BENCANA IKLIM : PARADIGMA MENGHADAPI PEMANASAN GLOBAL MELALUI PARTISIPASI PENDIDIKAN KEBENCANAAN
Muhammad Erwin Zulkarnain, 12209193043, Tadris IPS 4C
Mahasiswa IAIN Tulungagung, Jl. Mayor Sujadi timur no.46 Tulungagung
erwinzulkarnain19@gmail.com
Abstrak
Global warming is one of the biggest problems worldwide. Moreover, global warming itself already became global issue because it is not only faced by one nation but it is faced by all the creatures around the world. This current situation successfully made global warming turn into a warm discussion in society worldwide, the hypothesis from this condition is that climate change and global warming are the result of human activity itself. The activity produced gas emissions and it can damage the protective layer of the earth from the sunburn. There are many types of gas emissions that can harm the protective layer of the earth, such as carbon dioxide (CO2) and carbon monoxide (CO), some of these gases came from the vehicles’ exhaust and factories’ exhaust which are spread over the air. Thus, the human mitigation strategies must be implemented immediately for the next human life and environment. Therefore, I will link the importance of disaster education for people in order to be able to protect the earth in the future through my writing.
Keywords : Global Warming, Gas Emission, Strategy, Disaster Education.
Abstrak
Pemanasan global atau yang disebut dengan global warwming merupakan salah satu bentuk bencana yang terjadi di dunia, pemanasan global sendiri telah menjadi isu global karena tidak hanya dihadapi oleh satu Negara atau satu bangsa melainkan dihadapi oleh seluruh makhluk yang ada di dunia. Dengan keadaan yang sekarang ini pemanasan global sedang hangat dibicarakan oleh semua kalangan manusia yang ada di dunia dan dari belahan dunia manapun, praduga menyebutkan pemanasan global dan iklim di dunia disebabkan oleh aktivitas manusia itu sendiri yang menyebabkan lahirnya gas emisi yang bisa merusak lapisan pelindung bumi dari sengatan matahari. Terdapat banyak jenis gas emisi yang dirasa mampu merusak lapisan pelindung bumi antara lain karbon dioksida (CO2) dan karbon monoknsida (CO), beberapa gas tersebut berasal dari pembuangan sisa bahan bakar kendaraan motor dan gas limbah pembuangan pabrik yang dibuang ke udara melalui bentuk asap. Sehingga strategi mitigasi dari manusia harus segera untuk dilaksanakan demi kehidupan manusia selanjutnya dan lingkungan manusia, maka dari itu melalui tulisan saya ini juga akan mengkaitkan pentingnya pendidikan kebencanaan bagi semua kalangan supaya mampu menjaga bumi kedepannya.
Kata Kunci : Pemanasan Global, Gas Emisi, Strategi, Pendidikan Kebencanaan.
Pendahuluan
Perubahan iklim saat ini ialah suatu topic yang menjadi sebuah halangan sekaligus tantangan bagi manusia di bumi untuk merenung dan kembali untuk memikirkan kehidupan manusia kedepannya. Sejak adanya pendidikan atau ilmu yang menaungi iklim di dunia para ahli telah memahami bahwa pola iklim di dunia memang berubah-ubah. Hal ini berakibat bagi banyaknya fenomena penyimpangan cuaca seperti halnya badai, angin topan, hujan deras, serta pemanasan global, saat ini hal mengenai pemanasan global sangat cocok untuk dibicarakan untuk keadaan sekarang karena mengingat semakin meningkatnya suhu rata-rata di bumi tiap tahun, apalagi dengan munculnya fenomena pada tahun 2007 dimana terjadi musim dingin yang hangat data menyebutkan bahwa saat itu temperature global tahun 2006 menunjukan angka 1,2’C lebih hangat dari pada rata-rata temperatur global dalam abad ke 20
Vivi Triana, “Pemanasan Global”, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No. 2, September 2008, Hal. 159
. Kabar mengenai perubahan iklim dan pemanasan global semakin mendapat sorotan dengan adananya badan dunia (IPCC) yang menaungi dokumen kebijakan perubahan iklim yang menjadi acuan bagi warga dunia untuk saat ini yang beranggotakan dari ilmuwan seluruh dunia tak terkecuali indonesia.
Sebenarnya yang dikenal denga “gas rumah kaca” ialah suatu efek dimana molekul yang berada di sekitar atmosfer kita memberi efek rumah kaca, efek rumah kaca sendiri bersifat almiah, sedangkan hasil dari bahan bakar fosil yang menghasilkan gas co2 dalam hitungan luas mempunyai jumlah miliaran ton tiap tahun, yang akan disalurkan ke lapisan atmosfit bumi, dengan akibatnya ialah sinar matahari yang dating ke permukaan bumi tidak leluasa dipancarkan kebali ke ruang angkasa, panas tersebut dikatakan terjebak dekat permukaan bumi dan berefek di rumah kaca yang digunakan untuk menyemaikan tumbuhan. Variasi dalam sinar matahari juga diperkuat oleh umpan balik dari awan yang mampu memberikan kontribusi pada pemanasan seperti yang terjadi, dan penyumbang gas emisi terbesar ialah karbondioksida, nitrogen oksida, metana dan chlorofluorocarbon
Riyanto, “Strategi Mengatasi Pemanasan Global (Global Warwming)”, Sekolah Tinggi Ilmu Adminitrasi Karya Dharma Merauke, Vol. 2, No.2, Maret 2007, Hal. 71. Meningkatnya konsentrasi dari 3 gas tersebut bisa disebabkan karena semakin banyaknya kuantitas penduduk di bumi. Dalam study kasus pemanasan global dapat kita Tarik sebuah masalah di mana kepedulian manusia dan masyarakat dunia terhadap ancaman bahaya pemanasan global masih rendah yang ditandai dengan aktivitas manusia yang memicy menyebabkan percepatan proses pemanasan global.
Maka dengan itu, kita sudah selayaknya memahami dan mengerti lebih jauh tentang bencana pamanasan global dan bagaimana cara untuk menyikapi dan menanggulanginya melalui pendidikan kebencanaan.
Teori Penyebab Pemanasan Global
Sumber energi yang ada di bumi berasal dari sang surya atau matahari, ketika datang permukaan bumi, energy ini dapat berubah yang sebelumnya dari cahaya akan menjadi panas yang berguna untuk menghangatkan bumi. Permukaan dari bumi akan menyerap sebagian dari panas yang akan memantulkan kembali sisannya yang berarti dalam wujud radiasi. Namun dari sebagian panas yang tetap terjebak dalam atmosfer bumi akibat menumpuknya sejumlah gas rumah kaca seperti uap air, karbon diosida, dan metana, gas tersebut menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan bumi, akibat dari panas tersebut akan tersimpan dalam permukaan bumi yang akan terus meningkat dan disebutlah ini dengan proses pemanasan global. Dimulai sejak tahun 1880, selama 130 tahun pemanasan global terjadi, rata-rata pemanasan suhu di permukaan bumi mencapai angka 0.85’C per tahun dan akan terus meningkat.
Hingga saat ini masih terjadi pembahasan di dunia mengenai tindakan yang harus dilakukan dalam mengatasi pemanasan global yang terjadi, baik dari masyarakat atau Negara telah menandatangani protocol Kyoto yang mengarah pada pengurangan emisi gas rumah kaca yang merupakan penyebab utama dari pemanasan global yang terjadi di dunia ini, Menurut ramlan (2002) dampak yang terjadi akibat adanya pemanasan global antara lain :
Menipis dan mencairnya es di kutub utara dan selatan yang menyebabkan naiknya air laut.
Cuaca yang sangat ekstrim dapat menyebabkan kebakaran hutan, hujan yang lebat, angina topan, banjir mendadak.
Adanya bencana alam dan perubahan lingkungan juga mengakibatkan migrasi besar penduduk asli dari suatu wilayah dan juga binatang.
Terjangkitnya wabah dan penyakit baru akibat dari pemanasan global yang semakin meningkat.
Secara lebih lanjut perubahan iklim saat ini ialah tantangan utama yang harus dihadapi oleh manusia di seluruh belahan dunia di abad 21. Sejumlah bukti baru dan kiat akan muncul dalam studi yang valid juga memperlihatkan bahwa masalah pemanasan global selama 50 tahun terakhir ini disebabkan oleh manusia itu sendiri.
Kuswaji Dwi Priyono, “Pengurangan Dampak Pemanasan Global Bagidharma Wanita Persatuan Di Kecamatan Gatak Kabupaten sukoharjo”, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Vol. 13, No. 2, September 2010, Hal. 163
Selain itu pemanasan global di masa depan akan lebih besar dari apa yang diduga sebelumnya.
Pembahasan
Pemanasan Global
Pemanasan global ialah kejadian mengingkatnya suhu atau temperature rata-rata dalam atmosfer, laut, dan dataran yang ada di bumi. Beradasarkan penjelasan Dari center for international forestry research (CIFOR), pemanasan global merupakan kejadian terperangkapnya radiasi dari sejumlah gelombang panas matahari (infra merah) yang dipancarkan ke bumi melalui gas-gas rumah kaca, dalam jenisnya gas rumah kaca terbagi menjadi 4 yakni Karbondioksida, Metana, Nitrous Oksida, Hydroperfluorokarbon, Perfluorokarbon, Sulfur Heksaflorida. Penipisan lapisan ozon turut memperpanas suhu yang ada di bumi, karena secara teknis semakin menipis lapisan atas atmosfer, akan semakin bebas pula pancaran radiasi gelombang pendek matahari yang termasuk ultraviolet yang masuk ke dalam bumi
Vivi Triana, “Pemanasan Global”, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No. 2, September 2008, Hal. 160. Gelombang pendek sinar matahari akan menjadi gelombang panjang infra merah yang akan semakin membuat konsentrasi gas rumah kaca meningkat. Berikut merupakan suatu data yang menunjukan proses pemanasan global :
Energy masuk ke bumi.
Dari energy yang masuk ke bumi 25% akan dipantulkan oleh awan atau dari partikel lain ke atmosfer.
Selanjutnya 25% lagi energy akan diadsorpsi oleh awan.
45% akan diadsorpsi oleh permukaan bumi.
Selanjutnya 5% lagi akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi.
Kesimpulannya : dari energy yang diadsorpsi oleh awan dan permukaan bumi (25%+45%=70%) dipantulkan kembali ke dalam bentuk inframerah atau gelombang panas matahari, namun sebagian besar inframerah tersebut tertahan oleh awan, dan gas CO2 dan gas lain akan dikembalikan di permukaan bumi yang dalam arti sempitnya sirkulasi panas matahari tidak lancar dan menyebabkan panas bumi atau suhu di bumi meningkat.
Sumber : kementrian lingkungan hidup.
Dalam sejarahnya planet bumi telah mengalami masa hangat dan juga masa dingin berkali-kali selama 4,65 milyar tahun dalam sejarah. Pada masa sekarang bumi menghadapi pemanasan yang lebih cepat, para ilmuan meyebutkan fakta bahwa penyebab dari pemanasan ini disebabkan oleh aktivitas dari manusia.
Secara terminology, pemanasan global merupakan contoh spesifik dari istilah perubahan iklim yang jangkauannya lebih luas, dapat dikatakan juga bahwa ini mengacu pada pendinginan global. Dalam hal umum, istilah ini mendasarkan pada pemanasan umum dan mengimplementasikan pengaruh manusia, dalam tingkat konteks PBB yang diwadahi dalam UNFCCC yang merupakan wadah kerangka kerja mengenai konvensi iklim dunia, menggunakan istilah perubahan iklim yang bertujuan untuk perubahan yang disebabkan oleh manusia dan tingkat perubhan iklim menuju perubahan yang lain. Dengan rincian tersebut bencana pemanasan global sangatlah memprihatinkan dan apabila dibiarkan tidak segera diatasi akan memiliki akibat yang sangat fatal sekali bagi kehidupan manusia dan lingkungannya. Selain itu kajian mengenai pemanasan global sebenarnya sudah dimulai sejak dahulu yang dilakukan pada pegunungan Kilimanjaro dan taman nasional glister grinnel glacier, disamping itu perlu diwaspadai adanya hubungan amat kuat antara semakin tinggi karbondioksida dengan meningkatnya suhu di bumi yang akan menjadikan bumi semakin panas, karena terjebajnya sinar matahari di dalam atmosfer yang hari ke hari semakin menipis.
Dalam menyikapi masalah pemanasan global Negara Indonesia mengesahkan kovensi perubahan iklim yang disetujui dalam KTT Rio De Janiero, Brazil pada tahun 1992 dan mengimplementasikan melalui UU no 6 tahun 1994, melalui implementasi ini pemerintah mengajak masyarakat untuk melakukan upaya pengurangan terhadap emisi gas melalui pengembangan program nasional dan inventarisasi gas rumah kaca yang ada di di Indonesia. Kemudian Indonesia sendiri sudah meratifikasi protocol Kyoto pada tahun 2004 melalui implementasi UU no,17/2004
Riyanto, “Strategi Mengatasi Pemanasan Global (Global Warwming)”, Sekolah Tinggi Ilmu Adminitrasi Karya Dharma Merauke, Vol. 2, No.2, Maret 2007, Hal. 73. Yang mana hingga sampai sekarang amerika serikat merupakan penyumbang gas emisi paling besar di dunia. Dalam proses pengurangan pemanasan global di Indonesia melahirkan pula konsep tri hita yang lahir atas kekhawatiran dengan adanya pemanasan global akan menyebabkan masalah baru yakni bencana tsunami, konsep Tri Hita karana sendiri merupakan konsep yang bertujuan untuk kebaikan manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam lingkungannya serta manusia dengan tuhannya, yang apabila ditarik dalam segi historis konsep ini diadopsi dari budaya bali yang mengacu pada cara mengatasi masalah perusakan lingkungan alam.
Dalam konsep tri hita pada skala yang kecil masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam mengurangi akibatnya pemanasan global dengan beberapa langkah yaitu :
Menghemat pemakaian air.
Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
Menghijaukan lingkungan sekitar dengan penanaman pohon.
Menghemat energy lampu.
Menggunakan bahan pembersih yang aman bagi lingkungan.
Gas Emisi Penyebab Pemanasan Global
Pemanasan global yang mana kita tahu ialah fenomena global yang disebabkan oleh aktivitas manusia dari belahan dunia, pertambahan kuantitas jumlah penduduk, serta pertumbuhan teknologi dan indusri. Maka dari itu pertistiwa ini memiliki dampak global bagi seluruh masyarakat dunia, sejak zaman revolusi industry gas emisi rumah kaca telah meningkat yang berkaitan dengan aktivitas manusia. Sepanjang hamper lima puluh tahun terakhir penetrasi as-gas rumah kaca ke atmosfer, seperti karbon dioksida dan gas rumah kaca jenis lain dalam atmosfer telah dengan proses yang cepat meningkat, terutama sepanjang decade ini. Denan menahan sebagian dari energy panas yang dipantulkan bumi dan membiarkan radiasi surya untuk menembus atmosfer, gas ini bisa berperan suatu atap kaca pada satu rumah kaca, dengan begitu menghangatkan planet bumi. Sejak akhir abad ke-19 rata-rata temperature permukaan bumi sudah cukup meningkat sekitar satu derajat Fahrenheit (0,6 Derajat Celcius), dan melalui air laut dan daratan pada tahun 2000 ialah sebesar 0,29’C diatas rata-rata suhu pada tahun 1961-1990.
Peningkatan gas emisi rumah kaca merupakan suatu potensi penyebab terjadinya pemanasan global di dunia. Meningkatnya konsentrasi gas emisi dalam atmosfer dapat menyebabkan pemanasan global yang memiliki dampak pada iklim yang tidak stabil sehingga di akhir akan menyebabkan bencana yang lebih parah diseluruh penjuru dunia. Apabila gas emisi menyebabkan pemanasan global otomatis akan menyebabkan permukaan air laut naik akibat meleburnya es didaerah kutub, yang dimana pada waktunya akan menyebabkan volume yang lebih tinggi dan berdampak pada garis pantai, dan bisa pula menimbulkan situasi kondisi badai yang ekstrim, musim kering, angina topan dan lainnya. Secara alami gas-gas alami emisi rumah kaca merupakan uap air yang dalam hitungan 36-70% efek rumah kaca
Ratna Idayati, “Pengaruh Pemanasan Global (Global Warming) Terhadap Lingkungan Dan Kesehatan”, Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, Vol. 7, No.1, April 2007, Hal.43. Ketika atmosfer semakin kaya akan gas-gas emisi rumah kaca ini, atmosfer kan menjadi isolator yang menahan lebih banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke bumi.
Dalam perkiraan gas emisi efek rumah kaca telah meningkatkan rata-rata 1-5’C.Bila kecenderungan terhadap peningkatan gas rumah kaca tetap seperti saat ini akan menyebabkan peningkatan pemanasan global sekitar 1,5 sampai 4,5’C pada tahun 2030 nanti. Selain itu dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 dalam atmosfer, maka akan semakin meningkatkan gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi yang terserap oleh atmosfer, yang akan menjadikan suhu permukaan bumi menjadi meningkat. Dalam kasus gelombang panas yang sudah terjadi di dunia telah menimbulkan beberapa kasus korban ribuan umat manusia di seluruh muka bumi, dari data yang diambil tahun 2003 benua eropa telah dilanda gelombang panas dengan korban jiwa mencapai 35 ribu orang, di India pada tahun yang sama dengan angka yang menunjukan 50’C menyebabkan kematian sekitar 1.400 orang, pada musim panas tahun ini banyak kota di amerika serikat yang disekitar kota mencapai suhu 100’F dan diatas itu pada Negara bagian New Orleans 200 warga kota mengalami hal yang sama.
Secara konstan bumi kita menerima energy, yang kebanyakan dari sinar matahari namun beberapa diperoleh dari dalam bumi itu sendiri yang berasa dari energy yang terbebaskan oleh proses radioaktif. Sinar matahari akan tampak dan sinar ultraviolet yang dipancarkan dari matahari. Radiasi sinar tersebut sebagian dipantulkan melalui atmosfer dan sebagian sampai di permukaan bumi dan menghangatkan bumi. Bentuk karakter bencana yang beda ini tentu memiliki tindakan yang beda pula dalam rangka pencegahannya, konsep adaptasi perubahan iklim akibat pemanasn global merupakan cara yang harus diutamakan dalam merencanakan dalam jangka panjang baik secara nasional maupun individu. Efek dari agen penyebab pemansan global juga dipengaruhi proses umpan balik yang dihasilkan, contohnya ialah penguapan air. Pada kasus pemanasan global gas emisi menyebabkan uap air terserap menguap ke atmosfer, umpan balik mengingkatkan kandungan air absolute di udara, kelembaban relative dari udara menjadi konstan atau bahkan agak menurun Karen udara menjadi hangat, dan hal itulah yang menjadi penelitian untuk saat ini.
Selain itu terdapat praduga lain ialah menyatakan bahwa variasi dari matahari, melalui kemungkinan diperbukat oleh umpan balik dari awan yang mampu memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Kontribusi melalui pemanasan saat ini memiliki perbedaan antara mekanisme dengan pemanasan akibat efek rumah kaca dengan meningkatnya aktivitas matahari akan menghangatkan stratosfer dan sebaliknya gas emisi rumah kaca akan mendingkankan stratosfer.
Strategi Menghadapi Pemanasan Global Melalui Pendidikan Kebencanaan
Sebagai Negara kepulauan wilayah Indonesia terdiri dari pulau yang posisinya berada diantara dua samudra (hindia dan pacific),selain itu Indonesia dilalui oleh empat lempengan dumi sehingga dipermukaan datarannya terdapat banyak gunung berapi, dan masih banyak potensi bencana yang berada di daerah Indonesia tak terkecuali bencana pemanasan global. Sudah selayaknya untuk seluruh umat manusia mengerti dan memahami bagaimana cara atau upaya yang harus dilakukan untuk mengurus masalah pemanasan global yang terjadi di tiap wilayah dan ketika permasalahan pemanasan global tidak ditangani secara tanggap dan intensif kita hanya tinggal menunggu kehancuran bumi kita, maka dari itulah diperlukan pendidikan mengenai kebencaan yang memiliki fungsi sebagai materi untuk menyusun strategi dalam menghadapi pemanasan global yang terjadi saat ini, selain itu apabila kaidah-kaidah pendidikan kebencanaan dilakukan dengan benar akan menyeimbangakan antara manusia dengan alam.
Dalam pedoman pendidikan kebencanaan pembangunan yang bersifat berkelanjutan atau memiliki jangka panjang mengacu pada kebutuhan generasi sekarang tanpa harus mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang
Dewi Liesnoor Setyowati, “Pendidikan Kebencanaan”, Universitas Negeri Semarang, (Semarang : 2019), Hal. 3
. Dalam arti pemenuhan materi yang dibutuhkan manusia sekarang harus dilakukan dengan proses yang tepat tanpa harus merugikan manusia di masa yang akan datang baik dari segi kehidupan atau dari segi alam. Bila naiknya temperature dalam rata-rata rentang kenormalan, tidak menjadi suatu permasalahan, layaknya kondisi dalam gas emisi yang digunakan daro pertanian, tanaman dapat tumbuh menjadi optimal, lain halnya dengan bila gas emisi efek rumah kaca apabila terus bertambah kuantitasnya maka akan semakin banyak panas di bumi. Proses pertambahan suhu ini akan menjadikan percepatan pencairan es yang ada di kutub bumi dan tergenangnya daerah pantai serta wilayah yang memiliki dataran yang rendah, efek rumah kaca merupakan hal yang menjadi istilah yang berwal dari pengalaman petani dalam urusan menanam sayuran. Dari pancaran sinar matahari yang sampai ke bumi, sebagian radiasi akan terpantu dan diserap oleh bumi.
Pengendalian pemanasan global dalam konteks gas emisi yang berasal dari kendaraan bermotor dalam pendidikan kebencanaan pada dsarnya merupakan salah satu bentuk pencemaran udara akibat system dan sarana transportasi. Kendaraan bermotor pada hal ini merupakan salah satu bentuk sumber pencemaran yang terkait dengan sistem transportasi. Sedangkan dalam konteks industri dalam strategi mengurangi pemanasan global perlu segera usaha untuk mengurangi gas emisi aktivitas dari manusia, hal ini bisa dilakukan dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil/minyak bumi, batubara, dan gas. Beberapa cara bisa dilakukan dengan beralih ke pengunaan bahan bakar yang memiliki emisi lebih rendah seperti penggunaan sumber energy terbarukan atau menggunakan program efisiensi energi. Sebenarnya riset pengembangan energy alternative sebagai pengganti minyak dan gas bumi ialah kebutuhan yang sudah sangat mendesak, akan tetapi kemauan pemerintah masih terbatas dengan tingkat wacana maupun rencana, misalh pengembangan teknologi alternative energy minyak jarak masih proses pengembangan
Riyanto, “Strategi Mengatasi Pemanasan Global (Global Warwming)”, Sekolah Tinggi Ilmu
Adminitrasi Karya Dharma Merauke, Vol. 2, No.2, Maret 2007, Hal. 77. Padahal komitmen tersebut sudah lama telah direncanakan.
Selain itu pembangunan PLTN yang merupakan pembangkit listrik berbasis tenaga nuklir yang tercetus pada tahun 1997, namun hingga kini realisasinya masih jauh dari harapan dan bahkan masih menjadi polemic yang panjang, dan kebutuhan ini merupakan bersifat mendesak karena apabila tidak ditemukannya energy pengganti dari minyak dan gas bumi akan menimbulkan kesulitan karena energy yang bersumber dari kandungan dalam bumi belum ditemukan, selain itu melalui internal diri pemanasan global dalam pendidikan kebencanaan merupakan isu moral yang perlu adanya sebuah pergerakan yang konkrit yang menyerukan pentinhnya sebuah gerakan berbasis moral untuk berjuang memerangi ancaman pemanasan global yang amat kuat. Maka dari itu aktivis peduli lingkungan, namun rasanya masih jauh dari harapan. Selain itu strategi lain yang bisa diterapkan ialah dengan membudayakan diri sendiri untuk menghemat energy walau hanya sebatas himbauan apabila terus dikampanyekan akan memberikan rasa simpatik dengan memberi contoh konkrit akibat dari pemanasan global. Penanggulangan bencana yang berbasis masyarakat perlu dipahami sebagai sarana untuk meniningkatkan kapasitas masyarakat atau mengurangi kerentanan masyarakat agar mampu menolong diri sendiri maupun kelompok dalam menghadapi ancaman pemanasan global yang meliputi aspek pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat dan serta pemulihan.
Pendidikan kebencanaan untuk menuju masyarakat sadar bencana merupakan metode atau pendekatan dengan memahami konsep yang memiliki berkaitan dengan kebencanaan, dalam rangka mengembangkan penertian dan kesadaran yang diperlukan dalam mengambil sikap dalam melakukan adaptasi pemanasan global, pemahaman masyarakat akan karakter bencana merupakan modal awal keselamatan hidup di masa depan, mengingat pengamalan sejarah dan peristiwa bencana lebih cinderung menyisakan kepiluan dan penderitaan, kejadian bencana yang terjadi di Indonesia merupakan kejadian yang terkadang menghancurkan dan merugokan baik secara material, fisik, maupun korban jiwa. Seperti halnya pemanasan global yang ditinjau dari segi masyarakat sangat merugikan dan bisa mengancam nyawa dari masyarakat apabila mereka gagal dalam beradaptasi. Pendidikan kebencanaan merupakan aspek yang fundamental bangsa Indonesia dalam membangun moral masyrakat Indonesia agar mampu menjunjung tinggi etika lingkungan, serta mau bertindak dan memiliki jiwa sosial dalam mencari jawab yang fundamental tentang penanggulangan bencana, yang mengacu pada konsep pendidikan yang tidak boleh terlepas dari empat konsep pendekatan, yakni : saling ketergantungan, keberlanjutan, kenekaragaman, tanggung jawab.
Serta langkah menghindari pemakaian AC secara berlebih mampu mengurangi dampak pemanasan global dari diri sendiri, pembiasaan memisahkan limbah organic dan non organic juga perlu dibudayakan untuk memilah sampah menjadi lebih efesien dan mengetahui cara yang lebih tepat dalam pengelolaan, serta penggunaan alat kebutuhan berbahan baku yang tidak mudah hancur dalam tempo waktu yang singkat dan cepat yang terbuat dari plastic, sehingga sedapat mungking mengurangi pemakian kendaraan bermotor pribadi yang sering menimbulkan gas buang CO2 dan menimbulkan pencemaran gas emisi dan beralih menggunakan angkutan umum atau menggunakan sepeda serta jalan kaki,
Itulah beberapa langkah srategi pengurangan pemanasan global melalui metode pendidikan kebencanaan yang dapat kita lakukan supaya bumi kita bersih dan tidak tejadi pemanasan global sehingga kehidupan generasi berikutnya akan lebih terjamin dan mampu melanjutkan kehidupan yang lebih baik dengan ketersediaan sumber daya yang melimpah.
Rangkuman
Pemanasan global ialah kejadian mengingkatnya suhu atau temperature rata-rata dalam atmosfer, laut, dan dataran yang ada di bumi. dalam jenisnya gas rumah kaca terbagi menjadi 4 yakni Karbondioksida, Metana, Nitrous Oksida, Hydroperfluorokarbon, Perfluorokarbon, Sulfur Heksaflorida. Gelombang pendek sinar matahari akan menjadi gelombang panjang infra merah yang akan semakin membuat konsentrasi gas rumah kaca meningkat. pemanasan global merupakan contoh spesifik dari istilah perubahan iklim yang jangkauannya lebih luas, dapat dikatakan juga bahwa ini mengacu pada pendinginan global. kajian mengenai pemanasan global sebenarnya sudah dimulai sejak dahulu yang dilakukan pada pegunungan Kilimanjaro dan taman nasional glister grinnel glacier, disamping itu perlu diwaspadai adanya hubungan amat kuat antara semakin tinggi karbondioksida dengan meningkatnya suhu di bumi yang akan menjadikan bumi semakin panas, karena terjebajnya sinar matahari di dalam atmosfer yang hari ke hari semakin menipis.
Peningkatan gas emisi rumah kaca merupakan suatu potensi penyebab terjadinya pemanasan global di dunia. Meningkatnya konsentrasi gas emisi dalam atmosfer dapat menyebabkan pemanasan global yang memiliki dampak pada iklim yang tidak stabil sehingga di akhir akan menyebabkan bencana yang lebih parah diseluruh penjuru dunia. Dalam perkiraan gas emisi efek rumah kaca telah meningkatkan rata-rata 1-5’C. Bila kecenderungan terhadap peningkatan gas rumah kaca tetap seperti saat ini akan menyebabkan peningkatan pemanasan global sekitar 1,5 sampai 4,5’C pada tahun 2030 nanti. Konsep adaptasi perubahan iklim akibat pemanasn global merupakan cara yang harus diutamakan dalam merencanakan dalam jangka panjang baik secara nasional maupun individu. Efek dari agen penyebab pemansan global juga dipengaruhi proses umpan balik yang dihasilkan, contohnya ialah penguapan air.
Permasalahan pemanasan global tidak ditangani secara tanggap dan intensif kita hanya tinggal menunggu kehancuran bumi kita, maka dari itulah diperlukan pendidikan mengenai kebencaan yang memiliki fungsi sebagai materi untuk menyusun strategi dalam menghadapi pemanasan global yang terjadi saat ini, selain itu apabila kaidah-kaidah pendidikan kebencanaan dilakukan dengan benar akan menyeimbangakan antara manusia dengan alam. Pendidikan kebencanaan untuk menuju masyarakat sadar bencana merupakan metode atau pendekatan dengan memahami konsep yang memiliki berkaitan dengan kebencanaan, dalam rangka mengembangkan penertian dan kesadaran yang diperlukan dalam mengambil sikap dalam melakukan adaptasi pemanasan global, pemahaman masyarakat akan karakter bencana merupakan modal awal keselamatan hidup di masa depan, mengingat pengamalan sejarah dan peristiwa bencana lebih cinderung menyisakan kepiluan dan penderitaan, kejadian bencana yang terjadi di Indonesia merupakan kejadian yang terkadang menghancurkan dan merugokan baik secara material, fisik, maupun korban jiwa.
Daftar Pustaka
Triana Vivi. 2008. “Pemanasan Global”. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol.2 (2): 159
Riyanto. 2007. “Strategi Mengatasi Pemanasan Global (Global Warwming)”. Sekolah Tinggi Ilmu Adminitrasi Karya Dharma Merauke. Vol. 2. (2): 71
Dwi Priyono Kuswaji. 2010. “Pengurangan Dampak Pemanasan Global Bagidharma Wanita Persatuan Di Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo”. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Vol. 13 (2): 163
Idayati Ratna. 2007. “Pengaruh Pemanasan Global (Global Warming) Terhadap Lingkungan Dan Kesehatan”. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. Vol. 7 (1): 43
Liesnoor Setyowati Dewi. 2019. “Pendidikan Kebencanaan”. Semarang: Universitas Negeri Semarang
Hasil Uji Plagiarism :
Abstrak – kajian teori :
https://searchenginereports.net/view-plag-report/8f274c5a5ab4fb686790b15cc991de6d.html
Pembahasan 1-2 :
https://searchenginereports.net/view-plag-report/73ea4faadf10e9be498ba4e811c329d2.html
Pembahasan 3 :
https://searchenginereports.net/view-plag-report/4521881f5ddb834dc97051bc71ab6898.html
Rangkuman :
https://searchenginereports.net/view-plag-report/714c1c6d9d08f0f8d5bc77e28416328a.html