Struktur Dan Kinerja Organisasi

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 118

1

LAPORAN
PENELITIAN

STRUKTUR DAN
KINERJA ORGANISASI
(Studi Kasus di Dinas Perizinan
Pemerintah Kota Yogyakarta)
Dr. Ulung Pribadi, M.Si.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2012

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................

HALAMAN PENGESAHAN ..........................................


ii
DAFTAR ISI .....................................................
ABSTRAK ............................

iii

iv

BAB I PENDAHULUAN ..............................................

A. Latar Belakang .............................................

B. Perumusan Masalah.....................................................
2
C. Kajian Pustaka...................................................

D. Hepotesis...................................................................
13
E. Desain dan Metode Penelitian...........................

13

BAB II DESKRIPSI KEBIJAKAN STRUKTUR ORGANISASI


BARU

DINAS

YOGYAKARTA..

PERIZINAN

PEMERINTAH

KOTA

19

A. Sejarah.................................................

19

B. Visi dan Misi.................................... 23


C. Moto..........................................

23

D. Kedudukan, Fungsi, dan Tugas.................................

24

BAB III ANALISIS KEBIJAKAN STRUKTUR ORGANISASI


DAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DINAS
PERIZINAN PEMERINTAH KOTA
YOGYAKARTA...........................................

35

A. Kebijakan Struktur Organisasi Baru....................... 35


B. Kualitas Pelayanan Publik........................

49

C. Hubungan Antara Kebijakan Struktur Organisasi Dengan


Kualitas Pelayanan
Publik Dinas Perizinan Pemerintah Kota
Yogyakarta.......................................

78

BAB IV PENUTUP............................................

79

A. Kesimpulan........................................................... 79
B. Saran................................................................ 79
DAFTAR PUSTAKA.............................................. 80

ABSTRACT

The purpose of this study is to examines the relationship


between new organizational structure of local government and
its public service.This issue is very important becouse of public
demand of quality services that government and nongovernment
organizations must give it in the current era. Yogyakarta local
government, as representation of local government that has
been done bureuacratic reformation in Indonesia, has been
implemented the new its organizational structure. The research
design of this study is survey research. It gives people who get
license of their business at the public intstitution some questions
about implementation of the new local government
organizatiional structure and its services to get their perception.
Academic findings of this research arez: 1) implementation of
the new organizational structure of the local government
overall is good (avarage 3,75 of 1 5 of the Likert scale); 2)
quality of public services of the hospital overall is also good
(avarage 3,78 of 1 5 of the Likert scale)); and 3) correlation
between implementation of the new organizational structure and
the quality of public services is positive (0,669in the Pearson
Correlation). It means that more new organizational structure
are implemented, more quality of public services are realized.
Theoritical implication of the evidence is to support some
research results that there is positive correlation between
organizational structure and organizational performance,
especially quality of public services. Practical implication that
can be suggested for officials of the public organization is that
implementation of the new organizational structure should be
increased so that the quality of public services can also be
increase. Limitation of the research is about research data,
sample is limited. Suggestion for futher research is that
researchers have to explain about why the public organization
has relatively little access and assurace for public.
Keywords: organizational structure, public services, Yogyakarta
local government

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada akhir tahun 2009 kemarin, Pemerintah Kota


Yogyakarta berhasil meraih Investment Award 2009 peringkat I
sebagai kota terbaik bagi penanaman modal tahun 2009 dari
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang bekerja
sama dengan Komite Pemantau Pelaksanaan Otonomi Daerah
(KPPOD) yang telah mengevaluasi terhadap kinerja pelayanan
pemerintah kota di bidang perizinan. Dalam hal ini, Walikota
Jogjakarta, Herry Zudianto, mengatakan bahwa Invesment
Award 2009 ini merupakan suatu evaluasi terhadap kinerja
pelayanan pemkot di bidang perizinan. Herry juga menyatakan
bahwa ke depan, untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat, khususnya pada para investor, pemkot Jogjakarta
akan menggunakan standar pelayanan perizinan berdasarkan
ISO 2010. Sementara itu, Kepala Dinas Perizinan, Heri
Karyawan, mengatakan bahwa ada beberapa kriteria penilaian
yang dilakukan dalam kaitannya dengan perolehan penghargaan
tersebut,

yakni

meliputi:

aspek

kelembagaan

kewenangan/urusan instansi pelayanan penanaman modal, aspek


prosedur pelayanan, evaluasi kinerja pelayanan perizinan, aspek
sistem informasi pelayanan perizinan dan penanaman modal,
serta inovasi dan capaian pelayanan penanaman modal daerah
(http://www.jogjakota.go.id/index/extra.detail/2772/kota-jogjaraih-invesment-award-2009.html).

Prestasi Pemerintah Kota Yogyakarta yang gemilang itu


dicapai setelah kurang lebih sejak 2 tahun yang lalu telah
melakukan penataan kembali organisasi perangkat daerahnya.
Salah satu hasil dari restrukturisasi organisasi pelayanan publik
itu ialah dibentuknya Dinas Perizinan Pemerintah Kota
Yogyakarta. Pembentukan Dinas baru ini menunjukkan sikap
Pemerintah Kota Yogyakarta yang memberontak terhadap
aturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Pemerintah
Kota Yogyakarta membentuk instansi itu dengan wadah
Dinas, suatu satuan kerja perangkat daerah yang lebih tinggi
daripada Badan atau Kantor. Dinas Perizinan Pemerintah
Kota Yogyakarta berarti bertentangan dengan aturan dalam
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 57
Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi
Perangkat Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20
Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tatakerja Unit
Pelayanan Perijinan Terpadu di Daerah yang menandaskan
bahwa instansi yang melaksanakan fungsi pelayanan pubik
diwadahi dalam bentuk Kantor atau Badan. Namun dengan
keberanian berinovasinya, Pemerintah Kota Yogyakarta justru
dapat menggapai kesuksesan.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Pada

penelitian

tahap

pertama:

Bagaimanakah

pola

pembentukan dan orientasi struktur organisasi yang memberikan

pelayanan

perizinan

bidang

investasi

Pemerintah

Kota

Yogyakarta?
Pada

penelitian

tahap

kedua:

Bagaimanakah

penerapan

kebijakan struktur organisasi Dinas Perizinan Pemerintah Kota


Yogyakarta?

Bagaimanakah

kualitas

pelayanan

publik

organisasi dinas yang mengurusi masalah perizinan tersebut?


Apakah ada pengaruh penerapan struktur organisasi tersebut
terhadap kualitas pelayanannya?

C. Kajian Pustaka
Apa yang dimaksud dengan struktur organisasi?
Menurut Leach, Stewart, dan Waish dalam The Changing
Organization and Management of Local Government (1994:
52), struktur dari sebuah organisasi adalah pola aturan, posisi,
dan peran yang memberikan arah dan koherensi pada strategi
dan proses organisasi, dan secara tipikal digambarkan dalam
diagram organisasi, deskripsi pekerjaan dan pola-pola
kewenangan (the structure of an organization is the pattern
of rules, positions, and roles that give shape and coherence
to its strategy and process, and is typically described in
organization charts, job descriptions and patterns of
authority).
Untuk

menyesuaikan

dengan

perubahan

lingkungan dan mencapai efektivitas organisasi, struktur


organisasi dapat dirubah melalui redesain organisasi.
Menurut Jones (1995:13), struktur organisasi dapat dikelola
dan dirubah melalui proses desain organisasi (organizational
structure can be managed and changed through the process
of organizational design). Lebih jauh, menurut Jones

(1995:14), desain organisasi adalah proses dalam nana


manajer menyeleksi dan mengelola aspek-aspek dari struktur
organisasi sedemikian rupa sehingga organisasi dapat
mengontrol kegiatan yang diperlukan untuk mencapai
tujuannya. Desain organisasi menyangkut tentang apa dan
mengapa berbagai cara dipilih. Desain organisasi adalah
pekerjaan yang membutuhkan manajer untuk melakukan
sesuatu untuk membuat keseimbangan antara tekanan
eksternal dari lingkungan organisasi dan tekanan internal
dari semisal pilihan teknologi yang digunakan. Dengan
mencapai keseimbangan yang pas, maka akan sangat
membantu

organisasi

agar

dapat

melangsungkan

kehidupannya jauh ke depan (organizational design is the


process by which managers select and manage aspects of
structure so that an organization can control the activities
necessary to achieve its goals. Organizational design is
about how and why various means are choosen. It is a task
that requires managers to strike a balance between external
pressures from the organizations environment and internal
pressures from, for example, its choice of technology.
Achiving the proper balance helps to ensure that the
organization will survive in the long run).
Pemerintah lokal di banyak negara di Eropa, di
Amerika Utara, di Amerika Selatan, di Afrika, dan di Asia
telah melakukan reformasi birokrasi pemerintahannya pada
dua dekade terakhir. Reformasi organisasi publik ini antara
lain

meliputi

aspek-aspek

kelembagaan

atau

struktur

organisasi, kultur organisasi, keuangan organisasi, dan


sumberdaya manusia dalam organisasi.

Proses redesain organisasi publik itu sesungguhnya


menyangkut masalah kewenangan antara pemerintah pusat
dan

pemerintah

lokal.

Proses

reformasi

organisasi

pemerintahan lokal itu dapat dipetakan sebagai berikut.


Pertama, proses reformasi organisasi pemerintah lokal di
mana pihak pemerintah lokal telah siap melakukannya dan
pihak pemerintah pusat juga telah siap mendorongnya.
Kedua, proses reformasi organisasi pemerintah lokal di mana
pihak pemerintah pusat telah siap mendorongnya tetapi pihak
pemerintah lokal tidak siap melakukannya. Dan ketiga,
proses reformasi organisasi pemerintah lokal di mana pihak
pemerintah lokal telah siap melakukannya tetapi pihak
pemerintah pusat tidak siap mendorongnya.
Sebagaimana telah dikaji oleh para peneliti, pola
pertama dalam proses perubahan organisasi publik itu terjadi
terutama di banyak negara di Eropa dan Amerika Utara. M.
Chrisholm (2000a, 2000b) telah melakukan studi tentang
restrukturisasi organisasi pemerintah lokal di Inggris yang
menunjukkan adanya kecenderungan itu.

Di Amerika

Serikat, reformasi birokrasi bermula dari David Osborne dan


Ted Gaebler (1992) yang menyuntikkan ide-ide tentang
otoritas yang harus didesentralisasikan dari jenjang organisasi
pemerintahan

tingkat

atas

kepada

jenjang

organisasi

pemerintahan tingkat bawah. R. Oakerson (2006) telah


melakukan studi tentang restrukturisasi organisasi pemerintah
lokal di Amerika Serikat di mana ia melihat adanya dorongan
kepada pemerintah-pemerintah lokal untuk secara intensif
melakukan perubahan birokrasinya.

10

Kedua, proses reformasi organisasi pemerintah lokal


di mana pihak pemerintah pusat telah siap mendorongnya
tetapi pihak pemerintah lokal tidak siap melakukannya. Hal
ini terjadi, misalnya di Mexico. Sebagaimana ditunjukkan
dengan hasil penelitian Edmonds-Poli (2006), Presiden
Vicente Fox yang mulai berkuasa sejak tahun 2000 adalah
seorang pemimpin yang sangat getol mengkampanyekan
pentingnya desentralisasi. Sebagai agenda terpentingnya, Fox
telah mentransfer kekuasaan dan sumberdaya kepada level
organisasi pemerintahan di tingkat lokal. Namun sebaliknya,
pemerintah-pemerintah
municipalities)

di

tidak

tingkat

memiliki

lokal

(state

kemampuan

and
untuk

menerapkan otoritas independen tersebut.


Dan ketiga, proses reformasi organisasi pemerintah
lokal

di

mana

pihak

pemerintah

lokal

telah

siap

melakukannya tetapi pihak pemerintah pusat justru tidak siap


mendorongnya. Situasi yang mirip terjadi, misalnya, di
Uganda, Afrika (Manyak and Katono, 2010). Di Uganda,
sejak akhir dekade 1990-an, sebenarnya telah mulai muncul
demokrasi

melalui

pemilihan

umum

langsung

yang

transparan di tingkat pusat dan di tingkat daerah pasca


jatuhnya rezim dispotik dan otoritarian. Namun demikian, di
negara ini, sistem multiparti yang ada lebih banyak diwarnai
oleh intrik dan konflik politik. Kondisi ini berimbas pada
pemerintahan lokal. Banyak pemerintahan lokal yang akan
menerapkan

desentralisasi

yang ternyata

mendapatkan

rintangan dari kepentingan politik lokal dan pusat. Kondisi


demikian itu diungkapkan sebagai Presiden membunuh
bayinya sendiri. Desentralisasi politik telah didukung oleh

11

para akademisi dan komunitas internasional. Desentralisasi


ini dilakukan dalam kerangka memperbaiki kepemerintahan
dan pelayanan publik di tingkat lokal. Dengan desentralisasi,
pemerintah lokal semakin responsif terhadap harapanharapan masyarakat. Kondisi ini dijadikan sebagai justifikasi
bagi terbentuknya 80-an distrik-distrik baru di negara itu
hingga tahun 2009. Namun demikian, masalahnya adalah
bahwa pemerintah lokal itu digunakan oleh para politisi
untuk menggalang kekuatan politiknya. Presiden sendiri
bahkan kaget dengan perkembangan baru terbentuknya
distrik-distrik tersebut. Para pejabat dan politisi pemerintah
pusat juga tidak senang dengan para pejabat yang terpilih di
tingkat lokal itu. Alhasil, resentraliasi kekuasaan pembuatan
keputusan tak terelakkan.
Di Indonesia, walaupun kebijakan desentraliasi
sesungguhnya telah dilakukan sejak tahun 1995, dalam
kenyataannya pemerintah pusat masih tetap lebih dominan
memegang kewenangan. King (1998), dalam penelitiannya
tentang organisasi pendidikan di Indonesia, melaporkan
bahwa sejauh ini desentralisasi dalam bentuk devolusi (di
mana pemerintah pusat menyerahkan kekuasaan kepada para
pembuat keputusan di tingkat lokal) amat kecil dilakukan.
Tetapi dalam bentuk dekonsentrasi (di mana pemerintah
pusat menempatkan para pegawainya di tingkat daerah) dan
delegasi otoritas (di mana pemerintah pusat mendelegasikan
kekuasaannya kepada para pegawainya di tingkat daerah)
amat besar dilakukan. Oleh karena itu, King menyebut
masalah desentralisasi di Indonesia sebagai perjuangan
(struggle) bagi daerah untuk merebutnya.

12

Setelah era reformasi dilakukan di Indonesia, kondisi


yang sama tidak banyak berubah. Dalam realitas empiris
pemerintah

pusat

nampaknya

masih

enggan

untuk

memberikan kebebasan sepenuhnya kepada daerah. Masalah


devolusi atau penyerahan kekuasaan kepada daerah ini
adalah sesuatu yang masih sulit bagi pemerintah pusat.
Tentu saja tidak mudah bagi pemerintah di Jakarta untuk
merelakan kekuasaan tersebut untuk dibagi-bagi (Rasyid,
Gaffar, dan Syaukani, 2002: viii). Pola tarik-menarik
kewenangan

ini

sebenarnya

merupakan

kompleksitas

persoalan otonomi daerah di Indonesia (Karim, 2003).


Kristiansen

et.al

(2008),

terhadap 6 pemerintah lokal,

melalui

penelitiannya

menemukan bahwa sistem-

sistem nasional dan tradisi politik dan birokrasi di Indonesia


sangat

mempengaruhi

bagi

terjadinya

korupsi

dan

ketidaktransparan pengelolaan keuangan daerah. Hal ini


membuktikan bahwa di era otonomi dan desentraliasi kini
ternyata pengaruh dari pemerintah pusat terhadap pemerintah
daerah masih dominan dan hal ini justru berdampak negatif.
Dari segi kajian organisasi, menurut Mintzberg
(1979), prosedur top-down dalam pembentukan unit-unit
organisasi (unit grouping) dilakukan apabila bermula dari
kebutuhan-kebutuhan umum (misi atau tujuan organisasi
yang hendak dicapai) ke pekerjaan-pekerjaan spesifik. Lebih
jauh menurut Mintzberg (1979:288-291), semakin besar
kontrol kekuatan dari luar organisasi, maka semakin
terformalisasi

struktur

organisasi

itu

dan

semakin

tersentralisasi atau terkonsentrasi kekuasaan pembuatan


keputusan organisasinya. Kondisi seperti itu pada akhirnya

13

akan membentuk organisasi birokratik, yakni suatu organisasi


di mana kekuasaan terkonsentrasi pada pemimpin, prosedur
membelenggu

pegawai

sehingga

ia

tidak

dapat

mengembangkan kreativitasnya, proses pekerjaan yang


terstandarisasi secara rigit - sehingga pekerja tidak mampu
berinovasi, komunikasi yang formal, dan pelaporan yang
teregulasi secara ketat. Organisasi yang demikian ini
memiliki daya adaptasi terhadap perubahan lingkungan yang
rendah.
Proses redesain organisasi publik itu juga menyangkut
masalah orientasi organisasi publik. Orientasi organisasi
publik hasil reformasi birokrasi era sekarang dapat dipilah
menjadi dua, yakni: pertama, organisasi pemerintahan yang
berorientasi pada pasar; dan kedua, organisasi pemerintahan
yang berorientasi pada kolaborasi dengan warga dalam
rangka memecahkan masalah-masalah yang disepakati
bersama.
Sebagaimana hasil kajian dan penelitian yang ada,
organisasi pemerintahan hasil reformasi birokrasi itu
kebanyaan diorientasikan pada pasar. Sejak awal dekade
1970-an, J.R. Galbraith (dikutip dalam Miftah Thoha,
1988:207-8)

telah

menekankan

pentingnya

merancang

struktur organisasi dengan mendasarkan diri pada strategi


organisasi

sebagai

respon

terhadap

kepentingan

pelanggannya. Dalam konteks perancangan organisasi ini,


Galbraith

menekankan pada tiga aspek organisasi, yakni

strategi, ragam pengorganisasian, dan integrasi orang-orang.


Dalam merancang aspek strategi, hal yang harus diperhatikan
adalah domain, yakni meliputi jenis produk dan pelayanan

14

yang akan dihasilkan atau diberikan, jenis pelanggan yang


akan dilayani, macam teknologi atau tata cara yang akan
dipergunakan dan lokasi kerja yang akan dipergunakan.
Keputusan tentang ragam pengorganisasian meliputi antara
lain bagaimana membagi tugas keseluruhan organisasi secara
habis ke dalam sub-sub tugas yang akan dibebankan kepada
masing-masing orang dan satuan kerja dan bagaimana
mengkoordinasikan pengelompokan tugas-tugas tersebut
sehingga tercapai keselarasan organisasi. Pembagian tugas
dapat dilakukan dengan membaginya ke dalam masingmasing fungsi yang sama, atau ke dalam masing-masing hasil
yang sama, atau kombinasi dari keduanya. Perencanaan
tentang integrasi orang-orang dalam suatu organisasi harus
dimulai dari proses memilih atau mengangkat pegawai dan
melatihnya,

termasuk

di

dalamnya

sistem

gaji

dan

penghargaannya. Ketiga aspek tersebut saling menyelaraskan.


Pada awal dekade 1990-an, David Osborne dan
Ted Gaebler (1992) mengetengahkan konsep pemerintahan
wirausaha (entrepreneurial government), yang berfokus
pada hasil, di mana masyarakat harus dipandang sebagai
pelanggan (customers) yang diberdayakan dengan cara
menjadi berhak memilih di antara beragam pelayanan yang
disediakan, yang antara lain meliputi sekolah, rencana
kesehatan, dan pilihan perumahan. Birokrasi sektor publik
Amerika, menurut Osborne dan Gaebler, sejauh ini tidak
dapat

lagi

mengapresiasi

sistem

kepemerintahan

(governance) di era abad informasi post-industrial sekarang


ini. Oleh karena itulah, untuk menemukan kembali peran
pemerintah dalam rangka memenuhi tuntutan masyarakat

15

akan pelayanan dan harapan akan meningkatnya kualitas,


pilihan, dan efisiensi - maka pemerintah mesti merubah cara
memberi

pelayanan

dari

model

birokratik

menjadi

entrepreneurial yang dicirikan dengan fleksibilitas dan


kreativitas sebagaimana usaha-usaha untuk memperbaiki
sistem insentif sektor publik.
Henry C. Lucas JR. menawarkan organisasi bentuk
T-Form Organization (1996; dikutip dalam Miftah
Thoha,

2003:164).

Lucas

menyatakan

bahwa

agar

organisasi dapat lebih responsif terhadap perubahan, maka


struktur organisasinya bukan lagi berupa struktur fisik
(physical structure) tetapi berupa struktur logis (logical
structure).

Struktur

organisasi

disusun

bukan

lagi

didasarkan pada division of labor akan tetapi didasarkan


pada kebutuhan customers dan perubahan pasar (market).
Di Inggris, M. Chrisholm (2000a, 2000b) melihat
bahwa restrukturisasi pemerintah lokal di Inggris juga
diarahkan pada swastanisasi. Menurut Valler, Wood, and
North (2000), sejak 1980-an di Inggris restrukturisasi
pemerintahan lokal secara analitis harus dikaitkan dengan
representasi kepentingan bisnis pada tingkat lokal.
Di Canada, Brunet-Jailly (2003) menemukan bahwa
kerjasama inter-municipalities membawa manfaat ekonomi
yang sangat besar bagi pemerintah-pemerintah lokal. BrunetJailly dengan begitu juga melihat bahwa model swastanisasi
pemerintah lokal dalam kerangka restrukturisasi sangatlah
bermanfaat.
Di Australia, B. Dollery & L. Crase (2004, 2005)
mengkaji secara kritis restrukturisasi organisasi pemerintah

16

lokal yang sejauh ini telah diorientasikan pada integrasi


terhadap pasar bebas demi mencapai efisiensi dalam
pelayanan publik. Namun demikian, pada akhirnya Dollery
dan Crase tetap mengakui pentingnya mengorientasikan
organisasi pemerintah lokal pada cara-cara swasta dalam
proses restrukturisasi organisasi pemerintah lokal itu.
Di New Zealand, studi tentang restrukturisasi
organisasi pemerintah lokal juga telah dilakukan (McKinlay
Douglas Limited, 2006). Dalam hal ini, mereka mengkaji
mengenai restrukturisasi organisasi pemerintah lokal di
New Zealand

yang kemudian menyarankan pentingnya

swastanisasi dan efisiensi.


Sementara itu di negara-negara berkembang, studistudi empiris tentang restrukturisasi organisasi pemerintah
daerah juga telah dilakukan. Dalam hal ini, reformasi
organisasi pemerintahan lokal diarahkan bagi peran
organisasi swasta dan institusi-institusi nonpemerintahan
untuk mengambil alih fungsi-fungsi pemerintahan sebanyak
mungkin (Dwarika Nath Dhungel, 1996).
Menurut Desai and Imrie (1998), gelombang
reformasi sektor publik, termasuk pada level pemerintahan
lokal, telah melanda negara-negara maju maupun negaranegara berkembang. Gelombang ini memunculkan apa yang
disebut revolusi manajemen publik baru (new public
management revolutions). Pada level pemerintahan lokal
bahkan telah memunculkan apa yang disebut oleh Clarke
and Newman (dalam Desai and Imrie, 1998: 635) sebagai
managerialisation of local government. Namun demikian
- setidaknya dalam perbandingan kondisi pemerintahan

17

lokal antara di Inggris dan di India - tendensi ini


sesungguhnya bersifat sangat kompleks, tidak menentu, dan
kontradiktif dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
institusi sosial, kondisi ekonomi, dan struktur politik.
Valler, Wood, dan North (2000) menunjukkan
tentang pejabat pemerintahan lokal terpilih di Inggris yang
membuka secara luas kepemerintahan lokal sebagai hasil
restrukturisasi organisasi pada representasi bisnis di tingkat
lokal.
M Shamsul Haque (1998) menjelaskan bahwa di
bawah model kepemerintahan yang berpusat pada pasar yang
muncul belakangan ini, ada perubahan birokrasi di kawasan
Asia Tenggara. Arah modernisasi birokrasi adalah menuju
pada perubahan sasaran (objectives), peran (roles), struktur
(structures), norma (norms), dan kemanfaatan (beneficiaries).
Hal ini mempengaruhi identitas, komitmen, dan legitimasi
birokrasi pemerintahan itu. Negara-negara di kawasan ini
mengintroduksi peraturan perundangan dan institusi baru
untuk

memfasilitasi

realisasi

dari

kebijakan-kebijakan

propasar dan ekspansi aktivitas-aktivitas pasar.


Namun

demikian, Mildred Warner,

Michael

Ballard, Amir Hefetz (2002) menemukan bahwa model


privatisasi pemerintah lokal di Amerika Serikat telah gagal.
Mereka menyatakan bahwa sistem kontrak telah gagal
karena tidak kompetitif, spesifikasi kontrak yang tidak jelas,
dan monitoring yang berbiaya tinggi. Amir Hefetz &
Mildred Warner (2007) menemukan bahwa para manajer
pemerintah kota di Amerika Serikat memiliki pergeseran
perilaku dari paradigma New Public Management ke New

18

Public Service. Warner (2008) melihat bahwa local


government organization reform yang telah dilakukan pada
era 1980-an dan 1990-an yang menggunakan pendekatan
swasta dalam pemerintahan lokal itu justru berdampak
negatif pada terjadinya high cost for citizens dan tidak
tercapainya efficiency, equity, and voice bagi masyarakat
luas.
Fenomena

lain

menunjukkan

bahwa

organisasi

pemerintahan hasil reformasi birokrasi publik itu lebih


diorientasikan pada kolaborasi dengan warga dalam rangka
memecahkan masalah-masalah yang disepakati bersama.
Ansell

dan

collaborative

Gash

(2007)

governance

memberi
sebagai

definisi

struktur

konsep

organisasi

pemerintahan di mana instansi pemerintahan secara langsung


mengajak para pemangku kepentingan untuk membuat
keputusan secara bersama-sama dalam sebuah forum yang
bersifat formal, berorientasi konsensus, dan ada kebebasan,
yang bertujuan untuk membuat atau melaksanakan kebijakan
publik atau mengelola program dan aset publik (a governing
arrangement where one or more public agencies directly
engage non-state stakeholders in a collective decision making
process that is formal, consensus oriented, and delibertive
and that aims to make or implement public policy or manage
public programs or assets). Ansell dan Gash (2007)
menjelaskan bahwa dalam konteks pembuatan keputusan dan
implementasinya

bentuk

pemerintahan

kolaboratif

(collaborative governance) telah muncul dan menggantikan


model-model pemerintahan ala swasta (adversarial and
managerial modes). Dalam model pemerintahan yang

19

terakhir ini, para pemangku kepentingan (stakeholders) baik


dari pihak instansi-instansi pemerintahan maupun masyarakat
bekerja bersama dalam sebuah forum yang berorientasi pada
konsensus. Ansell dan Gash mereviu literatur yang berkaitan
dengan

pemerintahan

kolaboratif

dengan

tujuan

mengelaborasi kontijensi model pemerintahan kolaboratif


tersebut. Mereka juga mengenali variabel-variabel yang
mempengaruhi kesuksesan pemerintahan kolaboratif.
Denhardt

and

Denhardt

(2003:

42-43)

menyarankan kepada pemerintah untuk melakukan 7 peran,


yakni: (1) melayani warganegara, bukan pelanggan (serve
citizens, not customers). Kepentingan publik adalah hasil
dari dialog tentang nilai-nilai yang disetujui bersama
daripada agregasi kepentingan-kepentingan individu sendiri.
Oleh karena itu, pegawai pemerintah bukan merespon
permintaan para pelanggan, akan tetapi berfokus pada
pengembangan relasi-relasi kepercayaan dan kolaborasi
dengan dan di antara para warganegara; (2) mengejar
kepentingan
Administrator

publik
publik

(seek

the

harus

public

mampu

interests).

menyumbang

pengembangan kolektivitas atau kepentingan publik yang


disetujui bersama. Tujuan yang perlu diraih adalah bukan
solusi cepat yang dikendalikan oleh pilihan individu akan
tetapi penciptaan kepentingan bersama (shared interests)
dan tanggung jawab bersama (shared responsibility); (3)
nilai kewarganegaraan di atas kewiraswastaan (value
citizenship over entrepreneurship). Kepentingan publik
lebih

baik

dicapai

oleh

pegawai

pemerintah

dan

warganegara dengan komitmen untuk membuat kontribusi

20

yang bermakna kepada masyarakat ketimbang oleh para


manajer yang berjiwa kewiraswastaan yang bertindak untuk
mengejar uang; (4) berfikir strategis, bertindak demokratis
(think

strategically,

act

democratically).

Kebijakan-

kebijakan dan program-program yang ditujukan untuk


memenuhi kebutuhan publik dapat dicapai secara lebih
efektif dan bertanggung jawab melalui usaha-usaha kolektif
dan proses kolaboratif; (5) mengakui bahwa akuntabilitas
adalah tidak sederhana (recognize that accountability is not
simple). Pegawai pemerintah mesti lebih menarik perhatian
daripada pasar; mereka mesti juga menaruh perhatian pada
peraturan perundangan, nilai-nilai komunitas, norma-norma
politik, standar profesional, dan kepentingan-kepentingan
warganegara; (6) melayani daripada mengendalikan (serve
rather than steer). Adalah sangat penting bagi pegawai
pemerintah untuk menggunakan kepemimpinan yang
berdasar

nilai

dan

kebersamaan

dalam

membantu

warganegara mengartikulasikan kepentingan-kepentingan


bersama mereka daripada mencoba mengontol atau
mengendalikan masyarakat melalui perintah-perintah baru;
(7) orang yang bernilai, bukan sekedar produktivitas (value
people, not just productivity). Organisasi-organisasi publik
dan jaringannya dalam mana mereka berpartisipasi akan
lebih sukses dalam jangka panjang jika mereka dioperasikan
melalui proses kolaborasi dan kepemimpinan yang berbagi
(shared leadership) yang didasarkan pada penghormatan
terhadap semua orang.
Di Nepal Baral and Stern (2009) menunjukkan adanya
pemberdayaan

lokal

(local

empowerment)

dan

21

kepemerintahan (governance). Penelitian ini mengeksplorasi


potensi masyarakat lokal sebagai aktor utama dalam proses
kepemerintahan dalam melakukan proteksi area.
Di Indonesia, dalam kasus konservasi hutan di Taman
Nasional Gunung Halimun-Salak, Hideyuki Kubo dan
Bambang Supriyanto (2010) juga menunjukkan adanya
transformasi birokrasi kehutanan yang berorientasi pada
sistem konservasi yang partisipatoris dengan pendekatan
membangun kepercayaan (trust-building approach).
Dengan perubahan struktur organisasi maka diharapkan
kinerja (performance) organisasi publik akan meningkat.
Hubungan antara variabel struktur organisasi dengan kinerja
organisasi telah diteliti oleh banyak ahli. Hall (1977)
menyatakan bahwa struktur organisasi mempengaruhi dua hal,
yakni perilaku individu dan kinerja organisasi (efisiensi, moral,
dan efektivitas). Argyle, Gardner, and Cioffi (1958) menyatakan
bahwa dalam konteks kelompok-kelompok kerja (work groups)
hubungan antara ukuran organisasi dan sub-sub unitnya
(organization and subunits size) dengan kinerja (performance)
bersifat positif. Blau, Heydebrand, dan Stauffer (1966)
menyatakan bahwa dalam konteks organisasi pelayanan
kesehatan hubungan antara ukuran organisasi dan sub-sub
unitnya dengan kinerja bersifat positif. Worthy (1950)
menyatakan bahwa dalam konteks organisasi department store
hubungan antara rentang kendali (span of control) dengan
kinerja organisasi bersifat positif. Farris (1969) juga menyatakan
bahwa dalam konteks organisasi department store hubungan
antara rentang kendali dengan kinerja organisasi bersifat positif.
Blau (1968) menyatakan bahwa dalam konteks government

22

agencies hubungan antara pola flat/tall hierarchy dan kinerja


bersifat positif. Dalton at.al. (1986) setelah mereviu hubungan
antara struktur organisasi dan kinerja menyatakan bahwa
terdapat variasi hasil penelitian tentang hubungan antara struktur
organisasi dan kinerja.
Kinerja pelayanan organisasi itu sendiri dapat dilihat dari
beberapa tolok ukur. Tolok ukur pelayanan dapat dilihat dari
beberapa aspek. Menurut McDonald & Lawton (1977), tolok
ukur pelayanan menyangkut efisiensi dan efektivitas (efficiency
and effectiveness). Menurut Salim & Woodward (1992), tolok
ukur meliputi

ekonomi, efisiensi, efektivitas, dan keadilan

(economy, efficiency, effectiveness, and equity). Menurut


Lenvine (1990), tolok ukur pelayanan dapat dilihat dari segi
responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas (responsiveness,
responsibility,

and

accountability).

Menurut

Zeithaml,

Parasuraman & Berry (1990), tolok ukur pelayanan ada 10,


yakni: ketampakan fisik (tangibles), reliabilitas (reliability),
responsivitas

(responsiveness),

kompetensi

(competence),

kesopanan (courtessy), kredibilitas (credibility), keamanan


(assurance), akses (access), komunikasi (communication), dan
pengertian (understanding).

Kerangka teoritik dalam penelitian ini adalah sebagai


berikut:

Kebijakan Struktur Organisasi

Kualitas pelayanan
publik

23

D. Hipotesis:
1. Kebijakan

sturktur

organisasi

Dinas

Perizinan

Pemerintah Kota Yogyakarta telah dilaksanakan dengan


baik.
2. Kualitas pelayanan publik di Dinas Perizinan Pemerintah
Kota Yogyakarta telah mencapai taraf yang tinggi.
3. Ada hubungan yang positif dan signifikan kebijakan
sturktur organisasi Dinas Perizinan Pemerintah Kota
Yogyakarta dengan kualitas pelayanan publiknya.

E. Desain dan Metode Penelitian


Jenis penelitian tahap kedua ini adalah penelitian
deskriptif dengan model deduksi dalam teorisasinya. Unit
analisis penelitian ini adalah kinerja pelayanan organisasi dinas
yang mengurusi masalah perizinan di Pemerintah Kota
Yogyakarta. Sumber datanya adalah para informan dan
responden penelitian. Cara memperoleh sumber data informan
penelitian ini dilakukan melalui teknik key-person dari para
pejabat dan staf dinas itu. Dan cara memperoleh sumber data
responden penelitian ini dilakukan

melalui teknik random-

sampling dari para pemohon izin pada dinas itu.Teknik


pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
on-line

data

(internet),

bahan

dokumenter,

wawancara

mendalam (in-depth interview), dan survei. Untuk membangun


kredibilitas atau derajat kepercayaan atau keabsahan data,
penelitian ini menggunakan teknik pemeriksaan triangulasi
sumber data dan triangulasi pengumpulan data. Teknik analisis
data kualitatif ini menggunakan model analisis stakeholders
organisasi,

yakni

mengeksplanasi

dan

menginterpretasi

24

pemikiran-pemikiran dari para informan dan persepsi dari para


responden.
Karena

peneliti

sedikit

banyak

telah

memahami

informasi awal yang berkaitan dengan obyek penelitian itu,


maka peneliti menentukan bahwa cara memperoleh sumber data
atau informan penelitian ini dilakukan melalui key-person. Keyperson adalah orang kunci yang bisa dianggap mewakili
lembaganya karena ia mengetahui secara mendalam mengenai
obyek yang diteliti. Key-person yang bisa dianggap mewakili
pemerintah daerah dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas
Perizinan. Kepala Dinas Perizinan banyak memberi informasi
mengenai tugas pokok dan fungsi serta program dan kegiatan
SOPD ini serta kinerja organisasinya.
Informasi mengenai obyek penelitian ini mencakup data
dokumentasi dan hasil wawancara. Data dokumentasi ini
meliputi dokumen-dokumen tentang Renstra SKPD, programprogram dan kegiatan-kegiatan SKPD, dan kinerja SKPD dari
sisi SKPD itu sendiri. Data hasil wawancara sejauh mana
implementasi dari program-program dan kegiatan-kegiatan
SKPD dan kinerja SKPD dari sisi SKPD tersebut.
Sementara itu, teknik survei dalam penelitian ini
dilakukan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan
data tentang persepsi para pemohon perizinan bidang usaha. Jadi
dari survei diperoleh data tentang persepsi para pengguna jasa
pelayanan perizinan bidang usaha yang digunakan untuk menilai
kinerja Dinas Perizinan Pemerintah Kota Yogyakarta. Dalam hal
yang terakhir ini, populasi dan sampelnya adalah para pengguna
jasa pelayanan perizinan bidang usaha Pemerintah Kota
Yogyakarta. Dalam penelitian ini sampel pada bulan Agustus

25

2012 diambil 100 responden dari populasi

sekitar 150 per

bulan. Analisisnya adalah analisis statistik. Teknik analisis


datanya dilakukan dengan menggunakan teknik statistik. Teknik
statistik yang digunakan untuk analisis data dan menguji
hipotesis, untuk hipotesis asosiatif, dengan data berbentuk
interval (instrumennya menggunakan skala Likert), maka
pengujian hipotesis menggunakan teknik statistik Korelasi
Product Moment.
Aspek-aspek

penerapan

struktur

organisasi

dan

indikator-indikator yang dipakai adalah sebagai berikut:


1. Saya melihat loket-loket/unit-unit/bagian-bagian
di Dinas Perizinan ini berisi jenis-jenis perizinan
yang

sesuai

(pembentukan

dengan
unit/unit

kebutuhan
grouping

saya
berdasar

kebutuhan masyarakat/client).
2. Saya merasa loket-loket/unit-unit/bagian-bagian
di Dinas Perizinan ini memudahkan saya
memperoleh pelayanan (services).
3. Saya merasa loket-loket/unit-unit/bagian-bagian
di Dinas Perizinan ini memudahkan saya
memperoleh barang/jasa pelayanan (output)
4. Saya merasa loket-loket/unit-unit/bagian-bagian
di Dinas Perizinan ini memudahkan saya
memperoleh

hasil

dan

manfaat

pelayanan

(product).
5. Saya mengurus perizinan di Dinas Perizinan ini
dengan

melewati

loket-loket/unit-unit/bagian-

bagian yang jumlahnya tidak banyak (jumlah


bagian/unit size-nya sedikit/flat)

26

6. Urusan perizinan cukup diselesaikan di Dinas ini,


tanpa harus ke Dinas/Kantor lainnya (unit size is
flat)
7. Izin yang saya ajukan cepat selesai karena cepat
disetujui

oleh pihak pimpinan di Dinas ini

(jenjang

hirarki/span

of

control-nya

pendek/narrow)
8. Urusan

perizinan

cukup

diputuskan

oleh

pimpinan di Dinas ini, tanpa harus oleh


pimpinan-pimpinan yang lebih tinggi (span of
control is narrow)
9. Dalam mengurus izin, saya melihat di loket-loket
tidak

mengalami

penumpukan

pekerjaan

(operating core)
10. Dalam

mengurus

izin,

saya

melihat

para

pimpinan di Dinas ini mampu mengatur proses


perizinan ini dengan baik (middle line)
11. Dalam mengurus izin, saya melihat adanya dan
jelasnya isi Keputusan atau Peraturan

yang

dikeluarkan oleh pimpinan (strategic apex)


12. Dalam mengurus izin, saya melihat adanya papan
informasi

yang

berisi

prosedur/rencana/jadwal/dll. yang dibuat oleh


para ahli di Dinas ini (technostructure)
13. Dalam mengurus izin, saya melihat adanya
pihak/lembaga pendukung, seperti bank, kantin,
dll. (support staff)
14. Dalam mengurus izin, saya melihat para petugas
bekerja berdasarkan pada aturan mutu yang

27

terstandar (rules, procedures, policy manuals, job


descriptions, work instructions)
15. Dalam mengurus izin, saya melihat para petugas
bekerja berdasarkan pada pengetahuan dan
ketrampilan

yang

terstandar

(skills

and

knowledge are standardized)


16. Dalam mengurus izin, saya melihat para petugas
bekerja secara terencana dan teratur (planning
and control system)
17. Saya memperoleh hasil perizinan sesuai dengan
standar mutu yang saya inginkan (outputs are
standardized)
18. Dalam mengurus izin, saya melihat adanya
hubungan

kerja

yang

erat

antara

satu

loket/unit/bagian dengan loket/unit/bagian yang


lain (connections across units)
19. Dalam mengurus izin, saya melihat petugas
diserahi

wewenang

keputusan/menyelesaikan
atasannya

dalam

membuat

masalah

lingkup

oleh

pekerjaannya

(delegation to line managers)


20. Dalam mengurus izin, saya melihat siapanpun
dari

petugas

memiliki

memutuskan/menyelesaikan
lingkup

pekerjaannya

kewenangan
masalah

(power

dalam

sharing

by

nonmanagers)

Aspek-aspek pelayanan publik dengan


indikator yang dipakai adalah sebagai berikut:

indikator-

28

1. Lingkungan fisik organisasi pemerintah ini bersih


dan nyaman.
2. Sarana dan prasarana organisasi pemerintah ini
rapi dan teratur.
3. Ruangan-ruangan di organisasi pemerintah ini
mencukupi untuk berbagai kegiatan pelayanan.
4. Ruang tunggu organisasi pemerintah ini layak.
5. Fasilitas pelayanan organisasi pemerintah ini
memadai.
6. Alat-alat perkantoran di organisasi pemerintah ini
lengkap.
7. Macam barang/jasa pelayanan yang tersedia di
organisasi pemerintah ini lengkap.
8. Papan petugas/konter di organisasi pemerintah ini
terpasang dengan jelas.
9. Papan pengumuman di organisasi pemerintah ini
tersedia dan mudah dibaca.
10. Sarana

pengaduan/keluhan/saran/masukan

di

organisasi pemerintah ini tersedia.


11. Biaya pelayanan di organisasi pemerintah ini
relatif murah/ terjangkau/wajar.
12. Biaya yang dibayarkan sesuai dengan biaya yang
telah ditetapkan (tidak ada pungli).
13. Organisasi

pemerintah

ini

memiliki

unit

pelayanan keliling (jemput bola ke masyarakat)


14. Persyaratan pendaftaran di organisasi pemerintah
ini sederhana.
15. Prosedur/mekanisme pelayanan mudah dan tidak
berbelit-belit.

29

16. Jumlah petugas pemberi pelayanan mencukupi.


17. Pemeriksaan oleh petugas terhadap dokumen
pelayanan bersifat akurat/tepat.
18. Koreksi

oleh

petugas

terhadap

dokumen

pelayanan dilakukan dengan benar.


19. Penatausahaan oleh petugas terhadap dokumen
pelayanan dilakukan dengan benar dan rapi.
20. Organisasi pemerintah ini memang dikenal luas
memberi pelayanan publik yang dimohon oleh
masyarakat dengan baik.
21. Organisasi
masyarakat

pemerintah
pemohon

ini

memperlakukan

secara

adil

(tidak

membedakan golongan/status masyarakat yang


dilayani).
22. Organisasi

pemerintah

ini

memiliki

sistem

pelayanan yang dapat dipercaya.


23. Hasil kerja pelayanan dari organisasi pemerintah
ini memuaskan.
24. Bila

butuh

mengajukan

permohonan

lagi,

masyarakat/pemohon dengan senang hati akan


datang lagi ke organisasi pemerintah ini karena
merasa percaya dengan organisasi pemerintah ini.
25. Masyarakat/pemohon

merasa

ada

jaminan

keselamatan dari organisasi pemerintah ini


terhadap dokumen-dokumennya.
26. Kepastian adanya petugas

yang memberikan

pelayanan.
27. Kedisiplinan waktu petugas dapat dijamin.

30

28. Masyarakat/pemohon

tidak

khawatir

mendapatkan resiko negatif ketika mengurus


permohonan ke organisasi pemerintah ini.
29. Petugas pelayanan mampu dan mau menjelaskan
masalah yang dihadapi masyarakat/pemohon
dalam urusan pelayanan publik ini.
30. Petugas pelayanan terlihat ahli dan trampil dalam
mengerjakan

tugas

melayani

masyarakat/pemohon.
31. Petugas

pelayanan mampu menyelesaikan

pekerjaannya sesuai waktu yang telah ditentukan.


32. Petugas

telepon/informasi/pendaftaran/petugas

lainnya dengan ramah dan senang hati memberi


pelayanan.
33. Petugas

telepon/informasi/pendaftaran/petugas

lainnya memberikan informasi yang mengandung


kebenaran.
34. Petugas pelayanan berbicara dengan baik kepada
masyarakat/pemohon.
35. Petugas

pelayanan

mampu

menjelaskan

masalah/urusan secara gampang dipahami oleh


masyarakat/pemohon.
36. Petugas pelayanan mau diajak berdialog oleh
masyarakat/pemohon.
37. Petugas pelayanan memiliki sikap sopan santun
dan ramah tamah.
38. Petugas pelayanan menghormati dan menghargai
masyarakat/pemohon.

31

39. Petugas

pelayanan bertanggungjawab dalam

mengerjakan

tugasnya

dalam

memberikan

pelayanan kepada masyarakat/pemohon.


40. Petugas

pelayanan

tanggap

menyelesaikan

keluhan masyarakat/pemohon.
41. Petugas pelayanan mau melakukan tindakan
untuk

membantu

kebutuhan

masyarakat/pemohon.
42. Petugas

pelayanan

mudah

untuk

dimintai

pertolongan.
43. Petugas pelayanan menaruh perhatian kepada
masyarakat/pemohon.
44. Petugas pelayanan berempati atau memahami
kondisi masyarakat/pemohon.
45. Petugas

pelayanan

memberi

pengertian-

pengertian kepada masyarakat/pemohon.


46. Petugas pelayanan sensitif atau dapat merasakan
kekurangan-kekurangan

masyarakat/pemohon,

sehingga petugas itu memiliki kemauan untuk


membantu.
47. Petugas

pelayanan

dapat

terhadap

(ngemong)

bersikap

sabar

kerewelan

masyarakat/pemohon.
48. Petugas pelayanan
untuk

meladeni

mau menyediakan waktu


pertanyaan-pertanyaan

dari

masyarakat/pemohon.
49. Petugas

pelayanan

memperlakukan

masyarakat/pemohon secara manusiawi.

32

50. Petugas

pelayanan

memperlakukan

masyarakat/pemohon secara manusiawi.

33

BAB II
DESKRIPSI KEBIJAKAN STRUKTUR ORGANISASI
DINAS PERIZINAN PEMERINTAH KOTA
YOGYAKARTA
A. Sejarah
Dalam

rangka

peningkatan

pelayanan

kepada

masyarakat, berdasarkan SE Mendagri NO 503/125/PUOD


tahun 1997 perihal Pembentukan Unit Pelayanan Terpadu
Perijinan di Daerah Pemerintah Kota Yogyakarta membentuk
Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap dengan Keputusan Walikota
Yogyakarta No 01 Tahun 2000 tentang Pembentukan Unit
Pelayanan Terpadu Satu Atap ( UPTSA ) Kota Yogyakarta.
Lembaga

UPTSA

hanya

merupakan

front

office

sedangkan untuk proses perizinannya tetap di instansi/SKPD


tehnis. Untuk operasional UPTSA di tunjuk Koordinator
UPTSA diberi tunjangan Daerah yang disetarakan dengan
eselon IIIB, sekretaris UPTSA disetarakan dengan Eselon IVB
Jenis pelayanan yang ada di UPTSA: Akta Capil, HO, TDI,
TDG, SIUP, IMBB, SAL, SAK, In-gang, IPPT, IPL, Sewa alat
berat.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 8 Tahun 2003
Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, Pemerintah
Kota Yogyakarta membentuk lembaga pelayanan perizinan yang
definitif berupa Dinas Perizinan. Dasar Pembentukan Dinas
Perizinan adalah Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 17
Tahun 2005 Tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Perizinan, dengan susunan Organisasi:

34

1. Kepala Dinas
2. Kepala Bagian Tata Usaha yang membawahi :
- Kasubbag Umum
- Kasubbag Keuangan, Perencanaan dan Evaluasi
3. Kepala Bidang Pelayanan yang membawahi :
- Kasie Administrasi Perizinan
- Kasie Koordinasi dan Penelitian Lapanga
4.

Kepala Bidang Sistem Informasi dan Pengaduan yang


membawahi :
- Kasie Sistem Informasi
- Kasie Pengaduan dan Advokasi

5. Kepala Bidang Data dan Pengembanga


- Kasie Data dan Penelitian
- Kasie Pengembangan Kinerja

35

Bagan Susunan Organisasi Dinas Perizinan


(Perda Kota Yogyakarta Nomor: 17 Tahun 2005)

KEPALA

Kel. Jab.
Fungsional

Bag. TU

Subag.
Umum

Bid. Sistem
Informasi dan

Bidang
Pelayanan

Subag.
Keu, Pernc
dan Evals

Bid. Data dan


Pengembangan

Pengaduan

Seksi Adm.
Perizinan

Seksi Info
Perizinan

Seksi Data
dan Penlitian

Seksi
Pengaduan
dan Advokasi

Seksi
Pengembangan
Kinerja

Kewenangan Dinas Peizinan :


SeksiKoord.
Pemberian
dan Penlt Lap

Izin

Penolakan Izin

Pencabutan Izin

Legalisasi Izin

Duplikat Izin

Pengawasan Izin

Jenis Pelayanan Pada Dinas Perizinan berdasarkan Peraturan


Walikota

Yogyakarta

Nomor 09 Tahun 2007

Tentang

Penyelenggaraan Perizinan Pada Pemerintah Kota Yogyakarta

36

ada 34 jenis Izin. Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor


41 tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah dan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 10
Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan dan
Tugas Pokok

Dinas Daerah, Susunan organisasi Dinas

Perizinan berubah menjadi:


1. Kepala Dinas
2. Sekretaris yang membawahi :
- Kasubbag Umum dan Kepegawaian
- Kasubbag Keuangan
- Kasubbag Administrasi Data dan Pelaporan
3. Kepala Bidang Pelayanan yang membawahi :
- Kasie Advis Planing dan Administrasi Perizinan
- Kasie Koordinasi Lapangan dan Penelitian
4. Kepala Bidang Data dan Sistem Informasi yang
membawahi :
- Kasie Data
- Kasie Sistem Informasi
5. Kepala Bidang Pengawasan dan Pengaduan Perizinan
- Kasie Pengawasan
- Kasie Pengaduan Perizinan dan Advokasi
6. Kepala Bidang Regulasi dan Pengembangan Kinerja
- Kasie Regulasi
- Kasie Pengembangan Kinerja

37

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PERIZINAN


(Perda No 10 Th 2008)

KEPALA

Kel. Jab.
Fungsional

Sekretariat

Subag. Umum dan


Kepegawaian

Bidang
Pelayanan

Bid. Data dan


Sistem Informasi

Subag. Keuangan

Bid. Pengawasan dan


Pengaduan Perizinan

Subag. Ad
dan Pela

Bid. Regulas
Pengembangan

Seks Advsi
Planning dan
Adm. Perizinan

Seksi Data

Seksi
Pengawasan

Seksi Regul

Seksi Koord. dan


Penelitian Lap

Seksi Sistem
Informasi

Seksi Pengaduan
Perizinan dan
Advokasi

Seksi
Pengemban
Kinerja

38

B. Visi Dan Misi


Visi Dinas Perizinan
Terwujudnya Pelayanan Yang Pasti Dalam Biaya , Waktu,
Persyaratan dan Akuntabel Di bidang Perizinan

Misi Dinas Perizinan


Untuk Mewujudkan Visi Tersebut Dinas Perizinan Mempunyai
Misi :
1. Mewujudkan Pelayanan Internal;
2. Meningkatkan SDM yang Berkualitas;
3. Melaksanakan Pelayanan Perizinan sesuai dengan
kewenangannya;
4. Melaksanakan Pengawasan dan penyelesaian pengaduan
perizinan serta advokasi;
5. Melaksanakan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi;
6. Melaksanakan Pengkajian perizinan/regulasi dan
pengembangan kinerja.

C. Motto
Bukan Janji Tapi Pasti
Mengandung arti:

Pasti dalam biaya

39

Pasti dalam waktu

Pasti dalam syarat

Pasti ditolak

Pasti terbit izin

D. Kedudukan, Fungsi Dan Tugas


Kedudukan
1. Dinas Perizinan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota
Yogyakarta di bidang perizinan.
2. Dinas Perizinan dipimpin oleh seorang kepala Dinas
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Walikota melalui Sekretaris Daerah.
3. Kepala Dinas sebagaimana dimaksud pada butir (2)
diangkat dan diberhentikan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Fungsi
Melaksanakan sebagian kewenangan dalam bidang
perizinan.
Tugas
1. Merumuskan dan merencanakan kebijakan teknis di
bidang perizinan.
2. Melaksanakan pembinaan, pemberian dan pembatalan
perizinan.

40

3. Menyelenggarakan pelayanan perizinan sesuai dengan


kewenangannya.
4. Melaksanakan

Pengawasan

dan

Penyelesaian

Pengaduan Perizinan
5. Melaksanakan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi
6. Melaksanakan

Pengkajian

perizinan/regulasi

dan

Pengembangan kinerja
7. Melaksanakan pemungutan retribusi sesuai dengan
kewenangan yang diberikan.
8. Melaksanakan koordinasi kegiatan fungsional dalam
pelaksanaan tugas di bidang perizinan.
9. Melaksanakan Ketatausahaan Dinas
Berkaitan

dengan

penerapan

kebijakan

struktur

organisasi yang baru, ada pertanyaan yang penting, yakni:


bagaimana pembentukan loket-loket/unit-unit/bagian-bagian di
Dinas Perizinan ini berisi jenis-jenis perizinan yang sesuai
dengan kebutuhan pelayanan bagi masyarakat (unit grouping on
need of client)/memudahkan masyarakat memperoleh pelayanan
(services)/memudahkan masyarakat memperoleh barang/jasa
(output)/memudahkan

masyarakat

memperoleh

hasil

dan

manfaat (product)? Menurut informasi dari pejabat penting di


Dinas Perizinan itu,

pembentukan loket-loket di Dinas

Perizinan Kota Yogyakarta ini sudah sesuai dengan kebutuhan


pelayanan bagi masyarakat. Dinas Perizinan memiliki 6 loket
yang melayani semua jenis-jenis izin yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Jenis-jenis izin yang serumpun diwadahi dalam
setiap loket. Loket I: melayani jenis izin IMB, In Gang, SAL,
SAH, ABT, Izin Pengelolaan Pemakaman; Loket II: melayani
jenis izin Gangguan, SIUP, SIUP-MB, IUP2T, UIPP, IUTM;

41

Loket III: melayani jenis izin TDI, TDG, STPW, TDP,


Reklame, Salon Kecantikan, Penyedia Jasa Pekerja/Buruh,
Penjual Daging, Pengusaha Penggilingan dan Penyimpanan
Daging; Loket IV: melayani jenis izin Penelitian, PKl, KKl;
Loket V: melayani jenis izin TDUP, SIUJK, Angkutan, PNF,
Pendidikan Formal; sedangkan Loket VI: merupakan tempat
pengambilan izin. Dengan adanya 6 (enam) loket tersebut dapat
memudahkan masyarakat untuk mengurus izin sesuai dengan
jenis izin yang dibutuhkan. (Wawancara dengan Kepala Seksi
Pengembangan Kinerja Dinas Perizinan Pemerintah Kota
Yogyakarta, Dinas Perizinan tanggal 17 Juli 2012)

Berkaitan

dengan

penerapan

kebijakan

struktur

organisasi yang baru, ada pertanyaan yang penting, yakni:


Berapa jumlah loket-loket/unit-unit/bagian-bagian yang harus
dilalui oleh pemohon izin jumlahnya tidak banyak (unit size is
flat)? Menurut informasi dari pejabat penting di Dinas Perizinan
itu, bahwa masyarakat yang akan mengurus izin di Dinas
Perizinan Kota Yogyakarta tidak perlu melalui loket yang
banyak, pemohon izin cukup ke loket yang sesuai dengan jenis
izin yang dibutuhkan. (Wawancara dengan Kepala Seksi
Pengembangan Kinerja Dinas Perizinan Pemerintah Kota
Yogyakarta, Dinas Perizinan tanggal 17 Juli 2012)
Berkaitan

dengan

penerapan

kebijakan

struktur

organisasi yang baru, ada pertanyaan yang penting, yakni:


apakah urusan perizinan cukup diselesaikan di Dinas Perizinan,
tanpa harus ke dinas/kantor lainnya (unit size is flat)? Menurut
informasi dari pejabat penting di Dians Perizinan itu,
berdasarkan Peraturan Walikota Yoyakarta Nomor 18 Tahun

42

2011 Tentang Penyelenggaraan Perizinan Pada Pemerintah Kota


Yogyakarta, ada 34 jenis izin yang cukup diselesaikan di Dinas
Perizinan sehingga pemohon izin tidak perlu ke dinas/kantor
lain, antara lain yaitu: (Wawancara dengan Kepala Seksi
Pengembangan Kinerja Dinas Perizinan Pemerintah Kota
Yogyakarta, Dinas Perizinan tanggal 17 Juli 2012)
1. Izin membangun Bangunan-Bangunan (IMBB)
untuk bangunan:
a. Luas diatas 100 m2;
b. Bertingkat;
c. Untuk usaha; dan
d. Terletak pada lokasi yang memiliki
sempadan bangunan.
2. Izin In Gang;
3. Izin Penyambungan Saluran Air Limbah;
4. Izin Penyambungan Saluran Air Hujan;
5. Izin Gangguan yang usahanya berdampak:
a. Kecil yang lokasinya berada di luar
kawasan permukiman
b. Sedang yang lokasinya berada di luar
kawasan permukiman
c. Besar
6. Izin Usaha Industri (IUI) dan Tanda Daftar
Industri (TDI);
7. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);
8. Surat Izin Usaha Perdagangan
Beralkohol (SIUP MB);
9. Izin Usaha Angkutan;

Minuman

43

10. Izin Penyelenggaraan Reklame untuk papan


nama usaha/profesi yang melekat bangunan
tempat usaha;
11. Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK);
12. Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional
13. Izin Usaha Pusat Perbelanjaan (IUPP);
14. Izin Usaha Toko Modern (IUTM);
15. Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP) meliputi:
a. Daya Tarik Wisata;
b. Kawasan Pariwisata;
c. Jasa Transportasi Wisata;
d. Jasa Perjalanan Wisata;
e. Jasa Makanan dan Minuman;
f. Penyediaan Akomodasi; dan
g. Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan
Rekreasi;
h. Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan
Intensif, Konferensi dan Pameran;
i. Jasa Informasi Pariwisata;
j. Jasa Konsultan Pariwisata;
k. Jasa Pramuwisata;
l. Wisata Tirta; dan
m. Solus per Aqua (SPA).
16. Izin Eksplorasi Air Bawah Tanah;
17. Izin Pengeboran dan Pengambilan Air Bawah
Tanah;
18. Izin Penurapan dan Pengambilan Mata Air;
19. Izin Perusahaan Pengeboran Air Bawah Tanah;

44

20. Izin Juru Bor Air Bawah Tanah;


21. Izin Pemakaman untuk:
a. Pengelolaan Tempat Pemakaman Umum
Swasta
b. Pengelolaan Krematorium milik Swasta
c. Pengelolaan Tempat Penyimpanan Abuh
Jenasah milik Swasta.
22. Izin Salon Kecantikan;
23. Izin Pendirian Lembaga Pendidikan Formal;
24. Izin Pendirian Lembaga Pendidikan Non Formal;
25. Izin Penyedia Jasa Pekerja/Buruh;
26. Izin Penjual Daging;
27. Izin Pengusaha Penggilingan Daging;
28. Izin Pengusaha Penyimpanan Daging;
29. Izin Penelititian;
30. Izin Praktik Kerja Lapangan (PKL);
31. Izin Kuliah Kerja Nyata (KKN);
32. Tanda Daftar Gudang (TDG);
33. Tanda Daftar Perusahaan (TDP);
34. Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW).

Berkaitan

dengan

penerapan

kebijakan

struktur

organisasi yang baru, ada pertanyaan yang penting, yakni:


apakah izin yang diajukan cepat selesai karena cepat disetujui
oleh pihak pimpinan di Dinas Perizinan (jenjang hirarki/span of
control-nya pendek/narrow)? Menurut informasi dari pejabat
penting di Dinas Perizinan itu, setiap jenis izin yang diajukan

45

oleh pemohon izin akan cepat disetujui apabila sudah memenuhi


persyaratannya. Apabila ada masalah akan di adakan rapar
koordinasi dengan bidang-bidang yang terkait dengan jenis izin
tersebut. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Perizinan
Kota

Yogyakarta

Nomor

48/Kep/DinZin/2011

Tentang

Pelimpahan Sebagaian Kewenangan Kepala Dinas Perizinan


Kota Yogyakarta kepada Pejabat Struktural Eselon III di Dinas
Perizinan untuk Menandatangani Perizinan, Kepala Dinas
Perizinan melimpahkan sebagaian kewenanagannya dengan
tujuan untuk mempercepat proses pelayanan perizinan di Dinas
Perizinana. Pejabat Struktural yang mendapat kewenangan dari
Dinas Perizinan untuk menandatangani perizinan, yaitu:
(Wawancara dengan Kepala Seksi Pengembangan Kinerja Dinas
Perizinan Pemerintah Kota Yogyakarta, Dinas Perizinan tanggal
17 Juli 2012)
1. Sekretaris Dinas Perizinan meliputi:
a. Izin Penelitian;
b. Izin Praktek Kerja Lapangan; dan
c. Izin Kuliah Kerja Nyata.
2. Kepala Bidang Pelayanan meliputi:
a. Izin Membangun Bangun-Bangunan
(IMBB) untuk bangunan gedung dengan
luas sampai dengan 100 m2 dan bangunan
pasar, menara air dan reservoir air dalam
tanah yang diajukan perizinannya secara
sendiri;
b. Izin Saluran Air Hujan (SAH);
c. Izin Saluran Air Limbah (SAL);
d. Izin Pembuatan Jalan Masuk (In-Gang);

46

e. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)


untuk golongan perusahaan mikro dan
kecil;
f. Perpanjangan
Perusahaan;

Izin

Tanda

Daftar

g. Daftar Ulang Izin Usaha Jasa Kontruksi


(SIUJK);
h. Izin Reklame Nama Usaha/Profesi;
i. Izin Pemakaman

Izin
Pengelolaan
Pemakaman
Bukan
(Swasta);

Izin Pengelolaan
milik Swasta;

Izin
Pengelolaan
Tempat
Penyimpanan Abuh Jenasah milik
Swasta.

Tempat
Umum

Krematorium

j. Izin Usaha Salon Kecantikan;


k. Izin Penyedia Jasa Pekerja/Buruh;
l. Izin Penjualan Daging;
m. Izin Pengusaha Pengilinggan Daging; dan
n. Izin Usaha Penyimpanan Daging.
3. Kepala Bidang Data dan Sistem Informasi
meliputi:
a. Duplikat Surat Izin;
b. Legalisasi Perizinan.
Berkaitan

dengan

penerapan

kebijakan

struktur

organisasi yang baru, ada pertanyaan yang penting, yakni:


apakah urusan perizinan cukup diputuskan oleh pimpinan di
Dinas Perizinan, tanpa harus oleh pimpinan-pimpinan yang

47

lebih tinggi (span of control is narrow)? Menurut informasi dari


pejabat penting di Dinas Perizian itu, berdasarkan Peraturan
Walikota

Yoyakarta

Nomor

18

Tahun

2011

Tentang

Penyelenggaraan Perizinan Pada Pemerintah Kota Yogyakarta,


dari 47 jenis izin yang ada di lingkungan Pemerintah Kota
Yogyakarta yaitu sebanyak 34 jenis izin yang diselenggarakan
di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, sehingga masyarakat yang
akan mengurus izin di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta cukup
diputuskan oleh pimpinan yang ada di dinas ini, tanpa harus
diputuskan oleh pimpinan-pimpinan lain yang lebih tinggi.
(Wawancara dengan Kepala Seksi Pengembangan Kinerja Dinas
Perizinan Pemerintah Kota Yogyakarta, Dinas Perizinan tanggal
17 Juli 2012).
Berkaitan

dengan

penerapan

kebijakan

struktur

organisasi yang baru, ada pertanyaan yang penting, yakni:


apakah di loket-loket/unit-unit/bagian-bagian tidak mengalami
penumpukan pekerjaan (operating core)? Menurut informasi
dari pejabat penting di Dinas Perizinan itu, bahwa di loket-loket
tidak pernah terjadi penumpukan berkas pekerjaan, karena
semua jenis izin yang dilayani di Dinas Perizinan Kota
Yogyakarta ini sudah ada batas waktu penyelesaian jenis izin
tersebut. Semua itu sudah di atur dalam Peraturan Walikota
Yogyakarta Nomor 37 Tahun 2011 Tentang Penetapan
Persyaratan Perizinan dan Waktu Pelayanan Perizinan di
Lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta dan Keputusan
Kepala

Dinas

Perizinan

Kota

Yogyakarta

Nomor

47/KEP/DINZIN/2011 Tentang Penetapan Sistem dan Prosedur


Pelayanan Perizinan Pada Dinas Perizinan Koata Yogyakarta.
(Wawancara dengan Kepala Seksi Pengembangan Kinerja Dinas

48

Perizinan Pemerintah Kota Yogyakarta, Dinas Perizinan tanggal


17 Juli 2012).
Berkaitan

dengan

penerapan

kebijakan

organisasi yang baru, ada pertanyaan yang

struktur

penting, yakni:

apakah para pimpinan di Dinas ini mampu mengatur proses


perizinan dengan baik (middle line)? Menurut informasi dari
pejabat penting di Dinas Perizinan itu, pimpinan-pimpinan yang
ada di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta sudah mampu
mengatur proses perizinan dengan baik. Apabila ada masalah
mengenai perizinan yan g diajukan oleh pemohon izin, petugas
selalu bisa koordinas dengan pimpinan setiap saat. Hal ini
bertujuan untuk mempercepat pelayanan perizinan yang
dibutuhkan oleh pemohon izin dan memberikan perlayanan
perizinan yang berkualitas. (Wawancara dengan Kepala Seksi
Pengembangan Kinerja Dinas Perizinan Pemerintah Kota
Yogyakarta, Dinas Perizinan tanggal 17 Juli 2012).
Berkaitan

dengan

penerapan

kebijakan

struktur

organisasi yang baru, ada pertanyaan yang penting, yakni:


adanya dan jelasnya isi Keputusan atau Peraturan yang
dikeluarkan oleh pimpinan (strategic apex)? Menurut informasi
dari pejabat penting di Dinas Perizinan itu, setiap Keputusan
atau Peraturan yang dikeluarkan oleh pimpinan selama ini selalu
jelas dan sesuai, karena dalam membuat Keputusan atau aturan
tersebut pimpinan selalu melibatkan Pejabat Struktural. Selain
itu, juga dilakukan sosialisasi dan rapat koordinasi dengan para
petugas, sehingga petugas dalam isi Keputusan atau Peraturan
tersebut selalu jelas. (Wawancara dengan Kepala Seksi
Pengembangan Kinerja Dinas Perizinan Pemerintah Kota
Yogyakarta, Dinas Perizinan tanggal 17 Juli 2012).

49

Berkaitan

dengan

penerapan

kebijakan

struktur

organisasi yang baru, ada pertanyaan yang penting, yakni:


apakah

adan

papan

informasi

yang

berisi

prosedur/rencana/jadwal/dll, yang dibuat oleh para ahli di Dinas


Perizinan (technostructure)? Menurut informasi dari pejabat
penting di Dinas Perizinan itu, di ruang tunggu kami telah
memasang prosedur, jadwal, dan jenis perizinan yang ada di
Dinas Perizinan. Semua terpasang dengan jelas, sehingga
pemohon izin dapat melihatnya. (Wawancara dengan Kepala
Seksi Pengembangan Kinerja Dinas Perizinan Pemerintah Kota
Yogyakarta, Dinas Perizinan tanggal 17 Juli 2012)
Berkaitan

dengan

penerapan

kebijakan

struktur

organisasi yang baru, ada pertanyaan yang penting, yakni:


apakah adanya pihak/lembaga pendukung, seperti bank, kantin,
dll.? Menurut informasi dari pejabat penting di Dinas Perizinan
itu, di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta terdapat lembaga
pendukung, seperti Bank BPD DIY, Kantin. Selain itu, kami
juga menyediakan Koran dan air minum di ruang tunggu, hal ini
bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi pemohon izin.
(Wawancara dengan Kepala Seksi Pengembangan Kinerja Dinas
Perizinan Pemerintah Kota Yogyakarta, Dinas Perizinan tanggal
17 Juli 2012).
Berkaitan

dengan

penerapan

kebijakan

struktur

organisasi yang baru, ada pertanyaan yang penting, yakni:


bagaimana para petugas bekerja berdasarkan pada aturan mutu
yang terstandar (rules, procedures, policy manuals, job
descriptions, work instructions)? Menurut informasi dari pejabat
penting di Dinas Perizinan itu, bahwa para pegawai di Dinas
Perizinan dalam bekerja selalu berpedoman pada aturan mutu

50

yang

terstandar,

karena

setiap

pegawai

memiliki

job

descriptions yang jelas. Semua itu diatur dalam Keputusan


Kepala

Dinas

Perizinan

Kota

Yogyakarta

Nomor

47/KEP/DINZIN/2011 Tentang Penetapan Sistem dan Prosedur


Pelayanan Perizinan Pada Dinas Perizinan Kota Yogyakarta.
(Wawancara dengan Kepala Seksi Pengembangan Kinerja Dinas
Perizinan Pemerintah Kota Yogyakarta, Dinas Perizinan tanggal
17 Juli 2012).
Berkaitan

dengan

penerapan

kebijakan

struktur

organisasi yang baru, ada pertanyaan yang penting, yakni:


apakah para petugas bekerja berdasarkan pengetahuan dan
ketrampilan yang terstandar (skills and knowledge are
standardized)? Menurut informasi dari pejabat penting di Dinas
Perizinan itu, pegawai di Dinas Perizinan merupakan orangorang pilihan semua, sehingga memiliki kualitas SDM yang
bagus.

Penempatan

kerjanya

juga

disesuaikan

dengan

ketrampilan dan pengetahuan yang dimilikinya. Sehingga


mereka bekerjanya berdasarkan pengetahuan dan ketampilan
yang dimiliki. (Wawancara dengan Kepala Seksi Pengembangan
Kinerja Dinas Perizinan Pemerintah Kota Yogyakarta, Dinas
Perizinan tanggal 17 Juli 2012).
Berkaitan

dengan

penerapan

kebijakan

struktur

organisasi yang baru, ada pertanyaan yang penting, yakni:


apakah para petugas bekerja secara terencana dan teratur
(planning and control system)? Menurut informasi dari pejabat
penting di Dinas Perizinaan itu, bahwa hal tersebut sudah diatur
dalam Keputusan Kepala Dinas Perizinan Kota Yogyakarta
Nomor 47/KEP/DINZIN/2011 Tentang Penetapan Sistem dan
Prosedur Pelayanan Perizinan Pada Dinas Perizinan Kota

51

Yogyakarta. Sehingga para pegawai dalam bekerja secara


terencana dan teratur. (Wawancara dengan Kepala Seksi
Pengembangan Kinerja Dinas Perizinan Pemerintah Kota
Yogyakarta, Dinas Perizinan tanggal 17 Juli 2012).
Berkaitan

dengan

penerapan

kebijakan

struktur

organisasi yang baru, ada pertanyaan yang penting, yakni:


apakah hasil perizinan sesuai dengan standar mutu yang
diinginkan (outputs are standardized)? Menurut informasi dari
pejabat penting di Dinas Perizinan itu, bahwa hasil perizinan
yang ada di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta sudah sesuai
dengan mutu yang diinginkan. Hal ini dengan adanya bebrapa
prestasi yang diraih oleh Kota Yogyakarta, diantaranya sebagai
berikut: (Wawancara dengan Kepala Seksi Pengembangan
Kinerja Dinas Perizinan Pemerintah Kota Yogyakarta, Dinas
Perizinan tanggal 17 Juli 2012).
1. Investment Award tahun 2007 dari BKPM
2. Citra Pelayanan Prima tahun 2008 dari Men PAN
3. Berdasarkan
International

survey

dari

Indonesia

Kota

Transparancy
Yogyakarta

mendapatkan skor paling tinggi se-Indonesia


dalam kategori Kota terbersih korupsi dengan
Indek Persepsi Korupsi (IPK) sebesar 6,43.
4. Investment Award tahun 2009 dari BKPM
5. Berdasarkan

survey

Indonesia 2010 oleh


Corporation

(IFC)

Doing

Business

Internasional
kerjasama

di

Finance

Multilateral

Investment Guarantee Agency, The World Bank


dan State Ministry for Administrative Reform,
Kota Yogyakarta ( Dinas Perizinan ) menempati

52

Peringkat Peringkat Pertama Nasional dalam


kemudahan Mendirikan Usaha dan Mengurus
Izin Mendirikan Bangunan, dan menempati
Peringkat

Kelima

untuk

mengurus

Izin

Mendirikan Bangunan.
6. Sedang pada tahun 2011 menempati Peringkat
Pertama

tingkat Nasional untuk kemudahan

Mendirikan Usaha dan

untuk tingkat dunia

menempati peringkat keempat untuk kemudahan


Mengurus Izin Mendirikan Bangunan.
7. Sertifikat ISO 9001:2008 dari WQA.
Berkaitan

dengan

penerapan

kebijakan

struktur

organisasi yang baru, ada pertanyaan yang penting, yakni: apa


adanya hubungan kerja yang erat antara satu loket/unit/bagian
dengan loket/unit/bagian yang lain (connections managers,
teams, task force, standing committees, and matrix structure;
tools)? Menurut informasi dari pejabat penting di Dinas
Perizinan itu, ada hubungan kerja antara loket satu dengan loket
lainnya, karena meraka merupakan satu team. Sehingga selalu
berkoordinasi apabila ada masalah perizinan. (Wawancara
dengan Kepala Seksi Pengembangan Kinerja Dinas Perizinan
Pemerintah Kota Yogyakarta, Dinas Perizinan tanggal 17 Juli
2012).
Berkaitan

dengan

penerapan

kebijakan

struktur

organisasi yang baru, ada pertanyaan yang penting, yakni:


apakah

petugas

diserahi

wewenang

membuat

keputusan/menyelesaikan masalah oleh atasannya dalam lingkup


pekerjaannnya

(delegation

to

line

managers)?

Menurut

informasi dari pejabat penting di Dinas Perizinan itu, bahwa

53

petugas diserahi kewenangan untuk menyelesaikan masalah


perizinan dalam lingkup pekerjaannya. Namun, apabila ada
masalah mengenai perizinan yang perlu dikoordinasikan dengan
bidang-bidang terkait, petugas yang bersangkutan selalu
koordinasi dengan bidang-bidang tersebut. (Wawancara dengan
Kepala

Seksi

Pengembangan

Kinerja

Dinas

Perizinan

Pemerintah Kota Yogyakarta, Dinas Perizinan tanggal 17 Juli


2012).
Berkaitan

dengan

penerapan

kebijakan

struktur

organisasi yang baru, ada pertanyaan yang penting, yakni:


siapapun

dari

petugas

memutuskan/menyelesaikan

memiliki
masalah

dalam

kewenangan
lingkup

pekerjaannya (power sharing by nonmanagers)? Menurut


informasi dari pejabat penting di Dinas Perizinan itu, dalam
memutuskan/menyelesaikan masalah perizinan dalam lingkup
pekerjaannya harus berkoordinasi dengan bidang terkait. Surat
Keputusan Kepala Dinas Perizinan Kota Yogyakarta Nomor
48/Kep/DinZin/2011

Tentang

Pelimpahan

Sebagaian

Kewenangan Kepala Dinas Perizinan Kota Yogyakarta kepada


Pejabat Struktural Eselon III di Dinas Perizinan untuk
Menandatangani Perizinan. (Wawancara dengan Kepala Seksi
Pengembangan Kinerja Dinas Perizinan Pemerintah Kota
Yogyakarta, Dinas Perizinan tanggal 17 Juli 2012).

54

BAB III
ANALISIS KEBIJAKAN STRUKTUR ORGANISASI DAN
KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DINAS PERIZINAN
PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

A. Kebijakan Struktur Organisasi Baru

1. Persepsi

masyarakat

unit/bagian-bagian

terhadap

di

loket-loket/unit-

Dinas

Perizinan

Kota

Yogyakarta berisi jenis-jenis perizinan yang sesuai


dengan kebutuhan (pembentukan unit/unit grouping
berdasar kebutuhan masyarakat/client).
Tabel 3.1
Unit Grouping berdasar kebutuhan

Valid

Frequency
20

Valid
Percent
20,0

Benar

65

65,0

Sangat Benar

15

15,0

100

100,0

Agak benar

Total

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang


memilih jawaban benar adalah 65 (65%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya penbentukan
loket-loket/unit-unit/bagian-bagian
Perizinan
perizinan

Kota
yang

Yogyakarta
sesuai

di

berisi
dengan

Dinas
jenis-jenis
kebutuhan

(pembentukan unit/unit grouping berdasar kebutuhan


masyarakat/client).

55

2. Persepsi

masyarakat

unit/bagian-bagian

di

tentang
Dinas

loket-loket/unitPerizinan

Kota

Yogyakarta memudahkan memperoleh pelayanan


(services).

Tabel 3.2
Loket memudahkan memperoleh pelayanan
(services)
Valid
Frequency
Percent
Valid
Tidak benar
2
2,0
Agak benar

22

22,0

Benar

61

61,0

Sangat Benar

15

15,0

100

100,0

Total

Bersadarkan tabel diatas bahwa responden yang


memilih jawaban benar adalah 61 (61%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya loket-loket/unitunit/bagian-bagian

di

Dinas

Perizinan

Kota

Yogyakarta memudahkan memperoleh pelayanan


(services).

3. Persepsi

masyarakat

unit/bagian-bagian

di

tentang
Dinas

loket-loket/unitPerizinan

Kota

Yogyakarta memudahkan memperoleh barang/jasa


pelayanan (output).

56

Tabel 3.3
loket memudahkan memperoleh hasil dan manfaat
(output)
Valid
Frequency
Percent
Valid
Agak benar
28
28,0
Benar

53

53,0

Sangat Benar

19

19,0

100

100,0

Total

Bersadarkan tabel diatas bahwa responden yang


memilih jawaban benar adalah 53 (53%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya loket-loket/unitunit/bagian-bagian

di

Dinas

Perizinan

Kota

Yogyakarta memudahkan memperoleh barang/jasa


pelayanan (output).

4. Persepsi

masyarakat

unit/bagian-bagian

tentang

di

Dinas

loket-loket/unitPerizinan

Kota

Yogyakarta memudahkan dalam memperoleh hasil


dan manfaat pelayanan (product).
Tabel 3.4
jumlah bagian unit sedikit

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

6,0

Agak benar

27

27,0

Benar

53

53,0

Sangat Benar

13

13,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

57

Bersadarkan tabel diatas bahwa responden yang


memilih jawaban benar adalah 53 (53%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya loket-loket/unitunit/bagian-bagian

di

Dinas

Perizinan

Kota

Yogyakarta memudahkan dalam memperoleh hasil


dan manfaat pelayanan (product).

5. Persepsi masyarakat tentang mengurus perizinan di


Dinas Perizinan Kota Yogyakarta dengan melewati
loket-loket/unit-unit/bagian-bagian yang jumlahnya
tidak

banyak

(jumlah

bagian/unit

size-nya

sedikit/flat).
Tabel 3.5
semua urusan tanpa kantor/tempat lain

Valid

Frequency
2

Valid
Percent
2,0

Tidak benar

6,0

Agak benar

20

20,0

Benar

55

55,0

Sangat Benar

17

17,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

Bersadarkan tabel diatas bahwa responden yang


memilih jawaban benar adalah 55 (55%). Hal ini
berarti

bahwa

benar

kenyataannya

mengurus

perizinan di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta


dengan melewati loket-loket/unit-unit/bagian-bagian
yang jumlahnya tidak banyak (jumlah bagian/unit
size-nya sedikit/flat).

58

6. Persepsi masyarakat tentang urusan perizinan cukup


diselesaikan di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta,
tanpa harus ke Dinas/Kantor lainnya (unit size is
flat).
Tabel 3.6
jenjang hierarki pendek

Valid

Tidak benar

Frequency
6

Valid
Percent
6,0

Agak benar

27

27,0

Benar

50

50,0

Sangat Benar

17

17,0

100

100,0

Total

Bersadarkan tabel diatas bahwa responden yang


memilih jawaban benar adalah 50 (50%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya urusan perizinan
cukup

diselesaikan

di

Dinas

Perizinan

Kota

Yogyakarta, tanpa harus ke Dinas/Kantor lainnya


(unit size is flat).

7. Persepsi masyarakat tentang Izin yang ajukan cepat


selesai karena cepat disetujui oleh pihak pimpinan di
Dinas

Perizinan

Kota

Yogyakarta

hirarki/span of control-nya pendek/narrow).

(jenjang

59

Tabel 3.7
span of control is narrow

Valid

Missing
Total

Frequency
2

Valid
Percent
2,0

Tidak benar

4,0

Agak benar

17

17,2

Benar

59

59,6

Sangat Benar

17

17,2

Total

99

100,0

Sangat Tidak benar

System

1
100

Bersadarkan tabel diatas bahwa responden yang


memilih jawaban benar adalah 59 (59,6%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya Izin yang ajukan
cepat selesai karena cepat disetujui

oleh pihak

pimpinan di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta


(jenjang hirarki/span of control-nya pendek/narrow).

8. Persepsi masyarakat tentang urusan perizinan cukup


diputuskan oleh pimpinan di Dinas Perizinan Kota
Yogyakarta, tanpa harus oleh pimpinan-pimpinan
yang lebih tinggi (span of control is narrow).

60

Tabel 3.8
tidak ada penumpukan pekerjaan di loket

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

8,0

Agak benar

19

19,0

Benar

59

59,0

Sangat Benar

13

13,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

Bersadarkan tabel diatas bahwa responden yang


memilih jawaban benar adalah 59 (59,6%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya urusan perizinan
cukup diputuskan oleh pimpinan di Dinas Perizinan
Kota Yogyakarta, tanpa harus oleh pimpinanpimpinan yang lebih tinggi (span of control is
narrow).

9. Persepsi masyarakat tentang di loket-loket tidak


mengalami penumpukan pekerjaan (operating core).
Tabel 3.9
pimpinan mampu mengatur proses perizinan dengan
baik
Valid
Frequency
Percent
Valid
Sangat Tidak benar
1
1,0
Tidak benar

4,0

Agak benar

23

23,0

Benar

62

62,0

Sangat Benar

10

10,0

100

100,0

Total

61

Bersadarkan tabel diatas bahwa responden yang


memilih jawaban benar adalah 62 (62%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya di loket-loket
tidak mengalami penumpukan pekerjaan (operating
core).

10. Persepsi masyarakat tentang para pimpinan di Dinas


Perizinan Kota Yogyakarata

mampu mengatur

proses perizinan ini dengan baik (middle line).


Tabel 3.10
keputusan atau peraturan pimpinana jelas

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

6,0

Agak benar

19

19,0

Benar

59

59,0

Sangat Benar

15

15,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

Bersadarkan tabel diatas bahwa responden yang


memilih jawaban benar adalah 59 (59%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya para pimpinan di
Dinas Perizinan Kota Yogyakarata mampu mengatur
proses perizinan ini dengan baik (middle line).

11. Persepsi masyarakat tentang adanya dan jelasnya isi


Keputusan atau Peraturan
pimpinan (strategic apex).

yang dikeluarkan oleh

62

Tabel 3.11
papan informasi terisi lengkap

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

8,0

Agak benar

18

18,0

Benar

55

55,0

Sangat Benar

18

18,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

Bersadarkan tabel diatas bahwa responden yang


memilih jawaban benar adalah 55 (55%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya adanya dan
jelasnya isi Keputusan atau Peraturan

yang

dikeluarkan oleh pimpinan (strategic apex).

12. Persepsi masyarakat tentang adanya papan informasi


yang berisi prosedur/rencana/jadwal/dll. yang dibuat
oleh para ahli di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta
(technostructure).

63

Tabel 3.12
terdapat pihak pendukung di dinas perizinan

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

4,0

Agak benar

15

15,0

Benar

62

62,0

Sangat Benar

18

18,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

Bersadarkan tabel diatas bahwa responden yang


memilih jawaban benar adalah 62 (62%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya adanya papan
informasi yang berisi prosedur/rencana/jadwal/dll.
yang dibuat oleh para ahli di Dinas Perizinan Kota
Yogyakarta (technostructure).

13. Persepsi masyarakat tentang adanya pihak/lembaga


pendukung, seperti bank, kantin, dll. (support staff).
Tabel 3.13
petugas bekerja berdsaar pada aturan mutu yang
terstandar
Valid
Frequency
Percent
Valid
Sangat Tidak benar
1
1,0
Tidak benar

2,0

Agak benar

23

23,0

Benar

61

61,0

Sangat Benar

13

13,0

100

100,0

Total

64

Bersadarkan tabel diatas bahwa responden yang


memilih jawaban benar adalah 61 (61%). Hal ini
berarti

bahwa

benar

kenyataannya

adanya

pihak/lembaga pendukung, seperti bank, kantin, dll.


(support staff).
14. Persepsi masyarakat tentang para petugas bekerja
berdasarkan pada aturan mutu yang terstandar (rules,
procedures, policy manuals, job descriptions, work
instructions).
Tabel 3.14
petugas bekerja berdasar pengetahuan dan
ketrampilan terstandar
Valid
Frequency
Percent
Valid
Sangat Tidak benar
1
1,0
Tidak benar

3,0

Agak benar

25

25,0

Benar

61

61,0

Sangat Benar

10

10,0

100

100,0

Total

Bersadarkan tabel diatas bahwa responden yang


memilih jawaban benar adalah 61 (61%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya para petugas
bekerja

berdasarkan

pada

aturan

mutu

yang

terstandar (rules, procedures, policy manuals, job


descriptions, work instructions).

65

15. Persepsi masyarakat tentang para petugas bekerja


berdasarkan pada pengetahuan dan ketrampilan yang
terstandar (skills and knowledge are standardized).
Tabel 3.15
petugas bekerja secara terncana

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

4,0

Agak benar

26

26,0

Benar

56

56,0

Sangat Benar

13

13,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

Bersadarkan tabel diatas bahwa responden yang


memilih jawaban benar adalah 56 (56%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya para petugas
bekerja

berdasarkan

pada

pengetahuan

dan

ketrampilan yang terstandar (skills and knowledge


are standardized).

16. Persepsi masyarakat tentang para petugas bekerja


secara terencana dan teratur (planning and control
system).

66

Tabel 3.16
hasil perizinan sesuai standar mutu

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

3,0

Agak benar

27

27,0

Benar

54

54,0

Sangat Benar

15

15,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

Bersadarkan tabel diatas bahwa responden yang


memilih jawaban benar adalah 54 (54%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya para petugas
bekerja secara terencana dan teratur (planning and
control system).

17. Persepsi masyarakat tentang hasil perizinan sesuai


dengan standar mutu yang inginkan (outputs are
standardized).

67

Tabel 3.17
hubungan kerja antar loket sangant erat

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

4,0

Agak benar

28

28,0

Benar

54

54,0

Sangat Benar

13

13,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

Bersadarkan tabel diatas bahwa responden yang


memilih jawaban benar adalah 54 (54%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya hasil perizinan
sesuai dengan standar mutu yang inginkan (outputs
are standardized).

18. Persepsi masyarakat tentang adanya hubungan kerja


yang erat antara satu loket/unit/bagian dengan
loket/unit/bagian yang lain (connections across
units).
Tabel 3.18
petugas mendapat wewenang memutuskan masalah
dari atasan

Valid

Frequency
2

Valid
Percent
2,0

Tidak benar

4,0

Agak benar

34

34,0

Benar

52

52,0

8,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Sangat Benar
Total

68

Bersadarkan tabel diatas bahwa responden yang


memilih jawaban benar adalah 52 (52%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya adanya hubungan
kerja yang erat antara satu loket/unit/bagian dengan
loket/unit/bagian yang lain (connections across
units).
19. Persepsi masyarkat tentang
wewenang

membuat

petugas

diserahi

keputusan/menyelesaikan

masalah oleh atasannya dalam lingkup pekerjaannya


(delegation to line managers).
Tabel 3.19
petugas punya wewenang memutuskan masalah di
lingkungannya

Valid

Missing

Sangat Tidak benar

Frequency
3

Valid
Percent
3,0

Tidak benar

8,1

Agak benar

29

29,3

Benar

49

49,5

Sangat Benar

10

10,1

Total

99

100,0

System

Total

100

Bersadarkan tabel diatas bahwa responden yang


memilih jawaban benar adalah 49 (49,5%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya petugas diserahi
wewenang

membuat

keputusan/menyelesaikan

masalah oleh atasannya dalam lingkup pekerjaannya


(delegation to line managers).

69

20. Persepsi masyarakat siapanpun dari petugas memiliki


kewenangan memutuskan/menyelesaikan masalah
dalam lingkup pekerjaannya (power sharing by
nonmanagers).

Table 3.20
Siapapun petugas mempunyai wewenang
memutuskan masalah lingkup pekerjaannya

Valid

Missing

Sangat Tidak benar

Frequency
3

Valid
Percent
3.0

Tidak benar

8.1

Agak benar

29

29.3

Benar

49

49.5

Sangat Benar

10

10.1

Total

99

100.0

System

Total

100

Bersadarkan tabel diatas bahwa responden yang


memilih jawaban benar adalah 49 (49,5%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya siapanpun dari
petugas

memiliki

kewenangan

memutuskan/menyelesaikan masalah dalam lingkup


pekerjaannya (power sharing by nonmanagers).

70

Tabel 3.21

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Indeks Penerapan Struktur Organisasi Baru


Aspek
NI
unit grouping
3,9
number of positions
3,8
job specialization
3,8
behavior formulation
3,8
training and indoctrination
3,8
action planning and perf control
3,8
liaison device
3,7
vertical decentralization
3,6
horizontal decentralization
3,5
Rerata Indeks
3,75

Berdasarkan tabel indeks diatas bahwa aspek


yang mendapatkan nilai tertinggi adalah unit
grouping dengan nilai indeks sebesar 3,9. Hal ini
berarti memang benar kenyataannya bahwa loketloket/unit-unit/bagian-bagian di Dinas Perizinan
Kota Yogyakarta berisi jenis-jenis perizinan yang
sesuai dengan kebutuhan (pembentukan unit/unit
grouping berdasar kebutuhan masyarakat/client).
Sedangkan aspek yang mendapat nilai terendah
adalah horizontal decentralization dengan nilai
indeks sebesar 3,5. Meskinpun mendapat nilai indeks
paling rendah namun aspek tersebut sudah termasuk
benar kenyataannya dalam penerapannya.
Dari data tabel indeks diatas dapat disajikan
dalam bentuk grafik seperti dibawah ini:

71

Grafik 3.1

72

B. Kualitas Pelayanan Publik


1. Lingkungan fisik Dinas Perizinan Kota Yogyakarta
bersih dan nyaman.
Tabel 3.22
Lingkungan Bersih dan nyaman

Valid

Frequency
5

Valid
Percent
5,0

Benar

76

76,0

Sangat Benar

19

19,0

100

100,0

Agak benar

Total

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 76 (76%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya lingkungan fisik
Dinas Perizinan Kota Yogyakarta bersih dan nyaman.

2. Sarana dan prasarana Dinas Perizinan Kota Yogyakarta


rapi dan teratur.
Tabel 3.23
Sarana prasarana teratur

Valid

Frequency
9

Valid
Percent
9,0

Benar

72

72,0

Sangat Benar

19

19,0

100

100,0

Agak benar

Total

73

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 72 (72%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya Sarana dan prasarana
Dinas Perizinan Kota Yogyakarta rapi dan teratur.

3. Ruangan-ruangan di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta


mencukupi untuk berbagai kegiatan pelayanan.
Tabel 3.24
Ruangan Mencukupi untuk kegiatan

Valid

Missing

Frequency
9

Valid
Percent
9,3

Benar

68

70,1

Sangat Benar

20

20,6

Total

97

100,0

Agak benar

System

Total

3
100

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 68 (70,1%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya Ruangan-ruangan di
Dinas Perizinan Kota Yogyakarta mencukupi untuk
berbagai kegiatan pelayanan.

4. Ruang tunggu Dinas Perizinan Kota Yogyakarta layak.

74

Tabel 3.25
Ruangan tunggu layak

Valid

Frequency
11

Valid
Percent
11,0

Benar

68

68,0

Sangat Benar

21

21,0

100

100,0

Agak benar

Total

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 68 (68%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya Ruang tunggu Dinas
Perizinan Kota Yogyakarta sudah layak.

5. Fasilitas pelayanan Dinas Perizinan Kota Yogyakarta


memadai.

Tabel 3.26
Fasilitas memadai

Valid

Missing
Total

Tidak benar

Frequency
3

Valid
Percent
3,0

Agak benar

9,1

Benar

71

71,7

Sangat Benar

16

16,2

Total

99

100,0

System

1
100

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 71 (71,7%). Hal ini

75

berarti bahwa benar kenyataannya Fasilitas pelayanan


Dinas Perizinan Kota Yogyakarta sudah memadai.

6. Alat-alat

perkantoran

di

Dinas

Perizinan

Kota

Yogyakarta lengkap.
Tabel 3.27
Alat-alat perkantoran lengkap

Valid

Tidak benar

Frequency
3

Valid
Percent
3,1

Agak benar

12

12,2

Benar

75

76,5

8,2

98

100,0

Sangat Benar
Total
Missing
Total

System

2
100

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 75 (76,5%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya Alat-alat perkantoran
di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta sudah lengkap.

7. Macam barang/jasa pelayanan yang tersedia di Dinas


Perizinan Kota Yogyakarta lengkap.

76

Tabel 3.28
barang/jasa pelayanan tersedia lengkap

Valid

Frequency
16

Valid
Percent
16,3

Benar

69

70,4

Sangat Benar

13

13,3

Total

98

100,0

Agak benar

Missing

System

Total

100

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 69 (70,4%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya macam barang/jasa
pelayanan yang tersedia di Dinas Perizinan Kota
Yogyakarta lengkap.

8. Papan

petugas/konter

di

Dinas

Perizinan

Kota

Yogyakarta terpasang dengan jelas.


Tabel 3.29
papan petugas konter terpasang jelas

Valid

Tidak benar

Frequency
2

Valid
Percent
2,0

Agak benar

9,0

Benar

64

64,0

Sangat Benar

25

25,0

100

100,0

Total

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 64 (64%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya Papan petugas/konter

77

di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta sudah terpasang


dengan jelas.

9. Papan pengumuman di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta


tersedia dan mudah dibaca.
Tabel 3.30
Papan pengumuman jelas

Valid

Tidak benar

Frequency
3

Valid
Percent
3,0

Agak benar

9,0

Benar

70

70,0

Sangat Benar

18

18,0

100

100,0

Total

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 70 (70%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya Papan pengumuman
di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta sudah tersedia dan
mudah dibaca.

10. Sarana

pengaduan/keluhan/saran/masukan

Perizinan Kota Yogyakarta tersedia.

di

Dinas

78

Tabel 3.31
sarana pengaduan tersedia

Valid

Missing

Tidak benar

Frequency
4

Valid
Percent
4,0

Agak benar

18

18,2

Benar

61

61,6

Sangat Benar

16

16,2

Total

99

100,0

System

Total

100

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 61 (61%). Hal ini
berarti

bahwa

benar

kenyataannya

sarana

pengaduan/keluhan/saran/masukan di Dinas Perizinan


Kota Yogyakarta sudah tersedia.
11. Biaya pelayanan di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta
relatif murah/terjangkau/wajar.
Tabel 3.32
Biaya relatif terjangkau

Valid

Missing
Total

Tidak benar

Frequency
5

Valid
Percent
5,1

Agak benar

20

20,2

Benar

61

61,6

Sangat Benar

13

13,1

Total

99

100,0

System

1
100

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 61 (61,6%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya Biaya pelayanan di

79

Dinas

Perizinan

Kota

Yogyakarta

relatif

murah/terjangkau/wajar.
12. Biaya yang dibayarkan sesuai dengan biaya yang telah
ditetapkan (tidak ada pungli).
Tabel 3.33
Biaya sesuai ketetapan

Valid

Missing

Frequency
3

Valid
Percent
3,0

Tidak benar

5,1

Agak benar

14

14,1

Benar

58

58,6

Sangat Benar

19

19,2

Total

99

100,0

Sangat Tidak benar

System

Total

100

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 58 (58%). Hal ini
berarti

bahwa

benar

kenyataannya

Biaya

yang

dibayarkan sesuai dengan biaya yang telah ditetapkan


(tidak ada pungli).
13. Dinas

Perizinan

Kota

Yogyakarta

memiliki

pelayanan keliling (jemput bola ke masyarakat)

unit

80

Tabel 3.34
Jemput bola pelayanan

Valid

Missing

Frequency
6

Valid
Percent
6,2

Tidak benar

16

16,5

Agak benar

36

37,1

Benar

28

28,9

Sangat Benar

11

11,3

Total

97

100,0

Sangat Tidak benar

System

Total

100

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban agak benar adalah sebanyak 36 (37,1%). Hal
ini berarti bahwa agak benar kenyataannya Dinas
Perizinan Kota Yogyakarta memiliki unit pelayanan
keliling (jemput bola ke masyarakat).
14. Persyaratan pendaftaran di Dinas Perizinan Kota
Yogyakarta sederhana.
Tabel 3.35
Persyaratan pendaftaran sederhana

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

2,0

Agak benar

27

27,0

Benar

61

61,0

9,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Sangat Benar
Total

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 61 (61%). Hal ini

81

berarti

bahwa

benar

kenyataannya

Persyaratan

pendaftaran di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta


sederhana.
15. Prosedur/mekanisme

pelayanan

mudah

dan

tidak

berbelit-belit.
Tabel 3.36
Prosedur pelayanan tidak berbelit-belit

Valid

Frequency
2

Valid
Percent
2,0

Tidak benar

4,0

Agak benar

26

26,0

Benar

56

56,0

Sangat Benar

12

12,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 56 (56%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya Prosedur/mekanisme
pelayanan mudah dan tidak berbelit-belit.
16. Jumlah petugas pemberi pelayanan mencukupi.

82

Tabel 3.37
Jumlah Petugas mencukupi

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

2,0

Agak benar

23

23,5

Benar

63

64,3

9,2

98

100,0

Sangat Tidak benar

Sangat Benar
Total
Missing

System

Total

100

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 63 (64,3%). Hal ini
berarti bahwa

benar kenyataannya jumlah petugas

pemberi pelayanan mencukupi.


17. Pemeriksaan oleh petugas terhadap dokumen pelayanan
bersifat akurat/tepat.
Tabel 3.38
Pemeriksaan petugas terhadap dokumen akurat

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

5,0

Agak benar

22

22,0

Benar

58

58,0

Sangat Benar

14

14,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

83

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 58 (58%). Hal ini
berarti bahwa
petugas

benar kenyataannya pemeriksaan oleh

terhadap

dokumen

pelayanan

bersifat

akurat/tepat.
18. Koreksi oleh petugas terhadap dokumen pelayanan
dilakukan dengan benar.
Tabel 3.39
koreksi terhadap dokumen dilakukan dengan benar

Sangat Tidak benar

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

4,0

Agak benar

28

28,0

Benar

58

58,0

9,0

100

100,0

Frequency
Valid

Sangat Benar
Total

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 58 (58%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya koreksi oleh petugas
terhadap dokumen pelayanan dilakukan dengan benar.

19. Penatausahaan

oleh

petugas

terhadap

pelayanan dilakukan dengan benar dan rapi.

dokumen

84

Tabel 3.40
Penatausahaan dilakukan dengan benar

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

1,0

Agak benar

27

27,0

Benar

56

56,0

Sangat Benar

15

15,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 56 (56%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya penatausahaan oleh
petugas terhadap dokumen pelayanan dilakukan dengan
benar dan rapi.
20. Dinas Perizinan Kota Yogyakarta memang dikenal luas
memberi

pelayanan

publik

yang

dimohon

oleh

masyarakat dengan baik.


Tabel 3.41
terkenal luas memberi pelayanan publik

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

7,0

Agak benar

19

19,0

Benar

62

62,0

Sangat Benar

11

11,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 62 (62%). Hal ini

85

berarti bahwa benar kenyataannya Dinas Perizinan Kota


Yogyakarta memang dikenal luas memberi pelayanan
publik yang dimohon oleh masyarakat dengan baik.

21. Dinas Perizinan Kota Yogyakarta memperlakukan


masyarakat pemohon secara adil (tidak membedakan
golongan/status masyarakat yang dilayani).
Tabel 3.42
Memperlakukan masyarakat pemohon secara
adil
Valid
Frequency
Percent
Valid
Tidak benar
6
6,0
Agak benar

19

19,0

Benar

59

59,0

Sangat Benar

16

16,0

100

100,0

Total

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 59 (59%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya Dinas Perizinan Kota
Yogyakarta memperlakukan masyarakat pemohon secara
adil (tidak membedakan golongan/status masyarakat
yang dilayani).
22. Dinas Perizinan Kota Yogyakarta memiliki sistem
pelayanan yang dapat dipercaya.

86

Tabel 3.43
Sistem pelayanan yang dapat dipercaya

Valid

Missing

Tidak benar

Frequency
6

Valid
Percent
6,1

Agak benar

17

17,2

Benar

63

63,6

Sangat Benar

13

13,1

Total

99

100,0

System

Total

100

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 63 (63%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya Dinas Perizinan Kota
Yogyakarta memiliki sistem pelayanan yang dapat
dipercaya.
23. Hasil kerja pelayanan dari Dinas Perizinan Kota
Yogyakarta memuaskan.
Tabel 3.44
Hasil kerja pelayanan memuaskan

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

6,0

Agak benar

23

23,0

Benar

54

54,0

Sangat Benar

16

16,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 54 (54%). Hal ini

87

berarti bahwa benar kenyataannya hasil kerja pelayanan


dari Dinas Perizinan Kota Yogyakarta memuaskan.
24. Bila

butuh

mengajukan

permohonan

lagi,

masyarakat/pemohon dengan senang hati akan datang


lagi ke Dinas Perizinan Kota Yogyakarta karena merasa
percaya dengan Dinas Perizinan Kota Yogyakarta.
Tabel 3.45
Pengajuan permohonan akan selalu ke dinas ini lagi

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

3,0

Agak benar

26

26,0

Benar

59

59,0

Sangat Benar

11

11,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 59 (59%). Hal ini
berarti

bahwa

benar

kenyataannya

bila

butuh

mengajukan permohonan lagi, masyarakat/pemohon


dengan senang hati akan datang lagi ke Dinas Perizinan
Kota Yogyakarta karena merasa percaya dengan Dinas
Perizinan Kota Yogyakarta.
25. Masyarakat/pemohon merasa ada jaminan keselamatan
dari

Dinas

Perizinan

dokumen-dokumennya.

Kota

Yogyakarta

terhadap

88

Tabel 3.46
Ada jaminan keselamatan

Valid

Missing

Frequency
3

Valid
Percent
3,4

Tidak benar

5,7

Agak benar

17

19,3

Benar

49

55,7

Sangat Benar

14

15,9

Total

88

100,0

System

12

Sangat Tidak benar

Total

100

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 49 (55,7%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya masyarakat/pemohon
merasa ada jaminan keselamatan dari Dinas Perizinan
Kota Yogyakarta terhadap dokumen-dokumennya.

26. Kepastian adanya petugas yang memberikan pelayanan.


Tabel 3.47
Ada kepastian petugas yang melayani

Tidak benar

Valid
Percent
3,0

Agak benar

24

24,0

Benar

57

57,0

Sangat Benar

16

16,0

100

100,0

Frequency
Valid

Total

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 57 (57%). Hal ini

89

berarti bahwa

benar kenyataannya adanya kepastian

petugas yang memberikan pelayanan.

27. Kedisiplinan waktu petugas dapat dijamin.


Tabel 3.48
Kedisiplinan waktu petugas

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

8,0

Agak benar

28

28,0

Benar

48

48,0

Sangat Benar

15

15,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 48 (48%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya kedisiplinan waktu
petugas dapat dijamin.
28. Masyarakat/pemohon tidak khawatir mendapatkan resiko
negatif ketika mengurus permohonan ke Dinas Perizinan
Kota Yogyakarta.

90

Tabel 3.49
tidak ada kekhawatiran terhadap resiko negatif

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

6,0

Agak benar

26

26,0

Benar

56

56,0

Sangat Benar

11

11,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 56 (56%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya masyarakat/pemohon
tidak khawatir mendapatkan resiko negatif ketika
mengurus

permohonan

ke

Dinas

Perizinan

Kota

Yogyakarta.

29. Petugas pelayanan mampu dan mau menjelaskan


masalah yang dihadapi masyarakat/pemohon dalam
urusan pelayanan publik ini.
Tabel 3.50
Petugas mau dan mampu menjelaskan

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

5,0

Agak benar

17

17,0

Benar

66

66,0

Sangat Benar

11

11,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

91

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 66 (66%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya petugas pelayanan
mampu dan mau menjelaskan masalah yang dihadapi
masyarakat/pemohon dalam urusan pelayanan publik
tentang perizinan.

30. Petugas pelayanan terlihat ahli dan trampil dalam


mengerjakan tugas melayani masyarakat/pemohon.

Tabel 3.51
Petugas ahli dan trampil

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

3,0

Agak benar

18

18,0

Benar

67

67,0

Sangat Benar

11

11,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 67 (67%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya petugas pelayanan
terlihat ahli dan trampil dalam mengerjakan tugas
melayani masyarakat/pemohon.

92

31. Petugas pelayanan mampu menyelesaikan pekerjaannya


sesuai waktu yang telah ditentukan.
Tabel 3.52
Petugas menyelesaikan tugas sesuai waktu

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

5,0

Agak benar

28

28,0

Benar

51

51,0

Sangat Benar

15

15,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 51 (51%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya petugas pelayanan
mampu menyelesaikan pekerjaannya sesuai waktu yang
telah ditentukan.
32. Petugas telepon/informasi/pendaftaran/petugas lainnya
dengan ramah dan senang hati memberi pelayanan.
Tabel 3.53
petugas informasi ramah

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

2,0

Agak benar

25

25,0

Benar

57

57,0

Sangat Benar

15

15,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

93

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 57 (57%). Hal ini
berarti

bahwa

benar

kenyataannya

petugas

telepon/informasi/pendaftaran/petugas lainnya dengan


ramah dan senang hati memberi pelayanan.

33. Petugas telepon/informasi/pendaftaran/petugas lainnya


memberikan informasi yang mengandung kebenaran.
Tabel 3.54
petugas memberikan informasi yang benar

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

1,0

Agak benar

24

24,0

Benar

60

60,0

Sangat Benar

14

14,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 60 (60%). Hal ini
berarti

bahwa

benar

kenyataannya

telepon/informasi/pendaftaran/petugas

petugas
lainnya

memberikan informasi yang mengandung kebenaran.


34. Petugas pelayanan berbicara dengan baik kepada
masyarakat/pemohon.

94

Tabel 3.55
petugas informasi dapat berbicara dengan baik

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

4,0

Agak benar

16

16,0

Benar

65

65,0

Sangat Benar

14

14,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 65 (65%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya petugas pelayanan
berbicara dengan baik kepada masyarakat/pemohon.

35. Petugas pelayanan mampu menjelaskan masalah/urusan


secara gampang dipahami oleh masyarakat/pemohon.
Tabel 3.56
petugas informasi mampu menjelaskan urusan yang
dihadapi
Valid
Frequency
Percent
Valid
Sangat Tidak benar
1
1,0

Missing
Total

Tidak benar

1,0

Agak benar

26

26,5

Benar

54

55,1

Sangat Benar

16

16,3

Total

98

100,0

System

2
100

95

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 54 (54%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya petugas pelayanan
mampu menjelaskan masalah/urusan secara gampang
dipahami oleh masyarakat/pemohon.
36. Petugas

pelayanan

mau

diajak

berdialog

oleh

masyarakat/pemohon.
Tabel 3.57
petugas mudah diajak dialog oleh pemohon

Valid

Missing

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

1,0

Agak benar

16

16,2

Benar

68

68,7

Sangat Benar

13

13,1

Total

99

100,0

Sangat Tidak benar

System

Total

1
100

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 68 (68,7%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya petugas pelayanan
mau diajak berdialog oleh masyarakat/pemohon.

37. Petugas pelayanan memiliki sikap sopan santun dan


ramah tamah.

96

Tabel 3.58
petugas memiliki kesopanan

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

1,0

Agak benar

20

20,0

Benar

58

58,0

Sangat Benar

20

20,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 58 (58%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya petugas pelayanan
memiliki sikap sopan santun dan ramah tamah.

38. Petugas

pelayanan

menghormati

dan

menghargai

masyarakat/pemohon.
Tabel 3.59
petugas menghargai dan menghormati pemohon

Valid

Missing
Total

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

1,0

Agak benar

15

15,2

Benar

69

69,7

Sangat Benar

13

13,1

Total

99

100,0

Sangat Tidak benar

System

1
100

97

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 69 (69%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya petugas pelayanan
menghormati dan menghargai masyarakat/pemohon.

39. Petugas

pelayanan

bertanggungjawab

dalam

mengerjakan tugasnya dalam memberikan pelayanan


kepada masyarakat/pemohon.
Tabel 3.60
petugas senantiasa bertanggungjawab

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

3,0

Agak benar

19

19,0

Benar

63

63,0

Sangat Benar

14

14,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 63 (63%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya petugas pelayanan
bertanggungjawab dalam mengerjakan tugasnya dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat/pemohon.
40. Petugas pelayanan tanggap menyelesaikan keluhan
masyarakat/pemohon.

98

Tabel 3.61
petugas tanggap terhadap keluhan

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

6,0

Agak benar

20

20,0

Benar

59

59,0

Sangat Benar

14

14,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 59 (59%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya petugas pelayanan
tanggap menyelesaikan keluhan masyarakat/pemohon.

41. Petugas pelayanan mau melakukan tindakan untuk


membantu kebutuhan masyarakat/pemohon.
Tabel 3.62
petugas sigap membantu pemohon

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

4,0

Agak benar

24

24,0

Benar

61

61,0

Sangat Benar

10

10,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 61 (61%). Hal ini

99

berarti bahwa benar kenyataannya petugas pelayanan


mau melakukan tindakan untuk membantu kebutuhan
masyarakat/pemohon.
42. Petugas pelayanan mudah untuk dimintai pertolongan.
Tabel 3.63
petugas mudah dimintai tolong

Valid

Missing

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

5,1

Agak benar

22

22,2

Benar

57

57,6

Sangat Benar

14

14,1

Total

99

100,0

Sangat Tidak benar

System

Total

100

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 57 (57,6%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya petugas pelayanan
mudah untuk dimintai pertolongan.

43. Petugas

pelayanan

masyarakat/pemohon.

menaruh

perhatian

kepada

100

Tabel 3.64
petugas sangat perhatian

Valid

Frequency
2

Valid
Percent
2,0

Tidak benar

3,0

Agak benar

27

27,0

Benar

55

55,0

Sangat Benar

13

13,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 55 (55%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya petugas pelayanan
menaruh perhatian kepada masyarakat/pemohon.
44. Petugas pelayanan berempati atau memahami kondisi
masyarakat/pemohon.
Tabel 3.65
petugas dapat memahami pemohon

Valid

Frequency
2

Valid
Percent
2,0

Tidak benar

3,1

Agak benar

31

31,6

Benar

53

54,1

9,2

98

100,0

Sangat Tidak benar

Sangat Benar
Total
Missing
Total

System

2
100

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 53 (54,1%). Hal ini

101

berarti bahwa benar kenyataannya petugas pelayanan


berempati atau memahami kondisi masyarakat/pemohon.

45. Petugas

pelayanan

memberi

pengertian-pengertian

kepada masyarakat/pemohon.
Tabel 3.66
petugas dapat memberikan pengertian-pengertian

Valid

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

4,0

Agak benar

21

21,0

Benar

64

64,0

Sangat Benar

10

10,0

100

100,0

Sangat Tidak benar

Total

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 64 (64%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya petugas pelayanan
memberi

pengertian-pengertian

kepada

masyarakat/pemohon.
46. Petugas pelayanan sensitif atau dapat merasakan
kekurangan-kekurangan masyarakat/pemohon, sehingga
petugas itu memiliki kemauan untuk membantu.

102

Tabel 3.67
petugas sensitif terhadap keluhan pemohon

Valid

Missing

Frequency
2

Valid
Percent
2,0

Tidak benar

5,1

Agak benar

27

27,6

Benar

53

54,1

Sangat Benar

11

11,2

Total

98

100,0

Sangat Tidak benar

System

Total

100

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 53 (54,1%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya petugas pelayanan
sensitif atau dapat merasakan kekurangan-kekurangan
masyarakat/pemohon, sehingga petugas itu memiliki
kemauan untuk membantu.

47. Petugas

pelayanan

masyarakat/pemohon.

menghormati

harga

diri

103

Tabel 3.68
petugas menghormati harga diri pemohon

Valid

Missing
Total

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

3,1

Agak benar

22

22,4

Benar

60

61,2

Sangat Benar

12

12,2

Total

98

100,0

Sangat Tidak benar

System

2
100

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 60 (61,2%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya petugas pelayanan
menghormati harga diri masyarakat/pemohon.

48. Petugas pelayanan dapat bersikap sabar (ngemong)


terhadap kerewelan masyarakat/pemohon.

104

Tabel 3.69
petugas dapat bersikap sabar

Valid

Missing

Frequency
2

Valid
Percent
2,0

Tidak benar

4,1

Agak benar

26

26,5

Benar

54

55,1

Sangat Benar

12

12,2

Total

98

100,0

Sangat Tidak benar

System

Total

100

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 54 (55,1%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya petugas pelayanan
dapat bersikap sabar (ngemong) terhadap kerewelan
masyarakat/pemohon.

49. Petugas pelayanan


meladeni

mau menyediakan waktu untuk


pertanyaan-pertanyaan

masyarakat/pemohon.

dari

105

Tabel 3.70
petugas memberikan waktu untuk mendengarkan
keluhan
Valid
Frequency
Percent
Valid
Sangat Tidak benar
2
2,0

Missing

Tidak benar

5,1

Agak benar

23

23,2

Benar

57

57,6

Sangat Benar

12

12,1

Total

99

100,0

System

Total

1
100

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 57 (57,6%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya petugas pelayanan
mau menyediakan waktu untuk meladeni pertanyaanpertanyaan dari masyarakat/pemohon.

50. Petugas pelayanan memperlakukan masyarakat/pemohon


secara manusiawi.

106

Tabel 3.71
petugas memberlakukan pemohon dengan manusiawi

Valid

Missing
Total

Frequency
1

Valid
Percent
1,0

Tidak benar

2,0

Agak benar

19

19,2

Benar

61

61,6

Sangat Benar

16

16,2

Total

99

100,0

Sangat Tidak benar

System

1
100

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden yang memilih


jawaban benar adalah sebanyak 61 (61,6%). Hal ini
berarti bahwa benar kenyataannya petugas pelayanan
memperlakukan masyarakat/pemohon secara manusiawi.

Table 3.72
Interval Nilai Indeks
Kategori
Sangat Tidak benar
Tidak benar
Agak benar
Benar
Sangat Benar

Interval
1,0 - 1,8
1,9 - 2,6
2,7 - 3,4
3,5 - 4,2
4,2 - 5,0

107

Tabel 3.73

Indeks kepuasan Pelayanan publik


No Aspek
NI
1 Tangibles
4
2 Courtessy
3,9
3 Reliability
3,8
4 Credibility
3,8
5 Competence
3,8
6 Communication
3,8
7 Responsiveness
3,8
8 Understanding
3,7
9 Access
3,6
10 Assurance
3,6
Rerata Indeks
3,78

Berdasarkan tabel indeks diatas bahwa aspek


yang mendapat nilai tertinggi adalah ketampakan fisik
(tangibles) dengan nilai indeks sebesar 4. Sedangkan
aspek yang mendapat nilai terendah adalah keamanan
(assurance) dengan nilai indeks sebesar 3,6. Meskipun
nilai indeks terendah namun hal tersebut sudah termasuk
dalam kategori benar kenyataannya. Jadi keseluruhan
nilai indeks aspek pelayanan publik di Dinas Perizinan
Kota Yogyakarta memang sudah benar kenyatannya.
Dari data tabel indeks di atas dapat disajikan
dalam bentuk grafik seperti dibawah ini:

108

Grafik 3.2

109

C.

Hubungan Antara Kebijakan Struktur Organisasi


Dengan Kualitas Pelayanan Publik Dinas Perizinan
Pemerintah Kota Yogyakarta
Hubungan

antara

penerapan

kebijakan

struktur

organisasi baru dengan kualitas pelayanan publik Dinas


Perizinan

Pemerintah

Kota

Yogyakarta

dapat

ditunjukkan dalam tabel korelasi berikut:

Correlations

struktur

struktur

Pearson Correlation

kepuasan

Sig. (2-tailed)

N
kepuasan

Pearson Correlation

.669

**

.000

100

100

**

.669

Sig. (2-tailed)

.000

100

100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari hasil olah data tersebut di atas dapat dilihat bahwa


ada korelasi positif sebesar 0,669 antara kebijakan struktur
organisasi baru dengan kualitas pelayanan publik Dinas
Perizinan Pemerintah Kota Yogyakarta. Hal ini berarti semakin

110

tinggi (baik) penerapan kebijakan struktur organisasi baru, maka


akan semakin tinggi (baik) pula kualitas pelayanannya.
Dari hasil olah data tersebut di atas dapat dilihat pula
bahwa koefisien korelasi di atas adalah signifikan. Hal ini
berarti bahwa data dan koefisien yang diperoleh dalam sampel
dapat digeneralisasikan pada populasi. Dengan kata lain, data
tersebut mencerminkan keadaan populasi.

111

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Temuan akademik penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Penerapan

kebijakan struktur organisasi baru itu

secara keseluruhan tergolong baik (rata-rata 3,75


dari skala Likert 1 5).
2) Kualitas pelayanan publik yang dilakukan oleh Dinas
itu secara keseluruhan juga tergolong baik (ratarata 3,78 dari skala Likert 1 5).
3) Hubungan antara kebijakan struktur organisasi baru
dengan kualitas pelayanan publik

itu berkorelasi

positif, yakni sebesar 0,669. Hal ini berarti semakin


tinggi (baik) penerapan kebijakan struktur organisasi
baru, maka akan semakin tinggi (baik) pula kualitas
pelayanannya.
Implikasi teoritik hasil penelitian ini adalah memberikan
dukungan (data lapangan) terhadap hasil-hasil penelitian yang
menyatakan bahwa ada hubungan postif antara kebijakan
struktur organisasi baru dengan kualitas pelayanan publik.
Keterbatasan penelitian ini berkaitan dengan data, di
mana sample yang diambil relatif sangat terbatas.

B. Saran
Implikasi praktis penelitian ini adalah saran kepada para
pejabat Dinas Perizinan itu tersebut. Saran yang diberikan
adalah bahwa penerapan kebijakan struktur organisasi baru itu

112

sebaiknya terus ditingkatkan agar kualitas pelayanan publiknya


juga semakin meningkat.
Saran kepada para peneliti selanjutnya adalah bahwa
mereka

sebaiknya

menindaklanjuti

hasil

penelitian

ini,

khususnya untuk menjelaskan lebih mendalam mengapa


penerapan aspek desentralisasi horisontal dan vertikal lebih
rendah daripada aspek-aspek lainnya. Di samping itu, mereka
juga sebaiknya meneliti lebih lanjut untuk menjelaskan mengapa
Dinas ini memiliki akses dan jaminan keselamatan untuk publik
yang relatif rendah dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya.

113

DAFTAR PUSTAKA

Ansell,

Chris

dan

Alison

Gash.

2007.

Collaborative

Governance in Theory and Practice, Journal of Public


Administration Research and Theory, Advance Access
Published, November 13.
Ballard, Michael J. and Mildred E. Warner. 2000. Taking the
High Road: Local Government Restructuring and the
Quest for Quality. New York: Cornell University
Ithaca.
Baral, Nabin and March J. Stern, Looking Back and Looking
Ahead: Local Empowerment and Governance in the
Annapurna Conservation Area, Nepal, Environmental
Conservation 37 (1): 54-63, 2009, p.54-63.
Bidwell, Ryan D. and Clare M. Ryan. 2006. Collaborative
Partnership Desain: The Natural Resources.
Brunet-Jailly, E., 2006. The Municipal Reshuffle: The Canadian
Search for an Efficient Model of Local Government:
Comparing the Reforms of Alberta, Ontario, and
British Columbia, paper prepared for submission to
Journal

of

Canadian

Studies,

2003,

http://web.uvic.ca/padm/cpss/lgi/
pdfs/e_brunet_jailly_nov_2003.pdf;

dikutip dalam

McKinlay Douglas Limited, Local Government


Structure and Efficiency: A report prepared for Local
Government New Zealand,

114

Chisholm, M., Lessons from the re-structuring of local


government in the 1990s, 2000b; Journal of Local
Government Law, 3:6, 112-16.
Chisholm, M., 2002. Regional government in England: another
reorganization of local government? Journal of Local
Government Law 5.
Chisholm, M., 2000.
Government:

Structural Reform of British Local


Rhetoric

and

reality,

Manchester:

Manchester University Press.


Denhart, Robert B., 1984. Theories of Public Organization.
California: Brooks/Cole Publishing Company.
Desai, Vandana, and Imrie. 1998. The New Managerialism in
Local Governance: North-South Dimensions, Third
World Quarterly Vol 19.
Dollery, B. & L. Crase, Is Bigger Local Government Better? An
Evaluation of the Economic Case for Australian
Municipal Amalgamation Programmes, No. 2004-4
working paper series in economics, University of New
England, School of Economics, 2004; B. Dollery, & L.
Crase, Alternative Approaches to Structural Reform in
Regional and Rural Australian Local Government,
paper delivered to the North Queensland branch
conference

of

the

Institute

of

Public

Works

Engineering Australia, 2005.


Dhungel,

Dwarika
Organizational

Nath,

(July-December

Restructuring

for

1996).

Administrative

Reform: The Nepalese Experience, Asian Review of


Public Administration, Vol. VIII, No. 1.

115

Edmonds-Poli, Emily, 2006 . Decentralization Under The Fox


Administration: Progress or Stagnation? Mexican
Studies, Vol. 22, Issue 2, Summer, p.387-417.
Galbraith, Jay R., 1988.. Designing Complex Organizations,
Addison-Wesley, 1973; lihat dalam Miftah Thoha,
Pembinaan

Organisasi:

Proses

Diagnosa

dan

Intervensi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


Haque, M Shamsul, 1998. New directions in bureaucratic
change in Southeast Asia: Selected experiences, Journal
of Political and Military Sociology; Summer; 26, 1;
ProQuest Sociology, pg. 97-119.
Hefetz, Amir & Mildred Warner, 2007. Beyond the Market vs.
Planning Dichotomy: Understanding Privatization and
Its Revers in US Cities, Local Government Studies,
Vol.33 (4).
Jones, Gareth R., 1995. Organizational Theory: Text and Cases.
USA: Addison-Wesley Publishing Company Inc.
Karim, Abdul Gaffar (ed.), 2003. Kompleksitas Persoalan
Otonomi Daerah di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
King, Dwight Y., 1998. Reforming Basic Education and The
Strunggle for Decentralized Educational Administration
in Indonesia, Journal of Political and Military
Sociology, Summer, 26, 1, p.83-95.

Kristiansen, Stein, Agus Dwiyanto, Agus Pramusinto And


Erwan Agus Putranto, 2009. Public Sector Reforms and
Financial Transparency: Experiences from Indonesian

116

Districts, Contemporary Southeast Asia Vol. 31, No. 1


(2008), pp. 6487.
Kubo, Hideyuki dan Bambang Supriyanto, 2010. From Fenceand-Fine to Participatory Conservation: Mechanisms of
Transformation in Conservation Governance at the
Gunung Halimun-Salak National Park, Indonesia,
Biodivers Conserv, 19:1785-1803, DOI 10.1007/s10531010-9803-3.
Leach, Steve, John Stewart, and Kieron Waish. 1994. The
Changing Organization and Management of Local
Government. Houndmills, Basingstoke, Hampshire,
and London: Macmillan Press Ltd.
Lubis, Syarifuddin, beberapa Catatan APKASI mengenai PP
No.8/2003 dan PP No.9/2003, www.apkasi; lihat juga
hasil pertemuan para Sekretaris Daerah pada tanggal
12 Mei 2003 di Hotel Indonesia Jakarta.
Lucas JR, Henry C., 2003. T-Form Organization, using
technology to design organizations for the 21st century,
Jossey-Bass Publishers, San Francisco, CA., 1996; lihat
dalam Miftah Thoha, Birokrasi dan Politik di Indonesia.
Jakarta: Rajawali Pers.
Manyak,

Terrell

G.

&

Isaac

Wasswa

Katono,

2010.

Decentralization and Confict in Uganda: Governance


Adrift, African Studies Quarterly, Volume 11, Issue 4,
Summer, p.1-25.
McKinlay Douglas Limited, 2006. Local Government Structure
and Efficiency: A report prepared for Local Government
New Zealand,.

117

Mintzberg, Henry, 1979. The Structuring of Organizations: a


Synthesis

of

the

Research,

Prentice-Hall,

Inc.,

Englewood Cliff, N.J.


Oakerson, R., 2006. Governing Local Public Economies:
Creating the Civic Metropolis, ICS Press, Akland,
California; dikutip dalam McKinlay Douglas Limited,
Local Government Structure and Efficiency: A report
prepared for Local Government New Zealand,.
Osborne, David, dan Ted Gaebler. 1992.

Reinventing

Government: How the Entrepreneurial Spirit Is


Transforming the Public Sector, Reading, MA:
Addison-Wesley.
Rasyid, Ryaas, Afan Gaffar, dan Syaukani. 2002.

Otonomi

Daerah dalam Negara Kesatuan. Jogjakarta: Pustaka


Pelajar.
Thoha, Miftah. 2003. Birokrasi dan Politik di Indonesia.
Jakarta: Rajawali Pers.
Thoha, Miftah. 1988. Pembinaan Organisasi: Proses Diagnosa
dan Intervensi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Valler, David, Andrew Wood, and Peter North, 2000. Local
Governance and Local Business Interest: a Critical
Review, Progress in Human Geography 24, 3, pp. 409428.
Warner, Mildred E., 2007. Market-Based Governance and the
Challenge for Rural Governments: U.S. Trends,
forthcoming, Social Policy and Administration: An
International Journal of Policy and Research.

118

Warner, Mildred E,. 2008. Reversing privatization, rebalancing


government

reform:

Markets,

deliberation

and

planning, Policy and Society 27.


Warner, Mildred and Amir Hefetz, 2002. Applying Market
Solutions To Public Services: An Assessment of
Efficiency, Equity, and Voice, Urban Affairs Review,
Vol. 38, No. 1.
Warner, Mildred E. and Amir Hefetz, 2002. The Uneven
Distribution of Market Solutions for Public Goods,
Journal of Urban Affairs, Volume 24, Number 4.
Warner, Mildred E. and Robert Hebdon. 2001. Local
Government
Alternatives,

Restructuring:
Journal

of

Privatization
Policy

and

Analysis

Its
and

Management, Vol. 20, No. 2.,


Zeithaml, V.A., Parasuraman & L.L. Berry, Delivering Quality
Services:

Balancing

Customer

Perceptions

Expectation, New York: the Free Press.

and

You might also like