Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2019
Kinerja Rotary dryer pada Proses Pembuatan Mocaf Berdasarkan Variasi Waktu dan Laju Pengeringan bertujuan untuk menghasilkan ubi kayu bermutu dengan kadar air 12 %, oleh karena itu perumusan masalah difokuskan pada laju pengeringan yang tepat sehingga dihasilkan produk ubi kayu bermutu baik dengan kandungan air sesuai dengan SNI yaitu 12 %. Dapat diketahui tanaman ubi kayu merupakan komoditas sector perkebunan yang cukup strategis di Indonesia, namun metode penjemuran ubi kayu masih menggunakan sinar matahari karena memiliki biaya yang sangat murah sebab energi dari sinar matahari yang cukup tersedia. Metode penjemuran ini memiliki beberapa kekurangan, seperti tercemarnya bahan oleh kotoran-kotoran dari lingkungan sekitar, sangat tergantung pada cuaca, waktu proses pengeringan yang cukup lama, lahan tempat jemur yang luas serta terjadinya kehujanan yang mengakibatkan kadar air bahan menjadi tidak stabil. Dalam proses pengeringan ubi kayu dengan menggunakan rotary dryer terlebih dahu...
Teknoin
Indonesia receives solar energy with an average daily energy radiation per unit area per unit time of approximately 4.8 kilowatts / m2. Solar energy is one of the abundant, pollution-free, renewable energy sources and can be explored optimally. In the use of solar energy, it is necessary to develop a technology that is able to convert solar energy into the desired energy, namely electricity. The supply of electrical energy during the day can still be controlled by the solar cell, while at night it is controlled by a battery of 3600 mAH. This technology is known as solar cell or in the international world better known as solar cell or photovoltaic. Solar cell is a tool to convert solar energy into electrical energy. Photovoltaic is a technology that functions to convert or convert solar radiation into electrical energy directly. Single chip AT89S51 was used as a controller in the drying process electronically. It was an easier way to dry the clothes without having to wait for good weather. SHT sensors was used to detect room temperature and humidity in the dryer, push button switches were used as switches to determine the limits of temperature and humidity. Rotary dryer is a dryer which is shaped as a drum and rotates continuously which is heated by a heater. A rotary dryer consists of a rotating cylinder and is used to reduce or minimize moisture in the contents of the material and its handling is direct contact with the heat in the drying chamber. The design of the rotary dryer system for the drying process of tea leaves requires a setting temperature of 90 o C with a drying time of 15-25 minutes. The energy needed to supply power in the rotary dryer is 1000 WH.
Cuaca Suhu Udara Suhu Air Tekanan Udara Cerah 30 0 C 27 0 C 755 mmHg Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2016 i INTISARI Tujuan dari percobaan Rotary Dryer ini adalah Mendapatkan hasil pengeringan 10 ton sekam hasil pertanian dari yang awalnya memiliki kandungan air sebesar 22% menjadi 14%, menentukan efisiensi rotary dryer dalam mengurangi kandungan air pada sekam hasil pertanian, dan menghitung biaya operasi pengeringan (biaya power dan bahan bakar /kg produk). Variabel yang digunakan dalam percobaan ini adalah jumlah recycle yang dilakukan untuk memperoleh produk sekam kering yaitu sebanyak 1 kali recycle dan rate feed yang masuk yaitu 0,5 kg/menit. Prosedur percobaan Rotary Dryer dibagi menjadi 3 tahap. Pertama prosedur persiapan Rotary Dryer: mengambil sampel feed untuk dimasukkan ke dalam cawan porselin dan menimbangnya, lalu memasukkan ke dalam oven dan menimbangnya kembali hingga massa konstan. Menyalakan blower dan rotary dryer. Membuka katup blower hingga maksimal, lalu nyalakan furnace. Memeriksa keadaan api dalam furnace ketika katup blower dibuka maksimal. Jika api padam, maka bukaan katup blower harus dikecilkan. Setelah tercapai kondisi steady state yaitu pada saat T g1 dan T g2 konstan, kemudian mengamati dan mencatat seluruh kondisi suhu dalam rotary dryer (T d1 , T d2 , T w1 , T w2 , T g1 , T g2 ) dan kecepatan udara keluar dengan anemometer. Kedua adalah prosedur Rotary dryer berisi feed: Memasukkan feed dengan rate feed 0,5 kg dan dengan selang waktu 1 menit, dimana feed terlebih dahulu diukur suhunya. Kemudian mencatat waktu tinggal sekam di dalam Rotary Dryer yaitu sekam yang pertama masuk dan sekam yang pertama keluar. Ketiga adalah prosedur mengoven sampel sekam : Mengambil sampel sekam dan taruh di cawan porselin. Menimbang sampel sekam. Memasukan sampel dalam oven selama 24 jam. Mengeluarkan sampel sekam dari oven dan menimbang sampel sekam. Dari hasil perhitungan dan percobaan untuk efisiensi rotary dryer dalam mengurangi kandungan air pada sekam hasil pertanian adalah 1% dengan efesiensi termal 54%, serta dibutuhkan biaya Rp 3.342,75 per 1 Kg produk. BAB I PENDAHULUAN I-1 Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS BAB I PENDAHULUAN I.1. Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan Rotary Dryer adalah sebagai berikut : 1. Mendapatkan hasil pengeringan 10 ton sekam hasil pertanian dari yang awalnya memiliki kandungan air sebesar 22% menjadi 14%. 2. Menentukan efisiensi rotary dryer dalam mengurangi kandungan air pada sekam hasil pertanian. 3. Menghitung biaya operasi pengeringan (biaya power dan bahan bakar /kg produk). I.2. Dasar teori Secara umum, proses drying suatu bahan padat dapat diartikan sebagai pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair lain dari bahan padat, untuk mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam bahan padat tersebut sampai suatu nilai rendah yang dapat diterima. Kandungan zat cair dalam suatu bahan padat bervariasi pada tiap produk. Produk yang tidak mengandung zat cair sama sekali disebut bone-dry. Tetapi pada umumnya, produk masih mengandung sedikit zat cair. Zat padat yang akan dikeringkan biasanya terdapat dalam berbagai bentuk diantaranya flake, granule, crystal, powder, slab atau continuos sheet, dengan sifat yang berbeda satu sama lain. Zat cair yang akan diuapkan itu mungkin terdapat pada permukaan zat padat (misalnya drying kristal garam), bisa seluruhnya terdapat di dalam zat padat (pada pemisahan zat pelarut dari lembaran polimer), atau bisa juga sebagian di luar dan sebagian di dalam zat padat. Setiap bahan yang dikeringkan mempunyai moisture content yang berbeda-beda. Namun pada umumnya, zat padat masih mengandung sedikit zat cair. Pengeringan adalah suatu istilah yang relatif dan hanya mengandung arti bahwa terdapat pengurangan kadar zat cair dari suatu nilai awal menjadi suatu nilai akhir yang dapat diterima. (McCabe, 1985) Mekanisme Pengeringan BAB I PENDAHULUAN I-2 Laboratorium Teknik Kimia FTI-ITS Ketika benda basah dikeringkan secara termal, ada dua proses yang berlangsung secara simultan, yaitu : 1. Perpindahan energi dari lingkungan untuk menguapkan air yang terdapat di permukaan benda padat Perpindahan energi dari lingkungan ini dapat berlangsung secara konduksi, konveksi , radiasi, atau kombinasi dari ketiganya. Proses ini dipengaruhi oleh temperatur, kelembapan, laju dan arah aliran udara, bentuk fisik padatan, luas permukaan kontak dengan udara dan tekanan. Proses ini merupakan proses penting selama tahap awal pengeringan ketika air tidak terikat dihilangkan. Penguapan yang terjadi pada permukaan padatan dikendalikan oleh peristiwa difusi uap dari permukaan padatan ke lingkungan melalui lapisan film tipis udara.
Semiorganic phophate fertilizer is one of the alternatives of ferlilizer supplying elements of N, P and K needed plant . This product was expected to be able to substitute the phosphate fertilizer supplied in chemical fertilizer form. Manufacturing of semi organic phophate fertilizer consist of (1) composting of mixed organic materials and livestock manure, (2) grinding of compost, (3) grinding of phosphate rocks, (4) blending and prilling of grinded compost, phosphate rocks and water and (5) Drying of prilled fertilizer. As far as now the drying of semi organic phophate fertilizer was carried out by drying under the sunshine. This proces was difficult to be done on rainy season , so it was needed an equipment to dry semi organic phophate fertilizer, i.e, a Rotary Dryer. The purpose of the program was to design a Rotary Dryer for drying of semi organic phophate fertilizer to maintain or even increase the capacity of production . Main components of Rotary Dryer were Shell, Fuel Burner, Gear of Shell mover, and Motor for driving Shell. Shell rotated at 4-8 rpm when It was being operated. This Shell was equipped with baffles for improving the contact between hot gas and prilled fertilizer. Motor for driving Shell was a single phase electric motor 1 HP equipped with reducer , chain and transmision gear. The Rotary Dryer was operable easily and safely. Drying using Rotary Dryer yield product of fertilizer with moisture content 12.9 % and drying under sunshine for 2-3 days drying was 13.1 % moisture content. Product with more homogeneous of moisture was also obtained by drying using Rotary Dryer.The capacity of drying using this Rotary Dryer was 250-300 kg/h and depends the desired moisture content and fuel burning rate. Fuel (kerosene) comsumption was 2-3 liter/h.
KINETIKA, 2018
Drying is one of the important processes in food handling. This is because the drying process can extend the shelf life of food products so that it can be consumed longer. The purpose of this study was to design a biomass-fueled rotary type dryer and to analyze the effect of the flow rate on the melting and thermal efficiency of the dryer to determine the optimum condition of the dryer. One of the drying equipment that can be used is a rotary type dryer. The heat source of the dryer may come from a burning heat source. The use of biomass fuel here is to reduce as well as replace the use of fossil fuels considering its existence is increasingly thinning each year. Therefore, this research will be observed from the use of coconut shell fuels on thermal efficiency of rotary type drying machine. Based on the test results of variation of hot air flow rate for drying 15 minutes it is known that the air flow rate is very influential on efficiency and decreasing of water content. Based on SNI for moisture content, the optimum condition that can be used is the air flow rate of 12 m/s with thermal efficiency of 66.55% obtained moisture content of 14.22%. Besides that, The efficiency of thermal rotary dryer increases with increasing speed of rotation. The highest efficiency value obtained at the condition of 24 RPM in 15 minutes is 74.14%
Majamecha
Bagasse merupakan produk salah satu produk samping dari produksi gula tebu. Bagasse digunakan sebagai bahan bakar boiler untuk menghasilkan steam yang berfungsi untuk mejalankan sistem kelistrikan maupun kegiatan produktivitas pabrik gula. pada penelitian ini ditujukan untuk merancang alat rotary dryer dengan aliran udara pengering searah dengan aliran bagasse (co-current). Evaluasi dari perhitungan dilakukan untuk mengeringkan bagasse berkapsitas 69,628 kg/jam dengan kandungan air sebesar 55% menjadi 20%. Hasil pemodelan ditemukan bahwa dibutuhkan temperatur udara pengering 135 ?, kecepatan udara 1.5 m/s, dan menghasilkan energi uap panas sebesar 155.3 kJ/kg pada zona III, 140 kJ/kg pada zona II dan pada zoma I energi uap panas sebesar 170.3 kJ/kg. Air yang dapat ter evaporasi pada sistem ini 30462.15 kg.
JUSTI (Jurnal Sistem dan Teknik Industri)
Penyelesaian proyek tepat waktu dan sesuai biaya yang dianggarkan bukanlah sebuah tugas yang mudah. Proses perencanaan dan penjadwalan proyek menentukan tercapai atau tidaknya proyek terhadap persyaratan yang diberikan oleh users. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis pertukaran antara waktu dan biaya pada proyek fabrikasi Dryer 21M-362 yang dikerjakan oleh Departemen Bengkel & Fabrikasi PT Petrokimia Gresik dengan waktu penyelesaian pekerjaan selama 123 hari dari waktu normal selama 265 hari. Metode Critical Path Method (CPM) dan Project Evaluation and Review Technique (PERT) digunakan untuk menganalisis jalur kritis kegiatan pada jaringan kerja proyek serta umur proyek dengan probabilitas yang tinggi menggunakan pendekatan trial and error yang berguna untuk mensimulasikan logika akselerasi pekerjaan, sedangkan untuk Linier Programming digunakan untuk menentukan umur proyek yang paling optimal. Diawalnya perusahaan sudah membuat penjadwalan kegiatannya sendiri dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.1.273.314.964 dengan waktu penyelesaian proyek 123 hari. Analisa lebih lanjut mengungkapkan bahwa waktu tersingkat untuk menyelesaikan proyek ini adalah 123 hari dengan biaya total sebesar Rp.1.162.853.872. hal ini membuktikan bahwa penjadwalan kegiatan yang tepat dan sesuai, maka biaya yang dikeluarkan akan lebih rendah sebesar Rp.110.461.092.
Studia Historiae Ecclesiasticae, 2023
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), 2010
Historia 66, 1, 2021
Computers & Mathematics with Applications, 1999
Gulf Affairs, Oxford Gulf and Arabian Peninsula Studies Forum (GAPS), 2018
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI, 2021
Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition, 2004
History and Philosophy of Logic, 2019
Journal of Early Christian Studies, 2006
Blucher Design Proceedings, 2021
Attachment & Human Development, 2018
International Conference on Auditory Display, 2019
Ethiopian Journal of Health Development, 2009
Microprocessors and Microsystems, 2020
Forest Ecology and Management, 2006
Cell Death & Differentiation, 2021
Pharmacological Research, 2010
Revista Brasileira De Ecoturismo (RBEcotur), 18(1), 67–82., 2025
Educación Química, 2012