Model Pengembangan Media
Pembelajaran ADDIE
Gambar 1.1 Model Addie
Model Analysis-Design-Development-Implementation-Evaluation (ADDIE). Muncul pada tahun
1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Salah satu fungsinya ADDIE yaitu
menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif,
dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri.
Model ini dipilih karena model ADDIE sering digunakan untuk menggambarkan pendekatan
sistematis untuk pengembangan instruksional. Selain itu, model ADDIE merupakan model
pembelajaran yang bersifat umum dan sesuai digunakan untuk penelitian pengembangan. Istilah ini
hampir identik dengan pengembangan sistem instruksional. Ketika digunakan dalam
pengembangan, proses ini dianggap berurutan tetapi juga interaktif, di mana hasil evaluasi setiap
tahap dapat membawa pengembangan pembelajaran ke tahap sebelumnya. Hasil akhir dari suatu
tahap merupakan produk awal bagi tahap selanjutnya.
Selain itu, pemilihan model ADDIE didasarkan atas beberapa pertimbangan antara lain:
1. Model ADDIE ini merupakan model perancangan pembelajaran generik yang menyediakan
sebuah proses terorganisasi dalam pembangunan bahan-bahan pelajaran yang dapat digunakan
baik untuk pembelajaran tatap muka maupun pembelajaran online. Dapat disimpulkan bahwa
model ADDIE adalah kerangka kerja sederhana yang berguna untuk merancang pembelajaran
di mana prosesnya dapat diterapkan dalam berbagai pengaturan karena strukturnya yang
umum.
2. Model ADDIE dapat menggunakan pendekatan produk dengan langkah-langkah sistematis dan
interaktif.
3. Model ADDIE dapat digunakan utnuk pengembangan bahan pembelajaran pada ranah verbal,
keterampilan intelektual, psikomotor, dan sikap sehingga sangat sesuai untuk pengembangan
media blog untuk mata pelajaran TIK.
4. Model ADDIE memberikan kesempatan kepada pengembang desain pembelajaran untuk
bekerja sama dengan para ahli isi, media, dan desain pembelajaran sehingga menghasilkan
produk berkualitas baik.
1.Analysis (Analisis)
Kegiatan pada tahap analisis untuk menentukan komponen yang diperlukan untuk tahap
pembangunan selanjutnya yaitu:
(1) menentukan karakteristik pebelajar.
(2) menganalisis kebutuhan pebelajar dalam pembelajaran.
(3) membuat peta konsep berdasarkan penelitian awal. Dilanjutkan dengan. merancang
flow chart memberikan arah yang jelas untuk produksi produk.
(4) menentukan jenis media yang akan dikembangkan.
(5) menganalisis kendala yang ditemukan.
(6) merancang assessment untuk menguji kompetensi pebelajar. Akurasi dalam
menyelesaikan tugas, lembar kerja, kuis, dll.
(7) menganalisis perbedaan antara kelas web dan regular.
(8) mempertimbangkan pedagogis online. Verbal, visual, taktis, auditori, dll.
2. Design (Rancangan)
Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blue print). Tahapan yang perlu
dilaksanakan pada proses rancangan yaitu: pertama merumuskan tujuan pembelajaran yang
SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan realistic). Kemudian menentukan strategi
pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini
ada banyak pilihan kombinasi metode dan media yang dapat kita pilih dan tentukan yang
paling relevan.
Data yang diperoleh untuk pembelajaran TIK berupa silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Silabus dan RPP selanjutnya dikembangkan sebagai panduan untuk
menyusun bahan ajar yang akan dimuat dalam produk pengembangan.
3. Development (Pengembangan)
Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print atau desain tadi menjadi kenyataan.
Pada tahap ini dikembangkan e-learning mata pelajaran TIK yang berbasis web. Hal pertama
yang dilakukan dalam pengembangan produk adalah menganalisis pengguna sistem dan hal-
hal apa saja yang bisa dilakukan pengguna dan hal-hal apa saja yang bisa dilakukan pengguna
pada sistem.
Pengguna sistem adalah administrator, guru, dan siswa. Karena media yang dikembangkan
berbasis blog, akan membuka kesempatan bagi pengguna umum untuk ikut mengakses.
Administrator adalah pengguna yang paling tinggi hak untuk mengakses media. Administrator
bisa membuat kategori, mengorganisasi isi, mengorganisasi mata pelajaran, mengorganisasi
guru mata pelajaran, memilih dan mengubah tampilan.
4. Implementation (Implementasi)
Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan system pembelajaran yang
dikembangkan. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan di-instal atau disetting sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan.
Tahap implementasi pada penelitian ini, dilaksanakan dengan mengujicobakan media secara
langsung. Uji coba media dilaksanakan sebanyak dua tahap yaitu: tahap pertama uji validitas
oleh ahli isi mata pelajaran, ahli media pembelajaran, ahli desain pembelajaran. Tahap kedua
uji kepraktisan oleh kelompok perorangan, kelompok kecil, kelompok besar, dan guru mata
pelajaran teknologi informasi dan komunikasi. Hasil dari uji coba ini dijadikan landasan
untuk melaksanakan tahap evaluasi.
5. Evaluation (Evaluasi)
Tahap evaluasi pada penelitian ini dilaksanakan sampai evaluasi formatif bertujuan untuk
kebutuhan revisi. Berdasarkan hasil review para ahli dan uji coba lapangan yang sudah
dilakukan pada tahap implementasi selanjutnya dilakukan dua tahap analisis data yaitu
analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif dipergunakan untuk mengolah
data berupa masukan, kritik dan saran dari ahli dan uji lapangan untuk selanjutkan dilakukan
revisi bertahap untuk pengembangan media menjadi lebih baik. Sedangkan analisis data
kuantitatif diperoleh dari penilaian responden dalam bentuk angka pada angket yang
diberikan. Semua tahapan evaluasi ini bertujuan untuk kelayakan produk akhir. Layak dari
segi isi, desain dan user friendly.