Academia.eduAcademia.edu

Ilmu Politik dan Sejarah

Ilmu Politik dan Sejarah Politik dan Ilmu Sejarah tidak dapat lepas dari Ilmu Ilmu ada yang berpandangan positif dan ada yang negatif. Hukum , Politik terbagi 3 Golongan 1. Politik Manusia Golongan Theist 2. Politik Manusia Golongan Agnostic 3. Politik Manusia Golongan Atheist Politik Manusia Golongan Theist - Mereka Berpolitik berpedoman pada Ajaran Agama Masing Masing dan tidak bertentangan dengan Hak Asasi Manusia. Politik Theist Politik Manusia Golongan Agnostic - Politik digunakan untuk memperkaya diri dan atau untuk memperkaya Golongan Agnostic - Politik digunakan untuk Menakut nakuti - Politik digunakan untuk Mengintimidasi - Politik digunakan untuk Membunuh Lawan Politiknya - Politik digunakan untuk Berkuasa selamanya - Politik digunakan untuk Membunuh Guna Kepentingan Golongannya. Politik Manusia Golongan Agnostic Suku Jawa di Indonesia antara lain Kerajaan Sriwijaya - Adanya Keberadaan - Menyebarkan Paham Paham Soekarnois “Soekarno adalah Manusia berpaham Komunis” Nasakom. Islam bukan Komunis dan Komunis bukanlah Islam. - Politik digunakan untuk mengadu Domba Golongan Theist - Politik digunakan untuk memperkaya diri dengan Korupsi dari hasil Pinjaman Luar Negeri dan atau Bantuan Luar Negeri. Pembunuhan Berencana terhadap Munir Said Thalib yang didalangi oleh Petinggi Petinggi Indonesia. Presiden Indonesia sampai kapanpun harus Orang Jawa. Politik Agnostic Negara Negara yang dikendalikan Manusia Golongan Agnostic - Tiongkok - India - Indonesia - Malaysia - Singapore Daftar Negara Negara yang dikendalikan Manusia Golongan Agnostic Atheist Politik Manusia Golongan - Politik digunakan untuk membela diri dan membela yang perlu dibela dan tidak bertentangan dengan Hak Asasi Manusia - Politik hanya digunakan seperlunya saja/ Politik digunakan untuk menghentikan Perbuatan Melanggar Hak Asasi Manusia yang dilakukan oleh Golongan Agnostic. - Politik digunakan untuk menghentikan Perbuatan Golongan Agnostic Merusak Alam Semesta. Politik Atheist Politik (bahasa Yunani: Πολιτικά, politiká; Arab: ‫ﺳﯾﺎﺳﺔ‬, siyasah), yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan dengan warga negara), adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain: ● ● ● ● politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (Teori Klasik Aristoteles). politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara. politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat. politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik. Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik. Etimologi Politik berasal dari bahasa Belanda politiek dan bahasa Inggris politics, yang masing-masing bersumber dari bahasa Yunani τα πολιτικά (politika - yang berhubungan dengan negara) dengan akar katanya πολίτης (polites - warga negara) dan πόλις (polis - negara kota). Secara etimologi kata "politik" masih berhubungan dengan politis, kebijakan. Kata "politis" berarti hal-hal yang berhubungan dengan politik. Kata "politisi" berarti orang-orang yang menekuni hal politik. Politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis yang berarti kota atau negara kota. Turunan dari kata tersebut yaitu: ● ● ● ● polites berarti warga negara. politicos berarti kewarganegaraan. politike techne berarti kemahiran politik. politike episteme berarti ilmu politik. Kata ini berpengaruh ke wilayah Romawi sehingga bangsa Romawi memiliki istilah ars politica yang berarti kemahiran tentang masalah masalah kenegaraan. Politik pun dikenal dalam bahasa Arab dengan kata siyasah yang berarti mengurus kepentingan seseorang. Pengarang kamus al Muhith mengatakan bahwa sustu ar-ra’iyata siyasatan berarti saya memerintahnya dan melarangnya. Sedangkan politik secara terminologis dapat diartikan 1. Menunjuk kepada satu segi kehidupan manusia bersama dengan masyarakat. Lebih mengarah pada politik sebagai usaha untuk memperoleh kekuasaan, memperbesar atau memperluas serta mempertahankan kekuasaan (politics). Misal: kejahatan politik, kegiatan politik, hak-hak politik. 2. Menunjuk kepada “satu rangkaian tujuan yang hendak dicapai” atau “cara-cara atau arah kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu”. Lebih mengarah pada kebijakan (policy). Misal: politik luar negeri, politik dalam negeri, politik keuangan. 3. Menunjuk pada pengaturan urusan masyarakat dalam segala aspek kehidupan. Pemerintah mengatur urusan masyarakat, masyarakat melakukan koreksi terhadap pemerintah dalam melaksanakan tugasnya (siyasah). Di antara ketiga definisi tersebut, tentunya definisi pertama lebih memiliki konotasi negatif dibandingkan definisi kedua dan ketiga. Hal ini disebabkan orientasi yang pertama adalah politik kekuasaan, untuk meraih dan mempertahankan kekuasaan dapat dilakukan dalam jalan apapun entah baik entah buruk, dapat menghalalkan segala cara dan lebih berorientasi pada kepentingan pemimpin atau elit yang berkuasa. Sedangkan definisi politik yang kedua dan ketiga lebih berorientasi pada politik pelayanan terhadap masyarakat, dimana posisi pemimpin merupakan pelayan masyarakat bukan penguasa aset-aset strategis Teori politik Teori politik merupakan kajian mengenai konsep penentuan tujuan politik, bagaimana mencapai tujuan tersebut dan segala konsekuensinya. Bahasan dalam Teori Politik antara lain adalah filsafat politik, konsep tentang sistem politik, negara, masyarakat, kedaulatan, kekuasaan, legitimasi, lembaga negara, perubahan sosial, pembangunan politik, perbandingan politik, dsb. Terdapat banyak sekali sistem politik yang dikembangkan oleh negara negara di dunia antara lain: anarkisme,autoritarian, demokrasi, diktatorisme, fasisme, federalisme, feminisme, fundamentalisme keagamaan, globalisme, imperialisme, kapitalisme, komunisme, liberalisme, libertarianisme, marxisme, meritokrasi, monarki, nasionalisme, rasisme, sosialisme, theokrasi, totaliterisme, oligarki dsb. Lembaga politik Secara awam berarti suatu organisasi, tetapi lembaga bisa juga merupakan suatu kebiasaan atau perilaku yang terpola. Perkawinan adalah lembaga sosial, baik yang diakui oleh negara lewat KUA atau Catatan Sipil di Indonesia maupun yang diakui oleh masyarakat saja tanpa pengakuan negara. Dalam konteks ini suatu organisasi juga adalah suatu perilaku yang terpola dengan memberikan jabatan pada orang-orang tertentu untuk menjalankan fungsi tertentu demi pencapaian tujuan bersama, organisasi bisa formal maupun informal. Lembaga politik adalah perilaku politik yang terpola dalam bidang politik. Pemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu (sering sebagai pemimpin dalam suatu bidang/masyarakat tertentu) adalah lembaga demokrasi. Bukan lembaga pemilihan umumnya (atau sekarang KPU-nya) melainkan seluruh perilaku yang terpola dalam kita mencari dan menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin ataupun wakil kita untuk duduk di parlemen. Persoalan utama dalam negara yang tengah melalui proses transisi menuju demokrasi seperti indonesia saat ini adalah pelembagaan demokrasi. Yaitu bagaimana menjadikan perilaku pengambilan keputusan untuk dan atas nama orang banyak bisa berjalan sesuai dengan norma-norma demokrasi, umumnya yang harus diatasi adalah mengubah lembaga feodalistik (perilaku yang terpola secara feodal, bahwa ada kedudukan pasti bagi orang-orang berdasarkan kelahiran atau profesi sebagai bangsawan politik dan yang lain sebagai rakyat biasa) menjadi lembaga yang terbuka dan mencerminkan keinginan orang banyak untuk mendapatkan kesejahteraan. Untuk melembagakan demokrasi diperlukan hukum dan perundang-undangan dan perangkat struktural yang akan terus mendorong terpolanya perilaku demokratis sampai bisa menjadi pandangan hidup. Karena diyakini bahwa dengan demikian kesejahteraan yang sesungguhnya baru bisa dicapai, saat tiap individu terlindungi hak-haknya bahkan dibantu oleh negara untuk bisa teraktualisasikan, saat tiap individu berhubungan dengan individu lain sesuai dengan norma dan hukum yang berlaku. Konsep-konsep politik Ada beberapa konsep politik dasar yang bersumber dari para ahli, yaitu: 1. Klasik. Pada pandangan klasik (Aristoteles) mengemukakan bahwa politik digunakan masyarakat untuk mencapai suatu kebaikan bersama yang dianggap memiliki nilai moral yang lebih tinggi daripada kepentingan swasta. Kepentingan umum sering diartikan sebagai tujuan-tujuan moral atau nilai-nilai ideal yang bersifat abstrak seperti keadilan, kebenaran dan kebahagiaan. Pandangan klasik dianggap kabur seiring banyaknya penafsiran tentang kepentingan umum itu 2. 3. 4. 5. sendiri. kepentingan umum dapat diartikan pula sebagai general will, will of all atau kepentingan mayoritas. Kelembagaan. Menurut Max Weber, politik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara. Max Weber melihat negara dari sudut pandang yuridis formal yang statis. Negara dianggap memiliki hak memonopoli kekuasaan fisik yang utama. Namun konsep ini hanya berlaku bagi negara modern yaitu negara yang sudah ada diferensiasi dan spesialisasi peranan, negara yang memiliki batas wilayah yang pasti dan penduduknya tidak nomaden. Kekuasaan. Robson mengemukakan politik adalah kegiatan mencari dan mempertahankan kekuasaan ataupun menentang pelaksanaan kekuasaan. Kekuasaan sendiri adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, baik pikiran maupun perbuatan agar orang tersebut berpikir dan bertindak sesuai dengan orang yang mempengaruhi. Kelemahan dari konsep ini adalah tidak dapat dibedakannya konsep beraspek politik dan yang non politik dan juga kekuasaan hanya salah satu konsep dalam ilmu politik, masih ada konsep ideologi, legitimasi dan konflik. Fungsionalisme. David Easton berpendapat bahwa politik adalah alokasi nilai-nilai secara otoritatif berdasarkan kewenangan dan mengikat suatu masyarakat. Sedangkan menurut Harold Lasswell, politik merupakan who gets, what gets, when gets dan how gets nilai. Dapat diketahui bahwa politik sebagai perumusan dan pelaksanaan kebijakan umum. Kelemahan dari konsep ini adalah ditempatkannya pemerintah sebagai sarana dan wasit terhadap persaingan di antara pelbagai kekuatan politik untuk mendapatkan nilai-nilai terbanyak dari kebijakan umum tanpa memperhatikan kepentingan pemerintah itu sendiri. Konflik. Pandangan konflik mendeskripsikan bahwa politik merupakan kegiatan untuk mempengaruhi perumusan dan kebijaksanaan umum dalam rangka usaha untuk mempengaruhi, mendapatkan dan mempertahankan nilai. Oleh karena itu sering terjadi perdebatan dan pertentangan antara pihak yang memperjuangkan dan pihak yang mempertahankan nilai. Kelemahan konsep ini adalah tidak semua konflik berdimensi politik. Partai dan Golongan Hubungan Internasional Dalam bentuk klasiknya hubungan internasional adalah hubungan antar negara, namun dalam perkembangan konsep ini bergeser untuk mencakup semua interaksi yang berlangsung lintas batas negara. Dalam bentuk klasiknya hubungan internasional diperankan hanya oleh para diplomat (dan mata-mata) selain tentara dalam medan peperangan. Sedangkan dalam konsep baru hubungan internasional, berbagai organisasi internasional, perusahaan, organisasi nirlaba, bahkan perorangan bisa menjadi aktor yang berperan penting dalam politik internasional. Peran perusahaan multinasional seperti Monsanto dalam WTO (World Trade Organization/Organisasi Perdagangan Dunia) misalnya mungkin jauh lebih besar dari peran Republik Indonesia. Transparency International laporan indeks persepsi korupsi-nya di Indonesia mempunyai pengaruh yang besar. Persatuan Bangsa Bangsa atau PBB merupakan organisasi internasional terpenting, karena hampir seluruh negara di dunia menjadi anggotanya. Dalam periode perang dingin PBB harus mencerminkan realitas politik bipolar sehingga sering tidak bisa membuat keputusan efektif, setelah berakhirnya perang dingin dan realitas politik cenderung menjadi unipolar dengan Amerika Serikat sebagai kekuatan Super Power, PBB menjadi relatif lebih efektif untuk melegitimasi suatu tindakan internasional sebagai tindakan multilateral dan bukan tindakan unilateral atau sepihak. Upaya AS untuk mendapatkan dukungan atas inisiatifnya menyerbu Irak dengan melibatkan PBB, merupakan bukti diperlukannya legitimasi multilateralisme yang dilakukan lewat PBB. Untuk mengatasi berbagai konflik bersenjata yang kerap meletus dengan cepat di berbagai belahan dunia misalnya, saat ini sudah ada usulan untuk membuat pasukan perdamaian dunia (peace keeping force) yang bersifat tetap dan berada di bawah komando PBB. Hal ini diharapkan bisa mempercepat reaksi PBB dalam mengatasi berbagai konflik bersenjata. Saat misalnya PBB telah memiliki semacam polisi tetap yang setiap saat bisa dikerahkan oleh Sekretaris Jenderal PBB untuk beroperasi di daerah operasi PBB. Polisi PBB ini yang menjadi Civpol (Civilian Police/polisi sipil) pertama saat Timor Timur lepas dari Republik Indonesia. Hubungan internasional telah bergeser jauh dari dunia eksklusif para diplomat dengan segala protokol dan keteraturannya, ke arah kerumitan dengan kemungkinan setiap orang bisa menjadi aktor dan mempengaruhi jalannya politik baik di tingkat global maupun lokal. Pada sisi lain juga terlihat kemungkinan munculnya pemerintahan dunia dalam bentuk PBB, yang mengarahkan pada keteraturan suatu negara (konfederasi?). Masyarakat adalah sekumpulan orang orang yang mendiami wilayah suatu negara. Kekuasaan Dalam teori politik menunjuk pada kemampuan untuk membuat orang lain melakukan sesuatu yang tidak dikehendakinya. Max Weber menjelaskan adanya tiga sumber kekuasaan: pertama dari perundang undangan yakni kewenangan; kedua, dari kekerasan seperti penguasaan senjata; ketiga, dari karisma. Negara Negara merupakan suatu kawasan teritorial yang didalamnya terdapat sejumlah penduduk yang mendiaminya, dan memiliki kedaulatan untuk menjalankan pemerintahan, dan keberadaannya diakui oleh negara lain. ketentuan yang tersebut diatas merupakan syarat berdirinya suatu negara menurut konferensi Montevideo pada tahun 1933 Tokoh dan pemikir ilmu politik Pemikir-pemikir politik Mancanegara Tokoh tokoh pemikir Ilmu Politik dari kalangan teoris klasik, modern maupun kontemporer antara lain adalah: Aristoteles, Adam Smith, Cicero, Friedrich Engels, Immanuel Kant, John Locke, Karl Marx, Lenin, Martin Luther, Max Weber, Niccolo Machiavelli, Rousseau, Samuel P Huntington, Thomas Hobbes, Antonio Gramsci, Harold Crouch, Douglas E Ramage. Perilaku politik Perilaku politik atau (Inggris: Political behaviour) adalah perilaku yang dilakukan oleh insan/individu atau kelompok guna memenuhi hak dan kewajibannya sebagai insan politik. Seorang individu/kelompok diwajibkan oleh negara untuk melakukan hak dan kewajibannya guna melakukan perilaku politik. Adapun yang dimaksud dengan perilaku politik contohnya adalah: ● ● Melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat / pemimpin Mengikuti dan berhak menjadi insan politik yang mengikuti suatu partai politik atau parpol, mengikuti ormas atau organisasi masyarakat atau lsm lembaga swadaya masyarakat Ikut serta dalam pesta politik Ikut mengkritik atau menurunkan para pelaku politik yang berotoritas Berhak untuk menjadi pimpinan politik Berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan politik guna melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh undang-undang dasar dan perundangan hukum yang berlaku ● ● ● ● Perilaku berpartisipasi dalam kegiatan politik dipengaruhi oleh banyak faktor psikologis, yang terbagi menjadi tiga, yaitu: 1. Faktor sifat kepribadian (ekstraversi, keterbukaan, dan kehati-hatian), 2. Faktor sosio-kognitif, yang mencakup pengetahuan politik, pendidikan politik, keyakinan atau efikasi berpolitik, kreativitas, kepercayaan terhadap pemerintah dan partai politik, peneladanan terhadap partisipasi politik orang tua, sosialisasi politik yang dialami, jejaring sosial yang dimiliki, perasaan kewargaan, serta 3. Faktor-faktor psiko demografis (situasi pertentangan, ukuran populasi tempat tinggal, pemberitaan media massa) Sejarah adalah peristiwa yang dapat dibuktikan dengan kenyataan. Sejarah dunia adalah sejarah umat manusia di seluruh dunia, semua daerah di Bumi, dirunut dari era Paleolitikum (zaman batu tua). Berbeda dengan sejarah Bumi (yang mencakup sejarah geologis Bumi dan era sebelum keberadaan manusia), sejarah dunia terdiri dari kajian rekam arkeologi dan catatan tertulis, dari zaman kuno hingga saat ini. Pencatatan sejarah dimulai sejak aksara dan sistem tulisan diciptakan, tetapi asal mula peradaban bertolak dari periode sebelum [1][2] penciptaan tulisan, atau zaman prasejarah. Prasejarah dimulai dari Paleolitikum (zaman batu tua), diikuti dengan Neolitikum (zaman batu muda) dan Revolusi Pertanian (antara 8000–5000 SM) di kawasan Hilal Subur. Revolusi tersebut merupakan titik perubahan besar dalam sejarah umat manusia karena sejak masa itu mereka telah mampu membudidayakan tumbuhan dan hewan. [3] Seiring dengan perkembangan pertanian, gaya hidup nomad berubah menjadi gaya [a] hidup menetap sebagai petani. Kemajuan pertanian mengakibatkan pembagian strata pekerja dalam usaha panen. Strata pekerja menyebabkan munculnya strata masyarakat dan perkembangan kota-kota. Banyak kota kuno berkembang di tepi-tepi kumpulan air (danau dan sungai) yang dapat menyokong kehidupan. Pada masa 3000 tahun sebelum Masehi, telah muncul peradaban di lembah Mesopotamia (dataran di antara sungai Tigris dan Efrat) di Timur [5] [6][7][8] [9][10][11] dan di lembah Sungai Indus. Selain itu, Tengah, di tepi Sungai Nil, Mesir, peradaban juga muncul di lembah Sungai Kuning. Di tempat-tempat perkembangan peradaban kuno, pertumbuhan masyarakat yang semakin kompleks menyebabkan penciptaan aksara untuk mempermudah usaha administrasi dan niaga. [12] Sejarah Dunia Lama (khususnya Eropa dan Mediterania) umumnya terbagi menjadi Abad Kuno, [13][14] yang terhitung dari zaman sebelum 476 Masehi; Abad Pertengahan, dari abad ke-5 hingga abad ke-15, meliputi Zaman Kejayaan Islam (sekitar 750 M hingga sekitar 1258 M) dan Zaman [15][16] [17] Renaisans Eropa Awal (bermula sekitar 1300 M); dari abad ke-15 Abad Modern Awal, sampai akhir abad ke-18, mencakup Abad Pencerahan; dan Abad Modern Akhir, dari masa Revolusi Industri hingga sekarang, termasuk sejarah kontemporer. Dalam sejarah Eropa Barat, "Kejatuhan Roma" tahun 476 M umumnya dipandang sebagai penanda akhir Zaman Kuno dan permulaan Abad Pertengahan. Sebaliknya, di Eropa Timur terjadi transisi dari Kekaisaran Romawi menjadi Kekaisaran Bizantium, yang tidak runtuh sampai berabad-abad kemudian. Pada pertengahan abad ke-15, teknik cetak modern yang ditemukan Johannes Gutenberg [18] merevolusi metode komunikasi, dan berperan dalam mengakhiri Abad Pertengahan serta [19] menjadi perintis dalam Revolusi Ilmiah. Pada abad ke-18, akumulasi pengetahuan dan teknologi—khususnya di Eropa—telah mencapai massa genting yang menuju kepada Revolusi [20] Industri. [21][22] [23] Di tempat lain, meliputi Timur Dekat Kuno, dan India Kuno, terjadi Tiongkok Kuno, rentang sejarah berbeda-beda. Pada abad ke-18, karena perdagangan internasional dan kolonisasi yang ekstensif, sejarah berbagai peradaban menjadi terjalin secara signifikan (lihat: globalisasi). Dalam waktu sekitar seperempat milenium, angka pertumbuhan jumlah penduduk, pengetahuan, teknologi, perekonomian, tingkat kerugian senjata, dan kerusakan lingkungan meningkat drastis, mendatangkan risiko bagi kelayakhunian Bumi Prasejarah Artikel utama: Prasejarah dan Evolusi manusia Manusia purba Peta persebaran manusia dan hominid (sekitar 100.000 hingga 1500 tahun yang lalu). Homo sapiens (sejak 195.000 tahun lalu) Neanderthal (600.000–30.000 tahun lalu) Hominid purba (2,5–0,6 juta tahun lalu) Hasil perhitungan jam molekuler mengindikasikan bahwa garis silsilah hominid yang mengarah pada Homo sapiens bercabang dengan garis keturunan yang mengarah pada simpanse (kerabat [26] Menurut para terdekat manusia modern yang masih hidup) sekitar lima juta tahun yang lalu. ahli, genus Australopithecine, yang kemungkinan besar merupakan kera pertama yang berjalan tegak, berangsur-angsur menurunkan genus Homo. Salah satu spesiesnya, Homo erectus (1,9 juta–10.000 tahun lalu) mampu menggunakan peralatan kayu dan batu sederhana selama ribuan tahun, dan seiring waktu, peralatan yang dipakai terus diperbesar dan lebih kompleks. Bukti bahwa pemanfaatan api oleh H. erectus sudah dimulai sejak 400.000 tahun lalu banyak didukung oleh para ilmuwan, sementara klaim yang menyatakan jauh sebelum itu kurang [27] diterima karena kurang meyakinkan dan tidak lengkap. Sejak sekitar 125.000 tahun yang lalu dan seterusnya, pemanfaatan api untuk menghangatkan tubuh dan berburu menyebar ke penjuru dunia. [28] Pada rentang Paleolitik (2,6 juta–10.000 tahun lalu), Homo heidelbergensis—keturunan H. erectus—menyebar di Afrika dan Eropa 600.000 tahun lalu, dan menjadi leluhur bagi manusia Neanderthal dan manusia modern. Pada Paleolitikum Madya (300.000–30.000 tahun lalu), manusia modern anatomis (Homo sapiens) muncul di benua Afrika sekitar 200.000 tahun yang lalu. [29] Mereka mengembangkan bahasa dan repertoar konseptual untuk pemakaman sistematis [30] Selama periode ini, bagi kerabat yang meninggal dan penghiasan diri bagi yang masih hidup. umat manusia bekerja sebagai pemburu-pengumpul makanan. Kehidupan dengan harapan akan [31] keberhasilan dalam perburuan juga melahirkan kepercayaan, atau religi purba. Ekspresi artistik awal dapat ditemukan dalam bentuk lukisan gua dan ukiran yang dibuat dari kayu atau batu. Umumnya manusia purba menggambarkan hewan buruannya atau aktivitas perburuannya. Selain itu, pada umumnya mereka hidup secara nomaden, kerap berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain tergantung jumlah hewan buruan di tempat tinggal mereka. Mereka [32] Dari Timur Dekat, populasi mereka mencapai Timur Dekat Sekitar 125.000 tahun yang lalu. menyebar ke timur menuju Asia Selatan sekitar 50.000 tahun yang lalu, dan menuju Australia [33] sekitar 40.000 tahun yang lalu, dan untuk yang pertama kalinya, H. sapiens mencapai teritori yang belum pernah dicapai H. erectus sebelumnya. H. sapiens menyebar secara cepat dari Afrika menuju kawasan bebas es di Eropa dan Asia sekitar 60.000 tahun yang lalu. Mereka mencapai pemutakhiran perangai sekitar 50.000 tahun [29] [34] yang lalu. Mereka mencapai Eropa sekitar 43.000 tahun yang lalu, dan akhirnya mereka menggantikan populasi Neanderthal yang lebih dahulu menduduki kawasan tersebut. Pada masa itu terjadi periode glasial akhir, ketika suhu kawasan di belahan utara Bumi sangat tidak layak huni. Akhirnya umat manusia menghuni hampir dari seluruh bagian bebas es di muka Bumi sampai akhir glasial, sekitar 12.000 tahun yang lalu. Asia Timur dicapai sekitar 30.000 tahun lalu. Perkiraan waktu migrasi ke Amerika Utara masih diperdebatkan; kemungkinan terjadi sekitar 30.000 tahun lalu, atau mungkin pada masa berikutnya, sekitar 14.000 tahun lalu. Kolonisasi Polinesia di samudra Pasifik bermula sekitar 1300 SM, dan berakhir sekitar 900 M. Leluhur bangsa Polinesia meninggalkan Taiwan sekitar 5000 tahun lalu. Kemunculan peradaban Gambaran aktivitas berkesenian yang dicapai manusia pada zaman purba. Lukisan karya Paul Jamin (1853–1903). Lukisan bison yang dibuat pada Era Paleolitik Hulu (50.000–10.000 SM) di gua Altamira, Spanyol. Lukisan purba merupakan rekam arkeologis tentang keadaan sebelum umat manusia menciptakan sistem tulisan. Data arkeologis mengindikasikan bahwa domestikasi sejumlah hewan dan pembudidayaan tanaman berkembang di beberapa tempat di seluruh dunia, dimulai sejak periode Holosen [35] [36] (sekitar 12.000–11.500 tahun lalu sampai kini). Di Timur Tengah, pertanianberkembang di kawasan Hilal Subur sejak sekitar 10.000–9000 SM; di Eropa, ada bukti pembudidayaan gandum, domba, kambing, dan babi yang mengindikasikan kegiatan produksi pangan di Yunani dan Aegea sekitar 7000 SM; [37] di Tiongkok, budi daya jawawut dimulai sejak 8000 SM; [38] di [39][40] Amerika, labu dibudidayakan sejak 10.000–8000 SM, sedangkan jagung sejak 7500 SM. Transisi dari gaya hidup berburu ke pertanian dalam periode tersebut dikenal sebagai Revolusi Neolitik. Pertanian cocok untuk populasi yang sangat padat, dan dalam pengelolaannya terciptalah strata pekerja karena tidak seluruh populasi terjun langsung dalam pertanian. Pada akhirnya, proses panen dan strata pekerja terorganisasi menjadi suatu wilayah [41] berdaulat. Pertanian juga menghasilkan surplus makanan yang mampu menyokong kehidupan orang-orang yang tidak terlibat langsung pada produksi bahan pangan. [42][43] [41] Perkembangan pertanian menghantarkan manusia pada pendirian kota-kota pertama di dunia. Kawasan tersebut merupakan pusat perdagangan, pabrik, dan kekuatan politik yang hampir tidak menghasilkan pangan dengan sumber daya sendiri. Kota menciptakan simbiosis dengan desa di sekelilingnya. Kota menerima produk pangan dari desa, dan sebagai gantinya kota menyediakan produk pabrik serta perlindungan dan kendali militer yang berstrata. [b] Perkembangan kota-kota berarti kemunculan peradaban. di Mesopotamia Hulu (3500 SM), (3300 SM) [8] [44] Peradaban awal muncul pertama kali [45] diikuti dengan peradaban Mesir di sepanjang sungai Nil dan peradaban Harappa di lembah sungai Indus (pada masa kini merupakan [46][47] Masyarakat tersebut mengembangkan sejumlah karakteristik wilayah Pakistan; 3300 SM). yang sama, misalnya pemerintahan pusat, struktur sosial dan perekonomian yang kompleks, sistem tulisan dan bahasa yang canggih, dan agama serta budaya yang khas. Aksara merupakan perkembangan penting lainnya dalam perkembangan sejarah manusia, karena mendukung administrasi kota-kota dan membuat pengungkapan gagasan menjadi lebih mudah. Lahirnya peradaban Zaman Perunggu adalah bagian dari sistem tiga zaman (Zaman Batu, Zaman Perunggu, Zaman Besi) yang memberi deskripsi sejarah peradaban kuno secara efektif bagi beberapa kawasan dunia. Selama era tersebut—di kawasan-kawasan yang paling subur—berdirilah negara kota dan peradaban awal mulai berkembang di beberapa bagian dunia. Peradaban-peradaban tersebut berpusat pada lembah sungai yang subur: sungai Tigris dan Efrat di Mesopotamia, sungai Nil di Mesir, sungai Indus di Asia Selatan, dan Yangtze serta sungai Kuning di Tiongkok. Peradaban yang berada di kawasan sungai merupakan peradaban kuat pada masa itu karena air diperlukan untuk membangun suatu masyarakat agraris. Transportasi juga difasilitasi dengan jalur air, baik melalui sungai atau laut. Mesopotamia Reruntuhan kota kuno Ur di Irak, salah satu tempat perkembangan peradaban Sumeria (± 3000 SM), dengan ziggurat Ur (rekonstruksi) sebagai latar belakangnya. Artikel utama: Mesopotamia dan Sumeria Mesopotamia merupakan region di kawasan Hilal Subur, tempat berdirinya beberapa negara kota pada zaman kuno. Pertemuan sungai Tigris dan Efrat di kawasan tersebut menciptakan tanah yang subur dan persediaan air untuk irigasi. Peradaban-peradaban yang muncul di sekitar sungai tersebut merupakan peradaban non-nomadis terkuno yang diketahui sejauh ini. Oleh karena kebudayaan Sumeria, Akkadia, Asiria, dan Babilonia muncul di daerah tersebut, maka teori yang menyatakan Mesopotamia Sebagai maulid peradaban diakui oleh banyak ilmuwan. [48] Sumeria, salah satu peradaban yang berkembang di kawasan Mesopotamia adalah peradaban kompleks pertama yang diketahui sejauh ini, berkembang dari beberapa negara kota pada milenium ke-4 sebelum Masehi. Dalam peradaban inilah tercipta bata, roda, bajak, dan gerabah untuk pertama kalinya dalam sejarah. Peradaban Sumeria muncul selama periode Ubaid (6500–3800 SM) dan Uruk (4000–3100 SM). Eridu merupakan situs Sumeria tertua, dihuni selama awal periode Ubaid. Terletak beberapa mil di sebelah barat daya Ur, Eridu merupakan tempat perpaduan antara kota kuil di Sumeria (Mesopotamia bagian selatan) dengan pemukiman kuno di wilayah tersebut yang telah ada sejak sekitar 5000 SM. Bangsa Sumeria bercocok tanam di kawasan sungai Tigris dan Efrat. Surplus pangan memicu pembagian kerja. Hal ini disebabkan karena tidak semua orang terjun ke bidang pertanian. Akhirnya, terciptalah strata dalam masyarakat, sehingga terbentuklah piramida sosial. Pada bangsa Sumeria, raja, pendeta, dan pejabat pemerintahan berada pada puncak piramida. Di bawah mereka terdapat pegawai, pedagang, petani, dan nelayan. Dasar piramida merupakan tempat bagi para budak. Budak biasanya merupakan bekas tahanan, narapidana, atau orang yang terlilit hutang. Di kawasan Mesopotamia, bentuk tulisan terawal, yaitu huruf paku (cuneiform), muncul sekitar 3000 SM. Cuneiform berawal dari sebuah sistem piktograf. Gambar-gambar representasi tersebut berangsur-angsur menjadi lebih sederhana dan abstrak. Cuneiform ditulis pada sabak tanah liat, dan hurufnya digambar dengan bulu yang berfungsi sebagai stylus. Dengan dibuatnya tulisan, administrasi suatu negara besar menjadi lebih mudah. Bagi bangsa Sumeria, hanya anak orang kaya dan bangsawan saja yang berhak mendapatkan pendidikan baca-tulis. Mereka belajar di tempat yang disebut edubba. Hanya anak lelaki yang belajar di edubba saja yang berhak menjabat sebagai kerani atau juru tulis. Budaya menulis telah menyumbangkan catatan sejarah akan keberadaan peradaban ini. Salah satu karya tulis tertua di dunia, yaitu wiracarita Gilgamesh, berasal dari peradaban ini. [49] Pada abad ke-24 SM, Kekaisaran Akkadia berdiri di Mesopotamia. berikutnya, awal kerajaan Asiria berdiri, disusul dengan Babilonia. Sungai Nil Beberapa abad Lukisan kegiatan bercocok tanam, dari zaman Mesir Kuno, sekitar 1200 SM. Di tempat-tempat kelahiran peradaban, kegiatan bercocok tanam mengakhiri periode berburu dan hidup nomaden. Artikel utama: Mesir Kuno dan Sejarah Mesir Daerah aliran sungai Nil di Afrika Utara merupakan tempat perkembangan peradaban Mesir Kuno. Sekitar 6000 SM, masyarakat Pra-Kerajaan Mesir (sebelum sistem monarki didirikan di Mesir) sudah mampu bercocok tanam dan menggembalakan ternak. Usaha komunikasi visual awal dapat teramati dari simbol-simbol yang terdapat pada gerabah dari Gerzeh, sekitar 4000 SM, yang menyerupai aksara hieroglif Mesir Kuno. Mortar mulai digunakan sejak 4000 SM, dan tembikar glasir bening mulai diproduksi sejak 3500 SM. Rumah sakit atau pusat pelayanan medis didirikan sekurang-kurangnya sejak 3000 SM. Bukti arkeologis mengindikasikan keberadaan manusia di kawasan barat daya Mesir, dekat perbatasan Sudan, sekitar 8000 SM. Sejak sekitar 7000–3000 SM, iklim Sahara lebih lembab daripada kini, sehingga memungkinkan kegiatan bercocok tanam di tanah yang kini telah gersang. Perubahan iklim setelah 3000 SM menyebabkan proses kegersangan secara berangsur di kawasan tersebut. Sebagai dampak dari perubahan tersebut, suku-suku kuno penghuni Sahara terdesak untuk pindah ke daerah sekitar sungai Nil sekitar 2500 SM. Di sana mereka mengembangkan ekonomi agraris serta sistem masyarakat yang lebih kompleks. Suku yang sudah sejak lama mendiami pinggiran sungai Nil juga telah mengembangkan masyarakat mereka secara mandiri. Hewan ternak sudah diimpor dari Asia antara 7500 SM sampai 4000 SM. Bangsa Mesir Kuno dikenal karena sejumlah prestasi dan penemuan dalam sejarahnya, di antaranya pembangunan piramida kolosal mereka, ilmu bedah kuno, ilmu matematika, dan transportasi dengan perahu. Kebangkitan dinasti-dinasti Mesir dimulai setelah bersatunya Mesir Hulu dan Hilir sekitar 3200 SM, dan berakhir sekitar tahun 340 SM, saat dimulainya kuasa Dinasti Akhemeniyah atas wilayah Mesir. Kerajaan Mesir dipimpin oleh penguasa monarki bergelar firaun. Pada puncak kejayaannya, kerajaannya terbentang dari delta sungai Nil hingga gunung Jebel Barkal di Sudan. Masyarakat Mesir Kuno bergantung pada keseimbangan sumber daya alam dan manusia, terutama irigasi sungai Nil yang membantu pertanian mereka. Bangsa ini dikenal sebagai pengguna tulisan hieroglif, pembangun piramida, kuil, dan pemakaman bawah tanah, serta pengguna kereta perang sebagai pendukung kekuatan militernya. Ada perbedaan besar pada kelas dalam masyarakatnya. Sebagian besar anggota masyarakatnya merupakan petani namun mereka tidak berhak atas hasil pertanian yang mereka usahakan. Hasil pertanian merupakan milik negara, kuil, atau keluarga bangsawan yang memiliki lahan pertanian. Perbudakan juga ada, namun aplikasinya pada masyarakat Mesir Kuno masih belum jelas. Lembah Sungai Indus [50] Kawasan peradaban lembah Sungai Indus, dengan batas-batas negara masa kini. Sebagian besar merupakan wilayah negara Pakistan, dan sebagian lagi wilayah Iran, Afganistan, dan India. Artikel utama: Peradaban Lembah Sungai Indus Peradaban Lembah Sungai Indus atau Peradaban Harappa terjadi sekitar 3300 SM, dan tahap-tahap permulaannya terjadi pada masa sebelum 4000 SM. Peradaban tersebut berpusat pada kawasan sekitar sungai Indus (sebagian besar merupakan wilayah Pakistan, dan sebagian kecil merupakan wilayah Afghanistan, Iran, dan India), terbentang ke timur sampai lembah [51] [52][53] sungai Ghaggar-Hakra dan hulunya mencapai doab Gangga-Yamuna; peradaban tersebut terbentang ke barat sampai pesisir Makran di Balochistan, ke utara sampai Afghanistan Tenggara dan ke selatan sampai Daimabad di Maharashtra. Perkembangan peradaban tersebut [54] terbagi dalam beberapa tahap dan menandai pembangunan kota-kota di anak benua India. Di kawasan peradaban itulah kegiatan pertanian pertama di Asia Selatan terjadi. Gandum, jelai, dan jujuba dibudidayakan sekitar 9000 SM; budidaya domba dan kambing menyusul kemudian. [55] Budidaya jelai dan gandum—juga usaha peternakan, terutama domba dan kambing—berkembang di Mehrgarh sekitar 8000–6000 SM. [55] terjadi domestikasi gajah. [56][57] Pada periode tersebut juga Sekitar milenium ke-5 SM, masyarakat agraris tersebar di kawasan [57] Kashmir. Di situs pemakaman dari zaman peradaban ini ditemukan barang-barang yang sudah bisa diproduksi pada masa tersebut, yaitu: keranjang, peralatan dari batu dan tulang, kalung, rantai, dan anting-anting. Pernak-pernik dan ornamen kulit kerang, batu kapur, batu pirus, lapis lazuli, batu pasir, dan tembaga juga ditemukan. Dalam peradaban ini, beberapa kota besar berkembang, di antaranya: Harappa (3300 SM), Dholavira (2900 SM), Mohenjo-Daro (2500 SM), Lothal (2400 SM), dan Rakhi Garhi, serta lebih dari 1000 kota kecil dan desa. Perkotaan pada masa peradaban tersebut dikenal dengan arsitekturnya yang dibangun dari bata, memiliki sistem drainase pinggir jalan, dan perumahan bertingkat. Kota-kota besar tersebut luasnya sekitar satu mil, dan jarak yang jauh antara satu kota dengan kota lainnya kemungkinan besar merupakan tanda sentralisasi politik, baik dalam bentuk dua negara kota, atau imperium tunggal dengan ibu kota alternatif, atau mungkin Harappa menggantikan Mohenjo-Daro, yang diketahui pernah hancur akibat banjir bandang tidak hanya sekali. [58] Peradaban lembah sungai indus juga dikenal akan penggunaan pecahan [59][60] desimal pada sistem pengukuran kuno. Pada akhir milenium ke-1 SM, perkembangan peradaban lembah sungai Indus memasuki periode Weda, menurut estimasi masa penyusunan Regweda (sekitar 1700 SM hingga 1100 SM), kumpulan himne keagamaan yang menjadi fondasi bagi agama Hindu dan aspek kultural lainnya pada masyarakat India awal. Rentang waktu periode ini tidak diketahui dengan pasti, dan masa berakhirnya diperkirakan sekitar abad ke-6 SM. Pada periode tersebut sudah ada religi yang menjadi perintis bagi agama Hindu seperti yang dikenal pada masa kini. [61] Lembah Sungai Kuning Daerah perkembangan peradaban Tiongkok pada masa Dinasti Shang (± 1500 SM), tersebar di sekitar lembah sungai Kuning. Artikel utama: Sejarah Tiongkok Kebudayaan awal Tiongkok bermula tidak jauh dari kawasan sungai Kuning (serta sungai Yangtze) karena di sekitar kawasan tersebut banyak ditemukan peninggalan prasejarah Tiongkok. Kebudayaan Neolitik tertua yang ditemukan di Tiongkok diantaranya Pengtoushan (sungai Yangtze) dan Peiligang (sungai Kuning); semuanya bermula sejak sekitar 7000 SM atau sebelum itu. Masa Kebudayaan Pengtoushan sulit dipastikan dan hasil perhitungan bervariasi antara 9000 SM sampai 5500 SM; di situs kebudayaan tersebut ditemukan sisa-sisa beras yang berasal dari masa 7000 SM. Di situs purbakala Jiahu ditemukan beberapa bukti pembudidayaan padi. Penemuan penting lainnya di Jiahu adalah seruling kuno, berasal dari masa 7000 SM sampai 6600 SM. Peiligang merupakan salah satu kebudayaan tertua di Tiongkok yang memproduksi gerabah. Baik Pengtoushan maupun Peiligang mengembangkan budi daya jawawut, peternakan, penyimpanan dan distribusi pangan. Bukti arkeologis juga mengindikasikan keberadaan pengrajin dan pegawai pada masa kebudayaan Neolitikum tersebut. Piktograf yang diduga sebagai perintis sistem tulisan bahasa Tionghoa berasal dari masa yang setua kegiatan pertanian dan peternakan di Tiongkok. Di Jiahu ditemukan sejumlah piktograf yang dikenal sebagai simbol Jiahu. Piktograf tersebut tidak dianggap sebagai sistem tulisan [62] Di Damaidi, seutuhnya, melainkan simbol-simbol yang mengawali penciptaan sistem tulisan. Ningxia, terdapat ribuan ukiran pada tebing yang berasal dari masa 6000–5000 SM, menampilkan 8000-an piktograf menyerupai matahari, bulan, bintang, dewa-dewi, dan adegan perburuan dan peternakan. Piktograf tersebut mirip dengan huruf Tionghoa Kuno yang diketahui selama ini. [63][64] Masa kebudayaan Peiligang tergantikan oleh masa kebudayaan Yangshao (sekitar 5000–3000 SM). Pengaruh kebudayaan tersebut meliputi kawasan Tiongkok Utara. Kebudayaan tersebut tergantikan oleh kebudayaan Longshan sekitar 2500 SM. Pada situs arkeologis seperti Sanxingdui dan Erlitou, terdapat bukti peradaban Zaman Perunggu di Tiongkok. Pisau perunggu dalam bentuk terkuno dari masa 3000 SM ditemukan di situs Majiayao di provinsi Gansu dan Qinhai. Menurut catatan sejarah Tiongkok, Sungai Kuning digunakan sebagai irigasi sekitar 2200 SM oleh Yu yang Agung, perintis Dinasti Xia yang semi-mitologis. Dinasti Xia (sekitar 2100 SM hingga 1600 SM) adalah dinasti pertama yang disebutkan dalam catatan sejarah Tiongkok, di [65][66] antaranya Catatan Sejarah Agung oleh Sima Qian dan Sejarah Bambu. Meskipun ada perdebatan mengenai eksistensi dinasti tersebut, ada beberapa bukti arkeologis yang mengacu pada keberadaannya. Sima Qian menyatakan bahwa dinasti tersebut didirikan sekitar 2200 SM, namun tanggal tersebut tidak cukup meyakinkan. Kini banyak arkeolog yang menghubungkan [67] keberadaan Dinasti Xia dengan penggalian di provinsi Henan, perunggu dari masa 2000 SM. tempat penemuan perabot Dinasti historis pertama yang diakui keberadaanya adalah Dinasti Shang, berdiri sekitar 1500 SM. Bukti arkeologis mengenai keberadaan Dinasti Shang berupa artefak perunggu dan tulang orakel, yaitu cangkang kura-kura atau tulang lemusir sapi yang ditulisi simbol-simbol aksara Tiongkok Kuno, ditemukan di lembah Huang He di Yin, ibu kota Dinasti Shang. Cangkang kura-kura peninggalan Dinasti Shang berasal dari masa 1500 SM, dihitung menurut teknik penanggalan radiokarbon. Dinasti Shang digantikan oleh Dinasti Zhou, sekitar abad ke-11 SM. Masa akhir Dinasti Zhou merupakan masa kelahiran dua filsuf masyhur Tiongkok, yaitu Kong Hu [68] Cu (pendiri Konfusianisme), dan Laozi (pendiri Taoisme). Yunani Kuno Parthenon di Akropolis Athena, dibangun sekitar 500 SM, ikon peradaban Yunani Kuno. Artikel utama: Yunani Kuno Di Gua Franchitti di Peloponesia, sebelah tenggara Argolid, terdapat bukti mengenai kegiatan pertanian purbakala di Yunani. Sejak sekitar 11.000 SM, budidaya biji-bijian, kacang-kacangan, [69] dan serealia terjadi pada masa yang sama, sementara haver dan jelai muncul sekitar 10.500 SM, sedangkan ercis dan pir sejak sekitar 7300 SM. Permukiman Neolitik tersebar di seluruh Yunani, dengan kegiatan meliputi pertanian dan produksi gerabah. Situs terkemuka seperti Sesklo dan Dimini, sudah memiliki jalan dan alun-alun. Hal tersebut menjadikannya contoh tata [70] Situs penting lainnya yaitu Dispilio, tempat penemuan ruang kota purbakala di daratan Eropa. sabak kuno dengan guratan-guratan seperti tulisan kuno. Peradaban Minoa merupakan peradaban Zaman Perunggu pertama di kawasan Yunani. Peradaban tersebut muncul di pulau Kreta dan berkembang sekitar 2700 SM sampai 1500 SM, namun awal perkembangannya terjadi pada masa jauh sebelum itu. [71] Pulau Kreta mulai dihuni [72] oleh manusia sekurang-kurangnya sejak 128000 SM, selama zaman Paleolitik Madya. Tanda-tanda kegiatan pertanian yang lebih canggih, sebagai awal suatu peradaban, muncul [73] Keberadaan peradaban tersebut sempat terlupakan, sebelum ditemukan sekitar 5000 SM. pada awal abad ke-20 oleh arkeolog Inggris, Sir Arthur Evans. Will Durant memandang peradaban tersebut sebagai "mata rantai pertama pada untaian (sejarah) Eropa." [74] Gerbang Singa di Mikene, dibangun pada abad ke-13 SM. Peradaban Mikenai berkembang di seberang utara Kreta sejak sekitar 1600 SM, ketika kebudayaan Helladik di Yunani daratan bertransformasi di bawah pengaruh kebudayaan Minoa di Kreta. Tidak seperti masyarakat Minoa yang mengandalkan perdagangan, masyarakat Mikene lebih menyukai penaklukan. Peradaban Mikenai didominasi oleh aristokrasi ksatria. Sekitar 1400 SM, bangsa Mikene memperluas jangkauan kekuasaan mereka ke Kreta, pusat peradaban Minoa (yang pada masa itu mengalami bencana letusan Santorini), dan mengadopsi suatu bentuk aksara Minoa yang disebut Linear A untuk menuliskan bahasa Yunani Kuno; aksara yang [75] Legenda Yunani dikembangkan pada masa peradaban Mikenai kemudian disebut Linear B. menyebutkan bahwa bangsa Mikene tidak hanya menaklukkan Minoa, tetapi juga negara kota Troya, disebutkan dalam wiracarita Iliad sebagai saingan kekuasaan Mikene. Karena satu-satunya catatan sejarah konflik tersebut adalah Iliad karya Homeros, maka sejarah Troya dan Perang Troya belum bisa dipastikan. Tahun 1876, arkeolog Jerman Heinrich Schliemann menemukan reruntuhan di Hissarlik, termasuk kawasan Asia Minor sebelah barat (kini wilayah Turki) dan mengklaimnya sebagai bekas kota Troya. Kepastian mengenai lokasi tersebut sebagai Troya seperti yang dituturkan oleh Homerus masih diperdebatkan. [76] Kebudayaan Yunani memiliki pengaruh besar pada peradaban-peradaban Eropa yang muncul di kemudian hari, terutama peradaban Romawi. Bangsa Yunani mengembangkan konsep yang kini [77] dikenal sebagai negara kota, atau polis. Kata "politik" berasal dari konsep tersebut, yang secara harfiah berarti segala hal menyangkut polis. Ada banyak polis pada masa Yunani Kuno; beberapa yang terkemuka di antaranya: Athena, Sparta, Korintus, dan Thebes. Kota-kota tersebut tidak memiliki hubungan intens satu sama lain, karena bentang alam Yunani yang didominasi pegunungan dan banyak pulau. Apabila suatu kota tidak lagi memiliki cukup pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduknya, maka beberapa orang keluar dari kota tersebut untuk mendirikan kota baru. Kota baru itu dikenal sebagai koloni. Tiap kota bersifat mandiri dan diperintah langsung oleh seseorang di kota tersebut. Koloni-koloni juga menjalin hubungan dengan kota asal mereka demi perlindungan. Ketika daratan Yunani terancam perang (contohnya saat melawan kekaisaran Persia), terjadi persekutuan antarnegara-kota untuk menanggapi ancaman tersebut. Selain itu juga dapat terjadi perang antara negara kota yang berbeda. Pegunungan Andes Salah satu peninggalan peradaban Norte Chico berupa reruntuhan Piramida Caral di Lembah Supe, Peru. Artikel utama: Peradaban Norte Chico Peradaban di dataran pegunungan Andes yang terbentang sepanjang Amerika Selatan terdiri dari berbagai budaya yang berkembang dari dataran tinggi Colombia hingga gurun Atacama. Kebudayaan yang paling menonjol adalah kebudayaan Peru Kuno dan kebudayaan lainnya di sekitar Peru, seperti Tiahuanaco di Bolivia. Di lembah Ayacucho, tepatnya di situs Pikimachay, hasil penelitian arkeologis mengungkapkan bukti keberadaan manusia di sana sejak 22.200 hingga 14.700 tahun yang lalu, [78] namun hasil tersebut masih diragukan dan periode yang lebih konservatif, yaitu 12.000 SM lebih diakui. [79] Di situs Pikimachay ditemukan bukti budi daya [80] tanaman, contohnya labu air, sejak 11.000 tahun yang lalu. Sisa-sisa tanaman mengindikasikan bahwa sebelum 3000 SM, bayam, kapas, labu, lucuma, dan kinoa sudah dibudidayakan di basin Ayacucho. Sejak 4000 SM, jagung (Zea mays) dan kacang-kacangan mulai dibudidayakan. [81] Sejumlah tulang-belulang marmot mengindikasikan peternakan hewan tersebut, dan kemungkinan besar llama mulai dibudidayakan sekitar 4300–2800 SM. [80] Di kawasan Buena Vista, bangunan observatorium serupa kuil telah didirikan sejak 4200 tahun [82] Bangunan tersebut mengandung ukiran yang elok serta patung seukuran manusia, yang lalu. terkesan unik karena kebudayaan di sekitarnya masih menciptakan relief dua dimensi pada periode itu. [83] Sementara itu di situs Ventarron, Region Lambayeque terdapat kuil berhias mural berusia 4000 tahun. [84] Sejauh penelitian arkeologis, peradaban tertua di belahan bumi barat pada umumnya, dan di Amerika Selatan pada khususnya, adalah peradaban Norte Chico atau peradaban Caral Supe (3200–1800 SM) yang meninggalkan bukti arkeologis berupa permukiman di pesisir Peru, termasuk pusat kota di Aspero dan Caral. Keberadaan quipu purbakala (media komunikasi orang-orang Andes) di Caral menandakan bahwa penggunaan benda tersebut sudah ada sejak dahulu kala. Piramida batu di situs tersebut diduga sezaman dengan Piramida Agung Giza. Di Norte Chico tidak ditemukan bukti pembangunan kubu pertahan atau tanda-tanda bekas pertempuran, tidak seperti kota-kota lainnya di pegunungan Andes. Secara arkeologis, Norte Chico merupakan kebudayaan pra-keramik pada Periode Kuno Akhir era Pra-Columbus; peradaban tersebut tak meninggalkan keramik dan jejak-jejak kesenian yang ditinggalkan hampir tidak tampak. Prestasi mereka yang menakjubkan berupa arsitektur monumental, termasuk tumulus dan plaza melingkar yang terbenam. Bukti arkeologis mengindikasikan penggunaan teknologi tekstil dan kemungkinan besar ada pemujaan simbol-simbol dewa-dewi. Pemerintahan maju diduga pernah dibentuk untuk memimpin Norte Chico kuno. Mesoamerika Patung kepala kolosal peninggalan kebudayaan Olmek. Artikel utama: Mesoamerika dan Peradaban Maya Mesoamerika merupakan region di Amerika Utara, yang pada masa kini mencakup Meksiko dan Karibia. Saat berbagai peradaban kompleks muncul di belahan bumi timur, kebanyakan masyarakat pribumi di benua Amerika masih hidup relatif sederhana selama beberapa masa, dan terpecah menjadi berbagai kebudayaan regional yang berbeda-beda. Selama Tahap Formatif atau Era Praklasik di Mesoamerika (sekitar 1800 SM sampai 200 M), peradaban yang lebih kompleks dan terpusat mulai berkembang, terutama pada daerah yang kini disebut Meksiko Dan Karibia. Peradaban yang ada pada masa itu yakni Peradaban Olmek (1400 SM), Zapotek (600 SM), Awal Maya (seb. 200 M), dan lain-lain. Bangsa-bangsa di Mesoamerika pada masa itu dapat mengembangkan pertanian dengan baik, misalnya menanam jagung dan tanaman khas Amerika lainnya, serta membuat budaya serta agama yang istimewa. Selama bertahun-tahun, kebudayaan Olmek diduga sebagai 'kebudayaan ibu' bagi Mesoamerika, karena pengaruh besar yang disebarkannya di kawasan tersebut. Pusat kebudayaan Olmek berada di pesisir Teluk Meksiko, wilayah negara bagian Veracruz dan [85] Tabasco masa kini. Kebudayaan Olmek menjadi tonggak bersejarah bagi sejarah Mesoamerika, karena khazanah budaya Mesoamerika pertama kali muncul di sana, di antaranya: organisasi kenegaraan, pengembangan kalender upacara 260 hari dan kalender sekuler 365 hari, aksara pertama di Mesoamerika, [86] dan tata kota. Pengembangan kebudayaan tersebut dimulai sekitar 1600–1500 SM. Venta, San Lorenzo, dan Tres Zapotes. [87] Situs-situs kebudayaan Olmek di antaranya: La Di antara peradaban asli Amerika sebelum kedatangan bangsa Eropa, peradaban Maya adalah peradaban yang memiliki aksara paling sistematis. Mereka menunjukkan prestasi gemilang pada bidang seni dan arsitektur serta mengenal sistem matematika dan astronomi yang maju. Tempat perkembangan peradaban Maya telah dijamah manusia sejak sekitar milenium ke-10 SM. Permukiman Maya pertama dibangun di sana sekitar 1800 SM, di kawasan Soconusco. Pada masa kini merupakan wilayah Chiapas di Mexico, pesisir samudra Pasifik. Pada masa itu, manusia di kawasan tersebut mulai bermukim secara permanen. Mereka menciptakan sistem pertanian dan menimbun pangan. Gerabah dan pernak-pernik tanah liat juga dibuat. Mereka sudah mampu membangun gundukan makam. Gundukan tersebut berkembang menjadi punden berundak. Batas jangkauan peradaban Maya kurang jelas. Ada kemungkinan pada kawasan peradaban tersebut terjadi pembauran dengan kebudayaan lainnya. [88] Zaman Kuno Artikel utama: Sejarah kuno Garis waktu Tahun di bawah ini menunjukkan perkiraan. Baca artikel terkait untuk detail lebih lanjut. Awal religi Reruntuhan Göbekli Tepe di Turki, kuil tertua di dunia, bukti bahwa religi telah ada sejak ± 10.000 SM. Saat peradaban berkembang menuju bentuk yang lebih kompleks, demikian pula yang terjadi pada agama, dan bentuk terawal dari ragamnya tampak dimulai pada periode tersebut. [89] [90] Benda-benda alam seperti Matahari, Bulan, Bumi, langit, dan laut kerap didewakan. Ruangan suci didirikan, dan berkembang menjadi pembangunan kuil, lengkap dengan hirarki kependetaan dan jabatan lainnya yang kompleks. Tipikal zaman Neolitik adalah kecenderungan untuk memuja dewa-dewi antropomorfis. Berdasarkan ekskavasi di kompleks kuil Göbekli Tepe ("Bukit Perut Gendut") di Turki selatan yang berdiri sejak 11.500 tahun yang lalu, para arkeolog berpikir bahwa keberadaan agama mendahului Revolusi Pertanian daripada muncul setelah revolusi itu dimulai, sebagaimana diasumsikan pada umumnya. [91] Bangsa Mesir merupakan salah satu bangsa tertua yang memiliki religi dan menganut tradisi politeisme. Dewa Mesir yang utama di antaranya: Ra, Osiris, Horus, dan Anubis. Salah satu kitab tertua bangsa Mesir Kuno, sekaligus teks keagamaan kuno yang masih lestari adalah Teks [92] Pada periode Kerajaan Piramida, koleksi teks yang dibuat sekitar tahun 2400–2300 SM. Pertengahan Mesir, tepatnya pada pemerintahan Akhenaten (sekitar 1350 SM), bangsa Mesir menganut tradisi pemujaan satu dewa yang disebut Aten; tradisi itu dikenal sebagai [93] Atenisme. Sebelumnya Aten dikenal sebagai aspek dari Ra, Dewa Matahari; catatan tertua [94] Aten mengenai Aten ditemukan dalam Kisah Sinuhe dari periode Dinasti kedua belas Mesir. menjadi dewa yang dipuja secara eksklusif pada masa pemerintahan Akhenaten. Setelah pemerintahannya berakhir, bangsa Mesir beralih kembali kepada tradisi politeisme mereka. Teks Piramida yang terukir di dalam makam Firaun Teti di Saqqara, dari masa k.2400–2300 SM. [93][94] Di Mesopotamia, para raja dianggap sebagai tangan kanan Tuhan (teokrasi) sehingga mereka [95] Di sebelah barat Mesopotamia, meliputi berperan sebagai pemimpin politik sekaligus spiritual. Kanaan, merupakan tempat tinggal bagi berbagai bangsa kuno, seperti Fenisia, Het, Filistin, Aram, dan Yahudi. Mereka menyembah berbagai dewa-dewi, yang terkemuka di antaranya: Asyera, Asytoret, dan Baal. Selain itu, setiap suku memuja dewa tersendiri yang merupakan pelindung bagi sukunya. Menurut teori yang dikemukakan Sigmund Freud, penganut atenisme keluar dari Mesir dan menetap di Kanaan, berbaur dengan bangsa asli di sana dan membentuk [96][97] kepercayaan Yahudi yang monoteistik secara berangsur-angsur. Selama pembuangan bangsa Yahudi di Babilonia (Mesopotamia) antara abad ke-6 dan ke-5 SM, munculah gagasan [98] Kepercayaan bangsa untuk menetapkan konsep monoteisme, kenabian, dan hukum Tuhan. Yahudi merupakan konsep yang baru sama sekali pada masa itu, tidak seperti bangsa di [98] sekeliling mereka yang mewujudkan pujaan dalam bentuk patung-patung. Bagaimanapun, mitologi Mesopotamia mempengaruhi pembentukan kepercayaan Yahudi, seperti mitos [99] penciptaan Adam Dan mitos air bah. Pemujaan terhadap personifikasi alam seperti Agni (api), Baruna (laut), dan Dyaus Pita (langit) [100] terjadi di India sekitar milenium ke-1 SM. Tradisi ini berkembang menjadi agama Weda Kuno atau Brahmanisme. Di samping tradisi tersebut, ada tradisi berbeda yang disebut Samana, yang lebih menekankan meditasi dan tapa brata. Tradisi ini menekankan pemahaman akan hakikat diri, pencerahan melalui pengalaman, dan tidak terikat pada masyarakat; berbeda dengan kaum brahmana dari tradisi Brahmanisme yang lebih menekankan pelaksanaan ajaran pustaka suci [100] Di kemudian hari, Brahmanisme berkembang menjadi dan penyelenggaraan ritual. Hinduisme serta berbagai sekte di dalamnya, sementara Samana melahirkan Buddhisme dan Jainisme. Di Asia Timur, manusia mulai menyadari harmonisasi alam, menghormati para leluhur yang mewariskan kesejahteraan pada mereka, dan mulai memahami hakikat dirinya. Hal itu memicu kemunculan berbagai filsafat, di antaranya adalah Taoisme dan Konfusianisme. Zaman Poros Sokrates Siddhartha Gautama Kong Hu Cu Tiga filsuf pada Zaman Poros yang menyebarkan ajarannya di tiga belahan dunia yang berbeda tanpa mengenal satu sama lain. Ajaran mereka masih bertahan dan dipelajari hingga saat ini. Zaman Poros, menurut filsuf Jerman, Karl Jaspers, adalah zaman saat pemikiran revolusioner bermunculan di Tiongkok, India, Persia, dan Dunia Barat selama rentang waktu antara abad ke-8 hingga ke-2 SM. Pada zaman itu terjadi perkembangan gagasan filosofis dan religius secara transformatif di berbagai belahan dunia dan kebanyakan terjadi secara independen. Di India terjadi perkembangan tiga agama: Hinduisme, Buddhisme, dan Jainisme. Hinduisme masa kini merupakan perkembangan dari Brahmanisme (1500–500 SM) atau "Agama Weda Pra-Hindu", dan penyusunan Regweda (kitab suci tertua bagi umat Hindu, bagian dari empat Weda) diduga terjadi pada masa 1100 SM. [c] Penyusunan Upanishad, yaitu suplemen bagi kitab [102] Weda diduga terjadi pada masa 900–800 SM. Pada abad ke-6 SM, di India Utara, Siddhartha Gautama dari suku Sakya menyebarkan Buddhisme atau agama Buddha yang merupakan bagian dari tradisi Semana, paralel namun berbeda dengan pelopor Hinduisme. Sebagaimana Hinduisme, ajaran Buddha juga mengenal karma, reinkarnasi, dan ahimsa, namun menolak keberadaan Tuhan dan sistem kasta. Pada abad ke-5 SM, bagian lain dari Samana, yaitu Jainisme disebarkan oleh Mahavira. Pendahulunya adalah Pārśva (abad ke-9 SM), yang juga merupakan pemimpin Jainisme menurut umat Jaina. Seperti agama Buddha, Jainisme juga menolak keberadaan Tuhan. Di antara ketiga agama tersebut, Hinduisme mendominasi India, sedangkan Buddhisme lebih berkembang di Asia Timur dan Tenggara, sementara Jainisme menjadi agama minoritas. Di Asia Timur, tiga perguruan filsafat telah mendominasi pemikiran bangsa Tionghoa hingga masa kini. Ketiganya adalah Legalisme (abad ke-8 SM), [103] Taoisme (abad ke-6 SM), [104] dan [105] Konfusianisme (abad ke-6 SM). Legalisme adalah filsafat yang lebih mengutamakan sistem hukum daripada pemikiran tinggi seperti alam dan tujuan kehidupan. Sementara itu, Taoisme mengajarkan keharmonisan antara manusia dengan alam, diprakarsai oleh Laozi dan ajarannya [106] terangkum dalam Daode Jing. Meskipun hidup pada abad ke-6 SM, ada dugaan bahwa [106] Ajaran Konghucu Daode Jing disusun pada masa antara abad ke-4 hingga ke-3 SM. (Konfusianisme) yang digagas Kong Hu Cu, yang di kemudian hari memperoleh dominasi, mencari moralitas politisi tidak untuk paksaan melainkan untuk kekuatan dan keteladanan tradisi. Ajaran Khonghucu menyebar ke semenanjung Korea hingga kepulauan Jepang yang masih menganut shamanisme dan kepercayaan tradisional lainnya. Serikat Yesus di Tiongkok pada abad ke-16 dan ke-17 memandang Konfusianisme sebagai suatu sistem etis, bukan agama, [107] sehingga tidak akan bertentangan dan akan sejalan dengan agama Kristen. Meskipun demikian, penghormatan leluhur di Tiongkok oleh beberapa kelompok dipandang bertentangan dengan ajaran Kristen sehingga kini pelaksanaannya tidak dianjurkan lagi bagi orang Kristen Tionghoa. [108] Di Asia Barat, terjadi awal pemikiran monoteisme di Kanaan dan Persia. Di Kanaan, bangsa Yahudi memuja satu Tuhan yang disebut Yahweh. Sementara itu, monoteisme di Persia Kuno mengenal konsep ketuhanan Yang Maha Esa, dengan sebutan Ahura Mazda. Ahura Maza memiliki oposisi yang disebut Angra Mainyu, roh perusak, manifestasi dari kegelapan dan kejahatan. Di Mediterania, tradisi filosofis bangsa Yunani Kuno yang direpresentasikan oleh [109] [110] [111][112] Plato, Socrates, dan Aristoteles, tersebar di sepanjang Eropa dan Timur Tengah pada abad ke-4 SM karena penaklukkan yang dilakukan oleh Aleksander III dari Makedonia, [113] lebih dikenal sebagai Aleksander Agung. Garis waktu kemunculan agama dan aliran filsafat pada Zaman Poros (abad VIII–II SM) Perkembangan peradaban dan imperium Artikel utama: Peradaban dan Kekaisaran Mural yang melukiskan Pengepungan Dapur(1269 SM) di kuil Ramses II, menggambarkan penggunaan kereta perang pada zaman kuno. Sebelum 500 M (abad ke-6), beberapa daerah di dunia mengalami kemajuan teknologi yang perlahan namun pasti, dengan perkembangan penting seperti sanggurdi dan tenggala. Peradaban-peradaban kuno mulai berinteraksi satu sama lain dalam hal perdagangan, religi, atau ekspansi militer. Laut Tengah (Mediterania), yang mencakup tiga titik benua, membantu perkembangan kekuatan militer serta pertukaran komoditas, ide-ide baru, dan invensi peradaban di sekitarnya. Perdagangan semakin berkembang menjadi sumber kekuasaan karena negara-negara yang memiliki akses untuk sumber daya penting atau menguasai jalur perdagangan penting akan bangkit dan mendominasi. Di beberapa daerah, ada periode perkembangan secara pesat yang ditandai dengan pembangunan monumen kolosal, produksi roda, dan pengembangan sistem ketatanegaraan; yang terkemuka adalah kawasan Mediterania selama periode Helenistik, saat ratusan teknologi [114][115] Pada masa awal peradaban juga bermunculan teknologi baru di berhasil diciptakan. darat, misalnya kereta perang dan pasukan berbasis kuda yang membuat pergerakan tentara menjadi lebih cepat. Teknologi tersebut berperan dalam kemajuan militer; ekspansi wilayah serta pencaplokan teritori mulai terjadi, contohnya Pertempuran Kadesh dan Pengepungan Dapur pada abad ke-13 SM antara bangsa Mesir dan Het. Penyatuan daerah-daerah taklukan berlanjut pada munculnya imperium dan kekaisaran, manifestasi hegemoni suatu bangsa dan ekspansi suatu wilayah berdaulat. Peradaban yang ekstensif dapat membawa kedamaian dan stabilitas bagi daerah luas, contohnya periode Pax Romana bangsa Romawi. Setelah perkembangan selama berabad-abad, peradaban lembah sungai di berbagai belahan dunia menunjukkan kejayaannya dengan pendirian kekaisaran. Pada masa seribu tahun dari 500 SM hingga 500 M, serangkaian kekaisaran dengan luas wilayah yang belum pernah dicapai sebelumnya telah berkembang. Tentara profesional yang terlatih dengan baik, ideologi pemersatu, dan birokrasi yang lebih maju memberi peluang bagi para kaisar untuk memerintah daerah yang sangat luas yang populasinya dapat mencapai angka sepuluh ribu atau lebih. Afrika Utara (2500 SM–500 M) Sfinks dan Piramida Agung Giza Dari zaman Mesir Kuno, dibangun sekitar 2500 SM. Sekitar 2500 SM, Kerajaan Kerma berkembang di kawasan Nubia (antara Sudan dan Mesir). Kebudayaan Kerma merupakan kebudayaan agraris seperti Mesir; mereka mengembangkan pertanian, peternakan, dan menjadi mitra dagang bagi Mesir. Sekitar 1500 SM, kerajaan tersebut dicaplok oleh bangsa Mesir dan menjadi bagian dari Kerajaan Baru Mesir. Pada abad ke-11 SM, bangsa Nubia mendirikan Kerajaan Kush di sebelah selatan Mesir, di bekas wilayah Kerajaan Kerma, yang akan bertahan sampai abad ke-4 M. Mesir Kuno mencapai masa kejayaannya saat periode Kerajaan Baru, di bawah pemerintahan Ramses, yang berseteru dengan bangsa Het, Asiria dan Mitanni. Sesudahnya, Mesir mengalami keruntuhan secara perlahan-lahan. Mesir diserbu dan ditaklukkan oleh serangkaian kekuatan asing, di antaranya suku dari Kanaan/Hyksos, Libya, Nubia, Asiria, Babilonia, Persia, dan Makedonia. Pada abad ke-6 SM, Kambisus II menaklukkan Mesir, menjatuhkan Dinasti ke-26 Mesir. Krisis suksesi terjadi setelah ia jatuh sakit dan wafat. Darius I bertindak sebagai penggantinya, berdasarkan klaimnya sebagai pewaris garis keturunan Dinasti Akhemeniyah. Darius menetapkan ibukota pertamanya di Susa, dan memulai proyek pembangunan di Persepolis. Ia membangun kembali terusan antara sungai Nil dan Laut Merah. Ia mengimprovisasi sistem jalan [116] Setelah yang ekstensif, dan reformasi besar lainnya terjadi pada masa pemerintahan Darius. wafatnya Darius II pada 404 SM, bangsa Mesir melakukan pemberontakan. Kemudian firaun Mesir berhasil menggagalkan usaha Persia untuk menaklukkan Mesir kembali, sampai akhirnya Artahsasta III berhasil melakukannya. Tahun 332 SM, Aleksander Agung dari Makedonia menaklukkan Mesir dengan sedikit perlawanan dari Persia. Sesudah wafatnya Alexander, salah satu jenderalnya, Ptolemeus Soter, mengangkat diri sebagai pemimpin baru Mesir. Administrasi yang didirikan penerus Aleksander, yaitu Dinasti Ptolemaik, mengikuti cara Mesir dan beribu kota di Aleksandria. Kota tersebut menampilkan kekuasaan dan prestise pemerintahan Helenistik, dan menjadi tempat pembelajaran dan kebudayaan, berpusat di perpustakaan Iskandariyah yang termasyhur. Dinasti berkebangsaan Yunani tersebut memerintah Mesir sampai 30 SM. Di bawah pemerintahan Cleopatra, Mesir jatuh ke tangan Kekaisaran Romawi dan menjadi salah satu provinsi [117] Romawi. Pada abad ke-1 M, di kawasan Tanduk Afrika, tepatnya di kawasan yang kini disebut Ethiopia, Kekaisaran Aksum mendeklarasikan diri sebagai kerajaan niaga besar, mendominasi negeri tetangganya di Arab Selatan serta menguasai perdagangan di Laut Merah. Di sebelah barat, Kerajaan Kush masih bertahan sampai abad ke-4 M, sebelum digantikan oleh Kekaisaran Aksum. Kekaisaran Aksum mencetak mata uangnya sendiri dan mengukir stella monolitik seperti Obelisk Axum untuk menandai makam kaisarnya. Amerika (2000 SM–500 M) Lukisan perburuan bison, karya George Catlin. Sebelum kontak dengan bangsa Eropa, penduduk asli Amerika Utara terbagi menjadi sejumlah masyarakat yang berbeda-beda, dari sebuah klan kecil hingga menjadi imperium besar. Mereka tinggal di beberapa area kultural, yang berkaitan dengan zona geografis dan biologis, serta mengindikasikan cara hidup atau pekerjaan masyarakat yang tinggal di sana (contohnya pemburu bison di Dataran Besar, atau petani di Mesoamerika). Pada periode arkais di Amerika terjadi perubahan lingkungan yang membawa iklim kering yang lebih hangat dan punahnya [118] sejumlah megafauna. Sebelumnya mayoritas kelompok populasi pada saat itu masih berupa kaum pemburu-pengumpul; akhirnya beberapa kelompok individual mulai fokus pada sumber daya lokal yang tersedia untuk mereka. Adaptasi regional melahirkan norma-norma, dengan sedikit ketergantungan pada perburuan dan pengumpulan makanan, dengan perekonomian yang lebih variatif yang mengandalkan ikan, binatang buruan kecil, sayuran liar, dan tanaman [119][120] perkebunan. Sementara itu kelompok masyarakat di selatan Amerika Utara membudidayakan sejumlah tanaman pertanian yang kini lazim dijumpai di seluruh dunia, di antaranya jagung, tomat, dan labu. [121] Kerajaan-kerajaan regional Mesoamerika didirikan sejak sekitar 2000 SM. Disana, masyarakat pra-Columbus yang luas sedang terbentuk, yang terkemuka adalah Maya dan Aztek. [122] negara kota bangsa Maya yang Seiring kebudayaan bangsa Olmek perlahan-lahan surut, besar perlahan-lahan berkembang dalam hal jumlah dan keunggulan, dan kebudayaan Maya menyebar sepanjang semenanjung Yucatán dan daerah di sekitarnya. Kekaisaran Aztec pada masa berikutnya dibangun oleh kebudayaan tetangganya dan mendapat pengaruh dari suku-suku taklukan seperti Toltek. Pada 2000 SM, sejumlah komunitas agraris bermukim di sekitar Andes dan kawasan sekelilingnya. Perikanan menjadi kegiatan lazim di sepanjang pesisir sehingga ikan menjadi makanan pokok. Sistem irigasi juga berkembang pada periode tersebut, yang mendukung terciptanya masyarakat agraris. [123] Tanaman yang dibudidayakan meliputi kinoa, jagung, [124] kacang lima, kacang hijau, kacang tanah, manioc, ketela, kentang, oca, dan labu. Kapas juga dibudidayakan dan dianggap penting sebagai satu-satunya tanaman serat utama. [123] Dunia Timur (1000 SM–500 M) Dunia Timur mengacu pada kawasan Asia dan struktur sosial serta masyarakat di kawasan tersebut. Di kawasan tersebut terjadi perkembangan peradaban lembah sungai Indus Dan sungai Kuning, masing-masing di anak benua India (kini merupakan wilayah India atau sebagian besar Asia Selatan) dan Timur Jauh (kini merupakan wilayah Tiongkok dan sekitarnya), sejak lebih dari 3000 SM. Sementara itu, migrasi masih terjadi di berbagai belahan Asia lainnya dan peradaban yang lebih tua memberi pengaruh pada kawasan di sekitarnya. Pada masa antara 1000 SM sampai 500 M, di beberapa kawasan Asia lainnya—seperti Sri Lanka, Asia Tenggara Daratan, Semenanjung Malaya, Indonesia, Filipina, Taiwan—kebudayaan mandiri bermunculan dan berinteraksi dengan peradaban yang terlebih dahulu berkembang dalam hal teknologi, kesenian, dan kepercayaan. Seiring penyebaran agama Hindu dan Buddha, beberapa kerajaan muncul di Sri Lanka dan Asia Tenggara. Di pelosok dan tempat terpencil, masyarakat purba [123] masih bermigrasi dan hidup sebagai pemburu-pengumpul makanan. Pada milenium ke-1 SM, sejumlah monarki berdiri di beberapa titik di Asia. Pada awal milenium tersebut, Dinasti Zhou berdiri di Tiongkok, menggantikan Dinasti Shang. Dinasti tersebut adalah dinasti pertama dalam sejarah Tiongkok yang memperkenalkan konsep Mandat Langit sebagai [125] legitimasi kekuasaan. Pada periode yang sama, kerajaan Gojoseon berdiri di Korea (sampai 108 SM); kepulauan Jepang masih berada dalam Zaman Jomon yang berlangsung sejak 14.000 SM; di anak benua India, peradaban manusia masih berada dalam periode Weda. Anak benua India Wilayah kekuasaan Kemaharajaan Maurya (biru tua) dalam jangkauan terluasnya (tahun 265 SM), termasuk negara asalnya (biru muda). Dalam rentang periode Weda (sekitar 1700 SM–500 SM) di Asia Selatan, berbagai kerajaan yang dikenal sebagai Mahajanapada (enam belas negara besar) berdiri di berbagai daerah di India sekitar 600 SM, sebagian besar tersebar di India Utara; beberapa di antaranya adalah Kerajaan Kuru, Kasi, Kosala, Awanti, Angga, dan Magadha. Catatan sejarah mengenai kerajaan-kerajaan tersebut ditemukan dalam pustaka Hindu dan Buddha. Beberapa abad kemudian, kerajaan-kerajaan tersebut ditaklukkan oleh Mahapadma Nanda dari kerajaan Magadha. Wilayah taklukannya terbentang dari Teluk Benggala sampai Laut Arab. Sekitar 300 SM, wilayah kekuasaan Nanda ditaklukkan oleh Chandragupta Maurya, memicu berdirinya Kemaharajaan Maurya. Pada abad ke-3 SM, hampir seluruh Asia Selatan disatukan ke dalam Kemaharajaan Maurya oleh Chandragupta Maurya dan berkembang dengan baik di bawah pemerintahan Ashoka yang Agung. Dinasti Satavahana, juga dikenal sebagai Dinasti Andhra, berkuasa di India Selatan dan Tengah setelah 230 SM. Satakarni—raja keenam dari Dinasti Satavahana—menaklukkan Kerajaan Sunga di India Utara. Kemudian Kharavela, raja dari Kalingga, memimpin suatu kerajaan Jaina, yang memiliki jalur perdagangan maritim dengan Sri Lanka, Myanmar, Thailand, Vietnam, Kamboja, Kalimantan, Sumatra, dan Jawa. Imigran dari Kalinga menetap di Sri Lanka, Maladewa, dan sejumlah pulau di Asia Tenggara. Sementara itu di sebelah utara, di kawasan pegunungan Himalaya, Kerajaan Kuninda berdiri sejak abad ke-2 SM, dan bertahan sampai abad ke-3 M. Kebudayaan campuran di India Barat Daya meliputi Indo-Yunani, Indo-Sithia, Indo-Parthia, dan Indo-Sassania. Yang pertama, Kerajaan Indo-Yunani, didirikan oleh Raja Demetrius yang menginvasi region tersebut pada 180 SM, dan memperluas wilayah kekuasaannya ke kawasan Afganistan dan Pakistan masa kini. Indo-Sithia merupakan cabang dari bangsa Saka yang bermigrasi dari Siberia Selatan, pertama menuju Baktria, kemudian Sogdiana, Kashmir, Arakhosia, dan Gandhara, akhirnya mencapai India. Kerajaan Indo-Parthia (juga dikenal sebagai Dinasti Pallawa), datang menguasai sebagian besar kawasan Afghanistan dan Pakistan Utara, setelah mengalahkan para raja di kawasan tersebut, di antaranya Kujala dari Kushana. Kekaisaran Sassaniyah dari Persia memperluas wilayahnya sampai Balochistan di Pakistan, sehingga perpaduan kebudayaan India dan Persia melahirkan kebudayaan campuran di bawah kuasa Indo-Sassania. Zaman klasik India terjadi ketika sebagian besar wilayah anak benua India disatukan menjadi Kemaharajaan Gupta (k.320–550 SM). Periode itu disebut juga Zaman Keemasan India dan ditandai dengan sejumlah prestasi dalam bidang sains, teknologi, teknik, kesenian, dialektika, sastra, logika, matematika, astronomi, agama, dan filsafat yang menegaskan unsur-unsur yang umumnya dikenal sebagai kebudayaan Hindu. Sistem bilangan desimal, termasuk konsep bilangan nol, diciptakan di India selama periode tersebut. Kedamaian dan kemakmuran yang tercipta di bawah pimpinan Dinasti Gupta memungkinkan pengejaran prestasi ilmiah dan seni di India. Sejumlah dinasti seperti Pandya, Chola, Chera, Kadamba, Gangga Barat, Pallawa, dan Chalukya mendominasi bagian selatan anak benua India pada periode yang berbeda-beda. Beberapa kerajaan di selatan membentuk kerajaan maritim yang terbentang hingga Asia Tenggara. Kerajaan-kerajaan tersebut berperang satu sama lain, demikian pula dengan kesultanan-kesultanan Dekkan demi dominasi di kawasan selatan. Dinasti Kalabra berhasil mendominasi Dinasti Chola, Chera, dan Pandya di selatan. Asia Timur Tembok Raksasa Tiongkok di utara Beijing. Tembok tersebut merupakan bentuk pertahanan peradaban Tiongkok dalam menanggapi ancaman suku nomad dari Asia Tengah. Dibangun selama Periode Negara Perang (800–500 SM), diperbarui pada era Dinasti Qin (221 SM) dan dinasti-dinasti berikutnya. Sekitar abad ke-8 SM, terjadi desentralisasi kekuasaan Dinasti Zhou di Tiongkok. Akibatnya, negara-negara baru bermunculan di daratan Tiongkok. Di sebelah timur laut Tiongkok, berdiri [126] Di kerajaan Gojoseon yang muncul dalam catatan sejarah Tiongkok sejak abad ke-7 SM. sebelah selatannya berdiri kerajaan lain bernama Jin. Pada beberapa era berikutnya, kerajaan tersebut menjalin hubungan dengan Dinasti Han di Tiongkok dan mengekspor artefak ke [127] Jepang. Tahun 476 SM, perang saudara terjadi di Tiongkok, dikenal sebagai Periode Negara Perang. Meskipun Dinasti Zhou telah digulingkan pada tahun 256 SM, perang saudara terus berlanjut sampai tahun 221 SM. Akhir perang saudara ditandai dengan penaklukan negara-negara di dataran Tiongkok oleh Ying Zheng dari negara Qin (setelah menjadi kaisar, ia mengganti nama menjadi Qin Shi Huang). Dinasti yang diturunkannya disebut Dinasti Qin. Dinasti tersebut digulingkan pada tahun 206 SM karena pemberontakan rakyatnya, dan digantikan oleh Dinasti Han. Dinasti Han mengembangkan kartografi canggih, pembuatan kapal, dan navigasi. Di antara kekaisaran lain selama periode klasik, Dinasti Han lebih maju dalam hal pemerintahan, pendidikan, matematika, astronomi, dan teknologi. Pada masa Dinasti Han, terjadi perebutan kekuasaan di Semenanjung Korea, yang pada masa itu merupakan wilayah Kerajaan Gojoseon dan Jin. Tahun 194 SM, Kerajaan Gojoseon digantikan Wiman Joseon setelah kudeta terjadi. Pada 108 SM, pasukan Dinasti Han datang menaklukkan Wiman Joseon dan membentuk Empat Komander Han. Akan tetapi semuanya direbut kembali oleh bangsa Korea. Pada abad ke-1, Di bekas wilayah Gojoseon, berdiri negara-negara kompetitif dalam periode Tiga Kerajaan Korea(Goguryeo, Baekje, Silla). Selain berperang satu sama lain, masing-masing kerajaan terlibat perang dengan negara tetangganya: Tiongkok. Perang antara Tiongkok dengan salah satu kerajaan di Korea terjadi dari periode Dinasti Han sampai Dinasti Tang (abad ke-7). Dari stepa Asia Tengah (sebelah barat daya Tiongkok), bangsa nomad penunggang kuda memberi ancaman bagi kekaisaran Tiongkok. Pengembangan sanggurdi dan pengembangbiakan kuda cukup kuat untuk mengangkut para pemanah bersenjata lengkap, sehingga bangsa nomad tersebut menjadi ancaman terus-menerus bagi peradaban Tiongkok yang bertempat tinggal tetap. Seiring dengan usaha ekspansi militernya, Dinasti Han kerap berseteru dengan bangsa Xiongnu, nomad dari Asia Tengah. Pertikaian tersebut kerap diselesaikan dengan perjanjian damai dan sering terulang kembali. Pemerintahan Kekaisaran Tiongkok sempat digantikan oleh Dinasti Xin yang berumur pendek, sebelum akhirnya kembali lagi pada Dinasti Han. [128] Detail kereta kuda pada cermin perunggu dari Tiongkok yang dikirim ke Jepang. Peninggalan dari zaman Kofun (250 SM–538 M), ditemukan di Kikusui-machi, Kumamoto. Antara 1000 SM sampai 400 SM, saat berbagai dinasti telah berdiri di Tiongkok, dan Gojoseon berdiri di Korea, kepulauan Jepang masih berada pada Zaman Jomon. Zaman tersebut digantikan oleh Zaman Yayoi yang berlangsung dari 400 SM (abad ke-5 SM) sampai 250 M. Zaman Yayoi digantikan oleh Zaman Kofun, karena banyak kofun (tumulus) yang ditemukan berasal dari zaman tersebut. Masa pendirian Dinasti Yamato, yaitu garis keturunan kaisar Jepang masih belum jelas karena berbaur dengan legenda; kaisar semi-mitologis terakhir adalah Kaisar Ojin, dan pemerintahan kaisar-kaisar sebelumnya belum dapat dibuktikan secara [129] Sejauh ini, catatan sejarah mengenai keadaan awal Jepang ditemukan dalam arkeologis. kitab kuno seperti Nihon Shoki yang dipenuhi dengan legenda. Setelah Tiongkok jatuh ke dalam perang saudara pada tahun 220 (abad ke-3), kekaisaran tersebut terbagi menjadi tiga kekuatan besar—Wei, Shu, dan Wu—pada periode yang dikenal sebagai Zaman Tiga Negara (220–280). Setelah berakhirnya Zaman Tiga Negara, Tiongkok disatukan kembali di bawah Dinasti Jin (265–420). Menurut catatan sejarah Tiongkok (Kitab Jin dan Kitab Song), lima penguasa monarki dari Jepang mengirim upeti kepada Kaisar Tiongkok dari kalangan Dinasti Jin saat itu (abad ke-5). Menurut catatan tersebut, Jepang disebut sebagai [130] "Wa" (倭). Bangsa nomad kembali menginvasi Tiongkok pada abad ke-4 M, dan berhasil menaklukkan kawasan Tiongkok Utara dan mendirikan kerajaan-kerajaan kecil. Setelah Dinasti Jin runtuh, Tiongkok jatuh dalam periode perang saudara dan terbagi menjadi enam belas negara yang saling menaklukkan. Persia dan Timur Dekat Artikel utama: Sejarah Iran Persia, sebagaimana Timur Dekat merupakan tempat perkembangan peradaban dan permukiman sejumlah suku, di antaranya Elam dan Mede. Sejak zaman kuno, terjadi hubungan antara kerajaan di Persia dengan kerajaan di Mesopotamia. Tahun 646 SM, Raja Ashurbanipal dari Assyria menghancurkan kota Susa, sehingga mengakhiri supremasi bangsa Elam di [131] kawasan pesisir teluk Persia. Selama lebih dari 150 tahun, para Raja Asiria di Mesopotamia Utara berusaha menaklukkan bangsa Mede di Persia Barat. [132] Di bawah tekanan kekaisaran Assyria, kerajaan-kerajaan kecil di sekitar plato Persia Barat bersatu menjadi suatu negara [131] Pada pertengahan abad ke-7 SM, bangsa Mede dengan pemerintahan terpusat. memperoleh kemerdekaan dan bersatu. Tahun 612 SM, bangsa Mede dan Babilonia menggempur Asiria dan menghancurkan Niniwe, ibu kota Asiria, yang memicu jatuhnya [133] Kekaisaran Neo-Asiria. Bangsa Mede membuat tonggak bersejarah penting sebagai pembangun fondasi bangsa dan kekaisaran dalam sejarah Iran, dan mendirikan kekaisaran pertama di Persia, sampai akhirnya Koresh yang Agung mendirikan kekaisaran bersatu antara bangsa Persia dan Mede, mengawali Kekaisaran Akhemeniyah (k. 550-330 SM). Pada akhirnya Koresh menaklukkan bangsa Mede, Lidia, dan Babilonia, dan mendirikan kekaisaran yang lebih besar daripada Asiria. Lukisan pertarungan prajurit Persia (kiri) melawan hoplites Yunani (kanan), pada sebuah kylix kuno, dibuat sekitar abad ke-5 SM. Tahun 499 SM, negara kota Athena mendukung pemberontakan di Miletus yang mengakibatkan kehancuran di Sardis. Hal ini mendorong terjadinya kampanye militer oleh Dinasti Akhemeniyah melawan bangsa Yunani yang dikenal sebagai Perang Yunani-Persia yang terjadi selama paruh pertama abad ke-5 SM. Selama Perang Yunani-Persia, bangsa Persia memperoleh sejumlah kemudahan dan menghancurkan Athena pada 480 SM, namun setelah bangsa Yunani meraih kemenangan, pasukan Persia terpaksa ditarik mundur saat kehilangan kuasa atas Makedonia, Thrakia, dan Ionia. Peperangan diakhiri dengan Perdamaian Kallias pada 449 SM. Alexander Agung dari Makedonia menaklukkan Persia pada tahun 331 SM. Imperium yang dibangun Alexander terpecah-belah tak lama setelah kematiannya, dan salah seorang jenderal Alexander, Seleukos I Nikator, mencoba mengambil alih Persia, Mesopotamia, dan kemudian Suriah dan Asia Kecil. Garis keturunannya dikenal sebagai Dinasti Seleukia. Selama masa Dinasti Seleukia dan sepanjang bekas imperium Aleksander, bahasa Yunani menjadi bahasa lazim dalam hubungan diplomatis dan sastra. Jalur perdagangan di darat menyebabkan terjadinya pertukaran budaya. Agama Buddha disebarkan dari India, sedangkan Zoroastrianisme [134] menyebar ke barat dan memberi pengaruh kepada agama Yahudi. Kekaisaran Parthia merupakan wilayah kekuasaan Dinasti Arsakia, yang menyatukan dan memimpin kembali plato Iran setelah menaklukkan Parthia dan mengalahkan Kekaisaran Seleukia pada abad ke-3 SM, dan perlahan-lahan menguasai Mesopotamia antara 150 SM sampai 224 M. Pada periode yang sama, di sebelah barat, tepatnya semenanjung Italia, suatu imperium yang disebut Roma Sedang berdiri. Bagi bangsa Romawi yang bergantung pada infantri berat, pasukan Parthia sulit dikalahkan karena pasukan berkuda mereka lebih cepat dari segi mobilisasi daripada tentara pejalan kaki. Sebaliknya, pasukan Parthia merasa sulit mempertahankan daerah taklukkan karena kurang cakap dalam peperangan kepung. Oleh karena kelemahan tersebut, baik Roma maupun Parthia tidak mampu menganeksasi teritori satu sama lain. Kekaisaran Parthia runtuh pada 224, ketika organisasi imperium tersebut jatuh dan raja terakhirnya dikalahkan oleh bangsa taklukkan mereka sendiri, yaitu bangsa Persia di bawah Dinasti Sassaniyah. Shah pertama dari kekaisaran Sassaniyah, Ardashir I, mereformasi negeri tersebut secara ekonomi dan militer. Wilayah kekaisaran tersebut mencakup kawasan yang kini merupakan wilayah negara Iran, Iraq, Israel, Lebanon, Yordania, Armenia, sebagian Afghanistan, Turki, Suriah, sebagian Pakistan, Kaukasia, Asia Tengah, Arab, dan sebagian Mesir. Kekaisaran Sassaniyah menyerang Bizantium yang dipimpin Mauricius. Setelah sejumlah keberhasilan, pasukan Sassaniyah dikalahkan di Issus, Konstantinopel, dan terakhir di Niniwe, selanjutnya diakhiri dengan perjanjian damai. Setelah mengakhiri Perang Romawi-Persia, pasukan Persia kalah dalam pertempuran al-Qâdisiyah (632) di Hilla (kini merupakan wilayah Irak) saat menghadapi pasukan muslim. Keunikan dan budaya aristokrat dinasti tersebut [135] mengubah penaklukan Islam dan destruksi Iran menjadi Renaisans Persia. Sejumlah budaya yang kini dikenal sebagai kebudayaan, arsitektur, dan sastra Islami serta kontribusi lainnya terhadap peradaban tersebut, diambil dari Persia Sassaniyah untuk dunia muslim yang lebih luas. [135] Eropa dan Mediterania (800 SM–500 M) Artikel utama: Era Klasik Di Dunia Barat, bangsa Yunani Kuno (dan kemudian Romawi Kuno) mendirikan kebudayaannya sendiri yang pelaksanaan, aturan, dan adatnya dipandang sebagai fondasi bagi peradaban Barat kontemporer. Peradaban mereka mencapai Era Klasik (500 SM–500 M) yang mencakup periode sejarah saat peradaban Yunani Kuno dan Romawi Kuno saling melengkapi. Era ini adalah masa saat masyarakat Yunani dan Romawi berkembang dan memegang pengaruh yang besar di seluruh Eropa, Afrika Utara, dan Timur Tengah. Era ini dimulai dengan catatan pertama puisi Yunani karya Homerus (abad ke-8 hingga abad ke-7 SM) dan berlanjut dengan bangkitnya Kekristenan dan runtuhnya Kekaisaran Romawi(abad ke-5). Era ini berakhir dengan hilangnya budaya klasik dan berubah menjadi Abad Pertengahan Awal (500–1000 M). Dari pecahan-pecahan era klasik yang bertahan hidup, gerakan kebangkitan terbentuk secara bertahap dari abad ke-14 yang akhirnya dikenal di Eropa dengan nama Renaisans. Kekaisaran Makedonia Jangkauan terluas Kekaisaran Makedonia sebagai hasil penaklukan di bawah kepemimpinan Aleksander Agung. Lukisan Aleksander dalam mosaik Aleksander dari Pompeii, kini disimpan di Museum Arkeologi Nasional Naples. Artikel utama: Kekaisaran Makedonia dan Perang Aleksander Agung Sejak zaman kuno, tanah di sekitar Aegae, ibu kota Makedonia pertama, merupakan permukiman bagi sejumlah suku. Kerajaan Makedonia pertama terbentuk sekitar abad ke-8 atau awal abad ke-7 SM di bawah Dinasti Argead, yang menurut legenda berasal dari kota Argos di Peloponnesus. Pada masa pemerintahan Aleksander I, kaum Argead memulai ekspansi ke Makedonia Hulu—yang saat itu dihuni suku seperti Linkeste dan Elmiote—dan ke sebelah barat, melewati sungai Axius, mencapai Eordaia, Botia, Migdonia, dan Almopia, kawasan yang banyak [136] dihuni oleh suku bangsa Trakia. Di dekat kawasan yang kini merupakan kota Veria, Perdikas I (atau mungkin putranya, Argaeus I) mendirikan ibu kota, Aigai (kini disebut Vergina). Setelah periode di bawah pemerintahan Darius I dari Persia, Makedonia memperoleh kemerdekaannya di bawah kepemimpinan Raja Aleksander I (495–450 SM). Sebelum abad ke-4 SM, Makedonia meliputi region yang kira-kira seluas bagian barat dan tengah provinsi Makedonia di Yunani kini. Negeri Makedonia bersatu didirikan oleh Raja Amyntas III. Amyntas memiliki tiga putra; yang sulung dan tengah, Aleksander II dan Perdikas III memerintah hanya sekejap. Pewaris tahta Perdikas III yang masih kecil diberhentikan oleh putra ketiga Amyntas, Filipus II, yang mengangkat dirinya sebagai raja dan membawa periode kejayaan Makedonia atas Yunani. Di bawah pemerintahan Filipus II, (359-336 SM), Makedonia meluas hingga ke teritori suku Paeonia, Thrakia, dan Illyria. Di antara penaklukkan tersebut, ia [137] menganeksasi kawasan Pelagonia dan Paeonia Selatan. Putra Filipus, Aleksander Agung, berupaya agar hegemoni Makedonia tidak hanya di kawasan Yunani, tetapi juga di Kekaisaran Akhemeniyah (Persia), meliputi Mesir dan kerajaan-kerajaan jauh di timur hingga mencapai India. Gaya pemerintahan yang diadopsi Aleksander bagi daerah taklukkannya diiringi dengan penyebaran kebudayaan Yunani di sepanjang imperiumnya. Meskipun imperiumnya terbagi menjadi sejumlah rezim Helenistik tak lama setelah kematiannya, menaklukkannya meninggalkan warisan abadi, tidak terbatas bagi kota-kota Yunani yang didirikan di wilayah Persia Barat, mengantarkan Mediterania-Timur Dekat pada periode peradaban Helenistik. Dalam pembagian imperium Aleksander, Makedonia sendiri jatuh pada Dinasti Antipatrid, yang kemudian digulingkan oleh Dinasti Antigonid tahun 294 SM. Antipater dan putranya, Kassander, memperoleh kuasa atas Makedonia namun kerusuhan berkobar setelah kematian Kassander pada 297 SM. Makedonia diperintah sementara oleh Demetrius I (294–288 SM). Putra Demetrius, Antigonus II(277–239 SM), mengalahkan invasi Galatia sebagai condottiere, dan memperbaiki nama baik keluarganya di Makedonia; ia berhasil memperbaiki sistem pemerintahan dan kemakmuran negerinya, meskipun ia kehilangan banyak kendali atas sejumlah negara kota di Yunani. Ia mendirikan monarki yang stabil di bawah kekuasaan Dinasti Antigonid. Saat pemerintahan Filipus V (221–179 SM) dan putranya, Perseus (179–168 SM), Makedonia berbenturan dengan Republik Romawi yang saat itu sedang melaksanakan hegemoninya. Selama abad ke-2 dan ke-1 SM, Makedonia terlibat dalam sejumlah peperangan melawan Roma. Dua kekalahan besar yang mengakhiri kejayaan Kerajaan Makedonia terjadi pada 197 SM saat Roma mengalahkan Filipus V, dan 168 SM saat Roma mengalahkan Perseus. Kekalahan Makedonia menyebabkan berakhirnya Dinasti Antigonid dan pembubaran kerajaan Makedonia. Tahun 149 SM, Andriskos berhasil mendirikan kembali kerajaan tersebut namun kejayaannya tidak berlangsung lama karena kekuatan Romawi berhasil mengalahkannya. Tak lama setelahnya, pemerintah Romawi mendirikan Provinsi Romawi Makedonia sehingga bekas kerajaan tersebut dikuasai oleh pemerintah Romawi sepenuhnya. Kekaisaran Romawi Wilayah Kekaisaran Romawi yang dicapai pada masa pemerintahan Kaisar Trayanus, 117 M. Artikel utama: Kekaisaran Romawi Romawi Kuno merupakan suatu peradaban yang bermula di kawasan yang kini disebut Italia, pada abad ke-8 SM. Menurut catatan sejarah Ab urbe condita libri ("Catatan [Sejarah] Sejak Pendirian Kota [Roma]") oleh Titus Livius, peradaban Romawi berawal dari pendirian kota Roma oleh Romulus dan Remus—keturunan Aineias dari Troya—pada tahun 753 SM. Romulus mengangkat diri sebagai Raja Romawi pertama sejak Roma didirikan. Sebelum pendirian Roma, kawasan Italia didominasi oleh bangsa Etruria (di region Etruria). Akan tetapi, pengaruh Etruria terhadap perkembangan peradaban Romawi sering kali ditekan. [138] Peradaban Romawi justru lebih dipengaruhi oleh peradaban Yunani, terutama melalui kegiatan perdagangan. [139] Kerajaan Romawi memperluas daerah kekuasaannya melalui penaklukkan dan kolonisasi. Setelah diperintah oleh tujuh raja, Kerajaan Romawi jatuh ke dalam perpecahan. Tahun 509 SM, Kerajaan Romawi berubah menjadi Republik Romawi dengan sistem pemerintahan republik oligarki. Republik Romawi yang bertahan selama kurang lebih 500 tahun, melemah dan runtuh [d] melalui beberapa perang saudara. Serangan bangsa biadab di wilayah perbatasan makin mempercepat perpecahan internal. Peralihan Republik Romawi menjadi kekaisaran berkembang pada masa peperangan melawan Kartago dan Kekaisaran Seleukia. Beberapa peristiwa banyak diajukan sebagai penanda peralihan dari republik menjadi kekaisaran, termasuk penunjukan Julius Caesar sebagai diktator seumur hidup (44 SM), Pertempuran Actium (2 September 31 SM), dan pemberian gelar [e] Augustus kepada Octavianus oleh Senat (4 Januari 27 SM). Kekaisaran Romawi (bahasa Latin: Imperium Romanum) adalah periode pasca-Republik Romawi, ditandai dengan bentuk pemerintahan otokrasi dan wilayah kekuasaan yang lebih luas di Eropa dan sekitar Mediterania. [140] Suatu kekaisaran besar seperti Romawi bergantung pada pencaplokan teritori secara militer dan pada susunan permukiman yang terlindungi untuk menjadi pusat penghasil pangan. [141] Perdamaian relatif yang dicanangkan suatu kekaisaran dapat menggiatkan perdagangan internasional, terutama rute perdagangan sibuk di Laut Tengah yang telah berkembang sejak periode Helenistik. Kekaisaran Romawi menghadapi masalah umum yang berkaitan dengan pemeliharaan pasukan yang berjumlah besar dan penyokongan terhadap birokrasi pusat. Pada masa pemerintahan Kaisar Augustus (akhir abad ke-1 SM), Roma menguasai seluruh negeri di sekeliling Mediterania (Laut Tengah). Pada dua abad pertamanya, Kekaisaran Romawi mengalami kestabilan dan kemakmuran, sehingga periode tersebut dikenal sebagai Pax Romana ("Kedamaian Romawi"). Romawi ini mencapai wilayah terluasnya di bawah kaisar Trayanus (awal abad ke-2 M); pada masa pemerintahannya (98–117 M) Kekaisaran Romawi 2 menguasai kira-kira 6,5 juta km permukaan tanah, sebagian besar daerah Eropa dari Inggris [142] hingga Mesopotamia. Pada akhir abad ke-3 M, Romawi menderita krisis yang mengancam keberlangsungannya, namun berhasil disatukan kembali dan distabilkan oleh kaisar Aurelianus dan Diokletianus. Penganiayaan terhadap umat Kristen berubah setelah Konstantinus Agung menjadi Kaisar dan menoleransi ajaran para pengikut Kristus pada tahun 330 M. Sementara pada tahun 395 M kematian Theodosius kemudian membagi kekaisaran menjadi Kekaisaran Romawi Barat dan Kekaisaran Romawi Timur. Perpecahan Kekaisaran Romawi secara berangsur-angsur [142][143] terjadi beberapa abad setelah abad ke-2 M, bersamaan dengan penyebaran agama Kristen dari Timur Tengah ke barat. Kekristenan mula-mula Lukisan Kotbah di Bukit karya Carl Bloch, ilustrasi tentang kotbah Yesus Yang tercatat dalam Injil Matius. Artikel utama: Sejarah Kristen dan Gereja perdana Diawali dengan kelahiran Yesus yang menandai era baru yang disebut era Masehi (dari bahasa ] Arab: ‫ اﻟﻣﺳﯾﺢ‬al-Masih), dan era sebelum kelahiran Yesus disebut sebagai Sebelum Masehi (SMf Kehidupan, pelayanan, kematian, dan—seperti yang dipercayai umat Kristen—kebangkitan dan kenaikan Yesus ke Surga, menjadikan Yesus sebagai salah satu tokoh yang pernah hidup yang paling mempengaruhi sejarah dunia. [144] Kekristenan mula-mula biasanya didefinisikan sebagai kekristenan dalam rentang waktu tiga abad antara penyaliban Yesus (sekitar tahun 30 M) dan Dewan Nicaea Pertama (325 M). Setelah Amanat Agung diberikan oleh Yesus kepada para muridnya, gerakan tersebut dimulai dari sekelompok kecil orang-orang Yahudi (termasuk Paulus) yang menyebarkan pengajaran Yesus ke kota-kota di seantero dunia Helenistik, seperti Aleksandria, Antiokhia, Roma, dan bahkan di luar Kerajaan Roma, hingga akhirnya membawa Kaisar Konstantinus Agung Menjadikan kekristenan sebagai agama resmi Kekaisaran Romawi, yang dalam hal ini menjadi titik balik sejarah di Eropa dalam hal kebebasan peradaban. Bangsa Goth dan Hun [145] Ilustrasi Ulfilas memberitakan Injil Kepada orang Goth. Bangsa Goth merupakan anggota dari suku bangsa Jermanik, bermukim di Eropa Utara dan bermigrasi ke kawasan sekitar Laut Hitam. Pada abad ke-1, bangsa Hun—yang mulanya bermukim di dekat Laut Kaspia—bermigrasi ke kawasan tenggara Kaukasus [146] dan memasuki Eropa sekitar tahun 370, menginvasi wilayah yang dikuasai bangsa Goth, dan mendirikan Kekaisaran Hun. Sekelompok suku Goth melarikan diri ke seberang sungai Donau, kemudian mereka bentrok dengan Kekaisaran Romawi. Pada periode tersebut, Ulfilas—misionaris Goth yang menciptakan alfabet Gothik—menerjemahkan Alkitab dan mengkonversi kepercayaan bangsa Goth, dari paganisme menjadi Kristen Arian. Pada abad ke-4 sampai ke-6, bangsa Goth terbagi menjadi dua cabang utama, yaitu Visigoth—yang kemudian menjadi foederatus Romawi—dan Ostrogoth, yang bergabung dengan suku Hun. Suku Ostrogoth memberontak kepada suku Hun sehingga pertempuran meletus di Nedao pada tahun 454. Pertempuran itu dimenangkan oleh suku Ostrogoth. Setelah kemenangannya, pemimpin mereka, Theodoric yang Agung mengajak rakyatnya bermukim di Italia, dan mendirikan Kerajaan Ostrogoth yang dikemudian hari menguasai regionsemenanjung Italia. Tak lama setelah kematian Theodoric pada tahun 526, kerajaan tersebut direbut oleh Kerajaan Romawi Timur, dalam peperangan yang menghancurkan dan mengurangi populasi penduduk di kawasan tersebut. [147] Setelah pemimpin mereka gugur dalam pertempuran Taginae, perlawanan Ostrogoth berakhir, dan suku Goth yang tersisa berasimilasi dengan suku Lombard, yang menginvasi semenanjung Italia dan mendirikan Kerajaan Lombardia di Italia Utara pada tahun 567 M. Di bawah kepemimpinan Alaric I, suku Visigoth menjarah Roma pada tahun 410, mengalahkan Attila sang Raja Hun dalam pertempuran Chalons tahun 451, dan mendirikan Kerajaan Visigoth di Aquitaine. Suku Visigoth didesak menuju Hispania oleh bangsa Frankia setelah pertempuran [148] Vouillé tahun 507. Pada akhir abad ke-6, suku Visigoth dikonversi menjadi umat Katolik. Keruntuhan Kekaisaran Romawi Antara abad ke-5 dan ke-6, Kekaisaran Romawi Barat menghadapi sejumlah serangan dari bangsa barbar, seperti Goth, Hun, atau suku Jermanik lainnya. Kekaisaran tersebut runtuh pada 476 M setelah Romulus Augustus dipaksa untuk menyerah kepada pemimpin Jermanik, [149] Odoaker, yang menandai dimulainya Zaman Kegelapan di Eropa Barat. Kerajaan Italia yang dikuasai Odoaker akhirnya jatuh ke tangan Theodoric dari bangsa Goth. Sementara itu Kekaisaran Romawi Timur di timur Mediterania terus berlanjut hingga Abad Pertengahan [150] sebagai Kekaisaran Bizantium, yang pada akhirnya runtuh pada tahun 1453 dengan meninggalnya Konstantinus XI dan penaklukan Konstantinopel oleh Turki Utsmaniyah yang [149] dipimpin oleh Mehmed II. Karena wilayahnya yang luas dan jangka waktunya yang lama, institusi dan kebudayaan Romawi memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan bahasa, agama, arsitektur, filsafat, hukum, dan bentuk pemerintahan di daerah-daerah yang dikuasainya, khususnya di Eropa. [142] Ketika bangsa Eropa melakukan ekspansi ke belahan dunia lainnya, pengaruh Romawi ikut disebarkan ke seluruh dunia. [150] Era Pasca Klasik (500–1500) Era Pasca Klasik merupakan kurun waktu setelah Era Klasik di Eropa, namun dengan jangkauan dunia global. Era ini lazimnya terhitung sejak jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat Pada abad ke-5. Kekaisaran Romawi Barat terpecah belah menjadi berbagai kerajaan mandiri, sementara itu Romawi Timur, atau Kekaisaran Bizantium bertahan hingga menjelang akhir Abad Pertengahan. Era ini juga berkaitan dengan kemunculan agama Islam, penaklukkan Islam, kemudian zaman kejayaan Islam, dan permulaan serta perluasan perdagangan budak Arab, diikuti dengan serbuan Mongol di Timur Tengah dan Asia Tengah. Di Asia Selatan berdiri kerajaan pertengahan di India, disusul dengan pendirian kesultanan di India. Kekaisaran Tiongkok mengalami pergantian dinasti di antaranya Dinasti Sui, Tang, Liao, Jin, Yuan dan Ming. Jalur perdagangan Timur Tengah yang melalui Samudra Hindia, serta Jalur Sutra yang melalui gurun Gobi, memberikan hubungan ekonomi dan budaya yang terbatas antara peradaban Asia dan Eropa. Sementara Abad Pertengahan bergantung pada pengaruh dari Eropa, peradaban di benua Amerika, seperti Inka, Maya, dan Aztek, masih terus berkembang, kemudian berakhir pada masa yang berbeda-beda. Dinasti di Asia Timur Hōryū-ji di Nara, Jepang. Kuil tersebut dibangun pada Zaman Asuka, saat agama Buddha dan Konghucu diperkenalkan ke Jepang. Di Tiongkok, sejumlah dinasti didirikan dan diruntuhkan silih berganti. Setelah keruntuhan Dinasti Jin (265–420), kekaisaran Tiongkok pecah menjadi banyak negara (304–469). Kerajaan tersebut saling bertikai, namun setelah usaha penyatuan hampir berhasil, muncul dua kekuatan besar yang mengklaim diri sebagai penerus tahta kekaisaran Tiongkok. Periode tersebut dikenal sebagai masa Dinasti Utara dan Selatan (420–589). Negara-negara tersebut bersatu di bawah Dinasti Sui pada tahun 581. Dinasti tersebut tidak bertahan lama dan digantikan oleh Dinasti Tang (618). Di bawah pengaruh dinasti ini, kekaisaran Tiongkok mengalami zaman kejayaannya dalam bidang seni, sains, dan teknologi. Kejayaan militer di Basin Tarim menyebabkan Jalur Sutera terbuka sehingga Tiongkok dapat melakukan perdagangan dengan Asia Tengah, bahkan [151] hingga ke Barat. kedua. Dinasti ini membawa Tiongkok memasuki zaman keemasan [152] masa itu. Ibukotanya, Chang'an (kini disebut Xi'an) merupakan kota terbesar di dunia pada [153] Di sebelah timur Tiongkok, tepatnya Korea dan Jepang, terjadi perkembangan sistem pemerintahan dan tata negara. Pada masa Dinasti Tang berkuasa di Tiongkok, Jepang masih diperintah oleh kaisar dari Dinasti Yamato. Kepulauan Jepang sendiri terbagi menjadi beberapa provinsi. Selama zaman Asuka (538–710), provinsi Yamato berkembang menjadi negara dengan pemerintahan terpusat. [154] Agama Buddha mulai masuk, [155] dan ada upaya untuk mengadopsi beberapa unsur kebudayaan Tiongkok dan agama Khonghucu. Zaman Nara (abad ke-8) ditandai oleh munculnya negara Jepang yang berdaulat dan sering kali diungkapkan sebagai zaman keemasan. Selama periode ini, pemerintah imperial ambil bagian dalam kantor pemerintahan, kuil, pembangunan jalan, dan sistem irigasi. Pada Zaman Heian (794-1185) terjadi puncak kekuasaan imperial, diikuti dengan kebangkitan klan-klan militer sebagai permulaan feodalisme di Jepang. Pada abad ke-7, masa-masa berakhirnya Zaman Tiga Kerajaan (Goguryeo, Baekje dan Silla) terjadi di Semenanjung Korea. Silla menaklukkan Baekje pada tahun 660, lalu Goguryeo pada tahun 668, [156] menandai permulaan Zaman Negara Utara-Selatan, dengan Kerajaan Silla Bersatu di selatan, dan Balhae (penerus kekuasaan kerajaan Goguryeo) di utara. Sekitar tahun 900-an, terjadi perpecahan di Korea yang mengakibatkan munculnya kekuatan yang saling bersaing; periode tersebut dikenal sebagai Zaman Tiga Kerajaan Akhir, dengan kemenangan Goguryeo (yang kemudian disebut Goguryeo, dan akhirnya berganti nama menjadi Goryeo), yang menyatukan kerajaan-kerajaan di Semenanjung Korea pada tahun 936. Jiaozi, uang kertas pertama di dunia, diciptakan pada masa Dinasti Song. Sekitar abad ke-10, Dinasti Tang di Tiongkok mengalami kemunduran karena pemberontakan di wilayah selatan. Akhirnya wilayah kekaisaran Tiongkok terpecah menjadi lima dinasti dan sepuluh negara yang saling bertikai (907–960). Pada tahun 907, di Tiongkok Utara berdiri Dinasti Liao Yang didirikan oleh bangsa Khitan dari kawasan Mongolia kini. Sementara itu perang saudara di selatan diakhiri dengan berdirinya Dinasti Song(960). Pada masa Dinasti Song, terjadi kemajuan teknologi dalam peperangan, yaitu pengembangan bubuk mesiu yang berujung [157] pada penciptaan senjata api, seperti senapan, meriam, dan pelontar api. Saat Dinasti Song sedang berkembang, Dinasti Liao tergantikan oleh Dinasti Jin (1115) yang didirikan bangsa Jurchen dari daerah utara. Dimulai dari tahun 1185, terhitung sejak permulaan Zaman Kamakura (berdasarkan nama Keshogunan Kamakura yang berkuasa pada zaman tersebut), Jepang mengalami periode feodalisme. Wilayah Jepang terbagi-bagi menjadi sejumlah region yang dikuasai oleh penguasa regional (daimyo) dan panglima perang (shogun) dari kalangan klan bangsawan yang mendapat perhatian kaisar Jepang. Garis keturunan kaisar dari dinasti terawal masih berlanjut, namun tidak memberi pengaruh banyak dan hanya sebagai simbol kepala pemerintahan saja. Pada masa ini terjadi pertikaian antara klan-klan besar, seperti Minamoto dan Taira. Setelah konflik internal selama beberapa dasawarsa, bangsa Jepang—demikian pula Tiongkok dan Korea—dikejutkan oleh serbuan barbar dari Asia Tengah: bangsa Mongol. Pada abad ke-13, bangsa Mongol melancarkan serbuan ke Asia Timur. Dinasti Jin dan Song tidak mampu mematahkan serbuan mereka. Dua dinasti tersebut runtuh dan menjadi Dinasti Yuan (1271), dikuasai oleh orang Mongol dan menjadi bagian dari Kekaisaran [158][159] Mongolia. Bangsa Korea—yang pada saat itu dipimpin Dinasti Gojoseon—diperangi dalam serangkaian pertempuran antara tahun 1231 sampai 1251; pertempuran dimenangkan pihak Mongol sehingga Gojoseon menjadi salah satu vasal Kekaisaran Mongolia. Dari Korea, bangsa Mongol menyeberang ke Jepang pada tahun 1274 dan 1281. Akan tetapi invasi tersebut gagal karena armada mereka tenggelam. Setelah kejayaan Kekaisaran Mongolia berakhir, negara asalnya melepaskan diri. Pada tahun 1392, Dinasti Goryeo digantikan oleh Dinasti Joseon, yang akan menguasai Semenanjung Korea selama kurang lebih 500 tahun. Pada dekade yang sama, pemerintahan Dinasti Yuan di Tiongkok digulingkan oleh rakyat dan digantikan dengan pemerintahan Dinasti Ming (1368–1644) oleh orang Han. Di bawah Dinasti Ming, sekali lagi Tiongkok berada dalam masa kejayaannya. [160] Dinasti ini berdiri dari tahun 1368 dan berakhir pada tahun 1644. Perkembangan Islam Artikel utama: Sejarah Islam Peta daerah taklukan muslim, dalam rentang tahun 622–750. 622–632, oleh Nabi Muhammad SAW 632–661, oleh Khulafaur Rasyidin 661–750, oleh Kekhalifahan Umayyah Pada abad ke-7, di jazirah Arab, Muhammad bin Abdullāh menyebarkan agama baru yang disebut Islam, dan pengikutnya disebut muslim. Kemunculan Islam mengakhiri periode paganisme bangsa Arab sebelumnya yang dikenal sebagai zaman Jahiliyah. Sebelum kemunculan Islam, kota Mekkah sudah menjadi pusat perdagangan di Arab, dan Muhammad adalah seorang pedagang. Dengan tradisi haji, yaitu perjalanan suci ke Mekkah, kota tersebut tidak hanya menjadi pusat pertukaran komoditas, melainkan juga pertukaran ide. Pengaruh pedagang Muslim atas rute perdagangan Afrika-Arab dan Arab-Asia sungguh besar. Akibatnya, peradaban Islam berkembang dan meluas dengan basis perekonomian pedagangnya, berbeda dengan Kristen, India, dan Tiongkok yang masyarakatnya berbasis pada pertanian. Pengetahuan dan keterampilan dari Timur Tengah, Yunani, dan Persia Kuno dipelajari oleh kaum muslim pada Abad Pertengahan. Kaum muslim juga memberi inovasi bagi penemuan bangsa lain, misalnya pengolahan kertas dari Tiongkok dan posisi desimal pada sistem bilangan dari India. Sebagian besar pembelajaran dan perkembangan tersebut berhubungan dengan geografi. Para pedagang muslim membawa barang dagangan serta agama mereka ke Asia Selatan, Asia Tenggara, Asia Tengah, Tiongkok, penemuan-penemuan baru. [g] dan kerajaan-kerajaan di Afrika Barat, lalu kembali dengan [161][162] Penaklukan Islam dimulai sejak zaman Nabi Muhammad. Ia mendirikan kekhalifahan di jazirah Arab di bawah pemerintahan Khulafaur Rasyidin dan Umayyah. Setelah wafatnya Muhammad, kaum muslim memulai ekspansi mereka pada akhir Era Klasik dan awal Abad Pertengahan. Pada pertengahan abad ke-7, pasukan muslim menaklukkan Timur Tengah, Mesir, dan Afrika Utara. Pasukan muslim menaklukkan Persia pada tahun 642, sehingga mengakhiri Dinasti Sassaniyah. Selama periode supremasi kaum Rajput di India Utara dan Barat Daya (kini Pakistan), invasi muslim berjalan ke kawasan tersebut seiring ekspansi mereka ke Asia Tengah. Dari Persia, kaum muslim menaklukkan Multan di Punjab, wilayah Pakistan masa kini. Mobilisasi pasukan muslim ke India sempat tertahan setelah kekalahan mereka dalam pertempuran Rajasthan. Dari Maroko di Afrika Utara, pasukan muslim menyeberangi selat Gibraltar dan menaklukkan semenanjung Iberia pada tahun 711. Wilayah tersebut diberi nama Al-Andalus, dan di kemudian hari menjadi Kekhalifahan Córdoba. Ekspansi kaum muslim di Eropa Barat ditahan oleh pasukan Kristen dalam pertempuran Tours dan pertempuran sungai Berre. Pada akhir abad ke-15, monarki Kristen di Eropa merebut kembali semenanjung Iberia. Miniatur tahun 1337. Lukisan Pertempuran Sarmada (abad ke-12), bagian dari Perang Salib. Dalam perjalanan sejarahnya, dan setelah berbagai konflik yang dilalui, kekuatan muslim di dunia pada Abad Pertengahan sempat terbagi menjadi sejumlah kekhalifahan dan kesultanan, di antaranya: Abbasiyah, Fatimiyah, Al Muawiyah, Seljuk, Ajuuraan, Adaldan Warsangali di Somalia, Mughal di India, Safawiyah di Persia, dan Utsmaniyah di Turki. Peradaban Islam memunculkan berbagai pusat kebudayaan dan pembelajaran serta melahirkan ilmuwan, astronom, matematikus, dokter, perawat, dan filsuf terkemuka selama Zaman Kejayaan Islam. Dalam perkembangannya, kaum muslim mengalami perselisihan dengan imperium di Eropa, dan terlibat dalam serangkaian peperangan, di antaranya: Perang Bizantium-Seljuk, Perang Bizantium-Utsmaniyah, dan Perang Salib. Kekaisaran Bizantium berhasil menghalau pasukan Fatimiyah di Anatolia, region Turki, sampai akhirnya kaum Seljuk datang dan bersekutu dengan Abbasiyah. Disintegrasi Dinasti Seljuk memicu kebangkitan sejumlah monarki kecil yang bersaing untuk kekuasaan di Anatolia selama periode Perang Salib, hingga masa kebangkitan Kesultanan Utsmaniyah. Kesultanan tersebut berhasil menaklukkan Bizantium pada tahun 1453. Tahun 1258, pasukan Mongol di bawah pimpinan Genghis Khan menghancurkan Kekhalifahan Abbasiyah, ditandai dengan keberhasilan mereka dalam pengepungan Baghdad (1258). Sekitar seabad kemudian, Timur Lenk, seorang kesatria Turk-Mongol, berusaha mengulang kembali kejayaan Genghis Khan. Setelah menaklukkan Damaskus, ia beralih agama ke Islam, mengawali era ekspansi muslim Turk dan Mongol ke Eropa Timur, Asia Tengah, dan India. Selama masa pemerintahannya, Timur menjadi penguasa di dunia muslim setelah mengalahkan kaum mamluk di Mesir dan Suriah, Kesultanan Utsmaniyah, dan Kesultanan Delhi. Kesultanan Utsmaniyah meraih kembali kekuasaannya dengan menguasai sebagian besar Timur Tengah. Dinasti Safawiyah menguasai Persia dan Asia Tengah, sedangkan keturunan Timur menginvasi Kabul. Dari sana, suatu kesultanan terbentang, dibatasi oleh Persia di sebelah barat dan teluk Benggala di sebelah timur; kesultanan ini disebut sebagai Kesultanan Mughal. Dinasti Safawiyah berakhir dengan kematian pemimpin terakhirnya, Ismail III, pada tahun 1760. Kesultanan muslim [h] terakhir, Utsmani, runtuh pada tahun 1918 setelah Perang Dunia I. Nomad di Asia Tengah Bermula sejak Dinasti Sui (581–618), Kekaisaran Tiongkok memulai ekspansi mereka ke sebelah timur Asia Tengah, dan berurusan dengan nomad bangsa Turk, yang merupakan suku dominan di Asia Tengah. Pada awalnya hubungan mereka kooperatif, tetapi pada tahun 630, Dinasti Tang melancarkan ofensif kepada bangsa Turk, dan merebut kawasan gurun Ordos, Mongolia Dalam. Dinasti Tang juga bersaing dengan Kerajaan Tibet demi kekuasaan atas Asia Tengah. Pada abad ke-8, agama Islam mulai menyebar ke kawasan tersebut dan akhirnya menjadi agama mayoritas bagi penduduk kawasan tersebut, sementara agama Buddha masih dominan di sebelah timur. Nomad gurun dari Arab dapat menjalin hubungan kohesif dengan nomad stepa Asia Tengah, dan kekhalifahan awal memiliki kuasa atas bagian dari kawasan Asia Tengah. Bangsa Hun Putih adalah grup nomad yang mendominasi pada abad ke-6 dan ke-7, dan menguasai sebagian besar kawasan Asia Tengah. Pada abad ke-10 dan ke-11, kawasan tersebut terbagi menjadi beberapa negara, termasuk wilayah Kekhalifahan Samaniyah dan Khwarezmia. Kekaisaran Mongolia Peta ekspansi Mongol sejak pendirian oleh Genghis Khan (1206), hingga kepemimpinan Kublai Khan (1260–1294). Kekaisaran Mongolia Ilkhanat Gerombolan Emas Dinasti Yuan Khanat Chagatai Artikel utama: Ekspansi Mongol dan Kekaisaran Mongolia Kekaisaran besar yang muncul dari Asia Tengah berkembang saat Genghis Khan menyatukan suku-suku di Mongolia. Potensi sumber daya dan jalur perdagangan di Asia Barat membuat Gengis Khan mengalihkan perhatiannya ke sana. Pada 1219-1221, pasukan Mongol menaklukkan Kekaisaran Khwarezmia dan kota-kota muslim di sekitarnya. Tahun-tahun berikutnya, melalui peperangan dan penyerahan, pasukan Mongol menguasai kawasan yang kini merupakan wilayah Iran, Irak, Suriah, dan Turki. Tahun 1258, pasukan Mongol berhasil mengepung Baghdad yang pada masa itu merupakan salah satu kota muslim besar. Ketika pasukan Mongol menyerbu Palestina, mereka dipukul mundur oleh prajurit Mamluk di dekat Lembah Jezreel, dalam pertempuran Ain Jalut. Bangsa Mongol menyerbu Tiongkok setelah berhasil melewati Tembok Besar Tiongkok. Dari utara, mereka menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil dan menjatuhkan Dinasti Jin dan Song yang berkuasa saat itu. Penaklukan atas Tiongkok memicu berdirinya Dinasti Yuan. Sejak 1231, pasukan Mongol menginvasi Korea yang pada saat itu dikuasai oleh Dinasti Gojoseon. Invasi mereka berakhir setelah Gojoseon menyatakan penyerahan dirinya pada tahun 1259. Setelah penaklukan Korea dan berdirinya Dinasti Yuan, perhatian pasukan Mongol juga tertuju pada Asia Tenggara, yang pada saat itu merupakan kawasan bagi sejumlah kerajaan Hindu-Buddha. Tahun 1257, mereka menyerbu Vietnam Utara, yang pada masa itu merupakan wilayah Dinasti Tran dan Kerajaan Champa. Setelah usaha penyerangan yang tidak berhasil, penguasa monarki di Vietnam Utara membuat perjanjian damai dengan Dinasti Yuan. Pada 1274, pasukan Mongol berangkat dari Korea untuk menyerbu Jepang. Sebelum berhasil mencapai ibu kota Jepang, armada mereka ditenggelamkan oleh angin topan, yang kemudian dikenal sebagai kamikaze ("angin dewa"). Sementara itu di Asia Tenggara, pasukan Mongol juga menyerbu Burma. Mereka berhasil mengalahkan pasukan Burma, namun terpaksa menarik mundur pasukannya karena iklim tropis dan malaria. [163] Tahun 1281, bangsa Mongol melakukan invasi kedua ke Jepang dengan armada yang berangkat dari Korea dan Tiongkok, namun mendapatkan kegagalan yang sama. Sementara itu, kemenangan pasukan Mongol dalam pertempuran Pagan (1287) menyebabkan Burma menjadi vasal Dinasti Yuan. Tahun 1293, pasukan Mongol menyerbu Jawa—yang pada saat itu merupakan wilayah Singhasari—namun gagal. Di Eropa, pasukan Mongol menyerbu dan menghancurkan Kievan Rus', juga menginvasi Polandia, Hongaria dan Bulgaria. Selama tiga tahun (1237–1240), pasukan Mongol menghancurkan dan membinasakan kota-kota besar di Eropa Timur kecuali Novgorod dan [164] Pskov. Kekaisaran Mongolia hanya bertahan selama kurang lebih satu abad. Setelah kejayaannya, wilayah taklukan mereka melepaskan diri. Setelah wafatnya Genghis Khan pada tahun 1227, sebagian besar kawasan Asia Tengah dikuasai oleh Khanate Chagatai. Tahun 1369, Timur alias Timur Leng, seorang pemimpin militer berkebangsaan Turk, menaklukkan sebagian besar wilayah kekuasaan para khan Mongol. Akan tetapi kekaisaran yang dibentuk olehnya runtuh tak lama setelah kematiannya. Kemudian kawasan tersebut dibagi-bagi menjadi sejumlah khanat (daerah yang dikuasai khan), meliputi Khanate Khiva, Khanate Bukhara, Khanat Kokand, dan Khanat Kashgar. Eropa pada Abad Pertengahan Carolus Magnus alias Charlemagne("Karl yang Agung"), Kaisar Romawi Suci (800–814). Artikel utama: Abad Pertengahan dan Sejarah Eropa Eropa selama Abad Pertengahan Awal ditandai dengan berkurangnya populasi, urbanisasi, dan serbuan bangsa biadab, semuanya dimulai sejak Abad Kuno. Kaum barbar dari barat, terutama bangsa Jermanik mendirikan kerajaan-kerajaan mereka di bekas wilayah Kekaisaran Romawi Barat. Di wilayah tersebut berdiri sejumlah negara-negara yang lambat laun saling berperang. Di Eropa Timur, Kekaisaran Romawi Timur alias Bizantium masih berdiri, dan pada awal Abad Pertengahan mengadakan perang terakhir melawan bangsa Persia. Pada abad ke-7, Afrika Utara dan Timur Tengah (yang pernah menjadi wilayah Kekaisaran Romawi Timur) menjadi bagian dari kekhalifahan setelah penaklukkan yang dilakukan oleh penerus Muhammad. Meskipun ada perubahan substansial dalam struktur masyarakat dan politik, namun tidak seekstrim yang pernah dikemukakan para sejarawan, karena banyak kerajaan baru menyatukan diri dengan tradisi Romawi yang masih bertahan. Agama Kristen menyebar di Eropa Barat dan banyak biara didirikan. Pada abad ke-7 dan ke-8, bangsa Franka, di bawah pemerintahan Dinasti Karolingia, mendirikan sebuah kekaisaran yang meliputi sebagian besar kawasan Eropa Barat. Sementara itu, di Semenanjung Balkan, Kekaisaran Bulgaria berdiri sebagai saingan Bizantium di daerah Balkan, sehingga mengakibatkan sejumlah perang terjadi di antara mereka. Meskipun demikian, kadangkala dua kekuatan tersebut menjalin perdamaian aliansi. Bizantium memberi pengaruh kultural yang kuat kepada Bulgaria, sehingga agama Kristen diterima di Bulgaria pada tahun 864. Di Eropa Utara, tepatnya kawasan Skandinavia, bangsa Nordik memulai penjelajahannya mulai dari abad ke-9, demi perdagangan dan penjarahan. Periode ekspansi mereka ke berbagai laut dan sungai di Eropa disebut Zaman Viking. Bangsa Viking memulai ekspansi mereka dari Skandinavia, lalu menjelajah negara-negara di Eropa Utara. Mereka juga bergerak ke barat lalu menduduki Islandia dan Greenland. Sejauh yang diketahui, mereka adalah bangsa Eropa [165] pertama yang menduduki benua Amerika, tepatnya di Newfoundland, Kanada. [166] bangsa Viking juga mencapai Kepulauan Faroe dan Anatolia. Penjelajahan Zaman Viking berakhir sekitar pertengahan abad ke-11, masa saat terjadinya penaklukan Normandia di Inggris. Pada abad ke-9, Kekaisaran Karoling di Eropa Barat mengalami kemunduran di bawah tekanan para penyerbu—bangsa Viking, Magyar, dan Saracen. Menjelang dan setelah Kekaisaran Karoling runtuh, dua imperium besar berdiri di Eropa; di sebelah barat berdiri Kerajaan Prancis (843) yang merupakan penerus kekuasaan bangsa Franka, sementara di sebelah timur berdiri Kekaisaran Romawi Suci (962), [167] mencakup sejumlah negara yang kini dikenal dengan nama Jerman, Austria, Swiss, Cheska, Belgia, Italia, dan sebagian wilayah Prancis. Selama akhir abad ke-9 dan ke-10, Tsar Simeon I meraih kemenangan atas Bizantium, dan memperluas Kekaisaran Bulgaria sampai puncaknya. Setelah membantai pasukan Bizantium dalam pertempuran Anchiale tahun 917, pasukan Bulgaria mengepung Konstantinopel pada tahun 923 dan 924. Akhirnya kekuatan Bizantium pulih dan pada tahun 1014, di bawah pimpinan Basil II, mereka membalas kekalahan atas Bulgaria dalam pertempuran Kleidion. Tahun 1018, benteng Bulgaria terakhir menyerah kepada Kekaisaran Bizantium, sehingga Kekaisaran Bulgaria Pertama dibubarkan. Kekaisaran itu dilanjutkan kembali saat pendirian Kekaisaran Bulgaria Kedua tahun 1185. Animasi peta persebaran Maut Hitam (1346-1351), wabah mematikan yang tersebar di Eurasia pada abad ke-14. Selama Abad Pertengahan Luhur, yang dimulai pada abad ke-11, populasi di Eropa meningkat pesat diiringi dengan teknologi baru dan inovasi pertanian yang membuat perdagangan berkembang maju dan lahan-lahan pertanian bertambah. Manorialisme—serikat petani di desa yang menyewa tanah dan bekerja untuk para bangsawan—dan feodalisme—struktur politik yang membuat para kesatria dan golongan bangsawan tingkat rendah memberikan pelayanan kepada majikannya sebagai balas jasa atas hak menyewa tanah—adalah dua cara untuk mengorganisasi masyarakat Abad Pertengahan yang berkembang selama Abad Pertengahan Luhur. Kerajaan-kerajaan menjadi lebih menekankan sentralisasi setelah dampak desentralisasi dari pecahnya Kekaisaran Karoling. Perang Salib, yang pertama kali diserukan tahun 1095, merupakan usaha orang Kristen barat untuk merebut kembali Tanah Suci dari tangan muslim, dan setelah usaha panjang, orang Kristen mampu mendirikan negara-negara kecil di Timur Dekat. Kehidupan intelektual ditandai dengan skolastisisme dan pendirian beberapa universitas, sementara pembangunan katedral Gotik merupakan salah satu pencapaian artistik luar biasa pada masa itu. Abad Pertengahan Akhir ditandai dengan banyaknya kesulitan dan bencana. Kelaparan, wabah, dan perang membinasakan sebagian populasi Eropa Barat. Maut Hitam sendiri membunuh sekitar sepertiga dari populasi Eropa antara 1347 dan 1350. Maut Hitam merupakan salah satu pandemi paling mematikan dalam sejarah umat manusia. Bermula di Asia, wabah tersebut mencapai Mediterania dan Eropa Barat selama akhir 1340-an, [168] dan membunuh 10 juta orang Eropa dalam enam tahun; antara sepertiga hingga setengah populasi Eropa. Pada Abad Pertengahan [170] [169] terjadi urbanisasi berkesinambungan pertama di Eropa Utara dan Barat. Banyak negara-negara Eropa masa kini yang memiliki asal usul dari peristiwa-peristiwa sepanjang Abad Pertengahan; perbatasan politis Eropa masa kini, dalam banyak hal, merupakan akibat dari prestasi militer dan kewangsaan selama zaman ke gemuruhan tersebut. [171] Abad Pertengahan berlangsung hingga dimulainya Abad Modern Awal [17] pada abad ke-16, ditandai oleh berdirinya banyak negara kota, perpecahan Kekristenan Barat dalam [172] suatu reformasi, [173] kebangkitan humanisme dalam Renaisans Italia, dan dimulainya penjelajahan samudra oleh orang Eropa yang mengakibatkan Pertukaran Kesultanan dan dinasti di Asia Selatan Kemaharajaan Chola pada masa pemerintahan Rajaraja Chola I (985–1014). Pergerakan pasukan muslim ke India diawali dari Persia. Tahun 712, jenderal Muhammad bin Qasim menaklukkan sebagian besar kawasan lembah Indus, yakni wilayah negara Pakistan masa kini. Kemudian kawasan tersebut menjadi bagian dari Kekhalifahan Umayyah. Zaman Klasik Akhir di India bermula setelah berakhirnya kejayaan Kemaharajaan Gupta dan runtuhnya Kerajaan Harsha pada abad ke-7, dan berakhir seiring dengan jatuhnya Kerajaan Wijayanagara di India Selatan pada abad ke-13, karena tekanan pasukan muslim di sebelah utara. Dari abad ke-7 hingga ke-9, tiga dinasti berkuasa di kawasan India Utara: Gurjara-Pratihara dari Malwa, Dinasti Gangga Timur dari Odisha, Pala dari Benggala, dan Rashtrakuta dari Dekkan. Kemudian Dinasti Sena mengambil alih kekuasaan Kerajaan Pala, sementara Gurjara-Pratihara terpecah belah menjadi beberapa kerajaan. Hal ini mengawali sejarah berdirinya kerajaan-kerajaan kaum Rajput, yaitu serangkaian kerajaan yang senantiasa bertahan dalam sejarah India, selama hampir satu milenium, sampai akhirnya India memperoleh kemerdekaan dari Inggris. Kerajaan kaum Rajput pertama yang tercatat dalam sejarah berdiri di Rajasthan pada abad ke-6, dan beberapa dinasti Rajput memerintah sebagian India Utara. Sementara itu, Dinasti Shahi menguasai bagian timur Afganistan, Pakistan Utara, dan Kashmir dari pertengahan abad ke-7 sampai awal abad ke-11. Dinasti Chalukya menguasai bagian selatan dan tengah India—dengan pusat di Badami, Karnataka—antara tahun 550 hingga 750, dan kemudian oleh Chalukya Barat antara tahun 970 dan 1190. Dinasti Pallawa dari Kanchipuram adalah tetangganya di ujung selatan. Seiring dengan keruntuhan Kerajaan Chalukya, negara asalnya memerdekakan diri dan sejumlah monarki terbentuk di bekas wilayahnya, seperti Dinasti Hoysala dari Halebidu, Dinasti Kakatiya dari Warangal, Seuna Yadawa dari Devagiri, dan wilayah Kalachuri di selatan. Pada abad ke-10 dan ke-11, pengaruh Dinasti Chola di India Selatan sudah berkembang hingga ke wilayah Andhra Pradesh masa kini dan kerajaannya telah menjadi tempat ziarah bagi [175] biarawan dari Asia Timur. Dinasti tersebut menjalin hubungan dagang dengan Dinasti Tang [176] di Tiongkok dan kerajaan Sriwijaya di Semenanjung Malaya. Pada puncak kejayaannya, Kerajaan Chola menguasai kawasan India Selatan dan sebagian Asia Tenggara. Raja Raja Chola I menaklukkan India Selatan dan sebagian Sri Lanka. Pasukannya bergerak ke timur dan menduduki pantai Myanmar hingga ke Vietnam, kepulauan Andaman dan Nikobar, Lakshadweep, Sumatra, dan Semenanjung Malaya, serta kepulauan Pegu. Kemudian selama periode pertengahan di India, Kerajaan Pandya berdiri di Tamil Nadu, demikian pula Kerajaan Chera di wilayah Kerala dan Tamil Nadu. Tahun 1343, dinasti-dinasti tersebut mulai runtuh, mengawali perkembangan Kerajaan Wijayanagara. Setelah beberapa penaklukan muslim yang sukses di Asia Tengah (antara abad ke-10 dan ke-15), kesultanan-kesultanan muslim mulai merambah ke anak benua India, seperti pendirian Kesultanan Delhi dan Kesultanan Mughal. Penguasa Mughal datang dari Asia Tengah untuk menguasai sebagian besar wilayah utara Asia Selatan. Para sultan Mughal memperkenalkan kesenian dan arsitektur dari Asia Tengah ke India. Sementara Kesultanan Mughal dan beberapa kerajaan kaum Rajput berkembang, sejumlah kerajaan Hindu merdeka, seperti Wijayanagara, Maratha, Gangga Timur, dan Ahom berkembang di tempat yang berbeda-beda di segala penjuru India. Kesultanan Mughal mengalami keruntuhan secara perlahan pada awal abad ke-18, sehingga memberikan kesempatan bagi bangsa Afghan, Balochi, Sikh, dan Maratha untuk menguasai daerah di barat daya India sampai akhirnya Perusahaan Hindia Timur Britania dari Inggris memperoleh kuasa atas Asia Selatan. Imperium di Asia Tenggara Artikel utama: Sejarah Asia Tenggara Angkor Wat di Kamboja, kuil Hindu yang dibuat pada era kerajaan Khmer, sekitar abad ke-12. Pada permulaan Era Pasca Klasik, di Asia Tenggara terjadi kejatuhan Kerajaan Funan yang terbentang dari pesisir Laut Tiongkok Selatan hingga Samudra Hindia. Kerajaan tersebut digantikan oleh Kerajaan Chenla. Sekitar abad ke-7, kerajaan maritim Sriwijaya berdiri di Sumatra Selatan, wilayah Indonesia masa kini. Wilayah kekuasaannya mencakup pulau Sumatra, Jawa Barat, dan Semenanjung Malaya sampai tanah genting Kra (selatan Thailand). Kerajaan ini memiliki hegemoni atas laut di sekitar semenanjung Malaya, seperti Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Tiongkok Selatan. Kerajaan ini juga berpengaruh atas jalur laut perdagangan antara India dan Tiongkok, sekaligus berdagang dengan mereka. Pada abad ke-9, Kerajaan Pagan atau Dinasti Pagan terbentuk di Myanmar, sebagai manifestasi dari penyatuan wilayah-wilayah kedaulatan di kawasan tersebut. Selama keberlangsungannya, kerajaan ini mendukung pertumbuhan Agama Buddha Theravada di kawasan Asia Tenggara. Di sebelah timur, Kekaisaran Khmer berdiri, menggantikan Kerajaan Chenla. Angkor, ibu kota Khmer, merupakan kota terbesar di dunia sebelum zaman industri dan memiliki ribuan kuil, yang paling terkemuka adalah Angkor Wat. Pada abad ke-11, Sriwijaya jatuh ke tangan Dinasti Chola. Pada masa itu juga, Islam menyebar dari Gujarat ke semenanjung Malaya dan kepulauan Indonesia. Pada abad ke-12 dan ke-13, Pagan dan Kekaisaran Khmer menjadi dua kekaisaran utama di Asia Tenggara daratan. [30] Pada abad ke-13, bangsa Mongol melancarkan serbuan ke sejumlah kawasan di Asia Tenggara, diantaranya: Burma, Jawa, Vietnam. Di Vietnam dan Jawa, penyerbuan mereka gagal. Tak lama Setelah pengusiran pasukan Mongol dari Jawa, Kerajaan Majapahit berdiri dan mencapai kejayaannya pada abad ke-14, dengan wilayah kekuasaan yang sebagian besar mencakup sebagian besar kepulauan Indonesia dan semenanjung Malaya. Di Thailand, Sukhothai (abad ke-13) dan Ayutthaya (abad ke-14) merupakan kekuatan utama bangsa Thai yang dipengaruhi oleh bangsa Khmer. Setelah Ayutthaya mendominasi Sukhotai, pada abad ke-15, Khmer diserbu oleh Ayutthaya. Sementara itu, di kepulauan Indonesia dan Malaya, kerajaan-kerajaan Islam sedang berdiri, seiring keruntuhan Majapahit yang terpecah menjadi sejumlah kerajaan atau kesultanan, di antaranya Kesultanan Malaka, Kesultanan Demak, dan Kesultanan Cirebon. Seiring dengan perkembangan Islam, pada akhir Abad Pertengahan, bangsa Eropa mulai berdatangan dan berdagang di kawasan Asia Tenggara, diawali dengan bangsa Portugis, disusul dengan Spanyol dan Belanda. Monarki di Afrika Makam Askia Mohammad I alias Askia yang Agung di Mali. Askia yang Agung merupakan pemimpin Kekaisaran Songhai pada masa kejayaannya dan membangun negaranya sebagai negara terbesar dalam sejarah Afrika Barat. Artikel utama: Sejarah Afrika Afrika Sub-Sahara pada Era Pasca Klasik merupakan rumah bagi berbagai peradaban. Kerajaan Aksum melemah pada abad ke-7 M saat Islam memisahkannya dari sekutu Kristen mereka dan rakyatnya pindah jauh ke dataran tinggi Ethiopia demi mencari perlindungan. Akhirnya mereka mendirikan Dinasti Zagwe yang terkenal akan bangunan dari pahatan batu di Lalibela. Kemudian dinasti tersebut dijatuhkan oleh Dinasti Salomo yang mengaku sebagai keturunan para raja Aksum dan memerintah dengan baik sampai abad ke-20. Di kawasan Sahel di Afrika Barat, banyak kekaisaran Islam berdiri, seperti kekaisaran Ghana, kekaisaran Mali, kekaisaran Songhai, dan kekaisaran Kanem. Mereka menguasai emas, gading, garam, dan budak di jalur perdagangan trans-Sahara. Di selatan peradaban Sahel terdapat hutan pesisir yang tidak bisa dihuni oleh kuda dan unta. Di sana berdirilah beberapa peradaban: bangsa Yoruba dengan kota Ife (terkenal akan seninya yang naturalistik) dan Kekaisaran Oyo; bangsa Edo dengan Kekaisaran Benin Yang beribukota di kota Benin; bangsa Igbo dengan Kerajaan Nri yang menghasilkan seni perunggu berkualitas di Igbo Ukwu; dan bangsa Akan yang terkenal akan arsitekturnya yang rumit. Di daerah yang kini disebut Zimbabwe pernah berdiri sejumlah kerajaan yang bermula dari Kerajaan Mapungubwe di daerah Afrika Selatan masa kini. Mereka berkembang melalui perdagangan dengan bangsa Swahili di pesisir Afrika Timur. Mereka mendirikan struktur bebatuan besar tanpa semen, contohnya di Zimbabwe Raya (ibu kota Kerajaan Zimbabwe), Khami (ibu kota kerajaan Butua), dan Danamon Be (Dhlo-Dhlo; ibu kota Kekaisaran Rozwi). Bangsa Swahili sendiri merupakan penghuni pesisir Afrika Timur dari Kenya sampai Mozambik yang berdagang secara ekstensif dengan orang Asia dan Arab, yang memperkenalkan agama Islam kepada mereka. Mereka mendirikan banyak bandar seperti Mombasa, Zanzibar, dan Kilwa, yang dikenal oleh para pelaut Tiongkok karena usaha Zheng He dan para geografer muslim. Amerika pra-Columbus Pada Era Pasca Klasik, di Amerika Utara, Tengah, dan Selatan terjadi perkembangan kebudayaan dan peradaban yang unik dan tumbuh secara mandiri. Tidak menutup kemungkinan bahwa benua tersebut ditemukan oleh bangsa Eropa sebelum perjalanan Columbus. Kolonisasi Nordik di Amerika terjadi sekitar abad ke-10, ketika pelaut Nordik (biasanya merujuk pada Viking) mengeksplorasi dan menduduki kawasan Atlantik Utara, termasuk kawasan timur laut [177] Amerika Utara. Sementara koloni Nordik di Greenland Berlangsung selama hampir 500 tahun, permukiman mereka di Amerika Utara tidak cukup luas dan tidak berkembang menjadi koloni permanen. Perjalanan dan penjelajahan untuk mencari sumber daya alam—misalnya kayu—mungkin saja terjadi pada masa itu, namun tidak ada bukti tentang pendudukan Nordik di daratan utama Amerika Utara. [178] Kebudayaan di Amerika Utara Ilustrasi situs di Kincaid, salah satu tempat perkembangan peradaban Mississippi, pada masa kejayaannya. Tradisi Hopewell adalah istilah untuk aspek-aspek yang lazim dihadapi pada kebudayaan penduduk asli Amerika yang tersebar di sekitar daerah pinggiran sungai di timur laut dan barat-madya wilayah Amerika Serikat kini, sejak 200 SM sampai 500 M. [179][180] Hohokam adalah salah satu dari empat tradisi arkeologis prehistoris utama di kawasan yang kini disebut [181] Amerika Barat Daya. Dengan hidup sebagai petani, masyarakat kuno tersebut menanam jagung dan kacang. Masyarakat Hohokam Awal mendirikan sejumlah desa di sekitar sungai Gila. Masyarakat tersebut bermukim di tanah yang baik untuk ditanami, dengan pertanian kering yang lazim dilakukan pada awal periode tersebut. [181] Dari periode sekitar 1200 hingga 1650, muncul berbagai kebudayaan kompleks yang berbasis pada pengadopsian budidaya jagung, kepadatan populasi yang terus berkembang, dan [182] organisasi sosial setingkat suku. Pengenalan tanaman jagung dari Mesoamerika Memberikan akumulasi surplus pangan untuk mendukung populasi dengan kepadatan tinggi dan mengawali pengembangan skil-skil khusus. [183] Liga bangsa-bangsa Iroquois atau "Rakyat Rumah Panjang", berbasis di sebelah barat New York masa kini, menganut model konfederasi sejak pertengahan abad ke-15. Sistem afiliasi mereka seperti federasi, berbeda dengan monarki bangsa Eropa yang lebih kuat dan berpemerintahan terpusat. [184] Peperangan antar suku terjadi di tempat-tempat tertentu, yang mengakibatkan kepergian dan migrasi sejumlah suku. [185] Negara kota di Mesoamerika Istana di Palenque, salah satu bekas kota bangsa Maya. Di kawasan Mesoamerika berkembang sejumlah peradaban, beberapa di antaranya runtuh sebelum Abad Pertengahan, contohnya Peradaban Olmek di pesisir Teluk Meksiko, tepatnya di situs La Venta dan San Lorenzo Tenochtitlán, yang runtuh sekitar 400 M. [186] Sementara itu, negara kota Teotihuacan berdiri di Lembah Meksiko sekitar 100 SM dan membangun kebudayaannya, namun bangsa pendirinya masih diperdebatkan karena tidak ada bukti tertulis. [187] Tak jauh dari pusat perkembangan peradaban Olmek, peradaban Maya masih berkembang di kawasan yang kini disebut Chiapas. Peradabannya berkembang hingga Guatemala dan [188][189] semenanjung Yukatan. Sebagaimana peradaban Yunani Kuno, peradaban Maya juga melahirkan berbagai negara kota yang tumbuh secara mandiri. Pertanian merupakan sektor penting di negara kota seperti Tikal dan Copán. Monumen-monumen penting berbentuk piramida dibangun di pusat keagamaan serta di istana pemimpin mereka. Istana di Cancuénadalah yang terbesar di seluruh wilayah Maya. Artefak penting lainnya yang sering ditemukan para arkeolog adalah lempengan batu berukir yang disebut stele; bangsa Maya menyebutnya tetun, atau "tiga batu". Lempengan batu tersebut ditulis dengan logogram, memaparkan nama para pemimpin Maya beserta genealogi, kejayaan militer, serta prestasi lainnya. [190] Pada era klasiknya (200-1000 M), kota-kota bangsa Maya seperti Tikal, Calakmul, Copán, Palenque, Uxmal, Cobá, dan Caracol mencapai kejayaannya, sedangkan Teotihuacan runtuh sekitar abad ke-8 M. Pada abad ke-13, di sebelah barat kota-kota Maya, terjadi aliansi tiga kota bangsa Aztec: Tenochtitlan, Texcoco, dan Tlacopan. Imperium Aztec berdiri sejak abad ke-14 hingga abad ke-16. Ibu kotanya adalah Tenochtitlan. Kota tersebut dibangun di atas pulau di tengah danau. Tenochtitlan merupakan salah satu kota terbesar di dunia pada saat itu. Bangsa Aztec menganut konsep politeisme. Quetzalcoatl (ular berbulu), Huitzilopochtli (kolibri dari selatan) dan Tezcatlipoca (cermin berasap) adalah dewa utama dalam pantheon mereka. Kadang kala bangsa Aztec membunuh manusia untuk menyenangkan hati para dewa mereka. Antara tahun 1519 dan 1521, conquistador Español, Hernán Cortés menaklukkan bangsa Aztec dan merebut wilayah kekuasaan mereka. [191] Kekaisaran Inka Machu Picchu, bekas kota bangsa Inca Di atas lembah Urubamba, pegunungan Andes, Peru. Didirikan sekitar 1450 M. Kini menjadi ikon peradaban mereka. Artikel utama: Peradaban Inca Pada periode sekitar abad ke-13, kebudayaan Inka berjaya di Amerika Selatan. Bangsa Inka merupakan bangsa yang sejahtera dan maju, terkenal akan sistem jalannya yang baik dan pertukangan batu yang tak tertandingi. Kekaisaran Inca bertahan selama kurang lebih satu abad sebelum kedatangan bangsa Spanyol pada tahun 1532. Manco Capac mendirikan negara kota bangsa Inca pertama sekitar tahun 1200-an. [192] Kota tersebut meliputi seluruh area sekitar Cusco. Tahun 1400-an, Pachacuti mempersatukan suku-suku lain di kawasan Andes. Sejak saat itu perkembangan kekaisaran Inca terjadi. Akhirnya kekaisaran Inca menjadi kekaisaran terbesar [193] di benua Amerika sebelum kedatangan Columbus. Kekaisaran Inca, atau Tawantinsuyu (artinya "empat wilayah" dalam bahasa Quechua), yang beribu kota di Cusco, membentangi seluruh daerah pegunungan Andes, membuatnya sebagai peradaban Pra-Columbus yang paling ekstensif. [194] Imperium di Oseania Di Oseania, Kekaisaran Tu'i Tonga berdiri pada abad ke-10 dan wilayah kekuasaannya meluas antara tahun 1200 dan 1500. Kebudayaan, bahasa, dan pengaruh suku Tonga menyebar luas di Polinesia selama periode tersebut, [195][196] di sepanjang 'Uvea Timur, Rotuma, Futuna, Samoa dan Niue, sebagian Mikronesia (Kiribati, Pohnpei), Vanuatu, dan Kaledonia Baru dan Kepulauan [197] Loyalty. Catatan sejarah dari penduduk asli Oseania tidak cukup banyak, namun sejumlah sejarah dapat direkonstruksi melalui tradisi oral, arkeologi, dan linguistik. Sejarah modern Sejarah modern ("periode modern", "era modern", "zaman modern") adalah sejarah masa-masa setelah Abad Pertengahan. "Sejarah kontemporer" adalah sejarah yang meliputi peristiwa-peristiwa yang terjadi sejak sekitar tahun 1900 hingga sekarang. Abad Modern Awal Sebelumnya, bubuk mesiu pada senjata api digunakan secara terbatas. Pada Abad Modern Awal, senjata api semakin sering dimanfaatkan dalam pertempuran, contohnya saat pengepungan Esztergom (1543) antara Kesultanan Utsmaniyah dengan Kekaisaran Romawi Suci. Artikel utama: Abad Modern Awal [i] "Abad Modern Awal" adalah istilah yang digunakan oleh para sejarawan untuk merujuk pada suatu periode di Eropa Barat dan koloni-koloni pertamanya yang berlangsung selama berabad-abad antara Abad Pertengahan dan Revolusi Industri—sekitar 1500 sampai 1800. Abad Modern Awal ditandai dengan pemusatan perhatian pada sains dan semakin majunya perkembangan teknologi, sekularisasi politik, dan berdirinya negara kota. Ekonomi kapitalis mulai berkembang, mula-mula di republik-republik Italia Utara seperti Genoa. Pada Abad Modern Awal juga dimulai perkembangan dan dominansi teori ekonomi merkantilisme. Abad Modern Awal menggambarkan kemunduran dan akhirnya kelenyapan feodalisme, perbudakan, dan kekuasaan Gereja Katolik Roma di sebagian besar kawasan Eropa. Dalam periode tersebut juga terjadi masa akhir Reformasi Protestan, Perang Tiga Puluh Tahun, Abad Penemuan, Kolonisasi Eropa di Amerika, dan puncak perburuan penyihir di Eropa. Renaisans Artikel utama: Renaisans Renaisans Eropa, berawal pada abad ke-14, [198] ditandai dengan penggalian kembali ilmu-ilmu dari zaman kuno, serta kebangkitan ekonomi dan kehidupan sosial di Eropa. Zaman Renaisans [199] juga menimbulkan budaya ingin tahu, yang berujung pada humanisme dan Revolusi Ilmiah. Meskipun ada pergolakan dan revolusi sosial dan politik yang diupayakan melalui berbagai cara intelektual, Zaman Renaisans lebih dikenal akan perkembangan kesenian dan kontribusi para polimatik macam Leonardo da Vinci and Michelangelo, yang menyebabkan adanya istilah [200][201] "Bapak Renaisans". Ekspansi Eropa Informasi lebih lanjut: Sejarah Eropa dan Zaman Penjelajahan Peta pelayaran terkemuka pada Zaman Penjelajahan, 1482–1524. Penemuan terkemuka Penemuan/ Tujuan Sungai Kongo Pemimpin Tah penjelajahan un Diogo Cão 148 Didanai oleh João II dari Portugal 2 Tanjung Harapan, Samudra Hindia Dias 148 8 João II dari Portugal Karibia Kolumbus 149 Fernando dan Isabel 2 India Vasco da Gama 149 Manuel I 8 Brasil Cabral 150 Manuel I 0 Maluku, Australasia (Samudra Pasifik Albuquerque, 151 Abreu 2 Manuel I dan Serrão Barat) Samudra Pasifik Vasco Balboa Timur Selat Magellan Magellan 151 Fernando II dari 3 Aragón 152 Carlos I dari Spanyol 0 sirkumnavigasi "Magellan" 152 Carlos I dari Spanyol 2 Australia Selandia Baru Antartika Willem Janszoon Abel Tasman James Cook 160 Perusahaan Hindia 6 Timur Britania 164 Perusahaan Hindia 2 Timur Britania 177 George III 3 Hawaii James Cook 177 George III 8 Selama periode ini, kekuatan Eropa mendominasi hampir seluruh bagian dunia. Dalam suatu teori dinyatakan bahwa geografi Eropa berperan penting dalam keberhasilan tersebut. Dari luar, Timur Tengah, India, dan Tiongkok dikelilingi oleh pegunungan atau laut. Sekali rintangan alami ini dilalui, wilayah mereka hampir tampak datar. Sebaliknya, Pegunungan Pyrenia, Alpen, Apennini, Karpatia, dan pegunungan lainnya terbentang di sepanjang Eropa, dan kawasan benua tersebut juga terbagi-bagi oleh sejumlah lautan. Hal ini memberi perlindungan lebih bagi [202] Eropa terhadap risiko penyerbuan dari Asia Tengah. Sebelum zaman penggunaan senjata api, bangsa nomad Asia Tengah lebih unggul daripada negara-negara agraris di sekeliling benua Eurasia dan bila mereka berhasil menerobos ke dataran India Utara atau melalui lembah-lembah di Tiongkok, serbuan mereka tidak akan terhentikan. Serbuan mereka kerap mendatangkan kehancuran. Zaman kejayaan Islam berakhir setelah bangsa Mongol menghancurkan Baghdad tahun 1258. [203] India dan Tiongkok merupakan subjek serbuan secara berkala, dan Rusia melewati masa hampir dua abad di bawah penindasan bangsa Mongol-Tatar. Eropa Tengah dan Barat, secara logistik lebih jauh dari jantung Asia Tengah, sehingga menjamin risiko penyerbuan yang lebih kecil. [204] Geografi berpengaruh terhadap perbedaan geopolitik. Dalam sebagian besar sejarahnya, Tiongkok, India, dan Timur Tengah disatukan di bawah kekuatan dominan yang memperluas teritorinya hingga mencapai batas pegunungan dan gurun di sekelilingnya. Tahun 1600-an, Kesultanan Utsmaniyah [205] menguasai hampir seluruh kawasan Timur Tengah, sementara Dinasti Ming memerintah Tiongkok, [206][207] dan Kemaharajaan Mughal Berkuasa atas India. Sebaliknya, Eropa kerap terpecah-belah menjadi sejumlah negara yang saling berperang. Imperium-imperium pemersatu Eropa, kecuali Kekaisaran Romawi, cenderung runtuh tak lama setelah berdiri. Faktor geografis penting lainnya yang berperan dalam kebangkitan Eropa adalah Laut Tengah, yang selama ribuan tahun telah berfungsi sebagai jalur maritim yang membantu pertukaran komoditas, bangsa, pemikiran, dan invensi. Hampir seluruh peradaban agraris didesak oleh lingkungan sekitarnya. Produktivitas tetap rendah, dan perubahan iklim dengan mudah mempengaruhi siklus kejayaan dan kemunduran (boom-and-bust cycle; masa ekonomi sedang) yang menghantarkan peradaban menuju kebangkitan dan kehancurannya. Pada abad ke-16, terjadi perubahan kualitatif dalam sejarah dunia. Kemajuan teknologi serta kemakmuran yang dihasilkan melalui perdagangan [202][208] perlahan-lahan memberikan peluang yang lebih besar. Hak kepemilikan dan ekonomi pasar bebas di Eropa lebih kuat daripada tempat lain di mana pun karena idealisme kebebasannya, sehingga sikap dan tradisi tersebut mendukung ekspansi Eropa. [204][209] Pada masa kini, sarjana seperti Kenneth Pomeranz berkeberatan dengan pandangan tersebut, meskipun pendekatan sang revisionis terhadap sejarah dunia menuai kritik karena meremehkan prestasi peradaban Eropa. [210] Ekspansi maritim Eropa mengejutkan—mengingat kondisi geografis benua tersebut—dan sebagian besar merupakan usaha negara-negara yang berada di pesisir Samudra Atlantik: Portugal, Spanyol, Inggris, Prancis, dan Belanda. Awalnya Imperium Portugis dan Spanyol merupakan penakluk ulung dan sumber pengaruh, dan perserikatan mereka menghasilkan Uni [211] Iberia, imperium global pertama yang memiliki wilayah "yang tak pernah melihat matahari tenggelam". Kemudian Inggris, Prancis, dan Belanda—negara-negara di sebelah utara—mulai mendominasi Atlantik. Dalam peperangan yang terjadi pada abad ke-17 dan ke-18—berpuncak pada peperangan era Napoleon—Britania muncul sebagai kekuatan dunia baru. [j] Pada era ini kebudayaan Eropa memasuki Abad Pencerahan yang menuju pada Revolusi Ilmiah. [212] Perkembangan regional Kolonisasi dunia pada tahun 1492 (Abad Modern Awal), 1550, 1660 (Abad Pencerahan), 1754 (Abad Revolusi), 1822 (Revolusi Industri), 1885 (Hegemoni Eropa), 1914 (Perang Dunia I), 1938 (Perang Dunia II), 1959 (Perang Dingin) and 1974 (sejarah mutakhir). Pada awal Abad Modern, terjadi keruntuhan sejumlah peradaban dan perkembangan di berbagai kawasan di Afrika. Pesisir Swahili mengalami kemunduran setelah diambil alih oleh bangsa Portugis. Di Afrika Barat, Kekaisaran Songhai jatuh ke tangan bangsa Maroko pada tahun 1591 setelah mereka diserbu dengan senjata api. Kerajaan Zimbabwe di Afrika Selatan runtuh dan menjadi beberapa kerajaan, diantaranya Kerajaan Mutapa, Butua, dan Rozwi. Ethiopia mengalami invasi pada tahun 1531 oleh Kesultanan Adal, dan pada tahun 1769 memasuki Zemene Mesofit (Zaman Pangeran) saat kaisar menjadi simbol pemerintahan sementara negeri tersebut dipimpin oleh para panglima perang, dan akhirnya suksesi pemerintahan para raja dipulihkan di bawah kepemimpinan Kaisar Tewodros II. Kekaisaran Ajuuraan yang berada di Tanduk Afrika mulai runtuh pada abad ke-17, digantikan oleh Kesultanan Geledi. Peradaban lainnya di Afrika mengalami kemajuan selama periode tersebut. Kekaisaran Oyo mengalami zaman keemasannya, begitu pula Kekaisaran Benin. Kekaisaran Ashanti berjaya di kawasan yang kini disebut Ghana pada tahun 1670. Kerajaan Kongo juga mengalami kemakmuran pada periode tersebut. Eksplorasi Eropa di Afrika mencapai puncaknya pada saat itu. Tahun 1511, bangsa Portugis menaklukkan Kesultanan Malaka di kawasan yang kini merupakan wilayah Malaysia dan Sumatra, Indonesia. Bangsa Portugis menguasai wilayah perdagangan penting tersebut sampai akhirnya digantikan oleh bangsa Belanda pada tahun 1641. Kesultanan Johor—yang berpusat pada ujung selatan semenanjung Malaya—menjadi kekuatan perdagangan yang mendominasi kawasan tersebut. Kolonisasi Eropa akhirnya menjamah hampir seluruh bagian Asia Tenggara: bangsa Inggris di Burma dan Malaysia, bangsa Perancis di Indochina, bangsa Belanda di Hindia Belanda, bangsa Spanyol di Filipina. Hanya Thailand yang berhasil bebas dari kolonisasi tersebut. Oceania di samudra Pasifik terkena imbas dari kontak dengan bangsa Eropa, bermula sejak pelayaran sirkum navigasional oleh Ferdinand Magellan, yang berlabuh di kepulauan Mariana dan pulau-pulau lainnya pada tahun 1521. Perjalanan penting lainnya dilakukan oleh Abel Tasman (1642–44)—yang berhasil mencapai benua Australia, Selandia Baru, dan pulau-pulau di sekitarnya—dan Kapten James Cook (1768–1779), orang Eropa pertama dalam sejarah yang melakukan kontak dengan Hawaii. Britania Raya mendirikan koloni pertamanya di Australia pada tahun 1788. Di Timur Jauh, pemerintahan Dinasti Ming di Tiongkok digantikan oleh Dinasti Qing (1644), dinasti imperial terakhir di Tiongkok, yang memerintah sampai tahun 1912. Sementara itu Jepang mengalami zaman Azuchi-Momoyama (1568–1603), diikuti dengan zaman Edo (1603–1868). Dinasti Joseon di Korea (1392–1910) memimpin pada periode tersebut, dan berhasil mematahkan invasi Jepang dan Tiongkok pada abad ke-16 dan ke-17. Jepang dan Tiongkok menjalin hubungan dagang secara signifikan dengan bangsa-bangsa Eropa, khususnya perdagangan bangsa Portugis dengan Jepang (perdagangan Nanban). Selama zaman Edo, Jepang mengeluarkan politik isolasi dan menghalau segala pengaruh dari Dunia Barat. Di Asia Selatan, Kesultanan Delhi dan Kesultanan-kesultanan Dekkan tergantikan oleh Kesultanan Mughal pada abad ke-16. Bermula dari kawasan barat daya India, Kesultanan Mughal memimpin hampir seluruh bagian anak benua India pada akhir abad ke-17, [213] kecuali kawasan di ujung selatan India. Setelah menentang pemerintahan Kesultanan Mughal yang bercorak Islam, Kemaharajaan Maratha yang bercorak Hindu didirikan di pesisir barat pada tahun 1674, yang secara perlahan-lahan memperluas wilayahnya—sebagian besar merupakan wilayah negara India pada masa kini—dari tangan sultan Mughal selama bertahun-tahun, terutama melalui perang Dekkan (1681–1701). Di Rusia, Ivan IV diangkat sebagai Tsar pertama Rusia (1547), dan dengan menganeksasi khanat bangsa Turk di timur, ia mentransformasi Rusia menjadi kekuatan regional. Negara-negara di Eropa Barat—yang sedang mengembangkan teknologi canggih dan penaklukan kolonial—bersaing satu sama lain secara ekonomi dan militer dalam situasi perang yang hampir konstan. Kadang kala peperangan tersebut bersangkut paut dengan agama, entah Katolik versus Protestan, atau (di Eropa Timur) Kristen versus muslim. Peperangan yang terjadi meliputi Perang Tiga Puluh Tahun, Perang Suksesi Spanyol, Perang Tujuh Tahun, dan Perang Revolusi Prancis. Napoleon menjadi pemimpin Perancis pada tahun 1799, mengawali peperangan Era Napoleon pada awal abad ke-19. Di benua Amerika, terjadi perlombaan antar negara Eropa untuk mengkolonisasi benua yang baru ditemukan tersebut, yang secara signifikan telah mendesak kaum pribumi, serta menghancurkan peradaban Aztek dan Inka yang telah berkembang. Spanyol, Portugal, Britania Raya, dan Perancis membuat klaim teritorial yang ekstensif dan mengambil lahan permukiman yang luas, serta mengimpor budak Afrika dalam jumlah banyak. Portugal mengklaim Brazil. Spanyol mengklaim Amerika Selatan selain Brazil, Mesoamerika, dan Amerika Utara sebelah selatan. Britania Raya mengkolonisasi pesisir timur Amerika Utara, dan Prancis mengkolonisasi kawasan tengah Amerika Utara. Rusia mendatangi pantai barat daya Amerika Utara dan mendirikan koloni pertama mereka di kawasan yang kini disebut Alaska pada tahun 1784, dan Fort Ross di California pada tahun 1812. Abad Modern Artikel utama: Sejarah modern Besi dan Batu Bara (1855–1860). Lukisan karya William Bell Scott tentang Revolusi Industri di Eropa. Revolusi Ilmiah mengubah pemahaman manusia terhadap dunia dan menggiringnya pada Revolusi Industri, sebuah transformasi besar bagi perekonomian dunia. [212][214] Revolusi Ilmiah pada abad ke-17 memberikan sedikit dampak langsung terhadap teknologi industri, tetapi setelah pertengahan abad ke-18 kemajuan ilmiah mulai diterapkan secara signifikan pada invensi praktis. Revolusi Industri diawali di Britania Raya dan menggunakan mode produksi baru—pabrik, produksi massal, dan mekanisasi—untuk menghasilkan produk secara lebih cepat dan dalam jumlah besar, serta mempekerjakan buruh lebih sedikit daripada masa sebelumnya. Abad Pencerahan juga menuju kepada permulaan demokrasi modern dalam Revolusi Amerika dan Prancis saat akhir abad ke-18. Demokrasi dan republikanisme kemudian bertumbuh dan memberikan dampak besar bagi kualitas kehidupan dan peristiwa-peristiwa besar di dunia. Tahun 1762, saat Perang Tujuh Tahun berkecamuk, secara rahasia Prancis menyerahkan sebagian besar wilayah yang diklaimnya di Amerika Utara kepada Spanyol dalam Perjanjian Fontainebleau (1762). Tiga belas koloni Inggris mendeklarasikan kemerdekaannya sebagai Amerika Serikat pada tahun 1776, diratifikasi oleh Perjanjian Paris (1783), dan berakhir pada Perang Revolusi Amerika. Napoleon Bonaparte merebut kembali klaim Perancis dari Spanyol dalam peperangan Era Napoleon pada abad ke-19, namun menjualnya kepada Amerika Serikat sebagai Pembelian Louisiana pada tahun 1803. Setelah orang Eropa (terutama Inggris dan Spanyol) memberikan pengaruh dan pendudukan atas benua Amerika, aktivitas imperialisme di Barat akhirnya berpaling ke Timur dan [215][216] Asia. Pada abad ke-19, negara-negara Eropa mengalami kemajuan sosial dan teknologi [217] daripada negeri-negeri di timur. Kemaharajaan Maratha di India jatuh ke tangan bangsa Inggris pada tahun 1818, di bawah kuasa Perusahaan Hindia Timur Britania, dan seluruh bekas imperium Maratha dan Mughal melebur menjadi British Raj pada tahun 1858. Britania Raya [218] memperoleh kuasa atas anak benua India, Mesir, dan semenanjung Malaya; Prancis mengambil alih Indochina; sedangkan Belanda memperkuat kuasanya atas Hindia Belanda. [218] Banyak imigran Inggris Menduduki Australia, Selandia Baru, dan Afrika Selatan, Rusia menduduki kawasan Siberia yang belum mengenal pertanian. [219] sedangkan Akhir abad ke-19, kekuatan negara-negara Eropa membagi-bagi daerah Afrika yang terjajah. Di Eropa sendiri, tantangan ekonomi dan militer menciptakan sistem negara kebangsaan, dan pengelompokan etnolinguistik mulai dipakai untuk mengenali jati diri sebagai bangsa yang berbeda dengan aspirasi otonomi kultural dan politik. Nasionalisme semacam itu akan menjadi hal penting bagi suku bangsa lain di berbagai belahan dunia saat abad ke-20. Selama Revolusi Industri, perekonomian dunia bergantung pada batu bara sebagai bahan bakar, setelah penemuan metode transportasi yang baru, seperti kereta api dan kapal uap, yang membuat dunia terasa semakin sempit. [214] Di sisi lain, polusi industri dan kerusakan lingkungan—yang sudah ada sejak penemuan api dan permulaan peradaban—meningkat drastis. Kemajuan yang berkembang di Eropa selama pertengahan abad ke-18 ada dua: budaya [217] kewirausahaan, dan kemakmuran yang diperoleh melalui perdagangan jalur Atlantik [217] (termasuk perdagangan budak Afrika). Akhir abad ke-16, perak yang diperoleh dari benua Amerika telah memperkaya Kekaisaran Spanyol. [220] Keuntungan dari perdagangan budak dan perkebunan di Karibia hanya menyumbang sekitar 5% dari perekonomian Britania saat Revolusi Industri. [221] Sejumlah sejarawan menyimpulkan bahwa pada 1750, produktivitas buruh di kawasan-kawasan paling berkembang di Tiongkok masih sederajat dengan perekonomian Atlantik bangsa Eropa, [222] tetapi sejarawan lainnya seperti Angus Maddison menyatakan bahwa produktivitas perkapita Eropa Barat sejak akhir Abad Pertengahan telah melampaui daerah-daerah mana pun di dunia. [223] Sejarah kontemporer Pasukan bayonet Prancis saat Perang Dunia I, perang besar pertama dalam sejarah kontemporer. Setelah keberhasilan pembelahan atom oleh Ernest Rutherford tahun 1917, serangkaian penelitian tentang reaksi nuklir terus berlanjut. Energi sangat besar yang dihasilkan dari fisi nuklir dimanfaatkan dalam senjata nuklir. Bom nuklir digunakan sebagai senjata perang untuk yang pertama kali dalam sejarah umat manusia pada bulan Agustus 1945, di Hiroshima (kiri) dan Nagasaki (kanan). Artikel utama: Sejarah kontemporer 1900–1945 Artikel utama: Abad ke-20 Abad ke-20 dimulai saat Eropa berada dalam puncak kemakmuran dan kekuasaannya, sedangkan sebagian besar kawasan lainnya berada di bawah kekuatan kolonialisme mereka secara langsung atau dominasi secara tidak langsung. [224] Banyak daerah di belahan dunia lainnya mendapat imbas dari negara-negara yang sangat terpengaruh budaya Eropa: Amerika [225] Serikat dan Jepang. Saat permulaan abad ini, sistem global yang didominasi oleh kekuatan-kekuatan yang bersaing satu sama lain menjadi persoalan yang dipenuhi ketegangan, akhirnya menyerah pada struktur negara-negara independen yang lebih lunak yang terorganisasi menurut cara barat. Transformasi tersebut bertumbuh menjadi serangkaian perang dengan medan dan kehancuran sangat besar. Perang Dunia I menghancurkan banyak imperium dan kerajaan di Eropa, serta [226] melemahkan Britania Raya dan Perancis. Setelah perang berakhir, ideologi-ideologi baru [227] bermunculan. Revolusi Rusia (1917) menyebabkan berdirinya negara komunis, sedangkan pada dasawarsa 1920 dan 1930 terjadi kediktatoran militer fasis di Italia, Jerman, Spanyol, dan lain-lain. [228] Perselisihan antarnegara yang berlarut-larut, diperburuk dengan perekonomian yang kacau dan [229][230] Depresi Besar, telah mendukung terjadinya Perang Dunia II. Kediktatoran militer di Eropa dan Jepang mengupayakan ekspansionisme imperialis. Kekalahan mereka membuka jalan bag kemajuan komunisme di Eropa Tengah, Yugoslavia, Bulgaria, Romania, Albania, Tiongkok, Vietnam Utara, dan Korea Utara. 1945–2000 Artikel utama: Abad ke-20 Setelah Perang Dunia II berakhir tahun 1945, Perserikatan Bangsa-Bangsa didirikan dengan harapan menyelesaikan perselisihan antarbangsa dan mencegah peperangan pada masa depan. [231][232] Perang tersebut menyisakan dua negara dengan kekuatan besar, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet, yang membimbing perkara internasional. [233] Keduanya saling mencurigai dan takut akan persebaran global dari model politik dan ekonomi salah satu negara tersebut. Hal itu memicu terjadinya Perang Dingin—perselisihan tanpa pertumpahan darah antara Amerika Serikat, Uni Soviet, dan sekutu masing-masing. Dengan pengembangan senjata nuklir [234] dan perlombaan senjata, umat manusia berada dalam risiko terjadinya perang nuklir yang dipicu kedua negara adikuasa tersebut. [k] Perang semacam itu dianggap sulit dijalankan, sehingga pendanaan dipakai dalam perang lewat pihak ketiga, dengan pengeluaran yang cocok untuk negara Dunia Ketiga tanpa senjata nuklir. Perang Dingin berakhir hingga tahun 1990-an, ketika sistem komunis Uni Soviet mulai runtuh, tak mampu bersaing secara ekonomi dengan Amerika Serikat dan Eropa Barat. Negara-negara Uni Soviet di Eropa Tengah menuntut kedaulatan bangsa mereka sehingga pada tahun 1991, Uni Soviet pecah menjadi sejumlah negara. Sejak saat itu, Amerika Serikat menjadi satu-satunya negara adikuasa di dunia. [235] [236][237][l] Pada beberapa dasawarsa awal abad ke-20, daerah jajahan negara-negara Eropa—Belgia, Inggris, Belanda, Prancis, dan imperium Eropa lainnya—di Afrika dan Asia Mendeklarasikan kemerdekaannya secara resmi. [239][240] Negara-negara baru merdeka tersebut menghadapi tantangan dalam bentuk neokolonialisme, kemiskinan, buta huruf, dan penyakit tropis endemis. [241][242] Banyak negara di Eropa Barat dan Tengah yang perlahan-lahan membentuk suatu komunitas politik dan ekonomi, yaitu Uni Eropa, yang melebar ke timur karena keikutsertaan negara-negara bekas Uni Soviet. [243] Astronot Eugene Cernan saat misi Apollo 17(1972), pendaratan terakhir di Bulan. Pendaratan di Bulan merupakan salah satu pencapaian besar dalam sejarah umat manusia. Pada abad ke-20 terjadi ledakan kemajuan sains dan teknologi, serta peningkatan harapan hidup dan standar kehidupan bagi sebagian besar umat manusia. Dalam perkembangannya, perekonomian dunia beralih dari batu bara ke minyak bumi seiring pembaruan dalam teknologi [244] transportasi, mengiringi permulaan Zaman Informasi, yang menuju pada percepatan [245][246][247] globalisasi. Pada abad ini, aplikasi teknologi sudah mampu menembus atmosfer Bumi yang memungkinkan umat manusia menjelajahi ruang hampa di Tata Surya. Dalam bidang biologi, penemuan struktur DNA [248] —pola cetakan kehidupan—dan pengurutan genom manusia, merupakan suatu prestasi [249] gemilang dalam pemahaman terhadap biologi manusia dan penanganan penyakit. Angka melek huruf di seluruh dunia mulai meningkat, sebaliknya persentase sumber tenaga kerja untuk memproduksi pangan bagi umat manusia perlahan-lahan menurun. Teknologi perekaman suara, film, siaran radio dan televisi mengakibatkan informasi dan hiburan menyebar dengan sangat pesat. Kemudian, pada dasawarsa terakhir pada abad tersebut, terjadi peningkatan pada jumlah penggunaan komputer, termasuk komputer pribadi. Jaringan komunikasi global hadir dalam bentuk Internet. Media massa satu arah beralih menjadi komunikasi individual dalam gejala yang disebut pergeseran peradaban keempat menuju peradaban kelima. [250] Pada abad ini muncul beberapa ancaman global, ada yang terjadi akibat ulah manusia atau lebih parah daripada sebelumnya, dan ada yang baru diketahui secara luas, misalnya pengembangan [251][252] nuklir, perubahan iklim global, penebangan hutan, pembludakan jumlah penduduk, [253] keberadaan asteroid dan komet di dekat Bumi, dan penyusutan sumber daya [254] alam(khususnya bahan bakar fosil). Abad ke-21 Artikel utama: Abad ke-21 Abad ke-21 ditandai oleh globalisasi ekonomi dan perkembangan komunikasi seperti telepon genggam dan Internet. Kebutuhan dunia dan pengurasan sumber daya alam meningkat karena pertumbuhan populasi dan industrialisasi, terutama di India, Tiongkok, dan Brasil. Kebutuhan ini mengakibatkan peningkatan kerusakan lingkungan dan mengembangkan ancaman pemanasan [255] global. Maka dari itu ada imbauan untuk pengembangan bahan bakar alternatif atau sumber energi yang dapat diperbarui (terutama tenaga surya dan tenaga angin), ajuan untuk teknologi bahan bakar fosil yang lebih bersih, dan pertimbangan untuk perluasan pemakaian tenaga nuklir (beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir justru mengalami bencana). [256][257][258] Etimologi Kata sejarah secara harfiah berasal dari kata Arab (‫ﺷﺟرة‬, šajaratun) yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh (‫)ﺗﺎرﯾﺦ‬. Adapun kata tarikh dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah waktu atau penanggalan. Kata Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia yang berarti ilmu atau orang pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi history, yang berarti masa lalu manusia. Kata lain yang mendekati acuan tersebut adalah Geschichte yang berarti sudah terjadi. Dalam istilah bahasa-bahasa Eropa, asal-muasal istilah sejarah yang dipakai dalam literatur bahasa Indonesia itu terdapat beberapa variasi, meskipun begitu, banyak yang mengakui bahwa istilah sejarah berasal-muasal,dalam bahasa Yunani historia. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan history, bahasa Prancis historie, bahasa Italia storia, bahasa Jerman geschichte, yang berarti yang terjadi, dan bahasa Belanda dikenal gescheiedenis. Istilah ini masuk dalam bahasa Inggris pada tahun 1390 dengan makna "hubungan kejadian, cerita". Pada Bahasa Inggris Pertengahan, artinya adalah "cerita" secara umum. Pembatasan terhadap arti "catatan peristiwa masa lalu" muncul pada akhir abad ke-15. Saat itu masih dalam arti Yunani yang pada saat itu juga Francis Bacon menggunakan istilah tersebut pada akhir abad ke-16, ketika ia menulis tentang "Sejarah Alam". baginya, historia adalah "pengetahuan tentang objek yang ditentukan oleh ruang dan waktu", sehingga jenis pengetahuan disediakan oleh Ingatan (sementara Ilmu disediakan oleh akal, dan puisi disediakan oleh fantasi). Menilik pada makna secara kebahasaan dari berbagai bahasa di atas dapat ditegaskan bahwa pengertian sejarah menyangkut dengan waktu dan peristiwa. Oleh karena itu masalah waktu penting dalam memahami satu peristiwa, maka para sejarawan cenderung mengatasi masalah ini dengan membuat periodisasi. Dalam sebuah ekspresi linguistik sintetik vs. analitik / isolasi dikotomi, (史 vs. 诌) sekarang menunjuk kata yang berbeda untuk sejarah manusia atau bercerita secara umum. Di Jerman, Prancis, dan sebagian bahasa Jermanik dan Romantis, kata yang sama masih digunakan untuk pemakaian kata "sejarah" dan "cerita". kata sifat historical dibuktikan dari tahun 1661, dan historic dari tahun 1669. [15] Historian dalam pengertian sebuah "Peneliti sejarah" dibuktikan dari tahun 1531. dalam semua bahasa Eropa, "sejarah" masih digunakan untuk pemakaian kata "apa yang terjadi dengan laki-laki", dan "studi ilmiah yang terjadi", arti yang terakhir kadang-kadang dibedakan dengan [16] huruf kapital, "Sejarah", atau kata historiografi. Pengertian sejarah menurut para ahli J.V. Bryce Sejarah adalah catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat oleh manusia. W.H. Walsh Sejarah itu menitikberatkan pada pencatatan yang berarti dan penting saja bagi manusia. Catatan itu meliputi tindakan-tindakan dan pengalaman-pengalaman manusia pada masa lampau pada hal-hal yang penting sehingga merupakan cerita yang berarti. Patrick Gardiner Sejarah adalah ilmu yang mempelajari apa yang telah diperbuat oleh manusia. [17] Roeslan Abdulgani Ilmu sejarah adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan pada masa lampau beserta kejadian-kejadian dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh hasil penelitiannya tersebut, untuk selanjutnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah proses masa depan. [18] Moh. Yamin Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan. Ibnu Khaldun (1332–1406) Sejarah didefinisikan sebagai catatan tentang masyarakat umum manusia atau peradaban manusia yang terjadi pada watak/sifat masyarakat itu. [19] R. Moh. Ali Moh. Ali dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, mempertegas pengertian sejarah sebagai berikut: [20] 1. Jumlah perubahan-perubahan, kejadian atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita. 2. Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian, atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita. 3. Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian, dan atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita. Klasifikasi Karena lingkup sejarah sangat besar, perlu klasifikasi yang baik untuk memudahkan penelitian. Bila beberapa penulis seperti H.G. Wells, Will Durant, dan Ariel Durant menulis sejarah dalam lingkup umum, kebanyakan sejarawan memiliki keahlian dan spesialisasi masing-masing. Ada banyak cara untuk memilah informasi dalam sejarah, antara lain: ● ● ● ● ● Berdasarkan kurun waktu (kronologis). Berdasarkan wilayah (geografis). Berdasarkan negara (nasional). Berdasarkan kelompok suku bangsa (etnis). Berdasarkan topik atau pokok bahasan (topikal). Dalam pemilahan tersebut, harus diperhatikan bagaimana cara penulisannya seperti melihat batasan-batasan temporal dan spasial tema itu sendiri. Jika hal tersebut tidak dijelaskan, maka sejarawan mungkin akan terjebak ke dalam falsafah ilmu lain, misalnya sosiologi. Inilah sebabnya Immanuel Kant yang disebut-sebut sebagai Bapak Sosiologi mengejek sejarah sebagai "penata batu-bata" dari fakta-fakta sosiologis. Banyak orang yang mengkritik ilmu sejarah. Para pengkritik tersebut melihat sejarah sebagai sesuatu yang tidak ilmiah karena tidak memenuhi faktor-faktor keilmuan, terutama faktor "dapat dilihat atau dicoba kembali", artinya sejarah hanya dipandang sebagai pengetahuan belaka, bukan sebagai ilmu. Sebenarnya, pendapat ini kurang bisa diterima akal sehat karena sejarah mustahil dapat diulang walau bagaimanapun caranya karena sejarah hanya terjadi sekali untuk selama-lamanya. Walau mendapat tantangan sedemikian itu, ilmu sejarah terus berkembang dan menunjukkan kesuksesannya dalam tataran ilmu. Catatan sejarah Ahli sejarah mendapatkan informasi mengenai masa lampau dari berbagai sumber, seperti catatan yang ditulis atau dicetak, mata uang atau benda bersejarah lainnya, bangunan dan monumen, serta dari wawancara (yang sering disebut sebagai "sejarah penceritaan", atau oral history dalam bahasa Inggris). Untuk sejarah modern, sumber-sumber utama informasi sejarah adalah: foto, gambar bergerak (misalnya: film layar lebar), audio, dan rekaman video. Tidak semua sumber-sumber ini dapat digunakan untuk penelitian sejarah, karena tergantung pada periode yang hendak diteliti atau dipelajari. Penelitian sejarah juga bergantung pada historiografi, atau cara pandang sejarah, yang berbeda satu dengan yang lainnya. Ada banyak alasan mengapa orang menyimpan dan menjaga catatan sejarah, termasuk: alasan administratif (misalnya: keperluan sensus, catatan pajak, dan catatan perdagangan), alasan politis (guna memberi pujian atau kritik pada pemimpin negara, politikus, atau orang-orang penting), alasan keagamaan, kesenian, pencapaian olahraga (misalnya: rekor Olimpiade), catatan keturunan (genealogi), catatan pribadi (misalnya surat-menyurat), dan hiburan. Namun dalam penulisan sejarah, sumber-sumber tersebut perlu dipilah-pilah. Metode ini disebut dengan kritik sumber. Kritik sumber dibagi menjadi dua macam, yaitu ekstern dan intern. Kritik ekstern adalah kritik yang pertama kali harus dilakukan oleh sejarawan saat dia menulis karyanya, terutama jika sumber sejarah tersebut berupa benda. Yakni dengan melihat validasi bentuk fisik karya tersebut, mulai dari bentuk, warna dan apa saja yang dapat dilihat secara fisik. Sedang kritik intern adalah kritik yang dilihat dari isi sumber tersebut, apakah dapat dipertanggungjawabkan atau tidak. Wawancara juga dipakai sebagai sumber sejarah. Namun perlu pula sejarawan bertindak kritis baik dalam pemilihan narasumber sampai dengan translasi ke bentuk digital atau tulisan. Sejarah dan prasejarah Dulu, penelitian tentang sejarah terbatas pada penelitian atas catatan tertulis atau sejarah yang diceritakan. Akan tetapi, seiring dengan peningkatan jumlah akademik profesional serta pembentukan cabang ilmu pengetahuan yang baru sekitar abad ke-19 dan 20, terdapat pula informasi sejarah baru. Arkeologi, antropologi, dan cabang-cabang ilmu sosial lainnya terus memberikan informasi yang baru, serta menawarkan teori-teori baru tentang sejarah manusia. Banyak ahli sejarah yang bertanya: apakah cabang-cabang ilmu pengetahuan ini termasuk dalam ilmu sejarah, karena penelitian yang dilakukan tidak semata-mata atas catatan tertulis? Sebuah istilah baru, yaitu nirleka, dikemukakan. Istilah "prasejarah" digunakan untuk mengelompokan cabang ilmu pengetahuan yang meneliti periode sebelum ditemukannya catatan sejarah tertulis. Pada abad ke-20, pemisahan antara sejarah dan prasejarah mempersulit penelitian. Ahli sejarah waktu itu mencoba meneliti lebih dari sekadar narasi sejarah politik yang biasa mereka gunakan. Mereka mencoba meneliti menggunakan pendekatan baru, seperti pendekatan sejarah ekonomi, sosial, dan budaya. Semuanya membutuhkan bermacam-macam sumber. Di samping itu, ahli prasejarah seperti [Vere Gordon Childe] menggunakan arkeologi untuk menjelaskan banyak kejadian-kejadian penting di tempat-tempat yang biasanya termasuk dalam lingkup sejarah (dan bukan prasejarah murni). Pemisahan seperti ini juga dikritik karena mengesampingkan beberapa peradaban, seperti yang ditemukan di Afrika Sub-Sahara dan di Amerika sebelum kedatangan Columbus. Akhirnya, secara perlahan-lahan selama beberapa dekade belakangan ini, pemisahan antara sejarah dan prasejarah sebagian besar telah dihilangkan. Sekarang, tidak ada yang tahu pasti kapan sejarah dimulai. Secara umum sejarah diketahui sebagai ilmu yang mempelajari apa saja yang diketahui tentang masa lalu umat manusia (walau sudah hampir tidak ada pemisahan antara sejarah dan prasejarah, ada bidang ilmu pengetahuan baru yang dikenal dengan Sejarah Besar). Kini sumber-sumber apa saja yang dapat digunakan untuk mengetahui tentang sesuatu yang terjadi pada masa lampau (misalnya: sejarah penceritaan, linguistik, genetika, dan lain-lain), diterima sebagai sumber yang sah oleh kebanyakan ahli sejarah. Historiografi Artikel utama: Historiografi Historiografi adalah ilmu yang meneliti dan mengurai informasi sejarah berdasarkan sistem kepercayaan dan filsafat. Walau tentunya terdapat beberapa bias (pendapat subjektif) yang hakiki dalam semua penelitian yang bersifat historis (salah satu yang paling besar di antaranya adalah subjektivitas nasional), sejarah dapat dipelajari dari sudut pandang ideologis, misalnya: historiografi Marxisme. Ada pula satu bentuk pengandaian sejarah (spekulasi mengenai sejarah) yang dikenal dengan sebutan "sejarah virtual" atau "sejarah kontra-faktual" (yaitu: cerita sejarah yang berlawanan—atau kontra—dengan fakta yang ada). Ada beberapa ahli sejarah yang menggunakan cara ini untuk mempelajari dan menjelajahi kemungkinan-kemungkinan yang ada apabila suatu kejadian tidak berlangsung atau malah sebaliknya berlangsung. Hal ini mirip dengan jenis cerita fiksi sejarah alternatif. Metode kajian sejarah[sunting | sunting sumber] Ahli-ahli sejarah terkemuka yang membantu mengembangkan metode kajian sejarah antara lain: Leopold von Ranke, Lewis Bernstein Namier, Geoffrey Rudolf Elton, G. M. Trevelyan, dan A. J. P. Taylor. Pada tahun 1960an, para ahli sejarah mulai meninggalkan narasi sejarah yang bersifat epik nasionalistik, dan memilih menggunakan narasi kronologis yang lebih realistik. Ahli sejarah dari Perancis memperkenalkan metode sejarah kuantitatif. Metode ini menggunakan sejumlah besar data dan informasi untuk menelusuri kehidupan orang-orang dalam sejarah. Ahli sejarah dari Amerika, terutama mereka yang terilhami zaman gerakan hak asasi dan sipil, berusaha untuk lebih mengikutsertakan kelompok-kelompok etnis, suku, ras, serta kelompok sosial dan ekonomi dalam kajian sejarahnya. Dalam beberapa tahun kebelakangan ini, ilmuwan postmodernisme dengan keras mempertanyakan keabsahan dan perlu tidaknya dilakukan kajian sejarah. Menurut mereka, sejarah semata-mata hanyalah interpretasi pribadi dan subjektif atas sumber-sumber sejarah yang ada. Dalam bukunya yang berjudul In Defense of History (terj: Pembelaan akan Sejarah), Richard J. Evans, seorang profesor bidang sejarah modern dari Universitas Cambridge di Inggris, membela pentingnya pengkajian sejarah untuk masyarakat. Teori sejarah Marxis Artikel utama: Teori sejarah Marx Teori marxis tentang materialisme sejarah menceritakan bahwa masyarakat pada dasarnya ditentukan oleh kondisi material pada waktu tertentu – dengan kata lain, hubungan yang dimiliki satu orang dan yang lain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya serta keluarganya seperti [21] Secara keseluruhan, Marx dan Engels Mengklaim telah makan, pakaian, tempat tinggal. mengidentifikasi lima tahap berturut-turut dari perkembangan kondisi material ini di Eropa [22] Historiografi Marxis dahulunya merupakan pandangan ortodoks di Uni Soviet, tapi Barat. sejak jatuhnya komunisme di sana pada 1991, Mikhail Krom mengatakan hal tersebut telah melemah ke batas kesarjanaan. [23] Sejarah semu Artikel utama: Sejarah semu Sejarah semu adalah istilah yang diterapkan pada tulisan-tulisan yang dianggap bersifat historis tetapi menyimpang dari konvensi historiografis standar sehingga melemahkan kesimpulannya. Sejarah semu terkait erat dengan revisionisme sejarah. Karya-karya yang menarik kesimpulan kontroversial dari bukti-bukti sejarah baru, spekulatif, atau yang diperdebatkan, terutama di bidang nasional, politik, militer, dan religius, sering kali ditolak dan dianggap sebagai sejarah semu. Pengajaran sejarah Kesarjanaan vs pengajaran Pertempuran intelektual besar terjadi di Britania pada awal abad ke-20 tentang posisi pengajaran sejarah di universitas. Di Oxford dan Cambridge, kesarjanaan sejarah diabaikan. Charles Harding Firth, Profesor Regius sejarah Oxford pada 1904 mencemooh sistem ini karena paling bagus hanya menghasilkan jurnalis dangkal. Pengajar Oxford, yang memiliki suara lebih banyak dibandingkan para profesor, mempertahankannya dengan menyatakan bahwa sistem ini berhasil menghasilkan negarawan, administrator, uskup, dan diplomat Britania terkemuka. Selain itu, misi mereka sama berharganya dengan melatih para cendekiawan. Para pengajar mendominasi perdebatan itu sampai setelah Perang Dunia II. Sistem ini memaksa calon cendekiawan muda untuk mengajar di sekolah-sekolah terpencil, seperti di Universitas Manchester, di mana Thomas Frederick Tout memprofesionalkan program sarjana sejarah dengan memperkenalkan kajian sumber asli dan keharusan untuk menulis tesis. [24][25] Di Amerika Serikat, kesarjanaan dikonsentrasikan di universitas-universitas utama penghasil PhD, sementara sejumlah besar perguruan tinggi dan universitas lainnya fokus pada pengajaran sarjana (strata satu). Pada abad ke-21, kecenderungan perguruan-perguruan tersebut semakin menuntut produktivitas ilmiah dari staf pengajar mudanya. Selain itu, universitas semakin bergantung pada asisten paruh waktu yang lebih murah untuk melakukan sebagian besar pengajaran di kelas. [26] Nasionalisme[sunting | sunting sumber] Sejak permulaan sistem sekolah nasional pada abad ke-19, pengajaran sejarah untuk mempromosikan sentimen nasional menjadi prioritas utama. Di Amerika Serikat setelah Perang Dunia Pertama, sebuah gerakan kuat muncul di tingkat universitas untuk mengajarkan mata kuliah tentang Peradaban Barat, untuk memberikan mahasiswa perasaan warisan bersama dengan Eropa. Setelah 1980, perhatian di AS semakin bergerak ke arah pengajaran sejarah dunia atau mengharuskan mahasiswa untuk mengambil mata kuliah tentang budaya non-Barat, untuk mempersiapkan mereka hidup dalam ekonomi global. [27] Di tingkat universitas, sejarawan memperdebatkan permasalahan mengenai apakah sejarah lebih merupakan ilmu sosial atau humaniora. Banyak yang memandang sejarah masuk ke keduanya. Di Indonesia, sebagian besar program ilmu sejarah dikelompokkan ke dalam fakultas humaniora. Pengajaran sejarah di sekolah-sekolah Perancis dipengaruhi oleh Nouvelle histoire, yang disebarluaskan setelah tahun 1960 oleh Cahiers pédagogiques and Enseignement dan jurnal-jurnal lain untuk para guru. Institut national de recherche et de documentation pédagogique (IN RDP), juga berpengaruh dalam pengajaran sejarah. Joseph Leif, Inspektur Jenderal pelatihan guru mengatakan murid anak-anak harus belajar mengenai pendekatan sejarawan serta mengenai fakta dan tanggal. Louis François, Dekan kelompok Sejarah/Geografi di Inspectorate of National Education menyarankan guru untuk menyediakan dokumen bersejarah dan mempromosikan "metode aktif" yang akan memberi siswa "kebahagiaan luar biasa atas penemuan". Para pendukungnya menyatakan itu adalah reaksi terhadap metode menghafal nama dan tanggal yang dikaitkan dengan pengajaran sejarah, sehingga membuat siswa bosan. Kelompok tradisionalis memprotes keras karena itu adalah inovasi postmodern yang dapat menjadikan siswa menjadi abai terhadap patriotisme Prancis dan identitas nasional. [28] Bias di pengajaran sekolah Di beberapa negara, buku pelajaran sejarah adalah alat untuk menumbuhkan nasionalisme dan patriotisme, serta memberi siswa pandangan resmi mengenai musuh nasional. [29] Di banyak negara, buku pelajaran sejarah disponsori oleh pemerintah nasional dan ditulis dengan memprioritaskan warisan nasional. Misalnya di Jepang, kutipan mengenai Pembantaian Nanking telah dihapus dari buku pelajaran, serta topik keseluruhan Perang Dunia Kedua hanya dibahas sepintas. Hal ini mendapat protes dari negara lainnya. [30] Hal ini juga menjadi kebijakan standar di negara komunis untuk hanya menyajikan historiografi Marxis yang kaku. [31][32] Di Amerika Serikat, sejarah Amerika Serikat Selatan, perbudakan, dan Perang Saudara Amerika adalah topik kontroversial. McGraw-Hill Education misalnya, dikritik karena buku pelajarannya menjelaskan orang Afrika yang dibawa ke perkebunan Amerika sebagai "pekerja", bukannya budak seperti yang sebenarnya. [33] Sejarawan akademis sering berperang melawan politisasi buku pelajaran, dan terkadang berhasil. [34][35] Di Jerman abad ke-21, kurikulum sejarah dikendalikan oleh masing-masing 16 negara bagian. Serta ditandai bukan oleh super patriotisme, melainkan oleh "nada yang hampir pasifistik dan sengaja tidak patriotik" dan mencerminkan "prinsip-prinsip yang dirumuskan oleh organisasi internasional seperti UNESCO dan Dewan Eropa, sehingga berorientasi pada hak asasi manusia, demokrasi dan perdamaian." Hasilnya, "buku pelajaran di Jerman biasanya menurunkan kebanggaan dan ambisi nasional, serta bertujuan untuk mengembangkan pemahaman kewarganegaraan yang berpusat pada demokrasi, progres, hak asasi manusia, perdamaian, toleransi, dan Keeropaan." [36] Bidang studi Kawasan ● ● ● ● ● ● ● Sejarah Afrika Sejarah Amerika ○ Sejarah Amerika Utara ○ Sejarah Amerika Tengah ○ Sejarah Karibia ○ Sejarah Amerika Selatan Sejarah Antartika Sejarah Australia Sejarah Selandia Baru Sejarah Kepulauan Pasifik Sejarah Eurasia ○ Sejarah Eropa ○ Sejarah Asia ■ Sejarah Asia Timur ■ Sejarah Timur Tengah ■ Sejarah India ■ Sejarah Asia Tenggara Ilmu bantu sejarah Berikut ini adalah ilmu-ilmu bantu sejarah. ● ● Ilmu antropologi Ilmu arkeologi ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● Ilmu biologi Ilmu demografi Ilmu etnografi Ilmu epigrafi Ilmu filologi Ilmu genealogi Ilmu geologi Ilmu ikonografi Ilmu keramologi Ilmu kronologi Ilmu linguistik Ilmu numismatik Ilmu paleoantropologi Ilmu paleografi Ilmu paleontologi Ilmu sosiobiologi Ilmu sosiologi Ilmu statistika