Muhammad Erwin Zulkarnain (10)
122091993043
Tadris IPS 2C
JURNAL DASAR – DASAR GEOGRAFI
“ ILMU GEOGRAFI POLITIK ”
Abstrak
Geografi dengan cepat berkembang. Perkembangan ini telah terjadi dari sudut teori maupun
fakta yang ada di dalam kehidupan. Ilmu geografi membuka wawasan bagi peserta didik
bahwa ilmu geografi selalu mengalami perkembangan yang cepat sesuai kiprah dari manusia
itu sendiri. Dalam kaitannya dengan pembelajaran ilmu geografi di pendidikan Indonesia,
terdapat standar kompetensi yang diduga berat dilaksanakan, yaitu kompetensi dasar siswa
mampu menerapkan Sistem lnformasi Geografis ( SIG ) dalam metode geografi dan ada
kendala dalam pelaksanaanya, dan melalui berkembangnya ilmu geografi maka munculah
Geografi politik. Mendefinisikan Geografi Politik dan ruang lingkupnya merupakan tugas
yang sulit, sebab sasaran dan tujuannya berubah seiring dengan sifat Geografi Politik yang
berubah sebagai suatu disiplin. Tetapi Geografi Politik yang muncul selalu saja lebih dari
sekedar aspek politik dari kajian-kajian geografis kontenporer. Ada suatu jalinan umum
dalam semua Geografi Politik yang didasarkan atas perhatian terhadap negara-negara
sebagai entitas teritorial.
Kata kunci : geografi, politik, ilmu, kajian, teori.
A. Pendahuluan
Ratzel merupakan wartawan sekaligus penulis yang menterbitkan pada 1897,
"geografi politik", pertama kalinya geografi politik sebagai cabang dari studi geografi. Dia
juga mengangkat teori organisme nasional, dan geografi politik ruang dan lokasi faktor
analisis. 1Swedia Xie Lun mengatakan pengembangan lebih lanjut dari organik nasional
dan membuat nama geopolitik. Tanah diusulkan untuk Houmaijinde jantung yang
mengangkat marjin Speakman kata Bauman mengusulkan "teori penentuan nasib nasional."
Mereka membahas geografi politik, pada waktu yang berbeda diskusi internasional dan
pengambilan keputusan dalam situasi internasional, memainkan peran yang sangat penting.
Jika politik diartikan sebagai pendistribusian kekuasaan (power) serta kewenangan (rights)
dan tanggung jawab (responsibilities) dalam kerangka mencapai tujuan politik (nasional),
maka Geografi Politik berupaya mencari hubungan antara konstelasi geografi dengan
1
Riri Nurjanah, “Jurnal Artikel Geografi Pollitik”, Vol 04 No.01 2013,hal 01
1
pendistribusian tersebut. Filosuf Yunani Plato memiliki hubungan antara Negara dan wilayah
geografis untuk mengeksplorasi. Dalam bukunya "Utopia", mengedepankan modus negara
ideal. Setelah Romawi sarjana Strabo dalam bukunya "Geografi", juga membahas wilayah
politik besar kondisi yang diperlukan untuk berfungsi secara efektif. 2Tulisan-tulisan kuno
dari semua wilayah geografis utama, geografi politik konten dalam bagian penting dari
geografi politik
B. Teori Geografi Politik
Istilah Geopolitik pertama kali digunakan oleh Rudolf Kjéllen, seorang ahli politik dari
Swedia pada tahun 1899-1905. sebagai cabang dari Geografi Politik, Geopolitik fokus pada
perkembangan dan kebutuhan akan ruang bagi suatu negara. Geopolitik mengkombinasikan
teorinya Friedrich Ratzel’s tentang perkembangan alami sebuah negara dengan Heartland
Theory (teori kawasan inti) dari Sir Halford J. Mackinder’s untuk membenarkan praktekpraktek yang bersifat ekspansionis dari beberapa negara. Geopolitik merupakan
pengembangan dari Geografi Politik, dimana negara dipandang sebagai satu organisasi hidup
yang berevolusi secara spatial dalam kerangka memenuhi kebutuhan masyarakat bangsanya
atau tuntutan kebutuhan akan Lebensraum.3 Lebensraum (ruang hidup) yang secara eksplisit
dikaitkan dengan perkembangan budaya bangsa teritorial dengan perluasan, dan yang
kemudian digunakan memberikan legalisasi akademik untuk ekspansi imperialis dari negara
Jerman di tahun 1930-an. Ditangan para pemikir Jerman saat itu, khususnya Haushofer,
Geopolitik berkembang dengan pesat sebagai satu cabang ilmu pengetahuan dimana
kekuasaan (politik) dan ruang (raum) merupakan anasir sentralnya. Sehingga kemudian
Haushofer menamakan Geopolitik sebagai satu science of the state yang mencakup bidangbidang politik, geografi (ruang), ekonomi, sosiologi, antropologi, sejarah dan hukum dan
pertama kali diuraikan dalam bukunya yang terkenal ’Macht und Erde’ (kekuasaan/ power
dan dunia). Geografi politik meliputi semua aspek batasan-batasan, negeri, status, dan
pengembangan bangsa, organisasi interasional, diplomasi, divisi internal, pemungutan suara,
dan demikian jauh lebih luas. Geografi politik adalah ilmu yang bidang kajiannya aspek
keruangan pemerintahan atau kenegaraan yang meliputi hubungan regional dan internasional,
pemerintahan atau kenegaraan di permukaan Bumi. Dalam geografi politik, lingkungan
2
Ibid, hal 02
Suhadi Purwantara, “kajian geografi politik terhadap perkembangan”, Kajian masalah pendidikan
dan ilmu sosial, Vol 01 no,01, 2006, Hal, 90
3
2
geografi dijadikan sebagai dasar perkembangan dan hubungan kenegaraan. Bidang kajian
geografi politik relatif luas, seperti aspek keruangan, aspek politik, aspek hubungan regional,
dan internasional. S4ecara khusus ruang lingkup kajian geografi politik berkaitan dengan:
• Bagaimana dan mengapa negara-negara tersebut disusun dalam kelompok wilayah, baik
formal (misalnya Uni Eropa) dan informal (misalnya Dunia Ketiga).
• Hubungan antara negara dan bekas koloni, dan propagandanya di sepanjang waktu,
misalnya melalui neokolonialisme, neolibelarisme.
• Hubungan antara pemerintah dan penduduknya.
• Hubungan antara negara termasuk kerja sama dan perdagangan internasional dan perjanjian.
• Pengaruh faktor-faktor geografis baik aspek fisik (sumber daya alam, letak, luas, bentuk,
batas, iklim) dan aspek sosial (sumber daya manusia, industri, ekonomi, globalisasi,
teknologi) terhadap kebijakan politik suatu negara.
• Bagaimana implikasi konflik politik antarnegara.
• Pengaruh kekuasaan politik pada ruang geografis
• Analisis spasial pemilihan umum.
C. Ilmu Geografi Politik Dalam Suatu Negara
Negara berasal dari kata de staat (Belanda dan Jerman), state (Inggris), dan Le’etat
(Prancis). Negara dalam arti luas adalah kesatuan sosial yang diatur secara konstitusional
untuk mewujudkan kepentingan bersama. Negara adalah sebuah organisasi atau badan
tertinggi yang memiliki kewenangan untuk mengatur perihal yang berhubungan dengan
kepentingan masyarakat luas serta memiliki kewajiban untuk mensejahterakan, melindungi
dan mencerdaskan kehidupan bangsa, menurut ahli geografi dalam negeri Prof. Mr. Soenarko
mendefinisikan Negara adalah organisasi masyarakat yang mempunyai daerah tertentu
dimana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai suatu kedaulatan. Sedangkan ahli
geografi luar negeri yaitu Max Weber menjelaskan Negara adalah sebuah masyarakat yang
memiliki monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam wilayah tertentu.
Perubahan sumber daya manusia (SDM) dapat mengubah kehidupan politik, begitu pun
sebaliknya.5 Hubungan antara politik dan perubahan SDM (penduduk) sangat dipengaruhi
oleh karakteristik dari kecenderungan-kecenderungan politik dan banyak faktor lain yang
4
Ibid hal. 91-92
Sukma Perdana Prasetya “GEOGRAFI POLITIK”, Sebagai Penguatan Wawasan Kebangsaan,
(Yogyakarta: Ombak,2014), Hal, 21
5
3
bersifat independen. Konsekuensi politis dari perubahan SDM mempunyai kedudukan
penting dalam studi geografi politik terutama akibat-akibat yang menyangkut kewajiban
pemerintah serta persebaran kekuatan politik. Faktor-faktor penentu politis dari perubahan
tersebut terutama dipermasalahkan kuantitas, kualitas dan persebaran SDM di suatu negara.
6
Kuantitas yang besar semestinya menentukan kuatnya kekuasaan politiknya. Tetapi apabila
perubahan tingkat kuantitas penduduk ini tidak terkendali secara baik, maka jumlah
penduduk yang besar justru akan memperumit pengelolaan negara tersebut. Seharusnya
dengan jumlah penduduk yang banyak akan mampu membawa kemajuan bagi bangsa dan
negara. Karena dengan dengan jumlah penduduk yang banyak akan mampu membawa
kemajuan bagi bangsa dan negara. Karena dengan jumlah penduduk yang banyak akan
muncul pemikiran-pemikiran yang bersifat kreatif dan inovatif dalam segala bidang. Namun
pada kenyataannya jumlah penduduk yang besar belum diikuti dengan kualitas yang tinggi,
sehingga belum mampu menjadi negara maju dan mandiri. Oleh karena itu, perlu adanya
upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas penduduk, misalnya dengan meningkatkan
kualitas pendidikan. Perbedaan antara negara berkembang (miskin) dan negara maju (kaya)
tidak tergantung pada umur negara itu. Contohnya negara India dan Mesir, yang umurnya
lebih dari 2000 tahun, tetapi mereka tetap terbelakang (miskin). Di sisi lain Singapura,
Kanada, Australia & New Zealand, negara yang umurnya kurang dari 150 tahun dalam
membangun, saat ini mereka adalah bagian dari negara maju di dunia, dan penduduknya tidak
lagi miskin. 7Ketersediaan sumber daya alam dari suatu negara juga tidak menjamin negara
itu menjadi kaya atau miskin. Jepang mempunyai area yang sangat terbatas. Daratannya, 80%
berupa pegunungan dan tidak cukup untuk meningkatkan pertanian dan peternakan. Tetapi,
saat ini Jepang menjadi raksasa ekonomi nomor dua di dunia. Jepang laksana suatu negara
“industri terapung” yang besar sekali, mengimpor bahan baku dari semua negara di dunia dan
mengekspor barang jadinya. Selain itu letak Negara juga sangat memengaruhi suatu kondisi
geografi di Negara antara lain :
1. Letak dalam makna Accesibility
Accesibility atau asesibilitas artinya keterjangkuan (mudah-sukarnya dicapai).
Sebaliknya ada negara yang lokasinya di pinggiran seperti negara Singapura dan Malaysia
8
misalnya makna lokasi sentral dan periferis jelas menentukan perkembangan negara yang
6
Ibid, hal 22
Ibid, hal 23
8
Ahmad A R I irsal “ Geografi Politik or GeoPolitics”, Jurnal Geografi, Vol 03 No, 02, 2016 hal 05
7
4
bersangkutan. Itu Sebabnya berhubungan dengan penduduk, transportasi, ekonominya dan
sebagainya.
2. Letak Strategis
Strategis mula-mula berarti menguntungkan bagi peperangan, tetapi kini selain makna
politis dan militer juga dapat ekonomis.9 Contohnya letak selat Giblatar, teluk Dadonella dan
Basporus, Pulau Malta dan terusan Suez. Semuanya strategis dalam hubungannya dengan laut
Tengah yang seringkali merupakan ajang permainan politik negara-negara setempat dan para
adikuasa. Contoh lain kawasan yang letaknya strategis adalah kawasan laut Cina Selatan.
Kawasan tersebut merupakan jalur pelayaran dan komunikasi internasional (jalur lintas laut
perdagangan internasional), sehingga menjadikan kawasan itu mengandung potensi konflik
sekaligus potensi kerjasama.
3. Perubahan Nilai Letak
Meskipun lokasi sesuatu tempat di permukaan bumi itu adalah tetap akan tetapi nilai
politisnya serta implikasi lokatifnya dapat berubah-ubah mengikuti perkembangan zaman. 10
Masalah sumber daya manusia di suatu negara dapat ditemukan pada setiap dimensi
demografis, meliputi jumlah penduduk (kuantitas), laju pertumbuhan yang cukup tinggi,
kualitas penduduk, penyebaran serta struktur umur penduduk. Sejalan dengan itu, hampir
setiap negara berlomba-lomba untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusianya,
yaitu dengan mengeluarkan produk-produk dalam negeri yang bisa menunjukkan bahwa
negara tersebut mempunyai ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi. 11 Akan tetapi,
secanggih apa pun teknologi yang digunakan, jika manusianya tidak berkualitas maka
pembangunan tidak akan berkembang dengan baik karena kualitas manusia sebagai salah satu
modal pembangunan suatu negara. Selain kualitas penduduk sangat diperlukan untuk
pembangunan, kualitas penduduk juga sangat diperlukan untuk menandai bahwa negara
tersebut dapat bersaing dengan negara-negara yang lain. Jika kualitas penduduk suatu negara
rendah, maka negara tersebut akan tertinggal dengan negara yang sudah maju. Oleh karena
itu, pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas menjadi harapan dalam
membangun bangsa ke arah kemajuan yang signifikan. faktanya Dalam dua dasawarsa
9
Ibid hal 6
Ibid hal 7
11
Sukma Perdana Prasetya “GEOGRAFI POLITIK”, Sebagai Penguatan Wawasan Kebangsaan,
(Yogyakarta: Ombak,2014), Hal, 24
10
5
terakhir, Amerika Serikat mempunyai disparitas persebaran yang besar antara penduduk kota
dan desa. Kepadatan penduduk di kota terus mengalami peningkatan, sehingga separuh dari
3.000 daerah pertanian kehilangan penduduknya yang terus menerus membanjiri kota-kota
yang padat. Kecenderungan serupa juga banyak terjadi di negara berkembang. Satu atau dua
kotanya menjadi kota utama (primate city) yang mengendalikan hampir seluruh aktivitas
ekonomi negara.12 Pergolakan politik antara perbedaan tingkat pembangunan kota dan desa
menimbulkan dampak kecemburuan sosial massal yang dapat memicu konflik. Belum lagi
mengenai kesempatan kerja di kota yang jauh lebih heterogen dengan sarana dan sarana
dibanding dengan kesempatan kerja di desa yang hanya berkutat pada sektor pertanian. Bagi
negara Indonesia, aspek kependudukan yang paling erat hubungannya dengan masalah
integrasi nasional adalah aspek penyebaran penduduk dalam wilayah sebuah negara. Jumlah
penduduk Indonesia yang besar tidak diimbangi dengan penyebaran penduduk yang merata.
Penyebaran penduduk yang tidak merata ini pada gilirannya akan memberikan dampak
terhadap pola maupun arah dari perubahan sosial, ekonomi maupun politik Pertumbuhan
tahunan jumlah manusia jatuh dari puncak 87,5 juta per tahun pada tahun 1989, yang terus
merendah ke 76,4 juta per tahun pada tahun 2002. Setelah mengalami kestabilan, perlahanlahan pertambahan penduduk mulai bangkit pada angka 79,4 juta per tahun pada 2007 , dan
80,2 juta per tahun pada 2009.
12
Ibid 25
6
Pertumbuhan penduduk tetap tinggi di Timur Tengah, Asia Selatan, Asia Tenggara,
Amerika Latin, dan terutama di Sub-Sahara Afrika. Di beberapa negara mengalami
pertumbuhan penduduk negatif, terutama di Eropa Tengah dan Eropa Timur (terutama karena
rendahnya tingkat kesuburan) dan Afrika Selatan (karena tingginya jumlah HIV yang
berhubungan dengan kematian).13 Dekade berikutnya, Jepang dan beberapa negara di Eropa
Barat juga diharapkan mengalami pertumbuhan penduduk negatif karena bertanggung jawab
terhadap reproduksi melalui program keluarga berencana.
D. Wawasan Nusantara dalam Paragidma Geografi Politik
Kata wawasan mengandung arti pandangan, tinjauan, penglihatan atau tanggap
inderawi, sedangkan istilah nusantara dipergunakan untuk menggambarkan suatu kesatuan
wilayah perairan dan gugusan pulau-pulau Indonesia yang terletak di antara Samudera Pasifik
dan Samudera Indonesia serta di antara benua Asia dan benua Australia14. Untuk membina
dan menyelenggarakan kehidupan nasional, bangsa Indonesia merumuskan suatu landasan
visional yang dapat membangkitkan serta menumbuhkan kesadaran untuk menjamin
persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan yang menjadi cara sudut pandang bangsa
Indonesia tentang jati diri dan lingkungannya. Landasan visional ini dikenal dengan istilah
Wawasan Kebangsaan atau Wawasan Nasional dan dinamakan nama Wawasan Nusantara.
Wawasan Nusantara adalah paradigma geogarfi politik Indonesia, yang diberi pengertian
sebagai cara pandang dan sikap bangsa insonesia mengenai diri dan lingkungannya yang
serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah
dan tetap menghargai serta menghormati kebhinekaan dalam setiap aspek kehidupan nasional
dalam mencapai tujuan nasional. Wawasan nusantara memiliki filosofi sebagai geogarfi
politik Indonesia, a. Falsafah Pancasila Wawasan Nusantara dikembangkan berdasarkan
falsafah pancasila yang mengandung nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan, keadilandan
keberadaban, persatuan dan kesatuan, musyawarah untuk mencapai mufakat, serta
kesejahteraan guna menciptakan suasanadamai dan tenteram menuju kebahagiaan dan
kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia dari generasi ke generasi.b. Aspek
Kewilayahan Nusantara Kondisi objektif geografi Indonesia terletak pada posisi silang yang
sangat strategis, dan memiliki karakteristik yang berbeda dengan negara lain. Hal tersebut
menjadi aspek yang melatarbelakangi pengembangan Wawasan Nusantara. Kondisi objektif
13
Ibid hal. 26
Dwi sulisworo dan Tri Wahyuningsih dan Baehaqi Arif, GEOPOLITIK INDONESIA ( Yogyakarta :
Universitas Ahmad Dahlan), 2012, hal 11
14
7
geografi Indonesia mengandung beraneka ragam kekayaan alam baik yang di dalam maupun
di atas permukaan bumi, potensi di udara dan ruang antariksa dan jumlah penduduk yang
besar yang terdiri atas berbagai suku yang masing-masing memiliki budaya, adat istiadat/
tradisi, dan pola kehidupan yang beraneka ragam. c. Aspek Sosial Budaya Wawasan
Nusantara juga dikembangkan berdasarkan kondisi objektif bangsa Indonesia yang beraneka
ragam budaya, adat istiadat, agama, dan bahasa serta sistem masyarakat dan organisasi
kemasyarakatannya. Kepemilikan itu merupakan warisan yang diterima secara emosional dan
bersifat mengikat secara kuat ke dalam, karena itu sangat sensitive sifatnya. Faktor-faktor
negative secara sosial-budaya dapat menimbulkan disintegrasi atau perpecahan bangsa secara
bersama-sama oleh seluruh rakyat Indonesia, oleh karenanya harus diupayakan untuk
dihilangkan. d. Aspek Kesejarahan Bangsa Indonesia lahir di atas perjalanan sejarah yang
sangat panjang, sedangkan semangat kebangsaan untuk menjadi bangsa merdeka ditandai
dengan lahirnya Organisasi Budi Utomo. Proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan buah dari
perjuangan yang dilandasi semangat tersebut. Oleh karena itu semangat kebangsaan yang
telah dibangun susah payah oleh generasi terdahulu seharusnya dapat tetap dipelihara dan
dipertahankan oleh generasi saat ini. Wawasan Nusantara dikembangkan berdasarkan aspek
kesejarahan atas dasar pengalaman sejarah yang tidak menerima terulangnya perpecahan
dalam lingkungan bangsa dan negara Indonesi15a. Wawasan nusantara mempunyai
kedudukan sebagai : 1) Pancasila sebagai falsafah dan ideologi bangsa berkedudukan sebagai
landasan idiil, 2) UUD 1945 sebagai landasan konstitusi negara berkedudukan sebagai
landasan konstitusional, 3) Wawasan Nusantara sebagai visi nasional berkedudukan sebagai
landasan visional, 4) Ketahanan nasional sebagai konsepsi nasional berkedudukan sebagai
landasan konsepsional, 5) RPJM sebagai politik dan strategi nasional atau sebagai kebijakan
dasar nasional berkedudukan sebagai landasan operasional. Lalu wawasan nusantara juga
memilik azas-azas yang merupakan ketentuan dasar yang wajib untuk diaptuhi demi
komponen atau unsure bangsa, antara lain : kepentingan bersama, kejujuran, keadila,
koordnisai dan kerjasama, solidaritas, ikrar bersama. Yang nantinya fungsi lain dari pada
wawasan nusantara ialah sebagai pedoman dan control menentukan arah kebijakan,
keputusan, tindakan dan penyelenggara Negara baik tingkat pusat dan daerah serta seluruh
erakyat Indonesia dalam berbangsa dan bernegara. Selain fungsi wawasan nusantara juga
memiliki tujuan meningkatkan nasionalisme yang tinggi di segala aspek kehidupan rakyat
Indonesia yang mendahulukan kepentingan nasional dari pada pribadi serta golongan sendiri,
15
Ibid, hal 12
8
namun bukan bermaksud menghilangkan kepentingan individu karena kepentinga tersebut
tetap dihormati dan dipeuhu selama tidak bertentangan dengan Negara. Selain itu suksesnya
tujuan nasional dapat dijadikan suatu cermin makin bertambah semangat kebangsaan dan
cinta tanah air di suatu kondisi masyarkat. Unsur-unsur dasar wawasan nusantara antara lain
wadah ( ruang lingkup wilayah nusantara ) , isi ( cita-cita bangsa Indonesia di dalam
Pembukaan UUD 1945 ), tata laku ( batiniah da lahiriyah ) dimana di unsure tersebut dapat
kita kembangkan dan praktekan dalam isi NKRI berupa falsafah pancasila dan UUD 1945,
wadah berupa nusantara makala diisi dan diberi wujud wajah sebagai wawasan nusantara,
tata laku berupa UUD 1945 yang dilaksanakan berdasar wawasan nusantara yang
menghasilkan ketahanan nasional Indonesia.
16
Arah pandang wawasan nusantara terdiri dari
arah pandang sudut ke dalam yaitu, untuk menjamin perwujudan persatuan segenap aspek
kehidupan nasional, naik aspek alamiah maupun bangsa, yang mengandung arti bahwa peka
dan berusaha untuk mencegah serta mengatasi sekecil mungkin factor dari timbulnya
perpecahan. Sedangkan arah pandang sudut keluar demi terjaminya kepentingan nasional
dalam dunia yang serba berubah maupun kehidupan dalam negeri dan melaksanakan
ketertiban dunia berdasar kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial serta kerja
sama saling menhormati, yang mengandung makna dalam kehidupan internasional Indonesia
harus mengamnkan kepentingan nasionalnya dalam semua kegiatan kehidupan. Lalu
wawasan nusantara dapat diterapkan melalui pola pikir, sikap dan tindakan medahulukan
Negara yang dapan dicontohakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara antara lain
melalui kehidupan politik dalam mencipakan penyelenggarakan Negara17 yang dinamis, kuat
dan dapat bertanggung jawab, dalam kehidupan ekonomi menciptakan tatanan ekonomi yang
tepat menjamin peningkatan dan ketercukupan kemakmuran rakyat dengan rata, dalam
kehidupan sosial budaya menciptakan sikap batinaiah dan lahiriah mengakui memerima serta
menghormati segala bentuk perbedaan yang ada, dalam bidang hankam menumbuhkan sikap
rakyat yang patuh dalam kesadaran cinta tanah air dan percaya pada pihak aparat. Namun
wawasan nusantara tidak aman begitu saja selalu ada halangan atau tantangan yang ada di
masa kin atau masa depan, antara lain ialah pemberdayaan masyarakat yaitu pembangunan
nasional secara bertahap dan belum rata sehingga timbul masalah baru antara lai n
kemiskinan, keterbelakangan, kesenjangan. Globalisasi perkembangan iptek dibidang
kehidupan turut memengaruhi pola pemikiran masyarakat Indonesia yang minumbulkan
16
17
Ibid hal 13
Ibid hal 14
9
dunia menjadi tak mengenal batas, yang mengancam persatuan dan kesatuan Negara18. Era
baru kapitalisme dengan diterpkanya dinegara barat yang berusaha tetap mempertahankan
eksitensi di bidang ekonomi dan menekan isu politik di Negara berkembang yang dapat
meruntuhkan pendirian dan menimbulkan rasa saling curiga. Kesadaran warga Negara
kewajiban dapat dibedakan namun tidak dapat dipishkan dalam mengisi kemerdekaan perlu
dilakukan perjuangan non fisik seperti meningkatkan kualitas SDM dan memberantas KKN
dimana perjuangan bela Negara mengalami penurunan tajam disbanding perjuangan fisik.
E. Pengaruh dan Tantangan Geografi Politik di Era 4.0
Perubahan zaman ke zaman menyebabkan kotelasi geografi di masing-masing Negara,
misalnya setelah perang dingin masih belum saja menunjukan akan terbentuknya suatu
tatanan yang lebih stabil dan seimbang dan jaminan keamanan bagi Negara dan warga
Negara, tetapi fakta yang ada menunjukan semakin memudarnya kapasitas dan kemandirian
mereka berhadapan dengan konflik yang dating dari luar. Kondisi yang tidak stabil, seimbang
dan aman pada skla global tersebut muncul dan marak karena dipicu oleh beberapa factor,
yang penting adalah adanya kevakuman kekuatan yang saling mengimbangi
Negara
adikuasa, terjadinya pergeseran geografi politik dan geostrategic menyusul munculnya
kekuatan ekonomi dan politik yang baru yang dilandasi karena adanya globalisasi yang
merupakan proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah (
transparan ) walaupun hadir dari rentang waktu yang panjang namun dampak yang dihasilkan
dari globalisasi begitu cepat, karena globalisasi membawa kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi baik dari bidang transportasi, komunikasi, dan informasi. Di era saat ini 4.0
globalisasi memberikan kebebasan yang luas kepada masyarakat untuk mempunyai peran dan
berkreativitas melalui insfrastruktur manapun. Dan era 4.0 membuat batas Negara semakin
kabur sahingga mobilitas dan dinamika masyarakat semakin mudah.19 Globalisasi dalam
geografi politik ditandai dengan adanya bordeless countries ( batas geografis Negara yang
semakin relatif ) yang akan memunculkan isu yang luas menerpa keseluruh dunia tanpa
memandang apapun. Isu tersebut yang nantinya akan dibuat alat ukur dalam hubungan
internasional ( bilateral atau multirateral ) dimana kredibilitas tiap Negara dan bangsa akan
ditentukan sejauh mana aktualisasi nilai tersebut dalam kehidupan nasionalnya. Dimana jika
Sukma Perdana Prasetya “GEOGRAFI POLITIK”. Sebagai Penguatan Wawasan Kebangsaan,
(Yogyakarta: Ombak,2014). Hal, 163
19
Ahmad A R I irsal “ Geografi Politik or GeoPolitics”, Jurnal Geografi, Vol 03 No, 02, 2016 hal 23
18
10
mampu Negara tersebut akan mendpat dukungan dari lembaga internasional untuk
membiayai pemmbangunan, jika sekiranya tidak maka Negara tersebut akan dikucilkan dari
hubungan internasional itulah sudut pandang dari geografi politik dunia. Tidak dapat
dihindari bahwa manusia sekarang hidup di zaman yang kekinian ditandai gaya hidup, model
pakaian, makanan. Itulah yang terjadi saat ini terjadi di Negara dan bangsa pada era 4.0 ini,
penerapanya adalah manusia disatukan dalam satu dunia dengan budaya dunia yang bebas
transparan, adanya perubahan yang begtu cepat dalam informasi, komunikasi, transportasi
menyebabkan kedaulatan Negara menjadi kurang relevan karena
20
Negara menjadi tidak
berdaya untuk menepis penerobosan informasi, komunikasi dan tranpotasi yang dilakukan
masyarakat diluar batasan. Secara umum di Indonesia dan Negara berkembang dilihat dari
geografi politik sedang terjadi loncattan yang tinggi dari masyarakat sitem agraris atau
pertanian menjadi masyarakat yang industri. Namun sebenarnya terdapat pula dampak
positive bagi globalisasi terhadap bangsa, melalui geografi politik, terutama nilai
nasionalisme pemeintahan yang dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena
pemerintahan adalah bagian dari suatu Negara, jadi jika suatu pemerintahan jujur dan bersih
maka akan mendapat hal yang positiv di mata masyarakat. Dalam dunia yang mempunyai
pandangan ke globalisasi maka Negara besar dan maju akan lebih besar peran dan
keuntungan sehingga mudah timbul dominasi dan Negara yang mempunyai asset kecil akan
menjadi obyek.
21
Pandangan dunia seperti itu dapat membawa dampak antara lain terjadi
dominasi dalam berbagai bidang misalnya teknologi, komunikasi, ilmu pengetahuan dan
sebagainya. Dengan seperti ii besar kemungkinan bahya rakyat menjadi tidak kreatif lagi,
seangat lmbek dan berwatak hedonistic. Apanila hal itu mnejadi umum di masyarakat maka
tidak dapat dijindari adanya dekadensi dan demokritisasi. Seperti terjadi di barat. Sadar atau
tidak sadar pemuja dari gaya merupakan suatu korban dari suatu kontorl yang dipegang oleh
kapitalis seperti itulah dalam kacamata geografi politik.
F. Kesimpulan
Berdasarkan jurnal yang ini kita dapat memahami geografi mempunyai cabang ilmu yaitu
geografi politik yang membahas antara analisa politik dan hubungan antarnegara dan adaptasi
Negara terhadap kondisi muka bumi di dalamnya, lalu kita dapat menyebut bahwa geografi
20
Ibid, hal 25
Sukma Perdana Prasetya, “GEOGRAFI POLITIK”, Sebagai Penguatan Wawasan Kebangsaan,
(Yogyakarta: Ombak,2014), Hal, 21
21
11
politik “ is the geography of states and provide a graphical interpretation of international
relations ”. berdasarkan materi diatas ada tiga pokok dalam geography politik yakni mengkaji
tentang Environmental Relationship, National Power Dan Political Religion. Dimana pada
ilmu geografi konsep yang pertama menerangkan hubungan kehidupan manusia dan
lingkungan akibat dorongan keanekaragaman penduduk Negara, dan merupakan prinsip yang
paling lama dimana melihat kehidupan manusia masyarakat dan Negara terpengaruhi dan
ditentukan oleh keadaan alam samapi possibilisme yang dijelaskan. Yang kedua menekankan
kepada masalah kekuatan atau kekuasaan Negara. Dikembangkan Ratzel yang membahas
secara sistematis tentang pengaruh lingkungan alam terhadap ketahanan masing masing
Negara susuai kebijakan masing masing. Lingkup ketiga Political Religion dimulai abad 20
para ahli geografi mulai meninggalkan konsep National Power karena kurang objektif dalam
Negara, konep ini menitik beratkan hal uang pada bersifat hal teoritis seperti dasar, tujuan
dan ruang lingkup serta geografi pengorganisasian politik ruang yang pembagian membahas
wilayah tentang adminitrasi, batas Negara dan masalah pengawasan lingkup wilayah
kekuasaan Negara
yang berhubungan dengan pengawasan wilayah Negara. Dalam
pendekatan geografi politik terdapat pendekatan historis yang mengkaji awa mula dan
perkembangan suatu lingku Negara, kedua yakni factual untuk mempelajari kenyataan
kenyataan kehidupan politik suatu Negara dengan semua unsure geografisnya, lalu ketiga
dengan pendekatan fungsional uang mempelajari tentang bagaimana suatu Negara membina
dirinya ke dalam dimana lebih mengarah ke nonpolitis seperti iklim, penyebaran penduduk,
factor fisik, lalu ke empat pendekatan Relationship yang menekankan pada hubungan pada
factor alam dan sumber daya alam untuk mengkaji kemakmuran suatu Negara.
12
DAFTAR PUSTAKA
Nurjanah Riri. 2013. Jurnal Artikel Geografi Politik. Vol 04 (01) : 01
Purwantara Suhadi. kajian “geografi politik terhadap perkembangan”. Kajian masalah pendidikan
dan ilmu sosial. Vol 01 (01) : 90
Irsal I R A Ahmad. 2016. “ Geografi Politik or GeoPolitics”. Vol 03 (02): 05
Prasetya Perdana Sukma. 2014. “GEOGRAFI POLITIK”, Sebagai Penguatan Wawasan
Kebangsaan. Yogyakarta: Ombak
Sulisworo Dwi, Wahyuningsih Tri dan Arif Baehaqi. 2012. GEOPOLITIK INDONESIA. Yogyakarta :
Universitas Ahmad Dahlan
13