Ilmu
Politik dan
Sejarah
Politik dan Ilmu
Sejarah tidak dapat lepas dari Ilmu
Ilmu
ada yang berpandangan positif dan ada yang negatif.
Hukum ,
Politik terbagi 3 Golongan
1. Politik Manusia Golongan
Theist
2. Politik Manusia Golongan Agnostic
3. Politik Manusia Golongan
Atheist
Politik Manusia Golongan
Theist
- Mereka Berpolitik berpedoman pada Ajaran Agama Masing Masing dan tidak
bertentangan dengan Hak Asasi Manusia.
Politik Theist
Politik Manusia Golongan Agnostic
- Politik digunakan untuk memperkaya diri dan atau untuk memperkaya Golongan
Agnostic
- Politik digunakan untuk Menakut nakuti
- Politik digunakan untuk Mengintimidasi
- Politik digunakan untuk Membunuh Lawan Politiknya
- Politik digunakan untuk Berkuasa selamanya
- Politik digunakan untuk Membunuh Guna Kepentingan Golongannya.
Politik Manusia Golongan Agnostic Suku Jawa di Indonesia antara lain
Kerajaan Sriwijaya
- Adanya Keberadaan
- Menyebarkan Paham Paham Soekarnois “Soekarno adalah Manusia berpaham
Komunis” Nasakom. Islam bukan Komunis dan Komunis bukanlah Islam.
- Politik digunakan untuk mengadu Domba Golongan Theist
-
Politik digunakan untuk memperkaya diri dengan Korupsi dari hasil Pinjaman Luar
Negeri dan atau Bantuan Luar Negeri.
Pembunuhan Berencana terhadap Munir Said Thalib yang didalangi oleh Petinggi
Petinggi Indonesia.
Presiden Indonesia sampai kapanpun harus Orang Jawa.
Politik Agnostic
Negara Negara yang dikendalikan Manusia Golongan Agnostic
- Tiongkok
- India
- Indonesia
- Malaysia
- Singapore
Daftar Negara Negara yang dikendalikan Manusia Golongan Agnostic
Atheist
Politik Manusia Golongan
- Politik digunakan untuk membela diri dan membela yang perlu dibela dan tidak
bertentangan dengan Hak Asasi Manusia
- Politik hanya digunakan seperlunya saja/ Politik digunakan untuk menghentikan
Perbuatan Melanggar Hak Asasi Manusia yang dilakukan oleh Golongan Agnostic.
- Politik digunakan untuk menghentikan Perbuatan Golongan Agnostic Merusak Alam
Semesta.
Politik Atheist
Politik (bahasa Yunani: Πολιτικά, politiká; Arab: ﺳﯾﺎﺳﺔ, siyasah), yang berarti dari, untuk, atau
yang berkaitan dengan warga negara), adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan
dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam
negara
Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda
mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun
nonkonstitusional.
Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:
●
●
●
●
politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan
bersama (Teori Klasik Aristoteles).
politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan
negara.
politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan
mempertahankan kekuasaan di masyarakat.
politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan
publik.
Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan politik,
legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses politik, dan juga tidak kalah
pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik.
Etimologi
Politik berasal dari bahasa Belanda politiek dan bahasa Inggris politics, yang masing-masing
bersumber dari bahasa Yunani τα πολιτικά (politika - yang berhubungan dengan negara) dengan
akar katanya πολίτης (polites - warga negara) dan πόλις (polis - negara kota).
Secara etimologi kata "politik" masih berhubungan dengan politis, kebijakan. Kata "politis" berarti
hal-hal yang berhubungan dengan politik. Kata "politisi" berarti orang-orang yang menekuni hal
politik.
Politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis yang berarti kota atau negara kota. Turunan dari
kata tersebut yaitu:
●
●
●
●
polites berarti warga negara.
politicos berarti kewarganegaraan.
politike techne berarti kemahiran politik.
politike episteme berarti ilmu politik.
Kata ini berpengaruh ke wilayah Romawi sehingga bangsa Romawi memiliki istilah ars politica
yang berarti kemahiran tentang masalah masalah kenegaraan. Politik pun dikenal dalam bahasa
Arab dengan kata siyasah yang berarti mengurus kepentingan seseorang. Pengarang kamus al
Muhith mengatakan bahwa sustu ar-ra’iyata siyasatan berarti saya memerintahnya dan
melarangnya.
Sedangkan politik secara terminologis dapat diartikan
1. Menunjuk kepada satu segi kehidupan manusia bersama dengan masyarakat.
Lebih mengarah pada politik sebagai usaha untuk memperoleh kekuasaan,
memperbesar atau memperluas serta mempertahankan kekuasaan (politics).
Misal: kejahatan politik, kegiatan politik, hak-hak politik.
2. Menunjuk kepada “satu rangkaian tujuan yang hendak dicapai” atau “cara-cara
atau arah kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu”. Lebih mengarah
pada kebijakan (policy). Misal: politik luar negeri, politik dalam negeri, politik
keuangan.
3. Menunjuk pada pengaturan urusan masyarakat dalam segala aspek kehidupan.
Pemerintah mengatur urusan masyarakat, masyarakat melakukan koreksi
terhadap pemerintah dalam melaksanakan tugasnya (siyasah).
Di antara ketiga definisi tersebut, tentunya definisi pertama lebih memiliki konotasi negatif
dibandingkan definisi kedua dan ketiga. Hal ini disebabkan orientasi yang pertama adalah politik
kekuasaan, untuk meraih dan mempertahankan kekuasaan dapat dilakukan dalam jalan apapun
entah baik entah buruk, dapat menghalalkan segala cara dan lebih berorientasi pada
kepentingan pemimpin atau elit yang berkuasa. Sedangkan definisi politik yang kedua dan ketiga
lebih berorientasi pada politik pelayanan terhadap masyarakat, dimana posisi pemimpin
merupakan pelayan masyarakat bukan penguasa aset-aset strategis
Teori politik
Teori politik merupakan kajian mengenai konsep penentuan tujuan politik, bagaimana mencapai
tujuan tersebut dan segala konsekuensinya. Bahasan dalam Teori Politik antara lain adalah
filsafat politik, konsep tentang sistem politik, negara, masyarakat, kedaulatan, kekuasaan,
legitimasi, lembaga negara, perubahan sosial, pembangunan politik, perbandingan politik, dsb.
Terdapat banyak sekali sistem politik yang dikembangkan oleh negara negara di dunia antara
lain: anarkisme,autoritarian, demokrasi, diktatorisme, fasisme, federalisme, feminisme,
fundamentalisme keagamaan, globalisme, imperialisme, kapitalisme, komunisme, liberalisme,
libertarianisme, marxisme, meritokrasi, monarki, nasionalisme, rasisme, sosialisme, theokrasi,
totaliterisme, oligarki dsb.
Lembaga politik
Secara awam berarti suatu organisasi, tetapi lembaga bisa juga merupakan suatu kebiasaan
atau perilaku yang terpola. Perkawinan adalah lembaga sosial, baik yang diakui oleh negara
lewat KUA atau Catatan Sipil di Indonesia maupun yang diakui oleh masyarakat saja tanpa
pengakuan negara. Dalam konteks ini suatu organisasi juga adalah suatu perilaku yang terpola
dengan memberikan jabatan pada orang-orang tertentu untuk menjalankan fungsi tertentu demi
pencapaian tujuan bersama, organisasi bisa formal maupun informal. Lembaga politik adalah
perilaku politik yang terpola dalam bidang politik.
Pemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan
kemudian menjalankan fungsi tertentu (sering sebagai pemimpin dalam suatu
bidang/masyarakat tertentu) adalah lembaga demokrasi. Bukan lembaga pemilihan umumnya
(atau sekarang KPU-nya) melainkan seluruh perilaku yang terpola dalam kita mencari dan
menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin ataupun wakil kita untuk duduk di parlemen.
Persoalan utama dalam negara yang tengah melalui proses transisi menuju demokrasi seperti
indonesia saat ini adalah pelembagaan demokrasi. Yaitu bagaimana menjadikan perilaku
pengambilan keputusan untuk dan atas nama orang banyak bisa berjalan sesuai dengan
norma-norma demokrasi, umumnya yang harus diatasi adalah mengubah lembaga feodalistik
(perilaku yang terpola secara feodal, bahwa ada kedudukan pasti bagi orang-orang berdasarkan
kelahiran atau profesi sebagai bangsawan politik dan yang lain sebagai rakyat biasa) menjadi
lembaga yang terbuka dan mencerminkan keinginan orang banyak untuk mendapatkan
kesejahteraan.
Untuk melembagakan demokrasi diperlukan hukum dan perundang-undangan dan perangkat
struktural yang akan terus mendorong terpolanya perilaku demokratis sampai bisa menjadi
pandangan hidup. Karena diyakini bahwa dengan demikian kesejahteraan yang sesungguhnya
baru bisa dicapai, saat tiap individu terlindungi hak-haknya bahkan dibantu oleh negara untuk
bisa teraktualisasikan, saat tiap individu berhubungan dengan individu lain sesuai dengan norma
dan hukum yang berlaku.
Konsep-konsep politik
Ada beberapa konsep politik dasar yang bersumber dari para ahli, yaitu:
1. Klasik. Pada pandangan klasik (Aristoteles) mengemukakan bahwa politik
digunakan masyarakat untuk mencapai suatu kebaikan bersama yang dianggap
memiliki nilai moral yang lebih tinggi daripada kepentingan swasta. Kepentingan
umum sering diartikan sebagai tujuan-tujuan moral atau nilai-nilai ideal yang
bersifat abstrak seperti keadilan, kebenaran dan kebahagiaan. Pandangan klasik
dianggap kabur seiring banyaknya penafsiran tentang kepentingan umum itu
2.
3.
4.
5.
sendiri. kepentingan umum dapat diartikan pula sebagai general will, will of all
atau kepentingan mayoritas.
Kelembagaan. Menurut Max Weber, politik adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan penyelenggaraan negara. Max Weber melihat negara dari sudut pandang
yuridis formal yang statis. Negara dianggap memiliki hak memonopoli kekuasaan
fisik yang utama. Namun konsep ini hanya berlaku bagi negara modern yaitu
negara yang sudah ada diferensiasi dan spesialisasi peranan, negara yang
memiliki batas wilayah yang pasti dan penduduknya tidak nomaden.
Kekuasaan. Robson mengemukakan politik adalah kegiatan mencari dan
mempertahankan kekuasaan ataupun menentang pelaksanaan kekuasaan.
Kekuasaan sendiri adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang
lain, baik pikiran maupun perbuatan agar orang tersebut berpikir dan bertindak
sesuai dengan orang yang mempengaruhi. Kelemahan dari konsep ini adalah
tidak dapat dibedakannya konsep beraspek politik dan yang non politik dan juga
kekuasaan hanya salah satu konsep dalam ilmu politik, masih ada konsep
ideologi, legitimasi dan konflik.
Fungsionalisme. David Easton berpendapat bahwa politik adalah alokasi
nilai-nilai secara otoritatif berdasarkan kewenangan dan mengikat suatu
masyarakat. Sedangkan menurut Harold Lasswell, politik merupakan who gets,
what gets, when gets dan how gets nilai. Dapat diketahui bahwa politik sebagai
perumusan dan pelaksanaan kebijakan umum. Kelemahan dari konsep ini adalah
ditempatkannya pemerintah sebagai sarana dan wasit terhadap persaingan di
antara pelbagai kekuatan politik untuk mendapatkan nilai-nilai terbanyak dari
kebijakan umum tanpa memperhatikan kepentingan pemerintah itu sendiri.
Konflik. Pandangan konflik mendeskripsikan bahwa politik merupakan kegiatan
untuk mempengaruhi perumusan dan kebijaksanaan umum dalam rangka usaha
untuk mempengaruhi, mendapatkan dan mempertahankan nilai. Oleh karena itu
sering terjadi perdebatan dan pertentangan antara pihak yang memperjuangkan
dan pihak yang mempertahankan nilai. Kelemahan konsep ini adalah tidak
semua konflik berdimensi politik.
Partai dan Golongan
Hubungan Internasional
Dalam bentuk klasiknya hubungan internasional adalah hubungan antar negara, namun dalam
perkembangan konsep ini bergeser untuk mencakup semua interaksi yang berlangsung lintas
batas negara. Dalam bentuk klasiknya hubungan internasional diperankan hanya oleh para
diplomat (dan mata-mata) selain tentara dalam medan peperangan. Sedangkan dalam konsep
baru hubungan internasional, berbagai organisasi internasional, perusahaan, organisasi nirlaba,
bahkan perorangan bisa menjadi aktor yang berperan penting dalam politik internasional.
Peran perusahaan multinasional seperti Monsanto dalam WTO (World Trade
Organization/Organisasi Perdagangan Dunia) misalnya mungkin jauh lebih besar dari peran
Republik Indonesia. Transparency International laporan indeks persepsi korupsi-nya di Indonesia
mempunyai pengaruh yang besar.
Persatuan Bangsa Bangsa atau PBB merupakan organisasi internasional terpenting, karena
hampir seluruh negara di dunia menjadi anggotanya. Dalam periode perang dingin PBB harus
mencerminkan realitas politik bipolar sehingga sering tidak bisa membuat keputusan efektif,
setelah berakhirnya perang dingin dan realitas politik cenderung menjadi unipolar dengan
Amerika Serikat sebagai kekuatan Super Power, PBB menjadi relatif lebih efektif untuk
melegitimasi suatu tindakan internasional sebagai tindakan multilateral dan bukan tindakan
unilateral atau sepihak. Upaya AS untuk mendapatkan dukungan atas inisiatifnya menyerbu Irak
dengan melibatkan PBB, merupakan bukti diperlukannya legitimasi multilateralisme yang
dilakukan lewat PBB.
Untuk mengatasi berbagai konflik bersenjata yang kerap meletus dengan cepat di berbagai
belahan dunia misalnya, saat ini sudah ada usulan untuk membuat pasukan perdamaian dunia
(peace keeping force) yang bersifat tetap dan berada di bawah komando PBB. Hal ini
diharapkan bisa mempercepat reaksi PBB dalam mengatasi berbagai konflik bersenjata. Saat
misalnya PBB telah memiliki semacam polisi tetap yang setiap saat bisa dikerahkan oleh
Sekretaris Jenderal PBB untuk beroperasi di daerah operasi PBB. Polisi PBB ini yang menjadi
Civpol (Civilian Police/polisi sipil) pertama saat Timor Timur lepas dari Republik Indonesia.
Hubungan internasional telah bergeser jauh dari dunia eksklusif para diplomat dengan segala
protokol dan keteraturannya, ke arah kerumitan dengan kemungkinan setiap orang bisa menjadi
aktor dan mempengaruhi jalannya politik baik di tingkat global maupun lokal. Pada sisi lain juga
terlihat kemungkinan munculnya pemerintahan dunia dalam bentuk PBB, yang mengarahkan
pada keteraturan suatu negara (konfederasi?).
Masyarakat
adalah sekumpulan orang orang yang mendiami wilayah suatu negara.
Kekuasaan
Dalam teori politik menunjuk pada kemampuan untuk membuat orang lain melakukan sesuatu
yang tidak dikehendakinya. Max Weber menjelaskan adanya tiga sumber kekuasaan: pertama
dari perundang undangan yakni kewenangan; kedua, dari kekerasan seperti penguasaan
senjata; ketiga, dari karisma.
Negara
Negara merupakan suatu kawasan teritorial yang didalamnya terdapat sejumlah penduduk yang
mendiaminya, dan memiliki kedaulatan untuk menjalankan pemerintahan, dan keberadaannya
diakui oleh negara lain. ketentuan yang tersebut diatas merupakan syarat berdirinya suatu
negara menurut konferensi Montevideo pada tahun 1933
Tokoh dan pemikir ilmu politik
Pemikir-pemikir politik
Mancanegara
Tokoh tokoh pemikir Ilmu Politik dari kalangan teoris klasik, modern maupun kontemporer antara
lain adalah: Aristoteles, Adam Smith, Cicero, Friedrich Engels, Immanuel Kant, John Locke, Karl
Marx, Lenin, Martin Luther, Max Weber, Niccolo Machiavelli, Rousseau, Samuel P Huntington,
Thomas Hobbes, Antonio Gramsci, Harold Crouch, Douglas E Ramage.
Perilaku politik
Perilaku politik atau (Inggris: Political behaviour) adalah perilaku yang dilakukan oleh
insan/individu atau kelompok guna memenuhi hak dan kewajibannya sebagai insan politik.
Seorang individu/kelompok diwajibkan oleh negara untuk melakukan hak dan kewajibannya
guna melakukan perilaku politik. Adapun yang dimaksud dengan perilaku politik contohnya
adalah:
●
●
Melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat / pemimpin
Mengikuti dan berhak menjadi insan politik yang mengikuti suatu partai politik atau
parpol, mengikuti ormas atau organisasi masyarakat atau lsm lembaga swadaya
masyarakat
Ikut serta dalam pesta politik
Ikut mengkritik atau menurunkan para pelaku politik yang berotoritas
Berhak untuk menjadi pimpinan politik
Berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan politik guna
melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh undang-undang dasar
dan perundangan hukum yang berlaku
●
●
●
●
Perilaku berpartisipasi dalam kegiatan politik dipengaruhi oleh banyak faktor psikologis, yang
terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Faktor sifat kepribadian (ekstraversi, keterbukaan, dan kehati-hatian),
2. Faktor sosio-kognitif, yang mencakup pengetahuan politik, pendidikan politik,
keyakinan atau efikasi berpolitik, kreativitas, kepercayaan terhadap pemerintah
dan partai politik, peneladanan terhadap partisipasi politik orang tua, sosialisasi
politik yang dialami, jejaring sosial yang dimiliki, perasaan kewargaan, serta
3. Faktor-faktor psiko demografis (situasi pertentangan, ukuran populasi tempat
tinggal, pemberitaan media massa)
Sejarah adalah peristiwa yang dapat dibuktikan dengan kenyataan.
Sejarah dunia adalah sejarah umat manusia di seluruh dunia, semua daerah di Bumi, dirunut
dari era Paleolitikum (zaman batu tua). Berbeda dengan sejarah Bumi (yang mencakup sejarah
geologis Bumi dan era sebelum keberadaan manusia), sejarah dunia terdiri dari kajian rekam
arkeologi dan catatan tertulis, dari zaman kuno hingga saat ini. Pencatatan sejarah dimulai sejak
aksara dan sistem tulisan diciptakan, tetapi asal mula peradaban bertolak dari periode sebelum
[1][2]
penciptaan tulisan, atau zaman prasejarah.
Prasejarah dimulai dari Paleolitikum (zaman batu
tua), diikuti dengan Neolitikum (zaman batu muda) dan Revolusi Pertanian (antara 8000–5000
SM) di kawasan Hilal Subur. Revolusi tersebut merupakan titik perubahan besar dalam sejarah
umat manusia karena sejak masa itu mereka telah mampu membudidayakan tumbuhan dan
hewan.
[3]
Seiring dengan perkembangan pertanian, gaya hidup nomad berubah menjadi gaya
[a]
hidup menetap sebagai petani. Kemajuan pertanian mengakibatkan pembagian strata pekerja
dalam usaha panen. Strata pekerja menyebabkan munculnya strata masyarakat dan
perkembangan kota-kota. Banyak kota kuno berkembang di tepi-tepi kumpulan air (danau dan
sungai) yang dapat menyokong kehidupan. Pada masa 3000 tahun sebelum Masehi, telah
muncul peradaban di lembah Mesopotamia (dataran di antara sungai Tigris dan Efrat) di Timur
[5]
[6][7][8]
[9][10][11]
dan di lembah Sungai Indus.
Selain itu,
Tengah, di tepi Sungai Nil, Mesir,
peradaban juga muncul di lembah Sungai Kuning. Di tempat-tempat perkembangan peradaban
kuno, pertumbuhan masyarakat yang semakin kompleks menyebabkan penciptaan aksara untuk
mempermudah usaha administrasi dan niaga.
[12]
Sejarah Dunia Lama (khususnya Eropa dan Mediterania) umumnya terbagi menjadi Abad Kuno,
[13][14]
yang terhitung dari zaman sebelum 476 Masehi; Abad Pertengahan,
dari abad ke-5 hingga
abad ke-15, meliputi Zaman Kejayaan Islam (sekitar 750 M hingga sekitar 1258 M) dan Zaman
[15][16]
[17]
Renaisans Eropa Awal (bermula sekitar 1300 M);
dari abad ke-15
Abad Modern Awal,
sampai akhir abad ke-18, mencakup Abad Pencerahan; dan Abad Modern Akhir, dari masa
Revolusi Industri hingga sekarang, termasuk sejarah kontemporer. Dalam sejarah Eropa Barat,
"Kejatuhan Roma" tahun 476 M umumnya dipandang sebagai penanda akhir Zaman Kuno dan
permulaan Abad Pertengahan. Sebaliknya, di Eropa Timur terjadi transisi dari Kekaisaran
Romawi menjadi Kekaisaran Bizantium, yang tidak runtuh sampai berabad-abad kemudian.
Pada pertengahan abad ke-15, teknik cetak modern yang ditemukan Johannes Gutenberg
[18]
merevolusi metode komunikasi,
dan berperan dalam mengakhiri Abad Pertengahan serta
[19]
menjadi perintis dalam Revolusi Ilmiah.
Pada abad ke-18, akumulasi pengetahuan dan
teknologi—khususnya di Eropa—telah mencapai massa genting yang menuju kepada Revolusi
[20]
Industri.
[21][22]
[23]
Di tempat lain, meliputi Timur Dekat Kuno,
dan India Kuno, terjadi
Tiongkok Kuno,
rentang sejarah berbeda-beda. Pada abad ke-18, karena perdagangan internasional dan
kolonisasi yang ekstensif, sejarah berbagai peradaban menjadi terjalin secara signifikan (lihat:
globalisasi). Dalam waktu sekitar seperempat milenium, angka pertumbuhan jumlah penduduk,
pengetahuan, teknologi, perekonomian, tingkat kerugian senjata, dan kerusakan lingkungan
meningkat drastis, mendatangkan risiko bagi kelayakhunian Bumi
Prasejarah
Artikel utama: Prasejarah dan Evolusi manusia
Manusia purba
Peta persebaran manusia dan hominid (sekitar 100.000 hingga 1500 tahun yang lalu).
Homo sapiens (sejak 195.000 tahun lalu)
Neanderthal (600.000–30.000 tahun lalu)
Hominid purba (2,5–0,6 juta tahun lalu)
Hasil perhitungan jam molekuler mengindikasikan bahwa garis silsilah hominid yang mengarah
pada Homo sapiens bercabang dengan garis keturunan yang mengarah pada simpanse (kerabat
[26]
Menurut para
terdekat manusia modern yang masih hidup) sekitar lima juta tahun yang lalu.
ahli, genus Australopithecine, yang kemungkinan besar merupakan kera pertama yang berjalan
tegak, berangsur-angsur menurunkan genus Homo. Salah satu spesiesnya, Homo erectus (1,9
juta–10.000 tahun lalu) mampu menggunakan peralatan kayu dan batu sederhana selama ribuan
tahun, dan seiring waktu, peralatan yang dipakai terus diperbesar dan lebih kompleks. Bukti
bahwa pemanfaatan api oleh H. erectus sudah dimulai sejak 400.000 tahun lalu banyak
didukung oleh para ilmuwan, sementara klaim yang menyatakan jauh sebelum itu kurang
[27]
diterima karena kurang meyakinkan dan tidak lengkap. Sejak sekitar 125.000 tahun yang lalu
dan seterusnya, pemanfaatan api untuk menghangatkan tubuh dan berburu menyebar ke
penjuru dunia.
[28]
Pada rentang Paleolitik (2,6 juta–10.000 tahun lalu), Homo heidelbergensis—keturunan H.
erectus—menyebar di Afrika dan Eropa 600.000 tahun lalu, dan menjadi leluhur bagi manusia
Neanderthal dan manusia modern. Pada Paleolitikum Madya (300.000–30.000 tahun lalu),
manusia modern anatomis (Homo sapiens) muncul di benua Afrika sekitar 200.000 tahun yang
lalu.
[29]
Mereka mengembangkan bahasa dan repertoar konseptual untuk pemakaman sistematis
[30]
Selama periode ini,
bagi kerabat yang meninggal dan penghiasan diri bagi yang masih hidup.
umat manusia bekerja sebagai pemburu-pengumpul makanan. Kehidupan dengan harapan akan
[31]
keberhasilan dalam perburuan juga melahirkan kepercayaan, atau religi purba.
Ekspresi
artistik awal dapat ditemukan dalam bentuk lukisan gua dan ukiran yang dibuat dari kayu atau
batu. Umumnya manusia purba menggambarkan hewan buruannya atau aktivitas perburuannya.
Selain itu, pada umumnya mereka hidup secara nomaden, kerap berpindah-pindah dari satu
tempat ke tempat lain tergantung jumlah hewan buruan di tempat tinggal mereka. Mereka
[32]
Dari Timur Dekat, populasi mereka
mencapai Timur Dekat Sekitar 125.000 tahun yang lalu.
menyebar ke timur menuju Asia Selatan sekitar 50.000 tahun yang lalu, dan menuju Australia
[33]
sekitar 40.000 tahun yang lalu,
dan untuk yang pertama kalinya, H. sapiens mencapai teritori
yang belum pernah dicapai H. erectus sebelumnya.
H. sapiens menyebar secara cepat dari Afrika menuju kawasan bebas es di Eropa dan Asia
sekitar 60.000 tahun yang lalu. Mereka mencapai pemutakhiran perangai sekitar 50.000 tahun
[29]
[34]
yang lalu.
Mereka mencapai Eropa sekitar 43.000 tahun yang lalu,
dan akhirnya mereka
menggantikan populasi Neanderthal yang lebih dahulu menduduki kawasan tersebut. Pada
masa itu terjadi periode glasial akhir, ketika suhu kawasan di belahan utara Bumi sangat tidak
layak huni. Akhirnya umat manusia menghuni hampir dari seluruh bagian bebas es di muka Bumi
sampai akhir glasial, sekitar 12.000 tahun yang lalu. Asia Timur dicapai sekitar 30.000 tahun lalu.
Perkiraan waktu migrasi ke Amerika Utara masih diperdebatkan; kemungkinan terjadi sekitar
30.000 tahun lalu, atau mungkin pada masa berikutnya, sekitar 14.000 tahun lalu. Kolonisasi
Polinesia di samudra Pasifik bermula sekitar 1300 SM, dan berakhir sekitar 900 M. Leluhur
bangsa Polinesia meninggalkan Taiwan sekitar 5000 tahun lalu.
Kemunculan peradaban
Gambaran aktivitas berkesenian yang dicapai manusia pada zaman purba. Lukisan karya Paul Jamin
(1853–1903).
Lukisan bison yang dibuat pada Era Paleolitik Hulu (50.000–10.000 SM) di gua Altamira, Spanyol.
Lukisan purba merupakan rekam arkeologis tentang keadaan sebelum umat manusia menciptakan
sistem tulisan.
Data arkeologis mengindikasikan bahwa domestikasi sejumlah hewan dan pembudidayaan
tanaman berkembang di beberapa tempat di seluruh dunia, dimulai sejak periode Holosen
[35]
[36]
(sekitar 12.000–11.500 tahun lalu sampai kini).
Di Timur Tengah, pertanianberkembang di
kawasan Hilal Subur sejak sekitar 10.000–9000 SM; di Eropa, ada bukti pembudidayaan
gandum, domba, kambing, dan babi yang mengindikasikan kegiatan produksi pangan di Yunani
dan Aegea sekitar 7000 SM;
[37]
di Tiongkok, budi daya jawawut dimulai sejak 8000 SM;
[38]
di
[39][40]
Amerika, labu dibudidayakan sejak 10.000–8000 SM, sedangkan jagung sejak 7500 SM.
Transisi dari gaya hidup berburu ke pertanian dalam periode tersebut dikenal sebagai Revolusi
Neolitik. Pertanian cocok untuk populasi yang sangat padat, dan dalam pengelolaannya
terciptalah strata pekerja karena tidak seluruh populasi terjun langsung dalam pertanian.
Pada akhirnya, proses panen dan strata pekerja terorganisasi menjadi suatu wilayah
[41]
berdaulat.
Pertanian juga menghasilkan surplus makanan yang mampu menyokong
kehidupan orang-orang yang tidak terlibat langsung pada produksi bahan pangan.
[42][43]
[41]
Perkembangan pertanian menghantarkan manusia pada pendirian kota-kota pertama di dunia.
Kawasan tersebut merupakan pusat perdagangan, pabrik, dan kekuatan politik yang hampir
tidak menghasilkan pangan dengan sumber daya sendiri. Kota menciptakan simbiosis dengan
desa di sekelilingnya. Kota menerima produk pangan dari desa, dan sebagai gantinya kota
menyediakan produk pabrik serta perlindungan dan kendali militer yang berstrata.
[b]
Perkembangan kota-kota berarti kemunculan peradaban.
di Mesopotamia Hulu (3500 SM),
(3300 SM)
[8]
[44]
Peradaban awal muncul pertama kali
[45]
diikuti dengan peradaban Mesir di sepanjang sungai Nil
dan peradaban Harappa di lembah sungai Indus (pada masa kini merupakan
[46][47]
Masyarakat tersebut mengembangkan sejumlah karakteristik
wilayah Pakistan; 3300 SM).
yang sama, misalnya pemerintahan pusat, struktur sosial dan perekonomian yang kompleks,
sistem tulisan dan bahasa yang canggih, dan agama serta budaya yang khas. Aksara
merupakan perkembangan penting lainnya dalam perkembangan sejarah manusia, karena
mendukung administrasi kota-kota dan membuat pengungkapan gagasan menjadi lebih mudah.
Lahirnya peradaban
Zaman Perunggu adalah bagian dari sistem tiga zaman (Zaman Batu, Zaman Perunggu, Zaman
Besi) yang memberi deskripsi sejarah peradaban kuno secara efektif bagi beberapa kawasan
dunia. Selama era tersebut—di kawasan-kawasan yang paling subur—berdirilah negara kota
dan peradaban awal mulai berkembang di beberapa bagian dunia. Peradaban-peradaban
tersebut berpusat pada lembah sungai yang subur: sungai Tigris dan Efrat di Mesopotamia,
sungai Nil di Mesir, sungai Indus di Asia Selatan, dan Yangtze serta sungai Kuning di Tiongkok.
Peradaban yang berada di kawasan sungai merupakan peradaban kuat pada masa itu karena
air diperlukan untuk membangun suatu masyarakat agraris. Transportasi juga difasilitasi dengan
jalur air, baik melalui sungai atau laut.
Mesopotamia
Reruntuhan kota kuno Ur di Irak, salah satu tempat perkembangan peradaban Sumeria (± 3000 SM),
dengan ziggurat Ur (rekonstruksi) sebagai latar belakangnya.
Artikel utama: Mesopotamia dan Sumeria
Mesopotamia merupakan region di kawasan Hilal Subur, tempat berdirinya beberapa negara
kota pada zaman kuno. Pertemuan sungai Tigris dan Efrat di kawasan tersebut menciptakan
tanah yang subur dan persediaan air untuk irigasi. Peradaban-peradaban yang muncul di sekitar
sungai tersebut merupakan peradaban non-nomadis terkuno yang diketahui sejauh ini. Oleh
karena kebudayaan Sumeria, Akkadia, Asiria, dan Babilonia muncul di daerah tersebut, maka
teori yang menyatakan Mesopotamia Sebagai maulid peradaban diakui oleh banyak ilmuwan.
[48]
Sumeria, salah satu peradaban yang berkembang di kawasan Mesopotamia adalah peradaban
kompleks pertama yang diketahui sejauh ini, berkembang dari beberapa negara kota pada
milenium ke-4 sebelum Masehi. Dalam peradaban inilah tercipta bata, roda, bajak, dan gerabah
untuk pertama kalinya dalam sejarah. Peradaban Sumeria muncul selama periode Ubaid
(6500–3800 SM) dan Uruk (4000–3100 SM). Eridu merupakan situs Sumeria tertua, dihuni
selama awal periode Ubaid. Terletak beberapa mil di sebelah barat daya Ur, Eridu merupakan
tempat perpaduan antara kota kuil di Sumeria (Mesopotamia bagian selatan) dengan
pemukiman kuno di wilayah tersebut yang telah ada sejak sekitar 5000 SM. Bangsa Sumeria
bercocok tanam di kawasan sungai Tigris dan Efrat. Surplus pangan memicu pembagian kerja.
Hal ini disebabkan karena tidak semua orang terjun ke bidang pertanian. Akhirnya, terciptalah
strata dalam masyarakat, sehingga terbentuklah piramida sosial. Pada bangsa Sumeria, raja,
pendeta, dan pejabat pemerintahan berada pada puncak piramida. Di bawah mereka terdapat
pegawai, pedagang, petani, dan nelayan. Dasar piramida merupakan tempat bagi para budak.
Budak biasanya merupakan bekas tahanan, narapidana, atau orang yang terlilit hutang.
Di kawasan Mesopotamia, bentuk tulisan terawal, yaitu huruf paku (cuneiform), muncul sekitar
3000 SM. Cuneiform berawal dari sebuah sistem piktograf. Gambar-gambar representasi
tersebut berangsur-angsur menjadi lebih sederhana dan abstrak. Cuneiform ditulis pada sabak
tanah liat, dan hurufnya digambar dengan bulu yang berfungsi sebagai stylus. Dengan dibuatnya
tulisan, administrasi suatu negara besar menjadi lebih mudah. Bagi bangsa Sumeria, hanya
anak orang kaya dan bangsawan saja yang berhak mendapatkan pendidikan baca-tulis. Mereka
belajar di tempat yang disebut edubba. Hanya anak lelaki yang belajar di edubba saja yang
berhak menjabat sebagai kerani atau juru tulis. Budaya menulis telah menyumbangkan catatan
sejarah akan keberadaan peradaban ini. Salah satu karya tulis tertua di dunia, yaitu wiracarita
Gilgamesh, berasal dari peradaban ini.
[49]
Pada abad ke-24 SM, Kekaisaran Akkadia berdiri di Mesopotamia.
berikutnya, awal kerajaan Asiria berdiri, disusul dengan Babilonia.
Sungai Nil
Beberapa abad
Lukisan kegiatan bercocok tanam, dari zaman Mesir Kuno, sekitar 1200 SM. Di tempat-tempat
kelahiran peradaban, kegiatan bercocok tanam mengakhiri periode berburu dan hidup nomaden.
Artikel utama: Mesir Kuno dan Sejarah Mesir
Daerah aliran sungai Nil di Afrika Utara merupakan tempat perkembangan peradaban Mesir
Kuno. Sekitar 6000 SM, masyarakat Pra-Kerajaan Mesir (sebelum sistem monarki didirikan di
Mesir) sudah mampu bercocok tanam dan menggembalakan ternak. Usaha komunikasi visual
awal dapat teramati dari simbol-simbol yang terdapat pada gerabah dari Gerzeh, sekitar 4000
SM, yang menyerupai aksara hieroglif Mesir Kuno. Mortar mulai digunakan sejak 4000 SM, dan
tembikar glasir bening mulai diproduksi sejak 3500 SM. Rumah sakit atau pusat pelayanan
medis didirikan sekurang-kurangnya sejak 3000 SM.
Bukti arkeologis mengindikasikan keberadaan manusia di kawasan barat daya Mesir, dekat
perbatasan Sudan, sekitar 8000 SM. Sejak sekitar 7000–3000 SM, iklim Sahara lebih lembab
daripada kini, sehingga memungkinkan kegiatan bercocok tanam di tanah yang kini telah
gersang. Perubahan iklim setelah 3000 SM menyebabkan proses kegersangan secara
berangsur di kawasan tersebut. Sebagai dampak dari perubahan tersebut, suku-suku kuno
penghuni Sahara terdesak untuk pindah ke daerah sekitar sungai Nil sekitar 2500 SM. Di sana
mereka mengembangkan ekonomi agraris serta sistem masyarakat yang lebih kompleks. Suku
yang sudah sejak lama mendiami pinggiran sungai Nil juga telah mengembangkan masyarakat
mereka secara mandiri. Hewan ternak sudah diimpor dari Asia antara 7500 SM sampai 4000
SM.
Bangsa Mesir Kuno dikenal karena sejumlah prestasi dan penemuan dalam sejarahnya, di
antaranya pembangunan piramida kolosal mereka, ilmu bedah kuno, ilmu matematika, dan
transportasi dengan perahu. Kebangkitan dinasti-dinasti Mesir dimulai setelah bersatunya Mesir
Hulu dan Hilir sekitar 3200 SM, dan berakhir sekitar tahun 340 SM, saat dimulainya kuasa
Dinasti Akhemeniyah atas wilayah Mesir. Kerajaan Mesir dipimpin oleh penguasa monarki
bergelar firaun. Pada puncak kejayaannya, kerajaannya terbentang dari delta sungai Nil hingga
gunung Jebel Barkal di Sudan.
Masyarakat Mesir Kuno bergantung pada keseimbangan sumber daya alam dan manusia,
terutama irigasi sungai Nil yang membantu pertanian mereka. Bangsa ini dikenal sebagai
pengguna tulisan hieroglif, pembangun piramida, kuil, dan pemakaman bawah tanah, serta
pengguna kereta perang sebagai pendukung kekuatan militernya. Ada perbedaan besar pada
kelas dalam masyarakatnya. Sebagian besar anggota masyarakatnya merupakan petani namun
mereka tidak berhak atas hasil pertanian yang mereka usahakan. Hasil pertanian merupakan
milik negara, kuil, atau keluarga bangsawan yang memiliki lahan pertanian. Perbudakan juga
ada, namun aplikasinya pada masyarakat Mesir Kuno masih belum jelas.
Lembah Sungai Indus
[50]
Kawasan peradaban lembah Sungai Indus, dengan batas-batas negara masa kini. Sebagian besar
merupakan wilayah negara Pakistan, dan sebagian lagi wilayah Iran, Afganistan, dan India.
Artikel utama: Peradaban Lembah Sungai Indus
Peradaban Lembah Sungai Indus atau Peradaban Harappa terjadi sekitar 3300 SM, dan
tahap-tahap permulaannya terjadi pada masa sebelum 4000 SM. Peradaban tersebut berpusat
pada kawasan sekitar sungai Indus (sebagian besar merupakan wilayah Pakistan, dan sebagian
kecil merupakan wilayah Afghanistan, Iran, dan India), terbentang ke timur sampai lembah
[51]
[52][53]
sungai Ghaggar-Hakra
dan hulunya mencapai doab Gangga-Yamuna;
peradaban
tersebut terbentang ke barat sampai pesisir Makran di Balochistan, ke utara sampai Afghanistan
Tenggara dan ke selatan sampai Daimabad di Maharashtra. Perkembangan peradaban tersebut
[54]
terbagi dalam beberapa tahap dan menandai pembangunan kota-kota di anak benua India.
Di
kawasan peradaban itulah kegiatan pertanian pertama di Asia Selatan terjadi. Gandum, jelai,
dan jujuba dibudidayakan sekitar 9000 SM; budidaya domba dan kambing menyusul
kemudian.
[55]
Budidaya jelai dan gandum—juga usaha peternakan, terutama domba dan
kambing—berkembang di Mehrgarh sekitar 8000–6000 SM.
[55]
terjadi domestikasi gajah.
[56][57]
Pada periode tersebut juga
Sekitar milenium ke-5 SM, masyarakat agraris tersebar di kawasan
[57]
Kashmir.
Di situs pemakaman dari zaman peradaban ini ditemukan barang-barang yang
sudah bisa diproduksi pada masa tersebut, yaitu: keranjang, peralatan dari batu dan tulang,
kalung, rantai, dan anting-anting. Pernak-pernik dan ornamen kulit kerang, batu kapur, batu
pirus, lapis lazuli, batu pasir, dan tembaga juga ditemukan.
Dalam peradaban ini, beberapa kota besar berkembang, di antaranya: Harappa (3300 SM),
Dholavira (2900 SM), Mohenjo-Daro (2500 SM), Lothal (2400 SM), dan Rakhi Garhi, serta lebih
dari 1000 kota kecil dan desa. Perkotaan pada masa peradaban tersebut dikenal dengan
arsitekturnya yang dibangun dari bata, memiliki sistem drainase pinggir jalan, dan perumahan
bertingkat. Kota-kota besar tersebut luasnya sekitar satu mil, dan jarak yang jauh antara satu
kota dengan kota lainnya kemungkinan besar merupakan tanda sentralisasi politik, baik dalam
bentuk dua negara kota, atau imperium tunggal dengan ibu kota alternatif, atau mungkin
Harappa menggantikan Mohenjo-Daro, yang diketahui pernah hancur akibat banjir bandang tidak
hanya sekali.
[58]
Peradaban lembah sungai indus juga dikenal akan penggunaan pecahan
[59][60]
desimal pada sistem pengukuran kuno.
Pada akhir milenium ke-1 SM, perkembangan peradaban lembah sungai Indus memasuki
periode Weda, menurut estimasi masa penyusunan Regweda (sekitar 1700 SM hingga 1100
SM), kumpulan himne keagamaan yang menjadi fondasi bagi agama Hindu dan aspek kultural
lainnya pada masyarakat India awal. Rentang waktu periode ini tidak diketahui dengan pasti, dan
masa berakhirnya diperkirakan sekitar abad ke-6 SM. Pada periode tersebut sudah ada religi
yang menjadi perintis bagi agama Hindu seperti yang dikenal pada masa kini.
[61]
Lembah Sungai Kuning
Daerah perkembangan peradaban Tiongkok pada masa Dinasti Shang (± 1500 SM), tersebar di sekitar
lembah sungai Kuning.
Artikel utama: Sejarah Tiongkok
Kebudayaan awal Tiongkok bermula tidak jauh dari kawasan sungai Kuning (serta sungai
Yangtze) karena di sekitar kawasan tersebut banyak ditemukan peninggalan prasejarah
Tiongkok. Kebudayaan Neolitik tertua yang ditemukan di Tiongkok diantaranya Pengtoushan
(sungai Yangtze) dan Peiligang (sungai Kuning); semuanya bermula sejak sekitar 7000 SM atau
sebelum itu. Masa Kebudayaan Pengtoushan sulit dipastikan dan hasil perhitungan bervariasi
antara 9000 SM sampai 5500 SM; di situs kebudayaan tersebut ditemukan sisa-sisa beras yang
berasal dari masa 7000 SM. Di situs purbakala Jiahu ditemukan beberapa bukti pembudidayaan
padi. Penemuan penting lainnya di Jiahu adalah seruling kuno, berasal dari masa 7000 SM
sampai 6600 SM. Peiligang merupakan salah satu kebudayaan tertua di Tiongkok yang
memproduksi gerabah. Baik Pengtoushan maupun Peiligang mengembangkan budi daya
jawawut, peternakan, penyimpanan dan distribusi pangan. Bukti arkeologis juga
mengindikasikan keberadaan pengrajin dan pegawai pada masa kebudayaan Neolitikum
tersebut.
Piktograf yang diduga sebagai perintis sistem tulisan bahasa Tionghoa berasal dari masa yang
setua kegiatan pertanian dan peternakan di Tiongkok. Di Jiahu ditemukan sejumlah piktograf
yang dikenal sebagai simbol Jiahu. Piktograf tersebut tidak dianggap sebagai sistem tulisan
[62]
Di Damaidi,
seutuhnya, melainkan simbol-simbol yang mengawali penciptaan sistem tulisan.
Ningxia, terdapat ribuan ukiran pada tebing yang berasal dari masa 6000–5000 SM,
menampilkan 8000-an piktograf menyerupai matahari, bulan, bintang, dewa-dewi, dan adegan
perburuan dan peternakan. Piktograf tersebut mirip dengan huruf Tionghoa Kuno yang diketahui
selama ini.
[63][64]
Masa kebudayaan Peiligang tergantikan oleh masa kebudayaan Yangshao (sekitar 5000–3000
SM). Pengaruh kebudayaan tersebut meliputi kawasan Tiongkok Utara. Kebudayaan tersebut
tergantikan oleh kebudayaan Longshan sekitar 2500 SM. Pada situs arkeologis seperti
Sanxingdui dan Erlitou, terdapat bukti peradaban Zaman Perunggu di Tiongkok. Pisau perunggu
dalam bentuk terkuno dari masa 3000 SM ditemukan di situs Majiayao di provinsi Gansu dan
Qinhai.
Menurut catatan sejarah Tiongkok, Sungai Kuning digunakan sebagai irigasi sekitar 2200 SM
oleh Yu yang Agung, perintis Dinasti Xia yang semi-mitologis. Dinasti Xia (sekitar 2100 SM
hingga 1600 SM) adalah dinasti pertama yang disebutkan dalam catatan sejarah Tiongkok, di
[65][66]
antaranya Catatan Sejarah Agung oleh Sima Qian dan Sejarah Bambu.
Meskipun ada
perdebatan mengenai eksistensi dinasti tersebut, ada beberapa bukti arkeologis yang mengacu
pada keberadaannya. Sima Qian menyatakan bahwa dinasti tersebut didirikan sekitar 2200 SM,
namun tanggal tersebut tidak cukup meyakinkan. Kini banyak arkeolog yang menghubungkan
[67]
keberadaan Dinasti Xia dengan penggalian di provinsi Henan,
perunggu dari masa 2000 SM.
tempat penemuan perabot
Dinasti historis pertama yang diakui keberadaanya adalah Dinasti Shang, berdiri sekitar 1500
SM. Bukti arkeologis mengenai keberadaan Dinasti Shang berupa artefak perunggu dan tulang
orakel, yaitu cangkang kura-kura atau tulang lemusir sapi yang ditulisi simbol-simbol aksara
Tiongkok Kuno, ditemukan di lembah Huang He di Yin, ibu kota Dinasti Shang. Cangkang
kura-kura peninggalan Dinasti Shang berasal dari masa 1500 SM, dihitung menurut teknik
penanggalan radiokarbon. Dinasti Shang digantikan oleh Dinasti Zhou, sekitar abad ke-11 SM.
Masa akhir Dinasti Zhou merupakan masa kelahiran dua filsuf masyhur Tiongkok, yaitu Kong Hu
[68]
Cu (pendiri Konfusianisme), dan Laozi (pendiri Taoisme).
Yunani Kuno
Parthenon di Akropolis Athena, dibangun sekitar 500 SM, ikon peradaban Yunani Kuno.
Artikel utama: Yunani Kuno
Di Gua Franchitti di Peloponesia, sebelah tenggara Argolid, terdapat bukti mengenai kegiatan
pertanian purbakala di Yunani. Sejak sekitar 11.000 SM, budidaya biji-bijian, kacang-kacangan,
[69]
dan serealia terjadi pada masa yang sama,
sementara haver dan jelai muncul sekitar 10.500
SM, sedangkan ercis dan pir sejak sekitar 7300 SM. Permukiman Neolitik tersebar di seluruh
Yunani, dengan kegiatan meliputi pertanian dan produksi gerabah. Situs terkemuka seperti
Sesklo dan Dimini, sudah memiliki jalan dan alun-alun. Hal tersebut menjadikannya contoh tata
[70]
Situs penting lainnya yaitu Dispilio, tempat penemuan
ruang kota purbakala di daratan Eropa.
sabak kuno dengan guratan-guratan seperti tulisan kuno.
Peradaban Minoa merupakan peradaban Zaman Perunggu pertama di kawasan Yunani.
Peradaban tersebut muncul di pulau Kreta dan berkembang sekitar 2700 SM sampai 1500 SM,
namun awal perkembangannya terjadi pada masa jauh sebelum itu.
[71]
Pulau Kreta mulai dihuni
[72]
oleh manusia sekurang-kurangnya sejak 128000 SM, selama zaman Paleolitik Madya.
Tanda-tanda kegiatan pertanian yang lebih canggih, sebagai awal suatu peradaban, muncul
[73]
Keberadaan peradaban tersebut sempat terlupakan, sebelum ditemukan
sekitar 5000 SM.
pada awal abad ke-20 oleh arkeolog Inggris, Sir Arthur Evans. Will Durant memandang
peradaban tersebut sebagai "mata rantai pertama pada untaian (sejarah) Eropa."
[74]
Gerbang Singa di Mikene, dibangun pada abad ke-13 SM.
Peradaban Mikenai berkembang di seberang utara Kreta sejak sekitar 1600 SM, ketika
kebudayaan Helladik di Yunani daratan bertransformasi di bawah pengaruh kebudayaan Minoa
di Kreta. Tidak seperti masyarakat Minoa yang mengandalkan perdagangan, masyarakat Mikene
lebih menyukai penaklukan. Peradaban Mikenai didominasi oleh aristokrasi ksatria. Sekitar 1400
SM, bangsa Mikene memperluas jangkauan kekuasaan mereka ke Kreta, pusat peradaban
Minoa (yang pada masa itu mengalami bencana letusan Santorini), dan mengadopsi suatu
bentuk aksara Minoa yang disebut Linear A untuk menuliskan bahasa Yunani Kuno; aksara yang
[75]
Legenda Yunani
dikembangkan pada masa peradaban Mikenai kemudian disebut Linear B.
menyebutkan bahwa bangsa Mikene tidak hanya menaklukkan Minoa, tetapi juga negara kota
Troya, disebutkan dalam wiracarita Iliad sebagai saingan kekuasaan Mikene. Karena
satu-satunya catatan sejarah konflik tersebut adalah Iliad karya Homeros, maka sejarah Troya
dan Perang Troya belum bisa dipastikan. Tahun 1876, arkeolog Jerman Heinrich Schliemann
menemukan reruntuhan di Hissarlik, termasuk kawasan Asia Minor sebelah barat (kini wilayah
Turki) dan mengklaimnya sebagai bekas kota Troya. Kepastian mengenai lokasi tersebut
sebagai Troya seperti yang dituturkan oleh Homerus masih diperdebatkan.
[76]
Kebudayaan Yunani memiliki pengaruh besar pada peradaban-peradaban Eropa yang muncul di
kemudian hari, terutama peradaban Romawi. Bangsa Yunani mengembangkan konsep yang kini
[77]
dikenal sebagai negara kota, atau polis.
Kata "politik" berasal dari konsep tersebut, yang
secara harfiah berarti segala hal menyangkut polis. Ada banyak polis pada masa Yunani Kuno;
beberapa yang terkemuka di antaranya: Athena, Sparta, Korintus, dan Thebes. Kota-kota
tersebut tidak memiliki hubungan intens satu sama lain, karena bentang alam Yunani yang
didominasi pegunungan dan banyak pulau. Apabila suatu kota tidak lagi memiliki cukup pangan
untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduknya, maka beberapa orang keluar dari kota
tersebut untuk mendirikan kota baru. Kota baru itu dikenal sebagai koloni. Tiap kota bersifat
mandiri dan diperintah langsung oleh seseorang di kota tersebut. Koloni-koloni juga menjalin
hubungan dengan kota asal mereka demi perlindungan. Ketika daratan Yunani terancam perang
(contohnya saat melawan kekaisaran Persia), terjadi persekutuan antarnegara-kota untuk
menanggapi ancaman tersebut. Selain itu juga dapat terjadi perang antara negara kota yang
berbeda.
Pegunungan Andes
Salah satu peninggalan peradaban Norte Chico berupa reruntuhan Piramida Caral di Lembah Supe,
Peru.
Artikel utama: Peradaban Norte Chico
Peradaban di dataran pegunungan Andes yang terbentang sepanjang Amerika Selatan terdiri
dari berbagai budaya yang berkembang dari dataran tinggi Colombia hingga gurun Atacama.
Kebudayaan yang paling menonjol adalah kebudayaan Peru Kuno dan kebudayaan lainnya di
sekitar Peru, seperti Tiahuanaco di Bolivia. Di lembah Ayacucho, tepatnya di situs Pikimachay,
hasil penelitian arkeologis mengungkapkan bukti keberadaan manusia di sana sejak 22.200
hingga 14.700 tahun yang lalu,
[78]
namun hasil tersebut masih diragukan dan periode yang lebih
konservatif, yaitu 12.000 SM lebih diakui.
[79]
Di situs Pikimachay ditemukan bukti budi daya
[80]
tanaman, contohnya labu air, sejak 11.000 tahun yang lalu.
Sisa-sisa tanaman
mengindikasikan bahwa sebelum 3000 SM, bayam, kapas, labu, lucuma, dan kinoa sudah
dibudidayakan di basin Ayacucho. Sejak 4000 SM, jagung (Zea mays) dan kacang-kacangan
mulai dibudidayakan.
[81]
Sejumlah tulang-belulang marmot mengindikasikan peternakan hewan
tersebut, dan kemungkinan besar llama mulai dibudidayakan sekitar 4300–2800 SM.
[80]
Di kawasan Buena Vista, bangunan observatorium serupa kuil telah didirikan sejak 4200 tahun
[82]
Bangunan tersebut mengandung ukiran yang elok serta patung seukuran manusia,
yang lalu.
terkesan unik karena kebudayaan di sekitarnya masih menciptakan relief dua dimensi pada
periode itu.
[83]
Sementara itu di situs Ventarron, Region Lambayeque terdapat kuil berhias mural
berusia 4000 tahun.
[84]
Sejauh penelitian arkeologis, peradaban tertua di belahan bumi barat pada umumnya, dan di
Amerika Selatan pada khususnya, adalah peradaban Norte Chico atau peradaban Caral Supe
(3200–1800 SM) yang meninggalkan bukti arkeologis berupa permukiman di pesisir Peru,
termasuk pusat kota di Aspero dan Caral. Keberadaan quipu purbakala (media komunikasi
orang-orang Andes) di Caral menandakan bahwa penggunaan benda tersebut sudah ada sejak
dahulu kala. Piramida batu di situs tersebut diduga sezaman dengan Piramida Agung Giza. Di
Norte Chico tidak ditemukan bukti pembangunan kubu pertahan atau tanda-tanda bekas
pertempuran, tidak seperti kota-kota lainnya di pegunungan Andes.
Secara arkeologis, Norte Chico merupakan kebudayaan pra-keramik pada Periode Kuno Akhir
era Pra-Columbus; peradaban tersebut tak meninggalkan keramik dan jejak-jejak kesenian yang
ditinggalkan hampir tidak tampak. Prestasi mereka yang menakjubkan berupa arsitektur
monumental, termasuk tumulus dan plaza melingkar yang terbenam. Bukti arkeologis
mengindikasikan penggunaan teknologi tekstil dan kemungkinan besar ada pemujaan
simbol-simbol dewa-dewi. Pemerintahan maju diduga pernah dibentuk untuk memimpin Norte
Chico kuno.
Mesoamerika
Patung kepala kolosal peninggalan kebudayaan Olmek.
Artikel utama: Mesoamerika dan Peradaban Maya
Mesoamerika merupakan region di Amerika Utara, yang pada masa kini mencakup Meksiko dan
Karibia. Saat berbagai peradaban kompleks muncul di belahan bumi timur, kebanyakan
masyarakat pribumi di benua Amerika masih hidup relatif sederhana selama beberapa masa,
dan terpecah menjadi berbagai kebudayaan regional yang berbeda-beda. Selama Tahap
Formatif atau Era Praklasik di Mesoamerika (sekitar 1800 SM sampai 200 M), peradaban yang
lebih kompleks dan terpusat mulai berkembang, terutama pada daerah yang kini disebut
Meksiko Dan Karibia. Peradaban yang ada pada masa itu yakni Peradaban Olmek (1400 SM),
Zapotek (600 SM), Awal Maya (seb. 200 M), dan lain-lain. Bangsa-bangsa di Mesoamerika pada
masa itu dapat mengembangkan pertanian dengan baik, misalnya menanam jagung dan
tanaman khas Amerika lainnya, serta membuat budaya serta agama yang istimewa.
Selama bertahun-tahun, kebudayaan Olmek diduga sebagai 'kebudayaan ibu' bagi
Mesoamerika, karena pengaruh besar yang disebarkannya di kawasan tersebut. Pusat
kebudayaan Olmek berada di pesisir Teluk Meksiko, wilayah negara bagian Veracruz dan
[85]
Tabasco masa kini.
Kebudayaan Olmek menjadi tonggak bersejarah bagi sejarah
Mesoamerika, karena khazanah budaya Mesoamerika pertama kali muncul di sana, di
antaranya: organisasi kenegaraan, pengembangan kalender upacara 260 hari dan kalender
sekuler 365 hari, aksara pertama di Mesoamerika,
[86]
dan tata kota. Pengembangan kebudayaan
tersebut dimulai sekitar 1600–1500 SM.
Venta, San Lorenzo, dan Tres Zapotes.
[87]
Situs-situs kebudayaan Olmek di antaranya: La
Di antara peradaban asli Amerika sebelum kedatangan bangsa Eropa, peradaban Maya adalah
peradaban yang memiliki aksara paling sistematis. Mereka menunjukkan prestasi gemilang pada
bidang seni dan arsitektur serta mengenal sistem matematika dan astronomi yang maju. Tempat
perkembangan peradaban Maya telah dijamah manusia sejak sekitar milenium ke-10 SM.
Permukiman Maya pertama dibangun di sana sekitar 1800 SM, di kawasan Soconusco. Pada
masa kini merupakan wilayah Chiapas di Mexico, pesisir samudra Pasifik. Pada masa itu,
manusia di kawasan tersebut mulai bermukim secara permanen. Mereka menciptakan sistem
pertanian dan menimbun pangan. Gerabah dan pernak-pernik tanah liat juga dibuat. Mereka
sudah mampu membangun gundukan makam. Gundukan tersebut berkembang menjadi punden
berundak. Batas jangkauan peradaban Maya kurang jelas. Ada kemungkinan pada kawasan
peradaban tersebut terjadi pembauran dengan kebudayaan lainnya.
[88]
Zaman Kuno
Artikel utama: Sejarah kuno
Garis waktu
Tahun di bawah ini menunjukkan perkiraan. Baca artikel terkait untuk detail lebih lanjut.
Awal religi
Reruntuhan Göbekli Tepe di Turki, kuil tertua di dunia, bukti bahwa religi telah ada sejak ± 10.000 SM.
Saat peradaban berkembang menuju bentuk yang lebih kompleks, demikian pula yang terjadi
pada agama, dan bentuk terawal dari ragamnya tampak dimulai pada periode tersebut.
[89]
[90]
Benda-benda alam seperti Matahari, Bulan, Bumi, langit, dan laut kerap didewakan.
Ruangan
suci didirikan, dan berkembang menjadi pembangunan kuil, lengkap dengan hirarki kependetaan
dan jabatan lainnya yang kompleks. Tipikal zaman Neolitik adalah kecenderungan untuk memuja
dewa-dewi antropomorfis. Berdasarkan ekskavasi di kompleks kuil Göbekli Tepe ("Bukit Perut
Gendut") di Turki selatan yang berdiri sejak 11.500 tahun yang lalu, para arkeolog berpikir bahwa
keberadaan agama mendahului Revolusi Pertanian daripada muncul setelah revolusi itu dimulai,
sebagaimana diasumsikan pada umumnya.
[91]
Bangsa Mesir merupakan salah satu bangsa tertua yang memiliki religi dan menganut tradisi
politeisme. Dewa Mesir yang utama di antaranya: Ra, Osiris, Horus, dan Anubis. Salah satu
kitab tertua bangsa Mesir Kuno, sekaligus teks keagamaan kuno yang masih lestari adalah Teks
[92]
Pada periode Kerajaan
Piramida, koleksi teks yang dibuat sekitar tahun 2400–2300 SM.
Pertengahan Mesir, tepatnya pada pemerintahan Akhenaten (sekitar 1350 SM), bangsa Mesir
menganut tradisi pemujaan satu dewa yang disebut Aten; tradisi itu dikenal sebagai
[93]
Atenisme.
Sebelumnya Aten dikenal sebagai aspek dari Ra, Dewa Matahari; catatan tertua
[94]
Aten
mengenai Aten ditemukan dalam Kisah Sinuhe dari periode Dinasti kedua belas Mesir.
menjadi dewa yang dipuja secara eksklusif pada masa pemerintahan Akhenaten. Setelah
pemerintahannya berakhir, bangsa Mesir beralih kembali kepada tradisi politeisme mereka.
Teks Piramida yang terukir di dalam makam Firaun Teti di Saqqara, dari masa k.2400–2300 SM.
[93][94]
Di Mesopotamia, para raja dianggap sebagai tangan kanan Tuhan (teokrasi) sehingga mereka
[95]
Di sebelah barat Mesopotamia, meliputi
berperan sebagai pemimpin politik sekaligus spiritual.
Kanaan, merupakan tempat tinggal bagi berbagai bangsa kuno, seperti Fenisia, Het, Filistin,
Aram, dan Yahudi. Mereka menyembah berbagai dewa-dewi, yang terkemuka di antaranya:
Asyera, Asytoret, dan Baal. Selain itu, setiap suku memuja dewa tersendiri yang merupakan
pelindung bagi sukunya. Menurut teori yang dikemukakan Sigmund Freud, penganut atenisme
keluar dari Mesir dan menetap di Kanaan, berbaur dengan bangsa asli di sana dan membentuk
[96][97]
kepercayaan Yahudi yang monoteistik secara berangsur-angsur.
Selama pembuangan
bangsa Yahudi di Babilonia (Mesopotamia) antara abad ke-6 dan ke-5 SM, munculah gagasan
[98]
Kepercayaan bangsa
untuk menetapkan konsep monoteisme, kenabian, dan hukum Tuhan.
Yahudi merupakan konsep yang baru sama sekali pada masa itu, tidak seperti bangsa di
[98]
sekeliling mereka yang mewujudkan pujaan dalam bentuk patung-patung.
Bagaimanapun,
mitologi Mesopotamia mempengaruhi pembentukan kepercayaan Yahudi, seperti mitos
[99]
penciptaan Adam Dan mitos air bah.
Pemujaan terhadap personifikasi alam seperti Agni (api), Baruna (laut), dan Dyaus Pita (langit)
[100]
terjadi di India sekitar milenium ke-1 SM.
Tradisi ini berkembang menjadi agama Weda Kuno
atau Brahmanisme. Di samping tradisi tersebut, ada tradisi berbeda yang disebut Samana, yang
lebih menekankan meditasi dan tapa brata. Tradisi ini menekankan pemahaman akan hakikat
diri, pencerahan melalui pengalaman, dan tidak terikat pada masyarakat; berbeda dengan kaum
brahmana dari tradisi Brahmanisme yang lebih menekankan pelaksanaan ajaran pustaka suci
[100]
Di kemudian hari, Brahmanisme berkembang menjadi
dan penyelenggaraan ritual.
Hinduisme serta berbagai sekte di dalamnya, sementara Samana melahirkan Buddhisme dan
Jainisme.
Di Asia Timur, manusia mulai menyadari harmonisasi alam, menghormati para leluhur yang
mewariskan kesejahteraan pada mereka, dan mulai memahami hakikat dirinya. Hal itu memicu
kemunculan berbagai filsafat, di antaranya adalah Taoisme dan Konfusianisme.
Zaman Poros
Sokrates
Siddhartha Gautama
Kong Hu Cu
Tiga filsuf pada Zaman Poros yang menyebarkan ajarannya di tiga belahan dunia yang berbeda tanpa
mengenal satu sama lain. Ajaran mereka masih bertahan dan dipelajari hingga saat ini.
Zaman Poros, menurut filsuf Jerman, Karl Jaspers, adalah zaman saat pemikiran revolusioner
bermunculan di Tiongkok, India, Persia, dan Dunia Barat selama rentang waktu antara abad ke-8
hingga ke-2 SM. Pada zaman itu terjadi perkembangan gagasan filosofis dan religius secara
transformatif di berbagai belahan dunia dan kebanyakan terjadi secara independen.
Di India terjadi perkembangan tiga agama: Hinduisme, Buddhisme, dan Jainisme. Hinduisme
masa kini merupakan perkembangan dari Brahmanisme (1500–500 SM) atau "Agama Weda
Pra-Hindu", dan penyusunan Regweda (kitab suci tertua bagi umat Hindu, bagian dari empat
Weda) diduga terjadi pada masa 1100 SM.
[c]
Penyusunan Upanishad, yaitu suplemen bagi kitab
[102]
Weda diduga terjadi pada masa 900–800 SM.
Pada abad ke-6 SM, di India Utara,
Siddhartha Gautama dari suku Sakya menyebarkan Buddhisme atau agama Buddha yang
merupakan bagian dari tradisi Semana, paralel namun berbeda dengan pelopor Hinduisme.
Sebagaimana Hinduisme, ajaran Buddha juga mengenal karma, reinkarnasi, dan ahimsa, namun
menolak keberadaan Tuhan dan sistem kasta. Pada abad ke-5 SM, bagian lain dari Samana,
yaitu Jainisme disebarkan oleh Mahavira. Pendahulunya adalah Pārśva (abad ke-9 SM), yang
juga merupakan pemimpin Jainisme menurut umat Jaina. Seperti agama Buddha, Jainisme juga
menolak keberadaan Tuhan. Di antara ketiga agama tersebut, Hinduisme mendominasi India,
sedangkan Buddhisme lebih berkembang di Asia Timur dan Tenggara, sementara Jainisme
menjadi agama minoritas.
Di Asia Timur, tiga perguruan filsafat telah mendominasi pemikiran bangsa Tionghoa hingga
masa kini. Ketiganya adalah Legalisme (abad ke-8 SM),
[103]
Taoisme (abad ke-6 SM),
[104]
dan
[105]
Konfusianisme (abad ke-6 SM).
Legalisme adalah filsafat yang lebih mengutamakan sistem
hukum daripada pemikiran tinggi seperti alam dan tujuan kehidupan. Sementara itu, Taoisme
mengajarkan keharmonisan antara manusia dengan alam, diprakarsai oleh Laozi dan ajarannya
[106]
terangkum dalam Daode Jing.
Meskipun hidup pada abad ke-6 SM, ada dugaan bahwa
[106]
Ajaran Konghucu
Daode Jing disusun pada masa antara abad ke-4 hingga ke-3 SM.
(Konfusianisme) yang digagas Kong Hu Cu, yang di kemudian hari memperoleh dominasi,
mencari moralitas politisi tidak untuk paksaan melainkan untuk kekuatan dan keteladanan tradisi.
Ajaran Khonghucu menyebar ke semenanjung Korea hingga kepulauan Jepang yang masih
menganut shamanisme dan kepercayaan tradisional lainnya. Serikat Yesus di Tiongkok pada
abad ke-16 dan ke-17 memandang Konfusianisme sebagai suatu sistem etis, bukan agama,
[107]
sehingga tidak akan bertentangan dan akan sejalan dengan agama Kristen.
Meskipun
demikian, penghormatan leluhur di Tiongkok oleh beberapa kelompok dipandang bertentangan
dengan ajaran Kristen sehingga kini pelaksanaannya tidak dianjurkan lagi bagi orang Kristen
Tionghoa.
[108]
Di Asia Barat, terjadi awal pemikiran monoteisme di Kanaan dan Persia. Di Kanaan, bangsa
Yahudi memuja satu Tuhan yang disebut Yahweh. Sementara itu, monoteisme di Persia Kuno
mengenal konsep ketuhanan Yang Maha Esa, dengan sebutan Ahura Mazda. Ahura Maza
memiliki oposisi yang disebut Angra Mainyu, roh perusak, manifestasi dari kegelapan dan
kejahatan. Di Mediterania, tradisi filosofis bangsa Yunani Kuno yang direpresentasikan oleh
[109]
[110]
[111][112]
Plato,
Socrates,
dan Aristoteles,
tersebar di sepanjang Eropa dan Timur Tengah
pada abad ke-4 SM karena penaklukkan yang dilakukan oleh Aleksander III dari Makedonia,
[113]
lebih dikenal sebagai Aleksander Agung.
Garis waktu kemunculan agama dan aliran filsafat pada Zaman Poros (abad VIII–II SM)
Perkembangan peradaban dan imperium
Artikel utama: Peradaban dan Kekaisaran
Mural yang melukiskan Pengepungan Dapur(1269 SM) di kuil Ramses II, menggambarkan penggunaan
kereta perang pada zaman kuno.
Sebelum 500 M (abad ke-6), beberapa daerah di dunia mengalami kemajuan teknologi yang
perlahan namun pasti, dengan perkembangan penting seperti sanggurdi dan tenggala.
Peradaban-peradaban kuno mulai berinteraksi satu sama lain dalam hal perdagangan, religi,
atau ekspansi militer. Laut Tengah (Mediterania), yang mencakup tiga titik benua, membantu
perkembangan kekuatan militer serta pertukaran komoditas, ide-ide baru, dan invensi peradaban
di sekitarnya. Perdagangan semakin berkembang menjadi sumber kekuasaan karena
negara-negara yang memiliki akses untuk sumber daya penting atau menguasai jalur
perdagangan penting akan bangkit dan mendominasi.
Di beberapa daerah, ada periode perkembangan secara pesat yang ditandai dengan
pembangunan monumen kolosal, produksi roda, dan pengembangan sistem ketatanegaraan;
yang terkemuka adalah kawasan Mediterania selama periode Helenistik, saat ratusan teknologi
[114][115]
Pada masa awal peradaban juga bermunculan teknologi baru di
berhasil diciptakan.
darat, misalnya kereta perang dan pasukan berbasis kuda yang membuat pergerakan tentara
menjadi lebih cepat. Teknologi tersebut berperan dalam kemajuan militer; ekspansi wilayah serta
pencaplokan teritori mulai terjadi, contohnya Pertempuran Kadesh dan Pengepungan Dapur
pada abad ke-13 SM antara bangsa Mesir dan Het.
Penyatuan daerah-daerah taklukan berlanjut pada munculnya imperium dan kekaisaran,
manifestasi hegemoni suatu bangsa dan ekspansi suatu wilayah berdaulat. Peradaban yang
ekstensif dapat membawa kedamaian dan stabilitas bagi daerah luas, contohnya periode Pax
Romana bangsa Romawi. Setelah perkembangan selama berabad-abad, peradaban lembah
sungai di berbagai belahan dunia menunjukkan kejayaannya dengan pendirian kekaisaran. Pada
masa seribu tahun dari 500 SM hingga 500 M, serangkaian kekaisaran dengan luas wilayah
yang belum pernah dicapai sebelumnya telah berkembang. Tentara profesional yang terlatih
dengan baik, ideologi pemersatu, dan birokrasi yang lebih maju memberi peluang bagi para
kaisar untuk memerintah daerah yang sangat luas yang populasinya dapat mencapai angka
sepuluh ribu atau lebih.
Afrika Utara (2500 SM–500 M)
Sfinks dan Piramida Agung Giza Dari zaman Mesir Kuno, dibangun sekitar 2500 SM.
Sekitar 2500 SM, Kerajaan Kerma berkembang di kawasan Nubia (antara Sudan dan Mesir).
Kebudayaan Kerma merupakan kebudayaan agraris seperti Mesir; mereka mengembangkan
pertanian, peternakan, dan menjadi mitra dagang bagi Mesir. Sekitar 1500 SM, kerajaan tersebut
dicaplok oleh bangsa Mesir dan menjadi bagian dari Kerajaan Baru Mesir. Pada abad ke-11 SM,
bangsa Nubia mendirikan Kerajaan Kush di sebelah selatan Mesir, di bekas wilayah Kerajaan
Kerma, yang akan bertahan sampai abad ke-4 M. Mesir Kuno mencapai masa kejayaannya saat
periode Kerajaan Baru, di bawah pemerintahan Ramses, yang berseteru dengan bangsa Het,
Asiria dan Mitanni. Sesudahnya, Mesir mengalami keruntuhan secara perlahan-lahan. Mesir
diserbu dan ditaklukkan oleh serangkaian kekuatan asing, di antaranya suku dari
Kanaan/Hyksos, Libya, Nubia, Asiria, Babilonia, Persia, dan Makedonia.
Pada abad ke-6 SM, Kambisus II menaklukkan Mesir, menjatuhkan Dinasti ke-26 Mesir. Krisis
suksesi terjadi setelah ia jatuh sakit dan wafat. Darius I bertindak sebagai penggantinya,
berdasarkan klaimnya sebagai pewaris garis keturunan Dinasti Akhemeniyah. Darius
menetapkan ibukota pertamanya di Susa, dan memulai proyek pembangunan di Persepolis. Ia
membangun kembali terusan antara sungai Nil dan Laut Merah. Ia mengimprovisasi sistem jalan
[116]
Setelah
yang ekstensif, dan reformasi besar lainnya terjadi pada masa pemerintahan Darius.
wafatnya Darius II pada 404 SM, bangsa Mesir melakukan pemberontakan. Kemudian firaun
Mesir berhasil menggagalkan usaha Persia untuk menaklukkan Mesir kembali, sampai akhirnya
Artahsasta III berhasil melakukannya.
Tahun 332 SM, Aleksander Agung dari Makedonia menaklukkan Mesir dengan sedikit
perlawanan dari Persia. Sesudah wafatnya Alexander, salah satu jenderalnya, Ptolemeus Soter,
mengangkat diri sebagai pemimpin baru Mesir. Administrasi yang didirikan penerus Aleksander,
yaitu Dinasti Ptolemaik, mengikuti cara Mesir dan beribu kota di Aleksandria. Kota tersebut
menampilkan kekuasaan dan prestise pemerintahan Helenistik, dan menjadi tempat
pembelajaran dan kebudayaan, berpusat di perpustakaan Iskandariyah yang termasyhur. Dinasti
berkebangsaan Yunani tersebut memerintah Mesir sampai 30 SM. Di bawah pemerintahan
Cleopatra, Mesir jatuh ke tangan Kekaisaran Romawi dan menjadi salah satu provinsi
[117]
Romawi.
Pada abad ke-1 M, di kawasan Tanduk Afrika, tepatnya di kawasan yang kini disebut Ethiopia,
Kekaisaran Aksum mendeklarasikan diri sebagai kerajaan niaga besar, mendominasi negeri
tetangganya di Arab Selatan serta menguasai perdagangan di Laut Merah. Di sebelah barat,
Kerajaan Kush masih bertahan sampai abad ke-4 M, sebelum digantikan oleh Kekaisaran
Aksum. Kekaisaran Aksum mencetak mata uangnya sendiri dan mengukir stella monolitik seperti
Obelisk Axum untuk menandai makam kaisarnya.
Amerika (2000 SM–500 M)
Lukisan perburuan bison, karya George Catlin.
Sebelum kontak dengan bangsa Eropa, penduduk asli Amerika Utara terbagi menjadi sejumlah
masyarakat yang berbeda-beda, dari sebuah klan kecil hingga menjadi imperium besar. Mereka
tinggal di beberapa area kultural, yang berkaitan dengan zona geografis dan biologis, serta
mengindikasikan cara hidup atau pekerjaan masyarakat yang tinggal di sana (contohnya
pemburu bison di Dataran Besar, atau petani di Mesoamerika). Pada periode arkais di Amerika
terjadi perubahan lingkungan yang membawa iklim kering yang lebih hangat dan punahnya
[118]
sejumlah megafauna.
Sebelumnya mayoritas kelompok populasi pada saat itu masih berupa
kaum pemburu-pengumpul; akhirnya beberapa kelompok individual mulai fokus pada sumber
daya lokal yang tersedia untuk mereka. Adaptasi regional melahirkan norma-norma, dengan
sedikit ketergantungan pada perburuan dan pengumpulan makanan, dengan perekonomian
yang lebih variatif yang mengandalkan ikan, binatang buruan kecil, sayuran liar, dan tanaman
[119][120]
perkebunan.
Sementara itu kelompok masyarakat di selatan Amerika Utara
membudidayakan sejumlah tanaman pertanian yang kini lazim dijumpai di seluruh dunia, di
antaranya jagung, tomat, dan labu.
[121]
Kerajaan-kerajaan regional Mesoamerika didirikan sejak sekitar 2000 SM.
Disana,
masyarakat pra-Columbus yang luas sedang terbentuk, yang terkemuka adalah Maya dan Aztek.
[122]
negara kota bangsa Maya yang
Seiring kebudayaan bangsa Olmek perlahan-lahan surut,
besar perlahan-lahan berkembang dalam hal jumlah dan keunggulan, dan kebudayaan Maya
menyebar sepanjang semenanjung Yucatán dan daerah di sekitarnya. Kekaisaran Aztec pada
masa berikutnya dibangun oleh kebudayaan tetangganya dan mendapat pengaruh dari
suku-suku taklukan seperti Toltek.
Pada 2000 SM, sejumlah komunitas agraris bermukim di sekitar Andes dan kawasan
sekelilingnya. Perikanan menjadi kegiatan lazim di sepanjang pesisir sehingga ikan menjadi
makanan pokok. Sistem irigasi juga berkembang pada periode tersebut, yang mendukung
terciptanya masyarakat agraris.
[123]
Tanaman yang dibudidayakan meliputi kinoa, jagung,
[124]
kacang lima, kacang hijau, kacang tanah, manioc, ketela, kentang, oca, dan labu.
Kapas
juga dibudidayakan dan dianggap penting sebagai satu-satunya tanaman serat utama.
[123]
Dunia Timur (1000 SM–500 M)
Dunia Timur mengacu pada kawasan Asia dan struktur sosial serta masyarakat di kawasan
tersebut. Di kawasan tersebut terjadi perkembangan peradaban lembah sungai Indus Dan
sungai Kuning, masing-masing di anak benua India (kini merupakan wilayah India atau sebagian
besar Asia Selatan) dan Timur Jauh (kini merupakan wilayah Tiongkok dan sekitarnya), sejak
lebih dari 3000 SM. Sementara itu, migrasi masih terjadi di berbagai belahan Asia lainnya dan
peradaban yang lebih tua memberi pengaruh pada kawasan di sekitarnya. Pada masa antara
1000 SM sampai 500 M, di beberapa kawasan Asia lainnya—seperti Sri Lanka, Asia Tenggara
Daratan, Semenanjung Malaya, Indonesia, Filipina, Taiwan—kebudayaan mandiri bermunculan
dan berinteraksi dengan peradaban yang terlebih dahulu berkembang dalam hal teknologi,
kesenian, dan kepercayaan. Seiring penyebaran agama Hindu dan Buddha, beberapa kerajaan
muncul di Sri Lanka dan Asia Tenggara. Di pelosok dan tempat terpencil, masyarakat purba
[123]
masih bermigrasi dan hidup sebagai pemburu-pengumpul makanan.
Pada milenium ke-1 SM, sejumlah monarki berdiri di beberapa titik di Asia. Pada awal milenium
tersebut, Dinasti Zhou berdiri di Tiongkok, menggantikan Dinasti Shang. Dinasti tersebut adalah
dinasti pertama dalam sejarah Tiongkok yang memperkenalkan konsep Mandat Langit sebagai
[125]
legitimasi kekuasaan.
Pada periode yang sama, kerajaan Gojoseon berdiri di Korea (sampai
108 SM); kepulauan Jepang masih berada dalam Zaman Jomon yang berlangsung sejak 14.000
SM; di anak benua India, peradaban manusia masih berada dalam periode Weda.
Anak benua India
Wilayah kekuasaan Kemaharajaan Maurya (biru tua) dalam jangkauan terluasnya (tahun 265 SM),
termasuk negara asalnya (biru muda).
Dalam rentang periode Weda (sekitar 1700 SM–500 SM) di Asia Selatan, berbagai kerajaan
yang dikenal sebagai Mahajanapada (enam belas negara besar) berdiri di berbagai daerah di
India sekitar 600 SM, sebagian besar tersebar di India Utara; beberapa di antaranya adalah
Kerajaan Kuru, Kasi, Kosala, Awanti, Angga, dan Magadha. Catatan sejarah mengenai
kerajaan-kerajaan tersebut ditemukan dalam pustaka Hindu dan Buddha. Beberapa abad
kemudian, kerajaan-kerajaan tersebut ditaklukkan oleh Mahapadma Nanda dari kerajaan
Magadha. Wilayah taklukannya terbentang dari Teluk Benggala sampai Laut Arab. Sekitar 300
SM, wilayah kekuasaan Nanda ditaklukkan oleh Chandragupta Maurya, memicu berdirinya
Kemaharajaan Maurya. Pada abad ke-3 SM, hampir seluruh Asia Selatan disatukan ke dalam
Kemaharajaan Maurya oleh Chandragupta Maurya dan berkembang dengan baik di bawah
pemerintahan Ashoka yang Agung.
Dinasti Satavahana, juga dikenal sebagai Dinasti Andhra, berkuasa di India Selatan dan Tengah
setelah 230 SM. Satakarni—raja keenam dari Dinasti Satavahana—menaklukkan Kerajaan
Sunga di India Utara. Kemudian Kharavela, raja dari Kalingga, memimpin suatu kerajaan Jaina,
yang memiliki jalur perdagangan maritim dengan Sri Lanka, Myanmar, Thailand, Vietnam,
Kamboja, Kalimantan, Sumatra, dan Jawa. Imigran dari Kalinga menetap di Sri Lanka,
Maladewa, dan sejumlah pulau di Asia Tenggara. Sementara itu di sebelah utara, di kawasan
pegunungan Himalaya, Kerajaan Kuninda berdiri sejak abad ke-2 SM, dan bertahan sampai
abad ke-3 M.
Kebudayaan campuran di India Barat Daya meliputi Indo-Yunani, Indo-Sithia, Indo-Parthia, dan
Indo-Sassania. Yang pertama, Kerajaan Indo-Yunani, didirikan oleh Raja Demetrius yang
menginvasi region tersebut pada 180 SM, dan memperluas wilayah kekuasaannya ke kawasan
Afganistan dan Pakistan masa kini. Indo-Sithia merupakan cabang dari bangsa Saka yang
bermigrasi dari Siberia Selatan, pertama menuju Baktria, kemudian Sogdiana, Kashmir,
Arakhosia, dan Gandhara, akhirnya mencapai India. Kerajaan Indo-Parthia (juga dikenal sebagai
Dinasti Pallawa), datang menguasai sebagian besar kawasan Afghanistan dan Pakistan Utara,
setelah mengalahkan para raja di kawasan tersebut, di antaranya Kujala dari Kushana.
Kekaisaran Sassaniyah dari Persia memperluas wilayahnya sampai Balochistan di Pakistan,
sehingga perpaduan kebudayaan India dan Persia melahirkan kebudayaan campuran di bawah
kuasa Indo-Sassania.
Zaman klasik India terjadi ketika sebagian besar wilayah anak benua India disatukan menjadi
Kemaharajaan Gupta (k.320–550 SM). Periode itu disebut juga Zaman Keemasan India dan
ditandai dengan sejumlah prestasi dalam bidang sains, teknologi, teknik, kesenian, dialektika,
sastra, logika, matematika, astronomi, agama, dan filsafat yang menegaskan unsur-unsur yang
umumnya dikenal sebagai kebudayaan Hindu. Sistem bilangan desimal, termasuk konsep
bilangan nol, diciptakan di India selama periode tersebut. Kedamaian dan kemakmuran yang
tercipta di bawah pimpinan Dinasti Gupta memungkinkan pengejaran prestasi ilmiah dan seni di
India.
Sejumlah dinasti seperti Pandya, Chola, Chera, Kadamba, Gangga Barat, Pallawa, dan
Chalukya mendominasi bagian selatan anak benua India pada periode yang berbeda-beda.
Beberapa kerajaan di selatan membentuk kerajaan maritim yang terbentang hingga Asia
Tenggara. Kerajaan-kerajaan tersebut berperang satu sama lain, demikian pula dengan
kesultanan-kesultanan Dekkan demi dominasi di kawasan selatan. Dinasti Kalabra berhasil
mendominasi Dinasti Chola, Chera, dan Pandya di selatan.
Asia Timur
Tembok Raksasa Tiongkok di utara Beijing. Tembok tersebut merupakan bentuk pertahanan peradaban
Tiongkok dalam menanggapi ancaman suku nomad dari Asia Tengah. Dibangun selama Periode
Negara Perang (800–500 SM), diperbarui pada era Dinasti Qin (221 SM) dan dinasti-dinasti berikutnya.
Sekitar abad ke-8 SM, terjadi desentralisasi kekuasaan Dinasti Zhou di Tiongkok. Akibatnya,
negara-negara baru bermunculan di daratan Tiongkok. Di sebelah timur laut Tiongkok, berdiri
[126]
Di
kerajaan Gojoseon yang muncul dalam catatan sejarah Tiongkok sejak abad ke-7 SM.
sebelah selatannya berdiri kerajaan lain bernama Jin. Pada beberapa era berikutnya, kerajaan
tersebut menjalin hubungan dengan Dinasti Han di Tiongkok dan mengekspor artefak ke
[127]
Jepang.
Tahun 476 SM, perang saudara terjadi di Tiongkok, dikenal sebagai Periode Negara Perang.
Meskipun Dinasti Zhou telah digulingkan pada tahun 256 SM, perang saudara terus berlanjut
sampai tahun 221 SM. Akhir perang saudara ditandai dengan penaklukan negara-negara di
dataran Tiongkok oleh Ying Zheng dari negara Qin (setelah menjadi kaisar, ia mengganti nama
menjadi Qin Shi Huang). Dinasti yang diturunkannya disebut Dinasti Qin. Dinasti tersebut
digulingkan pada tahun 206 SM karena pemberontakan rakyatnya, dan digantikan oleh Dinasti
Han. Dinasti Han mengembangkan kartografi canggih, pembuatan kapal, dan navigasi. Di antara
kekaisaran lain selama periode klasik, Dinasti Han lebih maju dalam hal pemerintahan,
pendidikan, matematika, astronomi, dan teknologi.
Pada masa Dinasti Han, terjadi perebutan kekuasaan di Semenanjung Korea, yang pada masa
itu merupakan wilayah Kerajaan Gojoseon dan Jin. Tahun 194 SM, Kerajaan Gojoseon
digantikan Wiman Joseon setelah kudeta terjadi. Pada 108 SM, pasukan Dinasti Han datang
menaklukkan Wiman Joseon dan membentuk Empat Komander Han. Akan tetapi semuanya
direbut kembali oleh bangsa Korea. Pada abad ke-1, Di bekas wilayah Gojoseon, berdiri
negara-negara kompetitif dalam periode Tiga Kerajaan Korea(Goguryeo, Baekje, Silla). Selain
berperang satu sama lain, masing-masing kerajaan terlibat perang dengan negara tetangganya:
Tiongkok. Perang antara Tiongkok dengan salah satu kerajaan di Korea terjadi dari periode
Dinasti Han sampai Dinasti Tang (abad ke-7).
Dari stepa Asia Tengah (sebelah barat daya Tiongkok), bangsa nomad penunggang kuda
memberi ancaman bagi kekaisaran Tiongkok. Pengembangan sanggurdi dan
pengembangbiakan kuda cukup kuat untuk mengangkut para pemanah bersenjata lengkap,
sehingga bangsa nomad tersebut menjadi ancaman terus-menerus bagi peradaban Tiongkok
yang bertempat tinggal tetap. Seiring dengan usaha ekspansi militernya, Dinasti Han kerap
berseteru dengan bangsa Xiongnu, nomad dari Asia Tengah. Pertikaian tersebut kerap
diselesaikan dengan perjanjian damai dan sering terulang kembali. Pemerintahan Kekaisaran
Tiongkok sempat digantikan oleh Dinasti Xin yang berumur pendek, sebelum akhirnya kembali
lagi pada Dinasti Han.
[128]
Detail kereta kuda pada cermin perunggu dari Tiongkok yang dikirim ke Jepang. Peninggalan dari
zaman Kofun (250 SM–538 M), ditemukan di Kikusui-machi, Kumamoto.
Antara 1000 SM sampai 400 SM, saat berbagai dinasti telah berdiri di Tiongkok, dan Gojoseon
berdiri di Korea, kepulauan Jepang masih berada pada Zaman Jomon. Zaman tersebut
digantikan oleh Zaman Yayoi yang berlangsung dari 400 SM (abad ke-5 SM) sampai 250 M.
Zaman Yayoi digantikan oleh Zaman Kofun, karena banyak kofun (tumulus) yang ditemukan
berasal dari zaman tersebut. Masa pendirian Dinasti Yamato, yaitu garis keturunan kaisar
Jepang masih belum jelas karena berbaur dengan legenda; kaisar semi-mitologis terakhir adalah
Kaisar Ojin, dan pemerintahan kaisar-kaisar sebelumnya belum dapat dibuktikan secara
[129]
Sejauh ini, catatan sejarah mengenai keadaan awal Jepang ditemukan dalam
arkeologis.
kitab kuno seperti Nihon Shoki yang dipenuhi dengan legenda.
Setelah Tiongkok jatuh ke dalam perang saudara pada tahun 220 (abad ke-3), kekaisaran
tersebut terbagi menjadi tiga kekuatan besar—Wei, Shu, dan Wu—pada periode yang dikenal
sebagai Zaman Tiga Negara (220–280). Setelah berakhirnya Zaman Tiga Negara, Tiongkok
disatukan kembali di bawah Dinasti Jin (265–420). Menurut catatan sejarah Tiongkok (Kitab Jin
dan Kitab Song), lima penguasa monarki dari Jepang mengirim upeti kepada Kaisar Tiongkok
dari kalangan Dinasti Jin saat itu (abad ke-5). Menurut catatan tersebut, Jepang disebut sebagai
[130]
"Wa" (倭).
Bangsa nomad kembali menginvasi Tiongkok pada abad ke-4 M, dan berhasil menaklukkan
kawasan Tiongkok Utara dan mendirikan kerajaan-kerajaan kecil. Setelah Dinasti Jin runtuh,
Tiongkok jatuh dalam periode perang saudara dan terbagi menjadi enam belas negara yang
saling menaklukkan.
Persia dan Timur Dekat
Artikel utama: Sejarah Iran
Persia, sebagaimana Timur Dekat merupakan tempat perkembangan peradaban dan
permukiman sejumlah suku, di antaranya Elam dan Mede. Sejak zaman kuno, terjadi hubungan
antara kerajaan di Persia dengan kerajaan di Mesopotamia. Tahun 646 SM, Raja Ashurbanipal
dari Assyria menghancurkan kota Susa, sehingga mengakhiri supremasi bangsa Elam di
[131]
kawasan pesisir teluk Persia.
Selama lebih dari 150 tahun, para Raja Asiria di Mesopotamia
Utara berusaha menaklukkan bangsa Mede di Persia Barat.
[132]
Di bawah tekanan kekaisaran
Assyria, kerajaan-kerajaan kecil di sekitar plato Persia Barat bersatu menjadi suatu negara
[131]
Pada pertengahan abad ke-7 SM, bangsa Mede
dengan pemerintahan terpusat.
memperoleh kemerdekaan dan bersatu. Tahun 612 SM, bangsa Mede dan Babilonia
menggempur Asiria dan menghancurkan Niniwe, ibu kota Asiria, yang memicu jatuhnya
[133]
Kekaisaran Neo-Asiria.
Bangsa Mede membuat tonggak bersejarah penting sebagai
pembangun fondasi bangsa dan kekaisaran dalam sejarah Iran, dan mendirikan kekaisaran
pertama di Persia, sampai akhirnya Koresh yang Agung mendirikan kekaisaran bersatu antara
bangsa Persia dan Mede, mengawali Kekaisaran Akhemeniyah (k. 550-330 SM). Pada akhirnya
Koresh menaklukkan bangsa Mede, Lidia, dan Babilonia, dan mendirikan kekaisaran yang lebih
besar daripada Asiria.
Lukisan pertarungan prajurit Persia (kiri) melawan hoplites Yunani (kanan), pada sebuah kylix kuno,
dibuat sekitar abad ke-5 SM.
Tahun 499 SM, negara kota Athena mendukung pemberontakan di Miletus yang mengakibatkan
kehancuran di Sardis. Hal ini mendorong terjadinya kampanye militer oleh Dinasti Akhemeniyah
melawan bangsa Yunani yang dikenal sebagai Perang Yunani-Persia yang terjadi selama paruh
pertama abad ke-5 SM. Selama Perang Yunani-Persia, bangsa Persia memperoleh sejumlah
kemudahan dan menghancurkan Athena pada 480 SM, namun setelah bangsa Yunani meraih
kemenangan, pasukan Persia terpaksa ditarik mundur saat kehilangan kuasa atas Makedonia,
Thrakia, dan Ionia. Peperangan diakhiri dengan Perdamaian Kallias pada 449 SM.
Alexander Agung dari Makedonia menaklukkan Persia pada tahun 331 SM. Imperium yang
dibangun Alexander terpecah-belah tak lama setelah kematiannya, dan salah seorang jenderal
Alexander, Seleukos I Nikator, mencoba mengambil alih Persia, Mesopotamia, dan kemudian
Suriah dan Asia Kecil. Garis keturunannya dikenal sebagai Dinasti Seleukia. Selama masa
Dinasti Seleukia dan sepanjang bekas imperium Aleksander, bahasa Yunani menjadi bahasa
lazim dalam hubungan diplomatis dan sastra. Jalur perdagangan di darat menyebabkan
terjadinya pertukaran budaya. Agama Buddha disebarkan dari India, sedangkan Zoroastrianisme
[134]
menyebar ke barat dan memberi pengaruh kepada agama Yahudi.
Kekaisaran Parthia merupakan wilayah kekuasaan Dinasti Arsakia, yang menyatukan dan
memimpin kembali plato Iran setelah menaklukkan Parthia dan mengalahkan Kekaisaran
Seleukia pada abad ke-3 SM, dan perlahan-lahan menguasai Mesopotamia antara 150 SM
sampai 224 M. Pada periode yang sama, di sebelah barat, tepatnya semenanjung Italia, suatu
imperium yang disebut Roma Sedang berdiri. Bagi bangsa Romawi yang bergantung pada
infantri berat, pasukan Parthia sulit dikalahkan karena pasukan berkuda mereka lebih cepat dari
segi mobilisasi daripada tentara pejalan kaki. Sebaliknya, pasukan Parthia merasa sulit
mempertahankan daerah taklukkan karena kurang cakap dalam peperangan kepung. Oleh
karena kelemahan tersebut, baik Roma maupun Parthia tidak mampu menganeksasi teritori satu
sama lain. Kekaisaran Parthia runtuh pada 224, ketika organisasi imperium tersebut jatuh dan
raja terakhirnya dikalahkan oleh bangsa taklukkan mereka sendiri, yaitu bangsa Persia di bawah
Dinasti Sassaniyah. Shah pertama dari kekaisaran Sassaniyah, Ardashir I, mereformasi negeri
tersebut secara ekonomi dan militer. Wilayah kekaisaran tersebut mencakup kawasan yang kini
merupakan wilayah negara Iran, Iraq, Israel, Lebanon, Yordania, Armenia, sebagian Afghanistan,
Turki, Suriah, sebagian Pakistan, Kaukasia, Asia Tengah, Arab, dan sebagian Mesir.
Kekaisaran Sassaniyah menyerang Bizantium yang dipimpin Mauricius. Setelah sejumlah
keberhasilan, pasukan Sassaniyah dikalahkan di Issus, Konstantinopel, dan terakhir di Niniwe,
selanjutnya diakhiri dengan perjanjian damai. Setelah mengakhiri Perang Romawi-Persia,
pasukan Persia kalah dalam pertempuran al-Qâdisiyah (632) di Hilla (kini merupakan wilayah
Irak) saat menghadapi pasukan muslim. Keunikan dan budaya aristokrat dinasti tersebut
[135]
mengubah penaklukan Islam dan destruksi Iran menjadi Renaisans Persia.
Sejumlah budaya
yang kini dikenal sebagai kebudayaan, arsitektur, dan sastra Islami serta kontribusi lainnya
terhadap peradaban tersebut, diambil dari Persia Sassaniyah untuk dunia muslim yang lebih
luas.
[135]
Eropa dan Mediterania (800 SM–500 M)
Artikel utama: Era Klasik
Di Dunia Barat, bangsa Yunani Kuno (dan kemudian Romawi Kuno) mendirikan kebudayaannya
sendiri yang pelaksanaan, aturan, dan adatnya dipandang sebagai fondasi bagi peradaban Barat
kontemporer. Peradaban mereka mencapai Era Klasik (500 SM–500 M) yang mencakup periode
sejarah saat peradaban Yunani Kuno dan Romawi Kuno saling melengkapi. Era ini adalah masa
saat masyarakat Yunani dan Romawi berkembang dan memegang pengaruh yang besar di
seluruh Eropa, Afrika Utara, dan Timur Tengah. Era ini dimulai dengan catatan pertama puisi
Yunani karya Homerus (abad ke-8 hingga abad ke-7 SM) dan berlanjut dengan bangkitnya
Kekristenan dan runtuhnya Kekaisaran Romawi(abad ke-5). Era ini berakhir dengan hilangnya
budaya klasik dan berubah menjadi Abad Pertengahan Awal (500–1000 M). Dari
pecahan-pecahan era klasik yang bertahan hidup, gerakan kebangkitan terbentuk secara
bertahap dari abad ke-14 yang akhirnya dikenal di Eropa dengan nama Renaisans.
Kekaisaran Makedonia
Jangkauan terluas Kekaisaran Makedonia sebagai hasil penaklukan di bawah kepemimpinan
Aleksander Agung.
Lukisan Aleksander dalam mosaik Aleksander dari Pompeii, kini disimpan di Museum Arkeologi
Nasional Naples.
Artikel utama: Kekaisaran Makedonia dan Perang Aleksander Agung
Sejak zaman kuno, tanah di sekitar Aegae, ibu kota Makedonia pertama, merupakan
permukiman bagi sejumlah suku. Kerajaan Makedonia pertama terbentuk sekitar abad ke-8 atau
awal abad ke-7 SM di bawah Dinasti Argead, yang menurut legenda berasal dari kota Argos di
Peloponnesus. Pada masa pemerintahan Aleksander I, kaum Argead memulai ekspansi ke
Makedonia Hulu—yang saat itu dihuni suku seperti Linkeste dan Elmiote—dan ke sebelah barat,
melewati sungai Axius, mencapai Eordaia, Botia, Migdonia, dan Almopia, kawasan yang banyak
[136]
dihuni oleh suku bangsa Trakia.
Di dekat kawasan yang kini merupakan kota Veria, Perdikas
I (atau mungkin putranya, Argaeus I) mendirikan ibu kota, Aigai (kini disebut Vergina). Setelah
periode di bawah pemerintahan Darius I dari Persia, Makedonia memperoleh kemerdekaannya
di bawah kepemimpinan Raja Aleksander I (495–450 SM).
Sebelum abad ke-4 SM, Makedonia meliputi region yang kira-kira seluas bagian barat dan
tengah provinsi Makedonia di Yunani kini. Negeri Makedonia bersatu didirikan oleh Raja
Amyntas III. Amyntas memiliki tiga putra; yang sulung dan tengah, Aleksander II dan Perdikas III
memerintah hanya sekejap. Pewaris tahta Perdikas III yang masih kecil diberhentikan oleh putra
ketiga Amyntas, Filipus II, yang mengangkat dirinya sebagai raja dan membawa periode
kejayaan Makedonia atas Yunani. Di bawah pemerintahan Filipus II, (359-336 SM), Makedonia
meluas hingga ke teritori suku Paeonia, Thrakia, dan Illyria. Di antara penaklukkan tersebut, ia
[137]
menganeksasi kawasan Pelagonia dan Paeonia Selatan.
Putra Filipus, Aleksander Agung, berupaya agar hegemoni Makedonia tidak hanya di kawasan
Yunani, tetapi juga di Kekaisaran Akhemeniyah (Persia), meliputi Mesir dan kerajaan-kerajaan
jauh di timur hingga mencapai India. Gaya pemerintahan yang diadopsi Aleksander bagi daerah
taklukkannya diiringi dengan penyebaran kebudayaan Yunani di sepanjang imperiumnya.
Meskipun imperiumnya terbagi menjadi sejumlah rezim Helenistik tak lama setelah kematiannya,
menaklukkannya meninggalkan warisan abadi, tidak terbatas bagi kota-kota Yunani yang
didirikan di wilayah Persia Barat, mengantarkan Mediterania-Timur Dekat pada periode
peradaban Helenistik. Dalam pembagian imperium Aleksander, Makedonia sendiri jatuh pada
Dinasti Antipatrid, yang kemudian digulingkan oleh Dinasti Antigonid tahun 294 SM.
Antipater dan putranya, Kassander, memperoleh kuasa atas Makedonia namun kerusuhan
berkobar setelah kematian Kassander pada 297 SM. Makedonia diperintah sementara oleh
Demetrius I (294–288 SM). Putra Demetrius, Antigonus II(277–239 SM), mengalahkan invasi
Galatia sebagai condottiere, dan memperbaiki nama baik keluarganya di Makedonia; ia berhasil
memperbaiki sistem pemerintahan dan kemakmuran negerinya, meskipun ia kehilangan banyak
kendali atas sejumlah negara kota di Yunani. Ia mendirikan monarki yang stabil di bawah
kekuasaan Dinasti Antigonid.
Saat pemerintahan Filipus V (221–179 SM) dan putranya, Perseus (179–168 SM), Makedonia
berbenturan dengan Republik Romawi yang saat itu sedang melaksanakan hegemoninya.
Selama abad ke-2 dan ke-1 SM, Makedonia terlibat dalam sejumlah peperangan melawan
Roma. Dua kekalahan besar yang mengakhiri kejayaan Kerajaan Makedonia terjadi pada 197
SM saat Roma mengalahkan Filipus V, dan 168 SM saat Roma mengalahkan Perseus.
Kekalahan Makedonia menyebabkan berakhirnya Dinasti Antigonid dan pembubaran kerajaan
Makedonia. Tahun 149 SM, Andriskos berhasil mendirikan kembali kerajaan tersebut namun
kejayaannya tidak berlangsung lama karena kekuatan Romawi berhasil mengalahkannya. Tak
lama setelahnya, pemerintah Romawi mendirikan Provinsi Romawi Makedonia sehingga bekas
kerajaan tersebut dikuasai oleh pemerintah Romawi sepenuhnya.
Kekaisaran Romawi
Wilayah Kekaisaran Romawi yang dicapai pada masa pemerintahan Kaisar Trayanus, 117 M.
Artikel utama: Kekaisaran Romawi
Romawi Kuno merupakan suatu peradaban yang bermula di kawasan yang kini disebut Italia,
pada abad ke-8 SM. Menurut catatan sejarah Ab urbe condita libri ("Catatan [Sejarah] Sejak
Pendirian Kota [Roma]") oleh Titus Livius, peradaban Romawi berawal dari pendirian kota Roma
oleh Romulus dan Remus—keturunan Aineias dari Troya—pada tahun 753 SM. Romulus
mengangkat diri sebagai Raja Romawi pertama sejak Roma didirikan. Sebelum pendirian Roma,
kawasan Italia didominasi oleh bangsa Etruria (di region Etruria). Akan tetapi, pengaruh Etruria
terhadap perkembangan peradaban Romawi sering kali ditekan.
[138]
Peradaban Romawi justru
lebih dipengaruhi oleh peradaban Yunani, terutama melalui kegiatan perdagangan.
[139]
Kerajaan
Romawi memperluas daerah kekuasaannya melalui penaklukkan dan kolonisasi. Setelah
diperintah oleh tujuh raja, Kerajaan Romawi jatuh ke dalam perpecahan. Tahun 509 SM,
Kerajaan Romawi berubah menjadi Republik Romawi dengan sistem pemerintahan republik
oligarki. Republik Romawi yang bertahan selama kurang lebih 500 tahun, melemah dan runtuh
[d]
melalui beberapa perang saudara.
Serangan bangsa biadab di wilayah perbatasan makin
mempercepat perpecahan internal.
Peralihan Republik Romawi menjadi kekaisaran berkembang pada masa peperangan melawan
Kartago dan Kekaisaran Seleukia. Beberapa peristiwa banyak diajukan sebagai penanda
peralihan dari republik menjadi kekaisaran, termasuk penunjukan Julius Caesar sebagai diktator
seumur hidup (44 SM), Pertempuran Actium (2 September 31 SM), dan pemberian gelar
[e]
Augustus kepada Octavianus oleh Senat (4 Januari 27 SM).
Kekaisaran Romawi (bahasa Latin: Imperium Romanum) adalah periode pasca-Republik
Romawi, ditandai dengan bentuk pemerintahan otokrasi dan wilayah kekuasaan yang lebih luas
di Eropa dan sekitar Mediterania.
[140]
Suatu kekaisaran besar seperti Romawi bergantung pada
pencaplokan teritori secara militer dan pada susunan permukiman yang terlindungi untuk
menjadi pusat penghasil pangan.
[141]
Perdamaian relatif yang dicanangkan suatu kekaisaran
dapat menggiatkan perdagangan internasional, terutama rute perdagangan sibuk di Laut Tengah
yang telah berkembang sejak periode Helenistik. Kekaisaran Romawi menghadapi masalah
umum yang berkaitan dengan pemeliharaan pasukan yang berjumlah besar dan penyokongan
terhadap birokrasi pusat.
Pada masa pemerintahan Kaisar Augustus (akhir abad ke-1 SM), Roma menguasai seluruh
negeri di sekeliling Mediterania (Laut Tengah). Pada dua abad pertamanya, Kekaisaran Romawi
mengalami kestabilan dan kemakmuran, sehingga periode tersebut dikenal sebagai Pax
Romana ("Kedamaian Romawi"). Romawi ini mencapai wilayah terluasnya di bawah kaisar
Trayanus (awal abad ke-2 M); pada masa pemerintahannya (98–117 M) Kekaisaran Romawi
2
menguasai kira-kira 6,5 juta km permukaan tanah, sebagian besar daerah Eropa dari Inggris
[142]
hingga Mesopotamia.
Pada akhir abad ke-3 M, Romawi menderita krisis yang mengancam keberlangsungannya,
namun berhasil disatukan kembali dan distabilkan oleh kaisar Aurelianus dan Diokletianus.
Penganiayaan terhadap umat Kristen berubah setelah Konstantinus Agung menjadi Kaisar dan
menoleransi ajaran para pengikut Kristus pada tahun 330 M. Sementara pada tahun 395 M
kematian Theodosius kemudian membagi kekaisaran menjadi Kekaisaran Romawi Barat dan
Kekaisaran Romawi Timur. Perpecahan Kekaisaran Romawi secara berangsur-angsur
[142][143]
terjadi beberapa abad setelah abad ke-2 M, bersamaan dengan penyebaran agama Kristen dari
Timur Tengah ke barat.
Kekristenan mula-mula
Lukisan Kotbah di Bukit karya Carl Bloch, ilustrasi tentang kotbah Yesus Yang tercatat dalam Injil
Matius.
Artikel utama: Sejarah Kristen dan Gereja perdana
Diawali dengan kelahiran Yesus yang menandai era baru yang disebut era Masehi (dari bahasa
]
Arab: اﻟﻣﺳﯾﺢal-Masih), dan era sebelum kelahiran Yesus disebut sebagai Sebelum Masehi (SMf
Kehidupan, pelayanan, kematian, dan—seperti yang dipercayai umat Kristen—kebangkitan dan
kenaikan Yesus ke Surga, menjadikan Yesus sebagai salah satu tokoh yang pernah hidup yang
paling mempengaruhi sejarah dunia.
[144]
Kekristenan mula-mula biasanya didefinisikan sebagai kekristenan dalam rentang waktu tiga
abad antara penyaliban Yesus (sekitar tahun 30 M) dan Dewan Nicaea Pertama (325 M).
Setelah Amanat Agung diberikan oleh Yesus kepada para muridnya, gerakan tersebut dimulai
dari sekelompok kecil orang-orang Yahudi (termasuk Paulus) yang menyebarkan pengajaran
Yesus ke kota-kota di seantero dunia Helenistik, seperti Aleksandria, Antiokhia, Roma, dan
bahkan di luar Kerajaan Roma, hingga akhirnya membawa Kaisar Konstantinus Agung
Menjadikan kekristenan sebagai agama resmi Kekaisaran Romawi, yang dalam hal ini menjadi
titik balik sejarah di Eropa dalam hal kebebasan peradaban.
Bangsa Goth dan Hun
[145]
Ilustrasi Ulfilas memberitakan Injil Kepada orang Goth.
Bangsa Goth merupakan anggota dari suku bangsa Jermanik, bermukim di Eropa Utara dan
bermigrasi ke kawasan sekitar Laut Hitam. Pada abad ke-1, bangsa Hun—yang mulanya
bermukim di dekat Laut Kaspia—bermigrasi ke kawasan tenggara Kaukasus
[146]
dan memasuki
Eropa sekitar tahun 370, menginvasi wilayah yang dikuasai bangsa Goth, dan mendirikan
Kekaisaran Hun. Sekelompok suku Goth melarikan diri ke seberang sungai Donau, kemudian
mereka bentrok dengan Kekaisaran Romawi. Pada periode tersebut, Ulfilas—misionaris Goth
yang menciptakan alfabet Gothik—menerjemahkan Alkitab dan mengkonversi kepercayaan
bangsa Goth, dari paganisme menjadi Kristen Arian. Pada abad ke-4 sampai ke-6, bangsa Goth
terbagi menjadi dua cabang utama, yaitu Visigoth—yang kemudian menjadi foederatus
Romawi—dan Ostrogoth, yang bergabung dengan suku Hun.
Suku Ostrogoth memberontak kepada suku Hun sehingga pertempuran meletus di Nedao pada
tahun 454. Pertempuran itu dimenangkan oleh suku Ostrogoth. Setelah kemenangannya,
pemimpin mereka, Theodoric yang Agung mengajak rakyatnya bermukim di Italia, dan
mendirikan Kerajaan Ostrogoth yang dikemudian hari menguasai regionsemenanjung Italia. Tak
lama setelah kematian Theodoric pada tahun 526, kerajaan tersebut direbut oleh Kerajaan
Romawi Timur, dalam peperangan yang menghancurkan dan mengurangi populasi penduduk di
kawasan tersebut.
[147]
Setelah pemimpin mereka gugur dalam pertempuran Taginae,
perlawanan Ostrogoth berakhir, dan suku Goth yang tersisa berasimilasi dengan suku Lombard,
yang menginvasi semenanjung Italia dan mendirikan Kerajaan Lombardia di Italia Utara pada
tahun 567 M.
Di bawah kepemimpinan Alaric I, suku Visigoth menjarah Roma pada tahun 410, mengalahkan
Attila sang Raja Hun dalam pertempuran Chalons tahun 451, dan mendirikan Kerajaan Visigoth
di Aquitaine. Suku Visigoth didesak menuju Hispania oleh bangsa Frankia setelah pertempuran
[148]
Vouillé tahun 507. Pada akhir abad ke-6, suku Visigoth dikonversi menjadi umat Katolik.
Keruntuhan Kekaisaran Romawi
Antara abad ke-5 dan ke-6, Kekaisaran Romawi Barat menghadapi sejumlah serangan dari
bangsa barbar, seperti Goth, Hun, atau suku Jermanik lainnya. Kekaisaran tersebut runtuh pada
476 M setelah Romulus Augustus dipaksa untuk menyerah kepada pemimpin Jermanik,
[149]
Odoaker,
yang menandai dimulainya Zaman Kegelapan di Eropa Barat. Kerajaan Italia yang
dikuasai Odoaker akhirnya jatuh ke tangan Theodoric dari bangsa Goth. Sementara itu
Kekaisaran Romawi Timur di timur Mediterania terus berlanjut hingga Abad Pertengahan
[150]
sebagai Kekaisaran Bizantium,
yang pada akhirnya runtuh pada tahun 1453 dengan
meninggalnya Konstantinus XI dan penaklukan Konstantinopel oleh Turki Utsmaniyah yang
[149]
dipimpin oleh Mehmed II.
Karena wilayahnya yang luas dan jangka waktunya yang lama, institusi dan kebudayaan
Romawi memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan bahasa, agama, arsitektur,
filsafat, hukum, dan bentuk pemerintahan di daerah-daerah yang dikuasainya, khususnya di
Eropa.
[142]
Ketika bangsa Eropa melakukan ekspansi ke belahan dunia lainnya, pengaruh
Romawi ikut disebarkan ke seluruh dunia.
[150]
Era Pasca Klasik (500–1500)
Era Pasca Klasik merupakan kurun waktu setelah Era Klasik di Eropa, namun dengan jangkauan
dunia global. Era ini lazimnya terhitung sejak jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat Pada abad
ke-5. Kekaisaran Romawi Barat terpecah belah menjadi berbagai kerajaan mandiri, sementara
itu Romawi Timur, atau Kekaisaran Bizantium bertahan hingga menjelang akhir Abad
Pertengahan. Era ini juga berkaitan dengan kemunculan agama Islam, penaklukkan Islam,
kemudian zaman kejayaan Islam, dan permulaan serta perluasan perdagangan budak Arab,
diikuti dengan serbuan Mongol di Timur Tengah dan Asia Tengah. Di Asia Selatan berdiri
kerajaan pertengahan di India, disusul dengan pendirian kesultanan di India. Kekaisaran
Tiongkok mengalami pergantian dinasti di antaranya Dinasti Sui, Tang, Liao, Jin, Yuan dan Ming.
Jalur perdagangan Timur Tengah yang melalui Samudra Hindia, serta Jalur Sutra yang melalui
gurun Gobi, memberikan hubungan ekonomi dan budaya yang terbatas antara peradaban Asia
dan Eropa. Sementara Abad Pertengahan bergantung pada pengaruh dari Eropa, peradaban di
benua Amerika, seperti Inka, Maya, dan Aztek, masih terus berkembang, kemudian berakhir
pada masa yang berbeda-beda.
Dinasti di Asia Timur
Hōryū-ji di Nara, Jepang. Kuil tersebut dibangun pada Zaman Asuka, saat agama Buddha dan
Konghucu diperkenalkan ke Jepang.
Di Tiongkok, sejumlah dinasti didirikan dan diruntuhkan silih berganti. Setelah keruntuhan Dinasti
Jin (265–420), kekaisaran Tiongkok pecah menjadi banyak negara (304–469). Kerajaan tersebut
saling bertikai, namun setelah usaha penyatuan hampir berhasil, muncul dua kekuatan besar
yang mengklaim diri sebagai penerus tahta kekaisaran Tiongkok. Periode tersebut dikenal
sebagai masa Dinasti Utara dan Selatan (420–589). Negara-negara tersebut bersatu di bawah
Dinasti Sui pada tahun 581. Dinasti tersebut tidak bertahan lama dan digantikan oleh Dinasti
Tang (618). Di bawah pengaruh dinasti ini, kekaisaran Tiongkok mengalami zaman kejayaannya
dalam bidang seni, sains, dan teknologi. Kejayaan militer di Basin Tarim menyebabkan Jalur
Sutera terbuka sehingga Tiongkok dapat melakukan perdagangan dengan Asia Tengah, bahkan
[151]
hingga ke Barat.
kedua.
Dinasti ini membawa Tiongkok memasuki zaman keemasan
[152]
masa itu.
Ibukotanya, Chang'an (kini disebut Xi'an) merupakan kota terbesar di dunia pada
[153]
Di sebelah timur Tiongkok, tepatnya Korea dan Jepang, terjadi perkembangan sistem
pemerintahan dan tata negara. Pada masa Dinasti Tang berkuasa di Tiongkok, Jepang masih
diperintah oleh kaisar dari Dinasti Yamato. Kepulauan Jepang sendiri terbagi menjadi beberapa
provinsi. Selama zaman Asuka (538–710), provinsi Yamato berkembang menjadi negara dengan
pemerintahan terpusat.
[154]
Agama Buddha mulai masuk,
[155]
dan ada upaya untuk mengadopsi
beberapa unsur kebudayaan Tiongkok dan agama Khonghucu. Zaman Nara (abad ke-8) ditandai
oleh munculnya negara Jepang yang berdaulat dan sering kali diungkapkan sebagai zaman
keemasan. Selama periode ini, pemerintah imperial ambil bagian dalam kantor pemerintahan,
kuil, pembangunan jalan, dan sistem irigasi. Pada Zaman Heian (794-1185) terjadi puncak
kekuasaan imperial, diikuti dengan kebangkitan klan-klan militer sebagai permulaan feodalisme
di Jepang.
Pada abad ke-7, masa-masa berakhirnya Zaman Tiga Kerajaan (Goguryeo, Baekje dan Silla)
terjadi di Semenanjung Korea. Silla menaklukkan Baekje pada tahun 660, lalu Goguryeo pada
tahun 668,
[156]
menandai permulaan Zaman Negara Utara-Selatan, dengan Kerajaan Silla
Bersatu di selatan, dan Balhae (penerus kekuasaan kerajaan Goguryeo) di utara. Sekitar tahun
900-an, terjadi perpecahan di Korea yang mengakibatkan munculnya kekuatan yang saling
bersaing; periode tersebut dikenal sebagai Zaman Tiga Kerajaan Akhir, dengan kemenangan
Goguryeo (yang kemudian disebut Goguryeo, dan akhirnya berganti nama menjadi Goryeo),
yang menyatukan kerajaan-kerajaan di Semenanjung Korea pada tahun 936.
Jiaozi, uang kertas pertama di dunia, diciptakan pada masa Dinasti Song.
Sekitar abad ke-10, Dinasti Tang di Tiongkok mengalami kemunduran karena pemberontakan di
wilayah selatan. Akhirnya wilayah kekaisaran Tiongkok terpecah menjadi lima dinasti dan
sepuluh negara yang saling bertikai (907–960). Pada tahun 907, di Tiongkok Utara berdiri Dinasti
Liao Yang didirikan oleh bangsa Khitan dari kawasan Mongolia kini. Sementara itu perang
saudara di selatan diakhiri dengan berdirinya Dinasti Song(960). Pada masa Dinasti Song,
terjadi kemajuan teknologi dalam peperangan, yaitu pengembangan bubuk mesiu yang berujung
[157]
pada penciptaan senjata api, seperti senapan, meriam, dan pelontar api.
Saat Dinasti Song
sedang berkembang, Dinasti Liao tergantikan oleh Dinasti Jin (1115) yang didirikan bangsa
Jurchen dari daerah utara.
Dimulai dari tahun 1185, terhitung sejak permulaan Zaman Kamakura (berdasarkan nama
Keshogunan Kamakura yang berkuasa pada zaman tersebut), Jepang mengalami periode
feodalisme. Wilayah Jepang terbagi-bagi menjadi sejumlah region yang dikuasai oleh penguasa
regional (daimyo) dan panglima perang (shogun) dari kalangan klan bangsawan yang mendapat
perhatian kaisar Jepang. Garis keturunan kaisar dari dinasti terawal masih berlanjut, namun tidak
memberi pengaruh banyak dan hanya sebagai simbol kepala pemerintahan saja. Pada masa ini
terjadi pertikaian antara klan-klan besar, seperti Minamoto dan Taira. Setelah konflik internal
selama beberapa dasawarsa, bangsa Jepang—demikian pula Tiongkok dan Korea—dikejutkan
oleh serbuan barbar dari Asia Tengah: bangsa Mongol.
Pada abad ke-13, bangsa Mongol melancarkan serbuan ke Asia Timur. Dinasti Jin dan Song
tidak mampu mematahkan serbuan mereka. Dua dinasti tersebut runtuh dan menjadi Dinasti
Yuan (1271), dikuasai oleh orang Mongol dan menjadi bagian dari Kekaisaran
[158][159]
Mongolia.
Bangsa Korea—yang pada saat itu dipimpin Dinasti Gojoseon—diperangi
dalam serangkaian pertempuran antara tahun 1231 sampai 1251; pertempuran dimenangkan
pihak Mongol sehingga Gojoseon menjadi salah satu vasal Kekaisaran Mongolia. Dari Korea,
bangsa Mongol menyeberang ke Jepang pada tahun 1274 dan 1281. Akan tetapi invasi tersebut
gagal karena armada mereka tenggelam. Setelah kejayaan Kekaisaran Mongolia berakhir,
negara asalnya melepaskan diri.
Pada tahun 1392, Dinasti Goryeo digantikan oleh Dinasti Joseon, yang akan menguasai
Semenanjung Korea selama kurang lebih 500 tahun. Pada dekade yang sama, pemerintahan
Dinasti Yuan di Tiongkok digulingkan oleh rakyat dan digantikan dengan pemerintahan Dinasti
Ming (1368–1644) oleh orang Han. Di bawah Dinasti Ming, sekali lagi Tiongkok berada dalam
masa kejayaannya.
[160]
Dinasti ini berdiri dari tahun 1368 dan berakhir pada tahun 1644.
Perkembangan Islam
Artikel utama: Sejarah Islam
Peta daerah taklukan muslim, dalam rentang tahun 622–750.
622–632, oleh Nabi Muhammad SAW
632–661, oleh Khulafaur Rasyidin
661–750, oleh Kekhalifahan Umayyah
Pada abad ke-7, di jazirah Arab, Muhammad bin Abdullāh menyebarkan agama baru yang
disebut Islam, dan pengikutnya disebut muslim. Kemunculan Islam mengakhiri periode
paganisme bangsa Arab sebelumnya yang dikenal sebagai zaman Jahiliyah. Sebelum
kemunculan Islam, kota Mekkah sudah menjadi pusat perdagangan di Arab, dan Muhammad
adalah seorang pedagang. Dengan tradisi haji, yaitu perjalanan suci ke Mekkah, kota tersebut
tidak hanya menjadi pusat pertukaran komoditas, melainkan juga pertukaran ide. Pengaruh
pedagang Muslim atas rute perdagangan Afrika-Arab dan Arab-Asia sungguh besar. Akibatnya,
peradaban Islam berkembang dan meluas dengan basis perekonomian pedagangnya, berbeda
dengan Kristen, India, dan Tiongkok yang masyarakatnya berbasis pada pertanian.
Pengetahuan dan keterampilan dari Timur Tengah, Yunani, dan Persia Kuno dipelajari oleh kaum
muslim pada Abad Pertengahan. Kaum muslim juga memberi inovasi bagi penemuan bangsa
lain, misalnya pengolahan kertas dari Tiongkok dan posisi desimal pada sistem bilangan dari
India. Sebagian besar pembelajaran dan perkembangan tersebut berhubungan dengan geografi.
Para pedagang muslim membawa barang dagangan serta agama mereka ke Asia Selatan, Asia
Tenggara, Asia Tengah, Tiongkok,
penemuan-penemuan baru.
[g]
dan kerajaan-kerajaan di Afrika Barat, lalu kembali dengan
[161][162]
Penaklukan Islam dimulai sejak zaman Nabi Muhammad. Ia mendirikan kekhalifahan di jazirah
Arab di bawah pemerintahan Khulafaur Rasyidin dan Umayyah. Setelah wafatnya Muhammad,
kaum muslim memulai ekspansi mereka pada akhir Era Klasik dan awal Abad Pertengahan.
Pada pertengahan abad ke-7, pasukan muslim menaklukkan Timur Tengah, Mesir, dan Afrika
Utara. Pasukan muslim menaklukkan Persia pada tahun 642, sehingga mengakhiri Dinasti
Sassaniyah. Selama periode supremasi kaum Rajput di India Utara dan Barat Daya (kini
Pakistan), invasi muslim berjalan ke kawasan tersebut seiring ekspansi mereka ke Asia Tengah.
Dari Persia, kaum muslim menaklukkan Multan di Punjab, wilayah Pakistan masa kini. Mobilisasi
pasukan muslim ke India sempat tertahan setelah kekalahan mereka dalam pertempuran
Rajasthan. Dari Maroko di Afrika Utara, pasukan muslim menyeberangi selat Gibraltar dan
menaklukkan semenanjung Iberia pada tahun 711. Wilayah tersebut diberi nama Al-Andalus, dan
di kemudian hari menjadi Kekhalifahan Córdoba. Ekspansi kaum muslim di Eropa Barat ditahan
oleh pasukan Kristen dalam pertempuran Tours dan pertempuran sungai Berre. Pada akhir abad
ke-15, monarki Kristen di Eropa merebut kembali semenanjung Iberia.
Miniatur tahun 1337. Lukisan Pertempuran Sarmada (abad ke-12), bagian dari Perang Salib.
Dalam perjalanan sejarahnya, dan setelah berbagai konflik yang dilalui, kekuatan muslim di
dunia pada Abad Pertengahan sempat terbagi menjadi sejumlah kekhalifahan dan kesultanan, di
antaranya: Abbasiyah, Fatimiyah, Al Muawiyah, Seljuk, Ajuuraan, Adaldan Warsangali di
Somalia, Mughal di India, Safawiyah di Persia, dan Utsmaniyah di Turki. Peradaban Islam
memunculkan berbagai pusat kebudayaan dan pembelajaran serta melahirkan ilmuwan,
astronom, matematikus, dokter, perawat, dan filsuf terkemuka selama Zaman Kejayaan Islam.
Dalam perkembangannya, kaum muslim mengalami perselisihan dengan imperium di Eropa, dan
terlibat dalam serangkaian peperangan, di antaranya: Perang Bizantium-Seljuk, Perang
Bizantium-Utsmaniyah, dan Perang Salib. Kekaisaran Bizantium berhasil menghalau pasukan
Fatimiyah di Anatolia, region Turki, sampai akhirnya kaum Seljuk datang dan bersekutu dengan
Abbasiyah. Disintegrasi Dinasti Seljuk memicu kebangkitan sejumlah monarki kecil yang
bersaing untuk kekuasaan di Anatolia selama periode Perang Salib, hingga masa kebangkitan
Kesultanan Utsmaniyah. Kesultanan tersebut berhasil menaklukkan Bizantium pada tahun 1453.
Tahun 1258, pasukan Mongol di bawah pimpinan Genghis Khan menghancurkan Kekhalifahan
Abbasiyah, ditandai dengan keberhasilan mereka dalam pengepungan Baghdad (1258). Sekitar
seabad kemudian, Timur Lenk, seorang kesatria Turk-Mongol, berusaha mengulang kembali
kejayaan Genghis Khan. Setelah menaklukkan Damaskus, ia beralih agama ke Islam,
mengawali era ekspansi muslim Turk dan Mongol ke Eropa Timur, Asia Tengah, dan India.
Selama masa pemerintahannya, Timur menjadi penguasa di dunia muslim setelah mengalahkan
kaum mamluk di Mesir dan Suriah, Kesultanan Utsmaniyah, dan Kesultanan Delhi. Kesultanan
Utsmaniyah meraih kembali kekuasaannya dengan menguasai sebagian besar Timur Tengah.
Dinasti Safawiyah menguasai Persia dan Asia Tengah, sedangkan keturunan Timur menginvasi
Kabul. Dari sana, suatu kesultanan terbentang, dibatasi oleh Persia di sebelah barat dan teluk
Benggala di sebelah timur; kesultanan ini disebut sebagai Kesultanan Mughal. Dinasti Safawiyah
berakhir dengan kematian pemimpin terakhirnya, Ismail III, pada tahun 1760. Kesultanan muslim
[h]
terakhir, Utsmani, runtuh pada tahun 1918 setelah Perang Dunia I.
Nomad di Asia Tengah
Bermula sejak Dinasti Sui (581–618), Kekaisaran Tiongkok memulai ekspansi mereka ke
sebelah timur Asia Tengah, dan berurusan dengan nomad bangsa Turk, yang merupakan suku
dominan di Asia Tengah. Pada awalnya hubungan mereka kooperatif, tetapi pada tahun 630,
Dinasti Tang melancarkan ofensif kepada bangsa Turk, dan merebut kawasan gurun Ordos,
Mongolia Dalam. Dinasti Tang juga bersaing dengan Kerajaan Tibet demi kekuasaan atas Asia
Tengah. Pada abad ke-8, agama Islam mulai menyebar ke kawasan tersebut dan akhirnya
menjadi agama mayoritas bagi penduduk kawasan tersebut, sementara agama Buddha masih
dominan di sebelah timur. Nomad gurun dari Arab dapat menjalin hubungan kohesif dengan
nomad stepa Asia Tengah, dan kekhalifahan awal memiliki kuasa atas bagian dari kawasan Asia
Tengah. Bangsa Hun Putih adalah grup nomad yang mendominasi pada abad ke-6 dan ke-7,
dan menguasai sebagian besar kawasan Asia Tengah. Pada abad ke-10 dan ke-11, kawasan
tersebut terbagi menjadi beberapa negara, termasuk wilayah Kekhalifahan Samaniyah dan
Khwarezmia.
Kekaisaran Mongolia
Peta ekspansi Mongol sejak pendirian oleh Genghis Khan (1206), hingga kepemimpinan Kublai Khan
(1260–1294).
Kekaisaran Mongolia
Ilkhanat
Gerombolan Emas
Dinasti Yuan
Khanat Chagatai
Artikel utama: Ekspansi Mongol dan Kekaisaran Mongolia
Kekaisaran besar yang muncul dari Asia Tengah berkembang saat Genghis Khan menyatukan
suku-suku di Mongolia. Potensi sumber daya dan jalur perdagangan di Asia Barat membuat
Gengis Khan mengalihkan perhatiannya ke sana. Pada 1219-1221, pasukan Mongol
menaklukkan Kekaisaran Khwarezmia dan kota-kota muslim di sekitarnya. Tahun-tahun
berikutnya, melalui peperangan dan penyerahan, pasukan Mongol menguasai kawasan yang kini
merupakan wilayah Iran, Irak, Suriah, dan Turki. Tahun 1258, pasukan Mongol berhasil
mengepung Baghdad yang pada masa itu merupakan salah satu kota muslim besar. Ketika
pasukan Mongol menyerbu Palestina, mereka dipukul mundur oleh prajurit Mamluk di dekat
Lembah Jezreel, dalam pertempuran Ain Jalut.
Bangsa Mongol menyerbu Tiongkok setelah berhasil melewati Tembok Besar Tiongkok. Dari
utara, mereka menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil dan menjatuhkan Dinasti Jin dan Song yang
berkuasa saat itu. Penaklukan atas Tiongkok memicu berdirinya Dinasti Yuan. Sejak 1231,
pasukan Mongol menginvasi Korea yang pada saat itu dikuasai oleh Dinasti Gojoseon. Invasi
mereka berakhir setelah Gojoseon menyatakan penyerahan dirinya pada tahun 1259. Setelah
penaklukan Korea dan berdirinya Dinasti Yuan, perhatian pasukan Mongol juga tertuju pada Asia
Tenggara, yang pada saat itu merupakan kawasan bagi sejumlah kerajaan Hindu-Buddha. Tahun
1257, mereka menyerbu Vietnam Utara, yang pada masa itu merupakan wilayah Dinasti Tran
dan Kerajaan Champa. Setelah usaha penyerangan yang tidak berhasil, penguasa monarki di
Vietnam Utara membuat perjanjian damai dengan Dinasti Yuan.
Pada 1274, pasukan Mongol berangkat dari Korea untuk menyerbu Jepang. Sebelum berhasil
mencapai ibu kota Jepang, armada mereka ditenggelamkan oleh angin topan, yang kemudian
dikenal sebagai kamikaze ("angin dewa"). Sementara itu di Asia Tenggara, pasukan Mongol juga
menyerbu Burma. Mereka berhasil mengalahkan pasukan Burma, namun terpaksa menarik
mundur pasukannya karena iklim tropis dan malaria.
[163]
Tahun 1281, bangsa Mongol melakukan
invasi kedua ke Jepang dengan armada yang berangkat dari Korea dan Tiongkok, namun
mendapatkan kegagalan yang sama. Sementara itu, kemenangan pasukan Mongol dalam
pertempuran Pagan (1287) menyebabkan Burma menjadi vasal Dinasti Yuan. Tahun 1293,
pasukan Mongol menyerbu Jawa—yang pada saat itu merupakan wilayah Singhasari—namun
gagal.
Di Eropa, pasukan Mongol menyerbu dan menghancurkan Kievan Rus', juga menginvasi
Polandia, Hongaria dan Bulgaria. Selama tiga tahun (1237–1240), pasukan Mongol
menghancurkan dan membinasakan kota-kota besar di Eropa Timur kecuali Novgorod dan
[164]
Pskov.
Kekaisaran Mongolia hanya bertahan selama kurang lebih satu abad. Setelah kejayaannya,
wilayah taklukan mereka melepaskan diri. Setelah wafatnya Genghis Khan pada tahun 1227,
sebagian besar kawasan Asia Tengah dikuasai oleh Khanate Chagatai. Tahun 1369, Timur alias
Timur Leng, seorang pemimpin militer berkebangsaan Turk, menaklukkan sebagian besar
wilayah kekuasaan para khan Mongol. Akan tetapi kekaisaran yang dibentuk olehnya runtuh tak
lama setelah kematiannya. Kemudian kawasan tersebut dibagi-bagi menjadi sejumlah khanat
(daerah yang dikuasai khan), meliputi Khanate Khiva, Khanate Bukhara, Khanat Kokand, dan
Khanat Kashgar.
Eropa pada Abad Pertengahan
Carolus Magnus alias Charlemagne("Karl yang Agung"), Kaisar Romawi Suci (800–814).
Artikel utama: Abad Pertengahan dan Sejarah Eropa
Eropa selama Abad Pertengahan Awal ditandai dengan berkurangnya populasi, urbanisasi, dan
serbuan bangsa biadab, semuanya dimulai sejak Abad Kuno. Kaum barbar dari barat, terutama
bangsa Jermanik mendirikan kerajaan-kerajaan mereka di bekas wilayah Kekaisaran Romawi
Barat. Di wilayah tersebut berdiri sejumlah negara-negara yang lambat laun saling berperang. Di
Eropa Timur, Kekaisaran Romawi Timur alias Bizantium masih berdiri, dan pada awal Abad
Pertengahan mengadakan perang terakhir melawan bangsa Persia.
Pada abad ke-7, Afrika Utara dan Timur Tengah (yang pernah menjadi wilayah Kekaisaran
Romawi Timur) menjadi bagian dari kekhalifahan setelah penaklukkan yang dilakukan oleh
penerus Muhammad. Meskipun ada perubahan substansial dalam struktur masyarakat dan
politik, namun tidak seekstrim yang pernah dikemukakan para sejarawan, karena banyak
kerajaan baru menyatukan diri dengan tradisi Romawi yang masih bertahan. Agama Kristen
menyebar di Eropa Barat dan banyak biara didirikan. Pada abad ke-7 dan ke-8, bangsa Franka,
di bawah pemerintahan Dinasti Karolingia, mendirikan sebuah kekaisaran yang meliputi
sebagian besar kawasan Eropa Barat. Sementara itu, di Semenanjung Balkan, Kekaisaran
Bulgaria berdiri sebagai saingan Bizantium di daerah Balkan, sehingga mengakibatkan sejumlah
perang terjadi di antara mereka. Meskipun demikian, kadangkala dua kekuatan tersebut menjalin
perdamaian aliansi. Bizantium memberi pengaruh kultural yang kuat kepada Bulgaria, sehingga
agama Kristen diterima di Bulgaria pada tahun 864.
Di Eropa Utara, tepatnya kawasan Skandinavia, bangsa Nordik memulai penjelajahannya mulai
dari abad ke-9, demi perdagangan dan penjarahan. Periode ekspansi mereka ke berbagai laut
dan sungai di Eropa disebut Zaman Viking. Bangsa Viking memulai ekspansi mereka dari
Skandinavia, lalu menjelajah negara-negara di Eropa Utara. Mereka juga bergerak ke barat lalu
menduduki Islandia dan Greenland. Sejauh yang diketahui, mereka adalah bangsa Eropa
[165]
pertama yang menduduki benua Amerika, tepatnya di Newfoundland, Kanada.
[166]
bangsa Viking juga mencapai Kepulauan Faroe dan Anatolia.
Penjelajahan
Zaman Viking berakhir sekitar
pertengahan abad ke-11, masa saat terjadinya penaklukan Normandia di Inggris.
Pada abad ke-9, Kekaisaran Karoling di Eropa Barat mengalami kemunduran di bawah tekanan
para penyerbu—bangsa Viking, Magyar, dan Saracen. Menjelang dan setelah Kekaisaran
Karoling runtuh, dua imperium besar berdiri di Eropa; di sebelah barat berdiri Kerajaan Prancis
(843) yang merupakan penerus kekuasaan bangsa Franka, sementara di sebelah timur berdiri
Kekaisaran Romawi Suci (962),
[167]
mencakup sejumlah negara yang kini dikenal dengan nama
Jerman, Austria, Swiss, Cheska, Belgia, Italia, dan sebagian wilayah Prancis.
Selama akhir abad ke-9 dan ke-10, Tsar Simeon I meraih kemenangan atas Bizantium, dan
memperluas Kekaisaran Bulgaria sampai puncaknya. Setelah membantai pasukan Bizantium
dalam pertempuran Anchiale tahun 917, pasukan Bulgaria mengepung Konstantinopel pada
tahun 923 dan 924. Akhirnya kekuatan Bizantium pulih dan pada tahun 1014, di bawah pimpinan
Basil II, mereka membalas kekalahan atas Bulgaria dalam pertempuran Kleidion. Tahun 1018,
benteng Bulgaria terakhir menyerah kepada Kekaisaran Bizantium, sehingga Kekaisaran
Bulgaria Pertama dibubarkan. Kekaisaran itu dilanjutkan kembali saat pendirian Kekaisaran
Bulgaria Kedua tahun 1185.
Animasi peta persebaran Maut Hitam (1346-1351), wabah mematikan yang tersebar di Eurasia pada
abad ke-14.
Selama Abad Pertengahan Luhur, yang dimulai pada abad ke-11, populasi di Eropa meningkat
pesat diiringi dengan teknologi baru dan inovasi pertanian yang membuat perdagangan
berkembang maju dan lahan-lahan pertanian bertambah. Manorialisme—serikat petani di desa
yang menyewa tanah dan bekerja untuk para bangsawan—dan feodalisme—struktur politik yang
membuat para kesatria dan golongan bangsawan tingkat rendah memberikan pelayanan kepada
majikannya sebagai balas jasa atas hak menyewa tanah—adalah dua cara untuk
mengorganisasi masyarakat Abad Pertengahan yang berkembang selama Abad Pertengahan
Luhur. Kerajaan-kerajaan menjadi lebih menekankan sentralisasi setelah dampak desentralisasi
dari pecahnya Kekaisaran Karoling.
Perang Salib, yang pertama kali diserukan tahun 1095, merupakan usaha orang Kristen barat
untuk merebut kembali Tanah Suci dari tangan muslim, dan setelah usaha panjang, orang
Kristen mampu mendirikan negara-negara kecil di Timur Dekat. Kehidupan intelektual ditandai
dengan skolastisisme dan pendirian beberapa universitas, sementara pembangunan katedral
Gotik merupakan salah satu pencapaian artistik luar biasa pada masa itu.
Abad Pertengahan Akhir ditandai dengan banyaknya kesulitan dan bencana. Kelaparan, wabah,
dan perang membinasakan sebagian populasi Eropa Barat. Maut Hitam sendiri membunuh
sekitar sepertiga dari populasi Eropa antara 1347 dan 1350. Maut Hitam merupakan salah satu
pandemi paling mematikan dalam sejarah umat manusia. Bermula di Asia, wabah tersebut
mencapai Mediterania dan Eropa Barat selama akhir 1340-an,
[168]
dan membunuh 10 juta orang
Eropa dalam enam tahun; antara sepertiga hingga setengah populasi Eropa.
Pada Abad Pertengahan
[170]
[169]
terjadi urbanisasi berkesinambungan pertama di Eropa Utara dan
Barat. Banyak negara-negara Eropa masa kini yang memiliki asal usul dari peristiwa-peristiwa
sepanjang Abad Pertengahan; perbatasan politis Eropa masa kini, dalam banyak hal,
merupakan akibat dari prestasi militer dan kewangsaan selama zaman ke gemuruhan
tersebut.
[171]
Abad Pertengahan berlangsung hingga dimulainya Abad Modern Awal
[17]
pada
abad ke-16, ditandai oleh berdirinya banyak negara kota, perpecahan Kekristenan Barat dalam
[172]
suatu reformasi,
[173]
kebangkitan humanisme dalam Renaisans Italia,
dan dimulainya
penjelajahan samudra oleh orang Eropa yang mengakibatkan Pertukaran
Kesultanan dan dinasti di Asia Selatan
Kemaharajaan Chola pada masa pemerintahan Rajaraja Chola I (985–1014).
Pergerakan pasukan muslim ke India diawali dari Persia. Tahun 712, jenderal Muhammad bin
Qasim menaklukkan sebagian besar kawasan lembah Indus, yakni wilayah negara Pakistan
masa kini. Kemudian kawasan tersebut menjadi bagian dari Kekhalifahan Umayyah. Zaman
Klasik Akhir di India bermula setelah berakhirnya kejayaan Kemaharajaan Gupta dan runtuhnya
Kerajaan Harsha pada abad ke-7, dan berakhir seiring dengan jatuhnya Kerajaan Wijayanagara
di India Selatan pada abad ke-13, karena tekanan pasukan muslim di sebelah utara.
Dari abad ke-7 hingga ke-9, tiga dinasti berkuasa di kawasan India Utara: Gurjara-Pratihara dari
Malwa, Dinasti Gangga Timur dari Odisha, Pala dari Benggala, dan Rashtrakuta dari Dekkan.
Kemudian Dinasti Sena mengambil alih kekuasaan Kerajaan Pala, sementara Gurjara-Pratihara
terpecah belah menjadi beberapa kerajaan. Hal ini mengawali sejarah berdirinya
kerajaan-kerajaan kaum Rajput, yaitu serangkaian kerajaan yang senantiasa bertahan dalam
sejarah India, selama hampir satu milenium, sampai akhirnya India memperoleh kemerdekaan
dari Inggris. Kerajaan kaum Rajput pertama yang tercatat dalam sejarah berdiri di Rajasthan
pada abad ke-6, dan beberapa dinasti Rajput memerintah sebagian India Utara. Sementara itu,
Dinasti Shahi menguasai bagian timur Afganistan, Pakistan Utara, dan Kashmir dari pertengahan
abad ke-7 sampai awal abad ke-11.
Dinasti Chalukya menguasai bagian selatan dan tengah India—dengan pusat di Badami,
Karnataka—antara tahun 550 hingga 750, dan kemudian oleh Chalukya Barat antara tahun 970
dan 1190. Dinasti Pallawa dari Kanchipuram adalah tetangganya di ujung selatan. Seiring
dengan keruntuhan Kerajaan Chalukya, negara asalnya memerdekakan diri dan sejumlah
monarki terbentuk di bekas wilayahnya, seperti Dinasti Hoysala dari Halebidu, Dinasti Kakatiya
dari Warangal, Seuna Yadawa dari Devagiri, dan wilayah Kalachuri di selatan.
Pada abad ke-10 dan ke-11, pengaruh Dinasti Chola di India Selatan sudah berkembang hingga
ke wilayah Andhra Pradesh masa kini dan kerajaannya telah menjadi tempat ziarah bagi
[175]
biarawan dari Asia Timur.
Dinasti tersebut menjalin hubungan dagang dengan Dinasti Tang
[176]
di Tiongkok dan kerajaan Sriwijaya di Semenanjung Malaya.
Pada puncak kejayaannya,
Kerajaan Chola menguasai kawasan India Selatan dan sebagian Asia Tenggara. Raja Raja
Chola I menaklukkan India Selatan dan sebagian Sri Lanka. Pasukannya bergerak ke timur dan
menduduki pantai Myanmar hingga ke Vietnam, kepulauan Andaman dan Nikobar,
Lakshadweep, Sumatra, dan Semenanjung Malaya, serta kepulauan Pegu. Kemudian selama
periode pertengahan di India, Kerajaan Pandya berdiri di Tamil Nadu, demikian pula Kerajaan
Chera di wilayah Kerala dan Tamil Nadu. Tahun 1343, dinasti-dinasti tersebut mulai runtuh,
mengawali perkembangan Kerajaan Wijayanagara.
Setelah beberapa penaklukan muslim yang sukses di Asia Tengah (antara abad ke-10 dan
ke-15), kesultanan-kesultanan muslim mulai merambah ke anak benua India, seperti pendirian
Kesultanan Delhi dan Kesultanan Mughal. Penguasa Mughal datang dari Asia Tengah untuk
menguasai sebagian besar wilayah utara Asia Selatan. Para sultan Mughal memperkenalkan
kesenian dan arsitektur dari Asia Tengah ke India. Sementara Kesultanan Mughal dan beberapa
kerajaan kaum Rajput berkembang, sejumlah kerajaan Hindu merdeka, seperti Wijayanagara,
Maratha, Gangga Timur, dan Ahom berkembang di tempat yang berbeda-beda di segala penjuru
India. Kesultanan Mughal mengalami keruntuhan secara perlahan pada awal abad ke-18,
sehingga memberikan kesempatan bagi bangsa Afghan, Balochi, Sikh, dan Maratha untuk
menguasai daerah di barat daya India sampai akhirnya Perusahaan Hindia Timur Britania dari
Inggris memperoleh kuasa atas Asia Selatan.
Imperium di Asia Tenggara
Artikel utama: Sejarah Asia Tenggara
Angkor Wat di Kamboja, kuil Hindu yang dibuat pada era kerajaan Khmer, sekitar abad ke-12.
Pada permulaan Era Pasca Klasik, di Asia Tenggara terjadi kejatuhan Kerajaan Funan yang
terbentang dari pesisir Laut Tiongkok Selatan hingga Samudra Hindia. Kerajaan tersebut
digantikan oleh Kerajaan Chenla. Sekitar abad ke-7, kerajaan maritim Sriwijaya berdiri di
Sumatra Selatan, wilayah Indonesia masa kini. Wilayah kekuasaannya mencakup pulau
Sumatra, Jawa Barat, dan Semenanjung Malaya sampai tanah genting Kra (selatan Thailand).
Kerajaan ini memiliki hegemoni atas laut di sekitar semenanjung Malaya, seperti Selat Malaka,
Selat Sunda, dan Laut Tiongkok Selatan. Kerajaan ini juga berpengaruh atas jalur laut
perdagangan antara India dan Tiongkok, sekaligus berdagang dengan mereka.
Pada abad ke-9, Kerajaan Pagan atau Dinasti Pagan terbentuk di Myanmar, sebagai manifestasi
dari penyatuan wilayah-wilayah kedaulatan di kawasan tersebut. Selama keberlangsungannya,
kerajaan ini mendukung pertumbuhan Agama Buddha Theravada di kawasan Asia Tenggara. Di
sebelah timur, Kekaisaran Khmer berdiri, menggantikan Kerajaan Chenla. Angkor, ibu kota
Khmer, merupakan kota terbesar di dunia sebelum zaman industri dan memiliki ribuan kuil, yang
paling terkemuka adalah Angkor Wat.
Pada abad ke-11, Sriwijaya jatuh ke tangan Dinasti Chola. Pada masa itu juga, Islam menyebar
dari Gujarat ke semenanjung Malaya dan kepulauan Indonesia. Pada abad ke-12 dan ke-13,
Pagan dan Kekaisaran Khmer menjadi dua kekaisaran utama di Asia Tenggara daratan.
[30]
Pada
abad ke-13, bangsa Mongol melancarkan serbuan ke sejumlah kawasan di Asia Tenggara,
diantaranya: Burma, Jawa, Vietnam. Di Vietnam dan Jawa, penyerbuan mereka gagal. Tak lama
Setelah pengusiran pasukan Mongol dari Jawa, Kerajaan Majapahit berdiri dan mencapai
kejayaannya pada abad ke-14, dengan wilayah kekuasaan yang sebagian besar mencakup
sebagian besar kepulauan Indonesia dan semenanjung Malaya.
Di Thailand, Sukhothai (abad ke-13) dan Ayutthaya (abad ke-14) merupakan kekuatan utama
bangsa Thai yang dipengaruhi oleh bangsa Khmer. Setelah Ayutthaya mendominasi Sukhotai,
pada abad ke-15, Khmer diserbu oleh Ayutthaya. Sementara itu, di kepulauan Indonesia dan
Malaya, kerajaan-kerajaan Islam sedang berdiri, seiring keruntuhan Majapahit yang terpecah
menjadi sejumlah kerajaan atau kesultanan, di antaranya Kesultanan Malaka, Kesultanan
Demak, dan Kesultanan Cirebon. Seiring dengan perkembangan Islam, pada akhir Abad
Pertengahan, bangsa Eropa mulai berdatangan dan berdagang di kawasan Asia Tenggara,
diawali dengan bangsa Portugis, disusul dengan Spanyol dan Belanda.
Monarki di Afrika
Makam Askia Mohammad I alias Askia yang Agung di Mali. Askia yang Agung merupakan pemimpin
Kekaisaran Songhai pada masa kejayaannya dan membangun negaranya sebagai negara terbesar
dalam sejarah Afrika Barat.
Artikel utama: Sejarah Afrika
Afrika Sub-Sahara pada Era Pasca Klasik merupakan rumah bagi berbagai peradaban. Kerajaan
Aksum melemah pada abad ke-7 M saat Islam memisahkannya dari sekutu Kristen mereka dan
rakyatnya pindah jauh ke dataran tinggi Ethiopia demi mencari perlindungan. Akhirnya mereka
mendirikan Dinasti Zagwe yang terkenal akan bangunan dari pahatan batu di Lalibela. Kemudian
dinasti tersebut dijatuhkan oleh Dinasti Salomo yang mengaku sebagai keturunan para raja
Aksum dan memerintah dengan baik sampai abad ke-20. Di kawasan Sahel di Afrika Barat,
banyak kekaisaran Islam berdiri, seperti kekaisaran Ghana, kekaisaran Mali, kekaisaran
Songhai, dan kekaisaran Kanem. Mereka menguasai emas, gading, garam, dan budak di jalur
perdagangan trans-Sahara.
Di selatan peradaban Sahel terdapat hutan pesisir yang tidak bisa dihuni oleh kuda dan unta. Di
sana berdirilah beberapa peradaban: bangsa Yoruba dengan kota Ife (terkenal akan seninya
yang naturalistik) dan Kekaisaran Oyo; bangsa Edo dengan Kekaisaran Benin Yang beribukota
di kota Benin; bangsa Igbo dengan Kerajaan Nri yang menghasilkan seni perunggu berkualitas di
Igbo Ukwu; dan bangsa Akan yang terkenal akan arsitekturnya yang rumit.
Di daerah yang kini disebut Zimbabwe pernah berdiri sejumlah kerajaan yang bermula dari
Kerajaan Mapungubwe di daerah Afrika Selatan masa kini. Mereka berkembang melalui
perdagangan dengan bangsa Swahili di pesisir Afrika Timur. Mereka mendirikan struktur
bebatuan besar tanpa semen, contohnya di Zimbabwe Raya (ibu kota Kerajaan Zimbabwe),
Khami (ibu kota kerajaan Butua), dan Danamon Be (Dhlo-Dhlo; ibu kota Kekaisaran Rozwi).
Bangsa Swahili sendiri merupakan penghuni pesisir Afrika Timur dari Kenya sampai Mozambik
yang berdagang secara ekstensif dengan orang Asia dan Arab, yang memperkenalkan agama
Islam kepada mereka. Mereka mendirikan banyak bandar seperti Mombasa, Zanzibar, dan
Kilwa, yang dikenal oleh para pelaut Tiongkok karena usaha Zheng He dan para geografer
muslim.
Amerika pra-Columbus
Pada Era Pasca Klasik, di Amerika Utara, Tengah, dan Selatan terjadi perkembangan
kebudayaan dan peradaban yang unik dan tumbuh secara mandiri. Tidak menutup kemungkinan
bahwa benua tersebut ditemukan oleh bangsa Eropa sebelum perjalanan Columbus. Kolonisasi
Nordik di Amerika terjadi sekitar abad ke-10, ketika pelaut Nordik (biasanya merujuk pada
Viking) mengeksplorasi dan menduduki kawasan Atlantik Utara, termasuk kawasan timur laut
[177]
Amerika Utara.
Sementara koloni Nordik di Greenland Berlangsung selama hampir 500
tahun, permukiman mereka di Amerika Utara tidak cukup luas dan tidak berkembang menjadi
koloni permanen. Perjalanan dan penjelajahan untuk mencari sumber daya alam—misalnya
kayu—mungkin saja terjadi pada masa itu, namun tidak ada bukti tentang pendudukan Nordik di
daratan utama Amerika Utara.
[178]
Kebudayaan di Amerika Utara
Ilustrasi situs di Kincaid, salah satu tempat perkembangan peradaban Mississippi, pada masa
kejayaannya.
Tradisi Hopewell adalah istilah untuk aspek-aspek yang lazim dihadapi pada kebudayaan
penduduk asli Amerika yang tersebar di sekitar daerah pinggiran sungai di timur laut dan
barat-madya wilayah Amerika Serikat kini, sejak 200 SM sampai 500 M.
[179][180]
Hohokam
adalah salah satu dari empat tradisi arkeologis prehistoris utama di kawasan yang kini disebut
[181]
Amerika Barat Daya.
Dengan hidup sebagai petani, masyarakat kuno tersebut menanam
jagung dan kacang. Masyarakat Hohokam Awal mendirikan sejumlah desa di sekitar sungai Gila.
Masyarakat tersebut bermukim di tanah yang baik untuk ditanami, dengan pertanian kering yang
lazim dilakukan pada awal periode tersebut.
[181]
Dari periode sekitar 1200 hingga 1650, muncul berbagai kebudayaan kompleks yang berbasis
pada pengadopsian budidaya jagung, kepadatan populasi yang terus berkembang, dan
[182]
organisasi sosial setingkat suku.
Pengenalan tanaman jagung dari Mesoamerika
Memberikan akumulasi surplus pangan untuk mendukung populasi dengan kepadatan tinggi dan
mengawali pengembangan skil-skil khusus.
[183]
Liga bangsa-bangsa Iroquois atau "Rakyat
Rumah Panjang", berbasis di sebelah barat New York masa kini, menganut model konfederasi
sejak pertengahan abad ke-15. Sistem afiliasi mereka seperti federasi, berbeda dengan monarki
bangsa Eropa yang lebih kuat dan berpemerintahan terpusat.
[184]
Peperangan antar suku terjadi
di tempat-tempat tertentu, yang mengakibatkan kepergian dan migrasi sejumlah suku.
[185]
Negara kota di Mesoamerika
Istana di Palenque, salah satu bekas kota bangsa Maya.
Di kawasan Mesoamerika berkembang sejumlah peradaban, beberapa di antaranya runtuh
sebelum Abad Pertengahan, contohnya Peradaban Olmek di pesisir Teluk Meksiko, tepatnya di
situs La Venta dan San Lorenzo Tenochtitlán, yang runtuh sekitar 400 M.
[186]
Sementara itu,
negara kota Teotihuacan berdiri di Lembah Meksiko sekitar 100 SM dan membangun
kebudayaannya, namun bangsa pendirinya masih diperdebatkan karena tidak ada bukti
tertulis.
[187]
Tak jauh dari pusat perkembangan peradaban Olmek, peradaban Maya masih berkembang di
kawasan yang kini disebut Chiapas. Peradabannya berkembang hingga Guatemala dan
[188][189]
semenanjung Yukatan.
Sebagaimana peradaban Yunani Kuno, peradaban Maya juga
melahirkan berbagai negara kota yang tumbuh secara mandiri. Pertanian merupakan sektor
penting di negara kota seperti Tikal dan Copán. Monumen-monumen penting berbentuk piramida
dibangun di pusat keagamaan serta di istana pemimpin mereka. Istana di Cancuénadalah yang
terbesar di seluruh wilayah Maya. Artefak penting lainnya yang sering ditemukan para arkeolog
adalah lempengan batu berukir yang disebut stele; bangsa Maya menyebutnya tetun, atau "tiga
batu". Lempengan batu tersebut ditulis dengan logogram, memaparkan nama para pemimpin
Maya beserta genealogi, kejayaan militer, serta prestasi lainnya.
[190]
Pada era klasiknya
(200-1000 M), kota-kota bangsa Maya seperti Tikal, Calakmul, Copán, Palenque, Uxmal, Cobá,
dan Caracol mencapai kejayaannya, sedangkan Teotihuacan runtuh sekitar abad ke-8 M.
Pada abad ke-13, di sebelah barat kota-kota Maya, terjadi aliansi tiga kota bangsa Aztec:
Tenochtitlan, Texcoco, dan Tlacopan. Imperium Aztec berdiri sejak abad ke-14 hingga abad
ke-16. Ibu kotanya adalah Tenochtitlan. Kota tersebut dibangun di atas pulau di tengah danau.
Tenochtitlan merupakan salah satu kota terbesar di dunia pada saat itu. Bangsa Aztec menganut
konsep politeisme. Quetzalcoatl (ular berbulu), Huitzilopochtli (kolibri dari selatan) dan
Tezcatlipoca (cermin berasap) adalah dewa utama dalam pantheon mereka. Kadang kala
bangsa Aztec membunuh manusia untuk menyenangkan hati para dewa mereka. Antara tahun
1519 dan 1521, conquistador Español, Hernán Cortés menaklukkan bangsa Aztec dan merebut
wilayah kekuasaan mereka.
[191]
Kekaisaran Inka
Machu Picchu, bekas kota bangsa Inca Di atas lembah Urubamba, pegunungan Andes, Peru. Didirikan
sekitar 1450 M. Kini menjadi ikon peradaban mereka.
Artikel utama: Peradaban Inca
Pada periode sekitar abad ke-13, kebudayaan Inka berjaya di Amerika Selatan. Bangsa Inka
merupakan bangsa yang sejahtera dan maju, terkenal akan sistem jalannya yang baik dan
pertukangan batu yang tak tertandingi. Kekaisaran Inca bertahan selama kurang lebih satu abad
sebelum kedatangan bangsa Spanyol pada tahun 1532. Manco Capac mendirikan negara kota
bangsa Inca pertama sekitar tahun 1200-an.
[192]
Kota tersebut meliputi seluruh area sekitar
Cusco. Tahun 1400-an, Pachacuti mempersatukan suku-suku lain di kawasan Andes. Sejak saat
itu perkembangan kekaisaran Inca terjadi. Akhirnya kekaisaran Inca menjadi kekaisaran terbesar
[193]
di benua Amerika sebelum kedatangan Columbus.
Kekaisaran Inca, atau Tawantinsuyu
(artinya "empat wilayah" dalam bahasa Quechua), yang beribu kota di Cusco, membentangi
seluruh daerah pegunungan Andes, membuatnya sebagai peradaban Pra-Columbus yang paling
ekstensif.
[194]
Imperium di Oseania
Di Oseania, Kekaisaran Tu'i Tonga berdiri pada abad ke-10 dan wilayah kekuasaannya meluas
antara tahun 1200 dan 1500. Kebudayaan, bahasa, dan pengaruh suku Tonga menyebar luas di
Polinesia selama periode tersebut,
[195][196]
di sepanjang 'Uvea Timur, Rotuma, Futuna, Samoa
dan Niue, sebagian Mikronesia (Kiribati, Pohnpei), Vanuatu, dan Kaledonia Baru dan Kepulauan
[197]
Loyalty.
Catatan sejarah dari penduduk asli Oseania tidak cukup banyak, namun sejumlah
sejarah dapat direkonstruksi melalui tradisi oral, arkeologi, dan linguistik.
Sejarah modern
Sejarah modern ("periode modern", "era modern", "zaman modern") adalah sejarah masa-masa
setelah Abad Pertengahan. "Sejarah kontemporer" adalah sejarah yang meliputi
peristiwa-peristiwa yang terjadi sejak sekitar tahun 1900 hingga sekarang.
Abad Modern Awal
Sebelumnya, bubuk mesiu pada senjata api digunakan secara terbatas. Pada Abad Modern Awal,
senjata api semakin sering dimanfaatkan dalam pertempuran, contohnya saat pengepungan Esztergom
(1543) antara Kesultanan Utsmaniyah dengan Kekaisaran Romawi Suci.
Artikel utama: Abad Modern Awal
[i]
"Abad Modern Awal" adalah istilah yang digunakan oleh para sejarawan untuk merujuk pada
suatu periode di Eropa Barat dan koloni-koloni pertamanya yang berlangsung selama
berabad-abad antara Abad Pertengahan dan Revolusi Industri—sekitar 1500 sampai 1800. Abad
Modern Awal ditandai dengan pemusatan perhatian pada sains dan semakin majunya
perkembangan teknologi, sekularisasi politik, dan berdirinya negara kota. Ekonomi kapitalis
mulai berkembang, mula-mula di republik-republik Italia Utara seperti Genoa. Pada Abad Modern
Awal juga dimulai perkembangan dan dominansi teori ekonomi merkantilisme. Abad Modern
Awal menggambarkan kemunduran dan akhirnya kelenyapan feodalisme, perbudakan, dan
kekuasaan Gereja Katolik Roma di sebagian besar kawasan Eropa. Dalam periode tersebut juga
terjadi masa akhir Reformasi Protestan, Perang Tiga Puluh Tahun, Abad Penemuan, Kolonisasi
Eropa di Amerika, dan puncak perburuan penyihir di Eropa.
Renaisans
Artikel utama: Renaisans
Renaisans Eropa, berawal pada abad ke-14,
[198]
ditandai dengan penggalian kembali ilmu-ilmu
dari zaman kuno, serta kebangkitan ekonomi dan kehidupan sosial di Eropa. Zaman Renaisans
[199]
juga menimbulkan budaya ingin tahu, yang berujung pada humanisme dan Revolusi Ilmiah.
Meskipun ada pergolakan dan revolusi sosial dan politik yang diupayakan melalui berbagai cara
intelektual, Zaman Renaisans lebih dikenal akan perkembangan kesenian dan kontribusi para
polimatik macam Leonardo da Vinci and Michelangelo, yang menyebabkan adanya istilah
[200][201]
"Bapak Renaisans".
Ekspansi Eropa
Informasi lebih lanjut: Sejarah Eropa dan Zaman Penjelajahan
Peta pelayaran terkemuka pada Zaman Penjelajahan, 1482–1524.
Penemuan terkemuka
Penemuan/
Tujuan
Sungai Kongo
Pemimpin
Tah
penjelajahan
un
Diogo Cão
148
Didanai oleh
João II dari Portugal
2
Tanjung
Harapan,
Samudra Hindia
Dias
148
8
João II dari Portugal
Karibia
Kolumbus
149
Fernando dan Isabel
2
India
Vasco da Gama
149
Manuel I
8
Brasil
Cabral
150
Manuel I
0
Maluku,
Australasia
(Samudra Pasifik
Albuquerque,
151
Abreu
2
Manuel I
dan Serrão
Barat)
Samudra Pasifik
Vasco Balboa
Timur
Selat Magellan
Magellan
151
Fernando II dari
3
Aragón
152
Carlos I dari Spanyol
0
sirkumnavigasi
"Magellan"
152
Carlos I dari Spanyol
2
Australia
Selandia Baru
Antartika
Willem Janszoon
Abel Tasman
James Cook
160
Perusahaan Hindia
6
Timur Britania
164
Perusahaan Hindia
2
Timur Britania
177
George III
3
Hawaii
James Cook
177
George III
8
Selama periode ini, kekuatan Eropa mendominasi hampir seluruh bagian dunia. Dalam suatu
teori dinyatakan bahwa geografi Eropa berperan penting dalam keberhasilan tersebut. Dari luar,
Timur Tengah, India, dan Tiongkok dikelilingi oleh pegunungan atau laut. Sekali rintangan alami
ini dilalui, wilayah mereka hampir tampak datar. Sebaliknya, Pegunungan Pyrenia, Alpen,
Apennini, Karpatia, dan pegunungan lainnya terbentang di sepanjang Eropa, dan kawasan
benua tersebut juga terbagi-bagi oleh sejumlah lautan. Hal ini memberi perlindungan lebih bagi
[202]
Eropa terhadap risiko penyerbuan dari Asia Tengah.
Sebelum zaman penggunaan senjata
api, bangsa nomad Asia Tengah lebih unggul daripada negara-negara agraris di sekeliling benua
Eurasia dan bila mereka berhasil menerobos ke dataran India Utara atau melalui lembah-lembah
di Tiongkok, serbuan mereka tidak akan terhentikan. Serbuan mereka kerap mendatangkan
kehancuran. Zaman kejayaan Islam berakhir setelah bangsa Mongol menghancurkan Baghdad
tahun 1258.
[203]
India dan Tiongkok merupakan subjek serbuan secara berkala, dan Rusia
melewati masa hampir dua abad di bawah penindasan bangsa Mongol-Tatar. Eropa Tengah dan
Barat, secara logistik lebih jauh dari jantung Asia Tengah, sehingga menjamin risiko penyerbuan
yang lebih kecil.
[204]
Geografi berpengaruh terhadap perbedaan geopolitik. Dalam sebagian besar sejarahnya,
Tiongkok, India, dan Timur Tengah disatukan di bawah kekuatan dominan yang memperluas
teritorinya hingga mencapai batas pegunungan dan gurun di sekelilingnya. Tahun 1600-an,
Kesultanan Utsmaniyah
[205]
menguasai hampir seluruh kawasan Timur Tengah, sementara
Dinasti Ming memerintah Tiongkok,
[206][207]
dan Kemaharajaan Mughal Berkuasa atas India.
Sebaliknya, Eropa kerap terpecah-belah menjadi sejumlah negara yang saling berperang.
Imperium-imperium pemersatu Eropa, kecuali Kekaisaran Romawi, cenderung runtuh tak lama
setelah berdiri. Faktor geografis penting lainnya yang berperan dalam kebangkitan Eropa adalah
Laut Tengah, yang selama ribuan tahun telah berfungsi sebagai jalur maritim yang membantu
pertukaran komoditas, bangsa, pemikiran, dan invensi.
Hampir seluruh peradaban agraris didesak oleh lingkungan sekitarnya. Produktivitas tetap
rendah, dan perubahan iklim dengan mudah mempengaruhi siklus kejayaan dan kemunduran
(boom-and-bust cycle; masa ekonomi sedang) yang menghantarkan peradaban menuju
kebangkitan dan kehancurannya. Pada abad ke-16, terjadi perubahan kualitatif dalam sejarah
dunia. Kemajuan teknologi serta kemakmuran yang dihasilkan melalui perdagangan
[202][208]
perlahan-lahan memberikan peluang yang lebih besar.
Hak kepemilikan dan ekonomi pasar bebas di Eropa lebih kuat daripada tempat lain di mana pun
karena idealisme kebebasannya, sehingga sikap dan tradisi tersebut mendukung ekspansi
Eropa.
[204][209]
Pada masa kini, sarjana seperti Kenneth Pomeranz berkeberatan dengan
pandangan tersebut, meskipun pendekatan sang revisionis terhadap sejarah dunia menuai kritik
karena meremehkan prestasi peradaban Eropa.
[210]
Ekspansi maritim Eropa mengejutkan—mengingat kondisi geografis benua tersebut—dan
sebagian besar merupakan usaha negara-negara yang berada di pesisir Samudra Atlantik:
Portugal, Spanyol, Inggris, Prancis, dan Belanda. Awalnya Imperium Portugis dan Spanyol
merupakan penakluk ulung dan sumber pengaruh, dan perserikatan mereka menghasilkan Uni
[211]
Iberia,
imperium global pertama yang memiliki wilayah "yang tak pernah melihat matahari
tenggelam". Kemudian Inggris, Prancis, dan Belanda—negara-negara di sebelah utara—mulai
mendominasi Atlantik. Dalam peperangan yang terjadi pada abad ke-17 dan ke-18—berpuncak
pada peperangan era Napoleon—Britania muncul sebagai kekuatan dunia baru.
[j]
Pada era ini kebudayaan Eropa memasuki Abad Pencerahan yang menuju pada Revolusi
Ilmiah.
[212]
Perkembangan regional
Kolonisasi dunia pada tahun 1492 (Abad Modern Awal), 1550, 1660 (Abad Pencerahan), 1754 (Abad
Revolusi), 1822 (Revolusi Industri), 1885 (Hegemoni Eropa), 1914 (Perang Dunia I), 1938 (Perang
Dunia II), 1959 (Perang Dingin) and 1974 (sejarah mutakhir).
Pada awal Abad Modern, terjadi keruntuhan sejumlah peradaban dan perkembangan di berbagai
kawasan di Afrika. Pesisir Swahili mengalami kemunduran setelah diambil alih oleh bangsa
Portugis. Di Afrika Barat, Kekaisaran Songhai jatuh ke tangan bangsa Maroko pada tahun 1591
setelah mereka diserbu dengan senjata api. Kerajaan Zimbabwe di Afrika Selatan runtuh dan
menjadi beberapa kerajaan, diantaranya Kerajaan Mutapa, Butua, dan Rozwi. Ethiopia
mengalami invasi pada tahun 1531 oleh Kesultanan Adal, dan pada tahun 1769 memasuki
Zemene Mesofit (Zaman Pangeran) saat kaisar menjadi simbol pemerintahan sementara negeri
tersebut dipimpin oleh para panglima perang, dan akhirnya suksesi pemerintahan para raja
dipulihkan di bawah kepemimpinan Kaisar Tewodros II. Kekaisaran Ajuuraan yang berada di
Tanduk Afrika mulai runtuh pada abad ke-17, digantikan oleh Kesultanan Geledi. Peradaban
lainnya di Afrika mengalami kemajuan selama periode tersebut. Kekaisaran Oyo mengalami
zaman keemasannya, begitu pula Kekaisaran Benin. Kekaisaran Ashanti berjaya di kawasan
yang kini disebut Ghana pada tahun 1670. Kerajaan Kongo juga mengalami kemakmuran pada
periode tersebut. Eksplorasi Eropa di Afrika mencapai puncaknya pada saat itu.
Tahun 1511, bangsa Portugis menaklukkan Kesultanan Malaka di kawasan yang kini merupakan
wilayah Malaysia dan Sumatra, Indonesia. Bangsa Portugis menguasai wilayah perdagangan
penting tersebut sampai akhirnya digantikan oleh bangsa Belanda pada tahun 1641. Kesultanan
Johor—yang berpusat pada ujung selatan semenanjung Malaya—menjadi kekuatan
perdagangan yang mendominasi kawasan tersebut. Kolonisasi Eropa akhirnya menjamah
hampir seluruh bagian Asia Tenggara: bangsa Inggris di Burma dan Malaysia, bangsa Perancis
di Indochina, bangsa Belanda di Hindia Belanda, bangsa Spanyol di Filipina. Hanya Thailand
yang berhasil bebas dari kolonisasi tersebut.
Oceania di samudra Pasifik terkena imbas dari kontak dengan bangsa Eropa, bermula sejak
pelayaran sirkum navigasional oleh Ferdinand Magellan, yang berlabuh di kepulauan Mariana
dan pulau-pulau lainnya pada tahun 1521. Perjalanan penting lainnya dilakukan oleh Abel
Tasman (1642–44)—yang berhasil mencapai benua Australia, Selandia Baru, dan pulau-pulau di
sekitarnya—dan Kapten James Cook (1768–1779), orang Eropa pertama dalam sejarah yang
melakukan kontak dengan Hawaii. Britania Raya mendirikan koloni pertamanya di Australia pada
tahun 1788.
Di Timur Jauh, pemerintahan Dinasti Ming di Tiongkok digantikan oleh Dinasti Qing (1644),
dinasti imperial terakhir di Tiongkok, yang memerintah sampai tahun 1912. Sementara itu
Jepang mengalami zaman Azuchi-Momoyama (1568–1603), diikuti dengan zaman Edo
(1603–1868). Dinasti Joseon di Korea (1392–1910) memimpin pada periode tersebut, dan
berhasil mematahkan invasi Jepang dan Tiongkok pada abad ke-16 dan ke-17. Jepang dan
Tiongkok menjalin hubungan dagang secara signifikan dengan bangsa-bangsa Eropa,
khususnya perdagangan bangsa Portugis dengan Jepang (perdagangan Nanban). Selama
zaman Edo, Jepang mengeluarkan politik isolasi dan menghalau segala pengaruh dari Dunia
Barat.
Di Asia Selatan, Kesultanan Delhi dan Kesultanan-kesultanan Dekkan tergantikan oleh
Kesultanan Mughal pada abad ke-16. Bermula dari kawasan barat daya India, Kesultanan
Mughal memimpin hampir seluruh bagian anak benua India pada akhir abad ke-17,
[213]
kecuali
kawasan di ujung selatan India. Setelah menentang pemerintahan Kesultanan Mughal yang
bercorak Islam, Kemaharajaan Maratha yang bercorak Hindu didirikan di pesisir barat pada
tahun 1674, yang secara perlahan-lahan memperluas wilayahnya—sebagian besar merupakan
wilayah negara India pada masa kini—dari tangan sultan Mughal selama bertahun-tahun,
terutama melalui perang Dekkan (1681–1701).
Di Rusia, Ivan IV diangkat sebagai Tsar pertama Rusia (1547), dan dengan menganeksasi
khanat bangsa Turk di timur, ia mentransformasi Rusia menjadi kekuatan regional.
Negara-negara di Eropa Barat—yang sedang mengembangkan teknologi canggih dan
penaklukan kolonial—bersaing satu sama lain secara ekonomi dan militer dalam situasi perang
yang hampir konstan. Kadang kala peperangan tersebut bersangkut paut dengan agama, entah
Katolik versus Protestan, atau (di Eropa Timur) Kristen versus muslim. Peperangan yang terjadi
meliputi Perang Tiga Puluh Tahun, Perang Suksesi Spanyol, Perang Tujuh Tahun, dan Perang
Revolusi Prancis. Napoleon menjadi pemimpin Perancis pada tahun 1799, mengawali
peperangan Era Napoleon pada awal abad ke-19.
Di benua Amerika, terjadi perlombaan antar negara Eropa untuk mengkolonisasi benua yang
baru ditemukan tersebut, yang secara signifikan telah mendesak kaum pribumi, serta
menghancurkan peradaban Aztek dan Inka yang telah berkembang. Spanyol, Portugal, Britania
Raya, dan Perancis membuat klaim teritorial yang ekstensif dan mengambil lahan permukiman
yang luas, serta mengimpor budak Afrika dalam jumlah banyak. Portugal mengklaim Brazil.
Spanyol mengklaim Amerika Selatan selain Brazil, Mesoamerika, dan Amerika Utara sebelah
selatan. Britania Raya mengkolonisasi pesisir timur Amerika Utara, dan Prancis mengkolonisasi
kawasan tengah Amerika Utara. Rusia mendatangi pantai barat daya Amerika Utara dan
mendirikan koloni pertama mereka di kawasan yang kini disebut Alaska pada tahun 1784, dan
Fort Ross di California pada tahun 1812.
Abad Modern
Artikel utama: Sejarah modern
Besi dan Batu Bara (1855–1860). Lukisan karya William Bell Scott tentang Revolusi Industri di Eropa.
Revolusi Ilmiah mengubah pemahaman manusia terhadap dunia dan menggiringnya pada
Revolusi Industri, sebuah transformasi besar bagi perekonomian dunia.
[212][214]
Revolusi Ilmiah
pada abad ke-17 memberikan sedikit dampak langsung terhadap teknologi industri, tetapi
setelah pertengahan abad ke-18 kemajuan ilmiah mulai diterapkan secara signifikan pada
invensi praktis. Revolusi Industri diawali di Britania Raya dan menggunakan mode produksi
baru—pabrik, produksi massal, dan mekanisasi—untuk menghasilkan produk secara lebih cepat
dan dalam jumlah besar, serta mempekerjakan buruh lebih sedikit daripada masa sebelumnya.
Abad Pencerahan juga menuju kepada permulaan demokrasi modern dalam Revolusi Amerika
dan Prancis saat akhir abad ke-18. Demokrasi dan republikanisme kemudian bertumbuh dan
memberikan dampak besar bagi kualitas kehidupan dan peristiwa-peristiwa besar di dunia.
Tahun 1762, saat Perang Tujuh Tahun berkecamuk, secara rahasia Prancis menyerahkan
sebagian besar wilayah yang diklaimnya di Amerika Utara kepada Spanyol dalam Perjanjian
Fontainebleau (1762). Tiga belas koloni Inggris mendeklarasikan kemerdekaannya sebagai
Amerika Serikat pada tahun 1776, diratifikasi oleh Perjanjian Paris (1783), dan berakhir pada
Perang Revolusi Amerika. Napoleon Bonaparte merebut kembali klaim Perancis dari Spanyol
dalam peperangan Era Napoleon pada abad ke-19, namun menjualnya kepada Amerika Serikat
sebagai Pembelian Louisiana pada tahun 1803.
Setelah orang Eropa (terutama Inggris dan Spanyol) memberikan pengaruh dan pendudukan
atas benua Amerika, aktivitas imperialisme di Barat akhirnya berpaling ke Timur dan
[215][216]
Asia.
Pada abad ke-19, negara-negara Eropa mengalami kemajuan sosial dan teknologi
[217]
daripada negeri-negeri di timur.
Kemaharajaan Maratha di India jatuh ke tangan bangsa
Inggris pada tahun 1818, di bawah kuasa Perusahaan Hindia Timur Britania, dan seluruh bekas
imperium Maratha dan Mughal melebur menjadi British Raj pada tahun 1858. Britania Raya
[218]
memperoleh kuasa atas anak benua India, Mesir, dan semenanjung Malaya;
Prancis
mengambil alih Indochina; sedangkan Belanda memperkuat kuasanya atas Hindia Belanda.
[218]
Banyak imigran Inggris Menduduki Australia, Selandia Baru, dan Afrika Selatan,
Rusia menduduki kawasan Siberia yang belum mengenal pertanian.
[219]
sedangkan
Akhir abad ke-19,
kekuatan negara-negara Eropa membagi-bagi daerah Afrika yang terjajah. Di Eropa sendiri,
tantangan ekonomi dan militer menciptakan sistem negara kebangsaan, dan pengelompokan
etnolinguistik mulai dipakai untuk mengenali jati diri sebagai bangsa yang berbeda dengan
aspirasi otonomi kultural dan politik. Nasionalisme semacam itu akan menjadi hal penting bagi
suku bangsa lain di berbagai belahan dunia saat abad ke-20.
Selama Revolusi Industri, perekonomian dunia bergantung pada batu bara sebagai bahan bakar,
setelah penemuan metode transportasi yang baru, seperti kereta api dan kapal uap, yang
membuat dunia terasa semakin sempit.
[214]
Di sisi lain, polusi industri dan kerusakan
lingkungan—yang sudah ada sejak penemuan api dan permulaan peradaban—meningkat
drastis.
Kemajuan yang berkembang di Eropa selama pertengahan abad ke-18 ada dua: budaya
[217]
kewirausahaan,
dan kemakmuran yang diperoleh melalui perdagangan jalur Atlantik
[217]
(termasuk perdagangan budak Afrika). Akhir abad ke-16, perak yang diperoleh dari benua
Amerika telah memperkaya Kekaisaran Spanyol.
[220]
Keuntungan dari perdagangan budak dan
perkebunan di Karibia hanya menyumbang sekitar 5% dari perekonomian Britania saat Revolusi
Industri.
[221]
Sejumlah sejarawan menyimpulkan bahwa pada 1750, produktivitas buruh di
kawasan-kawasan paling berkembang di Tiongkok masih sederajat dengan perekonomian
Atlantik bangsa Eropa,
[222]
tetapi sejarawan lainnya seperti Angus Maddison menyatakan bahwa
produktivitas perkapita Eropa Barat sejak akhir Abad Pertengahan telah melampaui
daerah-daerah mana pun di dunia.
[223]
Sejarah kontemporer
Pasukan bayonet Prancis saat Perang Dunia I, perang besar pertama dalam sejarah kontemporer.
Setelah keberhasilan pembelahan atom oleh Ernest Rutherford tahun 1917, serangkaian penelitian
tentang reaksi nuklir terus berlanjut. Energi sangat besar yang dihasilkan dari fisi nuklir dimanfaatkan
dalam senjata nuklir. Bom nuklir digunakan sebagai senjata perang untuk yang pertama kali dalam
sejarah umat manusia pada bulan Agustus 1945, di Hiroshima (kiri) dan Nagasaki (kanan).
Artikel utama: Sejarah kontemporer
1900–1945
Artikel utama: Abad ke-20
Abad ke-20 dimulai saat Eropa berada dalam puncak kemakmuran dan kekuasaannya,
sedangkan sebagian besar kawasan lainnya berada di bawah kekuatan kolonialisme mereka
secara langsung atau dominasi secara tidak langsung.
[224]
Banyak daerah di belahan dunia
lainnya mendapat imbas dari negara-negara yang sangat terpengaruh budaya Eropa: Amerika
[225]
Serikat dan Jepang.
Saat permulaan abad ini, sistem global yang didominasi oleh
kekuatan-kekuatan yang bersaing satu sama lain menjadi persoalan yang dipenuhi ketegangan,
akhirnya menyerah pada struktur negara-negara independen yang lebih lunak yang terorganisasi
menurut cara barat.
Transformasi tersebut bertumbuh menjadi serangkaian perang dengan medan dan kehancuran
sangat besar. Perang Dunia I menghancurkan banyak imperium dan kerajaan di Eropa, serta
[226]
melemahkan Britania Raya dan Perancis.
Setelah perang berakhir, ideologi-ideologi baru
[227]
bermunculan. Revolusi Rusia (1917) menyebabkan berdirinya negara komunis,
sedangkan
pada dasawarsa 1920 dan 1930 terjadi kediktatoran militer fasis di Italia, Jerman, Spanyol, dan
lain-lain.
[228]
Perselisihan antarnegara yang berlarut-larut, diperburuk dengan perekonomian yang kacau dan
[229][230]
Depresi Besar, telah mendukung terjadinya Perang Dunia II.
Kediktatoran militer di
Eropa dan Jepang mengupayakan ekspansionisme imperialis. Kekalahan mereka membuka
jalan bag kemajuan komunisme di Eropa Tengah, Yugoslavia, Bulgaria, Romania, Albania,
Tiongkok, Vietnam Utara, dan Korea Utara.
1945–2000
Artikel utama: Abad ke-20
Setelah Perang Dunia II berakhir tahun 1945, Perserikatan Bangsa-Bangsa didirikan dengan
harapan menyelesaikan perselisihan antarbangsa dan mencegah peperangan pada masa
depan.
[231][232]
Perang tersebut menyisakan dua negara dengan kekuatan besar, yaitu Amerika
Serikat dan Uni Soviet, yang membimbing perkara internasional.
[233]
Keduanya saling mencurigai
dan takut akan persebaran global dari model politik dan ekonomi salah satu negara tersebut. Hal
itu memicu terjadinya Perang Dingin—perselisihan tanpa pertumpahan darah antara Amerika
Serikat, Uni Soviet, dan sekutu masing-masing. Dengan pengembangan senjata nuklir
[234]
dan
perlombaan senjata, umat manusia berada dalam risiko terjadinya perang nuklir yang dipicu
kedua negara adikuasa tersebut.
[k]
Perang semacam itu dianggap sulit dijalankan, sehingga
pendanaan dipakai dalam perang lewat pihak ketiga, dengan pengeluaran yang cocok untuk
negara Dunia Ketiga tanpa senjata nuklir. Perang Dingin berakhir hingga tahun 1990-an, ketika
sistem komunis Uni Soviet mulai runtuh, tak mampu bersaing secara ekonomi dengan Amerika
Serikat dan Eropa Barat. Negara-negara Uni Soviet di Eropa Tengah menuntut kedaulatan
bangsa mereka sehingga pada tahun 1991, Uni Soviet pecah menjadi sejumlah negara.
Sejak saat itu, Amerika Serikat menjadi satu-satunya negara adikuasa di dunia.
[235]
[236][237][l]
Pada beberapa dasawarsa awal abad ke-20, daerah jajahan negara-negara Eropa—Belgia,
Inggris, Belanda, Prancis, dan imperium Eropa lainnya—di Afrika dan Asia Mendeklarasikan
kemerdekaannya secara resmi.
[239][240]
Negara-negara baru merdeka tersebut menghadapi
tantangan dalam bentuk neokolonialisme, kemiskinan, buta huruf, dan penyakit tropis
endemis.
[241][242]
Banyak negara di Eropa Barat dan Tengah yang perlahan-lahan membentuk
suatu komunitas politik dan ekonomi, yaitu Uni Eropa, yang melebar ke timur karena
keikutsertaan negara-negara bekas Uni Soviet.
[243]
Astronot Eugene Cernan saat misi Apollo 17(1972), pendaratan terakhir di Bulan. Pendaratan di Bulan
merupakan salah satu pencapaian besar dalam sejarah umat manusia.
Pada abad ke-20 terjadi ledakan kemajuan sains dan teknologi, serta peningkatan harapan
hidup dan standar kehidupan bagi sebagian besar umat manusia. Dalam perkembangannya,
perekonomian dunia beralih dari batu bara ke minyak bumi seiring pembaruan dalam teknologi
[244]
transportasi, mengiringi permulaan Zaman Informasi,
yang menuju pada percepatan
[245][246][247]
globalisasi.
Pada abad ini, aplikasi teknologi sudah mampu menembus atmosfer Bumi yang memungkinkan
umat manusia menjelajahi ruang hampa di Tata Surya. Dalam bidang biologi, penemuan struktur
DNA
[248]
—pola cetakan kehidupan—dan pengurutan genom manusia, merupakan suatu prestasi
[249]
gemilang dalam pemahaman terhadap biologi manusia dan penanganan penyakit.
Angka
melek huruf di seluruh dunia mulai meningkat, sebaliknya persentase sumber tenaga kerja untuk
memproduksi pangan bagi umat manusia perlahan-lahan menurun. Teknologi perekaman suara,
film, siaran radio dan televisi mengakibatkan informasi dan hiburan menyebar dengan sangat
pesat. Kemudian, pada dasawarsa terakhir pada abad tersebut, terjadi peningkatan pada jumlah
penggunaan komputer, termasuk komputer pribadi. Jaringan komunikasi global hadir dalam
bentuk Internet. Media massa satu arah beralih menjadi komunikasi individual dalam gejala yang
disebut pergeseran peradaban keempat menuju peradaban kelima.
[250]
Pada abad ini muncul beberapa ancaman global, ada yang terjadi akibat ulah manusia atau lebih
parah daripada sebelumnya, dan ada yang baru diketahui secara luas, misalnya pengembangan
[251][252]
nuklir, perubahan iklim global,
penebangan hutan, pembludakan jumlah penduduk,
[253]
keberadaan asteroid dan komet di dekat Bumi,
dan penyusutan sumber daya
[254]
alam(khususnya bahan bakar fosil).
Abad ke-21
Artikel utama: Abad ke-21
Abad ke-21 ditandai oleh globalisasi ekonomi dan perkembangan komunikasi seperti telepon
genggam dan Internet. Kebutuhan dunia dan pengurasan sumber daya alam meningkat karena
pertumbuhan populasi dan industrialisasi, terutama di India, Tiongkok, dan Brasil. Kebutuhan ini
mengakibatkan peningkatan kerusakan lingkungan dan mengembangkan ancaman pemanasan
[255]
global.
Maka dari itu ada imbauan untuk pengembangan bahan bakar alternatif atau sumber
energi yang dapat diperbarui (terutama tenaga surya dan tenaga angin), ajuan untuk teknologi
bahan bakar fosil yang lebih bersih, dan pertimbangan untuk perluasan pemakaian tenaga nuklir
(beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir justru mengalami bencana).
[256][257][258]
Etimologi
Kata sejarah secara harfiah berasal dari kata Arab (ﺷﺟرة, šajaratun) yang artinya pohon. Dalam
bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh ()ﺗﺎرﯾﺦ. Adapun kata tarikh dalam bahasa Indonesia
artinya kurang lebih adalah waktu atau penanggalan. Kata Sejarah lebih dekat pada bahasa
Yunani yaitu historia yang berarti ilmu atau orang pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris
menjadi history, yang berarti masa lalu manusia. Kata lain yang mendekati acuan tersebut
adalah Geschichte yang berarti sudah terjadi.
Dalam istilah bahasa-bahasa Eropa, asal-muasal istilah sejarah yang dipakai dalam literatur
bahasa Indonesia itu terdapat beberapa variasi, meskipun begitu, banyak yang mengakui bahwa
istilah sejarah berasal-muasal,dalam bahasa Yunani historia. Dalam bahasa Inggris dikenal
dengan history, bahasa Prancis historie, bahasa Italia storia, bahasa Jerman geschichte, yang
berarti yang terjadi, dan bahasa Belanda dikenal gescheiedenis.
Istilah ini masuk dalam bahasa Inggris pada tahun 1390 dengan makna "hubungan kejadian,
cerita". Pada Bahasa Inggris Pertengahan, artinya adalah "cerita" secara umum. Pembatasan
terhadap arti "catatan peristiwa masa lalu" muncul pada akhir abad ke-15. Saat itu masih dalam
arti Yunani yang pada saat itu juga Francis Bacon menggunakan istilah tersebut pada akhir abad
ke-16, ketika ia menulis tentang "Sejarah Alam". baginya, historia adalah "pengetahuan tentang
objek yang ditentukan oleh ruang dan waktu", sehingga jenis pengetahuan disediakan oleh
Ingatan (sementara Ilmu disediakan oleh akal, dan puisi disediakan oleh fantasi).
Menilik pada makna secara kebahasaan dari berbagai bahasa di atas dapat ditegaskan bahwa
pengertian sejarah menyangkut dengan waktu dan peristiwa. Oleh karena itu masalah waktu
penting dalam memahami satu peristiwa, maka para sejarawan cenderung mengatasi masalah
ini dengan membuat periodisasi.
Dalam sebuah ekspresi linguistik sintetik vs. analitik / isolasi dikotomi, (史 vs. 诌) sekarang
menunjuk kata yang berbeda untuk sejarah manusia atau bercerita secara umum. Di Jerman,
Prancis, dan sebagian bahasa Jermanik dan Romantis, kata yang sama masih digunakan untuk
pemakaian kata "sejarah" dan "cerita".
kata sifat historical dibuktikan dari tahun 1661, dan historic dari tahun 1669.
[15]
Historian dalam pengertian sebuah "Peneliti sejarah" dibuktikan dari tahun 1531. dalam semua
bahasa Eropa, "sejarah" masih digunakan untuk pemakaian kata "apa yang terjadi dengan
laki-laki", dan "studi ilmiah yang terjadi", arti yang terakhir kadang-kadang dibedakan dengan
[16]
huruf kapital, "Sejarah", atau kata historiografi.
Pengertian sejarah menurut para ahli
J.V. Bryce
Sejarah adalah catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat oleh manusia.
W.H. Walsh
Sejarah itu menitikberatkan pada pencatatan yang berarti dan penting saja bagi manusia.
Catatan itu meliputi tindakan-tindakan dan pengalaman-pengalaman manusia pada masa
lampau pada hal-hal yang penting sehingga merupakan cerita yang berarti.
Patrick Gardiner
Sejarah adalah ilmu yang mempelajari apa yang telah diperbuat oleh manusia.
[17]
Roeslan Abdulgani
Ilmu sejarah adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang meneliti dan menyelidiki secara
sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan pada masa lampau
beserta kejadian-kejadian dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh hasil
penelitiannya tersebut, untuk selanjutnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan
penentuan keadaan sekarang serta arah proses masa depan.
[18]
Moh. Yamin
Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa
yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan.
Ibnu Khaldun (1332–1406)
Sejarah didefinisikan sebagai catatan tentang masyarakat umum manusia atau peradaban
manusia yang terjadi pada watak/sifat masyarakat itu.
[19]
R. Moh. Ali
Moh. Ali dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, mempertegas pengertian sejarah
sebagai berikut:
[20]
1. Jumlah perubahan-perubahan, kejadian atau peristiwa dalam kenyataan di
sekitar kita.
2. Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian, atau peristiwa dalam kenyataan
di sekitar kita.
3. Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian, dan atau
peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.
Klasifikasi
Karena lingkup sejarah sangat besar, perlu klasifikasi yang baik untuk memudahkan penelitian.
Bila beberapa penulis seperti H.G. Wells, Will Durant, dan Ariel Durant menulis sejarah dalam
lingkup umum, kebanyakan sejarawan memiliki keahlian dan spesialisasi masing-masing.
Ada banyak cara untuk memilah informasi dalam sejarah, antara lain:
●
●
●
●
●
Berdasarkan kurun waktu (kronologis).
Berdasarkan wilayah (geografis).
Berdasarkan negara (nasional).
Berdasarkan kelompok suku bangsa (etnis).
Berdasarkan topik atau pokok bahasan (topikal).
Dalam pemilahan tersebut, harus diperhatikan bagaimana cara penulisannya seperti melihat
batasan-batasan temporal dan spasial tema itu sendiri. Jika hal tersebut tidak dijelaskan, maka
sejarawan mungkin akan terjebak ke dalam falsafah ilmu lain, misalnya sosiologi. Inilah
sebabnya Immanuel Kant yang disebut-sebut sebagai Bapak Sosiologi mengejek sejarah
sebagai "penata batu-bata" dari fakta-fakta sosiologis.
Banyak orang yang mengkritik ilmu sejarah. Para pengkritik tersebut melihat sejarah sebagai
sesuatu yang tidak ilmiah karena tidak memenuhi faktor-faktor keilmuan, terutama faktor "dapat
dilihat atau dicoba kembali", artinya sejarah hanya dipandang sebagai pengetahuan belaka,
bukan sebagai ilmu. Sebenarnya, pendapat ini kurang bisa diterima akal sehat karena sejarah
mustahil dapat diulang walau bagaimanapun caranya karena sejarah hanya terjadi sekali untuk
selama-lamanya. Walau mendapat tantangan sedemikian itu, ilmu sejarah terus berkembang
dan menunjukkan kesuksesannya dalam tataran ilmu.
Catatan sejarah
Ahli sejarah mendapatkan informasi mengenai masa lampau dari berbagai sumber, seperti
catatan yang ditulis atau dicetak, mata uang atau benda bersejarah lainnya, bangunan dan
monumen, serta dari wawancara (yang sering disebut sebagai "sejarah penceritaan", atau oral
history dalam bahasa Inggris). Untuk sejarah modern, sumber-sumber utama informasi sejarah
adalah: foto, gambar bergerak (misalnya: film layar lebar), audio, dan rekaman video. Tidak
semua sumber-sumber ini dapat digunakan untuk penelitian sejarah, karena tergantung pada
periode yang hendak diteliti atau dipelajari. Penelitian sejarah juga bergantung pada historiografi,
atau cara pandang sejarah, yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Ada banyak alasan mengapa orang menyimpan dan menjaga catatan sejarah, termasuk: alasan
administratif (misalnya: keperluan sensus, catatan pajak, dan catatan perdagangan), alasan
politis (guna memberi pujian atau kritik pada pemimpin negara, politikus, atau orang-orang
penting), alasan keagamaan, kesenian, pencapaian olahraga (misalnya: rekor Olimpiade),
catatan keturunan (genealogi), catatan pribadi (misalnya surat-menyurat), dan hiburan.
Namun dalam penulisan sejarah, sumber-sumber tersebut perlu dipilah-pilah. Metode ini disebut
dengan kritik sumber. Kritik sumber dibagi menjadi dua macam, yaitu ekstern dan intern. Kritik
ekstern adalah kritik yang pertama kali harus dilakukan oleh sejarawan saat dia menulis
karyanya, terutama jika sumber sejarah tersebut berupa benda. Yakni dengan melihat validasi
bentuk fisik karya tersebut, mulai dari bentuk, warna dan apa saja yang dapat dilihat secara fisik.
Sedang kritik intern adalah kritik yang dilihat dari isi sumber tersebut, apakah dapat
dipertanggungjawabkan atau tidak.
Wawancara juga dipakai sebagai sumber sejarah. Namun perlu pula sejarawan bertindak kritis
baik dalam pemilihan narasumber sampai dengan translasi ke bentuk digital atau tulisan.
Sejarah dan prasejarah
Dulu, penelitian tentang sejarah terbatas pada penelitian atas catatan tertulis atau sejarah yang
diceritakan. Akan tetapi, seiring dengan peningkatan jumlah akademik profesional serta
pembentukan cabang ilmu pengetahuan yang baru sekitar abad ke-19 dan 20, terdapat pula
informasi sejarah baru. Arkeologi, antropologi, dan cabang-cabang ilmu sosial lainnya terus
memberikan informasi yang baru, serta menawarkan teori-teori baru tentang sejarah manusia.
Banyak ahli sejarah yang bertanya: apakah cabang-cabang ilmu pengetahuan ini termasuk
dalam ilmu sejarah, karena penelitian yang dilakukan tidak semata-mata atas catatan tertulis?
Sebuah istilah baru, yaitu nirleka, dikemukakan. Istilah "prasejarah" digunakan untuk
mengelompokan cabang ilmu pengetahuan yang meneliti periode sebelum ditemukannya
catatan sejarah tertulis.
Pada abad ke-20, pemisahan antara sejarah dan prasejarah mempersulit penelitian. Ahli sejarah
waktu itu mencoba meneliti lebih dari sekadar narasi sejarah politik yang biasa mereka gunakan.
Mereka mencoba meneliti menggunakan pendekatan baru, seperti pendekatan sejarah ekonomi,
sosial, dan budaya. Semuanya membutuhkan bermacam-macam sumber. Di samping itu, ahli
prasejarah seperti [Vere Gordon Childe] menggunakan arkeologi untuk menjelaskan banyak
kejadian-kejadian penting di tempat-tempat yang biasanya termasuk dalam lingkup sejarah (dan
bukan prasejarah murni). Pemisahan seperti ini juga dikritik karena mengesampingkan beberapa
peradaban, seperti yang ditemukan di Afrika Sub-Sahara dan di Amerika sebelum kedatangan
Columbus.
Akhirnya, secara perlahan-lahan selama beberapa dekade belakangan ini, pemisahan antara
sejarah dan prasejarah sebagian besar telah dihilangkan.
Sekarang, tidak ada yang tahu pasti kapan sejarah dimulai. Secara umum sejarah diketahui
sebagai ilmu yang mempelajari apa saja yang diketahui tentang masa lalu umat manusia (walau
sudah hampir tidak ada pemisahan antara sejarah dan prasejarah, ada bidang ilmu pengetahuan
baru yang dikenal dengan Sejarah Besar). Kini sumber-sumber apa saja yang dapat digunakan
untuk mengetahui tentang sesuatu yang terjadi pada masa lampau (misalnya: sejarah
penceritaan, linguistik, genetika, dan lain-lain), diterima sebagai sumber yang sah oleh
kebanyakan ahli sejarah.
Historiografi
Artikel utama: Historiografi
Historiografi adalah ilmu yang meneliti dan mengurai informasi sejarah berdasarkan sistem
kepercayaan dan filsafat. Walau tentunya terdapat beberapa bias (pendapat subjektif) yang
hakiki dalam semua penelitian yang bersifat historis (salah satu yang paling besar di antaranya
adalah subjektivitas nasional), sejarah dapat dipelajari dari sudut pandang ideologis, misalnya:
historiografi Marxisme.
Ada pula satu bentuk pengandaian sejarah (spekulasi mengenai sejarah) yang dikenal dengan
sebutan "sejarah virtual" atau "sejarah kontra-faktual" (yaitu: cerita sejarah yang
berlawanan—atau kontra—dengan fakta yang ada). Ada beberapa ahli sejarah yang
menggunakan cara ini untuk mempelajari dan menjelajahi kemungkinan-kemungkinan yang ada
apabila suatu kejadian tidak berlangsung atau malah sebaliknya berlangsung. Hal ini mirip
dengan jenis cerita fiksi sejarah alternatif.
Metode kajian sejarah[sunting | sunting sumber]
Ahli-ahli sejarah terkemuka yang membantu mengembangkan metode kajian sejarah antara lain:
Leopold von Ranke, Lewis Bernstein Namier, Geoffrey Rudolf Elton, G. M. Trevelyan, dan A. J.
P. Taylor. Pada tahun 1960an, para ahli sejarah mulai meninggalkan narasi sejarah yang bersifat
epik nasionalistik, dan memilih menggunakan narasi kronologis yang lebih realistik.
Ahli sejarah dari Perancis memperkenalkan metode sejarah kuantitatif. Metode ini menggunakan
sejumlah besar data dan informasi untuk menelusuri kehidupan orang-orang dalam sejarah.
Ahli sejarah dari Amerika, terutama mereka yang terilhami zaman gerakan hak asasi dan sipil,
berusaha untuk lebih mengikutsertakan kelompok-kelompok etnis, suku, ras, serta kelompok
sosial dan ekonomi dalam kajian sejarahnya.
Dalam beberapa tahun kebelakangan ini, ilmuwan postmodernisme dengan keras
mempertanyakan keabsahan dan perlu tidaknya dilakukan kajian sejarah. Menurut mereka,
sejarah semata-mata hanyalah interpretasi pribadi dan subjektif atas sumber-sumber sejarah
yang ada. Dalam bukunya yang berjudul In Defense of History (terj: Pembelaan akan Sejarah),
Richard J. Evans, seorang profesor bidang sejarah modern dari Universitas Cambridge di
Inggris, membela pentingnya pengkajian sejarah untuk masyarakat.
Teori sejarah Marxis
Artikel utama: Teori sejarah Marx
Teori marxis tentang materialisme sejarah menceritakan bahwa masyarakat pada dasarnya
ditentukan oleh kondisi material pada waktu tertentu – dengan kata lain, hubungan yang dimiliki
satu orang dan yang lain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya serta keluarganya seperti
[21]
Secara keseluruhan, Marx dan Engels Mengklaim telah
makan, pakaian, tempat tinggal.
mengidentifikasi lima tahap berturut-turut dari perkembangan kondisi material ini di Eropa
[22]
Historiografi Marxis dahulunya merupakan pandangan ortodoks di Uni Soviet, tapi
Barat.
sejak jatuhnya komunisme di sana pada 1991, Mikhail Krom mengatakan hal tersebut telah
melemah ke batas kesarjanaan.
[23]
Sejarah semu
Artikel utama: Sejarah semu
Sejarah semu adalah istilah yang diterapkan pada tulisan-tulisan yang dianggap bersifat historis
tetapi menyimpang dari konvensi historiografis standar sehingga melemahkan kesimpulannya.
Sejarah semu terkait erat dengan revisionisme sejarah. Karya-karya yang menarik kesimpulan
kontroversial dari bukti-bukti sejarah baru, spekulatif, atau yang diperdebatkan, terutama di
bidang nasional, politik, militer, dan religius, sering kali ditolak dan dianggap sebagai sejarah
semu.
Pengajaran sejarah
Kesarjanaan vs pengajaran
Pertempuran intelektual besar terjadi di Britania pada awal abad ke-20 tentang posisi pengajaran
sejarah di universitas. Di Oxford dan Cambridge, kesarjanaan sejarah diabaikan. Charles
Harding Firth, Profesor Regius sejarah Oxford pada 1904 mencemooh sistem ini karena paling
bagus hanya menghasilkan jurnalis dangkal. Pengajar Oxford, yang memiliki suara lebih banyak
dibandingkan para profesor, mempertahankannya dengan menyatakan bahwa sistem ini berhasil
menghasilkan negarawan, administrator, uskup, dan diplomat Britania terkemuka. Selain itu, misi
mereka sama berharganya dengan melatih para cendekiawan. Para pengajar mendominasi
perdebatan itu sampai setelah Perang Dunia II. Sistem ini memaksa calon cendekiawan muda
untuk mengajar di sekolah-sekolah terpencil, seperti di Universitas Manchester, di mana Thomas
Frederick Tout memprofesionalkan program sarjana sejarah dengan memperkenalkan kajian
sumber asli dan keharusan untuk menulis tesis.
[24][25]
Di Amerika Serikat, kesarjanaan dikonsentrasikan di universitas-universitas utama penghasil
PhD, sementara sejumlah besar perguruan tinggi dan universitas lainnya fokus pada pengajaran
sarjana (strata satu). Pada abad ke-21, kecenderungan perguruan-perguruan tersebut semakin
menuntut produktivitas ilmiah dari staf pengajar mudanya. Selain itu, universitas semakin
bergantung pada asisten paruh waktu yang lebih murah untuk melakukan sebagian besar
pengajaran di kelas.
[26]
Nasionalisme[sunting | sunting sumber]
Sejak permulaan sistem sekolah nasional pada abad ke-19, pengajaran sejarah untuk
mempromosikan sentimen nasional menjadi prioritas utama. Di Amerika Serikat setelah Perang
Dunia Pertama, sebuah gerakan kuat muncul di tingkat universitas untuk mengajarkan mata
kuliah tentang Peradaban Barat, untuk memberikan mahasiswa perasaan warisan bersama
dengan Eropa. Setelah 1980, perhatian di AS semakin bergerak ke arah pengajaran sejarah
dunia atau mengharuskan mahasiswa untuk mengambil mata kuliah tentang budaya non-Barat,
untuk mempersiapkan mereka hidup dalam ekonomi global.
[27]
Di tingkat universitas, sejarawan memperdebatkan permasalahan mengenai apakah sejarah
lebih merupakan ilmu sosial atau humaniora. Banyak yang memandang sejarah masuk ke
keduanya. Di Indonesia, sebagian besar program ilmu sejarah dikelompokkan ke dalam fakultas
humaniora.
Pengajaran sejarah di sekolah-sekolah Perancis dipengaruhi oleh Nouvelle histoire, yang
disebarluaskan setelah tahun 1960 oleh Cahiers pédagogiques and Enseignement dan
jurnal-jurnal lain untuk para guru. Institut national de recherche et de documentation
pédagogique (IN RDP), juga berpengaruh dalam pengajaran sejarah. Joseph Leif, Inspektur
Jenderal pelatihan guru mengatakan murid anak-anak harus belajar mengenai pendekatan
sejarawan serta mengenai fakta dan tanggal. Louis François, Dekan kelompok Sejarah/Geografi
di Inspectorate of National Education menyarankan guru untuk menyediakan dokumen
bersejarah dan mempromosikan "metode aktif" yang akan memberi siswa "kebahagiaan luar
biasa atas penemuan". Para pendukungnya menyatakan itu adalah reaksi terhadap metode
menghafal nama dan tanggal yang dikaitkan dengan pengajaran sejarah, sehingga membuat
siswa bosan. Kelompok tradisionalis memprotes keras karena itu adalah inovasi postmodern
yang dapat menjadikan siswa menjadi abai terhadap patriotisme Prancis dan identitas
nasional.
[28]
Bias di pengajaran sekolah
Di beberapa negara, buku pelajaran sejarah adalah alat untuk menumbuhkan nasionalisme dan
patriotisme, serta memberi siswa pandangan resmi mengenai musuh nasional.
[29]
Di banyak negara, buku pelajaran sejarah disponsori oleh pemerintah nasional dan ditulis
dengan memprioritaskan warisan nasional. Misalnya di Jepang, kutipan mengenai Pembantaian
Nanking telah dihapus dari buku pelajaran, serta topik keseluruhan Perang Dunia Kedua hanya
dibahas sepintas. Hal ini mendapat protes dari negara lainnya.
[30]
Hal ini juga menjadi kebijakan
standar di negara komunis untuk hanya menyajikan historiografi Marxis yang kaku.
[31][32]
Di Amerika Serikat, sejarah Amerika Serikat Selatan, perbudakan, dan Perang Saudara Amerika
adalah topik kontroversial. McGraw-Hill Education misalnya, dikritik karena buku pelajarannya
menjelaskan orang Afrika yang dibawa ke perkebunan Amerika sebagai "pekerja", bukannya
budak seperti yang sebenarnya.
[33]
Sejarawan akademis sering berperang melawan politisasi buku pelajaran, dan terkadang
berhasil.
[34][35]
Di Jerman abad ke-21, kurikulum sejarah dikendalikan oleh masing-masing 16 negara bagian.
Serta ditandai bukan oleh super patriotisme, melainkan oleh "nada yang hampir pasifistik dan
sengaja tidak patriotik" dan mencerminkan "prinsip-prinsip yang dirumuskan oleh organisasi
internasional seperti UNESCO dan Dewan Eropa, sehingga berorientasi pada hak asasi
manusia, demokrasi dan perdamaian." Hasilnya, "buku pelajaran di Jerman biasanya
menurunkan kebanggaan dan ambisi nasional, serta bertujuan untuk mengembangkan
pemahaman kewarganegaraan yang berpusat pada demokrasi, progres, hak asasi manusia,
perdamaian, toleransi, dan Keeropaan."
[36]
Bidang studi
Kawasan
●
●
●
●
●
●
●
Sejarah Afrika
Sejarah Amerika
○ Sejarah Amerika Utara
○ Sejarah Amerika Tengah
○ Sejarah Karibia
○ Sejarah Amerika Selatan
Sejarah Antartika
Sejarah Australia
Sejarah Selandia Baru
Sejarah Kepulauan Pasifik
Sejarah Eurasia
○ Sejarah Eropa
○ Sejarah Asia
■ Sejarah Asia Timur
■ Sejarah Timur Tengah
■ Sejarah India
■ Sejarah Asia Tenggara
Ilmu bantu sejarah
Berikut ini adalah ilmu-ilmu bantu sejarah.
●
●
Ilmu antropologi
Ilmu arkeologi
●
●
●
●
●
●
●
●
●
●
●
●
●
●
●
●
●
●
Ilmu biologi
Ilmu demografi
Ilmu etnografi
Ilmu epigrafi
Ilmu filologi
Ilmu genealogi
Ilmu geologi
Ilmu ikonografi
Ilmu keramologi
Ilmu kronologi
Ilmu linguistik
Ilmu numismatik
Ilmu paleoantropologi
Ilmu paleografi
Ilmu paleontologi
Ilmu sosiobiologi
Ilmu sosiologi
Ilmu statistika