Academia.eduAcademia.edu

BIODEGRADASI OLEH LIMBAH MINYAK BUMI MENGGUNAKAN SENYAWA BIOTIK

BIODEGRADASI OLEH LIMBAH MINYAK BUMI MENGGUNAKAN SENYAWA BIOTIK MAKALAH Oleh M. Robbi Wichaksono NPM 1814221028 PRODI ILMU KELAUTAN JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2021 BIODEGRADASI OLEH LIMBAH MINYAK BUMI MENGGUNAKAN SENYAWA BIOTIK I. Pendahuluan Sampai saat ini minyak bumi masih menjadi sumber energi utama yang dibutuhkan penduduk dunia, walaupun usaha untuk menggantikan minyak bumi sebagai sumber energi terus dilakukan. Sumber energi alternative seperti solar cell sumber energi dari microalga, hydrogen, dan dari tanaman seperti minyak kelapa sawit, minyak jarak belum dapat menggantikan peran minyak bumi sepenuhnya sebagai sumber energi utama. Hal ini mendorong perkembangan industri pengilangan minyak bumi untuk meningkatkan kegiatan eksplorasi, transportasi dan proses pengolahan minyak bumi. Namun disisi lain adanya minyak bumi menimbulkan beberapa permasalahan salah satunya adalah pencemaran. Permasalahan tersebut akan terjadi di perairan salah satunya adalah adalah di Pantai. Pencemaran minyak di pesisir merupakan kasus yang sangat membahayakan, karena dapat menimbulkan efek buruk sedimen, biota dan habitat di sekitarnya, seperti pada tumpahan minyak di perairan Indonesia. Pencemaran minyak di sedimen Perairan Indonesia dikarenakan adanya salah satu kasus kebocoran pipa pengangkut minyak mentah. Oleh karena itu dilakukan uji laboratorium sebagai upaya penanganan dalam menurunkan konsentrasi minyak di dalam sedimen, yaitu dengan metode bioremediasi. Salah satu cara bioremediasi yang dilakukan adalah dengan teknik bioaugmentasi (penambahan bakteri). Penggunaan bakteri dalam mendegradasi minyak dianggap aman, murah dan mudah. Teknik bioremediasi yaitu pemanfaatan mikroorganisme perombak polutan untuk mengurangi lingkungan yang tercemar. Teknologi bioremediasi dengan mikroorganisme cukup potensial untuk diterapkan di Indonesia mengingat kondisi iklim dan keanekaragaman mikroorganismenya, karena Indonesia merupakan daerah tropis dengan sinar matahari dan kelembaban tinggi yang sangat mendukung percepatan proses pertumbuhan mikroba untuk aktif mendegradasi minyak. Minyak mentah adalah campuran senyawa hidrokarbon yang terbentuk berjuta tahun silam, yang berasal dari fosil tumbuhan, hewan, atau plankton selama jutaan tahun di dalam tanah atau pun di dasar lautan. Oleh sebab itu diperlukannya studi kasus untuk membandingkan tingkat efektifitas penanganan masalah pada pencamaran perairan oleh minyak bumi. Hal tersebut berdasarkan membandingkan literature dari setiap jurnal yang teridensitifikasi. II. Metode Beberapa jurnal yang terkait pada penelitian ini yaitu menjelaskan beberapa metode yang digunakan yaitu antara lain : 1. BIOREMIDIASI PENCEMARAN MINYAK di SEDIMEN PANTAI BALONGAN, INDRAMAYU dengan MENGGUNAKAN BAKTERI Alcanivorax sp. TE-9 SKALA LABORATORIUM Metode Penelitian ini merupakan kegiatan uji coba di laboratorium. Bakteri yang digunakan dalam perlakuan degradasi minyak adalah Alcanivorax sp. TE9. Perlakuan bakteri yang diuji cobakan untuk mendegradasi minyak adalah dalam skala tabung (50 ml) dengan sistem sekali unduh atau batch culture. Penggunaan bakteri Alcanivorax sp. TE-9 sebagai inokulan dalam uji coba degradasi minyak. Bakteri Alcanivorax sp. TE-9 sudah diketahui kemampuannya dalam mendegradasi minyak dari sedimen Pulau Pari. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan selain mampu mendegradasi minyak di Pulau Pari, juga mampu mendegradasi pencemaran minyak dari sedimen dengan kondisi berbeda, seperti sedimen di Pantai Balongan, Indramayu. Pengukuran Konsentrasi Minyak. Pengukuran konsentrasi minyak dengan metode EPA yaitu seluruh sampel dalam tabung falcon setelah diinkubasi, kemudian ditambahkan larutan DCM:Hexane = 1:1 sebanyak 5 ml. Selanjutnya sampel dikocok selama 30 menit secara manual untuk melarutkan minyak yang terdapat di dalam sampel sedimen dan air (Penambahan DCM:Hexane dan pengocokan diulang sebanyak 4 kali tahapan dan disentrifuse untuk memisahkan minyak dan DCM:Hexane. Setelah disentrifuse 5 menit, maka terjadi pemisahan larutan, yang terdapat pada lapisan atas (hasil dari pemisahan) yaitu minyak dan larutan DCM:Hexane diambil dan dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 3 gram Na2SO4 . Larutan yang ada di dalam tabung berisi Na2SO4 kemudian didiamkan selama 24 jam untuk menghilangkan kandungan air yang terbawa dalam larutan dan minyak. Selanjutnya larutan diambil menggunakan pipet pasteur dan dituang kedalam cawan porselen untuk selanjutnya diuapkan 1x48 jam. Cawan porselen sebelumnya sudah diketahui berat kosongnya. Kemudian cawan porselen ditimbang dengan timbangan analitik untuk mengetahui berat minyak mentah. Konsentrasi minyak dihitung dengan menggunakan rumus berdasarkan Pagoray. Persentase Degradasi minyak. Residu minyak pada waktu pengukuran hari ke-0, 7, 14 dan 28 tersebut digunakan untuk menentukan kemampuan bakteri dalam mendegradasi minyak yang ada dalam sampel sedimen + air. Persentase degradasi minyak ditentukan dengan menggunakan rumus berdasarkan Bishnoi. Pertumbuhan Bakteri . Penghitungan total sel bakteri dengan metode direct count yaitu pengamatan menggunakan mikroskop epifluoroscense dan pengecatan bakteri dengan larutan Acridine Orange. Sampel dari tabung percobaan diambil 0.1 ml dan dimasukan ke dalam 0.9 ml air laut steril, kemudian dikocok. Selanjutnya sebanyak 0.1 ml dimasukan ke dalam 1.145 ml Acridin Orange dan dikocok. Setelah homogen, campuran sampel dengan larutan Acridine Orange disaring dengan filter polikarbonat yang sudah direndam larutan sudan black semalam dan sudah dibilas akuades steril. Filter diletakkan di gelas benda yang sudah ditetesi minyak imersi, kemudian ditutup dengan cover glass. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop epifluoroscence perbesaran 1000 kali. Perhitungan sel dilakukan pada 10 bidang pandang. Sel yang hidup tampak hijau dan sel yang mati berwarna orange. Parameter Lingkungan. Waktu pengukuran parameter lingkungan dilakukan seiring dengan pengukuran konsentrasi minyak dan pertumbuhan bakteri yaitu pada hari ke-0, ke-7, ke-14 dan ke-28. Parameter lingkungan yang diukur yaitu pH, suhu, salinitas dan oksigen terlarut. Pengukuran pH dilakukan dengan alat pHmeter, sedangkan pengukuran salinitas dengan refraktometer. Periode pengukuran biodegradasi minyak seiring dengan pengukuran laju pertumbuhan bakteri dan parameter lingkungan yaitu pada hari ke-0, ke-7, ke-14 dan 28. Waktu pengukuran biodegradasi minyak pada hari ke 0, ke-7, ke-14 dan 28 karena disesuaikan dengan pola peningkatan pertumbuhan sel bakteri dan pola penurunan konsentrasi minyak pada penelitian sebelumnya (Darmayati et al. 2008; Darmayati, 2009a). Pengukuran oksigen terlarut dan suhu dilakukan dengan menggunakan alat DO meter dan sebelum pemakaian, alat sudah terlebih dahulu dikalibrasi. Semua alat direndam ke dalam akuades kemudian dikeringkan sebelum dimasukkan ke dalam tabung falcon berisi media dan bakteri. 2. BIOREMEDIASI HIDROKARBON MINYAK BUMI MENGGUNAKAN ISOLAT INDIGENOUS Penelitian ini dilakukan di laboratorium mikrobiologi Balai Bioteknologi BPPT. Isolat yang digunakan untuk degradasi minyak bumi adalah Bacillus sp. yang diperoleh dari kultur koleksi laboratorium mikrobiologi Balai Bioteknologi BPPT. Minyak bumi yang digunakan untuk uji degradasi ini digunakan sampel yang diperoleh dari Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Cepu-Jawa Tengah. Air laut yang digunakan adalah air laut yang diperoleh dari SeaWorld PT. Pembangunan Jaya Ancol yang telah disaring menggunakan filter cartridge 0.2 µm. Peremajaan isolat Bacillus sp. yang telah disimpan dalam bentuk gliserol stock diremajakan dalam media marine agar dan diinkubasi pada suhu 30ºC selama 48 jam. Koloni yang tumbuh dikulturkan dalam media marine broth dengan cara memindahkan koloni dalam media agar ke media marine broth yang telah disterilisasi. Selanjutnya diinkubasi selama 48 jam. Sel Bacillus sp yang tumbuh dalam kultur marine broth dihitung jumlah sel/ml menggunakan metode pengenceran dan disebarkan dalam media merine agar. Jumlah koloni yang tumbuh dihitung dalam setiap milliliter sample. Colony Form Unit (CFU) ditentukan. Setelah ditentukan jumlah sel/mL dalam kultur marine broth, cairan fermentasi ini siap digunakan untuk studi lebih lanjut. Pengujian degradasi minyak bumi Pengujian degradasi minyak bumi dihitung berdasarkan penurunan nilai TPH (Total Petroleum Hydrocarbon). Sebanyak 100mL air laut yang telah disaring dimasukkan kedalam erlemeyer volume 500mL. Hal yang sama dilakukan untuk sejumlah perlakuan yang digunakan. Selanjutnya setiap Erlenmeyer dimasukkan sejumlah minyak bumi yang telah diencerkan sesuai dengan variable kontaminan (5000 mg/L. 3000 mL, dan 1000mg/mL). Selanjutnya masing-masing variable perlakuan ini ditambahkan kultur isolat Bacillus sp. yang telah dihitung jumlah selnya dengan perlakuan volume penambahan kultur sebanyak 1mL, 2mL, 4mL, 6mL, 8mL. Selanjutnya diinkubasi dalam suhu 30ºC selama 40 hari. Pengambilan sampel dilakukan setiap 5 hari dan diukur konsentrasi TPH-nya. Penentuan jumlah sel isolat Bacillus sp. Pada proses pengujian degradasi minyak bumi, maka secara bersamaan dilakukan penghitungan jumlah sel dalam interval waktu yang telah ditentukan. Penghitungan jumlah sel dilakukan dengan metode pengenceran, dan penghitungan koloni dalam media merine agar. Sebanyak 1mL sampel kultur isolat diambil dan diencerkan secara bertingkat dari 10-1 sampai dengan 10-7 . Masing-masing pengenceran diamati dan dipilih jumlah koloni yang tumbuh dalam rentang 30-300 koloni per plate, dan jumlah sel/mL dapat dihitung. 3. BIOREMEDIASI TUMPAHAN MINYAK MENTAH DENGAN METODE BIOSTIMULASI NUTRIEN ORGANIK DI LINGKUNGAN PANTAI SURABAYA TIMUR Dalam penelitian ini digunakan nutrien organik Petroganik (produk komersial PT X) yang bahan dasarnya dari daun dan kotoran binatang, sebagai sumber makanan mikroba tanah. Minyak mentah yang digunakan adalah minyak mentah (crude oil) yang diambil dari sumber minyak mentah Pertamina Cepu Jawa Tengah. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan peristiwaperistiwa tumpahan minyak, di mana sebagian besar yang tertumpah adalah minyak mentah Dalam penelitian ini diberlakukan rancangan acak lengkap. Jika dilakukan sejumlah t perlakuan sebanyak n kali untuk setiap perlakuan, maka rancangan acak lengkap membutuhkan alokasi nt percobaan secara acak kepada nt satuan percobaan. Dengan melakukan pengacakan, maka alokasi eksperimen maupun urutan eksperimen yang akan dilakukan bisa ditentukan secara acak. Metode statistika mensyaratkan agar observasi (atau galat) terdistribusi secara merata. Pengacakan menjadikan syarat ini terpenuhi (Montgomery, 2001). Pada penelitian dibuat petak-petak percobaan berukuran 0,5 m × 0,5 m, di mana antara satu petak dengan petak yang lain terpisah pada jarak 0,25 meter (Gambar 1). Metode penelitian ini merujuk dari penelitian yang dilakukanDelille dkk.(2004).Untukmeneliti pengaruh peningkatan suhu terhadap proses bioremediasi, Delille dkk. (2004) membagi lokasi penelitian ke dalam petak-petak berukuran 0,75 m × 0,75 m, dan antara satu petak dengan petak lainnya dipisah dengan jarak 0,5 meter. Penelitian ini terdiri atas 19 petak percobaan, yaitu 18 petak perlakuan dan 1 petak kontrol. Variabel bebas pada penelitian ini terdiri atas pemberian berbagai dosis nutrien organik (0,2; 0,3; dan 0,4 kg/petak tanah) dan perlakuan dibalik dan tidak dibalik, masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Variabel terikat pada penelian ini adalah jumlah total bakteri tanah (cfu/g tanah), kadar minyak dalam tanah (g/kg tanah), dan bioremediasi minyak (%), pengacakan perlakuan di lapangan dengan cara diundi. Pengukuran Respons Padamasing-masing petak ditumpahkanminyakmentah sebanyak 1 liter, 3 hari kemudian pada masingmasing petak tersebut diberi nutrien organik dan dibalik atau tidak dibalik sesuai dengan perlakuan penelitian. Pengukuran jumlah total bakteri tanah (cfu/g) dan konsentrasi polutan minyak (kg/kg tanah) dilakukan secara berkala dengan mengambil sampel tanah setiap petak pada minggu ke-2, ke-4, dan minggu ke-6. Pengukuran pada setiap petak secara periodik merupakan respons percobaan yang diteliti. Data yang diperoleh kemudian diuji statistik dengan ANOVA, apabila ada beda nyata dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) dan uji Duncan pada taraf 5%. 4. DAMPAK TUMPAHAN MINYAK (OIL SPILL) DI PERAIRAN LAUT PADA KEGIATAN INDUSTRI MIGAS DAN METODE PENANGGULANGANNYA Pernah dicatat dalam sejarah di perairan selat Malaka, sekitar 4 juta liter minyak tertumpah dan mengakibatkan pencemaran laut pada kasus kecelakaan kapal tanker Showa Maru. Bencana yang skalanya ''catastrophique'', tabrakan tanker Maersk Navigator dan Sanko Honour (1,8 juta barel), adalah contoh lain kejadian tumpahan minyak di Indonesia yang masuk di dalam daftar hitam pencemaran laut oleh petroleum hidrokarbon di dunia. Sampai saat ini belum ada suatu model pengorganisasian ataupun alat yang mampu diaplikasikan di setiap kasus pencemaran laut oleh minyak bumi. Secara umum penanganan tumpahan minyak dilakukan dengan salah satu atau ketiga metode sebagai berikut: a. Penanganan Secara Fisika Penanganan secara fisika adalah penanggulangan oil spill dengan menggunakan peralatan mekanik, merupakan perlakuan pertama dengan cara melokalisasi tumpahan minyak menggunakan pelampung pembatas (oil booms), yang kemudian akan ditransfer dengan perangkat pemompa (oil skimmers) ke sebuah fasilitas penerima "reservoar" baik dalam bentuk tangki ataupun balon. Salah satu kelemahan dari metoda ini adalah hanya dapat dipakai secara efektif di perairan yang memiliki hidrodinamika air yang rendah (arus, pasang-surut, ombak, dll) dan cuaca yang tidak ekstrem. Aplikasi metode ini juga sulit dilakukan di pelabuhan karena dapat mengganggu aktivitas keluar dan masuk kapal-kapal dari dan menuju pelabuhan. Kendala lain juga dijumpai karena belum seluruh pelabuhan di Indonesia memiliki Local Cotingency Plan for Oil Pollution, semacam manajemen pena-nggulangan bahaya tumpahan minyak. Teknik lain yang lazim digunakan adalah pembakaran minyak (in situ burning). Tetapi metode pembakaran minyak pada permukaan air ini dari sudut pandang ekologis hanya memindahkan masalah pencemaran ke udara. Penanganan Secara Kimia Pada awalnya penggunaan metode ini kurang dikehendaki, aplikasinya untuk menangani tumpahan minyak Torrey Canyon di perairan Inggris tahun 1967 dianggap menimbulkan kerusakan lingkungan terutama dikarenakan menggunakan bahan kimia dispersan yang bersifat racun. Untungnya dalam kurun waktu lebih dari 30 tahun, pengembangan riset agen dispersan menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan, salah satu contoh dari dispersan ini adalah corexit 9500 yang diproduksi oleh Exxon Energy Chemical yang sukses diaplikasikan untuk membersihkan tumpahan minyak dari tabrakan kapal tanker Evoikos dan Orapin Global di Selat Malaka. Berikutnya Penanganan Secara Biologi Merupakan penanganan dengan melakukan bioremediasi yaitu sebagai proses penguraian limbah organik/ anorganik polutan secara biologi dalam kondisi terkendali dengan tujuan mengontrol, mereduksi atau bahkan mereduksi bahan pencemar dari lingkungan. Kelebihan teknologi ini ditinjau dari aspek komersial adalah relatif lebih ramah lingkungan, biaya penanganan yang relatif lebih murah dan bersifat fleksibel. Teknik pengolahan limbah jenis B3 dengan bioremediasi ini umumnya menggunakan mikroorganisme (khamir, fungi, dan bakteri) sebagai agen bioremediator. 5. UJI KEMAMPUAN DEGRADASI MINYAK SOLAR OLEH KONSORSIUM BAKTERI HASIL PRESERVASI DENGAN KOMBINASI METODE LIOFILISASI DAN METODE GLISEROL Rancangan penelitian ini merupakan eksperimen sungguhan (true experimental). Rancangan penelitian eksperimen yang digunakan adalah the randomized posttest only control group design (Bawa, 2000). Populasi pada penelitian ini adalah konsorsium bakteri pendegradasi minyak solar hasil preservasi menggunakan kombinasi metode liofilisasi dan metode gliserol selama tiga bulan pada suhu -5oC pada media Bushnell-Haas mineral salt agar. Sampel pada penelitian ini adalah cuplikan 5 ml media degradasi minyak bumi dari masing-masing variasi volume konsorsium bakteri setelah masa inkubasi. Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah penambahan konsorsium bakteri pendegradasi minyak solar dengan variasi volume berbeda, yang terdiri dari tiga level/taraf yaitu: 10 ml, 20 ml, dan 30 ml konsorsium bakteri hasil preservasi menggunakan metode liofilisasi dan metode gliserol. Jumlah ulangan sebanyak 8 kali berdasarkan rumus pengulangan rancangan acak lengkap (RAL): dimana t: perlakuan dan r: replikasi. Unit percobaan pada tiap perlakuan berjumlah 8. Jumlah seluruh unit percobaan yakni 24 unit. 24 buah wadah botol kaca steril berisi 20 ml media degradasi minyak solar (Bushnell-Haas mineral salt broth dengan penambahan skim milk powder dan gliserol) yang diberi 5 ml minyak solar. sebagai media degradasi selama masa inkubasi 10 x 24 Jam. Pada penelitian ini digunakan tiga variabel, yaitu: (1) variabel bebas berupa volume konsorsium bakteri pendegradasi minyak solar hasil preservasi kombinasi metode liofilisasi dan metode gliserol. variasi volume konsorsium bakteri yang digunakan yakni 10 ml, 20 ml, dan 30 ml dalam 20 ml media degradasi minyak solar, (2) variabel terikat yang diukur adalah kadar Asam n-Oktanoat hasil biodegradasi minyak solar. an (3) variabel kontrol selama penelitian berlangsung adalah suhu, oksigen, nutrisi, pH, dan kelembaban. Data yang telah terkumpul pada akhir penelitian selanjutnya ditabulasi dalam tabel kerja. Data kemudian diuji dengan menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Levene test untuk uji homogenitas. Apabila dari uji prasyarat tersebut diperoleh data yang normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan analisis parametrik dengan menggunakan uji Anava satu arah pada taraf signifikansi 5%. Setelah itu, dilakukan uji perbandingan ganda Post Hoc antar kelompok untuk menguji kelompok mana yang berbeda dengan kelompok yang mana, dengan menggunakan uji least significance difference (LSD) (untuk data yang variannya homogen). Dalam percobaan ini digunakan signifikansi 0,05. III. HASIL Berdasarkan beberapa reverensi yang diinditifikasi dapat dijadikan data pembanding dalam proses biodegradasi oleh limbah minyak bumi menggunakan senyawa biotik yaitu pada salah satu jurnal uji kemampuan degradasi minyak solar oelh konsosium bakteri hasil preservasi dengan kombinasi metode liofilisasi dan metode gliserol. Hal tersebut dikarenakan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa konsorsium bakteri hasil preservasi menggunakan kombinasi metode liofilisasi dan metode gliserol mampu mendegradasi minyak solar. Hasil penelitian menunjukkkan rerata kadar Asam n-Oktanoat yang paling banyak dihasilkan pada perlakuan penambahan 30 ml konsorsium bakteri (0,025 M), kemudian sampai paling sedikit berturut-turut pada perlakuan 20 ml konsorsim bakteri (0,021 M), dan 10 ml konsorsium bakteri (0,019 M). Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan uji anava satu arah didapatkan nilai signifikansi (p) 0,000 < 0,05 dan Fhitung (32,615) > Ftabel (3,466), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan ada perbedaan kadar Asam n-Oktanoat yang dihasilkan oleh konsorsium bakteri pendegradasi minyak solar hasil preservasi menggunakan kombinasi metode liofilisasi dan metode gliserol. Karakteristik Konsorsium Bakteri Pendegradasi Minyak Solar Berdasarkan hasil pengamatan makroskopis dan serangkaian uji mikroskopis dan biokimia, dapat diketahui bahwa dari keenam isolat dari konsorsium bakteri dapat diidentifikasi menjadi empat genus bakteri, yaitu Neisseria (isolat A dan D), Pseudomonas (isolat B dan E), Acinetobacter (isolat C), dan Halomonas (isolat F). Perubahan Media Biodegradasi Minyak Solar Perubahan kepekatan warna media degradasi dapat menjadi petunjuk suatu proses biologis tengah berlangsung. Kepekatan warna dapat diakibatkan oleh melimpahnya biomassa sel serta terbentuknya metabolit-metabolit sekunder hasil perombakan suatu senyawa. Kekeruhan pada media yang diinokulasikan konsorsium bakteri menunjukkan adanya metabolit-metabolit sekunder hasil perombakan hidrokarbon minyak solar. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik simpulan bahwa ada perbedaan kadar Asam nOktanoat yang dihasilkan oleh konsorsium bakteri pendegradasi minyak solar hasil preservasi menggunakan kombinasi metode liofilisasi dan metode gliserol. Volume 30 ml konsorsium bakteri pendegradasi minyak solar hasil preservasi menggunakan metode liofilisasi dan metode gliserol adalah volume yang optimum menghasilkan Asam n-Oktanoat dibandingkan variasi kelompok perlakuan volume 10 ml dan 20 ml konsorsium bakteri. Konsorsium bakteri pendegradasi minyak solar yang mampu bertahan hidup dari hasil preservasi menggunakan kombinasi metode liofilisasi dan metode gliserol berasal dari genus Neisseria, Pseudomonas, Acinetobacter, dan Halomonas. Adapun saran yang dapat diajukan sebagai bahan pertimbangan diantaranya bahwa hasil penelitian ini dapat dikembangkan oleh instansi terkait sehingga penggunaan konsorsium bakteri pendegradasi minyak solar dapat dijadikan sebagai salah satu agen biodegradasi tumpahan minyak bumi di lingkungan perairan. Metode preservasi bakteri dapat diganti dengan metode lainnya. Dengan demikian dapat diperoleh perbandingan hasil kadar Asam n Oktanoat yang dihasilkan oleh bakteri hasil preservasi dalam mendegradasi hidrokarbon minyak bumi. Selain itu, bagi pihak yang berminat meneliti, perlu dilakukan penelitian lanjut terhadap volume konsorsium bakteri yang lebih tinggi untuk memperoleh kadar Asam n Oktanoat dan hasil persentase degradasi minyak solar yang optimum. Terakhir, perlu dilakukan penelitian analisis kimia terkait senyawa organik lain yang terbentuk selama proses degradasi. Sumber pustaka A. Sunaryanto. Rofiq. 2017. BIOREMEDIASI HIDROKARBON MINYAK BUMI MENGGUNAKAN ISOLAT INDIGENOUS. Tangerang Selatan. B. Munawar. DKK. 2007. BIOREMEDIASI TUMPAHAN MINYAK MENTAH DENGAN METODE BIOSTIMULASI NUTRIEN ORGANIK DI LINGKUNGAN PANTAI SURABAYA TIMUR. UPN, Jawa Timur C. Sulistyono. DAMPAK TUMPAHAN MINYAK (OIL SPILL) DI PERAIRAN LAUT PADA KEGIATAN INDUSTRI MIGAS DAN METODE PENANGGULANGANNYA. Forum Tekonologi. D. Jurnal Sumberdaya Perairan. 2011. BIOREMIDIASI PENCEMARAN MINYAK di SEDIMEN PANTAI BALONGAN, INDRAMAYU dengan MENGGUNAKAN BAKTERI Alcanivorax sp. TE-9 SKALA LABORATORIUM. E. Ristiati. 2016. UJI KEMAMPUAN DEGRADASI MINYAK SOLAR OLEH KONSORSIUM BAKTERI HASIL PRESERVASI DENGAN KOMBINASI METODE LIOFILISASI DAN METODE GLISEROL. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja.