Efektivitas Ekstrak Kulit Batang Rhizophora Mucronata Sebagai Antibakteri Untuk Mencegah Perkembangan Bakteri

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BATANG Rhizophora mucronata SEBAGAI

ANTIBAKTERI UNTUK MENCEGAH PERKEMBANGAN BAKTERI


Edwardsiella tarda PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio L.)

(Effectiveness Stembark Extract of Rhizophora mucronata as an Anti-bacteria to


Prevent Growth of Edwarsiella tarda on Gold Fish (Cyprinus carpio L,))
1
Ainul Mardiah, 2Dwi Suryanto & 3Desrita
1
Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155
2
Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia
20155
3
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155

ABSTRACT
This study was aimed to determine antimicrobial potential of stembark extract of
R. mucronata against bacterial pathogens E. tarda, to know the extract toxicity to gold
fish (Cyprinus carpio. L), and to know the effect of the extract to fish survival rate.
Antimicrobial assay of the extract was done using diffusion method, LC50 assay was
conducted by putting the fish into chamber with extract concentration of 0, 25, 30, 50,
and 75 ppm in water. Survivalship assay to the methanol extract was conducted at
concentration of 2,86 and 3,93 ppm along with E. tarda inoculation. To examine
stembark extract in inhibition disease caused by E. tarda, methanol extract of the
stembark was used in this examination. Goldfish of 5 - 7 cm were subjected to be
infected with E. tarda of 107 CFU/ml in intraperitoneal. The result showed that the
methanol extract of the stembark was more effective in inhibiting grow of E. tarda. LC50
of the methanol extract was in 39,30 ppm. The methanol extract of 3,93 ppm showed to
reduce E. tarda cell from 2,18 x 103 CFU/ml to 1,32 x 103 CFU/ml in gold fish. It
showed that methanol extract of 3,93 ppm were not toxic to the fish shown by survival
rate of 100%. Survival rate of goldfish treated with the methanol extract was high
compared to that of E. tarda ((-) control). The soaking of stembark extract showed a
significant effect (P<0.05) toward survival rate of goldfish infected by E. tarda.
Keywords : Antibacteria activity, Edwardsiella tarda, Rhizophora mucronata, challenge
test

PENDAHULUAN adanya gangguan penyakit


Ikan mas merupakan jenis ikan (Purwaningsih, 2013). Mendiagnosis
konsumsi air tawar. Di Indonesia ikan serangan penyakit pada ikan merupakan
ini telah dibudidayakan di kolam biasa, cara yang tepat untuk mengetahui
sawah, waduk, sungai air deras, maupun penyebab serangan dan jenis
dalam keramba di perairan umum sejak penyakitnya.
tahun 1920. Budidaya ikan mas dan Salah satu organisme patogen
perikanan pada umumnya tidak terlepas penyebab timbulnya penyakit ikan pada
dari resiko yang disebabkan oleh usaha budidaya adalah bakteri,
diantaranya Edwardsiella tarda. E. ekstrak kulit batang R. mucronata
tarda adalah salah satu jenis bakteri dalam menghambat bakteri tersebut
yang masuk dalam daftar Hama Senyawa bioaktif yang terkandung
Penyakit Ikan Karantina (HPIK) yang dalam tanaman R. mucronata akan
harus dicegah penyebarannya. membantu untuk pengembangan obat
(Narwiyani dan Kurniasih, 2011). lebih lanjut (Arumugam dkk., 2014).
Umumnya pembudidaya sering
melakukan pemberian berbagai macam METODE PENELITIAN
antibiotik seperti ampicillin, chloram- Waktu dan Tempat
phenicol, tetracycline dan disinfektan Penelitian dilaksanakan dari
pada ikan. Pengobatan dengan bulan Agustus – Desember 2015.
pemberian antibiotik yang berdampak Ekstraksi kulit batang R. mucronata
negatif tersebut merupakan dasar dilakukan di Laboratorium Kimia
pemikiran untuk mencari alternatif Bahan Alam, Fakultas Matematika dan
pengobatan yang lebih alami dan ramah Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
lingkungan yaitu dengan terapi herbal Sumatera Utara. Uji aktivitas antibakteri
menggunakan ekstrak kulit batang R. di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian
mucronata. Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
Tumbuhan mangrove diketahui Kelas I Medan II. Uji toksisitas LC50
merupakan salah satu sumber senyawa dan uji tantang dilakukan di
metabolit sekunder (Mulyani dkk. Laboratorium Budidaya Perairan
2013). Arumugam dkk. (2014) Manajemen Sumberdaya Perairan
menyatakan bahwa Rhizophora Fakultas Pertanian Universitas
mucronata adalah tanaman bakau obat- Sumatera Utara.
obatan yang, umumnya dikenal sebagai
bakau merah. R. mucronata memiliki Persiapan dan Ekstraksi Kulit
senyawa metabolit aktif yang penting Batang R. mucronata
yaitu senyawa alkaloid, terpenoid, Kulit batang tumbuhan R.
steroid, tanin, kuinon, saponin, mucronata dikumpulkan sebanyak 10
flavonoid, glikosida, dan fenol. kg dalam berat basah dari kawasan
Pemanfaatan kulit batang R. hutan mangrove desa Denai Kuala, Kec.
mucronata ini diharapkan dapat Pantai Labu, Kab. Deli Serdang.
memberikan informasi tentang senyawa Pemanenan kulit batang R. mucronata
yang terkandung di dalam kulit batang hanya dilakukan pada pohon dengan
R. mucronata yang berpotensi sebagai diameter lebih dari 30 cm. Kulit batang
antimikroba. Penggunaan ekstrak kulit R. mucronata dicuci dengan air
batang R. mucronata sebagai mengalir dan dipotong kecil-kecil
antimikroba juga perlu diketahui tingkat kemudian dikeringanginkan selama 7
toksisitasnya untuk melihat ada hari untuk mengurangi penguapan yang
tidaknya efek toksik dan batas mengikutkan senyawa yang terkandung
keamanan dalam kaitannya dengan di dalamnya. Proses pengeringan ini
penggunaan senyawa yang ada dalam bertujuan menurunkan kadar air
tumbuhan tersebut. Pengujian toksisitas sehingga tidak mudah ditumbuhi
dilakukan dengan menggunakan uji kapang dan bakteri serta menghilangkan
LC50 selama 48 jam. Selanjutnya aktivitas enzim yang dapat menguraikan
ekstrak kulit batang R. mucronata lebih lanjut kandungan zat aktif yang
diujikan terhadap bakteri E. tarda untuk terdapat di kulit batang tumbuhan
melihat kemampuan senyawa bioaktif tersebut (Gunawan dan Marina, 2004).
Kulit batang yang sudah kering cara menimbang ekstrak kulit batang R.
selanjutnya dipotong kecil agar mudah mucronata sebanyak 0,6 g yang
dihaluskan dengan blender hingga dilarutkan dengan 1 ml DMSO. Larutan
berbentuk serbuk. Serbuk selanjutnya dengan konsentrasi 40% dan 20%
diayak menggunakan ayakan hingga dibuat dengan cara pengenceran dari
diperoleh serbuk yang halus dan konsentrasi 60% menggunakan 0,5 ml
seragam. DMSO. Kontrol negatif digunakan
Langkah selanjutnya adalah DMSO dan kontrol positif digunakan
ekstraksi bahan aktif. Ekstraksi kloramfenikol (30 µg/ml).
dilakukan dengan metode maserasi Tahap pertama yang dilakukan
dengan menggunakan tiga pelarut adalah pembuatan suspensi bakteri
dengan kepolaran berbeda yaitu n- dengan cara mengambil biakan
heksana (non polar), etil asetat (semi menggunakan sengkelit (ose) dan
polar) dan metanol (polar). Serbuk disuspensikan dengan cara dimasukan
sampel masing-masing sebanyak 1,1 kg ke dalam tabung berisi 3 ml larutan
direndam dengan 6 l pelarut etil asetat, NaCl 0,9% dan suspensi disetarakan
1,1 kg direndam dengan 5 l pelarut dengan larutan baku Mc. Farland 0.5
metanol dan sebanyak 2,1 kg direndam yang ekuivalen dengan suspensi sel
dengan 5 l n-heksana di dalam botol bakteri dengan konsentrasi 1,5 × 108
kaca. Botol kaca yang berisi rendaman cfu/ml (Andrews, 2008).
tersebut kemudian ditutup selama 24 Pengujian antibakteri dengan
jam sambil sesekali diaduk untuk menggunakan blank disc (kertas cakram
mempercepat kontak antara sampel kosong) berdiameter 6 mm. Cutton buds
dengan pelarut. Setelah itu sampel steril dimasukkan ke dalam tabung
disaring dengan kapas sehingga reaksi yang berisi suspensi bakteri dan
diperoleh filtrat dan ampas. Filtrat yang diguncang sedikit agar bakteri teraduk
diperoleh kemudian pelarutnya rata kemudian Cutton buds yang
dipekatkan dengan penangas air (water mengandung bakteri dioleskan pada
bath) sambil sesekali diaduk untuk media TSA. Setelah olesan bakteri
mempercepat proses penguapan dan mengering, kertas cakram yang telah
diperoleh ekstrak pekat/kering. Ekstrak direndam ekstrak selama 1 jam pada
tersebut kemudian disimpan di dalam berbagai konsentrasi ditiriskan dan
beaker glass yang ditutup menggunakan diletakkan di atas media yang berisi
aluminium foil, kemudian disimpan di olesan bakteri dengan sedikit ditekan
dalam refrigerator sebelum digunakan. agar cakram menempel pada permukaan
media. Selanjutnya diinkubasi pada
Uji Daya Hambat Ekstrak Kulit suhu 37oC selama 24 jam di inkubator.
Batang R. mucronata Terhadap E. Setelah diinkubasi selama 24
tarda jam kemudian dilakukan pengukuran
Peremajaan bakteri E. tarda zona hambat ekstrak terhadap bakteri.
dilakukan dengan mengambil isolat Penentuan zona hambat bakteri yaitu
menggunakan jarum ose dan dengan mengukur diameter zona bening
menanamnya secara aseptis pada media yang dapat dideskripsikan dengan
TSA, kemudian diinkubasi pada suhu Gambar 1.
35oC selama 24 – 48 jam.
Konsentrasi larutan uji yang
digunakan adalah 20%, 40% dan 60%
(b/v). Konsentrasi 60% dibuat dengan
McFarland 107CFU/ml, kemudian
a diinfeksikan ke ikan mas. Penginfeksian
bakteri pada ikan dilakukan dengan
c penyuntikan menggunakan jarum suntik
sebanyak 0,1 ml/ekor suspensi bakteri
dengan kepadatan 107CFU/ml dan
b
disuntikkan secara intraperitoneal
Gambar 1. Perhitungan diameter zona (Narwiyani dan Kurniasih 2014).
hambat antibakteri Setelah ikan diinfeksi kemudian diamati
Keterangan: pergerakan dan gejala ikan yang
a = Diameter kertas cakram (mm) terinfeksi bakteri E. tarda. Pemberian
b = Diameter zona hambat yang pakan dilakukan 2 kali sehari, yaitu
terbentuk (mm) pada pagi dan sore hari serta diamati
c = Daerah yang ditumbuhi bakteri kualitas airnya.
b – a = Diameter zona hambat Ikan yang telah terinfeksi bakteri
kemudian diisolasi dalam media TSA.
Uji LC50 Ekstrak Kulit Batang R. Setelah bakteri tumbuh, dilakukan uji
mucronata Terhadap Ikan Mas biokimia pada bakteri tersebut untuk
Uji LC50 48 jam menguji mengetahui apakah bakteri yang
cobakan secara langsung konsentrasi menyerang ikan mas adalah bakteri E.
ekstrak kulit batang R. mucronata tarda.
terhadap benih ikan mas yang berukuran
5 – 7 cm sebanyak 10 ekor per Perhitungan Koloni Bakteri E. tarda
akuarium yang berisi 20 liter air dengan pada Ikan Mas
5 perlakuan yakni A. Tanpa perlakuan Proses penghitungan jumlah
0% (kontrol), B. Perlakuan ekstrak kulit koloni bakteri E. tarda dengan metode
batang R. mucronata 25 ppm, C. cawan sebar dengan pengenceran dan
Perlakuan ekstrak kulit batang R. untuk menghitung koloni menggunakan
mucronata 30 ppm, D. Perlakuan metode TPC (Total Plate Count). Ikan
ekstrak kulit batang R. mucronata 50 yang telah terinfeksi selama 24 jam
ppm, dan E. Perlakuan ekstrak kulit kemudian dibedah dengan mengambil
batang R. mucronata 75 ppm, dengan organ tubuhnya. Menurut KEP-BKIM
masing-masing sebanyak 3 kali ulangan. (2015) ikan ukuran 4 – 6 cm, target uji
Parameter yang diamati adalah jumlah adalah bagian isi perut sampai dengan
mortalitas benih ikan mas dengan tetap ginjal dan sebagian enchepalon yang
menjaga kualitas air tempat hidup ikan diambil dari memotong tepi operculum
uji. dan menekan secara lateral, sedangkan
ikan ukuran lebih dari 6 cm, target uji
Penginfeksian dan Pengujian Bakteri terdiri dari ginjal, limpa dan otak. Tahap
Isolat bakteri E. tarda pengenceran yaitu 10-1, 10-2, 10-3, dan
dimurnikan kembali sebanyak 2 cawan 10-4.
petri penuh yang telah berisi media TSA Sampel organ diambil sebanyak
untuk penyuntikan ikan. Bakteri yang 1 gram dan diencerkan menggunakan
sudah dimurnikan kemudian dipanen media BFP cair sebanyak 10 ml. Empat
dan diencerkan dengan larutan fisiologis buah tabung reaksi diisi media BFP cair
(NaCl 0,9%) sebanyak 10 ml. Setelah sebanyak 9 ml. Biakan bakteri diambil
itu dihomogenkan dengan menggukan sebanyak 1 ml dari campuran bakteri
vortex dan disetarakan dengan larutan dengan pengenceran 10-1 agar
mendapatkan bakteri dengan jika diperlukan. Parameter kualitas air
-2
pengenceran 10 , begitu seterusnya yang diukur meliputi suhu, DO, dan pH.
sampai pengenceran 10-4. Sampel yang Pengukuran kualitas air dilakukan setiap
sudah diencerkan dikocok dengan pengamatan, pagi dan sore.
menggunakan vortex kemudian dituang
sebanyak 1 ml ke media RS dan diberi Analisis Data
label sesuai pengenceran. Setelah itu Untuk zona hambat pengukuran
diinkubasi selama 24 jam pada suhu zona bening dirata-ratakan dan
35oC kemudian dihitung koloni bakteri dianalisis dengan metode deskipstif
dengan metode TPC dan dilakukan dalam bentuk tabel dan gambar. Uji
perhitungan jumlah bakteri menurut tantang, analisis data menggunakan
menurut (Hadioetomo, 1993 diacu oleh ANOVA. Selanjutnya untuk analisis
Susanti, 2009). data uji LC50 48 jam dengan
perhitungan Analisis Probit yaitu
Ni = No x x 10 dilakukan dengan persamaan regresi
Keterangan: linear y = a + bx yang didapatkan dari
Ni = Jumlah sel bakteri (CFU/ml) grafik hubungan antar log konsentrasi
No = Jumlah koloni bakteri yang tumbuh dengan mortalitas probit menggunakan
fp = Faktor pengenceran program Microsoft Excel.
Uji Tantang HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji tantang dilakukan pada hari Hasil
ke-5 pasca penginfeksian, kemudian Uji Daya Hambat Ekstrak Kulit
dilakukan pengobatan dengan 4 Batang R. mucronata
perlakuan dan 3 ulangan, yaitu Pengujian aktivitas antibakteri
perlakuan kontrol negatif (tidak dilakukan dengan metode difusi cakram
diinfeksi bakteri dan tidak direndam yang menggunakan blank disc ukuran 6
ekstrak), kontrol positif (diinfeksi mm. Hasil pengujian ekstrak kulit
bakteri dan tidak direndam ekstrak), batang R. mucronata terhadap
ekstrak dengan larutan metanol 2,86 pertumbuhan bakteri E. tarda
ppm dan ekstrak dengan larutan metanol menunjukkan bahwa ekstrak tersebut
3,93 ppm (10% dari hasil uji LC50). mampu menghambat pertumbuhan
Benih ikan uji sebanyak 10 ekor dalam bakteri E. tarda. Besarnya daya hambat
20 liter air per akuarium. Perendaman ekstrak kulit batang R. mucronata
dilakukan selama 14 hari dan diamati terhadap pertumbuhan bakteri E. tarda
kelulushidupan ikan (SR). Pada saat uji dapat diketahui dengan mengukur zona
tantang pada hari ke-14 frekuensi bening yang menghambat pertumbuhan
pemberian pakan ditingkatkan yaitu tiga bakteri E. tarda menggunakan jangka
kali dalam sehari, dengan jadwal sorong. Pengamatan terhadap
pemberian pagi (07.00-08.00), siang pertumbuhan bakteri E. tarda dilakukan
(12.00- 13.00), dan malam (19.00- selama 24 jam. Zona hambat ekstrak
20.00) WIB. kulit batang R. mucronata terhadap
bakteri E. tarda dapat dilihat pada Tabel
Pengamatan Kualitas Air 2 dan Gambar 2.
Untuk menjaga kualitas air
selama percobaan dilakukan penyiponan
Tabel 2. Zona hambat rata-rata ekstrak kulit batang R. mucronata terhadap bakteri E.
tarda

Ekstrak dengan Diameter rata-rata zona hambat (mm)


Bakteri
pelarut 60% 40% 20% Kontrol
Etil Asetat 16,11 8,60 4,75
Metanol 19,03 13,95 9,38
E. tarda N-heksana 0 0 0
Kloramfenikol 38,50
DMSO 0

(a) (b) (c) (d) (e)

Gambar 2. Hasil pengujian antibakteri terhadap bakteri E. tarda; (a) ekstrak dengan pelarut
etil asetat (b) ekstrak dengan pelarut metanol (c) ekstrak dengan pelarut n-heksana
(d) kontrol positif/kloramfenikol (e) kontrol negatif (DMSO)

Uji LC50 Ekstrak Kulit Batang R. Uji Tantang


mucronata Terhadap Ikan Mas Benih Ikan Mas yang telah
Toksisitas ekstrak kulit batang terinfeksi dilihat pada perubahan
R. mucronata dilakukan untuk morfologi dan tingkah lakunya. Salah
mengetahui kandungan bioaktif ekstrak satu perubahan ikan yang terinfeksi
tersebut dengan menggunakan Uji LC50. bakteri E. tarda yaitu tubuhnya pucat,
Ekstrak yang paling menghambat pada hilangnya sisik akibat luka dan dapat
uji daya hambat diaplikasikan dalam uji menyebakan pendarahan bahkan
LC50, yaitu ekstrak metanol. Data hasil kematian. Ikan yang telah terinfeksi
uji LC50 ekstrak metanol dari kulit dilakukan uji biokimia untuk
batang R. mucronata dapat dilihat pada memastikan ikan tersebut terinfeksi
Tabel 3. bakteri E. tarda. Setelah itu dilakukan
pengobatan dengan cara perendaman
Tabel 3. Data hasil uji LC50 ekstrak ekstrak. Perhitungan rata-rata
kulit batang R. mucronata kelulushidupan ikan mas setelah
dengan pelarut metanol diinfeksi bakteri dan direndam ekstrak
Konsentrasi Total Jumlah LC50 dapat dilihat pada Tabel 4 dan
(ppm) Populasi Kematian (ppm)
0 30 0 perubahan ikan yang diinfeksi bakteri
25 30 0 dan setelah direndam ekstrak dapat
30 30 14 39,30 dilihat pada Gambar 3.
50 30 30
75 30 30
Tabel 4. Perhitungan rata-rata kelulushidupan benih ikan mas yang diinfeksi bakteri
pasca perendaman
Rata-rata Ikan Hidup (ekor)
Rata-rata
Setelah
Perlakuan Setelah Diinfeksi Kelulushidupan Benih
Perendaman
Bakteri Ikan Mas (%) ± SD
Ekstrak
Kontrol negatif 10 10 100 ± 0,00a
Kontrol positif 7 0,67 6,67 ± 1,154b
Ekstrak 2,86 ppm 7,33 6,67 66,67 ± 2,614c
Ekstrak 3,93 ppm 7,33 10 100 ± 0,00a
Keterangan : Superskrip yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P < 0,05)
Kontrol negatif : tidak diinfeksi bakteri dan tidak direndam ekstrak
Kontrol positif : diinfeksi bakteri tanpa direndam ekstrak

(a) (b)
Gambar 3. Uji tantang (a) ikan yang diakibatkan oleh bakteri E. tarda dan (b) ikan setelah
diobati dengan perendaman ekstrak

Uji Biokimia Bakteri Edwardsiella Perhitungan Koloni Bakteri Sebelum


tarda dan Sesudah Pengobatan
Uji biokimia dilakukan untuk Ikan mas yang telah terinfeksi
mengetahui bakteri yang yang bakteri maupun sudah dilakukan
menyerang benih ikan mas adalah pengobatan dengan cara perendaman
bakteri E. tarda. Hasil uji biokimia ekstrak kemudian dilakuan perhitungan
bakteri E.tarda yang dapat dilihat pada jumlah koloni bakteri dengan metode
Tabel 5. TPC (Total Plate Count). Grafik
penurunan jumlah koloni bakteri E.
Tabel 5. Hasil uji biokimia bakteri tarda pada ikan mas sebelum dan
Edwardsiella tarda
sesudah perendaman ekstrak dapat
Parameter Hasil
Oksidase - dilihat pada Gambar 4.
Katalase +
Urea - 3.4
3,33
Gelatin - 3.35
Jumlah Bakteri

TSIA H2S, gas, K/A 3.3


Motil (+) Indol (+) Ornitin
(CFU/ml)

MIO 3.25
(+)
3.2
LIA - sebelum
3.15 3,12
SIM S (+) I (+) M (+) sesudah
SCA + 3.1
O/F F 3.05
H2S + 3
MR/VP MR (+) / VP (-) sebelum
1 sesudah
2
Arabinosa + Pengenceran
Inositol -
Sorbitol + Gambar 4. Grafik penurunan jumlah koloni
Manitol + bakteri E. tarda pada ikan mas
Maltosa + sebelum direndam dan setelah
Glukosa - perendaman
Parameter Kualitas Air kemampuan pelarut dalam
Kualitas air merupakan suatu menghasilkan jumlah ekstrak yang
variabel yang dapat mempengaruhi dibutuhkan dalam proses uji toksisitas
kelangsungan hidup ikan. Parameter dan uji antimikroba selanjutnya.
kualitas air yang diamati adalah suhu, Polaritas cairan pelarut yang digunakan
DO, dan pH. Pengukuran dilakukan bergantung dari sifat kimia senyawa
setiap pagi dan sore selama aktif yang akan diekstraksi dan
pengamatan. Kisaran pengukuran kemampuan menembus membral sel
parameter kualitas air dapat dilihat pada (Rais, 2014). Elya dkk. (2009)
Tabel 7. menambahkan bahwa perbedaan
kandungan pada ekstrak disebabkan
Tabel 7. Kisaran rata-rata pengukuran karena perbedaan sifat kepolaran dari
kualitas air
golongan senyawa-senyawa kimia
Kisaran
Kisaran tersebut.
Parameter Pengamatan
Normal*
Pagi – Sore Uji Daya Hambat Ekstrak Kulit
Suhu (oC) 25,6 – 28,25 28 – 30
Batang R. mucronata Terhadap E.
DO (ppm) 5,56 – 5,74 3–6
pH 6,57 – 6,74 5–9
tarda
Keterangan : *Amri dan Khairuman (2008) Ekstrak kulit batang mangrove
R. mucronata dengan pelarut metanol
Pembahasan memiliki daya hambat tertinggi
Ekstraksi terhadap bakteri uji. Zona bening
Proses ekstraksi senyawa kimia ekstrak metanol pada konsentrasi 20%,
yang terkandung dalam tanaman dapat 40%, dan 60% berkisar 8 – 19,5 mm.
dipengaruhi berbagai aspek, baik dari Berdasarkan hasil identifikasi
teknis penyarian maupun faktor kandungan fitokimia ekstrak kulit
tanaman itu sendiri. Sistem penyarian batang tumbuhan R. mucronata pada
dan polaritas pelarut sangat menentukan penelitian Pradana (2013) bahwa
perpindahan senyawa kimia tanaman ekstrak metanol positif mengandung
dari dalam sel ke dalam cairan pelarut fenolik (flavanoid/tanin). Aktivitas
(Rais, 2014). Ekstraksi dilakukan antimikroba senyawa fenolik adalah
dengan metode maserasi. Mukhriani dengan merusak lipid pada membran
(2014) menyatakan bahwa metode ini plasma mikroorganisme sehingga
dilakukan dengan memasukkan serbuk menyebabkan isi sel keluar (Pratiwi,
tanaman dan pelarut yang sesuai ke 2008). Beberapa tanin terbukti
dalam wadah inert yang tertutup rapat mempunyai aktivitas antioksidan,
pada suhu kamar. Metode maserasi menghambat pertumbuhan tumor dan
dapat menghindari rusaknya senyawa- menghambat enzim seperti enzim
senyawa yang bersifat termolabil. reverse transkriptase dan DNA
Ekstrak metanol kulit batang R. topoisomerase. Tanin juga dapat
mucronata merupakan ekstrak dengan meracuni hati (Robinson, 1995).
hasil tertinggi sedangkan ekstrak n- Pengujian aktivitas ekstrak etil
heksana merupakan ekstrak dengan asetat menunjukkan bahwa hambatan
hasil terendah yang menggunakan pertumbuhan pada konsentrasi 20%,
sampel dengan jumlah yang paling 40% dan 60% berkisar 4 – 18,5 mm.
banyak. Perbedaan jumlah sampel yang Sedangkan pada pengujian aktivitas
digunakan pada proses ekstraksi ekstrak n-heksana menunjukkan bahwa
disebabkan oleh adanya perbedaan tidak terlihat zona bening di sekitar
kertas cakram. Berdasarkan hasil uji melarutkan sebagian ekstrak yang tidak
fitokimia ekstrak n-heksana yang dapat larut dalam air dan pada
dilakukan Pradana (2013) bahwa n- konsentrasi dibawah 3% biasanya
heksana terhadap senyawa golongan DMSO tidak toksik kepada sel.
alkaloid, fenolik (tanin dan flavonoid), Pengujian antibakteri digunakan
terpen/steroid dan saponin didapatkan kloramfenikol sebagai kontrol positif
hasil yang negatif. Menurut Lisdawati dimana menunjukkan aktivitas zona
dkk. (2006), bahwa senyawa metabolit hambat yang sangat besar pada E. tarda
sekunder yang larut dalam pelarut yaitu berkisar 37,5 – 39,5 mm.
nonpolar adalah golongan minyak atsiri, Kloramfenikol merupakan metabolit
asam lemak tinggi, terpen/steroid dan sekunder dari Streptomyces venezuellae
karotenoid. yang berukuran relatif kecil sehingga
Pengujian antibakteri dari ketiga mudah berdifusi ke dalam tubuh
ekstrak bahwa ekstrak metanol dan etil (Pratiwi, 2008). Menurut Wattimena
asetat adalah ekstrak yang kuat dkk (1998) kloramfenikol bekerja
menghambat bakteri sedangkan ekstrak menghambat sintesis protein bakteri dan
n-heksana tidak menghambat. Hal ini juga sel eukariosit. Antibiotik ini
dinyatakan oleh Davis dan Stout (1971) berpenetrasi mudah ke dalam sel
bahwa ketentuan antibakteri adalah bakteri.
sebagai berikut daerah hambatan
sebesar 20 mm atau lebih berarti sangat Uji LC50 Ekstrak Kulit Batang R.
kuat, daerah hambatan 10 – 20 mm mucronata Terhadap Benih Ikan Mas
kuat, daerah hambatan 5 – 10 mm Pengujian LC50 48 jam yang
sedang dan kurang dari 5 mm lemah. digunakan adalah ekstrak kulit batang
Bakteri E. tarda adalah bakteri gram R. mucronata dengan pelarut metanol
negatif, sementara bakteri gram negatif dengan konsentrasi dengan konsentrasi
lebih banyak mengandung lipid, sedikit 25 ppm menunjukkan mortalitas ikan
peptigoglikan, membran luar berupa sebesar 0%, hal ini sama pada perlakuan
bilayer (berfungsi sebagai pertahanan kontrol. Pada konsentrasi 30 ppm
selektif senyawa-senyawa yang keluar memperlihatkan mortalitas benih ikan
atau masuk sel dan menyebabkan efek mas hampir mencapai 50%. Sedangkan
toksik). Membran luar terdiri dari pada analisis probit menunjukkan
fosfolipid (lapisan dalam), dan konsentrasi ekstrak dengan pelarut
lipopolisakarida (lapisan luar) tersusun metanol sebesar 39,30 ppm
atas lipid A, yang bersifat nonpolar. Hal menyebabkan kematian benih ikan mas
ini yang menyebabkan senyawa sebanyak 50% dalam waktu 48 jam.
antibakteri lebih sulit untuk masuk ke Pemberian ekstrak pada konsentrasi 50
dalam sel sehingga aktivitas ppm dan 75 pmm mortalitas benih ikan
antibakterinya lebih lemah mas sebesar 100%. Hal ini
dibandingkan pada bakteri gram positif menunjukkan bahwa semakin tinggi
(Dewi, 2010). pemberian konsentrasi maka semakin
Pengujian kontrol negatif meningkat pula kematian pada ikan.
dengan perendaman cakram dengan Faktor lain yang menyebabkan
pelarut DMSO tidak menunjukkan mortalitas pada benih ikan adalah
adanya aktivitas penghambatan adanya zat saponin yang terkandung
pertumbuhan. Menurut Widowati dan dalam ekstrak kulit batang R.
Mudahar (2009) DMSO merupakan mucronata. Saponin merupakan
pelarut yang dapat digunakan untuk golongan senyawa glikosida yang dapat
menimbulkan busa bila dikocok dalam ikan yang tidak stres dengan prevalensi
air dan dapat menyebabkan hemolisis 7%.
eritrosit dan dapat bersifat racun pada Uji tantang pada benih ikan mas,
hewan akuatik/ikan dan dapat yaitu dengan direndam ekstrak dengan
menyebabkan kematian (Lukistyowati, konsentrasi yang berbeda. Keadaan
2012). Menurut Wibisono (1989), morfologi benih ikan mas pasca
bahwa nilai yang aman (safety perendaman terlihat adanya warna
concentration) bagi organisme dari daya tubuh yang mulai kembali normal, luka
racun toksisitas adalah 10% dari nilai pada bagian punggung menghilang
LC50. Oleh karena itu, konsentrasi yang (Gambar 3 b). Perlakuan kontrol
ekstrak kulit batang R. mucronata yang negatif, ikan tidak mengalami kematian,
aman digunakan untuk ikan mas adalah perlakuan kontrol positif kelulushidupan
10% dari 39,30 ppm yaitu 3,93 ppm. ikan 16,67%. Pada konsentrasi ekstrak
3,93% kelulushidupan ikan sebesar
Uji Tantang 100% dan nilai konsentrasi ini lebih
Ikan mas yang terinfeksi tinggi dibandingkan dengan kontrol
menunjukkan gejala-gejala yang berbeda positif. Hal ini menunjukkan bahwa
dari keadaan normal. Pada hari ke dua perendaman dengan ekstrak dapat
setelah penyuntikan, ikan terlihat meningkatkan sistem kekebalan tubuh
cenderung diam dan nafsu makan ikan terhadap serangan E. tarda
berkurang. Pengamatan ikan pada hari sedangkan rendahnya tingkat
ke empat terjadi perubahan warna tubuh kelangsungan hidup pada ikan kontrol
ikan mas yang menjadi lebih pucat, positif diduga karena infeksi bakteri
berenangnya tidak beraturan, sirip yang menyerang mengakibatkan ikan
punggung mulai menghilang dan pecah- menjadi stres sehingga kondisi ikan
pecah serta adanya luka borok terutama menjadi lemah dan memudahkan
di sekitar punggung (Gambar 3 a). berkembangnya penyakit yang dapat
Menurut Ali. dkk (2014), ikan yang menyebabkan kematian. Menurut
terkena penyakit Edwardsiellosis akan Ajizah (2004), semakin kecil dosis,
memperlihatkan tanda-tanda pergerakan semakin sedikit jumlah zat aktif yang
renang melambat dan mati, warna kulit terkandung didalamnya untuk
memucat, terdapat lendir yang menghambat pertumbuhan suatu
berlebihan, terdapat luka, peradangan bakteri.
dibagian mulut serta dibagian tubuh Hasil uji ANOVA menunjukkan
ikan lain seperti bagian sirip punggung, kelulushidupan benih ikan mas yang
dada dan ekor berwarna kemerahan. diberi larutan ekstrak kulit batang R.
Pengamatan ikan pada hari ke mucronata secara rendaman selama 14
lima, ikan mas sudah ada yang mati, hari menunjukkan pengaruh yang
yaitu terlihat pada kontrol positif, berbeda nyata bila dibandingkan dengan
dimana ikan yang terinfeksi tidak kontrol positif (P<0,05). Hal ini diduga
direndam ekstrak. Menurut Ibrahem. karena zat tanin/flavanoid yang tinggi
dkk (2011), penyebaran infeksi bakteri pada dosis tersebut. Menurut Ajizah
E. tarda dapat bersifat langsung dan (2004) tanin memiliki aktivitas
horizontal melalui proses makan, antibakteri dengan cara mengkerutkan
insang, dan permukaan tubuh, bakteri dinding sel atau membran sel, sehingga
ini dapat menginfeksi terutama ikan mengganggu permeabilitas sel yang
yang sakit dan stres dengan prevalensi dapat mengakibat terganggunya
43%, namun dapat pula menginfeksi aktivitas hidup sehingga
pertumbuhannya terhambat dan mati. Sehingga jika DO dalam kondisi
Monalisa dkk. (2011) juga menyatakan optimum maka metabolisme dalam
bahwa senyawa flavonoid dapat tubuh akan optimal dan energi yang
menggumpalkan protein, senyawa dihasilkan akan banyak (Widanarni
flavonoid juga bersifat lipofilik, dkk., 2010). Hasil yang didapatkan
sehingga dapat merusak lapisan lipid kadar oksigen terlarut berkisar 5,56 –
pada membran sel bakteri. 5,74 mg/l dari keempat perlakuan.
Kadar pH selama masa pemeliharaan
Perhitungan Koloni Bakteri Sebelum dari keempat perlakuan didapatkan hasil
dan Sesudah Pengobatan pH 6,57 – 6,74 dan pengukuran suhu
Jumlah total bakteri E. tarda didapatkan yaitu 25,6 – 28,25oC selama
dalam CFU/ml setelah di logaritma, pemeliharan 14 hari. Ikan mas dapat
yaitu sebelum perendaman 7,29 dan bertahan hidup pada derajat keasaman
pasca perendaman 5,96, hal ini air (pH) rendah, kisaran toleransi
membuktikan bahwa pertumbuhan dan terhadap pH berkisar antara 5 – 9 dan
perkembangbiakan sel bakteri E. tarda dapat bertahan hidup pada pH tinggi
menurun setelah pemberian ekstrak. atau perairan basa. Kebutuhan oksigen
Seperti hasil yang dibuktikan pada uji untuk ikan mas di dalam perairan antara
tantang bahwa pemberian ekstrak dapat 3 sampai dengan 6 ppm. Suhu yang
mempengaruhi pertumbuhan bakteri. optimal untuk kehidupan dan
Menurut Lukistyowati dan Syawal pertumbuhan adalah 28 – 30oC. Hasil
(2013) ini membuktikan bahwa pengukuran kualitas air selama
keberhasilan untuk pencegahan maupun pemeliharan mendapatkan hasil
pengobatan dengan menggunakan bahan pengukuran layak digunakan untuk
alami harus dilakukan serangkaian uji pemeliharaan benih ikan mas (Amri dan
coba dengan mempertimbangkan Khairuman, 2008).
tingkat keamanan untuk kehidupan ikan
dan lingkungan, disamping itu juga KESIMPULAN DAN SARAN
perlu diperhatikan konsentrasi dari Kesimpulan
bahan alami yang efektif untuk berbagai 1. Hasil uji antimikroba terhadap
ukuran ikan maupun spesies ikan. bakteri E. tarda menunjukkan
ekstrak metanol kulit batang R.
Parameter Kualitas Air mucronata memiliki aktivitas
Kualitas air merupakan salah antibakteri dengan diameter zona
satu faktor yang mempengaruhi hambat yang lebih besar daripada
timbulnya penyakit pada ikan, karena etil asetat dan n-heksana.
penyakit muncul dari interaksi antara 2. Nilai hasil uji LC50 ekstrak metanol
inang, patogen, dan lingkungan. kulit batang R. mucronata yang
Kualitas air yang berada di luar kisaran mematikan benih ikan mas sebanyak
optimum kebutuhan hidup ikan akan 50% adalah dengan konsentrasi
menyebabkan ikan mengalami stres, 39,30 ppm.
sehingga akibatnya ikan lebih mudah 3. Perendaman ekstrak dapat
terserang penyakit. Oleh karena itu menurunkan perkembangbiakan
kondisi kualitas air selama perlakuan bakteri E. tarda pada benih ikan
harus diperhatikan, agar tetap berada mas dengan jumlah total bakteri
pada kisaran normal. Oksigen terlarut dalam CFU/ml setelah di logaritma,
dibutuhkan untuk menghasilkan energi yaitu dari 7,29 menjadi 5,96.
dari pakan yang masuk ke dalam tubuh.
Saran Arumugam, S., D. Palanisamy., dan
Pengujian ekstrak kulit batang R. R.T. Sambandam. 2014.
mucronata terhadap bakteri E. tarda Identification of Bioactive
secara in vivo, telah dibuktikan bahwa Compounds of Rhizophora
ekstrak tersebut dapat menghambat mucronata Poir. Leaves Using
pertumbuhan bakteri dilihat secara Supercritical Fluid Extraction and
morfologi dan tingkah laku. Oleh Gc-Ms. Journal Pharmacy and
karena itu perlu dilakukan penelitian Pharmaceutical Sciences. 3(10):
lebih lanjut tentang uji histopatologi 1621 – 1631.
untuk mengetahui kerusakan jaringan
organ tubuh akibat serangan bakteri Davis dan Stout. 1971. Aktivitas
E.tarda. Selain itu perlu juga dilakukan Antimikroba Ekstrak Biji Mimba
isolasi terhadap senyawa metabolit Terhadap Bakteri Salmonella
sekunder kulit batang R. mucronata thypidan Staphylococcus aureus.
untuk mengetahui senyawa apa atau Jurnal Biogenesis. 2(2):64–66.
kombinasi senyawa apa yang memiliki
potensi antimikroba. Dewi, F. K. 2010. Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Buah Mengkudu
DAFTAR PUSTAKA (Morinda citrifolia, Linnaeus)
terhadap Bakteri Pembusuk
Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella Daging Segar. [Skripsi]. Fakultas
typhymurium Terhadap Daun Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Jambu Biji (Psidium guajava L.). Alam.Universitas Sebelas Maret.
Jurnal Bioscientiae. 1(1): 8–31. Surakarta.

Ali, H., F. S. Chowdhury., Elya B., A. Soemiati., dan Farida. 2009.


Ashrafuzzaman., A. N. Antibakteri Ekstrak Kulit Batang
Chowdhury., R. U. Haque., K. Manggis Hutan (Garcinia rigida
M.A. Zinnah., dan M. Rahman. Miq.). Majalah Ilmu Kefarmasian.
2014.Identification Pathogenecity, 6(1): 9 – 17.
Antibiotic and Herbal Sensitivity
of Edwardsiella tarda Causing Gunawan, D dan S. Marina. 2004. Ilmu
Fish Disease in Bangladesh. Jurnal Obat Alam (Farmakognosi) Jilid
Current Research in Microbology 1. Penebar Swadaya. Jakarta.
and Biotechnology. 2(1): 292– Ibrahem, M.D., I.B. Shaheed., H.A.
297. Elyazeed., dan H. Korani. 2011.
Assessment of The Susceptibility
Amri, K dan Khairuman. 2008. Buku
of Polyculture Reared African
Pintar Budidaya 15 Ikan
Catfish and Nile Tilapia to
Konsumsi. Agromedia Pustaka.
Edwardsiellatarda. Jurnal
Jakarta.
American Science. 7(3): 779 –
Andrews, J. M. 2008. BSAC 786.
Standardized Disc Susceptibility Keputusan Badan Karantina Ikan
Testing Method. Journal of Pengendalian Mutu dan
Antimicrobial Chemotherapy. 62: Keamanan Hasil Perikanan. 2015.
256 – 278. Petunjuk Teknis Pemantauan
Hama dan Penyakit Ikan
Karantina. Jakarta.
Lisdawati V., S. Wiryowidagdo., dan J. Ris. Akuakultur. 6(2): 291 –
L.B.S. Kardono. 2006. Brine 301.
Shrimp Lethality Test dari
Berbagai Fraksi Ekstrak Daging Pradana, D. 2013. Uji Daya Hambat
Buah dan Kulit Biji Mahkota Ekstrak Kulit Batang Rhizophora
Dewa (Phaleria macrocarpa). mucronata Terhadap Pertumbuhan
Buletin Penelitian Kesehatan. Bakteri Aeromonas hydrophila,
34(3): 111 – 118. Streptococcus agalactiae dan
Jamur Saprolegnia sp. Secara In
Lukistyowati, I. 2012. Studi Efektifitas Vitro. [Skripsi]. Fakultas
Sambiloto (Andrographis Pertanian. Universitas Sumatera
paniculata Nees) untuk Mencegah Utara. Medan.
Penyakit Edwardsiellosis Pada
Ikan Patin (Pangasius Pratiwi, S.I. 2008. Mikrobiologi
hypopthalmus). Jurnal Berkala Farmasi. Erlangga. Jakarta.
Perikanan Terubuk. 40(2): 56 –
74. Purwaningsih, I. 2013. Identifikasi
Ektoparasit Protozoa pada Benih
Lukistyowati, I dan H. Syawal. 2013. Ikan Mas (Cyprinus carpio
Potensi Pakan yang Mengandung Linnaeus, 1758) di Unit Kerja
Sambiloto (Andrographis Budidaya Air Tawar (UKBAT)
paniculata) dan Daun Jambu Biji Cangkringan Sleman DIY.
(Psidium guajava) untuk [Skripsi]. Fakultas Sains dan
Menanggulangi Bakteri Teknologi. UIN Sunan Kalijaga.
Aeromonas hydrophila Pada Ikan Yogyakarta.
Baung (Mystus nemurus). Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia. 1(2): Rais, I.R. 2014. Ekstraksi Andrografolid
135 – 147. dari Andrographis paniculata
(Burm.f.) Nees Menggunakan
Monalisa D., T. Handayani., dan D. Ekstraktor Soxhlet. Jurnal
Sukmawati. 2011. Uji Daya Pharmaciana. 4(1): 85 – 92.
Antibakteri Ekstrak daun Tapak
Liman (Elephantopus scaber L.) Robinson, T. 1995. Kandungan Organik
Terhadap Staphylococcus aureus Tumbuhan Tinggi. ITB Press.
dan Salmonella typhi. Jurnal Bandung.
BIOMA. 9(2): 13 – 20.
Susanti, A. 2009. Pengaruh Pemberian
Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Bakteri Probiotik Vibrio SKT-b
Senyawa dan Identifikasi Senyawa Melalui Artemia dengan Dosis
Aktif. Jurnal Kesehatan. 7(2): 361 yang Berbeda Terhadap
– 367.. Pertumbuhan dan Kelangsungan
Hidup Pasca Larva Udang Windu
Narwiyani, S. dan Kurniasih. 2011. Penaeus Monodon. [Skripsi].
Perbandingan Patogenesitas, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Edwardsiella tarda Pada Ikan Mas Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Koki (Charassius auratus) dan Bogor.
Ikan Celebes Rainbow
(Telmatherina celebensis). Jurnal Wattimena J. R., N. C. Sugiarso.,
Mathilda B. W., E. Y. Sukandar.,
Andreanus A. S dan Anna R. S.,
1998. Farmakodinami dan Terapi Fab. Jurnal Akuakultur Indonesia.
Antibiotik. Gadjah Mada 9(1): 21 – 29.
Universitasity Press: Yogyakarta.
Widowati, L dan H. Mudahar. 2009. Uji
Widanarni., M.A. Lidaenni., dan D. Aktivitas Ekstrak Etanol 50%
Wahjuningrum. 2010. Pengaruh Umbi Keladi Tikus (Typhonium
Pemberian Bakteri Probiotik flagelliforme (Lood) Bi) Terhadap
Vibrio SKT-b dengan Dosis yang Sel Kanker Payudara MCF-7 In
Berbeda Terhadap Kelangsungan Vitro. Media Litbang Kesehatan.
Hidup dan Pertumbuhan Larva 19 (1).
Udang Windu (Panaeus monodon)

You might also like