STRATIGRAFI SEISMIK CEKUNGAN ARU, PAPUA BARAT
SEISMIC STRATIGRAPHY OF THE ARU BASIN, WEST PAPUA
Dida Kusnida, Tommy Naibaho, Yulinar Firdaus dan Ali Albab
Puslitbang Geologi Kelautan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Jl. Dr. Junjunan No. 236, Bandung 40174
Email : dida@mgi.esdm.go.id
Diterima : 21-06-2018, Disetujui : 24-09-2018
A BS T R A K
Studi rekaman seismik multi-kanal dari Cekungan Aru, Papua Barat yang diperoleh dengan menggunakan KR
Geomarin III pada tahun 2016, bertujuan untuk menginventarisir dan memetakan aspek-aspek geologi serta untuk studi
geo-tektonik dan sejarah geologi. Data seismik menunjukan bahwa urutan sedimen di Cekungan Aru ditandai oleh
sedimen pra-ekstensi, sedimen sin-ekstensi, sedimen pos-ekstensi dan sedimen sin-inversi. Pengamatan mikroskopis
inti sedimen permukaan dasar laut umumnya menunjukkan adanya fragmen cangkang kerang dan foraminifera,
mineral mafik dan residu organik dari lignit berwarna coklat kehitaman.
Kata kunci: Cekungan Aru, stratigrafi seismik, sedimen.
A B S T R A C T
Study on multi-channel seismic records from the Aru Basin, West Papua obtained using RV Geomarin III in 2016
were aimed to invent and map geological aspects and for geo-tectonic and geological history studies. Seismic data
confirmed that sediment sequence in Aru Basin is characterized by pre-extension sediments, syn-extension sediments,
syn-extension sediments and syn-inversion sediments. Microscopic observations of the core of surficial sediments
generally show the presence of shell fragments and foraminiferas, mafic minerals and organic residuals of blackishbrownish lignite.
Key words: Aru Basin, seismic stratigraphy, sediments.
PENDAHULUAN
Cekungan Aru ditutupi perairan laut dalam
merupakan cekungan dalam sistim Paparan
Kontinental Arafura, Indonesia bagian timur.
Cekungan Aru adalah kompleks pengendapan
berbentuk semi-oval yang memanjang dengan arah
timurlaut-baratdaya. Hasil studi Jongsma drr.
(1989) menunjukan bahwa Cekungan Aru sedang
dalam proses ekstensi. Sebaliknya, menurut
Charlton (2000), Cekungan Aru dapat dianggap
sebagai bagian dari empat segmen cekungan busur
luar yang membentang dari Timor, Tanimbar, Aru
serta Seram yang
memiliki karakteristika
struktural dari tipe parit subduksi dan secara
umum ditafsirkan sedang dalam proses tektonik
penunjaman. Kusnida dan Naibaho (2018)
menunjukan bahwa pada umumnya sedimen
pengisi Cekungan Aru berupa sedimen fraksi
halus pasca deformasi berumur Pliosen sampai
Resen yang dapat diklasifikasikan sebagai sedimen
terigenus, atau sedimen pelagik terutama terdiri
dari sisa-sisa cangkang mikro-organisme baik
terigen maupun biogenik.
Cekungan Aru terletak pada wilayah
kompleks deformasi, yaitu pertemuan antara
sesar Tarera, zona tumbukan laut Busur Banda
dan sesar geser mengiri (Hartadi drr., 2015).
Kontur batimetri Cekungan Aru (Gebco, 2018)
menunjukkan kedalaman laut lebih dari 3500
meter dan lebar mencapai 40 kilometer dan
panjang lebih dari 120 Km. Di bagian utara
cekungan ini dibatasi oleh Sesar Tarera-Aiduna
sedangkan di selatan cekungan ini searah dengan
sistem sesar anjak utama yang memanjang ke
selatan ke arah barat menuju Cekungan Timor
(Hamilton, 1978). Dari data seismik, Jacobson drr.
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 16, No. 2, November 2018
81
(1978) menunjukkan bahwa sesar normal yang
aktif di bagian sisi timur Cekungan Aru ber upa
tebing yang curam, namun sebaliknya di sisi
barat keberadaan sesar ini kurang jelas. Secara
umum Cekungan Aru merupakan half graben
(Hobson drr, 1977 yang berarah timur laut-barat
daya (Gambar 1).
Survei geologi kelautan di Cekungan Aru
telah dilaksanakan oleh Puslitbang Geologi
Kelautan pada tahun 2016, tepatnya
pada
koordinat geografis 4°00’00”-5°00’00” LS dan
132°00’00”-133°30’00” BT (Gambar 2). Maksud
dari survey ini adalah untuk melakukan pemetaan
geologi dan geofisika di Cekungan Aru dengan
Gambar 1.
82
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 16, No. 2, November 2018
tujuan untuk menginventarisir dan memetakan
aspek-aspek geologi serta untuk studi geotektonik dan sejarah geologi. disamping untuk
tujuan-tujuan ilmiah dan akademik. Seperti halnya
penelitian sedimen dan tektonik laut dalam yang
telah dilakukan oleh Teas drr. (2009), Hartadi drr.
(2015), Kusnida drr. (2016), Hendrizan drr. (2016),
Gumilar (2017) dan Kusnida drr. (2018). Untuk
mengetahui dan validasi kemungkinan jenis
sedimen berumur muda di Cekungan Aru, maka
sedimen inti ARU-03 diambil dari dasar laut
Cekungan Aru dari kedalaman air 3543 m, pada
koordinat 5°24'07.48" LS; 133°46'25.02" BT,
dengan panjang inti mencapai 226 cm (Gambar 2).
Cekungan Aru sebagai half graben yang dibentuk oleh
sesar transcurrent dan berpotongan dengan Sesar Tarera
(Hobson drr, 1997).
Gambar 2.
Lokasi lintasan seismik Line#1-6-2 dan lokasi sampel ARU-03: (Sumber data: https://
www.gebco.net/data_and_products/gridded_bathymetry_data/)
METODE
Pengambilan data seismik refleksi multi-kanal
2D di daerah survei, dilakukan dengan
menggunakan Sercel Seal Streamer dengan panjang
750 meter, yang terdiri dari empat segmen (ALS)
dengan 60 saluran aktif. Sleeve I/O kapasitas airgun array 550 cu.inch dengan luaran daya 1000 psi
yang disuplai oleh Marine Controller Geometric
Computer dengan catu 12,5 detik. Kontrol kualitas
perekaman data seismik selama survei dilakukan
dengan menggunakan perangkat lunak Workstation
IBM O/S Linux RedHat dan ProMAX2D 3.3.2003.
Kerangka stratigrafi dibagi menjadi beberapa
interval seismik berdasarkan pada batas sekuen
dan analisis fasies (Vail drr, 1977). Pengambilan
contoh sedimen dasar laut (seabed sampling)
dipandu dengan menggunakan profil sub-bottom
3,5KHz (SBP) Chirp Sub-bottom Profiler Bathy
2010. Sistem navigasi di daerah penelitian
dilakukan dengan Differential Global Positioning
System (DGPS) C-NAV menggunakan EIVA A/S
NaviPac software.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Stratigrafi Seismik:
Berdasarkan model polisekuen dari Sapin drr.
(2009),
penafsiran rekaman seismik dari
Cekungan Aru (Gambar 3) dapat dibagi menjadi
4 sekuen seismik. Sekuen terbawah (1)
ditafsirkan sebagai batuan pra-ekstensi (Miosen
Bawah-Miosen Akhir bagian atas)
sebanding
dengan Formasi Manumbai di Kepulauan Aru dan
Formasi Weduar di Kepulauan Kai masing-masing
berupa satuan batugamping selingan napal dan
kalkarenit (Hartono dan Ratman, 1992). Sekuen
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 16, No. 2, November 2018
83
kedua (2) merupakan sedimen sin-ekstensi
berumur Miosen Akhir-Pliosen merupakan
sedimen klastika yang diendapkan bersamaan
dengan proses pensesaran normal (ekstensi)
memotong juga Sekuen seismik 1 sebagai
konsekuensi tidak langsung adanya pergerakan
mengiri ke arah baratdaya (Sapin drr, 2009).
Sekuen ke tiga (3) diduga merupakan sedimen
yang diendapkan pada Pliosen Akhir-Plistosen
Awal, yang juga tersusun dari sedimen klastika
yang mengalami proses ekstensi dan membentuk
sesar normal akibat adanya sesar geser mengiri
yang mengapit bagian tenggara dan baratlaut
Cekungan Aru (Hobson drr, 1997). Sekuen ke
empat (4) adalah sedimen sin-inversi berumur
Plistosen Akhir-Resen yang tersusun dari
sedimen klastika namun juga tampak telah dan
sedang mengalami proses inversi dari fase
ekstensi ke fase kompresi.
Penampang seismik L#1_6_2 (Gambar 3)
adalah lintasan yang berorientasi barat lauttenggara. Lintasan ini terdiri dari 13.500 Common
Depth Point (CDP) dengan total panjang kurang
lebih 85 kilometer. Penetrasi seismik di Cekungan
Aru yang dapat dicapai dengan sistem seismik
yang digunakan hingga alas akustik cekungan
adalah kurang lebih 8 detik TWT Hasil penafsiran
berdasarkan
analisis
stratigrafi
sekuen
menunjukan gambaran keteraturan horizon
kelompok seismik. Selanjutnya analisis polisekuen
yang digunakan adalah berdasarkan peristiwa
tektonik dan perbedaan konfigurasi refleksi
terutama sedimen berumur Neogen Akhir–
Kuarter.
Morfologi (Gambar 2) yang terdapat pada
lintasan ini dari tenggara ke baratlaut yaitu
Punggungan Kepulauan Aru bagian barat,
Cekungan Aru dan Punggungan Kepulauan Kai
bagian timur. Berdasarkan tatanan tektoniknya,
Punggungan Kepulauan Aru dan Cekungan Aru
merupakan bagian dari segmen Australia yang
dipengaruhi gaya strike-slip sehingga membentuk
buckling berupa tinggian dan depresi Cekungan
Aru yang memiliki kedalaman lebih dari 3500
meter (Gebco, 2018). Struktur sesar yang cukup
dominan di Cekungan Aru kemungkinan
diakibatkan oleh strike-slip yang berkembang
membentuk positive flower structure berupa
Tingian Aru dan Tinggian Kai.
Sekuen Seismik 1 (Sekuen sedimen praekstensi)
Sekuen seismik 1 ditafsirkan sebagai alas
akustik dan bertindak sebagai dasar cekungan bagi
84
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 16, No. 2, November 2018
sekuen seismik 2, 3 dan 4. Pada sisi baratlaut dan
tenggara serta tengah cekungan, batas sekuen
berupa bidang erosi dimana pada tepi Tinggian Kai
Timur dan Tinggian Aru Barat ditutupi oleh
reflektor sekuen seismik 2 secara onlap. Fasies
seismik dicirikan oleh reflektor menerus, berlapis
sedang, amplitudo dan frekuensi rendah.
Berdasarkan tatanan pengendapan dan konfigurasi
reflektor (Vail drr., 1977), fasies sedimen ini
ditafsirkan sebagai sekuen klastika berbutir halus.
Sekuen sedimen pra-ekstensi atau bisa juga
disebut sebagai cekungan pra-ekstensi Miosen
Awal bagian bawah – Pliosen awal bagian atas
dapat dibedakan dan disebandingkan dengan
Formasi Manumbai di Kepulauan Aru dan Formasi
Weduar di Kepulauan Kai (Hartono dan Ratman,
1992) masing-masing berupa satuan batugamping
selingan napal dan kalkarenit. Kedua formasi
batuan ini dicirikan oleh pola reflektor dengan
amplitudo rendah-sedang dan kontinuitas yang
rendah dengan reflektor transparan di bagian
bawahnya (Gambar 3).
Di beberapa tempat, sekuen seismik ini
tampak telah mengalami erosi yang dicirikan oleh
reflektor
dengan
amplitudo
sedang-kuat,
bergelombang dan tidak menerus; di bagian bawah
tampak dicirikan oleh reflektor internal yang
lemah-kaotik sedang hingga transparan. Di bagian
atas, sekuen ini tampak telah tererosi dan
terdeformasi.
Berdasarkan pola reflektornya,
formasi ini diduga sebagai sedimen klastika yang
diendapkan dalam lingkungan neritik dengan
ketebalan sekitar 800 mdetik TWT di daerah
Punggungan Kai. Penampang seismik menunjukan
bahwa sekuen ini telah terdeformasi dalam bentuk
sesar-sesar normal selama pembentukan cekungan
(fase ekstensi) sebagai akibat dari pergerakan sesar
geser mengiri pada jaman Pliosen Tengah bagian
bawah (Jongsma drr, 1989).
Sekuen Seismik 2 (Sekuen sedimen sinekstensi)
Sekuen ini dicirikan oleh reflektor semitransparan mengarah kaotik dan amplitudo sedang
pada lereng bagian bawah cekungan, dan berlapis,
divergen dengan reflektor paralel menuju bagian
tengah cekungan. Perbedaan ini diduga
mencerminkan adanya diferensiasi fasies sedimen
pengisi cekungan. Sekuen ini agak terdeformasi,
khususnya sepanjang tepi tenggara dan barat laut
cekungan, dan onlap pada sekuen 1 di bagian
tengah cekungan dan pada sayap cekungan di
baratlaut. Di bagian tengah cekungan, sekuen 2
mempunyai ketebalan hingga kurang lebih 2500m
detik TWT dan tersesarkan. Sekuen ini secara
cepat menipis hingga sekitar 1000 milidetik pada
sisi tepi cekungan dan menerus onlap di atas kedua
sayap cekungan sebagai perlapisan dengan
reflektor paralael.
Fasies seismik terdiri dari reflektor-reflektor
yang relatif miring ke arah barat-baratlaut, yang
menumpang di atas sekuen seismik 1. Batas atas
dari sekuen ini berupa bidang erosi yang dicirikan
oleh reflektor dengan amplitudo yang tinggi pada
kedia sayap cekungan namun berubah menjadi
selaras menuju pusat cekungan.
Kerangka
pengendapan dan fasies seismik dari sekuen ini
tipikal progradasi massa-aliran lereng cekungan
yang aktif yang mengisi cekungan. Karakteris dan
konfigurasi refleksi ini diduga berupa perselingan
endapan lengseran pada lereng cekungan dan
debris atau turbidit serta pelagik berlapis tipis
menuju tengah cekungan. Di Cekungan Aru,
sekuen seismik ini diduga berupa sedimen klastika
berumur Pliosen Tengah bagian bawah- Pliosen
Akhir bagian atas. Perulangan amplitudo rendahsedang, menerus dan beberapa berupa relektor
bergelombang
menunjukan
sedimen
yang
diendapkan pada fase transgresi (Vail drr., 1977). Di
Cekungan Aru (Gambar 3), ketebalan sekuen
sedimen sin-ekstensi >1000 mdetik TWT di
lereng bagian tenggara dan menebal hingga >3000
mdetik TWT di bagian tengah cekungan. Rekaman
seismik menunjukan bahwa sekuen ini diendapkan
selama pembentukan cekungan dan tersesarkan
oleh sesar normal selama fase ekstensi,
kemungkinan sebagai akibat gerakan sesar geser
mengiri pembentuk Cekungan Aru pada jaman
Pliosen Tengah bagian bawah.
Sekuen Seismik 3 (Sekuen sedimen posekstensi)
Sekuen ini melampar ke seluruh cekungan
dan secara gradual menipis hingga beberapa puluh
reflektor yang menumpang di atas tepi-tepi
cekungan dengan ketebalan kurang lebih 500
mdetik TWT pada tepian Tinggian Aru bagian
barat dan beberapa puluh mdetik TWT pada tepian
Punggungan Kai bagian timur. Sekuen ini membaji
dan menumpang pada bagian atas tinggian alas
akustik terutama pada tepi cekungan bagian
baratlaut. Sekuen seismik 3 di Cekungan Aru
dicirikan oleh perulangan reflektor semitransparan hingga reflektor lemah dengan
kontinuitas yang baik.
Sedimen pos-ekstensi sekuen seismik 3 di
Cekungan Aru diperkirakan sebanding dengan
sekuen seismik yang ditemukan di Cekungan
Waigeo dan diduga berumur Plistosen Awal
(Kusnida drr., 2016) dengan ketebalan mencapai
>1800 mdetik. Batas antara sekuen ini dengan
sekuen di bawahnya (sedimen sin-ekstensi)
adalah ketidakselarasan seperti dicirikan oleh
kontak onlap pada kedua tepi cekungan, namun
menjadi kontak keselarasan manakala menuju
bagian tengah cekungan. Rekaman seismik
menunjukan bahwa batuan ini diendapkan selama
fase regresi setelah pembentukan cekungan atau
pada saat menuju akhir fase ekstensi. Deformasi
seperti sesar normal pada sekuen ini terjadi
selama Plistosen Awal sebagai akibat adanya
pergerakan sesar geser mengiri pembentuk
Cekungan Aru. Pergerakan sesar ini diduga
merupakan pengaktifan kembali blind thrust dan
mempengaruhi terjadinya teras-teras Plistosen
pada kedua tepi cekungan.
Sekuen Seismik 4 (Sedimen sin-inversi)
Sekuen seismik 4 merupakan endapan
sedimen yang paling muda dan diduga berumur
Plistosen
Akhir-Resen
merepresentasikan
sedimen sin-inversi dan berkembang baik di
Cekungan Aru.
Batas bawah sekuen ini
menumpang onlap di atas sedimen pos-ekstensi
(sekuen 3) pada kedua tepi cekungan namun
menjadi selaras menuju bagian tengah cekungan.
Sekuen 4 terutama pada kedua lereng sayap bagian
atas didominasi oleh sedimen klastika yang terdiri
atas endapan laut dangkal (neritik). Hal ini
dicirikan oleh perselingan reflektor dengan
amplitudo rendah-sedang dan menunjukan bentuk
eksternal progradasi. Sekuen ini juga dijumpai
sebagai sedimen pengisi cekungan yang mengarah
ke tengah cekungan, tersusun atas endapan debris/
turbidit laut dalam yang bercampur dengan
material lengseran di lereng cekungan bagian
bawah dengan ketebalan mencapai kira-kira 200
mdetik TWT. Rekaman seismik menunjukan
bahwa sedimen ini diendapkan selama fase regresi
setelah tektonik inversi dari fase ekstensi menjadi
fase kompresi.
Konfigurasi refleksi sekuen seismik 4 dapat
dianggap sebagai keberlanjutan sekuen seismik 3.
Namun demikian, perselingan amplitudo dalam
sekuen seismik 4 tidak sejelas perselingan
amplitudo dalam sekuen seismik 3. Hal ini
dikarenakan sekuen seismik 4 diendapkan
berbarengan dengan proses geologi deformasi
dalam bentuk pembalikan ekstensi (inversi)
dimana arah gaya berlawanan dengan arah gaya
ekstensi yang menyebabkan pengaruh lipatan
pusat pengendapan yang lebih muda ke arah
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 16, No. 2, November 2018
85
Volume 16, No. 2, November 2018
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
86
Gambar 3. Penampang lintasan seismik Line#1-6-2 Cekungan Aru.
baratlaut.
Sementara itu, di tepian sebelah
tenggara dan baratlaut cekungan, pengaruh proses
inversi dapat terlihat dalam bentuk positive flower
structures berupa Principal Deformation Zone
(PDZ) Tinggian Aru dan Tinggian Kai. Pola sesar
menunjukan keberadaan sesar normal yang
terbentuk sebagai akibat proses inversi.
Litostratigrafi Sedimen Dasar Laut
Penginti gayaberat menunjukan bahwa
sedimen permukaan dasar laut Cekungan Aru pada
umumnya tersusun atas lempung-serpihan lunak
10Y 4/l berwarna abu-abu kehijauan. Observasi
mikroskopik sedimen yang diekstrak dari bagian
atas dan bawah sample Aru-03 (Gambar 4) pada
umumnya berupa sedimen berbutir halus,
terutama lempung serpihan dan secara setempat
berwarna gelap. Sedimen yang ditelaah dari
sampel Aru-03 dapat diklasifikasikan sebagai
sedimen terigenus, atau sedimen pelagik terutama
terdiri dari sisa-sisa cangkang mikroorganisme
baik terigen maupun biogenik. Pada berbagai
kedalaman sampel sedimen, pecahan bioklastika
kemungkinan merupakan bagian dari debrit (?)
juga dapat dijumpai bersifat karbonatan dan
mengandung mineral mafik < 5%. Smear slide
bagian atas sampel Aru-03 dicirikan oleh fragmen
berbutir halus yang didominasi oleh lempung abuabu sebanyak 80%, serta 20% terdiri dari fragmen
berbutir halus bersifat urai dan lapuk terdiri dari
Gambar 4. Smear slide bagian atas (A) dasar (B) dari sampel Aru-03
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 16, No. 2, November 2018
87
mineral mafik (m) dan fragmen cangkang (f).
Sementara itu, bagian bawah dari sampel Aru-03
dicirikan oleh fragmen berbutir halus berupa
lempung abu-abu (0.5 - 1 nm) sekitar 99%, dan 1%
berupa fragmen berbutir halus terdiri dari foraminifera
(f), mineral mafik (m) dan sisa lignit (l).
Struktur:
Penampang seismik refleksi Cekungan Aru
menunjukan gejala tektonik utama berupa
serangkaian alas akustik yang tersesarkan hingga
mencapai kedalaman lebih dari 8000 mdetik TWT
terutama pada kedua tepi cekungan berupa
Tinggian Aru dan Tinggian Kai (Gambar 3). Bagian
baratlaut
cekungan
telah
mengalami
pengangkatan, selanjutnya sebagian tersesarkan
oleh sesar geser yang dicirikan oleh struktur
bunga positif yang berkembang sejak Pliosen.
Penampang seismik menunjukan juga bahwa blok
alas akustik di tengah-tengah cekungan mengalami
penurunan diferensial. Sedimen pengisi yang
berprogradasi ke arah baratlaut bisa dilihat dan
tersesarkan di tengah-tengah cekungan, serta
kurangnya sesar-sesar yang memotong sekuen
seismik 4 menunjukan bahwa sesar-sesar normal
ini tidak aktif sebelum fase inversi pada jaman
Plistosen Akhir.
Berdasarkan penafsiran penampang seismik,
empat fase tektonik utama dapat menggambarkan
perkembangan Cekungan Aru sebagai berikut:
Sesar geser (Gambar 3) dan sesar normal
sangat aktif terjadi pada fase awal tektonisme dan
membentuk
pra-ekstensi
cekungan
serta
pengisian endapan sedimen secara menerus pada
Miosen Awal bagian bawah- Miosen Akhir bagian
atas. Tipe sesar normal yang dijumpai di Cekungan
Aru menunjukan tektonik sin-ekstensi yang
berhubungan dengan pergerakan zona sesar geser
mengiri pembentuk Cekungan Aru, dimana
pergerakan ekstensi memodifikasi lingkungan
tektonik ekstensi sebelumnya di dalam cekungan.
Aktivitas tektonik ini melibatkan pensesaran
diferensial alas cekungan dan pengendapan
sedimen pada jaman Miosen Akhir bagian atasPliosen Awal. Peregerakan terus menerus sesar
geser pembentuk Cekungan Aru mengakibatkan
terjadinya sesar-sesar normal di dalam cekungan
yang diikuti pengendapan sedimen klastika
berumur Pliosen Akhir-Plistosen Awal. Pelebaran
dan penurunan diferensial Cekungan Aru berarah
baratlaut-tenggara serta pengendapan sedimen
klastika
berumur
Plistosen
Akhir-Resen
menunjukan adanya proses kompresi berarah
hampir timur-barat.
88
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 16, No. 2, November 2018
KESIMPULAN
Penetrasi seismik di Cekungan Aru yang
dapat dicapai hingga alas akustik cekungan dengan
sistem yang digunakan adalah kurang lebih 8 detik
TWT, tersusun atas 4 sekuen seismik berupa
sekuen pre-ekstensi, sin-ekstensi, pos-ekstensi
dan sin-inversi. Morfologi yang terdapat di daerah
survey terdiri atas Punggungan Kepulauan Aru
bagian barat, Cekungan Aru dan Punggungan
Kepulauan Kai bagian timur. Sedimen yang
mengisi Cekungan Aru dicirikan oleh sedimen
fraksi halus pasca deformasi berumur Pliosen
sampai Resen yang dapat diklasifikasikan sebagai
sedimen terigenus, atau sedimen pelagik terutama
terdiri dari sisa-sisa cangkang mikroorganisme
baik terigen maupun biogenik.
Sedimen pengisi yang berprogradasi ke arah
utara-baratlaut dan tersesarkan di tengah-tengah
cekungan, serta hampir tidak adanya sesar-sesar
yang memotong sekuen seismik 4 (lihat sesar di
tenggara Aru 3) menunjukan bahwa sesar-sesar
normal ini tidak aktif sebelum fase inversi pada
jaman Plistosen Akhir. Tipe sesar normal yang
dijumpai di Cekungan Aru menunjukan tektonik
sin-ekstensi yang berhubungan denga pergerakan
zona sesar geser mengiri pembentuk Cekungan
Aru, dimana pergerakan ekstensi memodifikasi
lingkungan tektonik ekstensi sebelumnya di dalam
cekungan.
Ucapan Terima Kasih
Studi ini terlaksana atas pembiayaan dari
Puslitbang
Geologi
Kelautan
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada P3GL atas ijin
untuk publikasi tulisan ini. Penulis juga berterima
kasih kepada seluruh anggota tim, teknisi dan
ABK KR Geomarin III. Terima kasih juga
ditujukan kepada Imelda R. Silalahi, Eko Saputro,
Arif Ali and Adi Citrawan Sinaga atas pengambilan
dan deskripsi inti sedimen.
DAFTAR ACUAN
Charlton, T. R., 2000. Tertiary evolution of the
eastern Indonesia complex. Journal of Asian
Earth Sciences, 18: 603- 631.
Gumilar, I. S., 2017. Periode Deformasi
Kenozoikum Kepulauan Aru, Cekungan
Wokam, Maluku, Jurnal Geologi dan
Sumberdaya Mineral, Vol. 18 No. 2 Mei, hal.
89-103.
Hamilton, W, 1978, Tectonic of the Indonesia
region. U. S. Geol. Prof. Paper, 1078. 345p.
Hartadi, E.T., Mjøs, R., Zwach, C., Schaack, M.V.,
Priyanto, B., Luppo Willem Kuilman, L.W.
and Scott Young, 2015. Tectonic Evolution of
the Tarera Audina Fault, Aru Trough and Adi
Trough, Indonesia, AAPG International
Conference & Exhibition, Melbourne,
Australia, September 15.
Jongsma, D., Huson, W. Woodside, J.M., Suparka,
S., Sumantri, T. and Barber, A.J. 1989,
Bathymetry And Geophysics Of The
Snellius-II Triple Junction And Tentative
Seismic Stratigraphy And Neotectonics Of
The Northern Aru Trough. Netherlands
Journal of Sea Research.
Hartono dan Ratman, 1992. Peta Geologi Lembar
Aru, Maluku Tenggara skala 1:250.000.
Pusat Survei Geologi, Bandung.
Kusnida, D., Subarsyah, Saputro, E. dan Ali, A.,
2016.
Initial Studies of the Marine
Geophysical Survey in the Offshore Waigeo,
West Papua. Journal of Geology and Mineral
Resources. Vol.17, No.3, Hal171-177.
Hendrizan, M., Zuraida, R. dan Cahyarini, S.Y.,
2016. Karakteristik Sedimen Palung Laut
Sulawesi (Core STA12) Berdasarkan
Pengamatan Megaskopis dan Sifat Fisika
Dari Pengukuran Multi-Sensor Core Logger
(MSCL), Journal RISET Geologi dan
Pertambangan, Vol. 26, No. 1, hal 69-78.
https://www.gebco.net/data_and_products/
gridded_bathymetry_data/), 23 Agustusr,
2018.
Hobson D.M., Adnan A., dan Samuel L., 1997,
The Relationship between Late Tertiary
Basins,
Thrust
Belt
and
Major
Transcurrent
Faults in Irian Jaya:
Implications
for Petroleum Systems
throughout New Guinea dalam Howes,
J.V.C. dan Noble, R.A. (eds); Petroleum
systems of SE Asia and Australasia,
Proceedings of the Indonesian Petroleum
Association, p. 261-284
Jacobson, R.S., Shor. G.G., Kteckhfer, R.M. and
Purdy, G.M., 1978. Seismic refraction and
reflection studies in the Timor-Aru trough
system and Australian continental shelf.
Amer. Assoc. Geol. Memoir 29. 209-222.
Kusnida, D. dan Naibaho, T., 2018. Sediment Core
from the Seafloor of Aru Trough, West Papua
– Indonesia. Jurnal Geologi dan Sumberdaya
Mineral. Vol. 19, No. 1, Februari 2018. Hal.
1-7
Sapin, F., Pubellier, M., Ringenbach, J.C., and
Bailly, V., 2009. Alternating thin versus
thick-skinned decollements, example in a
fast tectonic setting: The Misool-OninKumawa Ridge (West Papua). Journal of
Structural Geology, Vo. 31, Issue 4, April
2009, 444-459.
Teas Philip A., John Decker, Dan Orange, Peter
Baillie.,
2009.,
New
Insight
Into
StructureAnd Tectonics Of The Seram
Trough From SeaseepTmHigh Resolution
Bathymetry.
Proceedings,
Indonesian
Petroleum Association.
Vail, P. R., Mitchum, R. M., Jr., Todd, R. G.,
Widmier, J. M., Thompson, S., III, Sangree, J.
B., Bubb, J.N., and Hatlelid, W. G., 1977,
Seismic stratigraphy and global changes of
sea-level, in AAPG Memoir 26, p. 49-212.
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 16, No. 2, November 2018
89
90
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 16, No. 2, November 2018