Buku Pegangan Konselor Hiv PDF
Buku Pegangan Konselor Hiv PDF
Buku Pegangan Konselor Hiv PDF
Edisi 2
Kerjasama
The Australian Agency for International Development (AusAID) has funded the
printing of this resource under its AusAID-NGO Collaboration Program (ANCP).
However, this is not an AusAID policy document, and the content does not
necessarily reflect AusAID policies in all areas addressed within this resource.
The editors and copyright holder take no responsibility for any consequences
resulting from the use of the information contained in this publication. This
publication is intended only as an information resource for HIV counselors. All
information is considered to be correct at the time of publication.
National Library of Australia Cataloguing-in-Publication entry
Gunung, I Komang; Sumantera, I Gusti Made; Sawitri, Anak Agung Sagung;
Wirawan, Dewa Nyoman; Kharbiati, Kustin; Angela, Rosy; editors.
Buku Pegangan Konselor HIV, Edisi 2 (HIV Counsellor Handbook, 2nd Edition)
ISBN 1 876 644 125
1. AIDS (Disease) Patients Counselling of
2. HIV Infection Patients Counselling of
3. Social Services and Welfare
www.burnetindonesia.org
www.burnet.internationalhealth.edu.au
TIM PENYUSUN
Edisi ke-2 tahun 2005
I Komang Gunung
Jurusan IKM Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Telp: (0361) 224 704 Fax: (0361) 263 773
Email: gunungid@yahoo.com
KATA PENGANTAR
Edisi Pertama
Kasus-kasus HIV/AIDS di Bali/Indonesia akhir-akhir ini mengalami peningkatan yang
cukup tajam. Peningkatan yang amat tajam dijumpai di daerah-daerah tertentu dan
pada kelompok-kelompok perilaku risiko tinggi, terutama pemakai narkotika suntik,
pekerja seks dan pelanggannya. Hasil survei sekitar tahun 2000-2002 menunjukkan
bahwa pro-porsi pekerja seks yang terinfeksi HIV masing-masing 26% di Merauke,
6% di Sorong, 8% di Batam/Karimun dan 22% pada waria di Jakarta. Survei pada
pekerja seks di Denpasar juga menunjukkan bahwa dalam waktu 6 bulan proporsi
yang terinfeksi HIV meningkat sebanyak 300%, yaitu dari 1% pada bulan JuniSeptember 2000 menjadi 2% pada bulan Oktober-Desember dan menjadi 7% pada
bulan April-Mei 2001. Survei pada lebih dari 800 orang laki-laki kelompok tertentu di
Denpasar pada tahun 2001 menunjukkan bahwa 1% dari mereka HIV+. Pada
pemakai narkotika suntik proporsinya bahkan jauh lebih tinggi yaitu 53% di Lembaga
Pemasyarakatan Denpasar, 40% di RSKO Jakarta dan 24% di pusat rehabilitasi
Bogor. Epidemi HIV diperkirakan sudah menjangkau masyarakat umum. Ini
tercermin dari peningkatan proporsi HIV+ pada darah donor sebanyak 10 kali lipat
pada tahun 2001 dibanding 3 tahun sebelumnya. Pada tahun 2003, jumlah
penduduk Indonesia yang telah terinfeksi HIV diperkirakan sekitar 120.000 orang
dan infeksi baru yang akan terjadi tahun 2003 diperkirakan sekitar 80.000 orang.
Semua angka-angka di atas diperoleh dari pemeriksaan darah anonym-unlinked
yang artinya bahwa darah yang diperiksa tidak diketahui orangnya karena tujuannya
memang hanya untuk mengetahui besarnya masalah di suatu populasi dan bukan
untuk mengetahui status HIV seorang individu. Karena masa tanpa gejala atau masa
inkubasi orang yang terinfeksi HIV amat panjang (sekitar 5-10 tahun) dan karena
masih adanya penolakan pada orang yang terinfeksi HIV maka dari sekitar 120.000
orang yang diperkirakan terinfeksi HIV, hanya puluhan saja yang mengetahui dirinya
telah terinfeksi.
Satu-satunya cara untuk mengetahui status HIV seorang individu adalah melalui tes
HIV sukarela rahasia atau HIV voluntary counseling and testing (VCT). Untuk
melaksanakan program VCT dengan baik, banyak prasyarat yang diperlukan antara
lain tersedianya konselor yang handal, pemasaran sosial yang memadai, akses
pada tes HIV serta dukungan-dukungan pasca tes (psikologis, sosial, ekonomis dan
medis). Bila individu yang HIV+ bisa diketahui maka hal ini akan mempunyai
manfaat ganda, yaitu layanan konseling untuk perubahan perilaku pada mereka
dengan tujuan agar tidak menularkan virusnya pada orang lain, dan meningkatkan
kualitas hidup mereka sendiri terlebih-lebih dengan tersedianya obat-obat
antiretroviral (ARV) dewasa ini.
Sejak tahun 2000 Yayasan Kerti Praja telah melakukan pemasaran sosial VCT di
Bali, menyediakan tes HIV secara cuma-cuma dan bersama-sama dengan Yayasan
Burnet Indonesia dan dengan dukungan finansial dari Australia NGO Cooperation
Program (ANCP-AusAID) melaksanakan pelatihan konselor. Buku pegangan ini
disusun untuk memenuhi permintaan para konselor yang telah dilatih. Isi dari buku
ini juga sepenuhnya atas permintaan atau kebutuhan dari mereka. Dukungan
finansial untuk menyusun buku ini juga diperoleh dari ANCP-AusAID.
Buku ini terdiri atas 9 bab yang disusun secara sistematik. Pada bagian awal dari
setiap bab disajikan ringkasan yang merupakan hal-hal pokok yang harus diketahui
oleh konselor dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. Secara keseluruhan dalam
bab-bab tersebut diuraikan hal-hal penting yang perlu dan sebaiknya diketahui oleh
para konselor, dan dapat merupakan sumber acuan bila diperlukan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Brad Otto (Yayasan Burnet Indonesia) dan
Marcel (Yayasan Mitra Indonesia), atas masukan-masukan dan saran yang diberikan
dalam penulisan buku ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada para
konselor (Vivi, Rosy, dr. Satriani, Putu Utami, Ery, Franky, Christian, Wulan) atas
saran-saran yang diberikan. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Gung
Adi yang telah menyiapkan berbagai fasilitas selama proses penyusunan buku ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan masukan-masukan dan saran dari semua
pembaca untuk penyempurnaan lebih lanjut buku ini. Semoga buku ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Denpasar, 1 Februari 2003
Penyusun,
Halaman
TIM PENYUSUN
KATA PENGANTAR Edisi Pertama..................................................
iii
1-1
$ RINGKASAN ..............................................................................
1-1
1.1
1-3
1-4
1-7
Trampil ................................................................................
1-7
1-10
1-12
1-13
1-15
1-22
1-22
1-24
1-25
2-1
$ RINGKASAN ......................................................................
2-1
2.1
2-4
2-4
2-5
2-7
2-8
2-9
2-10
2-11
1.2
1.3
2.2
Pencegahan ......................................................................
2-13
2.3
2-14
2.4
2-17
2-17
2-17
2-21
3-1
$ RINGKASAN ..............................................................................
3-1
3.1
DIAGNOSTIK ..........................................................................
3-5
3-5
3-10
3-11
MONITORING .........................................................................
3-27
3-27
3-30
3-32
4-1
4-1
4.1
4-5
4-6
4-8
4-9
2.5
3.2
4-11
4.2
4-12
4.3
4-14
4.4
4-15
4-16
4-16
4-17
4-18
4-18
4-18
4-19
4-20
4-20
4.5
4.6
4-21
4-23
5-1
5-1
5.1
5-3
5-3
5-4
5-4
5-5
5-7
5-8
5-9
5-9
5.2
5-11
5-17
meninggal .............................................................................
5-19
5-20
5-21
5-22
5-22
6-1
$ RINGKASAN ....................................................................
6-1
6.1
6-3
6-3
Vitamin ................................................................................
6-4
Mineral ...............................................................................
6-17
6-24
6-24
6-26
7-1
$ RINGKASAN ....................................................................
7-1
7.1
HEPATITIS C ..........................................................................
7-4
7-4
7-8
5.3
6.2
7.2
7.3
7-10
7-11
7-11
7-12
7-12
7-16
7-17
7-18
7-19
7-20
7.4
7.5
penyuluh ............................................................................
7-21
7-21
7-22
7-24
7-27
7-28
7-29
7-30
7-32
Vaksinasi ...........................................................................
7-34
7-35
7-36
7-37
7-37
7-39
7-43
7-43
7-44
7-45
7-47
7-49
7-51
Nutrisi .................................................................................
7-51
7-53
7-55
7-56
7-57
7-57
8-1
$ RINGKASAN ....................................................................
8-1
8.1
8-4
8-4
8-4
Pencegahan IO ..................................................................
8-5
Pengobatan IO ..................................................................
8-6
8-6
8-7
Kandidiasis ........................................................................
8-7
8-10
8-12
8-14
Tuberculosis ......................................................................
8-16
9-1
$ RINGKASAN ....................................................................
9-1
9.1
9-3
9-3
9-4
9-6
9-7
9-8
9-8
9-9
9-9
8.2
9.2
9.3
9.4
9-12
9-12
9-12
9-14
9-14
Kebutuhan ..........................................................................
9-15
9-16
9.5
9-5
9-6
9-16
9-16
Kebutuhan .........................................................................
9-17
9-17
9-17
9-18
Kebutuhan .........................................................................
9-18
9-19
9-19
9-19
Kebutuhan .........................................................................
9-19
9-20
10-1
$ RINGKASAN ....................................................................
10-1
10-2
10-2
10-9
10-10
10-10
10-10
ke Anak ............................................................................
10-11
10-12
10-13
Nevirapine ..........................................................................
10-13
10-14
10-15
10-15
10-15
10-16
10-17
10-18
10-19
10-19
10-19
10-19
Informatif.............................................................................
10-20
Suportif ..............................................................................
10-20
Preventif..............................................................................
10-20
10-20
10-20
10-21
10-24
10-25
10-26
10-27
10-27
10-27
10-28
..........................................
10-29
10-29
10-31
10-31
10-31
10-32
10-32
IR-1
IR-1
IR-1
IR-11
IR-13
Konseling
$ RINGKASAN
1.1 KONSELING UMUM
Percakapan yang efektif
1-2
Konseling
Menjalin hubungan.
Membahas isu konfidensialitas
Menilai risiko penularan.
Memberi informasi umum tentang HIV.
Memberi informasi tentang pengobatan yang tersedia.
Memberi informasi tentang masa jendela.
Memberi informasi penurunan risiko penularan.
Membahas isu memberitahu kepada pasangan seandainya hasil tes positif.
Strategi menghadapi tes.
Menghimbau untuk melakukan tes dan konseling ulang bila hasilnya negatif.
1-3
Konseling
KONSELING
1.1 KONSELING UMUM
Konselor adalah orang-orang yang dilatih untuk membantu orang lain untuk
memahami permasalahan yang mereka hadapi, mengidentifikasi dan
mengembangkan alternatif pemecahan masalah, dan mampu membuat mereka
mengambil keputusan atas permasalahan tersebut. Konseling bukan sekedar
obrolan biasa. Jadi, proses konseling bisa digambarkan sebagai suatu dialog
antara seseorang yang bermasalah (klien) dengan orang yang menyediakan
pelayanan konseling (konselor) dengan tujuan untuk memberdayakan klien agar
mampu menghadapi permasalahannya dan sanggup mengambil keputusan
yang mandiri atas permasalahan tersebut.
Peran konselor sebagai seorang penolong dapat dilihat dalam diagram berikut:
Spesialis
Psycholog
Psychiater
Seorang konselor dalam menolong orang tidak saling berbagi perasaan seperti
halnya dalam percakapan dengan teman. Pada tingkat yang lebih tinggi
1-4
Konseling
konselor menggali informasi dari diri klien dan mengembalikannya kepada klien
agar klien bisa mengetahui tentang dirinya dan mampu mengambil keputusan
yang terbaik bagi dirinya. Penjangkau masyarakat (Petugas Outreach) juga bisa
memainkan peran semacam ini. Sedangkan guru dan penyuluh masyarakat
walaupun juga bisa memainkan peran sebagai konselor namun lebih berperan
memberikan informasi sehingga siswa atau kelompok dampingannya jelas dan
mampu mengambil keputusan. Pada tingkat yang lebih tinggi dari konselor
adalah penolong yang trampil yang mendapat pelatihan dan pengalaman
praktek yang cukup dalam memberikan pertolongan. Perawat, pekerja sosial,
atau pendeta adalah adalah contoh yang jelas. Pada tingkat yang tertinggi
menolong orang lain membutuhkan pendidikan yang lebih khusus atau
pendidikan tinggi seperti misalnya seorang psikiater atau psikolog. Seorang
yang menolong orang lain harus bisa menyadari dirinya berada pada tingkatan
mana sehingga bisa memainkan peran yang sesuai dengan latar belakang
kemampuannya.
Keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukan konseling hampir sama dengan
yang dibutuhkan untuk memfasilitasi sesi dalam pendidikan orang dewasa, yaitu
menciptakan suatu komunikasi di mana konselor menggali sumber-sumber
yang ada dalam diri klien. Konseling adalah keterampilan yang membutuhkan
latihan efektif untuk bisa berkembang. Siapapun bisa mendapatkan kemampuan
itu asalkan mau mempelajari tekniknya.
Pikirkan suatu saat ketika Anda sedang sedih dan membicarakan hal tersebut
dengan orang lain, teman, keluarga, pekerja sosial, dan lain-lain. Anda merasa
jauh lebih baik. Apa yang dilakukan orang tersebut untuk menolong Anda?
Mungkin ia hanya mendengarkan dan duduk dekat Anda, mungkin dia hanya
mendengarkan dan tidak menyalahkan. Jawaban tersebut menunjukkan inti dari
suatu percakapan yang efektif.
Percakapan yang efektif, yaitu:
Kesalahan yang sering dibuat oleh konselor pada waktu mencoba menolong
klien adalah mencoba merubah perasaan klien. Konselor ingin menyelesaikan
masalah klien dengan cara memberi nasehat serta mengambil keputusan untuk
diri klien. Ingat, betapapun Anda peduli kepada klien, Anda tidak akan dapat
mengubah perasaannya. Hanya klien sendiri yang mampu melakukan itu.
1-5
Konseling
Konseling
Konseling
Konseling
Kisah
Kemungkinan
Pilihan
Strategi
Titik Gelap
Perubahan
Agenda
Strategi yg
cocok
Penggalian
Komitmen
Rencana
1-9
Konseling
Konseling
Konseling
Konseling
Konseling
1-14
Konseling
Konseling
Konseling
Bagaimana berita terinfeksi HIV diterima atau ditanggapi oleh klien sering tergantung dari kondisi-kondisi seperti:
Kesehatan fisik klien, di mana klien dengan kondisi kesehatan fisik yang lebih
baik, tampaknya akan lebih benar dalam memberikan reaksi/tanggapan.
Kesiapan mental klien menerima berita tersebut, karena klien yang belum
siap sama sekali akan bereaksi sangat berbeda.
Dukungan/penerimaan orang-orang di sekitar klien, misalnya tidak ada
diskriminasi dalam pekerjaan, kehidupan keluarga/masyarakat.
Keadaan psikologis/kepribadian klien sebelum pemeriksaan. Bila sebelum
pemeriksaan diketahui klien sudah bermasalah dengan kejiwaannya,
konselor harus lebih berhati-hati dalam memberikan hasil tes, dan bersiap
menghadapi reaksi klien yang mungkin sangat tidak terduga.
Nilai budaya/spiritual yang terkait dengan AIDS, kesakitan dan kematian. Bila
ada kepercayaan adanya kehidupan dibalik kematian, atau kematian menuju
kehidupan maka HIV positif bisa diterima dengan lebih tenang. Tetapi pada
kepercayaan bahwa HIV adalah kutukan Tuhan, perilaku penghinaan
terhadap Tuhan maka HIV positif bisa berhubungan dengan perasaan
bersalah dan penolakan.
Langkah-langkah konseling:
Langkah-langkah konseling mempunyai beberapa persamaan dengan konseling
pada hasil tes negatif, sehingga pada bagian yang sudah sama tersebut tidak
dijelaskan kembali dan bisa dilihat di bagian sebelumnya.
Menjalin hubungan.
Membacakan hasil tes.
Integrasi hasil tes:
Integrasi kognitif.
Integrasi emosional.
Tindak lanjut medis:
o Mengingatkan klien bahwa hasil positif tidak selalu disertai gejala
sehingga tidak perlu pengobatan.
o Mengingatkan bahwa infeksi HIV tidak membunuh segera dan ada
berbagai alternatif terapi untuk menghadapinya.
o Menganjurkan klien ke dokter yang kompeten di bidang ini dengan
alasan:
- perawatan dan pengobatan terbukti membantu untuk tetap sehat,
- ada cara-cara untuk meningkatkan kekebalan tubuh,
- bisa mengetahui perkembangan virus dalam darah,
- bisa mengetahui apakah ada infeksi sekunder.
o Memahami status keuangan klien, apakah punya asuransi.
o Membuat rujukan sesuai kompetensinya secara tertulis.
o Menegaskan bahwa perawatan kesehatan sangat penting sebab bisa
memperpanjang waktu kemungkinan menjadi AIDS.
o Menyediakan rujukan bagi klien wanita hamil dan HIV positif.
1-17
Konseling
Integrasi perilaku.
Integrasi Interpersonal:
o Membahas dengan klien tentang potensi dampak yang akan terjadi bila
hasil tes diberitahu kepada orang lain. Misalnya: Apakah pernah
terpikir oleh Anda untuk memberitahu hasil tes Anda?, Kepada siapa
saja Anda berniat memberitahukan hasil tes Anda?,
o Membantu klien mengembangkan rencana untuk meningkatkan
dukungan dan mengurangi dampak negatif terhadap diri klien.
Pemberitahuan kepada pasangan:
o Memahami perilaku seksual atau penggunaan narkotik injeksi
pasangan klien, dan lihat kemungkinan klien memberitahu hasil tes
pada pasangannya.
o Mendorong klien untuk memberitahu pasangannya bila memungkinkan,
tetapi bila tidak, bahaslah cara terbaik untuk memberitahu pasangan.
Misalnya perlu pihak lain yang dipercaya untuk memberitahu.
Harapan, advokasi dan pemberdayaan:
Memberikan pernyataan secara konsisten dan realistis tentang adanya
harapan tetapi tidak mengurangi keprihatinan klien. Misalnya: Saya tahu
berita ini tidak menyenangkan dan bisa mematahkan semangat Anda.
Tetapi saya perlu menegaskan bahwa masih ada harapan dan tidak perlu
merasa putus asa.
Memberikan bukti-bukti yang menyertai pernyataan Anda tersebut.
Misalnya pada upaya penelitian obat AIDS yang terbukti mempunyai hasil
yang memuaskan dalam penanganan AIDS.
Memfokuskan pada masalah kualitas hidup, bahwa klien harus
memahami makna kualitas hidup dalam status HIV positif (Lihat HIDUP
SEHAT DENGAN HIV POSITIF).
Mendorong agar klien berpartisipasi aktif untuk meningkatkan status
kesehatannya.
Mendorong agar klien memanfaatkan layanan rujukan yang tersedia.
Bila perlu dan memungkinkan, menyediakan waktu untuk dihubungi klien
sewaktu-waktu.
Identifikasi sumber rujukan yang memadai:
Membantu klien dalam mengidentifikasi kebutuhan dukungan.
Mempertimbangkan beberapa jenis sumber yang dapat dimanfaatkan
berkaitan dengan jenis kelamin, usia, suku bangsa, orientasi seksual,
tingkat ekonomi klien, dsb.
Sumber-sumber:
$
$
$
$
1-18
kelompok dukungan,
terapi individual,
intervensi krisis,
layanan medis,
Konseling
Konseling
Konseling
1-21
Konseling
1-22
Konseling
1-23
Konseling
2. Kesadaran
Tahapan dimana seorang sudah menyadari apa yang sedang terjadi pada
dirinya dan dalam hal ini adalah kaitannya dengan risiko HIV/AIDS tetapi tidak
tahu apa yang harus dilakukan.
Konselor perlu menggali pengetahuan dan kesadaran klien tentang perilaku
yang berisiko dan apa yang mereka ketahui tentang perubahan perilaku.
Peran konselor yang paling mendasar disini adalah sebagai pemberi informasi
yang tepat kepada kliennya mengenai perubahan perilaku.
3. Persiapan
Tahap dimana klien sudah menyadari apa manfaat dan kerugian bila melakukan
perubahan perilaku.
Konselor perlu mendukung klien dengan membantu menggali dan mencari
pilihan-pilihan untuk perubahan perilaku dan biasanya klien agak enggan
meninggalkan kebiasaan lama.
Membangun kapasitas diri (Capacity building) merupakan persiapan untuk
perubahan perilaku, termasuk meningkatkan keterampilan praktis dan dukungan
dalam mengelola risiko/biaya yang harus ditanggung. Strategi konseling dalam
tahap membangun kemampuan ini adalah termasuk :
Membantu klien memperoleh keterampilan praktis, spesifik, dan mampu
dikerjakan.
Bersama-sama klien melakukan permainan peran untuk membantu klien
dalam perubahan perilaku dan penguatan.
4. Tindakan
Tindakan adalah saat dimana klien siap mencoba menerapkan langkah
perubahan perilaku ke depan. Strategi konseling dalam tahap ini adalah :
Merencanakan bagaimana menghadapi hambatan yang mungkin akan
dihadapi klien.
Membuat kerangka ulang jika terdapat kegagalan yang dialami klien konselor. Klien - konselor harus ingat bahwa model perubahan perilaku
kemungkinan berkali-kali mengalami kegagalan.
Meskipun pelaksanaan tindakan tidak selalu berhasil namun sekecil apapun
perubahan perilaku dapat dipertimbangkan sebagai keberhasilan dan yang
harus didukung oleh konselor..
5. Mempertahankan Perubahan Perilaku
Mempertahankan perubahan perilaku seksual yang aman sepanjang waktu
secara alamiah dan berkesinambungan.
Perubahan perilaku dapat berubah seiring dengan perubahan kehidupan
seseorang. Misalnya, pemakaian kondom mungkin saja tidak akan
diperlukan jika orang yang belum terinfeksi dalam hubungan monogami
dengan pasangan yang tidak terinfeksi HIV.
1-24
Konseling
tindakan
tindakan
Waktu
persiapan
kesadaran
persiapan
kesadaran
pra-kesadaran
1-25
Konseling
1-26
RINGKASAN
HIV akan mati dengan air mendidih, atau panas kering (open) dengan suhu 560 C
masing-masing selama 10-20 menit.
HIV tidak dapat hidup dalam darah yang mengering lebih dari 1 jam. Tetapi ada
juga penelitian yang menyatakan bahwa HIV mampu bertahan hidup dalam darah
yang tertinggal di spuit (siring, tabung suntik) selama 4 minggu.
HIV juga tidak tahan terhadap beberapa bahan kimia seperti Nonoxynol-9
(mempunyai sifat spermisida, untuk mencegah kehamilan), sodium klorida (bahan
pemutih), dan sodium hidroksida.
Gejala-gejala infeksi HIV:
Infeksi akut: gejala-gejala seperti flu, selama 3-6 minggu setelah infeksi, seperti panas dan rasa lemah yang berlangsung 1-2 minggu.
Infeksi kronik: tampak sehat, tidak menunjukkan gejala apa-apa. Mulai 3-6
minggu setelah infeksi, dapat berlangsung sampai 10 tahun.
Selama fase ini, sistem imun berangsur-angsur menurun, sampai akhirnya sel
T CD4 turun di bawah 200/ml, dan penderita masuk dalam fase AIDS.
AIDS sendiri merupakan sekumpulan gejala-gejala yang menyertai infeksi
HIV. Gejala-gejala yang tampak sangat tergantung jenis infeksi (oportunistik)
yang menyertainya.
Pencegahan: ditujukan terhadap perilaku yang berisiko. Seseorang harus
melindungi dirinya sendiri dan pasangan seksualnya. Bagaimana cara melakukan
hal tersebut?
Jangan berganti-ganti pasangan seksual.
Penggunaan kondom lateks atau poliuretan sangat mengurangi risiko
penularan HIV, baik pada hubungan seksual vaginal maupun oral.
Penularan tidak akan terjadi bila penis, bibir, vagina, atau anus tidak pernah
bersentuhan dengan penis, bibir, vagina, atau anus orang lain. Ciuman,
pijatan, dan saling masturbasi merupakan aktivitas seksual yang aman.
Pencegahan pada pengguna obat (narkoba): hentikan penggunaan obat
(narkotik) yang tidak aman (berganti-ganti peralatan suntik, menggunakan
peralatan suntik yang tidak aman) bila ingin terhindar dari AIDS. Risiko pengguna
obat terhadap infeksi HIV bisa diturunkan dengan cara:
Dalam keadaan high bisa lupa pada hubungan seksual yang aman selalu
siapkan dan gunakan kondom secara benar
Bila harus menggunakan obat, jangan digunakan melalui suntikan.
Bila harus menggunakan obat melalui suntikan, peralatan jangan dipakai
bersama.
Pencegahan pada ibu hamil: penggunaan obat anti HIV selama hamil dapat
menurunkan risiko penularan HIV pada bayi. Berikan susu buatan pada bayi bila
ibu terinfeksi HIV.
2-2
2-3
2-4
p17
(protein matriks)
p24
(protein kapsid)
nukleokapsid
(RNA)
Bagian luar HIV diliputi oleh suatu selubung yang disebut envelope dan di
bagian dalam terdapat sebuah inti (core).
Envelope: HIV bergaris tengah 1/10.000 mm dan mempunyai bentuk
bulat seperti bola. Lapisan paling luar disebut envelope, terdiri dari dua
lapisan molekul lemak yang disebut lipids. Lapisan ini diambil dari sel
manusia ketika partikel virus yang baru terbentuk dengan membentuk
tonjolan dan lepas dari sel tersebut.
Selubung virus terisi oleh protein yang berasal dari sel induk, termasuk
72 turunan (rata-rata) protein HIV kompleks yang menonjol dari
permukaan selubung. Protein ini disebut Env, terdiri atas sebuah tutup
(cap) terbuat dari 3-4 molekul glycoprotein (gp)120, dan sebuah batang
yang terdiri atas 3-4 molekul gp41 sebagai rangka struktur dalam
envelope virus. Banyak penelitian untuk mengembangkan vaksin HIV
menggunakan protein envelope ini.
Inti (Core): dalam envelope partikel HIV yang sudah matang terdapat inti
berbentuk peluru yang disebut capsid, terbentuk dari 2000 turunan
protein virus lainnya, p24. Capsid tersebut mengelilingi dua helaian
tunggal RNA HIV, yang masing-masing memiliki 9 gen dari virus. Tiga di
2-5
1. Virus bebas
3. Infeksi: virus menembus
dan memasukkan isinya ke
dalam sel yang diinfeksi
2-6
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Receptor CD4
Reverse transcriptase
DNA provirus HIV
Integrase
Antagonis TAT
Protease
2-9
Virus HIV-1 dan HIV-2 termasuk subfamili (golongan) lentivirus, yaitu virus
yang tidak menyebabkan kanker, tetapi dapat menyebabkan penyakit
menahun dengan masa inkubasi yang panjang, diikuti oleh timbulnya gejalagejala penyakit, kemudian baru menunjukkan penyakit yang sesungguhnya.
Risiko penularan HIV dipengaruhi terutama oleh jumlah virus (viral load)
yang ada di dalam cairan tubuh. Setiap orang yang terinfeksi HIV
mempunyai potensi untuk menularkan HIV, meskipun viral loadnya tidak
terdeteksi (<50 turunan virus/mm3). Semakin tinggi viral load semakin besar
potensi penularannya. Di samping itu ada faktor-faktor lain yang juga
berpengaruh seperti frekuensi hubungan, kekebalan tubuh dan lain-lain.
Jumlah virus pada cairan tubuh sangat bervariasi. Beberapa jenis cairan
tubuh mengandung virus dalam jumlah yang cukup banyak untuk bisa
menularkan virus, seperti dalam darah, semen (carian air mani), cairan
vagina dan serviks, air susu ibu, cairan dalam otak. Sedangkan air kencing,
air mata, keringat mengandung virus dalam jumlah kecil sehingga tidak
mempunyai potensi penularan.
Jumlah virus dalam tubuh orang dengan HIV/AIDS juga tidak menetap.
Pada fase awal (stadium I), jumlah virus cukup banyak, sedangkan saat
tubuh mulai membentuk antibodi jumlah virus akan menurun dalam darah.
Jumlah virus akan menjadi relatif stabil pada Stadium II, HIV positif tanpa
gejala, dan akhirnya akan semakin tinggi pada Stadium III dan IV (AIDS).
Pada pemakaian jarum suntik, jumlah virus memegang peran penting dalam
penularan di samping frekuensi bertukar jarum dengan yang lain. Virus
harus ada dalam jumlah cukup untuk bisa menular pada orang lain. Fakta
menunjukkan pada keadaan di mana sejumlah petugas medis tidak sengaja
tertusuk jarum bekas pakai pengidap HIV, ternyata risiko penularannya
sangat rendah (<0,5%). Diduga jarum tersebut tidak mengandung virus
dalam jumlah yang cukup untuk menular. Faktor-faktor lain yang juga
berperan dalam penularan melalui jarum suntik adalah kedalaman tusukan
(mengenai lapisan otot), adanya darah dalam jarum, dan bila pasien adalah
pengidap AIDS (mengandung HIV dalam jumlah yang lebih besar).
Dalam suatu hubungan seks, selain jumlah virus, frekuensi hubungan, jenis
hubungan, faktor hos juga memegang peran. HIV mempunyai kemampuan
menular sangat rendah dibandingkan dengan kuman/virus lain yang menular
melalui hubungan seks (gonore, klamidia, sifilis dan lain-lainnya). Dalam
satu hubungan seks, kemungkinan penularannya sekitar 5-15%. Walaupun
demikian, fakta yang ada menunjukkan ternyata HIV mampu untuk
menembus jaringan lunak yang sehat pada permukaan dalam dubur
maupun serviks. Sebelumnya HIV diperkirakan hanya bisa menembus
jaringan yang sakit (meradang) saja. Dengan demikian pasangan seks yang
tergolong risiko rendah juga dapat terinfeksi. Dalam keadaan ini diperkirakan
2-10
penularan HIV melalui sel-sel pada saluran kencing ataupun kulit yang
menutup penis (bila tidak disirkumsisi). Jadi, laki-laki yang tidak disirkumsisi
mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk tertular HIV dalam suatu hubungan
dengan pengidap HIV.
Adanya infeksi menular seksual (IMS) yang lain (misal GO, klamidia), dapat
meningkatkan risiko penularan HIV (2-5%). IMS ternyata dapat
meningkatkan jumlah HIV pada cairan semen ataupun vagina sehingga
mempunyai potensi penularan lebih besar. Sebuah studi pada laki-laki
dengan GO yang tidak diobati, ternyata kadar HIV dalam semen meningkat
sebesar 8%. Sebaliknya studi lain menunjukkan bahwa terapi pada IMS
akan menurunkan jumlah virus dalam cairan semen dan vagina. Faktor lain
yang memudahkan penularan HIV adalah adanya luka yang sering
menyertai IMS.
Sifat-sifat HIV yang berhubungan dengan pencegahan
HIV-1 dan HIV-2 seperti juga virus lainnya, bersifat sangat rentan (fragile),
mudah rusak karena perubahan lingkungan sekitarnya, termasuk karena
perubahan suhu (panas). Dengan air mendidih, atau panas kering (oven)
pada suhu 560 C selama 10-20 menit, HIV akan mati.
HIV bersifat obligat intraselular, artinya virus tersebut hanya bisa hidup dan
berkembangbiak di dalam sel. Bila berada di luar sel, virus bisa hidup untuk
beberapa lama (tergantung beberapa faktor), namun tidak bisa
berkembangbiak (replikasi). Beberapa studi menunjukkan bahwa HIV tidak
dapat hidup dalam darah yang mengering lebih dari 1 jam. Tetapi ada juga
penelitian yang menyatakan bahwa virus ini mampu bertahan hidup dalam
darah yang tertinggal di spuit (siring, tabung suntik) selama 4 minggu. Hal ini
masih membutuhkan penelitian lebih jauh.
HIV juga digolongkan sebagai retrovirus, yang mempunyai kemampuan
untuk membuat tiruan dirinya dengan cara yang berbeda dari virus yang
lain. Hal ini menyebabkan HIV menjadi lebih sulit untuk ditangani. Pada
dasarnya semua virus memang tidak bereaksi terhadap obat-obat antibiotik,
demikian juga halnya dengan HIV. Di samping itu HIV juga mampu
menyembunyikan dirinya dalam organ-organ tubuh yang sulit dicapai oleh
obat. Sehingga saat ini belum ada obat yang dapat membunuh HIV dengan
tuntas di dalam tubuh.
Meskipun demikian, HIV justru rentan terhadap bahan-bahan kimia seperti
formalin, sodium hidroklorida (pemutih/bleach), sodium hidroksida dan lainlain. Sifat inilah yang digunakan dalam pencegahan penularan HIV melalui
jarum suntik dan peralatan lainnya dengan pencucian memakai pemutih/
bleach. Karena bahan-bahan ini sama sekali tidak dapat diterima oleh tubuh
2-11
2-12
Stadium 2
Stadium 3
Stadium 4
2-13
Infeksi primer:
Bila ODHA mengalami infeksi untuk pertama kali dengan
keluhan seperti flu.
Kelainan tanpa gejala:
ODHA tetap merasa sehat, hal ini dapat berlangsung sampai
beberapa tahun.
Kelainan dengan gejala-gejala:
ODHA mengalami gejala-gejala ringan seperti rasa lelah,
keringat malam, dll.
Kelainan berat:
Otak
Toxoplasmosis (Toxo)
Cryptococcal meningitis
Mata
Cytomegalovirus
(CMV)
sistem imun yang normal sangat jarang dijumpai, dapat membunuh bila
menginfeksi ODHA.
2-16
Aspergillosis
Candidiasis (thrush, yeast infection)
Coccidioidomycosis
Cryptococcal meningitis
Histoplasmosis
Infeksi protozoa
Cryptosporidiosis
Isosporiasis
Microsporidiosis
Pneumocystis carinii pneumonia (PCP)
Toxoplasmosis
Infeksi virus
Cytomegalovirus (CMV)
Hepatitis
Herpes simplex (HSV, genital herpes)
Herpes zoster (HZV, shingles)
Human papiloma virus (HPV, genital warts, cervical cancer)
Molluscum contagiosum
Oral Hairy Leukoplakia (OHL)
Progressive Multifocal Leukoencephalopathy (PML)
Keganasan (kanker)
Kaposi's sarcoma
Lymphoma
Systemic Non-Hodgkin's Lymphoma (NHL)
Primary CNS Lymphoma
Kelainan neurologik
AIDS Dementia Complex (ADC)
Peripheral Neuropathy
Komplikasi dan kelainan lainnya
Ulkus Aptosa
Malabsorpsi
2.4 FAKTA-FAKTA HIV SEBAGAI PENYEBAB AIDS
2-17
Definisi AIDS
Menurut CDC (The Centers for Disease Control): AIDS pada orang dewasa
atau remaja umur 13 tahun atau lebih adalah terdapatnya satu dari 26
keadaan yang menunjukkan imunosupresi berat yang berhubungan dengan
infeksi HIV, seperti Pneumocystis carinii pneumonia (PCP), suatu infeksi
paru yang sangat jarang terjadi pada penderita yang tidak terinfeksi HIV.
Kebanyakan keadaan-keadaan yang berkaitan dengan definisi AIDS
mencakup infeksi oportunistik (OI) yang jarang menimbulkan bahaya pada
orang yang sehat. Diagnosis AIDS juga diberikan kepada penderita infeksi
HIV dengan sel T CD4+ kurang dari 200/ml darah. Untuk anak-anak di
bawah 13 tahun, definisi AIDS sama dengan untuk orang dewasa dan
remaja, kecuali pneumonitis interstisial limfoid dan infeksi bakteri berulang
yang juga dimasukkan dalam daftar keadaan-keadaan dalam definisi AIDS.
Penyebutan "AIDS" merupakan alat surveilans. Definisi surveilans dari
AIDS telah terbukti berguna secara epidemiologik untuk menelusuri dan
mengukur wabah imunosupresi (penurunan kekebalan tubuh) akibat infeksi
HIV yang baru terjadi dan manifestasinya. Walaupun demikian, HIV hanya
mewakili fase akhir dari proses patogenik yang progresif dan berlanjut, yang
dimulai dari infeksi primer oleh HIV, berlanjut dengan fase kronik yang
biasanya tanpa gejala, dan diikuti dengan gejala-gejala berat yang progresif,
dan akhirnya terjadi imunodefisiensi berat dan infeksi oportunistik dan
kanker.
Fakta-fakta bahwa penyebab AIDS adalah HIV
Fakta-fakta di bawah ini adalah bukti bahwa penyebab AIDS adalah HIV.
Sebelum kemunculan HIV, penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan AIDS seperti PCP, KS dan MAC jarang dijumpai di negaranegara maju; sekarang, biasa dijumpai pada ODHA.
Sebelum munculnya HIV, keadaan-keadaan yang berhubungan dengan
AIDS seperti Pneumocystis carinii pneumonia (PCP), Kaposi's sarcoma (KS)
dan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium avium complex (MAC)
tidak lazim dan jarang dijumpai di Amerika Serikat. Dalam survai tahun
1967, hanya dijumpai 107 kasus PCP yang disebutkan dalam literatur
kedokteran, semuanya dijumpai di antara penderita yang menunjukkan
keadaan supresi imun. Sebelum epidemi AIDS, insiden tahunan Kaposi's
sarcoma di Amerika Serikat adalah 0.2 sampai 0.6/1.000.000 penduduk, dan
hanya 32 penderita MAC yang disebutkan dalam literatur kedokteran.
Sampai akhir tahun 1999, CDC menerima laporan 166.368 penderita
terinfeksi HIV di Amerika Serikat yang telah terdiagnosa PCP, 46.684 KS,
dan 41.873 MAC.
2-18
AIDS dan infeksi HIV mempunyai hubungan yang konsisten dalam hal
waktu, tempat, dan kelompok populasi.
Sejarahnya, kejadian AIDS pada manusia hampir selalu mengikuti kejadian
HIV. Di Amerika Serikat, kasus AIDS yang pertama dilaporkan pada tahun
1981 diantara homoseksual di New York dan California. Pemeriksaan
kembali terhadap sampel darah yang telah diawetkan (dibekukan) dari
kelompok gay menunjukkan terdapatnya antibodi HIV sejak tahun 1978, tapi
tidak sebelumnya. Setelah itu, di setiap negara dan kota di mana AIDS
muncul, fakta menunjukkan bahwa infeksi HIV terjadi hanya beberapa tahun
sebelum terjadinya AIDS.
Banyak penelitian menyimpulkan bahwa hanya satu faktor, yaitu HIV,
yang dapat memprediksi apakah seseorang akan mengalami AIDS.
Infeksi virus lainnya, infeksi bakteri, pola perilaku seksual dan pola
penyalahgunaan obat tidak bisa memprediksi apakah seseorang akan
mengalami AIDS. Individu dari berbagai latar belakang, termasuk laki-laki
dan wanita heteroseksual, homoseksual, hemofili (darah tidak bisa
membeku) dan penerima transfusi, pengguna obat suntik dan bayi yang
telah berkembang menjadi AIDS, hanya oleh karena faktor yang sama yaitu
telah terinfeksi oleh HIV
Banyak pemeriksaan darah menunjukkan bahwa AIDS biasa dijumpai
pada masyarakat dimana banyak orang memiliki antibodi HIV.
Sebaliknya, pada masyarakat dengan kejadian antibodi HIV yang
rendah, AIDS sangat jarang dijumpai.
Misalnya, di Zimbabwe, negara bagian selatan Afrika (jumlah penduduk 11,4
juta), lebih dari 25% penduduk dewasa umur 15-49 tahun diperkirakan
positif HIV. Sampai bulan Nopember 1999, 74.000 kasus AIDS dilaporkan
ke WHO. Sebaliknya, di Madagaskar, negara sebuah pulau di pesisir
tenggara Afrika (jumlah penduduk 15,1 juta) dengan angka kejadian yang
sangat rendah, dilaporkan ke WHO hanya 37 kasus AIDS sampai bulan
Nopember 1999.
Pada pengamatan sekelompok orang, penurunan kekebalan tubuh
yang berat dan penyakit yang didefinisikan sebagai AIDS terjadi secara
mencolok pada individu yang terinfeksi HIV.
Sebaliknya, pada kelompok lain yang serupa yaitu individu dengan pola
hidup yang sama tetapi tidak dengan infeksi HIV, kenyataannya tidak
menderita gejala-gejala seperti ini.
Sebagai contoh, pada pengamatan sekelompok orang di Vancouver, peneliti
mengikuti 715 laki-laki homoseksual selama lebih kurang 8,6 tahun. Setiap
kasus AIDS pada penelitian ini terjadi pada individu yang positif terhadap
2-19
antibodi HIV. Tidak ada penyakit yang didefinisikan sebagai AIDS terjadi
pada individu yang tetap negatif terhadap antibodi HIV, walaupun
kenyataannya sebagai pengguna obat dan melakukan hubungan seksual
melalui anus.
Dalam beberapa penelitian yang dilakukan, ditemukan angka kematian
yang jauh lebih tinggi pada individu dengan HIV positif dibanding
individu yang HIV negatif.
Peningkatan angka kematian pada penderita HIV positif juga telah
ditemukan secara konsisten pada penelitian di negara-negara maju,
mungkin terbanyak pada penderita hemofili. Misalnya, 6.278 penderita
hemofili diteliti di Inggris antara tahun 1977-1991. Di antara 2.448 penderita
hemofili berat, angka kematian per tahunnya konstan sebesar 8 per 1.000
dalam tahun 1985-92 pada penderita hemofili berat yang negatif HIV,
kematian meningkat tajam pada penderita yang menjadi positif HIV setelah
mendapatkan transfusi dalam ta-hun 1979-1986, mencapai 81 per 1.000.
Profil imunologik yang khas untuk AIDS, yaitu sel-T CD4+ yang tetap
rendah, tidak lazim dan jarang dijumpai bila tidak terjadi infeksi HIV
atau penyebab imunosupresi lain yang diketahui.
Misalnya pada penelitian MACS, telah dilakukan 22.643 kali tes CD4
terhadap 2.713 laki-laki yang negatif HIV. Hasil pemeriksaan menunjukkan
hanya seorang yang memiliki sel-T CD4+ yang lebih rendah dari 300 sel/ml.
Orang ini ternyata minum obat lain yang berpengaruh terhadap hasil
pemeriksaan CD4.
Hampir semua ODHA memiliki antibodi HIV
Survei pada 230.179 orang dengan AIDS di Amerika Serikat menunjukkan
bahwa hanya 299 individu yang HIV negatif. Evaluasi terhadap 172 dari 299
pengidap tersebut ditemukan 131 yang benar-benar positif; dan 34 orang
meninggal sebelum pemeriksaan serum sempat dilakukan.
HIV sebenarnya dapat dideteksi pada setiap ODHA
Tes yang sensitif yang dikembangkan akhir-akhir ini, termasuk polymerase
chain reaction (PCR) dan teknik kultur yang lebih maju, memungkinkan para
peneliti mampu menemukan HIV pada ODHA dengan beberapa
perkecualian. HIV berkali-kali telah diisolasi dari darah, cairan sperma dan
cairan vagina penderita AIDS, temuan-temuan yang konsisten dengan data
epidemiologis yang menunjukkan penularan AIDS melalui aktivitas seksual
dan kontak dengan darah yang terinfeksi.
2-20
Meskipun tidak dipergunakan secara rutin karena biaya yang tinggi dan
persyaratan peralatan laboratorium, teknik pemeriksaan secara langsung ini
lebih jelas membuktikan validitas dari tes antibodi tersebut.
Mitos: Tidak ada AIDS di Afrika. AIDS tidak lebih dari nama baru dari
penyakit-penyakit lama.
Fakta: Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan AIDS di Afrika, seperti
sindroma kekurusan, diare dan TB, telah dijumpai sejak dahulu. Tetapi,
angka kematian yang tinggi dari penyakit ini, dulu terbatas pada orang tua
dan penderita malnutrisi saja, dan sekarang biasa dijumpai pada penderita
dengan infeksi HIV usia muda dan setengah baya.
Misalnya, pada penelitian di Cote d'Ivoire, pengidap HIV dengan TB paru
meninggal lebih dari 17 kali lipat dalam 6 bulan dibandingkan penderita
negatif HIV dengan TB paru. Di Malawi, dalam 3 tahun kematian anak yang
telah mendapat imunisasi semasa bayi dan yang hidup dalam tahun
pertama, 9,5 kali lebih tinggi pada anak yang positif HIV dibanding anak
yang negatif HIV. Penyebab utama kematian adalah sindroma kekurusan
dan kelainan pernapasan. Temuan yang sama dijumpai di tempat lainnya di
Afrika.
Mitos: HIV bukan merupakan penyebab AIDS oleh karena
penelitipeneliti tidak bisa menjelaskan secara tepat bagaimana
HIV merusak sistem imun.
Fakta: Banyak yang telah diketahui tentang patogenesis penyakit HIV,
walaupun rincian pentingnya masih harus diuraikan. Namun demikian,
pemahaman yang lengkap tentang patogenesis suatu penyakit tidak
merupakan prasyarat untuk mengetahui penyebabnya. Kebanyakan
penyebab infeksi telah dikaitkan dengan penyakit yang disebabkannya jauh
sebelum mekanisme patogenesisnya ditemukan. Oleh karena penelitian
tentang patogenesis merupakan hal yang sulit bila model hewan yang tepat
tidak ada, mekanisme penyebab penyakit pada banyak penyakit, termasuk
TB dan hepatitis B tidak dipahami dengan jelas. Bila alasan ini yang dipakai
dasar maka kesimpulan yang dibuat seharusnya M. tuberkulosis bukanlah
penyebab TB atau virus hepatitis B bukanlah penyebab penyakit hati.
dan positif HIV yang telah diberikan transfusi karena penyakit yang sama.
Kira-kira tiga tahun setelah transfusi, rata-rata sel T CD4+ pada 64 penerima
darah negatif HIV adalah 850/mm3, sedangkan 111 orang positif HIV
memiliki rata-rata sel T CD4+ sebesar 375/mm3. Sampai tahun 1993,
terdapat 37 kasus AIDS pada kelompok yang terinfeksi HIV, tapi tidak
seorangpun yang menderita AIDS pada penerima transfusi yang HIV
negatif.
Mitos: Penggunaan faktor pembekuan (clotting factor) yang tinggi yang
menyebabkan penurunan sel T CD4+ dan AIDS pada penderita
hemofilia, bukan HIV.
Fakta: Pandangan ini bertentangan dengan beberapa penelitian besar.
Misalnya, diantara penderita HIV negatif dengan hemofilia A yang
dimasukkan dalam Studi Keamanan Transfusi, tidak ada perbedaan yang
bermakna da-lam jumlah sel T CD4+ yang ditemukan antara 79 penderita
yang tidak diberikan atau diberikan sedikit faktor pembekuan dengan 52
penderita yang mendapat faktor pembekuan yang besar sepanjang
hidupnya. Kedua kelompok penderita memiliki sel T CD4+ dalam batas
normal. Pada laporan lain dari suatu studi keamanan transfusi, tidak ada
kelainan yang didefinisikan sebagai AIDS di antara 402 penderita hemofilia
dengan HIV negatif yang telah menerima pengobatan dengan faktor
pembekuan.
Mitos: Distribusi kasus-kasus AIDS memberikan keragu-raguan pada
HIV sebagai penyebab. Virus tidak memiliki sifat khas terhadap
jender (jenis kelamin), nyatanya hanya sebagian kecil AIDS
dijumpai pada perempuan.
Fakta: Distribusi kasus-kasus AIDS, baik di Amerika Serikat maupun tempat
lain di dunia, secara konsisten memberikan gambaran prevalensi HIV pada
suatu populasi. Di Amerika Serikat, HIV mula-mula muncul pada populasi
laki-laki homoseksual dan pengguna narkoba suntik, yang kebanyakan lakilaki. Oleh karena HIV menular terutama melalui hubungan seksual atau
pertukaran jarum suntik yang tercemar HIV selama penggunaan narkoba
suntik, tidaklah mengherankan bila kasus AIDS di Amerika Serikat umumnya
terjadi pada laki-laki.
Akan tetapi, infeksi HIV pada perempuan di Amerika Serikat menunjukkan
peningkatan, umumnya melalui jarum suntik yang terinfeksi HIV atau
hubungan seksual dengan laki-laki yang terinfeksi HIV. CDC memperkirakan
bahwa 30% infeksi HIV baru di Amerika Serikat tahun 1998 adalah pada
perempuan. Karena jumlah perempuan yang terinfeksi HIV meningkat,
demikian pula dengan jumlah penderita AIDS pada perempuan. Dalam
tahun 1998, sekitar 23% kasus-kasus AIDS pada orang dewasa/remaja di
2-26
Amerika Serikat adalah pada perempuan. Dalam tahun yang sama, AIDS
merupakan penyebab ke 5 terbesar dari kematian perempuan umur 25-44
tahun di A.S.
Di Afrika, HIV pertama kali dikenal pada kelompok heteroseksual yang aktif
seksual, dan kasus-kasus AIDS di Afrika terjadi hampir sama pada laki-laki
maupun perempuan. Secara keseluruhan, distribusi infeksi HIV dan AIDS di
seluruh dunia antara laki-laki dan perempuan adalah 1:1.
Mitos: HIV tidak dapat menjadi penyebab AIDS karena tubuh
mengembangkan respons antibodi yang kuat terhadap virus
tersebut.
Fakta: Alasan ini mengabaikan banyak contoh virus selain HIV yang bisa
menjadi patogen setelah timbulnya kekebalan. Virus campak mungkin
bertahan bertahun-tahun dalam sel-sel otak, yang akhirnya menimbulkan
penyakit neurologik kronik meskipun ada antibodi. Virus-virus seperti
cytomegalovirus, herpes simplex dan varicella zoster mungkin aktif kembali
setelah bertahun-tahun berada dalam fase laten walaupun terdapat antibodi
dalam jumlah besar. Pada binatang, keluarga virus HIV dengan masa laten
yang panjang dan bervariasi, seperti virus visna pada domba, menyebabkan
kerusakan susunan saraf pusat bahkan setelah pembentukan antibodi.
Juga, HIV diketahui dengan baik sanggup melakukan mutasi untuk
menghindari respons imun tubuh yang berlangsung secara terus menerus.
Mitos: Hanya sebagian kecil sel T CD4+ yang diinfeksi oleh HIV, tidak
cukup untuk merusak sistem imun.
Fakta: Teknik baru seperti PCR menjadikan para ilmuan mampu
menunjukkan bahwa jauh lebih banyak sel T CD4+ yang terinfeksi dari yang
diperkirakan sebelumnya, khususnya pada jaringan limfoid. Makrofag dan
jenis sel lainnya juga terinfeksi oleh HIV dan menjadi sumber penampungan
virus. Walaupun bagian sel T CD4+ yang terinfeksi oleh HIV dalam suatu
waktu tidak pernah tinggi sekali (hanya sebagian kecil sel-sel yang
teraktivasi menjadi sasaran infeksi yang baik), beberapa kelompok
menunjukkan bahwa siklus kematian yang cepat dari sel-sel yang terinfeksi
dan infeksi pada sel sasaran yang baru terjadi selama perjalanan penyakit.
2-27
2-29
Testing HIV
$ RINGKASAN
3.1 DIAGNOSTIK
Mengetahui adanya infeksi HIV sedini mungkin sangat penting karena pengobatan
dan pencegahan penularan secara dini akan memberikan hasil yang paling baik.
Serokonversi: istilah ini berhubungan dengan waktu saat tubuh mulai memproduksi
antibodi terhadap virus. Umumnya antibodi akan terbentuk dalam 3 sampai 6 bulan
setelah infeksi. Waktu antara masuknya HIV ke dalam tubuh dengan terbentuknya
antibodi dalam jumlah yang cukup untuk dideteksi oleh tes HIV disebut masa jendela
(window period). Hal inilah yang menyebabkan mengapa hasil tes yang negatif pada
pemeriksaan pertama perlu diulang tiga bulan kemudian.
Pemeriksaan antibodi terhadap virus untuk mengetahui adanya infeksi dilakukan
dengan cara ELISA dan Western blot. Pemeriksaan Western blot saat ini jarang
digunakan karena biayanya yang mahal dan 2 atau 3 kali pemeriksaan ELISA
ditemukan memiliki akurasi yang tidak berbeda dengan Western blot.
Pemeriksaan antigen virus (p24); merupakan pemeriksaan yang lebih spesifik,
biasanya dipergunakan untuk tes darah donor di negara maju. Pemeriksaan ini juga
penting untuk: (1) mengetahui infeksi dini HIV, (2) skrining darah, (3) mendiagnosis
infeksi pada bayi baru lahir, dan (4) memonitor pengobatan dengan ARV. Kelemahan
utama adalah kurang sensitif untuk tes darah karena jumlah antigen yang rendah
dalam darah dan antigenemia (antigen yang tinggi) terjadi hanya bersifat sementara
pada fase infeksi yang berbeda-beda.
Konseling: sangat perlu sebelum maupun sesudah melakukan tes. Hal ini penting
untuk memperoleh informasi yang rinci terhadap hasil tes, baik negatif maupun
positif. Apalagi bila hasilnya positif, oleh karena hasil yang positif dapat
menimbulkan reaksi yang beragam pada orang yang terinfeksi HIV.
VCT (Voluntary Counseling and Testing):
Memerlukan suatu pelayanan konseling yang efektif.
Pelatihan yang baik merupakan faktor yang paling penting dalam konseling yang
baik.
Setelah pelatihan konselor perlu mendapatkan supervisi dan bekerja bersamasama dengan konselor yang lebih berpengalaman.
Konselor sendiri kadang-kadang memerlukan konseling, karena konselor itu
sendiri takut pada HIV atau takut terinfeksi HIV.
3-1
Testing HIV
Nama-nama konselor:
Untuk Propinsi Bali, nama, telp./fax., dan alamat konselor lihat Lembar Informasi dan
Rujukan
Tempat testing: Misalnya di Bali
- YKP, Jl. Raya Sesetan No. 270. Telp. 728916, 728917
- BLK (Balai Lab. Kesehatan Daerah), Denpasar.
- Lab. Prodia, Jl. Diponegoro, Denpasar, Telp. 261001.
Di propinsi-propinsi lain di Indonesia beberapa LSM dan tempat-tempat layanan
kesehatan membuka layanan VCT. Lihat di Informasi dan Rujukan
3.2 MONITORING
Pemeriksaan untuk monitoring perlu dilakukan untuk mengetahui keadaan penyakit
(progresivitas) dan hasil pengobatan.
Viral load: adalah istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan jumlah virus dalam
darah yang diukur melalui pemeriksaan sampel darah.
Hasil pemeriksaan merupakan petunjuk tingkat aktivitas virus. Aktivitas virus yang
lebih tinggi akan mengakibatkan viral load yang lebih tinggi pula, dan berarti semakin
berat kerusakan yang ditimbulkan terhadap sistem imun.
Jenis pemeriksaan viral load: ada tiga jenis yang sekarang umum dipergunakan,
yaitu: Q-PCR (quantitative polymerase chain reaction), bDNA (branched chain DNA,
atau Quantiplex) dan NASBA (nucleic acid sequence-based amplification). Q-PCR
dikenal dengan Amplicor HIV-1 Monitor Test, dibuat oleh Roche Molecular Systems.
Sedangkan bDNA dibuat oleh Bayer, dan NASBA dibuat oleh Organon Teknika. QPCR paling sensitif untuk mendeteksi jumlah virus yang sangat rendah dalam darah,
sedangkan pemeriksaan dengan bDNA paling akurat untuk menentukan jumlah virus
yang tinggi. bDNA memerlukan 2 ml (kira-kira setengah sendok teh), NASBA dan QPCR masing-masing memerlukan ha-nya 100 dan 200 l (jauh lebih sedikit).
3-2
Testing HIV
Misalnya di Bali
3-3
Testing HIV
3-4
Testing HIV
TESTING HIV
3.1 DIAGNOSTIK
Tes antibodi
Satu-satunya cara untuk mengetahui adanya infeksi HIV adalah dengan
melakukan tes HIV.
Untuk orang yang berisiko, tes HIV hendaknya dilakukan setiap 6 bulan. Faktor
risiko hendaknya juga dikurangi (lihat pencegahan).
Segera setelah terjadi infeksi HIV, tubuh mulai membentuk antibodi untuk
melawan virus. Tes HIV menunjukkan antibodi ini dalam darah. Setelah kira-kira
3 bulan, pada kebanyakan orang umumnya telah terbentuk cukup antibodi
untuk memberikan hasil positif pada pemeriksaan standar. Beberapa orang
sering belum ditemui hasil positif dalam 6 bulan atau setahun. Oleh karena itu
perlu dilakukan pemeriksaan ulang.
Tes HIV cukup sederhana; ada tes yang bisa dilakukan di rumah. Tes HIV
dapat dilakukan di laboratorium, dan kerahasiaan hasilnya tetap dijaga. Bila tes
dilakukan di rumah, dan hasilnya positif, segera harus periksa ke dokter untuk
pemeriksaan lebih lanjut untuk meyakinkan apakah betul terinfeksi. Mengetahui
infeksi sedini mungkin sangat penting oleh karena pengobatan dini akan
memberikan hasil yang paling baik.
Sebelum melakukan tes, perlu dipikirkan kemungkinan hasilnya. Pada
umumnya diperlukan bantuan terhadap hasil tes, jadi perlu konselor, psikolog,
atau nasehat dokter, atau hubungi pelayanan AIDS setempat. Begitu juga
setelah dilakukan tes, baik hasilnya positif ataupun negatif untuk memperoleh
informasi yang diperlukan serinci mungkin.
Seseorang yang terpapar virus hendaknya melakukan tes HIV segera setelah
kemungkinan terbentuknya antibodi, antara 6 minggu dan 12 bulan setelah
paparan virus tersebut. Dengan melakukan tes sedini mungkin, orang tersebut
dapat minta penjelasan pada pelayanan kesehatan kapan pengobatan harus
dimulai untuk menunjang sistem imun dalam melawan HIV dan mencegah
infeksi oportunistik yang mungkin terjadi. Pemeriksaan yang dini juga dapat
memperingatkan orang tersebut untuk berhati-hati terhadap perilaku yang
berisiko yang dapat menularkan virus pada orang lain.
Serokonversi: istilah ini berhubungan dengan waktu saat tubuh mulai
memproduksi antibodi terhadap virus. Sekitar 95% orang yang terinfeksi HIV
akan membentuk antibodi dalam 3 bulan setelah infeksi. Hampir seluruhnya
akan membentuk antibodi dalam 6 bulan. Waktu antara masuknya virus HIV ke
dalam tubuh dengan terbentuknya antibodi yang cukup untuk dapat dideteksi
3-5
Testing HIV
oleh tes HIV disebut dengan masa jendela (window period). Tes HIV yang
dilakukan pada masa jendela ini akan mendapatkan hasil negatif padahal orang
yang dites sudah terinfeksi. Itulah sebabnya bila tes pertama hasilnya negatif,
mereka harus periksa ulang tiga bulan berikutnya.
Diagnosis infeksi HIV dilakukan dengan menggunakan dua cara pemeriksaan
antibodi, yaitu ELISA dan Western blot. Tes Western blot masih merupakan
standar diagnosis di negara-negara maju sedangkan untuk negara-negara
miskin atau sedang berkembang, WHO menganjurkan 2 atau 3 kali
pemeriksaan ELISA karena lebih murah dan akurasinya tidak berbeda dengan
Western blot. Bila seseorang kemungkinan besar terinfeksi HIV dan kedua
pemeriksaan hasilnya negatif, dapat dilakukan pemeriksaan ulang, pada waktu
antibodi terhadap HIV diperkirakan sudah terbentuk.
Bayi dari ibu yang terinfeksi HIV bisa tertular dan bisa juga tidak, tetapi
semuanya memperoleh antibodi dari ibunya selama beberapa bulan. Bila bayi
tidak cukup menunjukkan gejala-gejala, dokter tidak dapat menentukan
diagnosis adanya infeksi HIV dengan pemeriksaan yang biasa sampai bayi
berumur 18 bulan. Setelah itu, bayi tidak lagi memiliki antibodi dari ibunya dan
akan memproduksi antibodi sendiri, bila bayi tersebut memang terinfeksi.
Pelayanan kesehatan di negara-negara maju dapat menggunakan teknik yang
baru untuk mendeteksi HIV secara lebih akurat untuk menentukan infeksi HIV
pada bayi umur 3-18 bulan. Caranya dengan melakukan tes yang dapat
mendeteksi virusnya sendiri (bukan antibodi) misalnya dengan pemeriksaan
PCR atau biakan virus.
Diagram ini menunjukkan bagaimana kadar antibodi dan jumlah virus per unit
darah yang terinfeksi HIV (viral load) berubah sepanjang waktu.
Jumlah
virus
dalam
darah
Viral load
Antibodi
Waktu
Periode jendela
(1-3 bulan)
Tanpa gejala
(5-10 tahun)
3-6
Testing HIV
Tes ELISA
Tes ELISA (enzyme linked immunosorbent assay) mendeteksi antibodi
terhadap virus dalam darah. Elisa merupakan tes HIV pertama yang tersedia
yaitu tahun 1980-an. Kemungkinan bahwa suatu infeksi HIV tidak akan
terdeteksi oleh tes ELISA selama masa jendela telah dikurangi secara
meyakinkan, sehingga tes ELISA sekarang hasilnya sangat akurat.
Keuntungan tes ELISA:
Murah.
Efisien.
Cocok untuk testing sampel dalam jumlah besar (lebih dari 100 sampel
per hari).
Dapat mendeteksi HIV-1, HIV-2 dan varian-varian HIV.
Cocok dipakai dalam surveilans dan pelayanan transfusi darah yang
terpusat.
Kelemahan tes ELISA, membutuhkan:
Teknisi dan staf laboratorium yang terlatih dan terampil.
Peralatan yang canggih dan terawat dengan baik, seperti pipet otomatis,
sistem pencucian, inkubator dan mesin pembaca.
Sumber listrik yang konstan dan dapat dipercaya.
Suatu jumlah minimal tertentu dari spesimen agar efisien.
Waktu yang cukup.
Biasanya terjadi keterlambatan dalam menerima hasil suatu tes ELISA.
Orang yang dites mungkin perlu datang kembali setelah beberapa hari,
yang mengakibatkan beberapa orang tidak kembali untuk mengambil hasil
tesnya.
Tes Sederhana/Cepat
Tes sederhana/cepat saat ini tersedia untuk mendeteksi antibodi terhadap HIV
di dalam darah. Beberapa tes dapat dikerjakan dalam waktu kurang dari 10
menit. Tes semacam ini disebut tes cepat. Beberapa tes membutuh-kan waktu
30 menit sampai 2 jam. Tes seperti ini disebut tes sederhana. Ada empat jenis
tes cepat/sederhana yaitu tes aglutinasi, tes comb/dipstick, tes aliran melalui
membran dan tes membran kromatografi.
Tes sederhana/cepat memberikan hasil yang sama akuratnya dengan ELISA,
dengan kelebihan:
Dapat dikerjakan menggunakan sampel darah lengkap (whole blood) atau
kertas saring dengan darah dari tusukan di jari.
Dapat dikerjakan dengan cepat, memungkinkan orang menerima hasil tes
pada hari yang sama.
3-7
Testing HIV
Testing HIV
3-9
Testing HIV
Karena tidak ada konseling pra tes dan pasca tes dan tidak ada testing
konfirmasi yang menyertai suatu hasil tes positif, maka kemungkinan positif
palsu atau suatu tes dilaksanakan pada masa jendela sangat besar. Saat ini
tidak ada pengawasan untuk menjamin bahwa kit tes itu berkualitas tinggi dan
hasilnya telah dikonfirmasi. Penjagaan kerahasiaan secara efektif tidak dapat
dijamin. Kalaupun testing di rumah disetujui, tes tersebut hanya akan bisa
dilaksanakan di tempat-tempat yang ada pelayanan surat menyuratnya dan
masyarakat memiliki akses telepon untuk mengetahui hasilnya dan
mendapatkan konseling pasca tes.
Tes antigen
Dua jenis utama tes ini adalah biakan virus dan teknologi amplifikasi asam
nukleat (nucleic acid amplification technologies = NAT) seperti tes polymerase
chain reaction (PCR).
Biakan virus menumbuhkan virus dari suatu sampel darah di laboratorium.
Jika HIV bisa dibiakkan, berarti terdapat virus di dalam darah dan orang
yang punya darah itu terinfeksi. Namun demikian, biakan virus ini mahal
dan sulit serta membutuhkan teknologi canggih dan keahlian, termasuk
laboratorium dengan keamanan khusus (P3) untuk menumbuhkan bahan
yang terinfeksi, sehingga tidak mungkin dikerjakan pada sumber daya
yang terbatas.
Nucleic acid amplification technologies (NAT) seperti tes PCR bekerja
dengan mendeteksi materi genetik dari virus. Seperti halnya biakan virus,
testing PCR ini mahal, membutuhkan fasilitas canggih dan teknisi yang
terlatih dan tidak dapat dilaksanakan di sebagian besar negara
berkembang. Tes baru ini dapat mendeteksi kadar virus yang sangat
rendah dan dapat digunakan untuk memonitor terapi antiretroviral (ARV).
Walaupun tes antibodi terhadap HIV paling cocok untuk menentukan adanya
infeksi, pada keadaan tertentu teknik lainnya dapat membantu secara lebih
tepat. Isolasi virus melalui biakan, tes asam nukleat untuk mengetahui adanya
RNA virus, dan tes untuk menentukan adanya antigen p24 (protein inti) dapat
menunjukkan adanya virus atau komponen-komponennya dalam darah; semua
hal ini untuk membuktikan adanya infeksi. Cara-cara ini sangat spesifik, dan
hasil positif dapat memastikan adanya infeksi.
Akhir-akhir ini telah diperkenalkan tes untuk asam nukleat, tetapi memerlukan
teknik yang sangat rumit dan tenaga yang trampil dan berpengalaman.
Tes antigen terhadap HIV sekarang dipergunakan untuk skrining darah donor
untuk transfusi di negara-negara maju dan sangat cocok untuk keadaankeadaan tertentu seperti infeksi HIV akut, testing pada bayi dan pemantauan
pengobatan ARV. Sayangnya tes ini sangat mahal dan banyak negara yang
belum mampu melaksanakannya secara rutin.
3-10
Testing HIV
Pemeriksaan antigen p24 menunjukkan adanya protein p24 (protein kapsid atau
inti) dalam darah yang dapat diketahui sebelum terbentuknya antibodi pada
infeksi fase akut. Protein ini terjadi tidak lama setelah infeksi dari ledakan
replikasi virus dan berhubungan dengan adanya viremia yang tinggi pada saat
individu sedang sangat infeksius. Bila antibodi telah terbentuk, antigen p24
sering tidak terdeteksi mungkin oleh karena terjadinya reaksi antigen-antibodi
kompleks dalam darah. Bila terdeteksi, antigen p24 sangat khas menentukan
adanya infeksi (spesifisitas: 99,9% dengan menggunakan PCR sebagai baku
mas, dan 100% bila menggunakan cara netralisasi).
Tes p24 penting untuk: (1) mengetahui infeksi dini HIV, (2) skrining darah,
(3) mendiagnosis infeksi pada bayi baru lahir, dan (4) memonitor
pengobatan dengan ARV. Kelemahan utama adalah kurang sensitif untuk
tes darah oleh karena jumlah antigen yang rendah dalam darah sedangkan
kadar antigen yang tinggi hanya bersifat sementara pada fase infeksi yang
berbeda-beda.
Tujuan VCT
Mencegah penularan dari orang yang terinfeksi pada orang yang tidak
terinfeksi ( pasangannya )
Mencegah penularan pada orang yang tidak terinfeksi oleh orang yang
terinfeksi ( pasangannya )
Mencegah penularan dari ibu yang terinfeksi kepada janinnya
3-11
Testing HIV
klien membuat pilihan yang baik apakah akan menjalani tes atau tidak.
Konseling pasca tes harus diberikan setelah hasil tes diketahui, baik
hasilnya positif maupun negatif. Konseling pasca tes sangat penting untuk
membantu mereka yang positif untuk mengatasinya dan hidup secara
positif, dan untuk menasehati mereka yang hasil tesnya negatif tentang
cara-cara mencegah infeksi HIV selanjutnya.
Informed consent artinya bahwa seseorang setuju untuk dites dan telah
mengerti betul apa yang tercakup dalam tes itu, apa keuntungan dan
kerugian testing dan hal-hal yang berkaitan dengan hasil positif atau hasil
negatif. Orang harus menunjukkan kalau mereka telah mengerti bahwa
tes akan dilakukan dan setuju terhadap tes itu. Keputusan untuk menjalani
tes harus dibuat oleh orang itu sendiri tanpa tekanan atau paksaan dari
orang lain. Jika seorang dokter atau konselor membuat keputusan atas
nama orang itu maka itu bukanlah informed consent.
Kerahasiaan berarti bahwa informasi tentang seseorang tidak
diberitahukan kepada orang lain tanpa ijin dari orang itu. Konseling,
testing dan hasil tes harus dirahasiakan.
Melalui VCT terbukti :
3-12
Testing HIV
3-13
Testing HIV
3-14
Testing HIV
Konseling untuk suatu hasil negatif. Bila hasil tes negatif, konselor perlu:
Menghadapi perasaan yang timbul dari hasil tersebut.
Mendiskusikan pencegahan dari infeksi HIV.
Meskipun orang akan merasa lega mendapatkan hasil negatif, konselor perlu
menjelaskan bahwa, karena adanya masa jendela, hasil negatif ini tidaklah
sepenuhnya menjamin bahwa orang ini tidak terinfeksi HIV. Konselor dapat
menawarkan kepada klien untuk mempertimbangkan datang kembali untuk tes
ulang setelah 3-6 bulan. Klien dibantu konselor merencanakan dan memilih
perilaku aman yang ia mampu lakukan untuk mencegah penularan infeksi
sekaligus untuk menjamin status HIVnya agar selalu negatif.
Pencegahan infeksi di masa datang dan informasi tentang perilaku yang aman
serta informasi tentang cara-cara pencegahan dapat juga didiskusikan kembali
selama konseling pasca tes.
Konseling untuk suatu hasil tes positif. Tidak ada cara yang benar untuk
memberitahu seseorang bahwa dia memiliki hasil tes positif. Hal ini tergantung dari individu tersebut dan budaya, dan setiap orang memberikan
reaksi yang berbeda-beda. Bagaimana menyampaikan suatu hasil tes, harus
menjadi topik yang reguler pada pelatihan konselor, dengan menggunakan
contoh-contoh dari kehidupan nyata. Konselor dapat belajar dari kolega yang
lebih berpengalaman dan berlatih menyampaikan hasil tes melalui
permainan peran (role play).
Ketika hasil tes itu positif, konselor harus:
Memberitahu orang itu (atau pasangan) sejelas dan sehati-hati mungkin,
dan dapat mengatasi reaksi awal yang timbul,
Memberikan mereka cukup waktu untuk memahami dan mendiskusikan
hasil tes tersebut,
Memberikan informasi dengan cara yang mudah dimengerti, memberikan
dukungan emosional, dan membantu mereka untuk mendiskusikan
bagaimana mereka akan menghadapi hal itu, termasuk mengidentifikasi
dukungan apa yang tersedia di rumah,
Merujuk klien, sedapat mungkin, ke suatu organisasi dukungan
masyarakat dan untuk konseling dan perawatan tindak lanjut,
Menjelaskan bagaimana hasil tes akan tetap dirahasiakan, sehingga tidak ada orang lain yang tahu, kecuali orang yang telah dites memutuskan
untuk memberi tahu mereka,
Mendiskusikan siapa orang yang mungkin ingin diberi tahu tentang hasil
itu, risiko terhadap pasangan seks, dan bagaimana cara memberitahu
pasangannya. Untuk wanita hamil yang dites tidak dengan pasangannya,
mencari tahu apakah ia bermaksud memberi tahu pasangannya, dan jika
demikian bagaimana caranya dia melakukan hal itu.
3-15
Testing HIV
Testing HIV
Testing HIV
menjaga orang tetap sehat dan dalam menurunkan stres. Di banyak tempat
dukungan sosial hanya datang dari keluarga dan komunitas.
Secrecy tentang HIV perlu dipecahkan misalnya melalui informasi tentang HIV
yang lebih baik kepada masyarakat, menganjurkan orang untuk berbagi tentang
hasil tesnya dengan orang yang dipercayai, menganjurkan keterbukaan tentang
sebab kematian, dan pada saat yang sama menghormati hak asasi penderita
HIV dan mencegah stigma dan diskriminasi.
Konseling individu adalah suatu pendekatan yang dikembangkan di
negaranegara industri, yang fokusnya pada hubungan antara konselor dan
orang tertentu. Model barat ini mungkin tidak dapat berjalan dengan baik pada
budaya-budaya yang berbeda atau di daerah-daerah pedesaan di mana ada
penekanan yang lebih besar pada keluarga dan masyarakat daripada individu,
dan di mana tidak ada pelayanan, LSM atau bentuk-bentuk dukungan yang lain.
Di beberapa tempat ada pula masalah-masalah di mana orang-orang yang tahu
status HIVnya menginfeksi pasangannya karena mereka menolak
menggunakan kondom. Oleh karena itu, beberapa petugas kesehatan merasa
frustrasi oleh keharusan menjaga kerahasiaan secara ketat.
Untuk alasan-alasan tersebut, program-program di beberapa negara Asia dan
Afrika menawarkan bentuk kerahasiaan yang lebih sesuai dengan budaya
setempat. Hal ini meliputi kerahasiaan yang dibagi, menggunakan konselor
awam (orang yang telah dipercaya, yang telah dilatih dalam hal konseling)
daripada konselor profesional, konseling dan testing pasangan, dan konseling
kelompok serta pendidikan masyarakat untuk menghilangkan stigma terhadap
HIV dan AIDS.
Kerahasiaan yang dibagi. Kerahasiaan yang dibagi maksudnya meminta
seseorang untuk menentukan orang yang dia percayai dan memberi tahu status
HIVnya kepada orang tersebut, misalnya: dokternya, petugas kesehatan,
pasangan, teman dekat atau anggota keluarga, atau penyembuh tradisional.
Membagi kerahasiaan tidak berarti bahwa kerahasiaan itu tidak penting dan
keputusan untuk membuka status HIV harus tetap dikendalikan oleh orang
dengan HIV itu sendiri.
Namun demikian, memutuskan apakah memberi tahu pasangan atau tidak
dapat menjadi hal yang sulit bagi beberapa orang. Mereka mungkin lebih suka
memberi tahu seorang teman dekat atau anggota keluarga, atau membagi
berita tentang status HIVnya dengan pasangannya melalui seorang mediator
seperti seorang teman atau keluarga. Alasan untuk tidak mau memberi tahu
pasangan mungkin termasuk ketakutan atau tabu tentang diskusi masalahmasalah seksual. Jika seseorang berada dalam hubungan yang stabil, konselor
dapat memperkenalkan ide-ide tentang kerahasiaan yang dibagi selama
konseling pra tes.
Beberapa orang mungkin juga menolak untuk memberi tahu keluarganya bahwa
mereka terinfeksi HIV. Hal ini biasanya disebabkan oleh ketakutan untuk ditolak,
3-18
Testing HIV
meskipun ketakutan ini sering terlalu berlebihan dan konseling dapat membantu
mereka untuk menilai situasi dengan lebih realistis. Jika seseorang masih
menolak untuk memberitahu anggota keluarga, konselor dapat menganjurkan
dia untuk memikirkan orang lain yang dapat mereka percayai.
Jika orang itu masih menolak memberi tahu orang lain tentang status HIVnya
setelah konseling pasca tes, konselor dapat memberikan sesi konseling
tambahan sampai orang tersebut siap untuk membagi kerahasiaannya. Hal ini
dapat memakan waktu bulanan. Konselor tidak boleh memberikan tekanan
pada klien untuk membuka statusnya.
Beberapa petugas kesehatan mengatakan bahwa mereka menemukan
kesulitan untuk menerima konsep kerahasiaan, misalnya jika seseorang yang
dites positif dan telah diberi konseling, tidak menggunakan kondom atau tidak
berhasil memberitahu pasangan seksnya bahwa dia terinfeksi HIV. Pada suatu
komunitas, perawat-perawat mengetahui bahwa orang-orang dengan HIV tidak
melaksanakan hubungan seks yang lebih aman, dan prihatin bahwa dengan
melindungi kerahasiaan orang-orang ini, mereka menempatkan orang lain di
masyarakat itu dalam risiko.
Namun demikian, tanpa memandang prilaku klien, petugas kesehatan harus
tetap menjaga kerahasiaan, tetapi harus menawarkan konseling tambahan
untuk membantu orang-orang itu untuk mengubah perilakunya. Kerahasiaan
yang dibagi dapat membuat lebih mudah bagi konselor untuk mengatasi
beberapa dari masalah-masalah sulit ini.
Konseling dan testing pasangan. Kadang-kadang konseling dan testing
pasangan lebih cocok daripada konseling dan testing individu. Pasangan yang
keduanya HIV negatif dapat berencana untuk tetap dalam keadaan tersebut.
Pasangan yang keduanya positif dapat saling mendukung dalam keputusankeputusan tentang fertilitas, perawatan dan masalah-masalah lainnya.
Pasangan diskordan (di mana satu orang HIV positif dan yang lainnya HIV
negatif) dapat mendiskusikan penurunan risiko penularan. Baik laki-laki maupun
wanita dapat tertular HIV dari pasangannya, dan penelitian pada pasangan
diskordan menunjukkan bahwa jumlah pasangan, pemakaian kondom dan
infeksi menular seksual lainnya merupakan faktor-faktor yang penting.
Orang yang datang untuk konseling pra tes dapat diundang untuk datang lagi
dengan pasangannya, sehingga keputusan tentang testing dibuat bersamasama. Konseling pasangan menyediakan suatu tempat yang aman untuk
mendiskusikan masalah-masalah yang sulit dan hal itu bisa menjadi lebih
mudah bila keduanya menjalani tes HIV pada saat yang sama. Konseling
seperti ini terutama membantu untuk wanita, yang sering tergantung dari
pasangan mereka dan mungkin tidak bersedia atau takut menyampaikan status
HIVnya kepada pasangan mereka.
Bila seseorang memutuskan untuk menjalani tes tanpa memberitahu pasangannya, dan ditemukan HIV positif, konselor dapat menawarkan kepada
3-19
Testing HIV
klien untuk menjalani konseling dan testing lagi, kali ini dengan pasangannya,
seakan-akan mereka belum pernah menjalani tes. Sambil terus melindungi hak
seseorang terhadap kerahasiaannya, konselor dapat mencoba untuk
menyarankan kerahasiaan yang dibagi.
Mereka dapat menjelaskan bahwa pasangan klien mungkin belum terinfeksi dan
hubungan seks yang lebih aman akan melindungi mereka dari HIV. Mereka
dapat menjelaskan bahwa tidak memberitahu pasangannya akan membuat
sangat sulit untuk, misalnya, melakukan hubungan seks yang lebih aman, atau
mendiskusikan apakah akan memiliki anak atau tidak.
Walaupun demikian, konselor harus sadar bahwa jika satu orang dari suatu
pasangan hasil tesnya positif dan yang lain hasil tesnya negatif, yang satu bisa
menyalahkan yang lain. Konseling pra tes perlu mendiskusikan hasil yang
diskordan (berbeda) dan pentingnya mengurangi risiko penularan dari satu
orang kepada pasangannya.
Jika satu orang dari suatu pasangan tesnya negatif dan satu orang tesnya
positif, konseling pasca tes dapat juga membantu pasangan itu untuk menerima
pasangan yang HIV positif, dari pada menyalahkannya. Konseling ini dapat
membantu mereka untuk lebih terbuka dan mengerti tentang HIV dan AIDS.
Mereka mungkin ingin mendiskusikan kontrasepsi dan masalahmasalah
seksual, setuju untuk mencoba menggunakan kondom, dan merencanakan
untuk menghadapi kesakitan di masa yang akan datang serta implikasinya
terhadap keluarga mereka.
Konseling kelompok. Beberapa proyek di Afrika telah memperluas konsep
kerahasiaan kepada kerahasiaan komunitas khususnya di tempat-tempat di
mana pelayanan kesehatan dan sosial tidak menyediakan perawatan dan
dukungan terhadap kebutuhan masyarakat. Tetapi hal ini hanya mungkin
dilaksanakan pada kelompok-kelompok masyarakat yang menerima orangorang yang hidup dengan HIV. Banyak orang telah kehilangan rumah,
pekerjaan dan - dalam kasus yang ekstrim - nyawa mereka, karena anggota
masyarakat yang lain tidak menerima mereka.
Meskipun beberapa tipe konseling kelompok dapat berhasil, biasanya tidak
memungkinkan bagi seseorang untuk mendiskusikan masalah-masalah
peribadinya dengan kehadiran orang lain.
Masalah-masalah dalam melaksanakan pelayanan konseling. Dalam
melaksanakan pelayanan konseling, masalah-masalah yang dihadapi
meliputi rendahnya permintaan dan kegagalan untuk mengambil hasil tes.
Berbagai cara dapat diambil untuk menurunkan masalah-masalah ini.
Rendahnya permintaan terhadap pelayanan konseling dan testing. Di
beberapa tempat, permintaan untuk pelayanan meningkat dan orang-orang
mencari konseling dan testing dengan berbagai alasan. Namun demikian, di
3-20
Testing HIV
banyak tempat, masyarakat enggan datang untuk konseling dan testing karena
mereka:
Percaya bahwa tidak ada yang dapat dilakukan untuk orang dengan HIV
dan bahwa mengetahui status HIV tidak akan meningkatkan
pengobatannya.
Takut, jika mereka tahu bahwa mereka memiliki HIV, mereka akan jatuh
sakit dan mati lebih cepat akibat ketakutan dan kecemasan.
Prihatin dengan kerahasiaan, atau takut dilihat saat mengunjungi pusat
konseling dan testing.
Percaya bahwa tidak ada alasan untuk khawatir, misalnya karena mereka
tidak sakit atau baru saja memiliki bayi yang sehat.
Takut diberitahu bahwa mereka terinfeksi HIV dan harus menghadapi halhal yang berkaitan dengan infeksi tersebut.
Lebih suka mengatasi gejala-gejala yang berkaitan dengan HIV dengan
mempercayai bahwa hal tersebut disebabkan oleh penyakit selain infeksi
HIV.
Tidak punya uang untuk membayar testing dan konseling, bila pelayanan
tersebut dikenakan biaya, terutama remaja yang tidak memiliki uang
sendiri.
Kegagalan untuk mengambil hasil tes. Di beberapa tempat tercatat bahwa
ada suatu proporsi yang tinggi dari orang-orang yang datang untuk konseling
dan testing namun mereka tidak kembali untuk mengambil hasil tes. Mereka
mungkin:
Berubah pikiran dan memutuskan bahwa mereka tidak ingin mengetahui
hasil tes setelah memikirkannya, khususnya jika mereka harus menunggu
lama untuk mendapatkan hasil tes tersebut.
Memutuskan tidak kembali setelah berbicara dengan pasangan, teman
atau anggota keluarganya.
Tidak benar-benar ingin mengetahui status HIV-nya, tetapi menjalani tes
untuk tidak melukai hati petugas kesehatan atau konselor, atau dipaksa
datang oleh seseorang dalam masyarakatnya.
Tidak punya waktu atau uang untuk biaya perjalanan ke pusat pelayanan
satu atau dua minggu kemudian (dan menemukan lebih mudah menerima
hasil tes pada hari yang sama).
Mengatasi hambatan-hambatan. Berbagai langkah dapat dilakukan untuk
mengatasi hambatan-hambatan terhadap konseling dan testing dan untuk
meminta lebih banyak orang yang datang mengambil hasil tesnya. Strategistrategi yang dipakai harus sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan setempat.
Strategi-strategi ini meliputi:
Penggunaan tes cepat/sederhana sehingga hasilnya dapat diberikan pada
hari yang sama dan klien tidak perlu datang kembali satu atau dua minggu
3-21
Testing HIV
Testing HIV
Testing HIV
Melakukan testing untuk wanita hamil di mana akses terapi antiretroviral tidak
ada dan alternatif pengganti ASI tidak mungkin dilakukan, akan memberi
manfaat yang, jika ada, kecil.
Di tempat-tempat di mana terapi antiretroviral tersedia, pelayanan konseling dan
testing sukarela untuk wanita hamil perlu melakukan konseling pra tes dan
pasca tes yang khusus, sebagai tambahan dari konseling yang biasa. Masalahmasalah berikut ini perlu didiskusikan dengan wanita hamil tersebut:
Informasi tentang HIV, kehamilan dan risiko penularan kepada bayi yang
dikandung.
Informasi tentang kemungkinan manfaat bagi wanita tersebut untuk
mengetahui status HIV-nya, termasuk dukungan dan perawatan bila hasil
tesnya positif.
Implikasi-implikasi dari suatu hasil positif bagi bayi, anak-anak berikutnya
dan keputusan tentang pemberian makanan kepada bayinya.
Implikasi-implikasi dari suatu hasil positif bagi hubungan antara wanita
tersebut dengan ayah bayinya dan apakah wanita itu merasa akan
mampu menyampaikan hasil itu kepadanya - mungkin lebih mudah bagi
wanita itu jika pasangannya datang untuk konseling dan testing pada saat
yang sama.
Penjelasan bahwa testing tersebut tidak wajib dan wanita tersebut tidak
akan ditolak aksesnya terhadap perawatan antenatal jika dia memilih
untuk tidak dites.
Konseling pasca tes untuk wanita hamil yang HIV positif harus mencakup
informasi berikut, sebagai tambahan terhadap konseling pasca tes yang biasa:
Terapi antiretroviral
Pilihan-pilihan cara pemberian makanan kepada bayi, dan keuntungan
serta risiko menyusui, untuk membantu wanita itu membuat keputusan
yang baik tentang bagaimana memberi makan kepada bayinya.
Alternatif-alternatif pengganti menyusui yang aman, jika ibu tersebut
memutuskan untuk tidak menyusui, dan keluarga berencana, karena
peningkatan kemungkinan untuk segera hamil lagi sebagai akibat dari
tidak menyusui.
Perawatan terhadap bayinya.
Pentingnya makanan yang baik dan mencari pengobatan lebih dini bila
wanita itu sakit.
Informasi tentang pengaturan jarak anak dan kontrasepsi.
Rujukan untuk pelayanan pengobatan, perawatan dan dukungan.
Diskusi dengan wanita hamil harus mencakup:
Kemungkinan manfaat dan risiko berbagi informasi tentang status HIV-nya
dengan pasangan, keluarga dan teman.
3-24
Testing HIV
Testing HIV
diagnosisnya, atau jika orang itu memiliki kesakitan lain yang terkait dengan
HIV. Orang seperti ini harus ditawari konseling dan testing, bila tersedia. Namun
demikian, mereka tidak boleh dipaksa untuk menjalani tes HIV.
Tidak perlu melakukan tes HIV untuk pasien tuberkulosis untuk
memutuskan regimen pengobatan antituberkulosisnya. Di daerah-daerah
di mana banyak orang terinfeksi HIV, dianjurkan untuk menggunakan obat
antituberkulosis selain thiacetazone. Mengobati semua pasien
tuberkulosis dengan obat alternatif pengganti thiacetazone lebih murah
daripada melakukan testing HIV untuk semua pasien yang didiagnosis
dengan tuberkulosis.
Testing wajib pada pasien-pasien tuberkulosis dapat menghalangi pasien
tersebut mencari perawatan, menurunkan kredibilitas pelayanan
kesehatan dan meningkatkan stigmatisasi terhadap orang-orang dengan
tuberkulosis. Di banyak tempat, orang-orang telah mengetahui hubungan
antara tuberkulosis dengan HIV, dan jika seorang dewasa muda
menderita tuberkulosis maka dapat secara salah diasumsikan bahwa
orang itu juga menderita HIV.
Tuberkulosis dapat diobati secara efektif pada orang-orang dengan HIV.
Pengobatannya sama saja tanpa memandang status HIVnya, sehingga
testing HIV tidak diperlukan untuk memutuskan pengobatan
antituberkulosis.
Orang-orang dengan HIV yang terinfeksi bakteri tuberkulosis tetapi belum
memiliki tuberkulosis aktif bisa mendapat manfaat dari profilaksis dengan
obat antituberkulosis, biasanya isoniazid. Namun demikian, ketersediaan
dari pengobatan pencegahan dengan isoniazid (IPT) bukanlah alasan
untuk melakukan testing HIV pada pasien tuberkulosis. IPT hanya
berguna bagi orang dengan HIV yang belum menunjukkan gejala-gejala
tuberkulosis.
Suatu pendekatan yang lebih efektif daripada testing HIV untuk pasien TB
adalah meyakinkan bahwa konseling pra tes untuk orang yang mencari testing
HIV sukarela mencakup informasi tentang gejala-gejala dan tandatanda
tuberkulosis dan pentingnya diagnosis dini dan pengobatan.
Setiap orang yang akan dites harus ditanya apakah mereka batuk-batuk. Jika
mungkin, mereka yang batuk-batuk tersebut harus menjalani skrining TB.
Semua orang yang menderita TB harus dicatat dan diobati seperti dalam
program tuberkulosis.
Melakukan skrining TB dan memberikan terapi pencegahan dengan isoniazid
untuk orang-orang dengan infeksi tuberkulosis, tetapi bukan TB aktif, harus
merupakan bagian dari suatu paket perawatan untuk orang-orang yang
didiagnosis HIV positif setelah konseling sukarela dan testing HIV.
Petugas kesehatan, HIV dan TB. Petugas kesehatan yang bertugas
menangani pasien-pasien tuberkulosis kadang-kadang mempertimbangkan
3-26
Testing HIV
untuk menjalani tes HIV. Hal ini terjadi karena petugas kesehatan yang positif
HIV mungkin berisiko tinggi untuk terkena infeksi tuberkulosis. Namun demikian,
seperti halnya orang lain, petugas kesehatan harus membuat keputusan mereka sendiri tentang apakah akan mencari konseling dan testing HIV atau tidak.
Petugas kesehatan yang positif HIV dapat diberikan terapi pencegahan dan
diberikan tugas-tugas yang memperkecil kemungkinan kontak mereka dengan
pasien-pasien tuberkulosis.
Di mana bisa melakukan testing HIV sukarela?
Tes HIV sukarela dapat dilaksanakan di Klinik Pemerintah maupun swasta,
Rumah Sakit, atau Labolatorium yang menyediakan layanan tersebut. Alamat
dan telpon lembaga-lembaga tersebut ada dalam Lembar Informasi dan
Rujukan dan Lembar Daftar Tempat Layanan VCT
Prosedurnya: pertama-tama Anda akan diberikan konseling pra tes oleh
seorang konselor terlatih lalu darah Anda akan diambil dari pembuluh darah di
lengan untuk dites. Hasil tes akan disampaikan oleh konselor secara rahasia
hanya kepada Anda saja dan diikuti konseling pasca tes (lihat gambar).
Cara dan Tempat Mendapatkan Testing HIV
3.2 MONITORING
Pemeriksaan viral load
Viral load adalah istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan jumlah virus
HIV dalam darah. Viral load diukur melalui pemeriksaan sampel darah.
Jenis pemeriksaan viral load: ada tiga jenis pemeriksaan viral load yang
sekarang umum dipergunakan, yaitu: Q-PCR, bDNA dan NASBA. Q-PCR
(quantitative polymerase chain reaction) dikenal dengan Amplicor HIV-1 Monitor
Test, dibuat oleh Roche Molecular Systems. Sedangkan bDNA (branched-chain
DNA, atau Quantiplex) dibuat oleh Bayer, dan NASBA (nucleic acid sequencebased amplification) dibuat oleh Organon Teknika. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan mempergunakan sampel darah dan membuat serta mem-perbanyak
kopian virus yang terdapat dalam sampel darah tersebut. Melalui perhitungan
matematik, jumlah partikel virus yang terdapat dalam sampel darah yang
diperiksa dapat diperkirakan.
3-27
Testing HIV
Setiap cara pemeriksaan tersebut di atas, baik untuk stadium infeksi HIV
tertentu. Q-PCR paling sensitif untuk mendeteksi jumlah virus yang sangat
rendah dalam darah, sedangkan pemeriksaan dengan bDNA paling akurat
untuk menentukan jumlah virus yang tinggi. Setiap cara pemeriksaan memiliki
tingkat kesalahan tertentu (sampai 20%). Selain itu, setiap cara pemeriksaan
memerlukan jumlah sampel darah yang berbeda, bDNA memerlukan 2 ml (kirakira setengah sendok I), NASBA dan Q-PCR masing-masing memerlukan
hanya 100 dan 200 l (jauh lebih sedikit). Pemeriksaan darah lainnya
memerlukan jumlah sampel darah yang jauh lebih banyak. Pemeriksaan Q-PCR
memberikan hasil viral load dua kali lebih tinggi dibandingkan b-DNA, oleh
karena itu pemeriksaan perlu dilakukan di tempat/laboratorium yang sama
sehingga gambaran kecenderungan hasil pemeriksaan dapat disimpulkan
dengan baik.
Viral load biasanya dinyatakan sebagai jumlah turunan HIV untuk setiap ml
darah. Tes ini dapat menghitung sampai 1,5 juta turunan virus dan terus
ditingkatkan sensitivitasnya. Tes bDNA generasi I hanya mampu mendeteksi
paling rendah 10.000 turunan virus, sedangkan generasi ke-2nya mampu
mendeteksi sampai 500 turunan virus. Sekarang ada tes yang sangat sensitif
yang dapat mendeteksi sampai kurang dari 5 turunan virus. Namun demikian,
menurut Departemen Kesehatan Amerika, viral load disebut tidak terdeteksi bila
kurang dari 50 turunan virus/ml darah.
Tidak ada batas nilai yang pasti mengenai seberapa besar viral load yang
disebut tinggi atau rendah. Kita tidak tahu seberapa lama seseorang akan tetap
sehat dengan tingkat viral load tertentu. Yang diketahui adalah, semakin rendah
viral load semakin bagus dan semakin lama orang bisa hidup. Departemen
kesehatan Amerika menyarankan agar setiap ODHA yang memiliki viral load >
55.000 ditawari pengobatan.
Hasil pemeriksaan viral load merupakan petunjuk tingkat aktivitas virus.
Aktivitas virus yang lebih tinggi akan mengakibatkan viral load yang lebih tinggi
pula, dan semakin berat kerusakan yang ditimbulkan terhadap sistem imun.
Viral load
Waktu
Saat A
Stadium 1
Serokonversi
Viral load tinggi
Saat B
Stadium 2
Tidak ada tanda-tanda
Viral load rendah-sedang
Saat C
Stadium 3 & 4
Ada tanda-tanda
Viral load sangat tinggi
Testing HIV
Gambaran khas viral load menurut waktu terlihat dalam gambar di atas. Segera
setelah infeksi, terjadi viral load yang tinggi sekali sampai ada reaksi sistem
imun. Kemudian selama beberapa tahun virus dan sistem imun berada dalam
keseimbangan. Tetapi, selama fase ini virus tetap sibuk, melakukan perusakan
secara perlahan-lahan. Akhirnya, virus bisa membanjiri sistem imun dan mampu
memperbanyak diri lebih cepat.
Bila dokter belum menyarankan untuk pemeriksaan viral load, pasien dapat
memintanya. Dokter akan mengambil sampel darah yang dibutuhkan dan
kemudian mengirimnya ke laboratorium. Hasil pemeriksaan akan datang
setelah beberapa minggu. Pemeriksaan yang ke dua biasanya dilakukan
setelah dua atau empat minggu. Hasil pemeriksaan ini merupakan data dasar
untuk perbandingan dengan hasil pemeriksaan selanjutnya.
Kapan dan untuk apa tes viral load dilakukan
Indikasi dan penggunaan tes viral load dapat dilihat dalam tabel berikut*:
Indikasi klinik
Informasi
Penggunaan
Menegakkan diagnosis
bila tes antibodi HIV
negatif/meragukan.
Diagnosis**
Keputusan untuk
memulai atau menunda
terapi.
Keputusan untuk
memulai terapi.
Keputusan untuk
melanjutkan atau
mengubah terapi.
Keputusan untuk
melanjutkan atau
mengubah terapi.
Keputusan untuk
melanjutkan atau
mengubah terapi.
Keputusan untuk
melanjutkan, memulai
atau mengubah terapi.
Penyakit akut seperti pneumonia bakteri, TB, herpes simpleks, PCP dll. serta
imunisasi dapat menyebabkan peningkatan viral load selama 2 sampai 4 minggu.
Oleh karena itu tes viral load sebaiknya tidak dilakukan pada periode ini.
3-29
Testing HIV
** Diagnosis infeksi HIV yang dibuat berdasarkan pemeriksaan viral load harus
dikonfirmasi dengan metode standar, misalnya dengan Western Blot 2 sampai 4
bulan setelah tes negatif atau meragukan sebelumnya.
Pemeriksaan CD4+
Sebelum pemeriksaan viral load, pemeriksaan yang biasa dipergunakan adalah
hitung sel T. Hitung sel T dipergunakan untuk pemeriksaan jumlah sel CD4 dan
CD8.
Hitung sel T masih tetap penting dan dipergunakan bersama-sama dengan
pemeriksaan viral load.
Jumlah sel CD4 memberikan gambaran kasar tentang kesehatan sistem imun.
Jumlah sel CD4 yang normal berkisar antara 500 dan 1.600. Sedangkan jumlah
sel CD8 berkisar antara 375 dan 1.100.
Pemeriksaan CD4 dan viral load jelas menunjukkan hal yang berbeda. CD4
menggambarkan kesehatan dari sistem imun pada saat pemeriksaan dan
seberapa kerusakan sistem imun yang telah terjadi oleh virus tersebut. Jadi,
merupakan ukuran tentang apa yang telah terjadi.
Viral load menggambarkan aktivitas virus saat itu dan kemungkinan kerusakan
sistem imun yang akan terjadi. Bila hasil viral load sangat rendah dapat
menggambarkan bahwa sistem imun menunjukkan perbaikan dan bukan
kerusakan. Jadi, merupakan ukuran apa yang sedang terjadi saat ini dan
kemungkinan selanjutnya pada masa yang akan datang.
Penggunaan hitung sel T dan pemeriksaan viral load
Pemeriksaan viral load dan hitung sel T, dilakukan bersama-sama, dapat
dipergunakan untuk menentukan:
Kapan pengobatan dimulai (lihat Bab Pengobatan ARV).
Apakah pengobatan yang sedang dilakukan berhasil atau harus diganti
dengan obat lain (lihat Bab Pengobatan ARV).
Apakah perlu obat pencegahan untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya infeksi oportunistik.
Untuk menentukan kapan pengobatan pencegahan infeksi oportunistik, patokan
yang digunakan adalah sebagai berikut, bila:
CD4 < 200, perlu profilaksis untuk PCP.
CD4 < 100, perlu profilaksis untuk toksoplasmosis dan kriptokokosis.
CD4 < 75, perlu profilaksis untuk MAC.
Oleh karena jumlah sel T dapat bervariasi, sangat penting diperhatikan
persentase relatif sel-sel CD4+ dan CD8+ untuk menggambarkan keadaan
imunitas tubuh. Persentase CD4+ adalah persentase CD4+ terhadap jumlah
seluruh limfosit, ini merupakan indikator yang lebih baik untuk menggambarkan
3-30
Testing HIV
Tes CD4 dapat dilakukan di Klinik, Laboratorium, Rumah Sakit Swasta maupun
Pemerintah yang menyediakan layanan tersebut.
Biaya pemeriksaan:
3-31
Testing HIV
3-32
Testing HIV
Lembar Lampiran
BAB 3
TESTING HIV
CD4
: gratis - Rp. 125.000,Viral load : gratis - Rp. 850.000,-ELISA
: gratis - Rp. 100.000,-(Informasi terkini pada Bulan April 2005)
3-33
Pengobatan ARV
$ RINGKASAN
4.1 CARA KERJA DAN JENIS OBAT-OBAT ARV (ANTIRETROVIRAL)
Cara kerja obat-obat anti retroviral.
Obat-obat antiretroviral yang telah beredar saat ini sebagian besar bekerja
berdasarkan siklus replikasi HIV dan obat-obat baru lainnya masih dalam
penelitian.
Jenis obat-obat antiretroviral:
Attachment inhibitors (mencegah perlekatan virus pada sel hos/host cell)
dan fusion inhibitors (mencegah fusi membran luar virus dengan membran sel
hos). Obat ini adalah obat baru yang sedang diteliti pada manusia.
Reverse transcriptase inhibitors atau RTI, mencegah salinan RNA virus ke
dalam DNA sel hos. Beberapa obat-obatan yang dipergunakan saat ini adalah
golongan Nukes dan Non-Nukes.
Golongan Nukes (nucleoside RT inhibitors), mengelabui HIV sehingga
membentuk reverse transcriptase yang cacat dari bahan-bahan dasar yang
palsu (Zidovudine, Lamivudine, Abacavir, dll.).
Golongan Non-Nukes (non-nucleoside RT inhibitors), mengikat reverse
transcriptase sehingga tidak berfungsi (Nevirapine, Delavirdine, Evavirenz).
Integrase inhibitors, menghalangi kerja enzim integrase yang berfungsi
menyambung potongan-potongan DNA untuk membentuk virus. Penelitian
obat ini pada manusia dimulai tahun 2001 (S-1360).
Protease inhibitors (PIs), menghalangi enzim protease yang berfungsi
memotong DNA menjadi potongan-potongan yang tepat. Golongan obat ini
sekarang telah beredar di pasaran (Saquinavir, Ritonavir, Lopinavir, dll.).
Immune stimulators (perangsang imunitas) tubuh melalui kurir (messenger)
kimia, termasuk interleukin-2 (IL-2), Reticulose, HRG214. Obat ini masih
dalam penelitian tahap lanjut pada manusia.
Obat antisense, merupakan bayangan cermin kode genetik HIV yang
mengikat pada virus untuk mencegah fungsinya (HGTV43). Obat ini masih
dalam percobaan.
4.2 SAAT MEMULAI MENGGUNAKAN OBAT ARV
WHO (2002) menganjurkan untuk mulai mempergunakan obat antiretroviral pada
orang dewasa sebagai berikut:
4-1
Pengobatan ARV
Ketelitian CD4 di atas 200/l sebagai permulaan pengobatan ARV masih belum jelas, tetapi
terdapatnya
tanda-tanda
dan
tingkat
penurunan
CD4
(bila
dapat
diperiksa)
harus
Jumlah CD4
Viral Load
Semua nilai
< 200/mm
Semua nilai
Tanpa gejala
Tanpa gejala
> 350/mm
Tanpa gejala
> 350/mm
3
3
Rekomendasi
Obati
Semua nilai
Obati
Semua nilai
Beberapa ahli
memutuskan untuk
mengobati, karena
penelitian menunjukkan
risiko menjadi AIDS dalam
3 tahun lebih dari 30%.
Tunda pengobatan,
karena risiko menjadi
AIDS dalam 3 tahun
kurang dari 15%.
4-2
Pengobatan ARV
Pengobatan ARV
4-4
Pengobatan ARV
PENGOBATAN ARV
4.1 CARA KERJA DAN JENIS OBAT-OBAT ARV
Pengobatan dengan kombinasi obat-obat antiretroviral dapat mencegah
berkembangnya infeksi HIV menjadi AIDS. Penelitian klinik menunjukkan
bahwa ODHA yang mengikuti aturan pengobatan dan melakukan
pemeriksaan kesehatan dengan teratur, umumnya obat-obat akan bekerja
dengan baik. Kenyataannya, beberapa dokter mengatakan bahwa hanya
separuh pasiennya menunjukkan hasil yang baik.
Mengapa? Tidak semua obat-obat AIDS bekerja dengan baik pada semua
ODHA. Mutlak dan sangat penting bagi ODHA untuk minum obat pada
waktu yang sama setiap harinya. Sering efek samping obat, atau oleh
karena memang sifat umum manusia, hal tersebut sulit untuk dilaksanakan.
Dan oleh karena HIV selalu mengalami mutasi, tidak ada ODHA yang
terinfeksi oleh virus yang persis sama.
Pengobatan harus terencana dan disesuaikan dengan setiap individu.
Kapan pengobatan harus dimulai, masih merupakan pertanyaan besar.
Semua orang setuju bila pengobatan harus dimulai sedini mungkin setelah
infeksi, pada stadium infeksi akut, karena akan memberikan hasil paling
efektif. Akan tetapi kebanyakan orang tidak mengetahui kapan terinfeksi
sampai stadium infeksi kronik, ketika virus sudah melekat erat dalam tubuh.
Sulit dan tidak ada aturan yang tepat untuk memulai pengobatan pada
ODHA seperti itu.
Pada umumnya dokter sekarang menganjurkan untuk menunda pengobatan
sampai sistem imun mulai menunjukkan kegagalan. Keputusan ini
didasarkan atas jumlah sel CD4 dan jumlah virus HIV dalam darah (viral
load).
Keputusan penentuan pemilihan obat ARV untuk memulai pengobatan
merupakan hal yang sangat pelik. Tes yang baru dapat membantu
penentuan pilihan pengobatan yang paling baik untuk infeksi HIV pada
ODHA secara individual.
Ada beberapa jenis obat ARV. HIV mengalami mutasi secara cepat dan
cepat pula menimbulkan resisten terhadap satu jenis obat. Inilah sebabnya
pengobatan dilakukan dengan kombinasi obat-obat ARV. Virus yang
resisten terhadap salah satu jenis, dapat dibunuh oleh jenis lainnya. Selama
ini, cara ini tidak selalu memadai, dan virus bisa resisten terhadap beberapa
jenis obat. Dalam hal ini, pengobatan bisa diganti dengan obat kombinasi
4-5
Pengobatan ARV
yang lain. Oleh karena jenis obat ARV cukup banyak, kemungkinan ini
masih bisa dilaksanakan. Penelitian masih terus dilakukan untuk beberapa
jenis kombinasi yang berbeda.
Cara kerja obat-obat ARV
Jenis obat-obat ARV mempunyai target yang berbeda pada siklus replikasi
HIV:
Entry (saat masuk). HIV harus masuk ke dalam sel T untuk dapat mulai
kerjanya yang merusak. Mula-mula melekatkan diri pada sel, kemudian
menyatukan membran luarnya dengan membran luar sel.
Attachment inhibitors (mencegah perlekatan) dan fusion inhibitors
(mencegah fusi/peleburan) adalah obat baru yang sedang diteliti pada
manusia.
HIV
Sel CD4
Receptor CD4
Reverse transkriptase
DNA provirus
Integrase
DNA Manusia
HIV Baru
Gambar tahap-tahap replikasi virus HIV dalam sel CD4 yang dapat dihalangi oleh
obat-obat antiviral.
Sumber: Duffin, 1997.
p
q
t
Enzim reverse transcriptase dapat dihalangi oleh obat-obat AZT, ddC, ddl, 3TC
& D4T. Delavirdine dan nevirapine (obat baru dengan nama 1592)
Enzim integrase mungkin dihalangi oleh obat yang sekarang sedang
dikembangkan.
Enzim protease mungkin dapat dihalangi oleh obat-obat: saquinavir, ritonivir &
indinivir (Obat baru dengan nama nelfinivir)
4-6
Pengobatan ARV
Early replication (replikasi dini). Sifat HIV adalah mengambil alih mesin
genetik sel T. Setelah bergabung dengan sebuah sel, virus HIV
menaburkan bahan-bahan genetiknya ke dalam sel. Di sini HIV memiliki
masalah, dengan kode genetiknya yang tertulis dalam bentuk yang
disebut RNA. Sedangkan pada manusia, kode genetik tertulis dalam
DNA. HIV memecahkan masalah ini dengan membuat enzim yang
disebut reverse transcriptase atau RT yang menyalin RNAnya ke dalam
DNA.
Golongan obat AIDS yang disebut nucleoside RT inhibitors (Nukes)
mengelabui HIV sehingga membentuk reverse transcriptase yang cacat
dari bahan-bahan dasar yang palsu.
Golongan lainnya adalah non-nucleoside RT inhibitors atau Non-Nukes,
mengikat reverse transcriptase sehingga tidak berfungsi. Sekarang
dipergunakan beberapa obat-obatan golongan Nukes dan Non-Nukes
Late replication (replikasi lanjut). HIV harus menggunting-gunting DNA
sel, memasukkan DNAnya sendiri ke dalam guntingan-guntingan
tersebut, dan menyambung kembali helaian DNA tersebut. Alat/kit
penyambung tersebut memerlukan apa yang disebut integrase.
Penelitian integrase inhibitor pada manusia dimulai tahun 2001.
Assembly (perakitan/penyatuan). Begitu HIV mengambil alih
bahanbahan genetik sel, sel diatur untuk membuat potongan-potongan
sebagai bahan untuk membuat virus baru. Potongan-potongan ini harus
dipotong dalam ukuran yang benar yang dilakukan oleh enzim protease
HIV.
Beberapa protease inhibitors (PIs) sekarang telah beredar di pasaran.
Obat-obat ARV sebelum ini bekerja pada dua dari tahapan ini. Beberapa di
antaranya bekerja pada langkah 3 dengan menghalangi kerja enzim reverse
transcriptase. Golongan obat ini disebut reverse transcriptase inhibitors.
Beberapa obat ARV lainnya bekerja pada langkah 7. Obat-obat ini
menghalangi kerja enzim protease dan disebut protease inhibitors. (Lihat
gambar di atas)
Cara lainnya adalah dengan membuat sistem imun tubuh mampu melawan
HIV lebih efektif. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah melalui kurir
(messenger) kimia yang disebut interleukin-2 (IL-2), dan sekarang sedang
dalam penelitian tahap lanjut pada manusia.
Kemungkinan cara lainnya adalah penggunaan obat-obat antisense. Ini
adalah helaian bahan-bahan genetik yang membentuk semacam bayangan
cermin dari kode genetik HIV. Hal ini akan mengakibatkan virus kehilangan
fungsinya. Satu jenis obat antisense telah masuk dalam penelitian pada
manusia.
4-7
Pengobatan ARV
Sebelum ini, hanya ada AZT, ddl dan ddC sebagai obat ARV. Obat-obat ini
mempunyai beberapa manfaat, akan tetapi dalam kurun waktu tertentu,
virus akan menjadi resisten terhadap obat tersebut (hal ini berarti bahwa
virus HIV berusaha mengatasi mekanisme kimiawi obat tersebut). Sekarang
diketahui bahwa dengan cara mengkombinasikan obat dari golongan yang
berbeda yang bekerja pada tahap replikasi yang berbeda, resistensi tidak
akan terjadi dengan kecepatan yang sama seperti kecepatan bila hanya
menggunakan satu golongan obat saja. Perkembangan resistensi dapat
dicegah bila tidak ada salah satu jenis obat yang dilupakan dalam
pemakaiannya.
Jenis obat-obat ARV
Reverse transcriptase inhibitors (RTIs):
Golongan nucleoside RT inhibitors (Nukes), menghalangi
pembentukan reverse transcriptase sehingga tidak terjadi
pembentukan yang sempurna dari RNA virus menjadi DNA.
Nama generik
Nama dagang
Nama lain
Zidovudine
Didanosine
Zalcitabine
Stavudine
Lamivudine
Zidovudine/Lamivudine
Abacavir
Zidovudine/Lamivudine/
Abacavir
Tenofovir
Retrovir
Videx
Hivid
Zerit
Epivir
Combivir
Ziagen
Trizivir
AZT, ZCV
ddI
ddC, dideoxycytidine
D4T
3TC
Kombinasi AZT & 3TC
1592U89
Kombinasi AZT, 3TC &
Abacavir
Bis-poc PMPA
Viread
Nama dagang
Nama lain
Nevirapine
Delavirdine
Efavirenz
Viramune
Rescriptor
Sustiva
NVP, BI-RG-587
DLV
EFV, DMP-266
Pengobatan ARV
Nama generik
Nama dagang
Nama lain
Saquinavir
Ritonavir
Indinavir
Nelfinavir
Saquinavir
Amprenavir
Lopinavir
Invirase
Norvir
Crixivan
Viracept
Fortovase
Agenerase
Kaletra
SQV
RTV
IDV
NFV
SQV
APV, 141W94
ABT-378/r
4-9
Pengobatan ARV
4-10
Pengobatan ARV
Jumlah CD4
Viral Load
Semua nilai
< 200/mm
Semua nilai
Tanpa gejala
Tanpa gejala
> 350/mm
Tanpa gejala
> 350/mm
3
3
Rekomendasi
Obati
Semua nilai
Obati
Semua nilai
Beberapa ahli memutuskan mengobati, karena penelitian menunjukkan risiko menjadi AIDS dalam 3
tahun > 30%.
4-11
Pengobatan ARV
Ketelitian CD4 di atas 200/l sebagai permulaan pengobatan ARV masih belum
jelas, tetapi terdapatnya tanda-tanda dan tingkat penurunan CD4 (bila dapat
diperiksa) harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
** Limfosit total sebesar 1000-1200/l dapat diganti dengan CD4 dan dijumpai
tanda-tanda HIV. Hal ini kurang penting pada ODHA tanpa gejala. Jadi, bila
tidak dapat dilakukan pemeriksaan CD4, ODHA tanpa gejala (stadium I menurut
WHO) hendaknya jangan dilakukan pengobatan oleh karena belum terdapat
petunjuk tentang beratnya penyakit.
4-12
Pengobatan ARV
*** Pengobatan juga dianjurkan pada ODHA stadium III yang lanjut, termasuk
kambuh, luka pada mulut yang sukar sembuh dan infeksi yang berulang dengan
tidak memperhatikan pemeriksaan CD4 dan limfosit total.
Stadium perkembangan infeksi HIV menurut WHO pada orang dewasa dan
remaja adalah sebagai berikut:
Stadium I:
Tanpa gejala
Pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh yang menetap.
Tingkat aktivitas 1: tanpa gejala, aktivitas normal.
Stadium II:
Kehilangan berat badan, kurang dari 10%.
Gejala pada mukosa dan kulit yang ringan (dermatitis seboroik, infeksi
jamur pada kuku, perlukaan pada mukosa mulut yang kumat-kumatan,
radang pada sudut bibir).
Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir.
ISPA (infeksi saluran nafas bagian atas) yang berulang, misalnya
sinusitis karena infeksi bakteri.
Dan/atau tingkat aktivitas 2: dengan gejala, aktivitas normal.
Stadium III:
Penurunan berat badan lebih dari 10%.
Diare kronik yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan.
Demam berkepanjangan yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari
1 bulan.
Kandidiasis pada mulut.
Bercak putih pada mulut berambut.
TB paru dalam 1 tahun terakhir.
Infeksi bakteri yang berat, misalnya: pnemonia, bisul pada otot.
Dan/atau tingkat aktivitas 3: terbaring di tempat tidur, kurang dari 15
hari dalam satu bulan terakhir.
Stadium IV:
Kehilangan berat lebih dari 10% ditambah salah satu dari:
$ diare kronik yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan.
$ kelemahan kronik dan demam berkepanjangan yang tidak diketahui
penyebabnya lebih dari 1 bulan.
Pneumocystis carinii pneumonia (PCP).
Toksoplasmosis pada otak.
Kriptosporidiosis dengan diare lebih dari 1 bulan.
4-13
Pengobatan ARV
Pengobatan ARV
tersedia lemari es di tempat kerja ODHA? Bila kawan sekerja tidak tahu
bahwa ia terinfeksi HIV, ia mungkin tidak ingin menaruh obatnya dalam
lemari es. (Beberapa ODHA menaruh obatnya dalam botol vitamin, untuk
menghindari pertanyaan yang tidak diinginkan).
Ada beberapa ODHA yang banyak bepergian, sehingga tidak memiliki waktu
makan yang teratur.
Bila ODHA termasuk golongan tersebut, mungkin obat yang bekerja bila
diminum sewaktu perut kosong merupakan pilihan yang paling baik.
Beberapa ODHA merasakan adanya pengawasan oleh orang sekitar bila
minum obat. Dalam hal tersebut, minum obat terpisah pada waktu yang
berbeda tiap harinya akan berhasil dengan baik, misalnya minum beberapa
obat sewaktu makan dan beberapa obat lainnya sebelum makan.
Jangan lupa obat-obat yang pernah dipergunakan pada waktu lampau. Bila
mendapat kesulitan untuk mengingat salah satu pada tengah hari mungkin
memilih obat yang harus diminum 3 kali/hari jelas akan sulit untuk
mengingatnya. Untuk semua jenis obat yang dimaksud untuk diminum 3 kali
sehari, yang diminum pada tengah hari yang biasanya paling sering
dilupakan (dari jenis antibiotik sampai vitamin).
4.4 EFEK SAMPING OBAT
Seperti halnya obat-obat yang lain, ARV juga bisa menimbulkan efek
samping. Ada dua jenis efek samping, yaitu berupa reaksi alergi dan yang
merupakan akibat langsung dari obat tersebut. Alergi terjadi karena reaksi
sistem imun yang tidak baik dengan tanda-tanda seperti gatal-gatal dan
bercak merah pada kulit atau panas. Reaksi tersebut tidak bisa diramalkan,
beberapa ODHA dapat mengalami reaksi yang berat tapi biasanya pada
kebanyakan ODHA tidak begitu berat.
Pada ODHA yang alergi terhadap suatu obat, kemungkinan bisa mengalami
reaksi yang tidak baik dengan dosis berapapun. Alergi juga bisa muncul
kapan saja, bahkan beberapa saat setelah minum obat, semakin lama
semakin berat bila tidak dihentikan. Pada beberapa ODHA reaksi alergi ini
dapat diatasi dengan mulai pengobatan dengan dosis rendah dan
selanjutnya ditingkatkan sedikit demi sedikit selama beberapa hari. Penting
untuk diperhatikan bahwa setiap mulai minum obat yang baru pertama kali
dipakai, bila dirasakan terjadi kelainan-kelainan, harus cepat memeriksakan
diri. Biasanya reaksi alergi oleh karena obat dapat ditanggulangi dengan
baik.
4-15
Pengobatan ARV
Efek samping merupakan hal biasa dari semua obat Hal ini meliputi:
Mual dan muntah. Efek samping ini biasanya terjadi pada minggu atau
bulan pertama pengobatan dengan ARV. Gejala ini biasanya hilang
sendiri setelah tubuh terbiasa dengan obat tersebut.
Diare. Paling sering terjadi pada permulaan pengobatan. ODHA harus
segera periksa ke dokter bila diare tidak hilang dalam 3 hari.
Bercak kemerahan. Bercak ini biasa terjadi pada ODHA yang mulai
menggunakan obat ARV dan biasanya hilang sendiri. PERHATIAN:
bercak kemerahan mungkin merupakan reaksi alergi dari obat. Ziagen
sering menimbulkan reaksi alergi ini, dan pada beberapa ODHA yang
menggunakan Viramune, Rescriptor, atau Sustiva. Bila timbul reaksi
alergi, harus segera periksa ke dokter.
Ngantuk, terus tertidur, dan sulit dibangunkan.
Rasa lelah.
Kulit kering dan/atau kuku tumbuh ke dalam mendesak daging sering
terjadi pada penggunaan Crixivan.
Rasa sakit, geli, dan panas seperti terbakar pada tangan/kaki.
Batu ginjal kadang-kadang terjadi pada penggunaan Crixivan.
Perubahan berhubungan dengan lemak tubuh yang disebut sindroma
lipodistrofi. Gejala ini meliputi penumpukan lemak di antara pundak
(buffalo hump); pembesaran susu, dan hilangnya lemak pada muka,
tangan, dan kaki.
Efek samping jangka pendek
Efek samping yang sering terjadi adalah: mual, mencret, sakit kepala, lesu,
dan susah tidur. Efek samping tersebut berbeda-beda pada setiap orang
dan pada umumnya merupakan efek samping jangka pendek. Jarang ODHA
mengalami semua efek samping tersebut. Efek samping jangka pendek
terjadi segera setelah obat diminum dan berkurang secara perlahanlahan
atau hilang bersamaan setelah beberapa minggu. Yang sering terjadi pada
ODHA adalah: mual, muntah, mencret, dan sakit kepala. Bila menggunakan
obat ARV kombinasi tertentu, penting untuk mencoba dan bertahan dengan
efek sampingnya selama beberapa minggu (selama dokter tidak
menganggap berbahaya). Efek samping ini akan sepenuhnya hilang pada
kebanyakan ODHA. Selama beberapa minggu pertama penggunaan obat
antiviral tersebut, boleh minum obat lainnya untuk pengobatan efek samping
seperti obat mencret atau obat mual. Banyak ODHA mengatakan bahwa
obat tambahan penting untuk mengurangi efek samping.
Efek samping jangka panjang
Oleh karena banyak obat-obatan ini merupakan obat baru, belum banyak
diketahui keamanannya untuk jangka panjang. Sementara ini, dianggap
4-16
Pengobatan ARV
cukup aman. Banyak ODHA telah menggunakan obat-obat ini dalam waktu
yang cukup lama, dan bila timbul masalah hal tersebut baru diketahui. Tapi
oleh karena tidak tercatat dengan baik, penting untuk diperhatikan dan
dicatat dengan baik hasil-hasil pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan
lainnya seperti pemeriksaan fungsi hati untuk mendeteksi setiap
kemungkinan terjadinya efek samping jangka panjang. Bila ternyata timbul
efek samping jangka panjang, dokter sebaiknya mengganti obat yang
dipergunakan sebelum terjadi kelainan yang berat.
Satu pilihan yang dapat dilakukan adalah menggunakan obat kombinasi
selama satu atau dua tahun, kemudian, bila memungkinkan ganti
seluruhnya (atau beberapa) dengan kombinasi yang baru. Hal ini akan
membantu mencegah terjadinya efek samping jangka panjang. Tapi, hal ini
mungkin merupakan pilihan yang sulit, apakah mau menghentikan obat
yang efektif terhadap HIV dan mengganti dengan yang lain yang mungkin
tidak efektif?
Banyak ODHA berhasil melakukan pengawasan viral load dan
mempertahankan jumlah CD4nya dari obat yang dipergunakan, tetapi tetap
merasakan beberapa efek samping. Dalam hal tersebut, mungkin amat sulit
terus menggunakan obat ARV tersebut. Iritasi yang disebabkan oleh efek
samping perlu ditentukan terhadap bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh
virus tersebut.
Ada sejumlah kecil ODHA yang tidak bisa menggunakan obat-obat antiviral
apapun. Sayangnya hal tersebut tidak bisa diramalkan, ODHA tidak akan
tahu bila tidak mencoba sendiri obat-obat tersebut.
Efek samping pada wanita
Semua obat ARV kombinasi telah dipergunakan dan dicoba oleh wanita
dalam uji coba yang telah dilakukan. Dari pengalaman telah diketahui bahwa
efek samping baik pada wanita maupun laki-laki adalah sama, tapi
perbedaan penting adalah bahwa pada wanita efek samping tersebut
kadang-kadang lebih berat. Hal ini dapat ditanggulangi dengan
mempergunakan dosis yang lebih rendah.
Beberapa wanita melaporkan bahwa menstruasinya lebih berat dan lebih
sakit dari biasanya setelah mulai menggunakan obat baru. Beberapa wanita
lainnya mengatakan bahwa menstruasinya berlangsung sampai sepuluh
hari. Sebaliknya, menstruasi dapat berhenti sama sekali bila menggunakan
obat ARV. Belum diketahui bagaimana pengaruh efek samping tersebut
terhadap kehamilan di kemudian hari. Sampai saat ini, dalam penelitian
tidak ada wanita yang menggunakan obat ARV kombinasi yang lebih baru,
hamil semenjak menggunakan obat. Ini merupakan hal yang perlu
4-17
Pengobatan ARV
Virus HIV itu tidak teliti pada saat membuat turunannya. Banyak turunan
yang baru ini sedikit berbeda dari aslinya (mengalami mutasi). Obat yang
diminum tidak lagi dapat menghambat berkembangnya HIV. Hal ini
dikatakan bahwa virus resistensi terhadap obat. Jika virus dalam tubuh
menjadi resisten, ia akan berkembang dengan lebih cepat dan perjalanan
penyakit akan bertambah buruk.
Kadang-kadang, bila HIV telah menjadi resisten terhadap satu jenis obat
yang diminum, ia juga bisa resisten terhadap obat ARV yang lain yang
belum dipergunakan. Hal ini disebut resistensi silang. Banyak obat HIV
yang mengalami setidaknya resistensi silang parsial. Sehingga untuk
pengobatan, harus dipilihkan obat ARV dari jenis yang berbeda.
Menekan virus secara terus menerus
Obat masuk ke dalam darah dan dibawa ke seluruh tubuh. Selanjutnya hati
dan ginjal akan membersihkan obat itu dari dalam tubuh, dan jumlah obat
dalam darah akan menurun. Beberapa obat lebih mudah masuk ke dalam
aliran darah dalam keadaan perut kosong. Obat-obat lain lebih mudah
masuk ke aliran darah dalam keadaan sebaliknya. Dalam hal ini obat harus
diminum pada waktu makan. Beberapa jenis obat, makanan tidak
menimbulkan masalah.
Petunjuk cara minum untuk masing-masing obat biasanya berisi aturan
berapa pil yang harus diminum, kapan harus diminum, cara meminumnya,
supaya jumlah obat yang cukup dalam darah dapat tercapai. Jika satu dosis
terlewatkan, tidak meminum dosis yang penuh, atau tidak mengikuti
petunjuk berkaitan dengan makanan, kadar obat dalam darah akan
menurun. Jika kadar obat dalam darah tidak cukup, HIV dapat terus
berkembang. Semakin tinggi tingkat perkembangan virus makin besar
kemungkinan terjadinya resistensi.
4-18
Pengobatan ARV
Cara terbaik untuk menekan virus secara terus menerus adalah dengan
meminum semua pil yang seharusnya diminum, setiap waktu kapan harus
diminum, dan mengikuti petunjuk berkaitan dengan makanan.
Seberapakah tingkat kepatuhan minum obat yang cukup?
Kepatuhan minum obat artinya meminum obat secara benar. Jika seseorang
tidak patuh, HIV dapat berkembang tanpa terkendali. Beberapa penelitian
telah mengukur seberapa tingkat kepatuhan yang dianggap cukup. Mereka
menemukan bahwa untuk mendapatkan hasil terbaik, ODHA harus minum
90%-95% dari obatnya secara benar.
Cara minum dan memilih obat
Hal ini bisa dan biasa merupakan masalah dalam pengobatan HIV. Oleh
karena itu pemilihan obat-obat antiretroviral harus disesuaikan dengan
kebiasaan dan jadwal kerja.
Beritahu dokter tentang kebiasaan dan jadwal harian sehingga dokter
dapat memilih obat-obat yang paling mudah diminum.
Yakinkanlah bahwa obat-obat tersebut dimengerti:
Obat yang mana yang harus diminum.
Berapa banyak harus diminum dan berapa kali sehari.
Apakah obat harus diminum bersama makanan atau dalam keadaan
perut kosong.
Bagaimana cara menyimpan obat.
Efek samping yang mungkin dialami dan apa yang dapat dilakukan
Pengobatan ARV
Semua obat ARV diberikan dalam bentuk kombinasi. ODHA harus minum 3
atau 4 jenis obat untuk melawan HIV. Oleh karena obat-obat ini menyerang
HIV pada stadium/tahap perkembangan yang berbeda, akan menyulitkan
HIV mengembangkan resistensi terhadap obat-obat tersebut.
Untuk mencegah berkembangnya resistensi dapat dibantu bila ODHA mau
patuh terhadap aturan pemakaian obat dan tidak ada obat yang terlupakan.
Bila obat tidak diminum dengan teratur atau berhenti selama beberapa hari
(drug holidays), virus akan mulai berkembang lagi. Hasil perkembangan
virus yang baru ini sudah mulai menampakkan sifat-sifat resistensi. Obat
yang dipergunakan tidak lagi mampu menghadapi virus baru ini.
Beberapa cara untuk mencegah perkembangan resistensi obat:
Jangan minum obat kurang dari yang diharuskan.
Bila lupa satu kali, berikutnya jangan diminum dua kali dosis.
Bila hanya punya dua jenis obat, sedangkan seharusnya yang
diminum tiga jenis, sebaiknya jangan minum sama sekali, tetapi harus
diingat untuk waktu berikutnya harus minum ketiga jenis obat yang
seharusnya.
Bila sulit mengingat dosis yang seharusnya dengan teratur, tanyakan
pada dokter untuk menggunakan kombinasi lain yang mudah diingat.
Pengalaman-pengalaman ODHA yang menggunakan kombinasi yang baru
ini menunjukkan bahwa diperlukan komitmen tinggi untuk menggunakannya
dengan baik. Hal ini penting untuk dibicarakan dengan dokter atau konselor
bila menghadapi masalah atau bila ingin memulai menggunakan suatu obat
ARV kombinasi.
Kiat penting untuk mengingat minum obat
4-20
Pengobatan ARV
Lembar Lampiran 1
BAB 4 PENGOBATAN ARV
PERKEMBANGAN OBAT ARV DI INDONESIA
Sejak adanya program dari WHO tahun 2003 dengan program 3 by 5 ,
Pengadaan obat ARV di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup
baik.
Saat ini Kimia Farma sudah memproduksi ARV dengan nama produksi :
Duviral ( AZT, 3TC ) berbentuk kapsul
Neviral ( Neviraphine/NVP ) berbentuk kapsul atau tablet
Hiviral ( Lamivudin 3TC )
Pemerintah sejak 1 September 2004 memberikan obat ARV produksi PT
Kimia Farma secara cuma-cuma bagi yang memerlukan dan menyediakan
untuk 4000 pasien.
Ada 25 Rumah Sakit di Indonesia yang ditunjuk telah mampu menangani
pasien HIV/AIDS dan menyediakan obat ARV
Sumber
Obat
Pemerintah
(APBN)
Duviral
Neviral
Hiviral
Global Fund
Trionum
Sumber Lain :
GPOvir
YKP (Bali)
Duviral
Neviral
Stockrin
4-21
Komposisi
Zidovudine (AZT),
Lamivudine (3TC)
Nevirapine
Lamivudine-3TC
Stavudin (D4T),
Lamivudine (3TC),
Nevirapine
Stavudin (D4T),
Lamivudine (3TC),
Nevirapine
Zidovudine (AZT),
Lamivudine (3TC)
Nevirapine
Epavirens
( sesuai yang
dibutuhkan dan bisa
diakses)
Catatan
Diberikan secara
cuma-cuma kepada
4000 odha melalui
25 Rumah Sakit
yang sudah ditunjuk
(tabel 2)
Diberikan kepada 4
provinsi yaitu DKI
Jakarta, Riau, Bali
dan Papua
Sumber dana dari
Pemerintah Swiss
untuk satu tahun
perawatan kepada
ODHA yang tidak
mampu dan sudah
membutuhkan ARV
Pengobatan ARV
4-22
4-23
Pengobatan ARV
Pengobatan ARV
Lembar Lampiran 2
BAB 4 PENGOBATAN ARV
NO
14
RS. FATMAWATI
15
16
17
18
19
20
21
22
10
23
11
24
12
25
13
4-24
$ RINGKASAN
5.1 HIDUP SEHAT DENGAN HIV POSITIF
dan cara menanganinya, kapan harus merujuk, dan bagaimana bisa hidup
normal seperti biasanya.
Hidup sehat dengan HIV/AIDS.
Mencegah penularan HIV/AIDS di rumah.
Menghindari infeksi lain.
Mengenal dan mengelola gejala yang timbul pada ODHA, dan saat yang tepat
untuk merujuk ODHA.
Pemberian ASI oleh ibu dengan HIV: HIV dapat ditularkan melalui ASI, oleh
karena itu ASI tidak dianjurkan untuk diberikan ke pada bayi. Sebagai pengganti
ASI dapat diberikan susu buatan, asal kebersihan dapat dijaga dengan baik.
Di banyak tempat, dijumpai bahwa kematian oleh karena penularan HIV melalui
ASI jauh lebih rendah bila dibandingkan kematian bayi oleh infeksi akibat tidak
menyusui, dalam hal ini ASI dianjurkan tetap diberikan.(lihat bab tentang PPTCT)
Penularan melalui peralatan rumah tangga: jangan mempergunakan alatalat tajam bersama seperti: alat cukur, sikat gigi, jarum atau apapun yang
memungkinkan terkena darah orang yang terinfeksi HIV. Bila terpaksa harus
berbagi, rebus alat tersebut dengan air mendidih sebelum digunakan.
Kontak sosial: HIV tidak menular melalui kontak sosial, tapi kontak sosial
dapat menularkan penyakit lain yang dapat melemahkan daya tahan tubuh.
Cara terbaik untuk mencegah infeksi lain dari orang ke orang adalah: mencuci
tangan sesering mungkin dengan sabun dan air dan kemudian
mengeringkannya.
Imunisasi: anak harus mendapat imunisasi lengkap sesuai jadwal bila anak
positif terinfeksi HIV. (lihat bab tentang PPTCT)
5.3 ASPEK PSIKOSOSIAL
Respon psikologik terhadap infeksi HIV akan berdampak terhadap perjalanan
infeksi (misalnya, penolakan dan depresi dapat berakibat penundaan
pengobatan dan meningkatkan kesakitan). Reaksi seseorang terhadap HIV
kadang-kadang berupa rasa khawatir yang tidak rasional dan merugikan.
Kenyataan sosial ini juga merugikan respon terhadap infeksi HIV dan
berpengaruh terhadap kemampuan orang tersebut untuk mengatasinya.
Dokter, dalam menangani orang dengan HIV/AIDS juga harus mempersiapkan
rujukan kepada organisasi peduli HIV/AIDS yang menyediakan pelayanan, untuk
memperoleh dukungan sosial yang diperlukan.
5-2
Prinsip dasar:
Keluarga adalah pemberi perawatan utama pada ODHA, konselor
tidak akan mampu/bisa terus menerus bersama ODHA, karena itu
ajarkan cara perawatan seandainya konselor tidak ada.
Keluarga harus bisa melindungi diri dari penularan (mengerti dan
paham tentang ini) dan tetap menjaga kesehatan mereka sendiri.
Apa yang harus dibahas seseorang yg memberikan pelayanan
perawatan di rumah dengan keluarga ODHA?
Pengertian HIV/AIDS.
Bagaimana penularan HIV .
Bagaimana cara mencegah penularan HIV.
Masalah-masalah atau gejala-gejala yang berkaitan dengan AIDS.
Mengenal dan menangani keluhan/masalah fisik/emosional.
Pemberi perawatan/keluarga juga mempunyai kebutuhan emosional.
Kapan keluarga harus mencari bantuan (merujuk).
Bagaimana mengelola sumber daya pada keluarga dan sumber daya
dalam masyarakat.
Bagaimana bisa hidup normal seperti biasanya.
5-4
ODHA
Keluarga, bagaimanapun juga, akan terpengaruh oleh situasi di mana salah
satu anggota keluarganya mengidap HIV/AIDS. Karena itu sangat penting
bagi konselor untuk memberikan pemahaman yang cukup pada keluarga
bagaimana harus mengatasi keadaan tersebut.
Apakah yang dimaksud mengajar? Mengajar adalah:
HIV tidak mudah menular, kecuali pada hubungan seksual yang tidak
terlindungi ataupun ada kontak darah dengan darah (penularan melalui
darah, penggunaan jarum suntik bersama, tranfusi). Virus ini cepat mati di
luar tubuh. Prinsipnya tidak ada risiko penularan yang timbul pada
perawatan ODHA, asalkan mengikuti aturan-aturan yang baku.
Aturan-aturan yang dimaksud adalah :
Cucilah tangan dengan sabun dan air setelah mengganti seprei, baju,
ataupun bila terkontaminasi oleh cairan tubuh ODHA (misalnya: darah,
dahak, air kencing).
5-7
Tutuplah luka, baik yang ada pada perawat (keluarga) maupun ODHA.
Prinsipnya semua luka terbuka yang memungkinkan adanya kontak
darah dengan orang lain, dengan seprei/baju ODHA, harus ditutup
dengan kain bersih (bandage). Gunakan potongan plastik, kertas, sarung
tangan untuk menyisihkan cairan-cairan yang mungkin keluar dari luka
tersebut.
Jagalah agar seprei dan baju tetap bersih. Ini akan membuat ODHA
merasa nyaman dan mencegah kemungkinan masalah-masalah di kulit.
Bila yang merawat (keluarga/lainnya) bisa mengikuti 2 aturan yang
pertama, risiko penularan dari kontak dengan cairan tubuh ODHA akan
sangat rendah. Bahan-bahan yang terkontaminasi cairan tubuh ODHA
harus dicuci. Prinsipnya adalah harus dipisahkan dengan bahan yang
lain, selalu memegang bagian yang tidak terkena noda/cairan, cucilah
dengan sabun dan air, bilas, keringkan dan setrika seperti biasanya.
Catatan: pemutih atau air panas dapat dipergunakan, tetapi sebenarnya
hal itu tidak diperlukan.
Jangan saling berbagi barang-barang yang tajam seperti alat cukur,
sikat gigi, jarum atau apapun yang memungkinkan terkena darah ODHA.
Bila terpaksa harus berbagi, rebuslah alat-alat tersebut dalam air
mendidih sebelum digunakan.
Jauhkan barang-barang seperti popok, tissue bekas pakai, saputangan
atau apapun yang mungkin terkontaminasi cairan tubuh ODHA. Letakkan
pada tempat yang tertutup dan sulit dijangkau terutama oleh anak-anak.
HIV tidak menular melalui kontak sosial, misalnya bercakap-cakap,
bersalaman, berpelukan. Tetapi ODHA dan keluarganya sedapat
mungkin menghindari infeksi yang bisa ditularkan melalui kontak sosial
seperti diare dan infeksi saluran pernapasan.
Menghindari infeksi lainnya
ODHA mempunyai daya tahan tubuh yang lemah sehingga mudah terkena
infeksi. Sebaliknya, infeksi akan semakin melemahkan daya tahan tubuh
ODHA. Kebersihan di rumah adalah bagian penting untuk perlindungan
melawan penyakit seperti diare dan infeksi saluran pernapasan. Orang lain
dalam rumah dapat menjadi sumber infeksi bagi ODHA, namun dalam
kehidupan sehari-hari, ODHA tidak perlu menghindari kontak sosial dengan
orang yang diketahui sehat.
Cara terbaik untuk mencegah infeksi lain yang menular dari orang ke orang
adalah dengan cara mencuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan
air dan kemudian mengeringkannya. Hal ini perlu dilakukan terutama
setelah kontak sosial dengan orang lain.
5-8
5-10
Demam
ODHA seringkali mengalami gejala ini. Penyebabnya bisa karena
infeksi oportunistik seperti TBC, penyakit lain (diare/infeksi saluran
napas), maupun karena infeksi HIV itu sendiri. Tetapi kenyataannya
sulit mengetahui apa sebenarnya yang menyebabkan munculnya
demam itu.
Mengetahui ODHA demam/tidak, yang terbaik adalah memeriksa
dengan termometer. Bila tidak ada, dapat digunakan cara sebagai
berikut: punggung tangan kanan pemeriksa untuk merasakan suhu di
dahi penderita, sedangkan punggung tangan kiri pemeriksa
merasakan suhu di dahi pemeriksa sendiri, kemudian bandingkan, bila
memang ODHA demam, akan terasa bedanya.
Menangani ODHA yang demam perlu memperhatikan karakteristik
demamnya. Pada ODHA demam disertai menggigil (ODHA merasa
kedinginan) tindakan yang harus dilakukan adalah:
Diare (mencret)
Diare adalah keadaan dimana ODHA berak-berak lebih dari 3 kali
sehari dengan konsistensi lunak (lebih banyak cairannya).
Penyebab diare bisa karena infeksi usus yang berasal dari makanan/
air yang tidak bersih, infeksi oportunistik, atau karena efek samping
obat. Diare bisa berbahaya karena menyebabkan tubuh kekurangan
cairan dan kurang gizi. Kekurangan cairan yang berat dapat
menyebabkan hal yang fatal.
Untuk menangani diare di rumah, ada 3 prinsip penting untuk
diperhatikan yaitu: a) minum cairan lebih banyak dari biasanya, b)
teruskan makan seperti biasanya, dan c) kenali tanda-tanda kurang
cairan (dehidrasi).
Cairan yang diminum bisa bermacam-macam, seperti sari buah, teh
tawar, kuah sayuran, air tajin, dan oralit. Bila bayi masih menyusui,
ASI harus terus diberikan.
Makanan yang dianjurkan adalah makanan yang bergizi tetapi
mudah dicerna, seperti: nasi, kacang-kacangan, daging/ikan, telur,
pisang. Yang perlu untuk dihindari adalah makanan berserat tinggi
seperti buah-buahan dan sayuran (karena sulit dicerna), dan
makanan yang manis (karena bisa memperberat diare). Makanan
tetap diperlukan untuk mencegah ODHA dari kurang gizi.
Mengenali tanda kurang cairan sangat penting untuk mencegah
penderita jatuh pada keadaan kurang cairan berat yang bisa
berakibat fatal. Keadaan ini bisa dilihat dari ODHA yang mengeluh
sangat kehausan/terus menerus minta minum, gelisah, ketegangan
kulit menurun (kulit nampak kisut, bila dicubit maka bekas cubitan
tersebut akan lama kembali ke normal).
5-12
5-13
5-16
Perawatan paliatif
Pada tahap akhir penyakit AIDS, memang tidak ada lagi yang bisa
diperbuat untuk mengatasi infeksi oportunistik ataupun gejala yang
ditimbulkannya. Infeksi telah berkembang melebihi apa yang bisa diatasi
oleh obat. Pada titik ini, tujuan dari semua perawatan (medis, perawatan,
keagamaan, kejiwaan) adalah untuk membuat klien tetap merasa nyaman
dan menjaga harkat-martabat klien. Di beberapa tempat, perawatan
semacam ini disebut perawatan paliatif.
Kapan perawatan dimulai?
Seringkali sulit menentukan kapan harus menyetop perawatan medis dan
memulai perawatan paliatif. Sebagai standar bisa dipakai pedoman berikut:
Bila pengobatan medis tidak tersedia atau sudah tidak efektif.
Bila klien mengatakan telah siap untuk meniggal dan tampak sangat
sakit (parah). Ini sangat berbeda dengan klien yang mengalami
tekanan/depresi. Pada keadaan depresi klien harus diberikan
semangat untuk tidak menyerah.
Bila organ-organ tubuh yang vital seperti: paru, jantung, hati, sudah
mengalami kegagalan fungsi.
Di mana perawatan diberikan?
Perawatan bisa dilakukan di rumah sakit ataupun di rumah. Sebagian besar
ODHA atau keluarganya ingin agar ODHA meninggal di rumah. Tetapi
sebagian lainnya memang tidak ingin meninggal di rumah, mereka hanya
tinggal di rumah selama perawatan dan pada saat terakhir ODHA ataupun
keluarganya ingin agar ODHA meninggal di rumah sakit. Pada keadaan
seperti ini perlu dipikirkan masalah transportasi.
Tujuan perawatan paliatif.
Membuat klien merasa nyaman dan terhindar dari masalah-masalah
yang membuat mereka merasa resah.
Membantu mereka untuk tetap mandiri sebisa mungkin.
Menghibur saat klien berduka cita dan membantu mengatasinya.
Membantu klien dan keluarganya menyiapkan kematian, misalnya
membuat surat wasiat, pengalihan tanggung jawab.
Membantu klien agar tetap bisa ada di masyarakat dan keluarganya
selagi masih bisa.
5-17
meninggal
Penting untuk diingat: Dalam menangani seseorang yang baru saja
meninggal, haruslah tetap memperhatikan kemungkinan terjadinya
penularan suatu penyakit dari orang tersebut. Jadi hal yang dijelaskan
berikut ini bukan hanya berlaku pada ODHA yang meninggal, tapi juga
pada saat menangani kasus kematian oleh karena sebab apapun.
Segera setelah meninggal, perlakuan yang diberikan adalah sama seperti
ketika mereka masih hidup, artinya konselor harus mengingatkan keluarga
atau penjamah untuk tetap berhati-hati. Bila keluarga maupun penjamah
hendak membersihkan, membaringkan, ataupun mengawetkan (memberi
es/menyuntikkan formalin) pada jenasah ODHA sebaiknya mereka
melindungi tangan terutama bila ada cairan tubuh ODHA seperti bekas
diare, darah yang masih basah. Luka-luka pada tangan penjamah harus
ditutup dengan kain/perban/tensoplas. Setelah melakukan semua kegiatan
tersebut, sebaiknya keluarga/penjamah mencuci tangan dengan sabun dan
air.
Perlu diingat bahwa tidak lama setelah ODHA meninggal, HIV juga akan
mati. HIV hanya bisa berkembang biak pada manusia yang hidup. Di Bali,
kegiatan memandikan jenasah secara adat baru dilakukan setelah
beberapa jam (apalagi sampai beberapa hari) setelah ODHA meninggal.
Dalam keadaan ini sebenarnya virus ini sudah mati dan tidak mempunyai
potensi penularan lagi bagi orang lain. Sehingga tidak perlu ada kecemasan
ataupun kekhawatiran tertular bagi anggota masyarakat yang ikut serta
dalam prosesi memandikan, menguburkan ataupun pembakarannya
(ngaben). Pengucilan oleh warga setempat pada ODHA yang
meninggal tidak pelu terjadi.
5-19
Tahapan reaksi psikologik pada orang yang terinfeksi HIV (tabel berikut):
Reaksi
Proses psikologik
1. Shock (kaget,
goncangan
batin)
2. Mengucilkan
diri
3. Membuka
status secara
terbatas
Penolakan, stres,
konfrontasi.
4. Mencari orang
lain yang positif
HIV.
5. Status khusus
Perubahan keterasingan
menjadi manfaat khusus,
perbedaan menjadi hal
yang istimewa, dibutuhkan
oleh yang lainnya.
Ketergantungan, dikotomi
kita dan mereka (semua
orang dilihat sebagai
terinfeksi dan direspon
seperti itu),
overidentification (HIV
menjadi pola sentral dalam
kehidupan/kerja).
7. Penerimaan.
Tidak semua orang dengan HIV mengalami fase-fase yang sama seperti itu,
tetapi fase-fase tersebut penting dalam menelaah kemungkinan respon
yang timbul terhadap infeksi HIV. Sewaktu-waktu timbul perubahan yang
memerlukan penanganan, dan pada waktu yang lain mungkin timbul reaksi
5-21
Tingkat tekanan emosi yang ditimbulkan oleh hasil tes positif HIV tidak
berbeda bermakna dibandingkan dengan menerima diagnosis AIDS atau
penyakit menampakkan gejala lainnya, ataupun kematian dari kekasih.
Perubahan kehidupan oleh karena diagnosis tersebut disejajarkan dengan
akibat kematian istri/suami atau dipenjara. Karena besarnya tekanan
emosi dan perubahan-perubahan hidup keduanya berkaitan dengan
timbulnya kesakitan berikutnya, maka upaya-upaya untuk mengurangi
tekanan hidup akan mempengaruhi tingkat kesakitan dan kesehatan mental
mereka.
Bagaimana seseorang bereaksi terhadap berita infeksi HIV tergantung tidak
hanya dari dukungan sosial individu, tetapi juga dari cara klien mengatasi
tekanan berat pada masa lalu. Riwayat singkat tentang cara klien
mengatasi tekanan pada masa yang lalu akan memberikan gambaran pada
dokter tentang kemungkinan kesulitan yang akan timbul.
Bila seseorang baru mengetahui ia terinfeksi HIV setelah lama dalam
perjalanan penyakitnya, stres psikologik mungkin akan dirasakan lebih
besar dan proses penyesuaian akan menjadi lebih sulit.
Aspek psikososial
5-22
$ RINGKASAN
6.1 VITAMIN DAN MINERAL
Fungsi Vitamin dan Mineral: mempertahankan struktur dan fungsi sel-sel
tubuh terhadap stres lingkungan (homeostasis), antara lain:
Membentuk sel dan struktur tubuh.
Membantu mempertahankan struktur dan kinerja sel.
Membantu penyesuaian jenis dan tingkat aktivitas sel terhadap pengaruh
lingkungan.
Mengatur perilaku selular sesuai kebutuhan, yang memungkinkan dalam
memberikan respon yang terkoordinasi terhadap lingkungan.
Membuang hasil-hasil metabolisme yang tidak berguna.
Defisiensi: defisiensi vitamin dan mineral biasa dijumpai pada orang dengan
HIV, dan defisiensi sudah terjadi pada stadium dini walaupun pada orang dengan
kon-sumsi makanan yang berimbang. Defisiensi terjadi oleh karena HIV
menyebabkan hilangnya nafsu makan dan gangguan absorbsi nutrien. Keadaan
ini dimanfaatkan oleh HIV untuk berkembang lebih cepat. Di samping itu, daya
tahan tubuh untuk melawan HIV menjadi berkurang. Hal ini merupakan dasar
perlu diberikannya suplemen vitamin dan mineral pada orang dengan HIV.
Besar suplemen: sulit ditentukan seberapa besar suplemen tersebut harus
diberikan. Suplemen dengan multivitamin dianggap cukup, tetapi khusus untuk
vitamin tertentu suplemen dosis tinggi perlu dipertimbangkan. Penggunaan
multivitamin, 1 kali sehari walaupun pada orang normal dan pada orang dengan
HIV dapat memperlambat progresivitas infeksi HIV menjadi AIDS.
6.2 MAKANAN SEHAT (MENU BERIMBANG)
Apa yang harus diberikan pada orang dengan HIV/AIDS?
Prinsipnya seperti orang sehat lainnya, yaitu: makanan berimbang, makanan serasi
atau 4 sehat 5 sempurna yang bervariasi, dalam jumlah yang cukup sesuai
kebutuhan, dengan tambahan multivitamin.
Cara yang sederhana:
Multivitamin tanpa Fe (zat besi), 2 kali sehari.
Suplemen mineral, 1 kali sehari.
Suplemen antioksidan, 1 kali sehari.
6-1
6-2
6-3
apa yang biasanya diperoleh dalam makanan. Lagi pula banyak orang
dengan HIV jelas mengalami defisiensi vitamin, cadangan yang rendah,
sehingga memang diperlukan, walaupun pada orang normal yang sehat.
Dalam beberapa hal, HIV sendiri langsung dapat mengambil manfaat dari
keadaan defisiensi tersebut untuk dapat berkembang lebih cepat. Jadi, akan
sangat berbahaya bagi orang dengan HIV yang mengalami defisiensi.
Selain itu unsur-unsur tersebut akan meningkatkan kemampuan tubuh
melawan berkembangnya HIV dalam tubuh.
HIV menyebabkan hilangnya nafsu makan dan gangguan penyerapan
nutrien. Hal ini berhubungan dengan menurunnya/habisnya cadangan
vitamin dan mineral tubuh. Seperti telah disinggung di atas, jelas telah
dijumpai defisiensi vitamin dan mineral pada orang dengan HIV, malah
pada stadium yang masih dini. Walaupun pada orang dengan makanan
yang sehat dan berimbang tidak akan luput dari defisiensi bila terinfeksi
HIV. Berdasarkan hal tersebut, selain kemungkinan manfaat jumlah yang
lebih tinggi, juga merupakan alasan yang kuat untuk suplementasi.
Pemberian suplemen bertujuan agar beban orang dengan HIV tidak
bertambah oleh akibat defisiensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
orang dengan HIV akan bertambah baik hanya dengan minum suplemen
multivitamin setiap harinya. Tetapi, dalam banyak hal seberapa
suplementasi harus diberikan tidak dapat ditentukan. Khusus untuk vitamin
tertentu, suplemen dosis tinggi perlu dipertimbangkan. Beberapa jenis
vitamin dan mineral yang perlu mendapat perhatian diuraikan berikut ini.
Vitamin
Vitamin B1 (Thiamine)
Fungsi: mengubah karbohidrat menjadi energi, untuk mengantarkan
rangsangan dari syaraf ke otot, dan mempertahankan struktur membran
dalam sistem syaraf.
Penyerapan: dalam usus halus dan disimpan dalam jaringan otot.
Vitamin B1 dapat dirusak oleh ikan mentah, kopi, dan teh.
Defisiensi: Bila asupan tidak mencukupi, defisiensi dapat terjadi dengan
cepat oleh karena vitamin B1 tidak disimpan dalam tubuh dalam waktu
yang lama. Defisiensi akan dipercepat bila terjadi malabsorbsi (gangguan
absorbsi), malnutrisi, minum alkohol, mencret, asam folat yang rendah.
Antasid dan obat-obat yang menurunkan keasaman lambung lainnya
dapat merusaknya. Kebutuhan akan meningkat bila terjadi panas, kerja
berat, atau makan makanan berkalori tinggi.
6-4
6-5
6-6
6-7
6-8
Antioksidans
Vitamin antioksidan mempunyai peran penting dalam pengaturan
homeostasis. Hal ini sangat menarik, oleh karena kemungkinan dengan
meningkatkan suplementasi akan bermanfaat dalam beberapa hal.
Untuk mengerti, apa antioksidan itu, terlebih dahulu harus diketahui
bagaimana cara kerja tubuh.
Cara kerja antioksidan
Tubuh terdiri atas molekul-molekul, kombinasi atom-atom yang tersusun
dengan cara tertentu untuk fungsi tertentu.
Molekul-molekul yang berperan atau yang mengatur proses dalam tubuh
dilakukan bersama oleh kekuatan antara elektron-elektronnya, yang
mempunyai sejenis daya tarik magnetik satu dengan yang lainnya, dan
tersusun bersama berdasarkan daya tarik tersebut.
Banyak molekul dalam tubuh secara teratur dalam waktu tertentu berada
dalam suatu keadaan teroksidasi. Yang berarti memiliki satu atau lebih
elektron bebas (tidak mempunyai pasangan). Molekul ini akan mencari-cari
pasangan, seringkali mengorbankan hubungan molekular lain yang penting.
Dalam keadaan ini, disebut radikal bebas.
Radikal bebas ini dapat bereaksi lebih kuat dengan sekelilingnya, dan
sering minimbulkan kerusakan-kerusakan. Radikal bebas tersebut dapat
mengganggu dan memutuskan banyak proses perbaikan yang bermanfaat
yang dibutuhkan untuk mempertahankan kesehatan tubuh.
Dalam beberapa hal, keberadaan molekul yang aktif atau radikal bebas ini
malah sangat bermanfaat. Sel-sel sistem imun, misalnya, mengandalkan
kekuatan merusak dari radikal bebas dan menggunakannya sebagai
senjata, dikeluarkan bila terjadi infeksi untuk membunuh kuman yang
masuk. Tetapi bersamaan dengan hancurnya sel-sel atau organisme yang
tidak diinginkan tersebut, bisa juga terjadi kerusakan jaringan dan proses
sekitarnya yang dibutuhkan tubuh.
Dalam hal lainnya, bagaimanapun juga, radikal bebas umumnya merupakan
sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dari segi hasil olahan tubuh,
merupakan sisa, juga dapat dikatakan untuk reaksi-reaksi yang diperlukan,
dan memenuhi tujuan yang sebenarnya tidak berguna. Dalam hal ini dapat
diumpamakan seperti gangguan udara pada radio, yang merusak suara,
tetapi musiknya terus berlanjut.
Semuanya ini memang benar terjadi pada seluruh tubuh yang masih hidup.
6-9
6-10
Vitamin C
Vitamin C paling banyak diketahui, paling banyak diteliti, dan paling sering
dipergunakan untuk suplemen antioksidan.
Absorbsi: dalam usus halus, oleh karena merupakan karbohidrat
sederhana, dan diekskresi melalui urin dan feses (kotoran). Ginjal akan
meng-absorbsi kembali bila asupan rendah. Absorbi dalam usus halus
dan ginjal akan berkurang bila asupan melebihi 200 mg/hari.
Fungsi: diperlukan dalam penyembuhan luka disebabkan oleh karena
perannya dalam pembentukan kolagen, bahan untuk membentuk
jaringan baru. Juga untuk membantu mempertahankan struktur tubuh.
Mungkin juga dapat memberikan perlindungan khusus pada jaringan
paru, dengan cara memperkecil kerusakan pada jaringan paru akibat
aktivasi sel-sel sistem imun.
Vitamin C juga berhubungan dengan pembentukan hormon, steroid, dan
bahan perantara rangsangan syaraf (neurotransmitter) alat komunikasi
antar sel syaraf. Juga penting untuk mengubah folate menjadi bentuk
aktifnya. Selain itu penting pula dalam membantu abrorpsi Fe (zat besi).
Kebutuhan dan penggunaan vitamin C meningkat pada infeksi dan luka,
dan bila terjadi peradangan dan panas. Pada luka bakar kebutuhan bisa
meningkat sampai seratus kali. Bila terjadi malabsorbsi harus makan
yang banyak untuk memperoleh sejumlah yang kecil.
Defisiensi: defisiensi yang sesungguhnya jarang terjadi; baru diketahui
bila terjadi hal-hal seperti luka sukar sembuh, mudah memar dan
perdarahan, dan anemia.
Suplementasi: dalam buku-buku berdasarkan penelitian disebutkan
khasiat yang baik untuk influenza (suatu infeksi virus) baik untuk
penyembuhan maupun pencegahan. Walaupun hasil penelitian masih
menunjukkan hasil yang berbeda-beda, tetapi yang jelas bahwa
pemberian vitamin C ternyata dapat meringankan dan memperpendek
lamanya penyakit, dan juga memperkecil infeksi sampingan yang
biasanya sering menyertai penyakit yang menunjukkan resistensi.
Terdapat cukup perhatian tentang peran suplemen vitamin C
menyangkut orang yang positif HIV. Vitamin C hanya dapat dibuat oleh
manusia selain binatang memamah biak lainnya. Setiap harinya dapat
diproduksi sampai 10 g. Hasil ini bisa meningkat bila tejadi stres (terjadi
infeksi). Tikus dapat memproduksi sampai sepuluh kali lipat. Efek
samping berupa diare pada pemberian yang berlebihan akan semakin
sering, bila terjadi infeksi yang memberi kesan kebutuhan meningkat,
dan bila diperlukan. Yang menarik, vitamin C menurun pada orang
6-11
6-12
Sampai saat ini, sampai terdapat hasil penelitian yang dapat dipercaya,
dianjurkan dosis sedang antara 1-3 g/hari, yang mampu ditanggulangi
oleh tubuh. Dalam fase infeksi, dosis dapat ditingkatkan sampai 2-3 kali;
tetapi jangan lebih dari 6 g/hari. Untuk orang dengan HIV yang memang
memerlukan dosis yang lebih tinggi, misalnya yang minum soda api
(baking soda), untuk mempertahankan urin tetap basa dan untuk
mengurangi risiko batu. Minum banyak air juga dapat mencegah
timbulnya batu ginjal.
Tidak ada dosis yang pasti yang harus dianjurkan, tetapi tidak harus menunggu bila suplemen vitamin C memang diperlukan. Seperti yang
dikutip dari editorial 1994 dalam Journal of the American College of
Nutrition: "Antioxidant nutrients appear remarkably benign, even at high
supplementary intakes... Recommendations to wait until every
conceivable study has been designed and conducted to achieve a level
of absolute certainty will result in the continuing cost of the disease to the
individual and to society" (Hemila, 1992).
Sumber: buah-buahan berwarana dan sayur daun merupakan sumber
vitamin C yang baik. Preparat multivitamin yang umum, mengandung 60180 mg vitamin C. Dalam vitamin B-kompleks juga sering mengandung
vitamin C. Jumlah ini tidak perlu diperhitungkan untuk menghitung jumlah
asupan.
Vitamin E (Tocopherol)
Absorbsi: vitamin E diabsorbsi dalam dan bersama-sama dengan
lemak; diperlukan enzim pankreas dan empedu untuk absorpsi tersebut.
Fungsi: sifat antioksidannya berfungsi melindungi dan menstabilkan
membran sel.
Sumber: minyak sayuran (vegetable oils), sedikit terdapat dalam telur,
padi-padian, dan keju.
Defisiensi: defisiensi yang jelas jarang dijumpai, dan perlu waktu lama
untuk terjadinya, tetapi dapat terlihat pada malabsorpsi berat. Juga dapat
terjadi pada pemakaian TPN jangka panjang.
Tanda-tanda: neuropati perifir, gangguan keseimbangan, menurunnya
refleks lutut dan refleks-refleks lainnya. Tanda-tanda defisiensi pada
orang dengan bukan HIV sama dengan pada sistem imun orang dengan
HIV.
Suplementasi: membran sel punya lapisan lemak atau lipid. Radikal
bebas dalam lapisan ini bereaksi dengan oksigen dan memudahkan
reaksi berantai untuk membentuk radikal bebas baru pada setiap tahap
6-13
6-14
6-15
6-16
6-17
Magnesium (Mg)
Fungsi: Mg memainkan peran aktif dalam metabolisme Na, K, dan Ca.
Ia bekerja dalam jantung dan pembuluh darah, syaraf dan otot, dan
dalam usus. Kebanyakan menumpuk dalam jaringan, sehingga kadar
dalam darah tidak bisa dijadikan ukuran.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa suplementasi Mg dapat
menurunkan kerusakan paru dari toksisitas oksigen. Mg dapat
menghalangi penyempitan pembuluh darah, sehingga dapat
meningkatkan aliran darah. Telah dibuktikan dapat mempercepat
pemulihan pada operasi jantung terbuka, dan meningkatkan
penyembuhan infeksi berat dan pengobatan seumur hidup.
Ekskresi: melalui ginjal. Kehilangan Mg juga dapat melalui feses dan
kulit. Malabsorpsi dapat menurunkan keberadaannya dalam makanan.
Alkohol juga menghambat absorpsinya. Cadangan bisa menurun pada
penggunaan diuretik dan antibiotik.
Defisiensi: kadar yang rendah biasanya dijumpai dalam keadaan infeksi
berat, dan sering kemudian meningkat. Hal tersebut menandakan
terjadinya kerusakan jaringan dan kematian sel. Selanjutnya diangkut ke
luar tubuh dan hilang. Jadi, sakit dapat menurunkan cadangan Mg
dengan cepat; dan dokter mungkin tidak mengetahuinya walaupun
dilakukan pemeriksaan. Defisiensi Ca yang diakibatkan oleh karena
rendahnya Mg, dalam pengobatan mungkin tidak akan terjadi perbaikan
bila tidak disertai dengan suplemen Mg.
Tidak seperti Ca, Mg tidak disimpan dalam tulang sebagai cadangan
untuk dipergunakan bila asupan menurun. Seperti juga Ca, Mg tidak
boleh dikonsumsi secara berlebihan.
Apabila sulit mendapatkan pemasukan Mg dan mudah kehilangan, dan
oleh karena begitu penting, dan tidak boleh mengkonsumsi terlalu
banyak, dan apabila berlebihan dapat menimbulkan gangguan, maka
perlu untuk mendapatkan suplemen. Hanya dalam keadaan kegagalan
ginjal suplemen Mg tidak boleh diberikan.
Sumber: multivitamin mengandung 100-125 mg. Theragran M
mengandung 24 mg. Kombinasi unsur mikro biasanya mengandung 100500 mg. Kebutuhan yang dianjurkan untuk Mg adalah 400 mg/hari.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian baru tersebut diatas, suplemen masih
dapat dinaikkan. Tidak perlu diketahui berapa yang dianggap cukup.
Sekarang diberikan 500 mg tambahan selain preparat kombinasi yang
lain.
6-18
Mineral lainnya
Unsur-unsur lainnya yang penting dan sangat berguna walaupun dalam
jumlah yang kecil adalah: chromium (Cr), copper (Pb), cobalt (Co), iodine
(I), iron Fe), selenium (Se), dan zinc (Zn).
Fungsi Co masih belum banyak diketahui, kecuali sebagai bagian dari
vitamin B12. Defisiensi Mn juga belum pernah dilaporkan.
Yodium penting dalam metabolisme tiroid, tetapi peran penting
berhubungan dengan HIV masih belum diketahui. Dalam preparat obat
kombinasi terdapat dalam jumlah yang kecil. Suplementasi tidak dianjurkan
oleh karena akan membawa pengaruh terhadap tiroid.
Kromium (Cr)
Fungsi: kromium membantu kinerja insulin, diperlukan oleh sel untuk
metabolisme glukosa.
Defisiensi: kerja berat, infeksi, dan kerusakan jaringan
meningkatkan penggunaan, sehingga akan terjadi penurunan.
akan
6-19
6-20
6-21
Seng (Zn)
Zn dapat masuk jaringan dari dalam darah secara bolak-balik pada saat
terjadinya stres atau sakit. Kadar dalam darah tidak mencerminkan jumlah
yang sebenarnya dalam tubuh.
Fungsi: penyembuhan luka dan pemeliharaan membran sel. Juga
memegang peran dalam pembentukan antibodi, dan hal lainnya dalam
respon imun.
Absorbsi: dalam usus halus, makanan kaya serat dan terdapatnya
parasit dapat menghambat absorbsi. Hanya 25% yang dapat diabsorbsi
dari jumlah yang dikonsumsi, itu sudah baik; rendahnya penyerapan
dalam usus, jumlahnya mungkin bisa lebih rendah.
Tanda-tanda: kerusakan respon imun, rambut rontok, gangguan
penglihatan malam hari, gangguan konsentrasi, penyembuhan luka
terhambat, dan kelainan metabolisme protein. Selain hal tersebut dapat
pula terjadi penurunan atau perubahan rasa. Hal ini akan berpengaruh
terhadap nafsu makan dan absorbsinya.
Kadar testosteron, hormon laki-laki, juga menurun. Ini penting bagi lakilaki orang dengan HIV, oleh karena 20% akan mengalami hal seperti itu,
terutama pada orang dengan infeksi HIV yang lanjut. Hilangnya nafsu
seks dan lemah berhubungan dengan kondisi tubuh yang kurus.
Diare dapat sebagai akibat atau penyebab defisiensi, sehingga dapat
saling memberatkan. Suplemen Zn harus selalu diberikan pada orang
dengan diare kronik dan berat.
Beberapa penelitian menunjukkan penurunan Zn pada orang dengan
HIV. Tetapi ini merupakan gambaran darah, bukan jaringan. Zn juga
menurun pada penggunaan AZT.
Sumber: multivitamin biasanya mengandung 15 mg Zn. Suplemen yang
biasa dipergunakan mengandung 20-25 mg. Suplemen Zn tersendiri
biasanya mengandung 50-60 mg. Untuk kebutuhan 50 mg, jumlah ini
sudah terpenuhi cukup dengan menggunakan multivitamin dan mineral
setiap harinya.
Suplementasi: dengan suplementasi, gejala-gelaja menunjukkan
perbaikan. Bila diberikan dalam jumlah yang berlebihan, dapat
menimbulkan penurunan fungsi sistem imun dan juga penurunan kadar
Ca.
Yang menarik adalah suatu penelitian yang dilakukan pada tahun 1984.
Dalam penelitian tersebut, sejumlah 288 orang yang positif HIV
diwawancarai tentang suplemen yang dipergunakan. Setelah diawasi
6-22
6-23
Jumlah ini tidak tepat sekali, oleh karena penelitiannya masih dalam taraf
awal, tetapi baik sebagai permulaan. Selain itu juga telah
memperhitungkan bahaya pemberian yang berlebihan.
Bila cara-cara yang sedang dipergunakan memerlukan lebih dari yang
diuraikan, atau memerlukan bahan yang lain, perlu diperhatikan
bahayabahayanya sebelum dipergunakan. Hal yang baik tidak perlu
terlalu banyak. Dan bila memungkinkan, minum vitamin sewaktu makan.
6.2 Makanan sehat atau menu berimbang
Makanan 4 Sehat 5 Sempurna
6-24
6-25
Gejala-gejala
defisiensi
Sumber
Suplemen
Vit. B1
Sumber: daging,
kacang-kacangan,
kentang, kacang
polong, buncis,
kacang tanah, dan
ragi.
Multivitamin
Vit. B2
Vit. B6
Mudah tersinggung,
depresi, kemerahan
pada kulit dan lidah
dan perlunakan
pada mulut. Bila
berlangsung lama
dapat timbul mualmual dan muntah,
anemia, selanjutnya
gangguan sistem
imun pada orang
dengan HIV.
Pisang, wortel,
kacang-kacangan,
beras, ikan, kacang
kedele, gandum.
Vitamin B-kompleks
mengandung 5-100
mg (20 mg sudah
cukup).
Bila minum INH: 2550 mg/hari.
Vit. B12
6-26
Gejala-gejala
defisiensi
Sumber
Suplemen
Pperubahan fungsi
mental dini meliputi
kecepatam
memroses informasi,
dan kinerja yang
membutuhkan
koordinasi
ketajaman penglihatan dan ruang.
Asam
folat
Nafsu makan
menurun, mual,
mencret, rambut
rontok, dan nyeri
pada mulut dan
lidah, lesu. Bila terus
bertambah berat,
dapat timbul perubahan sel-sel darah.
Sayur-sayuran daun,
daging, dan ragi.
Vit. K
Perlu diperhatikan
pada orang dengan
dengan kerusakan
hati.
Gangguan
pembekuan darah.
Suntikan vit. K
Vit. C
Buah-buahan
berwarna dan sayur
daun merupakan
sumber vitamin C
yang baik.
6-27
Gejala-gejala
defisiensi
Sumber
Suplemen
Vit. E
Neuropati perifir,
gangguan
keseimbangan,
menurunnya refleks
lutut dan refleksrefleks lain-nya.
Tanda-tanda
defisiensi pada
penderita bukan HIV
sama dengan pada
sistem imun orang
dengan HIV.
Minyak sayuran
(vegetable oils),
sedikit dalam telur,
padi-padian, dan
keju.
Vit. A
Suplemen biasanya
dalam bentuk karotin, walaupun
demikian toksisitas
jangan sampai
terjadi.
Dosis yang
dianjurkan 15-50
mg/hari, jumlah ini
setara de-ngan
25.000-50.000 unit
vitamin A.
Multivitamin
biasanya
mengandung 3 mg
(5 ribu U Vit. A.
Dengan minum jus
wortel tiap hari,
suplemen dapat
dihentikan
seluruhnya.
Mineral
dan unsur
mikro
Sayur-sayuran hijau
dan buah-buahan
berwarna.
Belum ada
penelitian yang
khusus.
Multivitamin.
6-28
Dalam tabel berikut dapat dilihat beberapa jenis suplemen yang ada di
pasaran (nama dagang, kandungan/isi, nama pabrik, dan harga):
Jenis/Nama
Dagang
Kandungan/Isi
Dosis/Cara
Pemberian
- -karoten: 10.000 UI
- Vit-C: 500 mg
- Vit-E: 100 UI
Sehari 1 kaplet
(HNA+)
Rp 733,-- per
kaplet
- AMAROPO
- -karoten: 6 mg
- Vit-C: 100 mg
- Vit-E: 25 mg
1-2 x sehari 1
kapsul
(HET)
Rp 866,50 per
kapsul
- BETA C-E
- -karoten: 10.000 UI
- Vit-C: 60 mg
- Vit-E: 12 mg
1-2 x sehari 1
kapsul
(HNA)
Rp 800,-- per
kapsul
- BEVIZIL
- -karoten: 5.000 UI
- Vit-C: 200 mg
- Vit-E: 50 mg
- Zn: 15 mg
- Selenium: 25 mcg
Sehari 1 tablet
(HNA+)
Rp 1.072,50,-per tablet
- SELECA
- -karoten: 10 mg
- Vit-C: 300 mg
- Vit-E: 250 mg
Zn: 5 mg
Sehari 1 tablet
(HNA)
Rp 1.500,-- per
tablet
- VOLAMIL
-karoten: 10.000 UI
Vit-C: 100 mg
Vit-B1: 10 mg
Vit-2: 2,5 mg
Nikotinamida: 20 mg
Vit-B6: 15 mg
Ca-pantotenat: 7,5
mg
- Vit-B12: 4 mcg
- Vit-D: 400 UI
- Asam folat: 1 mg
- K-iodida: 100 mcg
- Fe-fumarat: 90 mg
- Cu-sulfat: 0,1 mg
- Ca-laktat: 250 mg
- NaF: 1 mg
Sehari 1 kaplet
(HNA)
Rp 675,-- per
kaplet
Vitamin A
(komponen utama)
- ACEVIT
Harga
6-29
Kandungan/Isi
Dosis/Cara
Pemberian
Harga
- SYMBION
- -karoten: 7 mg
- Vit-C: 180 mg
- Vit-E: 30 mg
- Zn: 15 mg
- Selenium: 100 mcg
- Mn: 5,25 mg
Sehari 1 tablet
(HNA+)
Rp 1.258,-- per
tablet
- VITALENE
- -karoten: 25 mg
- Vit-C: 500 mg
- Vit-E: 200 mg
Sehari 1 kaplet
(HNA+)
Rp 1.320,-- per
tablet
- Bisbentiamin: 57,2
mg
1-2 x sehari 1
tablet
(HJA)
Rp 586,67 per
tablet
- Vit-B1: 100 mg
Sehari 1 tablet
Rp 138,-- per
tablet
- Vit-B1: 15 mg
- Vit-B2: 10 mg
- Vit-B6: 5 mg
- Vit-B12: 4 mcg
- Vit-C: 500 mg
- Niasinamida: 100 mg
- Kalsium pantotenat:
20 mg
1-2 x sehari 1
tablet, pada
waktu atau
setelah makan
(HJA+)
Rp 605,-- per
tablet
- BECOMBION
forte
- Vit-B1: 15 mg
- Vit-B2: 15 mg
- Vit-B6: 10 mg
- Vit-B12: 10 mcg
- Vit-C: 500 mg
- Nikotinamida: 50 mg
- Ca pantotenat: 25 mg
- Biotin: 0,15 mg
Sehari 1 tablet
(HJA+)
Rp 379,50 per
tablet
- BUGARET
- Vit-B1: 15 mg
- Vit-B2: 15 mg
- Vit-B6: 10 mg
- Vit-B12: 10 mcg
- Vit-C: 500 mg
- Nikotinamida: 50 mg
- Ca pantotenat: 25 mg
Sehari 1 kaplet
Rp 930,-- per
kaplet
Vitamin B1
- BESTON
- BETAMIN
Vitamin B kombinasi
- AKTACE
6-30
- CETOP ZINK
Kandungan/Isi
- Seng: 22,5 mg (setara dengan 100 mg
seng sulfat)
- Vit-B1 mononitrat: 20
mg
- Vit-B2: 20 mg
- Vit-B6: 25 mg
- Vit-B12: 0,05 mg
- Vit-C: 600 mg
- Vit-E: 30 mg
- Nikotinamida: 100
mg
- Ca pantotenat: 20 mg
- Asam folat: 0,5 mg
- Seng: 20 mg
Dosis/Cara
Pemberian
Harga
Sehari 1
dragee
(HJA+)
Rp 676,50 per
dragee
- CITONEURON
- Vit-B1: 100 mg
- Vit-B6: 200 mg
- Vit-B12: 200 mcg
Sehari 1 kaplet
Rp 265 kaplet
- ENKABEC
- Vit-B1: 15 mg
- Vit-B2: 15 mg
- Vit-B6: 10 mg
- Vit-B12: 10 mcg
- Nikotinamida: 50 mg
- Ca pantotenat: 15 mg
- Biotin: 0,15 mg
Sehari 1 kapsul
(HET)
Rp 331,-- per
kapsul
- HI-BESTON
- Bisbentiamin: 50 mg
- Vit-B2: 5 mg
- Vit-B6: 5 mg
- Vit-B12: 5 mcg
1-2 x sehari 1
tablet
(HJA)
Rp 807,-- per
tablet
- JUVELON B
- Vit-B1 nitrat: 6 mg
- Vit-B2 natrium fosfat:
19 mg
- Vit-B6: 12 mg
- Nikotinamida: 20 mg
- Ca pantotenat: 10 mg
1-2 x sehari 1
ka-plet,
sesudah makan pagi dan
atau makan
malam
(HNA)
Rp 367,-- per
kaplet
- MECOBEX
- Vit-B1: 50 mg
- Vit-B2: 25 mg
- Vit-B12: 5 mcg
- Vit-C (sebagai natrium askorbat): 500
Sehari 1 kaplet
Rp 605,-- per
kaplet
6-31
- NERVITON-E
Kandungan/Isi
mg
- Nikotinamida: 100
mg
- Ca pantotenat: 20 mg
- Vit-B1 disulfida: 100
mg
- Vit-B6: 50 mg
- Vit-B12: 100 mcg
- Vit-E asetat: 30 mg
Dosis/Cara
Pemberian
Harga
Sehari 1 tablet
(HNA+)
Rp 475,-- per
tablet
- NEUROBION5000
- Vit-B1: 100 mg
- Vit-B6: 100 mg
- Vit-B12: 5000 mcg
- Vit-E asetat: 30 mg
Sehari 1 tablet,
sesudah makan
(HNA+)
Rp 1.495,-- per
tablet
- NEUROSANBE 5000
- Vit-B1: 100 mg
- Vit-B6: 100 mg
- Vit-B12: 5000 mcg
- Vit-E asetat: 30 mg
Sehari 1 tablet,
sesudah makan
(HNA+)
Rp 1.210,-- per
tablet
- ZINONE
- Vit-B1: 15 mg
- Vit-B2: 15 mg
- Vit-B6: 25 mg
- Vit-B12: 12 mcg
- Niasinamida: 100 mg
- Vit-E: 30 UI
- Vit-C: 750 mg
- Asam folat: 400 mcg
- ZnSO4: 25 mg
Sehari 1 kaplet,
sesudah makan
(HNA+)
Rp 660,-- per
kaplet
- Vit-C: 1 g
(HJA+)
Rp 1.232,-- per
tablet buih
Rp 629,50 per
tablet kunyah
- SWEETA C
- tablet hisap
(HJA)
Rp 250,-- per
tablet hisap
- VICEE
2-5 tablet
sehari, hisap
dalam mulut
Vitamin C
- REDOXON
6-32
Kandungan/Isi
Dosis/Cara
Pemberian
Harga
- VITACIMIN
1-2 tablet
sehari, dihisap
dalam mulut
- VITALONG C
- Vit-C: 500 mg
- Sehari 1
kapsul (lepas
lambat)
Rp 660,-- per
kapsul
- VITAMEX C
- Vit-C: 500 mg
- 1-2 tablet
sehari, (dihisap
pelan-pelan)
(HNA)
Rp 250,-- per
tablet
- Kalsium laktat
glukonat: 1 g
- Kalsium karbonat:
0,327 g
- Vit-C: 1 g
1-3 x sehari 1
tablet (tablet
buih)
(HNA)
Rp 1.389,50
per tablet
- CALCIUM D
REDOXON
- tablet buih
(HNA+)
Rp 1.431,-- per
tablet
- CAXON F
- Vit-C: 1000 mg
- Kalsium karbonat:
250 mg
- Vit-B6: 15 mg
- Na fluorida: 0,50 mg
- tablet buih
(HNA+)
Rp 990,-- per
tablet
- DL-alfa tokoferil
asetat: 200 mg
Sehari 1 tablet
(dikunyah/hisap
)
(HNA)
Rp 1.259,-- per
tablet
1-2 kapsul
sehari
(HNA+)
Rp 700,-- per
kapsul
Vitamin E
- ENOVA
- EVIMEC
6-33
Kandungan/Isi
Dosis/Cara
Pemberian
Harga
- EVION
- Alfatokoferol asetat):
200 mg (kapsul)
1-3 kapsul
sehari
(HNA+)
Rp 1.064,-- per
kapsul
- EVION
- Alfatokoferol asetat):
100 mg (tablet)
1-3 tablet
sehari
(HNA+)
Rp 528,-- per
tablet
- JUVELON
1-2 kapsul
sehari
(HNA)
Rp 440,-- per
kapsul
- JUVELON C
1-2 bungkus
granul sehari
(dihisap
perlahan-lahan
tanpa dicampur
air)
(HNA)
Rp 734,-- per
bungkus
- MECOMBIONE
- Vit-E: 50 mg
- Vit-B1: 100 mg
- Vit-B6: 200 mg
- Vit-B12: 200 mcg
Sehari 1 tablet
(HNA+)
Rp 709,-- per
tablet
- NATUR-E
1-4 kapsul
sehari
- Vit-B1: 50 mg
- Vit-B2: 25 mg
- Vit-B6: 10 mg
- Vit-B12: 8 mcg
- Vit-C (sebagai Naaskorbat): 500 mg
- Vit-E: 30 mg
- Nikotinamida: 100
mg
- Ca pantotenat: 25 mg
Sehari 1 kaplet
(HNA)
Rp 180,-- per
kaplet
Multivitamin
- ASCORBEC
6-34
Jenis/Nama
Dagang
Kandungan/Isi
Dosis/Cara
Pemberian
Harga
- BECEFORT
- Vit-B1: 15 mg
- Vit-B2: 10 mg
- Vit-B6: 5 mg
- Vit-B12: 100 mcg
- Vit-C: 500 mg
- Vit-E: 30 mg
- Nikotinamida: 50 mg
- Ca pantotenat: 20 mg
Sehari 1 tablet
(HET)
Rp 768,-- per
tablet
- BECOM C
- Vit-B1: 50 mg
- Vit-B2: 25 mg
- Vit-B6: 10 mg
- Vit-B12: 5 mcg
- Vit-C: 500 mg
- Nikotinamida: 100
mg
- Ca pantotenat: 20 mg
Sehari 1 kaplet
(HNA+)
Rp 605,-- per
kaplet
- BIOMIN-AFZ
Sehari 1 kaplet
- ENERVON C
- Vit-B1: 50 mg
- Vit-B2: 25 mg
- Vit-B6: 10 mg
- Vit-B12: 5 mcg
- Vit-C: 500 mg
Sehari 1 tablet
6-35
- MALTIRON
- PFIBEC PLUS
- ZEGAVIT
6-36
Kandungan/Isi
- Niasinamida: 50 mg
- Ca pantotenat: 20 mg
- Vit-A: 6000 UI
- Vit-D: 400 UI
- Vit-B1: 3 mg
- Vit-B2: 3 mg
- Vit-B6: 2 mg
- Vit-B12: 2 mcg
- Vit-C: 75 mg
- Nikotinamida: 20 mg
- Ca pantotenat: 10 mg
- Biotin: 0,02 mg
- Besi(III) fumarat: 135
mg
- Ca-karbonat: 250 mg
- Tembaga(II) sulfat:
3,93 mg
- Mn-sulfat: 4,06 mg
- Mg-oksida: 9,95 mg
- Zn-sulfat: 6,60 mg
- Na-tetraborat: 0,882
mg
- Ca-sulfat: 3,35 mg
- Na-molibdat: 0,504
mg
- K-iodida: 0,016 mg
- Vit-B1: 50 mg
- Vit-B2: 25 mg
- Vit-B6: 10 mg
- Vit-B12: 5 mcg
- Vit-C: 500 mg
-Asam folat: 0,5 mg
- Nikotinamida: 100
mg
- Ca pantotenat: 20 mg
- Vit-E: 30 Unit
- Vit-C: 750 mg
- Vit-B1: 15 mg
- Vit-B2: 15 mg
- Niasinamida: 100 mg
- Vit-B6: 25 mg
- Vit-B12: 12 mcg
Dosis/Cara
Pemberian
Harga
1-3 x sehari 1
tablet
(HNA)
Rp 500,-- per
tablet
Sehari 1 tablet
Sehari 1 kaplet
(HNA+)
Rp 1.823,-- per
kaplet
- ZEVITON
Vitamin dengan
Mineral
- AKTAZET
- BECOM-ZET
Kandungan/Isi
- Asam folat: 0,4 mg
- Ca: 20 mg
- Asam pantotenat: 20
mg
- Seng: 20 mg
- Vit-B1: 15 mg
- Vit-B2: 15 mg
- Vit-B6: 25 mg
- Vit-B12: 12 mcg
- Nikotinamida:100 mg
- Asam folat: 0,4 mg
- Ca-pantotenat: 23,8
mg
- Vit-C: 750 mg
- Vit-E: 30 mg
- Zn: 22,5 mg
Dosis/Cara
Pemberian
Harga
Sehari 1 kaplet
(HNA+)
Rp 990,-- per
kaplet
- Vit-E: 30 mg
- Vit-C: 500 mg
- Asam folat: 0,40 mg
- Vit-B1: 15 mg
- Vit-B2: 15 mg
- Nikotinamida: 100
mg
- Vit-B6: 20 mg
-Vit-B12: 12 mcg
- Ca-pantotenat: 20
mg
- Zn: 22,5 mg
Sehari 1 tablet
(pada waktu
atau setelah
makan)
(HNA+)
Rp 990,-- per
tablet
- Vit-E: 30 UI
- Vit-C: 750 mg
- Asam folat: 400 mcg
- Vit-B1: 15 mg
- Vit-B2: 15 mg
- Niasin: 100 mg
- Vit-B6: 20 mg
- Vit-B12: 12 mcg
- Ca-pantotenat: 20
mg
- Zn: 22,5 mg
Sehari 1 kaplet
(pada waktu
atau setelah
makan)
(HNA+)
Rp 1.100,-- per
kaplet
6-37
Jenis/Nama
Dagang
Kandungan/Isi
- BIOPRADYN
- Vit-A: 25.000 UI
- Vit-D: 400 UI
- Vit-B1 mononitrat: 20
mg
- Vit-B2: 5 mg
- Nikotinamida: 50 mg
- Vit-B6: 10 mg
- Ca-pantotenat: 11,6
mg
- Vit-B12: 5 mcg
- Asam folat: 1 mg
- Vit-C: 150 mg
- Vit-E: 10 mg
- Biotin: 0,25
- Dikalsium fosfat: 215
mg
- Fe(II): 100 mg
- Mg-karbonat: 60 mg
- Mn: 1,54 mg
- Zn: 1,51 mg
- Cu: 2,8 mg
- Mo: 0,21 mg
Sehari 1
dragee
(HNA+)
Rp 473,-- per
dragee
- BUNDAVIN
- Vit-A: 6.000 UI
- Vit-D: 400 UI
- Vit-C: 100 mg
- Vit-B1: 10 mg
- Vit-B2: 2,5 mg
- Vit-B6: 15 mg
- Nikotinamida: 20 mg
- Ca-pantotenat: 7,5
mg
- Fe(II) fumarat:90 mcg
- Ca-fosfat: 83,875 mg
- Tembaga: 0,1 mg
- Iodida: 0,1 mg
- Vit-B12: 4 mcg
- Asam folat: 0,25 mg
Sehari 1 tablet
Rp 565,-- per
tablet
- CETAVIT
- Vit-A: 4.000 UI
- Vit-D: 400 UI
- Vit-B1: 3 mg
- Vit-B2: 3 mg
Sehari 1 tablet
Rp 565,-- per
tablet
6-38
Dosis/Cara
Pemberian
Harga
- COMBIONTA
Kandungan/Isi
- Vit-B6: 2,5 mg
- Vit-B12: 6 mcg
- Biotin: 0,1 mg
- Ca-pantotenat: 7,5
mg
- Asam folat: 0,25 mg
- Nikotinamida: 20 mg
- Vit-C: 60 mg
- Vit-E: 20 mg
- Ca-fosfat: 200 mg
- Tembaga(III) SO4: 1
mg
- Fe(III) fumarat: 135
mg
- Mn-sulfat: 1,4 mg
- K-iodida: 0,2 mg
- Na-fluorida: 1,1 mg
- Vit-A: 1.250 UI
- Vit-B1nitrat: 0,5 mg
- Vit-B2: 0,75 mg
- Nikotinamida: 7,5 mg
- Ca d-pantotenat: 2,5
mg
- Vit-B6: 1 mg
- Vit-B12: 0,5 mcg
- Vit-C: 25 mg
- Vit-E asetat: 1 mg
- Rutin: 5 mg
- Ca-monohidrogenfosfat: 128,47 mg
- Mg-karbonat-OH: 20
mg
- Fe-sulfat: 22 mg
- Tembaga sulfat: 0,45
mg
- Mn-sulfat: 0,16 mg
- Kobal sulfat: 0,48 mg
- Zn-oksida: 0,0623
mg
- Na-molibdat: 0,125
mg
- K-iodida: 0,0026 mg
- Na-fluorida: 0,055 mg
Dosis/Cara
Pemberian
Harga
(HNA+)
Rp 490,60,-per tablet
6-39
Kandungan/Isi
Dosis/Cara
Pemberian
Harga
- GERIAVITA
- Beta karoten: 6 mg
- Vit-E: 30 mg
- Vit-C: 500 mg
- Asam folat: 0,4 mg
- Vit-B1: 15 mg
- Vit-B2: 15 mg
- Nikotinamida: 100
mg
- Vit-B6: 20 mg
- Vit-B12: 10 mcg
- Biotin: 45 mcg
- Kalsium: 20 mg
- Besi: 20 mg
- Seleniu8m: 25 mg
- Seng: 20 mg
Sehari 1 kaplet
(HET)
Rp 800,-- per
kaplet
- SUPRADEX
- Vit-A: 25.000 UI
- Vit-B1: 20 mg
- Vit-B2: 5 mg
- Nikotinamida: 50 mg
- Vit-B6: 10 mg
- Ca-pantotenat:10 mg
- Biotin: 0,25 mg
- Vit-B12: 5 mcg
- Vit-C: 150 mg
- Vit-D2: 400 UI
- Vit-E: 10 mg
- Ca-karbonat: 100 mg
- Fe(II) fumarat: 20 mg
- Mg-sulfat: 3 mg
- Mn-sulfat: 2 mg
- Ca-hidrogenfosfat: 50
mg
- Cu(II) sulfat: 1 mg
- Seng(II) ssulfat: 1 mg
- Na-molibdat: 0,02 mg
- Na-tetraborat: 0,88
mg
(HNA)
Rp 500,-- per
tablet
- SUPRADYNRoche
- Vit-A: 3.333 UI
- Vit-B1: 7,5 mg
- Vit-B2: 5 mg
- Vit-B6: 10 mg
- Vit-B12: 5 mcg
Sehari
1kaplet/ta-blet
buih
(HNA+)
Rp 1.995,-- per
kaplet
Rp 1.399,-- per
6-40
- THERAGRANM
- VITRAL
Kandungan/Isi
- Vit-C: 150 mg
- Vit-D: 400 UI
- Vit-E: 10 mg
- Nikotinamida: 50 mg
- Ca-pantotenat:11,6
mg
- Biotin: 250 mcg
- Asam folat: 0,4 mg
- Ca: 50 mg
- Besi: 1,25 mg
- Mg: 5 mg
- Mn: 0,5 mg
- Fosfor: 45 mg
- Tembaga: 0,1 mg
- Seng: 0,5 mg
- Molibden: 0,1 mg
- Vit-A: 10.000 UI
- Vit-B1: 10 mg
- Vit-B2: 10 mg
- Vit-B6: 5 mg
- Vit-B12: 5 mcg
- Vit-C: 200 mg
- Vit-D: 400 UI
- Vit-E: 15 UI
- Nikotinamida:100 mg
- Ca-pantotenat:20 mg
- K-iodida: 15 mg
- Besi: 12 mg
- Mg: 65 mg
- Mn: 1 mg
- Tembaga: 2 mg
- Seng (ZnSO4): 1,5
mg
- Vit-A: 5.000 UI
- Vit-D: 500 UI
- Vit-E: 2 UI
- Vit K3: 1 mg
- Vit-B1: 3 mg
- Vit-B6: 2 mg
- Nikotinamida: 20 mg
- Ca-pantotenat:5 mg
- Asam folat: 0,5 mg
Dosis/Cara
Pemberian
Harga
tablet buih
Sehari 1 tablet
(HNA+)
Rp 1.100,-- per
tablet
Sehari 1 kapsul
6-41
Kandungan/Isi
Dosis/Cara
Pemberian
Harga
- Vit-C: 75 mg
- Inositol: 10 mg
- Kolina bitartrat:10 mg
- Kalsium: 58 mg
- Fosfor: 44 mg
- Besi: 33 mg
- Mg: 5 mg
- Fluor: 0,1 mg
- Iodium: 0,1 mg
- Mn: 1 mg
- Molibdenum: 0,1 mg
- Selenium: 0,1 mg
- Seng: 1 mg
HNA: Harga neto apotik; HJA: Harga jual apotik; HET: Harga eceran terendah
Disesuaikan dari: Winotopradjoko dkk., 2002.
6-42
$ RINGKASAN
Pada bagian ini diuraikan fakta-fakta tentang hepatitis C, hubungan hepatitis C
dengan hepatitis lainnya dan HIV, cara-cara pencegahan, testing dan pemeliharaan
kesehatan pengidap hepatitis C. Dalam kaitannya dengan HIV ada beberapa hal
yang sangat penting untuk diketahui yaitu:
Bila pengidap hepatitis C terinfeksi HIV maka resiko terjadinya penyakit hati
yang berat akan meningkat. Oleh karena itu pengidap hepatitis C yang HIV
negatif harus berusaha agar dia tidak tertular HIV.
Demikian pula sebaliknya, pengidap HIV yang hepatitis C negatif harus
berusaha agar tidak tertular hepatitis C karena pada pengidap HIV, virus
hepatitis C dapat berkembang dengan sangat cepat.
Pengidap hepatitis C yang juga mengidap HIV dianjurkan tidak minum
minuman beralkohol dalam jumlah yang banyak karena akan mempercepat
timbulnya penyakit hati.
Pengidap hepatitis C dan HIV yang mendapat pengobatan anti virus (HAART)
perlu menjalani pemeriksaan fungsi hati secara teratur.
Vaksin hepatitis C belum ditemukan. Oleh karena itu upaya-upaya pencegahan
harus dilakukan misalnya tidak berbagi jarum suntik, sendok, kapas, air dan peralatan menyuntik lainnya, apabila membuat tato atau tindik harus menggunakan
peralatan yang steril, tidak berbagi sikat gigi dan pisau cukur dan bila
berhubungan seks selalu memakai kondom.
7.1 HEPATITIS C
Hepatitis C adalah virus yang ditularkan lewat darah yang menyerang hati.
Penularan terjadi bila darah penderita memasuki aliran darah orang lain.
Hepatitis C adalah virus yang aktivitasnya lambat dan sebagian besar orang
yang terinfeksi tidak mengalami penyakit yang serius atau kematian.
Saat ini belum ada vaksin untuk Hepatitis C, tetapi ada pilihan-pilihan
pengobatan.
7.2 VIRUS HEPATITIS LAINNYA
Hepatitis C adalah salah satu dari 5 jenis virus hepatitis (A,B,C,D,E) yang dapat
menyebabkan peradangan pada hati.
Efek dari hepatitis virus akut bervariasi dari tanpa gejala sampai sakit yang
berat dengan mual, nyeri, rasa tidak nyaman di perut dan kekuningan. Gejalagejala tersebut menunjukkan kelainan fungsi hati.
Vaksin telah dikembangkan untuk mencegah infeksi hepatitis A, hepatitis B dan
hepatitis D. Saat ini belum ada vaksin untuk hepatitis C.
7-1
Infeksi oleh dua atau lebih virus dapat terjadi dan disebut ko-infeksi.
Beberapa infeksi virus hepatitis misalnya hepatitis A dibersihkan secara alami
dari tubuh dan memberikan kekebalan seumur hidup. Hal ini juga berlaku untuk
hepatitis B, atau ia bisa menjadi infeksi kronik.
Beberapa virus hepatitis dapat menyebabkan infeksi kronik. Sekitar 75% orang
yang terpapar hepatitis C mengalami infeksi kronik dan paparan terhadap
hepatitis C tidak menimbulkan kekebalan.
7.3 PENCEGAHAN HEPATITIS C
Penularan hepatitis C dan virus-virus lain yang ditularkan lewat darah dapat
diturunkan.
Adalah penting untuk mengetahui risiko dari kontak darah dengan darah.
Untuk pengguna narkoba suntikan, perilaku penyuntikan yang lebih aman
dapat menurunkan risiko tertular hepatitis C. Perilaku penyuntikan yang aman
juga dapat menurunkan risiko menularkan hepatitis C dan virus-virus yang
menular lewat darah lainnya.
Mereka yang ingin ditato atau dipasang aksesoris yang menembus kulit
disarankan mengunjungi pemberi jasa yang selalu menggunakan prosedur
pencegahan infeksi yang baku.
Salah satu respon dalam pencegahan hepatitis C adalah melalui program
pertukaran jarum suntik.
7.4 TESTING HEPATITIS C
Keputusan untuk menjalani testing hepatitis C harus dibuat oleh individu itu
sendiri setelah mendapat informasi dan nasehat dari konselor, konseling dan
dengan informed consent.
Tes skrining pendahuluan memeriksa antibodi terhadap virus hepatitis C, bukan
virusnya sendiri.
Ada beberapa tes yang digunakan untuk memonitor fungsi hati dan
memberikan penilaian untuk pengobatan.
Tujuan testing adalah pertama-tama untuk mengetahui apakah individu itu
mengidap virus hepatitis C, dan kedua apakah mereka telah berhasil membuang
virus tersebut dari tubuhnya atau apakah terjadi infeksi menahun. Pengelolaan
penderita akan tergantung dari hasil-hasil tes itu.
Testing dianjurkan kepada orang yang beresiko terinfeksi hepatitis C.
7.5 HIDUP POSITIP DENGAN HEPATITIS C
Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan
psikologis, emosional dan sosial dari pengidap hepatitis C.
Pengidap hepatitis C harus memiliki akses kepada informasi yang tepat,
ringkas dan baru untuk dapat membuat keputusan yang benar-benar disadari
tentang kesehatannya.
7-2
7-3
7-4
Viral load
Ada 2 tes viral load yang saat ini tersedia yaitu tes PCR kuantitatif dan tes
viral load bDNA (branched chain DNA) dengan biaya cukup mahal.
Menghitung jumlah virus hepatitis C dalam darah dapat digunakan untuk
meramalkan respon seseorang terhadap pengobatan dan sebagai perkiraan
risiko penularan.
Prinsip-prinsip transmisi virus
Virus meninggalkan tubuh orang yang terinfeksi.
Virus harus terdapat pada cairan tubuh. Dalam hal hepatitis C, cairan
tubuh tersebut adalah darah.
Virus harus cukup konsentrasinya (disebut pula viral load) untuk
menimbulkan infeksi.
Cairan tubuh yang membawa virus harus memasuki aliran darah
orang lain.
Penularan hepatitis C
Hepatitis C ditularkan lewat kontak darah ke darah. Artinya bahwa
darah orang yang terinfeksi oleh virus harus memasuki aliran darah
orang lain.
Hepatitis C biasanya memasuki tubuh seseorang melalui luka atau
luka pada kulit.
Untuk terjadinya penularan, virus harus cukup banyak untuk mampu
menimbulkan infeksi.
Risiko penularan hepatitis C yang tertinggi adalah melalui kontak
darah ke darah yaitu berbagi atau menggunakan kembali jarum suntik
bekas. Alat-alat menyuntik lainnya, tempat mencampur obat, tempat
sampah, tangan dan tempat menyuntik dapat terkontaminasi selama
proses menyuntik dan berisiko menularkan virus.
Sekarang di Indonesia sudah dilakukan skrining hepatitis C pada
darah donor. Sebelumnya orang yang menerima transfusi darah dapat
tertular hepatitis C bila darah yang diterimanya terkontaminasi
hepatitis C.
Hepatitis C ditemukan juga pada cairan tubuh selain darah tetapi viral
loadnya diduga terlalu rendah untuk mampu menimbulkan penularan.
Hepatitis C tidak digolongkan ke dalam infeksi menular seksual (IMS).
Hepatitis C ditularkan melalui kontak darah ke darah, sehingga
penularan secara seksual dapat terjadi jika ada kontak darah ke darah
selama hubungan seks itu.
7-7
7-9
Terjadi peningkatan risiko penularan hepatitis C dari ibu ke bayi bila si ibu:
Angka penularan meningkat menjadi 16% dari ibu yang juga menderita
HIV dibandingkan dengan 2 - 5% pada ibu yang hanya menderita
hepatitis C saja.
Menyusui
Hepatitis C ditemukan pada air susu ibu tetapi jumlahnya diduga tidak
cukup untuk menularkan virus itu.
Karena keuntungan menyusui jauh lebih banyak dari risiko penularan
hepatitis C maka ibu dengan hepatitis C disarankan tetap menyusui
bayinya.
Wanita dengan hepatitis C yang mengalami perdarahan atau
perlukaan pada puting susunya disarankan untuk mengeluarkan dan
membuang air susu dari payudaranya sampai luka tersebut sembuh,
karena mungkin terdapat darah pada air susu tersebut.
Untuk mempelajari lebih lanjut tentang teknik dan posisi menyusui
untuk menghindari perlukaan pada puting susu, konselor/petugas
kesehatan harus menyarankan kepada ibu tersebut untuk
berkonsultasi dengan bidan atau konsultan menyusui di rumah sakit
bersalin atau pusat-pusat kesehatan wanita.
Penularan di rumah
Tidak ada bukti bahwa penderita hepatitis C dapat menulari orang lain
yang berbagi akomodasi dan peralatan rumah tangga dengannya
seperti cangkir, toilet atau peralatan mencuci. Berbagi alat pribadi
seperti sikat gigi dan pisau cukur yang tercemar oleh darah yang
terinfeksi dapat berisiko menularkan, meskipun risiko ini diduga sangat
rendah.
Penularan melalui kontak seksual
Hepatitis C tidak dimasukkan dalam klasifikasi infeksi menular seksual
(IMS).
Sementara hubungan seksual tidak diabaikan sebagai cara penularan
hepatitis C, bukti dari penelitian pada pasangan seks dari penderita
hepatitis C menunjukkan bahwa risiko penularan sangat rendah dan
terjadi bila ada kontak darah ke darah selama hubungan seksual.
Kasus-kasus penularan hepatitis C melalui hubungan seksual yang
dilaporkan menyangkut kontak darah ke darah pada saat aktivitas
7-10
Jawab:
Tanya:
Jawab:
7-12
Tanya:
Jawab:
Tanya:
Jawab:
Diperkirakan di seluruh dunia ada 170 juta orang yang terinfeksi virus
ini (WHO, 1999).
Hepatitis A
Hepatitis A ditularkan melalui makanan dan air, dan melalui kontak
langsung oleh kotoran yang mengandung virus tersebut.
Waktu antara kontak dengan hepatitis A sampai munculnya gejala
biasanya 4 minggu, tetapi dapat bervariasi dari 2-7 minggu.
Penyakit akut ini biasanya berlangsung selama 1-3 minggu, tetapi
dapat berlanjut sampai beberapa minggu/bulan. Infeksi oleh hepatitis
A tidak pernah menjadi kronik. Banyak orang tidak mengetahui bahwa
mereka telah terinfeksi.
7-13
Penyulit pada penderita hepatitis A dapat terjadi pada orang yang juga
terinfeksi oleh hepatitis C, mereka yang berumur > 50 tahun atau
mereka yang sebelumnya telah mengalami kerusakan hati.
Sekali seseorang terinfeksi oleh hepatitis A dan membentuk antibodi,
mereka memiliki kekebalan seumur hidup terhadap virus ini.
Contoh-contoh penularan:
Peralatan makan, minum dan makanan yang telah dipegang oleh
orang yang terinfeksi oleh virus tersebut.
Pencucian tangan yang tidak benar setelah memegang popok,
kondom yang telah digunakan, kain atau handuk yang tercemar oleh
kotoran.
Hubungan seks anal dan oral.
Air yang tercemar oleh kotoran.
Makanan yang tercemar oleh kotoran.
Gejala-gejala dari infeksi akut, bila muncul adalah:
Rasa sakit.
Demam.
Mual.
Hilangnya nafsu makan.
Rasa tidak nyaman di perut.
Mata kuning dan kadang-kadang kulit kuning.
Kencing yang gelap.
7-14
Hepatitis B
Hepatitis B ditemukan pada cairan tubuh seperti darah, cairan sperma,
cairan vagina dan air susu.
Hepatitis B dapat ditularkan melalui hubungan seksual, perilaku
menyuntik yang tidak aman, berbagi sikat gigi dan pisau cukur,
menjalani tato atau tusukan di tubuh dengan alat-alat yang tercemar,
dan dari ibu kepada bayinya saat melahirkan.
Gejala dari infeksi akut bila muncul, adalah:
7-15
Orang-orang yang berhasil membersihkan virus dan memiliki tes fungsi hati
yang normal tidak membutuhkan pengobatan. Orang-orang dengan
hepatitis B kronik yang tidak mengalami kerusakan hati atau pertumbuhan
virus yang aktif, tidak membutuhkan pengobatan. Namun demikian, jika
terjadi kerusakan hati, obat-obat anti-virus seperti interferon atau lamivudin
sering digunakan. Pengobatan ini dapat menurunkan kerusakan yang
disebabkan oleh infeksi tersebut pada sekitar 35% dari orang yang diobati.
Vaksin untuk hepatitis B telah tersedia, dan imunisasi merupakan cara yang
paling efektif untuk melindungi diri dari hepatitis B. Vaksin hepatitis B itu
aman dan efektif pada 95% atau lebih dari populasi. Namun demikian,
orang dengan umur di atas 40 tahun dan orang-orang yang menggunakan
narkoba suntik lebih kecil kemungkinannya membentuk kekebalan yang
efektif. Kombinasi vaksinasi hepatitis A dan hepatitis B dianjurkan bagi
mereka yang berisiko terkena kedua penyakit tersebut, antara lain orangorang yang menyuntikkan narkoba dengan tidak aman dan orang-orang
yang dalam pekerjaannya berisiko mengalami kontak darah dengan darah.
Hepatitis D
Hepatitis D hanya muncul pada orang yang menderita hepatitis B.
Hepatitis D dapat mempercepat penyakit hati dan sirosis yang
disebabkan oleh hepatitis B.
Hepatitis
Penularan
Hepatitis A
Makanan yang
tercemar kotoran
2-6 minggu
Tidak
Ya
Hepatitis B
Darah dan
cairan tubuh
4-24 minggu
Ya
Ya
Hepatitis C
Kontak darah
dengan darah
4-20 minggu
Ya
Tidak
Hepatitis D
Darah dan
cairan tubuh
2-6 minggu
Ya, vaksinasi
hepatitis B
dapat memberi
perlindungan
Hepatitis E
Makanan yang
tercemar kotoran
2-6 minggu
Ya
Tidak
7-16
Masa
inkubasi
Infeksi
kronik
Vaksin
Hepatitis E
Hepatitis E ditularkan melalui sumber air yang tercemar kotoran yang
mengandung virus (sama dengan hepatitis A).
Gejala-gejala berlangsung selama 2-3 minggu.
Infeksi tidak berkaitan dengan penyakit hati menahun.
Hepatitis E dapat mematikan fatal pada wanita hamil (sampai 35% dari
wanita hamil, tergantung dari umur kehamilannya).
Masalah-masalah koinfeksi (infeksi ganda)
Infeksi ganda terjadi bila seseorang diinfeksi oleh dua atau lebih virus yang
ditularkan lewat darah. Infeksi ganda misalnya terjadi antara hepatitis C
bersama-sama dengan hepatitis B.
Masalah pengobatan dan penanganan penderita infeksi ganda merupakan
masalah yang kompleks. Penelitian tentang hal ini masih terus berlangsung.
Informasi mengenai penatalaksanaan infeksi ganda paling baik diminta
pada dokter spesialis hati, spesialis saluran cerna atau spesialis penyakit
infeksi.
Koinfeksi hepatitis C dengan hepatitis A dan/atau hepatitis B
Dengan kehadiran hepatitis C, infeksi oleh hepatitis A dapat mengancam
jiwa. Hepatitis B kronik dapat meningkatkan keparahan penyakit hati, dan
dalam keadaan seperti itu angka kematian akan meningkat. Bila tidak ada
bukti infeksi hepatitis A dan hepatitis B pada penderita hepatitis C maka
imunisasi hepatitis A dan hepatitis B sangat dianjurkan untuk orang itu.
Konselor/petugas kesehatan harus menyarankan kepada pengidap hepatitis
A dan hepatitis B kronik untuk meminta saran dari spesialis hati, spesialis
saluran pencernaan atau spesialis penyakit infeksi.
Koinfeksi dengan HIV
Pada akhir tahun 1990-an, pengobatan antiHIV dengan efektivitas tinggi
(disebut dengan HAART) telah mengubah HIV/AIDS dari penyakit yang
dianggap hampir selalu fatal menjadi penyakit yang dapat ditangani dalam
jangka panjang. Dengan makin banyaknya pengidap HIV yang dapat
ditangani, penyakit-penyakit lain yang juga ditularkan lewat darah makin
sering dijumpai di klinik.
Pada koinfeksi hepatitis C dan HIV, penanganan hepatitis C merupakan
prioritas utama. Koinfeksi hepatitis C dan HIV meningkatkan risiko
terjadinya penyakit hati yang berat, karena infeksi HIV menyebabkan
turunnya daya tahan tubuh yang memudahkan virus hepatitis C
berkembang. Dalam ke-adaan turunnya daya tahan tubuh karena infeksi
HIV maka penanganan ditujukan untuk mengurangi kesempatan hepatitis C
untuk menjadi infeksi yang mengancam jiwa.
7-17
Saya didiagnosis HIV positif 15 tahun yang lalu. Saya juga mengidap
hepatitis C dan kemungkinan sudah terinfeksi lebih dari 15 tahun
yang lalu. Apakah hepatitis C saya mempengaruhi perkembangan
HIV saya?
Jawab:
Tanya:
Jawab:
Ya. Dengan adanya HIV, kadar virus hepatitis C dalam darah dan
angka kejadian penyakit hati sering lebih tinggi. Orang-orang dengan
koinfeksi mengalami risiko keracunan obat yang lebih tinggi bila
7-19
Jawab:
Hal itu tergantung dari apakah infeksi hepatitis B Anda bersifat kronik
atau tidak. Berkonsultasilah dengan dokter umum Anda atau
seorang spesialis penyakit infeksi.
Tanya:
Jawab:
Tanya:
Jawab:
7-20
7-21
7-22
methadon dalam jangka yang lebih lama berkaitan dengan penurunan efek
buruk baik individual maupun sosial yang berkaitan dengan penggunaan
heroin secara ilegal. Pengobatan dengan methadon telah terbukti
menurunkan secara bermakna risiko kematian karena overdosis. Efektivitas
program pemeliharaan dengan methadon dalam menurunkan infeksi HIV
telah dapat ditunjukkan dengan baik.
Saat ini, Naltrexone dan Buprenorphine lebih menonjol dalam program
pemeliharaan dan pengobatan putus obat.
Pengurangan efek buruk juga mencakup program yang dapat menurunkan
efek buruk terhadap masyarakat yang lebih luas. Semprit yang dibuang di
tempat umum dapat berisiko melukai dan berisiko menularkan hepatitis C
kepada orang lain; respon dari pengurangan efek buruk adalah
menyediakan fasilitas pembuangan semprit di tempat-tempat umum yang
tepat.
Pendidikan sebaya dan aktivitas penjangkauan adalah contoh-contoh
tambahan dari strategi pengurangan efek buruk yang secara khusus
dimaksudkan untuk menurunkan penularan hepatitis C dan virus-virus lain
pada orang yang menyuntikkan narkoba. Orang yang menyuntikkan
narkoba pada umumnya tetap tertutup dan ragu-ragu untuk membuka
penggunaan narkobanya jika mereka merasa bahwa hal itu akan
menyebabkan mereka didiskriminasi atau dituntut. Penyuluh sebaya adalah
orang yang memiliki pengalaman langsung dalam penggunaan narkoba dan
budaya penggunaan narkoba. Mereka ditempatkan dengan baik untuk
memberikan informasi tentang pengurangan risiko penularan hepatitis C
dan efek buruk penggunaan narkoba yang lain.
Penggunaan yang lebih aman
menyuntik yang bersih dan steril, air yang bersih, kapas alkohol yang
steril (satu untuk menyeka sendok dan satu lagi untuk menyeka
tempat menyuntik), torniket yang tidak digunakan oleh orang lain, filter
yang baru, dan tempat sampah yang sesuai.
Peralatan yang steril telah mengalami proses yang dapat
menghancurkan bakteri, virus dan agen infeksi yang lain. Ia meliputi
jarum dan semprit yang masih terbungkus, air dan kapas yang bertanda
steril. Semua alat yang lain, tempat menyuntik dan tangan perlu dicuci
dengan sabun dan air atau dengan kapas alkohol.
Penggunaan yang lebih aman sama pentingnya bagi orang yang telah
positif hepatitis C karena mereka dapat terinfeksi kembali atau dapat
menginfeksi orang lain dengan hepatitis C.
Penggunaan yang lebih aman berarti lebih dari sekedar menggunakan
jarum dan semprit yang steril. Ia juga mencakup kewaspadaan tentang
betapa mudah darah itu ditularkan. Seseorang mungkin bersentuhan
dengan darah orang lain ketika berbagi peralatan menyuntik manapun.
Darah dari jarum dan semprit yang telah digunakan, torniket dan jari
meskipun dalam jumlah yang tidak terlihat dapat mencapai larutan
narkoba yang dibagi, filter atau air dan bisa sampai pada tempat
menyuntik.
7-26
7-28
Perbaikan dalam seleksi donor, skrining dan inaktivasi virus dari produk
plasma sejak tahun 1990 telah benar-benar menghilangkan penularan hepatitis C melalui transfusi darah dan produk darah.
Seleksi donor
Bank darah menggunakan kuesioner yang kompleks tentang riwayat medis
dan perilaku untuk mengetahui kemungkinan seorang donor berisiko tertular
hepatitis C. Penelitian yang cermat seperti itu sangat penting artinya karena
tidak ada tes laboratorium yang seratus persen dapat menyingkirkan
orangorang yang positif.
Bank darah telah menginvestasikan sumber daya keuangan yang cukup
besar untuk meminimalkan risiko penularan virus melalui darah atau produk
darah.
Testing asam nukleat
Testing asam nukleat (NAT = Nucleic Acid Testing) adalah tes yang sensitif
yang dapat memperbesar bagian yang kecil dari virus atau materi
genetiknya sampai berjuta-juta kali. Hal ini berarti jumlah virus yang kecil
dalam darah juga dapat dideteksi.
NAT langsung mendeteksi virus, oleh karena itu ia dapat menentukan
adanya infeksi sebelum antibodi terbentuk. Ini berarti dengan NAT, periode
jendela dapat dipersempit. Dalam hal hepatitis C, NAT dapat mengurangi
periode jendela dari 66 hari menjadi hanya 22 hari. Sayang sekali
pemeriksaan seperti ini belum bisa dilakukan di Bali.
Prosedur baku pencegahan infeksi
7-29
Buanglah jarum dan semprit bekas di tempat yang khusus untuk itu.
Jika terjadi kecelakaan tertusuk jarum:
Cucilah tempat yang tertusuk dengan air sabun hangat.
Oleskan antiseptik dan balut dengan pembalut kedap air.
Berkonsultasilah pada dokter sesegera mungkin, yang akan memberi
nasehat tentang testing dan pengobatan pencegahan.
Laporkan kejadian itu kepada pihak pengelola segera.
Sampah lain
Sampah seperti sarung tangan bekas, perban kotor dan jaringan tubuh
harus dianggap bisa menularkan virus dan ditempatkan pada kantong yang
kedap air. Pembuangannya harus mengikuti prosedur yang dipersyaratkan.
Pembuatan tato, tindik dan seni tubuh
Disarankan kepada mereka yang menjalani prosedur seni tubuh seperti tato
atau tindik, agar mereka mengunjungi tukang tato/tindik yang selalu
menggunakan prosedur baku pencegahan infeksi.
Kesehatan dan keamanan di rumah
Pengidap hepatitis C mungkin takut kalau-kalau mereka menularkan virus
tersebut kepada pasangannya, keluarga, teman-teman, atau anggota
keluarga yang lain.
Adalah penting untuk selalu ingat bahwa hepatitis C ditularkan melalui
kontak darah dengan darah. Hal ini berarti bahwa darah pengidap hepatitis
C harus keluar dari tubuhnya lalu masuk ke aliran darah orang lain.
Hepatitis C tidak ditularkan melalui kontak sosial. Berpelukan, berciuman,
berbagi makanan, minuman, piring, alat-alat makan, bersin-bersin, batuk,
mencuci pakaian pada mesin cuci yang sama. Menggunakan toilet bersama
tidak menyebabkan risiko tertular hepatitis C. Nyamuk atau serangga yang lain
tidak dapat menularkan hepatitis C.
Yang perlu diketahui adalah ada beberapa peralatan perawatan diri yang
dapat menularkan hepatitis C bila digunakan bersama-sama. Alat-alat
tersebut antara lain: sikat gigi, pisau cukur, jepitan, gunting dan alat
pemotong kuku.
Untuk mengurangi kemungkinan penularan hepatitis C setiap anggota
keluarga harus memiliki dan menggunakan alat-alat perawat diri masingmasing, khususnya sikat gigi dan pisau cukur.
7-33
7-34
Vaksinasi
Saat ini belum ada vaksinasi untuk hepatitis C. Vaksinasi terhadap hepatitis
A dan B telah tersedia dan penting dipertimbangkan bagi pengidap hepatitis
C.
Ada banyak bukti bahwa koinfeksi dengan hepatitis A dan /atau hepatitis B
pada pengidap hepatitis C menyebabkan penyakit hati yang lebih berat
termasuk gagal hati. Ada pula kekhawatiran bahwa koinfeksi dengan
hepatitis B dapat memperberat dan mempercepat perkembangan penyakit
pada pengidap hepatitis C.
Vaksinasi hepatitis A untuk pengidap hepatitis C
Orang-orang yang berisiko tertular hepatitis A dan mereka yang mengidap
hepatitis C disarankan untuk mendapatkan vaksinasi hepatitis A. Orangorang tersebut antara lain:
Mereka yang pergi ke tempat-tempat yang endemik hepatitis A (Catatan:
endemik artinya penyakit tersebut ada sepanjang waktu).
Pengguna narkoba suntik.
Laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki.
Pengasuh anak-anak.
Petugas pembuang kotoran.
Petugas kesehatan di bagian anak-anak, perawatan intensif dan unit
gawat darurat.
Pengunjung dan petugas kesehatan di pedesaan dan masyarakat asli di
pedalaman.
Vaksinasi hepatitis B untuk pengidap hepatitis C
WHO telah merekomendasikan vaksinasi hepatitis B untuk semua negara,
khususnya untuk negara-negara yang angka kejadiannya tinggi. Di
Indonesia, vaksinasi hepatitis B telah dilaksanakan secara rutin untuk bayi
di Puskesmas. Vaksinasi hepatitis B juga dianjurkan bagi mereka yang
berisiko tinggi tertular hepatitis B dan mereka yang mengidap hepatitis C
kronik atau penyakit hati.
Vaksinasi hepatitis A & B untuk pengidap sirosis
Vaksinasi hepatitis A dan/atau B disarankan kepada pengidap penyakit hati
menahun. Vaksinasi hepatitis A dan hepatitis B juga dianjurkan untuk
pengidap hepatitis C yang tidak kebal terhadap hepatitis A atau hepatitis B.
Pedoman umum
Vaksinasi memberikan kekebalan terhadap hepatitis A dan hepatitis B
bagi orang yang belum pernah terpapar oleh virus tersebut. Jika
seseorang sudah pernah terinfeksi di masa lalu, vaksinasi biasanya tidak
7-35
Jawab:
Tanya:
Jawab:
Tanya:
Jawab:
7-36
Tanya:
Berapa besar kemungkinan terkena HVC setelah mengalami kecelakaan tertusuk jarum?
Jawab:
Tanya:
Jawab:
Ya. Tidak ada risiko penularan dari Anda kepada anak Anda, kecuali
jika Anda juga mengalami perdarahan. Namun demikian, disarankan
agar Anda selalu mengikuti prosedur baku pencegahan infeksi.
Orang tua atau pengasuh perlu membawa perban kedap air, tas
plastik cadangan dan sarung tangan lateks sekali pakai untuk jagajaga bila menghadapi kasus-kasus tumpahan darah.
7-37
Testing harus bersifat sukarela dan perlu disertai diskusi tentang tes,
akibat-akibat bila menjalani tes, konseling postes dan informed
consent yang khusus.
Testing harus memberi manfaat kepada orang yang dites, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Hasil tes perlu tetap dirahasiakan baik di tingkat klinik, pengolahan
data dan dalam proses pemberitahuan hasil.
Testing seharusnya dapat dijangkau oleh orang-orang yang paling
berisiko tertular hepatitis C.
Standar yang cukup diterapkan oleh laboratorium yang melaksanakan
testing hepatitis C untuk menjamin akurasi hasil yang tinggi.
Pengidap hepatitis C harus memiliki akses terhadap monitoring yang
berkelanjutan atas status kesehatannya dan jika dibutuhkan,
pengobatan yang tepat.
Testing dan pemberitahuan hasil testing adalah penting untuk
menentukan besaran dan distribusi hepatitis C di masyarakat.
Pertimbangan-pertimbangan testing
Beberapa orang merasa ada manfaatnya mempersiapkan pertanyaanpertanyaan sebelum membuat perjanjian dengan dokter atau konselor/
petugas kesehatan, dan konselor/petugas kesehatan harus merangsang
orang yang datang untuk menjalani testing, mengajukan pertanyaanpertanyaan setiap saat.
Adalah penting bahwa klien mendapatkan jawaban yang jelas dan tepat
terhadap semua pertanyaan yang mereka miliki tentang hepatitis C dan
prosedur testing.
Klien memiliki hal untuk bertanya kepada dokter atau konselor/petugas
kesehatan untuk menentukan kepentingan dan pengetahuan mereka
tentang hepatitis C dan akibat-akibatnya.
Klien dapat mempertimbangkan untuk mengunjungi seorang spesialis
hati bila mereka tidak mendapatkan jawaban yang baik atas pertanyaanpertanyaan mereka.
Di mana pelayanan testing bisa diperoleh?
Di Bali, testing hepatitis C dapat dilakukan di Lab. Kesehatan Daerah,
Prodia dan Quantum. Biaya testing saat buku ini ditulis adalah Rp 150.000,Siapa yang perlu dites?
Testing hepatitis C sebaiknya ditawarkan kepada mereka yang berisiko
untuk terinfeksi oleh virus ini. Tingkat risiko ini bervariasi dan dapat dibagi
atas risiko tinggi dan risiko sedang.
Risiko tinggi
Testing hepatitis C harus secara rutin ditawarkan kepada orang yang:
Pernah menyuntikkan narkoba dengan tidak aman.
Pernah ditahan di rumah tahanan.
Pernah menerima transfusi darah atau produk hasil olahan darah
sebelum tahun 1990.
Memiliki pekerjaan atau lingkungan yang berpotensi terkena paparan
hepatitis (misalnya kecelakaan tertusuk jarum) dan juga bila mungkin,
orang yang menjadi sumber paparan, tentunya dengan persetujuan
mereka.
Terlibat dalam tindakan yang berisiko tertular seperti petugas kamar
bedah dan beberapa petugas kesehatan tertentu.
Memiliki tes fungsi hati yang tidak normal atau ada bukti penyakit hati
tanpa penyebab yang jelas.
Memiliki gejala-gejala infeksi hepatitis C di luar hati.
Dalam pengobatan dengan cuci darah.
Bayi umur 18 bulan ke atas yang lahir dari ibu pengidap hepatitis C.
Meminta tes tanpa adanya faktor risiko tertentu.
7-39
Risiko sedang
Keputusan untuk menjalani tes hepatitis C jika ada risiko tingkat menengah
harus didasarkan atas penilaian risiko masing-masing orang. Mereka yang
ada dalam kelompok ini adalah:
Orang dengan riwayat tato dan/atau tindik.
Penduduk di negara-negara dengan kejadian hepatitis C yang tinggi.
Pasangan seks dari pengidap hepatitis C.
Testing secara rutin tidak dianjurkan
Testing hepatitis C secara rutin saat ini tidak diperlukan kecuali jika ada
faktor risiko tertentu. Orang-orang berikut ini tidak selalu perlu dianggap
berisiko:
Petugas kesehatan.
Wanita hamil.
Orang yang tinggal serumah dengan pengidap hepatitis C, kecuali bila
ada riwayat terpapar oleh darah pengidap baik melalui kulit maupun
mukosa.
Pasien bedah terencana.
Masyarakat umum.
Tes yang tersedia
Tes antibodi
Tes skrining hepatitis C adalah suatu tes darah yang disebut tes antibodi.
Dengan persetujuan klien, suatu sampel darah diambil dan dikirim ke
laboratorium untuk dites.
Hal-hal yang diukur oleh tes
Tubuh manusia menghasilkan antibodi untuk melawan virus tersebut dan
tes awal ini mendeteksi antibodi tersebut, bukan virusnya.
Setelah terinfeksi dibutuhkan waktu sampai 6 bulan agar antibodi dapat
dideteksi. Waktu ini disebut masa jendela. Selama periode ini hasil tes
mungkin negatif. Pada masa ini dapat terjadi penularan dan konselor/petugas kesehatan harus meminta agar masyarakat waspada terhadap
darah tanpa melihat status hepatitis C seseorang.
Contoh darah yang dites positif diulang beberapa kali sebelum hasilnya
disampaikan kepada klien. Sampel yang tesnya negatif berarti bahwa
sese-orang tidak terinfeksi. Namun demikian, contoh darah tersebut
mungkin saja diambil pada masa jendela. Dalam hal ini tes PCR dapat
berguna untuk diagnosis dini karena virus biasanya telah terdeteksi di
dalam darah dua sampai tiga minggu setelah infeksi.
7-40
Bayi yang lahir dari ibu pengidap hepatitis C memiliki antibodi dari
ibunya, yang biasanya akan hilang dalam waktu 18 bulan. Hasil tes
positif setelah 18 bulan ini menunjukkan bahwa anak tersebut terpapar
oleh virus hepatitis C. Tes PCR akan berguna dalam tahap ini untuk
menentukan apakah infeksi tersebut telah hilang atau menjadi kronis.
Tidak ada gunanya melakukan tes pada bayi dari pengidap hepatitis C
sebelum usia 18 bulan karena tidak ada pilihan pengobatan untuk
mereka.
Hasil tes indeterminate (meragukan)
Tes antibodi biasanya positif atau negatif, tetapi bisa pula meragukan. Ada
setidaknya empat arti dari hasil tes meragukan ini:
Serokonversi: respon antibodi belum terbentuk sepenuhnya. Tapi, bila
dipergunakan tes PCR hasilnya akan positif.
Penekanan sistem kekebalan tubuh: contoh darah mungkin diambil
dari seseorang yang kekebalan tubuhnya menurun, yang mungkin terkait
dengan infeksi HIV atau pengobatan untuk mencegah penolakan
terhadap organ cangkokan. Bila dites dengan PCR sebagian besar
hasilnya akan positif.
Berkurangnya respon antibodi: ada bukti bahwa bagi orang-orang
yang secara alamiah berhasil membersihkan virus hepatitis C dari
tubuhnya, antibodinya akan masih ada tetapi menurun sepanjang waktu.
Bila dites dengan PCR maka hasilnya akan negatif.
Positif palsu: protein yang dibuat dengan teknik molekuler identik
dengan protein dari infeksi alamiah dan kadang-kadang bisa terjadi
reaksi silang dengan antibodi lain. Bila sampel ini dites dengan PCR
hasilnya akan negatif.
Untuk sebagian besar orang, testing laboratorium akan memberikan
hasil yang pasti. Bila hasil tes antibodi sulit diartikan (hasilnya
meragukan), tes PCR dapat memberikan klarifikasi.
Bagaimana bila hasil tes antibodi positif?
Setiap orang bereaksi secara berbeda-beda ketika mereka tahu bahwa
mereka mengidap hepatitis C; beberapa orang marah-marah, syok, depresi
atau bingung, sementara yang lainnya yang telah menyadari latar belakang
risikonya atau mereka yang sudah tahu banyak tentang hepatitis C mungkin
telah menduga hasil positif tersebut.
Konselor/petugas kesehatan harus meyakinkan bahwa semua individu yang
menerima hasil tes positif ditawari konseling pasca tes. Hal ini dapat
memberikan kesempatan untuk:
7-41
Memberikan informasi dan menilai sejauh mana orang itu mengerti halhal yang telah didiskusikan pada saat testing.
Mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah secara
lebih rinci.
Mempertimbangkan pilihan-pilihan penanganan yang tersedia dan
kemungkinan pengobatan.
Beberapa orang merasa terbantu bila membawa teman ketika menerima
hasil tes.
Pemberitahuan status
Seringkali masalah terbesar bagi pengidap hepatitis C adalah apakah
akan memberitahu orang lain atau tidak dan siapa yang akan diberitahu.
Tidak ada ketentuan hukum untuk memberitahu status hepatitis C
kepada orang lain, kecuali kepada bank darah.
Pemberitahuan hasil dapat memberikan efek kepada hubungan pribadi
dan hubungan kerja.
Keputusan mengenai siapa yang akan diberitahu, kapan, bagaimana
caranya dan mengapa, sepenuhnya tergantung individu yang
bersangkutan.
Untuk mendapatkan perawatan dan nasehat terbaik, disarankan agar
pengidap
hepatitis
C
memberitahukan
statusnya
kepada
konselor/petugas kesehatan.
Banyak pengidap hepatitis C yang didiskriminasi setelah memberitahu
statusnya kepada orang lain, sehingga memutuskan siapa yang akan
diberitahu perlu dipikirkan dengan baik.
Bila klien menghadapi masalah-masalah, mereka dapat berkonsultasi
kepada konselor dari berbagai LSM. (Lihat Lembar Informasi dan
Rujukan).
Tes PCR
Tes PCR mendeteksi materi genetik dari virus di dalam darah dengan teknik
molekuler khusus. Tes PCR untuk hepatitis C saat ini belum bisa dilakukan
di Bali. Dalam hal hepatitis C, PCR dapat digunakan untuk mendeteksi:
Ada tidaknya virus di dalam darah (tes PCR kualitatif).
Tingkat virus di dalam darah (tes PCR kuantitatif).
Genotip dari virus tersebut.
PCR digunakan untuk menilai pengidap sebelum memberi pengobatan dan
juga digunakan untuk mengkonfirmasi hasil tes antibodi yang meragukan.
7-42
Jawab:
Tes ini disebut tes antibodi. Tes ini merupakan tes darah yang
sederhana yang dapat menunjukkan apakah dalam darah orang itu
terdapat antibodi terhadap virus hepatitis C. Hal ini dapat
menunjukkan apakah orang itu pernah terpapar oleh hepatitis C di
masa lalu, tetapi tidak menunjukkan status virusnya saat ini. Orang
yang pernah terinfeksi dan telah berhasil menghilangkan virus
tersebut dari tubuhnya akan positif hasil tesnya untuk beberapa
waktu setelah virus itu menghilang dari tubuh pengidap.
Tidak ada tes yang dapat memberitahu sudah berapa lama
seseorang terinfeksi hepatitis C. Idealnya, testing hanya dilakukan
setelah seseorang menerima informasi dan konseling pra tes. Sangat
disarankan agar hasil tes baik positif maupun negatif disampaikan
melalui tatap muka langsung.
Tanya:
Jawab:
Tanya:
Jawab:
Tanya:
Jawab:
Tes fungsi hati digunakan untuk memonitor kondisi hati. Tes fungsi
hati mendeteksi kadar enzim yang diproduksi di hati. Enzim yang
paling sering digunakan adalah ALT.
7-45
Kerahasiaan
Kerahasiaan biasanya menjadi kekhawatiran utama dari orang yang
menjalani tes hepatitis C. Konselor/petugas kesehatan perlu menjelaskan
kepada klien informasi apa saja yang dicatat pada catatan medik klien dan
siapa yang bisa mengetahui isi catatan medik tersebut.
Informed consent (persetujuan tindak medis)
Untuk membuat keputusan yang benar-benar disadari apakah akan
menjalani tes atau tidak, orang membutuhkan informasi yang jelas dan
tepat tentang hepatitis C. Konselor/petugas kesehatan harus dapat
menjelaskan:
kesehatan dalam hal ini adalah menilai bagaimana kira-kira seseorang akan
bereaksi terhadap hasil tes positif sampai janji pertemuan berikutnya
terlaksana.
Menilai faktor risiko
Konselor/petugas kesehatan harus menilai risiko klien untuk terinfeksi
hepatitis C. Hal ini meliputi pengambilan riwayat klien secara detail
menyangkut hal-hal:
7-47
7-48
7-50
7-51
Petunjuk
Makanlah makanan
yang bervariasi
Alasan
bergizi
Sarankan/dukung
pemberian
ASI kepada bayinya.
7-55
7-56
Dalam beberapa hal, kelelahan itu dapat ditangani. Hal-hal yang perlu
diperhatikan untuk dipertimbangkan dalam mencoba menangani kelelahan
ini dan memaksimalkan tenaga adalah:
Menentukan adanya pengalaman mengalami kelelahan beserta gejalagejalanya.
Mencari konseling untuk mengatasi depresi yang dapat menyertai
kelelahan.
Memprioritaskan kegiatan-kegiatan dan membuat rencana harian untuk
menghindari kelebihan beban kerja.
Mencari pertolongan, bahkan untuk hal-hal yang reguler.
Jika lelah, cobalah relaksasi atau istirahat daripada mencoba untuk tidur.
Ambillah waktu istirahat secara teratur.
Hindari makan terlalu banyak dan luangkanlah waktu untuk menikmati
makanan.
Hindari mandi air panas dan shower serta ruangan yang tidak ada
ventilasinya.
Cobalah olah raga yang sesuai.
Mintalah tambahan ide dari konselor/petugas kesehatan.
Obat-obat tradisional Cina diyakini dapat membantu mengurangi beberapa
gejala yang terkait dengan hepatitis C termasuk kelelahan.
Kesehatan gigi dan mulut
Pengidap hepatitis C mungkin mengalami masalah gigi dan mulut. Hal ini
meliputi mulut yang kering, gigi sensitif dan berlubang, infeksi gusi dan
perlukaan di mulut. Gejala-gejala ini dapat juga berkaitan dengan
kondisikondisi lain, dan tidak selalu merupakan tanda dari infeksi hepatitis
C.
Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa karena masalah-masalah di
mulut, pengidap menghindari keluar rumah, tidak nyaman dengan
penampilan, sering mengalami sakit gigi dan mungkin tidak bisa rileks.
Kesehatan mulut yang buruk dapat mempengaruhi pembicaraan, nutrisi,
kesan tubuh dan kepercayaan diri.
Pertimbangan-pertimbangan perawatan gigi untuk pengidap hepatitis
C
Air liur membantu melindungi gigi dan gusi, dan penelitian menunjukkan
bahwa pengidap hepatitis C memiliki tingkat air liur yang rendah. Hal ini
mungkin dapat menjelaskan tingginya angka kejadian gigi berlubang dan
perlukaan pada gusi pada pengidap hepatitis C.
7-57
Beberapa jenis obat seperti methadon dan obat anti depresi dapat menyebabkan mulut kering dan mempergunakan obat ini dapat menambah
masalah-masalah gigi.
Beberapa orang termasuk mereka yang diobati dengan interferon,
memiliki ketahanan yang lebih rendah terhadap infeksi daripada orang
lain. Merokok dan menggunakan methadon serta jenis opioid yang lain
dapat pula menyebabkan kondisi gusi bertambah buruk. Pengurangan
atau penghentian rokok dianjurkan, dan kunjungan yang teratur ke dokter
gigi untuk pembersihan gigi juga dianjurkan.
Kesehatan gigi dan pengobatan hepatitis C
Penderita sirosis dan kelainan pembekuan darah harus mendiskusikan
kebutuhan kesehatan mulutnya dengan dokter gigi sebelum pengobatan.
Pengidap yang minum interferon atau obat lain, juga dianjurkan secara
teratur mengunjungi dokter gigi.
Ada pengobatan sederhana yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kesehatan mulut dan menurunkan masalah-masalah gigi yang sering
dijumpai. Konselor harus menyarankan pengidap hepatitis C untuk
mengunjungi dokter gigi secara teratur. Dokter gigi akan dapat memberikan
nasehat mengenai masalah-masalah tertentu seperti mulut kering, gigi
sensitif dan berlubang, infeksi gusi atau perlukaan di mulut.
Efek merokok bagi pengidap hepatitis C
Jawab:
7-58
Tanya:
Jawab:
Tanya:
Jawab:
Tidak selalu. Suatu diet sehat yang seimbang dianjurkan untuk semua
orang, tetapi mungkin pengidap hepatitis C perlu mengubah beberapa
aspek dietnya untuk menangani gejala-gejala seperti mual, kelelahan
dan hilangnya nafsu makan.
Tanya:
Jawab:
Tanya:
Jawab:
Tanya:
Jawab:
Infeksi Oportunistik
$ RINGKASAN
8.1 GAMBARAN UMUM INFEKSI OPORTUNISTIK
Infeksi oportunistik (IO) merupakan penyakit yang ditimbulkan oleh
organisme yang dalam keadaan tubuh normal tidak menimbulkan penyakit atau
mudah diatasi oleh tubuh, tetapi oleh karena daya tahan tubuh yang menurun,
tubuh tidak mampu mengatasinya sehingga menimbulkan penyakit.
Selain hepatitis C yang telah dibahas dalam bab 7, infeksi oportunistik yang
sering dijumpai pada ODHA adalah: kandidiasis, virus sitomegalia, herpes
simpleks, mikobakterium avium kompleks, PCP, toksoplasmosis, dan TB.
IO dan AIDS: Bila pengidap HIV ternyata mengalami IO, mungkin HIV telah
berkembang menjadi AIDS. Dijumpainya satu atau lebih IO resmi sesuai
definisi Depkes pada penderita HIV, sudah dapat dikatakan AIDS.
Pencegahan IO: Profilaksis dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan,
menghindari sumber kuman dan memakai obat-obat yang mencegah timbulnya
penyakit misalnya kotrimoksazol untuk mencegah PCP, INH untuk mencegah
TB, azitromicin untuk mencegah MAC dan lain-lain. Pencegahan IO yang terbaik
adalah dengan memakai terapi ARV yang manjur.Dan sekarang sudah tersedia
di 25 Rumah Sakit di Indonesia (lihat Lampiran Daftar Rumah Sakit).
Pengobatan IO: Untuk setiap IO, ada obat atau kombinasi obat tertentu yang
tampak paling berhasil. Obat ARV yang manjur memungkinkan pemulihan sistem
kekebalan yang rusak dan lebih berhasil dalam memerangi IO.
8.2 BEBERAPA JENIS IO
Kandidiasis (thrush) adalah infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, atau
vagina. Penyakit ini dapat timbul pada jumlah sel CD4 berapapun. Ia bahkan
dapat terjadi pada jumlah sel CD4 yang agak tinggi.
Virus sitomegalia (CMV) adalah infeksi virus yang menyebabkan penyakit mata
yang dapat menimbulkan kebutaan. Penyakit ini umumnya terjadi pada jumlah
sel CD4 di bawah 50 per milimeter kubik.
Berbagai macam virus herpes simpleks dapat menyebabkan herpes pada
mulut atau alat kelamin. Ini adalah infeksi yang agak umum, tetapi jika mengidap
HIV, kejadiannya jauh lebih sering dan lebih parah. Seperti halnya kandidiasis,
herpes simpleks juga dapat timbul pada jumlah sel CD4 berapapun.
8-1
Infeksi Oportunistik
dengan
TB yang mengenai organ di luar paru, seperti: kelenjar getah bening, tulang,
ginjal, dan otak dapat menjadi penyakit yang berat, tetapi tidak menularkan
penyakit.
Cara penularan TB: melalui udara yang mengandung percikan batuk dan
dihirup oleh orang di sekitarnya.
Infeksi kuman TB dapat menimbulkan kekebalan dan penderita tetap sehat.
Tetapi, bila penderita terinfeksi HIV, kekebalan tubuh akan menurun dan
kuman TB teraktivasi untuk menimbulkan penyakit yang aktif.
8-2
Infeksi Oportunistik
8-3
8-4
Infeksi Oportunistik
Infeksi Oportunistik
Kita dapat terinfeksi IO, dan dites positif untuk IO tersebut, walaupun kita
tidak mengalami suatu penyakit. Misalnya, hampir setiap orang dengan HIV
jika dites untuk virus sitomegalia (cytomegalovirus atau CMV) ternyata
positif. Tetapi penyakit CMV sangat jarang berkembang kecuali kadar CD4
turun di bawah 50. Untuk menentukan apakah kita terinfeksi IO, darah kita
dapat dites untuk antigen (bagian kuman penyebab IO) atau untuk antibodi
(protein yang dibuat oleh sistem kekebalan untuk memerangi antigen).
Ditemukannya antigen atau antibodi menunjukkan adanya infeksi. Bila ada
infeksi dan kadar CD4 cukup rendah sehingga memungkinkan IO
berkembang, maka sebaiknya diperiksa dokter untuk mengetahui aktif
tidaknya penyakit tersebut.
IO dan AIDS
8-5
Infeksi Oportunistik
Pencegahan IO
Pengobatan profilaksis
Indikasi
CD4 < 200
Kandidiasis pada mulut dan tenggorokan
TB
- TST 5mm
Kontak dengan TB
aktif
Toxoplasma gondii
MAC
S. Pneumoniae
CD4 200
PCP
Hepatitis B
CMV
Infeksi Oportunistik
Untuk setiap IO, ada obat, atau kombinasi obat tertentu yang tampak paling
berhasil. Obat antiretroviral yang manjur memungkinkan pemulihan sistem
kekebalan yang rusak dan lebih berhasil dalam memerangi IO. Penjelasan
lebih lanjut tentang pengobatan IO dapat dilihat pada bagian 8.2 berikut ini.
IO yang paling umum
Infeksi Oportunistik
Infeksi Oportunistik
mengontrol jamur. Beberapa jenis antibiotik dapat membunuh bakteribakteri berguna ini dan menyebabkan berkembangnya kandida.
Pengobatannya bisa lokal atau sistemik. Pengobatan lokal dilakukan pada
tempat infeksi ditemukan. Pengobatan sistemik mengenai seluruh tubuh.
Banyak dokter lebih suka menggunakan pengobatan lokal terlebih dahulu.
Pengobatan lokal menempatkan obat langsung di tempat yang dibutuhkan.
Pengobatan lokal memiliki efek samping lebih sedikit daripada pengobatan
sistemik. Juga resiko kandida menjadi kebal terhadap pengobatan lebih
sedikit. Obat yang digunakan untuk mengobati kandida adalah obat-obat
anti jamur. Nama-nama obat ini hampir selalu diakhiri dengan -azole.
Pengobatan lokal meliputi krim, tablet vagina untuk mengobati
vaginitis, cairan, dan tablet isap yang larut di dalam mulut. Pengobatan
lokal dapat menyebabkan sedikit rasa perih atau iritasi.
Pengobatan sistemik diperlukan jika pengobatan lokal tidak berhasil,
atau jika infeksi telah meluas ke tenggorokan (esofagitis). Beberapa
obat sistemik berupa pil. Efek samping yang paling umum adalah mual, muntah, dan sakit perut. Kurang dari 20% penderita mengalami
efek samping ini.
Kandidiasis dapat datang kembali secara berulang-ulang. Beberapa dokter
meresepkan obat anti jamur untuk waktu yang lama. Hal ini dapat
menyebabkan resistensi. Jamur tersebut dapat mengalami mutasi sehingga
obatnya tidak lagi efektif.
Amphotericin B dapat digunakan pada kasus yang parah yang tidak
membaik dengan pengobatan yang lain. Obat ini sangat kuat dan beracun
(toksik), yang diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah balik).
Efek samping yang utama adalah masalah terhadap ginjal dan anemia.
Reaksi lainnya meliputi demam, dingin, mual, muntah, dan sakit kepala.
Efek samping ini biasanya menghilang setelah beberapa dosis pertama.
Pengobatan alamiah
Beberapa penyembuhan tanpa obat tampaknya dapat membantu. Belum
ada penelitian untuk membuktikan kemanjuran cara pengobatan ini.
Mengurangi jumlah gula yang Anda makan.
Teh Pau dArco dibuat dari kulit kayu di Amerika Selatan. Teh ini
dilaporkan memiliki kemampuan anti jamur.
Bawang putih memiliki khasiat anti jamur dan anti bakteri. Namun demikian, ia dapat mengganggu obat-obat golongan protease inhibitor.
Minyak pohon teh dapat dilarutkan dalam air dan dikumur-kumurkan.
Lactobacillus (acidophilus), yang ditemukan dalam yoghurt, adalah
bakteri yang dapat mengontrol jamur. Mungkin ada gunanya
meminumnya setelah memakai antibiotika.
8-9
Infeksi Oportunistik
Infeksi Oportunistik
Hickman atau Groschung, harus dijaga agar tetap bersih untuk menghindari
infeksi. Dulu penderita penyakit CMV diperkirakan harus tetap memakai
obat anti CMV seumur hidup. Pengobatan CMV diperbaiki secara dramatis
selama beberapa tahun terakhir ini:
1995: Pil gansiklovir disetujui untuk mencegah CMV. Dokter memakai
gansiklovir injeksi dan foscarnet langsung pada mata untuk mengobati
retinitis.
1996: Bentuk gansiklovir yang ditanam dalam mata (implant)
dikembangkan agar obat langsung dikeluarkan dalam mata. Pada
tahun ini sidofovir disetujui untuk disuntikkan dan tes viral load CMV
dikembangkan.
1998: Fomvirsen disetujui untuk disuntikkan langsung ke mata.
2001: Valgansiklovir disetujui. Bentuk gansiklovir baru ini memberi
tingkat obat lebih tinggi dengan lebih sedikit pil. Terapi antiretroviral
sangat manjur (HAART) juga dapat memperbaiki sistem kekebalan
tubuh. Pasien dapat berhenti memakai obat CMV jika kadar CD4-nya
di atas 100 hingga 150 dan tetap begitu selama enam bulan.
Pencegahan CMV
Gansiklovir telah disetujui untuk mencegah (profilaksis) CMV, tetapi banyak
dokter enggan meresepkannya. Mereka tidak ingin menambahkan hingga
12 kapsul lagi pada pasien. Lagi pula, belum jelas profilaksis ini bermanfaat.
Dua penelitian besar menghasilkan kesimpulan berbeda. Di negara maju,
kontroversi ini tidak menjadi masalah besar karena tersedianya terapi ARV
dapat mempertahankan kadar CD4 pada tingkat yang cukup tinggi sehingga
ODHA tidak akan menderita CMV.
Cara memilih obat CMV
Ada beberapa hal yang sebaiknya dipertimbangkan jika
pengobatan penyakit CMV aktif, seperti diuraikan di bawah ini:
memilih
Infeksi Oportunistik
Sifat terapi apakah lokal atau sistemik. Terapi lokal hanya berefek pada
mata. Retinitis CMV dapat cepat menyebar dan mengakibatkan kebutaan.
Karena itu, penyakit ini diobati secara agresif pada waktu pertama kali
muncul. Obat baru dalam bentuk suntikan dan tanam menempatkan obat
langsung dalam mata, dan memberikan efektivitas terbaik dalam
penyembuhan retinitis. CMV juga dapat ditemukan pada bagian tubuh lain.
Untuk menanggulangi CMV di bagian tubuh lain, dibutuhkan terapi sistemik
(seluruh tubuh). Pengobatan suntikan atau infus, atau pil valgansiklovir,
dapat dipakai.
Efek samping obat. Obat CMV bentuk infus, dan valgansiklovir dapat
merusak sumsum tulang atau ginjal. Foskarnet meliputi infus yang lama dan
pelan setiap hari. Gansiklovir juga membutuhkan infus setiap hari. Infus
sidofovir hanya sekali dalam dua minggu (setelah pemberian awal tiap
minggu). Ini berarti sidofovir tidak membutuhkan pemasangan kateter.
Namun sidofovir menimbulkan beberapa efek samping yang parah.
Penutup
Terapi anti-HIV yang manjur kemungkinan adalah cara terbaik untuk
mencegah CMV. Jika jumlah CD4 di bawah 200, sebaiknya dibahas
pencegahan CMV dengan dokter dan menjadwalkan pemeriksaan mata
secara berkala. Jika mengalami gangguan penglihatan APA PUN, Anda
harus langsung ke dokter! Pengobatan langsung pada mata memungkinkan
pengendalian retinitis CMV. Dengan obat CMV yang baru, buluh obat yang
dipasang pada tubuh dan infus harian dapat dihindari. Sebagian besar
orang dapat menghentikan penggunaan obat CMV jika kadar CD4-nya naik
dan tetap di atas 150 waktu memakai obat ARV.
MAC (Mycobacterium Avium Complex)
Apakah MAC Itu?
Kompleks Mikobakterium Avium (Mycobacterium Avium Complex/ MAC)
adalah penyakit parah yang disebabkan oleh bakteri umum. MAC juga
dikenal sebagai MAI (Mycobacterium Avium Intracellulare). Infeksi MAC
bisa lokal (terbatas pada satu bagian tubuh) atau diseminata (tersebar luas
pada seluruh tubuh, kadang kala disebut DMAC). Infeksi MAC sering terjadi
pada paru, usus, sumsum tulang, hati dan limpa. Bakteri yang
menyebabkan MAC sangat lazim. Kuman ini ditemukan di air, tanah, debu
dan makanan. Hampir setiap orang mengandung bakteri ini dalam
tubuhnya. Sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat mengendalikan MAC,
tetapi orang dengan sistem kekebalan yang lemah dapat mengalami
penyakit MAC. Hingga 50% ODHA mengalami penyakit MAC, terutama jika
8-12
Infeksi Oportunistik
kadar CD4 di bawah 50. MAC hampir tidak pernah menyebabkan penyakit
pada orang dengan kadar CD4 di atas 100.
Cara mengetahui infeksi MAC
Gejala MAC dapat meliputi demam tinggi, panas dingin, diare, kehilangan
berat badan, sakit perut, kelelahan, dan anemia (kurang sel darah merah).
Jika MAC menyebar dalam tubuh, bakteri ini dapat menyebabkan infeksi
darah, hepatitis, pneumonia, dan masalah parah lain. Gejala ini dapat
disebabkan banyak infeksi oportunistik. Jadi, dokter kemungkinan akan
memeriksa darah, air seni, atau air ludah untuk mencari bakteri MAC.
Contoh cairan tersebut dites untuk mengetahui bakteri apa yang tumbuh
padanya. Proses pembiakan ini, memerlukan waktu beberapa minggu.
Meskipun Anda terinfeksi MAC, sering kali sulit menemukan bakteri
penyebabnya. Jika kadar CD4 di bawah 50, dokter mungkin memberikan
pengobatan untuk MAC, walaupun tanpa diagnosis pasti. Ini karena infeksi
MAC sangat umum tetapi sulit didiagnosis.
Cara pengobatan MAC
Bakteri MAC dapat mengalami mutasi (mengubah diri) dan
mengembangkan resistensi (menjadi kebal) terhadap beberapa obat yang
dipakai untuk pengobatan. Untuk pengobatan, dokter memakai kombinasi
obat-obat antibakteri (antibiotik). Sedikitnya dipakai dua jenis obat: biasanya
azitromisin atau klaritromisin ditambah satu sampai tiga obat lain.
Pengobatan MAC harus diteruskan seumur hidup, agar penyakit tidak
kembali (kambuh). Orang memberi reaksi secara berbeda-beda terhadap
obat anti MAC. ODHA dan dokter mungkin harus mencoba berbagai
kombinasi sebelum menemukan satu kombinasi yang efektif dan
menyebabkan efek samping sesedikit mungkin. Obat MAC yang paling
umum, efek samping, bentuk dan cara pemberiannya adalah:
8-13
Infeksi Oportunistik
Pencegahan MAC
Bakteri yang menyebabkan MAC sangat umum. Mustahil infeksinya
dihindari. Cara terbaik untuk mencegah penyakit MAC adalah memakai
obat antiretroviral yang manjur. Bahkan jika kadar CD4 kita sangat rendah,
ada obat yang dapat mencegah perkembangan penyakit MAC hingga 50%.
Obat antibiotik azitromisin dan klaritromisin dipakai untuk mencegah
penyakit MAC. Obat ini biasa diresepkan untuk orang dengan kadar CD4 di
bawah 75. Terapi kombinasi antiretroviral dapat meningkatkan kadar CD4.
Jika kadar CD4 naik di atas 100 dan bertahan pada tingkat ini selama tiga
bulan, obat pencegahan MAC dapat dihentikan. Berkonsultasilah dengan
dokter sebelum berhenti memakai obat apapun yang diresepkan.
Masalah interaksi obat
Sebagian besar obat yang dipakai untuk mengobati MAC berinteraksi
dengan banyak obat yang lain, termasuk obat antiretroviral, obat antijamur
dan pil KB. Pastikan bahwa dokter mengetahui semua obat-obatan
yang dipakai supaya semua interaksi yang mungkin terjadi dapat
dipertimbangkan.
Penutup
MAC adalah penyakit parah yang disebabkan bakteri yang lazim. MAC
dapat menyebabkan kehilangan berat badan yang parah, diare dan gejala
lain. Jika Anda mengalami MAC, kemungkinan Anda akan diobati dengan
azitromisin atau klaritromisin ditambah satu hingga tiga antibiotik lain. Anda
harus memakai obat ini terus-menerus seumur hidup untuk menghindari
kambuhnya MAC. Orang dengan kadar CD4 di bawah 75 sebaiknya bicara
dengan dokter mengenai obat untuk mencegah penyakit MAC.
PCP (Pneumonia Pneumocystis Carinii)
Apakah PCP itu?
Pneumonia Pneumocystis carinii (PCP) adalah infeksi oportunistik (IO)
paling umum pada ODHA. Tanpa pengobatan, lebih dari 85% ODHA pada
akhirnya akan menderita PCP. PCP menjadi pembunuh ODHA yang utama.
Namun, saat ini hampir semua penyakit PCP dapat dicegah dan diobati.
Pneumocystis carinii, adalah jamur yang ada dalam tubuh hampir setiap
orang. Sistem kekebalan yang sehat dapat menangani PCP. Namun, sistem
kekebalan yang lemah akan memungkinkan jamur menjadi aktif.
Pneumocystis carinii hampir selalu mempengaruhi paru, menyebabkan
bentuk pneumonia (radang paru). Orang dengan kadar CD4 di bawah 200
mempunyai resiko paling tinggi menderita penyakit PCP. Orang dengan
kadar CD4 di bawah 300 yang telah mengalami IO lain juga beresiko.
8-14
Infeksi Oportunistik
Sebagian besar orang yang menderita penyakit PCP menjadi jauh lebih
lemah, kehilangan berat badan, dan kemungkinan menderita penyakit PCP
lagi. Tanda pertama PCP adalah sesak napas, demam, dan batuk tanpa
dahak. Siapa pun dengan gejala ini harus secepatnya ke dokter. Namun,
jika kadar CD4 turun di bawah 300, Anda sebaiknya membahas
pencegahan PCP dengan dokter, sebelum mengalami gejala apa pun.
Pengobatan PCP
Selama bertahun-tahun, antibiotik dipakai untuk mencegah PCP pada
pasien kanker dengan sistem kekebalan yang lemah. Tetapi baru pada
1985 sebuah penelitian kecil menunjukkan bahwa antibiotik juga dapat
mencegah PCP pada ODHA. Keberhasilan dalam pencegahan dan
pengobatan PCP sangat luar biasa:
PCP menjadi dasar utama diagnosis AIDS untuk hanya 32% kasus di
AS pada tahun 1993, dibandingkan 63% pada tahun 1987.
PCP merupakan penyebab kematian untuk 14% ODHA di AS pada
tahun 1993, dibandingkan 32% pada tahun 1987.
Antara tahun 1991 dan 1997, ada 36% penurunan dalam jumlah kasus
PCP di AS. Sejak ODHA mulai memakai terapi kombinasi
antiretroviral, jumlah kasus sudah turun lagi.
Obat yang dipakai untuk mengobati PCP mencakup kotrimoksazol, dapson,
pentamidin, dan atovakuon.
Kotrimoksazol (TMP/SMX) adalah obat anti PCP yang paling efektif.
Ini adalah kombinasi dua antibiotik: trimetoprim (TMP) dan
sulfametoksazol (SMX).
Dapson serupa dengan kotrimoksazol. Dapson kelihatan hampir
seefektif kotrimoksazol melawan PCP.
Pentamidin adalah obat hirup yang berbentuk aerosol untuk mencegah
PCP. Pentamidin juga dipakai secara intravena (IV) untuk mengobati
PCP aktif.
Atovakuon adalah obat yang dipakai orang pada kasus PCP ringan
atau sedang yang tidak dapat memakai kotrimoksazol atau
pentamidin.
Pencegahan PCP
Cara terbaik untuk mencegah PCP adalah dengan memakai terapi
antiretroviral yang manjur. Orang dengan kadar CD4 di bawah 200 dapat
mencegah PCP dengan memakai obat yang juga dipakai untuk mengobati
PCP. Terapi kombinasi ARV dapat meningkatkan kadar CD4. Jika kadar ini
melebihi 200 dan bertahan begitu selama tiga bulan, obat pencegah PCP
8-15
Infeksi Oportunistik
Pendahuluan
HIV menyebabkan orang bertambah rentan terhadap infeksi tuberkulosis.
ODHA mempunyai resiko 10 kali dibandingkan bukan ODHA. Di lain pihak,
tuberkulosis (TB) dapat mempercepat virus HIV memperbanyak diri
sehingga juga akan mempercepat perjalanan penyakitnya. Yang paling
sering dijumpai adalah tuberkulosis paru selain bentuk lainnya seperti
8-16
Infeksi Oportunistik
TB:
Gejala-gejala TB
Batuk-batuk yang lama (kronik) tidak sembuh dengan pengobatan antibiotik,
panas, lesu, dan penurunan berat badan.
TB juga bisa mengenai organ di luar paru, seperti: kelenjar getah bening,
tulang, ginjal, dan otak. Infeksi ini dapat menjadi penyakit yang berat, tetapi
tidak menularkan penyakit kecuali bila juga mengenai paru.
8-17
Infeksi Oportunistik
Cara penularan TB
TB ditularkan melalui udara yang mengandung percikan batuk dan dihirup
oleh orang di sekitarnya. Tetapi, hanya sepersepulun orang yang terinfeksi
akan berkembang menjadi penderita TB yang aktif. Sisanya tetap sehat dan
menimbulkan kekebalan tubuh. Kuman dapat mengalami reaktivasi dan
menimbulkan penyakit bila kekebalan tubuh menurun.
Hal ini penting dalam hubungannya dengan HIV, di mana virus HIV yang
menyerang sistem imun akan menurunkan kekebalan tubuh sehingga kuman TB yang sebenarnya tidak aktif akan teraktivasi. Kejadian ini diperkirakan sebesar 50% selama perjalanan hidup penderita, atau 10% setiap
tahunnya.
Penemuan kasus dan penyembuhan TB
Petugas yang pertama kali berhubungan dengan penderita adalah petugas
pelayanan kesehatan primer (Puskesmas). Petugas ini harus tahu penderita
yang diperkirakan menderita TB dan selanjutnya mengirim untuk
pemeriksaan dahak (sputum). Di banyak negara, petugas pelayanan
kesehatan primer adalah perawat, yang harus mengetahui program
penanggulangan TB seperti halnya pelatih, pengawas, dan petugas
pelayanan kesehatan lainnya. Bila hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan hasil positif TB, selanjutnya harus dilakukan pengobatan
dengan bantuan petugas kesehatan. Pengobatan harus bersinambungan
selama 6-8 bulan sampai penderita sembuh, dinyatakan dengan hasil
pemeriksaan dahak yang negatif.
Jadi petugas pelayanan kesehatan primer merupakan petugas yang
menemukan penderita tersangka TB, melanjutkan pemeriksaan untuk
menentukan diagnosis dan menentukan kesembuhan penderita. Tugas ini
merupakan tulang punggung strategi Directly Observed Treatment - Short
Course (DOTS). Untuk pelaksanaan DOTS secara menyeluruh, diperlukan
komitmen pemerintah dalam penanggulangan TB.
Pengobatan TB
Pengobatan TB tidak hanya menyembuhkan dan menyelamatkan nyawa,
tetapi juga mencegah penyebaran infeksi dan resistensi terhadap obat yang
mengakibatkan pengobatan menjadi jauh lebih sulit dan mahal. Pengobatan
TB memerlukan waktu 6-8 bulan dengan obat kombinasi yang diminum
setiap hari. Bank Dunia menyatakan bahwa pengobatan TB adalah salah
satu intervensi kesehatan yang paling efektif dari segi biaya dalam hal
jumlah tahun nyawa yang terselamatkan.
Minum obat selama 6-8 bulan secara teratur tanpa henti merupakan suatu
masalah dalam pengobatan TB. Karena itu, dianjurkan agar petugas
8-18
Infeksi Oportunistik
8-19
Infeksi Oportunistik
Infeksi Oportunistik
8-21
$ RINGKASAN
Dalam bagian ini dijelaskan bagaimana peran konseling VCT untuk kelompok :
Pengguna Narkoba Suntikan
Pekerja seks
Lelaki berhubungan seks dengan Lelaki
Dimana pada kelompok ini penularan HIV/AIDS lebih tinggi resikonya. Sehingga
diperlukan keterampilan dan pengetahuan khusus dalam memberikan konseling.
Dibutuhkan pengetahuan tambahan dalam menangani klien yang termasuk dalam
kelompok ini sehingga proses konseling lebih bermanfaat.
9.1 Pengguna Narkoba Suntikan
Kebanyakan pengguna Narkoba suntikan menggunakan jarum suntik secara
bargantian sehingga resiko penularan HIV/AIDS sangat tinggi
Peran pengurangan dampak buruk pada kelompok ini sangat penting dalam
mengurangi rantai penularan HIV/AIDS sekaligus sebagai jembatan para
pengguna narkoba mendapatkan kesempatan untuk mengatur kembali
hidupnya.
Kebanyakan dari mereka tidak mengetahui bila dirinya terinfeksi yang
berpotensi untuk menularkan kepada teman penggunanya baik ke pasangan
seksualnya.
Peran konseling bagi pengguna narkoba suntikan yang sudah terinfeksi HIV
mampu mendukung perubahan perilaku yang menularkan juga bagaimana
merawat diri.
9.2 Pekerja Seks
Seseorang menjadi pekerja seks karena situasi ekonomi ataupun trauma masa
kecil dan kompleks pelacuran terdapat di mana-mana
Rentannya penularan HIV dan PMS di kalangan pekerja seks
Peran konseling bagi pekerja seks bukan cuma membicarakan seputar
pelacuran melainkan hal-hal lain dalam hidupnya
Konseling perlu lebih terpadu bila ternyata selain pekerja seks juga seorang
IDU
Pekerja seks yang terinfeksi HIV positif berperan penting dalam hal
pencegahan penularan dan berhak mendapatkan dukungan yang baik baik
mental maupun fisik.
9-1
9-3
Keterampilan
Dengan keterampilan yang ada seorangpun mampu mencegah
penularan oleh atau pada orang lain misalnya dengan membersihkan
atau mensterilkan jarum suntik dengan pemutih atau disiplin dalam
terapi metadone, pembuangan limbah jarum misalnya dalam botol
khusus sehingga tidak membahayakan dirinya, orang-orang terdekatnya
maupun masyarakat luas yang bisa terkena jarum limbahna tsb.
Fasilitas
Dengan informasi dan keterampilan saja belum cukup mendorong orang
untuk melakukan perubahan perilaku bila tidak didukung dengan
pengadaan fasilitas seperti kondom, pemutih, jarum suntik yang steril,
metadone, dll
Di sini bisa dilihat peran pengurangan dampak buruk pada pencegahan
HIV, yang bila dilakukan secara benar bisa menjadi langkah yang efektif.
Konseling sebagai salah satu langkah harm reduction yang tidak
terpisahkan tentunya akan meningkatkan kualitas pelayanaan yang diterima
IDU serta motivasi tambahan terhadap keinginan mereka untuk melakukan
perubahan perilaku, disamping itu melalui konseling kita bisa mengevaluasi
apakah program berjalan, ada hambatan atau tidak berjalan sama sekali. Di
sinilah peran konseling yang membantu klien untuk melakukan strategi atau
perencanaan tindakan. Tanpa disertai dengan konseling akan sulit untuk
mengetahui apakah program efektif atau tidak.
Tujuan Harm Reduction
Bila dilihat dari artinya Harm Reduction adalah pengurangan dampak buruk
yang maksudnya adalah cara-cara yang ditempuh untuk mengurangi resiko
penularan HIV/AIDS dari perilaku yang berisiko, seperti menggunakan
jarum suntik secara bergantian sementara tidak bisa terlihat secara fisik
apakah salah satu orang yang berbagi itu terpapar HIV sehingga target
utamanya adalah IDU. Dalam hal ini ditempuh tiga cara, yaitu :
Supply Reduction
Yaitu mengurangi persediaan Narkoba itu sendiri yang biasanya dibantu
oleh peraturan undang-undang negara misalnya penangkapan bandarbandar narkoba, penjagaan ketat di bandar udara maupun di
pelabuhan. Hal ini untuk mencegah masuknya barang-barang tersebut
ke dalam negara sehingga persediaan berkurang yang tentunya
konsumen pun berkurang. Tetapi pada kenyataannya cara ini belum
cukup efektif karena kecerdikan si pemasok barang yang mampu
menembus dengan cara apapun yang membuat para aparat sulit untuk
mencegahnya. Di samping itu pula ada oknum-oknum dari aparat itu
sendiri yang melakukan penyelewengan.
9-4
Demand Reduction
Yaitu mengurangi permintaan atau mengurangi pengguna dengan cara
membantu atau mendukung para pengguna berhenti menggunakan
narkoba dengan didirikannya panti rehabilitasi dengan berbagai metode
seperti 12 Langkah, keagamaan ataupun terapuitik komunitas. Namun
ternyata hal ini belum cukup efektif juga karena banyak para pengguna
tidak mampu berhenti menggunakan ataupun kambuh setelah beberapa
lama berhenti bahkan mulai menggunakan lagi saat keluar dari panti
rehabilitasi. Bila mereka yang kambuh tetap melakukan perilaku
berisiko seperti sebelumnya, penularan HIV/AIDS akan tetap berjalan.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya seperti pemberian informasi di
sekolah seperti kampanye, atau penyuluhan.
Harm Reduction
Harm reduction di sini artinya adalah pengurangan dampak buruk
penyalahgunaan narkoba tanpa mengurangi penggunaan itu sendiri,
biasanya dengan terapi metadone yaitu sejenis obat berupa pil atau
sirup yang mempunyai efek yang sama dengan heroin, hanya
penggunaannya dengan diminum. Kemudian jarum suntik steril yang
dibagikan kepada penyalahguna supaya mereka tidak berbagi.
Kemudian bila akses jarum suntik sulit didapat, diberikan keterampilan
mensterilkan jarum suntik dengan pemutih (bleach), alkohol atau air
panas dengan protokol yang benar. Namun prinsipnya harm reduction
bukan cuma kegiatan-kegiatan tersebut di atas melainkan termasuk
juga kegiatan penjangkauan, pendidikan kesehatan mendasar.
Ingat rumus : 3 x 2 x 6
9-5
rutin melakukan pemeriksaan IMS karena dengan adanya IMS lebih mudah
menurunkan kekebalan tubuh dan lebih mudah menularkan orang lain.
Dukungan-dukungan yang lain pun bisa didapatkan seperti kelompok
dukungan sebaya sehingga mereka tidak merasa sendirian dan berbeda
dari yang lainnya, dengan kelompok dukungan pula bisa saling mempelajari
strategi apa saja yang digunakan orang lain yang mungkin menghadapi
masalah yang sama.
Sebagai konselor bisa memperbanyak referensi tempat dukungan untuk
memberikan rujukan kepada klien yang sekiranya membutuhkan
penanganan yang lebih intensif.
9-10
Untuk
cari
uang
Karena
tidak ada
perempuan
Lelaki
Berhubungan
Seks dengan
lelaki
Tetapi
mayoritas juga
dengan
perempuan
Dan
perempuan
secara
seimbang
Bisa juga karena dalam lingkungan yang tidak ada wanita sehingga
mereka melakukan hubungan seks dengan lelaki lain, seperti di
Lembaga Pemasyarakatan, tentara yang pergi berperang sekian lama,
pelaut.
Mereka yang melakukan hubungan seksual secara seimbang dengan
lelaki maupun perempuan tanpa disebutkan identitas seksualnya gay
atau biseks.
Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki berasal dari berbagai
kelompok dari segala lapisan masyarakat sebagian dari mereka
mengidentifikasikan diri sebagai : heteroseksual, biseksual ( AC/DC ),
Homoseksual (gay), waria/transgender, atau tidak mengidentifikasikan
diri. Jadi identitas seksual tidak membedakan perilaku seksual.
Menurut hasil pejangkauan seks LSL ( lelaki berhubungan seks dengan
lelaki ) bisa dimana saja :
o Bordil atau panti pijat putra dimana selain memberikan
pelayanan pijat mereka juga melakukan pelayanan yang lain.
o Panggilan ke rumah atau hotel, biasanya sudah cukup
dikenal dari mulut ke mulut ataupun berlangganan
o Tempat hiburan ataupun bioskop
o Jalanan atau taman
o Kolam renang, wc umum atau pantai
9-11
Aktifitas LSL
Kegiatan seksual yang biasanya dilakukan oleh LSL adalah :
Saling merancap/coli/onani jadi tanpa melakukan anal seks
Frottage yaitu penis digesek ke bagian tubuh pasangan seks seperti
paha, lipatan kaki, lipatan tangan atau ketiak sampai mencapai orgasme
Saling mengisap penis
Hanya memasukan penis ke dubur tanpa menerima penis di duburnya
atau sebaliknya
Saling memasukan penis ke dubur
Sadomosakis dan berbagi alat permainan seks/dildo yaitu kegiatan
seks dengan kekerasan yang mengakibatkan cedera
LSL dan Kerentanan HIV
Kita ketahui air mani bisa mengandung partikel virus yang banyak sehingga
cukup untuk menularkan HIV terutama bila melakukan anal seks tanpa
pelindung. Selain itu, perilaku seks oral yang banyak dilakukan LSL juga
dapat menjadi pintu masuk penularan. Hal ini akan menjadi lebih parah bila
terjadi ejekulasi di dalam rongga mulut. Bila mereka juga mempunyai
pasangan wanita kerentanan dapat terjadi pada pasangan wanitanya
ataupun pada pasangan lelakinya. Tidak dapat dipungkiri, LSL memang
memiliki kebiasaan sering berganti pasangan seks di sisi lain pelacuran
lelaki sudah umum terjadi dan bisa dimana saja seperti yang sudah
disebutkan tadi, hal ini bila dilakukan tanpa pelindung seperti pada masalah
pekerja seks akan sangat berisiko terhadap penularan HIV. Terutama lelaki
sangat mudah berpindah ( mobilisasi tinggi ), bila perilaku seksualnya tidak
aman akan menyebarkan penularan dengan cepat.
Konseling bagi LSL
Sifat dari LSL cenderung tertutup mengingat adanya stigma mengenai
normal dan tidak normal pada masyarakat. Ketertutupan ini justru dapat
menjadi bom waktu bagi penularan IMS dan HIV/AIDS. Dalam proses
konseling bagi LSL sangat diperlukan kesabaran dari konselor untuk
menggali lebih dalam informasi2 yang diperlukan.
Kecenderungan
melakukan hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan adalah hal
yang lumrah di kalangan LSL namun sangat rahasia. Perilaku seks anal
yang banyak dilakukan komunitas LSL juga banyak ditutup-tutupi akibat
stigma intern komunitas, dimana lelaki yang dianal akan dicap sebagai
perempuan sedangkan yang menganal adalah laki-laki. Selama ini
kesadaran menggunakan kondom di kalangan LSL pada saat berhubungan
seks anal rendah, dan yang menjadi masalah adalah belum
9-12
Namun apapun itu, waria ada di sekitar kita. Dalam wacana ini, waria tetap
dimasukkan ke dalam kelompok LSL. Namun karena dalam beberapa hal
mereka memiliki kondisi yang lebih spesifik, maka kelompok waria dibahas
lebih khusus agar konselor dapat secara efektif memfasilitasi mereka dalam
penanggulangan HIV/AIDS serta infeksi-infeksi lainnya.
Waria secara biologis termasuk-laki-laki oleh karena itu waria masih
tergolong LSL. Namun demikian, pada waria terdapat kerancuan antara
waria dan transseksual di mana dilakukannya perubahan-perubahan fisik,
misalnya penyuntikan silikon pada payudara disertai terapi hormonal
walaupun alat kelamin laki-laki masih utuh.
Dari segi seksualitas waria berbeda dengan LSL lain, walaupun dari segi
peran gender mereka lebih mirip dengan laki-laki yang feminin (kenes,
gemulai, kemayu)
Menjadi seorang waria, sepertinya bukan merupakan hal yang mudah.
Mereka seakan-akan selalu dilekati stigma dan mendapat perlakuan yang
berbeda atau diskriminasi.
Budaya yang beresiko :
Berpendidikan rendah
Waria kebanyakan berpendidikan rendah. Alasan utama yang mereka
kemukakan adalah karena mereka merasa malu sekolah karena selalu
diejek oleh lingkungan pergaulannya. Hal inilah yang banyak menjadi
alasan utama mereka berhenti sekolah dan pergi ke tempat di mana
mereka bisa hidup lebih tenang. Latar belakang pendidikan yang rendah
dan sikap kurang percaya diri menyebabkan mereka sulit menerima
informasi yang berkaitan dengan HIV/AIDS.
Terpisah dari keluarga
Keputusan untuk pergi meninggalkan kampung halaman, bukan hanya
dipicu karena ketidaknyamanan dalam pergaulan, tetapi terutama
karena faktor penolakan dari keluarga. Banyak waria yang dibuang oleh
keluarganya karena dianggap aib keluarga.
Kemiskinan
Pendidikan yang rendah mengakibatkan kualitas sumber daya manusia
di kalangan waria menjadi rendah, selain itu, penampilan luar yang
berbeda dibanding orang lain juga menjadi penghalang bagi waria untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak dimasyarakat. Tentu saja bagi
waria yang memiliki modal usaha, mereka dapat membuat suatu usaha
seperti salon kecantikan atau warung. Bagi yang tidak memiliki modal,
mereka akan menjadi pekerja seks komersial atau pengamen di jalan.
Rendahnya posisi tawar
9-14
Kebutuhan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi permasalahan seperti
yang telah diuraikan adalah antara lain :
Layanan VCT harus mempertimbangkan kenyamanan dan tidak terlalu
terlihat orang banyak. Waria selalu menjadi perhatian orang banyak.
Layanan informasi harus dalam bahasa sederhana yang mudah
dimengerti dan apabila memungkinkan, menggunakan bahasa
pergaulan mereka.
Konselor diharapkan menunjukkan empati, sehingga dapat
meningkatkan rasa percaya diri dan menimbulkan rasa nyaman bagi
waria untuk mau menceritakan permasalahan yang sebenarnya.
Menekankan perubahan perilaku terutama untuk selalu memakai
kondom setiap melakukan hubungan seks, dan bila melakukan seks
anal disertai pelicin tambahan berbahan dasar air.
Memberikan pengetahuan tentang meningkatkan kualitas hidup dan
memberikan informasi tentang pelatihan keterampilan untuk menopang
hidup.
Menyediakan layanan dukungan sebaya atau merujuk ke kelompok
waria.
Hambatan dalam pemenuhan kebutuhan
Berpindah-pindah
Pekerja migran berpindah tergantung pada kontrak dan waktu
pekerjaannya atau adanya permasalahan yang dihadapi, hal ini
menungkinkan mereka sulit menjadi bagian dari suatu komunitas
9-16
Kemiskinan
Kemiskinan membuat mereka jauh dari akses pendidikan ataupun
keterampilan hidup karena biaya untuk pendidikan maupun
keterampilan yang tinggi.
Kebutuhan
Hal-hal yang perlu tersedia dalam menanggapi masalah resiko tersebut di
atas misalnya:
Layanan informasi tentang HIV/AIDS dalam bahasa mereka
Konseling
Kondom dan cara penggunaan
Perlindungan hukum
Pendidikan keterampilan hidup
Dukungan sebaya
Hambatan dalam pemenuhan kebutuhan
Tidak meratanya penyediaan informasi tentang HIV/AIDS
Tidak meratanya penyediaan layanan konseling
Kurangnya pemahaman tentang karakteristik kelompok
Sulit mengakses keterampilan hidup karena biaya
Berpindah-pindah
9-17
Hubungan seks
Budaya seperti sifone (laki-laki muda akil balig yang baru saja disunat
segera melakukan hubungan seksual tidak aman dengan perempuan
bayaran untuk mengobati alat kelaminnya) di Nusa Tenggara Barat
juga rentan HIV/AIDS dan IMS.
Kebutuhan
Hal-hal yang perlu tersedia dalam menanggapi masalah resiko tersebut di
atas misalnya:
Layanan informasi HIV/AIDS dalam bahasa daerah (KIE lokal)
Konseling / pendidikan sebaya
Konseling akan lebih efektif bila konselor adalah salah seorang dari mereka
karena sudah mengerti budaya dan bahasa sehingga memudahkan proses
konseling
Kondom dan cara penggunaan
Alat-alat tajam yang steril
Perlindungan hukum
Pendidikan keterampilan hidup yang menghargai budaya mereka
Dukungan sebaya
9-18
Kebutuhan
Program
Prinsip pendidikan sebaya adalah untuk meningkatkan efektivitas
intervensi, seperti meningkatkan pengetahuan dan menggali perubahan
perilaku terutama untuk kelompok tertentu. Bila informasi atau pendidikan
diberikan oleh petugas Lapas, biasanya warga binaan menyikapi dengan
ketidakpercayaan atau kecurigaan. Program edukasi sebaya menunjukkan
efektivitas dalam menyampaikan informasi akurat tentang HIV/AIDS.
9-19
9-20
$ TUJUAN
$ RINGKASAN
Bab ini mengungkapkan pentingnya VCT bagi individu dan pasangan dalam hal
pencegahan terhadap bayi. Tujuan konseling pra dan pasca tes kepada perempuan
hamil dan bedanya dengan konseling pada sasaran lainnya dijelaskan disini.
Pedoman pada tulisan ini digunakan untuk mengenali konsep dan keterampilan
yang dibutuhkan bagi tersedianya pelayanan konseling efektif pada perempuan
dengan pasangannya
untuk pencegahan penularan dari ibu ke anak dan
diintegrasikannya pada pelayanan VCT di KIA. Rekomendasi ini menekankan
pentingnya pelayanan pada perempuan hamil yang terinfeksi HIV (dan petugas
kesehatannya) memahami status diri agar dapat mencegah penularan kepada janin
serta melindungi kesehatannya.
10-1
500,000
70,000
23,000
18,000
9,000
1,700
800
600
Bukti terbatas
Maternal
Karakteristik virus
Penyakit lanjut
Pemberian ASI
Obstetrik
Perdarahan Intrapartum
Monitoring
Episiotomi
Bayi
Prematur
ASI
10-2
10-4
Kurangnya fasilitas VCT dan tes kit pemeriksaan HIV (termasuk biaya dan
pembayaran )
Kurangnya kesadaran akan adanya VCT
Kurangnya kesadaran akan manfaat VCT
Kurang kepercayaan akan kualitas pelayanan VCT (termasuk kurang
memadainya penggunaan waktu dan konselor terampil,
dimana
perempuan yang
datang telah percaya dan meminta pelayanan,
merasakan manfaat, menghargai, serta yakin akan kebenaran hasil VCT)
Stigma berkaitan dengan hasil tes (+)
Lamanya waktu menunggu hasil tes
Terapi yang diberikan petugas kesehatan
tidak sensitif
terhadap
kebutuhan klien
Kurangnya hubungan antara perawatan dan dukungan bagi ODHA
Keuntungan individu untuk membuka diri kepada pasangan akan status HIV nya
memerlukan kekuatan besar dalam melawan konflik yang mungkin terjadi .
Ketakutan akan tindak kekerasan merupakan hambatan terbesar dalam
pengungkapan status HIV seorang perempuan kepada pasangannya. Dalam satu
penelitian; 42.6 % perempuan mendapatkan kekerasan dari pasangannya sekali
dalam hidupnya dan 32.2 % dan satu kali oleh pasangannya sekarang. Penelitian
lain, laki-laki India yang melakukan tindak kekerasan seksualitas dan fisik, lebih
tinggi pada mereka yang melakukan seks diluar nikah dan insiden IMS.
10-5
PENULARAN
HIV
DALAM
Perempuan dengan HIV yang sedang hamil membutuhkan informasi dan dukungan
yang akan membantu mereka dalam memutuskan apakah setelah bayinya lahir
akan diberi ASI atau tidak. Mereka butuh bantuan dalam menilai risiko penularan
HIV ke bayinya dan perlu dukungan yang dapat membuat mereka jadi percaya diri
dalam memutuskan hal-hal yang berkaitan dengan pemberian makanan yang aman
kepada bayi. Peran konselor adalah membantu dan mendukung ODHA hamil
mengambil keputusan yang tepat, dan untuk dapat melakukan dukungan dengan
efektif maka konselor memerlukan pelatihan manajemen laktasi yang di dalamnya
mencakup isu-isu HIV.
Peran konselor dalam layanan konseling untuk pemberian makanan bayi yang
aman dari penularan HIV ada tiga :
1. Memberikan informasi
2. Membantu si ibu untuk menilai risiko penularan pada bayinya sesuai
dengan kondisi si ibu sendiri saat itu
3. Membantu si ibu agar percaya diri dan yakin dengan pilihan-pilihannya
10-6
500,000
70,000
23,000
18,000
9,000
1,700
800
600
perawatan dan dukungan untuk anggota keluarga yang terinfeksi HIV akan
lebih efektif bila melibatkan juga laki-laki, terutama untuk perawatan ODHA
di rumah, merawat anak-anak piatu yang sudah ditinggal ibunya, dan turut
serta mendukung sesama ODHA.
Banyak istilah digunakan untuk menjelaskan penularan HIV ke anak,
beberapa di antaranya adalah penularan perinatal, penularan vertical,
dan penularan dari ibu ke anak. Kelompok Kerja Ghent Internasional untuk
Penularan Ibu ke Anak telah merekomendasikan istilah baku penularan
dari ibu ke anak, namun banyak pihak merasa kuatir bahwa istilah ini akan
menghakimi dan menyalahkan si ibu, sehingga banyak debat dalam
penggunaan istilah ini.
Istilah penularan HIV dari ibu ke anak (MTCT/Mother to Child
Transmission)cukup tepat dan akan digunakan dalam Bab ini untuk
menjelaskan bagaimana cara HIV menular ke janin/bayi dari ibu yang
terinfeksi HIV. Namun bila menyangkut aspek-aspek kebijakan dan
kesehatan masyarakat, kita akan memakai penularan dari orang tua ke
anak(PTCT/Parent to Child Transmission) oleh karena tidak bisa dipungkiri
bahwa laki-laki atau si ayah juga memiliki andil dalam penularan HIV
kepada anak dan akan berperan penting dalam dukungan dan perawatan
ODHA dalam keluarganya.
Penularan HIV dari ibu ke anak (MTCT) paling cepat terjadi pada waktu
janin dalam uterus, saat dilahirkan, atau setelah lahir melalui ASI. Jika tidak
dilakukan intervensi, sekitar sepertiga ibu dengan HIV (+) akan menularkan
virus ke janinnya melalui ketiga jalan ini.
Kebanyakan penularan HIV pada akhir kehamilan atau proses melahirkan.
Sekitar sepertiga dan setengah infeksinya tertular selama pemberian ASI.
Beberapa faktor, tidak semua, dapat diterangkan sepenuhnya, seperti bayi
yang mendapatkan pengaruh infeksi virus dari ibu, saat janin, bayi,
termasuk maternal, obstetrikal, fetal, dan neonatal. Tingginya muatan virus
ibu, misalnya pada saat serokonversi dan penyakit lanjut, merupakan faktor
besar untuk berpindahnya infeksi.
10-8
1%
14 36mg
4%
36 mg - lahir
Partus
Proses
lahir
12%
0 - 6 bln
8%
6 - 24 Bln
7%
3%
20-25 %
25-30 %
30-35 %
Source: De Cock KM, et al. JAMA. 2000; 283 (9): 1175-82 Kourtis et al. JAMA 2001; DeCock et
al. JAMA 2000
Bukti terbatas
Maternal
Karakteristik virus
Penyakit lanjut
Pemberian ASI
Obstetrik
Perdarahan Intrapartum
Monitoring
Episiotomi
Bayi
Prematur
ASI
HIV tidak menular melalui plasenta ke janin. Plasenta melindungi bayi dari
HIV (Anderson, 1997), tetapi perlindungan menjadi tidak efektif bila ibu :
Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria)
pada plasenta selama kehamilan
Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan
virus pada saat itu
Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun, berat berkaitan
dengan AIDS
Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tak langsung
berkontribusi untuk penularan dari ibu kepada anak.
Penularan Hiv Selama Proses Kelahiran
Bayi yang terinfeksi dari ibu, mempunyai risiko lebih tinggi pada saat
dilahirkan. Kebanyakan bayi mendapat HIV pada proses kelahiran, didapat
melalui proses menelan atau mengaspirasi darah ibu atau sekresi vagina.
Faktor yang mempengaruhi tingginya risiko penularan dari ibu ke anak
selama proses melahirkan adalah:
Lama robeknya membran seringkali dalam bentuk ARM,
Chorioamnionitis akut (disebabkan tak diterapinya IMS atau infeksi
lainnya),
Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi
dengan darah ibu misalnya, episiotomi.
Anak pertama dalam kelahiran kembar
Penularan HIV Melalui Asi
HIV berada dalam ASI, tetapi konsentrasi virus lebih rendah dari pada
dalam darah. Risiko penularan melalui ASI tergantung dari:
Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan
kurang berisiko dibanding dengan pemberian campuran
Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan puting
susu dan infeksi payudara lainnya
Lamanya pemberian ASI, makin lama makin besar kemungkinan infeksi
Muatan virus pada ibu mempunyai risiko dua kali lipat, 30% jika
perempuan terinfeksi HIV pada saat pertama kali menyusui.
Status kekebalan tubuh ibu, AIDS stadium lanjut
Status gizi ibu yang buruk
Waktu Penularan HIV Selama Pemberian Asi
Penularan dapat terjadi selama masa menyusui
Sekitar 70% penularan pasca kelahiran terjadi pada 4-6 bulan pertama
HIV dideteksi di kolostrum dan susu ibu, tetapi risiko relatif dari
penularan tak pernah pasti
10-10
Faktor utama
Prong II:
Pencegahan
Kehamilan yang
tidak dikehendaki
pada perempuan
terinfeksi HIV
Prong III:
Pencegahan
penularan
Perinatal HIV
pada perempuan
terinfeksi HIV
10-11
10-13
NVP profilaksis dosis tunggal untuk ibu saat intrapartum dan untuk bayi
baru lahir dinyatakan baik dalam mencegah penularan dari ibu kepada anak
di negara berkembang, dengan alasan sebagai berikut :
Mudah digunakan karena dosis tunggal sesaat proses kelahiran
dimulai
Murah
Mereka yang melahirkan di rumah dapat menelan obatnya
Ibu tetap dapat menyusui
Pertimbangan penggunaan NVP untuk pencegahan penularan dari ibu ke
anak:
Resistensi obat sesudah penggunaan dosis tunggal mudah diamati
dalam penelitian klinik dan membutuhkan investigasi lebih lanjut
Ketika perempuan tidak menerima ARV dan risiko tinggi penularan,
penggunaan dosis tunggal NVP pelu dipertimbangkan dengan
resistensi
Ketika perempuan menerima standar terapi (biasanya kombinasi
ARV), anak menerima AZT dalam 6 minggu, dan seksio sesaria
terencana harus dilakukan, maka penambahan NVP tidak
menguntungkan dan tidak dipertimbangkan risiko resisten yang
diinduksi oleh NVP
Pada tahun 2000, pabrik Nevirapine, bermitra dengan United Nations,
menawarkan obat gratis kepada negara berkembang selama lima tahun .
Pemberian ASI dan ARV
Kebanyakan perempuan ODHA hidup dalam kondisi terabaikan dan sulit
mendapatkan akses air bersih dan sanitasi. Juga ada keterbatasan
kemampuan untuk memberikan subsitusi ASI yang aman. Penelitian untuk
pemberian ASI yang aman merupakan prioritas tinggi. Hasil sebuah
penelitian menunjukkan anak dengan ASI eksklusif kurang tertular HIV dari
pada mereka yang diberi ASI dan makanan lainnya. Tetapi hasil ini harus
dikonfirmasikan dengan hasil penelitian lain. Penelitian lainnya dengan ARV
sedang dilakukan, untuk mengetahui apakah anak dapat disusui namun
tidak tertular HIV.
Pilihan pemberian ASI pada bayi dari ibu HIV (+) harus didokumentasikan
secara tertulis. Secara umum, kesimpulan dari pedoman UN/WHO tentang
pemberian makanan pada bayi adalah sebagai berikut:
Untuk ibu dengan HIV negatif atau status tak diketahui
o Pemberian ASI eksklusif akan mencegah, dan mempromosikan
serta memberi dukungan selama 6 bulan
Untuk ibu dengan HIV-positif
10-14
o
o
Subsitusi ASI (susu formula atau susu sapi diencerkan steril) jika
tersedia makanan pengganti, terjangkau, terus menerus ada,
dan aman, jika tidak maka pemberian ASI eksklusif
direkomendasikan dalam bulan pertama kehidupan
Pemberian ASI harus dihentikan secepat mungkin untuk
meminimalisasi risiko penularan HIV
Budaya setempat senantiasa diperhatikan, juga situasi
perempuan secara individual, risiko makanan pengganti (yang
dapat meningkatkan risiko infeksi lain dan malnutrisi )
VCT di KIA
(ANC, Partus &
Postpartum,KB)
Kewaspadaan masyarakat
Stigma
Normalisasi HIV
PPTCT
Akses ke profilaksis ARV
Konseling pemberian makanan
bayi
Tindak lanjut pelayanan
10-20
10-26
Setuju
HIV Positif
Tawarkan:
Konseling
Intervensi PMTCT
Pemberian makanan
bayi
Prevensi HIV
Dukungan & tindak
lanjut
Menolak
Tawarkan:
Kunjungan lanjutan
Konseling Prevensi
HIV
Konseling
pemberian makanan
bayi
Keuntungan
Peningkatan kesempatan untuk
mendapatkan dukungan sosial
Perbaikan akses ke Pelayanan
medik yang dibutuhkan
Peningkatan kesempatan untuk
mendiskusikan penurunan risiko
HIV dengan pasangan
Peningkatan
kesempatan
menyusun rencana masa depan
secara hati-hati dan penuh
pemikiran
Risiko
Kehilangan dukungan ekonomi
DiIpersalahkan
Kekeran fisik dan emosi
Diskriminasi
Mengganggu hubungan keluarga
10-32
Praktek kesehatan:
Sikap konselor terhadap VCT dan PPTCT
Sikap dan penerimaan terhadap KB
Praktek kebidaan yang umum dilakukan oleh dukun beranak, bidan,
dokter dan sebagainya
Sikap dan praktek pemberian makanan pada bayi
Masyarakat dan keluarga:
Pemasaran sosial VCT dapat digunakan untuk menghadapi sikap
masyarakat yang negatif
10.13 Konseling Dan Pencegahan Penularan HIV Dalam Pemberian
Makanan Pada Bayi
Perempuan dengan HIV yang sedang hamil membutuhkan informasi dan
dukungan yang akan membantu mereka dalam memutuskan apakah
setelah bayinya lahir akan diberi ASI atau tidak. Mereka butuh bantuan
dalam menilai risiko penularan HIV ke bayinya dan perlu dukungan yang
dapat membuat mereka jadi percaya diri dalam memutuskan hal-hal yang
berkaitan dengan pemberian makanan yang aman kepada bayi. Peran
konselor adalah membantu dan mendukung ODHA hamil mengambil
keputusan yang tepat, dan untuk dapat melakukan dukungan dengan efektif
maka konselor memerlukan pelatihan manajemen laktasi yang di dalamnya
mengangkat isu-isu HIV.
Peran konselor dalam layanan konseling untuk pemberian makanan bayi
yang aman dari penularan HIV ada tiga :
1. Memberikan informasi
2. Membantu si ibu untuk menilai risiko penularan pada bayinya sesuai
dengan kondisi si ibu sendiri saat itu
3. Membantu si ibu agar percaya diri dan yakin dengan pilihan-pilihannya
Karena rumitnya permasalahan yang menyangkut pemberian makanan
kepada bayi yang aman dan tepat, konseling untuk hal ini tidak perlu
dilakukan pada saat konseling pasca tes, namun membutuhkan sesi
konseling tersendiri dan mungkin berkali-kali sesuai kebutuhan klien.
Kebanyakan perempuan membutuhkan waktu untuk mendiskusikan terlebih
dahulu permasalahan dan pilihan-pilihannya dengan suami, keluarga atau
kerabat dekatnya. Yang dapat dilakukan oleh konselor pada sesi konseling
ini adalah memberikan informasi dan fakta-fakta mengenai keuntungan dari
pemberian ASI kepada bayi, namun di lain pihak ada juga risiko infeksi HIV
10-34
dari si ibu melalui pemberian ASI. Si ibu juga perlu diberitahu bahwa risiko
penularan HIV kepada bayinya dapat dikurangi melalui berbagai cara.
UN Inter-Agency Task Force on HIV and infant feeding telah
memberikan rekomendasi sebagai berikut mengenai pilihan-pilihan
pemberian makanan bayi yang aman :
Jika makanan pengganti bisa diterima, mungkin dilakukan, terjangkau,
tersedia terus-menerus dan aman, maka ibu terinfeksi HIV
direkomendasikan agar tidak memberikan ASI kepada bayinya
Kalau situasi di atas tidak memungkinkan, maka direkomendasikan
menyusui ASI secara eksklusif selama awal-awal bulan usia si bayi
Untuk mengurangi risiko penularan HIV, direkomendasikan untuk
menghentikan pemberian ASI secepat mungkin
Jika ibu memilih untuk tidak memberi ASI saat bayi lahir atau
menghentikan ASI beberapa waktu setelah bayi lahir, mereka sebaiknya
si ibu didukung dan dibekali petunjuk khusus sepanjang, paling sedikit,
dua tahun pertama usia anak untuk memastikan ia mampu memilih dan
memberi makanan pengganti ASI yang tepat.
Ibu terinfeksi HIV yang menyusui ASI sebaiknya terus didukung dan
dibekali petunjuk khusus ketika mereka memilih untuk menghentikan
pemberian ASI. Dukungan dan informasi yang benar akan mencegah
akibat-akibat yang dapat membahayakan nutrisi dan kondisi psikologis
dan untuk mempertahankan kesehatan payudara ibu.
Ibu terinfeksi HIV yang ingin menyusui bayinya dengan ASI sebaiknya
mendapatkan petunjuk-petunjuk agar dapat melakukannya tanpa
meningkatkan risiko penularan HIV kepada bayinya. Ada empat hal yang
harus ia perhatikan :
Memberikan ASI eksklusif akan melindungi bayi dari berbagai infeksi
dan bisa mengurangi risiko infeksi HIV, daripada menyusui ASI tetapi
juga memberi makanan pengganti (non-eksklusif)
Masalah-masalah kesehatan payudara, seperti mastitis atau abses
payudara, akan meningkatkan risiko infeksi HIV pada bayi. Untuk
mencegah hal-hal tersebut, maka dianjurkan ibu menyusui bayi segera
di awal kelahiran, secara teratur dan sering, dengan posisi yang benar,
dan memberikan ASI saat bayi meminta.
Bayi bisa saja terinfeksi HIV kapan saja saat dalam masa pemberian
ASI. Namun keuntungan dari ASI diperoleh bayi kebanyakan pada
bulan-bulan pertama usianya. Melihat peluang ini, maka si ibu bisa
mempertimbangkan untuk menghentikan ASI sedini mungkin (setelah
diperkirakan bayinya cukup mendapat manfaat ASI) agar dapat
menurunkan risiko infeksi HIV lebih awal.
10-35
Risiko penularan HIV ke bayi akan menurun jika ibunya peduli dengan
kesehatannya sendiri saat menyusui. Gizi yang buruk dan munculnya
infeksi-infeksi lain akan meningkatkan jumlah HIV dalam darah.
Suami/pasangan ibu juga sebaiknya tahu bahwa istrinya membutuhkan
makanan sehat, istirahat, dan dilindungi dari infeksi menular seksual.
Perlu diingatkan pula kepada si ibu bahwa bayi yang dberi ASI eksklusif
lebih dari 6 bulan mungkin akan memiliki risiko penularan HIV yang lebih
tinggi daripada bayi yang diberi ASI eksklusif kemudian dihentikan lebih
awal pada bulan-bulan pertama usia bayi.
Ibu hamil yang terinfeksi HIV mungkin memutuskan tidak memberikan ASI
atau akan menghentikan pemberian ASI kurang dari 6 bulan usia bayi, oleh
karena itu ia membutuhkan informasi yang benar tentang bagaimana
mendapatkan dan menyediakan makanan pengganti yang aman untuk
bayinya. Ibu-ibu yang kurang mampu atau tinggal di tempat yang kurang
memadai sebenarnya bisa tidak memberikan ASI dan mengganti dengan
yang lain apabila mereka didukung, mudah memperoleh air bersih,
tersedianya makanan formula dengan harga terjangkau, dan pelatihan
praktis tentang bagaimana menyiapkan dan memberikan makanan
pengganti kepada bayi mereka.
Beberapa pilihan makanan pengganti ASI, yaitu :
Susu formula
Susu formula buatan sendiri (home-made)
ASI yang dipanaskan (Expressed heat-treated breast milk)
ASI dari ibu pengganti (setelah terlebih dahulu diketahui HIV negatif)
dikenal sebagai wet nurse (ibu susuan)
Ibu yang terinfeksi HIV dan memilih tidak memberikan ASI sebaiknya
mendapatkan petunjuk-petunjuk agar dapat memberikan makanan
pengganti, tetap menjaga terpenuhinya gizi bayinya, namun tanpa
meningkatkan risiko penularan HIV kepada bayinya. Ada beberapa hal yang
harus ia perhatikan :
Mencampur/memberikan secara bergantian ASI dengan makanan
pengganti akan meningkatkan risiko infeksi HIV kepada bayi. Jika
ibu memutuskan untuk tidak memberikan ASI maka sebaiknya
benar-benar hindarkan bayi mendapat ASI.
Banyak pilihan untuk makanan pengganti. Apapun yang dipilih ibu
maka sangat penting memilih makanan pengganti yang
mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk
pertumbuhan dan tetap sehat. Makanan pengganti juga harus bersih
dan bebas dari kuman-kuman penyakit.
10-36
Ibu terinfeksi HIV yang tidak menyusui bayinya dengan ASI akan lebih cepat
menperoleh menstruasi dan kembali ke masa subur sehingga ia juga
membutuhkan informasi dan akses kontrasespi agar tidak terjadi kehamilan
yang tidak dikehendaki.
Beberapa ibu mungkin merasa bukan ibu yang baik jika tidak memberi
bayinya ASI dan butuh waktu untuk dapat menyesuaikan diri dengan
pilihannya, yaitu tidak menyusui bayinya. Apalagi bila keputusan tersebut
terjadi karena dipaksakan oleh petugas kesehatan atau pihak-pihak lain.
Peran konselor di sini adalah membantu ibu tersebut untuk tetap merasa
sebagai ibu yang baik karena ia telah tahu risiko dan berani menentukan
pilihan berdasarkan kepentingan anaknya. Konselor perlu mengingatkan si ibu
bahwa sebenarnya banyak hal yang dapat dilakukan seorang ibu demi
pertumbuhan anaknya, dan pemberian ASI hanya salah satunya saja.
10-37
Lembaga
Layanan
Hubungi:
Klinik
perawatan dan
konseling
pendidikan/pelatihan
IR-1
C. Poliklinik Jiwa/Psikiatri
Telp. (0361) 227911 pesawat
163
Pengobatan nonmedis,
Konseling spiritual dan
psikologik/mental
G. N. Anom Wirayudha.
I Made Sarta.
Dr. Oka
No
Lembaga
Layanan
Hubungi:
Yayasan Hatihati
Jl. Dewata 1A/8
Sidakarya-Denpasar 80224
Tlp 0361-722979
Panti Rehabilitasi
VCT
Konseling adiksi
Pemberian informasi
untuk pelajar
Noldy
Galle
Mansoer
Totok
Putri
Bpk Yudho
Bob Monkhouse
10
11
12
Bali Plus
Kerta Dalam VIII/3, Denpasar
Telp. (0361) 723250
E-mail: bpf@dps.centrin. net.id
Lab. Prodia
Jl. Diponegoro, Denpasar
Telp. (0361) 261001
Yayasan Hati Kita Bali
Jl. Sekar Tunjung 101, Gatot
Subroto Timur. Denpasar
Telp. (0361) 465203
VCT
Pendampingan
Vivi, Agung
Rico, Etha
Sisca
dr. Partha Muliawan
dr. IGA Satriani
Kelompok dampingan
untuk waria dan gay
VCT
Pengobatan medis
Pengambilan sampel
darah untuk tes HIV,
PMS, CD4
Konseling dan VCT
Kelompok dukungan
untuk ODHA
Konseling dan VCT
Setia Sutrawati
Panti Rehabilitasi
Narkoba
Konseling adiksi dan
VCT
Raymond
Elyas
VCT
Perkumpulan Konselor
Bali
Supervisi bagi konselor
HIV/AIDS
Pelatihan Konselor
HIV/AIDS
Rosy
Ery
Tono
Rehabilitasi narkoba
Konseling adiksi dan
VCT
Anto
IR-2
No
Lembaga
Layanan
Hubungi:
13
Yayasan Matahati
Jl. Pasekan No.5 Batu Bulan,
Denpasar Telp. (0361) 299711
E-mail : yayasan
matahati@telkom.net
Neeta, Fredy
Tino, Alvon
14
Sagung Anom
Md Ratni
Adhi Wirastini
15
VCT
Methadone.
16
dr. Sumenegari
Kamayanti, Ni Nyoman
Nurpenti, Dewi,
Gde Mahardika
17
Klinik Edelweiss
RSUD Kab Buleleng
Jl. Ngurah Rai No. 30 Singaraja
081338320095
08123987166
Rehabilitasi pengguna
Narkoba
Konseling HIV/AIDS &
VCT
Hubungi:
Cecep Junaedi
Rachmadi
IR-3
No
Lembaga
Layanan
Hubungi:
Adhe Z Prasasti
Tomu Pasaribu
Dr. Maya T
Dr. Wia
Artha Saragih
V. Juaryanti
Suster Hilda R
Dr. Erwina
10
11
IR-4
No
Lembaga
Layanan
Hubungi:
Prof. Yusuf B
Kushartini
Dr. Rahmad
Dr. Yolanda
Hotline Surabaya
1. Yayasan Hotline Surabaya
Gedung P4TK ( Pusat Penelitian
dan Pengembangan Pelayanan dan Teknologi Kesehatan)
Jl. Indrapura 17 Surabaya
2. Klinik Kesehatan Perempuan
Jl. Kalianak Gg Lebar No 22 Telp. 031.352 6118, 352 6119 (Kerjasama dengan RS. Dr.
Soetomo)
Sista Ersanti
Esthi Susanti Hudiono
Yayasan Talenta
Jl. Gubeng Jaya Gg Langgar
no17 A
Telp/Fax. 5033051
Fadli
Hari Cahyono
Lembaga
Layanan
Hubungi:
Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI)
Klinik Kesehatan Reproduksi
Jl. Tentara Rakyat Mataram Gg. Kapas JT I/705
Yogyakarta 55231
Telp. 0274 586767
Fax. 0274 513566
Kusminari
Badran
RS. Bethesda
Jl. Sudirman 70
Telp. 0274. 562246, 586688
Ext.1221 Fax. 0274. 563312
IR-5
No
Lembaga
Layanan
Hubungi:
Dr. Agnes
Bapak Widodo
Ibu Umi
Lembaga
Layanan
Hubungi:
Dr. Muchlis
Dra. Retno
Bapak Edi Wiaji
Ibu Nurhayati
Bapak Didik Suwarsono
IR-6
No
Lembaga
Layanan
Hubungi:
1.
2.
Nunuk K,
Mashadimulyo,
Ahmad F
Dr. Bagus Rahmat
Prabowo
KARAWANG- BOGOR
No
Lembaga
Layanan
Hubungi:
Abdulraham
Abdulrahim
Desiana Dwisusanti,S.Psi
KEPULAUAN RIAU
IR-7
Penjangkauan untuk
puskesmas setiap
minggu pertama
Minggu ke tiga setiap
bulan terbuka untuk
layanan VCT
Lembaga
Layanan
Hubungi:
RS Budi Kemuliaan
JL. Budi Kemuliaan 1 Batam
Telp. 0778 458855-454044
RSU Tanjung Pinang
Serumpun Jl. Kesehatan no 1
Telp. 0771. 22585
Yayasan Bentan Serumpun
Telp. 0771. 315660
RSU KARIMUN
Jl. Poros no 1, Tanjung Balai
Karimun
Telp. 0777. 327818
Dr. Danang
Dr. Yamin
Dr. Yunisas
Nofira Damayanti
Bidan Yustina
Toni F
Dr. Rizalwan
Lembaga
Layanan
Hubungi:
GALATEA
Jl. Setia Budi Gg Tengah no 1
Medan
Telp. 061. 82 11 571
galatea_ mdm@yahoo.com
Fahnita
Lembaga
Layanan
Hubungi:
Dr. Mediarti
- Dr. Lisa
SULAWESI UTARA
MANADO dan BITUNG
IR-8
No
Lembaga
Layanan
Hubungi:
Sr. Orpha
Dr. Mario A.A.Moniaga
Jerry Kilapong
PAPUA
MERAUKE JAYAPURA - SORONG
No
Lembaga
Layanan
Hubungi:
Herlina Fonataba
Dr. Inge S
Yanti Pulumbara
Adi Susanto
Liana Hutapea
IR-9
No
Lembaga
Layanan
Hubungi:
Zr. Rosalin
Irma
Herman
Maria Selano
Tina
Zr zita CB
IR-10
About
HIV,
2002.
Virion
Structure.
http://biology.fullerton.edu/courses/
biol_302/Web/Browser/moreabout.html. Akses: 8 Agustus 2002.
Elements.
http://www.
Ross MW, 1997. Hoe psichosocial aspects of HIV infection can affect health. In: Stewart G
(ed.), Managing HIV. Sydney, Australian Medical Publishing Company Limited.
IR-11
U.S. Food and Drug Administration. Antiretroviral Drugs Approved By FDA for HIV.
http://www.fda.gov/ oashi/aids/virals.html. Last revised November 7, 2001. Akses: 10
Agustus 2002.
U.S. Food and Drug Administration..Approved Drugs for HIV/AIDS and AIDS-related
Conditions. http://www.fda.gov/oashi/aids/stat_app.html. Last revised February 19,
2002. Akses: 10 Agustus 2002.
WHO, 1993. AIDS Home Care Handbook. Geneva.
WHO, 2002. Draft. Scaling Up Antiretroviral Therapy in Resource Limited Settings: Guidelines
for A Public Health Approach.
WHO, 2000. Fact Sheet 13.
Yayasan Spiritia, 2002. Nama Obat Antiretroviral. Lembaran Informasi 401. Yayasan Spiritia,
Jakarta.
National Counselling Guidelines HIV/AIDS, Australian Department of Health, Housing and
Community Services (National AIDS Education Campaign) Canberra ACT. 1992.
WHO Regional Office for South-East Asia (WHO-SEARO). Training of Trainers in Voluntary
Counselling and Testing. August 2003.
Egan, Gerard. The Skilled Helper, A Problem-Management and Opportunity-Development
Approach to Helping (7th Edition). 2002.
Benton and Parnell. Facilitating Sustainable Behaviour Change, Burnet Centre (1999)
(introduction to the behaviour change spiral). http://www.burnet.edu.au
WHO, UNICEF, UNAIDS. HIV and Infant Feeding: a guide for health care managers and
supervisors. May 1998.
Holmes, Wendy. Parent to Child Transmission of HIV: prevention and care (For the SouthEast Asia region). Teaching Aids at Low Cost. Centre for internation Health. Macfarlane
Burnet Institute MRPH, Australia. May 2004.
IR-12
CATATAN:
Alamat halaman WEB untuk internet (URLs, atau Uniform Resource Locators) harus
ditulis dengan tepat.
Untuk mendapatkan informasi, untuk beberapa WEB sites diperlukan pendaftaran terlebih
dahulu, khususnya pelayanan berita dan jurnal-jurnal yang dapat diakses secara
langsung.
Ada beberapa penyebab bila mendapat pesan kesalahan File tidak dijumpai. Betulkan
alamatnya, dan coba lagi. Masalah tersebut mungkin terdapat pada pelayanan WEB
(komputer) tempat halaman WEB tersebut disimpan.
Untuk memperoleh WEB sites yang alamatnya tidak diketahui, pergunakan search engine
untuk mencari organisasi atau nama halaman WEB yang dimaksud.
Ingat sumbernya bila memperoleh informasi dari internet. Jangan hanya karena
diperoleh dari halaman WEB, informasi tersebut dianggap sepenuhnya benar!
Sambungan-sambungan
ini
dapat
diperoleh
http://www.aidsinfonet.org/999-bookmarks.html
di
internet
pada
alamat
Beberapa web sites yang penting diberi tanda bintang dan cetak tebal.
Diperbaiki pada tanggal 31 Mei 2002
I. ADVOKASI
Access to Essential Medicines
http://www.accessmed-msf.org
ACT UP-New York
http://www.actupny.org/
ACT UP Philadelphia
http://www.critpath.org/actup/
African American AIDS Policy and
Training Institute
http://www.BlackAIDS.org
IR-13
IR-14
IR-15
Positively Kids
http://www.aidsinfonyc.org/posikids/
index.html
TeenAIDS.org
http://www.teenaids.org/
Teens Teach Kids about HIV!
http://www.caps.ucsf.edu/hotindex.html
Young People and AIDS from The Body
http://www.thebody.com/whatis/
children.html
Whatudo: facts, options, and action
http://www.whatudo.org/
*Women & Children with HIV Menu
http://www.hivpositive.com/f-Women/
WoChildMenu.html
YouthHIV.org
http://www.youthhiv.org/
V. UJI KLINIS
IR-16
*Medscape
http://www.medscape.com/hiv-aidshome Go to Conference Coverage
Microbicides 2002
http://www.itg.be/micro2002/
NATAP conference reports
http://www.natap.org
National Conference on Women and HIV,
May 1997
http://www.ama-assn.org/special/hiv/
newsline/conferen/women/womeet.htm
IR-17
IR-18
IR-19
IR-20
IR-21
AIDSmap (England)
http://www.aidsmap.com/home.htm
Deutsche AIDS-Hilfe
http://www.aidshilfe.de/
LUSIDA (Argentina)
http://www.lusida.org.ar/
Fundacin Descida
http://www.descida.org.ar/
IR-22
SENSOA (Belgium)
http://www.sensoa.be/
VIH-Sida.org.ar
http://www.adusalud.org.ar/
Va Alterna (Colombia)
http://www.viaalterna.com.co
IR-23
Gangbang's HomePage
http://www.geocities.com/HotSprings/
1290/
IR-24
XV. LAIN-LAIN
Boston Buyers Club
http://www.bgladco.com/bbc/
HIV Fitness Guidelines
http://www.crosswinds.net/~hivfitness/
HIV Testing Requirements for Entry into
Foreign Countries
IR-25
A&U Magazine
http://www.aumag.org/
*AEGIS HIV Publications Library
http://www.aegis.org/
AIDS Treatment News Online
http://www.aids.org/immunet/atn.nsf/
homepage
IR-26
http://www.eatright.org/dpg/dpg29.
html
Guidelines for Implementing HIV/AIDS
Medical Nutrition Therapy Protocols from
AIDS Project Los Angeles
http://www.numedx.com/readstory.
phtml?story=v2n3feature
HIV ReSources, Inc Nutrition Resources
http://www.hivresources.com/
HIV/AIDS Nutrition Net Links
http://nutrition.about.com/health/
fitness/nutrition/msub34.htm
Nutrition and HIV Discussion Area
http://pluto.beseen.com/boardroom/i/
50524/Date
Nutrition Power Headquarters
http://www.geocities.com/
~jenniferjensen/nphq.htm
Tufts University Nutrition and HIV Research
http://www.tufts.edu/med/nutrition_HIV
XIX. PEER-REVIEWED JOURNALS
AIDSonline
http://www.aidsonline.com/
Antiviral Agents Bulletin
http://www.bioinfo.com/antiviral.html
American Society for Microbiology Journals
http://www.journals.asm.org/
British Medical Journal
http://www.bmj.com/
Journal of AIDS/HIV
http://www.ccspublishing.com/j_aids.
htm
Journal of Clinical Investigation
http://www.jci.org/current.shtml
Journal of Infectious Diseases
http://www.journals.uchicago.edu/JID/
Lancet
http://www.thelancet.com/
Nature
http://www.nature.com/nature/
Nature Medicine
http://medicine.nature.com/nm/
New England Journal of Medicine On-line
http://www.nejm.org/content/index.asp
Proceedings of the National Academy of
Sciences
http://www.pnas.org/
Science On-Line
http://www.sciencemag.org/
Stanford University HighWire Press
http://highwire.stanford.edu/
Topics in HIV Medicine (Intl AIDS So-ciety
USA)
http://www.iasusa.org/pub/index.html
XX. ORGANISASI PROFESI
American Academy of HIV Medicine
http://www.aahivm.org/
IR-27
IR-28
Positive Personals
http://www.positivepersonals.com/
PozLink
http://www.pozlink.com/
PWA
http://www.pwaonline.co.uk/
Serpositivo.com
http://www.serpositivo.com/
XXIII. LAYANAN DUKUNGAN
AIDS Housing of Washington
http://www.aidshousing.org/
AIDS, Medicine & Miracles
http://www.csd.net/~amm/
Angelwish.org
http://www.angelwish.org/
Baptist AIDS Partnership of North Carolina
http://www.bapnc.org/
Buddhist AIDS Project
http://www.buddhistaidsproject.org
Computerized AIDS Ministries
http://gbgm-umc.org/cam/
Global AIDS Interfaith Alliance
http://www.thegaia.com/
HIV/AIDS Ministries Network (Methodist)
http://gbgm-umc.org/health/aids/
HIV-Support: Online Support for the HIV
Community
http://www.hiv-support.org/
NAMES Project
http://www.aidsquilt.org/
National Episcopal AIDS Coalition
http://www.neac.org/
National Catholic AIDS Network
http://www.ncan.org/
IR-29
HIVcme.com
http://www.hivcme.com/
*HIV InSite
http://hivinsite.ucsf.edu/InSite
HIV Management Manual (Univ. of North
Carolina)
http://www.med.unc.edu/wrkunits/
2depts/medicine/hivaidsc/cookbook.
html
HIV i-Base
http://www.i-base.org.uk/
*International Association of Physicians in AIDS Care (IAPAC)
http://iapac.org/
Johns Hopkins AIDS Service
http://www.hopkins-aids.edu
Med Help International
http://www.medhelp.org
IR-30
HIVWoman.com
http://www.hivwoman.com/
HIVdent (Dentistry)
http://www.hivdent.org/
International AIDS Vaccine Initiative
http://www.iavi.org
Dr. Kendall A. Smiths Interleukin Resource Site
http://www.kendallasmith.com/il2/
Medibolics
http://www.medibolics.com/
The Neuropathy Association
http://www.neuropathy.org
Projects in Knowledge Programs (on
Hepatitis C and HIV/Hepatitis C coinfection)
http://www.projectsinknowledge.com/
programs.html
Research Institute for Genetic and Human Therapy
http://www.georgetown.edu/research/
right/
XXVI.WANITA & AIDS
Center for AIDS Services of Montreal
(Women)
http://netrover.com/~casm/
Clinical Management: Womens Health
http://www.iapac.org/womenidx.html
Dawns Video
http://www.nwlink.com/~chads/
dawnsgift/morevid.htm
HIV/AIDS: Womens Health from Intl
Assn of Physicians in AIDS Care (IAPAC)
http://www.iapac.org/womenidx.html
IR-31