JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
Volume 4, No. 2, September 2020
DOI: http://dx.doi.org/10.33603/jnpm.v4i2.3386
Analisis Kesalahan Siswa dalam Menggeneralisasi Pola
Linier
Yayan Eryk Setiawan
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Islam Malang, Malang, Indonesia;
yayaneryksetiawan@unisma.ac.id
Info Artikel: Dikirim: 6 April 2020 ; Direvisi: 28 Juni 2020; Diterima: 16 September 2020
Cara sitasi: Setiawan, Y. E. (2020). Analisis Kesalahan Siswa dalam Menggeneralisasi Pola
Linier. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika), 4(2), 180-194.
Abstrak. Salah satu kemampuan penting dalam matematika adalah generalisasi.
Kemampuan generalisasi pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) lebih
menekankan pada generalisasi pola linier. Namun siswa masih memiliki kesulitankesulitan dalam hal ini, yang pada akhirnya menyebabkan kesalahan dalam
menggeneralisasi pola linier. Melalui analisis kesalahan pekerjaan siswa dalam
menyelesaikan masalah pola linier, maka penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran kesalahan siswa dalam menggeneralisasi pola linier. Jenis penelitian ini
adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Instrumen
berupa soal pola linier diberikan kepada siswa. Sebanyak 4 siswa terpilih dengan
karakteristik kesalahan yang berbeda sebagai subjek penelitian. Analisis kesalahan
pekerjaan siswa dilakukan secara deskriptif dengan mengategorikan ke dalam dua
bentuk kesalahan, yaitu overgeneralisasi dan overspesialisasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kesalahan siswa berupa kesalahan overgeneralisasi adalah
kesalahan terburu-buru membuat hasil generalisasi sebelum memiliki data yang
cukup. Penyebab utama kesalahan ini adalah pemrosesan selektif yang hanya
menggunakan tahapan tertentu dari pola linier. Sedangkan kesalahan
overspesialisasi adalah kesalahan memberikan batasan yang tidak tepat dalam
menggeneralisasi pola linier. Penyebab utama kesalahan ini adalah persepsi siswa
yang membatasi tentang penggunaan dan makna istilah-istilah yang ada dalam pola
linier. Untuk menghindari kesalahan overgeneralisasi, siswa sebaiknya melakukan
pemrosesan secara berurutan dan untuk menghindari kesalahan overspesialisasi,
guru dapat menjelaskan makna dari istilah-istilah yang ada dalam pola linier.
Kata Kunci: Kesalahan Generalisasi, Overgeneralisasi, Overspesialisasi, Pola Linier.
Abstract. One of the important skills in mathematics is the ability to generalize. The
generalization ability of junior high school students places more emphasis on
generalizing linear patterns. However, students still have difficulties in generalizing
linear patterns, which turn causes errors in generalizing linear patterns. By analyzing
student work errors in solving linear pattern problems, this study aims to obtain an
overview of students' errors in generalizing linear patterns. This type of research is
descriptive qualitative research with a case study approach. The instruments were
linear pattern problems that were given to the students. A total of 4 students
This is an open access article under the CC–BY-SA license
180
Setiawan, Analisis Kesalahan Siswa dalam Menggeneralisasi… 181
wereselected with different error characteristics as research subjects. The analysis of
students' errors was descriptively categorizing them into two kinds of error. There
were overgeneralization and overspecialization. The results showed that students'
errors in generalizing linear patterns in overgeneralization errors were mistakes in
rushing to generalizations before having sufficient data. The main cause of this
overgeneralization error is selective processing, which only uses specific linear
patterns. Meanwhile, the overspecialization error is an error that provides fuzzy
boundaries in generalizing a linear pattern. This overspecialization error's main
cause is students' limiting perceptions of terms' use and meaning in a linear pattern.
To avoid overgeneralization errors, students should do the processing sequentially.
To avoid overspecialization errors, the teacher can explain the importance of the
terms in a linear pattern.
Keywords: Generalization's Error, Linear Patterns, Overgeneralization,
Overspecialization.
Pendahuluan
Salah satu kemampuan yang ditekankan dalam pembelajaran matematika
adalah generalisasi. Tanişli dan Özdaş (2009) mengatakan bahwa generalisasi
adalah dasar untuk mengembangkan pengetahuan matematika dan
merupakan pusat kegiatan matematika. Generalisasi juga menjadi fokus
utama dari standar kurikulum dan upaya penelitian dalam pendidikan
matematika (Lannin, Barker, & Townsend, 2006; Tillema & Gatza, 2017).
Generalisasi juga merupakan keterampilan dasar dalam pembelajaran
matematika di berbagai topik (Chua & Hoyles, 2014). Hal ini menyebabkan
generalisasi dianggap sebagai bagian penting dari pembelajaran matematika
(Hill, Lannin, & Garderen, 2015). Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa
tindakan generalisasi adalah inti dari aktivitas matematika, karena berfungsi
sebagai sarana untuk membangun pengetahuan baru (Ellis, Tillema,
Lockwood, & Moore, 2017). Generalisasi juga hal yang penting untuk
mendukung berbagai topik dalam pembelajaran matematika (Setiawan,
Purwanto, Parta, & Sisworo, 2020). Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa
kemampuan generalisasi merupakan hal yang penting dalam mempelajari
matematika.
Salah satu materi yang digunakan untuk membangun kemampuan
generalisasi adalah pola. Hal ini didasarkan bahwa pola merupakan langkah
penting untuk pembentukan generalisasi (Tanişli & Özdaş, 2009). Selain itu,
sebagian besar tugas matematika yang digunakan oleh para peneliti untuk
mengetahui kemampuan generalisasi adalah pola, baik secara numerik
maupun secara geometris (Jureczko, 2017). Pola merupakan konsep kunci
untuk memahami pengetahuan dan konsep dalam matematika (Tanişli &
Özdaş, 2009). Bekerja dengan pola dapat muncul dalam berbagai konteks dan
© 2020 JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937
182
JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika), 4(2), 180-194, September 2020
berkonstribusi terhadap pengembangan beberapa konsep (NCTM, 2000). Jadi
secara umum dapat dikatakan bahwa kemampuan generalisasi seseorang
dapat diidentifikasi saat menyelesaikan masalah pola.
Pola adalah barisan bilangan yang suku-sukunya dapat diprediksi (Bishop,
2000; Billings, Tiedt, & Slater, 2007; Hourigan & Leavy, 2015; Setiawan,
Purwanto, Parta, & Sisworo, 2020). Bishop (2000) mendefinisikan pola
bilangan sebagai barisan bilangan di mana ada aturan yang terdefinisi dengan
baik untuk menghitung setiap bilangan dari bilangan sebelumnya atau dari
posisi barisannya. Pola bilangan atau objek yang berubah dari satu suku ke
suku berikutnya dengan cara yang dapat diprediksi (Billings, Tiedt, & Slater,
2007). Berdasarkan representasinya, suku-suku dari pola bilangan dapat
dinyatakan secara gambar yang dapat berupa gambar geometris. Pola
geometris membentuk suatu pola, dimana gambar berikutnya diperoleh dari
gambar sebelumnya dengan prosedur yang terdefinisi dengan baik (Bishop,
2000). Pola geometris dalam penelitian ini adalah pola linier. Pola linier adalah
pola yang memiliki beda pertama dari suku-sukunya adalah konstan
(Setiawan, 2019; Setiawan, Purwanto, Parta, & Sisworo, 2020).
Penelitian tentang generalisasi pola linier telah banyak dilakukan. Misalnya
hasil penelitian Lannin, Barker, dan Townsend (2006) menunjukkan bahwa
salah satu yang mempengaruhi penggunaan strategi generalisasi pola linier
adalah masalah pola linier dalam bentuk gambar. Hal ini dikarenakan bahwa
pada saat situasi masalah berbentuk gambar, maka ada kemungkinan siswa
memiliki keterbatasan persepsi dalam melihat situasi masalah yang
menyebabkan siswa menggunakan strategi generalisasi yang tidak efisien
atau kesalahan generalisasi. Lebih lanjut Lannin, Barker, dan Townsend (2006)
merekomendasikan untuk memeriksa kesalahan-kesalahan siswa dalam
menggeneralisasi pola linier. Karena hasil penelitian yang berupa kesalahan
siswa dapat digunakan sebagai dasar pembelajaran untuk meningkatkan
pemahaman siswa tentang generalisasi pola linier.
Hasil penelitian Barbosa, Palhares, dan Vale (2007) menunjukkan bahwa
kecenderungan siswa untuk memanipulasi bilangan saja dapat berkonstribusi
untuk meningkatkan kesulitan dalam menemukan pola yang dimaksud. Hasil
penelitian Barbosa, Palhares, dan Vale (2007) juga menunjukkan bahwa
beberapa barisan ditafsirkan sebagai pola berulang baik pada konteks visual
maupun numerik. Hasil penelitian Hill, Lannin, dan Garderen (2015)
menunjukkan bahwa kesulitan siswa dalam upaya menggeneralisasi antara
lain: (a) kesulitan memperhatikan fitur umum di setiap representasi, masalah,
dan situasi; (b) kesulitan untuk menerapkan ide-ide matematis untuk
© 2020 JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937
Setiawan, Analisis Kesalahan Siswa dalam Menggeneralisasi… 183
representasi, masalah, dan situasi baru. Akibat dari kesulitan-kesulitan ini,
maka siswa akan melakukan kesalahan dalam generalisasi pola linier. Sebagai
penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya (Lannin, Barker, & Townsend,
2006; Barbosa, Palhares, & Vale, 2007; Hill, Lannin, & Garderen, 2015), maka
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesalahan siswa dalam
menggeneralisasi pola linier. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah, jika penelitian sebelumnya (Lannin, Barker, & Townsend,
2006; Barbosa, Palhares, & Vale, 2007; Hill, Lannin, & Garderen, 2015) fokus
pada kesulitan siswa, maka penelitian ini fokus pada kesalahan siswa yang
merupakan akibat dari kesulitan siswa dalam menggeneralisasi pola linier.
Manfaat penelitian tentang kesalahan siswa adalah dapat mengetahui sejauh
mana pemahaman siswa terhadap materi tertentu (Ball & Friel, 1991). Salah
satu tujuan diskusi di kelas untuk mengungkap kesalahpahaman tentang
matematika yang dibawa siswa ke kelas (Ball, 1993). Kesalahan siswa dapat
mendorong keterlibatan siswa dalam diskusi matematika (Borasi, 1994).
Diskusi tentang kesalahan-kesalahan dapat menyebabkan pencapaian yang
lebih baik di kalangan siswa dalam matematika (Kazemi, 1998). Para peneliti
melihat kesalahan sebagai sumber daya untuk mempromosikan pembelajaran
dan bukan hanya sekedar alat diagnosis (Schleppenbach, Flevares, & Sims,
2007). Kemampuan untuk mendiagnosis kesalahan siswa adalah salah satu
kriteria untuk mendapatkan wawasan tentang pengetahuan matematika baik
guru maupun siswa (Shabanifar & Konyalioglu, 2013). Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kesalahan siswa dalam
menggeneralisasi pola linier.
Metode
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi
kasus terhadap 4 siswa kelas VIII SMP yang melakukan kesalahan dalam
menyelesaikan masalah pola linier. Penelitian ini dilakukan di salah satu
Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Lumajang. Prosedur
pemilihan subjek penelitian dilakukan tiga langkah. Langkah pertama adalah
meminta 54 siswa kelas VIII SMP untuk menyelesaikan soal pola linier.
Langkah kedua adalah mengoreksi jawaban siswa berdasarkan jawaban benar
dan salah. Dari 54 siswa yang menyelesaikan soal pola linier, diperoleh 15
siswa mengalami kesalahan generalisasi. Langkah ketiga adalah
mengkategorikan kesalahan siswa dalam menggeneralisasi pola linier. Dari 15
siswa tersebut diperoleh: 6 siswa menulis generalisasi yang sama dari dua soal
yang berbeda tanpa mengidentifikasi suku-sukunya (dari 6 siswa ini dipilih 1
siswa sebagai subjek pertama); 4 siswa menulis pola linier dalam bentuk pola
kuadratik (setelah dikonfirmasi, kesalahan siswa disebabkan karena
© 2020 JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937
184
JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika), 4(2), 180-194, September 2020
menuliskan 𝑛 + 𝑛 dengan 𝑛2 , sehingga tidak dipilih sebagai subjek); 2 siswa
menulis pola linier dalam bentuk 𝑈𝑛 = 𝑛 + 𝑏 (dari 2 siswa dipilih 1 siswa
untuk menjadi subjek kedua). 1 siswa tidak menulis rumus generalisasinya
(siswa ini tidak dijadikan subjek, karena saat dikonfirmasi siswa mengatakan
sulit); 1 siswa menulis generalisasi setiap suku-sukunya (subjek ketiga); dan 1
siswa menulis generalisasi dalam bentuk deret (subjek keempat). Jadi total
subjek penelitian ini ada 4 subjek.
Instrumen penelitian menggunakan soal tes representasi visual yang terdiri
dari dua soal generalisasi pola linier dalam bentuk dimensi dua dan dimensi
tiga yang dapat dilihat pada Tabel 1. Peneliti menggunakan soal bentuk visual
didasarkan hasil penelitian Lannin, Barker, dan Townsend (2006) yang
menunjukkan bahwa gambaran visual juga mempengaruhi pemilihan dan
penggunaan strategi generalisasi. Selain itu, kelebihan pola geometris adalah
memfasilitasi pendekatan pemecahan masalah yang memiliki potensi untuk
meningkatkan tantangan siswa (Hourigan & Leavy, 2015).
Tabel 1. Soal Generalisasi Pola Linier
No.
1.
Soal
Perhatikan Pola Berikut.
Tentukan:
a. Banyaknya segitiga pada suku ke-5 sampai ke-7! Tulislah cara Anda!
b. Rumus total segitiga pada suku ke-n! tulislah cara Anda!
c. Banyaknya segitiga pada suku ke-38! Tulislah cara Anda!
2.
Perhatikan Pola Berikut.
Tentukan:
a. Banyaknya kubus pada suku ke-5 sampai ke-7! Tulislah cara Anda!
b. Rumus banyaknya kubus pada suku ke-n! Tulislah cara Anda!
c. Banyaknya kubus pada suku ke-74! Tulislah cara Anda!
Tabel 1 menunjukan bahwa soal pertama menggunakan representasi berupa
bangun segitiga dan soal kedua menggunakan representasi kubus. Kedua soal
merupakan pola linier yang memiliki beda sama. Jika siswa tidak
menganalisis lebih lanjut tentang perbedaan dari soal, maka siswa akan
© 2020 JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937
Setiawan, Analisis Kesalahan Siswa dalam Menggeneralisasi… 185
terjebak ke dalam generalisasi yang berlebihan (overgeneralization) dari kedua
soal, sehingga siswa mengatakan bahwa kedua soal memiliki rumus suku ken yang sama. Tes ini bertujuan untuk melihat bagaimana kemampuan siswa
ketika melakukan pencarian pola linier. Penerapan instrumen ini
memungkinkan untuk mengumpulkan beberapa data awal tentang kesalahan
dan kesulitan yang paling umum.
Analisis data hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan soal generalisasi
pola linier dilakukan dengan langkah-langkah: (1) mengelompokkan hasil
generalisasi berdasarkan jawaban benar dan salah. (2) mengelompokkan
jawaban yang salah berdasarkan kesamaan hasil generalisasi. (3) menganalisis
secara deskriptif dari kesalahan generalisasi dengan mangkategorikan
kesalahan generalisasi ke dalam dua bentuk kesalahan, yaitu overgeneralisasi
dan overspesialisasi (Ashlock, 2006). Overgeneralisasi adalah terburu-buru
mengambil kesimpulan sebelum memiliki data yang cukup (Ashlock, 2006),
atau dengan kata lain overgeneralisasi adalah membuat generalisasi
berdasarkan bukti yang tidak cukup. Sedangkan overspesialisasi adalah
prosedur yang dihasilkan dibatasi secara tidak tepat (Ashlock, 2006).
Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti menganalisis kesalahan pekerjaan
siswa dalam menggeneralisasi pola linier yang berupa overgeneralisasi adalah
berdasarkan kesimpulan yang dibuat oleh siswa, sedangkan overspesialisasi
berdasarkan prosedur yang digunakan oleh siswa. (4) melakukan wawancara
untuk mengklarifikasi temuan dari hasil analisis dari kesalahan-kesalahan
generalisasi yang dilakukan siswa dan untuk mengetahui penyebab kesalahan
yang dilakukan oleh siswa.
Hasil dan Pembahasan
Hasil menunjukan siswa lebih banyak mengalami kesalahan overgeneralisasi
daripada kesalahan overspesialisasi dalam menggeneralisasi pola linier.
Masing-masing kesalahan ini dibahas berikut.
Overgeneralisasi
Kesalahan siswa yang termasuk overgeneralisasi yaitu : (1) menulis rumus
suku ke-n yang sama saat melihat dua pola linier memiliki beda sama, tetapi
suku-sukunya berbeda; (2) menulis rumus suku ke-n dari pola linier dalam
bentuk 𝑈𝑛 = 𝑛 + 𝑏; dan (3) menulis rumus suku ke-n secara khusus untuk
setiap suku.
Menulis Rumus Suku Ke-n yang Sama dari Dua Pola Linier yang Berbeda
Subjek pertama (S1) menulis hasil generalisasi berupa suku ke-n yang sama
hanya didasarkan kedua masalah pola linier (Tabel 1) memiliki beda yang
© 2020 JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937
JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika), 4(2), 180-194, September 2020
186
sama. Kesalahan ini termasuk kesalahan overgeneralisasi, karena subjek
hanya melihat beda tanpa mengidentifikasi suku-suku dari kedua masalah
pola linier tersebut. Hasil subjek menulis rumus suku ke-n yang sama dapat
dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Jawaban Subjek Menulis Generalisasi yang Sama
Gambar 1 menunjukan bahwa subjek mengubah gambar ke dalam pola
bilangan. Subjek menemukan suku ke-5, suku ke-6, dan suku ke-7 dengan
menggunakan beda. Subjek menentukan rumus suku ke-n dari pola linier
dengan menggunakan beda, yaitu suku kedua dikurangi suku pertama,
sehingga diperoleh beda dari soal pertama adalah 2. Dengan menggunakan
beda, subjek menentukan rumus suku ke-n dari pola linier pertama dengan
benar, yaitu 𝑈𝑛 = 2𝑛 − 1. Untuk menyelesaikan masalah pola linier kedua,
subjek juga menggunakan beda. Masalah pola linier kedua memiliki beda
yang sama dengan pola linier pertama. Subjek menuliskan rumus suku ke-n
yang sama dari masalah pola linier kedua dengan pola linier pertama. Alasan
subjek menuliskan rumus suku ke-n yang sama ini dapat diketahui dari
cuplikan wawancara berikut.
Peneliti
S1
:
:
Peneliti
S1
:
:
Dari mana Anda memperoleh rumus 𝑈𝑛 = 2𝑛 − 1 pada soal nomor 1?
2n diperoleh dari beda pak. −1 diperoleh dari pola. Misalkan 2(1)=2, maka
dikurangi 1 agar menjadi 1; 2(2)=4, maka dikurangi 1 agar menjadi 3, dan
seterusnya. Sehingga saya menulis 𝑈𝑛 = 2𝑛 − 1.
Dari mana Anda memperoleh rumus 𝑈𝑛 = 2𝑛 − 1 pada soal nomor 2?
Karena soal nomor 2 memiliki beda yang sama dengan soal nomor 1, jadi
rumusnya sama pak.
© 2020 JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937
Setiawan, Analisis Kesalahan Siswa dalam Menggeneralisasi… 187
Hasil wawancara menunjukan bahwa untuk memperoleh rumus suku ke-n
pola linier dari soal pertama dilakukan dengan mencari beda, dan subjek
menuliskan dengan 2𝑛. Kemudian dengan menggunakan 2𝑛, subjek mencari
pola yang terbentuk dari pola bilangan. Setelah menemukan pola, subjek
dapat menggeneralisasi dengan benar dari pola linier pertama. Hasil
generalisasi pada soal pertama ditulis kembali oleh subjek sebagai hasil
generalisasi dari pola linier yang kedua. Pada akhirnya subjek mengalami
kesalahan overgeneralisasi pada masalah pola linier kedua.
Ada tiga penyebab kesalahan menulis generalisasi pola linier yang sama saat
menyelesaikan dua soal memiliki beda sama, tetapi suku-sukunya berbeda.
Pertama, subjek fokus pada mengubah gambar menjadi bentuk bilangan.
Dalam hal ini subjek tidak melihat fitur-fitur dari gambar yang dapat
digunakan untuk merumuskan hasil generalisasi. Hasil penelitian Hill,
Lannin, dan Garderen (2015) menunjukkan bahwa salah satu kesulitan siswa
dalam upaya menggeneralisasi adalah kesulitan memperhatikan fitur-fitur
yang umum di setiap representasi, situasi, atau masalah. Kedua, kesalahan ini
disebabkan oleh subjek yang hanya mengidentifikasi kesamaan dari dua soal
(yaitu beda yang sama), tanpa mengidentifikasi perbedaan dari dua soal
(suku-sukunya). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hill, Lannin, dan
Garderen (2015) yang menunjukkan bahwa penting untuk melihat kesamaan
di dua kasus yang berbeda, peneliti menambahkan bahwa juga penting
melihat perbedaan dari dua kasus, agar tidak terjadi overgeneralisasi.
Penyebab ketiga dari kesalahan ini adalah subjek fokus pada pola yang
terbentuk dari pola linier. Hasil penelitian Ellis (2011) menunjukkan bahwa
fokus pada hubungan antara kuantitas (bukan pada pola atau prosedur saja)
lebih memungkinkan untuk mendukung generalisasi yang kuat.
Menulis hasil generalisasi dalam bentuk 𝑼𝒏 = 𝒏 + 𝒃
Subjek kedua (S2) mengalami overgeneralisasi dengan menuliskan rumus
generalisasi pola linier dalam bentuk 𝑈𝑛 = 𝑛 + 𝑏. Jawaban subjek kedua ini
dapat dilihat dalam Gambar 2.
Gambar 2. Kesalahan Generalisasi dalam bentuk 𝑈𝑛 = 𝑛 + 𝑏
© 2020 JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937
JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika), 4(2), 180-194, September 2020
188
Gambar 2 menunjukan bahwa subjek juga mengubah representasi geometris
ke dalam pola bilangan. Kemudian subjek menggunakan beda untuk
menemukan suku ke-5, suku ke-6, dan suku ke-7. Selanjutnya, subjek menulis
rumus generalisasi yang sama dari pola linier pertama dan kedua, yaitu 𝑈𝑛 =
𝑛 + 2. Cara subjek memperoleh rumus generalisasi pola linier ini dapat
diketahui dari cuplikan wawancara sebagai berikut.
Peneliti
S2
Peneliti
S2
Peneliti
S2
Peneliti
S2
Peneliti
S2
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Dari mana Anda memperoleh rumus 𝑈𝑛 = 𝑛 + 2 pada soal nomor satu?
n adalah suku pertama pak dan 2 adalah beda.
Mengapa Anda menulis rumus generalisasinya dalam bentuk 𝑈𝑛 = 𝑛 + 2?
Iya pak, karena 1 + 2 = 3. Jadi saya menulis rumusnya 𝑛 + 2.
Dari mana Anda memperoleh suku ke-38 pada soal nomor satu?
Dari 38+39 pak, karena 1+2=3. dan saya menulisnya 38+39 = 77.
Dari mana Anda memperoleh rumus 𝑈𝑛 = 𝑛 + 2 pada soal nomor dua?
Karena bedanya sama pak dengan nomor satu.
Dari mana Anda memperoleh suku ke-74 dari soal nomor dua?
Dari 74+76 pak, karena 4+2=6. Jadi 74 saya tambahkan 2 pak, (siswa menulis
74+76=150)
Dari hasil wawancara diketahui bahwa arti dari rumus 𝑛 + 2 adalah n
merupakan suku pertama dan 2 adalah beda yang digunakan untuk
menentukan suku ke-2. Kemudian subjek menuliskan rumus generalisasinya
dalam bentuk 𝑈𝑛 = 𝑛 + 2. Karena untuk mendapatkan suku ketiga diperoleh
dari 1 + 2 = 3, maka subjek menentukan suku ke-38 dengan cara yang sama,
yaitu 38 + 39 = 77. Cara ini dilakukan oleh subjek yang hanya melihat suku
pertama dan beda untuk menghasilkan suku kedua, dan kemudian
digunakan untuk menemukan suku ke-38. Subjek menulis rumus generalisasi
yang sama pada soal nomor dua, karena memiliki beda yang sama dengan
soal pertama, yaitu 𝑈𝑛 = 𝑛 + 2.
Penyebab kesalahan subjek dalam menuliskan rumus generalisasi ada dua.
Pertama, subjek kesulitan untuk menemukan rumus generalisasinya,
sehingga subjek menuliskan dengan rumus 𝑈𝑛 = 𝑛 + 2. Kedua, perhatian
subjek hanya tertuju pada suku pertama dan beda. Ini diketahui dari
wawancara saat subjek mengatakan n adalah suku pertama dan 2 adalah beda.
Ini merupakan faktor kognitif yang mempengaruhi strategi generalisasi
subjek, yaitu perhatian dan kesadaran (Rivera, 2015). Hasil penelitian Rivera
(2015) menunjukkan bahwa saat menyelesaikan soal generalisasi pola
terdapat dua pemrosesan, yaitu pemrosesan berurutan dan pemrosesan
selektif. Pemrosesan berurutan dilakukan secara induktif (Rivera, 2015) yang
pada akhirnya siswa dapat menggeneralisasi pola dengan benar. Sedangkan
pemrosesan selektif adalah hanya menggunakan tahapan tertentu dari pola
© 2020 JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937
Setiawan, Analisis Kesalahan Siswa dalam Menggeneralisasi… 189
berkembang untuk menggeneralisasi pola. Kesalahan menuliskan rumus
generalisasi dalam bentuk rumus 𝑈𝑛 = 𝑛 + 𝑏 disebabkan karena pemrosesan
selektif, yaitu hanya melihat suku pertama, beda dan suku kedua.
Menulis rumus secara khusus untuk setiap suku
Subjek ketiga (S3) yang mengalami overgeneralisasi yaitu subjek terburu-buru
menulis rumus generalisasi tanpa menemukan kesamaan dari tiap-tiap suku.
Akibatnya subjek tidak menuliskan rumus umum yang berlaku untuk suku
ke-n. Hasil pekerjaan subjek yang menulis rumus untuk setiap suku dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Subjek Menuliskan Rumus Secara Khusus untuk Setiap Suku
Gambar 3 menunjukan bahwa subjek memulai menggeneralisasi dengan
menemukan pola bilangan, subjek menuliskan bahwa setiap pola
menggunakan bilangan ganjil. Setelah menemukan pola bilangan ganjil,
subjek membuat pola untuk masing-masing suku. Suku pertama polanya
adalah 𝑛 + 0, suku ke-2 polanya adalah 𝑛 + 1, suku ke-3 polanya adalah 𝑛 +
2, dan seterusnya. Cara subjek memperoleh rumus suku ke-n ini dapat
diketahui dari cuplikan hasil wawancara berikut ini.
Peneliti
S3
:
:
Dari mana Anda memperoleh rumus 𝑈𝑛 = 𝑛 + 0 pada pola pertama?
n adalah 1 pak, yaitu 𝑈1
1 ditambah berapa yang hasilnya 1? Berarti ditambah 0.
Jadi saya menulisnya 𝑛 + 0 untuk pola ke-1
© 2020 JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937
JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika), 4(2), 180-194, September 2020
190
Peneliti
S3
:
:
Peneliti
S3
:
:
Peneliti
S3
:
:
Dari mana Anda memperoleh rumus 𝑈𝑛 = 𝑛 + 1 pada pola ke-2?
n adalah 2 pak, yaitu 𝑈2
2 ditambah berapa yang hasilnya 3? Berarti ditambah 1.
Jadi saya menulisnya 𝑛 + 1 untuk pola ke-2
Dari mana Anda memperoleh rumus 𝑈𝑛 = 𝑛 + 2 pada pola ke-3?
n adalah 3 pak, yaitu 𝑈3
3 ditambah berapa yang hasilnya 5? Berarti ditambah 2.
Jadi saya menulisnya 𝑛 + 2 untuk pola ke-3
Mengapa Anda tidak menuliskan rumus suku ke-4!
Karena polanya sudah ketemu pak,
Kalau suku ke-4 berarti 4 + 3 = 7, suku ke-5 berarti 5 + 4 = 9, dan
seterusnya.
Dari cuplikan hasil wawancara diketahui bahwa subjek menulis rumus pola
pertama 𝑈𝑛 = 𝑛 + 0 dari suku pertama, yaitu 1 + 0 = 1, kemudian untuk
memperoleh rumus suku kedua adalah 2 + 1 = 3, dan untuk memperoleh
suku ketiga adalah 3 + 2 = 5. Subjek tidak menuliskan rumus suku keempat,
dikarenakan subjek telah menemukan pola secara rekursif.
Penyebab kesalahan subjek dalam menuliskan rumus generalisasi untuk
setiap suku ada dua, yaitu: Pertama, subjek fokus pada suku pertama dengan
cara mencoba-coba, yaitu subjek mencoba 1 + 0 = 1, kemudian subjek
mencoba menentukan suku kedua dengan cara 2 + 1 = 3, dan mencoba
menemukan suku ketiga dengan cara 3 + 2 = 5, dan akhirnya subjek
mengatakan menemukan pola dengan cara n ditambah bilangan yang
berurutan dimulai dari 0, misalkan suku ke-4 berarti 4 + 3 = 7, suku kelima
berarti 5 + 4 = 9, dan seterusnya. Ini artinya perhatian subjek hanya tertuju
bagaimana mendapatkan suku pertama, kedua, dan ketiga, kemudian subjek
secara langsung membuat kesimpulan. Pemrosesan ini termasuk pemrosesan
selektif (Rivera, 2015) yaitu hanya menggunakan pola suku pertama, pola
suku kedua, dan pola suku ketiga. Kedua, subjek tidak melihat kembali
kesamaan dari masing-masing pola pertama, pola kedua, dan pola ketiga,
subjek dengan tergesah-gesah mengambil kesimpulan polanya dalam bentuk
rekursif. Hasil penelitian (Setiawan, 2020a) menunjukkan bahwa siswa
dengan kemampuan rendah memiliki asumsi yang tidak logis, yaitu tidak
sesuai tahapan-tahapan penyelesaian masalah matematika.
Overspesialisasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesalahan yang termasuk
overspesialisasi dalam menggeneralisasi pola linier adalah memberikan
batasan istilah total sebagai deret, sehingga terjadi kesalahan dalam
menuliskan suku ke-n dalam bentuk deret.
© 2020 JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937
Setiawan, Analisis Kesalahan Siswa dalam Menggeneralisasi… 191
Menulis generalisasi dalam bentuk deret
Subjek keempat (S4) menulis hasil generalisasinya dalam bentuk deret
berhingga. Ini termasuk kesalahan overspesialisasi, yaitu kesalahan dalam
melakukan pembatasan istilah total yang diartikan oleh subjek sebagai deret,
sehingga subjek menulis hasil generalisasi dalam bentuk deret. Hasil
generalisasi subjek yang berupa deret dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Generalisasi Subjek yang Berupa Deret Berhingga
Gambar 4 menunjukan bahwa subjek pertama menentukan beda untuk
mendapatkan suku kelima, suku keenam, dan suku ketujuh. Kemudian subjek
menuliskan rumus generalisasi dalam bentuk 𝑛 + 1 + 𝑛 + 2 + 𝑛 + 3 (tetapi
hasil ini dicoret oleh subjek) dan diganti dengan deret 𝑛 + 0 + 1 + 2 + 3 + 4 +
5 + 6. Kemudian untuk menentukan suku ke-38 subjek menuliskan dengan
𝑛 + 38. Cara subjek menggeneralisasi soal ini dapat diketahui dari cuplikan
hasil wawancara berikut ini.
Peneliti
S4
:
:
Peneliti
S4
:
:
Peneliti
S4
Peneliti
S4
:
:
:
:
Mengapa Anda mencoret 𝑛 + 1 + 𝑛 + 2 + 𝑛 + 3 ?
Iya pak, rumus ini salah.
Pertama saya menulis 𝑛 + 2 untuk 𝑛 = 1 benar untuk suku kedua. Kemudian
𝑛 + 3, untuk 𝑛 = 2 benar pak untuk suku ketiga. Kemudian untuk suku
pertama salah pak, karena 𝑛 + 1 = 1 + 1 = 2. Jadi saya coret
Dari mana Anda memperoleh rumus 𝑛 + 0 + 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6?
Suku pertama adalah 0 + 1 = 1, Suku kedua adalah 1 + 2 = 3, Suku ketiga
adalah 2 + 3 = 5, Suku keempat adalah 3 + 4 = 7, dan seterusnya pak.
Mengapa Anda tidak menuliskan semua penjumlahannya?
Terlalu banyak pak
Mengapa Anda menuliskan suku ke-38 dengan 𝑛 + 38?
Saya tidak bisa pak, jadi saya tulis seperti itu.
© 2020 JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937
192
JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika), 4(2), 180-194, September 2020
Dari hasil wawancara diperoleh penyebab kesalahan menuliskan rumus
generalisasi dalam bentuk deret berhingga, yaitu subjek sudah memikirkan
bentuk deret, tetapi rumus pertama salah dan kemudian subjek membenarkan
rumus yang salah dengan tetap menggunakan deret.
Penyebab utama subjek menuliskan hasil generalisasi dalam bentuk deret
adalah subjek sudah mulai memikirkan deret di awal menggeneralisasi pola.
Ini berarti awal pemikiran merupakan hal penting yang akan mempengaruhi
proses dan hasil generalisasi. Penyebab memikirkan deret ini dikarenakan
persepsi subjek tentang istilah total segitiga suku ke-n dengan penjumlahan.
Hal ini sesuai dengan pendapat (Lannin, Barker, & Townsend, 2006) yang
mengatakan bahwa keterbatasan persepsi siswa dari situasi masalah dapat
menyebabkan siswa untuk terus menggunakan strategi yang tidak efisien atau
kesalahan generalisasi. Jadi penyebab kesalahan generalisasi ini adalah
membatasi persepsi. Ini juga penting untuk menekankan pemahaman konsep
antara deret dan barisan bilangan. Hal ini sesuai hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa dalam pembelajaran matematika penting untuk
menekankan pemahaman konsep (Setiawan, 2020c, 2020b; Setiawan &
Mustangin, 2020; Setiawan & Syaifuddin, 2020).
Simpulan
Diperoleh kesimpulan bahwa kesalahan saat menggeneralisasi pola linier
secara umum terbagi menjadi dua, yaitu overgeneralisasi dan overspesialisasi.
Kesalahan berupa overgeneralisasi ada tiga. Pertama, subjek menulis rumus
generalisasi yang sama saat melihat dua soal yang memiliki beda sama, tetapi
suku-sukunya berbeda. Ada tiga penyebab kesalahan ini, yaitu: (a) subjek
tidak melihat fitur-fitur dari gambar yang dapat digunakan untuk
menggeneralisasi pola linier; (b) subjek hanya mengidentifikasi kesamaan dari
dua soal (yaitu beda yang sama), tanpa mengidentifikasi perbedaan dari dua
soal (yaitu suku-sukunya); (c) subjek fokus pada mencari pola daripada
memahami hubungan kuantitas. Kedua, subjek menulis rumus generalisasi
pola linier dalam bentuk 𝑈𝑛 = 𝑛 + 𝑏. Ada dua penyebab kesalahan ini, yaitu:
(a) subjek merasa kesulitan untuk menentukan rumus generalisasinya; (b)
perhatian subjek hanya tertuju pada suku pertama dan beda, ini dikarenakan
pemrosesan secara selektif. Ketiga, menulis rumus untuk setiap suku. Ada
dua penyebab kesalahan ini, yaitu: (a) subjek fokus pada suku pertama, yaitu
menemukan rumus untuk suku pertama dengan cara mencoba-coba; (b)
subjek tidak melihat kembali dari masing-masing pola, sehingga tergesahgesah mengambil kesimpulan. Kesalahan yang berupa overspesialisasi yaitu
subjek menuliskan hasil generalisasi dalam bentuk deret. Penyebab kesalahan
ini adalah subjek sudah mulai memikirkan deret di awal menggeneralisasi
© 2020 JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937
Setiawan, Analisis Kesalahan Siswa dalam Menggeneralisasi… 193
pola, penyebab memikirkan deret adalah persepsi subjek terhadap total
segitiga suku ke-n yang merupakan penjumlahan.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai upaya untuk mengurangi
kesalahan-kesalahan generalisasi pola linier. Untuk menghindari
overgeneralisasi adalah dengan cara: (1) siswa diminta untuk melihat fiturfitur dari gambar yang dapat digunakan untuk menggeneralisasi pola linier;
(2) ketika menyelesaikan dua soal, tidak hanya mengidentifikasi kesamaan
saja, tetapi siswa juga harus mengetahui perbedaan kedua soal; (3) siswa tidak
hanya melakukan pemrosesan selektif, tetapi juga harus melakukan
pemrosesan berurutan secara induktif. Rekomendasi pembelajaran untuk
menghindari kesalahan overspesialisasi adalah guru lebih menekankan
kepada makna dari istilah-istilah yang ada pada pola linier. Rekomendasi
penelitian lanjutan adalah menganalisis kesalahan dengan tugas generalisasi
yang berbeda.
Daftar Pustaka
Ashlock, R. B. (2006). Error Patterns in Computation: Using Error Patterns to Improve Instruction
(Ninth Edition). Columbus, Ohio: Pearson Merrill Prentice Hall.
Ball, D. L. (1993). With an Eye on the Mathematical Horizon : Dilemmas of Teaching
Elementary School Mathematics. The Elementary School Journal, 93(4), 373–397.
Ball, D. L., & Friel, S. N. (1991). Implementing The Professional Standards for Teaching
Mathematics: What's All This Talk About "Discourse"? The Arithmetic Teacher, 39(3), 44–
48.
Barbosa, A., Palhares, P., & Vale, I. (2007). Patterns and Generalization: The Influence of Visual
Strategies. In Proceedings of the Fifth Congress of the European Society for Research in
Mathematics Education (pp. 844–851).
Billings, E. M. H., Tiedt, T. L., & Slater, L. H. (2007). Algebraic Thinking Pictorial Growth
Patterns. Teaching Children Mathematics, 14(5), 302–308.
Bishop, J. (2000). Linear Geometric Number Patterns : Middle School Students' Strategies.
Mathematics Education Research Journal, 12(2), 107–126.
Borasi, R. (1994). Capitalizing on Errors as "Springboards for Inquiry": A Teaching
Experiment. Journal for Research in Mathematics Education, 25(2), 166–208.
Chua, B. L., & Hoyles, C. (2014). Generalisation of Linear Figural Patterns in Secondary School
Mathematics. The Mathematics Educator, 15(2), 1–30.
Ellis, A. B. (2011). Generalizing-Promoting Actions : How Classroom Collaborations Can
Support Students' Mathematical Generalizations. Journal for Research in Mathematics
Education, 42(4), 308–345.
Ellis, A., Tillema, E., Lockwood, E., & Moore, K. (2017). Generalization Across Domains: The
Relating-Forming-Extending Generalization Framework. In J. Galindo, E., & Newton
(Ed.), Proceedings of the 39th annual meeting of the North American Chapter of the International
Group for the Psychology of Mathematics Education (pp. 677–684). Indianapolis, IN: Hoosier
Association of Mathematics Teacher Educators.
Hill, T., Lannin, J., & Garderen, D. V. (2015). Promoting and Assessing Mathematical
Generalising. AMPC, 20(4), 3–8.
Hourigan, M., & Leavy, A. (2015). Geometric Growing Patterns What's The Rule ? APMC,
© 2020 JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937
194
JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika), 4(2), 180-194, September 2020
20(4), 31–40.
Jureczko, J. (2017). The Strategies of Using a Special Kind of Number Patterns in Different
Stages of Education. Educational Research and Reviews, 12(12), 643–652.
Kazemi. (1998). Discourse that Promotes Conceptual Understanding. European Physical
Education Review, 8(3), 191–204.
Lannin, J., Barker, D., & Townsend, B. (2006). Algebraic Generalisation Strategies : Factors
Influencing Student Strategy Selection Prior Research on Generalisation. Mathematics
Education Research Journal, 18(3), 3–28.
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. United States of America: The
National Council of Teachers of Mathematics, Inc.
Rivera, F. (2015). The Distributed Nature of Pattern Generalization. PNA, 9(3), 165–191.
Schleppenbach, M., Flevares, L. M., & Sims, L. M. (2007). Teachers' Responses to Student
Mistakes In Chinese And U.S. Mathematics Classrooms. The Elementary School Journal,
108(2), 131–147.
Setiawan, Y. E. (2019). Pembelajaran Pola Bilangan. Lumajang: CV. Al-Mukmin Yes.
Setiawan, Y. E. (2020a). Analisis Kemampuan Siswa dalam Pembuktian Kesebangunan Dua
Segitiga. Al-Khwarizmi: Jurnal Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, 8(1), 25–
40.
Setiawan, Y. E. (2020b). Analisis Kesalahan Siswa dalam Menilai Kebenaran Suatu
Pernyataan. Jurnal Didaktik Matematika, 7(1), 13–31.
Setiawan, Y. E. (2020c). The Thinking Process of Students Using Trial and Error Strategies in
Generalizing Linear Patterns. Numerical: Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika,
4(1), 1–12.
Setiawan, Y. E., & Mustangin. (2020). Validitas Model Pembelajaran IDEA (Issue, Discussion,
Establish, and Apply) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep. Jurnal Penelitian
Pendidikan Dan Pengajaran Matematika, 6(1), 53–60.
Setiawan, Y. E., Purwanto, Parta, I. N., & Sisworo. (2020). Generalization Strategy of Linear
Patterns From Field-Dependent Cognitive Style. Journal on Mathematics Education, 11(1),
77–94.
Setiawan, Y. E., & Syaifuddin. (2020). Peningkatan Kompetensi Profesionalitas Guru Melalui
Pelatihan Desain Pembelajaran Peta Konsep. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 26(3),
148–153.
Shabanifar, S., & Konyalioglu, A. C. (2013). Mathematics Teachers' Approaches to Students'
Possible Mistakes In Exponential And Square Root Number. International Journal of
Academic Research, 5(6), 213–219.
Tanişli, D., & Özdaş, A. (2009). The Strategies of Using the Generalizing Patterns of The
Primary School 5 th Grade Students. Educational Sciences: Theory and Practice, 9(3), 1485–
1497.
Tillema, E., & Gatza, A. (2017). The Processes and Products of Students' Generalizing Activity.
In E. Galindo & J. Newton (Eds.), Proceedings of the 39th annual meeting of the North
American Chapter of the International Group for the Psychology of Mathematics Education. (pp.
259–266). Indianapolis, IN: Hoosier Association of Mathematics Teacher Educators.
© 2020 JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937