Tidak bisa dipungkiri bahwa kebenaran setiap teori bukan bersifat absolut. Teori sesungguhnya tidak bisa dibenarkan secara mutlak dan pasti. Setiap teori tentu saja memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Di saat tertentu mungkin...
moreTidak bisa dipungkiri bahwa kebenaran setiap teori bukan bersifat absolut. Teori sesungguhnya tidak bisa dibenarkan secara mutlak dan pasti. Setiap teori tentu saja memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Di saat tertentu mungkin saja bisa dinggap cocok untuk diterapkan. Namun, di saat tertentu pula sebuah teori bisa saja salah dan tidak berguna. Bahkan, ketika teori tertentu dipaksakan untuk diterapkan maka berakibat fatal. Untuk itu wajar jika beberapa tokoh terkemuka membeberkan secara tegas bahwa teori adalah bersifat nisbi dan situasional. Sebuah teori bisa cocok diterapkan di situasi dan kondisi tertentu. Namun fakta menunjukkan pula, bahwa teori tersebut pun tidak kompatibel diaplikasikan di tempat lain dalam kondisi yang berbeda. Begitupun persoalan dalam teori pembelajaan. Banyak tokoh membicarakan tentang teori pembelajaran yang dinilai oleh mereka cocok diterapkan. Masing-masing menghasilkan bangunan besar teori pembelajaran dengan narasi argumen yang meyakinkan bahwa teori tersebut mampu diterapkan dengan baik di kalangan para pengajar. Di antara bangunan besar teori tersebut adalah Teori Behavioristik, Teori Kognitif, dan Teori Kontruktivisme. Ketiga teori tersebut nyatanya memiliki penganut yang begitu besar di berbagai belahan dunia. Para penganut teori tersebut juga meyakini bahwa bangunan teori mampu diterapkan dalam setiap pembelajaran sekolah. Maka demikian, penulis sebenarnya ingin mengupas secara garis besar bagaimana masing-masing teori tersebut dibangun oleh para tokoh. Bagaimana ketiga teori pembelajaran itu bekerja. Dan apa saja kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh masing-masing teori pembelajaran tersebut.