Karya Tulis

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012

ANALISIS STATUS KEBERLANJUTAN UNTUK PENGEMBANGAN


PENGELOLAAN PADA DANAU LIMBOTO PROVINSI GORONTALO
1

Hasim1, Asep Sapei2, Sugeng Budiharsono3 dan Yusli Wardiatno4


Mahasiswa S3 Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) IPB
2
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB
3
Program Studi PSL IPB
4
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB

ABSTRACT
Ministry of Environment have identified 15 critical lakes and priorities to be addressed. One of
them is Limboto Lake in Gorontalo province. The depth of Limboto Lakein 1932 was 30 m with an area
of 8,000 ha, whereas in 2009 the depth was 2.5 m with an area of2,537ha. LakeLimboto is very
importantin terms ofsocial, economic, and ecological and it should be preserved. Therefore it needs a
study on the management for Lake Limboto sustainability analysis as a foundation for more effective
management of the lake. Aims of the study are: (1) to analyze the sustainabilityindex andmultidimensional statusof Limboto Lake,includes the dimensions of ecological, social, economic, institutional
and technology, and (2) to analyze thesensitive attributes tothe sustainablemanagement ofLimboto Lake.
The Multi-Dimension Scaling(MDS) is used as analysis tool of management sustainability. The analysis
showed that the ecologicaldimensionis18.59% (bad condition),the economicdimensionof
sustainabilityindexis62.90% (fairly continuous),the social dimension of sustainability index is 45.18%
(less sustainable), policy and institutional dimensions is 39.72% (less sustainable), while thetechnologyinfrastructure dimensionis 38.79% (fairly continuous). The multi-dimensions value is38.68 (less
sustainable). Sensitive attribute analysis results indicate that there are 21 sensitive attributes among 45
totalanalyzed attributes that influence the management of Limboto.
Key words: sustainability status, sensitive attributes, Limboto Lake

PENDAHULUAN
Danau Limboto merupakan danau terbesar di Provinsi Gorontalo. Secara
administrasi danau ini terletak di Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo. Danau
Limboto berada pada dataran rendah yaitu 25 m dpl dan posisinya di pinggiran Kota
Gorontalo. Secara fisiografis lanskap tangkapan air danau Limboto memiliki kelerengan
yang beragam, yaitu:sangat curam 6,71 %, curam 42,80 %, agak curam 3,03 %, landai
4,24 % dan datar 43,22 % (BPDAS Bone-Bolango, 2003). Danau Limboto memiliki
peran strategis, yaitu diantaranya: (i) aspek ekologis sebagai reservoir alami limpasan
air sungai yang masuk dari daerah tangkapan airnya atau pengendali banjir,

(ii)

menyediakan sumberdaya ekonomi penting perikanan (budidaya dan tangkap), (iii)


pengembangan wisata alam, (iv) sumber potensial air bersih, (v) mengandung

296

Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012

biodiversity untuk laboratorium alami, dan (vi) untuk petanian, (Kementerian


Lingkungan Hidup, 2008).
Badan Riset Perikanan Tangkap DKP (2008) menyatakan bawa terdapat 17 desa
yang berbatasan langsung dengan perairan danau Limboto. Mayoritas penduduknya
secara langsung ataupun tidak langsung sangat tergantung secara ekonomi terhadap
danau Limboto. Misalnya sebagai nelayan, pembudidaya ikan dan pedagang ikan.
Menurut Sarnita et al. (1993) perikanan budidaya dengan sistem KJA (Karamba jarring
Apung) telah diperkenalkan di danau ini sejak tahun 1980-an.
Kebijakan Pemerintah Provinsi Gorontalo ingin menjadikan danau Limboto
sebagai pusat pengembangan perikanan air tawar. Namun sisi lain, kondisi danau
Limboto semakin memprihatinkan yang ditunjukkan oleh semakin dangkalnya perairan
dan luasannya semakin menyempit. Kedalaman danau tahun 1930 adalah 30 meter
dengan luas 8000 Ha,sedangkan tahun 2007 kedalamannya menjadi 2,5 meter dengan
luas 3000 Ha (Akuba & Biki,2007).
Menurut Matsushita et. al. (2006), Mao & Cherkauer (2009) perubahan kawasan
daerah tangkapan air suatu danau oleh aktivitas pembangunan ekonomi akan menekan
kondisi perairan danaunya. Hal yang sama disampaikan oleh Suhardi (2005),yaitu
fenomena perubahan tutupan lahan yang menunjukkan pengaruhnya terhadap luasan
genangan air di danau Dusun Besar. Oleh karena itu degradasi danau Limboto bukan
peristiwa yang berdiri sendiri. Disamping aktivitas ekonomi yang terjadi di perairan
danau Limboto, kondisi daratan danau juga memberikan pengaruh terhadap keberadaan
danau Limboto. Disampaikan oleh Lihawa (2009) bahwa erosi faktual sangat tinggi di
DAS Limboto yang airnya masuk ke dalam danau,sehingga sedimentasi di danau
Limboto sangat tinggi (BP DAS Gorontalo, 2010).
Uraian tersebut memberikan tafsiran bahwa kebijakan pengelolaan sumberdaya
alam yang integral masih lemah. Pembangunan berlangsung secara sektoral yaitu untuk
memenuhi tujuan tertentu dan mengabaikan aspek keterpaduan (Haryani, 2002). Sejalan
dengan hal tersebut disampaikan Marifa (2005) bahwa terdapat dua masalah kebijakan
dan kelembagaan pengelolaan sumberdaya alam di Indonesia, yaitu: (1) inkonsistensi
kebijakan dan (2) lemahnya koordinasi. Implikasinya terjadi tumpang tindih
kewenangan yang bermuara pada pengelolaan sumberdaya alam yang tidak efektif dan
efisien. Sedangkan Salim (2005) dan Kementerian Lingkungan Hidup (2008)
297

Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012

menyatakan kerusakan lingkungan di Indonesia termasuk danau sebagai bentuk dari


perencanaan pembangunan

yang semata berorientasi ekonomi dari pada faktor

keseimbangan lingkungan. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan LIPI dan PU (2006)
bahwa salah satu masalah mendasar dari kerusakan ekosistem danau Limboto ialah
kebijakan pengelolaan yang belum komprehensif dan lemahnya koordinasi.
Kondisi pengelolaan danau Limboto tersebut jika tetap dibiarkan seperti
sekarang maka proses degradasi tetap akan berlangsung masif. Artinya seluruh aktivitas
ekonomi yang

memanfaatkan ekosistem danau Limboto akan terancam hilang.

Implikasinya ledakan kantong kemiskinan akan bertambah, khususnya penduduk yang


menjadikan sektor perikanan danau sebagai pilihan terakhir hidupnya. Implikasi lainnya
ialah fungsi ekologis danau mengalami penurunan. Artinya dampak langsung dan tidak
langsung dari degradasi danau Limboto akan menimbulkan kerugian ekonomi, sosial,
lingkungan yang besar bagi masyarakat.
Beberapa penelitian telah banyak di lakukan di perairan danau Limboto
khususnya yang terkait aspek limnologinya, diantaranya Sarnita et al. (1993) tentang
pengembangan perikanan di danau Limboto,dan Krismono et al. (2009) tentang
karakteristik kualitas air danau Limboto Provinsi Gorontalo. Disamping itu penelitian
terkait status keberlanjutan pengelolaan danau Limboto dalam berbagai dimensi juga
dianggap penting untuk dilakukan, mengingat permasalahan danau yang sangat
kompleks. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk pengembangan pengelolaan
yang lebih efektif.
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menganalisis indeks dan status
keberlanjutan pengelolaan terpadu danau

Limboto dari dimensi ekologi, sosial,

ekonomi, kelembagaan dan teknologi-infrastruktur, dan (2) menganalisis atribut sensitif


terhadap keberlanjutan pengelolaan danau untuk disain kebijakan pengelolaan danau
Limboto.

METODE PENELITIAN
Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Danau Limboto Provinsi Gorontalo. Danau ini secara
ekologis terletak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Limboto, yangsecara geografis terletak
pada 122 42 0.24 123 03 1.17 BT dan 00 30 2.035 00 47 0.49 LU.
298

Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012

Lokasi pengambilan data sosial mencakup dua lokasi yaitu di pesisir danau
meliputi Kecamatan Batudaa, Telaga Jaya dan Kecamatan Kota Barat. Sedangkan
bagian hulunya di hulu Alo Pohu dan Bionga. Waktu penelitian bulan SeptemberFebruari 2011.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan adalah data primer berupa atribut-atribut yang terkait
dengan lima dimensi keberlanjutan pembangunan yaitu: dimensi ekologi, ekonomi,
teknologi/infrastruktur, sosial serta kelembagaan. Data primer bersumber dari para
responden dan pakar yang terpilih berjumlah 9 orang dari kalangan akademisi, LSM,
dan birokrat, serta hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari sumber pustaka dan dokumen beberapa instansi yang terkait
dengan penelitian, meliputi antara lain: dokumen statistik Gorontalo dalam Angka,
dokumen perencanaan RTRW Provinsi Gorontalo, serta kondisi tutupan lahan yang
diperoleh hasil analisis citra landsat tahun 2000, 2003, 2006, dan 2009 dari Kementerian
Kehutanan.
Analisis Data
Analisis keberlanjutan pengelolaan Danau Limboto dilakukan dengan metode
pendekatan Multi Dimensional Scaling (MDS). Analisis ini dilakukan melalui beberapa
tahapan antara lain:

Penentuan atribut berkelanjutan pengelolaan danau yang mencakup lima dimensi


yaitu: ekologi, ekonomi, sosial budaya, Infrastruktur/ teknologi serta
kelembagaan.

Penilaian setiap atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan


setiap dimensi.

Penyusunan indeks dan status keberlanjutan.


Hasil skor dari setiap atribut dianalisis dengan multi dimensional scaling untuk

menentukan titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan terhadap dua titik acuan
yaitu titik baik (good) dan titik buruk (bad). Skor perkiraan setiap dimensi dinyatakan
dengan skala terburuk (bad) 0% sampai yang terbaik (good) 100%. Adapun nilai skor
yang merupakan nilai indeks keberlanjutan setiap dimensi dapat dilihat pada tabel
berikut ini.

299

Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012

Tabel 1 Kategori status keberlanjutan pengelolaan Danau Limboto


Nilai Indeks

Kategori

0,00-25,00

Buruk (tidak berkelanjutan)

25,01-50,00

Kurang (kurang berkelanjutan)

50,01-75,00

Cukup (cukup berkelanjutan)

75,01-100,00

Baik (sangat berkelanjutan)

Melalui metode MDS, maka posisi titik keberlanjutan dapat divisualisasikan


dalam bentuk diagram layang-layang (kite diagram) terlihat pada Gambar 1 berikut.
Ekologi
100
80
60
TeknologiInfrastruktur

40

Ekonomi

20
0

KebijakanKelembagaan

Sosial

Gambar 1 Ilustrasi Indeks Keberlanjutan Setiap Dimensi

Metode MDS juga menyediakan analisis leverage yaitu untuk mengetahui


atribut yang sensitif terhadap keberlanjutan danau. Selanjutnya untuk menganilisis umur
danau dilakukan analisis pendangkalan dan luasan danau menggunakan pendekatan
model dinamik dengan bantuan perangkat powersim konstruktor versi 2.5. Powersim
ialah paket program software visual untuk membantu mengkopsesualisasi, membangun
dan menguji model dinamik.

Data yang dibutuhkan mencakup luasan danau,

kedalaman danau, luasan penggunaan lahan, erosi, luas DAS, jumlah penduduk minimal
dalam dua tahun berbeda.

300

Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012

HASIL DAN PEMBAHASAN


Status Keberlanjutan Dimensi Ekologi
Berdasarkan analisis menggunakan MDS nilai indek dimensi ekologi yaitu
18.59. Artinya pengelolaan danau dalam dimensi ekologi tidak berlanjut (buruk).
Selanjutnya atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap keberlanjutan
pengelolaan danau Limboto dari dimensi ekologi yaitu: (1) luasan KJA, (2) pola
pertanian, (3) luas tanaman air, (4) sedimentasi, (5) luas hutan, (6) erosi, (7) kondisi
perairan danau, (8) pola penggunaan lahan, dan (9) aktivitas sempadan danau.
Status Keberlanjutan Dimensi Ekonomi
Hasil analsis MDS terhadap dimensi ekonomi keberlanjutan pengelolaan danau
Limboto menunjukkan bahwa nilai indek dimensi ekonomi ialah 62,90. Artinya dimensi
ekonomi pengelolaan danau Limboto berkelanjutan. Atribut yang diperkirakan
memberikan pengaruh terhadap dimensi ini ialah: (1) jumlah sumberdaya ekonomi di
danau, (2) harga ikan, (3) pemasaran, (4) jumlah pasar ikan, (5) keuntungan usaha
perikanan, (6) ketergantungan konsumen terhadap ikan danau, (7) penduduk
bermatapencaharian perikanan, (8) obyek wisata, dan (9) penduduk miskin.
Status Keberlanjutan Dimensi Sosial
Berdasarkan analisis menggunakan MDS, maka indeks dimensi sosial
keberlanjutan pengelolaan danau Limboto adalah 45.18. Artinya dimensi sosial dalam
pengelolaan danau Limboto kurang berlanjut. Atribut yang diperkirakan memberikan
pengaruh terhadap dimensi ini ialah: (1) jumlah penduduk yang bekerja di danau, (2)
ketergantungan sosial-budaya terhadap danau (3) partisipasi, (4) konflik pemanfaatan
lahan di danau dan sempadan danau, (5) penyuluhan kelestarian danau, (6) tingkat
pendidikan masyarakat, (7) pengetahuan tentang lingkungan, (8) jumlah desa yang
penduduknya bekerja di danau, dan (9) peran tokoh lokal.
Status Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan
Dimensi kelembagaan untuk keberlanjutan pengelolaan danau Limboto indeks
keberlanjutannya adalah 39,72. Artinya dimensi kelembagaan dalam pengelolaan danau
Limboto adalah kurang berlanjut. Atribut yang diperkirakan memiliki pengaruh
terhadap dimensi kelembagaan ialah: (1) perda pengelolaan danau Limboto, (2)
kelembagaan lokal, (3) forum konservasi, (4) sinkronisasi kebijakan, (5) mekanisme
301

Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012

lintas sektor, (6) kelembagaan khusus, (7) kemitraan, (8) peran RTRW, dan (9) pranata
hukum adat/agama.
Status Keberlanjutan Dimensi Teknologi-Infrastruktur
Hasil analisis MDS menunjukkan bahwa indek dimensi teknologi keberlanjutan
pengelolaan danau Limboto ialah 38,79. Artinya ialah dimensi teknologi dan
infrastruktur dalam pengelolaan danau Limboto adalah kurang berlanjut. Kemudian
atribut yang diperkirakan memiliki pengaruh terhadap dimensi teknologi ialah: (1)
monitoring kualitas air, (2) sarana prasarana sampah, (3) teknologi pertanian ramah
lingkungan, (4) teknologi perikanan tangkap, (5) teknologi BDP, (6) pengendalian
sedimen, (7) pengendalian banjir, (8) pemanfaatan eceng gondok, dan (9) teknologi
aerasi.
Status Keberlanjutan Multidimensi
Hasil analisis Rap-LAKE multidimensi keberlanjutan pengelolaan danau
Limboto agar lestari fungsi-fungsinya, diperoleh hasil 38.68% dan termasuk kedalam
status kurang berlanjut. Nilai ini diperoleh berdasarkan penilaian 45 atribut yang
mencakup dimensi ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan dan teknologi-infrastruktur.

Gambar 2. Indeks keberlanjutan multidimensi dan indeks masing-masing dimensi


Analisis Monte Carlo menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan
pengelolaan terpadu danau Limboto hasil analisis RAP-LAKE antara analisis MDS
dengan Monte Carlo pada taraf kepercayaan 95 % tidak mengalami perbedaan (Tabel
2). Kecilnya perbedaan hasil dua analisis tersebut menunjukkan bahwa: (1) kesalahan
dalam pembuatan skor dalam atribut relatif kecil, (2) ragam pemberian skor akibat
302

Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012

perbedaan opini relatif kecil, (3) proses analisis yang dilakukan secara berulang relatif
stabil, dan (4) kesalahan dalam pemasukan data dan data yang hilang dapat dihindari.

Tabel 2 Hasil analisis Monte Carlo untuk nilai RAP-LAKE pada selang kepercayaan 95
persen

No

Nilai

Dimensi

Indeks

Keberlanjutan (%)

Keberlanjutan

MDS

Monte Carlo

Perubahan

Ekologi

18.59

18.70

0.11

Ekonomi

62.90

62,60

0.30

Sosial

45.18

45.27

0.09

Kelembagaan-Kebijakan

39.72

39.20

0.52

Teknologi-Infrastruktur

38.79

38.60

0.19

Hasil analisis Rap-Lake menunjukkan bahwa semua atribut yang dikaji terhadap
status

keberlanjutan

pengelolaan

danau

Limboto

cukup

akurat

dan

dapat

dipertanggungjawabkan. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai stress yang dibawah angka
0,25 dan nilai koefisien determinasinya 0,95. Hal ini sesuai dengan pendapat Fauzi &
Anna (2007) yang menyatakan bahwa hasil analisis cukup memadai apabila nilai stress
lebih kecil dari 0,25 (25 %) nilai koefisien determinasinya mendekati nilai 1,0 (Tabel 3).

Tabel 3 Nilai Stress dan koefisien determinasi pada RAP-LAKE


Pengelolaan danau Limboto.
Parameter
Stress
R2

DIMENSI KEBERLANJUTAN
EKOLOGI EKONOMI SOSIAL KELEMBAGAN TEKNOLOGI MULTI DIMENSI
0,21
0,22
0,22
0,22
0,22
0,22
0,95
0,95
0,95
0,95
0,95
0,95

Analisis Atribut Sensitif


Hasil analisis leverage yang dilakukan terhadap kelima dimensi ekologi,
ekonomi, sosial, kelembagaan dan teknologi, menghasilkan 21 atribut sensitif. Atribut
sensitif tersebut berperan sebagai faktor pengungkit (leverage factor) terhadap masingmasing dimensi secara parsial. Oleh karena itu data tersebut menjadi dasar informasi
303

Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012

tentang atribut yang perlu ditingkatkan dan dijaga kualitasnya. Diharapkan adanya
perlakuan tersebut terhadap atribut-atribut sensitif maka indeks keberlanjutan
pengelolaan Danau Limboto akan meningkat. Atribut sensitif disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Atribut sensitif kebelanjutan pengelolaan Danau Limboto
Dimensi

No Atribut

Skor

Pola Penggunaan Lahan

5.07

Luas Hutan

4.81

Erosi

3.20

Sedimentasi

2.95

Kondisi Perairan Danau

2.82

Pola Pertanian

2.70

Pasar Produk

3.79

Daerah Pemasaran

4.29

Keuntungan Usaha

3.48

10

Ketergantungan Konsumen

3.39

11

Pddk BMT di danau

3.20

12

Obyek Wisata

2.26

13

Pendidikan

5.70

14

Penyuluhan

4.81

15

Mekanisme Lintas Sektor

4.62

Kelembagaan Danau

4.39

17

Forum Konservasi

2.63

18

Sinkronisasi

2.54

19

Kelembagaan Lokal

2.46

Teknologi-

20

Penggunaan TPRL

4.24

Infrastruktur

21

Pengendalian Sedimen

3.49

Ekologi

Ekonomi

Sosial

Kebijakan-

kelembagaan 16

Tabel di atas memberikan informasi bahwa jumlah atribut sensitif setiap


dimensi bervariasi. Oleh karena itu perbaikan status keberlanjutan pengelolaan Danau
Limboto disamping didasarkan atas atribut yang paling sensitif juga atribut lainnya
sesuai daya dukung sumberdaya yang tersedia.

304

Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1.

Indeks keberlanjutan multidimensi pengelolaan danau Limboto ialah 38.68


artinya status keberlanjutan pengelolaan Danau Limboto kurang;

2. Dimensi yang memiliki keberlanjutan cukup ialah dimensi ekonomi sedangkan


lainnya kurang berlanjut;
3. Atribut yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap keberlanjutan pengelolaan
terpadu danau Limboto ialah 21 atribut.
Saran
Berdasarkan hasil analisis MDS tersebut, maka disarankan disusun kebijakan
dengan mempertimbangkan atribut-atribut yang memiliki sensitivitas terhadap
keberlanjutan pengelolaan danau Limboto, dan perlu memprioritaskan perbaikan
kebijakan yang indeks dimensinya sangat rendah atau rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Akuba R, Biki R. 2008. Danau Limboto The Sunrise Lake. Badan Lingkungan Hidup
Riset dan Teknologi. Gorontalo
Badan Riset Kelautan dan Perikanan. 2008. Monografi Sumberdaya Perikanan Danau
Limboto. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Bone-Bolango. (2003). Rencana Teknik
Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah DAS Limboto.
Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan
Perhutanan Sosial.
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Bone-Bolango. (2010). Penyusunan
Pengelolaan DAS Limboto Terpadu. Departemen Kehutanan Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.
Fauzi A dan Anna Z. 2005. Pemodelan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan. Untuk
Analisis Kebijakan. Jakarta, Gramedia.
Haryani

GS. 2002. Menuju Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Darat


Berkesinambungan: Permasalahan dan Solusinya dalam
Prosiding
Limnologi LIPI.

Kementerian Negeri Lingkungan Hidup. 2008. Pedoman Pengelolaan Ekosistem Danau.


Jakarta
305

Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012

Krismono, Astuti LP, Sugiarti Y. 2009. Karakteristik Air Danau Limboto Provinsi
Gorontalo. Jurnal Penelitian Perikanan 5:59-68.
Kumurur VA.2001. Kondisi Pemanfaatan Ruang Darat di Kawasan Sekitar Danau
Moat, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Ecoton.1 (1).
Mao D, Cherkauer. 2009. Impacts of Land Use Change On hydrologic Responses in the
Great Lake Region. Journal of Hydrology, 374: 71-82.
Marifa I. 2005. Institutional Transformation for Better Policy Implementation and
Forcement. In in Resosudarmo (edt): The Politics and Economics of
Indonesias Natural Resources. ISEAS, Singapore.
Matsushita B, Xu M, Fukushima T. 2006. Characterizing the Changes in Landscape
Structure in the Lake Kasumigaura Basin, Japan Using a High Qality GIS
Dataset. Landscape and Urban Planning 78:241-250.
Salim E.2005. Looking Back To Move Forward. Preface in Resosudarmo (edt): The
Politics and Economics of Indonesias Natural Resources. ISEAS,
Singapore.
Sarita A,

Purnomo K, Umar C, Setyaningsih L. 1994. Laporan Hasil Penelitian


Perikanan Danau Limboto. Sub Balai Penelitian Perikanan Air Tawar
Jatiluhur, Departemen Pertanian.

Suhardi, 2005. Perubahan Penutupan Lahan dan Pengaruhnya Terhadap Cadangan Air
Pada Daerah Tangkapan Air Danau Dusun Besar.Jurnal Ilmu- Ilmu
Pertanian Indonesia. Volume 7, No. 1.
Wetzel RG, Gopal B.1999. Limnology in Developing Countries Volume 2.
International Assosiation Theoritical and Applied Limnology.

306

You might also like