Academia.eduAcademia.edu

Pemanfaatan Teknologi oleh Masyarakat Maritim

Nurfadillah maulidini

ABSTRAK Indonesia dengan potensi lautnya memungkinkan masyarakat pesisir untuk memanfaatkannya dan mendapatkan penghasilan dari laut. Untuk mendukung pengelolaan laut itu, masyarakat pesisir sudah menggunakan banyak teknologi untuk mengefisienkan pekerjaanya. Mereka menggunakan teknologi seperti Shopisicated Fish Catcher Machine dan rumpon dalam menangkap ikan dan menggunakan sistem basah dalam mendistribusikan hasil lautnya. Selain itu, masyarakat pesisir juga mengolah hasil lautnya menggunakan prinsip-prinsip teknologi dalam mengolah produk tradisional maupun modernnya. Mereka menggunakan teknologi pengasinan, fermentasi, pemindangan, dan pengasapan dalam mengolah produk tradisioalnya. Serta menggunakan teknologi pembekuan, pengalengan, surimi dalam mengolah produk modernnya. Walaupun banyak teknologi yang membantu pekerjaan masyarakat pesisir, tapi tetap saja ada teknologi yang dilarang penggunaanya yaitu penggunaan bahan peledak karena dianggap merusak alam sekitar. Kata kunci: masyarakat pesisir teknologi menangkap ikan, teknologi yang dilarang, teknologi pengolahan hasil laut

Pemanfaatan Teknologi oleh Masyarakat Maritim Nurfadillah Maulidini (F041191054) Program Studi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin, Makassar 90245 Abstrak Indonesia dengan potensi lautnya memungkinkan masyarakat pesisir untuk memanfaatkannya dan mendapatkan penghasilan dari laut. Untuk mendukung pengelolaan laut itu, masyarakat pesisir sudah menggunakan banyak teknologi untuk mengefisienkan pekerjaanya. Mereka menggunakan teknologi seperti Shopisicated Fish Catcher Machine dan rumpon dalam menangkap ikan dan menggunakan sistem basah dalam mendistribusikan hasil lautnya. Selain itu, masyarakat pesisir juga mengolah hasil lautnya menggunakan prinsip-prinsip teknologi dalam mengolah produk tradisional maupun modernnya. Mereka menggunakan teknologi pengasinan, fermentasi, pemindangan, dan pengasapan dalam mengolah produk tradisioalnya. Serta menggunakan teknologi pembekuan, pengalengan, surimi dalam mengolah produk modernnya. Walaupun banyak teknologi yang membantu pekerjaan masyarakat pesisir, tapi tetap saja ada teknologi yang dilarang penggunaanya yaitu penggunaan bahan peledak karena dianggap merusak alam sekitar. Kata kunci: masyarakat pesisir teknologi menangkap ikan, teknologi yang dilarang, teknologi pengolahan hasil laut Latar belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang besar yang memiliki wilayah laut yang sangat luas yaitu sekitar 3,544 juta km2 serta garis pantai sekitar 81.000 km. Dari data ini, bisa dibilang bahwa 70% wilayah Indonesia adalah air. Karena kondisi perairan Indonesia yang luas menyebabkan banyak kota, baik provinsi maupun kabupaten yang terletak di wilayah pesisir sehingga sekitar 140 juta penduduk Indonesia hidup di wilayah pesisir. Melihat hal-hal diatas, sudah sepantasnya jika wilayah laut dan pesisir Indonesia harusnya diberikan perhatian lebih karena banyaknya penduduk yang perlu diperhatikan kesejahteraannya. Juga, jika dikelola dengan baik, wilayah laut Indonesia bisa menghasilkan pendapatan besar baik untuk masyarakat sekitar pesisir maupun pendapatan negara. Dalam mengelola laut, perlulah masyrakat maritim dikenalkan dengan teknologi-teknologi yang dapat membantu kegiatan mereka dalam menjalankan pekerjaan mereka dilaut maupun memanfaatkan hasil laut mereka. Akan tetapi jika dilihat kenyataannya, masih kurang masyarakat pesisir yang mengetahui tentang pemanfaatan teknologi ini. Padahal, jika mereka bisa memanfaatkan teknologi, pekerjaannya bisa lebih mudah dan juga bisa meningkatkan jumlah pendapatan mereka. Akan tetapi tidak semua masyarakat pesisir buta akan teknologi. Sudah banyak pula masyarakat pesisir yang memanfaatkan teknologi yang membantunya dalam menangkap ikan serta melakukan kegiatan sehari-hari. Maka dari itu artikel ini akan membahas teknologi-teknologi apakah yang telah di gunakan oleh masyarakat pesisir. Rumusan masalah Apa saja teknologi yang di gunakan masyarakat pesisir? Teknologi penangkapan ikan apa yang dilarang penggunaanya? Teknologi apa yang digunakan masyarakat pesisir untuk mengolah hasil lautnya? Pembahasan Teknologi yang di gunakan masyarakat pesisir Teknologi sekarang telah berkembang secara pesat, perkembangannya ini meberikan dampak besar dalam kehidupan manusia. Teknologi ini banyak membantu manusia dengan mempermudah pekerjaan manusia. Salah satu hal yang merasakan dampak perkembangan teknologi ialah masyarakat pesisir. Teknologi-teknologi yang digunakan dalam masyarakat maritim ialah: Shopisicated Fish Catcher Machine. Dengan adanya teknologi, menolong masyarakat pesisir untuk mempermudah mereka dalam mencari ikan dan mengolah hasil lautnya. Salah satu teknologi yang digunakan ialah Shopisicated Fish Catcher Machine. Shopisicated Fish Catcher Machine merupakan teknologi penangkapan teri dan udang rebon ramah lingkungan pada bagan tancap dengan lampu LED bawah air tenaga surya merupakan suatu teknologi yang digunakan dalam bidang penangkapan ikan khususnya pada penangkapan ikan teri dan udang rebon. Alat ini didesain sedemikian rupa yang berupa lampu LED water proof yang diaplikasikan sebagai pengganti lampu petroma yang biasa digunakan nelayan pada bagan tancap. Dilihat dari berbagai manfaat yang dimiliki oleh produk teknologi ini yang berperan langsung dalam praktisi lapangan yang membantu nelayan dalam peningkatan hasil tangkapan pada bagan tancap sekaligus dapat mengurangi penggunaan bahan bakar minyak yang dapat menjadi limbah dalam penggunaan mesin diesel pada bagan tancap yang sangat tidak ramah lingkungan bahkan menimbulkan pencemaran pada daerah wilayah pesisir dalam perspektif keamanan maritim. Alat ini telah melalui tahap uji coba dengan membandingkan dengan alat tradisional nelayan pesisir. Hasilnya, alat ini terbukti dapat meningkatkan hasil tangkapan nelayan sebanyak 2-3 kali lipat dibandingkan teknologi tradisional yang sebelumnya dimanfaatkan. Selain menghasilkan banyak hasil tangkapan, alat ini juga hemat karena menggunakan tenaga surya sebagai sumber energinya. Sehingga bisa menghemat penggunaan minyak yang membutuhkan alokasi dana dan juga limbahnya yang mencemari lingkungan. Alat ini juga memungkinkan pelayan untuk mencari ikan tanpa perlu bergantung pada terang bulan lagi. Walaupun cuaca mendung dan tidak ada cahaya bulan, pelayan masih bisa mencari ikan menggunakan alat ini. Rumpon Rumpon merupakan alat bantu dalam penangkapan ikan. rumpon sebagai alat bantu untuk mengumpulkan ikan dengan menggunakan berbagai jenis atraktor dari benda padat yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul. Teknologi rumpon saat ini sudah semakin banyak dikembangkan, salah satunya ialah rumpon portable. Rumpon portable merupakan rumpon yang tidak diletakkan secara tetap di perairan, tetapi diletakkan pada saat akan melakukan kegiatan penangkapan ikan di daerah penangkapan ikan tersebut. Ketika tidak digunakan, rumpon tersebut dapat dibawa atau dipindahkan ke daerah lain atau disimpan hingga dilakukan operasi penangkapan ikan selanjutnya. Rumpon portable dimaksudkan untuk mengumpulkan ikan yang berasosiasi pada rumpon, lalu ikan tersebut ditangkap oleh nelayan. Secara garis besar rumpon, baik rumpon laut dalam maupun rumpon laut dangkal pada prinsipnya terdiri dari empat komponen utama, yaitu: (1) pelampung atau float; (2) tali panjang atau rope; (3) pemikat ikan atau atractor dan (4) pemberat atau sinker. Rumpon ini pernah memiliki polemik akibat dianggap merusak ekositem. Rumpon atau cantrang pernah resmi dilarang penggunaanya pada tahun 2015 oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Saat resmi dilarang, semua nelayan yang menggunakan cantrang langsung menyatakan penolakannya. Tidak hanya melalui aksi unjuk rasa, penolakan nelayan dan pengusaha perikanan juga dilakukan dengan mendatangi Ombusdman RI. Mereka mengeluhkan pelarangan tersebut. Saat itu, Ketua Ombudsman RI Amzulian Rifai langsung merespon keluhan tersebut dengan mengeluarkan rekomendasi kepada KKP. Dalam rekomendasi tersebut, KKP diminta untuk melaksanakan masa transisi peralihan dari cantrang ke API yang baru yang memenuhi kriteria ramah lingkungan seperti disyaratkan KKP. Setelah keluar rekomendasi dari Ombusdman RI, KKP langsung meresponnya dengan menunda pelarangan Cantrang dan memberikan waktu transisi peralihan terhitung sejak 2015 dan berakhir pada Desember 2016. Dengan demikian, selama masa transisi, cantrang tetap bisa digunakan sebagai API. Namun, polemik kemudian muncul lagi, saat KKP mengakhiri masa transisi pada 31 Desember 2016 dan mulai memberlakukan Permen No 2 Tahun 2015. Otomatis, para nelayan dan pengusaha perikanan yang menggunakan Cantrang harus segera menggantinya. Saat keluhan dari nelayan terus muncul, Presiden RI Joko Widodo memberikan tanggapannya. Kepada media, Presiden menjanjikan Pemerintah akan berusaha memberikan solusi yang terbaik untuk para nelayan yang menggunakan API cantrang. Selain itu, Presiden juga berjanji akan mengevaluasi dan melihat langsung ke lapangan tentang masalah tersebut. Dengan demikian, dia bisa menentukan arah kebijakan yang akan diambil oleh Pemerintah. Sistem basah Sistem basah, yaitu pengangkutan ikan dengan menggunakan air sebagai media. Dalam hal ini air ditempatkan pada wadah pengangkut dengan sitem tertutup atau sistem terbuka. Pada pengangkutan jarak jauh sebaiknya dilengkapi dengan aerator untuk memungkinkan terjadinya suplai oksigen. Selain itu, ikan hidup juga dapat ditransportasikan dengan menempatkan ikan di dalam kantung plastik berisi air dan kemudian diinjeksikan oksigen serta ditutup atau diikat rapat-rapat. Sistem basah ini dibagi atas 2 yaitu : Sistem Terbuka       Pada sistem ini ikan diangkut dalam wadah terbuka atau tertutup tetapi secara terus menerus diberikan aerasi untuk mencukupi kebutuhan oksigen selama pengangkutan. Biasanya sistem ini hanya dilakukan dalam waktu pengangkutan yang tidak lama. Berat ikan yang aman diangkut dalam sistem ini tergantung dari efisiensi sistem aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran, serta jenis spesies ikan. Sistem Tertutup        Dengan cara ini ikan diangkut dalam wadah tertutup dengan suplai oksigen secara terbatas yang telah diperhitungkan sesuai kebutuhan selama pengangkutan. Wadah dapat berupa kantong plastik atau kemasan lain yang tertutup. Teknologi yang dilarang penggunaanya Sudah di sebutkan sebelumnya bahwa teknologi memiliki peran penting dalam mempermudah pekerjaan manusia. Akan tetapi terkadang teknologi tersebut disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab sehingga memberikan dampak buruk baik untuk manusia maupun pada alam. Ini adalah beberapa teknologi yang dilarang karena memilik dampak buruk yaitu merusak alam. Teknologi yang di larang itu ialah bahan peledak. Penggunaan alat ini bersifat merugikan bagi sumberdaya perairan yang ada dan memberi dampak yang kurang baik bagi ekosistem perairan. Penggunaan bahan peledak dalam penangkapan ikan di sekitar daerah terumbu karang menimbulkan efek samping yang sangat besar. Selain merusak terumbu karang yang ada di sekitar lokasi peledakan, juga dapat menyebabkan kematian biota lain yang bukan merupakan sasaran penangkapan. Oleh sebab itu, penggunaan bahan peledak berpotensi menimbulkan kerusakan yang luas terhadap ekosistem terumbu karang. Teknologi pengolahan hasil laut Pengelompokan produk perikanan dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dapat dibedakan atas produk tradisional dan produk modern atau produk siap masak dan produk siap saji/siap konsumsi. Teknologi Pengolahan Produk Tradisional Indonesia kaya akan berbagai jenis produk tradisional yang biasanya memiliki kekhasan atau keunikan dari segi bentuk, bau dan rasa. Produk tradisional dari suatu daerah sulit untuk ditemukan di daerah lain, kecuali untuk produk-produk tertentu yang sudah dikenal secara luas, seperti ikan asin, ikan asap dan kerupuk ikan. Kadang – kadang untuk produk yang sama dikenal dengan nama berbeda di daerah lain, seperti ikan asap dikenal dengan nama ikan sale di Sumtera Selatan, ikan asar di Maluku dan ikan fufu di Sulawesi Utara. Teknologi produk tradisional perikanan dicirikan dengan suatu gambaran yang kurang baik, yaitu produk tradisional diolah dengan tingkat sanitasi dan higiene yang rendah, menggunakan bahan mentah dengan tingkat mutu atau kesegaran yang rendah, keamanan pangannya tidak terjamin, teknologi yang digunakan secara turun temurun, dan perusahaan dikelola oleh keluarga dengan tingkat kemampuan manajemen kurang memadai. Data statistik menunjukkan bahwa 49,99% pemanfaatan ikan laut adalah dalam bentuk produk tradisional (Ditjen Perikanan Tangkap, 2006). Teknologi pengasinan ikan biasanya menghasilkan produk ikan asin kering. Permasalahan utama yang dihadapi oleh pengolah ikan asin adalah proses pengeringan. Ketika musim hujan dan kemungkinan serangan belatung lalat selama pengeringan, terutama bila pengeringan memerlukan waktu lama. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan alat pengering mekanis. Tetapi penggunaan alat tersebut masih kurang menarik bagi pengolahan ikan asin, karena harus mengeluarkan biaya ekstra untuk listrik dan kapasitasnya terbatas. Teknologi fermentasi menghasilkan berbagai jenis produk ikan fermentasi, seperti ikan peda, jambal roti, kecap ikan, terasi, ikan tukai, bekasang, bekasam, naniura, picungan dan cincaluk (Irianto dan Irianto, 1998). Ikan peda, jambal roti, kecap ikan dan terasi telah dikenal secara luas di Indonesia dan umumnya diolah dari ikan laut. Bekasam dan naniura adalah produk fermentasi yang menggunakan ikan air tawar sebagai bahan mentahnya. Bekasam berasal dari Sumatera Selatan yang diolah dari ikan mas, bader, murrel, nila, dan mujahir. Sedangkan naniura berasal dari Sumatera yang dapat diolah dari ikan gabus. Perbaikan teknologi pengolahan produk ikan fermentasi dilakukan dengan penggunaan starter mikroba yang terseleksi/unggul, sehingga pengolahan yang biasanya melalui proses fermentasi spontan yang tidak terkontrol menjadi proses fermentasi yang lebih terkendali. Teknologi pemindangan yang telah dikenal cukup luas menghasilkan produk yang digemari masyarakat, khususnya di pulau Jawa. Teknik pemindangan yang diterapkan oleh para pemindang banyak variasinya, tergantung pada daerah, jenis dan ukuran ikan serta daerah pemasaran, tetapi secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pemindangan garam dan pemindangan air – garam. Berdasarkan daerah produksinya dikenal dengan pindang bandeng Kudus, pindang bandeng Juwana dan pindang Bawean. Sekarang telah berkembang teknologi bandeng presto atau teknologi pindang bandeng duri lunak. Salah satu kelemahan dari produk pindang adalah umur simpannya yang relatif pendek, sekitar 3-4 hari, tetapi pindang bandeng presto yang dikemas dengan baik dalam kondisi vakum dapat mencapai lebih dari satu bulan. Teknologi pengasapan termasuk cara pengawetan ikan yang telah diterapkan secara turun temurun. Pengasapan sering dikombinasikan dengan pengeringan sinar matahari dan atau perlakuan pendahuluan dengan penggaraman. Suhu pengasapan bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya tergantung permintaan konsumen dan tipe unit pengasapan yang digunakan. Tetapi sebagian besar produk diolah menggunakan pengasapan panas (hot smoking), yaitu suhu pengasapan menyebabkan produk yang diolah masak. Sekarang telah dikembangkan teknologi pengasapan dengan menggunakan asap cair (cuka kayu) yang menghasilkan produk dengan flavor yang lebih seragam dibandingan dengan metoda tradisional. Dari kombinasi teknologi pengasapan dan pengeringan dapat dihasilkan produk ikan kayu arabushi yang selama ini diekspor ke Jepang. Arabushi kemudian diberi perlakuan pengkapangan yang menghasilkan produk katsuobushi yang digunakan untuk penyedap masakan. Saat ini telah berkembang produk camilan ikan siap konsumsi, misalnya ikan balita goreng di Bogor, ikan saluang goreng di Banjarmasin dan Palembang, serta ikan gerang dan keripik ikan segar dari Bali. Produk olahan tradisional lainnya yang telah dikenal luas adalah petis dan kerupuk. Produk-produk ini memerlukan teknologi pengolahan yang khusus sesuai dengan skala industri Teknologi Produk Olahan Non-Tradisional Banyak jenis teknologi pengolahan yang dapat digolongkan pada kelompok ini, mulai dari teknologi yang sederhana sampai yang memerlukan peralatan yang relatif canggih. Teknologi pembekuan telah dimanfaatkan untuk menghasilkan berbagai jenis produk yang dipasarkan dan disimpan dalam keadaan beku dengan bahan mentah ikan atau udang. Produk ikan dapat dipasarkan beku dalam bentuk ikan utuh yang telah disiangi, loin, fillet dan lain-lain yang pada umumnya dari ikan laut. Ikan air tawar yang selama ini kurang berkembang dalam variasi bentuk produk yang dipasarkan, sangat memungkinkan untuk dipasarkan dalam bentuk fillet. Fillet ikan air tawar yang telah berkembang adalah untuk ikan nila dan ikan patin, bahkan kedua produk tersebut telah menjadi produk ekspor. Teknologi pengalengan sebagai cara pengawetan ikan untuk jangka waktu yang panjang telah lama berkembang di Indonesia, khususnya di pusat-pusat pendaratan ikan seperti di Muncar (Banyuwangi), Pengambengan (Bali) dan Bitung (Sulawesi Utara). Ikan kaleng ditemukan di pasaran dalam berbagai macam yang berbeda dalam hal bahan mentah, medium, ukuran kaleng dan proses pengolahan yang digunakan. Bahan mentah ikan kaleng yang digunakan di Indonesia adalah tuna, cakalang dan lemuru. Salah satu potensi pengembangan produk ikan kaleng adalah penggunaan medium yang mencirikan khas Indonesia, seperti kuah kare, bumbu pesmol, kuah soto, sambel goreng dan lain-lain. Selain itu banyak jenis ikan yang terdapat di perairan Indonesia memberi peluang untuk memproduksi ikan kaleng dengan berbagai jenis bahan mentah. Teknologi surimi dan teknologi daging lumat memungkinkan diterapkan untuk pemanfaatan ikan bernilai ekonomis rendah. Surimi adalah produk setengah jadi yang diolah dengan melumatkan daging ikan, kemudian dicuci dengan air dingin untuk menghilangkan sifat organoleptis yang kurang menarik dan setelah itu dipisahkan airnya. Surimi dapat dipasarkan dalam keadaan beku. Surimi dan daging lumat merupakan produk setengah jadi yang dapat diolah menjadi berbagai jenis produk, seperti bakso, sosis, nugget, burger, sate lilit, otak-otak, dan pempek. Selain itu surimi juga dapat digunakan untuk produksi surimi based products seperti produk analog udang dan daging kepiting. Kesimpulan Dengan memanfaatkan teknologi masyarakat pesisir mejalani kehisupannya dengan lebih mudah. Teknologi membantu masyarakat pesisir dalam menangkap ikan dan mengolah hasil lautnya. Dan itu sudah terbukti efektif dalam meningkatkan hasil tangkapannya dan mempermudah dalam distribusi hasil lautnya. Juga sangat membantu dalam mengolah hasil laut dan membuat masyarakat pesisir bisa memasarkan produk olahanya. Walaupun begitu, tetap ada saja teknologi yang tidak boleh penggunaanya karena dapat merusak ekosistem dan mengganggu keseimmbangan laut. Daftar pustaka Irianto, Hari Eko, Indroyono soesilo. 2007. Dukungan teknologi penyediaan produk perikanan. Makalah. Dalam: Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia di Auditorium II Kampus Penelitian Cimanggu, 21 November. Widodo, Ari, DKK. 2020. Pengaruh teknologi panel surya dan budaya maritim terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat maritim (studi kasus: pulau pasaran provinsi lampung). Jurnal Keamanan Maritim. 6(1): 37- 52 Yusfiandayan, Roza, DKK. 2014. Konstruksi dan produktivitas rumpon portable di perairan palabuhanratu, jawa barat. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. . 5(1): 118