Laporan Laba Rugi (teori akuntansi)
Laporan Laba-Rugi
Laporan laba-rugi merupakan salah satu bentuk laporan keuangan utama yang menyajikan informasi tentang kinerja entitas pada periode tertentu. Unsur laporan tersebut adalah pendapatan (revenue), biaya (expenses), dan laba (income). Laporan ini akan tetap dibutuhkan sebagai laporan keuangan utama yang sangat penting dalam memprediksi aliran kas dimasa yang akan datang serta untuk menilai kinerja manajemen.
Definisi Laba (Income)
Laba dan Keuntungan (income and profit) mengacu pada jumlah yang berasal dari revenue atau operating revenue dikurang kos barang yang terjual, biaya-biaya yang lain, dan kerugian (menurut Accounting Terminologi Bulletin/ATB No.2).
Laba Bersih (net income) adalah kelebihan (deficit) pendapatan atas biaya dari suatu periode akuntansi tertentu (menurut APB Statement 4).
Laba Komprehensif (comprehensive income) adalah perubahan dalam equitas (net asset) dikurangi dengan entitas selama periode transaksi dan kejadian/keadaan yang bukan berasal dari sumber pemilik (menurut FASB – SFAC No. 6).
Definisi yang ke-1 dan ke-2 mengacu pada pendekatan revenue expense. Penekanannya terletak pada pentingnya standar yang mendefinisikan elemen-elemen laba-rugi serta spesifikasi pengakuan dan pengukurannya. Definisi yang ke 3 mengacu pada pendekatan sumber daya ekonomi, klaim atas sumber daya dan definisi tersebut menjadi arah yang diambil oleh FASB saat ini dan yang akan datang.
Pendapatan (Revenue) dan Keuntungan (Gains)
Bagaimanapun cara-cara suatu entitas mendefinisikan laba bersih, pemisahan ke dalam komponen pelaporan akan memberikan gambaran pelaporan yang lebih baik. Komponen tersebut telah dikklarifikasi sebagai pendapatan, biaya, keuntungan, dan kerugian. Terdapat beberapa pandangan terkait dengan pendapatan yang ditunjukkan melalui definisi sebagai berikut:
Pendapatan dihasilkan dari penjualan barang/pemberian jasa dan diukur dengan kos yang dialokasikan kepada konsumen, klien, atau penyewa atas barang/jasa yg diberikan kepada mereka (menurut ATB 2).
Pendapatan merupakan peningkatan bruto dalam sumber daya ekonomi/penurunan bruto dalam kewajiban, dan diukur berdasarkan kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang berterima umum serta berasal dari jenis aktivitas yang mengarah pada laba (menurut APB Statement No.4).
Pendapatan adalah aliran masuk/peningkatan yang lain atas sumber daya ekonomi dari sebuah entitas atau pelunasan atas kewajiban selama periode yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, jasa, atau aktivitas yang lain yang merupakan kegiatan utama suatu entitas (menurut SFAC No. 6)
Keuntungan didefinisikan sebagai gains, yang bersumber selain dari penjualan produk, barang dagangan, atau pemberian jasa. Keuntungan akan meningkatkan ekuitas dari transaksi peripheral atau incidental, kecuali yg merupakan hasil dari pendapatan dan investasi pemilik.
Perbedaan antara pendapatan dan keuntungan
Berpendapat bahwa hanya pendapatan yang seharusnya dilaporkan dalam income statement.
Berpendapat bahwa sifat keuntungan tidak menggambarkan kejadian yang berulang-ulang dari kegiatan utama suatu entitas. Sebagai aktivitas yang menghasilkan laba, keuntungan seharusnya dikeluarkan dari laporan laba-rugi.
Pihak yang berpandangan bahwa keuntungan tidak dimasukkan dalam laporan laba-rugi berpegangan pada konsep current operating income. Sedangkan pihak yang mendukung keuntungan dimasukkan dalam laba-rugi berpegangan pada konsep all inclusive income.
Pengakuan Pendapatan (Revenue)
Pengakuan pendapatan dalam akuntansi pada umumnya didasarkan pada prinsip objektivitas. Artinya harus ada bukti yang cukup untuk dapat mengakuinya sebagai pendapatan. FASB mengajukan 2 kriteria pengakuan pendapatan yaitu sebagai berikut:
Pendapatan baru dapat diakui bilamana pendapatan itu telah direalisasikan. Dikatakan terealisasi bilamana telah terjadi transaksi pertukaran produk/jasa hasil kegiatan suatu entitas bisnis dengan kas atau klaim untuk menerima kas.
Pendapatan baru dapat diakui bilamana pendapatan tersebut sudah terhimpun. Dikatakan telah terhimpun bilamana kegiatan menghasilkan pendapatan tersebut telah berjalan dan secara substansial telah selesai sehingga suatu unit usaha berhak untuk menguasai manfaat yang terkandung dalam pendapatan.
Biaya dan Kerugian (Losess)
Dalam pengukuran laba periodik, semua biaya memiliki kedudukan yang sama terhadap pendapatan dan ditandingkan dengan dasar penandingan yang memuaskan yaitu kelayakan ekonomik bukan kriteria fisik. Dari gambaran tersebut, biaya dapat didefinisikan sebagai berikut:
Biaya dalam arti luas adalah semua cost yang dibiayakan yang dapat dikurangkan pada revenue (menurut ATB No. 4).
Biaya adalah penurunan bruto asset/peningkatan bruto dalam liabilities yang diakui dan diukur sesuai PABU yang merupakan hasil aktivitas yang berorientasi pada laba. (menurut APB Statement No. 4).
Biaya adalah arus keluar/penggunaan lain dari harta/terjadinya kewajiban selama satu periode dari penyerahan/produksi barang, penyerahan jasa, atau kegiatan lain yang merupakan operasi utama suatu entitas bisnis. (menurut FASB dalam SFAC No. 6).
Bebeda halnya dengan kerugian. Dalam laporan laba-rugi, kerugian ditempatkan pada urutan setelah laba operasi. Pendapatan tersebut menunjukkan bahwa kerugian tidak memiliki hubungan dengan pendapatan dimana kerugian tersebut terjadi. Kerugian merupakan pengurangan asset bersih, tetapi posisinya tidak seperti biaya/transaksi capital. (menurut APB statement No. 4 dan FSAC No. 6).
APB statement No. 4 Mengklasifikasikan kos/biaya dalam 3 kategori sebagai berikut:
Kos yang secara langsung berhubungan dengan pendapatan dalam suatu periode.
Kos yang berhubungan secara tidak langsung dengan pendapatan dalam suatu periode.
Kos yang secara praktek tidak dapat dihubungkan dengan pendapatan periode mana pun.
Pengukuran dalam Akuntansi dan Peristiwa Masa Depan
Proses pelaporan akuntansi melibatkan data yang sudah lewat (data historis) dan kejadian masa lalu tidak bisa dilepaskan dengan masa yang akan datang. Kejadian yang telah terjadi dan dicatat, tetapi pelaporannya sangat tergantung pada interprestasi kita pada kondisi dimasa yang akan datang atau peristiwa dimasa depan (future event).
Memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan peristiwa di masa depan akan berhasil jika dapat memahami sift asset dan kewajiban. Dalam SFAC No. 6, asset dinyatakan sebagai kemungkinan manfaat masa depan yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas bisnis yang dihasilkan dari transaksi atau kejadian dimasa yang lalu.
Aspek-Aspek dari Peristiwa di Masa Depan
Beberapa aspek dimasa depan penting diperhatikan karena memberi pengaruh pada cara penanganan kejadian ekonomis oleh suatu entitas sebagai berikut ini:
Persepsi Terhadap Peristiwa Masa Lalu
Kadang-kadang pengakuan atas kejadian yang lalu diatur oleh kondisi yang berhubungan dengan apakah sebagai “one event view atau dual event view”.
Probabilitas Sifat Peristiwa di Masa Depan
Probabilitas sifat kondisi di masa depan secara jelas merupakan masalah utama yang berpengaruh pada pengakuan suatu kejadian. Masih banyak pihak yang berpandangan bahwa pengakuan biaya depresiasi bertujuan untuk menutupi kos operasi asset di masa depan. Dalam kasus asset, total kos mungkin tidak dapat menutupi nilai asset yang didepresiasi dan kasus hutang akan memunculkan contingent liabilities yaitu “reasonable possible or remote”.
Nilai Pasar
Beaver (1991) telah mengamati bahwa nilai pasar merupakan gudang informasi tentang kondisi masa depan dengan mengacu pada harga-harga sekuritas yang sering dianggap sebagai suatu konsesus atas nilai saai ini dari future cash flowsecurities yang disesuaikan dengan memasukan pertimbangan risiko. Kendati demikian, informasi nilai pasar tersebut masih mengandung kelemahan, yaitu banyak harga pasar yang berasal dari perdagangan sekuritas yang kecil/rendah atau keandalan dari angka-angka nilai pasar yang dihasilkan.
Konservatisme
Konservatisme dalam akuntansi dapat menambah keseimbangan informasi keuangan secara menyeluruh untuk para pemakai.
Kondisi Ekonomi Masa Depan
Perubahan pada kondisi ekonomi di masa depan dapat meningkatkan dan menurunkan nilai asset yang dimiliki oleh suatu entitas. Jika nilai asset saat ini menurun karena kondisi ekonomi, apakah penurunan tersebut akan dipecahkan dan kalau demikian, di asset mana pengaruh penurunan tersebut dicatat. Jelasnya, tidak ada satu pun yang dapat menjamin prediksi ekonomi.
Laba All-inclusive Versus Laba Operasi
Pendukung current operating menyatakan bahwa income statement lebih berguna khususnya untuk pengukuran kinerja manajemen dan untuk memprediksi kinerja tahun yang akan datang, dengan syarat yaitu berbagai perkiraan yang tidak memiliki hubungan dengan keputusan manajemen saat ini harus dikelurkan.
Para pendukung konsep all-inclusive menyatakan beberapa alasan terkait dengan dukungan mereka yaitu sebagai berikut ini:
Dalam current operating, manajemen lebih mudah melakukan manipulasi informasi karena mereka dengan mudah membuat keputusan apakah perkiraan tersebut extraordinary atau tidak.
Pengguna laporan keuangan mungkin akan salah memahami karena mereka mungkin tidak menyadari bahwa substansi gain/loss telah disembunyikan dalam laporan laba ditahan.
Penyajian akhir semua income dinyatakan dalam income statement untuk periode yang seharusnya mencerminkan laporan net income entity untuk periode tersebut. Namun mereka merujuk pada bentuk klasifikasi yang tepat dalam income statement yang mengijinkan baik untuk transaksi yang tidak biasa/tidak sering terjadi yang disajikan secara terpisah dalam laporan yang sama.
Transaksi Non-operating
Menurut APB opinion No.9, berbagai transaksi non-operating (non-operating transactions) terdiri atas berbaagai komponen berikut yaitu:
Perkiraan-perkiraan extraordinary
Pelaporan perkiraan extraordinary telah menjadi kontroversi dalam beberapa tahun ini. Dasar kontroversi terdapat pada pengaruh perkiraan extraordinary yang mungkin ada pada laporan keuangan terhadap opersepsi para pemakai informasi atas hasil operasi dan proyeksi dalam future operation untuk laporan suatu entitas. Kontroversi yang muncul tersebut merupakan contoh yang baik untuk memberikan batas finite uniformity menuju rigid uniformity.
Perubahan metode akuntansi
Perubahan dalam metode akuntansi berpengaruh secara signifikan pada laporan keuangan baik current reporting period dan setiap trend yang ditunjukkan oleh perkiraan/kelompok perkiraan dalam laporan keuangan komparatif serta historical summaries dari laporan suatu entitas bisnis. Perubahan metode akuntansi diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu:
Perubahan prinsip akuntansi.
Perubahan dalam estimasi akuntansi.
Perubahan dalam laporan entitas.
Operasi yang terhenti
Satu perlakuan khusus terhadap perkiraan non-operating yang mengharuskan pelaporan akuntansi yang bersifat khusus yaitu pada saat kegiatan operasi suatu entitas terhenti. Operasi yang terhenti akan memunculkan keuntungan maupun kerugian karena penghapusan sebagian dari usaha yang mengharuskan perlakuan akuntansi khusus.
BAB 9
AKUNTANSI KAS DAN LAPORAN ARUS KAS
Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang berisi informasi aliran kas masuk dan aliran kas keluar dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Informasi ini penyajiannya diklasifikasikan menurut jenis kegiatan yang menyebabkan terjadinya arus kas masuk dan kas keluar tersebut. Kegiatan perusahaan umumnya terdiri dari tiga jenis yaitu, kegiatan operasional, kegiatan investasi serta kegiatan keuangan.
Kegiatan operasional untuk perusahaan dagang terdiri dari membeli barang dagangan, menjual barang dagangan tersebut serta kegiatan lain yang terkait dengan pembelian dan penjualan barang. Untuk perusahaan jasa, kegiatan operasional antara lain adalah menjual jasa kepada pelanggannya. Misalkan menjual jasa aeronautika dan non aaeronautika. Kegiatan ini akan mengakibatkan terjadinya uang masuk untuk pendapatan dan aliran uang keluar untuk biaya. Baik pendapatan dan biaya yang terjadi telah dilaporkan dalam laporan laba rugi, namun besarnya pendapatan tersebut belum tentu sama dengan uang yang diterima karena perusahaan umumnya menggunakan dasar akrual untuk mengakui pendapatan. Demikian halnya dengan biaya, biaya yang dilaporkan laba rugi belum tentu sama dengan arus keluar untuk biaya tersebut.
Kegiatan investasi merupakan kegiatan membeli atau menjual kembali investasi pada surat berharga jangka panjang dan aktiva tetap. Jika perusahaan membeli investasi/aktiva tetap akan mengakibatkan arus keluar dan jika menjual investas/aktiva tetap akan mengakibatkan adanya arus kas masuk ke perusahaan.
Kegiatan keuangan atau ada yang menyebutnya kegiatan pendanaan, adalah kegiatan menarik uang dari kreditor jangka panjang dan dari pemilik serta pengembalian uang kepada mereka.
Bentuk/Metode Penyajian Laporan Arus Kas
Terdapat dua bentuk penyajian laporan arus kas, yang pertama metode langsung dan yang kedua metode tidak langsung. Perbedaan antara kedua metode terletak pada penyajian arus kas berasal dari kegiatan operasi. Dengan metode langsung, arus kas dari kegiatan operasional dirinci menjadi arus kas masuk dan arus kas keluar. Arus kas masuk dan keluar dirinci lebih lanjut dalam beberapa jenis penerimaan atau pengeluaran kas. Sementara itu dengan metode tidak langsung, arus kas dari opersional ditentukan dengan cara mengoreksi laba bersih yang dilaporkan di laporan laba rugi dengan beberapa hal seperti biaya penyusutan, kenaikan harta lancar dan hutang lancar serta laba/rugi karena pelepasan investasi.
Pada tahun 1971, APB memandatkan Laporan Perubahan Posisi Keuangan untuk pelaporan keuangan. Laporan “Aliran Dana” melaporkan perubahan dalam saldo akun aset, liabilitas, dan ekuitas. Pada tahun 1987, FASB memandatkan laporan arus kas dalam SFAS NO.95. Laporan ini lebih baik dari Laporan Perubahan Posisi Keuangan. Transisi dari Laporan Aliaran Dana ke Laporan Arus Kas merefleksikan kepentingan FASB pada pelaporan basis kas sebagai pelengkap penting dari laporan laba rugi dan neraca yang berdasarkan akrual.
Laporan Perubahan Posisi Keuangan
Laporan Perubahan Posisi Keuangan sendiri merupakan penyukses laporan keuangan terdahulu, “Laporan aliran dana”. Dalam Laporan Aliran Dana, akun modal kerja didefenisikan sebagai saldo dana. Tujuannya adalah untuk memperlihatkan bagaimana akun saldo dana meningkat dari pendapatan dan sumber daya lain, dan dari kerugian dan penggunaan lainnya. Konsep aliran dana menyajikan sumber daya yang likuid dan tersedia dalam perusahaan.
Opini APB No. 19 menyatakan bahwa tujuan pelaporan Laporan Perubahan Posisi Keuangan adalah :
Melengkapi pengungkapan laporan dari perubahan posisi keuangan
Meringkas aktivitas pendanaan dan investasi
Melaporkan aliran dana dari operasi.
Ketiga informasi tersebut tidak dapat secara langsung diperoleh dari laporan rugi laba dan neraca komparatif karena pengaturan data yang diagregasi. Karena laporan ini bergantung pada defenisi dan pengukuran elemen akuntansi dari dua laporan keuangan lainnya, maka laporan ini disebut juga laporan derivatif. Logikanya diringkas seperti di bawah ini:
T r a n s a k s i K r e d i t = T r a n s a k s i D e b i t
Terdapat dua bagian keseimbangan dari Laporan Perubahan Posisi Keuangan. Bagian ini adalah: sumber dari sumber daya dan penggunaan dari sumber daya. Sumber dari sumber daya didefenisikan sebagai transasksi kredit. Ini meningkat dari peningkatan dalam ekuitas dan penurunan dalam aset. Peningkatan dalam ekuitas merefleksikan pendanaan dari sumber daya eksternal (seperti : utang dan pengeluaran saham), begitu pula sumber daya internal (laba bersih, dan penghasilan dari penjualan aset).
Penggunaan dari sumber daya didefenisikan sebagai transaksi debit. Ini meningkat dari pengurangan ekuitas dan peningkatan dalam aset. Penurunan dalam ekuitas merefleksikan reduksi dari pendanaan perusahaan , memasukkan utang yang jatuh tempo, pembelian saham treasuri, pembayaran ddividen dan kerugian bersih. Aset meningkat karena penggunaan sumber daya perusahaan. Dalam seluruh kasus, ketersediaan sumber daya perusahaan menurun karena transaksi debit.
Format Standar Laporan Perubahan Posisi Keuangan
Sumber dari sumber daya (Transaksi Kredit)
Peningkatan saldo dana
Dari laba bersih
Dari sumber daya lain
Sumber lain dari sumber daya
Penurunan, saldo dana
Penggunaan sumber daya (Transasksi Debit)
Penurunan saldo dana
Penggunaan lain dari sumber daya
Peningkatan, dalam saldo dana
Pendahulu laporan ini, laporan arus dana hanya memasukkan transaksi dalam poin 1a dan 1b. Transaksi yang tidak memengaruhi dikeluarkan. Hasilnya laporan perubahan dana dan bagaimana dana itu berubah. Penekanan pada pelaporan arus dana difokuskan pada likuiditas. Dengan menanmbahkan transaksi yang ada pada poin 2, maka ringkasan komprehensif dibuat dari seluruh perubahan dalam posisi keuangan. Tidak hanya menyinggung akun saldo dana. Pendekatan ini merupakan Laporan Perubahan Posisi Keuangan all-inclusive atau all resources. Tipe transaksi yang dimasukkan dalam poin 2 adalah aktivitas investasi dan pendanaan yang tidak berdampak pada akun dana. Contoh Memasukkan konversi dari utang konvertibel ke saham biasa, pengeluaran saham untuk aset non moneter, dividen yang ddibayar dadlam bentuk properti selain kas, dan perubahan aset moneter. Opini APB NO.19 mengambil pendekatan all-inclusive dari pada laporan aliran dana. Meskipun bagiannya masih ada dalam Laporan Perubahan Posisi Keuangan.
Bagian dari penyiapan Laporan Perubahan Posisi Keuangan, kebutuhan mendefenisikan akun neraca yang di buat oleh akun saldo dana. Opini APB No.19 mengizinkan empat defenisi, kas, kas ditambah setara kas (sekuritas jangka pendek yang diperdagangkan dan investasi temporer lainnya), aset lancar, dan modal kerja. Dalam kebanyakan kasus, seluruh transaksi yang pada akun bukan dana dimasukkan dalam Laporan Perubahan Posisi Keuangan. Ini benar jika transaksi itu tidak memiliki efek langsung pada akun dana.
Ketika dana didefenisikan sebagai modal kerja, transaksi bukan dana ditolak pada transaksi non moneter, seperti pertukaran non moneter dari aset, dan konversi utang konvertibel ke sham biasa. Mendefenisikan dana sebagai kas mengarahkan komplikasi tambahan, banyak transaksi akuntansi yang tidak melibatkan kas. Hasil ini sebagai tambahan dari transaksi bukan dana, harus dilaporkan terpisah. Kemudian, defenisi modal kerja dari dana meminimalkan biaya Laporan Perubahan Posisi Keuangan. Opini APB NO.19 mengizinkan perusahaan untuk memilih salah satu dan kebanyakan perusahaan memilih menggunakan istilah dana sebagai modal kerja.
Pengakuan pentingnya Laporan Perubahan Posisi Keuangan bertahap. Pada tahun 1963, Opini APB No.3 merekomendasikan inklusi dai Laporan Perubahan Posisi Keuangan dalam laporan tahunan. SEC membuat itu sebagai mandatory untuk pengisian statutori pada tahun 1971. Dalam merespon tindakan SEC, APB mengeluarkan Opini APB No.19 pada 1971 dan membuat laporan mandatori untuk pelaporan keuangan.
Motivasi Laporan Arus Kas
Selama pertimbangan FASB mengarahkan pada adopsi sebuah Laporan Arus Kas, sebuah kesepakatan dikedepankan bahwa dana didefenisikan sebagai kas dari pada modal kerja. Modal Kerja bersih dilihat sebagai ukuran yang jelek dari likuiditas karena tiga alasan:
Biaya dan utang yang ditangguhkan dimasukkan dalam modal kerja bersih tetapi tidak memiliki konsekuensi arus kas.
Konversi aset lancar menjadi kas dapat mengambil waktu satu tahun atau lebih dalam siklus operasi yang panjang.
Item-item seperti persediaan dibawa pada basis biaya perolehan dan tidak secara eksplisit mengukur potensi kas dari persediaan.
Tujuan Pelaporan Keuangan
SFAC No.1 mendaftar 3 tujuan pelaporan keuangan:
Pelaporan keuangan seharusnya menyediakan informasi yang berguna untuk masa kini dan investor dan kreditor dan pengguna lain yang potensial dalam membuat investasi rasional, kredit, dan keputusan yang sama.
Informasi Pelaporan mengenai sumber daya bersih dan perubahannya dari perusahaan.
Informasi Pelaporan berguna dalam menilai arus kas masa depan
Tujuan Laporan Arus Kas
Memo diskusi awal FASB :
Menyediakan umpan balik pada arus kas aktual
Membantu mengidentifikasikan hubungan antara laba akuntansi dan arus kas.
Menyediakan informasi mengenai kualitas laba.
Meningkatkan perbandingan dari informasi dalam laporan keuangan.
Bantuan dalam menilai fleksibilitas dan likuiditas.
Mewakili dalam prediksi arus kas masa depan.
Pada poin 1 digunakan untuk menilai data pada arus kas masa lalu. Ini mengikuti data arus kas juga kebutuhan untuk pemahaman arus kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi (poin 2). Poin ketiga, kualitas laba, kata yang digunakan dalam analis keuangan untuk mendeksripsikan hubungan data arus kas dan laba akuntansi. Korelasi yang lebih tinggi antara laba akuntansi dan arus kas, berarti semakin tinggi kualitas laba. Konsep kualitas laba merefleksikan perhatian bahwa laba akuntansi terdiri dari banyak akrual non kas dan tangguhan dan tidak memberikan indikasi atas likuiditas. Poin keempat juga sejalan dengan masalah keseragaman. Bergantung pada fleksiblitas dalam pemilihan metode akuntansi, komparabilitas antara perusahaan mungkin tidak dapat tercapai. Arus kas dari aktivitas operasi memiliki sedikit arbitasi dalam pemilihan kebijakan akuntansi. Ini lebih seragam dari pada pengukuran laba dan dan hasil dari tingkat yang lebih tinggi dari komparabilitas. Poin kelima adalah untuk menilai fleksibilitas dan likuiditas. Fleksiblitas keuangan adalah: kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dalam situasi dan kesempatan baru. Likuiditas adalah kemmapuan untuk mengkonversi aset dengan cepat menjadi kas tanpa merugi. Kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi mengindikasikan likuiditas dan fleksibilitas. Arus kas menyajikan sumber daya internal yang tersedia untuk utang, investasi baru dan distribusi ke pemegang saham.
Informasi likuiditas juga terdapat pada neraca. Bagaimanapun, klasifikasi kini-nonkini merupakan panduan yang jelek pada likuiditas. Beberapa item kini merupakan biaya atau hutang tangguhan yang tidak berdampak pada kas masa depan (contoh aktiva dan kewajiban pajak tangguhan, asuransi dibayar di muka, pendapatan diterima di muka). Sebagai tambahan, aset berupa persediaan mungkin tidak dadpat langsung menjadi kas.Dalam kelompok aset, sedikit yang mampu untuk diubah menjadi kas dalam periode yang singkat.Akhirnya, karena atribut pengukuran yang dilaporkan di neraca secara normal sesuatu laindari pada nilai realisasi bersih (berupa biaya historis), ini tidak mungkin menentukan berapa banyak kas yang akan dihasilkan dari aset.Singkatnya, neraca menyajikan tidak lebih dari peringkat mentah dadri likuiditas, dan ini menyajikan bentuk yang sangat sdikit mengenai likuiditas dan fleksibilitas. Laporan Arus Kas memberikan penglihatan pada potensi menghasilkan arus kas dari aktivitas operasi.
Sistem Akuntansi Harga keluar (exit-price) bermaksud untuk mengukur fleksibilitas dari perusahaan dalam mengukur kas yang dapat direalisasikan dari Likuidasi aset. Pengukuran harga keluar hanya merupakan indikator mentah terhadap fleksibilitas dan likuiditas. Walapun sistem pengukuran mungkin menyediakan estimasi konversi kas dari nilai konversi sumber daya perusahaan.Perusahaan sepertinya meningkatkan modalnya secara inkremental dari pada menjual seluruh asetnya. Normalnya, perusahaan tidak akan menjual aktiva produktifnya untuk meningkatkan modal baru bagi kesempatan investasi yang baru. Perusahaan sepertinya menggunakan modal baru atau kas yang direalisasikan dari aset yang tersedia untuk dijual seperti persediaan.
Poin keenam dan terakhir memperkirakan bahwa data arus kas untuk memprediksi arus kas masa depan. Ini menunjukkan bahwa data arus kas masa lampau berguna untuk memprediksi arus kas masa depan.
Kebutuhan atas Laporan Arus Kas
Struktur Laporan Arus Kas
Kas didefenisikan sebagai kas ditangan, atau deposit, ditambah setara kas. Setara kas adalah jangka pendek, investasi yang likuid, yang dapat dikonversikan ke jumlah yang diketahui dari kas. Seperti dalam Opini APB No.19, Laporan Arus Kas membutuhkan seluruh transaksi investasi dan pendanaan non kas dilaporkan sebagai pelengkap laporan arus kas dalam bentuk format skedul atau naratif. Pendekatan ini menyajikan konsep all inclusive atau all resources dari pelaporan arus dana.
SFAS 95 menyatakan bahwa arus kas dari aktivitas operasi mungkin disajikan menggunakan metode langsung atau tidak langsung. Metode langsung melaporkan arus kas berhubungan dengan klasifikasi laporan laba rugi (penjualan, HPP dan lainnya). Sedangkan metode tidak langsung atau metode rekonsiliasi dimulai dari laba akrual dan disesuaikan dengan item nonkas lainnya. Informasi lebih harus diungkapkan pada metode langsung dan FASB kelihatannya setuju dengan itu. Dalam Eksposur Draft FASB menyatakan bahwa metoded langsung akan lebih memakan biaya karena perusahaan mengorganisasikan semua data akuntansinya dengan basis akrual.
Jika metode tidak langsung digunakan, skedul terpisah akan merekonsiliasi arus kas bersih dari aktivitas operasi dengan laba bersih. Kemudian, metode tidak langsung atau metode rekonsiliasi harus digunakan sendiri atau melengkapi laporan arus kas metode langsung. Kebanyakan anggota FASB percaya bahwa menggunakan metode tidak langsung akan menghalangi pemahaman pengguna dan akan mengurangi kualitas laporan keuangan.
Kebanyakan perusahaan di Amerika menggunakan metode tidak langsng. Hal ini dikarenakan pengaruh biaya yang disampaikan oleh FASB. Tetapi penggunaan kedua metode akan menghasilkan arus kas dari aktivitas operasi yang sama. Informasi yang berbeda dari kedua metode ini adalah:
Nilai arus kas dari penjualan, dan HPP
Rekonsiliasi menyesuaikan akuntansi akrual ke analog arus kas.
Masalah Non Artikulasi
Masalah non artikulasi hanya terjadi pada metode tidak langsung yang terjadi ketika arus kas meningkat dari perubahan akun modal kerja dari perusahaan yang dikonsolidasi tidak sama dengan penyesuaian akun modal kerja yang tampak pada penyesuaian bagian operasi laporan arus kas. Non artikulasi akan membuat kebingungan bagi bagian operasi karena bagian ini tidak sejalan dengan neraca.
Masalah non artikulasi yang terbesar adalah akuisisi anak perusahaan dalam tahun berjalan. Ketika perusahaan memiliki anak, modal kerja awal tahun dari perusahaan tidak dimasukkan dalam neraca konsolidasi. Untuk mengartikulasikannya, neraca yang hilang harus dimasukkan dalam neraca awal tahun dari perusahaan yang dikonsolidasi.
Sebagai tambahan, non artikulasi yang disebabkan oleh akuisisi tengah tahun, non artikulasi juga disebabkan oleh transaksi dalam modal kerja yang tidak berdampak pada kas.Transaksi tipe ini berdampak pada perusahaan non konsolidasi begitu pula pada perusahaan konsolidasi.
Terakhir, non artikulasi terjadi ketika satu akun utang digunakan untuk pembelian baik set modal kerja (seperti persediaan), begitu pula untuk pembelian aset yang bukan modal kerja (peralatan). Sebagai contoh: pembelian persediaan merupakan aktivitas operasi. Ini mengarahkan peningkatan akun utang dan penyesuaian modal kerja positif (aliran masuk kas) pada bagian operasi dari laporan arus kas. Sebaliknya, pembelian peralatan merupakan aktivitas investasi. Ketika laporan arus kas dibentuk pembayaran tangguhan untuk peralatan akan dimasukkan dalam aktivitas investasi.Karenanya perubahan dalam neraca pada akun utang akan tidak sama dengan penyesuaian utang pada bagian operasi dari laporan arus kas.
Masalah Klasifikasi dalam SFAS 95
Nurnberg menyatakan bahwa klasifikasi yang diajukan oleh FASB tidak sejalan dengan literatur keuangan dan dimaksudkan untuk menyediakan informasi yang berguna untuk keputusan investasi dan kredit. Nurnberg mencatat bahwa Laporan Arus Kas yang mengklasifikasikan bunga dan dividen yang diterima sebagai arus kas masuk aktivitas operasi dan pembayaran bunga sebagai arus keluar aktivitas operasi. Sejalan dengan literatur keuangan, ini merupakan aktivits investasi pada situasi yang membentuknya dan aktivitas pendanaan.
Pada SFAS No.95, FASB mengikuti format dengan orientasi proprietary- pendapatan bunga dan beban dan pendapatan dividen sebagai item operasi. Ini berlawanan dengan aktivitas investasi (pendapatan bunga dan dividen) atau aktivitas pendanaan (beban bunga) sebagai pendekatan teori entitas. FASB memiliki pilihan sulit antara mengikuti pendapatan akuntansi (teori Proprietary) dan orientasi keuangan (teori entitas), kebanyakan praktisi telah memengaruhi FASB. Institusi perbankan mengklasifikasikan penerimaan bunga dan pembayaran bunga sebagai item operasi-yang memungkinkan bagi bank- untuk menghindari pelaporan arus kas negatif dari aktivitas operasi. Sedangkan pengaturan konsistensi dengan laporan rugi laba masalah perbankan telah memengaruhi keputusan FASB untuk membagi beban bunga (operasi) dan penerimaan dan pembayaran kembali kepada prinsipal (aktivits pendanaan).
International Accounting Standards (IAS)
IAS 7 dari IASB mengambil langkah yang lebih fleksibel pada bunga dan dividen yang diterima dan dibayarkan. Mereka mengklasifikasikannya sebagai aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan, yang disajikan konsisten dari satu periode ke periode lainnya.
Untuk perbankan, bunga dan dividen dapat dilihat pada arus kas operasi. Jika IAS 7 diubah mengikuti klasifikasi bank, kemudian IASB akan mencoba keseragaman.
Premi dan Diskon Obligasi dan Wesel
Pembagian antara bunga dan dividen (operasi) dan pembelian sahamdari perusahaan lain (investasi) dan pinjaman atau pembayaran pokok (pendanaan) mengarahkan pada masalah yang lebih banyak. Dalam kasus utang obligasi atau wesel bayar jangka panjang pertanyaan meningkat pada bagaimana perlakuan terhadap premi dan diskon dalam penyesuaian bunga tetapi bagian dari pokok pinjaman: nilai positif dari premium atau negaif dari diskon.
Terdapat 4 metode yang dapat diperlakukan:
Langsung melakukan pembebanan dari premium atau diskon pada tahun terjadinya pada aktivitas pendanaan
Membebankan premium atau diskon pada aktivitas operasi pada tahun akhir
Membebankan premium atau diskon pada aktivitas operasi pada tahun terjadinya transaksi sedangkan nilai pokonya pada aktivitas pendanaan
Membagi premium dalam setiap tahun selama umur utang dan membebankannya dalam aktivitas pendanaan.
Jika pembayaran bunga dikapitalisasi sejalan dengan provisi atau cadangan SFAS No.34, mereka akan dikeluarkan dari aktivitas operasi dan dimasukkan dalam aktivitas investasi sebagai bagian dari biaya akusisi aset tetap. Ini menjadi pertanyaan jika kejadian akan diklasifikasikan dengan dasar alamiah dari penerimaan atau pengeluaran (pembayaran bunga) atau basis tujuan asal kejadian (akuisisi aset).
Dalam transaksi lease dibedakan menjadi capital lease dan operating lease. Dalam lease operasi, nilai pengeluaran kas diklasifikasikan dalam arus kas keluar dari aktivitas operasi. Untuk capital lease bagian bunga diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi sedangkan pengurangan pokoknya sebagai bagian aktivitas pendanaan.
Peningkatan Fleksibilitas dalam Penyajian
Dalam SFAS No. 95, aktivitas lindung nilai dianggap kegiatan investasi. Standar ini menyajikan klasifikasi ketat oleh sifat transaksi lindung nilai sebagai transaksi jenis investasi (konsep keseragaman yang kaku).
Sebaliknya, SFAS No. 104, yang merevisi SFAS No. 85, memungkinkan asosiasi dengan akun neraca yang berkaitan dengan lindung nilai. Jika diidentifikasi dengan item neraca tertentu seperti persediaan (misalnya melindungi terhadap kenaikan harga persediaan), SFAS No. 104 memungkinkan lindung nilai (kontrak forward, kontrak berjangka, dan opsi atau swap) diklasifikasikan baik dengan item yang di neraca sebagai unsur operasi atau sebagai aktivitas investasi. Nurnberg dan Largay percaya bahwa peningkatan fleksibilitas dalam akuntansi untuk transaksi lindung nilai dalam SFAS No. 104 umumnya akan menyebabkan perbandingan lebih sedikit tetapi dapat dibenarkan sebagai peningkatan "kehalusan" dalam beberapa situasi.
Kegunaan Analisis Laporan Arus Kas
Meskipun masalah klasifikasi dan nonartikulasi, laporan arus kas jelas merupakan pernyataan yang sangat berguna. Ini adalah ditunjukkan dengan baik dalam contoh unik dari penelitian oleh Ingram dan Lee, di mana mereka menggunakan laporan laba rugi dan laporan arus kas bersama-sama. Mereka mengemukakan bahwa dari waktu ke waktu, perusahaan-perusahaan yang bekembang akan memiliki penghasilan lebih tinggi dan arus kas dari operasi yang lebih rendah. Hal ini karena perusahaan berkembang akan memiliki peningkatan persediaan dan piutang karena perusahaan mereka sedang berkembang. Untuk batas tertentu, persediaan dan piutang akan diimbangi oleh peningkatan hutang, tetapi efek bersih dari pertumbuhan modal kerja adalah bahwa setiap tahun perubahan pendapatan akan melebihi perubahan arus kas operasi secara relatif aktual dan paling mungkin. Selain itu, sebagai sebuah perusahaan berkembang, akan ada arus keluar investasi bersih sebagai aktiva tetap yang diperoleh dan arus kas dari pembiayaan utang baru dan sebagai ekuitas mengambang dan dividen tetap rendah atau tidak ada.
Untuk sebuah perusahaan yang adalah kontraktor, sebagian besar hubungan akan berjalan secara terbalik, penjualan dan penurunan pendapatan tetapi arus kas biasanya akan meningkat dengan piutang dan persediaan yang dikontrak. Selain itu, arus kas keluar akan meningkat karena pembelian kembali saham (treasury stock), pensiun utang, dan dividens uang tunai meningkat.
Perhatikan kesamaan antara Ingram dan Lee dan penggunaan arus kas dan akrual untuk tujuan prediktif seperti dibahas dalam Bab 8. Analisis stastikal Ingram dan Lee, yang melibatkan hampir 1.000 perusahaan selama periode 1974-1992, sebagian besar didukung analisis deduktif mereka. Konsisten dengan di atas, analisis mereka juga menemukan bahwa perusahaan memperluas lebih mungkin untuk memiliki lebih maksimal daripada kontrak keuangan perusahaan.
BAB 10
PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Pengungkapan yang lengkap (full disclosure)
Definisi Disclosure
Kata Disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Apabila dikaitkan dengan data, Disclosure berarti memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang memerlukan. Jadi data tersebut harus benar-benar bermanfaat, karena apabila tidak bermanfaat, maka tujuan dari pengungkapan (Disclosure) tersebut tidak akan tercapai.
Yang dimaksud dengan prinsip pengungkapan lengkap (full disclousure) adalah menyajikan informasi yang lengkap dalam laporan keuangan. Karena infomasi yang disajikan itu merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi dalam satu periode dan juga saldo-saldo dari rekening-rekening tertentu, tidaklah mungkin untuk memasukkan semua informasi-informasi yang ke dalam laporan keuangan.
Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, Full Disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktifitas suatu unit usaha. Dengan demikian informasi yang diungkapkan harus jelas, lengkap dan dapat menggambarkan secara tepat mengenai kejadian-kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha tersebut.
Tiga konsep pengungkapan yang umumnya diusulkan adalah sebagai berikut :
Pengungkapan yang cukup (Adequate)
Disclosure yang minimal harus ada sehingga ikhtisar-ikhtisar keuangan menjadi tidak menyesatkan.
Wajar (Fair Disclosure)
Tersirat tujuan-tujuan etis untuk memberikan perlakuan yang sama kepada semua pihak yang merupakan pembaca potensi pembaca potensial dari laporan keungan.
Lengkap (Full)
Berarti penyajian semua informasi yang relevan. Bagi beberapa pihak Full Disclosure berarti penyajian informasi secara berlebih-lebihan dan karenanya tidak tepat. Informasi yang berlebih-lebihan adalah berbahaya karena penyajian informasi dengan detail terlalu banyak justru akan menyembunyikan informasi yang penting dan membuat laporan keuangan menjadi sukar diinterpretasikan.
Yang paling umum digunakan dari ketiga konsep diatas adalah pengungkapan yang cukup (Adequate).
Tujuan yang positif dari Disclosure adalah untuk memberikan informasi yang penting dan relevan kepada para pemakai laporan keuangan, sehingga dapat membantu mereka dalam membuat keputusan dengan cara yang terbaik. Ini berarti bahwa informasi yang tidak material atau relevan harus diabaikan apabila kita mengaharapkan bahwa informasi yang disajikan itu mempunyai makna dan dapat dimengerti.
Laporan keuangan mempunyai kewajaran dalam penyajian
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan rugi laba, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontijensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:
Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan ditetapkan terhadap peristiwa dan transaksi penting.
Informasi yang disajikan dalam PSAK tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas.
Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
Semakin lengkap informsi yang diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan (full disclosure) maka pembaca laporan keuangan akan semakin mengerti kinerja keuangan perusahaan.
Kewajaran paling tepat dijabarkan dalam literatur dan persyaratan-persyaratan akuntansi profesional sebagai pernyataan netralitas dari akuntan dalam pembuatan laporan keuangan. Scott pada tahun 1941, menyatakan: “Aturan, prosedur, dan teknik akuntansi hendaknya wajar, dan tidak memihak. Jadi salah satu dalil akuntansi dasar yang mendasari prinsip-prinsip akuntansi dapat dinyatakan sebagai kewajaran-kewajaran bagi seluruh segmen dari masyarakat bisnis (manajemen, tenaga kerja, pemegang saham, kreditor, konsumen, dan publik), ditentukan dan kebiasaan dari semua segmen tersebut sampai pada akhirnya semua prinsip-prinsip akuntansi yang didasarkan atas dalil di atas akan menghsilkan akuntansi keuangan bagi hak-hak dan kepentingan-kepentingan ekonomi yang telah diterbitkan secara resmi menjadi wajar untuk semua segmen
Menurut sejarahnya, kewajaran atau doktrin kewajaran mengalami evolusi dari penerapan kosep konservatisme. Konsep tersebut berangkat dari perhatian yang berhubungan dengan masalah likuiditas dan pemberian kredit, yang umumnya dikaitkan dengan konservatisme, menuju kearah pemikiran bahwa penyajian laporan keuangan seharusnya wajar bagi semua pengguna.
Kewajaran umumnya dihubungkan dengan pengukuran dan pelaporan informasi melalui cara yang objektif dan netral. Informasi adalah wajar jika informasi tersebut objektif dan netral. Kewajaran akan lebih dapat tercapai dalam akuntansi manajerial atau akuntansi biaya dimana adanya tanda-tanda keberpihakan atau bias dapat mendistorsikan proses pengambilan keputusan yang sangat bergantung pada data akuntansi manajerial. kewajaran menjadi kriteria informasi yang dibutuhkan dalam akuntansi manajerial untuk memastikan integrasi dan akurasi dari pengambilan keputusan.
Dalam penyajian suatu laporan keuangan dengan wajar maka akan memberikan kesepahaman antar pemilik, investor atuapu auditor, sehingga dalam pelaksanaannya akan memberikan gambaran dari berjalannya operasi dan keuangan dari suatu perusahaan. Kewajaran ini juga dapat memudahkan semua orang dalam membaca laporan keuangan. Laporan keuangan pemerintah juga harus memiliki kewajaran dalam pelaporan sehingga masyarakat mudah dalam mengontrol pemerintahan agar berjlan secara sehat, karena laporan keuangan yang tidak wajar terdapat indikasi penyalahan wewenang yang berdampak pada tingkat korupsi yang semakin tinggi
BAB 11
KONSEP LABA
Konsep Income secara Ekonomi dan Akuntansi
Income atau laba dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu dilihat dari sisi ekonomi dan sisi akuntansi.
Konsep Laba Ekonomi (Economic Income)
Laba dari sisi ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor dari hasil penanaman modalnya, setelah dikurangi seluruh biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut.
Definisi Laba Ekonomi
Fischer (1912) mendefinisikan laba ekonomi sebagai deretan peristiwa yang dihubungkan dengan berbagai tahapan berbeda yaitu penikmatan laba psikis, laba nyata, dan laba uang. Lindahl (1919) memiiki pandangan berbeda dengan mengaitkan konsep laba ekonomi dan bunga, lalu dihubungkan dengan peningkatan barang modal selama waktu tertentu. Sedangkan Hicks (1946) mengembangkan kedua konsep di atas dengan mendefinisikan laba ekonomi sebagai jumlah maksimum yang dikonsumsi selama suatu periode dan pada akhir periode masih memiliki kekayaan yang sama seperti pada awal periode.
Sifat Laba Ekonomi
Sifat-sifat laba ekonomi berdasarkan definisi Fischer, Lindahl dan Hicks mencakup ke dalam tiga tahapan yaitu :
Physical Income
Konsumen barang dan jasa pribadi yang sebenarnya memberikan kesenangan fisik dalam pemenuhan kebutuhan. Laba jenis ini tidak dapat diukur.
Real Income
Kepuasan terjadi karena kesenangan fisik yang timbul dari keuntungan yang diukur dengan pembayaran uang yang dilakukan untuk membeli barang atau jasa. Ukuran yang digunakan adalah biaya hidup (cost of living)
Money Income
Hasil uang yang diterima dan dimaksudkan untuk konsumsi dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Konsep Laba Ekonomi
Pada laba ekonomi dikenal konsep Capital Maintenance. Konsep ini menyatakan bahwa laba muncul setelah modal yang dikeluarkan masih ada atau biaya telah tertutupi atau setelah terjadi pengembalian modal.Konsep ini dinyatakan dalam ukuran uang yang disebut Financial Capital atau dalam ukuran tenaga beli yang disebut Physical Capital. Kedua ukuran tersebut menghasilkan empat konsep yaitu :
Dalam ukuran uang (Financial Capital)
Money Maintenance
Diukur menurut unit modal keuangan diinvestasikan
Laba menurut konsep ini merupakan perubahan net asset dengan menyesuaikan transaksi modal yang dijabarkan dalam satuan uang
Sama dengan konsep akuntansi konvensional.
General Purchasing Power Money Maintenance
Diukur dengan jumlah unit daya beli yang sama.
Laba menurut konsep ini adalah perubahan net asset setelah disesuaikan transaksi modal yang diukur dengan tenaga beli yang sama.
Sama dengan konsep GPLA (General Price Level Adjusted) Historical Cost Accounting.
Dalam ukuran tenaga beli umum (Physical Capital)
Productive Capacity Maintenance
Modal fisik diukur dalam jumlah unit uang.
Kapasitas produksi diartikan sebagai kapasitas fisik dan kapasitas untuk berproduksi.
Sama dengan konsep Current Value Accounting.
b) General Purchasing Power, Productive Capacity Maintenance
- Diukur dengan unit tenaga beli yang sama.
- Kapasitas produksi fisik perusahaan yang diukur dalam unit tenaga beli yang sama, dipertahankan, dan dipelihara.
- Sama dengan konsep GPLA Current Value Accounting.
Definisi Laba Akuntansi
Laba Akuntansi merupakan perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan tersebut. Menurut Belkaoui, laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan realisasi yang timbul dari transaksi periode tersebut dan biaya historis yang sepadan dengannya.
3.2.2 Sifat Laba Akuntansi
Definisi laba menurut Belkaoui mengandung lima sifat yaitu:
1) Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi yaitu timbulnya pendapatan dan biaya untuk mendapatkan pendapatan tersebut
2) Laba akuntansi didasarkan pada postulat “periodik” laba, artinya merupakan prestasi perusahaan dalam bidang keuangan pada periode tertentu.
3) Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan pengukuran dan pengakuan.
4) Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan.
5) Laba akuntansi didasarkan pada prinsip “matching” artinya hasil pendapatan dikurangi biaya yang dikeluarkan dalam periode yang sama.
3.2.3 Permasalahan Laba Akuntansi
Permasalahan yang sering dihadapi mengenai laba akuntansi adalah menentukan nilai ekonomi, harga, modal, skala, dan pengukuran pertukaran. Nilai ekonomi adalah preferensi seseorang terhadap suatu produk berdasarkan kegunaan di masa yang akan datang dibanding dengan produk lainnya. Apabila terjadi pertukaran, maka akan terjadi pertukaran harga (exchange price) yang ditetapkan berdasarkan nilai uang. Jenis harga dalam menentukan laba akuntansi yaitu :
1) Harga Historis (Historical Cost)
2) Harga Sekarang (Current Price)/ Harga Ganti (Replacement Cost)/ Exit Price
3) Harga nanti, harga ganti nanti, atau harga exit price nanti.
4) Harga Diskonto/ Computed Amount
3.2.4 Konsep Laba Akuntansi
Pada laba akuntansi dikenal konsep Replacement Cost Income dengan dua komponen laba yaitu :
1) Current oprating profit : Perhitungan dari pengurangan biaya pengganti (replacement cost) dari penghasilan
2) Realized holding gain and loss : Perhitungan perbedaan antara replacement cost barang yang dijual dengan biaya historis barang yang sama.
3.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Laba Akuntansi
Karakteristik dari pengertian laba akuntansi mengandung beberapa keunggulan yakni :
1) Terbukti bahwa laba akuntansi bermanfaat bagi para pemakainya dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2) Laba akuntansi yang telah diukur dan dilaporkan secara obyektif dapat diuji kebenarannya sebab didasarkan pada transaksi nyata yang didukung oleh bukti.
3) Berdasarkan prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan, laba akuntansi memenuhi dasar konservatisme.
4) Laba akuntansi bermanfaat untuk tujuan pengendalian terutama berkaitan dengan pertanggungjawaban manajemen.
Namun laba akuntansi masih terdapat kelemahan. Berikut penjabaran kelemahan dari laba akuntansi yakni:
1) Konsepsi laba dianggap belum dirumuskan dengan jelas, belum ada landasan teoritis jangka panjang dalam pelaporan laba akuntansi tersebut.
2) Generally Accepted Accounting Principle (GAAP), masih memungkinkan dan membolehkan perhitungan laba atas penerapan metode dan teknik akuntansi yang tidak konsisten.
3) Laba akuntansi yang didasarkan pada konsep historical cost menjadi kurang bermakna apabila pengaruh perubahan harga diperhitungkan dalam penentuan angka laba tersebut.
4) Laba akuntansi hanya laba di atas kertas saja karena angka laba yang tinggi belum tentu menggambarkan kemampuan likuiditas perusahaan atau menggambarkan kemampuan dalam memberikan cash deviden.
Dari kelemahan yang terdapat pada laba akuntansi, maka dilakukan upaya untuk mengatasi kelemahan dari konsepsi laba tersebut antara lain:
1) Berusaha memperbaiki laporan laba akuntansi dengan memberikan tekanan pada data transaksi dan aktualisasi secara lebih mendalam.
2) Sebaiknya ada konsep laba yang tunggal dan operasional yang dapat digunakan sebagai indikator kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.
3) Membuat konsep tunggal mengenai laba yang lebih sesuai dengan apa yang disebut konsep laba secara ekonomi.
4) Seharusnya ada berbagai konsep laba untuk berbagai kepentingan (different income for different purposes).
3.3 Perbandingan antara Laba Akuntansi dan Laba Ekonomi
Laba akuntansi berbeda dengan laba ekonomi karena perbedaan konsep dasar yang dianut. Laba akuntansi dilandasi oleh konsep kontinuitas usaha yang memandang aset sebagai sisa potensi jasa sehingga kos historis menjadi basis pengukurannya. Sedangkan laba ekonomi dilandasi oleh konsep likuidasi yang melihat aset sebagai simpanan atau persediaan nilai setiap saat sehingga nilai sekarang menjadi basis pengukurannya.