Pelaksanaan Program Jaminan Persalinan (Jampersal) Di Dinas Kesehatan Kabupaten Buol

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal AKK, Vol 2 No 2, Mei 2013, hal 19-28

PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL)


DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BUOL
IMPLEMENTATION OF MATERNITY INSURANCES AT BUOL DISTRICT
OF HEALTH DEPARTEMENT
Ahmad, Asiah Hamzah2, Ida Leida Maria3
Dinas Kesehatan, Buol
2
Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, FKM Unhas
3
Bagian Epidemiologi, FKM Unhas
ABSTRACT
This study aimed to analyze the implementation of maternity insurance at district health office
in Buol regency in 2012. This study was a qualitative study using case study approach. The samples
in this study were the parties involved in the implementation of maternity insurance at district health
office in Buol regency and at the health center. The sampling was conducted by purposive sampling
technique with a sample size of 23 people.The results showed that during the phase of funding: the
distribution of funds were lately paid i.e. at the end of 2012; the amount of service rates was 25%
deductions for service providers; and for fund management, it was found that the process of
verification of the claimed file was very difficult. During the phase of care benefits package in terms of
availability of health care, providers became an obstacle in the implementation of the maternity
insurance. During the phase of indicator of success in terms of supervision, there was a lack of
supervision from the program manager of maternity insurance that opened some problems in the
implementation of maternity insurance in Buol district. From this study it can be concluded that the
phase of funding, benefits package services, and indicators of success still need attention. This study
suggests the District Government of Buol to re-visit the policy decisions regarding the amount of fees
that had been set for the implementation of the maternity insurance. To make maternity insurance to
be implemented optimally, the midwives need to perform additional services that can be implemented
well. Buols district health offices is expected to optimize the implementation of maternity insurance by
improving the mechanism of disbursement of verification process and increasing the supervision by
the program manager of maternity insurance. And for service providers in order to implement the
procedures of maternity insurance proccess, they should take into account the condition of the
community served.
Keywords: Maternity Insurance (Jampersal), Public Health Service, Qualitative
PENDAHULUAN
Kesehatan Ibu dan Anak merupakan
hal yang sangat mempengaruhi peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Hal ini juga
terlihat pada salah satu tujuan dari target
MDGs (Millenium Development Goals) yang
telah ditetapkan yakni menurunkan Angka
Kematian Ibu dan Anak. Program Jampersal
ini merupakan upaya pemerintah untuk
menurunkan AKI dan AKB sesuai dengan
target MDGs, dengan harapan meningkatkan
cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan
persalinan dan pelayanan nifas ibu oleh
tenaga kesehatan, meningkatkan cakupan
pelayanan bayi baru lahir oleh tenaga
kesehatan, meningkatkan cakupan pelayanan

KB pasca persalinan, meningkatkan cakupan


penanganan komplikasi (ibu hamil, bersalin,
nifas,
dan
bayi
baru
lahir),
serta
terselenggaranya pengelolaan keuangan yang
efisien, efektif, transparan, dan akuntabel.
Di
berbagai
daerah,
program
Jampersal ini masih menemui banyak kendala
seperti
minimnya
sosialisasi
kepada
masyarakat sehingga banyak ibu hamil yang
tidak mengetahui program prorakyat ini.
Banyaknya bidan swasta yang enggan untuk
bergabung dengan program ini karena para
bidan
swasta
tersebut
merasa
tidak
diuntungkan
dengan
adanya
program
Jampersal ini. Selain itu, alokasi anggaran
19

Correspondence : Ahmad, RSU Anutapura Palu Sulawesi Tengah, Palu,HP : 081341091187, Email: ahmad_syahril81@yahoo.co.id

Jurnal AKK, Vol 2 No 2, Mei 2013, hal 19-28

kegiatan sosialiasi, advokasi, monitoring,


evaluasi dan pelaporan dalam keuangan serta
kinerja pelayanan kesehatan masih belum
berjalan sebagaimana mestinya.
Permasalahan
yang
berhubungan
dengan
masalah
bidang
pelayanan
khsususnya sistem rujukan jampersal juga
terjadi di berbagai daerah, dimana masalah
tersebut dibuktikan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Arifurahman (2012) di
Kabupaten Sleman mengatakan bahwa
kendala yang timbul saat implementasi adalah
kesulitan dalam merujuk pasien Jampersal ke
fasilitas kesehatan yang lebih tinggi hal ini
disebabkan karena keinginan kelurga yang
lebih memilih melahirkan di puskesmas
(poskesdes) daripada ke rumah sakit atau
fasilitas kesehatan lainnya.
Dengan berbagai permasalahan dan
hasil penelitian yang mendukung maka
penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
pelaksanaan program jampersal di Dinas
Kesehatan Kabupaten Buol tahun 2012 mulai
dari penyaluran dana, besaran kliam yang
dibayarakan, proses pengajuan klaim, pemberi
pelayanan dan monitoring pengelolaan
jampersal Kabupaten Buol.

yang diberikan oleh pemerintah untuk setiap


persalinan masih tergolong rendah.
Selama
pelaksanaan
program
jampersal Kabupaten Buol
mendapatkan
alokasi dana jampersal pada tahun 2011
sebesar Rp.548.824.000 (Lima Ratus Empat
Puluh Delapan Juta Delapan Ratus Dua Puluh
Ribu Rupiah) dengan jumlah sasaran
sebanyak 3.202 ibu hamil, dana tersebut
disalurkan ke sebelas puskesmas yang berada
di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Buol. Kemudian pada tahun 2012 alokasi dana
jampersal meningkat menjadi Rp 891.573.000
(Delapan Ratus Sembilan Puluh Satu Juta
Lima Ratus Tujuh Puluh Tiga Ribu Rupiah)
dengan jumlah sasaran sebanyak 5.976 ibu
hamil dengan besaran dana terserap sebesar
mencapai 91.56% artinya untuk pelaksnaan
jampersal tahun 2012 tersisa dana sebesar
Rp. 75.263.000 (Tujuh Puluh Lima Juta Dua
Ratus Enam Puluh Tigas Ribu Rupiah) atau
sebesar 8.44% dana dikembalikan ke kas
Negara (Dinkes Prov. Sulteng,2011).
Meskipun alokasi dana jampersal
terserap hingga mencapai 91.56% pada tahun
2012, bukan berarti pelaksanaan pogram
jampersal selama tahun 2011 hingga Maret
tahun 2013 tidak mengalami permasalahan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis
lakukan kepada pengelola program jampersal
kabupaten beserta beberapa bidan koordinator
dan bidan desa yang berada di wilayah Dinas
Kesehatan Kabupaten Buol mengatakan
bahwa masalah yang sering terjadi antara lain:
masalah bidang pelayanan (sistem rujukan
yang belum berjalan dengan optimal), kendala
dalam pendanaan (yakni ketetapatan waktu
pengiriman klaim, besaran klaim yang
dibayarkan ke bidan hanya sebesar 75% dari
besaran klaim yang ditetapkan, serta proses
verifikasi yang panjang dan berbelit-belit,
adanya pengembalian dana ke kas negara
sebanyak Rp. 75.263.000 (Tujuh Puluh Lima
Juta Dua Ratus Enam Puluh Tigas Ribu
Rupiah)), kendala dalam pengorganisasian
(yakni Peran, tugas dan fungsi Tim Pengelola
dan Tim Koordinas Provinsi/Kabupaten/Kota
dirasakan masih belum dapat berjalan seperti

BAHAN DAN METODE


Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan
kualitatif dengan pendekatan studi kasus
(Bungin,2011). Penelitian ini dilaksanakan di
Dinas Kesehatan Kabupaten Buol pada bulan
Maret s/d April 2013. Informan kunci sebanyak
9 orang yang terdiri dari Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Buol, Ketua Tim
Pengelola Program Jamkesmas/Jampersal
Dinas Kesehatan Kabupaten Buol, Bendahara
Pengelola Program Jamkesmas/Jampersal
Dinas Kesehatan Kabupaten Buol, Kepala
Puskesmas Bunobogu dan Kepala Puskesmas
Gadung, Bendahara Puskesmas Bunobogu
dan Bendahara Puskesmas Gadung, Bidan
Koordinator Bunobogu dan Bidan Koordinator
Puskesmas
Gadung
dengan
informan
tambahan sebanyak 14 orang.

20

Jurnal AKK, Vol 2 No 2, Mei 2013, hal 19-28

pada tahun 2012 dimana dana yang


dibayarkan ke Pengelola Program Kabupaten
seharusnya per triwulan namun kenyataannya
dibayarkan pada akhir tahun 2012. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian oleh
informan SD sebagai berikut:

Metode Pengumpulan Data dan Variabel


Penelitian
Teknik
pengumpulan
data
(Sugiyono,2012) dalam penelitian ini adalah
Observasi, Wawancara, Dokumentasi, dan
Triangulasi/ Gabungan. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
pedoman wawancara, untuk memperoleh data
dan informasi dari responden dan dokumendokumen
seperti laporan bulanan dan
tahunan, Plan of Action, laporan realisasi
kegiatan,
capaian
program,
notulen
minilokakarya, dan catatan lainnya.
Metode Analisis Data
Data dianalisis berdasarkan panduan
dalam Sugiyono (2012) yaitu data reduction,
data display, dan conclusion drawing/
verification.

Tahun 2012, dana jampersal dibayarkan nanti


bulan desember tahun 2012, hal ini menurut saya
sangat bermasalah karena semestinya dana
jampersal tersebut di alokasi setiap tiga bulan
sekali guna menunjang kegiatan Puskesmas atau
Bidan di desa

(SD 54 tahun, Ketua Tim Pengelola Program


Jampersal Kab. Buol).
Paket Pemanfaatan Pelayanan
Berikut ini hasil wawancara mengenai
pemeriksaan kehamilan (ANC) :
Selama pelaksanaan program jampersal tahun
2012, jumlah ibu yang memeriksakan kehamilan
masih jauh dari yang diharapkan, hal ini
disebabkan karena jarak, kepercayaan kepada
petugas kesehatan serta masih banyaknya
pertolongan persalinan oleh dukun, namun
memasuki awal tahun 2013, kami dan seluruh
kepala desa membuat satu kesepakatan apabila
ada masyarakat atau dukun kampung yang
melaporkan ada ibu hamil ke petugas kesehatan
maka orang tersebut akan mendapatkan imbalan
sebesar Rp. 20000/ibu hamil tapi jika ada ibu hamil
yang melahirkan di tolong dukun maka ibu dan
dukun tersebut akan dikenakan denda sebesar Rp.
500.000/ibu melahirkan.
(MN 25 tahun, Bidan Koordinator Puskesmas
Gadung)

HASIL
Pendanaan Jampersal
Sumber dan Alokasi Dana
Dari hasil peneltian diperoleh informasi
mengenai sumber dan alokasi dana adalah
sebagai berikut:
Sebagian program kementerian kesehatan,
dananya bersumber dari APBN. Program jampersal
merupakan program pemerintah pusat yang
bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu
dan anak di wilayah indonesia. Tahun 2012 jumlah
dana yang diterima sebesar Rp. 891.573.000,
terserap
sebesar
91.56%,
dan
sisanya
dikembalikan ke kas negara

Dari hasil wawancara di atas terlihat


bahwa cakupan pemeriksaan ANC ini masih
jauh dari yang diharapkan pada tahun 2012.
Adapun untuk tahun 2013 ini, diharapkan
cakupan pelayanan ANC akan meningkat
dengan adanya program kemitraan antara
bidan, masyarakat dan dukun yang membawa
keuntungan bagi seluruh pihak yang bermitra.

(NL 35 tahun, Bendahara Program Jampersal


Kab. Buol)
Hasil wawancara di atas menunjukkan
bahwa informan memahami bahwa dana
jampersal bersumber dari APBN dan
alokasinya ditujukan untuk menurunkan Angka
Kematian Ibu dan Anak di wilayah Indonesia.
Hal ini juga didukung oleh pernyataan
informan lainnya, yaitu:
Alokasi dana Jampersal telah tepat
sasaran, meskipun dalam hal pencairan
kadang mengalami keterlambatan. Mengenai
hal ini akan dijelaskan pada dimensi lainnya
mengenai pemanfaatan jampersal.
Hasil penelitian tentang penyaluran
dana menunjukkan adanya keterlambatan

kalau mau jujur, saya sebenarnya pingin tenaga


bidan itu ditambah lagi, mengingat banyaknya ibu
hamil yang harus di tolong, belum lagi puskesmas
kami merupakan puskesmas rawat inap dan
puskesmas rujukan yang hampir setiap bulannya
mendapat rujukan dari puskesmas lain. Mengenai
ketrampilan bidan, saya rasa tidak ada masalah
karena hampir setiap bulannya kami melakukan
evaluasi terhadap kinerja juga hampir 1 bulan

21

Jurnal AKK, Vol 2 No 2, Mei 2013, hal 19-28


sekali diadakan pelatihan bidan baik di Kabupaten
maupun pelatihan di Propinsi.

(SD 54 tahun, Ketua Tim Pengelola Program


Jampersal Kab. Buol)

(SN 38 tahun, Bidan Koordinator Puskesmas


Bunobogu)
Hasil penelitian di atas menunjukkan
bahwa jumlah tenaga kesehatan dalam hal ini
adalah bidan, masih belum memadai di daerah
ini. Padahal proposi bidan yang baik tentunya
akan mempengaruhi kualitas pelayanan
kesehatan tersebut sehingga secara tidak
langsung akan berujung pada menurunnya
Angka Kematian Ibu yang senantiasa
diharapkan.

Indikator Keberhasilan, Pemantauan dan


Evaluasi
Untuk
mengukur
atau
melihat
keberhasilan Jaminan Persalinan sebagai
dasar dalam menilai keberhasilan dan
pencapaian pelaksanaan Jaminan Persalinan
digunakan beberapa kelompok indikator.
Untuk Kabupaten Buol indikator kinerja
program belum terlaksana dengan baik. Hal ini
terlihat dari kutipan wawancara berikut ini:

Pengorganisasian
Informasi mengenai tim koordinasi
Jamkesmas di Kabupaten Buol adalah sebagai
berikut:

Di Puskesmas Gadung, cakupan K1 dan K4, serta


pertolngan nakes masih sangat rendah, meskipun
demikian tidak menyulutkan kami untuk bekerja dan
memperbaiki ketimpangan yang ada

Setau saya koordinasi lintas sektor dilakukan 2 kali


setahun, dimana kegiatan tersebut melibatkan
berbagai pihak, untuk mencapai kesepakatan
dalam pelaksanaan program jampersal di wilayah
Kabupaten Buol

(AS, 40 tahun, Kapus Gadung)


Meskipun demikian, terdapat beberapa
informan yang menyebutkan bahwa di
beberapa puskesmas, terdapat beberapa
indicator yang telah memenuhi target yang
ditetapkan. Sebagaimana kutipan wawancara
berikut ini:

(NL 35 tahun, Bendahara Program Jampersal


Kab. Buol)
Hasil wawancara di atas menunjukkan
pelaksanaan tim koordinasi telah berjalan
dengan cukup baik dimana rapat koordinasi
tersebut dilaksanakan 2 kali setahun dan
melibatkan seluruh pengelola.
Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK
Tingkat Kabupaten/Kota dalam menjalankan
tugas dan fungsinya terintegrasi menjadi satu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Tim
pengelola Jamkesmas sekaligus menjadi Tim
Pengelola
BOK.
Jaminan
Persalinan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam
penyelenggaraan
Jamkesmas.
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui
bahwa tim pengelola BOK dan jampersal di
Kabupaten Buol berjalan dengan cukup baik.
Hal ini dapat dilihat pad hasil wawancara
berikut ini:

Jika ditilik berdasarkan cakupan puskesmas,


secara keseluruhan untuk Puskesmas bunobogu
telah memenuhi target yang telah ditetapkan,
kondisi ini disebabkan bukan karena program
jampersal itu saja , melainkan keterlibatan seluruh
komponen
masyarakat
bersama
petugas
kesehatan yang tersedia.

(DR, 45 tahun, Kapus Bunobogu)


Mengenai
penanganan
keluhan
pelaksanaan jampersal dapat dilihat pada hasil
wawancara berikut ini:
Biasanya,
puskesmas-puskesmas
yang
mengalami permasalahan pelaksanaan program
tersebut, kami surati ataupun kami turun langsung
demi
mensukseskan
pelaksanaan
program
jampersal tersebut.

(SD 54 tahun, Ketua Tim Pengelola Program


Jampersal Kab. Buol)
Hasil wawancara di atas menunjukkan
bahwa penanganan keluhan terlaksana
dengan baik dimana setiap keluhan dapat
disalurkan dengan baik.
Berikut penuturan informan kepala
puskesmas dan bidan koordinator yang
menunjukkan bahwa :

Selama ini, pengelola Jampersal dan Pengelola


BOK Kabupaten satu tim tetapi dalam menjalankan
item kegiatannya dilaksanakan berdasarkan juknis
dan melibatkan banyak pihak khususnya para
kepala puskesmas dan bendahara-bendahara
puskesmas yang ada di wilayah kerja Dinas
Kesehatan Kabupaten Buol

22

Jurnal AKK, Vol 2 No 2, Mei 2013, hal 19-28


Kalau mo jujur, memang selama ini kegiatan
pengawasan dari Pengelola Program Jampersal
Kabupaten tidak pernah sama sekali datang ke
Puskesmas Gadung, sampai bulan maret 2013
belum pernah mereka datang kemari, saya mau
pengelola program jampersal minimal 2 kali
setahun datang kemari

dijelaskan bahwa dana jaminan persalinan


bersumber dari APBN Kementerian Kesehatan
yang
dialokasikan
pada
Daftar
Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Sekretariat
Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian
Kesehatan. Alokasi dana Jaminan Persalinan
di
Kabupaten/
Kota
diperhitungkan
berdasarkan estimasi proyeksi jumlah bumil
peserta Jamkesmas dan sasaran bumil
penerima manfaat Jaminan Persalinan yang
belum memiliki jaminan persalinan.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan pada beberapa pengambil kebijakan
di Dinas Kesehatan Kab. Buol ternyata
sebagian dari mereka tidak mengetahui secara
pasti alasan keterlambatan penyaluran dana
jampersal,
padahal
diketahui
bersama
seharusnya dana jampersal di salurkan secara
bertahap namun kenyataan disalurkan pada
akhir tahun 2012. Berdasarkan konsep emik
diketahui bahwa penyaluran dana yang
dibayarkan harusnya per triwulan tetapi
kenyataannya dibayarkan pada akhir tahun
2012. Dari konsep emik tersebut, nampak
bahwa ada ketidakjelasan informasi antara
Pengelola Program Kabupaten dengan
Pengelola Program Propinsi dan Pengelola
Program Pusat, yang mana seharusnya
setelah proses pengajuan klaim, verifikasi
sampai dengan pengiriman berkas ke pusat
telah diketahui kejelasannya sehingga tidak
menimbulkan permasalahan yang berlarutlarut.
Penelitian ini didukung oleh beberapa
penelitian sebelumnya, seperti penelitian yang
dilakukan oleh Choirunnisa (2013) yang
menyatakan
bahwa
pada
pelaksanaan
jampersal di lapangan, Bidan Praktik Mandiri
yang tergabung dalam program ini sering
mengeluhkan lamanya dana klaim cair. Jika
kondisi ini tidak diperhatikan serius oleh
pengelola program jampersal kabupaten
tentunya
akan
merugikan
masyarakat
setempat dimana bidan yang telah melakukan
kontrak kerja dengan Dinas Kesehatan
setempat akan menolak untuk melakukan
kerjasama kembali dalam penyelenggaraan
program jampersal.

(AS, 40 tahun, Kapus Gadung)


Dari penuturan di atas menunjukkan
bahwa selama ini kegiatan pengawasan dari
pengelola program jampersal di Kabupaten
buol belum terlaksana dengan baik karena
para tim pengelola tidak pernah sekalipun
mengunjungi ke puskesmas tersebut. Padahal
para pelaksana program jampersal sangat
mengharapkan kedatangan para tim pengelola
tersebut.
PEMBAHASAN
Pendanaan Program Jampersal
Pendanaan jampersal adalah belanja
bantuan sosial (bansos) bersumber dari APBN
yang
dimaksudkan
untuk
mendorong
pencapaian program, percepatan pencapaian
MDGs 2015 serta peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan termasuk persalinan
oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
Alokasi dana jaminan persalinan di
Kabupaten/ Kota diperhitungkan berdasarkan
estimasi proyeksi jumlah bumil peserta
Jamkesmas dan sasaran bumil penerima
manfaat Jaminan Persalinan yang belum
memiliki jaminan persalinan di daerah tersebut.
Berdasarakan konsep emik yang diperoleh di
lapangan diketahui bahwa alokasi dana
jampersal telah terlaksana dengan tepat
sasaran. Tingginya angka serapan dana
tersebut
menunjukkan
maksimalnya
pelaksanaan kegiatan program jampersal di
Kabupaten Buol.
Penelitian
ini
sejalan
dengan
Rahmawati (2011) yang menyatakan bahwa
keberhasilan pencapaian cakupan K4 di
Puskesmas Rowosari dipengaruhi oleh
ketersedian dana. Hasil penelitian ini
menjelaskan bahwa alokasi dana pada suatu
program sangat bergantung pada seberapa
besar dana tersebut terserap sehingga
kegiatan bisa terlaksana sesuai dengan yang
diharapakan.
Berdasarkan
konsep
etik
23

Jurnal AKK, Vol 2 No 2, Mei 2013, hal 19-28

ditunjang dengan kualifikasi pendidikan


melainkan juga kemampan dan ketrampilan
yang mereka miliki, kualitas yang mereka miliki
diharapkan
mampu
mengurangi
angka
kematian ibu dan anak dan menghilangkan
citra negatif kepada tenaga-tenaga bidan
muda serta mengurangi angka pertolongan
persalinan oleh dukun.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Purwitasari (2012) menyebutkan bahwa selain
kuantitas, kualitas tenaga juga harus
diperhatikan untuk mensukseskan program
jampersal ini. Hal ini juga senada dengan
penelitian yang dilakukan oleh Amdadi (2012)
yang menyatakan bahwa tenaga bidan dan
segi kuantitas di wilayah puskesmas
Salomekko sudah terpenuhi, namun dari segi
kualitas belum memenuhi standar karena
sebagian dari mereka belum mengikuti
pelatihan APN yang mendukung ketrampilan
bidan dalam pertolongan persalinan. Dalam
pelaksanaan program jampersal di Kab. Buol
sejauh ini kuantitas tenaga bidan masih jauh
dari apa yang diharapkan, namun pemerintah
daerah setempat berupaya semaksimal
mungkin untuk memenuhi kebutuhan tenaga
tersebut dengan melakukan perekrutan tenaga
bidan melalui program PTT, baik PTT Pusat,
Propinsi dan PTT Daerah. Upaya tersebut
belum dirasa cukup dikarenakan masih ada
desa yang belum memiliki tenaga bidan.
Sedangkan masalah kemampuan tenaga
bidan sejauh ini belum ada keluhan dari
masyarakat
sehingga bisa
disimpulkan
kemampuan mereka layak untuk digunakan
dalam pelaksanaan program jampersal.

Paket Manfaat Program Jampersal


Pemeriksaan
kehamilan
(ANC)
merupakan modal dasar dalam penentuan
sejauh mana kondisi maupun kesiapan ibu
hamil dalam menghadapi proses persalinan.
Dari hasil penelitian menujukkan bahwa
pemeriksaan kehamilan khususnya K1 sudah
cukup baik, namun khusus pemerikasaan K4
masih jauh dari apa yang diharapkan dimana
cakupan K1 untuk tahun 2012 sebesar 97,95%
sedangkan untuk cakupan K4 sebesar
66.13%. Kondisi ini tentunya tidak sejalan
dengan target pelaksanaan program jampersal
dimana program ini mengharuskan seluruh ibu
hamil untuk melahirkan di fasilitas kesehatan.
Berdasarkan konsep emik tahun 2012
pemeriksaan ANC masih rendah khususnya
cakupan
K4.
Namun
diupaya
terjadi
peningkatan pada tahun 2013 dengan adanya
program kemitraan antara dukun, kepala desa
dan tenaga kesehatan. Cakupan K1 tahun
2012 sebesar 97,95%, sedangkan cakupan K4
sebesar 66.13%. Berdasarkan konsep etik
Pemeriksaan kehamilan (ANC) yang dibiayai
oleh program ini mengacu pada buku
Pedoman KIA, dimana selama hamil, ibu hamil
diperiksa sebanyak 4 kali disertai konseling
KB.
Pemberi pelayanan yang dimaksud
dalam pelaksanaan program jampersal adalah
seluruh tenaga bidan yang berkontribusi dalam
pelaksanaan program tersebut, baik yang
bidan tinggal di puskesmas maupun bidanbidan yang tinggal desa. Dari hasil penelitian
yang
dilakukan
menunjukkan
bahwa
keberadaan tenaga bidan sangat penting
dalam upaya menurunkan angka kematian ibu
dan anak di wilayah Kab. Buol. Secara konsep
emik jumlah tenaga bidan yang berstatus PTT
lebih banyak dibandingkan dengan yang status
PNS. Masih ada daerah yang belum terisi
tenaga bidan, sehingga pelayanan ibu hamil
dan ibu melahirkan dialihkan ke bidan lain atau
menjadi tanggung jawab bidan koordinator.
Saat ini, kesulitan memperpanjang masa
kontrak
bidan
PTT
mempengaruhi
ketersediaan
tenaga
bidan
di
desa.
Ketersediaan tenaga bidan bukan hanya

Pengorganisasian
Dalam pelaksanaan program jampersal
koordinasi antara Dinas Kesehatan dan
Pemerintah Daerah setempat bertujuan untuk
menidak lanjuti sejauh mana keseriusan
Pemerintah Daerah beserta jajarannya untuk
selalu peduli dan ikut terlibat dalam
pelaksanaan program pemerintah pusat
termasuk salah satunya adalah program
kementerian kesehatan. Berdasarkan konsep
emik tim koordinasi pelaksanaan program
24

Jurnal AKK, Vol 2 No 2, Mei 2013, hal 19-28

alokasi dana dari kementerian kesehatan


untuk tahun 2012 mengalami peningkatan.
Berdasarkan
konsep
etik
untuk
mengukur/melihat
keberhasilan
Jaminan
Persalinan sebagai dasar dalam menilai
keberhasilan dan pencapaian pelaksanaan
Jaminan didasarkan pada 1) Indikator Kinerja
Program, 2) Indikator Kinerja Pendanaan dan
Tata Kelola Keuangan.
Pelaksanaan
program
jampersal
tentunya tidak lepas dari permasalahan, baik
permasalahan
dari internal
puskesmas
maupun
permasalahan
dengan
pihak
Pengelola Program Jampersal Kabupaten Buol
itu sendiri. Oleh karena itu sebagai pihak yang
bertanggungjawab
terhadap
keberhasilan
pelaksanaan
program
jampersal
perlu
memperhatikan setiap permasalahan yang
terjadi,
diupayakan
masalah
tersebut
diminimalisasi
sehingga
tidak
terjadi
keterlambatan dalam pelaksanaan program
jampersal tersebut. Berdasarkan konsep emik
penanganan keluhan dimasudkan untuk
meningkatkan perbaikan pelayanan kepada
masyarakat Penanganan keluahan terlaksana
dengan baik. Dalam pelaksanaan program
jampersal tersebut keluhan yang paling
dominan adalah masalah besaran tarif
pelayanan yang berhak tenaga bidan terima,
hal ini jika tidak segera ditindaki tentunya akan
berdampak pada menurunnya kinerja bidan
dalam memberikan pelayanan persalinan
kepada masyarakat.
Sejauh ini para
penanggungjawab program baik tingkat
puskesmas maupun Dinas Kesehatan telah
melakukan berbagai cara agar setiap
persoalan tersebut dapat ditangani dengan
baik tanpa merugikan pihak lain. Adapun
konsep etik dalam peneltian ini adalah
penyampaian keluhan berguna sebagai
masukan untuk perbaikan dan peningkatan
pelayanan,
keluhan
tersebut
dapat
disampaikan oleh sasaran, pemerhati, dan
petugas fasilitas kesehatan kepada Tim
Pengelola Jamkesmas dan BOK di Dinas
Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/Kota. Dalam
penanganan
keluhan
Tim
Pengelola
Jamkesmas dan BOK harus memperhatikan

jampersal ditunjuk langsung oleh bupati. Tim


koordinasi dimaksudkan untuk memantau dan
mengawasi pelaksanaan program jampersal
sesuai dengan ketentuan atau Juknis yang
berlaku. Berdasarkan konsep etik Tim
Koordinasi Jamkesmas dan BOK Tingkat
Kabupaten/Kota, bertugas ; 1) Menjabarkan
strategi
dan
kebijakan
pelaksanaan
Jamkesmas dan BOK tingkat kabupaten/kota,
2) Mengarahkan pelaksanaan kebijakan
Jamkesmas dan BOK sesuai kebijakan
nasional, 3) Melakukan pengendalian dan
penilaian pelaksanaan kegiatan Jamkesmas
dan BOK di tingkat kabupaten/ kota dan 4)
Menjadi fasilitator lintas sektor tingkat
kabupaten/kota dan Puskesmas.
Dalam pelaksanaan program jampersal
pengelola jamkesmas dan BOK merupakan
satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Berdasarkan konsep emik Tim Pengelola
Program Jampersal terintegrasi dengan Tim
Pengelola BOK. Berdasarkan konsep etik Tim
Pengelola Jamkesmas dan BOK Tingkat
Kabupaten/Kota dalam menjalankan tugas dan
fungsinya terintegrasi menjadi satu kesatuan
yang tidak terpisahkan. Tim pengelola
Jamkesmas sekaligus menjadi Tim Pengelola
BOK. Jaminan Persalinan merupakan bagian
yang
tidak
terpisahkan
dalam
penyelenggaraan Jamkesmas.
Indikator Keberhasilan, Pemantauan dan
Evaluasi
Sejalan dengan pernyataan informan,
penelitian ini menyimpulan bahwa setiap
pelaksanaan program khususnya program
pastinya mempunyai tolak ukur yang ingin
dicapai begitu juga dengan pelaksanaan
program jaminan persalinan di Dinas
Kesehatan Kabupaten Buol. Berdasarkan
konsep emik Indikator keberhasilan dalam
pelaksanaan program jampersal didasarkan
pada indikator kinerja program dan indikator
kinerja pendanaan tata kelola keuangan.
lndikator kinerja program belum terlaksana
dengan maksimal namun indikator pendanaan
sudah lebih dari cukup. Meskipun pencapaian
program masih ada yang terkendala namun
25

Jurnal AKK, Vol 2 No 2, Mei 2013, hal 19-28

sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah


ditetapkan dapat tercapai. Jika pengawasan
dilakukan dengan baik maka akan terjadi
perbaikan
kualitas
pelayanan
demi
peningkatan
cakupan
layanan
kepada
masyarakat. Preposisi yang dibangun adalah
pelaksanaan program jaminan persalinan
masih jaub dari prosedur juknis yang telah
ditetapkan dimana 1) Penyaluran dana tidak
sesuai dengan juknis, dimana pembayaran
klaim hanya dibayarkan pada akhir tahun
seharusnya dibayarkan pertriwulan. 2)Besaran
tarif yang diterima oleh pemberi jasa
pelayanan tidak sesuai ketentuan. Dimana tarif
yang dibayarakan Rp. 300.000/partus normal,
sementara
seharusnya
Rp.
500.000
berdasarkan ketentuan juknis. 3) Proses
verifikasi, mulai dari pengajuan sampai dengan
pencairan memakan waktu hingga satu tahun,
dimana
idealnya
adalah
tiga
bulan.
4)Ketersedian pemberi pelayanan (bidan) di
Kabupaten Buol sebagian besar berstatus
PTT, dan masih ada daerah yang belum terisi
tenaga bidan. 5) Fungsi pengawasan yang
dilakukan oleh Pengelola Program Jampersal
Kabupaten Buol tidak berjalan dengan baik.

prinsip: 1) Keluhan harus direspon


secara
cepat dan tepat; 2) Penanganan keluhan
dilakukan pada tingkat terdekat dengan
masalah dan penyelesaiannya dapat dilakukan
secara berjenjang.
Selama
pelaksanaan
program
jampersal
berlangsung
tidak
semua
puskesmas yang ada di wilayah Kab. Buol
mendapatkan
pengawasan
intens
dari
pengelola program sebagai bentuk penilaian
kinerja
tenaga
kesehatan
dalam
melaksanakan program tersebut. Dari konsep
emik diperoleh bahwa pengawasan yang
dilakukan oleh pengelola program jampersal
kab. Buol tidak terlaksana dengan baik,
sehingga
menimbulkan
berbagai
persamalahan yang berpotensi menyebabkan
menurunya kualitas kinerja tenaga kesehatan
khususnya tenaga bidan yang ada di desa.
Penelitian ini sejalan dengan yang
dilakukan oleh Bahar (2011) yang menemukan
bahwa pelaksanaan kegiatan dalam rentang
waktu yang sempit menyebabkan fungsi
pembinaan dan pengawasan tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Pengawasan yang
baik
akan
dapat
memacu
karyawan
berprestasi dan berkreasi sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya (Azwar, 2010).
Hal ini juga didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Pani (2012), yang
menemukan bahwa Kebijakan BOK tidak
berdampak pada peningkatan program secara
signifikan yang disebabkan kurangya SDM dan
pengawasan dalam pelaksanaan kebijakan
BOK. Penelitian serupa juga ditemukan oleh
Amdadi dan kawan-kawan (2012) yang
menyatakan bahwa proses perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan pengawas
jampersal belum terlaksana dengan baik. Juga
oleh penelitian yang dilakukan oleh Rahayu
(2011) ditemukan bahwa tidak pernah
dilakukan pengawasan secara langsung oleh
pengelola program DBD dimana pengawasan
langsung
diserahkan
langsung
kepada
pelaksana kegiatan. Berdasarkan konsep etik
pengawasan adalah suatu proses untuk
mengukur penampilan suatu program yang
kemudian dilanjutkan dengan mengarahkan

Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini, beberapa hal yang
menjadi hambatan kami dalam melaksanakan
penelitian
yakni.
pengambilan
sampel
puskesmas yang didasarkan pada cakupan
persalinan oleh nakes sebenarnya yang
tertinggi adalah Puskesmas Paleleh, namun
karena jarak tempuh antara lokasi penelitian
dengan Dinas Kesehatan sangat jauh dan
kondisi jalan kurang strategis untuk di lalui,
maka kami memutuskan untuk memilih
alternatif tertinggi kedua yakni Puskesmas
Bunobogu sebagai sampel dan terendah
adalah Puskesmas Gadung.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan
yang
telah
diuraikan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan jampersal di Dinas Kesehatan
Kabupaten Buol pada tahap pendanaan dari
26

Jurnal AKK, Vol 2 No 2, Mei 2013, hal 19-28

DAFTAR PUSTAKA
Amdadi.
(2012).
Evaluasi
Pelayanan
Persalinan oleh Bidan Desa Selama
Pelaksanaan
program
jaminan
Persalinan di Puskesmas Salomekko
Kabupaten Bone Sulawesi Selatan
Tahun
2012.
Jurnal
Kebijakan
Kesehatan Indonesia. Vol 1: 173-179.
Arifurahman. (2012). Implementasi Jampersal
di Kabupaten Sleman Tahun 2012
Azwar.
(2010).
Pengantar
Administrasi
Kesehatan Edisi Ketiga. Binarupa
Aksara, Jakarta.
Bahar. (2011). Peran Dinas Kesehatan
Provinsi Papua Barat dan Dinas
Kesehatan Kabupaten Kaimana dalam
Pembinaan
dan
Pengawasan
Kebijakan
Bantuan
Operasional
Kesehatan Jamkesmas dan jampersal
tahun
2011.
Jurnal
Kebijakan
Kesehatan Indonesia. Vol 1 No. 4
Desember 2012. Hal. 182-191.
Bungin.
(2011).
Penelitian
Kualitatif,
Komunikasi,
Ekonomi,
Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya Edisi
Kedua. Kencana, Jakarta.
Choirunnisa. (2013). Implmentasi Peraturan
Menteri
Kesehatan
No.
2562/MENKES/PER/XII/2011 Terkait
Pelaksanaan Jaminan Persalinan Pada
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Melalui Bidan Praktik Mandiri.
Dinkes Prov. Sulteng. (2011). Profil Kesehatan
Propinsi Sulawesi Tengah. Palu.
Pani. (2011). Evaluasi Implementasi Kebijakan
Bantuan Operasional Kesehatan di
Tiga Puskesmas kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun
2011. Jurnal Kebijakan Kesehatan
Indonesia. Vol 2 No. 1 Nopember 2012.
Hal. 161-167.
Purwitasari. (2012). Implementasi Kebijakan
Program Jampersal di Kabupetan
Lebak Propinsi Banten Tahun 2011
Rahayu. (2011). Evaluasi Pelaksanaan
Program
Pencegahan
dan
Penanggulangan Penyakit Demam
Berdarah Dengue di Wilayah Kerja
Puskesmas
Ketapang
2.
Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Volume 1,
Nomor 2, Tahun 2012
Rahmawati. (2011). Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Keberhasilan
Pencapaian Cakupan K4 di Puskesmas
Rowosari Semarang, 2011. Jurnal

segi penyaluran dana,


penyaluran dana
dibayarkan telat yaitu pada akhir tahun 2012
seharusnya dana tersebut dialokasikan setiap
tiga bulan sekali. Untuk besan tarif, adanya
potongan dana sebesar 25% bagi pemberi
pelayanan kesehatan, didasarkan pada juknis
dan SK. Bupati Kabupaten Buol Tahun 2012,.
Dan untuk pengelolaan dana, proses verifikasi
yang berbelit-belit dalam pengelolaan dana
menjadi kendala dalam proses pencairan dana
jampersal di Kabupaten Buol. Tahap paket
manfaat pelayanan dari segi pemberi
pelayanan, Ketersedian tenaga kesehatan
khususnya tenaga bidan juga menjadi kendala
dalam pelaksanaan jampersal di Kabupaten
Buol, dimana jumlah bidan tidak sesuai
dengan jumlah desa yang ada, dimana jumlah
bidan baik secara keseluruhan berjumlah 102
bidan sedangkan jumlah desa/kelurahan yang
ada di Kabupaten Buol berjumlah 101
desa/kelurahan.
Dan
tahap
Indikator
keberhasilan
dari
segi
pengawasan,
Kurangnya pengawasan dari Pengelola
Program Jampersal juga menjadi masalah
dalam pelaksanaan Program Jampersal di
Kabupaten Buol.
Disarankan bagi Pemerintah Daerah
Kabupaten Buol untuk meninjau kembali
putusan kebijakan mengenai besaran retribusi
yang telah ditetapkan agar pelaksanaan
program jampersal di Dinas Kesehatan
Kabupaten Buol dapat terlaksana secara
maksimal. Untuk mengantisipasi kekurangan
tenaga bidan di lapangan, perlu dilakukan
penambahan tenaga bidan agar pelayanan
jampersal dapat teralisasi dengan baik. Bagi
Dinas Kesehatan Kabupaten Buol untuk
mengoptimalkan pelaksanaan jampersal lebih
baik, maka perlu dilakukan perbaikan
mekanisme pada pencairan dana proses
verifikasi, peningkatan pengawasan oleh
pengelola program jampersal. Bagi Pemberi
Pelayanan agar dapat melaksanakan program
jampesal sesuai prosedur yang ada, dengan
mempertimbangkan kondisi masyarakat yang
dilayani.

27

Jurnal AKK, Vol 2 No 2, Mei 2013, hal 19-28

Kesehatan Masyarakat 2013, Volume


2, Nomor 1, Januari 2013
Sugiyono.
(2012).
Metode
Penelitian
Kombinasi (Mixed Methods). CV.
Alfabeta cetakan kedua. Bandung.

28

You might also like