1730 3631 1 PBJJJ

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(2) : 216-225 (2013)

ISSN : 2303-2960

POTENSI TANAMAN HERBAL SEBAGAI ANTIMIKROBIAL PADA IKAN LELE


SANGKURIANG (Clarias sp.)
Potency of Herbal Plants as Antimicrobial in Catfish (Clarias sp.)
Nora Simatupang1, Dwi Anggraini2
1

Mahasiswa Peneliti, 2 Mahasiswa Peneliti

Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian


Universitas Sriwijaya, Indralaya, Ogan Ilir 30662
ABSTRACT
Motile aeromonad septicaemia (MAS) is caused by the bacterium Aeromonas hydrophila.
The use of plant (natural materials) from herbal plants such as garlic, lime, turmeric and mengkudu
can be as an alternative way to inhibit the activity of A. hydrophila by their active substances which
have potency as an antibacterial and immunostimulant. The aim of this study was to analyze the
potential of using a mixture of herbal plants to control of A. hydrophila in catfish sangkuriang
(Clarias sp.). There were split in two kind of doses namely, preventive garlic;lemon 0,625% and
turmeric;mengkudu 1,5%. The preventive treatment was given for two weeks before challenging
test. The curative treatment was performed on one week after challenging test. Challenging test was
carried out by intramuscularly injecting of 0,1 mL A. hydrophila (105cfu/ml) into the fish. The
results of in vitro at doses of 5% of each extract showed antimicrobial. In the in vivo test, extracts of
garlic and lime showed antimicrobial at a doses of 0.625%, while turmeric and mengkudu extracts
effective inhibited in a doses of 1,5%.
Key word: Herbal plants, antimicrobial, catfish sangkuriang

PENDAHULUAN
Produksi
secara

perikanan

keseluruhan

meningkat.

Untuk

budidaya

dalam budidaya intensif ikan lele (Clarias

diproyeksikan

batrachus) dan ikan patin (Pangasius sp.)

mencapai

target

adalah penyakit bercak merah atau sering

produksi sesuai dengan yang diharapkan,

dikenal

berbagai

menghambat

Septicemia (MAS) yang disebabkan oleh

upaya peningkatan produksi. Salah satu

bakteri Aeromonas hydrophila. Bakteri A.

permasalahan yang terkait, antara lain

hydrophila

kegagalan

negatif yang bersifat pathogen pada ikan.

wabah

permasalahan

produksi

penyakit

akibat

ikan

yang

serangan
bersifat

Bakteri

dengan

A.

Motile

merupakan

hydrophila

Aeromonad

bakteri

gram

menyebabkan

patogenik dari golongan bakteri (Yanuhar,

penyakit menular pada beberapa jenis

2005). Penyakit yang sering berkembang

ikan air tawar diantaranya ikan mas (C.

pada kegiatan akuakultur, salah satunya

carpio),
216

patin

(Pangasius

sp.),

lele

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia


(Clarias

batrachus),

(O.

manusia maupun pada hewan. Menurut

marmorata) dan gurame (O. gouramy).

Lukistyowati dan Kurniasih (2011), zat

Penularannya

dapat

aktif alisin dalam bawang putih mampu

berlangsung melalui perantara air, kontak

meningkatkan daya tahan tubuh dan

badan, kontak dengan peralatan tercemar

menyembuhkan berbagai penyakit pada

atau karena pemindahan ikan yang telah

manusia dan hewan vertebrata khususnya

terinfeksi A. hydrophila dari satu tempat

terhadap serangan bakteri A. hidrophylla.

ke tempat lainnya (Gufran dan kordi,

Selain tanaman herbal bawang putih, buah

2004). Upaya

jeruk

sangat

betutu

Amalia et al. (2013)

cepat

pencegahan

dan

nipis

efektif

pengobatan yang lazim dilakukan pada

immunostimulan

ikan-ikan yang terkena penyakit bakterial

senyawa kimia, obat atau bahan lain yang

adalah menggunakan obat-obatan kimia

mampu meningkatkan mekanisme respon

seperti malachite green, formalin dan

spesifik dan non spesifik ikan. Beberapa

hidrogen peroxida (Nuryati et al., 2008).

faktor nutrisi seperti vitamin B dan C

Akan tetapi penggunaan bahan kimia

terbukti

cenderung tidak ramah lingkungan dan

immunostimulan

ada yang bersifat karsinogenik. Seiring


dengan

adanya

merupakan

mengandung

efek

(Sarwono,
(Curcuma

1994).

domestica)

yang

mengandung kurkuminoid yang berperan

keamanan

aktif sebagai antimikrobial. Kurkuminoid

pangan dan lingkungan maka diharapkan

merupakan senyawa hasil isolasi dari

adanya

tanaman kunyit yang berbentuk serbuk

memperhatikan

metode

bakterial

yang

kecenderungan

Kunyit

yang

sebagai

masalah

pencegahan
bersifat

penyakit

aman

bagi

atau tepung berwarna kuning oranye

pembudidaya, ramah lingkungan dan

(Anggarawal et al., 2003) kurkumin telah

murah melalui pemanfaatan tanaman

diketahui memiliki aktivitas biologis yang

herbal. Beberapa tanaman herbal yang

luas sebagai antiinfeksi. Senyawa aktif

dapat dimanfaatkan sebagai antimikrobial

kurkumin sudah terbukti efektifitasnya

yaitu bawang putih (Allium sativum),

dalam mencegah infeksi pada ikan. Hasil

jeruk nipis (Citrus aurantifolia), kunyit

penelitian

(Curcuma domestica) dan mengkudu

menunjukkan bahwa pengujian secara in

(Morinda citrifolia).

vivo ektrak kunyit di atas 2,5% mampu

Samsundari

(2007)

Bawang putih sebagai obat herbal

menghambat pertumbuhan bakteri A.

saat ini telah banyak dilakukan, baik pada

hydrophila pada ikan mas (C. Carpio).


217

Tanaman

herbal

yang

mengandung

antimikrobial lainnya adalah mengkudu.

no.42, isolasi, cutter, blender, saringan,


kain lap, masker, corong, pinset, bunsen.

Berbagai penelitian telah membuktikan


adanya

aktivitas

mengkudu

acubin,

antibakteri

dari

asperuloside

dan

alizarin serta komponen antraquinon


mempunyai aktivitas antibakteri (Winarti,
2005).

Bahan
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ikan lele sangkuriang
(Clarias sp.) dengan panjang rata-rata
120,3 cm dan bobot rata-rata 160,35
gram yang berasal dari Balai Benih Ikan
Lokal Tanjung Putus, Indralaya Utara

METODE PENELITIAN

Ogan Ilir, bawang putih (Allium sativum),

Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Mei-Juni 2013 di Laboratorium
Budidaya

Perairan,

Program

Studi

Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian,

jeruk nipis (Citrus aurantifolia), kunyit


(Curcuma

domestica),

(Morinda citrifolia), bakteri Aeromonas


hydrophila

Lingkungan

berasal

Penyakit
Serang,

dari

Loka

Ikan

dan

Banten.

Media

bakteri TSA (Trypticase Soy Agar) dan

Alat dan Bahan

TSB (Trypticase Soy Broth), akuades

Alat
Alat

yang

Pemeriksaan

Universitas Sriwijaya, Indralaya.

mengkudu

yang

digunakan

pada

penelitian ini adalah Akuarium 50 cmx 35


cm x 40 cm, instalasi aerasi, selang,
ember, scop net, penggaris, timbangan

steril, Na-Sitrat 3,8%, larutan Turks,


pewarna Giemsa, garam, alkohol 70%,
methanol, kaporit dan pelet komersil.
Metodologi Penelitian

digital, aluminium foil, kertas puti, kapas,


Pembuatan ekstrak

kain kasa, oven, autoclave, erlenmeyer,

Masing-masing bahan

cawan petri, tabung reaksi, beaker glass,


gelas ukur, labu ukur, centrifuge, magnetit
stiller, hot plate, tabung mikrotube 1.5 ml,
mikroskop, termometer, pH meter, kaca
preparat, mikropipet, tip, ose, spuit suntik
1 cc, batang penyebar, kertas what man

tanaman

herbal dibersihkan dengan air bersih dan


dikeringkan. Bahan tersebut dipotongpotong menjadi beberapa bagian kecil dan
kemudian dihaluskan hingga menjadi
ekstrak

kasar

Masing-masing

menggunakan
ekstrak

kasar

blender.
bahan

218

tanaman herbal disaring menggunakan

menggunakan autoclave selama 20 menit,

saringan.

selanjutnya

kentalnya,

Setelah

didapat

kemudian

ekstrak

diukur

direndam

dalam

masing-

dan

masing ekstrak bahan dengan konsentrasi

dilarutkan menggunakan akuades steril

5%, 10%, 15%, 20%, dan 25% selama +

sesuai konsentrasi yang dibutuhkan yaitu

15 menit. Kertas cakram diambil secara

masing-masing 5%, 10%, 15%, 20%, dan

aseptik dan dimasukkan ke dalam cawan

25%. Masing-masing konsentrasi bahan

petri yang telah ditebar bakteri A.

digunakan dalam uji in vitro dan in vivo.

hydrophila kemudian diinkubasi selama


24 jam untuk selanjutnya diukur zona

Uji in vitro

hambatnya

Uji in vitro yang dilakukan terdiri


dari

yaitu

isolat

hydrophila,

murni

secara

bakteri

aseptik

A.

diambil

sebanyak satu ose dan dibiakkan dalam


media TSB 10 ml. Setelah umur media 24
jam, sebanyak 0,1 ml bakteri ditransfer
menggunakan mikropipet ke media TSB
90 ml dan dikultur kembali selama 24
jam. Selanjutnya setelah umur 24 jam
bakteri dipanen dan diencerkan dengan

Uji in vivo
Uji in vivo dilakukan dengan satu
macam

perlakuan

kontrol positif,

yaitu

pencegahan,

dan kontrol negatif.

Pemberian pakan ikan uji secara at


satiation yaitu pagi dan sore hari yaitu
pada pukul 08.00 dan 16.00 WIB serta
dilakukan penyiponan dan pergantian air
untuk menjaga kualitas air.

kepadatan 105 cfu. ml-1 (teknik kultur


bakteri diulang saat akan penginfeksian
ikan uji). Selanjutnya, disiapkan media
TSA dalam cawan petri sebagai tempat
hidup bakteri A. hydrophila. Sebanyak 0,1
ml bakteri dengan kepadatan 10 5 cfu. ml-1
dikultur dalam media TSA.
Pengujian

bakteri

dilakukan

kertas whatman no 42 berdiameter 6 mm

digunakan

serap

kertas

15m.

cakram

Akuarium yang digunakan untuk


pemeliharaan berukuran 503540 cm3.
Sebelum digunakan, akuarium direndam
menggunakan larutan desinfektan berupa
kaporit sebanyak 20 ppm selama 24 jam,

dengan metode kertas cakram berupa

dengan daya

Persiapan wadah dan adaptasi ikan uji

Sebelum
disterilkan

setelah itu dibilas sampai bersih dan diisi


air sebanyak 20 liter kemudian diaerasi.
Dinding akuarium dilapisi plastik hitam
untuk menghindari stress pada ikan uji.
Padat tebar ikan uji, masing-masing
219

akuarium diisi 20 ekor. Ikan diadaptasi di

perendaman

selesai,

dilakukan

akuarium selama 24 jam.

penyiponan dan pergantian air sebanyak


80% dan ikan uji mulai diberi pakan lalu

Uji konsentrasi ekstrak

dipelihara selama 24 jam.

Uji konsentrasi ekstrak dilakukan


dua tahap yaitu tahap pertama merupakan
uji pendahuluan menggunakan dosis 5%,
10%, 15%, 20%, dan 25% selanjutnya
tahap kedua 0,31%, 0,625%, 1,5%, dan
3,0%.

Ikan

yang

mati

selama

uji

pendahuluan dicatat untuk menentukan


LD50. Selanjutnya, hasil uji pendahuluan
digunakan untuk menentukan dosis yang
efektif dan aman untuk kehidupan ikan
uji.

Penginfeksian ikan uji


Sebelum
terhadap

ikan

penginfeksian

bakteri

uji

dahulu

terlebih

dilakukan kultur bakteri seperti yang


dilakukan pada uji in vitro. Selanjutnya
hasil kultur bakteri disuntikkan ke ikan
secara intra muscular dengan dosis 0,1
ml. ekor-1. Ikan uji dipelihara selama lima
hari dan diamati gejala klinisnya berupa
aktivitas renang, respon makan, dan
morfologi tubuh ikan.

Perendaman (dipping)

Parameter yang Diamati


Perendaman

dilakukan

setelah

ikan diadaptasi selama 24 jam yaitu


masing-masing ekstrak segar tanaman
herbal dicampurkan ke dalam media
pemeliharaan hingga homogen. Dosis
yang digunakan pada setiap perlakuan
berbeda-beda yaitu pada perlakuan ektrak
bawang putih dan jeruk nipis 0,625% dan
kunyit

dan

mengkudu

1,5%.

Dosis

tersebut merupakan hasil uji konsentrasi


yang aman bagi ikan lele yang diperoleh
dari uji pendahuluan. Selama perendaman
ikan

uji,

media

pemeliharaan

tidak

dilakukan penyiponan dan pemberian

Pengukuran kadar hematokrit


menurut Amlacher (1970)
Darah

dihisap

menggunakan

tabung mikrohematokrit berlapis heparin


dengan sistem kapiler. Fungsi heparin
adalah untuk mencegah pembekuan darah
di dalam

tabung (Amlacher,

1970).

Setelah darah mencapai bagian tabung,


kemudian

salah

disumbat

dengan

satu

ujung

critoseal.

tabung
Tabung

kapiler yang telah berisi darah kemudian


disentrifuse dengan kecepatan putaran
6000 rpm selama 5 menit. Pengukuran
dilakukan

dengan

membandingkan

pakan selama 24 jam. Setelah tahap


220

volume benda darah terhadap volume

dan diamati di bawah mikroskop dengan

seluruh

perbesaran 40 kali. Darah ikan yang

darah

menggunakan

skala

hematokrit.

diamati berupa perbedaan gambaran darah


ikan perlakuan, kontrol positif dan kontrol

Preparat segar ulas darah

negatif.

Pembuatan preparat segar ulas


Kualitas air

darah yaitu darah segar yang baru diambil


dari ikan diteteskan pada preparat objek,
diratakan

dan

diamati

Pengukuran parameter kualitas

dibawah

air meliputi suhu, pH, DO dan Amonia

mikroskop. Darah ikan uji diambil secara

(NH3). Pengukuran dilakukan sebanyak 2

intra muscular sebanyak 0,1 cc dengan

kali selama penelitian yaitu awal dan

spuit suntik. Kemudian diteteskan satu

akhir.

tetes ke atas salah satu ujung kaca

HASIL DAN PEMBAHASAN

preparat dan ulas dengan menggunakan

Uji In vitro

kaca preparat dengan cara mendorong ke

Hasil Uji Invitro

depan. Kemudian preparat dikeringkan

disajikan pada gambar 1 berikut :

8
7
6
5
4
3
2
1
0

dalam penelitian ini

Rata-rata luas zona hambat


(cm2)

D
B

10

15
20
Konsentrasi (%)

y = 0.156x + 2.749
R = 0.529
y = 0.016x + 0.417
R = 0.264
y = -0.010x + 0.632
R = 0.417
y = -0.011x + 0.933
R = 0.440
25

30

Ekstrak bawang putih

Gambar 1. Luas zona hambat masing-masing ekstrak terhadap bakteri A. hydrophila

221

Berdsarkan gambar 1, terlihat

dosis 5% kandungan zat aktif pada

bahwa pada dosis 5% terdapat zona

masing-masing tanaman herbal tersebut

hambat

Aeromonas

mampu menekan pertumbuhan bakteri A.

hydrophila. Ekstrak bawang putih dengan

hydrophila. Ekstrak jeruk nipis mampu

dosis 20% memberikan luas zona hambat

menghambat pertumbuhan bakteri diduga

bakteri terbesar dibandingkan dengan

faktor kandungan vitamin C dan B yang

dosis yang lainnya. Luas zona hambat

dikandungnya

disebabkan oleh kandungan sulfur pada

sedangkan ekstrak kunyit dan mengkudu

bawang putih yang tinggi, dan juga

mampu menekan pertumbuhan bakteri A.

kandungan unsur kimianya, salah satunya

hydrophila diduga faktor masing-masing

allicin.

terhadap

Allicin

bakteri

(Sarwono,

1994),

merupakan zat

yang

zat aktifnya yaitu kurkuminoid (Rukmana,

bakterisida

juga

1994) dan acubin, asperuloside, alizarin

menghambat beberapa enzim secara in

serta antraquinon terbukti mempunyai

vitro. Allicin dalam dosis yang tinggi

aktivitas antibakteri (Winarti, 2005).

memiliki

dapat

sifat

menjadi racun

bagi

dan

sel dan

menyebabkan rasa panas pada kulit atau


gangguan pada usus (Lukistyowati dan

Uji in vivo
Gejala klinis pasca penginfeksian

Kurniasih, 2011).
Faktor

Hasil
yang

mempengaruhi

penelitian

menunjukkan

adanya gejala klinis ikan yang terserang

luasnya zona hambat diduga jumlah

A.

allicin dalam

ekstrak bawang putih

penurunan aktifitas renang dan nafsu

dengan konsentrasi 20% lebih banyak

makan menurun. Menurut Sartika (2011)

dibandingkan konsentrasi yang lainnya.

gejala awal dari terserang infeksi A.

Menurut

hydrophila

Lukistyowati dan Kurniasih

hydrophila

adalah

berupa

ikan

terjadinya

tidak

nafsu

(2011) bawang putih memiliki kandungan

makan, berada di permukaan air dengan

allicin berupa Disulphide,di-2- propenyl

posisi

(CAS)/

mempengaruhi penurunan nafsu makan

Diallyl

disulphide

(C6H10S2)

sebesar 16,95%.

Faktor

yang

diduga ikan stres sehingga respon saraf

Ekstrak jeruk nipis, kunyit dan


mengkudu

vertikal.

pada

masing-masing

konsentrasi tidak menunjukkan luas zona

bekerja untuk meningkatkan sistem imun


tubuh yang memungkinkan terjadinya
gangguan fisiologis ikan,

hambat yang signifikan, namun pada


2222

metabolisme tubuh, nafsu makan dan

Hematologi
Pada Gambar 2. kadar hematokrit

aktifitas renangnya. Nilai hematokrit ikan

menggambarkan banyaknya sel darah

yang rendah menyebabkan

jumlah

yang dalam plasma darah. Ikan yang

eritrosit rendah terhadap cairan darah.

terinfeksi pathogen mampu menurunkan

35

Hematokrit (%)

30
25

kontrol negatif

20

kontrol positif

15

perlakuan

10
5
0
Bawang putih

Jeruk nipis

Kunyit

Mengkudu

Gambar 2. Persentase kadar hematokrit


Menurut

Sartika

(2011),

nilai

hematokrit

yang

lebih

tinggi

hematokrit yang lebih kecil dari 22%

dibandingkan ikan kontrol positif yaitu

menunjukkan bahwa ikan mengalami

masing-masing bawang putih 30%, jeruk 222

anemia

terinfeksi

nipis 31%, kunyit 25% dan mengkudu

Abdullah

26%, sedangkan nilai hematokrit ikan uji

dan

penyakit.
(2008)

kemungkinan

Hasil

penelitian

menyakatan

nilai

kontrol positif adalah 19%. Ikan yang

hematokrit ikan lele (Clarias batrachus)

diberi perlakuan, diduga relatif lebih

akan mengalami penurunan jika terinfeksi

tahan terhadap serangan penyakit MAS

bakteri pathogen. Pada penelitian ini uji

dibandingkan

hematokrit menunjukkan pengaruh yang

Persentase nilai hematokrit pada ikan uji

signifikan,

tersebut

kontrol negatif adalah sebesar 30%.

disebabkan oleh perlakuan perendaman

Affandi dan Tang (2002) menyatakan

ikan uji terhadap ekstrak bawang putih,

bahwa kisaran nilai hematokrit ikan lele

jeruk nipis, kunyit dan mengkudu. Kadar

pada kondisi normal sebesar 30,8-45,5%.

diduga

bahwa

pengaruh

hematokrit ikan uji yang diinfeksi bakteri


A.

hydrophila

menghasilkan

nilai

ikan

kontrol

positif.

Hasil pengamatan preparat segar


ulas

darah

menunjukkan

adanya
2233

perbedaan kepadatan eritrosit antara ikan


kontrol negatif, perlakuan, dan kontrol
positif. Ikan uji kontrol negatif memiliki
jumlah sel darah yang padat, sedangkan
ikan dengan perendaman ekstrak masingmasing tanaman herbal menghasilkan
gambar sel darah yang lebih meningkat
dari ikan uji kontrol positif. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kandungan zat aktif
pada masing-masing ekstrak efektif untuk
mencegah serangan bakteri A. hydrophila

KESIMPULAN
Bahan alami yang berasal dari
tanaman herbal yaitu bawang putih, jeruk
nipis, kunyit dan mengkudu berpotensi
sebagai antimikrobial terhadap bakteri A.
hydrophila. Hasil penelitian secara in
vitro dan in vivo, ekstrak bawang putih
dan jeruk nipis
antimikrobial

pada

menunjukkan sifat
223
dosis

0,625%

sedangkan ekstrak kunyit dan mengkudu


pada dosis 1,5%.

terhadap ikan uji. Abdullah (2008) jumlah


eritrosit dalam darah ikan lele yang
normal adalah 3,18106 sel/ml. Tinggi
rendahnyanya
darah

ikan

jumlah eritrosit
disebabkan

ikan

dalam
dalam

keadaan stres. Menurut Affandi & Tang


(2002), stres bisa disebabkan oleh kondisi
lingkungan yang buruk dan tidak nyaman
bagi kehidupan ikan, seperti kondisi
oksigen perairan yang kurang, kelebihan
CO2 di dalam air, dan pH ekstrim. Namun
pada penelitian ini kisaran kualitas air
hasil pengukuran akhir diperoleh nilai
berbagai parameter fisika kimia air adalah
pH 6,89, suhu 26 oC, DO 5,18 ppm dan
amoniak

0,03.

Kisaran

kualitas

air

tersebut masih berada dalam batas aman


untuk

kelangsungan

pertumbuhan ikan.

hidup

dan

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Yusuf. 2008. Efektifitas ekstrak
daun
paci-paci
(Leucas
lavandulaefolia) untuk pencegahan
dan pengobatan infeksi penyakit
mas motile aeromonad septicaemia
ditinjau dari patologi makro dan
hematologi ikan lele dumbo
(Clarias sp.). Skripsi. Program studi
teknologi
dan
manajemen
akuakultur. Departemen Budidaya
Perairan. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Affandi R dan U.M Tang. 2002. Fisiologi
Hewan Air. Universitas Riau Press.
Riau.
Amlacher E. 1970. Textbook of fish
disease. Conroy D.A., R.L.
Herman (Eds.) TFH Publ.
Neptune. New York. 302p
Anggarawal B.B., A, Kumar., MS,
Anggarawal., and S, Shishodia.,
2003. Curcumin derived from

2242

turmeric (Curcuma longa). A Spice for all


seasons, phytochemical in cancer
Chemoprevention.8(28):1-9.
Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan.
Yayasan
Pustaka
Nusantara.
Yogyakarta.
Gufran, H dan Kordi, K. 2004.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Ikan. Rineka Cipta dan Bina
Adiaksara. Jakarta.
Lukistyowati, I. Dan Kurniasih. 2011.
Kelangsungan hidup ikan mas
(Cyprinus carpio L) yang diberi
pakan ekstrak bawang putih
(Allium sativum) dan di infeksi
bakteri Aeromonas hidrophylla.
16(1):144-160
Nuryati, S., Suparman dan Hadiroseyani.
2008. Penggunaan ekstrak daun
paci-paci (Leucas sp.) untuk
pencegahan penyakit mikotik pada
ikan
gurame
(Osphronemus
gouramy Lac.) Jurnal Akuakultur
Indonesia. Vol 7 No. 2 hal 205212.

Rukmana, R. 1994. Kunyit. Penerbit


Kanisius. Yogyakarta
Samsundari, S. 2007. Pengujian ekstrak
temulawak dan kunyit terhadap
resistensi
bakteri Aeromonas
hydrophila yang menyerang ikan
mas (Cyprinus carpio). Naskah
Publikasi
Penelitian
Pengembangan IPTEK. Lembaga
Penelitian
Universitas
Muhammadiyah Malang. Malang.
Sartika. 2011. Patologi dan penyakit ikan.
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Pusat Antar
Universitas Bioteknologi IPB.
Sarwono B. 1994. Jeruk Nipis. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta
Winarti, C. 2005. Peluang pengembangan
minimum fungsional dari buah
mengkudu (Morinda citrifolia).
Jurnal Litbang Pertanian. 24(4) :
149-155.
Yanuhar, U. 2005. Peran molekul adhesi
untuk diagnostik dan vaksin
bakteri patogen. Makalah Seminar
Nasional Aplikasi Bioteknologi
Akuakultur. Fakultas Perikanan.
Universitas Brawijaya. Malang.

225
3

You might also like