RAUDHAH PROUD TO BE PROFESIONAL Journal Tarbiyah Islamiyah
Volume 6 Edisi 1 Juni 2021
P ISSN : 2541 - 3686
E ISSN : 2746 - 2447
AKSIOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
Ilham Akbar
Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
E-mail: akbarilham377@gmail.com
Mahmud Arif
Dosen Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
E-mail: drmahmud.arif@uin-suka.ac.id
Januariansyah Arfaizar
Mahasiswa Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia
E-mail: Januariansyah@uii.ac.id
Abstrak
Ajaran Islam merupakan suatu perangkat sistem nilai yang merupakan pedoman hidup secara
Islami sesuai dengan perintah dan tuntunan Allah SWT. Dengan hal ini pendidikan Islam tentunya
merupakan kegiatan yang mengarahkan perkembangan seseorang dengan sengaja dan sejalan
dengan nilai-nilai Islam. Hal ini tentu menarik bagi penulis untuk mengkaji mengenai Aksiologi
Pendidikan Islam. Metode Penelitian dalam pembahasan ini adalah penelitian kepustakaan (library
research). Hasil penelitian menujukkan bahwa aksiologi pendidikan Islam adalah hal-hal yang
berkaitan dengan tujuan, target, dan nilai-nilai yang ingin dicapai dalam pendidikan Islam. Nilai
berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi imanen dan subjektif, universal dan objektif, absolut dan
relatif. Nilai-nilai pendidikan Islam merupakan sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada pendidikan
Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk mencapai tujuan hidup manusia yaitu mengabdi
kepada Allah SWT. Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung di antaranya adalah nilai ibadah,
nilai ihsan, nilai masa depan, nilai kerahmatan, nilai amanah dan nilai dakwah.
Kata Kunci: Aksiologi, Nilai, Pendidikan Islam
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
13
Pendahuluan
Sebagaimana yang kita pahami bahwasannya Pendidikan Islam merupakan
kegiatan yang mengarahkan perkembangan seseorang dengan sengaja dan sejalan
dengan nilai-nilai Islam. Secara umum, dapat dipahami bahwasannya pendidikan
Islam merupakan upaya yang sistematis dalam membantu peserta didik menjadi
tumbuh dan berkembang serta dapat memaksimalkan potensi dan kemampuannya
sesuai dengan kaidah-kaidah moral yang terkandung di dalam Al-Quran, kemudian
juga sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan, dan keterampilan hidup (life
skill). Pendidikan juga sering dipahami sebagai suatu kegiatan yang bersifat
normatif serta berorientasi pada nilai-nilai tertentu. Berdasarkan penjelasan tersebut
dapat dipahami bahwasannya nilai Pendidikan Islam merupakan ciri-ciri atau sifat
yang khas Islami yang dimiliki oleh sistem pendidikan Islam.
Nilai-nilai pendidikan Islam juga bisa kita maknai sebagai suatu ciri khas yang
melekat pada suatu aturan-aturan serta cara pandang yang dianut dalam Islam.
Dalam hal ini, aksiologi sebagai cabang filsafat memberikan dan mengarahkan
kepada kajian yang berkaitan dengan nilai-nilai dalam pendidikan serta perbedaan
nilai atau moral yang ada di kalangan masyarakat. Setiap manfaat dan fungsi suatu
pengetahuan menjadi kajian aksiologis, sehingga aksiologi sebagai kajian filsafat
menjadi tolok ukur dalam memberikan kontribusi dan kebermanfaatan terkait
perbedaan tersebut, melalui proses-proses tertentu sehingga dihasilkan suatu ilmu
pengetahuan yang memiliki tujuan, maka itulah ilmu pengetahuan yang bernilai.
BAB II PEMBAHA
Metode Penelitian
Metode Penelitian dalam pembahasan ini adalah penelitian kepustakaan
(library research) dengan mengkaji buku-buku, dan naskah yang bersumber dari
khazanah kepustakaan yang relevan dengan permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini. Sumber data yang digunakan terbagi menjadi dua bentuk primer dan
sekunder. Data primer adalah buku dan jurnal yang dijadikan pegangan utama
berupa kajian mengenai kecerdassan spiritual. Sedangkan data sekunder adalah
buku buku yang masih dianggap relevan dengan kajian penelitian.
Pembahasan
1.
Pengertian Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat yang mengkaji tentang suatu asas
tujuan pemanfaatan pengetahuan atau bisa dikatakan sebagai suatu cabang
filsafat yang menyelidiki dan membahas berkaitan dengan hakikat nilai, yang
ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan (Kattsoff, 2004: 319). Setiap manfaat
14
atau fungsi pengetahuan menjadi bahan kajian aksiologis (Hakim dan Saebani,
2008: 24). Istilah aksiologi secara etimologis berasal dari Bahasa Yunani Kuno
yang terdiri dari kata aksios dan logos. Aksios yang memili arti nilai dan kata logos
yang berarti ilmu. Maka dapat disimpulkan bahwasannya aksiologi merupakan
suatu cabang filsafat yang mempelajari nilai (Sadulloh, 2008: 24). Menurut
Suriasumantri aksiologi merupkan teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan
dari suatu pengetahuan yang diperoleh. Dalam kamus Bahasa Indonesia
aksiologi merupakan kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, dan
juga memiliki makna sebagai suatu kajian tentang nilai-nilai khususnya etika
(Sumantri, 2005: 105).
2.
Nilai-nilai Pendidikan Islam
Sebagaimana yang kita ketahui bahwasannya ajaran Islam merupakan suatu
perangkat sistem nilai yang merupakan pedoman hidup secara Islami sesuai
dengan perintah dan
tuntunan Allah SWT. Aksiologi Pendidikan Islam
adalah hal-hal yang berkaitan dengan tujuan, target, dan nilai-nilai yang ingin
dicapai dalam pendidikan Islam. Adapun mengenai tujuan pendidikan Islam
sebagaimana yang dikemukan oleh Abuddin Nata bahwasannya tujuan
pendidikan Islam yaitu untuk mewujudkan manusia yang saleh, taat beribadah
dan rajin beramal untuk tujuan akhirat (Nata, 2008: 2).
a.
Pengertian nilai
Menurut Milton Rokeach dan James Bank nilai adalah suatu jenis
kepercayaan yang terdapat di dalam suatu ruang lingkup sistem
kepercayaan dimana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan,
ataupun mengenai sesuatu hal yang pantas maupun tidak pantas untuk
dilakukan. Menurut Sidi Gazalba nilai merupakan sesuatu hal yang bersifat
abstrak dan benda konkrit, bersifat ideal dan bukan fakta, selain itu nilai
tidak hanya mengenai persoalan benar dan salah menurut pembuktian
empirik, melainkan berkaitan dengan penghayatan yang dikehendaki dan
tidak dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi (Thoha, 1996: 60-61).
Meskipun terdapat perbedaan pemahaman mengenai nilai, akan tetapi
nilai berdasarkan sifatnya bisa dibedakan sebagai berikut, yakni, imanen
dan subjektif, universal dan objektif, absolut dan relatif. Pertama, imanen
dan subjektif. Apabila nilai dipandang sebagai sesuatu yang memiliki
prereferensi pribadi. Sesuatu itu dikatakan bernilai atau baik karena dinilai
oleh seseorang. Sebagai contoh, pendidikan berharga sebagai hasil penilaian
manusia, atau karena manusia menilainya berharga? Dari sini dapat
15
disimpulkan bahwasannya nilai itu imanen dan subjektif jika eksistensinya,
maknanya, dan
validitasnya
tergantung pada
reaksi subyek yang
memberikan penilaian, tanpa adanya pertimbangan apakah ini bersifat fisik
ataupun psikis. Kedua, universal dan objektif. Dikatakan objektif suatu nilai
apabila nilai tersebut memiliki kebenaran yang berkualitas. Akan tetapi,
karakteristik nilai universal dan objektif dapat juga disimpulkan tanpa
memperhatikan pemilahan dan penilaian manusia berdasarkan fakta dan
situasi nyata, sebab nilai tersebut merupakan realitas alam yang berlaku
umum. Dalam dunia pendidikan, pendidikan dan mendidik merupakan dua
hal yang yang urgent, yang memiliki nilai objektif karena tanpa dinilai oleh
manusia pun, pendidikan dan mendidik secara inheren adalah baik, dan
siapapun akan mengakui dan menyatakan bahwa pendidikan adalah
berharga. Namun, yang perlu diketahui yakni, bahwa nilai itu bersifat
objektif jika tidak tergantung pada subyek atau kesadaran yang menilainya.
Ketiga, absolut. Suatu nilai dikatakan absolut atau abadi, apabila nilai yang
berlaku sekarang dan saat ini sudah berlaku sejak masa dahulu, dan nilai itu
berlaku serta diakui sepanjang masa, nilai tersebut berlaku bagi siapa pun
tanpa memandang ras maupun kelas sosial. Misalnya, Allah maha
pengampun, merupakan nilai absolut yang dimiliki-Nya, dan yang diyakini
oleh umat beragama pada umumnya. Keempat, relatif. Perlu diketahui,
bahhwasannya semua nilai relatif, hal ini dikarenakan sesuai dengan
keinginan dan harapan manusia. Sebagai contoh, Allah itu maha
pengampun, hal ini berlaku bagi setiap insan beragama, tapi belum tentu
bagi seorang ilmuan, atau bahkan akan disangkal dan dipandang sebagai
kebodohan oleh seorang atheistik. Di hadapan para penganut relativisme,
sebagaimana halnya harapan yang selalu berubah, maka nilai-nilai pun
mengungkapan perubahan-perubahan tersebut( (Saho, 2007: 5-8).
b. Macam-macam nilai pendidikan Islam
Pada hakikatnya nilai-nilai Islam itu merupakan kumpulan dari prinsipprinsip hidup, kemudian mengenai ajaran-ajaran tentang bagaimana
manusia seharusnya menjalankan kehidupannya di dunia ini, yaitu dimana
antara satu prinsip dengan prinsip lainnya saling berkaitan membentuk satu
kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan. Hal yang terpenting
dengan wujud nilai-nilai Islam ini harus dapat ditransformasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut Muhaimin dan Abdul Mujib (1993: 111) pada dasarnya macammacam nilai itu sangatlah kompleks dan sangat banyak, karena pada
16
dasarnya nilai itu dapat dilihat dari berbagai kaca mata dan sudut pandang.
Jika dilihat dari sumbernya, nilai dapat dikelompokkan menjadi dua macam,
diantaranya:
1) Nilai Ilahiyah, yaitu nilai yang lahir dari keyakinan, yaitu berupa
petunjuk dari supernatural atau Tuhan (Isna, 2001: 98). Nilai Ilahiyyah
dibagi atas tiga hal, yaitu nilai keimanan (Tauhid/Akidah), nilai ubudiyah
dan nilai mu’amalah. Nilai Ilahiyah mempunyai 2 jalur, yaitu: pertama,
nilai yang bersumber dari sifat-sifat Allah sebanyak 99 yang tertuang di
dalam Asmaul Husna yakni nama-nama yang indah. Perlu diketahui
bahwasannya nama-nama tersebut pada hakikatnya telah menyatu pada
potensi dasar manusia yang selanjutnya disebut dengan fitrah. Kedua,
nilai-nilai yang bersumber dari hukum-hukum Allah, baik berupa nilainilai Quraniyah maupun nilai-nilai kauniyah (Nasir, 2010: 58).
2) Nilai Insaniyah atau produk budaya yaitu nilai yang lahir dari
kebudayaan masyarakat, baik secara individu maupun kelompok (Isna,
2001: 99), yang kemudian nilai ini terbagi menjadi tiga macam yaitu nilai
etika, nilai sosial dan nilai estetika.
Dalam analisis teori, nilai dibedakan menjadi dua jenis nilai pendidikan
yaitu nilai instrumental yaitu nilai yang dianggap baik karena bernilai untuk
sesuatu yang lain dan nilai instrinsik yaitu nilai yang dianggap baik, tidak
untuk sesuatu yang lain melainkan di dalam dan dirinya sendiri (Nor Syam,
1986: 137). Islam memandang bahwasannya ada nilai mutlak dan nilai
intrinsik yang berfungsi sebagai pusat semua nilai. Nilai ini adalah tauhid
yaitu uluhiyah dan rububiyah yang merupakan tujuan semua kegiatan dan
aktivitas hidup seorang muslim. Semua nilai-nilai lain yang merupakan
amal shaleh
dalam
perspektif
Islam
termasuk
di
dalamnya
nilai
instrumental yang berfungsi sebagai alat untuk meraih nilai tauhid. Dalam
praktek kehidupan sehari-hari nilai-nilai instrumental itulah yang banyak
dihadapi dan dirasakan oleh setiap individu manusia (Achmadi, 2005: 121122).
Dalam pendidikan Islam ada beberapa macam ajaran yang dianjurkan
kepada umat Islam untuk dilakukan seperti shalat, puasa, zakat,
silaturrahmi, dan sebagainya. Melalui pendidian Islam inilah diupayakan
dapat terginternalisasikan nilai-nilai ajaran Islam yang menghasilkan
outputnya yang dapat mengembangkan kepribadian muslim yang memiliki
integritas kepribadian tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
17
nilai-nilai pendidikan Islam merupakan sifat-sifat atau hal-hal yang melekat
pada pendidikan Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk
mencapai tujuan hidup manusia yaitu mengabdi kepada Allah SWT. Nilainilai yang kita pahami dalam pendidikan sejatinya merupakan hasil deduksi
dari sumber pendidikan yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah yang dapat
dikembangkan untuk penerapan ilmu pendidikan (Hasanah, 2017: 87-90),
sebagai berikut:
1) Nilai Ibadah. Nilai Ibadah bagi pemangku ilmu pendidikan dan
penerapan dalam kehidupannya merupakan suatu ibadah. Sesuai
dengan firman Allah QS. Al-Dzariyat ayat 56.
ُ اِ ع نِ لّ يو ع
َ َ ي ْع د
يو يَ ا ي
َِ ِ ن لّ ِ ن َ ي ْ ع ُ د ُ دو ن
اإن ْ ع ي
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.”
2) Nilai Ikhsan. Ilmu pendidikan mestinya dikembangkan dalam rangka
untuk media dalam berbuat kebaikan kepada semua pihak setiap. Hal
ini dikarenakan dan mesti kita ketahui pada hakikatnya bahwa Allah
telah berbuat baik kepada manusia dengan beragam kenikmatan dariNya, dan dilarang untuk berbuat kerusakan dalam segala bentuk
apapun. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. al-Qashash
ayat 77:
َ لل د اِ ُ لا يَ ع
َ نَ يّ اِ ُ د ْ ع َ ي ا يو َ ي عْ ن
يِ َ ُ ي ي
يو ا ْ ع َ يِ ن ِ ن َ يَ ا آ َ يا ي
َ عّ َ ي يَ ا َ ي عْ َ ي يّ لل د
َ ْ ن
اْ نَ يَ َ ي يو يّ َ ي ْ ع ي
َ يو يّ َ يُ عِ ن اِ ع ْ ي َ ي ا َ ي ِ ن ي ع
َّ نُ ي ي
ّ اِ ع دَ ْ ع ن
ِ ِ ن لِ لل ي يّ ي ندِ د
ِ ن ِ ي َع ي
اأ ي عَ ن
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
3) Nilai Masa Depan. Ilmu pendidikan hendaknya ditujukan dalam rangka
untuk menyiapkan masa depan yang lebih baik, karena mendidik
berarti menyiapkan generasi yang akan hidup dan menghadapi
tantangan masa depan yang berbeda dengan masa sebelumnya.
Sebagaiman dalam QS. al-Hasyr ayat 18:
َ يَ ا َ ي ُ ل يَ ع
ي ي ا َ يي د َي ا اِ ل نِ ي يّ آ يَ ْ د وا ا َ لْ د وا لل ي يو ِ ع َ ي ْ ع ُ د عَ ْ ي ْ ع س
ُ ِ ن َ ي دُ يو ا َ لْ د وا لل ي ِ ن لِ لل ي
ي
َِ ُ ن َ سَ ْ ن يَ ا َ ي ْ ع يَ َ د و ي
18
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
4) Nilai Kerahmatan. Ilmu pendidikan sudah semestinya ditujukan untuk
kemaslahatan dan kepentingan seluruh alam semesta dan umat manusia.
Hal ini sesuai dengan firman Allah QS. al-Anbiya’ ayat 107:
َّ ِ ن لّ يَ عْ يَ ً ة ِ ن َ ع ْ ي ا ِ ي نَ َ ي
يو يَ ا َ ي عَ َ ي َ ع ْ يا ي
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.”
5) Nilai Amanah. Ilmu pendidikan merupakan amanah dari Allah bagi
pemangkunya,
sehingga
pengembangan
dan
implementasinya
dilakukan dengan niat, cara dan tujuan yang dikehendaki dan sesuai
dengan tuntunan Allah SWT. Sebagaimana dalam QS. al-Ahzab ayat 72:
ِ يو ع
ْ ْ يا ع
ِ يو اِ ع نِ ُ ي ا نِ ِ ي َ يْ ي َ ع يّ َ ي عِ ي ي عِ نَ َ ع ْ ي َي ا
ِ ن ْ ل ا َ ي يَ ع
او ا ن
اأ ي عَ ن
اأ ي يَ ا ْ ي ً ي َ ي َ ي ى اِ َ ل يَ ي
ْ يَ َ ي َي ا ع
َ َد ة
ّو
اإن ْ ع َ ي ا دِ ِ ن ْ ل ُ د َ يا يِ َ ي َ د و ةَ ا ي
يو َ ي ْع ْ ي ْ ع يّ نَ ْ ع َي ا يو ي
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,”
6) Nilai
Dakwah.
Dalam
pengembangan
dan penerapannya,
ilmu
pendidikan merupakan suatu wujud suatu dakwah dalam rangkaian
penyampaian suatu kebenaran. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT
dalam QS. Fushshilat ayat 33- 34:
ِّ ا يو َ ي ا يِ ِ ن ْ ل ْ ن ي نَ يّ اِ ع دَ َع َ ن نَ َ ي
يو يَ عّ َ ي عْ َ ي دّ َ ي عو ةّ نَ لَ عّ َ ي َ ي ا ِ ن ِ ي ى لل ن يو َ ي نَ يَ َي ا ِ ن ة
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang menyerah diri?"
Perlu diketahui bahwasannya keguanan pendidikan dapat dikaji
melalui dimensi mikro dan makro. Dalam dimensi mikro, pendidikan
sendiri berfungsi memelihara dan mengembangkan fitrah atau potensi insani
yang ada pada diri perserta didik dengan seoptimal mungkin berdasarkan
dan sesuai dengan norma agama. Dalam dimensi makro, pendidikan
dijadikan sebagai wadah atau sarana pewaris budaya dan identitas suatu
19
komunitas yang di dalamnya manusia melakukan berbagai bentuk interaksi
dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya (Nizar, 2021:
121-122). Hal lain yang berkaitan dengan keberadaan manusia di muka
bumi ini yang bertugas sebagai khalifah, pendidikan memiliki fungsi untuk
mengembangkan aspek jasmani manusia yaitu menumbuhkan keterampilan
fisik peserta didik.
c.
Tujuan Pendidikan Islam
Majid Irsan al-Kailani, seperti yang diutarakan oleh Maksum Mukhtar
menunjuk tujuan pendidikan Islam yang telah diungkapkan oleh Al-Quran
dengan terang, melalui sebuah ayat yang ternyata diulang secara hampir
serupa sebanya empat kali, diantaranya:
1) Al-Quran surat al-Baqarah Ayat 129
يَ ْ ل ْ يا يو ا ْ ع ْ ي ع
ْ ِ ن َ نَ عْ يَ َ د ة
َْ يو اِ ع نِ ْع يَ ً ي يو ي د يَ َ نّ َ نَ ع
وّ نَ ْ ع َد عْ ي ي َ ع َ د و َ ي َ ي َ ع نَ عْ آ ي ي ا َ ن ي
َ يو ي د ْ ي َ ّن دَ َد ْ د اِ ع نْ َ يا ي
َ َ يْع ي
ِنْل ي
ُ اِ ع ْ ي نَ ي دَ اِ ع ي
ِ نْ َ ْ د
2) Al-Quran surat al-Baqarah Ayat 151
َ ي يَ ا َ ي عَ َ ي َ ع ْ يا ِ ن َ ْ د عْ يَ َ د ة
َ يو اِ ع نِ ْع يَ ً ي
وّ نَ ْ ع ْ د عْ ي ي َ ع َ د و َ ي َ ي َ ع ْ د عْ آ ي ي ا َ ن ْ يا يو ي د يَ َ نّ َ ْ د عْ يو ي د ْ ي َ ّن دَ ْ د ْ د اِ ع نْ َ يا ي
ِيو ي د ْ ي َ ّن دَ ْ د عْ يَ ا ِ ي عْ َ ي ْ د و ْ د وا َ ي ْ ع َ ي دَ و ي
3) Al-Quran surat ali Imran Ayat 164
ْ ِ ن َ نَ عْ يَ َ د ة
ِ ي ْ ي ُ ع يَ لّ لل د َ ي َ ي ى اِ ع دَ عْ نَ ْ ن َ يّ ِ ن ْ ع ْ ي ْ ي ي
َْ نَ عْ ي ي َ ع َ د و َ ي َ ي َ ع نَ عْ آ ي ي ا َ ن ُن يو ي د يَ َ نّ َ نَ ع
وّ نَ عّ َ ي ْ ع ْ د ن
َّ يو اِ ع نِ ْع يَ ً ي يو ِ ن عِ َ يا ْ د وا نَ عّ َ ي ُ ع دَ ِ ي ْ ن ي ْي يَ دِ دَ ُ ن َ د
يو ي د ْ ي َ ّن دَ َد ْ د اِ ع نْ َ يا ي
4) Al-Quran surat al-Jumu’ah Ayat 2
ْ ِني ع
اأ د َّن َ ّ ن َ يّ يَ َ د ة
ُ يدو اِ ل نِ ي ْ ي ْ ي ي
َ
وّ نَ ْ ع َد عْ ي ي َ ع َ د و َ ي َ ي َ ع نَ عْ آ ي ي ا َ ن ُن يو ي د يَ َ نّ َ نَ عْ يو ي د ْ ي َ ّن دَ َد ْ د اِ ع نْ َ يا ي
ّيو اِ ع نِ ْع يَ ً ي يو ِ ن عِ َ يا ْ د وا نَ عّ َ ي ُ ع دَ ِ ي ْ ن ي ْي يَ دِ دَ ُ ن َ د
Menurut Majid Irsan al-Kailani dari Ayat-ayat tesebut terdapat
empat tujuan pendidikan Islam yang merupkan empat penggalan
ayat-ayat di atas, yaitu: ي ي َ ع َ د و َ ي َ ي َ ع نَ عْ آ ي ي ا َ ن ُن
atau yang serupa untuk
menunjuk aspek akidah, ْ يو ي د يَ َ نّ َ نَ عatau yang serupa, meliputi aspek
pembersihan atau pelurusan tingkah laku, َ
يو ي د ْ ي َ ّن دَ َد ْ د اِ ع نْ َ يا يatau yang serupa,
meliputi aspek penyiapan tata fikir dan pemberian pengetahuan yang Islami,
dan يو اِ ع نِ ْع يَ ً يuntuk menunjuk pada aspek pemersiapan keterampilan kerja
(Mukhtar, 2021: 28-29).
Secara universal tujuan pendidikan yaitu bahwasannya pendidikan
harus
ditujukan
untuk
menciptakan
keseimbangan
pertumbuhan
kepribadian pribadi manusia secara menyeluruh, dengan cara melatih jiwa,
akal pikiran, perasaan, dan fisik manusia. Dengan demikian, pendidikan
20
juga harus mengupayakan tumbuh dan berkembangnya seluruh potensi
manusia, baik yang bersifat spiritual, intelektual, daya khayal, fisik, ilmu
pengetahuan, maupun bahasa, baik secara perorangan maupun kelompok,
serta mendorong tumbuhnya seluruh aspek tersebut dalam rangka
tercapainya tujuan kebaikan dan kesempurnaan. Adapun tujuan akhir
pendidikan yaitu terletak pada terlaksananya pengabdian yang penuh
kepada Allah, baik pada tingkat individu, kelompok maupun kemanusiaan
dalam arti yang seluas-luasnya (Nata, 2010: 62).
BAB III PENUTUP
Simpulan
1.
Kesimpulan
Aksiologi merupakan suatu cabang filsafat yang membahas dan mengkaji
mengenai asas tujuan pemanfaatan pengetahuan, atau merupakan cabang
filsafat yang menyelidiki hakikat nilai yang ditinjau dari sudut pandang
kefilsafatan. Adapun yang menjadi kajian aksiologis yaitu setiap manfaat atau
fungsi pengetahuan. Sebagaimana yang kita pahami bahwasannya nilai-nilai
yang terkandung dalam pendidikan sejatinya merupakan pengadopsian dari
nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an dan al-Hadits yang merupakan
sumber pengetahuan pendidikan.
Selain itu, nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung di antaranya
adalah nilai ibadah, nilai ihsan, nilai masa depan, nilai kerahmatan, nilai
amanah dan nilai dakwah. Selanjutnya dari hal ini,paling tidak ada empat
tujuan pendidikan Islam, yaitu: untuk menunjuk kepada aspek akidah,
meliputi aspek pembersihan atau pelurusan tingkah laku, meliputi aspek
penyiapan tata pikir dan pemberian pengetahuan yang Islami, serta untuk
menunjuk pada aspek untuk persiapan keterampilan kerja.
2.
Saran
Demikianlah tulisan ini yang dapat penulis paparkan. Semoga apa yang
telah penulis paparkan ini benar-benar dapat bermanfaat bagi penulis pribadi
maupun bagi para pembaca dengan harapan dapat memperluas pengetahuan
bagi kita semua. Dan penulis juga memohon kritik maupun saran dari para
pembaca agar dapat memperbaiki tulisan ini agar dapat lebih baik lagi dari
sebelumnya, kemudian apabila para pembaca masih kurang faham, pembaca
dapat membaca lebih dalam lagi dari berbagai referensi yang menerangkan
tentang “Aksiologi Pendidikan Islam”.
21
Daftar Pustaka
Achmadi. (2005). Ideologi Pendidikan Islam Paradikma Humanisme Teosentris.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hakim, Dkk. (2008). Filsafat Umum dari Metologi Sampai Teofilosofi. Bandung:
Pustaka Setia.
Hasanah, U. (2017). Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi Pendidikan. Tasyri’. Vol. 24.
No. 1.
Isna, M. (2001). Dirkursus Pendidikan Islam. Yogyakarta: Global Pustaka Utama.
Louis O. (2004). Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. terj. Soejono
Soemargo.
Nasir, M. (2010). Mencari Tipologi Format Pendidikan Islam: Pondok Pesantren di Tengah
Arus Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nata, A. (2008). Manajemen Pendidikan. Jakata: Kencana.
Nata, A. (2009). Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Nata, A. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Nizar, S. (2001). Dasar- dasar Pemikiran Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Sadulloh, U( 2007). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Saho, B.(2007). Perspektif
Aksiologi
Sebagai
Teori
Nilai.
Universitas
Katolik
Parahyangan: Fakultas Filsafat.
Sumantri, S. (2005). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan.
Syam, M. (1986). Pendidikan Filsafat dan Dasar Filsafat Pancasila. Surabaya: Usaha
Nasional.
Thoha, (1996). Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
22