produksinya, kemudian dibawa ke
pelabuhan untuk dikapalkan, selanjutnya kapal
itu berlayar menuju ke pelabuhan, baik di
Asia termasuk Nusantara maupun benua lain.
Adanya muatan jenis lainnya yaitu tembikar,
logam, batu, kaca, dan sisa organik, menunjukan
bahwa kapal itu juga singgah dan menurunkan
barang dagangan yang dibawa serta memuat
barang-barang niaga lainnya yang berasal dari
pelabuhan yang disinggahi. Aktivitas ini melalui
proses yang rumit dan melampaui rentang
geograi yang relatif jauh, antara Asia-IndiaTimur Tengah, hingga mencapai Eropa pada
masa berikutnya. Penemuan barang-barang
komoditi terutama keramik dalam konteks
kapal karam, selain merupakan bukti hubungan
jarak jauh (long distance); juga merupakan data
primer untuk memperjelas gambaran tentang
pertumbuhan peradaban serta jaringan pelayaran
dan perniagaan antara Nusantara dengan negara
lain.
Dalam perspektif itulah, bahasan ini
meliputi penyajian bukti isik aliran barang
komoditi dari negara produsen ke negara
konsumen. Pembuktian yang sangat penting,
yaitu kesamaan kronologi dan variabilitas
temuan, baik keramik maupun artefak lainnya,
menjadikan dasar untuk menarik keterkaitan
antarwilayah bahkan antarbenua yang menjadi
indikasi, bahwa ada jaringan di masa lalu. Aspek
kronologi dan variabilitas yang menjadi dasar
untuk merekonstruksi networking perniagaan
kuno tidak hanya dalam wacana teoritis, tetapi
berupaya menyajikan rekonstruksi lebih nyata.
Lengkapnya keragaman muatan kapal karam
yang ditemukan dalam konteks penelitian
arkeologi, kini menjadi sebuah koleksi yang
sangat berharga.
Saran
Pengolahan tinggalan muatan kapal karam
saat ini sangat diperlukan, mengingat perairan
Nusantara merupakan jalur perniagaan yang
bersifat nasional dan internasional. Berbagai
jenis muatan dan kronologi dari beberapa kapal
karam ditemukan di perairan ini, sehingga
pengolahan bukti-bukti tinggalan kapal karam
akan memperkuat data sejarah, bahkan akan
menambah pengetahuan tentang jaringan
perniagaan masa lampau yang belum termuat
dalam data sejarah, baik jaringan perniagaan
jarak dekat (antarpulau dan antarkota), maupun
jaringan perniagaan jarak jauh (antarbenua dan
negara produsen ataupun konsumen).
Ucapan Terima Kasih
Saya mengucapkan terima kasih kepada
pengelola Museum Seni Rupa dan Keramik,
DKI yang telah memberi kesempatan untuk
mengidentiikasi koleksi hibah muatan kapal
karam Intan. Semoga penginformasian koleksi
ini dapat menambah wawasan tentang jaringan
95
AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 31 No. 2, Desember 2013 : 81-150
perniagaan kuna di Nusantara dengan negara
lainnya serta menarik minat kunjungan ke
museum.
*****
--------. 2010. Catalogue of the Cirebon
Wreck: Sunken Treasure from the Thenth
Century (Five Dynasties or Early Northern
Song). Jakarta: The National Committee
for Salvage and Utilization of Valuable
Objects from Subken Ships (PNNAS
BMKT) the Republic of Indonesia.
--------. 2013. Ceramics Collection Exhibition;
Trading In The Lands Below The Winds:
Intan Shipwreck Cargo. Bali: Fine Arts
and Ceramic Museum.
Daftar Pustaka
Feng Xianming. 1981. “On Exports of Chinese
Porcelains Prior to the Yuan Dynasty”.
SPAFA Workshop on Ceramics of East and
Southeast Asia. Malaysia: Seameo.
Flecker, M. 2002 The Archaeological Excavation
of the 10th Century Intan Shipwreck.
Oxford: Archaeopress, BAR International
Series 1047.
Harkantiningsih. 2005. “Identiikasi Keramik
Muatan Kapal Karam Di Perairan Utara
Cirebon”, dalam Seminar Pengelolaan
Peninggalan Bawah Air Dari Pantai Utara
Cirebon Laut Jawa. Jakarta: Budpar-PT
Paradigma Putera Sejahtera.
--------. 2007a. “Ceramics of The Indonesian
Archipelago Commerce on 9th-15th
Century: Archaeological Evidence”,
dalam Symposium on Chinese Export
Trade Ceramics in Southeast Asia. Asia
Research Institute. Singapore: National
University of Singapore.
--------. 2007b. “Ceramics from Shipwrecks The
9--10th Century: Trade Routes Evidence
in The Archipelago”, dalam Srivijayan
Civilization: The Awakening of A Maritime
Kingdom. Palembang: The National
Researsch and Development Center for
Arcahaeology.
--------. 2010. “Keramik Muatan Kapal Karam
Di Perairan Utara Cirebon: Bukti Jaringan
Pelayaran Kuna”. Amerta vol. 28. Jakarta:
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Arkeologi Nasional
Harkantiningsih dkk. 2008. “Kapal Karam dan
Muatannya di Perairan Nusantara Bukti
Jaringan Niaga pada Abad Ke-9--10”.
Katalog Pameran Benda Muatan Kapal
Tenggelam. Jakarta: Museum Seni Rupa
dan Keramik.
96
Krahl, Regina et al. (ed.). 2010. Shipwrecked
Tang Treasures and Mansoon Winds.
Singapore: National Heritage BoardSingapore Tourism Board-Freer/Sackler
Smithsonian Institution.
Li, Zhiyan dan Cheng Wen. 1984. Chinese Pottery
and Porcelain, Traditional Chinese Arts
and Culture. Beijing: Foreign Languages
Press.
Mathers, W dan Flecker M. 1997. Archaeological
Report: Archaeological Recovery of the
Java Sea Wreck. Maryland: Paciic Sea
Resources.
NN. 1981 Exhibition of Ceramic Finds from
Ancient Kiln in China Fung Ping Shan
Museum University of Hongkong.
Ridho, Abu dan Edwards McKinnon. 1998.
The Pulau Buaya Wreck: Finds from the
Song Period. Jakarta: Himpunan Keramik
Indonesia.
Ronquillo, WP dan Rita Tan. 1994. “Yue, YueType wares and Other Archaeological
Finds in Butuan, Philippines”. dalam
Chuimei Ho (ed.) New Light On Chinese
Yue and Longquan Wares. Archaeological
Ceramics Found in Eastern and Southern
Asia AD 800--1400. Center of Asia
Studies: The University of Hongkong.
Srisuchat, Amara. 1994. “Discovering Chinese
Yue and Longquan Green Glazed Wares
and Reconsidering Their Socio-Economic
Roles in the Development of Ancient
Communities in Thailand”. dalam
Chuimei Ho (ed.) New Light On Chinese
Yue and Longquan Wares. Archaeological
Ceramics Found in Eastern and Southern
Asia AD 800--1400. Center of Asia
Studies: The University of Hongkong.
Naniek Harkantiningsih, Muatan Intan Shipwreck Abad Ke-10: Variabilitas dan Kronologi.
Wibisono, Sonny Chr. 2005. “Variabilitas
Tembikar dari Situs Kapal Karam di
Perairan Utara Cirebon”, dalam Seminar
Pengelolaan Peninggalan Bawah Air dari
Pantai Utara Cirebon Laut Jawa. Jakarta:
Budpar-PT Paradigma Putera Sejahtera.
Wong, Grece. 1979. A Comment on The Tributary
Trade Between China and Southeast Asia.
Singapore: Southeast Asian Ceramics
Society.
97