Academia.eduAcademia.edu

MANUSIA DAN ALAM SEMESTA

RESUME ETIKA BISNIS DAN PROFESI KELAS A – KELOMPOK 1 : RINITA MUTIARASANI 1613010043 RIRIN CINTHIA M. 1613010046 VINA MULIA D. 1613010072 JIMMY WIRAHATI K. 1613010110 MEIDY TIARA N. SAUSAN 1613010223 ALFIAH N. AULIAH 1613010230 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2018/2019 BAB 1 : MANUSIA DAN ALAM SEMESTA HAKIKAT KEBENARAN Untuk memahami mengapa berbagai disiplin ilmu dan teknologi tidak sepenuhnya dapat menjelaskan dan memecahkan berbagai permasalahan di dunia saat ini, maka perlu kita renungkan terlebih dahulu apa yang dinyatakan oleh E.F.Schumacher (dalam Eko Wijayanto dkk.,2002) sebagai empat kebenaran besar yaitu : Kebenaran (hakikat) tentang eksistensi (dunia/alam semesta) Kebenaran tentang alat (tools) yang dipakai untuk memahami dunia Kebenaran tentang cara belajar tentang dunia Yang dimaksud dengan hidup di dunia Kebenaran tentang eksistensi menyangkut tentang adanya empat tingkat eksistensi yaitu benda, tumbuh – tumbuhan, hewan, manusia. Yang membedakan adalah unsur dari keempat eksistensi tersebut. Kebenaran tentang alat maksudnya ketepatan dalam penggunaan alat yang dipakai untuk memahami keempat tingkat eksistensinya. Kebenaran tentang cara hidup di dunia akan berbeda untuk empat bidang pengetahuan : (1) saya – batin, (2) saya – lahiriah, (3) dunia – batin, (4) dunia – lahiriah material. Dalam hidup di dunia dijumpai dua corak permasalahan yaitu yang pertama masalah konvergen (bertitik temu adalah sesuatu yang dipecahkan secara menyeluruh. Dan yang kedua masalah divergen (bertitikpisah) adalah seuatu yang berlawanan. Intinya adalah ada berbagai tingkat eksistensi alam dan tingkat eksistensi kesadaran. Oleh karena itu, untuk menemukan hakikat kebenaran tidaklah cukup hanya dengan mengandalkan pendekatan ilmiah/rasional. HAKIKAT EKSISTENSI ( DUNIA / ALAM SEMESTA ) Ada kecenderungan yang disodorkan oleh saintisme modern yaitu suatu paham yang sering disebt sebagai materialistik, mekanistik, dan deterministik, yang memandang dunia fisik/dunia murni sebagai satu – satunya yang diakui oleh ilmu pengetahuan. Alam semesta dianggap sebagai mesin raksasa yang bekerja secara mekanistik. Alam semesta dilihat sebagai materi / substansi yang terbentang luas dan tidak bernyawa, yang misterinya mampu dipecahkan dengan pendekatan ilmiah dan rasional. Namun Scumacher telah mengingatkan para ilmuwan tentang adanya tingkatan eksistensi alam semesta sebagai berikut : Benda = P Tumbuh - Tumbuhan = P + X Hewan = P + X + Y Manusia = P + X + Y + Z Dengan memberikan simbol P untuk benda mati, X untuk unsur hidup, Y untuk kesadaran, dan Z untuk kesadaran diri. Maka dapat dikatakan bahwa eksistensi alam semesta memiliki empat tingkat yaitu : Tingkat pertama adalah benda mati, yang hanya unsur P (substansi, materi). Tingkat kedua adlah tumbuh – tumbuhan, yang mempunyai unsur P dan X (kehidupan). Tingkat ketiga adlah golongan hewan, yang memiliki unsur P, X, Y (kesadran). Tingkat keempat adalah golongan manusia, yang mempunyai semua unsur P, X, Y, Z (unsur kesadaran ttransendental / spiritual). Dengan memanfaatkan pengetahuan fisika kuantum, Erbe Sentanu (2007) mengemukakan lapisan / tingkat keberadaan suatu benda (alam semesta) dikaitkan dengan alam kehidupan manusia seperti gambar dibawah ini. Tampak ( Fisika Newton ) Benda Nasib Molekul Karakter Atom Kebiasaan Partikel Tindakan Kuanta Pikiran Alam Energi Perasaan Tindak Tampak ( Fisika Kuantum ) Benda adalah sesuatu tampak, sedangkan alam energi adlah sesuatu yang tidak tampak. Nasib seseorang adalah sesuatu yang tampak, tapi perasaan seseorang adalah sesuatu yang tidak tampak.tindakan seseorang ditentukan dari pikirannya, sedangkan pikiran seseorang sangat dipengaruhi oleh perasaannya dan pada akhirnya tingkat kematangan emosi/perasaan seseorang akan mencerminkan tingkat kematangan kesadaran (spiritual) seseorang. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hakikat keberadaan alam semesta tidak hanya terbatas pada sesuatu yang bersifat fisik. Dengan adanya kemajuan ilmu fisika para ilmuwan mulai tertarik untuk mengkaji hal – hal spiritual secara lebih rasional, maka mulai diyakini bahwa hal – hal yang tidak tampak oleh pancaindra juga merupakan bagian tak terpisahkan dari hakikat keberdaaan. Disamping itu, makin dapat dibuktikan bahwa terdapat tingkatan – tingkatan keberadaan alam semesta dari yang kasat mata sampai yang tidak kasat mata dan sangat halus, seperti : pikiran, perasaan, dan kesadaran murni ( bisa juga disebut potensi tak terbatas, kesadaran murni, roh, spirit, Tuhan, atau sebutan lainnya). HAKIKAT MANUSIA Stevenson dan Haberman (2001) mengatakan bahwa meski ada begitu banyak hal yang sangat bergantung pada konsep tentang hakikat manusia, namun terdapat begitu banyak ketidaksepakatan mengenai apa itu hakikat manusia. Adanya ketidaksepakatan ini karena ada banyak pihak hanya melihat hakikat manusia secara sepotong – potong tanpa mendudukannya dalam konteks keseluruhan yang utuh. Karl Mars, misalnya (dalam Stevenson dan Haberman, 2001) mengatakan bahwa hakikat riil manusia adalah keseluruhan hubungan sosial dengan menolak adanya Tuhan dan menganggap bahwa tiap pribadi adalah produk dari tahapan ekonomis tertentu dari masyarakat manusia tempat manusia itu hidup. Untuk memahami hakikat manusia secara utuh, ada baiknya memahami kembali pendapat Schumacher tentang empat tingkat eksistensi kehidupan sebagaimana telah disinggung sebelumnya, yang terdiri dari benda, tumbuh – tumbuhan, hewan, dan manusia. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang menduduki tingkat eksistensi tertinggii karena memiliki semua unsur yang dimiliki oleh tingkat eksistensi yang lebih rendah, namun sekaligus juga memiliki unsur Z yang tidak ada pada tingkat eksistensi yang lebih rendah. Manusia adalah bagian darikeberdaan alam semesta. Segala sesuatu yang ada di alam semesta (makrokosmos) juga ada di alam manusia (mikrokosmos). Oleh karena itu, alam semesta dan alam manusia sebenarnya sama – sama mempunyai tiga lapisan keberdaa, yaitu : fisik (body), energi pikiran (mind), dan kesadaran murni (roh,soul,spirit). HAKIKAT OTAK (BRAIN) KECERDASAN (INTELEGENCY) Otak merupakan tubuh yang paling kompleks. Otak memiliki kemampuan yang sangat luar biasa, antara lain : memproduksi pikiran sadar, melakukan pilihan bebas, menyimpan ingatan, memungkinkan memiliki perasaan, menjembatani kehidupan spiritual dengan kehidupan materi atau fisik, kemampuan perabaan, persentuhan, penglihatan, penciuman, berbahasa,mengendalikan berbagai organ tubuh dan sebagainya. Spiritualitas berhubungan dengan upaya pencarian makna kehidupan melalui hubungan langsung antara diri dengan Tuhan (kekuatan tak terbatas, potensi murni). Hal tersebut dapat disimpulkan sbb: Pada awalnya para ilmuan hanya mengenal kecerdasan intelektual (IQ) dengan kecerdasan ini, manusia dianggap mamapu mengatasi berbagai persoalan hidup. Namun belakangan baru disadari bahwa sebenarnya manusia mempunyai banyak kecerdasan (multipel intelejense). Meskipun manusia mempunyai banyak kecerdasan, pada hakikatnya semua kecerdasan itu dapat dikelompokan dalam tiga jenis yaitu kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). Ketiga jenis kecerdasan tersebut merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, dengan SQ sebagai pondasinya. Etika adalah cabang ilmu yang membahas tentang prilaku manusia, mengenai apa yang baik dan apa yang tidak baik dalam konteks hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lain, dan manusia dengan alam. HAKIKAT PIKIRAN (MIND) DAN KESADARAN (CONSCIOUSNESS) Persepsi adalah proses pemberian makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Memori adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali. Berfikir adalah mengolah informasi dan memanipulasi informasi untuk memenuhi kebutuhan atau kebutuhan respon. Lapisan sadar berhubungan dengan dunia luar dalam wujud sensasi dan berbagai pengalaman yang didasari setiap saat. Lapisan prasadar  sering disebut  memori (ingatan) yang tersedia menyangkut pengalaman – pengalaman yang tidak disadari pada saat pengalaman tersebut terjadi, dengan mudah dapat muncul kembali menjadi kesadaran secara spontan atau dengan sedikit usaha. Lapisan tidak sadar yang merupakan lapisan yang paling dalam dari pikaran manusia, menyimpan semua dorongan insting  primitif serta emosi dan memori  yang mngancam pikiran sadar yang telah sedemikian ditekan, atau secara tidak disadari telah didorong ke dalam lapisan yang paling dalam pada pikiran manusia. Menurut Khrisna kesadaran manusia terbagi menjadi lima tingkat / lapisan yaitu : Lapisan kesadaran fisik, yang ditentukan oleh makanan. Lapisan kesadaran psikis, yang didasarkan atas energi dari udara yang disalurkan melalui pernapasan. Lapisan kesadaran pikiran, yang merupakan kesadaran pikiran rasional dan emosional. Bila pikiran kacau atau dalam keadaan marah, maka napas akan lebih cepat. Dan sebalikanya jika pikiran tenang maka napas kita juga tenang , karena seluruh kepribadian kita ditentukan oleh pikiran . Lapisan intelegensia (bukan Intelek ), menyangkut kesadaran hati nurani atau budi pekerti. Lapisan ini yang menyebabkan manusia menjadi bijak. Lapisan kesadaran murni (kesadaran transendental), merupakan hasil akhir pemekaran kepribadian manusia, yang merupakan tingkat kesadaran tertinggi yang dapat dicapai oleh manusia. Manusia telah memiliki kesadaran mental atau emosional yang telah berkembang, sementara hewan belum mencapai tingkat atau lapisan kesadaran ini. TUJUAN DAN MAKNA KEHIDUPAN Siapa pun pasti sependapat dan tidak ada yang membantah bahwa tujuan hidup umat manusia adalah untuk memperoleh kebahagian. Bahkan Jalaluddin Rahmad (2004) mengatakan secara agama, filsafat, ilmu pengetahuan, orang harus bahagia. Namun dalam kehidupan era dewasa ini dipenuhi oleh filsafat materialisme, makin banyak orang yang merasa tidak bahagia. Kebahagian seolah – olah menjadi barang langka yang sulit dijangkau. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan pemahaman tentang cara untuk mencapai kebahagian itu sendiri. Perbedaan pemahaman tentang hidup ini sangat berpengaruh pada evolusi kesdaran seseorang. ALAM SEMESTA SEBAGAI SATU KESATUAN SISTEM Alam semesta beserta isinya sebenarnya merupakan kesatuan sistem. Pengertian sistem menurut Kamus Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta (1976) adalah : Sekelompok bagian (alat dan sebagainya) yang bekerja sama untuk melakukan suatu maksud, misalnya urat syaraf dalam tubuh. Sekelompok pendapat, peristiwa, kepercayaan, dan sebagainya yang disusun dan diatur dengan baik, misalnya filsafat. Cara (metode) yang teratur untuk melakukan sesuatu, misalnya pengajaran bahasa. Jogiyanto (1988) menyebutkan bahwa setiap sistem mempunyai karakteristik sebagai beriikut : Mempunyai komponen – komponen Ada batas suatu sistem Ada lingkungan luar sistem Ada penghubung Ada masukan, proses, dan keluaran Ada sasarann atau tujuan. Inti dari pemahaman konsep sistem adalah bahwa setiap elemen saling bekerja sama, saling mendukung, saling memerlukan, dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain dalam rangka mencapai tujuan keseluruhan sistem. Oleh karena itu, adanya gangguan pada satu elemen sekecil apapun gangguan tersebut akan mempengaruhipola interaksi denga elemen lainnya. Dan pada akhirnya, hal tersebut akan berpengaruh pada pencapaian tujuan secara keseluuruhan sebagai satu kesatuan. SPIRITUALITAS DAN ETIKA Sebenarnya, kajian etika erat kaitannya dengan pengembangan karakter. Namun pengembanngan karakter harus dilakukan melalui pengembangan keempat kecerdasan manusia (PQ, IQ, EQ, SQ) secara seimbang dan utuh. Banyak pakar etika yang masih membedakan antara etika dengan spiritualitas., padahal keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat dan tidak dapat dipilah – pilah. Menurut mereka etika adalah adat, kebiasaan, ilmu, yang mempelajari hubungan perilaku manusia yang bersifat horizontal yaitu hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia denganlembaga/intitusi, manusia dengan alam, dan lembaga dengan lembaga. Sementara itu, spiritualitas berhubungan dengan perilaku manusia yang bersifat vertikal, dalam arti hubungan manusia dengan Tuha/ kekuatan tak terbatas. Menurut mereka, spiritulitas bukan merupakan bidang kajian etika. Setiap manusia harus menyadari bahwa kesempatan hidup di dunia ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mencapai tingkat kesadaran Tuhan. Bila kesadaran spiritual telah tercapai, maka kesadaran etis dengan sendirinya tercapai. Namun dalam perjalanan mendaki puncak spiritual ini, syarat mutlak yang harus dipenuhi adalah orang yang besangkutan harus menjalankan perilaku hidup yang etis dan hidup sesuai dengan norma – norma moral yang telah diajarkan oleh semua agama. Pada tahap awal, perilaku etis akan mempengaruhi kesadaran spiritual seseorang. Namun pada langkah – langkah selanjutnya, kesadaran spiritual akan menentukan tingkat kesadaran etis seseorang. BAB 2 : FILSAFAT, AGAMA, ETIKA, DAN HUKUM HAKIKAT FILSAFAT Filsafat bersal dari dua kata yunani phlio dan sophia, yang mana phlio berarti berarti cinta dan sophia berarti bijaksana. Dengan demikian philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan.(puad farid ismail dan abdul hamid mutawalli 2003). Karaktereristik utama berpikir filsafat adalah sifatnya yang menyeluruh, sangat mendasar, dan spekulatif.sifatnya yang menyeluruh artinya mempertanyakan hakikat keberadaan dan kebenaran tentang keberadaan itu sendiri sebagai satu kesatuan secara keseluruhan, bukan dariperspektif bidang perbidang, atau sepotong-sepotong. Sifatnya yang mendasar bearti bahwa filsafat tidak begitu saja percaya bahwa ilmu adalah benar .Sifat yang spekulatif karna filsafat selalu ingin mencari jawab bukan sja pada suatu hal yang sudah di ketahui tetapi juga pada suatu hal yang belum di ketahui. Objek filsafat bersifat universal dan mencakup segala sesuatu yang dialami manusia. Selanjutnya abdulkadir muhamad menjelaskan filsafat dengan melihat unsur-unsur sebagai berikut : Kegiatan intelektual (pemikiran) Mencari makna yang hakiki (interpretasi) Segala fakta dengan gejala.(obek) Dengan cara refleksi, metodis dan sistematis. Untuk kebahagian manusia (tujuan) Perbedaan filsafat dengan ilmu No Aspek Filsafat Ilmu 1 Ontologis Segala sesuatu yang bersifat fisik dan nonfisik, baik yang dapat di rekam melalui indra maupun yang tidak Segala sesuatu yang bersifat fisik dan yang dapat di rekam melalui indra. 2 Epistemologis Pendekatanyang bersifat reflektif atau rasional-dedukatif Pendekatan ilmiah, menggunakan pendekatan dedukatifdan indukatif secara saling melengkapi. 3. Aksiologis Sangat abstrak bermanfaat tetapi tidaksecara langsung bagi umat manusia. Sangat konkret, langsung dapat dimanfaaatkan bagi kepentingan umat manusia. HAKIKAT AGAMA Rumusan pengertian agama berdasarkan unsur-unsur penting sebagai berikut : Hubungan manusia dengan sesuatu yang tak terbatas, yang transdental Tuhan Yang Maha Esa. Berisi pedoman tingkah laku, nilai-nilai, dan norma-norma yang diwahyukan oleh Tuhan melalui Nabi. Untuk kebahagian hidup manusia di dunia dan hidup kekal di akhirat. Dalam pengertian beragama mencakup unsur-unsur utama sebagai berikut : Ada kitab suci . Kitab yang di tulis oleh nabi berdasarkan wahyu langsung dari tuhan. Ada suatu lembaga yang membina menuntun manusia, dan menafsirkan kitab suci bagi kepentingan umatnya. Setiap agama berisi ajaran dan pedoman tentang : Taqwa, dogma, doktrin, atau filsafat tentang ketuhanan. Susila, moral, atau etika. Ritual upacara atau tata cara beribadat. Tujuan agama. HAKIKAT ETIKA Etika berasal dari kata yunani ethos (bentuk tunggal) yang berarti tempat tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat watak persaaan, sikap dan cara berfikir. Etika secara etimologi dapat di artikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa di lakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan yang berkenaan dengan hidup yang baika dan yang buruk (kanter 2001). Menurut lawrence weber dan post (2005) etika adalah suatu konsepsi tentang prilaku yang benar dan salah. Etika menjelaskan prilaku bermoral atau tidak dan berkaitan dengan hubungan kemanusiaan yang fundamental. Sehingga dapat di simpulkan bahwa : Etika sebagai praktis sama dengan moral atau moralitas yang berarti adat isti adat, kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma yang berlaku dalam kelompok atau masyarakat. Etika sebagai suatu ilmu atau tata susila adalah pemikiran/penilain moral. HAKIKAT NILAI Nilai uang (harga) yang dibayar untuk memperoleh barang tersebut sering disebut sebagai nilai ekonomis. Doni Koesoema A. (2007) nilai sebagai kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dan dihargai sehingga dapat menjadi semacam objek bagi kepentingan tertentu. Fuad Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli (2003) nilai sebagai standar atas ukuran (norma) yang kita gunakan untuk mengukur segala sesatu Sorokin dalam Capra (2002) menggunakan tiga system nilai dasar yang melandasi semua manifestasi suatu kebudayaan, yaitu: nilai indriawi, ideasional, dan idealistis. System nilai indriawi menekankan bahwa nilai-nilai indriawi (materi) merupakan realitas akhir (ultima), dan bahwa fenomena spiritual hanyalah suatu manifestasi dari materi. Dari penjelasan tentang nilai, sebenarnya dapat disimpulkan tiga hal, yaitu: Nilai selalu dikaitkan dengan sesuatu (benda, orang, hal) Ada bermacam-macam (gugus) nilai selain nilai uang (ekonomis) yang sudah cukup dikenal Gugus-gugus nilai itu membentuk semacam hierarki dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi. HUBUNGAN AGAMA, ETIKA DAN NILAI Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi berkat kelebihan akal/pikiran yang diberikan Tuhan kepada manusia. Manusia mampu memperoleh ilmu tentang hakikat beradaan melalui proses penalaran serta mampu menyadari adanya kekuatan tak terbatas dari luar dirinya yang menciptakan dan mengatur eksistensi alam raya. Semua agama melalui kitab sucinya masing-masing mengajarkan tentang tiga hal pokok, yaitu: Hakikat Tuhan (God, Allah, Gustu Allah, Budha, Brahma, Kekuatan tak terbatas, dan lain-lain) Etika, tata susila Ritual, tata cara beribadat Tujuan semua agama adalah untuk merealisasikan nilai tertinggi, yaitu hidup kekal di akhirat. KARAKTER DAN KEPRIBADIAN Karakter adalah sisi kepribadian yang didapat dari pengalaman, pendidikan, dan lingkungan sehingga bisa dikatakan bahwa karakter adalah bagian dari kepribadian. Karakter adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang Karakter menentukan keberhasilan seseorang Karakter dapat diubah, dibentuk, dipelajari melalui pendidikan dan pelatihan tiada henti serta memalui pengalaman hiduo Tingkat keberhasilan seseorang ditentukan oleh tingkat kecocokan karakter yang dimilikinya dengan tuntutan kenyataan. KECERDASAN, KARAKTER, DAN ETIKA Etika dan Karakter 3 Golongan Etika Karakter Utama Teo Etika Saling ketergantungan Masalah aku dengan Tuhan 9. takwa 8. Ikhlas 7. Tawakal Sosio Etika Ketergantungan Masalah aku dengan orang lain 6.Silaturahmi 5.Amanah 4.Husnuzan Psiko Etika Kemandirian Masalah aku dengan aku 3.Tawaduk 2.Syukur 1.Sabar Konsep etika selama ini hanya dipahami sebatas hubungan antara manusia dengan manusia lainnya, sedangkan konsep etika Nafis berdasarkan paradigm manusia utuh yaitu masalah manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain dan alam, serta manusia dengan Tuhan. MODEL PEMBANGUNAN MANUSIA UTUH Kecerdasan yang dikembangkan hanya IQ dan kesehatan fisik sehingga praktis kurang atau bahkan lupa mengembangkan EQ dan SQ. karakter positif hanya dapat dikembangkan melalui pengembangan hakikat manusia secara utuh. Dalam pengembangan manusia utuh, perlu dikembangkan juga secara seimbang kecerdasan emosional dan spiritual di samping kecerdasan intelektual dan kesehatan fisik. Pola hidup masyarakat modern dewasa ini dilandasi oleh paradigma hakikat manusia yang tidak utuh. Manusia lebih berorientasi mengejar kekayaan materi, kesenangan indriawi, dan kekuasan sehingga kurang atau lupa untuk mengembangkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Manusia dalam kehidupan mereka sehari-hari telah bertindak secara tidak etis. Sikap dan perilaku tidak etis ini mengakibatkan terbentuknya karakter negative umat manusia sebagai konsekuensinya. Untuk mengatasi hal ini, perlu dikembangkan paradigm hakikat manusia seutuhnya dengan mengembangkan sikap dan perilaku hidup etis dalam arti luas, yaitu dengan memadukan dan menyeimbangkan kualitas kesehatan fisik, pengetahuan intelektual, kematangan emosional dan kerukunan sosial.