Academia.eduAcademia.edu

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

2018, Makalah

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK Dosen Pengampu : Ayu Nabila Akifah N., S.Psi., M.Pd. Oleh Fifi Aliffiya Rahma Puspita 183111065 PAI 1B PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA 2018 PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK USIA SEKOLAH DASAR Definisi Perkembangan dan Pertumbuhan Perkembangan dan pertumbuhan peserta didik mempunyai pengertian yang berbeda. Dalam perkembangan peserta didik merupakan sebuah perubahan secara signifikan yang berlangsung bertahap mencakup bidang kemampuan, ketrampilan, serta emosi yang terus berjalan mencapai usia tertentu. Sedangkan pertumbuhan mempunyai makna peningkatan dalam bentuk tubuh atau berat badan yang dapat terlihat oleh indra. Perkembangan di artikan secara singkatnya ialah proses kemajuan menuju kedewasaan, dan pertumbuhan dapat diartikan sebagai peningkatan dalam suatu ukuran. Prof.Dr. Sudarwan Danim, Perkembangan Peserta Didik. Hal.60 Menurut Syamsu Yusuf, perkembangan adalah perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tinagkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan menyangkut fisik maupun psikis. Menurut Crow, pertumbuhan pada umumnya dibatasi pada perubahan struktural dan fungsional dalam pembentukan seorang secara jasmaniah dari saat masih berbentuk konsepsional (janin) melalui periode prenatal dalam kandungan, postnatal (lahir) sampai pada kedewasaanya. Jadi, istilah perkembangan dan pertumbuhan digunakan bersama untuk menggambarkan proses fisik, emosional dan mental yang kompleks serta berkaitan dengan “tumbuh kembangnya” peserta didik. Maka dari itu, proses perkembangan dan pertumbuhan pada peserta didik pertama kalinya harus di munculkan oleh orang tua dan guru, supaya mampu mengetahui perilaku dan prestasi anak yang kemudian memberikan dorongan, semangat, serta motivasi dan dukungan penuh dalam tumbuh kembangnya. Perkembangan Fisik Anak yang memasuki masa sekolah dasar umunya memiliki tingkatan usia 7 hingga 12 tahun, namun di berbagai jenjang pendidikan yang berbeda serta di berbagai negara mempunyai tingkat usia anak sekolah dasar yang berbeda-beda ada yang mulai dari 5 hingga 7 tahun, ada yang dimulai dengan usia 6 tahun. Dalam perkembangannya pendidikan anak sekolah dasar memiliki tingkatan usia normal 6 hingga 12 tahun yang dimana akan mereka tempuh dengan tepat waktu yakni 6 tahun. Dalam perkembangan fisik anak usia sekolah dasar ini mempunyai variasi yang berbeda – beda yang bisa berasal dari jenis kelamin, etnis, hormon, gizi, lingkungan maupun genetika serta bisa juga penyakit yang mereka derita. Dalam tingkatan usia anak sekolah dasar kebanyakan anak perempuam cenderung lebih cepat pertumbuhannya dari pada anak laki – laki pada usia sekitar 8 – 10 tahun, sedangkan anak laki – laki mengalami percepatan pertumbuhan yang sama pada usia mencapai 11 – 12 tahun. Anak usia tersebut apabila ia tidak mendapatkan gizi yang memadai atau memerlukan perhatian khusus secara medis akan terganggu perkembangan dan pertumbuhannya. Misal, ada seorang anak yang tinggal pada negara yang memiliki gizi buruk maka perkembangan fisik anak tersebut sudah pasti terganggu atau bisa disebut dengan malnutrisi yang merupakan maslaah gizi buruk. Dalam taham perkembangan sebelumnya, perubahan fisik, otak, dan pengembangan syaraf, keterampilan motorik halus dan kasar dan masalah kesehatan merupakan aspek yang penting dalam perkembangan fisik anak. Perubahan fisik pada anak usia sekolah dasar dapat dilihat dalam penampilan barunya yang sedikit lebih atletis, anak laki – laki dan anak perempunya mempunyai bentuk tubuh yang cenderung proporsi sampai keduanya melalui masa pubertas. Setelah masa pubertas akan nampak perubahan yang menonjol terutama bentuk tubuh jika laki – laki mempunyai jakun dan perempuan menonjolnya payudara. Serta perubahan – perubahan lainnya. Ibid. Hal.64 Perkembangan otak dan sistem saraf pada anak usia sekolah dasar cenderug memiliki pertumbuhan yang lebih spesifik, khususnya lubus frontal. Lubus ini fungisnya ialah bertanggung jawab dalam perencanaan, penalaran, penilaian, etika sosial, serta dalam mengambil keputusan. Perkembangan lubus ini akan meningkat seiring otak anak tersebut mengalami tugas kognitif yang semakin sulit. Misal, merakit mainan mekasin, menyambungkan potongan – potongan, menghubungkan bagian dan membuat langkah dalam merakit mainan tersebut. Keterampilan motorik, merupakan kemampuan berperilaku atau melakukan aktivitas motorik yang sering dijumpai pada anak usia sekolah dasar ialah suka menari, melompat, memainkan permainan tim seperti kasti atau sepak bola. Kesehatan, dalam masa usia sekolah dasar ini merupakan fase yang bisa dikatakan pertumbuhan dan perkembangan anak yang paling sehat dikarenkanan peningkatan kesehatan tubuh, perbaikan gizi sefta peningkatan kebersihan amat dijaga oleh para orang tua dan keluarga serta mereka selalu memberikan stimulus yang positif dalam perkembangan mereka. Perkembangan Kognitif Perkembanagn kognitif yang terjadi pada anak usia sekolah dasar menurut Piaget merupakan tahap operasi konkret. Piaget menggunakan istilah tersebut mengacu pada kemampuan revesible anak yang belum di kembangakan dimana revesible tersebut mengcu pada tindakan mental, fisik, yang dapat terjadi pada arah serta cara yang berbeda - beda. Piaget mencontohkan bahwa anak operasional konkret akan memberitahu lima bola golf adalah sama dengan lima buah kelereng, hanya saja bola golf memakan tempat banyak apabila memainkannya, sedangkan bola kelereg tidak. Ingatan, anak usia sekolah dasar cenderung mereka memiliki pola ingatan yang baik dan dari pada anak anak yang di bawah mereka, anak usia sekolah dasar lebih suka menginat informasi. Biasanya anak usia sekolah dasar mereka lebih menyukai menciptakan lelucon, merancang akronim, menyusun fakta dan mengingat fakta – fakta yang menarik, serta membantu anak – anak lain yang menginat jumlah lain yang semakin rumit dan jenis informasinya. Konsep Diri Menurut Erikson, tugas perkembangan anka usia sekolah dasar adalah mencapai industri atau perasaan kompeten secara sosial. Anak yang berhasil membangun kepercayaan diri (Self-esteem) atau sikap evaluatif terhadap diri sendiri pada gilirannya mampu membangun rasa percaya diri untuk membentuk hubungan sosial yang abadi. Kebanyakan nak usia sekolah dasar baik laki – laki maupun perempuan mengembangakan rasa percaya diri yang positif, seperti dalam hal pemahaman, pemaknaan, dan pengendalian diri di tengah teman – teman mereka. Mereka pun mendapat dukungan dari orang tua, guru dan teman teman yang membuatnya percaya diri. Dalam usia tersebut biasanya keterampilan anak akan mereka unggulakan terhadap apa yang mereka senangi saja, misalnya seorang anak tidak suka matematika namun ia mampu melukis dengan baik maka waktunya akan ia habiskan untuk melukis daripada memikirkan matematika. Dalam dirinya apabila rasa percaya diri di suatu bidang tertentu dapat dikembangkan maka mereka akan yakin akan mendapatkan hasil yang maksimal apabila mendapat tantangan sosial yang dihadapi kedepannya. Ibid. Hal 66 Kognisi Sosial Kognisi sosial merupakan pemahaman mengenai asumsi – asumsi tentang hubungan atau inferensi sosial, proses sosial, dan perasaan orang lain. Hubungan dengan teman atau rekan permainan mereka merupakan peran utama dalam penentu yang tepat dalam kognisi sosial pada anak tersebut. Kegiatan kelompok, seperti tugas kelompok di sekolah membantu anak mengembangkan kualitas hubungan. Miosal lainnya adalah bermain sepak bola mereka memaknai nya dengan olahraga tim yang dimana mereka harus saling mengetahui dan bekerjasama atas strategi supaya mereka menang dalam menghadapi musuhnya yang bikatakan sebagai konflik. Dalam hal demikian membantu anak tentang kepercayaan, kejujuran, ketanggung jawaban mereka, bagaimana dalam menghadapi hubungan sosial saat mereka berinteraksi dengan teman – temannya. Akhirnya kognisi sosial remaja muncul sebagai hasil dari hubungan jangka panjang yang terbentuk dari kepercayaan, tanggung jawab dan kejujuran. Hubungan Keluarga Anak usia sekolah dasar biasanya masih memilikihubungan yang erat terhadap keluarga mereka yang dimana semua orang dalam keluarga berperan aktif dalam tumbuh dan kembangnya. Terutama peran orang tua yang masih mengambil keputusan terhadap kehidupan sang anak membuat orang tua harus menetapkan atauran atau batasan kepada sang anak. Misalnya, orang tua membatasi permainan anak yang membahayakan mereke dengan iming – iming hukuman. Akan usia sekolah masih mengaalami peningkatan tanggung jawab yang dimana mereka masih memikirkan aturan yang orang tua mereka katakan. Seperti tugas rumah yang diaman biasnaya anak usia sekolah dasar yang mempuyai adik mereka disuruh menjaga adik mereka. Disiplin, dalam hubunagn ini, biasanya orang tua berperan aktif mendisiplinkan anakanya apabila anak tersebut melanggar aturan atau batasan yang sudah orang tua tentukan, agar anak tersebut bertanggung jawab. Demikian memupuk rasa tanggung jawab yang tinggi serta mengurangi nilai negatif dalam berperilaku dna menumbuhkan nilai positif dlam betindak. Persabahatan Persahabatan dalam anak usia sekolah dasar merupakan persahabatan yang sangat asyik bagi mereka, persahabatan tang mereka lakukan merupakan persahabatan yang dimana mereka melakukanya dengan penuh kejujuran, candaan, yang mereka kira bisa menjadi tempat terbaik untuk berbagi solusi di lingkup sekolahnya. Mereka memiliki kegiatan kelompok dan peluang besar untuk menikmati kegiatan kelompok yang mereka bina. Diantara mereka mempunyai watak dan karakteristik dan pola bentuk tubuh yang berbeda – beda dan memiliki peluang yang menyebabkan perhatian dan kekhawatirannya atas popularitasnya. Tekanan Teman Sebaya Banyak ahli psikologi mengamati perkembangan anak mempertimbangkan dengan teman sebaya mereka apabila teman sebaya mereka menekan mereka terlalu keras akan menimbulkan efek negatif dalam pertumbuhannya, mereka akan cenderung malah amburadul dan menyimpang dari ajaran islam maupun sosial. Contohnay, merokok, mencuri, dan meminum minuman keras. Seksualitas Pada anak usia sekolah dasar termasuk masa dini yang mempunyai rasa ingin tau yang tinggi terhafdap sesksal merupakan perpanjangan sensasu yang menyenangkan dan bukan dari hasil erotisme, apabila orang tua salah memberitahukan pembelajaran seks terhadap anak dan alah menyembuyikannya biasanya anak tersebut cenderung lebih berbahaya karena mampu mengakses yang lebih luas di karenakan keteledoran peran orang tua terhadap pembelajaran seks. Prof. Dr. H. Sunarto. Perkembangan Peserta Didik. Hal.70 DAFTAR PUSTAKA Sunarto, dan Agung Hartono. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.