Academia.eduAcademia.edu

KONSEP DASAR ASUHAN PALIATIF

KONSEP DASAR ASUHAN PALIATIF Materi: Pengkajian Psikologis Dan Psikososial Klien Paliatif Masalah Psikologis Dan Psikososial Klien Paliatif Dukungan Keluarga Dan Lingkungan Terhadap Masalah Psikologi Dan Psikososial Klien Paliatif Disusun oleh: Bella Monika 1811024 Fifi Alaida Yaya 1811061 Jesica Nelsa Wewengkang 1811077 Maria Pulung Situmorang 1811092 Miftahul Jannah Harahap 1811122 Sulastri 1811174 Tessalonika Sirait 1811178 Ulfa Rosita Sari 1811184 Dosen Pengampu: Bpk.Iskandar Markus Sembiring,S.Kep,Ns,M.Kep INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN T.A 2020/2021 Kata Pengantar Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Matakuliah Keperawatan Menjelang Ajal Paliatif yang berjudul “Konsep Dasar Asuhan Paliatif” dengan pembahasan materi: Pengkajian psikologis dan psikososial klien paliatif Masalah psikologi dan psikososail klien paliatif Dukungan keluarga dan lingkungan terhadap masalah psikologi dan psikososial klien paliatif. Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mengalami hambatan dan kesulitan mengingat kondisi pembelajaran dilaksanakan secara online atau dalam jaringan., tapi berkat dari bimbingan semua pihak maka makalah ini dapat terselesaikan untuk itu berkenanlah kami untuk mengucapkan Terimakasih kepada Bpk. Iskandar Markus Sembiring, S.Kep,Ns,M.Kep selaku dosen pengampu matakuliah Keperawatan menjelang ajal paliatif Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata kami ucapkan Terimakasih dan berharap makalah ini bermanfaat bagi pembaca, guna menambah wawasan dalam teori maupun praktik dalam konsep dasar asuhan paliatif. Classroom PSIK III Agustus 26 2020 Daftar isi COVER .............................................................................................................................i KATA PENGANTAR ....................................................................................................ii DAFTAR ISI ...........................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang ....................................................................................................1 Rumusan Masalah ....................................................................................................2 Tujuan . ................................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN Konsep Dasar Asuhan Paliatif ............................................................................3 Pengkajian Psikologi dan Psikososial . ................................................................3 Masalah psikologi dan psikososial klien paliatif ....................................................9 Dukungan kleuarga dan lingkungan terhadap masalah psikologi dan psikososial klien paliatif ..............................................................................................................14 BAB III PENUTUP Kesimpulan ..............................................................................................................20 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................21 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perawatan paliatif adalah pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan terhadap rasa sakit dan memberikan dukungan fisik, psikososial dan spritual yang di mulai sejak tegaknya diagnosa hingga akhir kehidupan pasien. Menurut American Cancer Society, perawatan paliatif adalah perawatan untuk dewasa dan anak dengan penyakit serius yang berfokus mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup pasien serta keluarga, tetapi tidak di maksud untuk menyembuhkan penyakit. Perawtan paliatif dapat di berikan kepada semua usia dan semua stadium penyakit dengan mengurangi gejala, nyeri, dan stress dan di berikan bersama dengan pengobatan kuratif. Perawatan paliatif ini diberikan pada pasien rawat inap, rawat jalan maupun kunjungan / rawat rumah yang tujuannya adalah untuk mencegah dan meringankan penderitaan, memperpanjang umur,meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan dukungan kepada keluarga. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal pasien siap secara psikologis dan spiritual. Pelayanan paliatif terdiri dari pelaksanaan identifikasi dini, pengobatan nyeri dan masalah-masalah lain baik fisik, psikososial dan spiritual dan pelayanan masa dukacita bagi keluarga melalui pendekatan tim interdisiplin. Perawatan paliatif di Indonesia sudah berkembang sejak tahun 1992 dan kebijakan perawatan paliatif telah diatur dalam Surat Keputusan (SK) Menteri Kesehatan RI No. 812, tertanggal 19 Juli 2007. SK tersebut merupakan suatu instruksi resmi yang diberikan kepada seluruh institusi pelayanan kesehatan di Indonesia untuk mengembangkan layanan perawatan paliatif di tempat masing-masing. Rumusan masalah Bagaimana Pengkajian Psikologis Dan Psikososial Klien Paliatif Apa Masalah Psikologis Dan Psikososial Klien Paliatif Bagaimana Dukungan Keluarga Dan Lingkungan Terhadap Masalah Psikologi Dan Psikososial Klien Paliatif Tujuan Untuk mengetahui pengkajian psikologi dan psikososial klien paliatif Untuk mengetahui masalah psikologi dan psikososial klien paliatif Memberikan pemahaman mengenai dukungan keluarga dan lingkungan terhadap masalah psikologi dan psikosoial klien paliatif BAB II PEMBAHASAN Konsep dasar Asuhan Paliatif Perawatan paliatif dilakukan pada pasien dengan penyakit yang dapat membatasi hidup mereka atau penyakit terminal dimana penyakit ini sudah tidak lagi merespon terhadap pengobatan yang dapat memperpanjang hidup. Perawatan paliatif berfokus pada pasien dan keluarga dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan menghilangkan penderitaan. Perawatan paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta untuk memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan (Doyle and Woodruff, 2013). Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan perawatan paliatif meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial, konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual (Campbell, 2013). Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia prinsip pelayanan perawatan paliatif yaitu menghilangkan nyeri dan mencegah timbulnya gejala serta keluhan fisik lainnya, penanggulangan nyeri, menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal , tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian, memberikan dukungan psikologis, sosial dan spiritual, memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin, memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita, serta menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya (Kemenkes RI, 2017) Pengkajian Psikologi dan Psikososial Defenisi pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Kemampuan mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada tahap ini akan menentukan diagnosis keperawatan. Tujuan dari penkajian itu sendiri yaitu: mengumpulkan informasi,dan sebagai data dasar klien serta untuk mengidentifikasi dan mengenali masalah-masalah yang dihadapi klien (American Nurse Association). Faktor-faktor yang perlu dikaji dalam perawatan paliatif Faktor fisik, pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan pada berbagai permalsalahan fisik, gejala fisik yang di tunjukkan antara lain: perubahan pada penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi dan nyeri. Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada sklien, klien mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-bulan sebelum terjadi kematian. Perawat harus respek terhadap perubahan fisik yang terjadi pada klien terminal karena hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan klien dalam pemeliharaan diri. Faktor psikologis, perubahan psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi terminal perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien terminal, harus bisa mengenali ekspresi wajah yang di tunjukan apakah sedih, depresi atau marah. Problem psikologi lain yang muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, kehilangan harga diri dan harapan. Perawat harus mengenali tahap-tahap menjelang ajal yang terjadi pada klien terminal. Faktor sosial, perawat harus mengkaji bagaimana interaksi papsien selama kondisi terminal karena pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri, mudah tersinggung, tidak ingin berkomunikasi dan sering bertanya tentang kondisi penyakitnya. Ketidak yakinan dan keputusasaan sering membawa pada prilaku isolasi. Perawat harus bisa mengenali tanda klien mengisolasi diri sehingga dapat memberikan dukungan sosial dari teman dekat, keluarga atau kerabat untuk selalu menemani klien. Faktor spritual, perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya. Apakah semakin mendekatkan pada tuhan apakah semakin memberontak akan keadaannya. Perawat juga harus mengetahui disaat-saat seperti ini apakah pasein mengaharapkan kehadiran tokoh agama untuk menemani disaat-saat terakhirnya.Konsep dan prinsip etika, norma, budaya dalam pengkajian pasien terminal adalah aspek cultural atau budaya yang mempengaruhi reaksi klien menjelang ajal. Latar belakang budaya mempengaruhi individu dan keluarga mengekspresikan berduka dan menghadapi kematian atau menjelang ajal. Perawat tidak boleh menyamarkan setiap kondisi pasien terminal berdasarkan etika, budaya dan norma sehingga reaksi menghakimi harus di hindari. Pengkajian Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan mulai dari kepala sampai kaki dengan melihat segala kelainan dan ketidaknormalan yang ada pada tubuh Identitas klien: Nama, umur, No Reg, Ruang, Agama, Pekerjaan, Alamat, Suku Bangsa, Pendidikan, MRS, Dx Medis Keluhan utama Saat MRS : keluhan yang dirasakan oleh klien sehingga menjadi alasan klien dibawa ke Rumah Sakit Saat pengkajian : klien mengatakan keluhan yang di rasakan oleh klien Riwayat penyakit sekarang: kronologis dari penyakit yang di derita saat ini hingga di bawa ke Rs secara lengkap menggunakan rumus PQRST Riwayat penyakit dahulu : penyakit apa saja yang pernah di alami oleh klien, baik yang ada hubungannnya dengan penyakit yang di derita sekarang atau yang tidak ada hubungannya dengan penyakit sekarang yang di derita, riwayat operasi atau riwayat alergi Riwayat Psikososial Persepsi klien terhadap masalah, apakah pasien mengatakan bahwa penyakitnya ini merupakan masalah yang menghawatirkan, ekspresi wajah terlihat lemah, dan badannya terlihat lemas Pola kesehatan sehari-hari selama di Rs Pola nutrisi dan metabolisme Kebiasaan devekasi sehari-hari Kebiasaan Miksi Pola tidur dan istirahat Pola aktivitas Pola reproduksi dan seksual Pengkajian Psikologi Pengkajian psikologi adalah pengkajian untuk menilai tingkah laku individu di dalam situasi sosial dengan melakukan kajian dan analisis tentang bagaimana manusia mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan sosialnya. Kondisi fikiran dan suasa hati (Mood) meliputi: apakah dalam bulan terakhir ada merasakan putus asa atau rasa ketidakberdayaan? Kehilangan minat? Apakah ada merasa depresi? Apakah ada merasa tegang atau cemas? Apakah ada merasakan serangan panik atau ada hal spesisik yang di harapkan Penyesuaian terhadap sakit meliputi: Apa pemahaman anda terhadap sakit saat ini? Gali dengan hati-hati ekspetasi klien Sumber-sumber dan hal yang menguatkan meliputi: Apakah sumber dukungan anda? Misal nya orang-orang, hobi, iman dan kepercayaan Total pain (Nyeri multidimensi yang tidak terkontrol) meliputi: adakah masalah maslah psikologis, sosial spritual yang di alami yang berkontribusi terhadap gejala yang dialami Riwayat Sakit sebelumnya, dapat dikaji langsung atau pada keluarga: adakah resiko stress psikological dan riwayat kesehatan mental? Status emosi: Bagaimana ekspresi hati dan perasaan klien, Tingkah laku yang menonjol, Suasana yang membahagiakan klien, Stress yang membuat perasaan klien tidak nyaman Rekasi proses psikologis hal hal yang biasa dijumpai No Reaksi Proses Psikologis Hal-hal yang di jumpai 1. Shock (kaget, goncangan, batin) Merasa bersalah, marah, tidak berdaya Rasa takut, hilang akal, frustasi, rasa sedih, 2. Mengucilkan diri Merasa cacat dan tidak berguna, menutup diri Khawatir menginfeksi orang lain, murung 3. Membuka status secara terbatas Ingin tahu reaksi orang lain, pengalihan stress, ingin di cintai Penolakan, stress, konfrontasi 4. Mencari orang lain yang memiliki kesamaan penyakit Berbagi rasa, pengenalan, kepercayaan, penguatan, dukungan sosial Ketergantungan, campur tangan,tidak percaya pada pemegang rahasia dirinya 5. Status khusus Perubahan keterasingan menjadi manfaat khusus, perbedaan menjadi hal yang istimewa, dibutuhkan oleh yang lainnya. Ketergantungan, over identification 6. Prilaku mementingkan orang lain Komitmen dan kesatuan kelompok, kepuasan memberi dan berbagi, perasaan sebagai kelompok Pemadaman, reaksi dan kompensasi yang berlebihan 7. Penerimaan Keseimbangan antara kepentingan orang lain dengan diri sendiri, bisa menyebutkan kondisi seseorang Apatis, sulit berubah Respon psikologi (penerimaan diri) terhadap penyakit ada 5 tahap reaksi emosi seseorang terhadap penyakit, yaitu: Pengingkaran (Denial) Pada tahap peratama pasien menunjukkan karakteristik prilaku pengingkaran, mereka gagal memahami dan mengalami makna rasional dan dampak emosional dari diagnosa. Pengingkaran ini dapat di sebabkan karena ketidaktahuan pasien terhadap sakitnya atau sudah mengetahuinya dan mengancam dirinya.pengingkaran dapat di mulai dari uacapan pasien “saya disini istirahat” pengingkaran dapat berlalu sesuai dengan kemungkinan memproyeksikan pada apa yang diterima pada alat yang berfungsi sakit, kesalahan laporan laboratorium atau lebih mungkin perkiraa dokter dan perawat yang tidak kompeten. Pengingkaran diri yang mencolok tampak menimbulkan kecemasa, pengingkaran ini merupakan buffer untuk menerima kenyataan yang sebenarnya. Pengingkaran biasanya bersifat sementara dan segera berubah menjadi fase lain dalam menghadapi kenyataan ( Achir Yani, 1999). Kemarahan ( Anger ) Apabila pengingkaran tidak bisa di pertahan kan lagi maka fase pertama berubah menjadi kemarahan. Prilaku pasien secara karakteristik di hubungkan dengan marah dan rasa bersalah. Pasien akan mengalihkan kemarahan pada segala sesuat yang ada di sekitarnya. Biasanya kemarahan di arahkan pada dirinya sendiri dan timbul penyesalan. Yang menjadi sasaran utama atas kemarahan adalah perawat semua tindakan perawat serba salah, pasien banyak menuntut, cerewet, cemberut, tidak bersahabat, kasar, menantang, tidak mau bekerjasama, sangat marah, mudah tersinggung, meminta banyak perhatian, dan iri hati. Jika keluarga mengunjungi maka menunjukkan sikap menolak yang mengakibatkan keluarga segan untuk datang, hal ini akan menyebabkan bentuk keagresipan. ( Hudak & Galo 1996 ) Sikap tawar menawar ( Bergaining ) Setelah marah-marah berlalu pasien akan berfikir dan merasakan bahwa protesnya tidak ada artinya. Mulai timbl rasa bersalahnya dan mulai membina hubungan dengan tuhan, meminta dan berjanji merupakan ciri yang jelas yaitu pasien menyanggupi akan menjadi lebih baik jika terjadi sesuatu yang menimpanya atau berjanji lain jika dia dapat sembuh. (Achir Yani, 1999) Depresi Selama fase ini pasien sedih atau berkabung mengesampingkan marah dan pertahananya serta mulai mengatasi kehilangannya secara kontruktif. Pasien mencoba prilaku baru yang konsisten dengan keterbatasan baru. Tingkat emosional adalah kesedihan, tidak berdaya, tidak ada harapan, bersalah, penyesalan yang dalam, kesepian dan waktu untuk menangis berguna pada saat ini. Prilaku fase ini termasuk mengatakan ketakutan akan masa depan, bertanya peran baru dlam keluarga intensitas depresi tergantung pada makna dan beratnya penyakit (Nety, 1999). Penerimaan dan partisipasi Sesuai dengan berlalunya waktu dan pasien beradaptasi kepedihan yang menyakitkan berkurang dan bergerak menuju identifikasi sebagai seseorang yang keterbatasan karena penyakitnya dan sebagai seorang yang cacat. Pasien mampu bergantung pada orang lain jika perlu dan tidak membutuhkan dorongan melebihi daya tahannya atau terlalu memaksakan keterbatasan atau ketidak adekuatan. (Hudak & Galo, 1996) 3. Pengkajian Psikososial Pengkajian psikososial adalah suatu proses yang berlanjut dan dinamis yang di mulai dengan kontak awal dengan klien dan dilanjutkan dengan perawat klien yang seksama. Fokus pengkajian psikososial adalah mengkaji kesulitas dalam hidup sehari-hari (Kneisl dan wilson, 1984). Dalam mebuat data dasar dalam pengkajian kesehatan adalah mengumpulkan informasi subyektif melalui wawancara. Selama wawancara perawat menggunakan keterampilan komunikasi untuk memfokuskan perhatian pada tingkat kesejahteraan klien, perawat juga menolong klien untuk mengerti perubahan yang sedang terjadi atau akan terjadi dalam pola kehidupan selanjutnya. Dimensi pengkajian psikososial meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif dan prilaku klien. Meliputi: Kesehatan spritual mengenai yang maha kuasa Pekerjaan, hubungan keluarga, Kemampuan koping normal: pengkajian mengenai strategi koping yang secara sadar biasa di gunakan klien selama masa stress Sumber koping Persepsi klien tentang masalah kesehatan, hal ini memperlihatkan tingkat penerimaan, tingkat intelektual,dan kemampuan untuk melaksanakan keperawatan mandiri klien Pertimbangan pediatrik, pengkajian psikososial yang terbaik dilaksanakan saat observasi anak-anak bermain atau selama berinteraksi dengan orang tua. Pertimbangan gerontologik, pengkajian psikososial pada lansia meliputi pembedaan antara karakteristik normal dan yang menyimpang dari proses penuaan dan kondisi patologik Masalah Psikologi dan Psikososial pasien paliatif Permasalahan perawatan paliatif yang sering digambarkan pasien yaitu kejadian-kejadian yang dapat mengancam diri sendiri dimana masalah yang seringkali dikeluhkan pasien yaitu mengenai masalah seperti nyeri, masalah fisik, psikologi sosial, kultural serta spiritual (Doyle and Woodruff, 2013). Permasalahan yang muncul pada pasien yang menerima perawatan paliatif meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial, konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual atau keagamaan (Campbell, 2013). Penyakit yang di alami oleh individu akan memberi pengaruh besar dalam emosi, penampilan dan prilaku sosial individu, dilain pihak aspek psikologis dan aspek sosial juga memberikan pengaruh terhadap kesehatan fisik pasien dari penjelasan tersebut maka dapat di gambarkan mengenai bagaimana aspek biologis, psikologis dan sosial saling mempengaruhi. Dalam Indonesia Journal of Cancer, 2008 Masalah Sosial dan Psikologis Pasien Kanker Dalam Perawatan Paliatif Masalah masalah psikologis dan sosial yang biasanya timbul pada pasien terminal meliputi: Perubahan dalam konsep diri pasien, pasien dengan penyakit terminal biasanya semakin tidak bisa menunjukan dirinya secara ekspresif mereka mungkin jadi sulit untuk mempertahankan kontrol biologis dan fungsi sosialnya. Mereka mungkin akan sering mengeluarkan air liur,ekspresi bentuk mukanya berubah, gemetaran dan lain sebagainya. Pasien juga dapat sering mengalami kesakitan, muntah-muntah mengalami keterkejutan karna perubahan penampilan yang drastis di sebabkan kerontokan rambut atau penurunan berat badan dan stress karna pengobatan sehingga mengalami ketidakmampuan dalam berkomunikasi. Masalah-masalah mengenai interaksi sosial, ancaman terhadap konsep diri yang terjadi karena menurunnya fungsi mental dan fisik pasien dapat juga mengancam interaksi sosial pasien meskipun pasien penyakit terminal sering menginginkan dan membutuhkan untuk di jenguk namun pasien juga mungkin mengalami ketakutan bahwa kemunduran mental dan fisiknya akan membuat orang-orang yang menjenguknya menjadi kaget dan merasa tidak enak. Konsekuensi mengenai interaksi sosial yang tidak menyenangkan ini dapat membuat pasien mulai menarik diri dari kehidpan sosialnya, dengan cara membatasi orang-orang yang mengunjunginya hanya kepada beberapa anggota keluarga saja. Ada beberapa alasan mengapa pasien menarik diri selain khawatir terhadap pandangan oarang lain mengenai kemunduran fisiknya: beberapa alasan mengenai penarikan diri dari interaksi sosialnya merupakan hal yang normal dan menggambarkan suatu proses kehilangan. Situasi tersebut dapat menimbulkan kesulitan komunikasi lebih burukkarena sulit bagi pasien untuk mengekspresikan perasaannya kepada oarang lain sementara pasien juga harus mempersiapkan diri untuk meninggalkan mereka. Penarikan diri juga dapat disebabkan ketakutan karena akan membuat orang lain depresi melihat dan memikirkan keadaan pasien. Pasien juga merasa bersalah karena telah menyita waktu, tenaga dan biaya yang dimiliki keluarga nya untuk proses penyembuhannya. Penyebab lain dari penarikan diri dapat di sebabkan karena pasien merasakan kepanikan mengenai kematian yang akan segera datang dan kemarahan terhadap kehidupan sehingga pasien ingin menyendiri. Masalah komunikasi, ketika keadaan pasien bertambah buruk komunikasi dapat pula menjadi menurun. Penurunan komunikasi tersebut dapat di sebabkan karena beberapa faktor. Pertama kematian masih merupakan tema yang tabu di dalam masyarakat sehingga jarang di bincangkkan. Kedua, pendapat yang salah mengenai apa yang orang lain ingin dengar, pasien takut keluarga atau staf medis merasa tidak enak karena pasien menanyakan pertanyaan-pertanyaan tentang kematian.anggota-anggota keluarga pasti juga tidak ingin membahasa tentang kematian pasien karena takut pasien tidak mengetahui bahwa mereka tidak lagi memiliki harapan hidup yang panjang. Sehingga keluarga merasa bahwa pembicaraan mengenai harapan hidup pasien akan membuat pasien stress sehingga kondisi medisnya memburuk.alasan ketiga yang menyebabkan komunikasi menurun yaitu prinsip-prinsip dalam komunikasi, secara tidak langsung memiliki alasan-alasan pribadi yang kuat untuk tidak mau mendiskusikan kematian. Masalah Psikologi Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah kecemasan. Hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah diagnosa penyakit yang membuat pasien takut sehingga menyebabkan kecemasan bagi pasien maupun keluarga (Campbell, 2013). Kecemasan adalah keadaan suasana hati yang ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah dimana seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di masa yang akan datang dengan perasaan khawatir. Kecemasan merupakan keadaan individu atau kelompok saat mengalami perasaan yang sulit (ketakutan) dan aktivasi sistem saraf otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan atau ancaman tidak spesifik (Sadock and Sadock, 2015). Pasien dengan pernyakit terminal biasanya semakin tidak bisa menunjukkan dirinya secara ekspresif. Pasien menjadi sulit untuk mempertahankan kontrol biologis dan fungsi sosialnya, seperti menjadi sering mengeluarkan air liur, perubahan ekspresi bentuk muka, gemetaran dan lain sebagainya. Pasien juga sering mengalami kesakitan, muntah muntah, keterkejutan karena perubahan penampilan yang drastis disebabkan kerontokan rambut atau penurunan berat badan, dan stres karena pengobatan sehingga pasien mengalami ketidak mampuan untuk berkonsentrasi. Masalah psikologis tersebut disebabkan oleh perubahan perubahan dalam konsep diri pasien. Sebagai pemberi perawatan paliatif harus bisa melakukan tugas dengan menyesuaikan terhadap masalah pasien. Tugas yang berkaitan dengan fungsi psikologis meliputi upaya untuk : Mengendalikan perasaan negatif dan memelihara pandangan positif mengenai diri sendiri dan masa depan Mengidentiikasi dan mempertahankan kepuasan akan diri sendiri dan kemampuan diri Mendorong keluarga untuk memelihara pandangan positif kepada pasien. Masalah Sosial Masalah pada aspek sosial dapat terjadi karena adanya ketidak normalan kondisi hubungan sosial pasien dengan orang yang ada disekitar pasien baik itu keluarga maupun rekan kerja.Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam. Individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Aldridge et al., 2015). Ancaman terhadap konsep diri yang terjadi karena menurunnya fungsi mental dan fisik pasien dapat juga mengancam interakhi sosial pasien. Meskipun pasien penyakit terminal sering menginginkan dan membutuhkan untuk dijenguk, namun pasien mungkin juga mengalami ketakutan bahwa kemunduran mental dan fisiknya akan membuat orangorang yang menjenguknya menjadi kaget dan merasa tidak enak. Konsekuensi mengenai interaksi sosial yang tidak menyenangkan ini dapat membuat pasien mulai menarik diri dari kehidupan sosialnya dengan cara membatasi orang-orang yang mengunjunginya hanya kepada beberapa orang anggota keluarga saja. Pemberian perawatan paliatif harus dapat memberikan perawatan sesuai dengan masalah yang ada pada pasien. Tugas yang berkaitan dengan aspek sosial meliputi : Memelihara hubungan baik dengan keluarga dan teman-teman. Membantu pasien mempersiapkan diri bagi masa depan yang tidak tentu Berkaitan dengan masalah-masalah psikologis Dr.Elisabeth kubler ross, telah mengidentifikasi 5 tahap yang mungkin di lewati oleh pasien dengan penyakit terminal yaitu: Tahap kaget, biasanya hal ini sudah di lalui oleh penderita penyakit terminal. Tetapi adakalanya mereka kaget dan tidak percaya bila di beritahu atau mengetahui keadaan sebenarnya. Dalam situasi ini penderita nampak kebingungan bahkan yang bersangkutan dapat melakukan sesuatu tanpa disadari atau seperti orang linglung. Kecelakaan mudah terjadi pada saat ini, ada kalanya orang-orang tertetu ingin menyendiri untuk mengumpulkan energi mental dan ingin membuat rencana masa depannya. Tahap penolakan, pada tahap ini penolakan sering terjadi, tidak hanya saja pada penderita tetapi pada kelaurga. Untuk perawatan yang berkualitas sebaiknya keluarga di beri penerangan-penerangan yang intensif agar timbul kesadaran dan tidak lari dari kenyataan. Tahap amarah, pada tahap ini penderita marah-marah dan tidak jarang menyalahkan keluarga, tim medis bahkan tuhan atau nasib yang di terimanya. Kondisi yang hipersensitif dan ledakan emosi tidak jarang diakhiri balas membalas oleh anggota tim. Tahap depresi, disini penderita pasif sekali bahkan ada yang melakukan penelantaran diri bahkan percobaan bunuh diri. Tahap pasrah, pada tahap ini jika pasien masih memiliki kekuatan fisik dan kejernihan berfikir , maka masih ada harapan untuk meingkatkan kualitas hidupnya. Beberapa indikator tercapainya perawatan paliatif Aspek fisik :Keluhan fisik berkurang. Aspek psikologi :Keamanan psikologis, kebahagiaan meningkat dan pasien dapat menerima penyakitnya. Aspek sosial :Hubungan interpersonal tetap terjaga dan masalah sosial lain dapat diatasi. Aspek spiritual : Tercapainya arti kehidupan yang bernilai bagi pasien dan keluarga dalam menjalankan kehidupan rohani yang positif serta dapat menjalankan ibadah sampai akhir hayatnya. Perawatan paliatif dalam penanganan masalah psikologi dan psikososial klien paliatif Selain pengobatan yang melalui obat-obatan, Moss mengungkapkan bahwa orang yang sakit perlu melakukan 2 tipe tugas penyesuaian dalam proses koping,yaitu: Tugas yang berkaitan dengan penyakit atau pengobatan atau pengobatan meliputi pembelajaran untuk menghadapi gejala-gejala atau ketidak mampuan yang di sebabkan oleh penyakit, menyesuaikan diri dengan lingkungan, rumah sakit dan prosedure medis untuk mengatasi masalah (penyakit) dan mengembangkan serta mengupayakan hubungan yang baik dengan petugas kesehatan yang menanganinya. Tugas yang berkaitan dengan fungsi psikososial umum, meliputi: upaya untuk mengendalikan perasaan negatif dan memelihara pandangan positif mengenai masa depan, mempertahankan kepuasan akan diri sendiri dan kemampuan diri, memelihara hubungan yang baik dengan kelaurga dan teman-teman serta mekmpersiapkan diri bagi masa depan yang tidak tentu. Dalam melaksanakann tugas-tugas yang berkaitan dengan pengobatan dan fungsi psikososial umum awalnya tim paliatif melaksanakan assasement terlebih dahulu terhadap pasien dan keluarga pasien yang akan menjalani perawatan paliatif. Dari assasement yang di lakukan tim paliatif dapat mengetahui kondisi fisik, psikologiis, psikososial pasien dan keluarga pasien sehingga tim paliatif dapat mengetahui mengenai perawatan fisik, dan pendampingan psikologis dan sosial kepada pasien dan keluarga pasien berupa konseling, pemberian pendampingan dukungan dan nasehat maka akan membantu melewati masalah-masalah psikologi dan sosial yang dialami dalam menghadapi penyakitnya. Kondisi psikologi sosial yang normal dan stabil secara tidak langsung maupun langsung akan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien menjadi lebih baik. Dukungan keluarga dan lingkungan terhadap masalah psikologi dan psikososial kepada klien paliatif Dukungan keluarga Defenisi dukungan keluarga Dukungan keluarga adalah sikap dan tindakan terhadap anggota keluarga yang sakit dan keluarga memberikan bantuan kepada anggota keluarga lain baik berupa barang, jasa, informasi, dan nasihat sehingga anggota keluarga merasa di sayangi, di hormati dan dihargai (Friedman, 2013). Sendangkan menurut Helnilawati (2013) dukungan keluarga adalah dukungan yang didapatkan dari keluarga ke anggota keluarga, yang dimana dukungan ini sangat bermanfaat bagi anggota keluarga yang mendapatkan dukungan dan merasa diperhatikan, di hargai dan di cintai oleh keluarganya. Menurut Friedman (2013) sumber dukungan sosial keluarga internal adalah sumber dukungan yang didapatkan dari suami atau istri, saudara kandung atau dukungan dari anak.Serta dukungan sosial keluarga eksternal yaitu sahabat, tetangga, kelompok sosial, dan keluarga besar (kakek, nenek, bibi atau paman). Manfaat dukungan keluarga Dukungan keluarga ini terjadi selama masa proses kehidupan dengan sifat dan tipe dukungan yang bervariasi pada masing-masing tahap siklus kehidupan keluarga, walapun demikian dalam semua tahapan siklus kehidupan keluarga, dukungan keluarga dapat memungkinkan keluarga berfungsi secara penuh dan dapat meningkatkan adaptasi keluarga dalam memenuhi kesehatan keluarga (Friedman, 2013). Jenis dukungan keluarga Jenis dukungan keluarga ada empat yaitu (Harnilawati, 2013) dan Friedman (2013) : Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit. Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata, termasuk didalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau meminjamkan uang, membantu kegiatan spiritual seperti menyediakan keperluankeperluan yang bersangkutan dengan ibadah. Dukungan keluarga informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator (penyebar informasi). Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Dimana keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi. Misalnya keluarga dapat memberikan atau menyediakan buku, mendatangkan ulama atau rohaniawan. Dukungan penilaian (appraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga. Misalnya anggota keluarga yang sakit tidak bisa atau tidak mampu untuk melakukan sholat/ibadah maka tugas keluarga yaitu membantu/mengajarkan cara melakukan sholat/ibadah. Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta penguasaan terhadap emosi. Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga Faktor-faktor yang mempengaruhi keluarga (Purnawan, 2008) : Faktor internal Faktor usia, Setiap dukungan ditentukan oleh faktor usia dimana termasuk pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda. Faktor spritual, aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang itu menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan serta arti dalam hidup. Faktor emosional, factor ini juga dapat mempengaruhi keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respon stress cenderung merasa khawatir bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara umum terlihat tenang mungkin mempunyai respon emosional yang kecil selama ia sakit. Jadi seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara emosional terhadap ancaman penyakitnya mungkin akan menyangkal tentang penyakitnya. Faktor eksternal Faktor keluarga, cara keluarga memberikan dukungan dapat mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya. Faktor sosioekonomi. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakannya sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya. Faktor latar belakang budaya. Faktor ini dapat mempengaruhi keyakinan, nilai serta kebiasaan individu dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan. Dukungan Lingkungan Sosial Dalam Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016 Dukungan sosial diperlukan untuk meningkatkan psychological wellbeing penderita dan membantu penderita menghadapi serta beradaptasi dengan penyakit paliatif yang dideritanya (Cohen & Wills, dalam Helgeson & Cohen, 1996). Tim Perawatan Paliatif akan memberikan dukungan sosial dengan membantu penderita selama menghadapi kondisinya, namun dukungan sosial juga perlu didapatkannya dari lingkungan sekitar, seperti keluarga, teman, dan sebagainya. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Stefaniak (2012), menjelaskan bahwa para penderita penyakit paliatif yang terisolasi secara sosial memiliki kerentanan untuk sakit yang lebih tinggi dan merasakan sakit yang lebih tinggi. Dukungan sosial juga merupakan komponen yang sangat penting bagi penderita penyakit stadium lanjut, khususnya pada penderita yang sudah mendekati kematian karena dapat mengurangi death anxiety para penderita dengan penyakit stadium lanjut (Khawar, Aslam, & Aamir, 2013). Selain memberikan dampak positif, dukungan sosial dalam bentuk tertentu juga bisa berdampak secara negatif untuk para penderita kanker. Dukungan sosial yang tidak efektif atau aversif mampu menimbulkan respons psikologis yang negatif pada penderita, walaupun dukungan sosial tersebut diberikan dengan maksud baik. Apabila dukungan sosial yang diberikan tidak sesuai, penderita bisa mengalami peningkatan ketegangan dan stres (Christensen & Antoni, 2002). Selain itu, dukungan sosial yang tidak efektif maupun aversif merendahkan self-esteem dan dapat mengancam eksistensial individu (Revenson, dalam Christensen & Antoni, 2002). Salah satu hal yang menyebabkan masalah dan justru tidak membantu penderita adalah apabila penderita menerima dukungan sosial yang berlebihan (Helgeson, dalam Christensen & Antoni, 2002). Dukungan sosial yang terlalu banyak dapat membuat penderita merasa kompetensi dan kemandiriannya diremehkan. Dukungan sosial yang berlebihan juga bisa menganggu dan merendahkan personal control penderita (Penninx, dalam Christensen & Antoni, 2002). Dukungan sosial yang diterima penderita bisa memberikan dampak yang positif atau negatif. Muncul suatu masalah apabila dukungan sosial yang seharusnya membantu penderita, justru memberikan dampak yang negatif untuknya. Dampak dari dukungan sosial tersebut bergantung pada bagaimana penderita memaknai dukungan sosial yang diterimanya atau yang disebut sebagai perceived social support. Perceived social support penting untuk diketahui karena keberhasilan suatu dukungan sosial bergantung pada bagaimana penerima dukungan sosial memaknai proses bagaimana dukungan tersebut memberikan dampak positif bagi kesejahteraannya (Terry et al., dalam Chrishianie, 2014). Definisi perceived social support yang diungkapkan oleh Duffy & Wong (2003) dan Cohen (1992) adalah proses bagaimana individu mengevaluasi dan memaknai dimensi dukungan sosial yang tersedia dan apakah memadai untuknya ketika individu membutuhkannya. (House & Kahn, dalam Christensen & Antoni, 2002), serta esteem support dan companionship support (Cohen & Wills, dalam Orford, 1992). Berikut ini adalah uraian terkait dimensi dukungan sosial secara fungsional, yaitu: Emotional support merupakan bentuk dukungan berupa komunikasi yang menunjukkan kasih sayang, pengertian, cinta, dan perhatian. Selain itu berupa ketersediaan orang lain untuk bisa diajak bicara terkait dengan masalahnya dan bisa mendapatkan simpati (Willis & Ainette, dalam Ayers, Baum, McManus, Newman, Wallston, Weinman, & West, 2007). Informational support merupakan bentuk dukungan berupa informasi, bimbingan, dan nasehat atau berupa suatu kemampuan yang diajarkan kepada individu, sehingga bisa membantu individu untuk mengatasi suatu masalah (House dalam Orford, 1992). Instrumental support merupakan bentuk dukungan berupa bantuan atau bimbingan yang nyata di mana adanya ketersediaan orang dalam memberikan suatu materi atau pelayanan tertentu (Willis & Ainette, dalam Ayers, Baum, McManus, Newman, Wallston, Weinman, & West, 2007). Instrumental support diberikan untuk membantu individu dalam mengatasi masalah-masalah praktis (Jacobson dalam Orford, 1992). Esteem support adalah bentuk informasi bahwa seseorang dipandang baik dan diterima oleh orang lain. Hal tersebut dilakukan dengan memberitahukan bahwa orang tersebut dihargai dan diterima sekalipun dirinya melakukan suatu kesalahan atau memiliki kekurangan. Companionship support adalah bentuk dukungan yang dilakukan dengan cara menghabiskan waktu dengan orang lain dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang sifatnya menghibur dan berrekreasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran perceived social support pada penderita kanker stadium lanjut yang menjalani Perawatan Paliatif di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Dengan demikian, dapat diketahui bagaimana penderita kanker stadium lanjut memaknai dukungan sosial yang diperoleh. Dengan demikian, diharapkan dapat diketahuinya bentuk dukungan sosial seperti apa yang tepat dan kurang tepat bagi penderita kanker stadium lanjut berdasarkan bentuk dukungan sosial yang dapat membantu penderita dalam menghadapi masalahnya dan dampaknya bagi penderita. BAB III PENUTUP Kesimpulan Perawatan paliatif adalah pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan terhadap rasa sakit dan memberikan dukungan fisik, psikososial dan spritual yang di mulai sejak tegaknya diagnosa hingga akhir kehidupan pasien. Masalah pada aspek sosial dapat terjadi karena adanya ketidak normalan kondisi hubungan sosial pasien dengan orang yang ada disekitar pasien baik itu keluarga maupun rekan kerja.Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah kecemasan. Hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah diagnosa penyakit yang membuat pasien takut sehingga menyebabkan kecemasan bagi pasien maupun keluarga (Campbell, 2013). Dalam Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016 Dukungan sosial diperlukan untuk meningkatkan psychological wellbeing penderita dan membantu penderita menghadapi serta beradaptasi dengan penyakit paliatif yang dideritanya (Cohen & Wills, dalam Helgeson & Cohen, 1996). Pasien paliatif juga membutuhkan dukungan keluarga. Dukungan keluarga adalah sikap dan tindakan terhadap anggota keluarga yang sakit dan keluarga memberikan bantuan kepada anggota keluarga lain baik berupa barang, jasa, informasi, dan nasihat sehingga anggota keluarga merasa di sayangi, di hormati dan dihargai (Friedman, 2013). Daftar Pustaka Willis & Ainette, dalam Ayers, Baum, McManus, Newman, Wallston, Weinman, & West, 2007). Friedman, Marilyn : Buku ajar Keperawatan Keluarga riset teori dan praktik, Jakarta EGC, 2013 Campbell, M. L. (2013) Nurse to Nurse Palliative Care : Expert Interventions. First. New York: McGraw-Hill Companies. doi: DOI: 10.1036/0071493239. Doyle, D. and Woodruff, R. (2013) The IAHPC Manual of Palliative Care. 3rd editio, Journal of Pain and Palliative Care PSharmacotherapy. 3rd editio. doi: 10.3109/15360288.2013.848970. The Development of Palliative Community Health Nursing to Increase Family’s Autonomy in Caring Patient with Cancer at Home). Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 309–316 Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016 Perceived Social Support on Advanced Cancer Patients in Palliative Care Penelitian yang dilakukan oleh Stefaniak (2012), tentang dukungan sosial Klien Paliatif Sadock, V. and Sadock, B. J. (eds) (2015) Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. nine editi. Lippincott: Wolter Kluters. “Penanganan masalah sosial dan psikologis pasien kanker stadium lanjut dalam perawatan paliatif”, 2008 Indonesia journal of cancer Versi online / URL: http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2358 6