1797 3805 1 SM

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

PILLAR OF PHYSICS EDUCATION, Vol. 6.

Oktober 2015, 01-08

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN PENILAIAN


AUTENTIK PADA MATERI GETARAN, GELOMBANG, BUNYI, DAN
CAHAYA TERHADAP KOMPETENSI IPA PESERTA DIDIK
KELAS VIII SMP NEGERI 4 KUBUNG
Annisa Rahma Jelita1) Festiyed2) Letmi Dwiridal2)
1)
Mahasiswa Pendidikan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang
2)
Staf Pengajar Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang
annisarahmajelita@gmail.com
ABSTRACT
This research described the application of Problem Based Learning (PBL) with authentic assessment to
achieve the students competence in natural science. This research was conducted in SMPN 4 Kubung with
taking learning material about vibration, wave, sound, and light. This research was done to solve the problem
about the implementation of teacher centered learning. The students just write and listen what is presented by
teacher so it can affect to the student competence. Type of research was quasy experimental research with
randomized control group only design. The population were the students grade VIII SMPN 4 Kubung in the
2014/2015 academic year with sampling technique was purposive sampling. This research used three
instruments, those are test sheet of knowledge competence, self assessment sheet of attitude competence, and
performance sheet of skill competence. The result of this research could be presented based on data analysis.
First, the class which use PBL models get average value in knowledge competence, attitude competence, and
skill competence respectively 80.42, 89.29, and 91.96. Second, the use of PBL models has given significant effect
toward science competency of students grade VIII SMPN 4 Kubung.
Keywords : Problem Based Learning, Authentic assessment, Science Competence
Melihat begitu pentingnya IPA dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, maka diperlukan
berbagai upaya dari pelaku pendidikan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya IPA,
baik itu pemerintah, guru, maupun peneliti-peneliti.
Pemerintah sudah melakukan berbagai upaya,
misalnya perubahan kurikulum dan sertifikasi guru.
Perubahan kurikulum dilakukan untuk menyempurnakan standar isi yang ditetapkan secara nasional
sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia. Sertifikasi guru merupakan pemberian
sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi
standar profesional guru, karena guru profesional
adalah syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan
praktik pendidikan yang berkualitas.
Guru juga memiliki peran yang cukup penting
dalam menjalankan pendidikan. Hal ini disebabkan
karena guru yang paling sering bertatap muka dengan
peserta didik. Upaya-upaya yang dapat dilakukan
oleh guru misalnya menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan individual peserta didik, mengenali
segala sesuatu yang berhubungan dengan peserta
didik, menggunakan strategi, metoda, model, dan
media pembelajaran yang beragam, dan lain-lain.
Para peneliti, baik dosen maupun mahasiswa
juga tidak ketinggalan untuk menyumbangkan pemikirannya untuk meningkatkan dan memajukan
pendidikan di Indonesia. Misalnya, penelitian yang
dilakukan oleh Fitra Yeni (2014) tentang komparasi
hasil belajar peserta didik menggunakan strategi
Problem Based Learning (PBL) dengan ekspositori

PENDAHULUAN
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan
cabang ilmu pengetahuan yang berawal dari
fenomena alam. IPA diperoleh dari suatu proses
berpikir dan bertindak dalam menghadapi masalahmasalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari. IPA
sangat penting dipelajari oleh peserta didik. Hal ini
disebabkan karena IPA berhubungan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Selain itu, IPA juga
dapat menumbuhkan kemampuan berpikir peserta
didik yang kemudian berguna untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi peserta didik.
IPA merupakan salah satu ilmu yang
mempelajari tentang keteraturan alam atau ilmu
Thobiah. Ilmu tersebut dikembangkan berdasarkan
fakta dan data sehingga dapat ditemukan rumusrumus empiris. Rumus-rumus yang ditemukan memiliki karakter religius yang memperlihatkan keteraturan alam dengan ketetapan Allah SWT pada
alam semesta[1]. Jadi, IPA merupakan salah satu
bahasa atau media untuk memahami ayat-ayat AlQuran khususnya ayat-ayat tentang alam semesta
(alam syahadah/alam nyata).
Pengembangan keterampilan dan sikap ilmiah
harus dikaitkan atau dihubungkan dengan pengembangan konsep IPA, karena IPA adalah pengintegrasian antara proses inquiry dan pengetahuan[2].
Oleh karena itu, kemampuan memecahkan masalah
dan keterampilan dalam menjelajah lingkungan harus
terus dikembangkan dalam diri peserta didik.

dalam pembelajaran IPA Fisika kelas VIII SMP


Negeri 15 Padang yang dapat membuktikan bahwa
penggunaan strategi Problem Based Learning (PBL)
dapat memberikan pengaruh terhadap pencapaian
hasil belajar yang lebih baik dibandingkan penggunaan strategi ekspositori pada peserta didik kelas
VIII di SMP Negeri 15 Padang. Untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas VIII
SMP Negeri 5 Sleman pada pembelajaran IPA, Devi
Diyas Sari (2012) melakukan penelitian dengan
menerapkan model Problem Based Learning (PBL)
dan memperoleh kesimpulan bahwa kemampuan
berpikir kritis peserta didik dapat meningkat dengan
penerapan model PBL. Okta Alpindo (2014), pemberian pertanyaan Higher Order Thinking Skill
(HOTS) pada model Problem Based Learning di
kelas XI SMA Negeri 2 Padang dapat meningkatkan
hasil belajar peserta didik pada kompetensi pengetahuan. Masih banyak lagi hasil penelitian yang dapat
dijadikan sebagai pedoman oleh semua pelaku
pendidikan untuk dapat meningkatkan kompetensi
peserta didik khususnya pada mata pelajaran IPA.
Selanjutnya hasil observasi dan wawancara
yang telah dilakukan di SMP Negeri 4 Kubung pada
tanggal 10 Januari 2015 diperoleh bahwa guru terlalu
statis dan monoton dalam mengajar, sehingga tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya tidak
tercapai dengan maksimal. Guru masih menggunakan
metoda atau model pembelajaran yang bersifat
teacher center dalam kegiatan pembelajaran, sehingga dapat menyebabkan kejenuhan dan kebosanan
pada diri peserta didik serta berdampak pada kurangnya minat dan motivasi peserta didik dan mempengaruhi kompetensi peserta didik itu sendiri. Guru
juga lebih sering menyampaikan materi pembelajaran
dengan metoda ceramah dibandingkan membawa
peserta didik untuk melakukan kegiatan praktikum di
laboratorium. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik hanya mendengarkan dan menuliskan apa yang disampaikan oleh guru. Peserta didik
belum terbiasa untuk menemukan, mencari, dan
memecahkan sendiri konsep-konsep yang dipelajari
sehingga dapat mempengaruhi kompetensi peserta
didik, khususnya mata pelajaran IPA. Hal ini
dibuktikan dengan masih rendahnya nilai rata-rata
ujian semester 1 peserta didik kelas VIII di SMP
Negeri 4 Kubung.
Kelas VIII di SMP Negeri 4 Kubung pada
tahun pelajaran 2014/2015 terdiri dari tiga kelas,
yaitu kelas VIII 1, VIII 2, dan VIII 3. Kelas VIII 1
terdiri dari 24 orang peserta didik dengan rata-rata
kelasnya 59,4. Jumlah peserta didik yang mencapai
KKM hanya lima orang (20,83%) sedangkan peserta
didik yang belum mencapai KKM sebanyak 19 orang
(79,17%). Kelas VIII 2 terdiri dari 25 orang peserta
didik dengan rata-rata kelasnya 58,6. Jumlah peserta
didik yang mencapai KKM hanya satu orang (4%)
sedangkan peserta didik yang belum mencapai KKM
sebanyak 24 orang (96%). Dan kelas VIII 3 terdiri

dari 24 orang peserta didik memiliki rata-rata kelas


58,2. Jumlah peserta didik yang mencapai KKM
hanya tiga orang (12,5%) sedangkan peserta didik
yang belum mencapai KKM sebanyak 21 orang
(87,5%). Berdasarkan rata-rata tersebut persentase
peserta didik yang belum mencapai KKM jauh lebih
besar dibandingkan dengan peserta didik yang sudah
mencapai KKM. Nilai rata-rata masing-masing kelas
juga belum mencapai KKM. Hal ini membuktikan
bahwa metoda atau model teacher center yang
diterapkan oleh guru belum dapat meningkatkan
kompetensi peserta didik
Berdasarkan karakteristik peserta didik dapat
terlihat bahwa masih rendahnya motivasi, minat, dan
kemauan peserta didik untuk membaca. Peserta didik
masih bergantung pada apa yang disampaikan oleh
guru. Hal ini dibuktikan dengan peserta didik hanya
melakukan apa yang diperintahkan atau yang disampaikan oleh guru. Akibatnya, peserta didik menjadi kurang aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Dalam melakukan penilaian, guru masih
menitikberatkan pada penilaian akhir saja, padahal
persiapan dan proses juga berpengaruh dalam menentukan kompetensi peserta didik. Dalam arti kata,
selama kegiatan pembelajaran baik itu persiapan,
proses maupun hasil akhir harus tidak luput dari
kegiatan penilaian. Jadi, untuk mengurangi penyebab
pencapaian kompetensi peserta didik yang masih
rendah guru harus mampu menerapkan model dan
strategi yang dapat meningkatkan keaktifan peserta
didik dan mampu melakukan penilaian yang autentik.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut, banyak
model pembelajaran yang dapat digunakan dan
disarankan dalam kegiatan pembelajaran. Model
pembelajaran dapat dijadikan sebagai pedoman bagi
perancang pembelajaran dan para guru dalam
merancang dan melaksanakan pembelajaran di kelas
untuk mencapai tujuan belajar. Untuk mencapai
tujuan belajar tersebut diperlukan model pembelajaran yang merupakan kerangka konseptual yang dapat
melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar[6]. Ciri-ciri khusus
model pembelajaran yaitu pertama, istilah model
pembelajaran meliputi pendekatan yang luas dan
menyeluruh. Kedua, model-model pembelajaran
dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajaran, sintaks (pola urutannya), dan sifat lingkungan belajarnya. Ketiga, pola urutannya menggambarkan alur secara keseluruhan dan disertai
dengan rangkaian kegiatan pembelajaran. Terakhir,
setiap model pembelajaran membutuhkan lingkungan
belajar dan sistem pengelolaan yang berbeda[7].
Salah satu model pembelajaran yang bisa
digunakan yaitu model Problem Based Learning
(PBL). Model PBL adalah salah satu model pembelajaran yang berorientasi kepada kerangka kerja
teoritik konstruktivisme. Model Problem Based
Learning (PBL) menggunakan masalah nyata sebagai

suatu konteks pendekatan pembelajaran sehingga


peserta didik dapat memecahkan masalah yang ditujukan dan memperoleh pengetahuan atau konsep
yang esensial dari bahan pelajaran[8]. Kegiatan
pembelajaran difokuskan pada masalah yang dipilih
sehingga peserta didik tidak hanya mempelajari
konsep-konsep yang relevan dengan masalah tetapi
juga pada memecahkan masalah tersebut menggunakan metode ilmiah. Oleh sebab itu, peserta didik
tidak hanya memahami konsep-konsep saja namun
juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan penerapan metode ilmiah dalam
memecahkan masalah dan menumbuhkan pola
berpikir kritis.
Ciri utama strategi pembelajaran berdasarkan
masalah yaitu, pertama rangkaian aktivitas pembelajarannya yang menitikberatkan pada kegiatan
berpikir, berkomunikasi, mengolah data, dan menyimpulkan. Kedua, Mengarahkan peserta didik
untuk menyelesaikan masalah. Ketiga, menggunakan
pendekatan berpikir secara ilmiah dalam menyelesaikan masalah yang ditemui[9].
Banyak keunggulan dari penerapan model
Problem Based Learning (PBL) di kelas. Pertama,
untuk memahami isi pembelajaran, pemecahan
masalah merupakan teknik yang bagus. Kedua,
kemampuan peserta didik akan lebih terangsang
untuk menemukan pengetahuan baru. Ketiga, dapat
meningkatkan aktivitas belajar peserta didik. Keempat, membantu menerapkan pengetahuan peserta
didik dalam kehidupannya. Kelima, dapat membantu
peserta didik mengembangkan pengetahuannya dan
dapat digunakan sebagai evaluasi diri terhadap hasil
atau proses belajar. Keenam, membantu peserta didik
untuk berlatih berpikir dalam menghadapi masalah.
Ketujuh, lebih menyenangkan dan digemari peserta
didik. Kedelapan, dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan menyesuaikan dengan pengetahuan baru. Kesembilan, pemecahan masalah memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam kehidupannya sehari-hari. Kesepuluh, pemecahan masalah
dapat mengembangkan minat belajar peserta didik[9].
Jika selama ini guru menggunakan penilaian
tradisional, maka sekarang harus mengubah penilaiannya menjadi penilaian autentik. Kegiatan
penilaian dengan penilaian autentik sangat tepat
digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini
disebabkan karena penilaian autentik menilai setiap
kegiatan peserta didik dalam pembelajaran, baik itu
input, proses, ataupun outputnya pada kompetensi
sikap, pengetahuan, dan kompetensi keterampilan.
Penilaian autentik adalah penilaian yang
dilakukan untuk menilai input, proses, dan output
pembelajaran secara komprehensif yang meliputi
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Melalui penilaian autentik dapat digambarkan
peningkatan hasil belajar peserta didik pada ketiga

kompetensi, yaitu kompetensi pengetahuan, sikap,


dan keterampilan [10].
Penilaian autentik memiliki ciri-ciri yaitu
harus mengukur semua aspek pembelajaran (kinerja
dan hasil atau produk), dilakukan selama dan sesudah
proses pembelajaran, menggunakan berbagai sumber
dan alat pengumpul data penilaian, tugas yang
diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan
bagian-bagian kehidupan peserta didik yang nyata
setiap hari, dan penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian peserta didik[11].
Karakteristik dari penilaian autentik, yaitu
pertama bisa digunakan untuk mengukur pencapaian
kompetensi terhadap satu atau beberapa kompetensi
dasar (formatif) maupun pencapaian kompetensi
terhadap kompetensi inti dalam satu semester
(sumatif). Kedua, mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta. Ketiga, berkesinambungan dan terintegrasi, artinya penilaian
dilakukan secara terus menerus dan merupakan suatu
kesatuan secara utuh sebagai alat untuk mengumpulkan informasi terhadap pencapaian kompetensi peserta didik. Dan terakhir, dapat digunakan sebagai
feed back atau umpan balik terhadap pencapaian
kompetensi peserta didik secara komprehensif[11].
Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh
guru untuk merencanakan program perbaikan bagi
peserta didik yang belum memenuhi KKM dan
program pengayaan bagi peserta didik yang telah
memenui KKM. Hasil ini juga dapat digunakan oleh
guru dalam pelayanan konseling atau sebagai bahan
untuk memperbaiki proses pembelajaran yang
memenuhi standar penilaian pendidikan.
Model Problem Based Learning (PBL) adalah
salah satu model pembelajaran yang memiliki
relevansi yang sangat kuat dengan penilaian autentik.
Hal ini disebabkan karena penilaian autentik dapat
melihat dan menilai bagaimana peserta didik
memecahkan masalah yang diberikan. Kegiatan
penilaian dilakukan pada tiga kompetensi peserta
didik, yaitu kompetensi pengetahuan, kompetensi
sikap, dan kompetensi keterampilan. Sistem penilaian
tidak cukup dengan tes tulis saja, namun lebih
diarahkan kepada hasil penyelidikan peserta didik.
Maksud dari hasil penyelidikan adalah hasil dari
kegiatan peserta didik dalam menyelesaikan masalah.
Penilaian dilakukan untuk setiap tindakan
peserta didik, mulai dari penilaian kegiatan dan
penilaian peragaan hasil. Penilaian kegiatan diambil
dari kegiatan mengamati, merumusan pertanyaan,
dan menciptakan solusi dari permasalahan. Sedangkan penilaian peragaan hasil diperoleh dari kegiatan
presentasi yang dilakukan oleh peserta didik.
Berdasarkan penjelasan mengenai model PBL
dan penilaian autentik, dapat simpulkan bahwa
melalui model PBL dengan penilaian autentik ini
banyak manfaat yang diperoleh peserta didik. Hal ini
akan berpengaruh terhadap kesungguhan peserta
didik untuk mempelajari IPA dan dapat meng-

optimalkan kompetensi IPA peserta didik itu sendiri.


Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan
yang dimiliki oleh peserta didik setelah menerima
pengalaman belajarnya. Kompetensi adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak[7]. Jadi, dapat disimpulkan kompetensi tidak
hanya menggali pada aspek pengetahuan saja, namun
juga menggali aspek keterampilan dan aspek sikap
dari peserta didik.
Penilaian terhadap kompetensi peserta didik
dibedakan menjadi tiga, yaitu penilaian terhadap
kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap, dan
kompetensi keterampilan. Penilaian kompetensi pengetahuan merupakan penilaian yang dilakukan oleh
guru untuk mengukur tingkat pencapaian peserta
didik dalam aspek pengetahuan (hafalan), pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kompetensi pengetahuan merefleksi konsep-konsep keilmuan yang harus dikuasai oleh peserta didik melalui proses pembelajaran. Teknik yang digunakan
dalam penilaian kompetensi pengetahuan adalah tes
tertulis, dimana soal dan jawabannya diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Bentuk tes
tulis yang digunakan adalah soal pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban.
Penilaian kompetensi sikap adalah penilaian
yang dilakukan oleh guru untuk mengukur tingkat
pencapaian kompetensi sikap dari peserta didik.
Penilaian tersebut meliputi aspek menerima dan
memperhatikan, merespon atau menanggapi, menilai
atau menghargai, mengorganisasi atau mengelola,
dan berkarakter. Kompetensi sikap tidak diajarkan
dalam proses pembelajaran, hal ini dikarenakan sikap
tidak dalam konteks untuk diajarkan, tetapi untuk
diimplementasikan atau diwujudkan dalam tindakan
nyata oleh peserta didik. Teknik penilaian yang
digunakan adalah penilaian diri, dimana peserta didik
diminta untuk menilai dirinya sendiri atau mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya sendiri
dalam konteks status, proses, dan tingkat pencapaian
kompetensi yang dipelajarinya. Penggunaan teknik
ini memberikan dampak positif terhadap perkembangan kepribadian peserta didik. Instrumen yang
digunakan dalam melakukan penilaian diri adalah
lembar penilaian diri.
Penilaian kompetensi keterampilan merupakan penilaian yang dilakukan oleh guru untuk
mengukur tingkat pencapaian kompetensi keterampilan peserta didik. Penilaian kompetensi
keterampilan meliputi keterampilan mencoba, mengolah, menyaji, dan menalar. Instrumen yang digunakan untuk melakukan penilaian kompetensi keterampilan yaitu tes unjuk kerja dimana peserta didik
diminta untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan kedalam konteks yang sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan.
Kemampuan yang dimiliki oleh setiap peserta
didik sangatlah berbeda. Hal ini disebabkan karena

pengalaman belajar dari setiap peserta didik juga


berbeda. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kompetensi belajar peserta didik adalah faktor
internal (faktor jasmani, psikologi, dan motivasi) dan
faktor eksternal (faktor keluarga, sekolah, dan faktor
lingkungan serta masyarakat sekitar).
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh
model Problem Based Learning (PBL) dengan
penilaian autentik terhadap kompetensi IPA peserta
didik kelas VIII. Penelitian dilakukan di SMP Negeri
4 Kubung dengan mengambil materi getaran,
gelombang, bunyi, dan cahaya. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh penerapan model
Problem Based Learning (PBL) dengan penilaian
autentik pada materi getaran, gelombang, bunyi, dan
cahaya terhadap peningkatan kompetensi peserta
didik kelas VIII SMP Negeri 4 Kubung. Hipotesis
kerja (Hi) dari penelitian ini yaitu terdapat pengaruh
yang berarti penerapan model Problem Based
Learning (PBL) dengan penilaian autentik pada
materi getaran, gelombang, bunyi, dan cahaya
terhadap kompetensi peserta didik kelas VIII SMP
Negeri 4 Kubung.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian eksperimen semu (Quasy Experimental
Research) dengan rancangan Randomized Control
Group Only Design. Objek dari penelitian ini adalah
peserta didik. Penelitian eksperimen semu bertujuan
untuk memperoleh informasi yang merupakan
perkiraan dalam keadaan yang tidak memungkinkan
untuk mengontrol atau memanipulasi variabelvariabel yang relevan[12]. Rancangan penelitian ini
menggunakan dua kelas sampel yaitu kelas eksperimen yang menggunakan model PBL dalam
pembelajaran dan kelas kontrol yang tidak menggunakan model PBL dalam pembelajaran. Kedua
kelas sampel diberi tes diakhir penelitian untuk
melihat kompetensi yang dicapai pada kedua kelas
sampel, baik pada kompetensi pengetahuan, sikap,
maupun keterampilan.
Populasi merupakan keseluruhan subyek
penelitian[13]. Adapun populasi dari penelitian ini
adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP Negeri 4
Kubung yang terdaftar pada semester genap tahun
ajaran 2014/2015. Teknik yang digunakan dalam
pengambilan sampel adalah teknik purposive random
sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan
kriteria dan pertimbangan tertentu. Pengambilan
sampel dilakukan dengan mengambil subjek bukan
berdasarkan strata, random, atau daerah, tetapi
didasarkan pada adanya tujuan tertentu. Tujuan
pengambilan sampel secara purposive random
sampling adalah untuk memudahkan administrasi
selama kegiatan penelitian. Sampel pada penelitian
ini adalah kelas VIII 1 sebagai kelas eksperimen dan
kelas VIII 2 sebagai kelas kontrol. Sebelum diberi

perlakuan, kondisi kedua kelas sampel memiliki


kemampuan awal yang sama.
Variabel merupakan suatu sifat dari obyek
yang mempunyai variansi tertentu dan ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya[14]. Ada tiga variabel yang terdapat
pada penelitian ini yaitu model PBL sebagai variabel
bebas, ketercapaian kompetensi peserta didik pada
materi getaran, gelombang, bunyi, dan cahaya sebagai variabel terikat, dan penilaian autentik, kondisi kelas, guru yang mengajar, buku sumber, materi
pembelajaran, waktu, jenis, dan jumlah soal yang
diujikan pada saat tes akhir sebagai variabel kontrol.
Data yang diperoleh dari penelitian ini yaitu data
kompetensi peserta didik meliputi kompetensi
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Data ini merupakan data primer, karena data diambil sendiri oleh
peneliti. Prosedur penelitian dibagi menjadi tiga
tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan
tahap penyelesaian.
Pengumpulan data menggunakan tes hasil
belajar untuk kompetensi pengetahuan, penilaian diri
untuk kompetensi sikap, dan tes unjuk kerja untuk
kompetensi keterampilan. Data kompetensi pengetahuan diambil melalui tes diakhir pembelajaran.
Data kompetensi sikap diambil melalui lembar
penilaian diri. Data kompetensi keterampilan diambil
melalui daftar cek atau skala penilaian yang dilengkapi dengan rubrik. Teknik analisa data yang
digunakan adalah uji normalitas, uji homogenitas,
dan uji kesamaan dua rata-rata. Uji-uji tersebut
dilakukan untuk ketiga kompetensi, yaitu kompetensi
pengetahuan, kompetensi sikap, dan kompetensi
keterampilan. Masing-masing kelas sampel terdistribusi normal dan kedua kelas sampel memiliki
variansi yang homogen. Oleh karena itu, uji kesamaan dua rata-rata dilakukan
menggunakan uji-t
dengan rumus:
...................... (1)

maka H0 diterima dan Hi ditolak sementara kondisi


sama dan semua variabel dikontrol kecuali model
PBL yang digunakan dalam pembelajaran. Hal ini
berarti tidak terdapat pengaruh yang berarti penerapan model PBL dengan penilaian autentik. Dan
sebaliknya, jika H0 ditolak dan Hi diterima sementara
kondisi sama dan semua variabel dikontrol kecuali
model PBL yang digunakan dalam pembelajaran
maka terdapat pengaruh yang berarti penerapan
model PBL dengan penilaian autentik terhadap
kompetensi IPA peserta didik.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian adalah pencapaian kompetensi IPA peserta didik pada kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap, dan kompetensi keterampilan. Hasil penelitian kompetensi pengetahuan
diperoleh dari tes akhir setelah diberikan perlakuan
berupa model Problem Based Learning (PBL).
Deskripsi dari data kompetensi pengetahuan yang
diperoleh yaitu pada kelas eksperimen (VIII 1) yang
berjumlah 24 orang memperoleh rata-rata kelas
80,42. Varians dan simpangan bakunya berturut-turut
97,6449 dan 9,88. Pada kelas kontrol (VIII 2) yang
berjumlah 25 orang memperoleh rata-rata kelas 73,2.
Varians dan simpangan bakunya berturut-turut
78,9167 dan 8,88. Nilai rata-rata yang diperoleh
kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan
kelas kontrol. Nilai simpangan baku kelas kontrol
lebih rendah dibandingkan nilai simpangan baku
kelas eksperimen, artinya data kompetensi pengetahuan peserta didik kelas kontrol lebih merata
dibandingkan kelas eksperimen.
Hasil uji normalitas kompetensi pengetahuan
dengan taraf signifikan 0,05 pada kelas eksperimen
diperoleh Lo = 0,1671 dan Lt = 0,1764 dan pada
kelas kontrol diperoleh Lo = 0,1006 dan Lt = 0,173.
Kedua kelas sampel mempunyai nilai Lo < Lt pada
taraf nyata 0,05. Hasil ini menunjukkan data hasil tes
akhir kompetensi pengetahuan kedua kelas sampel
terdistribusi normal.
Hasil uji homogenitas varians yang dilakukan
terhadap data tes akhir kedua kelas sampel pada
kompetensi pengetahuan diperoleh nilai Fhitung =
1,2373 dan Ftabel dengan taraf nyata = 0,05 pada
dkpembilang = 23 dan dkpenyebut = 24 adalah 1,9925.
Hasil tersebut menunjukkan Fh < F(0,05);(23,24), maka
hal ini berarti data kedua kelas sampel mempunyai
varians yang homogen.
Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji
homogenitas yang telah dilakukan, diperoleh hasil
bahwa masing-masing kelas sampel terdistribusi
normal dan keduanya memiliki varians yang
homogen. Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan uji-t. Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai
thitung = 2,6917 dan ttabel = 2,018. Hasil ini menunjukkan bahwa thitung berada pada daerah penolakan
H0 atau daerah penerimaan Hi. Hasil tersebut memperlihatkan keberartian perbedaan yang signifikan

dengan,
...................... (2)
Keterangan:
= Rata-rata kelas eksperimen
= Rata-rata kelas kontrol
S12
= Varians kelas eksperimen
S22
= Varians kelas kontrol
S2
= Varians gabungan
n1
= Jumlah sampel kelas eksperimen
n2
= Jumlah sampel kelas kontrol
Harga t yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan dibandingkan dengan harga t yang terdapat
dalam tabel distribusi t pada taraf signifikan 0,05.
Jika diperoleh,
...................... (3)

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan


ini disebabkan karena semua variabel dikontrol,
kecuali variabel bebasnya yaitu penerapan model
Problem Based Learning (PBL) pada materi getaran,
gelombang, bunyi, dan cahaya terhadap kompetensi
pengetahuan peserta didik kelas VIII SMP Negeri 4
Kubung. Perbedaan perlakuan yang diberikan pada
kedua kelas sampel memberikan pengaruh terhadap
kompetensi peserta didik. Jadi terdapat pengaruh
yang berarti penerapan model Problem Based
Learning (PBL) dengan penilaian autentik pada
materi getaran, gelombang, bunyi, dan cahaya terhadap kompetensi pengetahuan peserta didik kelas
VIII SMP Negeri 4 Kubung.
Data kompetensi sikap peserta didik diperoleh
berdasarkan hasil penilaian diri yang dilakukan
diakhir kegiatan penelitian. Data ini diambil dengan
menggunakan lembar penilaian diri yang dibagikan
kepada masing-masing peserta didik. Lembar
penilaian diri berisi pernyataan-pernyataan yang
menggambarkan sikap religius, jujur, tanggungjawab,
toleransi, kerja keras, kerja sama, disiplin, kreatif,
dan rasa ingin tahu. Deskripsi data kompetensi sikap
ini ditunjukkan oleh skor total yang diperoleh setiap
peserta didik setelah mengisi semua pernyataan yang
terbagi menjadi empat petunjuk.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan
bahwa kompetensi sikap peserta didik kelas
eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas
kontrol. Kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata
kelas 84,29 dan varians serta simpangan baku
berturut-turut adalah 38,06 dan 6,17. Sedangkan
kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata kelas 79,89
dan varians serta simpangan bakunya berturut-turut
adalah 20,55 dan 4,53. Kelas eksperimen memiliki
nilai rata-rata kompetensi sikap lebih tinggi dari pada
kelas kontrol. Nilai simpangan baku kelas kontrol
lebih rendah dibandingkan kelas eksperimen, artinya
kompetensi sikap peserta didik pada kelas kontrol
lebih merata dibandingkan kelas eksperimen.
Hasil uji normalitas terhadap kompetensi
sikap dengan taraf signifikan 0,05 pada kelas
eksperimen diperoleh Lo = 0,1196 dan Lt = 0,1764
dan pada kelas kontrol diperoleh Lo = 0,1100 dan
Lt=0,173. Kedua kelas sampel mepunyai nilai Lo<Lt
pada taraf nyata 0,05. Hasil tersebut menunjukkan
data hasil penilaian diri pada kompetensi sikap untuk
kedua kelas sampel terdistribusi normal.
Hasil uji homogenitas yang dilakukan
terhadap data hasil penilaian diri peserta didik kedua
kelas sampel ternyata diperoleh Fhitung = 1,8521 dan
Ftabel dengan taraf nyata 0,05 pada dkpembilang = 23 dan
dkpenyebut = 24 adalah 1,9925. Hasil menunjukkan Fh <
F(0,05);(23,24), berarti data kedua kelas sampel
mempunyai varians yang homogen.
Setelah melakukan uji normalitas dan uji
homogenitas terhadap data kompetensi sikap peserta
didik kedua kelas sampel, diperoleh bahwa kedua
kelas sampel terdistribusi normal dan memiliki

varians yang homogen. Selanjutnya dilakukan uji-t


untuk menguji hipotesis penelitian. Hasil uji-t kedua
kelas sampel diperoleh bahwa thitung = 2,853 dan
ttabel=2,018. Hasil ini memperlihatkan keberartian
perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Perbedaan ini disebabkan karena
semua variabel dikontrol, kecuali variabel bebasnya
yaitu penerapan model Problem Based Learning
(PBL) pada materi getaran, gelombang, bunyi, dan
cahaya terhadap kompetensi sikap peserta didik kelas
VIII SMP Negeri 4 Kubung. Perbedaan perlakuan
pada kedua kelas sampel memberikan pengaruh. Jadi
terdapat pengaruh yang berarti penerapan model
Problem Based Learning (PBL) dengan penilaian
autentik pada materi getaran, gelombang, bunyi, dan
cahaya terhadap kompetensi sikap peserta didik kelas
VIII SMP Negeri 4 Kubung.
Data penelitian kompetensi keterampilan
diperoleh melalui hasil pengamatan selama kegiatan
praktikum. Sama dengan kompetensi pengetahuan,
data kompetensi keterampilan ini juga dilakukan
penghitungan, sehingga diperoleh nilai rata-rata,
simpangan baku, dan variansi kedua kelas sampel.
Pada kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata 91,96
dan variansnya 12,31 serta simpangan baku 3,51.
Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai ratarata 81,06 dan variansnya 22,52 serta simpangan
baku 4,75. Kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata
kompetensi keterampilan lebih tinggi dari pada kelas
kontrol. Namun, nilai simpangan baku kelas eksperimen lebih rendah dibandingkan kelas kontrol.
Hal ini berarti kompetensi peserta didik pada
kompetensi keterampilan kelas eksperimen lebih
merata dibandingkan kelas kontrol.
Hasil uji normalitas kompetensi keterampilan
dengan taraf signifikan 0,05 pada kelas eksperimen
diperoleh Lo = 0,1112 dan Lt = 0,1764 dan pada
kelas kontrol diperoleh Lo = 0,1489 dan Lt = 0,173.
Kedua kelas sampel mepunyai nilai Lo < Lt pada
taraf nyata 0,05. Hasil ini menunjukkan data hasil
penilaian unjuk kerja kompetensi sikap kedua kelas
sampel terdistribusi normal.
Hasil uji homogenitas yang dilakukan
terhadap data hasil penilaian unjuk kerta peserta
didik kedua kelas sampel ternyata diperoleh Fhitung =
1,8294 dan Ftabel dengan taraf nyata 0,05 pada
dkpembilang =23 dan dkpenyebut = 24 adalah 1,9925. Hasil
menunjukkan Fh < F(0,05);(23,24), berarti data kedua
kelas sampel mempunyai varians yang homogen.
Setelah melakukan uji normalitas dan uji
homogenitas terhadap data kompetensi keterampilan
peserta didik kedua kelas sampel diperoleh bahwa
kedua kelas sampel terdistribusi normal dan memiliki
varians yang homogen. Selanjutnya dilakukan uji-t
untuk menguji hipotesis penelitian. Hasil uji-t kedua
kelas sampel diperoleh bahwa thitung = 9,1107 dan
ttabel=2,018. Hasil ini memperlihatkan keberartian
perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Perbedaan ini disebabkan karena

semua variabel dikontrol, kecuali variabel bebasnya


yaitu penerapan model PBL pada materi getaran,
gelombang, bunyi, dan cahaya terhadap kompetensi
keterampilan peserta didik kelas VIII SMP Negeri 4
Kubung. Perbedaan perlakuan pada kedua kelas
sampel memberikan pengaruh. Jadi, terdapat
pengaruh yang berarti penerapan model Problem
Based Learning (PBL) dengan penilaian autentik
pada materi getaran, gelombang, bunyi, dan cahaya
terhadap kompetensi keterampilan peserta didik kelas
VIII SMP Negeri 4 Kubung.

jelas mampu mereka lakukan untuk menyelesaikan


tugas yang diberikan dengan tepat waktu.
Untuk mencapai kompetensi belajar yang
optimal, selain merancang program dan kegiatan
pembelajaran guru juga harus terlebih dahulu
membangkitkan motivasi dan minat belajar peserta
didik. Guru harus mampu membuat peserta didik bisa
menemukan sendiri konsep-konsep yang akan dipelajari berdasarkan masalah-masalah yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu,
guru juga harus mengupayakan keaktifan peserta
didik selama kegiatan pembelajaran sehingga
kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Dengan menerapkan model PBL diharapkan peserta
didik dapat tertantang untuk memecahkan masalah
dan menemukan konsep yang dipelajari berdasarkan
masalah-masalah yang diberikan sesuai dengan
kehidupannya sehari-hari.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan
kompetensi peserta didik meningkat, salah satunya
dengan menggunakan atau menerapkan model PBL.
Dengan menggunakan model PBL, peserta didik
diharapkan dapat menemukan konsep dari masalahmasalah atau kejadian-kejadian yang mereka
temukan dalam kehidupannya. Untuk menunjang
dalam kegiatan pembelajaran, guru menyediakan
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang dibuat
berdasarkan sintaks model PBL.
Lembar kerja ini berisi gambar-gambar yang
menunjukkan fenomena-fenomena atau kejadiankejadian yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
peserta didik, kegiatan penyelidikan beserta tabel
hasil pengamatan, dan soal-soal pemecahan masalah.
Dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik diminta
untuk melakukan seluruh kegiatan dan mendiskusikannya dengan teman satu kelompok di bawah
bimbingan guru, sehingga pembelajaran tidak lagi
berpusat pada guru (teacher center) melainkan
berpusat pada peserta didik (student center).
Penerapan model PBL ini dapat menjadikan peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran menjadi lebih
aktif, kreatif, dan mandiri. Hal ini disebabkan karena
peserta didik akan lebih banyak belajar bagaimana
menemukan konsep atau pengetahuan dari pengalaman sendiri dari pada belajar hanya duduk diam
mendengarkan dan menuliskan apa yang disampaikan oleh guru. Selain itu, peserta didik juga lebih
mampu berinteraksi dengan orang lain khususnya
dengan teman satu kelompok untuk mengungkapkan
gagasannya di depan umum.
Untuk mengukur keberhasilan peserta didik
dalam belajar, maka guru melakukan kegiatan
penilaian. Kegiatan penilaian yang dilakukan adalah
dengan penilaian autentik. Pada kompetensi pengetahuan digunakan tes tertulis, kompetensi sikap digunakan penilaian diri, dan kompetensi keterampilan
digunakan tes unjuk kerja. Instrumen tes tertulis
dibuat berdasarkan kisi-kisi soal yang telah disiapkan
sebelumnya. Jumlah soal yang digunakan adalah

2. Pembahasan
Berdasarkan analisis data telah diperoleh nilai
rata-rata peserta didik pada ketiga kompetensi yaitu
kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap, dan
kompetensi keterampilan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa penerapan model Problem Based
Learning (PBL) dengan penilaian autentik dapat
meningkatkan pencapaian kompetensi peserta didik.
Hal ini terlihat dari tingginya hasil tes akhir, sikap,
dan keterampilan peserta didik kelas eksperimen
yang belajar menggunakan Problem Based Learning
(PBL) dibandingkan dengan peserta didik kelas
kontrol yang belajar tidak menggunakan model
Problem Based Learning (PBL).
Selama proses pembelajaran di kelas eksperimen, sebelum memulai kegiatan pembelajaran
peserta didik selalu berdoa dan megucapkan salam
ketika hendak atau selesai mengemukakan pendapat
atau berbicara di depan umum. Selain itu, peserta
didik tidak lagi cenderung menunggu instruksi dari
guru, mereka sudah terpacu untuk mengaktifkan
dirinya sendiri dalam belajar. Peserta didik menjadi
lebih aktif dan kreatif dalam kegiatan diskusi yang
dilakukan, mereka berusaha memecahkan permasalahan secara berkelompok, dan mereka sudah
bisa mandiri serta teliti dalam mengerjakan tugastugas yang diberikan oleh guru. Tidak hanya itu,
peserta didik yang sebelumnya sering masuk
terlambat sekarang sudah tidak lagi masuk terlambat.
Hal ini berarti kedisiplinan dan rasa tanggungjawab
dalam menjalani tugasnya sebagai peserta didik
sudah baik. Akibatnya, kompetensi peserta didik
kelas eksperimen untuk kompetensi pengetahuan,
kompetensi sikap, dan kompetensi keterampilan
menjadi lebih baik dibandingkan kelas kontrol.
Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan pembelajaran, diperoleh gambaran bahwa
aktifitas peserta didik di kelas eksperimen menunjukkan peningkatan dibandingkan peserta didik di kelas
kontrol. Sebagian besar peserta didik kelas eksperimen menunjukkan semangat dan kenyamanannya
dalam belajar. Hal ini ditunjukkan dengan sudah
tidak ada peserta didik yang datang terlambat. Ketika
ada temannya yang menyampaikan pendapat, mereka
bisa lebih menghormati pendapat dari temannya.
Dalam bekerja berkelompok, pembagian tugas yang

sebanyak 20 butir dengan bentuk soal adalah pilihan


ganda. Instrumen lembar penilaian diri menggunakan
lembar penilaian diri yang berisi pernyataanpernyataan yang mungkin dilakukan oleh peserta
didik dengan mengacu pada nilai-nilai karakter atau
sikap-sikap yang harus dimiliki oleh seorang peserta
didik, misalnya sikap religius, jujur, tanggungjawab,
toleransi, kerja keras, kerja sama, disiplin, kreatif,
dan rasa ingin tahu. Instrumen yang digunakan dalam
kompetensi keterampilan adalah lembar tes unjuk
kerja yang dibuat disesuaikan dengan Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) yang digunakan.
Penerapan model PBL dengan penilaian
autentik mempunyai pengaruh terhadap kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta
didik. Guru dapat belajar bagaimana cara dan teknik
mengkondisikan suasana belajar yang dapat membuat
peserta didik nyaman dan menjadikan kegiatan
pembelajaran menjadi bermakna bagi peserta didik.
Peserta didik bebas mengeluarkan semua kemampuan yang dimilikinya sehingga dapat terlihat aktif,
kreatif dan bekerja keras dalam menyelesaikan suatu
masalah. Tidak hanya itu, peserta didik juga dapat
meningkatkan kerja sama dan kekompakan di dalam
kelas umumnya dan dalam kelompok belajar
khususnya. Peserta didik semakin berani tampil baik
dalam mengemukakan pendapatnya dan menerima
pendapat orang lain. Akibatnya, kompetensi peserta
didik pada kelas eksperimen semakin meningkat
dibanding kelas kontrol. Dengan demikian terlihat
bahwa penerapan model Problem Based Learning
(PBL) dengan penilaian autentik dapat meningkatkan
pencapaian kompetensi IPA peserta didik kelas VIII
di SMPN 4 Kubung pada ketiga kompetensi, yaitu
kompetensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

dewi, S.Pd selaku guru IPA di SMP Negeri 4 Kubung


yang telah membimbing dan memberikan masukan
selama kegiatan penelitian berlangsung. Dan kepada
pihak-pihak lain yang telah membantu atau memberikan dukungan baik berupa dukungan moril atau
materil demi kelancaran kegiatan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Letmi, D. 2013. Mekanika (Ilmu dan Hikmah).
Padang: Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Negeri Padang
[2] Herawati, Susilo. 2000. Pendidikan MIPA
Tingkat Dasar dan Menengah Era Globalisasi
di Filifina. Prosiding, Seminar Nasional.
Yogyakarta:FMIPA UNY
[3] Fitra, Yeni. 2014. Komparasi Hasil Belajar
Siswa Menggunakan Strategi PBL dengan
Ekspositori dalam Pembelajaran IPA Fisika
Kelas VIII SMP N 15 Padang. Laporan
penelitian. UNP
[4] Devi, Diyas Sari. 2012. Penerapan Model
Problem Based Learning (PBL) untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Peserta Didik pada Pembelajaran IPA Kelas
VIII SMP Negeri 5 Sleman. Laporan Penelitian.
UNY
[5] Okta, Alpindo. 2014. Pengaruh Pemberian
Pertanyaan Higher Order Thinking Skill
(HOTS) dalam Model Problem Based Learning
terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI
SMAN 2 Padang. Laporan Penelitian. UNP
[6] Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu:
Konsep, Strategi, dan Implementasinya Dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Bumi Aksara
[7]. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
[8]. Hanafiah, Nanang Suhana & Cucu. 2012.
Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT
Refika Aditama
[9] Wina, Sanjaya. 2006. Srategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarata: Kencana
[10]. Imas, Kurinasih & Berlin Sani. 2014.
Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan
Penerapan. Surabaya: Kata Pena
[11] Kunandar. 2013. Penilaian autentik (Penilaian
Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Kurikulum
2013 Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan
Contoh. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
[12]. Sumadi,
Suryabrata.
2006.
Metodologi
Penelitian. Jakarta: Grafindo Persada
[13]. Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka
Cipta
[14]. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung: Alfabeta

KESIMPULAN
Setelah melakukan penelitian terhadap
penerapan model Problem Based Learning (PBL)
dengan penilaian autentik pada materi getaran,
gelombang, bunyi, dan cahaya di kelas VIII SMP
Negeri 4 Kubung, kemudian melakukan pengolahan
data, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
penerapan model Problem Based Learning (PBL)
dengan penilaian autentik pada materi getaran,
gelombang, bunyi, dan cahaya dapat memberikan
pengaruh terhadap peningkatan pencapaian kompetensi IPA peserta didik kelas VIII SMP Negeri 4
Kubung pada tiga kompetensi yaitu kompetensi
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang ditandai
dengan peningkatan hasil belajar, sikap positif, dan
keterampilan peserta didik dalam belajar.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pelaksanaan penelitian ini tidak terlepas dari
bantuan atau bimbingan dari berbagai pihak. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada kepala SMPN 4
Kubung yaitu Bapak Syafrizal,S.Pd yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang Bapak pimpin. Ibu Ratna

You might also like