Efektivitas Ekstrak Kulit Batang Rhizophora Mucronata Sebagai Antibakteri Untuk Mencegah Perkembangan Bakteri
Efektivitas Ekstrak Kulit Batang Rhizophora Mucronata Sebagai Antibakteri Untuk Mencegah Perkembangan Bakteri
Efektivitas Ekstrak Kulit Batang Rhizophora Mucronata Sebagai Antibakteri Untuk Mencegah Perkembangan Bakteri
ABSTRACT
This study was aimed to determine antimicrobial potential of stembark extract of
R. mucronata against bacterial pathogens E. tarda, to know the extract toxicity to gold
fish (Cyprinus carpio. L), and to know the effect of the extract to fish survival rate.
Antimicrobial assay of the extract was done using diffusion method, LC50 assay was
conducted by putting the fish into chamber with extract concentration of 0, 25, 30, 50,
and 75 ppm in water. Survivalship assay to the methanol extract was conducted at
concentration of 2,86 and 3,93 ppm along with E. tarda inoculation. To examine
stembark extract in inhibition disease caused by E. tarda, methanol extract of the
stembark was used in this examination. Goldfish of 5 - 7 cm were subjected to be
infected with E. tarda of 107 CFU/ml in intraperitoneal. The result showed that the
methanol extract of the stembark was more effective in inhibiting grow of E. tarda. LC50
of the methanol extract was in 39,30 ppm. The methanol extract of 3,93 ppm showed to
reduce E. tarda cell from 2,18 x 103 CFU/ml to 1,32 x 103 CFU/ml in gold fish. It
showed that methanol extract of 3,93 ppm were not toxic to the fish shown by survival
rate of 100%. Survival rate of goldfish treated with the methanol extract was high
compared to that of E. tarda ((-) control). The soaking of stembark extract showed a
significant effect (P<0.05) toward survival rate of goldfish infected by E. tarda.
Keywords : Antibacteria activity, Edwardsiella tarda, Rhizophora mucronata, challenge
test
Gambar 2. Hasil pengujian antibakteri terhadap bakteri E. tarda; (a) ekstrak dengan pelarut
etil asetat (b) ekstrak dengan pelarut metanol (c) ekstrak dengan pelarut n-heksana
(d) kontrol positif/kloramfenikol (e) kontrol negatif (DMSO)
(a) (b)
Gambar 3. Uji tantang (a) ikan yang diakibatkan oleh bakteri E. tarda dan (b) ikan setelah
diobati dengan perendaman ekstrak
MIO 3.25
(+)
3.2
LIA - sebelum
3.15 3,12
SIM S (+) I (+) M (+) sesudah
SCA + 3.1
O/F F 3.05
H2S + 3
MR/VP MR (+) / VP (-) sebelum
1 sesudah
2
Arabinosa + Pengenceran
Inositol -
Sorbitol + Gambar 4. Grafik penurunan jumlah koloni
Manitol + bakteri E. tarda pada ikan mas
Maltosa + sebelum direndam dan setelah
Glukosa - perendaman
Parameter Kualitas Air kemampuan pelarut dalam
Kualitas air merupakan suatu menghasilkan jumlah ekstrak yang
variabel yang dapat mempengaruhi dibutuhkan dalam proses uji toksisitas
kelangsungan hidup ikan. Parameter dan uji antimikroba selanjutnya.
kualitas air yang diamati adalah suhu, Polaritas cairan pelarut yang digunakan
DO, dan pH. Pengukuran dilakukan bergantung dari sifat kimia senyawa
setiap pagi dan sore selama aktif yang akan diekstraksi dan
pengamatan. Kisaran pengukuran kemampuan menembus membral sel
parameter kualitas air dapat dilihat pada (Rais, 2014). Elya dkk. (2009)
Tabel 7. menambahkan bahwa perbedaan
kandungan pada ekstrak disebabkan
Tabel 7. Kisaran rata-rata pengukuran karena perbedaan sifat kepolaran dari
kualitas air
golongan senyawa-senyawa kimia
Kisaran
Kisaran tersebut.
Parameter Pengamatan
Normal*
Pagi – Sore Uji Daya Hambat Ekstrak Kulit
Suhu (oC) 25,6 – 28,25 28 – 30
Batang R. mucronata Terhadap E.
DO (ppm) 5,56 – 5,74 3–6
pH 6,57 – 6,74 5–9
tarda
Keterangan : *Amri dan Khairuman (2008) Ekstrak kulit batang mangrove
R. mucronata dengan pelarut metanol
Pembahasan memiliki daya hambat tertinggi
Ekstraksi terhadap bakteri uji. Zona bening
Proses ekstraksi senyawa kimia ekstrak metanol pada konsentrasi 20%,
yang terkandung dalam tanaman dapat 40%, dan 60% berkisar 8 – 19,5 mm.
dipengaruhi berbagai aspek, baik dari Berdasarkan hasil identifikasi
teknis penyarian maupun faktor kandungan fitokimia ekstrak kulit
tanaman itu sendiri. Sistem penyarian batang tumbuhan R. mucronata pada
dan polaritas pelarut sangat menentukan penelitian Pradana (2013) bahwa
perpindahan senyawa kimia tanaman ekstrak metanol positif mengandung
dari dalam sel ke dalam cairan pelarut fenolik (flavanoid/tanin). Aktivitas
(Rais, 2014). Ekstraksi dilakukan antimikroba senyawa fenolik adalah
dengan metode maserasi. Mukhriani dengan merusak lipid pada membran
(2014) menyatakan bahwa metode ini plasma mikroorganisme sehingga
dilakukan dengan memasukkan serbuk menyebabkan isi sel keluar (Pratiwi,
tanaman dan pelarut yang sesuai ke 2008). Beberapa tanin terbukti
dalam wadah inert yang tertutup rapat mempunyai aktivitas antioksidan,
pada suhu kamar. Metode maserasi menghambat pertumbuhan tumor dan
dapat menghindari rusaknya senyawa- menghambat enzim seperti enzim
senyawa yang bersifat termolabil. reverse transkriptase dan DNA
Ekstrak metanol kulit batang R. topoisomerase. Tanin juga dapat
mucronata merupakan ekstrak dengan meracuni hati (Robinson, 1995).
hasil tertinggi sedangkan ekstrak n- Pengujian aktivitas ekstrak etil
heksana merupakan ekstrak dengan asetat menunjukkan bahwa hambatan
hasil terendah yang menggunakan pertumbuhan pada konsentrasi 20%,
sampel dengan jumlah yang paling 40% dan 60% berkisar 4 – 18,5 mm.
banyak. Perbedaan jumlah sampel yang Sedangkan pada pengujian aktivitas
digunakan pada proses ekstraksi ekstrak n-heksana menunjukkan bahwa
disebabkan oleh adanya perbedaan tidak terlihat zona bening di sekitar
kertas cakram. Berdasarkan hasil uji melarutkan sebagian ekstrak yang tidak
fitokimia ekstrak n-heksana yang dapat larut dalam air dan pada
dilakukan Pradana (2013) bahwa n- konsentrasi dibawah 3% biasanya
heksana terhadap senyawa golongan DMSO tidak toksik kepada sel.
alkaloid, fenolik (tanin dan flavonoid), Pengujian antibakteri digunakan
terpen/steroid dan saponin didapatkan kloramfenikol sebagai kontrol positif
hasil yang negatif. Menurut Lisdawati dimana menunjukkan aktivitas zona
dkk. (2006), bahwa senyawa metabolit hambat yang sangat besar pada E. tarda
sekunder yang larut dalam pelarut yaitu berkisar 37,5 – 39,5 mm.
nonpolar adalah golongan minyak atsiri, Kloramfenikol merupakan metabolit
asam lemak tinggi, terpen/steroid dan sekunder dari Streptomyces venezuellae
karotenoid. yang berukuran relatif kecil sehingga
Pengujian antibakteri dari ketiga mudah berdifusi ke dalam tubuh
ekstrak bahwa ekstrak metanol dan etil (Pratiwi, 2008). Menurut Wattimena
asetat adalah ekstrak yang kuat dkk (1998) kloramfenikol bekerja
menghambat bakteri sedangkan ekstrak menghambat sintesis protein bakteri dan
n-heksana tidak menghambat. Hal ini juga sel eukariosit. Antibiotik ini
dinyatakan oleh Davis dan Stout (1971) berpenetrasi mudah ke dalam sel
bahwa ketentuan antibakteri adalah bakteri.
sebagai berikut daerah hambatan
sebesar 20 mm atau lebih berarti sangat Uji LC50 Ekstrak Kulit Batang R.
kuat, daerah hambatan 10 – 20 mm mucronata Terhadap Benih Ikan Mas
kuat, daerah hambatan 5 – 10 mm Pengujian LC50 48 jam yang
sedang dan kurang dari 5 mm lemah. digunakan adalah ekstrak kulit batang
Bakteri E. tarda adalah bakteri gram R. mucronata dengan pelarut metanol
negatif, sementara bakteri gram negatif dengan konsentrasi dengan konsentrasi
lebih banyak mengandung lipid, sedikit 25 ppm menunjukkan mortalitas ikan
peptigoglikan, membran luar berupa sebesar 0%, hal ini sama pada perlakuan
bilayer (berfungsi sebagai pertahanan kontrol. Pada konsentrasi 30 ppm
selektif senyawa-senyawa yang keluar memperlihatkan mortalitas benih ikan
atau masuk sel dan menyebabkan efek mas hampir mencapai 50%. Sedangkan
toksik). Membran luar terdiri dari pada analisis probit menunjukkan
fosfolipid (lapisan dalam), dan konsentrasi ekstrak dengan pelarut
lipopolisakarida (lapisan luar) tersusun metanol sebesar 39,30 ppm
atas lipid A, yang bersifat nonpolar. Hal menyebabkan kematian benih ikan mas
ini yang menyebabkan senyawa sebanyak 50% dalam waktu 48 jam.
antibakteri lebih sulit untuk masuk ke Pemberian ekstrak pada konsentrasi 50
dalam sel sehingga aktivitas ppm dan 75 pmm mortalitas benih ikan
antibakterinya lebih lemah mas sebesar 100%. Hal ini
dibandingkan pada bakteri gram positif menunjukkan bahwa semakin tinggi
(Dewi, 2010). pemberian konsentrasi maka semakin
Pengujian kontrol negatif meningkat pula kematian pada ikan.
dengan perendaman cakram dengan Faktor lain yang menyebabkan
pelarut DMSO tidak menunjukkan mortalitas pada benih ikan adalah
adanya aktivitas penghambatan adanya zat saponin yang terkandung
pertumbuhan. Menurut Widowati dan dalam ekstrak kulit batang R.
Mudahar (2009) DMSO merupakan mucronata. Saponin merupakan
pelarut yang dapat digunakan untuk golongan senyawa glikosida yang dapat
menimbulkan busa bila dikocok dalam ikan yang tidak stres dengan prevalensi
air dan dapat menyebabkan hemolisis 7%.
eritrosit dan dapat bersifat racun pada Uji tantang pada benih ikan mas,
hewan akuatik/ikan dan dapat yaitu dengan direndam ekstrak dengan
menyebabkan kematian (Lukistyowati, konsentrasi yang berbeda. Keadaan
2012). Menurut Wibisono (1989), morfologi benih ikan mas pasca
bahwa nilai yang aman (safety perendaman terlihat adanya warna
concentration) bagi organisme dari daya tubuh yang mulai kembali normal, luka
racun toksisitas adalah 10% dari nilai pada bagian punggung menghilang
LC50. Oleh karena itu, konsentrasi yang (Gambar 3 b). Perlakuan kontrol
ekstrak kulit batang R. mucronata yang negatif, ikan tidak mengalami kematian,
aman digunakan untuk ikan mas adalah perlakuan kontrol positif kelulushidupan
10% dari 39,30 ppm yaitu 3,93 ppm. ikan 16,67%. Pada konsentrasi ekstrak
3,93% kelulushidupan ikan sebesar
Uji Tantang 100% dan nilai konsentrasi ini lebih
Ikan mas yang terinfeksi tinggi dibandingkan dengan kontrol
menunjukkan gejala-gejala yang berbeda positif. Hal ini menunjukkan bahwa
dari keadaan normal. Pada hari ke dua perendaman dengan ekstrak dapat
setelah penyuntikan, ikan terlihat meningkatkan sistem kekebalan tubuh
cenderung diam dan nafsu makan ikan terhadap serangan E. tarda
berkurang. Pengamatan ikan pada hari sedangkan rendahnya tingkat
ke empat terjadi perubahan warna tubuh kelangsungan hidup pada ikan kontrol
ikan mas yang menjadi lebih pucat, positif diduga karena infeksi bakteri
berenangnya tidak beraturan, sirip yang menyerang mengakibatkan ikan
punggung mulai menghilang dan pecah- menjadi stres sehingga kondisi ikan
pecah serta adanya luka borok terutama menjadi lemah dan memudahkan
di sekitar punggung (Gambar 3 a). berkembangnya penyakit yang dapat
Menurut Ali. dkk (2014), ikan yang menyebabkan kematian. Menurut
terkena penyakit Edwardsiellosis akan Ajizah (2004), semakin kecil dosis,
memperlihatkan tanda-tanda pergerakan semakin sedikit jumlah zat aktif yang
renang melambat dan mati, warna kulit terkandung didalamnya untuk
memucat, terdapat lendir yang menghambat pertumbuhan suatu
berlebihan, terdapat luka, peradangan bakteri.
dibagian mulut serta dibagian tubuh Hasil uji ANOVA menunjukkan
ikan lain seperti bagian sirip punggung, kelulushidupan benih ikan mas yang
dada dan ekor berwarna kemerahan. diberi larutan ekstrak kulit batang R.
Pengamatan ikan pada hari ke mucronata secara rendaman selama 14
lima, ikan mas sudah ada yang mati, hari menunjukkan pengaruh yang
yaitu terlihat pada kontrol positif, berbeda nyata bila dibandingkan dengan
dimana ikan yang terinfeksi tidak kontrol positif (P<0,05). Hal ini diduga
direndam ekstrak. Menurut Ibrahem. karena zat tanin/flavanoid yang tinggi
dkk (2011), penyebaran infeksi bakteri pada dosis tersebut. Menurut Ajizah
E. tarda dapat bersifat langsung dan (2004) tanin memiliki aktivitas
horizontal melalui proses makan, antibakteri dengan cara mengkerutkan
insang, dan permukaan tubuh, bakteri dinding sel atau membran sel, sehingga
ini dapat menginfeksi terutama ikan mengganggu permeabilitas sel yang
yang sakit dan stres dengan prevalensi dapat mengakibat terganggunya
43%, namun dapat pula menginfeksi aktivitas hidup sehingga
pertumbuhannya terhambat dan mati. Sehingga jika DO dalam kondisi
Monalisa dkk. (2011) juga menyatakan optimum maka metabolisme dalam
bahwa senyawa flavonoid dapat tubuh akan optimal dan energi yang
menggumpalkan protein, senyawa dihasilkan akan banyak (Widanarni
flavonoid juga bersifat lipofilik, dkk., 2010). Hasil yang didapatkan
sehingga dapat merusak lapisan lipid kadar oksigen terlarut berkisar 5,56 –
pada membran sel bakteri. 5,74 mg/l dari keempat perlakuan.
Kadar pH selama masa pemeliharaan
Perhitungan Koloni Bakteri Sebelum dari keempat perlakuan didapatkan hasil
dan Sesudah Pengobatan pH 6,57 – 6,74 dan pengukuran suhu
Jumlah total bakteri E. tarda didapatkan yaitu 25,6 – 28,25oC selama
dalam CFU/ml setelah di logaritma, pemeliharan 14 hari. Ikan mas dapat
yaitu sebelum perendaman 7,29 dan bertahan hidup pada derajat keasaman
pasca perendaman 5,96, hal ini air (pH) rendah, kisaran toleransi
membuktikan bahwa pertumbuhan dan terhadap pH berkisar antara 5 – 9 dan
perkembangbiakan sel bakteri E. tarda dapat bertahan hidup pada pH tinggi
menurun setelah pemberian ekstrak. atau perairan basa. Kebutuhan oksigen
Seperti hasil yang dibuktikan pada uji untuk ikan mas di dalam perairan antara
tantang bahwa pemberian ekstrak dapat 3 sampai dengan 6 ppm. Suhu yang
mempengaruhi pertumbuhan bakteri. optimal untuk kehidupan dan
Menurut Lukistyowati dan Syawal pertumbuhan adalah 28 – 30oC. Hasil
(2013) ini membuktikan bahwa pengukuran kualitas air selama
keberhasilan untuk pencegahan maupun pemeliharan mendapatkan hasil
pengobatan dengan menggunakan bahan pengukuran layak digunakan untuk
alami harus dilakukan serangkaian uji pemeliharaan benih ikan mas (Amri dan
coba dengan mempertimbangkan Khairuman, 2008).
tingkat keamanan untuk kehidupan ikan
dan lingkungan, disamping itu juga KESIMPULAN DAN SARAN
perlu diperhatikan konsentrasi dari Kesimpulan
bahan alami yang efektif untuk berbagai 1. Hasil uji antimikroba terhadap
ukuran ikan maupun spesies ikan. bakteri E. tarda menunjukkan
ekstrak metanol kulit batang R.
Parameter Kualitas Air mucronata memiliki aktivitas
Kualitas air merupakan salah antibakteri dengan diameter zona
satu faktor yang mempengaruhi hambat yang lebih besar daripada
timbulnya penyakit pada ikan, karena etil asetat dan n-heksana.
penyakit muncul dari interaksi antara 2. Nilai hasil uji LC50 ekstrak metanol
inang, patogen, dan lingkungan. kulit batang R. mucronata yang
Kualitas air yang berada di luar kisaran mematikan benih ikan mas sebanyak
optimum kebutuhan hidup ikan akan 50% adalah dengan konsentrasi
menyebabkan ikan mengalami stres, 39,30 ppm.
sehingga akibatnya ikan lebih mudah 3. Perendaman ekstrak dapat
terserang penyakit. Oleh karena itu menurunkan perkembangbiakan
kondisi kualitas air selama perlakuan bakteri E. tarda pada benih ikan
harus diperhatikan, agar tetap berada mas dengan jumlah total bakteri
pada kisaran normal. Oksigen terlarut dalam CFU/ml setelah di logaritma,
dibutuhkan untuk menghasilkan energi yaitu dari 7,29 menjadi 5,96.
dari pakan yang masuk ke dalam tubuh.
Saran Arumugam, S., D. Palanisamy., dan
Pengujian ekstrak kulit batang R. R.T. Sambandam. 2014.
mucronata terhadap bakteri E. tarda Identification of Bioactive
secara in vivo, telah dibuktikan bahwa Compounds of Rhizophora
ekstrak tersebut dapat menghambat mucronata Poir. Leaves Using
pertumbuhan bakteri dilihat secara Supercritical Fluid Extraction and
morfologi dan tingkah laku. Oleh Gc-Ms. Journal Pharmacy and
karena itu perlu dilakukan penelitian Pharmaceutical Sciences. 3(10):
lebih lanjut tentang uji histopatologi 1621 – 1631.
untuk mengetahui kerusakan jaringan
organ tubuh akibat serangan bakteri Davis dan Stout. 1971. Aktivitas
E.tarda. Selain itu perlu juga dilakukan Antimikroba Ekstrak Biji Mimba
isolasi terhadap senyawa metabolit Terhadap Bakteri Salmonella
sekunder kulit batang R. mucronata thypidan Staphylococcus aureus.
untuk mengetahui senyawa apa atau Jurnal Biogenesis. 2(2):64–66.
kombinasi senyawa apa yang memiliki
potensi antimikroba. Dewi, F. K. 2010. Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Buah Mengkudu
DAFTAR PUSTAKA (Morinda citrifolia, Linnaeus)
terhadap Bakteri Pembusuk
Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella Daging Segar. [Skripsi]. Fakultas
typhymurium Terhadap Daun Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Jambu Biji (Psidium guajava L.). Alam.Universitas Sebelas Maret.
Jurnal Bioscientiae. 1(1): 8–31. Surakarta.