Buku Pegangan Konselor Hiv PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 374

Buku Pegangan Konselor

Edisi 2

Kerjasama

YAYASAN KERTI PRAJA dan BURNET INDONESIA


dengan dukungan dari
Australia NGO Cooperation Program (ANCP-AusAID)
Agustus 2005
ISBN 1-876-644-125

Buku Pegangan Konselor HIV,


Edisi 2
Macfarlane Burnet Institute for Medical Research and
Public Health Limited, 2005
All rights reserved. This publication may be freely reviewed, quoted, reproduced or
translated, in part or in full, provided the source is acknowledged. It may not be reproduced
for any commercial use without the prior written approval of the publishers.

Contact: Brad Otto (info@burnetindonesia.org)


Centre for International Health
Macfarlane Burnet Institute for Medical Research and Public Health Limited
ACN 007 349 984
Corner Punt Rd and Commercial Rd
Prahran, VIC 3181
Australia

The Australian Agency for International Development (AusAID) has funded the
printing of this resource under its AusAID-NGO Collaboration Program (ANCP).
However, this is not an AusAID policy document, and the content does not
necessarily reflect AusAID policies in all areas addressed within this resource.
The editors and copyright holder take no responsibility for any consequences
resulting from the use of the information contained in this publication. This
publication is intended only as an information resource for HIV counselors. All
information is considered to be correct at the time of publication.
National Library of Australia Cataloguing-in-Publication entry
Gunung, I Komang; Sumantera, I Gusti Made; Sawitri, Anak Agung Sagung;
Wirawan, Dewa Nyoman; Kharbiati, Kustin; Angela, Rosy; editors.
Buku Pegangan Konselor HIV, Edisi 2 (HIV Counsellor Handbook, 2nd Edition)
ISBN 1 876 644 125
1. AIDS (Disease) Patients Counselling of
2. HIV Infection Patients Counselling of
3. Social Services and Welfare
www.burnetindonesia.org
www.burnet.internationalhealth.edu.au

TIM PENYUSUN
Edisi ke-2 tahun 2005

I Komang Gunung
Jurusan IKM Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Telp: (0361) 224 704 Fax: (0361) 263 773
Email: gunungid@yahoo.com

I Gusti Made Sumantera


Jurusan IKM Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Yayasan Kerti Praja
Telp: (0361) 728 916 / 728 917 Fax: (0361) 728 504
Email: sumantera@ykp.burnetindonesia.org

Anak Agung Sagung Sawitri


Jurusan IKM Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Yayasan Kerti Praja
Telp: (0361) 728 916 / 728 917 Fax: (0361) 728 504
Email: sawitri@ykp.burnetindonesia.org

Dewa Nyoman Wirawan


Jurusan IKM Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Yayasan Kerti Praja
Telp: (0361) 728 916 / 728 917 Fax: (0361) 728 504
Email: wirawan@ykp.burnetindonesia.org

Tim Burnet Indonesia


Erijadi Sulaeman ery@burnetindonesia.org
Rosy rosy@burnetindonesia.org
Tono Permana tono@burnetindonesia.org
Agus Mansur agus@burnetindonesia.org
Kustin Kharbiati kustin@burnetindonesia.org

KATA PENGANTAR
Edisi Pertama
Kasus-kasus HIV/AIDS di Bali/Indonesia akhir-akhir ini mengalami peningkatan yang
cukup tajam. Peningkatan yang amat tajam dijumpai di daerah-daerah tertentu dan
pada kelompok-kelompok perilaku risiko tinggi, terutama pemakai narkotika suntik,
pekerja seks dan pelanggannya. Hasil survei sekitar tahun 2000-2002 menunjukkan
bahwa pro-porsi pekerja seks yang terinfeksi HIV masing-masing 26% di Merauke,
6% di Sorong, 8% di Batam/Karimun dan 22% pada waria di Jakarta. Survei pada
pekerja seks di Denpasar juga menunjukkan bahwa dalam waktu 6 bulan proporsi
yang terinfeksi HIV meningkat sebanyak 300%, yaitu dari 1% pada bulan JuniSeptember 2000 menjadi 2% pada bulan Oktober-Desember dan menjadi 7% pada
bulan April-Mei 2001. Survei pada lebih dari 800 orang laki-laki kelompok tertentu di
Denpasar pada tahun 2001 menunjukkan bahwa 1% dari mereka HIV+. Pada
pemakai narkotika suntik proporsinya bahkan jauh lebih tinggi yaitu 53% di Lembaga
Pemasyarakatan Denpasar, 40% di RSKO Jakarta dan 24% di pusat rehabilitasi
Bogor. Epidemi HIV diperkirakan sudah menjangkau masyarakat umum. Ini
tercermin dari peningkatan proporsi HIV+ pada darah donor sebanyak 10 kali lipat
pada tahun 2001 dibanding 3 tahun sebelumnya. Pada tahun 2003, jumlah
penduduk Indonesia yang telah terinfeksi HIV diperkirakan sekitar 120.000 orang
dan infeksi baru yang akan terjadi tahun 2003 diperkirakan sekitar 80.000 orang.
Semua angka-angka di atas diperoleh dari pemeriksaan darah anonym-unlinked
yang artinya bahwa darah yang diperiksa tidak diketahui orangnya karena tujuannya
memang hanya untuk mengetahui besarnya masalah di suatu populasi dan bukan
untuk mengetahui status HIV seorang individu. Karena masa tanpa gejala atau masa
inkubasi orang yang terinfeksi HIV amat panjang (sekitar 5-10 tahun) dan karena
masih adanya penolakan pada orang yang terinfeksi HIV maka dari sekitar 120.000
orang yang diperkirakan terinfeksi HIV, hanya puluhan saja yang mengetahui dirinya
telah terinfeksi.
Satu-satunya cara untuk mengetahui status HIV seorang individu adalah melalui tes
HIV sukarela rahasia atau HIV voluntary counseling and testing (VCT). Untuk
melaksanakan program VCT dengan baik, banyak prasyarat yang diperlukan antara
lain tersedianya konselor yang handal, pemasaran sosial yang memadai, akses
pada tes HIV serta dukungan-dukungan pasca tes (psikologis, sosial, ekonomis dan
medis). Bila individu yang HIV+ bisa diketahui maka hal ini akan mempunyai
manfaat ganda, yaitu layanan konseling untuk perubahan perilaku pada mereka
dengan tujuan agar tidak menularkan virusnya pada orang lain, dan meningkatkan
kualitas hidup mereka sendiri terlebih-lebih dengan tersedianya obat-obat
antiretroviral (ARV) dewasa ini.
Sejak tahun 2000 Yayasan Kerti Praja telah melakukan pemasaran sosial VCT di
Bali, menyediakan tes HIV secara cuma-cuma dan bersama-sama dengan Yayasan
Burnet Indonesia dan dengan dukungan finansial dari Australia NGO Cooperation
Program (ANCP-AusAID) melaksanakan pelatihan konselor. Buku pegangan ini
disusun untuk memenuhi permintaan para konselor yang telah dilatih. Isi dari buku
ini juga sepenuhnya atas permintaan atau kebutuhan dari mereka. Dukungan
finansial untuk menyusun buku ini juga diperoleh dari ANCP-AusAID.

Buku ini terdiri atas 9 bab yang disusun secara sistematik. Pada bagian awal dari
setiap bab disajikan ringkasan yang merupakan hal-hal pokok yang harus diketahui
oleh konselor dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. Secara keseluruhan dalam
bab-bab tersebut diuraikan hal-hal penting yang perlu dan sebaiknya diketahui oleh
para konselor, dan dapat merupakan sumber acuan bila diperlukan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Brad Otto (Yayasan Burnet Indonesia) dan
Marcel (Yayasan Mitra Indonesia), atas masukan-masukan dan saran yang diberikan
dalam penulisan buku ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada para
konselor (Vivi, Rosy, dr. Satriani, Putu Utami, Ery, Franky, Christian, Wulan) atas
saran-saran yang diberikan. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Gung
Adi yang telah menyiapkan berbagai fasilitas selama proses penyusunan buku ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan masukan-masukan dan saran dari semua
pembaca untuk penyempurnaan lebih lanjut buku ini. Semoga buku ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Denpasar, 1 Februari 2003
Penyusun,

Halaman
TIM PENYUSUN
KATA PENGANTAR Edisi Pertama..................................................

KATA PENGANTAR Edisi Kedua .....................................................

iii

DAFTAR ISI ....................................................................................

BAB 1. KONSELING .......................................................................

1-1

$ RINGKASAN ..............................................................................

1-1

1.1

KONSELING UMUM ...............................................................

1-3

Percakapan yang efektif .....................................................

1-4

Bagaimana menjadi konselor yang baik? ..........................

1-7

Langkah-langkah kegiatan konseling : Model Penolong yang

Trampil ................................................................................

1-7

KONSELING HIV .....................................................................

1-10

Konseling pra tes HIV .........................................................

1-12

Konseling pasca tes (Hasil Tes Negatif) ............................

1-13

Konseling pasca tes (Hasil Tes Positif) ..............................

1-15

KONSELING PERUBAHAN PERILAKU ................................

1-22

Tahapan Perubahan Perilaku ...........................................

1-22

Model Spiral Perubahan Perilaku .....................................

1-24

Unsur Penting Konseling Perubahan Perilaku .................

1-25

BAB 2. FAKTA-FAKTA TENTANG HIV .........................................

2-1

$ RINGKASAN ......................................................................

2-1

2.1

STRUKTUR DAN REPLIKASI HIV .........................................

2-4

Struktur HIV .......................................................................

2-4

Replikasi HIV ......................................................................

2-5

HIV DAN AIDS .........................................................................

2-7

Cara penularan ..................................................................

2-8

Sifat-sifat HIV yang berhubungan dengan penularan ......

2-9

Sifat-sifat HIV yang berhubungan dengan pencegahan ...

2-10

Gejala-gejala HIV/AIDS .....................................................

2-11

1.2

1.3

2.2

Pencegahan ......................................................................

2-13

2.3

INFEKSI OPORTUNISTIK ......................................................

2-14

2.4

FAKTA-FAKTA HIV SEBAGAI PENYEBAB AIDS ..................

2-17

Definisi AIDS .....................................................................

2-17

Fakta-fakta bahwa penyebab AIDS adalah HIV ...............

2-17

MITOS YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIV .....................

2-21

BAB 3. TESTING HIV ......................................................................

3-1

$ RINGKASAN ..............................................................................

3-1

3.1

DIAGNOSTIK ..........................................................................

3-5

Tes Antibodi .......................................................................

3-5

Tes Antigen .......................................................................

3-10

VCT (Voluntary Counseling and Testing) .........................

3-11

MONITORING .........................................................................

3-27

Pemeriksaan Viral Load .....................................................

3-27

Pemeriksaan CD4+ ...........................................................

3-30

Lembar Lampiran ...................................................................

3-32

BAB 4. PENGOBATAN ARV .........................................................


$ RINGKASAN ....................................................................

4-1
4-1

4.1

CARA KERJA DAN JENIS OBAT-OBAT ARV .......................

4-5

Cara kerja obat-obat ARV .................................................

4-6

Jenis obat-obat ARV .........................................................

4-8

Pengobatan kombinasi obat-obat ARV .............................

4-9

2.5

3.2

Indikasi memulai pengobatan ARV pada pengidap

HIV kronik ..........................................................................

4-11

4.2

SAAT MULAI MENGGUNAKAN OBAT ARV ..........................

4-12

4.3

CARA MEMILIH OBAT ............................................................

4-14

4.4

EFEK SAMPING OBAT ..............................................................

4-15

Efek samping jangka pendek ...............................................

4-16

Efek samping jangka panjang ..............................................

4-16

Efek samping pada wanita ...................................................

4-17

KEPATUHAN MINUM OBAT .....................................................

4-18

Resistensi obat .....................................................................

4-18

Menekan virus secara terus menerus ..................................

4-18

Cara minum dan memilih obat .............................................

4-19

Kiat penting untuk mengingat minum obat ..........................

4-20

PERKEMBANGAN OBAT ARV DI INDONESIA.........................

4-20

4.5

4.6

Lembar Lampiran 1 ....................................................................

4-21

Lembar Lampiran 2.....................................................................

4-23

BAB 5. PERAWATAN DAN DUKUNGAN ........................................


$ RINGKASAN ......................................................................

5-1
5-1

5.1

HIDUP SEHAT DENGAN HIV POSITIF ....................................

5-3

Cara hidup positif yang disarankan ......................................

5-3

PERAWATAN DI RUMAH (HOME CARE) ................................

5-4

Melakukan pendidikan pada penderita dan keluarga ..........

5-4

Mengajar keluarga ODHA .....................................................

5-5

Mencegah penularan HIV di rumah .....................................

5-7

Menghindari infeksi lainnya ..................................................

5-8

Menghindari malaria .............................................................

5-9

Merawat anak-anak dengan HIV/AIDS ................................

5-9

5.2

Mengenal dan mengelola gejala yang timbul

pada penderita ......................................................................

5-11

Perawatan paliatif .................................................................

5-17

Yang harus dilakukan pada penderita HIV/AIDS yang

meninggal .............................................................................

5-19

ASPEK PSIKOSOSIAL ..............................................................

5-20

Respon psikologik ................................................................

5-21

Pengaruh penemuan infeksi ................................................

5-22

Aspek psikososial ..............................................................

5-22

BAB 6. HIV DAN GIZI ......................................................................

6-1

$ RINGKASAN ....................................................................

6-1

6.1

VITAMIN DAN MINERAL .........................................................

6-3

Beberapa fungsi vitamin dan mineral .................................

6-3

Vitamin ................................................................................

6-4

Mineral ...............................................................................

6-17

MAKANAN SEHAT ATAU MENU BERIMBANG ....................

6-24

Makanan 4 sehat 5 sempurna ...........................................

6-24

Gejala-gejala defisiensi, sumber vitamin dan mineral ......

6-26

BAB 7. HIV DAN HEPATITIS C .......................................................

7-1

$ RINGKASAN ....................................................................

7-1

7.1

HEPATITIS C ..........................................................................

7-4

Definisi hepatitis ................................................................

7-4

Penularan dalam tatanan perawatan kesehatan ..............

7-8

5.3

6.2

7.2

7.3

Infeksi akut dan kronik .......................................................

7-10

Perkiraan akibat dari infeksi hepatitis C ............................

7-11

Pertanyaan-pertanyaan yang sering ditanyakan ..............

7-11

VIRUS HEPATITIS LAINNYA ..................................................

7-12

Virus hepatitis yang lain ....................................................

7-12

Masalah-masalah koinfeksi (infeksi ganda) ......................

7-16

Efek HIV terhadap hepatitis C ...........................................

7-17

Pertanyaan-pertanyaan yang sering ditanyakan ..............

7-18

PENCEGAHAN HEPATITIS C.................................................

7-19

Kewaspadaan terhadap darah ..........................................

7-20

Masalah-masalah yang perlu diperhatikan oleh

7.4

7.5

penyuluh ............................................................................

7-21

Minimalisasi dampak buruk (Harm Minimisation) .............

7-21

Pengurangan efek buruk (Harm Reduction) .....................

7-22

Penggunaan yang lebih aman ..........................................

7-24

Strategi bank darah untuk kesehatan masyarakat ...........

7-27

Prosedur baku pencegahan infeksi ...................................

7-28

Kesehatan dan keamanan di tempat kerja .......................

7-29

Pencegahan di tempat kerja .............................................

7-30

Kesehatan dan keamanan di rumah .................................

7-32

Vaksinasi ...........................................................................

7-34

Pertanyaan-pertanyaan yang sering ditanyakan ..............

7-35

TESTING HEPATITIS C...........................................................

7-36

Prinsip-prinsip testing hepatitis C ......................................

7-37

Pertimbangan-pertimbangan testing .................................

7-37

Tes yang tersedia ..............................................................

7-39

Pertanyaan-pertanyaan yang sering ditanyakan ..............

7-43

HIDUP POSITIP DENGAN HEPATITIS C...............................

7-43

Konseling pra dan pasca tes dan pemberian informasi ...

7-44

Masalah-masalah pertemuan pra tes ...............................

7-45

Masalah-masalah pertemuan pasca tes ...........................

7-47

Masalah-masalah kualitas hidup .......................................

7-49

Dukungan dan perawatan .................................................

7-51

Nutrisi .................................................................................

7-51

Pengelolaan diet dan gejala-gejala hepatitis C ................

7-53

Menangani kelelahan ........................................................

7-55

Kesehatan gigi dan mulut ..................................................

7-56

Efek Merokok bagi Pengidap Hepatitis C .........................

7-57

Pertanyaan-pertanyaan yang sering ditanyakan ..............

7-57

BAB 8. HIV DAN INFEKSI OPORTUNISTIK ..................................

8-1

$ RINGKASAN ....................................................................

8-1

8.1

GAMBARAN UMUM ................................................................

8-4

Tes untuk IO ......................................................................

8-4

IO dan AIDS ......................................................................

8-4

Pencegahan IO ..................................................................

8-5

Pengobatan IO ..................................................................

8-6

IO yang paling umum ........................................................

8-6

BEBERAPA JENIS IO .............................................................

8-7

Kandidiasis ........................................................................

8-7

Virus sitomegalia (CMV) ...................................................

8-10

MAC (Mycobacterium Avium Complex) ............................

8-12

PCP (Pneumonia Pneumocystis Carinii) ..........................

8-14

Tuberculosis ......................................................................

8-16

BAB 9. KONSELING VCT PADA KELOMPOK KHUSUS .............

9-1

$ RINGKASAN ....................................................................

9-1

9.1

KELOMPOK PENGGUNA NARKOBA SUNTIKAN ................

9-3

Pengurangan Dampak Buruk dan Pencegahan HIV .........

9-3

Tujuan Harm Reduction ....................................................

9-4

Konseling dengan IDU dalam Konteks VCT......................

9-6

KELOMPOK PEKERJA SEKS ................................................

9-7

Pelacuran dan Kerentanan HIV ........................................

9-8

Pekerja Seks dan Isu Psiko-Sosial ....................................

9-8

Konseling bagi Pekerja Seks ............................................

9-9

Pekerja Seks yang HIV Positif ...........................................

9-9

8.2

9.2

9.3

9.4

KELOMPOK LELAKI YANG BERHUBUNGAN SEKS DENGAN LELAKI (LSL)


..................................................................................................
9-10
Aktifitas LSL .......................................................................

9-12

LSL dan Kerentanan HIV ...................................................

9-12

Konseling bagi LSL ...........................................................

9-12

WARIA DALAM KELOMPOK LSL .........................................

9-14

Budaya yang Berisiko ........................................................

9-14

Kebutuhan ..........................................................................

9-15

Hambatan dalam Pemenuhan Kebutuhan .........................

9-16

9.5

9-5

9-6

PEKERJA MIGRAN .................................................................

9-16

Budaya yang Berisiko ........................................................

9-16

Kebutuhan .........................................................................

9-17

Hambatan dalam Pemenuhan Kebutuhan ........................

9-17

SUKU ASLI ..............................................................................

9-17

Budaya yang Berisiko ........................................................

9-18

Kebutuhan .........................................................................

9-18

Hambatan dalam Pemenuhan Kebutuhan ........................

9-19

WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN.................................

9-19

Budaya yang Berisiko.........................................................

9-19

Kebutuhan .........................................................................

9-19

Hambatan dalam Pemenuhan Kebutuhan.........................

9-20

BAB 10. PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI ORANG TUA


KEPADA ANAK .................................................................

10-1

$ RINGKASAN ....................................................................

10-1

10.1 EPIDEMIOLOGI PENULARAN HIV DARI ORANG TUA


KE ANAK .................................................................................

10-2

10.2 CARA PENULARAN DARI IBU KE ANAK ..............................

10-2

Penularan HIV selama Kehamilan ....................................

10-9

Penularan selama Proses Kelahiran .................................

10-10

Penularan HIV melalui ASI ................................................

10-10

Waktu Penularan HIV Selama Pemberian ASI ................

10-10

Strategi WHO dalam Pencegahan Penularan dari Ibu

ke Anak ............................................................................

10-11

10-3 RESIMEN ANTIRETROVIRAL PROFILAKSIS UNTUK PMTCT 10-12


AZT Jangka Panjang ........................................................

10-12

AZT Jangka Pendek...........................................................

10-13

Nevirapine ..........................................................................

10-13

Pemberian ASI dan ARV ...................................................

10-14

Penemuan dari Profilaksis ARV terhadap Penularan dari

Orang Tua ke Anak di Negara dengan Sumber Terbatas

10-15

10-4 MENGAPA PEMERIKSAAN ANTIBODI HIV DIBUTUHKAN ..

10-15

Keuntungan Penerapan VCT ............................................

10-15

Kerugian VCT: Takut menerima hasil test .........................

10-16

Memperbaiki Pelayanan VCT ............................................

10-17

Memperluas Wawasan VCT di Klinik KIA..........................

10-18

10-5 DAMPAK PSIKOLOGI HIV PADA PEREMPUAN .................

10-19

Reaksi Emosional Perempuan yang Terinfeksi HIV .........

10-19

Faktor Budaya dan Sosio-Ekonomi ..................................

10-19

10-6 PRINSIP DAN PERAN KONSELOR DALAM PMTCT ...........

10-19

Informatif.............................................................................

10-20

Suportif ..............................................................................

10-20

Preventif..............................................................................

10-20

10-7 PROSES VCT DALAM PPTCT...............................................

10-20

Konseling pra tes Individual ...............................................

10-20

Konseling pasca tes Individual...........................................

10-21

10-8 KEBUTUHAN KONSELING DALAM SETTING PPTCT ........

10-24

10-9 PENGINTEGRASIAN VCT PADA SISTEM PELAYANAN


KESEHATAN IBU DAN ANAK YANG SUDAH ADA ..............

10-25

Kerangka pikir VCT untuk Pelayanan ANC/MCH ..............

10-26

Pengurangan Waktu dan Biaya dalam Konseling pra tes di

Pusat Pelayanan yang Kliennya Banyak............................

10-27

Sistem OPT-IN atau OPT-OUT..........................................

10-27

VCT Saat Melahirkan .........................................................

10-27

Proses VCT dalam Layanan ANC .....................................

10-28

10-10 MENGUNGKAP STATUS KEPADA PASANGAN -ISU KEKERASAN DALAM VCT

..........................................

10-29

Strategi Konseling Guna Menurunkan Kekerasan Berkaitan

dengan Pengungkapan Status kepada Pasangan.............

10-29

10-11 BEKERJA-SAMA DENGAN PASANGAN...............................

10-31

Alasan Pasangan untuk Konseling ....................................

10-31

Pedoman untuk Bekerja-Sama dengan Pasangan ...........

10-31

10-12 MASALAH ETIK DAN HUKUM VCT DALAM PMTCT............

10-32

Masalah Operasional .........................................................

10-32

10.13 KONSELING DAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV


DALAM PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI ...................... 10-34
INFORMASI & RUJUKAN ...............................................................

IR-1

KEMANA HARUS BERTANYA TENTANG HIV/AIDS?.....

IR-1

DAFTAR ALAMAT LEMBAGA PENYELENGGARA

PELAYANAN VCT HIV/AIDS DI INDONESIA ................ .

IR-1

DAFTAR RUJUKAN BACAAN ..........................................

IR-11

ALAMAT-ALAMAT WEB SITES TENTANG HIV/AIDS ....

IR-13

Buku Pegangan Konselor


HIV

Konseling

$ RINGKASAN
1.1 KONSELING UMUM
Percakapan yang efektif

Mendengarkan dengan aktif.


Mencoba mengerti perasaan klien.
Menanyakan pertanyaan yang baik.
Menghargai klien maupun perasaan klien, dan tidak menyuruhnya berubah.
Tidak menyalahkan/menghakimi.
Menyediakan informasi yang tepat.
Menyatakan bahwa klien tidak sendiri menghadapi masalah. Ini sangat penting
untuk klien yang merasa dirinya ditolak atau merasa gagal.

Bagaimana menjadi konselor yang baik?


Mampu melakukan percakapan yang efektif.
Memahami prinsip-prinsip umum dalam konseling.
Menjadi pendengar yang baik.
Menanyakan dengan pertanyaan yang efektif.
Memberikan informasi yang tepat.
Menjaga kepercayaan klien.
Menjamin konfidensialitas
Berusaha mencari jawaban pertanyaan-pertanyaan yang sulit yang kadangkadang dijumpai. Atau merujuk kepada yang lebih ahli.
Mengatasi perasaan tidak nyaman dan ketakutan pada diri sendiri. Perlu
konsultasi dengan orang lain dan mencari konselor lain untuk membantu
memahami kebutuhan dan ketakutan klien.
Memilih tempat konseling yang cocok.
Langkah-langkah kegiatan konseling: Model Penolong yang Trampil
Menjalin hubungan: untuk menciptakan suasana yang nyaman.
Eksplorasi: gali secara mendalam perasaan klien, situasi klien dan alasannya
datang untuk meminta bantuan.
Pemahaman: membantu klien mengidentifikasi masalah dan penyebab masalah,
serta membantu klien merancang alternatif pemecahan masalah.
Perencanaan kegiatan: membuat rencana untuk membantu klien mengetahui
dan memahami pilihannya atau saran yang mungkin belum dipertimbangkan oleh
klien serta mendorong klien untuk berjanji akan melaksanakannya.

1-2

Buku Pegangan Konselor


HIV

Konseling

1.2 KONSELING HIV/AIDS


Konseling pra tes

Menjalin hubungan.
Membahas isu konfidensialitas
Menilai risiko penularan.
Memberi informasi umum tentang HIV.
Memberi informasi tentang pengobatan yang tersedia.
Memberi informasi tentang masa jendela.
Memberi informasi penurunan risiko penularan.
Membahas isu memberitahu kepada pasangan seandainya hasil tes positif.
Strategi menghadapi tes.
Menghimbau untuk melakukan tes dan konseling ulang bila hasilnya negatif.

Konseling pasca tes (hasil tes negatif)

Mengembangkan hubungan untuk mencek kesiapan mental klien.


Membacakan hasil tes.
Integrasi hasil tes.
Hal-hal khusus.

Konseling pasca tes (hasil tes positif)

Mengembangkan hubungan untuk mencek kesiapan mental klien.


Membacakan hasil tes.
Integrasi hasil tes.
Harapan, advokasi dan pemberdayaan.
Identifikasi sumber rujukan.

1.3 KONSELING PERUBAHAN PERILAKU


Perubahan perilaku berkaitan dengan usaha pencegahan terhadap HIV/AIDS, dimana
diperlukan perubahan dari perilaku yang beresiko menjadi perilaku yang aman. Perilaku
beresiko yang dimaksud adalah bila memungkinkan terjadinya penularan HIV seperti
hubungan seks tanpa kondom, berbagi jarum suntik pada kelompok IDU dan lain-lain.
Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan bila ingin mendukung seorang melakukan
perubahan perilaku yaitu dengan menyediakan :
1. informasi,
2. keterampilan
3. materi pendukung
Tahapan Perubahan Perilaku :
1.
Pra-Kesadaran
2.
Kesadaran
3.
Persiapan
4.
Tindakan
5.
Mempertahankan Perubahan Perilaku

1-3

Buku Pegangan Konselor


HIV

Konseling

KONSELING
1.1 KONSELING UMUM
Konselor adalah orang-orang yang dilatih untuk membantu orang lain untuk
memahami permasalahan yang mereka hadapi, mengidentifikasi dan
mengembangkan alternatif pemecahan masalah, dan mampu membuat mereka
mengambil keputusan atas permasalahan tersebut. Konseling bukan sekedar
obrolan biasa. Jadi, proses konseling bisa digambarkan sebagai suatu dialog
antara seseorang yang bermasalah (klien) dengan orang yang menyediakan
pelayanan konseling (konselor) dengan tujuan untuk memberdayakan klien agar
mampu menghadapi permasalahannya dan sanggup mengambil keputusan
yang mandiri atas permasalahan tersebut.
Peran konselor sebagai seorang penolong dapat dilihat dalam diagram berikut:

Hirarki dalam Menolong

Spesialis
Psycholog
Psychiater

Penolong yang Trampil


Pekerja Sosial, Perawat, Pendeta
Konselor
Penjangkau Masyarakat (PO), Guru,
Penyuluh Masyarakat
Percakapan
dengan teman/buddy

Seorang konselor dalam menolong orang tidak saling berbagi perasaan seperti
halnya dalam percakapan dengan teman. Pada tingkat yang lebih tinggi
1-4

Buku Pegangan Konselor


HIV

Konseling

konselor menggali informasi dari diri klien dan mengembalikannya kepada klien
agar klien bisa mengetahui tentang dirinya dan mampu mengambil keputusan
yang terbaik bagi dirinya. Penjangkau masyarakat (Petugas Outreach) juga bisa
memainkan peran semacam ini. Sedangkan guru dan penyuluh masyarakat
walaupun juga bisa memainkan peran sebagai konselor namun lebih berperan
memberikan informasi sehingga siswa atau kelompok dampingannya jelas dan
mampu mengambil keputusan. Pada tingkat yang lebih tinggi dari konselor
adalah penolong yang trampil yang mendapat pelatihan dan pengalaman
praktek yang cukup dalam memberikan pertolongan. Perawat, pekerja sosial,
atau pendeta adalah adalah contoh yang jelas. Pada tingkat yang tertinggi
menolong orang lain membutuhkan pendidikan yang lebih khusus atau
pendidikan tinggi seperti misalnya seorang psikiater atau psikolog. Seorang
yang menolong orang lain harus bisa menyadari dirinya berada pada tingkatan
mana sehingga bisa memainkan peran yang sesuai dengan latar belakang
kemampuannya.
Keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukan konseling hampir sama dengan
yang dibutuhkan untuk memfasilitasi sesi dalam pendidikan orang dewasa, yaitu
menciptakan suatu komunikasi di mana konselor menggali sumber-sumber
yang ada dalam diri klien. Konseling adalah keterampilan yang membutuhkan
latihan efektif untuk bisa berkembang. Siapapun bisa mendapatkan kemampuan
itu asalkan mau mempelajari tekniknya.
Pikirkan suatu saat ketika Anda sedang sedih dan membicarakan hal tersebut
dengan orang lain, teman, keluarga, pekerja sosial, dan lain-lain. Anda merasa
jauh lebih baik. Apa yang dilakukan orang tersebut untuk menolong Anda?
Mungkin ia hanya mendengarkan dan duduk dekat Anda, mungkin dia hanya
mendengarkan dan tidak menyalahkan. Jawaban tersebut menunjukkan inti dari
suatu percakapan yang efektif.
Percakapan yang efektif, yaitu:

Mendengarkan dengan aktif.


Mencoba mengerti perasaan klien.
Menanyakan pertanyaan yang baik.
Menghargai klien maupun perasaan klien, dan tidak memaksanya
berubah.
Tidak menyalahkan/menghakimi.
Menyediakan informasi yang tepat.
Menyatakan bahwa klien tidak sendiri menghadapi masalah. Ini sangat
penting untuk klien yang merasa dirinya ditolak atau merasa gagal.

Kesalahan yang sering dibuat oleh konselor pada waktu mencoba menolong
klien adalah mencoba merubah perasaan klien. Konselor ingin menyelesaikan
masalah klien dengan cara memberi nasehat serta mengambil keputusan untuk
diri klien. Ingat, betapapun Anda peduli kepada klien, Anda tidak akan dapat
mengubah perasaannya. Hanya klien sendiri yang mampu melakukan itu.
1-5

Buku Pegangan Konselor


HIV

Konseling

Dengan meluangkan waktu dan mendengarkan, secara tidak langsung Anda


telah memberitahu bahwa perasaan klien adalah normal dan bisa diterima.
Dengan cara membiarkan klien menceritakan perasaannya, Anda telah
memberikan kesempatan untuk memahami dan mengatasi perasaan
mengganggu dirinya. Ini akan membantu mereka untuk mulai menyadari situasi
dirinya dan bisa mulai memikirkan keputusan yang terbaik bagi masalah yang
dihadapinya dan bertindak sesuai keputusannya. Perasaan kuat atau punya
harapan, atau mempunyai pilihan dan mampu untuk bertindak, adalah
pengobatan yang manjur untuk seseorang yang merasa tidak punya harapan
dan tidak berguna.
Konselor sering tidak ingin klien merasa terluka dan kadang-kadang masalah
yang dialami klien juga menakutkan untuk konselor karena secara tidak sadar
konselor terlibat terlalu jauh dalam permasalahan klien dan merasa masalah
klien adalah masalahnya. Karena itu untuk mengurangi ketakutan itu, konselor
mencoba untuk menyangkal emosi mereka, Anda tidak perlu merasa seperti
itu, atau memberikan nasihat, Yang harus Anda lakukan adalah.. dan
semuanya akan beres. Pesan seperti itu tidak benar, karena dapat berarti
bahwa klien tidak pantas untuk dihormati, klien tidak mampu untuk
menyelesaikan masalahnya, konselor tidak tertarik dengan masalah klien, dan
konselor merasa tidak nyaman dengan perasaan yang dialami klien. Karena
konselor ingin klien merasa lebih baik, konselor meminta klien untuk merubah
perasaannya. Dengan melakukan itu, seolah-olah konselor menyatakan bahwa
perasaan yang dialami klien adalah tidak bisa diterima.
Prinsip-prinsip umum dalam konseling
Mendengarkan. Ini berarti konselor harus diam beberapa saat, dan biarkan
percakapan mengalir sehingga klien lebih banyak berbicara dibanding
konselor.
1. Menanyakan dengan pertanyaan yang efektif. Ini merupakan suatu cara
agar klien bisa melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda dan
membantu konselor untuk memahami situasi. Mengajukan pertanyaan
dalam konseling bukan seperti menginterogasi. Ada 3 bentuk pertanyaan
yaitu pertanyaan terbuka, pertanyaan tertutup dan pertanyaan
mengarahkan. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang membutuhkan
jawaban berupa penjelasan atau uraian dan biasanya tidak dalam satu atau
dua kata. Contoh: Jelaskan apa yang mengganggu perasaan Anda.
Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang membutuhkan jawaban berupa
kepastian dan biasanya singkat dalam satu atau dua kata. Dengan
pertanyaan tertutup, klien tidak mendapatkan kesempatan untuk berpikir
tentang apa yang mereka katakan. Jawaban yang singkat mengakibatkan
konselor makin banyak mengajukan pertanyaan selanjutnya. Contoh:
Apakah Anda pernah melakukan tes HIV? Sedangkan pertanyaan
mengarahkan adalah pertanyaan yang telah mengarahkan jawaban yang
diberikan. Contoh: Anda selalu melakukan hubungan seks aman bukan? Di
1-6

Buku Pegangan Konselor


HIV

Konseling

dalam konseling bentuk pertanyaan yang sering digunakan adalah bentuk


pertanyaan terbuka karena dengan bentuk pertanyaan ini klien akan
memberi lebih banyak informasi, sedangkan pertanyaan tertutup lebih
terbatas. Pertanyaan mengarahkan sebaiknya jangan dipakai dalam
konseling karena lebih bersifat menghakimi dan jawaban yang diberikan
oleh klien biasanya jawaban yang diinginkan konselor. Pertanyaan terbuka
umumnya dimulai dengan pertanyaan Apa, Dimana, Bagaimana,
Kapan. Pertanyaan ini mengundang klien untuk melanjutkan pembicaraan
dan memutuskan apa tujuan mereka ingin berbicara.
Dalam hal ini, konselor harus mendengarkan setiap kata, perasaan yang ada
di balik kata-kata tersebut, dan bagaimana gambaran klien terhadap situasi
yang dihadapinya.
Memberikan informasi yang tepat. Dalam hal ini sebaiknya konselor
mengakui dengan jujur apabila ada suatu hal yang belum dipahami dan
mencoba mencari informasi yang benar, daripada mengabaikan pertanyaan
itu atau memberikan informasi yang salah.
Menjaga kepercayaan klien. Konselor harus menjaga kerahasiaan
informasi tentang klien. Bila tidak, klien akan merasa dirinya tidak dihargai/dihormati, dan akan merasa membuat kesalahan karena mencari pertolongan/berbagi rasa dengan konselor.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kadang-kadang sulit dijawab.
Tidak selalu konselor dapat memberikan jawaban yang benar. Bila dapat
memastikan bahwa jawaban yang diberikan adalah benar, Anda boleh
menjawabnya, tetapi bila ragu-ragu, akan lebih baik bila Anda melakukan
konsultasi kepada yang lebih memahami. Anda boleh juga mencoba mencari
jawabannya sendiri tanpa merujuk klien.
Menghadapi perasaan tidak nyaman dan ketakutan. Dalam beberapa
situasi, konselorpun kadang-kadang merasa membutuhkan pertolongan
untuk mengatasi perasaannya dalam menghadapi klien. Bila konselor
melakukan konseling pada klien, ia harus melihat reaksi pada dirinya sendiri.
Sebagai contoh, seorang konselor selama berbulan-bulan tidak menyampaikan hasil tes klien yang positif, karena takut tidak mampu menghadapi reaksi
klien. Bila konselor merasa tidak sabar atau marah, ini adalah tanda bahwa
konselor mengalami masalah dalam dirinya dan ini akan sangat tidak
membantu klien. Konselor mungkin berpikir, Dia tampaknya tidak mau
menghadapi kenyataan, atau ,Dia tidak mau berbuat sesuatu untuk
menolong dirinya sendiri. Bila Anda mengalami hal semacam ini, Anda
harus mencari orang lain/konselor lain untuk membantu Anda memahami
kebutuhan dan ketakutan klien.
Memilih tempat konseling yang cocok. Di manapun konselor memberikan
konseling, hendaknya selalu memperhatikan hal-hal seperti kenyamanan,
aman dari gangguan fisik (bising, sempit, gelap), bersifat pribadi, ada alat
peraga, menyesuaikan keadaan ekonomi dan nilai budaya.
1-7

Buku Pegangan Konselor


HIV

Konseling

Bagaimana menjadi konselor yang baik?


Mampu melakukan percakapan yang efektif:
Mendengarkan dengan aktif.
Mencoba mengerti perasaan klien.
Menanyakan pertanyaan yang efektif.
Menghargai klien maupun perasaan klien, dan tidak memaksanya
berubah.
Tidak menyalahkan/menghakimi.
Menyediakan informasi yang tepat.
Menyatakan bahwa klien tidak sendiri menghadapi masalah. Ini sangat
penting untuk klien yang merasa dirinya ditolak atau gagal.
Memahami prinsip-prinsip umum dalam konseling.
Langkah-langkah kegiatan konseling: Model Penolong yang Trampil
Model penolong yang trampil dapat digunakan dalam setiap konseling
karena dalam model ini konselor bersama dengan klien akan membahas
langkah-langkah dari pengenalan permasalahan klien hingga realisasi
pemecahan masalah. Model penolong yang terampil ini terdiri atas 3
tahap utama yaitu. Tahap 1: Apa yang sedang terjadi pada klien, tahap 2:
solusi apa yang berarti bagi klien, dan tahap 3: bagaimana klien bisa
mendapatkan apa yang ia butuhkan atau kehendaki. Selanjutnya
keseluruhan tahap ini akan mengarah pada bagaimana mewujudkannya
dalam kenyataan.
Dalam proses konseling bila konselor bersama klien belum dapat
mengenali dengan rinci permasalahan yang dihadapi kllien kemungkinan
besar pada tahap-tahap berikutnya akan mengalami kesulitan. Oleh
karena itu tidak mengherankan kalau konselor mengajak klien melihat
kembali ke tahap awal dan bersama menggali lebih dalam lagi informasi
yang mempunyai kaitan dengan permasalahan klien. Bila pada tahap
perwujudan penyelesaian masalah klien ternyata semua strategi dan
komitmen yang telah dilakukan tidak menyelesaikan permasalahan klien
ini bukan berarti bahwa konseling gagal, akan tetapi konseling belum
sampai pada penyelesaian masalah klien dengan tuntas. Hal ini bisa saja
disebabkan karena dalam perjalanan penyelesaian masalah klien terjadi
hal-hal baru sehingga keadaan berubah atau terjadinya masalah baru
yang tidak pernah terpikirkan selama perjalanan penyelesaian masalah
klien. Konselor dalam hal ini harus selalu tegas dan konsisten, serta
mampu mengajak klien untuk bersama-sama mendefinisikan kembali
bagaimana permasalahan sebenarnya sehingga jelas arah strategi
penyelesaiannya. Model ini bermanfaat sebagai panduan konselor dalam
menangani permasalahan klien dan dapat diterapkan dalam konseling
masalah apa saja.
1-8

Buku Pegangan Konselor


HIV

Konseling

Model Penolong Terampil


Tahap I: Apa
yang Terjadi?

Tahap II: Solusi


apa yang cocok
bagi saya?

Tahap III: Bagai mana saya mencapai


apa yg saya mau?

Kisah

Kemungkinan

Pilihan
Strategi

Titik Gelap

Perubahan
Agenda

Strategi yg
cocok

Penggalian

Komitmen

Rencana

Bagaimana saya bisa mewujudkannya?

Menjalin hubungan. Konselor harus menciptakan suasana yang


membuat klien merasa santai, tidak takut, merasa aman dan bebas
mengungkapkan perasaan dan pertanyaan yang ada dalam hatinya untuk
didiskusikan. Hal ini bisa dicapai dengan jalan:
Konselor harus memperkenalkan diri (bisa menjabat tangan,
merangkul, atau menepuk pundak klien).
Konselor membuat aturan permainan sebelum percakapan dimulai,
misalnya: soal waktu, kerahasiaan, maksud/tujuan percakapan.
Konselor bisa berbasa-basi sejenak, misalnya: menanyakan tentang
keluarga, anak, dan lain sebagainya.
Memulai pertanyaan inti seperti berikut: Apa yang membuat Anda
datang ke sini?; Apa yang ingin Anda sampaikan/bahas?
Selama proses ini konselor harus bisa mendengarkan keluhan klien
dengan penuh perhatian, menghargai klien sebagai sesama manusia,
tidak menilai ataupun menghakimi, memberi dorongan agar klien dapat
berbicara terbuka, dan menunjukkan ekspresi wajah/tubuh yang
mengungkapkan minat dan kepedulian.
Eksplorasi. Konselor berusaha mengetahui secara mendalam tentang
perasaan klien, situasi klien dan alasannya datang untuk meminta
bantuan. Untuk mencapai suasana tersebut dapat digunakan cara-cara
berikut:

1-9

Buku Pegangan Konselor


HIV

Konseling

Menggunakan pertanyaan terbuka, misalnya Bagaimana Ibu tahu


kalau Ibu mengidap HIV?
Beritahukan pemahaman Anda kepada klien tentang apa yang
dirasakan dan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa yang
sederhana.
Ulangi dan perjelas apa yang diungkapkan oleh klien supaya
pembicaraan lebih terarah. Misalnya: Jadi Anda ingin melakukan sesuatu untuk melindungi anak-anak Anda agar tidak tertular HIV?
Bantu klien untuk memahami perasaannya sendiri. Misalnya: Oh ya,
jadi Anda belum tahu harus berbuat apa?
Pemahaman. Konselor membantu klien mengidentifikasi masalah dan
penyebab masalah, serta membantu klien merancang alternatif pemecahan masalah. Sepintas lalu tampaknya mengidentifikasi masalah
adalah hal yang mudah. Waspadalah terhadap sikap demikian dan jangan
sampai terjebak, sebab kadang-kadang suatu masalah sangat sulit dan
rumit dari yang diduga. Langkah awal, konselor harus mengetahui apakah
benar ada masalah yang dirasakan oleh klien. Biarkan klien yang
menceritakan dan merumuskan, baru konselor melanjutkan menggali
untuk mengetahui apakah masalah ada pada klien sendiri atau orang lain
(yang terkait dengan klien). Gali kemungkinan adanya masalah lain. Caracara untuk mencapai tujuan tersebut:
Pusatkan pembicaraan pada masalah yang paling utama.
Gunakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka untuk menggali
informasi dan mendorong klien untuk mengungkapkan riwayat masa
lalunya.
Ungkapkan pemahaman Anda tentang perasaan klien.
Rangkum semua yang sudah didiskusikan.
Perencanaan kegiatan. Dalam langkah ini, klien membuat rencana untuk
mengatasi masalahnya. Konselor membantu klien untuk mengetahui dan
memahami pilihannya. Konselor juga dapat menggali lebih banyak dari
klien beberapa pilihan yang mungkin belum dipertimbangkan oleh klien.
Klien dibantu oleh konselor dapat mencapai tujuan ini dengan cara:
Menentukan prioritas masalah yang hendak diatasi terlebih dahulu.
Konselor meyakinkan kesiapan klien lebih dahulu sebelum
melaksanakan keputusannya.
Merencanakan beberapa alternatif pemecahan masalah.
Mendiskusikan keuntungan dan kendala dari setiap pemecahan
masalah.
Konselor memberitahukan fakta-fakta yang relevan.
Konselor mendorong klien untuk mengambil keputusan sendiri. Apabila
klien ragu-ragu, fasilitasi hal-hal yang klien butuhkan.
Membuat rencana yang dapat dijalankan sesuai kemampuan klien.
Meninjau dan membahas setiap bagian rencana bersama-sama. Bila
klien tidak yakin, buatlah penyesuaian.
1-10

Buku Pegangan Konselor


HIV

Konseling

1.2 KONSELING HIV


Konseling HIV berbeda dengan konseling yang lain, walaupun keterampilan
dasar yang dibutuhkan adalah sama. Konseling HIV menjadi hal yang unik
karena:
Membutuhkan pengetahuan yang luas tentang Infeksi Menular Seksual
(IMS) dan HIV/AIDS.
Membutuhkan pembahasan mengenai praktek-praktek seks yang sifatnya
pribadi.
Membutuhkan pembahasan tentang kematian atau proses kematian.
Membutuhkan kepekaan konselor dalam menghadapi perbedaan
pendapat dan nilai yang mungkin sangat bertentangan dengan nilai
konselor itu sendiri.
Membutuhkan keterampilan pada saat memberikan hasil tes HIV yang
positif.
Membutuhkan keterampilan dalam menghadapi kebutuhan pasangan
maupun anggota keluarga klien.
Pada dasarnya konseling HIV mempunyai 2 tujuan utama.
Untuk mencegah penularan HIV.
Untuk mengubah perilaku, ODHA tidak hanya membutuhkan sekedar
informasi belaka, tetapi yang jauh lebih penting adalah pemberian
dukungan yang dapat menumbuhkan motivasi mereka. Misalnya dalam
hal perilaku seks aman, tidak berganti-ganti jarum suntik, dan lain sebagainya.
Meningkatkan kualitas hidup ODHA (orang dengan HIV/AIDS) dalam
segala aspek baik medik, psikologik, sosial, dan ekonomik. Dalam hal ini
konseling bertujuan untuk memberikan dukungan kepada ODHA agar
mampu hidup secara positif.
Konselor dapat membantu ODHA untuk memperoleh layanan yang
berkaitan dengan pemantauan kekebalan tubuhnya (pemeriksaan
limfosit, CD4, viral load), IMS dan HIV/AIDS. Pencegahan/layanan infeksi
oportunistik, pengobatan antiretroviral (ARV) dll.
Dalam hal lain konselor diharapkan juga dapat membantu dalam hal
mengatasi rasa putus asa, rasa duka yang berkelanjutan, kemungkinan
stigma, diskriminasi, menyampaian serostatus pada pasangan seksual,
pemutusan hubungan kerja dan lain sebagainya.

Beberapa ciri yang ditemukan dalam suatu konseling HIV:


Konseling sebagai proses membantu klien dalam:
Memperoleh akses informasi yang benar.
Memahami dirinya dengan lebih baik.
1-11

Buku Pegangan Konselor


HIV

Konseling

Agar mampu menghadapi masalahnya.


Agar mampu berkomunikasi lebih lancar.
Mengantisipasi harapan-harapan, kerelaan dalam mengubah perilakunya.
Meningkatkan dan memperkuat motivasi mengubah perilakunya.
Agar mampu menghadapi rasa kecemasan dan ketakutan.

Konseling bukan percakapan tanpa tujuan.


Konseling bukan memberi nasihat atau instruksi pada orang untuk
melakukan sesuatu sesuai kehendak konselor.
Bersifat sangat pribadi, sehingga membutuhkan pengembangan rasa saling
percaya.
Bukan suatu hal yang baku, dapat bervariasi tergantung kondisi daerah/
wilayah, latar belakang klien, dan jenis layanan medis/sosial yang tersedia.
Setiap orang yang diberi pelatihan khusus dapat menjadi seorang konselor.
Bagaimana menjadi seorang konselor IMS dan HIV?
Menilai kesiapan diri apakah sudah siap menjadi seorang konselor, dengan
cara menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
Kesulitan apa yang akan saya rasakan dalam bekerja di bidang IMS dan
HIV/AIDS?
Bagaimana perasaan saya bila berhadapan dengan ODHA (Orang
dengan HIV/AIDS)?
Apakah pernah terpikir kemungkinan saya akan tertular karena bekerja
dalam bidang ini?
Hal-hal apa pada diri klien yang membuat diri saya menjadi kesal?
Hal-hal apa yang menjadi keterbatasan saya dalam bekerja sebagai
konselor?
Hal-hal apa saja yang menjadi kekuatan dan kemampuan saya dalam
bekerja sebagai konselor?
Bagaimana pandangan saya terhadap masalah perzinahan, ganti-ganti
pasangan seks, homoseks, pelacuran dan penyalahgunaan narkotik?
Bagaimana saya harus menanggapi reaksi keberatan dari keluarga,
teman, atau tetangga terhadap pekerjaan saya sebagai konselor?
Bagaimana saya menghadapi dan menanggulangi sikap agresif,
kemarahan dan pelecehan klien saya?
Apa yang membuat saya sepakat bekerja dalam bidang HIV/AIDS?
Bagaimana saya akan menghadapi klien yang berpandangan sempit dan
kaku?
Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, Anda berusaha
untuk merefleksikan potensi dan sumber kemampuan yang ada, sehingga
bisa menilai kesiapan diri untuk menjadi seorang konselor IMS dan
HIV/AIDS.
1-12

Buku Pegangan Konselor


HIV

Konseling

Seorang konselor IMS dan HIV/AIDS perlu mengadakan konsultasi bukan


hanya dengan pakar, tetapi juga dengan rekan-rekan sesama konselor. Nilai,
pandangan, dan keyakinan seorang konselor dapat mempengaruhi
bagaimana ia melakukan konseling. Dengan berkonsultasi sesama konselor,
Anda dapat melihat dan menyadari kekurangan-kekurangan, kesalahan dan
kejenuhan Anda dalam menghadapi klien.
Konseling pra tes HIV
Pengertian
Konseling pretes HIV dapat diartikan sebagai dialog antara klien dan konselor
yang membahas tentang tes HIV dan kemungkinan dampak yang terjadi bila
klien/orang lain mengetahui hasil tes HIV klien. Secara khusus, konseling pra
tes HIV bertujuan untuk:
Mendorong orang untuk memahami praktek seksual yang lebih aman, baik
yang menjalani tes HIV maupun yang tidak.
Memastikan bahwa seseorang telah memahami kekurangan dan implikasi
hasil tes sebelum memutuskan untuk melakukan tes HIV.
Mempersiapkan/membantu seseorang dalam menghadapi hasil tes dengan
sikap yang baik bila terbukti terinfeksi HIV. Namun bila hasilnya negatif,
dapat mengarahkan klien untuk menjaga agar tetap negatif.
Dalam hal ini konselor membutuhkan informasi dari klien mengapa ia
memutuskan melakukan tes, membahas dan memperbaiki pengetahuan klien
tentang IMS/HIV, penilaian risiko tertular HIV, makna tes, dampak tes, jaminan
kerahasiaan dan kesediaan klien untuk tes. Keputusan untuk melakukan tes
haruslah merupakan keputusan yang dibuat setelah klien memperoleh
penjelasan yang cukup (informed consent). Memberikan persetujuan berarti
klien sudah memahami setiap konsekuensi dari hasil pemeriksaan.
Langkah-langkah
Menjalin hubungan.
Menilai risiko penularan HIV.
Menggali alasan mengapa klien ingin melakukan tes.
Menggali informasi yang berkaitan dengan perilaku berisiko HIV misalnya
perilaku seksual (berganti-ganti pasangan, hubungan genitoanal,
genitovaginal tanpa kondom), jarum suntik, transfusi darah, terpapar
tato/tindik, akupuntur.
Mengulas riwayat kesehatan klien minimal 5 bulan terakhir.
Memberi informasi umum tentang tes HIV.

Kerja HIV terhadap sistem kekebalan tubuh.


Pengertian tes HIV.
Makna hasil tes.
Ketepatan tes.
1-13

Buku Pegangan Konselor


HIV

Konseling

Proses pelaksanaan tes.


Jaminan anonimitas dan kerahasiaan.
Memberi informasi tentang pengobatan yang tersedia.
Memberi informasi tentang masa jendela (window period).
Tekankan kemungkinan kapan klien terpapar HIV, dan kapan tes HIV
sebaiknya dikerjakan.
Memberi informasi tentang penurunan risiko penularan HIV.
Misalnya penggunaan kondom, monogami, abstinensia dll.
Memberitahu kepada pasangan, seandainya hasil tes positif.
Mengatur strategi dalam menghadapi tes HIV.

Dalam masa menunggu hasil tes.


Menggali kemampuan klien menghadapi situasi menekan pada masa lalu.
Menginformasikan jaringan dukungan sosial yang tersedia.
Menginformasikan jaringan rujukan pelayanan yang tersedia.

Menghimbau klien untuk konseling ulang.


Menganjurkan klien untuk kembali mengambil hasil tes.
Menjelaskan alasan-alasan mengapa klien harus kembali untuk hasil
tesnya (misalnya untuk mendapatkan informasi pengobatan dan
perawatan bila hasilnya positif, untuk merasa lega bila tidak terinfeksi,
untuk memperoleh informasi penting berkaitan dengan perilaku risiko
tertular pada masa lampau, sekarang ataupun masa depan).
Konseling pasca tes (hasil tes negatif)
Mengembangkan hubungan dengan klien terutama untuk mengecek
status mental/kesiapan klien.
Bagaimana perasaan Anda selama menunggu hasil tes?
Apa yang Anda kerjakan selama menunggu hasil tes?
Membacakan hasil tes.
Tanyakan dulu apakah ada pertanyaan yang ingin diajukan oleh klien.
Bacakan hasil tes bila klien ingin segera tahu hasilnya, tetapi bila klien
masih bingung, konselor harus memberi perhatian dengan
menanyakan kembali kesiapannya.
Bacakan dengan nada datar, mulai dengan identitas klien, jangan
menambah komentar, jangan menunjukkan ekspresi muka tertentu,
dan jangan tergesa-gesa.
Menunggu reaksi klien dengan cara berdiam diri kurang lebih selama
15-30 detik.
Integrasi hasil tes.

1-14

Buku Pegangan Konselor


HIV

Konseling

Integrasi kognitif, maksudnya mengetahui pemahaman klien tentang


masalah HIV sehubungan dengan hasil tesnya.
o Menanyakan pemahaman klien terhadap arti tes negatif.
o Memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam pemahaman arti tes
negatif dengan menggunakan bahasa yang sederhana.
o Tekankan bahwa hasil tes negatif bukan berarti klien kebal terhadap
penularan.
Integrasi emosional, yaitu memahami pengaruh hasil tes terhadap
kehidupan emosional klien.
o Memahami dampak hasil tes terhadap kehidupan klien.
- Bagaimana dampak hasil tes terhadap kehidupan Anda?
o Memeriksa dan menormalisasi perasaan klien terhadap hasil tes.
- Bagaimana perasaan Anda setelah mengetahui hasil tes?
- Memang ini adalah hal yang menakutkan.
o Membiarkan klien mengungkapkan perasaannya. Konselor sebagai
pendengar, berusaha menciptakan suasana yang nyaman, penuh
perhatian pada kondisi emosional klien.
Integrasi perilaku, pengertiannya adalah memahami rencana perilaku
setelah hasil tes diterima.
Memahami rencana dan komitmen klien terhadap rencana pencegahan
dan penurunan risiko HIV, misalnya penggunaan kondom, perilaku
seksual yang aman, penggunaan jarum suntik yang aman.
Mendorong klien untuk berperilaku lebih sehat dan mau mengurangi
perilaku berisiko terhadap HIV. Misalnya menghilangkan stres dengan
menjalankan kegiatan/hobi seperti: olah raga, membaca, dan menulis.
Mendorong klien untuk mengurangi kebiasaan buruk seperti minum
alkohol, memakai obat bius (lihat hal-hal khusus).
Menerapkan makan sehat/menu berimbang.
Menjelaskan kemungkinan terpapar HIV (lihat hal-hal khusus).
Memberitahukan tempat rujukan bila klien merasa membutuhkan (lihat
hal-hal khusus).
Hal-hal khusus bagi klien dengan status HIV negatif
Penilaian kebutuhan tes ulang
o Melakukan penilaian untuk menentukan tingkat risiko penularan HIV
dalam masa 6 bulan mendatang.
o Memotivasi klien agar mau melakukan tes ulang dalam masa 6
bulan mendatang, terutama bila klien masih mempunyai kebiasaan
berperilaku berisiko.
Penilaian kemungkinan tetap negatif
o Menanyakan apa rencana klien untuk tetap negatif.
1-15

Buku Pegangan Konselor


HIV

Konseling

o Menggali pengetahuan klien tentang pedoman penurunan risiko


penularan.
o Mendiskusikan dan menerangkan/memperagakan penggunaan
kondom yang benar.
o mendorong klien agar bersedia melakukan seks aman.
Penggunaan dan penyalahgunaan obat
o Menyelidiki sejarah penggunaan obat dan alkohol serta tingkat
penggunaannya saat ini.
o Menjelaskan bahaya dalam keadaan di bawah pengaruh obat dan
alkohol.
o Membahas pentingnya membersihkan jarum suntik atau
penggunaan jarum suntik dalam praktek narkoba.
Menghadapi perasaan bersalah
o Menilai kemungkinan adanya rasa bersalah pada klien, bila klien
menunjukkan perasaan sedih, resah, marah atau tidak percaya
terhadap hasil tes.
o Membiarkan klien mengekspresikan rasa keingintahuannya,
konselor hanya mendengar tanpa menilai.
o Membantu klien dalam upaya mencari dukungan dan rujukan.
Perilaku berisiko tinggi
o Ada klien yang mempunyai perilaku berisiko sangat tinggi namun
hasil tesnya negatif sehingga sering menimbulkan dilema bagi klien.
o Menilai apakah klien masih tetap berperilaku berisiko dan sulit
mengubahnya. Persiapkan langkah-langkah dalam perubahan
perilaku.
o Menganjurkan klien untuk tes ulang setelah 6 bulan. Bila hasilnya
konsisten negatif 2 kali berturut-turut, jangan gegabah mengikuti
keinginan klien untuk tes ulang lagi. Konselor harus waspada
terhadap kemungkinan klien menggunakan tes hanya untuk
mengetahui kapan ia terinfeksi dan bukan strategi per-ubahan
perilaku.
o Menjelaskan hasil negatif bisa terjadi dalam masa periode jendela.
o Bila klien merasa kurang yakin dengan hasil tes yang ada, jelaskan
metode tes yang dipakai saat ini dan tersedia, misalnya PCR. Bila
klien menginginkan untuk tes ulang, rujuklah klien ke tempat tes
yang mempunyai layanan tersebut.
Konseling pasca tes HIV (hasil positif)
Konseling pasca tes HIV dengan hasil positif mempunyai tingkat kesulitan yang
cukup tinggi. Diperlukan keterampilan khusus dalam menangani klien dengan
hasil positif, terutama pada awal klien mengetahui dirinya positif, di mana
reaksinya bisa sangat tidak terduga (lihat reaksi/respon klien setelah tahu HIV
positif).
1-16

Buku Pegangan Konselor


HIV

Konseling

Bagaimana berita terinfeksi HIV diterima atau ditanggapi oleh klien sering tergantung dari kondisi-kondisi seperti:
Kesehatan fisik klien, di mana klien dengan kondisi kesehatan fisik yang lebih
baik, tampaknya akan lebih benar dalam memberikan reaksi/tanggapan.
Kesiapan mental klien menerima berita tersebut, karena klien yang belum
siap sama sekali akan bereaksi sangat berbeda.
Dukungan/penerimaan orang-orang di sekitar klien, misalnya tidak ada
diskriminasi dalam pekerjaan, kehidupan keluarga/masyarakat.
Keadaan psikologis/kepribadian klien sebelum pemeriksaan. Bila sebelum
pemeriksaan diketahui klien sudah bermasalah dengan kejiwaannya,
konselor harus lebih berhati-hati dalam memberikan hasil tes, dan bersiap
menghadapi reaksi klien yang mungkin sangat tidak terduga.
Nilai budaya/spiritual yang terkait dengan AIDS, kesakitan dan kematian. Bila
ada kepercayaan adanya kehidupan dibalik kematian, atau kematian menuju
kehidupan maka HIV positif bisa diterima dengan lebih tenang. Tetapi pada
kepercayaan bahwa HIV adalah kutukan Tuhan, perilaku penghinaan
terhadap Tuhan maka HIV positif bisa berhubungan dengan perasaan
bersalah dan penolakan.
Langkah-langkah konseling:
Langkah-langkah konseling mempunyai beberapa persamaan dengan konseling
pada hasil tes negatif, sehingga pada bagian yang sudah sama tersebut tidak
dijelaskan kembali dan bisa dilihat di bagian sebelumnya.
Menjalin hubungan.
Membacakan hasil tes.
Integrasi hasil tes:
Integrasi kognitif.
Integrasi emosional.
Tindak lanjut medis:
o Mengingatkan klien bahwa hasil positif tidak selalu disertai gejala
sehingga tidak perlu pengobatan.
o Mengingatkan bahwa infeksi HIV tidak membunuh segera dan ada
berbagai alternatif terapi untuk menghadapinya.
o Menganjurkan klien ke dokter yang kompeten di bidang ini dengan
alasan:
- perawatan dan pengobatan terbukti membantu untuk tetap sehat,
- ada cara-cara untuk meningkatkan kekebalan tubuh,
- bisa mengetahui perkembangan virus dalam darah,
- bisa mengetahui apakah ada infeksi sekunder.
o Memahami status keuangan klien, apakah punya asuransi.
o Membuat rujukan sesuai kompetensinya secara tertulis.
o Menegaskan bahwa perawatan kesehatan sangat penting sebab bisa
memperpanjang waktu kemungkinan menjadi AIDS.
o Menyediakan rujukan bagi klien wanita hamil dan HIV positif.
1-17

Buku Pegangan Konselor


HIV

Konseling

Integrasi perilaku.
Integrasi Interpersonal:
o Membahas dengan klien tentang potensi dampak yang akan terjadi bila
hasil tes diberitahu kepada orang lain. Misalnya: Apakah pernah
terpikir oleh Anda untuk memberitahu hasil tes Anda?, Kepada siapa
saja Anda berniat memberitahukan hasil tes Anda?,
o Membantu klien mengembangkan rencana untuk meningkatkan
dukungan dan mengurangi dampak negatif terhadap diri klien.
Pemberitahuan kepada pasangan:
o Memahami perilaku seksual atau penggunaan narkotik injeksi
pasangan klien, dan lihat kemungkinan klien memberitahu hasil tes
pada pasangannya.
o Mendorong klien untuk memberitahu pasangannya bila memungkinkan,
tetapi bila tidak, bahaslah cara terbaik untuk memberitahu pasangan.
Misalnya perlu pihak lain yang dipercaya untuk memberitahu.
Harapan, advokasi dan pemberdayaan:
Memberikan pernyataan secara konsisten dan realistis tentang adanya
harapan tetapi tidak mengurangi keprihatinan klien. Misalnya: Saya tahu
berita ini tidak menyenangkan dan bisa mematahkan semangat Anda.
Tetapi saya perlu menegaskan bahwa masih ada harapan dan tidak perlu
merasa putus asa.
Memberikan bukti-bukti yang menyertai pernyataan Anda tersebut.
Misalnya pada upaya penelitian obat AIDS yang terbukti mempunyai hasil
yang memuaskan dalam penanganan AIDS.
Memfokuskan pada masalah kualitas hidup, bahwa klien harus
memahami makna kualitas hidup dalam status HIV positif (Lihat HIDUP
SEHAT DENGAN HIV POSITIF).
Mendorong agar klien berpartisipasi aktif untuk meningkatkan status
kesehatannya.
Mendorong agar klien memanfaatkan layanan rujukan yang tersedia.
Bila perlu dan memungkinkan, menyediakan waktu untuk dihubungi klien
sewaktu-waktu.
Identifikasi sumber rujukan yang memadai:
Membantu klien dalam mengidentifikasi kebutuhan dukungan.
Mempertimbangkan beberapa jenis sumber yang dapat dimanfaatkan
berkaitan dengan jenis kelamin, usia, suku bangsa, orientasi seksual,
tingkat ekonomi klien, dsb.
Sumber-sumber:
$
$
$
$
1-18

kelompok dukungan,
terapi individual,
intervensi krisis,
layanan medis,

Buku Pegangan Konselor


HIV
$
$
$
$
$
$

Konseling

informasi terapi alternatif dan eksperimental,


rehabilitasi pemakai narkoba,
layanan hukum,
layanan sosial,
layanan dukungan spiritual,
program-program lain.

Respon klien saat mengetahui status HIV positif


Klien memberikan reaksi yang berbeda-beda pada saat mengetahui dirinya HIV
positif. Hal ini sangat dipengaruhi berbagai faktor sebagaimana telah disebutkan
(lihat Konseling Pasca Tes Hasil Positif). Beberapa reaksi yang dibahas di sini
adalah reaksi yang normal terjadi di saat seseorang mengalami tekanan
mental/stres yang besar. Seseorang mungkin bisa berubah dari satu respon ke
respon berikutnya sampai akhirnya sampai pada situasi menerima hasil
tersebut, atau perasaan mereka akan tetap berubah-ubah. Suatu hari mereka
merasa sangat menolak hasil dan kesepian, di hari lain mereka merasa penuh
harapan dan kekuatan. Hari lain merasa depresi/tertekan, hari berikutnya
merasa marah.
Syok (shock)
Bagaimanapun seseorang mempersiapkan diri, adalah sangat mengejutkan
untuk menerima kenyataan dirinya sudah terinfeksi HIV. Seseorang mungkin
merasa bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pada saat seperti ini
sangat baik bila klien didampingi seseorang yang sangat mereka percaya.
Penolakan hasil/penyangkalan (denial)
Pertama kali mereka mungkin tidak bisa percaya bahwa mereka mengidap
HIV/AIDS. Kadang-kadang mereka berpikir bahwa dokter melakukan kesalahan
atau menyangkal karena merasa masih sehat.
Tidak mempercayai hasil adalah tekanan yang kuat pada orang yang
kebigungan untuk melindungi dirinya dari AIDS itu sendiri. Menghadapi klien
dengan keadaan demikian, jangan marah atau bersikap tidak sabar. Cobalah
untuk menjelaskan kembali pengertian pengidap HIV/AIDS, ini adalah cara
terbaik untuk mengatasi masalah penolakan hasil.
Marah-marah
Klien mungkin marah-marah setelah mengetahui dirinya positif HIV. Hal ini
seringkali dijumpai dan bisa terjadi klien menyalahkan diri sendiri, menyalahkan
orang lain yang telah menularkan HIV pada dirinya. Kadang-kadang klien
menyalahkan Tuhan.
Perasaan marah memang normal, tetapi ini tidak membantu menyelesaikan
masalah, karena fokus klien adalah menyalahkan orang lain (marah kepada
penular HIV) dan menyalahkan diri sendiri (merasa bersalah), daripada
mengambil tindakan yang positif. Berbicara dengan seseorang (konselor) dapat
1-19

Buku Pegangan Konselor


HIV

Konseling

membantu mengurangi perasaan ini dan membantu klien untuk menerima


situasi yang ada.
Kemarahan adalah reaksi yang sulit untuk diatasi, terutama bila kemarahan
tersebut ditujukan kepada diri Anda. Anda harus berusaha untuk mengerti dan
tidak menanggapi kemarahan klien tersebut, walaupun memang sangat sulit
menerima kemarahan tanpa bereaksi.
Kompromi (bargaining)
Klien dengan HIV mungkin mencoba berkompromi dengan dirinya dengan
berpikir, misalnya: Tuhan akan menyembuhkan saya jika saya berhenti
menemui Pekerja Seks atau Saya akan sembuh, dan penyakit ini akan hilang.
Dalam keadaan ini, klien perlu dibantu untuk mengatasi perasaan ini dengan
memberikan penjelasan/informasi yang benar tentang HIV, mengambil sisi
positif mengetahui status HIV secara dini.
Ketakutan
Klien dengan HIV/AIDS merasa takut pada beberapa keadaan seperti: rasa
sakit, kehilangan pekerjaan, ketahuan orang lain, ditolak masyarakat,
meninggalkan keluarga/anak, ketakutan pada kematian.
Ketakutan ini akan berkurang bila mereka dapat berbicara dengan orang yang
tahu masalah yang ditakutkan. Pada akhirnya klien dengan HIV/AIDS tahu
bahwa mereka takut pada sesuatu yang tidak perlu. Misalnya dengan
menunjukkan bahwa tetap ada orang-orang dengan HIV positif, bisa
menunjukkan kasih sayang dan kebaikan pada orang lain daripada merasa
ketakutan akan sesuatu yang tidak perlu.
Kesepian
Klien sering merasakan ini. Perasaan ini sering datang dan pergi untuk wak-tu
yang cukup lama dan sangat tergantung dari adanya dukungan keluarga dan
teman-teman klien. Siapapun dengan HIV harus sering diingatkan bahwa
mereka tidak sendiri, mereka dikelilingi oleh keluarga, teman dan kelompok
masyarakat yang peduli pada mereka. Juga perlu diingatkan bahwa banyak
juga orang lain yang terinfeksi HIV.
Bantu keluarga dan kelompok masyarakat untuk mengerti bahwa orang dengan
HIV/AIDS membutuhkan kebersamaan. Di antara orang-orang yang terinfeksi
dapat membentuk kelompok dan menyediakan tempat berbagi dan dukungan
satu sama lain.
Menurunnya rasa percaya diri
Seseorang dengan HIV mungkin berpikir bahwa orang lain melihat dan
membicarakan dirinya. Ini membuat mereka ingin sembunyi, kadang-kadang
merasa tidak nyaman untuk berteman.
Konselor dapat membantu klien untuk tidak bersembunyi atau merasa tersisih
dengan cara mendorong mereka untuk tetap aktif dalam kegiatan
1-20

Buku Pegangan Konselor


HIV

Konseling

kemasyarakatan. Ini dapat meningkatkan penerimaan masyarakat dengan


menunjukkan pada dunia bahwa orang dengan HIV/AIDS adalah anggota
masyarakat yang mempunyai nilai di masyarakat, sama seperti yang lainnya.
Bantulah agar klien berpikir positif terhadap dirinya dan merasa bangga pada
dirinya. Tekankan bahwa klien masih tetap penting!
Rasa tertekan/depresi
Klien dengan HIV mungkin berpikir tidak ada lagi alasan untuk tetap hidup.
Mereka merasa tidak berguna, ingin tetap tinggal di rumah, tidak ingin makan,
dan tidak ingin berbicara dengan orang lain.
Keadaan depresi dapat membuat seseorang merasa lemah pada tubuh dan
pikiran. Konselor harus mencoba membantu klien mengatasi keadaan ini dan
tidak menyerah. Doronglah klien untuk memakai baju yang bagus, mengunjungi
teman-teman, menyibukkan diri dengan kegiatan, membantu orang lain, dan
memikirkan keluarga/anak/teman-teman yang masih membutuhkan klien.
Penerimaan
Setelah beberapa lama, seseorang dengan HIV biasanya mulai bisa menerima
keadaannya. Ini akan membantu membuat klien merasa lebih baik. Seperti
halnya seseorang yang sudah lebih tenang pikirannya, akan mulai memikirkan
jalan terbaik dalam menjalani kehidupan. Mereka mungkin akan berpikir: Apa
hal terbaik yang bisa saya lakukan untuk mengisi sisa hidup saya?; Apa
makanan terbaik yang dapat membuat saya tetap sehat?, Apa rencana saya
untuk masa depan anak-anak saya? dan sebagainya.
Harapan
Konselor dapat membantu klien agar tetap mempunyai harapan dalam banyak
hal, misalnya:

Harapan agar klien dapat panjang umur.


Harapan supaya bayi mereka tetap sehat.
Harapan bahwa setiap kesakitan akan terobati.
Harapan karena mereka dicintai dan diterima apa adanya.
Harapan obat yang menyembuhkan akan segera ditemukan.
Harapan karena kepercayaan ada kehidupan setelah kematian.

Adalah sangat penting untuk mempunyai harapan. Harapan dapat


meningkatkan semangat dan memberikan kekuatan untuk menghadapi situasi
yang sulit. Harapan dapat membantu seseorang untuk melawan HIV/AIDS
untuk hidup dengan lebih positif dan lebih lama.
Ingat, bila seseorang mempunyai harapan hari ini, adalah mungkin untuk
merasa marah ataupun tertekan keesokan harinya. Ini adalah normal. Bahkan
orang tanpa HIV/AIDS mengalaminya juga. Yang penting adalah berusaha
untuk selalu menghidupkan harapan.

1-21

Buku Pegangan Konselor


HIV

Konseling

Catatan: Seseorang dengan HIV/AIDS, keluarga, tetangga pengidap, dan


konselor, seringkali merasa takut bahwa perasaan negatif seperti
dijelaskan di atas akan menjadi sangat kuat. Perasaan-perasaan
negatif tersebut tidak dapat, dan tidak seharusnya dihindari. Hal
tersebut adalah reaksi normal terhadap krisis. Keluarga, teman,
tetangga, konselor, siapapun yang peduli, dapat membantu
mengatasi perasaan ini dengan cara mendengarkan dan
membicarakan tentang perasaan negatif tersebut.
Penanganan krisis
Sebagai konselor HIV, Anda harus siap menerima dampak negatif/positif dari
konseling yang Anda berikan. Dampak negatif konseling biasanya muncul
akibat stigma yang berkaitan dengan penerimaan layanan konseling dan tes
HIV, atau akibat trauma menerima hasil tes. Klien ada yang secara lisan bisa
mengemukakan ketidakmampuannya menghadapi masalah ini, tetapi ada pula
yang berperilaku tertentu misalnya mengucilkan diri atau menolak melakukan
kegiatan sehari-hari.
Konselor harus melakukan suatu penilaian risiko apakah klien mempunyai
pikiran akan menganiaya diri sendiri atau orang lain. Di samping itu juga harus
menggali riwayat perilaku sebelumnya tentang perilaku menganiaya tersebut.
Bila memang ada pemikiran ke arah tersebut, konselor bertanggung jawab
mengadakan kesepakatan dengan klien/keluarga/pasangannya untuk
mencegah hal tersebut. Secara spesifik kegiatan penanganan krisis adalah
sebagai berikut:
Melihat tanda-tanda risiko potensial:
Pernyataan lisan klien bahwa ia tidak sanggup menerima kenyataan.
Perasaan putus asa atau ide bunuh diri.
Kemarahan berlebihan dan ide bunuh diri.
Pengucilan diri.
Menilai risiko:
Munculnya gagasan khusus yang berkaitan dengan rencana bunuh diri.
Munculnya gagasan khusus menyakiti orang lain.
Latar belakang/riwayat perilaku bunuh diri atau menganiaya orang lain.
Kegagalan, kekecewaan atau trauma akhir-akhir ini.
Penanganan:
Menilai kemampuan klien dalam menghadapi krisis di masa lampau.
Membantu klien dengan teknik konkrit penyelesaian masalah.
Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya selama konseling.
Mendorong klien untuk berpartisipasi aktif dan positif menghadapi situasi
ini. Mengarahkan klien ke arah positif dan mengidentifikasi pilihan-pilihan
dalam menghadapi kenyataan ini.
Menghimbau klien untuk menghadapi dukungan sosial yang ada.
Memberikan daftar rujukan untuk klien.

1-22

Buku Pegangan Konselor


HIV

Konseling

Pilihan jalan keluar terakhir dilakukan bila semua teknik penyelesaian


krisis sudah diberikan, tetapi klien tetap diam dan tidak memberi
tanggapan apa-apa, maka rujukan ke psikiater atau perawatan di rumah
sakit jiwa harus disiapkan.
Catatan: Konselor tidak boleh ragu-ragu mengambil keputusan atau tindakan
yang dibutuhkan dalam rangka melindungi konselor atau orang lain.
Bila perlu, minta bantuan orang lain/polisi. Bila sampai berurusan
dengan polisi, konselor harus berhati-hati dan wajib melindungi
kerahasiaan klien.
1.3 KONSELING PERUBAHAN PERILAKU
Perubahan perilaku berkaitan dengan usaha pencegahan terhadap HIV/AIDS,
dimana diperlukan perubahan dari perilaku yang berisiko menjadi perilaku yang
aman. Perilaku berisiko yang dimaksud adalah perilaku yang memungkinkan
terjadinya penularan HIV seperti hubungan seks tanpa kondom, berbagi jarum
suntik pada kelompok IDU dan lain-lain.
Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan konselor bila ingin mendukung
seorang untuk melakukan perubahan perilaku, yaitu dengan menyediakan :
informasi,
keterampilan
materi pendukung
Tahapan Perubahan Perilaku
1. Pra Kesadaran
Tahapan dimana seseorang tidak menyadari apa yang sedang terjadi pada
dirinya. Dalam kaitan dengan HIV/AIDS seorang tidak menyadari atau tidak
mengetahui adanya risiko.
Peran konselor pada klien yang berada di tahapan ini adalah memberikan
informasi yang jelas dan yang terpenting adalah membantu klien untuk
menyadari sendiri apa yang terjadi pada dirinya
Cara merespon klien terhadap risikonya pada infeksi HIV adalah sebagai
berikut:

Mengenali bahwa perilaku mereka berisiko terinfeksi HIV;

Tidak dapat menerima atau memahami bahwa perilaku mereka dapat


menyebabkan terinfeksi HIV

Konselor dapat membantu klien dalam mengenali perilaku berisiko terinfeksi


HIV.

1-23

Buku Pegangan Konselor


HIV

Konseling

2. Kesadaran
Tahapan dimana seorang sudah menyadari apa yang sedang terjadi pada
dirinya dan dalam hal ini adalah kaitannya dengan risiko HIV/AIDS tetapi tidak
tahu apa yang harus dilakukan.
Konselor perlu menggali pengetahuan dan kesadaran klien tentang perilaku
yang berisiko dan apa yang mereka ketahui tentang perubahan perilaku.
Peran konselor yang paling mendasar disini adalah sebagai pemberi informasi
yang tepat kepada kliennya mengenai perubahan perilaku.
3. Persiapan
Tahap dimana klien sudah menyadari apa manfaat dan kerugian bila melakukan
perubahan perilaku.
Konselor perlu mendukung klien dengan membantu menggali dan mencari
pilihan-pilihan untuk perubahan perilaku dan biasanya klien agak enggan
meninggalkan kebiasaan lama.
Membangun kapasitas diri (Capacity building) merupakan persiapan untuk
perubahan perilaku, termasuk meningkatkan keterampilan praktis dan dukungan
dalam mengelola risiko/biaya yang harus ditanggung. Strategi konseling dalam
tahap membangun kemampuan ini adalah termasuk :
Membantu klien memperoleh keterampilan praktis, spesifik, dan mampu
dikerjakan.
Bersama-sama klien melakukan permainan peran untuk membantu klien
dalam perubahan perilaku dan penguatan.
4. Tindakan
Tindakan adalah saat dimana klien siap mencoba menerapkan langkah
perubahan perilaku ke depan. Strategi konseling dalam tahap ini adalah :
Merencanakan bagaimana menghadapi hambatan yang mungkin akan
dihadapi klien.
Membuat kerangka ulang jika terdapat kegagalan yang dialami klien konselor. Klien - konselor harus ingat bahwa model perubahan perilaku
kemungkinan berkali-kali mengalami kegagalan.
Meskipun pelaksanaan tindakan tidak selalu berhasil namun sekecil apapun
perubahan perilaku dapat dipertimbangkan sebagai keberhasilan dan yang
harus didukung oleh konselor..
5. Mempertahankan Perubahan Perilaku
Mempertahankan perubahan perilaku seksual yang aman sepanjang waktu
secara alamiah dan berkesinambungan.
Perubahan perilaku dapat berubah seiring dengan perubahan kehidupan
seseorang. Misalnya, pemakaian kondom mungkin saja tidak akan
diperlukan jika orang yang belum terinfeksi dalam hubungan monogami
dengan pasangan yang tidak terinfeksi HIV.
1-24

Buku Pegangan Konselor


HIV

Konseling

Bagaimanapun, perubahan kembali (kambuh) pada perilaku yang kurang


aman dapat menyebabkan perilaku aman sebelumnya tidak berlaku
sehingga menyebabkan risiko terinfeksi HIV.
Berlangsungnya pengurangan risiko tergantung pada program-program
perubahan perilaku yang berkelanjutan, dorongan dan dukungan konselor.

Model Spiral Perubahan Perilaku

Spiral Perubahan Perilaku


mempertahankan

tindakan
tindakan

Waktu

persiapan
kesadaran

persiapan
kesadaran

pra-kesadaran

Proses perubahan perilaku ditinjau dari Spiral Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku adalah sebuah proses dan bertahap. Memahami


tahapan membantu penguatan proses konseling dan penting diketahui
bahwa tidak ada perubahan yang mutlak, sesuai perkiraan.
Seorang klien dapat berubah-ubah tahapannya, naik/turun, sampai pada
suatu saat ia berhasil menerima. Tahapan ini adalah alat konselor untuk
menilai klien sampai tahapan dimana ia berubah perilakunya.

1-25

Buku Pegangan Konselor


HIV

Konseling

Unsur Penting Konseling Perubahan Perilaku


1. Penilaian Resiko & Kerentanan
Klien perlu menilai resiko dirinya terhadap infeksi HIV dan mengenali
beberapa hambatan dalam perilaku yang aman misalnya penggunaan
kondom atau menyuntik yang aman.
2. Penjelasan tentang Kondom, Penggunaan Kondom dan Menyuntik
yang Aman
Penjelasan tentang hal ini harus ditekankan guna memotivasi kebutuhan,
kepercayaan, kepedulian dan kesiapan klien
3. Keterampilan Menggunakan Kondom dan Menyuntik yang Aman
Keterampilan berpikir kritis, mengambil keputusan dan komunikasi dapat
ditingkatkan dengan mengemukakan keuntungan penggunaan kondom dan
menyuntik yang aman dan mampu bernegosiasi dalam penggunaannya.
4. Membuat Rencana
Dalam konseling, klien didorong merencanakan untuk berperilaku aman
atau sehat
5. Sumber Daya dan Dana
Konselor harus mampu membantu klien untuk mengakses sumber daya dan
dana sebagai pendukung perubahan perilaku
6. Penguatan dan Komitmen
Dalam konseling konselor bersama-sama klien harus meninjau kembali
perencanaan klien untuk tetap berperilaku aman dan dukungan melalui
pertemuan-pertemuan berkala
7. Lingkungan yang Mendukung
Ciptakan lingkungan yang mendukung untuk berperilaku aman , termasuk
tersedianya materi pendukung (kondom, jarum suntik steril, dsb), informasi
(konseling, brosur, dsb) dan keterampilan (cara menggunakan kondom dan
menyuntik yang aman).
Dalam konseling perubahan perilaku, peran konselor tetap sebagai pendukung
klien dalam setiap tahap yang dilaluinya, apalagi saat klien tidak dapat
mempertahankan perubahan perilakunya dan kembali ke tahap sebelumnya,
konselor di sini dibutuhkan klien untuk memahami keadaannya dan membantu
ia untuk menggali alternatif-alternatif lain.
Hanya klien sendiri yang dapat mengubah dirinya. Namun melalui konseling
yang efektif dan dialog yang mendukung, maka perubahan perilaku dapat
terjadi. Di tahap manapun dan bagaimanapun hasilnya adalah pilihan yang
menjadi tanggung jawab klien sendiri.

1-26

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

RINGKASAN

2.1 STRUKTUR DAN REPLIKASI HIV


Envelope: adalah lapisan paling luar virus HIV. Protein envelope ini disebut env.
Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan vaksin HIV
menggunakan protein ini.
Inti (core): dalam inti terdapat tiga buah enzim (reverse transcriptase, protease
dan integrase) yang berperan dalam siklus replikasi (memperbanyak diri) HIV.
Cara kerja obat-obat antiHIV pada umumnya berdasarkan peran enzim-enzim
tersebut, seperti misalnya: reverse transcriptase inhibitors, protease inhibitors dan
integrase inhibitors.

2.2 HIV DAN AIDS


AIDS adalah singkatan dari acquired immunedeficiency syndrome, merupakan
sekumpulan gejala-gejala yang menyertai infeksi HIV. Gejala-gejala tersebut
tergantung dari infeksi oportunistik yang menyertainya. Infeksi oportunistik terjadi
oleh karena menurunnya daya tahan tubuh (kekebalan) yang disebabkan
rusaknya sistem imun tubuh akibat infeksi HIV tersebut.
HIV tidak membunuh penderita: HIV menginfeksi sel-sel darah yang berperan
terhadap sistem imunitas (kekebalan) tubuh sehingga sel-sel tersebut tidak
berfungsi lagi. Akibatnya, daya tahan tubuh semakin lama semakin menurun. Halhal yang mengambil kesempatan dari daya tahan tubuh yang menurun inilah
yang sering mengakibatkan kematian penderita (misalnya: macam-macam infeksi
oportunistik).
Cara penularan: melalui hubungan seksual tidak menggunakan kondom sebagai
pengaman, jarum suntik yang dipergunakan bersama, tusukan jarum pembuatan
tatto, transfusi darah dan hasil olahan darah, transplantasi organ, ibu hamil
kepada bayinya.
Beberapa jenis cairan tubuh orang dengan HIV seperti: darah, cairan air mani
(semen), cairan vagina dan serviks, air susu ibu, cairan dalam otak, mengandung
virus dalam jumlah yang cukup banyak untuk bisa menular. Sedangkan air
kencing, air mata, dan keringat mengandung virus dalam jumlah kecil sehingga
tidak mempunyai potensi dalam penularan HIV.
Orang dengan HIV dan menderita IMS (infeksi menular seksual) lebih mudah
menularkan HIV.
2-1

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

HIV akan mati dengan air mendidih, atau panas kering (open) dengan suhu 560 C
masing-masing selama 10-20 menit.
HIV tidak dapat hidup dalam darah yang mengering lebih dari 1 jam. Tetapi ada
juga penelitian yang menyatakan bahwa HIV mampu bertahan hidup dalam darah
yang tertinggal di spuit (siring, tabung suntik) selama 4 minggu.
HIV juga tidak tahan terhadap beberapa bahan kimia seperti Nonoxynol-9
(mempunyai sifat spermisida, untuk mencegah kehamilan), sodium klorida (bahan
pemutih), dan sodium hidroksida.
Gejala-gejala infeksi HIV:
Infeksi akut: gejala-gejala seperti flu, selama 3-6 minggu setelah infeksi, seperti panas dan rasa lemah yang berlangsung 1-2 minggu.
Infeksi kronik: tampak sehat, tidak menunjukkan gejala apa-apa. Mulai 3-6
minggu setelah infeksi, dapat berlangsung sampai 10 tahun.
Selama fase ini, sistem imun berangsur-angsur menurun, sampai akhirnya sel
T CD4 turun di bawah 200/ml, dan penderita masuk dalam fase AIDS.
AIDS sendiri merupakan sekumpulan gejala-gejala yang menyertai infeksi
HIV. Gejala-gejala yang tampak sangat tergantung jenis infeksi (oportunistik)
yang menyertainya.
Pencegahan: ditujukan terhadap perilaku yang berisiko. Seseorang harus
melindungi dirinya sendiri dan pasangan seksualnya. Bagaimana cara melakukan
hal tersebut?
Jangan berganti-ganti pasangan seksual.
Penggunaan kondom lateks atau poliuretan sangat mengurangi risiko
penularan HIV, baik pada hubungan seksual vaginal maupun oral.
Penularan tidak akan terjadi bila penis, bibir, vagina, atau anus tidak pernah
bersentuhan dengan penis, bibir, vagina, atau anus orang lain. Ciuman,
pijatan, dan saling masturbasi merupakan aktivitas seksual yang aman.
Pencegahan pada pengguna obat (narkoba): hentikan penggunaan obat
(narkotik) yang tidak aman (berganti-ganti peralatan suntik, menggunakan
peralatan suntik yang tidak aman) bila ingin terhindar dari AIDS. Risiko pengguna
obat terhadap infeksi HIV bisa diturunkan dengan cara:
Dalam keadaan high bisa lupa pada hubungan seksual yang aman selalu
siapkan dan gunakan kondom secara benar
Bila harus menggunakan obat, jangan digunakan melalui suntikan.
Bila harus menggunakan obat melalui suntikan, peralatan jangan dipakai
bersama.
Pencegahan pada ibu hamil: penggunaan obat anti HIV selama hamil dapat
menurunkan risiko penularan HIV pada bayi. Berikan susu buatan pada bayi bila
ibu terinfeksi HIV.

2-2

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

2.3 INFEKSI OPORTUNISTIK


Infeksi oportunistik (Opportunistic Infections, OIs) dan kelainan-kelainan lainnya
yang dapat dijumpai pada orang dengan HIV:
Infeksi bakteri dan mikobakteria, misalnya: MAC (Mycobacterium Avium
Complex), tuberkulosis (TB).
Infeksi jamur (fungus), misalnya: kandidiasis (thrush, yeast infection).
Infeksi protozoa, misalnya: PCP (Pneumocystis carinii Pneumonia),
toksoplasmosis.
Infeksi virus, misalnya: CMV (Cytomegalovirus), hepatitis, HZV (Herpes
Zoster), HPV (Human Papiloma Virus).
Keganasan, misalnya: KS (Kaposi's Sarcoma), NHL (Systemic Non-Hodgkin's
Lymphoma).
Kelainan neurologik, misalnya: ADC (AIDS Dementia Complex), Peripheral
Neuropathy.
Komplikasi dan kelainan lainnya: ulkus aptosa, malabsorbsi.
2.4 FAKTA-FAKTA HIV SEBAGAI PENYEBAB AIDS
Ada pendapat yang menyatakan bahwa AIDS hanya merupakan nama baru dari
penyakit-penyakit yang telah lama terjadi. Akan tetapi telah banyak fakta yang
dijumpai para peneliti/ilmuwan yang menunjukkan bahwa HIV memang
merupakan penyebab AIDS. Satu hal penting adalah bahwa HIV telah dibuktikan
memenuhi postulat Koch sebagai penyebab AIDS.
2.5 MITOS YANG BERHUBUNGAN DENGAN AIDS
Tidak ada AIDS di Afrika. AIDS tidak lebih dari nama baru dari penyakit-penyakit
lama.
HIV bukan merupakan penyebab AIDS oleh karena peneliti-peneliti tidak bisa
menjelaskan secara tepat bagaimana HIV merusak sistem imun.
HIV bukan merupakan penyebab AIDS oleh karena tubuh mengembangkan
respon antibodi yang kuat terhadap virus.
AIDS pada penerima transfusi disebabkan oleh penyakit yang melandasinya yang
mengharuskan untuk transfusi, ketimbang oleh HIV.
Beberapa orang menunjukkan banyak gejala berhubungan dengan AIDS, tetapi
tidak mengalami infeksi HIV.
Mitos-mitos tersebut ternyata tidak benar berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh
oleh para peneliti/ilmuwan dalam bidang HIV/AIDS.

2-3

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

2-4

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

FAKTA-FAKTA TENTANG HIV


2.1 STRUKTUR DAN REPLIKASI HIV
Struktur HIV
gp 120
(Protein envelope)
gp 41
(Protein transmembran)
membran lipid

p17
(protein matriks)
p24
(protein kapsid)

Gambar Struktur HIV


Disesuaikan dari: More About HIV, 2002

nukleokapsid
(RNA)

Bagian luar HIV diliputi oleh suatu selubung yang disebut envelope dan di
bagian dalam terdapat sebuah inti (core).
Envelope: HIV bergaris tengah 1/10.000 mm dan mempunyai bentuk
bulat seperti bola. Lapisan paling luar disebut envelope, terdiri dari dua
lapisan molekul lemak yang disebut lipids. Lapisan ini diambil dari sel
manusia ketika partikel virus yang baru terbentuk dengan membentuk
tonjolan dan lepas dari sel tersebut.
Selubung virus terisi oleh protein yang berasal dari sel induk, termasuk
72 turunan (rata-rata) protein HIV kompleks yang menonjol dari
permukaan selubung. Protein ini disebut Env, terdiri atas sebuah tutup
(cap) terbuat dari 3-4 molekul glycoprotein (gp)120, dan sebuah batang
yang terdiri atas 3-4 molekul gp41 sebagai rangka struktur dalam
envelope virus. Banyak penelitian untuk mengembangkan vaksin HIV
menggunakan protein envelope ini.
Inti (Core): dalam envelope partikel HIV yang sudah matang terdapat inti
berbentuk peluru yang disebut capsid, terbentuk dari 2000 turunan
protein virus lainnya, p24. Capsid tersebut mengelilingi dua helaian
tunggal RNA HIV, yang masing-masing memiliki 9 gen dari virus. Tiga di
2-5

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

antaranya adalah: gag, pol dan env, mengandung informasi yang


diperlukan untuk membuat protein terstruktur untuk partikel virus baru.
Gen env, misalnya, mengkode protein gp160 yang dipecah oleh enzim
virus untuk membentuk gp120 dan gp41, yang merupakan komponen
Env.
Tiga buah gen pengatur, tat, rev dan nef, dan tiga gen tambahan, vif,
vpr dan vpu, mengandung informasi yang diperlukan untuk memproduksi
protein yang mengatur kemampuan HIV menginfeksi suatu sel, membuat
turunan virus baru atau menimbulkan penyakit. Protein yang dikode oleh
nef, misalnya, menyebabkan virus dapat melakukan replikasi secara
efisien, dan protein yang dikode oleh vpu berpengaruh terhadap
pelepasan partikel virus baru dari sel yang diinfeksi.
Ujung-ujung setiap helaian RNA HIV mengandung sebuah rangkaian
RNA yang disebut LTR (long terminal repeat). Daerah dalam LTR
berfungsi sebagai saklar untuk mengatur produksi virus baru dan dapat
dipicu oleh protein HIV maupun protein sel-sel yang diinfeksi.
Inti HIV juga mencakup sebuah protein yang disebut p7, yaitu protein
nucleocapsid HIV; dan tiga buah enzim yang berperan dalam langkah
berikutnya dalam siklus hidup virus, yaitu: reverse transcriptase,
integrase dan protease. Protein HIV lainnya adalah p17, atau protein
matriks HIV, terletak antara inti dan envelope.
Replikasi HIV
Infeksi dimulai saat partikel HIV menemukan sel Th (T-helper) dengan
molekul permukaan yang disebut CD4. Partikel virus menggunakan gp120
untuk melekatkan dirinya pada membran sel, kemudian masuk ke dalam sel.
Dalam sel partikel virus melepaskan RNA-nya, dan enzim reverse
transcriptase kemudian mengubah RNA virus menjadi DNA. DNA HIV yang
baru ini kemudian masuk ke dalam inti sel dan dengan bantuan enzim
integrase dimasukkan ke dalam DNA sel hos (sel yang diinfeksi). Begitu
berada dalam gen DNA, DNA HIV ini disebut provirus.
DNA mengalami transkripsi, DNA HIV dibaca untuk menghasilkan protein
virus dalam bentuk rantai panjang. Selanjutnya protein virus menyatu dan
membentuk kapsid (kapsul) dan membuat tonjolan pada dinding sel lalu
melepaskan diri menjadi virus baru. HIV baru ini akhirnya mengalami
maturasi (pematangan) dan siap menginfeksi sel-sel lainnya.

1. Virus bebas
3. Infeksi: virus menembus
dan memasukkan isinya ke
dalam sel yang diinfeksi

2. Pendekatan dan pelebuaran:


virus menempel pada sel
melelui dua buah reseptor:
reseptor CD4 dan C CR5
Reseptor CD4
Reseptor C CR5

4. Reverve transcription: RNA


virus helai tunggal diubah menjadi
DNA helai ganda oleh enzim
reverse transcriptase

2-6

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

Gambar Tahapan Replikasi HIV


Disesuaikan dari: HIV Live Cycle, 2001.

Ringkasan tahap-tahap penting replikasi virus:


Pelekatan (Attachment): HIV melekat pada sebuah sel (sel CD4).
Peleburan (Fusion): HIV memasukkan bahan genetik (RNA, ribonucleic
acid) ke dalam sel bersama beberapa enzimnya (protein) seperti reverse
transcriptase, HIV protease (HIV protease) dan integrase.
Bahan genetik HIV (RNA) diubah menjadi bahan genetik sel (DNA) untuk
membuat turunan DNA. Langkah ini menggunakan enzim reverse transcriptase.
Penggabungan (Integration): Turunan DNA ini masuk ke dalam inti yang
mengandung bahan genetik sel dan bergabung dengan bahan genetik sel
tersebut. Dalam langkah ini dipergunakan enzim integrase.
Pembacaan dan penyalinan (transcription & translation): Setelah
penggabungan DNA virus dengan DNA sel, virus mengambil alih tugas
sel, berubah menjadi pabrik penghasil virus.
2-7

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

DNA virus membentuk cetakan yang diperlukan untuk membuat


turunannya. Cetakan ini meliputi bahan genetik dan perintah membuat
protein virus (genom virus).
Genom virus membentuk kapsid, lalu membentuk tonjolan pada dinding
sel dan melepaskan diri. Virus baru ini mengalami maturasi,
memotongmotong DNAnya menjadi virus-virus baru yang siap
menginfeksi sel-sel lainnya. Untuk memotong DNA virus tersebut
dipergunakan enzim protease.
HIV termasuk golongan retrovirus, gennya tersusun dari molekul
ribonucleic acid (RNA). Retrovirus, seperti semua virus, hanya mampu
memperbanyak diri (replikasi) dalam sel yang hidup oleh karena hanya
terdiri dari RNA dan tidak mengandung DNA. Retrovirus mempergunakan
RNA sebagai cetakan untuk membuat DNA.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Receptor CD4
Reverse transcriptase
DNA provirus HIV
Integrase
Antagonis TAT
Protease

Gambar Peran Enzim Dalam Replikasi HIV


Disesuaikan dari: ARIC's AIDS Image Gallery, 2002

2.2 HIV DAN AIDS


HIV (Human Immunodeficiency virus), termasuk familia retrovirus. Sel-sel
darah putih yang diserang oleh HIV pada penderita yang terinfeksi HIV
adalah sel-sel limfosit T (CD4) yang berfungsi dalam sistem imun
(kekebalan) tubuh. HIV memperbanyak diri dalam sel liomfosit yang
diinfeksinya dan merusak sel-sel tersebut, sehingga mengakibatkan sistem
imun terganggu dan daya tahan tubuh berangsur-angsur menurun.
Sebaliknya, akibat daya tahan tubuh yang melemah, mengakibatkan risiko
timbulnya penyakit oleh karena infeksi ataupun penyakit lain akan
meningkat. Hal-hal ini tidak akan terjadi dalam keadaan daya tahan tubuh
yang normal. Infeksi yang timbul oleh karena daya tahan tubuh yang
2-8

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

menurun itu disebut infeksi oportunistik atau opportunistic infections


(dibahas dalam Bab 8)
Ada dua tipe virus HIV yang penting, yaitu HIV-1 yang diidentifikasi pada
tahun 1984 di Amerika Serikat dan HIV-2 yang diidentifikasi dari penderita
AIDS di Afrika Barat pada tahun 1986. HIV-1 dan HIV-2 memiliki kesamaan
dalam struktur, cara penularan, dan infeksi oportunistik yang menyertainya.
Di samping itu, cara pencegahan dan penanggulangannya juga tidak
berbeda, tetapi memiliki daerah penyebaran yang berbeda. HIV-2 jarang
dijumpai di luar Afrika, dan memiliki masa inkubasi yang lebih panjang
dibandingkan dengan HIV-1.
AIDS adalah singkatan dari acquired immunodeficiency syndrome,
merupakan sekumpulan gejala-gejala yang dijumpai pada fase akhir dari
infeksi HIV. Gejala-gejala tersebut tergantung dari infeksi oportunistik yang
menyertai infeksi HIV tersebut.
Penurunan daya tahan tubuh akibat kerusakan sistem imun oleh HIV sampai
pada tingkat timbulnya AIDS memerlukan waktu beberapa tahun (bisa
sampai 15 tahun). Obat-obat antiretroviral dapat membantu mencegah
perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS, atau dapat memperbaiki kondisi
penderita AIDS.
Cara penularan
Melalui hubungan seksual tanpa menggunakan kondom. Hubungan
seks melalui vagina dan anus mempunyai risiko yang tinggi.
Sedangkan hubungan seks oral mempunyai risiko yang rendah.
Melalui jarum suntik dan/atau spuit yang dipergunakan bersama untuk
menyuntikkan obat-obatan atau steroids.
Infeksi dari ibu hamil ke pada bayinya, sewaktu sedang hamil,
melahirkan, atau sewaktu menyusui.
Waktu membuat tatoo atau tusukan jarum yang kotor.
Melalui transfusi, olahan darah, atau transplantasi organ tubuh. Cara
penularan ini sekarang jarang dijumpai di negara-negara maju, di
mana semua donor darah dan organ telah dites HIV.
HIV tidak ditularkan melalui tempat duduk WC atau sentuhan dengan
pengidap HIV. HIV juga tidak ditularkan melalui bersin, batuk, ludah atau
ciuman bibir (walaupun ada risiko secara teoritik melalui ciuman yang sangat
lekat, French kissing). Selain itu, virus HIV juga tidak ditularkan melalui
gigitan nyamuk atau kutu.
Sifat-sifat HIV yang berhubungan dengan penularan

2-9

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

Virus HIV-1 dan HIV-2 termasuk subfamili (golongan) lentivirus, yaitu virus
yang tidak menyebabkan kanker, tetapi dapat menyebabkan penyakit
menahun dengan masa inkubasi yang panjang, diikuti oleh timbulnya gejalagejala penyakit, kemudian baru menunjukkan penyakit yang sesungguhnya.
Risiko penularan HIV dipengaruhi terutama oleh jumlah virus (viral load)
yang ada di dalam cairan tubuh. Setiap orang yang terinfeksi HIV
mempunyai potensi untuk menularkan HIV, meskipun viral loadnya tidak
terdeteksi (<50 turunan virus/mm3). Semakin tinggi viral load semakin besar
potensi penularannya. Di samping itu ada faktor-faktor lain yang juga
berpengaruh seperti frekuensi hubungan, kekebalan tubuh dan lain-lain.
Jumlah virus pada cairan tubuh sangat bervariasi. Beberapa jenis cairan
tubuh mengandung virus dalam jumlah yang cukup banyak untuk bisa
menularkan virus, seperti dalam darah, semen (carian air mani), cairan
vagina dan serviks, air susu ibu, cairan dalam otak. Sedangkan air kencing,
air mata, keringat mengandung virus dalam jumlah kecil sehingga tidak
mempunyai potensi penularan.
Jumlah virus dalam tubuh orang dengan HIV/AIDS juga tidak menetap.
Pada fase awal (stadium I), jumlah virus cukup banyak, sedangkan saat
tubuh mulai membentuk antibodi jumlah virus akan menurun dalam darah.
Jumlah virus akan menjadi relatif stabil pada Stadium II, HIV positif tanpa
gejala, dan akhirnya akan semakin tinggi pada Stadium III dan IV (AIDS).
Pada pemakaian jarum suntik, jumlah virus memegang peran penting dalam
penularan di samping frekuensi bertukar jarum dengan yang lain. Virus
harus ada dalam jumlah cukup untuk bisa menular pada orang lain. Fakta
menunjukkan pada keadaan di mana sejumlah petugas medis tidak sengaja
tertusuk jarum bekas pakai pengidap HIV, ternyata risiko penularannya
sangat rendah (<0,5%). Diduga jarum tersebut tidak mengandung virus
dalam jumlah yang cukup untuk menular. Faktor-faktor lain yang juga
berperan dalam penularan melalui jarum suntik adalah kedalaman tusukan
(mengenai lapisan otot), adanya darah dalam jarum, dan bila pasien adalah
pengidap AIDS (mengandung HIV dalam jumlah yang lebih besar).
Dalam suatu hubungan seks, selain jumlah virus, frekuensi hubungan, jenis
hubungan, faktor hos juga memegang peran. HIV mempunyai kemampuan
menular sangat rendah dibandingkan dengan kuman/virus lain yang menular
melalui hubungan seks (gonore, klamidia, sifilis dan lain-lainnya). Dalam
satu hubungan seks, kemungkinan penularannya sekitar 5-15%. Walaupun
demikian, fakta yang ada menunjukkan ternyata HIV mampu untuk
menembus jaringan lunak yang sehat pada permukaan dalam dubur
maupun serviks. Sebelumnya HIV diperkirakan hanya bisa menembus
jaringan yang sakit (meradang) saja. Dengan demikian pasangan seks yang
tergolong risiko rendah juga dapat terinfeksi. Dalam keadaan ini diperkirakan
2-10

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

penularan HIV melalui sel-sel pada saluran kencing ataupun kulit yang
menutup penis (bila tidak disirkumsisi). Jadi, laki-laki yang tidak disirkumsisi
mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk tertular HIV dalam suatu hubungan
dengan pengidap HIV.
Adanya infeksi menular seksual (IMS) yang lain (misal GO, klamidia), dapat
meningkatkan risiko penularan HIV (2-5%). IMS ternyata dapat
meningkatkan jumlah HIV pada cairan semen ataupun vagina sehingga
mempunyai potensi penularan lebih besar. Sebuah studi pada laki-laki
dengan GO yang tidak diobati, ternyata kadar HIV dalam semen meningkat
sebesar 8%. Sebaliknya studi lain menunjukkan bahwa terapi pada IMS
akan menurunkan jumlah virus dalam cairan semen dan vagina. Faktor lain
yang memudahkan penularan HIV adalah adanya luka yang sering
menyertai IMS.
Sifat-sifat HIV yang berhubungan dengan pencegahan
HIV-1 dan HIV-2 seperti juga virus lainnya, bersifat sangat rentan (fragile),
mudah rusak karena perubahan lingkungan sekitarnya, termasuk karena
perubahan suhu (panas). Dengan air mendidih, atau panas kering (oven)
pada suhu 560 C selama 10-20 menit, HIV akan mati.
HIV bersifat obligat intraselular, artinya virus tersebut hanya bisa hidup dan
berkembangbiak di dalam sel. Bila berada di luar sel, virus bisa hidup untuk
beberapa lama (tergantung beberapa faktor), namun tidak bisa
berkembangbiak (replikasi). Beberapa studi menunjukkan bahwa HIV tidak
dapat hidup dalam darah yang mengering lebih dari 1 jam. Tetapi ada juga
penelitian yang menyatakan bahwa virus ini mampu bertahan hidup dalam
darah yang tertinggal di spuit (siring, tabung suntik) selama 4 minggu. Hal ini
masih membutuhkan penelitian lebih jauh.
HIV juga digolongkan sebagai retrovirus, yang mempunyai kemampuan
untuk membuat tiruan dirinya dengan cara yang berbeda dari virus yang
lain. Hal ini menyebabkan HIV menjadi lebih sulit untuk ditangani. Pada
dasarnya semua virus memang tidak bereaksi terhadap obat-obat antibiotik,
demikian juga halnya dengan HIV. Di samping itu HIV juga mampu
menyembunyikan dirinya dalam organ-organ tubuh yang sulit dicapai oleh
obat. Sehingga saat ini belum ada obat yang dapat membunuh HIV dengan
tuntas di dalam tubuh.
Meskipun demikian, HIV justru rentan terhadap bahan-bahan kimia seperti
formalin, sodium hidroklorida (pemutih/bleach), sodium hidroksida dan lainlain. Sifat inilah yang digunakan dalam pencegahan penularan HIV melalui
jarum suntik dan peralatan lainnya dengan pencucian memakai pemutih/
bleach. Karena bahan-bahan ini sama sekali tidak dapat diterima oleh tubuh
2-11

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

maka dalam proses pencucian selalu diakhiri dengan proses pembilasan


dengan air bersih.
Nonoxynol-9 adalah bahan kimia yang digunakan sebagai pencegah
kehamilan karena dapat membunuh sperma (spermisida). Dalam suatu studi
dapat dibuktikan bahwa bahan ini dapat membunuh HIV, sehingga bisa
dipakai untuk mencegah penularan HIV melalui hubungan seksual.
Masalahnya, banyak orang yang tidak tahan (alergi) dengan bahan ini, dan
justru sering terjadi peradangan dan luka-luka kecil yang memudahkan
penularan HIV. Karena itu bahan ini tidak direkomendasikan sebagai
pencegah penularan HIV dalam hubungan seks.
Gejala-gejala HIV/AIDS
Infeksi HIV dapat dibagi menjadi beberapa stadium. Cara pembagian ini ada
beberapa macam menurut kepentingan-kepentingan tertentu.
Jenis pembagian yang pertama membagi gejala-gejala HIV menjadi 3
stadium, yaitu: infeksi akut, kronik, dan AIDS.
Infeksi akut merupakan stadium paling dini dan singkat. Tidak semua
pengidap HIV (disebut ODHA = Orang dengan HIV/AIDS) menunjukkan
gejala-gejala, tapi kebanyakan menunjukkan gejala-gejala seperti flu
selama 3-6 minggu setelah infeksi. Gejala-gejalanya sama dengan flu
atau mononukleosis: panas dan rasa lelah yang berlangsung selama 1-2
minggu. Bisa disertai ataupun tidak gejala-gejala seperti:
Bisul dengan bercak kemerahan, biasanya pada tubuh bagian atas,
tidak gatal.
Sakit kepala.
Sakit pada otot-otot.
Sakit tenggorokan.
Pembengkakan kelenjar.
Diare (mencret).
Mual-mual.
Muntah-muntah.
Perhatian: bila seseorang berisiko terhadap HIV dan menunjukkan gejalagejala seperti flu tersebut, ia harus segera periksa ke dokter. Dokter
harus diberi tahu tentang risiko terinfeksi HIV, bila tidak, mungkin tes HIV
tidak akan dilakukan. Tes HIV yang sensitif dapat menjelaskan apakah
seseorang terinfeksi HIV akut atau tidak. Pengobatan pada stadium akut
dengan obat antiretroviral jauh lebih baik dibanding stadium yang lebih
lanjut. Tes HIV yang biasa tidak dapat mendeteksi infeksi yang akut.

2-12

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

Infeksi HIV kronik. Tubuh memberikan perlawanan yang hebat terhadap


virus HIV. Pada akhir perlawanan ini tubuh seolah-olah melakukan
gencatan senjata dengan virus. Infeksi kronik ini mulai 3-6 minggu
setelah infeksi. Pada stadium ini tidak menunjukkan gejala apapun,
seperti orang sehat. Pada umumnya, pada kebanyakan ODHA, stadium
ini berlangsung sampai 10 tahun.
Walaupun tidak menunjukkan gejala-gejala, akan tetapi sistem imun
berangsur-angsur menurun. Pada orang normal, didapatkan sel CD4
sebesar 450-1200 sel per ml. Bila sel CD4 menurun sampai 200 atau
kurang, maka ODHA akan masuk dalam stadium AIDS.
Gejala-gejala AIDS. AIDS bukan merupakan penyakit tersendiri,
melainkan sekumpulan gejala-gejala tergantung infeksi oportunistik yang
menyertai infeksi HIV tersebut. Oleh karena sistem imun telah rusak,
gejala-gejala penyakit menjadi khas tergantung jenis infeksi yang
menyertainya. Obat diberikan bila sel T (CD4) turun sangat rendah untuk
mencegah terjadinya infeksi.
Kadang-kadang ODHA tidak minta pertolongan dokter sampai terjadinya
AIDS. Gejala-gejala yang bisa dijumpai adalah:

Selalu merasa lelah.


Pembengkakan kelenjar pada leher atau lipatan paha.
Panas yang berlangsung lebih dari 10 hari.
Keringat malam.
Penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya.
Bercak keunguan pada kulit yang tidak hilang-hilang.
Pernafasan memendek.
Diare berat, berlangsung lama.
Infeksi jamur (candida) pada mulut, tenggorokan, atau vagina.
Mudah memar/perdarahan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya.

AIDS Council of NSW membagi Infeksi HIV menjadi 4 stadium, yaitu:


Stadium 1

Stadium 2

Stadium 3

Stadium 4
2-13

Infeksi primer:
Bila ODHA mengalami infeksi untuk pertama kali dengan
keluhan seperti flu.
Kelainan tanpa gejala:
ODHA tetap merasa sehat, hal ini dapat berlangsung sampai
beberapa tahun.
Kelainan dengan gejala-gejala:
ODHA mengalami gejala-gejala ringan seperti rasa lelah,
keringat malam, dll.
Kelainan berat:

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

ODHA mengalami gejala-gejala yang lebih berat oleh karena


daya tahan tubuh yang menurun (AIDS, Aquired
Immunodeficiency Syndroms).
Stadium 2, masa ODHA masih sehat, dulu disebut fase laten dan dianggap
HIV dalam tubuh dalam keadaan tidak aktif. Sekarang terbukti bahwa
anggapan ini ternyata tidak benar. Penelitian yang baru menunjukkan bahwa
HIV selalu dalam keadaan aktif.
Walaupun ODHA tidak merasakan gejala apapun pada stadium 2 ini, HIV
secara perlahan-lahan terus merusak sistem imun (kekebalan) tubuh. Bila
telah terjadi kerusakan yang cukup, ODHA akan mulai merasakan gejalagejala HIV dan mungkin terus berlanjut ke stadium 3 atau 4 (AIDS).
Menurut WHO, stadium infeksi HIV dibagi menjadi 4 (lihat Bab 4).
Pencegahan
HIV tidak mengenal siapa, HIV tidak mengenal kelompok, tapi HIV berisiko
terhadap perilaku. Cara yang paling lazim seseorang terinfeksi HIV adalah
melalui hubungan seksual dengan pengidap HIV. Tidak dapat dilihat apakah
seseorang terinfeksi HIV atau tidak. Hal ini berarti bahwa seseorang harus
melindungi dirinya sendiri dan pasangan seksualnya. Bagaimana cara
melakukan hal tersebut?
Jangan melakukan hubungan seksual.
Penularan tidak akan terjadi bila penis, bibir, vagina, atau anus tidak
pernah bersentuhan dengan penis, bibir, vagina, atau anus orang lain.
Ciuman, pijatan, dan saling masturbasi merupakan aktivitas seksual
yang aman.
Penggunaan kondom lateks atau poliuretan sewaktu melakukan
hubungan seks sangat mengurangi risiko penularan HIV, dan jangan
menggunakan kondom dari bahan kulit alami.
Seks oral tanpa menggunakan kondom lateks tidak aman, akan tetapi
lebih aman dibanding hubungan seksual penetratif lainnya tanpa
pelindung.
Penggunaan narkotika meningkatkan risiko penularan HIV. Hentikan
penggunaan narkotika tersebut bila ingin terhindar dari infeksi HIV. Risiko
pengguna narkotika terhadap infeksi HIV bisa diturunkan dengan cara:
Jangan melakukan hubungan seksual pada saat dalam keadaan high.
Dalam keadaan tersebut bisa lupa pada hubungan seksual yang
aman.
Bila harus menggunakan narkotika, jangan digunakan melalui
suntikan.
2-14

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

Bila harus menggunakan narkotika melalui suntikan, peralatan jangan


dipakai bersama.
Ibu dengan HIV harus melakukan tes HIV. Penggunaan obat anti HIV
selama hamil dapat menurunkan risiko penularan HIV pada bayi. Jangan
menyusui bayi, berikan susu buatan bila ibu terinfeksi HIV. Atau berikan ASI
kepada bayi dari ibu yang tidak terinfeksi HIV.
Hindarkan darah penderita mengenai luka pada kulit, mulut, atau mata.
Bila diperkirakan terpapar HIV, segera periksa ke dokter. Dan dianjurkan
untuk menggunakan obat anti HIV.
2.3 INFEKSI OPORTUNISTIK
Infeksi oportunistik (opportunistic infections / OIs): penyakit yang
disebabkan oleh organisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit bila
sistem imun tubuh dalam keadaan normal. ODHA dengan infeksi HIV berat
(pada stadium lanjut, sel T (CD4) dalam darah rendah, kurang dari 200/ml),
dapat mengalami infeksi oleh organisme tersebut dan menimbulkan
penyakit. Infeksi oleh karena organisme tersebut yang mengambil
kesempatan pada keadaan tubuh yang lemah itu disebut infeksi
oportunistik yang dapat mengenai jaringan atau organ tubuh seperti paru,
otak, mata, dan lain-lainnya.
Penggunaan obat-obat antiretroviral yang manjur dapat menurunkan
insidens infeksi oportunistik secara dramatik. Hal ini menunjukkan
peningkatan sel-sel imun, diikuti oleh pulihnya fungsi respon imun terhadap
antigen beberapa organisme oportunistik penting. Perkembangan infeksi
oportunistik dalam 2 bulan pertama setelah pengobatan dengan
antiretroviral yang efektif menunjukkan bahwa pemulihan tidak terjadi secara
sempurna, atau terjadi dengan lambat.
Infeksi oportunistik masih tetap merupakan komplikasi penting dari infeksi
HIV dan merupakan penyebab kematian yang utama bagi ODHA. walaupun
telah terjadi penurunan insidens infeksi oportunistik dengan penggunaan
obat-obat antiretroviral dan obat-obat pencegahan/profilaksis infeksi oportunistik, telah muncul koinfeksi sebagai komplikasi lain dari infeksi HIV.
Koinfeksi virus Hepatitis B dan C (HBV dan HCV) terus menunjukkan
peningkatan di negara-negara sedang berkembang. Tuberkulosis (TB)
merupakan sebuah petunjuk koinfeksi di seluruh dunia yang menyerang
ODHA. Kasus-kasus TB meningkat sebagian besar dipicu oleh terjadinya
epidemi HIV.
HIV tidak membunuh ODHA secara langsung, melainkan daya tahan tubuh
yang rendah untuk melawan penyakit. Infeksi yang pada orang dengan
2-15

Otak
Toxoplasmosis (Toxo)
Cryptococcal meningitis
Mata
Cytomegalovirus
(CMV)

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

sistem imun yang normal sangat jarang dijumpai, dapat membunuh bila
menginfeksi ODHA.

Gambar Organ Tubuh Berhubungan dengan Infeksi Oportunistik


Disesuaikan dari: Opportunistic Infections, 2001.

ODHA dapat mengalami berbagai infeksi yang disebut infeksi oportunistik.


Banyak di antara infeksi ini merupakan penyakit yang berat, dan harus
diobati. Beberapa di antaranya juga dapat dicegah.
Infeksi oportunistik dan kelainan lain yang dapat dijumpai pada orang yang
terinfeksi HIV adalah:
Infeksi bakteri dan mikobakteria

Mycobacterium avium complex (MAC, MAI)


Salmonellosis
Syphilis and Neuroshyphilis
Turberculosis (TB)
Bacillary angiomatosis (cat scratch disease)

2-16

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

Infeksi jamur (fungi)

Aspergillosis
Candidiasis (thrush, yeast infection)
Coccidioidomycosis
Cryptococcal meningitis
Histoplasmosis

Infeksi protozoa

Cryptosporidiosis
Isosporiasis
Microsporidiosis
Pneumocystis carinii pneumonia (PCP)
Toxoplasmosis

Infeksi virus

Cytomegalovirus (CMV)
Hepatitis
Herpes simplex (HSV, genital herpes)
Herpes zoster (HZV, shingles)
Human papiloma virus (HPV, genital warts, cervical cancer)
Molluscum contagiosum
Oral Hairy Leukoplakia (OHL)
Progressive Multifocal Leukoencephalopathy (PML)

Keganasan (kanker)
Kaposi's sarcoma
Lymphoma
Systemic Non-Hodgkin's Lymphoma (NHL)
Primary CNS Lymphoma
Kelainan neurologik
AIDS Dementia Complex (ADC)
Peripheral Neuropathy
Komplikasi dan kelainan lainnya
Ulkus Aptosa
Malabsorpsi
2.4 FAKTA-FAKTA HIV SEBAGAI PENYEBAB AIDS
2-17

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

Definisi AIDS
Menurut CDC (The Centers for Disease Control): AIDS pada orang dewasa
atau remaja umur 13 tahun atau lebih adalah terdapatnya satu dari 26
keadaan yang menunjukkan imunosupresi berat yang berhubungan dengan
infeksi HIV, seperti Pneumocystis carinii pneumonia (PCP), suatu infeksi
paru yang sangat jarang terjadi pada penderita yang tidak terinfeksi HIV.
Kebanyakan keadaan-keadaan yang berkaitan dengan definisi AIDS
mencakup infeksi oportunistik (OI) yang jarang menimbulkan bahaya pada
orang yang sehat. Diagnosis AIDS juga diberikan kepada penderita infeksi
HIV dengan sel T CD4+ kurang dari 200/ml darah. Untuk anak-anak di
bawah 13 tahun, definisi AIDS sama dengan untuk orang dewasa dan
remaja, kecuali pneumonitis interstisial limfoid dan infeksi bakteri berulang
yang juga dimasukkan dalam daftar keadaan-keadaan dalam definisi AIDS.
Penyebutan "AIDS" merupakan alat surveilans. Definisi surveilans dari
AIDS telah terbukti berguna secara epidemiologik untuk menelusuri dan
mengukur wabah imunosupresi (penurunan kekebalan tubuh) akibat infeksi
HIV yang baru terjadi dan manifestasinya. Walaupun demikian, HIV hanya
mewakili fase akhir dari proses patogenik yang progresif dan berlanjut, yang
dimulai dari infeksi primer oleh HIV, berlanjut dengan fase kronik yang
biasanya tanpa gejala, dan diikuti dengan gejala-gejala berat yang progresif,
dan akhirnya terjadi imunodefisiensi berat dan infeksi oportunistik dan
kanker.
Fakta-fakta bahwa penyebab AIDS adalah HIV
Fakta-fakta di bawah ini adalah bukti bahwa penyebab AIDS adalah HIV.
Sebelum kemunculan HIV, penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan AIDS seperti PCP, KS dan MAC jarang dijumpai di negaranegara maju; sekarang, biasa dijumpai pada ODHA.
Sebelum munculnya HIV, keadaan-keadaan yang berhubungan dengan
AIDS seperti Pneumocystis carinii pneumonia (PCP), Kaposi's sarcoma (KS)
dan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium avium complex (MAC)
tidak lazim dan jarang dijumpai di Amerika Serikat. Dalam survai tahun
1967, hanya dijumpai 107 kasus PCP yang disebutkan dalam literatur
kedokteran, semuanya dijumpai di antara penderita yang menunjukkan
keadaan supresi imun. Sebelum epidemi AIDS, insiden tahunan Kaposi's
sarcoma di Amerika Serikat adalah 0.2 sampai 0.6/1.000.000 penduduk, dan
hanya 32 penderita MAC yang disebutkan dalam literatur kedokteran.
Sampai akhir tahun 1999, CDC menerima laporan 166.368 penderita
terinfeksi HIV di Amerika Serikat yang telah terdiagnosa PCP, 46.684 KS,
dan 41.873 MAC.
2-18

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

AIDS dan infeksi HIV mempunyai hubungan yang konsisten dalam hal
waktu, tempat, dan kelompok populasi.
Sejarahnya, kejadian AIDS pada manusia hampir selalu mengikuti kejadian
HIV. Di Amerika Serikat, kasus AIDS yang pertama dilaporkan pada tahun
1981 diantara homoseksual di New York dan California. Pemeriksaan
kembali terhadap sampel darah yang telah diawetkan (dibekukan) dari
kelompok gay menunjukkan terdapatnya antibodi HIV sejak tahun 1978, tapi
tidak sebelumnya. Setelah itu, di setiap negara dan kota di mana AIDS
muncul, fakta menunjukkan bahwa infeksi HIV terjadi hanya beberapa tahun
sebelum terjadinya AIDS.
Banyak penelitian menyimpulkan bahwa hanya satu faktor, yaitu HIV,
yang dapat memprediksi apakah seseorang akan mengalami AIDS.
Infeksi virus lainnya, infeksi bakteri, pola perilaku seksual dan pola
penyalahgunaan obat tidak bisa memprediksi apakah seseorang akan
mengalami AIDS. Individu dari berbagai latar belakang, termasuk laki-laki
dan wanita heteroseksual, homoseksual, hemofili (darah tidak bisa
membeku) dan penerima transfusi, pengguna obat suntik dan bayi yang
telah berkembang menjadi AIDS, hanya oleh karena faktor yang sama yaitu
telah terinfeksi oleh HIV
Banyak pemeriksaan darah menunjukkan bahwa AIDS biasa dijumpai
pada masyarakat dimana banyak orang memiliki antibodi HIV.
Sebaliknya, pada masyarakat dengan kejadian antibodi HIV yang
rendah, AIDS sangat jarang dijumpai.
Misalnya, di Zimbabwe, negara bagian selatan Afrika (jumlah penduduk 11,4
juta), lebih dari 25% penduduk dewasa umur 15-49 tahun diperkirakan
positif HIV. Sampai bulan Nopember 1999, 74.000 kasus AIDS dilaporkan
ke WHO. Sebaliknya, di Madagaskar, negara sebuah pulau di pesisir
tenggara Afrika (jumlah penduduk 15,1 juta) dengan angka kejadian yang
sangat rendah, dilaporkan ke WHO hanya 37 kasus AIDS sampai bulan
Nopember 1999.
Pada pengamatan sekelompok orang, penurunan kekebalan tubuh
yang berat dan penyakit yang didefinisikan sebagai AIDS terjadi secara
mencolok pada individu yang terinfeksi HIV.
Sebaliknya, pada kelompok lain yang serupa yaitu individu dengan pola
hidup yang sama tetapi tidak dengan infeksi HIV, kenyataannya tidak
menderita gejala-gejala seperti ini.
Sebagai contoh, pada pengamatan sekelompok orang di Vancouver, peneliti
mengikuti 715 laki-laki homoseksual selama lebih kurang 8,6 tahun. Setiap
kasus AIDS pada penelitian ini terjadi pada individu yang positif terhadap
2-19

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

antibodi HIV. Tidak ada penyakit yang didefinisikan sebagai AIDS terjadi
pada individu yang tetap negatif terhadap antibodi HIV, walaupun
kenyataannya sebagai pengguna obat dan melakukan hubungan seksual
melalui anus.
Dalam beberapa penelitian yang dilakukan, ditemukan angka kematian
yang jauh lebih tinggi pada individu dengan HIV positif dibanding
individu yang HIV negatif.
Peningkatan angka kematian pada penderita HIV positif juga telah
ditemukan secara konsisten pada penelitian di negara-negara maju,
mungkin terbanyak pada penderita hemofili. Misalnya, 6.278 penderita
hemofili diteliti di Inggris antara tahun 1977-1991. Di antara 2.448 penderita
hemofili berat, angka kematian per tahunnya konstan sebesar 8 per 1.000
dalam tahun 1985-92 pada penderita hemofili berat yang negatif HIV,
kematian meningkat tajam pada penderita yang menjadi positif HIV setelah
mendapatkan transfusi dalam ta-hun 1979-1986, mencapai 81 per 1.000.
Profil imunologik yang khas untuk AIDS, yaitu sel-T CD4+ yang tetap
rendah, tidak lazim dan jarang dijumpai bila tidak terjadi infeksi HIV
atau penyebab imunosupresi lain yang diketahui.
Misalnya pada penelitian MACS, telah dilakukan 22.643 kali tes CD4
terhadap 2.713 laki-laki yang negatif HIV. Hasil pemeriksaan menunjukkan
hanya seorang yang memiliki sel-T CD4+ yang lebih rendah dari 300 sel/ml.
Orang ini ternyata minum obat lain yang berpengaruh terhadap hasil
pemeriksaan CD4.
Hampir semua ODHA memiliki antibodi HIV
Survei pada 230.179 orang dengan AIDS di Amerika Serikat menunjukkan
bahwa hanya 299 individu yang HIV negatif. Evaluasi terhadap 172 dari 299
pengidap tersebut ditemukan 131 yang benar-benar positif; dan 34 orang
meninggal sebelum pemeriksaan serum sempat dilakukan.
HIV sebenarnya dapat dideteksi pada setiap ODHA
Tes yang sensitif yang dikembangkan akhir-akhir ini, termasuk polymerase
chain reaction (PCR) dan teknik kultur yang lebih maju, memungkinkan para
peneliti mampu menemukan HIV pada ODHA dengan beberapa
perkecualian. HIV berkali-kali telah diisolasi dari darah, cairan sperma dan
cairan vagina penderita AIDS, temuan-temuan yang konsisten dengan data
epidemiologis yang menunjukkan penularan AIDS melalui aktivitas seksual
dan kontak dengan darah yang terinfeksi.

2-20

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

Kembaran yang terinfeksi HIV berkembang menjadi AIDS, sedangkan


kembaran yang tidak terinfeksi tidak berkembang menjadi AIDS
Peneliti-peneliti telah mendokumentasikan kasus ibu-ibu yang terinfeksi HIV
yang melahirkan bayi kembar, dan satu diantaranya terinfeksi HIV dan yang
lainnya tidak. Anak yang terinfeksi HIV berkembang menjadi AIDS, dan yang
lainnya tetap normal baik klinik maupun imunologik.
Penelitian-penelitian tentang kasus AIDS yang diperoleh dari transfusi
secara konsisten menemukan HIV pada penerima darah seperti halnya
pada pendonor darah.
Banyak penelitian menunjukkan hubungan yang hampir sempurna antara
kejadian AIDS dalam darah penerima dan darah pendonor, dan fakta
tentang strain (tipe) HIV yang serupa pada penerima dan pendonor.
HIV menyebabkan kematian limfosit T CD4+ in vitro dan in vivo (di
dalam tubuh).
Sel T CD4+ adalah sel yang menyusut pada pengidap HIV. Walaupun
hilangnya sel T CD4+ bukan merupakan satu-satunya kerusakan imun pada
penderita AIDS, pemeriksaan bahwa HIV juga menginfeksi dan merusak
selsel ini in vitro (di luar tubuh) membuktikan suatu hubungan yang jelas
antara HIV dan kemampuan regenerasi AIDS.
Di antara orang yang terinfeksi HIV yang mendapat pengobatan anti
HIV, yang menunjukkan respons penurunan viral load sampai tingkat
yang rendah ternyata jauh lebih kecil jumlahnya berkembang menjadi
AIDS atau meninggal dibandingkan dengan yang tidak menunjukkan
respon terhadap pengobatan. Hal tersebut tidak akan terjadi bila HIV
tidak memegang peran sentral sebagai penyebab AIDS.
Uji klinik pada anak-anak dan orang dewasa yang terinfeksi HIV
menunjukkan adanya hubungan antara respons virologik yang baik terhadap
pengobatan dan penurunan risiko timbulnya AIDS dan kematian.
Efek ini juga terlihat dalam praktek klinik sehari-hari. Misalnya, pada analisis
2.674 penderita yang terinfeksi HIV yang mulai dengan pengobatan dengan
antiretroviral kombinasi (HAART) dalam tahun 1995 -1998, 6,6% dari
penderita yang viral load-nya mencapai dan tetap tidak terdeteksi
berkembang menjadi AIDS atau meninggal dalam 30 bulan, dibandingkan
dengan 20,1% pada penderita yang tidak pernah mencapai viral load tak
terdeteksi.
HIV memenuhi postulat Koch sebagai penyebab AIDS
Postulat Koch tentang penyebab penyakit menentukan bahwa:
2-21

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

1) penyebab yang diperkirakan harus mempunyai hubungan yang kuat


dengan penyakit,
2) agen dapat diisolasi dan dibiakkan di luar tubuh penderita, dan
3) penularan agen pada penjamu yang tidak terinfeksi, manusia atau
hewan, menimbulkan penyakit pada penjamu tersebut.
Berhubungan dengan postulat 1), banyak penelitian di seluruh dunia
menemukan bahwa orang dengan AIDS adalah positif HIV, yang berarti
mengandung antibodi yang menunjukkan adanya infeksi HIV.
Berhubungan dengan postulat 2), teknik baru telah memungkinkan isolasi
HIV pada semua penderita AIDS, demikian pula pada hampir semua
pengidap HIV baik pada penyakit stadium dini maupun lanjut.
Postulat 3) telah terpenuhi pada insiden yang menyangkut tiga orang
petugas laboratorium tanpa faktor risiko lain, yang menderita gejalagejala AIDS atau imunosupresi berat setelah terpapar secara tidak
sengaja oleh biakan HIV terkonsentrasi di laboratorium. Pada ketiga
kasus tersebut dapat diisolasi HIV, yang berkaitan dan menunjukkan
strain virus yang menginfeksi tersebut.
Sebagai tambahan, sampai bulan Desember 1999, CDC telah menerima
laporan 56 petugas kesehatan di Amerika Serikat yang tercatat terinfeksi
HIV berhubungan dengan pekerjaannya, 25 di antaranya berkembang
menjadi AIDS tanpa faktor risiko lainnya. Terjadinya AIDS setelah
serokonversi (perubahan dari HIV negatif menjadi HIV positif) yang
diketahui, secara konsisten juga terlihat pada kasus-kasus transfusi darah
anak-anak dan dewasa, pada penularan dari ibu ke anak, dan pada
penelitian-penelitian hemofilia, pengguna narkotik injeksi, dan penularan
melalui hubungan seks di mana serokonversi dapat dicatat melalui
pemeriksaan sampel darah secara berulang.
2.5 MITOS YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIV
Mitos: testing antibodi HIV tidak reliabel
Fakta: diagnosa infeksi menggunakan testing antibodi merupakan salah
satu konsep yang terbaik dan konsisten dalam bidang kedokteran. Tes-tes
antibodi HIV melebihi ketelitian tes penyakit infeksi lainnya baik dalam
sensitivitas (kemampuan tes untuk mendapatkan hasil positif bila pengidap
yang dites memang benar mengidap penyakit) maupun spesifisitas (kemampuan tes untuk menunjukkan hasil negatif pada pengidap yang sebenarnya
memang tidak mengidap penyakit). Tes antibodi yang ada sekarang
mempunyai sensitivitas dan spesifisitas melebihi 98% dan angka tersebut
amat sangat reliabel.
Kemajuan dalam cara pemeriksaan juga mampu mendeteksi bahan-bahan
genetik virus, antigen dan virus itu sendiri dalam cairan dan sel-sel tubuh.
2-22

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

Meskipun tidak dipergunakan secara rutin karena biaya yang tinggi dan
persyaratan peralatan laboratorium, teknik pemeriksaan secara langsung ini
lebih jelas membuktikan validitas dari tes antibodi tersebut.
Mitos: Tidak ada AIDS di Afrika. AIDS tidak lebih dari nama baru dari
penyakit-penyakit lama.
Fakta: Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan AIDS di Afrika, seperti
sindroma kekurusan, diare dan TB, telah dijumpai sejak dahulu. Tetapi,
angka kematian yang tinggi dari penyakit ini, dulu terbatas pada orang tua
dan penderita malnutrisi saja, dan sekarang biasa dijumpai pada penderita
dengan infeksi HIV usia muda dan setengah baya.
Misalnya, pada penelitian di Cote d'Ivoire, pengidap HIV dengan TB paru
meninggal lebih dari 17 kali lipat dalam 6 bulan dibandingkan penderita
negatif HIV dengan TB paru. Di Malawi, dalam 3 tahun kematian anak yang
telah mendapat imunisasi semasa bayi dan yang hidup dalam tahun
pertama, 9,5 kali lebih tinggi pada anak yang positif HIV dibanding anak
yang negatif HIV. Penyebab utama kematian adalah sindroma kekurusan
dan kelainan pernapasan. Temuan yang sama dijumpai di tempat lainnya di
Afrika.
Mitos: HIV bukan merupakan penyebab AIDS oleh karena
penelitipeneliti tidak bisa menjelaskan secara tepat bagaimana
HIV merusak sistem imun.
Fakta: Banyak yang telah diketahui tentang patogenesis penyakit HIV,
walaupun rincian pentingnya masih harus diuraikan. Namun demikian,
pemahaman yang lengkap tentang patogenesis suatu penyakit tidak
merupakan prasyarat untuk mengetahui penyebabnya. Kebanyakan
penyebab infeksi telah dikaitkan dengan penyakit yang disebabkannya jauh
sebelum mekanisme patogenesisnya ditemukan. Oleh karena penelitian
tentang patogenesis merupakan hal yang sulit bila model hewan yang tepat
tidak ada, mekanisme penyebab penyakit pada banyak penyakit, termasuk
TB dan hepatitis B tidak dipahami dengan jelas. Bila alasan ini yang dipakai
dasar maka kesimpulan yang dibuat seharusnya M. tuberkulosis bukanlah
penyebab TB atau virus hepatitis B bukanlah penyebab penyakit hati.

Mitos: AZT dan obat antiretroviral lainnya yang menyebabkan AIDS,


bukan HIV.
Fakta: Sebagian besar orang dengan AIDS tidak pernah mendapat obat
anti-retroviral, termasuk ODHA di negara-negara maju sebelum
diperbolehkannya penggunaan AZT tahun 1987, dan ODHA di negara2-23

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

negara sedang berkembang sekarang dimana sangat sedikit ODHA yang


memiliki akses terhadap pengobatan ini.
Seperti halnya obat-obat untuk setiap penyakit yang berat, obat-obat
antiretroviral dapat menimbulkan efek samping yang toksik (berat).
Walaupun begitu, tidak ada bukti bahwa obat-obat antiretroviral
menyebabkan imunosupresi berat yang tergolong AIDS, dan banyak bukti
bahwa pengobatan dengan anti-retroviral, bila dipergunakan menurut
petunjuk yang betul, dapat meningkatkan lama dan kualitas hidup dari orang
yang terinfeksi HIV.
Pada tahun 1980-an, uji klinik pada penderita AIDS menemukan bahwa AZT
yang diberikan sebagai pengobatan dosis tunggal memberikan keuntungan
hidup yang sedang (dan jangka pendek) dibandingkan dengan plasebo (pil
atau kapsul tepung). Diantara orang yang terinfeksi HIV yang belum
berkembang menjadi AIDS, uji klinis mendapatkan bahwa AZT yang
diberikan sebagai pengobatan dosis tunggal memperlambat waktu timbulnya
penyakit yang berhubungan dengan AIDS sampai 1-2 tahun. Pada tindak
lanjut jangka panjang, penelitian ini tidak menunjukkan faedah AZT secara
bermakna, tetapi juga tidak pernah menunjukkan bahwa obat ini
meningkatkan progresivitas penyakit dan kematian. Rendahnya kasus-kasus
AIDS dan kematian pada kelompok yang mendapat AZT dari uji klinis ini
secara efektif dapat membantah anggapan bahwa AZT menyebabkan AIDS.
Uji klinis selanjutnya menemukan bahwa ODHA yang memperoleh
kombinasi dua obat, menunjukkan perpanjangan waktu untuk menjadi AIDS
dan dalam hal bertahan hidup sampai 50% bila dibandingkan dengan
penderita yang memperoleh pengobatan dosis tunggal. Dalam tahun-tahun
yang lebih belakangan ini, pengobatan kombinasi 3 jenis obat
mengakibatkan 50% sampai 80% perbaikan dalam progresivitas menjadi
AIDS dan bertahan hidup bila dibandingkan dengan kombinasi 2 jenis obat
dalam uji klinik. Penggunaan pengobatan dengan kombinasi obat anti HIV
yang manjur berhasil menurunkan secara drastis insiden AIDS dan kematian
yang berhubungan dengan AIDS pada populasi di mana obat-obat ini bisa
diperoleh, suatu efek yang jelas tidak akan dijumpai bila obat-obat
antiretroviral menyebabkan AIDS.

Mitos: Faktor perilaku seperti penggunaan narkoba dan berganti-ganti


pasangan seksual bertanggung jawab terhadap AIDS.
Fakta: Penyebab-penyebab perilaku dari AIDS yang diusulkan, seperti
berganti-ganti pasangan seksual dan penggunaan narkotik jangka panjang,
telah ada selama bertahun-tahun. Epidemi AIDS, yang ditandai oleh adanya
2-24

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

infeksi oportunistik yang dulu jarang ditemui seperti Pneumocystis carinii


pneumonia (PCP) tidak terjadi di Amerika Serikat sampai human retrovirus
yang sebelumnya tidak dikenal, yaitu HIV, menyebar melalui kelompok
masyarakat tertentu.
Fakta yang membantah hipotesis bahwa faktor-faktor perilaku menyebabkan
AIDS datang dari penelitian-penelitian terbaru yang telah mengikuti kohort
laki-laki homoseksual dalam jangka waktu yang lama dan mendapatkan
bahwa hanya laki-laki HIV positif yang berkembang menjadi AIDS.
Sebagai contoh, pada penelitian terhadap 715 laki-laki homoseksual di
Vancouver, tidak ada penyakit yang didefinisikan sebagai AIDS terjadi pada
350 orang yang HIV negatif walaupun nyatanya orang ini dilaporkan sebagai
pengguna nitrit hirup (poppers) dan narkoba lainnya, dan sering melayani
hubungan melalui anus.
Penelitian-penelitian lain menunjukkan bahwa diantara laki-laki homoseksual
dan pengguna narkoba suntik, penurunan imunitas yang khas yang
menunjukkan AIDS yaitu hilangnya sel T CD4+ secara progresif dan terusmenerus -- amat sangat jarang terjadi bila tidak ada keadaan-keadaan
imunosupresi lainnya. Pada penelitian kohort AIDS multisenter, lebih dari
22.000 pemeriksaan sel T pada 2.713 laki-laki homoseksual HIV negatif
hanya menemukan satu orang yang menunjukkan sel T CD4+ yang tetap di
bawah 300 sel/mm3, dan individu ini telah mendapat pengobatan
imunosupresif.
Dalam suatu survei terhadap 229 pengguna narkoba suntik yang HIV negatif
di New York City, rata-rata sel T CD4+ kelompok tersebut secara konsisten
lebih dari 1000 sel/mm3. Hanya dua orang yang memiliki sel T CD4+ kurang
dari 300/mm3, seorang di antaranya meninggal oleh karena penyakit jantung
dan limfoma non-Hodgkin tercatat sebagai penyebab kematiannya. Pada
penelitian lainnya, pecandu-pecandu heroin jangka panjang yang HIV
negatif, mempunyai rata-rata sel T CD4+ sebesar 1500/mm3, sedangkan 11
orang kontrol yang sehat memiliki sel T CD4+ sebesar 820/mm3.

Mitos: AIDS pada penerima transfusi disebabkan oleh penyakit dasar


yang mengharuskannya untuk transfusi, bukan oleh HIV.
Fakta: Dugaan ini bertentangan dengan laporan dari the Transfusion Safety
Study Group (TSSG), yang membandingkan penerima darah negatif HIV
2-25

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

dan positif HIV yang telah diberikan transfusi karena penyakit yang sama.
Kira-kira tiga tahun setelah transfusi, rata-rata sel T CD4+ pada 64 penerima
darah negatif HIV adalah 850/mm3, sedangkan 111 orang positif HIV
memiliki rata-rata sel T CD4+ sebesar 375/mm3. Sampai tahun 1993,
terdapat 37 kasus AIDS pada kelompok yang terinfeksi HIV, tapi tidak
seorangpun yang menderita AIDS pada penerima transfusi yang HIV
negatif.
Mitos: Penggunaan faktor pembekuan (clotting factor) yang tinggi yang
menyebabkan penurunan sel T CD4+ dan AIDS pada penderita
hemofilia, bukan HIV.
Fakta: Pandangan ini bertentangan dengan beberapa penelitian besar.
Misalnya, diantara penderita HIV negatif dengan hemofilia A yang
dimasukkan dalam Studi Keamanan Transfusi, tidak ada perbedaan yang
bermakna da-lam jumlah sel T CD4+ yang ditemukan antara 79 penderita
yang tidak diberikan atau diberikan sedikit faktor pembekuan dengan 52
penderita yang mendapat faktor pembekuan yang besar sepanjang
hidupnya. Kedua kelompok penderita memiliki sel T CD4+ dalam batas
normal. Pada laporan lain dari suatu studi keamanan transfusi, tidak ada
kelainan yang didefinisikan sebagai AIDS di antara 402 penderita hemofilia
dengan HIV negatif yang telah menerima pengobatan dengan faktor
pembekuan.
Mitos: Distribusi kasus-kasus AIDS memberikan keragu-raguan pada
HIV sebagai penyebab. Virus tidak memiliki sifat khas terhadap
jender (jenis kelamin), nyatanya hanya sebagian kecil AIDS
dijumpai pada perempuan.
Fakta: Distribusi kasus-kasus AIDS, baik di Amerika Serikat maupun tempat
lain di dunia, secara konsisten memberikan gambaran prevalensi HIV pada
suatu populasi. Di Amerika Serikat, HIV mula-mula muncul pada populasi
laki-laki homoseksual dan pengguna narkoba suntik, yang kebanyakan lakilaki. Oleh karena HIV menular terutama melalui hubungan seksual atau
pertukaran jarum suntik yang tercemar HIV selama penggunaan narkoba
suntik, tidaklah mengherankan bila kasus AIDS di Amerika Serikat umumnya
terjadi pada laki-laki.
Akan tetapi, infeksi HIV pada perempuan di Amerika Serikat menunjukkan
peningkatan, umumnya melalui jarum suntik yang terinfeksi HIV atau
hubungan seksual dengan laki-laki yang terinfeksi HIV. CDC memperkirakan
bahwa 30% infeksi HIV baru di Amerika Serikat tahun 1998 adalah pada
perempuan. Karena jumlah perempuan yang terinfeksi HIV meningkat,
demikian pula dengan jumlah penderita AIDS pada perempuan. Dalam
tahun 1998, sekitar 23% kasus-kasus AIDS pada orang dewasa/remaja di
2-26

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

Amerika Serikat adalah pada perempuan. Dalam tahun yang sama, AIDS
merupakan penyebab ke 5 terbesar dari kematian perempuan umur 25-44
tahun di A.S.
Di Afrika, HIV pertama kali dikenal pada kelompok heteroseksual yang aktif
seksual, dan kasus-kasus AIDS di Afrika terjadi hampir sama pada laki-laki
maupun perempuan. Secara keseluruhan, distribusi infeksi HIV dan AIDS di
seluruh dunia antara laki-laki dan perempuan adalah 1:1.
Mitos: HIV tidak dapat menjadi penyebab AIDS karena tubuh
mengembangkan respons antibodi yang kuat terhadap virus
tersebut.
Fakta: Alasan ini mengabaikan banyak contoh virus selain HIV yang bisa
menjadi patogen setelah timbulnya kekebalan. Virus campak mungkin
bertahan bertahun-tahun dalam sel-sel otak, yang akhirnya menimbulkan
penyakit neurologik kronik meskipun ada antibodi. Virus-virus seperti
cytomegalovirus, herpes simplex dan varicella zoster mungkin aktif kembali
setelah bertahun-tahun berada dalam fase laten walaupun terdapat antibodi
dalam jumlah besar. Pada binatang, keluarga virus HIV dengan masa laten
yang panjang dan bervariasi, seperti virus visna pada domba, menyebabkan
kerusakan susunan saraf pusat bahkan setelah pembentukan antibodi.
Juga, HIV diketahui dengan baik sanggup melakukan mutasi untuk
menghindari respons imun tubuh yang berlangsung secara terus menerus.
Mitos: Hanya sebagian kecil sel T CD4+ yang diinfeksi oleh HIV, tidak
cukup untuk merusak sistem imun.
Fakta: Teknik baru seperti PCR menjadikan para ilmuan mampu
menunjukkan bahwa jauh lebih banyak sel T CD4+ yang terinfeksi dari yang
diperkirakan sebelumnya, khususnya pada jaringan limfoid. Makrofag dan
jenis sel lainnya juga terinfeksi oleh HIV dan menjadi sumber penampungan
virus. Walaupun bagian sel T CD4+ yang terinfeksi oleh HIV dalam suatu
waktu tidak pernah tinggi sekali (hanya sebagian kecil sel-sel yang
teraktivasi menjadi sasaran infeksi yang baik), beberapa kelompok
menunjukkan bahwa siklus kematian yang cepat dari sel-sel yang terinfeksi
dan infeksi pada sel sasaran yang baru terjadi selama perjalanan penyakit.

Mitos: HIV bukan penyebab AIDS karena banyak individu yang


terinfeksi HIV tidak berkembang menjadi AIDS.

2-27

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

Fakta: Penyakit HIV mempunyai perjalanan yang panjang dan bervariasi.


Median waktu antara infeksi dan onset timbulnya gejala-gejala klinik
diperkirakan 10 tahun, berdasarkan penelitian prospektif dari laki-laki
homoseksual yang waktu serokonversinya diketahui. Perkiraan yang sama
dari fase asimtomatik telah dibuat untuk penerima transfusi darah yang
terinfeksi HIV, pengguna narkoba suntik dan penderita hemofilia dewasa.
Seperti banyak penyakit, banyak faktor yang berpengaruh terhadap
perjalanan penyakit HIV. Faktor umur atau perbedaan genetik di antara
penderita, tingkat virulensi masing-masing strain virus, seperti juga halnya
pengaruh faktor eksogen seperti koinfeksi oleh mikroba lain mungkin ikut
menentukan angka dan beratnya ekspresi penyakit HIV. Sama juga halnya
pada penderita infeksi hepatitis B, ada yang tidak menunjukkan gejala atau
hanya jaundice (sakit kuning) dan dapat membersihkan infeksinya,
sedangkan yang lainnya menderita penyakit dari radang hati kronik sampai
sirosis dan karsinoma hepatoselular. Kofaktor kemungkinan juga ikut
menentukan mengapa beberapa perokok berkembang menjadi kanker paru,
sedangkan yang lainnya tidak.
Mitos: Beberapa orang menunjukkan banyak gejala berhubungan
dengan AIDS, tetapi tidak mengalami infeksi HIV.
Fakta: Kebanyakan gejala-gejala AIDS ditimbulkan oleh timbulnya infeksi
oportunistik dan kanker yang berhubungan dengan imunosupresif yang disebabkan oleh HIV.
Namun demikian, imunosupresif memiliki banyak kemungkinan penyebab
lain. Seseorang yang menggunakan glukokortikoid (salah satu jenis obat
anti radang/alergi) dan/atau obat-obat imunosupresif untuk mencegah
penolakan transplantasi atau untuk penyakit autoimun dapat menjadi lebih
rentan terha-dap infeksi yang tidak lazim terjadi, demikian pula individu
dengan sifat-sifat genetik tertentu, malnutrisi berat dan jenis kanker tertentu.
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa jumlah kasus tersebut meningkat,
sedangkan banyak fakta epidemiologik menunjukkan peningkatan yang
mengejutkan dalam kasus imunosupresif di antara individu yang memiliki ciri
yang sama yaitu infeksi HIV.

Mitos: Spektrum infeksi yang berhubungan dengan AIDS yang terlihat


pada populasi yang berbeda membuktikan bahwa AIDS
2-28

Buku Pegangan Konselor


HIV

Fakta-fakta tentang HIV

sebenarnya adalah banyak penyakit yang tidak disebabkan oleh


HIV.
Fakta: Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan AIDS, seperti PCP dan
Mycobacterium avium complex (MAC) tidak disebabkan oleh HIV, tetapi
lebih disebabkan oleh imunosupresif yang disebabkan oleh HIV. Karena
sistem kekebalan orang dengan infeksi HIV menurun, ia menjadi rentan
terhadap infeksi virus, jamur dan bakteri tertentu yang banyak terdapat
dalam masyarakat. Sebagai contoh, penderita yang terinfeksi HIV di daerah
Barattengah dan Atlantik-tengah tertentu kelihatannya jauh lebih banyak
dibandingkan dengan di New York City yang mengalami histoplasmosis,
yang disebabkan oleh sejenis jamur. Seseorang di Afrika terpapar oleh
patogen yang berbeda dibanding seseorang di sebuah kota Amerika. Anakanak mungkin terpapar oleh agen infeksius yang berbeda dibandingkan
dengan orang dewasa.

2-29

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

$ RINGKASAN
3.1 DIAGNOSTIK
Mengetahui adanya infeksi HIV sedini mungkin sangat penting karena pengobatan
dan pencegahan penularan secara dini akan memberikan hasil yang paling baik.
Serokonversi: istilah ini berhubungan dengan waktu saat tubuh mulai memproduksi
antibodi terhadap virus. Umumnya antibodi akan terbentuk dalam 3 sampai 6 bulan
setelah infeksi. Waktu antara masuknya HIV ke dalam tubuh dengan terbentuknya
antibodi dalam jumlah yang cukup untuk dideteksi oleh tes HIV disebut masa jendela
(window period). Hal inilah yang menyebabkan mengapa hasil tes yang negatif pada
pemeriksaan pertama perlu diulang tiga bulan kemudian.
Pemeriksaan antibodi terhadap virus untuk mengetahui adanya infeksi dilakukan
dengan cara ELISA dan Western blot. Pemeriksaan Western blot saat ini jarang
digunakan karena biayanya yang mahal dan 2 atau 3 kali pemeriksaan ELISA
ditemukan memiliki akurasi yang tidak berbeda dengan Western blot.
Pemeriksaan antigen virus (p24); merupakan pemeriksaan yang lebih spesifik,
biasanya dipergunakan untuk tes darah donor di negara maju. Pemeriksaan ini juga
penting untuk: (1) mengetahui infeksi dini HIV, (2) skrining darah, (3) mendiagnosis
infeksi pada bayi baru lahir, dan (4) memonitor pengobatan dengan ARV. Kelemahan
utama adalah kurang sensitif untuk tes darah karena jumlah antigen yang rendah
dalam darah dan antigenemia (antigen yang tinggi) terjadi hanya bersifat sementara
pada fase infeksi yang berbeda-beda.
Konseling: sangat perlu sebelum maupun sesudah melakukan tes. Hal ini penting
untuk memperoleh informasi yang rinci terhadap hasil tes, baik negatif maupun
positif. Apalagi bila hasilnya positif, oleh karena hasil yang positif dapat
menimbulkan reaksi yang beragam pada orang yang terinfeksi HIV.
VCT (Voluntary Counseling and Testing):
Memerlukan suatu pelayanan konseling yang efektif.
Pelatihan yang baik merupakan faktor yang paling penting dalam konseling yang
baik.
Setelah pelatihan konselor perlu mendapatkan supervisi dan bekerja bersamasama dengan konselor yang lebih berpengalaman.
Konselor sendiri kadang-kadang memerlukan konseling, karena konselor itu
sendiri takut pada HIV atau takut terinfeksi HIV.

3-1

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

Dimana bisa melakukan testing HIV?


Cara dan Tempat Mendapatkan Testing HIV

Nama-nama konselor:
Untuk Propinsi Bali, nama, telp./fax., dan alamat konselor lihat Lembar Informasi dan
Rujukan
Tempat testing: Misalnya di Bali
- YKP, Jl. Raya Sesetan No. 270. Telp. 728916, 728917
- BLK (Balai Lab. Kesehatan Daerah), Denpasar.
- Lab. Prodia, Jl. Diponegoro, Denpasar, Telp. 261001.
Di propinsi-propinsi lain di Indonesia beberapa LSM dan tempat-tempat layanan
kesehatan membuka layanan VCT. Lihat di Informasi dan Rujukan
3.2 MONITORING
Pemeriksaan untuk monitoring perlu dilakukan untuk mengetahui keadaan penyakit
(progresivitas) dan hasil pengobatan.
Viral load: adalah istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan jumlah virus dalam
darah yang diukur melalui pemeriksaan sampel darah.
Hasil pemeriksaan merupakan petunjuk tingkat aktivitas virus. Aktivitas virus yang
lebih tinggi akan mengakibatkan viral load yang lebih tinggi pula, dan berarti semakin
berat kerusakan yang ditimbulkan terhadap sistem imun.
Jenis pemeriksaan viral load: ada tiga jenis yang sekarang umum dipergunakan,
yaitu: Q-PCR (quantitative polymerase chain reaction), bDNA (branched chain DNA,
atau Quantiplex) dan NASBA (nucleic acid sequence-based amplification). Q-PCR
dikenal dengan Amplicor HIV-1 Monitor Test, dibuat oleh Roche Molecular Systems.
Sedangkan bDNA dibuat oleh Bayer, dan NASBA dibuat oleh Organon Teknika. QPCR paling sensitif untuk mendeteksi jumlah virus yang sangat rendah dalam darah,
sedangkan pemeriksaan dengan bDNA paling akurat untuk menentukan jumlah virus
yang tinggi. bDNA memerlukan 2 ml (kira-kira setengah sendok teh), NASBA dan QPCR masing-masing memerlukan ha-nya 100 dan 200 l (jauh lebih sedikit).

3-2

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

Pemeriksaan CD4/sel T4 (T4-cell/CD4 count): sebelum pemeriksaan viral load,


biasanya dilakukan pemeriksaan CD4 count untuk menghitung jumlah sel CD4 (sel
T4). Tes ini masih tetap penting dan dipergunakan bersama-sama dengan
pemeriksaan viral load.
CD4 count menggambarkan kesehatan sistem imun pada saat itu dan seberapa
besar kerusakan sistem imun yang telah terjadi. Viral load menggambarkan aktivitas
virus saat itu dan kemungkinan kerusakan sistem imun yang akan terjadi.
Penggunaan pemeriksaan viral load dan CD4
Pemeriksaan viral load dan CD4, dilakukan bersama-sama, dapat dipergunakan
untuk menentukan:
Kapan pengobatan dimulai.
Apakah pengobatan yang sedang dilakukan berhasil atau harus diganti dengan
obat lain.
Apakah perlu obat pencegahan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi
oportunistik.
Persentase CD4+ terhadap jumlah limfosit dan rasio CD4+/CD8+ merupakan
indikator yang baik untuk menunjukkan perkembangan penyakit. Nilai normal
persentase CD4+ adalah 20-40% dan rasio CD4+/CD8+ adalah 0,9-1,9.
Monitoring

Nama-nama konselor dan dokter :


Nama, telp./fax., dan alamat: lihat Lembar Informasi dan Rujukan
Tempat testing:

Misalnya di Bali

- YKP, Jl. Raya Sesetan No. 270. Telp. 728916, 728917


- BLK (Balai Lab. Kesehatan Daerah), Denpasar.
- Lab. Prodia, Jl. Diponegoro, Denpasar, Telp. 261001
Biaya pemeriksaan:
Lihat Lembar Lampiran di akhir Bab ini
Angka limfosit per total sel darah putih (WBC) berhubungan dengan
kenaikan/penurunan CD4. Hal ini bisa dipergunakan sebagai ukuran kerusakan sistem
imun bila pemeriksaan CD4 tidak bisa dilakukan.

3-3

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

Testing individual (perorangan)


Testing HIV untuk individu bersifat sukarela.
Kerahasiaan klien dijamin.
Sebelum testing, klien diberikan konseling pra tes dan sesudah ada hasil klien
diberikan konseling postes. Klien dapat memilih konselornya sendiri. Bila hasil tes
HIV Anda positif, fasilitas rujukan ke Kelompok Dukungan telah tersedia di daerah
Anda.
Untuk pengobatan pencegahan dan tes monitoring (CD4) silahkan menghubungi
Klinik yang menyediakan layanan tersebut (Lembar Informasi dan Rujukan)

3-4

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

TESTING HIV
3.1 DIAGNOSTIK
Tes antibodi
Satu-satunya cara untuk mengetahui adanya infeksi HIV adalah dengan
melakukan tes HIV.
Untuk orang yang berisiko, tes HIV hendaknya dilakukan setiap 6 bulan. Faktor
risiko hendaknya juga dikurangi (lihat pencegahan).
Segera setelah terjadi infeksi HIV, tubuh mulai membentuk antibodi untuk
melawan virus. Tes HIV menunjukkan antibodi ini dalam darah. Setelah kira-kira
3 bulan, pada kebanyakan orang umumnya telah terbentuk cukup antibodi
untuk memberikan hasil positif pada pemeriksaan standar. Beberapa orang
sering belum ditemui hasil positif dalam 6 bulan atau setahun. Oleh karena itu
perlu dilakukan pemeriksaan ulang.
Tes HIV cukup sederhana; ada tes yang bisa dilakukan di rumah. Tes HIV
dapat dilakukan di laboratorium, dan kerahasiaan hasilnya tetap dijaga. Bila tes
dilakukan di rumah, dan hasilnya positif, segera harus periksa ke dokter untuk
pemeriksaan lebih lanjut untuk meyakinkan apakah betul terinfeksi. Mengetahui
infeksi sedini mungkin sangat penting oleh karena pengobatan dini akan
memberikan hasil yang paling baik.
Sebelum melakukan tes, perlu dipikirkan kemungkinan hasilnya. Pada
umumnya diperlukan bantuan terhadap hasil tes, jadi perlu konselor, psikolog,
atau nasehat dokter, atau hubungi pelayanan AIDS setempat. Begitu juga
setelah dilakukan tes, baik hasilnya positif ataupun negatif untuk memperoleh
informasi yang diperlukan serinci mungkin.
Seseorang yang terpapar virus hendaknya melakukan tes HIV segera setelah
kemungkinan terbentuknya antibodi, antara 6 minggu dan 12 bulan setelah
paparan virus tersebut. Dengan melakukan tes sedini mungkin, orang tersebut
dapat minta penjelasan pada pelayanan kesehatan kapan pengobatan harus
dimulai untuk menunjang sistem imun dalam melawan HIV dan mencegah
infeksi oportunistik yang mungkin terjadi. Pemeriksaan yang dini juga dapat
memperingatkan orang tersebut untuk berhati-hati terhadap perilaku yang
berisiko yang dapat menularkan virus pada orang lain.
Serokonversi: istilah ini berhubungan dengan waktu saat tubuh mulai
memproduksi antibodi terhadap virus. Sekitar 95% orang yang terinfeksi HIV
akan membentuk antibodi dalam 3 bulan setelah infeksi. Hampir seluruhnya
akan membentuk antibodi dalam 6 bulan. Waktu antara masuknya virus HIV ke
dalam tubuh dengan terbentuknya antibodi yang cukup untuk dapat dideteksi
3-5

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

oleh tes HIV disebut dengan masa jendela (window period). Tes HIV yang
dilakukan pada masa jendela ini akan mendapatkan hasil negatif padahal orang
yang dites sudah terinfeksi. Itulah sebabnya bila tes pertama hasilnya negatif,
mereka harus periksa ulang tiga bulan berikutnya.
Diagnosis infeksi HIV dilakukan dengan menggunakan dua cara pemeriksaan
antibodi, yaitu ELISA dan Western blot. Tes Western blot masih merupakan
standar diagnosis di negara-negara maju sedangkan untuk negara-negara
miskin atau sedang berkembang, WHO menganjurkan 2 atau 3 kali
pemeriksaan ELISA karena lebih murah dan akurasinya tidak berbeda dengan
Western blot. Bila seseorang kemungkinan besar terinfeksi HIV dan kedua
pemeriksaan hasilnya negatif, dapat dilakukan pemeriksaan ulang, pada waktu
antibodi terhadap HIV diperkirakan sudah terbentuk.
Bayi dari ibu yang terinfeksi HIV bisa tertular dan bisa juga tidak, tetapi
semuanya memperoleh antibodi dari ibunya selama beberapa bulan. Bila bayi
tidak cukup menunjukkan gejala-gejala, dokter tidak dapat menentukan
diagnosis adanya infeksi HIV dengan pemeriksaan yang biasa sampai bayi
berumur 18 bulan. Setelah itu, bayi tidak lagi memiliki antibodi dari ibunya dan
akan memproduksi antibodi sendiri, bila bayi tersebut memang terinfeksi.
Pelayanan kesehatan di negara-negara maju dapat menggunakan teknik yang
baru untuk mendeteksi HIV secara lebih akurat untuk menentukan infeksi HIV
pada bayi umur 3-18 bulan. Caranya dengan melakukan tes yang dapat
mendeteksi virusnya sendiri (bukan antibodi) misalnya dengan pemeriksaan
PCR atau biakan virus.
Diagram ini menunjukkan bagaimana kadar antibodi dan jumlah virus per unit
darah yang terinfeksi HIV (viral load) berubah sepanjang waktu.

Jumlah
virus
dalam
darah

Viral load
Antibodi

Waktu
Periode jendela
(1-3 bulan)

Tanpa gejala
(5-10 tahun)

Gejal-gejala terkait dengan


HIV (2-5 tahun)

Diagram: viral load dan antibodi pada infeksi HIV

3-6

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

Tes ELISA
Tes ELISA (enzyme linked immunosorbent assay) mendeteksi antibodi
terhadap virus dalam darah. Elisa merupakan tes HIV pertama yang tersedia
yaitu tahun 1980-an. Kemungkinan bahwa suatu infeksi HIV tidak akan
terdeteksi oleh tes ELISA selama masa jendela telah dikurangi secara
meyakinkan, sehingga tes ELISA sekarang hasilnya sangat akurat.
Keuntungan tes ELISA:
Murah.
Efisien.
Cocok untuk testing sampel dalam jumlah besar (lebih dari 100 sampel
per hari).
Dapat mendeteksi HIV-1, HIV-2 dan varian-varian HIV.
Cocok dipakai dalam surveilans dan pelayanan transfusi darah yang
terpusat.
Kelemahan tes ELISA, membutuhkan:
Teknisi dan staf laboratorium yang terlatih dan terampil.
Peralatan yang canggih dan terawat dengan baik, seperti pipet otomatis,
sistem pencucian, inkubator dan mesin pembaca.
Sumber listrik yang konstan dan dapat dipercaya.
Suatu jumlah minimal tertentu dari spesimen agar efisien.
Waktu yang cukup.
Biasanya terjadi keterlambatan dalam menerima hasil suatu tes ELISA.
Orang yang dites mungkin perlu datang kembali setelah beberapa hari,
yang mengakibatkan beberapa orang tidak kembali untuk mengambil hasil
tesnya.
Tes Sederhana/Cepat
Tes sederhana/cepat saat ini tersedia untuk mendeteksi antibodi terhadap HIV
di dalam darah. Beberapa tes dapat dikerjakan dalam waktu kurang dari 10
menit. Tes semacam ini disebut tes cepat. Beberapa tes membutuh-kan waktu
30 menit sampai 2 jam. Tes seperti ini disebut tes sederhana. Ada empat jenis
tes cepat/sederhana yaitu tes aglutinasi, tes comb/dipstick, tes aliran melalui
membran dan tes membran kromatografi.
Tes sederhana/cepat memberikan hasil yang sama akuratnya dengan ELISA,
dengan kelebihan:
Dapat dikerjakan menggunakan sampel darah lengkap (whole blood) atau
kertas saring dengan darah dari tusukan di jari.
Dapat dikerjakan dengan cepat, memungkinkan orang menerima hasil tes
pada hari yang sama.
3-7

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

Biasanya hadir dalam bentuk kit sederhana dan tidak membutuhkan


peralatan khusus seperti mikroskop atau listrik.
Sederhana, terdiri dari dua sampai delapan langkah, sehingga risiko
kesalahan lebih rendah.
Dapat dikerjakan oleh staf dengan pelatihan laboratorium yang terbatas.
Tidak memerlukan listrik.
Dapat dipindah-pindahkan dan fleksibel.
Mudah dibaca untuk sebagian besar tes sederhana/cepat, suatu hasil
positif ditandai oleh penampakan dari titik atau garis yang terlihat dengan
jelas.
Kadang-kadang memiliki kontrol internal untuk menjamin bahwa hasil tes
tersebut akurat.
Dirancang baik sebagai tes tunggal atau dalam format multipel untuk
spesimen yang terbatas, memberikan fleksibilitas yang lebih besar
dibandingkan Elisa dalam hal jumlah tes yang dapat dikerjakan dalam
satu titik waktu. Hal ini juga membuat tes sederhana/cepat lebih irit biaya
bila hanya sedikit tes yang dikerjakan pada satu titik waktu atau dalam
satu hari.
Tes sederhana/cepat dapat meningkatkan akses kepada testing HIV di
daerah-daerah yang pelayanan laboratoriumnya terbatas dan kurangnya
teknisi yang terlatih dengan baik.
Kelemahan-kelemahan tes sederhana/cepat:
Lebih mahal dibading tes ELISA.
Membutuhkan mesin pendingin (walaupun beberapa tes dapat disimpan
pada suhu antara 2oC dan 30oC).
Dapat meningkatkan potensi pelaksanaan testing wajib (mandatory)
dengan serta merta.
Dapat menyebabkan pemberitahuan hasil tes kepada orang yang tidak
punya kesempatan untuk memikirkan implikasi-implikasinya.
Beberapa pelayanan konseling dan testing sukarela yang menggunakan tes
sederhana/cepat menyarankan kepada mereka yang akan dites untuk pergi dan
berpikir beberapa jam setelah mendapatkan konseling pra tes, untuk
memutuskan apakah mereka benar-benar ingin menjalani tes tersebut.
Metode kertas saring
Tes dapat dilakukan baik secara langsung pada sampel darah atau melalui
metode kertas saring. Darah dikumpulkan pada kertas saring yang telah
disiapkan secara khusus. Kertas saring selanjutnya dapat dikirim melewati jarak
yang jauh, misalnya dari suatu desa ke laboratorium testing regional. Bercak
darah yang kering tersebut diencerkan (dibuat menjadi larutan) dan kemudian
dites.
3-8

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

Tes air liur dan air kencing


Tes air liur dan air kencing mendeteksi antibodi terhadap HIV dalam air liur dan
air kencing. Keuntungan tes jenis ini adalah:
Prosedur pengumpulan sampelnya lebih sederhana dibandingkan dengan
mengambil darah.
Cocok untuk orang-orang yang menolak memberikan darah karena alasan
agama atau alasan lain.
Menurunkan risiko kerja akibat tertusuk jarum, pembuangan jarum dan
terluka oleh tabung gelas.
Lebih aman untuk ditangani dibanding darah karena air liur dan air
kencing mengandung lebih sedikit virus (suatu jumlah yang tidak cukup
untuk penularan HIV).
Kelemahan tes air liur dan air kencing:
Harus mengikuti prosedur testing yang spesifik dengan sangat hati-hati
karena kadar antibodi lebih rendah dibandingkan di darah.
Berpotensi untuk testing mandatory karena lebih mudah dilakukan tanpa
mendapat informed consent.
Dapat mendorong timbulnya mitos tentang penularan HIV lewat ciuman.
Belum banyak dievaluasi di lapangan khususnya di Afrika.
Tes konfirmasi
Tes Western Blot digunakan untuk memastikan suatu hasil positif dari tes
pertama. Sekarang tes ini jarang digunakan karena mahal, membutuhkan
fasilitas laboratorium dan peralatan khusus, membutuhkan staf khusus yang
terlatih dengan baik untuk menginterpretasikan hasilnya dan dapat
menghasilkan hasil indeterminate (meragukan). Sebagai gantinya, WHO
menganjurkan pemakaian 2 atau 3 tes Elisa yang berbeda, tergantung
prevalensi HIV di daerah itu.
Kit testing di rumah
Kit testing di rumah adalah tes sederhana/cepat untuk darah atau air liur yang
dapat digunakan di rumah, baik untuk mendapatkan hasil langsung atau untuk
mengirim sampel - yang dikumpulkan di rumah dengan kit pengumpul ke
fasilitas testing. Kit pengumpul sampel di rumah pernah dicoba di Amerika
Serikat (USA) tetapi permintaan untuk itu rendah dan beberapa perusahaan
tidak bisa memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh badan pengawas obat.
Saat ini tidak ada kit pengumpul spesimen dan testing di rumah yang disetujui
oleh badan pengawas yang berwenang. Belum ada kit testing di rumah yang
disetujui oleh WHO, meskipun ada beberapa yang mengklaim mendapat
persetujuan WHO.

3-9

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

Karena tidak ada konseling pra tes dan pasca tes dan tidak ada testing
konfirmasi yang menyertai suatu hasil tes positif, maka kemungkinan positif
palsu atau suatu tes dilaksanakan pada masa jendela sangat besar. Saat ini
tidak ada pengawasan untuk menjamin bahwa kit tes itu berkualitas tinggi dan
hasilnya telah dikonfirmasi. Penjagaan kerahasiaan secara efektif tidak dapat
dijamin. Kalaupun testing di rumah disetujui, tes tersebut hanya akan bisa
dilaksanakan di tempat-tempat yang ada pelayanan surat menyuratnya dan
masyarakat memiliki akses telepon untuk mengetahui hasilnya dan
mendapatkan konseling pasca tes.
Tes antigen
Dua jenis utama tes ini adalah biakan virus dan teknologi amplifikasi asam
nukleat (nucleic acid amplification technologies = NAT) seperti tes polymerase
chain reaction (PCR).
Biakan virus menumbuhkan virus dari suatu sampel darah di laboratorium.
Jika HIV bisa dibiakkan, berarti terdapat virus di dalam darah dan orang
yang punya darah itu terinfeksi. Namun demikian, biakan virus ini mahal
dan sulit serta membutuhkan teknologi canggih dan keahlian, termasuk
laboratorium dengan keamanan khusus (P3) untuk menumbuhkan bahan
yang terinfeksi, sehingga tidak mungkin dikerjakan pada sumber daya
yang terbatas.
Nucleic acid amplification technologies (NAT) seperti tes PCR bekerja
dengan mendeteksi materi genetik dari virus. Seperti halnya biakan virus,
testing PCR ini mahal, membutuhkan fasilitas canggih dan teknisi yang
terlatih dan tidak dapat dilaksanakan di sebagian besar negara
berkembang. Tes baru ini dapat mendeteksi kadar virus yang sangat
rendah dan dapat digunakan untuk memonitor terapi antiretroviral (ARV).
Walaupun tes antibodi terhadap HIV paling cocok untuk menentukan adanya
infeksi, pada keadaan tertentu teknik lainnya dapat membantu secara lebih
tepat. Isolasi virus melalui biakan, tes asam nukleat untuk mengetahui adanya
RNA virus, dan tes untuk menentukan adanya antigen p24 (protein inti) dapat
menunjukkan adanya virus atau komponen-komponennya dalam darah; semua
hal ini untuk membuktikan adanya infeksi. Cara-cara ini sangat spesifik, dan
hasil positif dapat memastikan adanya infeksi.
Akhir-akhir ini telah diperkenalkan tes untuk asam nukleat, tetapi memerlukan
teknik yang sangat rumit dan tenaga yang trampil dan berpengalaman.
Tes antigen terhadap HIV sekarang dipergunakan untuk skrining darah donor
untuk transfusi di negara-negara maju dan sangat cocok untuk keadaankeadaan tertentu seperti infeksi HIV akut, testing pada bayi dan pemantauan
pengobatan ARV. Sayangnya tes ini sangat mahal dan banyak negara yang
belum mampu melaksanakannya secara rutin.
3-10

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

Pemeriksaan antigen p24 menunjukkan adanya protein p24 (protein kapsid atau
inti) dalam darah yang dapat diketahui sebelum terbentuknya antibodi pada
infeksi fase akut. Protein ini terjadi tidak lama setelah infeksi dari ledakan
replikasi virus dan berhubungan dengan adanya viremia yang tinggi pada saat
individu sedang sangat infeksius. Bila antibodi telah terbentuk, antigen p24
sering tidak terdeteksi mungkin oleh karena terjadinya reaksi antigen-antibodi
kompleks dalam darah. Bila terdeteksi, antigen p24 sangat khas menentukan
adanya infeksi (spesifisitas: 99,9% dengan menggunakan PCR sebagai baku
mas, dan 100% bila menggunakan cara netralisasi).

Tes p24 penting untuk: (1) mengetahui infeksi dini HIV, (2) skrining darah,
(3) mendiagnosis infeksi pada bayi baru lahir, dan (4) memonitor
pengobatan dengan ARV. Kelemahan utama adalah kurang sensitif untuk
tes darah oleh karena jumlah antigen yang rendah dalam darah sedangkan
kadar antigen yang tinggi hanya bersifat sementara pada fase infeksi yang
berbeda-beda.

VCT (Voluntary Counseling and Testing)


Arti VCT
Huruf V (Voluntary) mendorong orang untuk hadir di layanan-layanan yang
mungkin tadinya mereka tolak
Huruf C (Counselling) lebih efektif daripada sekedar menyediakan informasi
kesehatan
Huruf T (Testing) - layanan yang berkualitas dan selesai satu hari lebih
hemat dan meningkatkan orang melakukan tes dan permintaan untuk VCT
Dalam hal ini membuktikan bila seseorang dipaksa tes mereka akan menolak
dan menjauh dibandingkan dengan memberikan pengertian dan informasi yang
benar.

Tujuan VCT
Mencegah penularan dari orang yang terinfeksi pada orang yang tidak

terinfeksi ( pasangannya )
Mencegah penularan pada orang yang tidak terinfeksi oleh orang yang

terinfeksi ( pasangannya )
Mencegah penularan dari ibu yang terinfeksi kepada janinnya

Mempromosikan orang untuk secara dini memanfaatkan layanan-layanan


(kalau tersedia):
Pelayanan medik
Pelayanan kesehatan primer
Terapi ARV
Pengobatan dan pencegahan infeksi oportunistik
Keluarga Berencana

3-11

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

Dukungan dan perawatan emosional psikologis


Konseling untuk ODHA
Dukungan sosial dan kesejahteraan
Bantuan hukum dan rencana masa depan
Testing HIV untuk individu sebaiknya hanya dilaksanakan jika persyaratanpersyaratan yang jelas tersedia termasuk kemampuan untuk menyediakan
pelayanan yang efektif dan berkualitas tinggi. Persyaratan-persyaratan dasar ini
meliputi konseling pra tes, konseling pasca tes, informed consent dan
kerahasiaan.
Konseling pra tes harus diberikan sebelum testing HIV, untuk membantu

klien membuat pilihan yang baik apakah akan menjalani tes atau tidak.
Konseling pasca tes harus diberikan setelah hasil tes diketahui, baik

hasilnya positif maupun negatif. Konseling pasca tes sangat penting untuk
membantu mereka yang positif untuk mengatasinya dan hidup secara
positif, dan untuk menasehati mereka yang hasil tesnya negatif tentang
cara-cara mencegah infeksi HIV selanjutnya.
Informed consent artinya bahwa seseorang setuju untuk dites dan telah
mengerti betul apa yang tercakup dalam tes itu, apa keuntungan dan
kerugian testing dan hal-hal yang berkaitan dengan hasil positif atau hasil
negatif. Orang harus menunjukkan kalau mereka telah mengerti bahwa
tes akan dilakukan dan setuju terhadap tes itu. Keputusan untuk menjalani
tes harus dibuat oleh orang itu sendiri tanpa tekanan atau paksaan dari
orang lain. Jika seorang dokter atau konselor membuat keputusan atas
nama orang itu maka itu bukanlah informed consent.
Kerahasiaan berarti bahwa informasi tentang seseorang tidak
diberitahukan kepada orang lain tanpa ijin dari orang itu. Konseling,
testing dan hasil tes harus dirahasiakan.
Melalui VCT terbukti :

Efektif sebagai strategi kesehatan masyarakat dalam pencegahan


penularan HIV melalui
Pengurangan perilaku berisiko
Peningkatan penggunaan Kondom
Penyediaan layanan yang berkualitas adalah kunci keberhasilan
Pintu masuk layanan perawatan dan dukungan HIV/AIDS
Layanan VCT perlu dipasarkan secara luas

3-12

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

Konseling Pra Tes


Konseling pra tes individual terutama dilaksanakan untuk membantu seseorang
dalam membuat keputusan yang baik tentang apakah akan menjalani tes HIV
atau tidak. Konseling pra tes bertujuan untuk:
Memberikan informasi tentang HIV dan AIDS, penularan HIV dan perilaku
berisiko.
Menilai apakah orang itu mungkin pernah berada dalam risiko tertular HIV.
Memberikan informasi tentang tes HIV dan bagaimana cara kerjanya.
Menjelaskan tentang masa jendela.
Menggali kemungkinan keuntungan dan kerugian menjalani tes.
Mendiskusikan implikasi-implikasi dari hasil tes positif terhadap pergaulan,
pekerjaan dan kesehatan di masa datang.
Menjelaskan bagaimana kerahasiaan akan dijaga.
Menilai kemampuan orang itu untuk menerima suatu hasil tes positif,
termasuk dukungan emosional dan praktis yang tersedia bagi mereka.
Menggali kemungkinan berbagi kerahasiaan (konfidensialitas), yaitu
memberi tahu hasil tes kepada pasangan, teman atau keluarga dekat.
Memberikan informasi tentang pelayanan yang tersedia untuk orangorang dengan HIV.
Mendiskusikan implikasi-implikasi dari hasil tes negatif dan pencegahan
infeksi HIV.
Memberikan orang itu waktu yang cukup untuk mempertimbangkan
apakah akan menjalani tes atau tidak.
Mendapatkan informed consent, jika orang itu memutuskan untuk
menjalani tes.
Di beberapa tempat, konselor menemukan bahwa ada manfaatnya selama
konseling pra tes untuk menanyakan mengapa seseorang ingin menjalani tes
dan hasil seperti apa yang diharapkannya. Hal ini dapat membantu konselor
untuk melihat bagaimana orang ini akan mengatasi hasil tesnya.
Menilai apakah seseorang mungkin berada dalam risiko tertular HIV mencakup
diskusi yang sensitif tentang kemungkinan terpapar HIV dan pertimbangan dari
faktor-faktor risiko berikut ini:
Hubungan seks yang tidak terlindungi dengan pasangan seks lebih dari
satu atau untuk laki-laki, berhubungan seks dengan laki-laki.
Penusukan kulit yang tidak steril.
Transfusi darah.
Pemakaian narkoba suntikan.
Perilaku berisiko dari pasangan seks atau suami/istri.
Risiko pekerjaan, misalnya tertusuk jarum suntik bekas pakai.

3-13

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

Penggalian sejarah seks dari anak-anak sampai dewasa misalnya kapan


mulai mengenal seks dan merasakan seks. Hal ini perlu karena masalah
seksual sangat sensitif dan sulit diungkapkan orang sedangkan
keterbukaan ini sangat diperlukan dalam penilaian resiko penularan.
Di beberapa negara, konseling kelompok atau komunitas telah dipergunakan
dengan berhasil untuk memberi tahu masyarakat tentang tes HIV dan implikasiimplikasi menjalani tes. Namun demikian, konseling kelompok tidak cocok bagi
orang-orang untuk mengambil keputusan. Keputusan harus dibuat dalam situasi
pribadi dan rahasia, untuk menjamin bahwa tidak ada tekanan yang menimpa
orang itu.
Seperti halnya konseling individu, konseling komunitas adalah suatu dialog di
mana masyarakat belajar tentang informasi baru dan cara-cara berperilaku, dan
petugas kesehatan belajar tentang konteks sosial dan budaya dari pencegahan
dan perawatan HIV. Program-program yang didasarkan atas pengetahuan,
prioritas-prioritas dan sumber daya masyarakat tidak saja lebih efektif, tetapi
juga lebih murah daripada pendekatan lainnya.
Konseling komunitas mungkin dapat mengatasi masalah-masalah yang tidak
dapat diatasi oleh konseling individu. Di suatu daerah di Uganda yang terserang
HIV/AIDS sangat parah, pelayanan konseling harus memperhitungkan
kebutuhan-kebutuhan dari remaja dan anak-anak yang menderita HIV, yang
mungkin diserahi tugas untuk merawat saudara-saudaranya yang lebih muda
dan ketakutan-ketakutan serta keprihatinan dari kakek nenek yang diserahi
tugas merawat anak-anak kecil.
Konseling Pasca tes
Hasil tes HIV harus selalu diberikan dengan konseling pasca tes baik hasilnya
positif maupun negatif.
Konseling pasca tes bertujuan untuk:
Memberi dukungan kepada orang yang dites.
Mengurangi penyebaran HIV, melalui diskusi hasil tes, berbagi informasi,
menyediakan dukungan dan menyarankan perilaku seks yang lebih aman
pada masa datang.
Tujuan khusus dari konseling pasca tes tergantung dari apakah hasil tesnya
positif atau negatif.
Jika hasil tes tersedia, orang (pasangan - jika keduanya dites) harus ditanya
terlebih dahulu apakah mereka ingin mengetahui hasil tesnya. Mereka juga
harus diberitahu bahwa baik mereka ingin tahu hasil tesnya maupun tidak, hasil
tes tersebut akan tetap dirahasiakan.

3-14

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

Konseling untuk suatu hasil negatif. Bila hasil tes negatif, konselor perlu:
Menghadapi perasaan yang timbul dari hasil tersebut.
Mendiskusikan pencegahan dari infeksi HIV.
Meskipun orang akan merasa lega mendapatkan hasil negatif, konselor perlu
menjelaskan bahwa, karena adanya masa jendela, hasil negatif ini tidaklah
sepenuhnya menjamin bahwa orang ini tidak terinfeksi HIV. Konselor dapat
menawarkan kepada klien untuk mempertimbangkan datang kembali untuk tes
ulang setelah 3-6 bulan. Klien dibantu konselor merencanakan dan memilih
perilaku aman yang ia mampu lakukan untuk mencegah penularan infeksi
sekaligus untuk menjamin status HIVnya agar selalu negatif.
Pencegahan infeksi di masa datang dan informasi tentang perilaku yang aman
serta informasi tentang cara-cara pencegahan dapat juga didiskusikan kembali
selama konseling pasca tes.
Konseling untuk suatu hasil tes positif. Tidak ada cara yang benar untuk
memberitahu seseorang bahwa dia memiliki hasil tes positif. Hal ini tergantung dari individu tersebut dan budaya, dan setiap orang memberikan
reaksi yang berbeda-beda. Bagaimana menyampaikan suatu hasil tes, harus
menjadi topik yang reguler pada pelatihan konselor, dengan menggunakan
contoh-contoh dari kehidupan nyata. Konselor dapat belajar dari kolega yang
lebih berpengalaman dan berlatih menyampaikan hasil tes melalui
permainan peran (role play).
Ketika hasil tes itu positif, konselor harus:
Memberitahu orang itu (atau pasangan) sejelas dan sehati-hati mungkin,
dan dapat mengatasi reaksi awal yang timbul,
Memberikan mereka cukup waktu untuk memahami dan mendiskusikan
hasil tes tersebut,
Memberikan informasi dengan cara yang mudah dimengerti, memberikan
dukungan emosional, dan membantu mereka untuk mendiskusikan
bagaimana mereka akan menghadapi hal itu, termasuk mengidentifikasi
dukungan apa yang tersedia di rumah,
Merujuk klien, sedapat mungkin, ke suatu organisasi dukungan
masyarakat dan untuk konseling dan perawatan tindak lanjut,
Menjelaskan bagaimana hasil tes akan tetap dirahasiakan, sehingga tidak ada orang lain yang tahu, kecuali orang yang telah dites memutuskan
untuk memberi tahu mereka,
Mendiskusikan siapa orang yang mungkin ingin diberi tahu tentang hasil
itu, risiko terhadap pasangan seks, dan bagaimana cara memberitahu
pasangannya. Untuk wanita hamil yang dites tidak dengan pasangannya,
mencari tahu apakah ia bermaksud memberi tahu pasangannya, dan jika
demikian bagaimana caranya dia melakukan hal itu.
3-15

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

Menjelaskan bagaimana klien dapat menjaga kesehatannya termasuk


nasehat tentang makanan, olah raga, istirahat, menghindari infeksi dan
kapan harus mencari pertolongan.
Memberitahu klien ke mana mencari perawatan dan terapi jika
dibutuhkan, dan jika cocok, membantu mereka memutuskan tentang
terapi antiretroviral, pengobatan untuk infeksi oportunistik dan terapi
pencegahan tuberkulosis.
Dengan wanita hamil, mendiskusikan bagaimana cara memberikan
makan pada bayinya, membantu mereka untuk membuat keputusan yang
mereka rasa paling baik untuk mereka dan merujuk mereka untuk
konseling lebih lanjut.
Mendiskusikan pencegahan cara penularan HIV kepada pasanganpasangan yang mungkin tidak terinfeksi dan memberikan informasi
tentang, misalnya, kondom dan hubungan seks yang aman.
Bagaimana membuat orang untuk hidup secara positif tergantung budaya
setempat. Di banyak tempat, adalah tidak membantu atau tidak cocok secara
budaya untuk memberi tahu orang-orang bahwa mereka mempunyai penyakit
yang fatal. Penekanan pada konseling adalah memberikan harapan kepada
klien untuk tetap sehat dan menjalani hidup yang normal.
Persiapan menghadapi situasi-situasi yang berbeda
Konselor dan petugas kesehatan perlu dipersiapkan untuk menghadapi
bermacam-macam situasi, misalnya orang yang telah dites tanpa
sepengetahuan atau persetujuan mereka, orang yang memutuskan untuk tidak
mengikuti konseling, orang yang memutuskan untuk tidak menjalani tes dan
orang yang memilih untuk tidak mengetahui hasil tesnya atau orang yang
menyangkal hasil tesnya.
Dites tanpa persetujuan. Jika seseorang positif HIV tetapi telah dites tanpa
sepengetahuan atau persetujuan mereka, dan mereka tidak tahu hasilnya,
adalah mungkin untuk mengulangi lagi prosesnya. Orang itu dapat ditawari
konseling pra tes. Jika mereka memutuskan untuk tidak menjalani tes atau tidak
ingin tahu hasilnya, keputusan mereka tersebut harus dihormati.
Jika seseorang sudah tahu atau menduga bahwa mereka telah dites tanpa
persetujuan mereka, mungkin lebih baik bagi konselor untuk menggunakan
lebih dari satu sesi konseling. Konselor dapat memulai dengan menjelaskan
tentang tes itu dan implikasi-implikasinya dan mengapa darah orang itu telah
dites, mencakup masalah-masalah yang seharusnya telah dibahas selama
konseling pra tes. Diskusi tentang apakah orang itu ingin mengetahui hasil
tesnya harus dicakup pada sesi konseling pasca tes berikutnya.
Memutuskan untuk tidak mengikuti konseling. Orang-orang yang tidak
menginginkan konseling pra tes atau tidak punya akses untuk ini, tidak boleh
3-16

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

dicegah untuk menjalani tes HIV bila mereka menginginkannya. Walaupun


demikian informed consent selalu diminta.
Memutuskan untuk tidak menjalani tes. Setelah konseling pra tes, seseorang
mungkin memutuskan bahwa mereka tidak ingin dites. Konselor dan petugas
kesehatan harus ingat bahwa testing HIV bukanlah tujuan dari konseling, dan
harus selalu menerima keputusan seseorang. Orang tidak boleh dipaksa untuk
menjalani tes. Orang yang datang untuk konseling dan testing yang
memutuskan untuk tidak menjalani tes harus diberikan konseling tentang
bagaimana mencegah penularan HIV.
Memilih untuk tidak mengetahui hasil tes. Beberapa orang memutuskan
untuk menjalani tes, tetapi memilih untuk tidak mengetahui hasilnya. Keputusan
mereka harus dihormati dan mereka tidak boleh diberi tahu hasilnya jika mereka
tidak ingin mengetahuinya. Orang mungkin punya alasan yang baik untuk tidak
ingin mengetahuinya. Misalnya, mereka mungkin merasa bahwa mengetahui
hasil tes tidak akan membuat perbedaan pada perawatan kesehatannya atau
pilihan-pilihan yang mereka buat, atau bahwa risiko orang lain mengetahuinya
terlalu besar.
Menyangkal hasil tes. Kadang-kadang seseorang sepertinya tidak mengerti
apa arti HIV positif. Konselor mungkin perlu mengetahui cara yang bisa diterima
secara budaya dalam menjelaskan arti dari hasil tes positif. Beberapa orang
mungkin menyangkal hasil tes tersebut. Penyangkalan sering berkaitan dengan
perasaan cemas yang hebat dan keputusasaan serta takut bahwa hidup sudah
berakhir, dan membuat sulit bagi orang itu untuk menggali apa yang mereka
rasakan. Konselor dapat menawarkan sesi konseling tambahan dan mencoba
mendiskusikan bagaimana perasaan orang itu bila ia benar-benar terinfeksi
HIV. Dengan seorang konselor yang mengerti dan mendukung, seseorang
mungkin dapat menerima diagnosis tersebut seiring dengan berjalannya waktu.
Kerahasiaan
Kerahasiaan sering diinterpretasikan dengan cara yang berbeda pada tempattempat yang berbeda. Di beberapa tempat kerahasiaan diinterpretasikan
sebagai jangan pernah memberi tahu siapapun tentang status HIVnya, akan
tetapi kerahasiaan (secrecy) seperti ini tidak sama dengan confidentiality.
Secrecy dapat meningkatkan kesan bahwa HIV adalah hal yang tabu. Adalah
penting untuk tidak mendiskusikan status HIV seseorang tanpa ijin mereka,
tetapi penekanan yang berlebihan pada kerahasiaan individu dapat
mengakibatkan kesulitan bagi orang itu untuk mendapatkan dukungan yang
tepat.
Jika seseorang tidak memberi tahu orang lain bahwa dia terinfeksi HIV, mereka
dapat merasa lebih cemas dan terisolasi. Orang-orang sering lebih prihatin
pada konsekuensi sosial dari diagnosis positif, misalnya tentang apa yang akan
terjadi dengan anak-anak mereka, daripada tentang implikasi medisnya.
Dukungan sosial memainkan peranan yang penting dalam membantu untuk
3-17

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

menjaga orang tetap sehat dan dalam menurunkan stres. Di banyak tempat
dukungan sosial hanya datang dari keluarga dan komunitas.
Secrecy tentang HIV perlu dipecahkan misalnya melalui informasi tentang HIV
yang lebih baik kepada masyarakat, menganjurkan orang untuk berbagi tentang
hasil tesnya dengan orang yang dipercayai, menganjurkan keterbukaan tentang
sebab kematian, dan pada saat yang sama menghormati hak asasi penderita
HIV dan mencegah stigma dan diskriminasi.
Konseling individu adalah suatu pendekatan yang dikembangkan di
negaranegara industri, yang fokusnya pada hubungan antara konselor dan
orang tertentu. Model barat ini mungkin tidak dapat berjalan dengan baik pada
budaya-budaya yang berbeda atau di daerah-daerah pedesaan di mana ada
penekanan yang lebih besar pada keluarga dan masyarakat daripada individu,
dan di mana tidak ada pelayanan, LSM atau bentuk-bentuk dukungan yang lain.
Di beberapa tempat ada pula masalah-masalah di mana orang-orang yang tahu
status HIVnya menginfeksi pasangannya karena mereka menolak
menggunakan kondom. Oleh karena itu, beberapa petugas kesehatan merasa
frustrasi oleh keharusan menjaga kerahasiaan secara ketat.
Untuk alasan-alasan tersebut, program-program di beberapa negara Asia dan
Afrika menawarkan bentuk kerahasiaan yang lebih sesuai dengan budaya
setempat. Hal ini meliputi kerahasiaan yang dibagi, menggunakan konselor
awam (orang yang telah dipercaya, yang telah dilatih dalam hal konseling)
daripada konselor profesional, konseling dan testing pasangan, dan konseling
kelompok serta pendidikan masyarakat untuk menghilangkan stigma terhadap
HIV dan AIDS.
Kerahasiaan yang dibagi. Kerahasiaan yang dibagi maksudnya meminta
seseorang untuk menentukan orang yang dia percayai dan memberi tahu status
HIVnya kepada orang tersebut, misalnya: dokternya, petugas kesehatan,
pasangan, teman dekat atau anggota keluarga, atau penyembuh tradisional.
Membagi kerahasiaan tidak berarti bahwa kerahasiaan itu tidak penting dan
keputusan untuk membuka status HIV harus tetap dikendalikan oleh orang
dengan HIV itu sendiri.
Namun demikian, memutuskan apakah memberi tahu pasangan atau tidak
dapat menjadi hal yang sulit bagi beberapa orang. Mereka mungkin lebih suka
memberi tahu seorang teman dekat atau anggota keluarga, atau membagi
berita tentang status HIVnya dengan pasangannya melalui seorang mediator
seperti seorang teman atau keluarga. Alasan untuk tidak mau memberi tahu
pasangan mungkin termasuk ketakutan atau tabu tentang diskusi masalahmasalah seksual. Jika seseorang berada dalam hubungan yang stabil, konselor
dapat memperkenalkan ide-ide tentang kerahasiaan yang dibagi selama
konseling pra tes.
Beberapa orang mungkin juga menolak untuk memberi tahu keluarganya bahwa
mereka terinfeksi HIV. Hal ini biasanya disebabkan oleh ketakutan untuk ditolak,
3-18

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

meskipun ketakutan ini sering terlalu berlebihan dan konseling dapat membantu
mereka untuk menilai situasi dengan lebih realistis. Jika seseorang masih
menolak untuk memberitahu anggota keluarga, konselor dapat menganjurkan
dia untuk memikirkan orang lain yang dapat mereka percayai.
Jika orang itu masih menolak memberi tahu orang lain tentang status HIVnya
setelah konseling pasca tes, konselor dapat memberikan sesi konseling
tambahan sampai orang tersebut siap untuk membagi kerahasiaannya. Hal ini
dapat memakan waktu bulanan. Konselor tidak boleh memberikan tekanan
pada klien untuk membuka statusnya.
Beberapa petugas kesehatan mengatakan bahwa mereka menemukan
kesulitan untuk menerima konsep kerahasiaan, misalnya jika seseorang yang
dites positif dan telah diberi konseling, tidak menggunakan kondom atau tidak
berhasil memberitahu pasangan seksnya bahwa dia terinfeksi HIV. Pada suatu
komunitas, perawat-perawat mengetahui bahwa orang-orang dengan HIV tidak
melaksanakan hubungan seks yang lebih aman, dan prihatin bahwa dengan
melindungi kerahasiaan orang-orang ini, mereka menempatkan orang lain di
masyarakat itu dalam risiko.
Namun demikian, tanpa memandang prilaku klien, petugas kesehatan harus
tetap menjaga kerahasiaan, tetapi harus menawarkan konseling tambahan
untuk membantu orang-orang itu untuk mengubah perilakunya. Kerahasiaan
yang dibagi dapat membuat lebih mudah bagi konselor untuk mengatasi
beberapa dari masalah-masalah sulit ini.
Konseling dan testing pasangan. Kadang-kadang konseling dan testing
pasangan lebih cocok daripada konseling dan testing individu. Pasangan yang
keduanya HIV negatif dapat berencana untuk tetap dalam keadaan tersebut.
Pasangan yang keduanya positif dapat saling mendukung dalam keputusankeputusan tentang fertilitas, perawatan dan masalah-masalah lainnya.
Pasangan diskordan (di mana satu orang HIV positif dan yang lainnya HIV
negatif) dapat mendiskusikan penurunan risiko penularan. Baik laki-laki maupun
wanita dapat tertular HIV dari pasangannya, dan penelitian pada pasangan
diskordan menunjukkan bahwa jumlah pasangan, pemakaian kondom dan
infeksi menular seksual lainnya merupakan faktor-faktor yang penting.
Orang yang datang untuk konseling pra tes dapat diundang untuk datang lagi
dengan pasangannya, sehingga keputusan tentang testing dibuat bersamasama. Konseling pasangan menyediakan suatu tempat yang aman untuk
mendiskusikan masalah-masalah yang sulit dan hal itu bisa menjadi lebih
mudah bila keduanya menjalani tes HIV pada saat yang sama. Konseling
seperti ini terutama membantu untuk wanita, yang sering tergantung dari
pasangan mereka dan mungkin tidak bersedia atau takut menyampaikan status
HIVnya kepada pasangan mereka.
Bila seseorang memutuskan untuk menjalani tes tanpa memberitahu pasangannya, dan ditemukan HIV positif, konselor dapat menawarkan kepada
3-19

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

klien untuk menjalani konseling dan testing lagi, kali ini dengan pasangannya,
seakan-akan mereka belum pernah menjalani tes. Sambil terus melindungi hak
seseorang terhadap kerahasiaannya, konselor dapat mencoba untuk
menyarankan kerahasiaan yang dibagi.
Mereka dapat menjelaskan bahwa pasangan klien mungkin belum terinfeksi dan
hubungan seks yang lebih aman akan melindungi mereka dari HIV. Mereka
dapat menjelaskan bahwa tidak memberitahu pasangannya akan membuat
sangat sulit untuk, misalnya, melakukan hubungan seks yang lebih aman, atau
mendiskusikan apakah akan memiliki anak atau tidak.
Walaupun demikian, konselor harus sadar bahwa jika satu orang dari suatu
pasangan hasil tesnya positif dan yang lain hasil tesnya negatif, yang satu bisa
menyalahkan yang lain. Konseling pra tes perlu mendiskusikan hasil yang
diskordan (berbeda) dan pentingnya mengurangi risiko penularan dari satu
orang kepada pasangannya.
Jika satu orang dari suatu pasangan tesnya negatif dan satu orang tesnya
positif, konseling pasca tes dapat juga membantu pasangan itu untuk menerima
pasangan yang HIV positif, dari pada menyalahkannya. Konseling ini dapat
membantu mereka untuk lebih terbuka dan mengerti tentang HIV dan AIDS.
Mereka mungkin ingin mendiskusikan kontrasepsi dan masalahmasalah
seksual, setuju untuk mencoba menggunakan kondom, dan merencanakan
untuk menghadapi kesakitan di masa yang akan datang serta implikasinya
terhadap keluarga mereka.
Konseling kelompok. Beberapa proyek di Afrika telah memperluas konsep
kerahasiaan kepada kerahasiaan komunitas khususnya di tempat-tempat di
mana pelayanan kesehatan dan sosial tidak menyediakan perawatan dan
dukungan terhadap kebutuhan masyarakat. Tetapi hal ini hanya mungkin
dilaksanakan pada kelompok-kelompok masyarakat yang menerima orangorang yang hidup dengan HIV. Banyak orang telah kehilangan rumah,
pekerjaan dan - dalam kasus yang ekstrim - nyawa mereka, karena anggota
masyarakat yang lain tidak menerima mereka.
Meskipun beberapa tipe konseling kelompok dapat berhasil, biasanya tidak
memungkinkan bagi seseorang untuk mendiskusikan masalah-masalah
peribadinya dengan kehadiran orang lain.
Masalah-masalah dalam melaksanakan pelayanan konseling. Dalam
melaksanakan pelayanan konseling, masalah-masalah yang dihadapi
meliputi rendahnya permintaan dan kegagalan untuk mengambil hasil tes.
Berbagai cara dapat diambil untuk menurunkan masalah-masalah ini.
Rendahnya permintaan terhadap pelayanan konseling dan testing. Di
beberapa tempat, permintaan untuk pelayanan meningkat dan orang-orang
mencari konseling dan testing dengan berbagai alasan. Namun demikian, di
3-20

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

banyak tempat, masyarakat enggan datang untuk konseling dan testing karena
mereka:
Percaya bahwa tidak ada yang dapat dilakukan untuk orang dengan HIV
dan bahwa mengetahui status HIV tidak akan meningkatkan
pengobatannya.
Takut, jika mereka tahu bahwa mereka memiliki HIV, mereka akan jatuh
sakit dan mati lebih cepat akibat ketakutan dan kecemasan.
Prihatin dengan kerahasiaan, atau takut dilihat saat mengunjungi pusat
konseling dan testing.
Percaya bahwa tidak ada alasan untuk khawatir, misalnya karena mereka
tidak sakit atau baru saja memiliki bayi yang sehat.
Takut diberitahu bahwa mereka terinfeksi HIV dan harus menghadapi halhal yang berkaitan dengan infeksi tersebut.
Lebih suka mengatasi gejala-gejala yang berkaitan dengan HIV dengan
mempercayai bahwa hal tersebut disebabkan oleh penyakit selain infeksi
HIV.
Tidak punya uang untuk membayar testing dan konseling, bila pelayanan
tersebut dikenakan biaya, terutama remaja yang tidak memiliki uang
sendiri.
Kegagalan untuk mengambil hasil tes. Di beberapa tempat tercatat bahwa
ada suatu proporsi yang tinggi dari orang-orang yang datang untuk konseling
dan testing namun mereka tidak kembali untuk mengambil hasil tes. Mereka
mungkin:
Berubah pikiran dan memutuskan bahwa mereka tidak ingin mengetahui
hasil tes setelah memikirkannya, khususnya jika mereka harus menunggu
lama untuk mendapatkan hasil tes tersebut.
Memutuskan tidak kembali setelah berbicara dengan pasangan, teman
atau anggota keluarganya.
Tidak benar-benar ingin mengetahui status HIV-nya, tetapi menjalani tes
untuk tidak melukai hati petugas kesehatan atau konselor, atau dipaksa
datang oleh seseorang dalam masyarakatnya.
Tidak punya waktu atau uang untuk biaya perjalanan ke pusat pelayanan
satu atau dua minggu kemudian (dan menemukan lebih mudah menerima
hasil tes pada hari yang sama).
Mengatasi hambatan-hambatan. Berbagai langkah dapat dilakukan untuk
mengatasi hambatan-hambatan terhadap konseling dan testing dan untuk
meminta lebih banyak orang yang datang mengambil hasil tesnya. Strategistrategi yang dipakai harus sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan setempat.
Strategi-strategi ini meliputi:
Penggunaan tes cepat/sederhana sehingga hasilnya dapat diberikan pada
hari yang sama dan klien tidak perlu datang kembali satu atau dua minggu
3-21

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

kemudian (namun demikian, melakukan dua tes cepat/ sederhana agak


mahal dan sangat penting untuk meyakinkan bahwa klien memiliki cukup
waktu sebelum menjalani tes untuk memikirkan implikasi-implikasinya).
Pendidikan
kepada
masyarakat
sehingga
mengetahui
keuntungankeuntungan mengetahui status HIV-nya baik positif maupun
negatif.
Meningkatkan pengetahuan akan pelayanan perawatan, pengobatan dan
dukungan yang tersedia bagi orang dengan HIV.
Penyediaan konseling yang berkualitas tinggi.
Jaminan bahwa upaya-upaya untuk mempertahankan kerahasiaan
berjalan dengan efektif dan klien mengetahui hal ini.
Pengintegrasian konseling dan testing HIV ke dalam pelayanan kesehatan
yang ada untuk mengurangi stigma yang berkaitan dengan kemungkinan
dilihat orang pada saat mengunjungi pusat pelayanan konseling dan
testing.

Testing HIV untuk kelompok-kelompok tertentu


Pelayanan kesehatan mungkin memutuskan untuk menawarkan testing HIV
kepada kelompok-kelompok tertentu karena alasan-alasan kesehatan
masyarakat, misalnya, orang-orang dengan tuberkulosis dan wanita hamil.
Namun demikian, sebelum testing dilakukan pada kelompok tertentu, berbagai
masalah perlu dipertimbangkan dengan hati-hati. Kebutuhan kelompok yang
lain seperti laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki, remaja dan
pemakai narkoba suntikan, yang sering dilupakan, juga harus dipertimbangkan
dalam merencanakan pelayanan konseling dan testing.
Wanita hamil. Testing untuk wanita hamil sedang diperkenalkan di beberapa
tempat, karena kemungkinan risiko penularan HIV dari wanita hamilyang
terinfeksi HIV kepada bayinya dapat diturunkan secara bermakna. Beberapa
intervensi yang selama ini telah diberikan kepada ibu hamil tanpa memandang
status HIV-nya, seperti profilaksis malaria, suplementasi vitamin, suplementasi
zat besi dan skrining serta pengobatan infeksi menular seksual dapat
membantu menurunkan penularan HIV dari ibu ke bayinya.
Risiko penularan HIV dari ibu ke bayinya dapat diturunkan secara bermakna
dengan memberikan terapi antiretroviral (ARV) kepada ibu dan bayinya selama
proses persalinan dan menghindari pemberian air susu ibu (ASI). Agar wanita
hamil dapat mengambil keputusan yang baik tentang apakah akan menjalani
terapi antiretroviral selama persalinan, di mana terapi tersebut tersedia, maka
dia perlu tahu apakah dia memiliki HIV atau tidak. Oleh karena itu, konseling
dan testing HIV sukarela akan memberi manfaat bagi wanita hamil yang
memiliki akses kepada terapi antiretroviral, jika ia merupakan bagian dari suatu
paket perawatan dan dukungan yang tersedia bagi wanita dengan HIV. Terapi
yang lebih baru dan lebih murah saat ini sedang diteliti yang mungkin akan
membu-at penularan dari ibu ke bayi lebih mudah untuk dicegah.
3-22

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

Paket perawatan dan dukungan harus mencakup:


Penurunan risiko infeksi pada bayi dan penurunan jumlah bayi yang lahir
dengan HIV.
Membantu wanita dan pasangannya untuk membuat keputusan yang baik
dalam hal pemberian makanan kepada bayi, perilaku seksual dan
kehamilan selanjutnya.
Namun demikian, konseling dan testing terhadap wanita hamil dapat
menimbulkan kerugian-kerugian di samping manfaat yang diperoleh. Hal ini
harus dipertimbangkan dengan hati-hati sebelum memulai testing pada wanita
hamil, bahkan pada tempat-tempat yang terapi antiretroviralnya tersedia
sekalipun. Kenyataan bahwa terapi antiretroviral tersedia untuk sejumlah kecil
wanita dapat menyebabkan timbulnya situasi di mana kerahasiaan, informed
consent dan konseling tidak adekuat. Misalnya:
Klinik-klinik melakukan testing HIV rutin atau mandatory kepada wanita
hamil.
Wanita hamil dipaksa untuk menjalani tes oleh konselor atau petugas
kesehatan demi keselamatan bayinya, dan merasa tidak mampu menolak
testing tersebut.
Petugas kesehatan atau konselor tidak memberikan informasi yang
seimbang kepada wanita hamil tentang risiko-risiko dan manfaat testing
HIV, sehingga wanita ini tidak mampu membuat keputusan yang baik atau
yang sepenuhnya disadari.
Kemungkinan kerugian lain dari testing untuk wanita hamil adalah:
Keengganan wanita untuk mencari perawatan antenatal karena takut akan
testing wajib tersebut.
Sikap negatif dari petugas kesehatan dan penolakan untuk memberikan
perawatan antenatal rutin atau dukungan selama persalinan.
Tekanan terhadap wanita untuk melakukan aborsi jika mereka diketahui
HIV positif.
Peningkatan stres dan kecemasan, khususnya jika tidak ada akses
kepada terapi antiretroviral dan jika tidak memungkinkan untuk
menggunakan metode pemberian makanan alternatif kepada bayinya.
Kesulitan dalam menjaga kerahasiaan status HIV, khususnya jika wanita
HIV positif memilih untuk tidak memberi asi dalam budaya di mana
menyusui adalah suatu norma yang berlaku.
Diskriminasi, penyiksaan, penolakan dan kekerasan jika status HIV wanita
itu terbuka baik secara langsung maupun tidak langsung misalnya, jika
dia memutuskan untuk tidak menyusui bayinya atau mengemukakan
masalah seks yang aman kepada pasangannya.
Wanita dipersalahkan karena membawa HIV ke dalam keluarganya dan
memberikan HIV kepada bayinya.
3-23

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

Melakukan testing untuk wanita hamil di mana akses terapi antiretroviral tidak
ada dan alternatif pengganti ASI tidak mungkin dilakukan, akan memberi
manfaat yang, jika ada, kecil.
Di tempat-tempat di mana terapi antiretroviral tersedia, pelayanan konseling dan
testing sukarela untuk wanita hamil perlu melakukan konseling pra tes dan
pasca tes yang khusus, sebagai tambahan dari konseling yang biasa. Masalahmasalah berikut ini perlu didiskusikan dengan wanita hamil tersebut:
Informasi tentang HIV, kehamilan dan risiko penularan kepada bayi yang
dikandung.
Informasi tentang kemungkinan manfaat bagi wanita tersebut untuk
mengetahui status HIV-nya, termasuk dukungan dan perawatan bila hasil
tesnya positif.
Implikasi-implikasi dari suatu hasil positif bagi bayi, anak-anak berikutnya
dan keputusan tentang pemberian makanan kepada bayinya.
Implikasi-implikasi dari suatu hasil positif bagi hubungan antara wanita
tersebut dengan ayah bayinya dan apakah wanita itu merasa akan
mampu menyampaikan hasil itu kepadanya - mungkin lebih mudah bagi
wanita itu jika pasangannya datang untuk konseling dan testing pada saat
yang sama.
Penjelasan bahwa testing tersebut tidak wajib dan wanita tersebut tidak
akan ditolak aksesnya terhadap perawatan antenatal jika dia memilih
untuk tidak dites.
Konseling pasca tes untuk wanita hamil yang HIV positif harus mencakup
informasi berikut, sebagai tambahan terhadap konseling pasca tes yang biasa:
Terapi antiretroviral
Pilihan-pilihan cara pemberian makanan kepada bayi, dan keuntungan
serta risiko menyusui, untuk membantu wanita itu membuat keputusan
yang baik tentang bagaimana memberi makan kepada bayinya.
Alternatif-alternatif pengganti menyusui yang aman, jika ibu tersebut
memutuskan untuk tidak menyusui, dan keluarga berencana, karena
peningkatan kemungkinan untuk segera hamil lagi sebagai akibat dari
tidak menyusui.
Perawatan terhadap bayinya.
Pentingnya makanan yang baik dan mencari pengobatan lebih dini bila
wanita itu sakit.
Informasi tentang pengaturan jarak anak dan kontrasepsi.
Rujukan untuk pelayanan pengobatan, perawatan dan dukungan.
Diskusi dengan wanita hamil harus mencakup:
Kemungkinan manfaat dan risiko berbagi informasi tentang status HIV-nya
dengan pasangan, keluarga dan teman.
3-24

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

Konseling keluarga, jika memungkinkan, untuk mencegah wanita HIV


positif itu dipersalahkan dan ditolak.
Perencanaan masa depan, termasuk rujukan untuk mendapatkan
dukungan hukum dan spiritual
Bayi dan anak-anak. Testing HIV terhadap bayi dan anak-anak harus dipertimbangkan dengan sangat hati-hati. Diagnosis sulit ditegakkan pada anakanak yang umurnya kurang dari 18 bulan dan ada implikasi-implikasi terhadap
ibu dan anggota keluarga lainnya.
Semua anak yang lahir dari ibu yang HIV positif memiliki antibodi terhadap HIV
dari ibunya di dalam darahnya pada saat lahir, kecuali jika ibunya berada pada
masa jendela. Hal ini berarti bahwa tes antibodi terhadap HIV akan memberikan
hasil positif, tetapi tidak selalu berarti bahwa bayi itu terinfeksi.
Antibodi yang didapat dari ibu mulai menghilang dalam darah bayi setelah
umurnya 12-15 bulan dan bayi sendiri mulai membentuk antibodinya sendiri
pada umur sekitar 18 bulan. Testing antibodi tidak dapat menunjukkan apakah
seorang bayi menderita HIV sampai setelah umur 18 bulan. Untuk
mendiagnosis infeksi HIV pada anak yang umurnya di bawah 18 bulan, harus
digunakan tes-tes yang mahal yang lebih banyak mendeteksi virusnya
dibandingkan antibodinya, seperti PCR atau biakan virus.
Suatu hasil tes positif pada bayi sampai umur 18 bulan menunjukkan bahwa
ibunya menderita HIV. Ibu tersebut harus mendapat konseling dan memberi
persetujuannya sebelum bayi dan anak-anaknya dites. Jika tidak, dia tidak akan
siap untuk menghadapi kenyataan bahwa anaknya menderita HIV, bahwa dia
sendiri mungkin menderita HIV, pasangannya mungkin menderita HIV, dan
anak-anaknya yang akan datang juga mungkin terinfeksi.
Penderita dengan tuberkulosis. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Kebanyakan orang yang diinfeksi oleh bakteri ini tidak pernah
menjadi sakit oleh penyakit tuberkulosis aktif. Sebelum ada HIV, hanya satu dari
sepuluh orang yang terinfeksi bakteri tuberkulosis, menjadi tuberkulosis aktif
(TB) dan sisanya yang sembilan orang tetap sehat. Sekarang diperkirakan
sepertiga sampai setengah dari penderita HIV yang terinfeksi bakteri
tuberkulosis akan berkembang menjadi TB.
Testing HIV sering dianjurkan untuk orang-orang yang diduga menderita TB.
Salah satu alasannya adalah karena orang dengan infeksi tuberkulosis dapat
mengalami efek samping yang serius bila diobati dengan obat anti-tuberkulosis
jenis thiacetazone bila ia juga terinfeksi HIV. Alasan lainnya adalah karena
orang dengan TB lebih banyak yang menderita HIV dibandingkan dengan
populasi lainnya dan oleh karena itu kadang-kadang dilihat sebagai kelompok
yang bisa mendapat manfaat dari konseling dan testing HIV sukarela.
Seorang petugas kesehatan mungkin menduga bahwa orang dengan gejalagejala tuberkulosis memiliki infeksi HIV, jika tuberkulosis sulit ditegakkan
3-25

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

diagnosisnya, atau jika orang itu memiliki kesakitan lain yang terkait dengan
HIV. Orang seperti ini harus ditawari konseling dan testing, bila tersedia. Namun
demikian, mereka tidak boleh dipaksa untuk menjalani tes HIV.
Tidak perlu melakukan tes HIV untuk pasien tuberkulosis untuk
memutuskan regimen pengobatan antituberkulosisnya. Di daerah-daerah
di mana banyak orang terinfeksi HIV, dianjurkan untuk menggunakan obat
antituberkulosis selain thiacetazone. Mengobati semua pasien
tuberkulosis dengan obat alternatif pengganti thiacetazone lebih murah
daripada melakukan testing HIV untuk semua pasien yang didiagnosis
dengan tuberkulosis.
Testing wajib pada pasien-pasien tuberkulosis dapat menghalangi pasien
tersebut mencari perawatan, menurunkan kredibilitas pelayanan
kesehatan dan meningkatkan stigmatisasi terhadap orang-orang dengan
tuberkulosis. Di banyak tempat, orang-orang telah mengetahui hubungan
antara tuberkulosis dengan HIV, dan jika seorang dewasa muda
menderita tuberkulosis maka dapat secara salah diasumsikan bahwa
orang itu juga menderita HIV.
Tuberkulosis dapat diobati secara efektif pada orang-orang dengan HIV.
Pengobatannya sama saja tanpa memandang status HIVnya, sehingga
testing HIV tidak diperlukan untuk memutuskan pengobatan
antituberkulosis.
Orang-orang dengan HIV yang terinfeksi bakteri tuberkulosis tetapi belum
memiliki tuberkulosis aktif bisa mendapat manfaat dari profilaksis dengan
obat antituberkulosis, biasanya isoniazid. Namun demikian, ketersediaan
dari pengobatan pencegahan dengan isoniazid (IPT) bukanlah alasan
untuk melakukan testing HIV pada pasien tuberkulosis. IPT hanya
berguna bagi orang dengan HIV yang belum menunjukkan gejala-gejala
tuberkulosis.
Suatu pendekatan yang lebih efektif daripada testing HIV untuk pasien TB
adalah meyakinkan bahwa konseling pra tes untuk orang yang mencari testing
HIV sukarela mencakup informasi tentang gejala-gejala dan tandatanda
tuberkulosis dan pentingnya diagnosis dini dan pengobatan.
Setiap orang yang akan dites harus ditanya apakah mereka batuk-batuk. Jika
mungkin, mereka yang batuk-batuk tersebut harus menjalani skrining TB.
Semua orang yang menderita TB harus dicatat dan diobati seperti dalam
program tuberkulosis.
Melakukan skrining TB dan memberikan terapi pencegahan dengan isoniazid
untuk orang-orang dengan infeksi tuberkulosis, tetapi bukan TB aktif, harus
merupakan bagian dari suatu paket perawatan untuk orang-orang yang
didiagnosis HIV positif setelah konseling sukarela dan testing HIV.
Petugas kesehatan, HIV dan TB. Petugas kesehatan yang bertugas
menangani pasien-pasien tuberkulosis kadang-kadang mempertimbangkan
3-26

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

untuk menjalani tes HIV. Hal ini terjadi karena petugas kesehatan yang positif
HIV mungkin berisiko tinggi untuk terkena infeksi tuberkulosis. Namun demikian,
seperti halnya orang lain, petugas kesehatan harus membuat keputusan mereka sendiri tentang apakah akan mencari konseling dan testing HIV atau tidak.
Petugas kesehatan yang positif HIV dapat diberikan terapi pencegahan dan
diberikan tugas-tugas yang memperkecil kemungkinan kontak mereka dengan
pasien-pasien tuberkulosis.
Di mana bisa melakukan testing HIV sukarela?
Tes HIV sukarela dapat dilaksanakan di Klinik Pemerintah maupun swasta,
Rumah Sakit, atau Labolatorium yang menyediakan layanan tersebut. Alamat
dan telpon lembaga-lembaga tersebut ada dalam Lembar Informasi dan
Rujukan dan Lembar Daftar Tempat Layanan VCT
Prosedurnya: pertama-tama Anda akan diberikan konseling pra tes oleh
seorang konselor terlatih lalu darah Anda akan diambil dari pembuluh darah di
lengan untuk dites. Hasil tes akan disampaikan oleh konselor secara rahasia
hanya kepada Anda saja dan diikuti konseling pasca tes (lihat gambar).
Cara dan Tempat Mendapatkan Testing HIV

3.2 MONITORING
Pemeriksaan viral load
Viral load adalah istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan jumlah virus
HIV dalam darah. Viral load diukur melalui pemeriksaan sampel darah.
Jenis pemeriksaan viral load: ada tiga jenis pemeriksaan viral load yang
sekarang umum dipergunakan, yaitu: Q-PCR, bDNA dan NASBA. Q-PCR
(quantitative polymerase chain reaction) dikenal dengan Amplicor HIV-1 Monitor
Test, dibuat oleh Roche Molecular Systems. Sedangkan bDNA (branched-chain
DNA, atau Quantiplex) dibuat oleh Bayer, dan NASBA (nucleic acid sequencebased amplification) dibuat oleh Organon Teknika. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan mempergunakan sampel darah dan membuat serta mem-perbanyak
kopian virus yang terdapat dalam sampel darah tersebut. Melalui perhitungan
matematik, jumlah partikel virus yang terdapat dalam sampel darah yang
diperiksa dapat diperkirakan.
3-27

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

Setiap cara pemeriksaan tersebut di atas, baik untuk stadium infeksi HIV
tertentu. Q-PCR paling sensitif untuk mendeteksi jumlah virus yang sangat
rendah dalam darah, sedangkan pemeriksaan dengan bDNA paling akurat
untuk menentukan jumlah virus yang tinggi. Setiap cara pemeriksaan memiliki
tingkat kesalahan tertentu (sampai 20%). Selain itu, setiap cara pemeriksaan
memerlukan jumlah sampel darah yang berbeda, bDNA memerlukan 2 ml (kirakira setengah sendok I), NASBA dan Q-PCR masing-masing memerlukan
hanya 100 dan 200 l (jauh lebih sedikit). Pemeriksaan darah lainnya
memerlukan jumlah sampel darah yang jauh lebih banyak. Pemeriksaan Q-PCR
memberikan hasil viral load dua kali lebih tinggi dibandingkan b-DNA, oleh
karena itu pemeriksaan perlu dilakukan di tempat/laboratorium yang sama
sehingga gambaran kecenderungan hasil pemeriksaan dapat disimpulkan
dengan baik.
Viral load biasanya dinyatakan sebagai jumlah turunan HIV untuk setiap ml
darah. Tes ini dapat menghitung sampai 1,5 juta turunan virus dan terus
ditingkatkan sensitivitasnya. Tes bDNA generasi I hanya mampu mendeteksi
paling rendah 10.000 turunan virus, sedangkan generasi ke-2nya mampu
mendeteksi sampai 500 turunan virus. Sekarang ada tes yang sangat sensitif
yang dapat mendeteksi sampai kurang dari 5 turunan virus. Namun demikian,
menurut Departemen Kesehatan Amerika, viral load disebut tidak terdeteksi bila
kurang dari 50 turunan virus/ml darah.
Tidak ada batas nilai yang pasti mengenai seberapa besar viral load yang
disebut tinggi atau rendah. Kita tidak tahu seberapa lama seseorang akan tetap
sehat dengan tingkat viral load tertentu. Yang diketahui adalah, semakin rendah
viral load semakin bagus dan semakin lama orang bisa hidup. Departemen
kesehatan Amerika menyarankan agar setiap ODHA yang memiliki viral load >
55.000 ditawari pengobatan.
Hasil pemeriksaan viral load merupakan petunjuk tingkat aktivitas virus.
Aktivitas virus yang lebih tinggi akan mengakibatkan viral load yang lebih tinggi
pula, dan semakin berat kerusakan yang ditimbulkan terhadap sistem imun.

Viral load

Grafik viral load tanpa pengobatan


menurut waktu

Waktu

Saat A
Stadium 1
Serokonversi
Viral load tinggi

Saat B
Stadium 2
Tidak ada tanda-tanda
Viral load rendah-sedang

Saat C
Stadium 3 & 4
Ada tanda-tanda
Viral load sangat tinggi

Sumber: Duffin, 1997


3-28

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

Gambaran khas viral load menurut waktu terlihat dalam gambar di atas. Segera
setelah infeksi, terjadi viral load yang tinggi sekali sampai ada reaksi sistem
imun. Kemudian selama beberapa tahun virus dan sistem imun berada dalam
keseimbangan. Tetapi, selama fase ini virus tetap sibuk, melakukan perusakan
secara perlahan-lahan. Akhirnya, virus bisa membanjiri sistem imun dan mampu
memperbanyak diri lebih cepat.
Bila dokter belum menyarankan untuk pemeriksaan viral load, pasien dapat
memintanya. Dokter akan mengambil sampel darah yang dibutuhkan dan
kemudian mengirimnya ke laboratorium. Hasil pemeriksaan akan datang
setelah beberapa minggu. Pemeriksaan yang ke dua biasanya dilakukan
setelah dua atau empat minggu. Hasil pemeriksaan ini merupakan data dasar
untuk perbandingan dengan hasil pemeriksaan selanjutnya.
Kapan dan untuk apa tes viral load dilakukan
Indikasi dan penggunaan tes viral load dapat dilihat dalam tabel berikut*:
Indikasi klinik

Informasi

Penggunaan

Sindroma yang sesuai


dengan infeksi HIV akut

Menegakkan diagnosis
bila tes antibodi HIV
negatif/meragukan.

Diagnosis**

Evaluasi awal terhadap


infeksi HIV yang baru
ditemukan.

Data dasar viral load.

Keputusan untuk
memulai atau menunda
terapi.

Setiap 3 sampai 4 bulan


pada ODHA yang tidak
mendapat terapi.

Perubahan dalam viral


load.

Keputusan untuk
memulai terapi.

Dua sampai 8 minggu


setelah memulai terapi
ARV.

Penilaian awal terhadap


kemanjuran obat.

Keputusan untuk
melanjutkan atau
mengubah terapi.

Tiga sampai 4 bulan


setelah permulaan
terapi.

Efek maksimal dari terapi.

Keputusan untuk
melanjutkan atau
mengubah terapi.

Setiap 3 sampai 4 bulan


pada ODHA dengan
terapi.

Kesinambungan efek dari


ARV.

Keputusan untuk
melanjutkan atau
mengubah terapi.

Peristiwa klinik atau


penurunan sel CD4
yang bermakna.

Hubungan dengan viral


load yang berubah atau
menetap.

Keputusan untuk
melanjutkan, memulai
atau mengubah terapi.

Penyakit akut seperti pneumonia bakteri, TB, herpes simpleks, PCP dll. serta
imunisasi dapat menyebabkan peningkatan viral load selama 2 sampai 4 minggu.
Oleh karena itu tes viral load sebaiknya tidak dilakukan pada periode ini.

3-29

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

** Diagnosis infeksi HIV yang dibuat berdasarkan pemeriksaan viral load harus
dikonfirmasi dengan metode standar, misalnya dengan Western Blot 2 sampai 4
bulan setelah tes negatif atau meragukan sebelumnya.

Pemeriksaan CD4+
Sebelum pemeriksaan viral load, pemeriksaan yang biasa dipergunakan adalah
hitung sel T. Hitung sel T dipergunakan untuk pemeriksaan jumlah sel CD4 dan
CD8.
Hitung sel T masih tetap penting dan dipergunakan bersama-sama dengan
pemeriksaan viral load.
Jumlah sel CD4 memberikan gambaran kasar tentang kesehatan sistem imun.
Jumlah sel CD4 yang normal berkisar antara 500 dan 1.600. Sedangkan jumlah
sel CD8 berkisar antara 375 dan 1.100.
Pemeriksaan CD4 dan viral load jelas menunjukkan hal yang berbeda. CD4
menggambarkan kesehatan dari sistem imun pada saat pemeriksaan dan
seberapa kerusakan sistem imun yang telah terjadi oleh virus tersebut. Jadi,
merupakan ukuran tentang apa yang telah terjadi.
Viral load menggambarkan aktivitas virus saat itu dan kemungkinan kerusakan
sistem imun yang akan terjadi. Bila hasil viral load sangat rendah dapat
menggambarkan bahwa sistem imun menunjukkan perbaikan dan bukan
kerusakan. Jadi, merupakan ukuran apa yang sedang terjadi saat ini dan
kemungkinan selanjutnya pada masa yang akan datang.
Penggunaan hitung sel T dan pemeriksaan viral load
Pemeriksaan viral load dan hitung sel T, dilakukan bersama-sama, dapat
dipergunakan untuk menentukan:
Kapan pengobatan dimulai (lihat Bab Pengobatan ARV).
Apakah pengobatan yang sedang dilakukan berhasil atau harus diganti
dengan obat lain (lihat Bab Pengobatan ARV).
Apakah perlu obat pencegahan untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya infeksi oportunistik.
Untuk menentukan kapan pengobatan pencegahan infeksi oportunistik, patokan
yang digunakan adalah sebagai berikut, bila:
CD4 < 200, perlu profilaksis untuk PCP.
CD4 < 100, perlu profilaksis untuk toksoplasmosis dan kriptokokosis.
CD4 < 75, perlu profilaksis untuk MAC.
Oleh karena jumlah sel T dapat bervariasi, sangat penting diperhatikan
persentase relatif sel-sel CD4+ dan CD8+ untuk menggambarkan keadaan
imunitas tubuh. Persentase CD4+ adalah persentase CD4+ terhadap jumlah
seluruh limfosit, ini merupakan indikator yang lebih baik untuk menggambarkan
3-30

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

perkembangan penyakit dibandingkan dengan hanya pemeriksaan jumlah


CD4+ saja. Nilai normal persentase CD4+ adalah 20-40%. Indikator yang lain
adalah rasio CD4+/CD8+. Nilai normal rasio ini adalah 0,9-1,9. Pada infeksi HIV
rasio ini akan terbalik, sel-sel CD8+ akan meningkat, sedangkan sel-sel CD4+
menurun.
Walaupun pemeriksaan sel T dapat dipergunakan sebagai pegangan yang
kasar untuk memulai pengobatan dan memonitor fungsi imun, hasilnya bisa
bervariasi dan bukan merupakan indikator kesehatan atau kesakitan yang pasti.
Hasil pemeriksaan dapat bervariasi menurut waktu dalam sehari, infeksi yang
sedang dialami, kurang tidur, stres dan faktor-faktor biologik lainnya. Hasil yang
berbeda juga bisa oleh karena pemeriksaan lab, misalnya waktu antara
pengambilan sampel dan waktu pemeriksaan yang dilakukan. Oleh karena itu,
penilaian hendaknya dilakukan dengan melihat kecenderungan hasil
pemeriksaan, tidak hanya dengan pemeriksaan sekali saja.
Di mana bisa mendapatkan tes CD4?

Tes CD4 dapat dilakukan di Klinik, Laboratorium, Rumah Sakit Swasta maupun
Pemerintah yang menyediakan layanan tersebut.
Biaya pemeriksaan:

Lihat Lembar Lampiran di akhir Bab ini


Bagaimana bila pemeriksaan CD4 tidak tersedia?
Jumlah limfosit berhubungan dengan kenaikan/penurunan CD4. Hal ini
kemungkinan bisa dipergunakan sebagai ukuran kerusakan sistem imun bila
pemeriksaan CD4 tidak bisa dilakukan. Jumlah limfosit > 2000 sesuai dengan
CD4 > 500, jumlah limfosit 1000-2000 sesuai dengan CD4 200-500, dan jumlah
limfosit < 1000 sesuai dengan CD4 < 200.

3-31

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

3-32

Buku Pegangan Konselor


HIV

Testing HIV

Lembar Lampiran
BAB 3

TESTING HIV

Biaya pemeriksaan: (di layanan testing Jakarta)

CD4
: gratis - Rp. 125.000,Viral load : gratis - Rp. 850.000,-ELISA
: gratis - Rp. 100.000,-(Informasi terkini pada Bulan April 2005)

3-33

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pengobatan ARV

$ RINGKASAN
4.1 CARA KERJA DAN JENIS OBAT-OBAT ARV (ANTIRETROVIRAL)
Cara kerja obat-obat anti retroviral.
Obat-obat antiretroviral yang telah beredar saat ini sebagian besar bekerja
berdasarkan siklus replikasi HIV dan obat-obat baru lainnya masih dalam
penelitian.
Jenis obat-obat antiretroviral:
Attachment inhibitors (mencegah perlekatan virus pada sel hos/host cell)
dan fusion inhibitors (mencegah fusi membran luar virus dengan membran sel
hos). Obat ini adalah obat baru yang sedang diteliti pada manusia.
Reverse transcriptase inhibitors atau RTI, mencegah salinan RNA virus ke
dalam DNA sel hos. Beberapa obat-obatan yang dipergunakan saat ini adalah
golongan Nukes dan Non-Nukes.
Golongan Nukes (nucleoside RT inhibitors), mengelabui HIV sehingga
membentuk reverse transcriptase yang cacat dari bahan-bahan dasar yang
palsu (Zidovudine, Lamivudine, Abacavir, dll.).
Golongan Non-Nukes (non-nucleoside RT inhibitors), mengikat reverse
transcriptase sehingga tidak berfungsi (Nevirapine, Delavirdine, Evavirenz).
Integrase inhibitors, menghalangi kerja enzim integrase yang berfungsi
menyambung potongan-potongan DNA untuk membentuk virus. Penelitian
obat ini pada manusia dimulai tahun 2001 (S-1360).
Protease inhibitors (PIs), menghalangi enzim protease yang berfungsi
memotong DNA menjadi potongan-potongan yang tepat. Golongan obat ini
sekarang telah beredar di pasaran (Saquinavir, Ritonavir, Lopinavir, dll.).
Immune stimulators (perangsang imunitas) tubuh melalui kurir (messenger)
kimia, termasuk interleukin-2 (IL-2), Reticulose, HRG214. Obat ini masih
dalam penelitian tahap lanjut pada manusia.
Obat antisense, merupakan bayangan cermin kode genetik HIV yang
mengikat pada virus untuk mencegah fungsinya (HGTV43). Obat ini masih
dalam percobaan.
4.2 SAAT MEMULAI MENGGUNAKAN OBAT ARV
WHO (2002) menganjurkan untuk mulai mempergunakan obat antiretroviral pada
orang dewasa sebagai berikut:

4-1

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pengobatan ARV

Bila pemeriksaan CD4 dapat dilakukan:


ODHA stadium IV (menurut WHO), tanpa memperhatikan hasil
pemeriksaan CD4.
ODHA stadium I, II atau III*** (menurut WHO) dengan hasil
pemeriksaan CD4 <200/l*.
Bila pemeriksaan CD4 tidak dapat dilakukan:
ODHA stadium IV (menurut WHO), tanpa memperhatikan hasil hitung
limfosit total.
ODHA stadium I, II atau III*** (menurut WHO) dengan hasil hitung
limfosit total <1000-1200/l**.
*

Ketelitian CD4 di atas 200/l sebagai permulaan pengobatan ARV masih belum jelas, tetapi
terdapatnya

tanda-tanda

dan

tingkat

penurunan

CD4

(bila

dapat

diperiksa)

harus

dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.


** Limfosit total sebesar 1000-1200/l dapat diganti dengan CD4 dan dijumpai tanda-tanda HIV.
Hal ini kurang penting pada ODHA tanpa gejala. Jadi, bila tidak dapat dilakukan pemeriksaan
CD4, ODHA tanpa gejala (stadium I menurut WHO) hendaknya jangan dilakukan pengobatan
oleh karena belum terdapat petunjuk tentang beratnya penyakit.
*** Pengobatan juga dianjurkan pada ODHA stadium III yang lanjut, termasuk kambuh, luka pada
mulut yang sukar sembuh dan infeksi yang berulang tanpa memperhatikan pemeriksaan CD4
dan limfosit total.

Pengobatan kombinasi obat-obat ARV


Manfaat penggunaan obat dalam bentuk kombinasi:
Memperkecil kemungkinan terjadinya resistensi.
Meningkatkan efektivitas (aktivitas antiretroviral yang lebih tinggi).

Indikasi memulai pengobatan ARV pada pengidap HIV kronik


Kategori Klinik

Jumlah CD4

Viral Load

Dengan gejala (AIDS)

Semua nilai

Tanpa gejala, AIDS

< 200/mm

Semua nilai

Tanpa gejala

> 200 - < 350/mm

Tanpa gejala

> 350/mm

> 30.000/mm (bDNA)


atau
3
> 55.000/mm (RT-PCR)

Tanpa gejala

> 350/mm

< 30.000/mm (bDNA)


atau
3
< 55.000/mm (RT-PCR)

3
3

Rekomendasi
Obati

Semua nilai

Obati

Semua nilai

Pada umumnya diobati


3

Beberapa ahli
memutuskan untuk
mengobati, karena
penelitian menunjukkan
risiko menjadi AIDS dalam
3 tahun lebih dari 30%.

Tunda pengobatan,
karena risiko menjadi
AIDS dalam 3 tahun
kurang dari 15%.

4-2

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pengobatan ARV

4.3 CARA MEMILIH OBAT


Obat-obat akan menunjukkan efek yang baik bila ODHA mengikuti peraturan
pengobatan dan melakukan pemeriksaan kesehatan dengan teratur. Yang harus
diperhatikan adalah:
Aktivitas sesuai jadwal kerja dan pola hidup agar obat dapat diminum pada
waktunya dan tidak terlupakan.
Obat yang paling mudah dipergunakan adalah obat yang diminum sewaktu
makan. Makan berfungsi sebagai alat untuk mengingatkan minum obat.
Bila ODHA banyak bepergian, waktu makan tidak teratur, obat yang bekerja
bila diminum sewaktu perut kosong merupakan pilihan yang paling baik.
Obat yang diminum pada tengah hari biasanya paling sering dilupakan.
4.4 EFEK SAMPING OBAT
Efek samping dapat berupa reaksi alergi (gatal-gatal dan bercak merah pada kulit
atau panas) yang timbulnya tidak bisa diramalkan, dan efek yang merupakan akibat
langsung dari obat tersebut.
Pada beberapa ODHA, reaksi alergi ini dapat diatasi dengan cara mulai pengobatan
dengan dosis rendah, selanjutnya ditingkatkan sedikit demi sedikit selama beberapa
hari.
Efek samping jangka pendek: mual, muntah, mencret, sakit kepala, lesu, dan
susah tidur. Efek samping ini terjadi segera setelah obat diminum dan berkurang
secara perlahan-lahan atau hilang bersamaan setelah beberapa minggu.
Efek samping jangka panjang: obat-obatan ini merupakan obat baru, dan
belum banyak diketahui keamanannya untuk jangka panjang. Oleh karena itu
ODHA perlu memeriksakan diri ke dokter untuk mengetahui kemungkinan
terjadinya efek samping ini. Bila ternyata timbul, obat yang dipergunakan
sebaiknya diganti sebelum terjadi kelainan yang berat.
Efek samping pada wanita: Efek samping baik pada wanita maupun laki-laki
adalah sama, tetapi perbedaan penting adalah bahwa pada wanita efek samping
yang terjadi kadang-kadang lebih berat. Hal ini dapat ditanggulangi dengan
menggunakan dosis yang lebih rendah.
4.5 KEPATUHAN MINUM OBAT
Resistensi obat. Semua obat antiretroviral diberikan dalam bentuk kombinasi,
di samping meningkatkan efektivitas juga penting dalam mencegah terjadinya
resistensi. Kepatuhan terhadap aturan pemakaian obat juga sangat membantu
mencegah terjadinya resistensi. Virus yang resisten terhadap obat akan
berkembang lebih cepat yang berakibat bertambah buruknya perjalanan penyakit.
Menekan virus secara terus-menerus. Obat-obat ARV diminum seumur hidup
secara teratur, berkelanjutan dan tepat waktu. Cara terbaik untuk menekan virus
secara terus menerus adalah dengan meminum semua pil yang harus diminum
secara tepat waktu, dan mengikuti petunjuk berkaitan dengan makanan.
Kiat penting untuk mengingat minum obat
4-3

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pengobatan ARV

Minumlah obat pada waktu yang sama setiap hari,


Harus selalu tersedia obat di tempat di manapun biasanya ODHA berada,
misalnya: di kantor, di rumah keluarga, pacar, dll,
Bawa obat ke manapun pergi (di kantong, tas, atau di mana saja asal tidak
memerlukan lemari es),
Pergunakan peralatan (jam, HP) yang berisi alarm (pengingat waktu) yang
bisa diatur agar berbunyi setiap waktu saatnya minum obat,
Pergunakan pelayanan pager untuk mengingatkan waktu saatnya minum
obat.
4.6 PERKEMBANGAN PENGADAAN OBAT ARV DI INDONESIA
Pengadaan obat ARV di Indonesia cukup berkembang dengan :
Tanggal 8 Desember 2003 PT Kimia Farma sudah memproduksi ARV generik
yaitu: Duviral dan Neviral yang diberikan secara cuma-cuma kepada 4000
ODHA selama tahun 2004. telah dipilih 25 Rumah Sakit di Indonesia yang
menyediakan obat ARV produksi PT Kimia Farma. ( Tabel 1)
Global Fund juga menyediakan bantuan ARV secara cuma-cuma di 4 provinsi
yaitu DKI jakarta, Bali, Riau, Papua dengan jenis obat Trionum dari India.
Di beberapa daerah seperti Bali yang mendapatkan bantuan dari pemerintah
dan beberapa pihak untuk pemberian ARV gratis kepada aktivis atau ODHA
yang tidak mampu sekurang-kurangnya selama 12 bulan .
4.7 BEBERAPA OBAT ANTIRETROVIRAL
Reverse transcriptase inhibitors (RTIs):
Golongan nucleoside RT inhibitors (Nukes): Zidovudine (Retrovir, AZT),
Didanosine (Videx, ddI), Zalcitabine (Hivid, ddC), dll.
Golongan non-nucleoside RT inhibitors atau
Non-Nukes: Nevirapine
(Viramune, NVP), Delavirdine (Rescriptor, DLV), Efavirenz (Sustiva,
EFV).
Protease inhibitors (PIs): Saquinavir (Invirase, SQV), Ritonavir (Norvir, RTV),
Indinavir (Crixivan, IDV).
Obat-obat lainnya:
Integrase inhibitors: masih dalam penelitian (S-1360).
Attachment inhibitors: sedang dalam penelitian pada manusia (FP21399,
Trimeris, TNX-355).
Obat antisense: masih dalam percobaan (HGTV43,).
Immune stimulators: masih dalam penelitian (Il-2, Aldesleukin, Proleukin),
Reticulose, HRG214

4-4

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pengobatan ARV

PENGOBATAN ARV
4.1 CARA KERJA DAN JENIS OBAT-OBAT ARV
Pengobatan dengan kombinasi obat-obat antiretroviral dapat mencegah
berkembangnya infeksi HIV menjadi AIDS. Penelitian klinik menunjukkan
bahwa ODHA yang mengikuti aturan pengobatan dan melakukan
pemeriksaan kesehatan dengan teratur, umumnya obat-obat akan bekerja
dengan baik. Kenyataannya, beberapa dokter mengatakan bahwa hanya
separuh pasiennya menunjukkan hasil yang baik.
Mengapa? Tidak semua obat-obat AIDS bekerja dengan baik pada semua
ODHA. Mutlak dan sangat penting bagi ODHA untuk minum obat pada
waktu yang sama setiap harinya. Sering efek samping obat, atau oleh
karena memang sifat umum manusia, hal tersebut sulit untuk dilaksanakan.
Dan oleh karena HIV selalu mengalami mutasi, tidak ada ODHA yang
terinfeksi oleh virus yang persis sama.
Pengobatan harus terencana dan disesuaikan dengan setiap individu.
Kapan pengobatan harus dimulai, masih merupakan pertanyaan besar.
Semua orang setuju bila pengobatan harus dimulai sedini mungkin setelah
infeksi, pada stadium infeksi akut, karena akan memberikan hasil paling
efektif. Akan tetapi kebanyakan orang tidak mengetahui kapan terinfeksi
sampai stadium infeksi kronik, ketika virus sudah melekat erat dalam tubuh.
Sulit dan tidak ada aturan yang tepat untuk memulai pengobatan pada
ODHA seperti itu.
Pada umumnya dokter sekarang menganjurkan untuk menunda pengobatan
sampai sistem imun mulai menunjukkan kegagalan. Keputusan ini
didasarkan atas jumlah sel CD4 dan jumlah virus HIV dalam darah (viral
load).
Keputusan penentuan pemilihan obat ARV untuk memulai pengobatan
merupakan hal yang sangat pelik. Tes yang baru dapat membantu
penentuan pilihan pengobatan yang paling baik untuk infeksi HIV pada
ODHA secara individual.
Ada beberapa jenis obat ARV. HIV mengalami mutasi secara cepat dan
cepat pula menimbulkan resisten terhadap satu jenis obat. Inilah sebabnya
pengobatan dilakukan dengan kombinasi obat-obat ARV. Virus yang
resisten terhadap salah satu jenis, dapat dibunuh oleh jenis lainnya. Selama
ini, cara ini tidak selalu memadai, dan virus bisa resisten terhadap beberapa
jenis obat. Dalam hal ini, pengobatan bisa diganti dengan obat kombinasi
4-5

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pengobatan ARV

yang lain. Oleh karena jenis obat ARV cukup banyak, kemungkinan ini
masih bisa dilaksanakan. Penelitian masih terus dilakukan untuk beberapa
jenis kombinasi yang berbeda.
Cara kerja obat-obat ARV
Jenis obat-obat ARV mempunyai target yang berbeda pada siklus replikasi
HIV:
Entry (saat masuk). HIV harus masuk ke dalam sel T untuk dapat mulai
kerjanya yang merusak. Mula-mula melekatkan diri pada sel, kemudian
menyatukan membran luarnya dengan membran luar sel.
Attachment inhibitors (mencegah perlekatan) dan fusion inhibitors
(mencegah fusi/peleburan) adalah obat baru yang sedang diteliti pada
manusia.

HIV
Sel CD4
Receptor CD4

RNA dan enzim HIV


Protease

Reverse transkriptase

Enzim HIV dan


selubung virus
RNA

DNA provirus
Integrase

DNA Manusia

HIV Baru
Gambar tahap-tahap replikasi virus HIV dalam sel CD4 yang dapat dihalangi oleh
obat-obat antiviral.
Sumber: Duffin, 1997.

p
q
t

Enzim reverse transcriptase dapat dihalangi oleh obat-obat AZT, ddC, ddl, 3TC
& D4T. Delavirdine dan nevirapine (obat baru dengan nama 1592)
Enzim integrase mungkin dihalangi oleh obat yang sekarang sedang
dikembangkan.
Enzim protease mungkin dapat dihalangi oleh obat-obat: saquinavir, ritonivir &
indinivir (Obat baru dengan nama nelfinivir)

4-6

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pengobatan ARV

Early replication (replikasi dini). Sifat HIV adalah mengambil alih mesin
genetik sel T. Setelah bergabung dengan sebuah sel, virus HIV
menaburkan bahan-bahan genetiknya ke dalam sel. Di sini HIV memiliki
masalah, dengan kode genetiknya yang tertulis dalam bentuk yang
disebut RNA. Sedangkan pada manusia, kode genetik tertulis dalam
DNA. HIV memecahkan masalah ini dengan membuat enzim yang
disebut reverse transcriptase atau RT yang menyalin RNAnya ke dalam
DNA.
Golongan obat AIDS yang disebut nucleoside RT inhibitors (Nukes)
mengelabui HIV sehingga membentuk reverse transcriptase yang cacat
dari bahan-bahan dasar yang palsu.
Golongan lainnya adalah non-nucleoside RT inhibitors atau Non-Nukes,
mengikat reverse transcriptase sehingga tidak berfungsi. Sekarang
dipergunakan beberapa obat-obatan golongan Nukes dan Non-Nukes
Late replication (replikasi lanjut). HIV harus menggunting-gunting DNA
sel, memasukkan DNAnya sendiri ke dalam guntingan-guntingan
tersebut, dan menyambung kembali helaian DNA tersebut. Alat/kit
penyambung tersebut memerlukan apa yang disebut integrase.
Penelitian integrase inhibitor pada manusia dimulai tahun 2001.
Assembly (perakitan/penyatuan). Begitu HIV mengambil alih
bahanbahan genetik sel, sel diatur untuk membuat potongan-potongan
sebagai bahan untuk membuat virus baru. Potongan-potongan ini harus
dipotong dalam ukuran yang benar yang dilakukan oleh enzim protease
HIV.
Beberapa protease inhibitors (PIs) sekarang telah beredar di pasaran.
Obat-obat ARV sebelum ini bekerja pada dua dari tahapan ini. Beberapa di
antaranya bekerja pada langkah 3 dengan menghalangi kerja enzim reverse
transcriptase. Golongan obat ini disebut reverse transcriptase inhibitors.
Beberapa obat ARV lainnya bekerja pada langkah 7. Obat-obat ini
menghalangi kerja enzim protease dan disebut protease inhibitors. (Lihat
gambar di atas)
Cara lainnya adalah dengan membuat sistem imun tubuh mampu melawan
HIV lebih efektif. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah melalui kurir
(messenger) kimia yang disebut interleukin-2 (IL-2), dan sekarang sedang
dalam penelitian tahap lanjut pada manusia.
Kemungkinan cara lainnya adalah penggunaan obat-obat antisense. Ini
adalah helaian bahan-bahan genetik yang membentuk semacam bayangan
cermin dari kode genetik HIV. Hal ini akan mengakibatkan virus kehilangan
fungsinya. Satu jenis obat antisense telah masuk dalam penelitian pada
manusia.
4-7

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pengobatan ARV

Sebelum ini, hanya ada AZT, ddl dan ddC sebagai obat ARV. Obat-obat ini
mempunyai beberapa manfaat, akan tetapi dalam kurun waktu tertentu,
virus akan menjadi resisten terhadap obat tersebut (hal ini berarti bahwa
virus HIV berusaha mengatasi mekanisme kimiawi obat tersebut). Sekarang
diketahui bahwa dengan cara mengkombinasikan obat dari golongan yang
berbeda yang bekerja pada tahap replikasi yang berbeda, resistensi tidak
akan terjadi dengan kecepatan yang sama seperti kecepatan bila hanya
menggunakan satu golongan obat saja. Perkembangan resistensi dapat
dicegah bila tidak ada salah satu jenis obat yang dilupakan dalam
pemakaiannya.
Jenis obat-obat ARV
Reverse transcriptase inhibitors (RTIs):
Golongan nucleoside RT inhibitors (Nukes), menghalangi
pembentukan reverse transcriptase sehingga tidak terjadi
pembentukan yang sempurna dari RNA virus menjadi DNA.
Nama generik

Nama dagang

Nama lain

Zidovudine
Didanosine
Zalcitabine
Stavudine
Lamivudine
Zidovudine/Lamivudine
Abacavir
Zidovudine/Lamivudine/
Abacavir
Tenofovir

Retrovir
Videx
Hivid
Zerit
Epivir
Combivir
Ziagen
Trizivir

AZT, ZCV
ddI
ddC, dideoxycytidine
D4T
3TC
Kombinasi AZT & 3TC
1592U89
Kombinasi AZT, 3TC &
Abacavir
Bis-poc PMPA

Viread

Golongan non-nucleoside RT inhibitors atau Non-Nukes, mengikat


reverse transcriptase sehingga tidak berfungsi.
Nama generik

Nama dagang

Nama lain

Nevirapine
Delavirdine
Efavirenz

Viramune
Rescriptor
Sustiva

NVP, BI-RG-587
DLV
EFV, DMP-266

Protease inhibitors (PIs): menghalangi kerja enzim protease yang


berfungsi memotong DNA yang dibentuk oleh virus dengan ukuran
yang benar untuk memproduksi virus baru.
4-8

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pengobatan ARV

Nama generik

Nama dagang

Nama lain

Saquinavir
Ritonavir
Indinavir
Nelfinavir
Saquinavir
Amprenavir
Lopinavir

Invirase
Norvir
Crixivan
Viracept
Fortovase
Agenerase
Kaletra

SQV
RTV
IDV
NFV
SQV
APV, 141W94
ABT-378/r

Integrase inhibitors: menghalangi kerja enzim integrase yang berfungsi


merakit potongan-potongan DNA untuk membentuk turunan virus
baru. Obat ini masih dalam penelitian pada manusia tahun 2001 (S1360).
Attachment inhibitors (mencegah perlekatan virus pada sel yang
diinfeksi) dan fusion inhibitors (mencegah fusi/penggabungan
membran virus dengan membran sel yang diinfeksi) adalah obat baru
yang sedang diteliti pada manusia (FP21399, PRO452, SCH-C,
Trimeris, T-20, T-1249, TNX-355).
Obat antisense: merupakan bayangan cermin kode genetik HIV yang
mengikat virus untuk mencegah fungsinya (HGTV43, dalam percobaan).
Perangsang imunitas (Immune stimulators): menggunakan kurir kimia
untuk merangsang respon imun tubuh, termasuk Interleukin-2 (Il-2,
Aldesleukin, Proleukin), Reticulose, HRG214, semuanya masih
dalam penelitian.
Pengobatan kombinasi obat-obat ARV
Semua obat ARV dipergunakan dalam bentuk kombinasi (misalnya dua, tiga
atau lebih obat antiviral dipergunakan bersama-sama).
Manfaat penggunaan obat-obat dalam bentuk kombinasi adalah:
Memperoleh khasiat yang lebih lama (untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya resistensi).
Meningkatkan efektivitas (mempunyai aktivitas ARV yang lebih
tinggi dan lebih menekan aktivitas virus).
Manfaat lainnya akan diperoleh dengan menggunakan lebih banyak
pilihan kombinasi. Bila timbul efek samping obat tertentu, bisa diganti
dengan obat lainnya. Bila virus mulai resisten terhadap obat yang
sedang dipergunakan (hal ini bisa diketahui dari hasil pemeriksaan

4-9

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pengobatan ARV

viral load), maka dapat dilakukan penggantian dengan kombinasi


lainnya.

Efektivitas obat ARV kombinasi


Tiga alasan penting penggunaan obat ARV dalam bentuk kombinasi:
Lebih efektif, oleh karena mempunyai khasiat ARV yang lebih tinggi
dan menurunkan jumlah viral load yang lebih tinggi pula, dibandingkan
dengan hanya satu jenis obat saja,
Kemungkinan terjadinya resistensi virus lebih kecil. Bila terjadi
resistensi, obat akan menjadi kurang efektif. Satu alasan untuk
melakukan pemeriksaan viral load adalah untuk meyakinkan bahwa
resistensi tidak terjadi. Dengan menggunakan satu jenis obat (obat
tunggal) resistensi bisa terjadi cukup cepat. Hal ini telah terbukti untuk
semua jenis obat antiviral yang telah diteliti selama ini. Banyak ODHA
telah menggunakan kombinasi tiga jenis obat tanpa menimbulkan
resistensi sampai waktu tertentu. Akan tetapi, bila lupa minum obat
dapat menimbulkan terjadinya resistensi. Kemungkinan terjadinya
resistensi jauh berkurang bila ODHA minum obat dengan teratur
dan sesuai aturan.
Kombinasi menyebabkan dosis masing-masing obat lebih kecil,
sehingga kemungkinan efek samping lebih kecil.
Viral load setelah pengobatan dimulai

Sumber: Cunningham, 1977

4-10

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pengobatan ARV

Indikasi memulai pengobatan ARV pada pengidap HIV kronik


Kategori Klinik

Jumlah CD4

Viral Load

Dengan gejala (AIDS)

Semua nilai

Tanpa gejala, AIDS

< 200/mm

Semua nilai

Tanpa gejala

> 200 - < 350/mm

Tanpa gejala

> 350/mm

> 30.000/mm (bDNA)


atau
3
> 55.000/mm (RT-PCR)

Tanpa gejala

> 350/mm

< 30.000/mm (bDNA)


atau
3
< 55.000/mm (RT-PCR)

3
3

Rekomendasi
Obati

Semua nilai

Obati

Semua nilai

Pada umumnya diobati


3

Beberapa ahli memutuskan mengobati, karena penelitian menunjukkan risiko menjadi AIDS dalam 3
tahun > 30%.

Tunda pengobatan, karena risiko menjadi AIDS


dalam 3 tahun < 15%.

Gambar: Perjalanan Alamiah Infeksi HIV dan Pengobatan Antiretroviral


Sumber: HEPP, 2001.
Flipped Ratio : Nilai normal rasio CD4:CD8 adalah 2:1, pada infeksi HIV, rasio
terbalik menjadi 1:2.
HAART
: Highly Active Antiretroviral Therapy (ARV yang sangat manjur).
Set Point
: titik di sekitar nilai viral load tanpa pengobatan dengan antiHIV.
Titik ini berbeda untuk setiap individu (progresivitas yang tinggi
umumnya memiliki set point yang lebih tinggi). Tujuan
pengobatan adalah untuk menurunkan set point tersebut,
menurunkan viral load tubuh orang dengan HIV.

4-11

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pengobatan ARV

4.2 SAAT MEMULAI MENGGUNAKAN OBAT ARV


HIV, seperti penyakit infeksi lainnya, semakin cepat pengobatan dimulai
semakin efektif hasilnya. Obat akan bekerja dengan baik apabila sistem
imun juga bekerja dengan baik melawan virus tersebut.
Ada banyak petunjuk yang memberi tanda untuk memulai pengobatan bila
ODHA dalam stadium 1 (serokonversi atau baru ketularan dalam tiga bulan
terakhir). Dalam fase serokonversi, respons terhadap obat kombinasi adalah
baik. Lebih dari 90% orang dengan HIV yang menggunakan obat kombinasi
menunjukkan hasil pemeriksaan viral load yang menurun menjadi tidak
terdeteksi dalam 8 minggu. Obat-obat ini akan menghambat
berkembangnya virus, dan membantu sistem imun mengatasi HIV.
Bila infeksi HIV telah terjadi beberapa lama, dan jumlah CD4 ternyata baik,
lebih dari 500 dan viral load kurang dari 10.000, orang dengan HIV mungkin
ingin menunggu sementara melakukan pemeriksaan berkala viral load dan
CD4 sambil tetap mencermati apa yang terjadi. Orang tersebut mungkin
ingin menunggu sampai informasi yang cukup tentang obat-obat yang ada
atau ditemukannya obat-obat yang lebih banyak untuk pilihan.
Viral load yang tinggi, yang lebih dari 50.000, dan jumlah CD4 kurang dari
500 dan menurun, dianjurkan oleh kebanyakan ahli kedokteran merupakan
saat untuk memulai mengganti obat ARV.
WHO (2002) menganjurkan untuk mulai menggunakan obat antiretroviral
pada orang dewasa sebagai berikut:
Bila pemeriksaan CD4 dapat dilakukan:
ODHA stadium IV (menurut WHO), tanpa memperhatikan hasil tes CD4,
ODHA stadium I, II atau III*** (menurut WHO) dengan hasil pemeriksaan
CD4 < 200/l*.
Bila pemeriksaan CD4 tidak dapat dilakukan:
ODHA stadium IV (menurut WHO), tanpa memperhatikan hasil hitung
limfosit total,
ODHA stadium I, II atau III*** (menurut WHO) dengan hasil hitung limfosit
total < 1000-1200/l**.
*

Ketelitian CD4 di atas 200/l sebagai permulaan pengobatan ARV masih belum
jelas, tetapi terdapatnya tanda-tanda dan tingkat penurunan CD4 (bila dapat
diperiksa) harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
** Limfosit total sebesar 1000-1200/l dapat diganti dengan CD4 dan dijumpai
tanda-tanda HIV. Hal ini kurang penting pada ODHA tanpa gejala. Jadi, bila
tidak dapat dilakukan pemeriksaan CD4, ODHA tanpa gejala (stadium I menurut
WHO) hendaknya jangan dilakukan pengobatan oleh karena belum terdapat
petunjuk tentang beratnya penyakit.

4-12

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pengobatan ARV

*** Pengobatan juga dianjurkan pada ODHA stadium III yang lanjut, termasuk
kambuh, luka pada mulut yang sukar sembuh dan infeksi yang berulang dengan
tidak memperhatikan pemeriksaan CD4 dan limfosit total.

Stadium perkembangan infeksi HIV menurut WHO pada orang dewasa dan
remaja adalah sebagai berikut:
Stadium I:
Tanpa gejala
Pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh yang menetap.
Tingkat aktivitas 1: tanpa gejala, aktivitas normal.
Stadium II:
Kehilangan berat badan, kurang dari 10%.
Gejala pada mukosa dan kulit yang ringan (dermatitis seboroik, infeksi
jamur pada kuku, perlukaan pada mukosa mulut yang kumat-kumatan,
radang pada sudut bibir).
Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir.
ISPA (infeksi saluran nafas bagian atas) yang berulang, misalnya
sinusitis karena infeksi bakteri.
Dan/atau tingkat aktivitas 2: dengan gejala, aktivitas normal.
Stadium III:
Penurunan berat badan lebih dari 10%.
Diare kronik yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan.
Demam berkepanjangan yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari
1 bulan.
Kandidiasis pada mulut.
Bercak putih pada mulut berambut.
TB paru dalam 1 tahun terakhir.
Infeksi bakteri yang berat, misalnya: pnemonia, bisul pada otot.
Dan/atau tingkat aktivitas 3: terbaring di tempat tidur, kurang dari 15
hari dalam satu bulan terakhir.
Stadium IV:
Kehilangan berat lebih dari 10% ditambah salah satu dari:
$ diare kronik yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan.
$ kelemahan kronik dan demam berkepanjangan yang tidak diketahui
penyebabnya lebih dari 1 bulan.
Pneumocystis carinii pneumonia (PCP).
Toksoplasmosis pada otak.
Kriptosporidiosis dengan diare lebih dari 1 bulan.
4-13

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pengobatan ARV

Kriptokokosis di luar paru.


Sitomegalovirus pada organ selain hati, limpa dan kelenjar getah
bening.
Infeksi virus Herpes simpleks pada kulit atau mukosa lebih dari 1 bulan
atau dalam rongga perut tanpa memperhatikan lamanya.
PML (progressive multifocalencephalopathy) atau infeksi virus dalam
otak.
Setiap infeksi jamur yang menyeluruh, misalnya: histoplasmosis,
kokidioidomikosis.
Kandidiasis pada kerongkongan, tenggorokan, saluran paru dan paru.
Mikobakteriosis tidak spesifik yang menyeluruh.
Septikemia salmonela bukan tifoid.
TB di luar paru.
Limfoma.
Kaposis sarkoma.
Ensefalopati HIV sesuai definisi CDC.
Dan/atau tingkat aktivitas 4: terbaring di tempat tidur, lebih dari 15
hari dalam 1 bulan terakhir.
4.3 CARA MEMILIH OBAT
Sampai saat ini, tidak ada yang tahu kombinasi obat mana yang paling baik.
Setiap orang menunjukkan reaksi yang berbeda-beda, jadi suatu kombinasi
obat menunjukkan hasil yang efektif pada pengidap tertentu, tapi belum
tentu efektif bagi pengidap lainnya.
Hasil pemeriksaan viral load dan hitung CD4 akan memberikan indikasi yang
lebih jelas kombinasi obat mana yang memberikan hasil yang paling baik.
Misalnya, bila viral load termasuk sedang dan mungkin dokter memilih
kombinasi obat tertentu, apabila sangat tinggi kombinasi yang sangat
berbeda mungkin menjadi pilihan.
Hal lain yang harus diperhatikan sebelum memilih obat yang dipergunakan
adalah aktivitas ODHA. Bagaimana kemampuan ODHA untuk mengingat
penggunaan obatnya. Pertimbangan yang baik adalah memilih obat sesuai
jadwal kerja dan pola hidup. Mungkin ODHA akan memakai obat tersebut
dalam jangka waktu yang lama, maka perlu dipilih obat yang mudah cara
minumnya. (Bila berulang-ulang lupa, obat tidak akan bermanfaat dan juga
merupakan risiko terjadinya resistensi).
Untuk kebanyakan orang, obat yang paling mudah dipergunakan adalah
obat yang diminum sewaktu makan. Dalam hal ini, makanan bertindak
sebagai alat untuk mengingatkan minum obat. Beberapa kombinasi obat
diminum 3 kali sehari, yang lainnya hanya 2 kali sehari. Kekurangan suatu
obat adalah bila obat harus disimpan dalam lemari es. Apakah selalu
4-14

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pengobatan ARV

tersedia lemari es di tempat kerja ODHA? Bila kawan sekerja tidak tahu
bahwa ia terinfeksi HIV, ia mungkin tidak ingin menaruh obatnya dalam
lemari es. (Beberapa ODHA menaruh obatnya dalam botol vitamin, untuk
menghindari pertanyaan yang tidak diinginkan).
Ada beberapa ODHA yang banyak bepergian, sehingga tidak memiliki waktu
makan yang teratur.
Bila ODHA termasuk golongan tersebut, mungkin obat yang bekerja bila
diminum sewaktu perut kosong merupakan pilihan yang paling baik.
Beberapa ODHA merasakan adanya pengawasan oleh orang sekitar bila
minum obat. Dalam hal tersebut, minum obat terpisah pada waktu yang
berbeda tiap harinya akan berhasil dengan baik, misalnya minum beberapa
obat sewaktu makan dan beberapa obat lainnya sebelum makan.
Jangan lupa obat-obat yang pernah dipergunakan pada waktu lampau. Bila
mendapat kesulitan untuk mengingat salah satu pada tengah hari mungkin
memilih obat yang harus diminum 3 kali/hari jelas akan sulit untuk
mengingatnya. Untuk semua jenis obat yang dimaksud untuk diminum 3 kali
sehari, yang diminum pada tengah hari yang biasanya paling sering
dilupakan (dari jenis antibiotik sampai vitamin).
4.4 EFEK SAMPING OBAT
Seperti halnya obat-obat yang lain, ARV juga bisa menimbulkan efek
samping. Ada dua jenis efek samping, yaitu berupa reaksi alergi dan yang
merupakan akibat langsung dari obat tersebut. Alergi terjadi karena reaksi
sistem imun yang tidak baik dengan tanda-tanda seperti gatal-gatal dan
bercak merah pada kulit atau panas. Reaksi tersebut tidak bisa diramalkan,
beberapa ODHA dapat mengalami reaksi yang berat tapi biasanya pada
kebanyakan ODHA tidak begitu berat.
Pada ODHA yang alergi terhadap suatu obat, kemungkinan bisa mengalami
reaksi yang tidak baik dengan dosis berapapun. Alergi juga bisa muncul
kapan saja, bahkan beberapa saat setelah minum obat, semakin lama
semakin berat bila tidak dihentikan. Pada beberapa ODHA reaksi alergi ini
dapat diatasi dengan mulai pengobatan dengan dosis rendah dan
selanjutnya ditingkatkan sedikit demi sedikit selama beberapa hari. Penting
untuk diperhatikan bahwa setiap mulai minum obat yang baru pertama kali
dipakai, bila dirasakan terjadi kelainan-kelainan, harus cepat memeriksakan
diri. Biasanya reaksi alergi oleh karena obat dapat ditanggulangi dengan
baik.

4-15

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pengobatan ARV

Efek samping merupakan hal biasa dari semua obat Hal ini meliputi:
Mual dan muntah. Efek samping ini biasanya terjadi pada minggu atau
bulan pertama pengobatan dengan ARV. Gejala ini biasanya hilang
sendiri setelah tubuh terbiasa dengan obat tersebut.
Diare. Paling sering terjadi pada permulaan pengobatan. ODHA harus
segera periksa ke dokter bila diare tidak hilang dalam 3 hari.
Bercak kemerahan. Bercak ini biasa terjadi pada ODHA yang mulai
menggunakan obat ARV dan biasanya hilang sendiri. PERHATIAN:
bercak kemerahan mungkin merupakan reaksi alergi dari obat. Ziagen
sering menimbulkan reaksi alergi ini, dan pada beberapa ODHA yang
menggunakan Viramune, Rescriptor, atau Sustiva. Bila timbul reaksi
alergi, harus segera periksa ke dokter.
Ngantuk, terus tertidur, dan sulit dibangunkan.
Rasa lelah.
Kulit kering dan/atau kuku tumbuh ke dalam mendesak daging sering
terjadi pada penggunaan Crixivan.
Rasa sakit, geli, dan panas seperti terbakar pada tangan/kaki.
Batu ginjal kadang-kadang terjadi pada penggunaan Crixivan.
Perubahan berhubungan dengan lemak tubuh yang disebut sindroma
lipodistrofi. Gejala ini meliputi penumpukan lemak di antara pundak
(buffalo hump); pembesaran susu, dan hilangnya lemak pada muka,
tangan, dan kaki.
Efek samping jangka pendek

Efek samping yang sering terjadi adalah: mual, mencret, sakit kepala, lesu,
dan susah tidur. Efek samping tersebut berbeda-beda pada setiap orang
dan pada umumnya merupakan efek samping jangka pendek. Jarang ODHA
mengalami semua efek samping tersebut. Efek samping jangka pendek
terjadi segera setelah obat diminum dan berkurang secara perlahanlahan
atau hilang bersamaan setelah beberapa minggu. Yang sering terjadi pada
ODHA adalah: mual, muntah, mencret, dan sakit kepala. Bila menggunakan
obat ARV kombinasi tertentu, penting untuk mencoba dan bertahan dengan
efek sampingnya selama beberapa minggu (selama dokter tidak
menganggap berbahaya). Efek samping ini akan sepenuhnya hilang pada
kebanyakan ODHA. Selama beberapa minggu pertama penggunaan obat
antiviral tersebut, boleh minum obat lainnya untuk pengobatan efek samping
seperti obat mencret atau obat mual. Banyak ODHA mengatakan bahwa
obat tambahan penting untuk mengurangi efek samping.
Efek samping jangka panjang

Oleh karena banyak obat-obatan ini merupakan obat baru, belum banyak
diketahui keamanannya untuk jangka panjang. Sementara ini, dianggap
4-16

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pengobatan ARV

cukup aman. Banyak ODHA telah menggunakan obat-obat ini dalam waktu
yang cukup lama, dan bila timbul masalah hal tersebut baru diketahui. Tapi
oleh karena tidak tercatat dengan baik, penting untuk diperhatikan dan
dicatat dengan baik hasil-hasil pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan
lainnya seperti pemeriksaan fungsi hati untuk mendeteksi setiap
kemungkinan terjadinya efek samping jangka panjang. Bila ternyata timbul
efek samping jangka panjang, dokter sebaiknya mengganti obat yang
dipergunakan sebelum terjadi kelainan yang berat.
Satu pilihan yang dapat dilakukan adalah menggunakan obat kombinasi
selama satu atau dua tahun, kemudian, bila memungkinkan ganti
seluruhnya (atau beberapa) dengan kombinasi yang baru. Hal ini akan
membantu mencegah terjadinya efek samping jangka panjang. Tapi, hal ini
mungkin merupakan pilihan yang sulit, apakah mau menghentikan obat
yang efektif terhadap HIV dan mengganti dengan yang lain yang mungkin
tidak efektif?
Banyak ODHA berhasil melakukan pengawasan viral load dan
mempertahankan jumlah CD4nya dari obat yang dipergunakan, tetapi tetap
merasakan beberapa efek samping. Dalam hal tersebut, mungkin amat sulit
terus menggunakan obat ARV tersebut. Iritasi yang disebabkan oleh efek
samping perlu ditentukan terhadap bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh
virus tersebut.
Ada sejumlah kecil ODHA yang tidak bisa menggunakan obat-obat antiviral
apapun. Sayangnya hal tersebut tidak bisa diramalkan, ODHA tidak akan
tahu bila tidak mencoba sendiri obat-obat tersebut.
Efek samping pada wanita

Semua obat ARV kombinasi telah dipergunakan dan dicoba oleh wanita
dalam uji coba yang telah dilakukan. Dari pengalaman telah diketahui bahwa
efek samping baik pada wanita maupun laki-laki adalah sama, tapi
perbedaan penting adalah bahwa pada wanita efek samping tersebut
kadang-kadang lebih berat. Hal ini dapat ditanggulangi dengan
mempergunakan dosis yang lebih rendah.
Beberapa wanita melaporkan bahwa menstruasinya lebih berat dan lebih
sakit dari biasanya setelah mulai menggunakan obat baru. Beberapa wanita
lainnya mengatakan bahwa menstruasinya berlangsung sampai sepuluh
hari. Sebaliknya, menstruasi dapat berhenti sama sekali bila menggunakan
obat ARV. Belum diketahui bagaimana pengaruh efek samping tersebut
terhadap kehamilan di kemudian hari. Sampai saat ini, dalam penelitian
tidak ada wanita yang menggunakan obat ARV kombinasi yang lebih baru,
hamil semenjak menggunakan obat. Ini merupakan hal yang perlu

4-17

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pengobatan ARV

dibicarakan dengan wanita ODHA HIV lainnya, konselor atau dokter,


sebelum memutuskan untuk memakai obat ARV.
4.5 KEPATUHAN MINUM OBAT
Virus HIV dapat membuat jutaan turunan virus baru tiap harinya. Obat ARV
tidak dapat membunuh HIV, tetapi obat-obat ini dapat menekan replikasi
virus itu sampai hampir berhenti.
Tes viral load mengukur jumlah virus dalam darah. Obat ARV akan
menurunkan jumlah virus dalam darah. Jika jumlah virus sangat rendah,
orang yang terinfeksi HIV kemungkinan tidak akan mengalami penyakitpenyakit yang terkait dengan AIDS.
Resistensi obat

Virus HIV itu tidak teliti pada saat membuat turunannya. Banyak turunan
yang baru ini sedikit berbeda dari aslinya (mengalami mutasi). Obat yang
diminum tidak lagi dapat menghambat berkembangnya HIV. Hal ini
dikatakan bahwa virus resistensi terhadap obat. Jika virus dalam tubuh
menjadi resisten, ia akan berkembang dengan lebih cepat dan perjalanan
penyakit akan bertambah buruk.
Kadang-kadang, bila HIV telah menjadi resisten terhadap satu jenis obat
yang diminum, ia juga bisa resisten terhadap obat ARV yang lain yang
belum dipergunakan. Hal ini disebut resistensi silang. Banyak obat HIV
yang mengalami setidaknya resistensi silang parsial. Sehingga untuk
pengobatan, harus dipilihkan obat ARV dari jenis yang berbeda.
Menekan virus secara terus menerus

Obat masuk ke dalam darah dan dibawa ke seluruh tubuh. Selanjutnya hati
dan ginjal akan membersihkan obat itu dari dalam tubuh, dan jumlah obat
dalam darah akan menurun. Beberapa obat lebih mudah masuk ke dalam
aliran darah dalam keadaan perut kosong. Obat-obat lain lebih mudah
masuk ke aliran darah dalam keadaan sebaliknya. Dalam hal ini obat harus
diminum pada waktu makan. Beberapa jenis obat, makanan tidak
menimbulkan masalah.
Petunjuk cara minum untuk masing-masing obat biasanya berisi aturan
berapa pil yang harus diminum, kapan harus diminum, cara meminumnya,
supaya jumlah obat yang cukup dalam darah dapat tercapai. Jika satu dosis
terlewatkan, tidak meminum dosis yang penuh, atau tidak mengikuti
petunjuk berkaitan dengan makanan, kadar obat dalam darah akan
menurun. Jika kadar obat dalam darah tidak cukup, HIV dapat terus
berkembang. Semakin tinggi tingkat perkembangan virus makin besar
kemungkinan terjadinya resistensi.
4-18

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pengobatan ARV

Cara terbaik untuk menekan virus secara terus menerus adalah dengan
meminum semua pil yang seharusnya diminum, setiap waktu kapan harus
diminum, dan mengikuti petunjuk berkaitan dengan makanan.
Seberapakah tingkat kepatuhan minum obat yang cukup?
Kepatuhan minum obat artinya meminum obat secara benar. Jika seseorang
tidak patuh, HIV dapat berkembang tanpa terkendali. Beberapa penelitian
telah mengukur seberapa tingkat kepatuhan yang dianggap cukup. Mereka
menemukan bahwa untuk mendapatkan hasil terbaik, ODHA harus minum
90%-95% dari obatnya secara benar.
Cara minum dan memilih obat

Hal ini bisa dan biasa merupakan masalah dalam pengobatan HIV. Oleh
karena itu pemilihan obat-obat antiretroviral harus disesuaikan dengan
kebiasaan dan jadwal kerja.
Beritahu dokter tentang kebiasaan dan jadwal harian sehingga dokter
dapat memilih obat-obat yang paling mudah diminum.
Yakinkanlah bahwa obat-obat tersebut dimengerti:
Obat yang mana yang harus diminum.
Berapa banyak harus diminum dan berapa kali sehari.
Apakah obat harus diminum bersama makanan atau dalam keadaan

perut kosong.
Bagaimana cara menyimpan obat.
Efek samping yang mungkin dialami dan apa yang dapat dilakukan

mengenai hal ini.


Rencanakan sebelumnya sehingga tidak kehabisan obat.
Gunakan kotak pil dan hitunglah jumlah pil terlebih dahulu. Beberapa
kotak pil dapat menampung persediaan untuk satu minggu.
Aturlah petunjuk waktu atau alarm pada saat mana harus minum pil.
Pilih aktivitas harian yang teratur untuk membantu mengingat minum pil:
Saat membuat kopi di pagi hari.
Saat bangun dari tempat tidur.
Acara TV yang disukai.
Saat pulang dari bekerja.
Yakinkan bahwa anggota keluarga mengetahui betapa pentingnya minum
obat bagi ODHA. Mintalah mereka untuk membantu mengingatkan.
Bila mengalami masalah tentang efek samping obat, atau mungkin sulit
untuk minum obat sesuai dengan petunjuknya, jangan berhenti minum obat
sampai dapat berkonsultasi dengan dokter. Dokter mungkin bisa mengganti
obat-obat tersebut dan mendapatkan obat yang lebih mudah untuk meminumnya.
4-19

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pengobatan ARV

Semua obat ARV diberikan dalam bentuk kombinasi. ODHA harus minum 3
atau 4 jenis obat untuk melawan HIV. Oleh karena obat-obat ini menyerang
HIV pada stadium/tahap perkembangan yang berbeda, akan menyulitkan
HIV mengembangkan resistensi terhadap obat-obat tersebut.
Untuk mencegah berkembangnya resistensi dapat dibantu bila ODHA mau
patuh terhadap aturan pemakaian obat dan tidak ada obat yang terlupakan.
Bila obat tidak diminum dengan teratur atau berhenti selama beberapa hari
(drug holidays), virus akan mulai berkembang lagi. Hasil perkembangan
virus yang baru ini sudah mulai menampakkan sifat-sifat resistensi. Obat
yang dipergunakan tidak lagi mampu menghadapi virus baru ini.
Beberapa cara untuk mencegah perkembangan resistensi obat:
Jangan minum obat kurang dari yang diharuskan.
Bila lupa satu kali, berikutnya jangan diminum dua kali dosis.
Bila hanya punya dua jenis obat, sedangkan seharusnya yang
diminum tiga jenis, sebaiknya jangan minum sama sekali, tetapi harus
diingat untuk waktu berikutnya harus minum ketiga jenis obat yang
seharusnya.
Bila sulit mengingat dosis yang seharusnya dengan teratur, tanyakan
pada dokter untuk menggunakan kombinasi lain yang mudah diingat.
Pengalaman-pengalaman ODHA yang menggunakan kombinasi yang baru
ini menunjukkan bahwa diperlukan komitmen tinggi untuk menggunakannya
dengan baik. Hal ini penting untuk dibicarakan dengan dokter atau konselor
bila menghadapi masalah atau bila ingin memulai menggunakan suatu obat
ARV kombinasi.
Kiat penting untuk mengingat minum obat

Minumlah obat pada waktu yang sama setiap hari.


Harus selalu tersedia obat di tempat dimanapun biasanya berada,
misalnya: di kantor, di rumah keluarga, pacar, dll.
Bawa obat kemanapun pergi (di kantong, tas, atau di mana saja asal
tidak memerlukan lemari es).
Pergunakan jam/telepon genggam yang berisi alarm (pengingat waktu)
yang bisa diatur agar berbunyi setiap waktu saatnya minum obat.
Di beberapa tempat, pergunakan pelayanan pager untuk
mengingatkan saat minum obat.

4.6 PERKEMBANGAN OBAT ARV DI INDONESIA


Lihat Lembar Lampiran di akhir Bab ini

4-20

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pengobatan ARV

Lembar Lampiran 1
BAB 4 PENGOBATAN ARV
PERKEMBANGAN OBAT ARV DI INDONESIA
Sejak adanya program dari WHO tahun 2003 dengan program 3 by 5 ,
Pengadaan obat ARV di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup
baik.
Saat ini Kimia Farma sudah memproduksi ARV dengan nama produksi :
Duviral ( AZT, 3TC ) berbentuk kapsul
Neviral ( Neviraphine/NVP ) berbentuk kapsul atau tablet
Hiviral ( Lamivudin 3TC )
Pemerintah sejak 1 September 2004 memberikan obat ARV produksi PT
Kimia Farma secara cuma-cuma bagi yang memerlukan dan menyediakan
untuk 4000 pasien.
Ada 25 Rumah Sakit di Indonesia yang ditunjuk telah mampu menangani
pasien HIV/AIDS dan menyediakan obat ARV
Sumber

Obat

Pemerintah

Produksi Kimia Farma

(APBN)

Duviral

Neviral

Hiviral

Global Fund

Import dari India

Trionum

Sumber Lain :

GPOvir

YKP (Bali)

Duviral

Neviral

Stockrin

4-21

Komposisi

Zidovudine (AZT),
Lamivudine (3TC)

Nevirapine

Lamivudine-3TC

Stavudin (D4T),
Lamivudine (3TC),
Nevirapine

Stavudin (D4T),
Lamivudine (3TC),
Nevirapine

Zidovudine (AZT),
Lamivudine (3TC)

Nevirapine

Epavirens

( sesuai yang
dibutuhkan dan bisa
diakses)

Catatan
Diberikan secara
cuma-cuma kepada
4000 odha melalui
25 Rumah Sakit
yang sudah ditunjuk
(tabel 2)
Diberikan kepada 4
provinsi yaitu DKI
Jakarta, Riau, Bali
dan Papua
Sumber dana dari
Pemerintah Swiss
untuk satu tahun
perawatan kepada
ODHA yang tidak
mampu dan sudah
membutuhkan ARV

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pengobatan ARV

Di beberapa daerah bantuan untuk ODHA yang tidak mampu ataupun


aktivis dilakukan oleh KPAD, organisasi sosial, bantuan pribadi untuk akses
ARV seperti di Bali. Bantuan ini berlaku selama 12 bulan dengan kriteria
sbb: ada pengawas minum obat, tidak mampu membeli ARV, CD4 dibawah
200,dll. Selain itu di Puskesmas Kampung Bali Jakarta pusat juga
menyediakan ARV dalam jumlah terbatas.

4-22

Buku Pegangan Konselor


HIV

4-23

Pengobatan ARV

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pengobatan ARV

Lembar Lampiran 2
BAB 4 PENGOBATAN ARV

Daftar 25 Rumah Sakit yang menyediakan ARV secara cuma-cuma


NO

Rumah Sakit Rujukan ODHA

NO

Rumah Sakit Rujukan ODHA

RSUPN. DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

14

RSUD. DR.SOEDARSO PONTIANAK

( Pokdisus AIDS FKUI/RSUPN-CM )


2

RS. FATMAWATI

15

RS. MALALAYANG MANADO

RS. PERSAHABATAN JAKARTA

16

RSUD. SOLU SORONG PAPUA

RS. KANKER DHARMAIS JAKARTA

17

RSUD. JAYAPURA PAPUA

RSPI. SULIANTI SAROSO JAKARTA

18

RSUD. MERAUKE PAPUA

RS. DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

19

RSPAD. GATOT SOEBROTO

RS. KARIADI SEMARANG

20

RSAL. MINTOHARDJO JAKARTA

RS. DR.SARDJITO YOGYAKARTA

21

RS. POLRI SUKAMTO JAKARTA

RSUPN. SANGLAH DENPASAR

22

RS. BUDI KEMULIAAN BATAM

10

RS. H. ADAM MALIK MEDAN

23

RSUD. DR. SOETOMO SURABAYA

11

RS. M .HUSEIN PALEMBANG

24

RSUD. PEKANBARU RIAU

12

RS. DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO

25

RS. MITRA MASYARAKAT TIMIKA

13

RS. DUREN SAWIT

Daftar lengkap dapat dilihat di : http://www.pokdisus-AIDS.org

4-24

Buku Pegangan Konselor


HIV

Perawatan dan Dukungan

$ RINGKASAN
5.1 HIDUP SEHAT DENGAN HIV POSITIF

Cara hidup positif yang disarankan:


Makan makanan bergizi, termasuk di dalamnya adalah makanan kaya protein,
vitamin, dan karbohidrat.
Tetaplah melakukan kegiatan karena latihan dapat membantu mencegah
depresi dan kecemasan/olah raga yang teratur dan terukur.
Istirahatlah bila lelah dan tidurlah yang cukup.
Bila memungkinkan teruslah bekerja.
Tetaplah melakukan pekerjaan atau aktivitas yang menyenangkan (hobi).
Menyayangi diri sendiri, baik secara fisik maupun emosional.
Temuilah teman-teman dan keluarga sesering mungkin.
Berbicaralah/sharing (berbagi) dengan seseorang yang dipercaya tentang
penyakit Anda.
Temuilah dokter bila ada masalah medis yang timbul, jalankan nasihat dokter
termasuk pada langkah-langkah untuk menghindari infeksi lain (lihat
Perawatan di Rumah).
Berusahalah untuk:
Menghindari infeksi lain.
Menghindari menggunakan obat-obat tanpa resep dokter karena obat itu
mungkin mempunyai efek samping yang berbahaya bagi ODHA
Menghindari isolasi (mengurung diri), karena teman-teman dapat berbuat
banyak untuk membantu klien tetap aktif dan berpikir positif.
Menghindari minuman (alkohol), rokok, dan obat-obat berbahaya(drugs).
5.2 PERAWATAN DI RUMAH (HOME CARE)
Melakukan pendidikan pada ODHA dan keluarga:
Keluarga adalah pemberi perawatan utama pada ODHA. Konselor tidak akan
mampu terus menerus bersama ODHA, karena itu ajarkan cara perawatan
seandainya konselor tidak ada.
Keluarga harus bisa melindungi diri dari penularan (mengerti dan paham
tentang semua ini) dan tetap menjaga kesehatan mereka sendiri.
Prinsip Penting:
Memberikan pemahaman pada keluarga ODHA tentang: pengertian HIV/AIDS,
penularan dan cara pencegahan penularan HIV, masalah/gejala yang timbul
5-1

Buku Pegangan Konselor


HIV

Perawatan dan Dukungan

dan cara menanganinya, kapan harus merujuk, dan bagaimana bisa hidup
normal seperti biasanya.
Hidup sehat dengan HIV/AIDS.
Mencegah penularan HIV/AIDS di rumah.
Menghindari infeksi lain.
Mengenal dan mengelola gejala yang timbul pada ODHA, dan saat yang tepat
untuk merujuk ODHA.
Pemberian ASI oleh ibu dengan HIV: HIV dapat ditularkan melalui ASI, oleh
karena itu ASI tidak dianjurkan untuk diberikan ke pada bayi. Sebagai pengganti
ASI dapat diberikan susu buatan, asal kebersihan dapat dijaga dengan baik.
Di banyak tempat, dijumpai bahwa kematian oleh karena penularan HIV melalui
ASI jauh lebih rendah bila dibandingkan kematian bayi oleh infeksi akibat tidak
menyusui, dalam hal ini ASI dianjurkan tetap diberikan.(lihat bab tentang PPTCT)
Penularan melalui peralatan rumah tangga: jangan mempergunakan alatalat tajam bersama seperti: alat cukur, sikat gigi, jarum atau apapun yang
memungkinkan terkena darah orang yang terinfeksi HIV. Bila terpaksa harus
berbagi, rebus alat tersebut dengan air mendidih sebelum digunakan.
Kontak sosial: HIV tidak menular melalui kontak sosial, tapi kontak sosial
dapat menularkan penyakit lain yang dapat melemahkan daya tahan tubuh.
Cara terbaik untuk mencegah infeksi lain dari orang ke orang adalah: mencuci
tangan sesering mungkin dengan sabun dan air dan kemudian
mengeringkannya.
Imunisasi: anak harus mendapat imunisasi lengkap sesuai jadwal bila anak
positif terinfeksi HIV. (lihat bab tentang PPTCT)
5.3 ASPEK PSIKOSOSIAL
Respon psikologik terhadap infeksi HIV akan berdampak terhadap perjalanan
infeksi (misalnya, penolakan dan depresi dapat berakibat penundaan
pengobatan dan meningkatkan kesakitan). Reaksi seseorang terhadap HIV
kadang-kadang berupa rasa khawatir yang tidak rasional dan merugikan.
Kenyataan sosial ini juga merugikan respon terhadap infeksi HIV dan
berpengaruh terhadap kemampuan orang tersebut untuk mengatasinya.
Dokter, dalam menangani orang dengan HIV/AIDS juga harus mempersiapkan
rujukan kepada organisasi peduli HIV/AIDS yang menyediakan pelayanan, untuk
memperoleh dukungan sosial yang diperlukan.

5-2

Buku Pegangan Konselor


HIV

Perawatan dan Dukungan

PERAWATAN DAN DUKUNGAN


5.1 HIDUP SEHAT DENGAN HIV POSITIF
Sejak awal disadari bahwa infeksi HIV akan berkembang menjadi AIDS.
Hingga saat ini belum ada pengobatan modern maupun tradisional yang
dapat menyembuhkan AIDS. Obat-obat antiretroviral hanya mampu
menghambat perkembangan virus di dalam tubuh tetapi belum mampu
membunuhnya. Walaupun demikian, banyak infeksi yang berhubungan
dengan AIDS dapat diobati dan banyak gejala dapat diatasi dengan obat
yang sederhana dan perawatan yang baik. Yang penting adalah
memberikan informasi dan pengertian agar ODHA dapat hidup positif.
Konselor harus menekankan bahwa yang terpenting bagi klien ODHA adalah harus berusaha untuk tetap kuat. Ini berarti konselor harus menekankan
pentingnya ODHA untuk hidup secara positif.
Cara hidup positif yang disarankan:

Makan makanan bergizi, termasuk di dalamnya adalah makanan kaya


protein, vitamin, dan karbohidrat.
Tetaplah melakukan kegiatan karena latihan dapat membantu
mencegah depresi dan kecemasan./olah raga yang teratur dan
terukur.
Istirahatlah bila lelah dan tidurlah yang cukup.
Bila memungkinkan teruslah bekerja.
Tetaplah melakukan pekerjaan atau aktivitas yang menyenangkan
(sesuai hobinya).
Menyayangi diri sendiri, baik secara fisik maupun emosional.
Temuilah teman-teman dan keluarga sesering mungkin.
Berbicaralah/sharing (berbagi) dengan seseorang yang dipercaya
tentang penyakit Anda.
Temuilah dokter bila ada masalah medis yang timbul, jalankan nasihat
dokter termasuk pada langkah-langkah untuk menghindari infeksi lain
(lihat Perawatan di Rumah).
Berusahalah untuk:
Menghindari infeksi lain.
Menghindari menggunakan obat-obat tanpa resep dokter karena
obat itu mungkin mempunyai efek samping yang berbahaya bagi
ODHA.
Menghindari isolasi (mengurung diri), karena teman-teman dapat
berbuat banyak untuk membantu klien tetap aktif dan berpikir positif.
5-3

Buku Pegangan Konselor


HIV

Perawatan dan Dukungan

Menghindari minuman (alkohol), rokok, dan narkoba/obat-obat


berbahaya (drugs).
Catatan: langkah-langkah pencegahan terhadap infeksi bisa dilihat pada
bagian Perawatan di Rumah.
5.2 PERAWATAN DI RUMAH (HOME CARE)
Tidak semua orang dengan AIDS harus selalu dirawat di rumah sakit, tetapi
bisa dirawat di rumah oleh ODHA sendiri, oleh keluarganya, atau oleh
perawat khusus serta buddies (relawan pendamping ODHA). Aktivitas
perawatan yang dikerjakan meliputi perawatan fisik, psikososial, dan
spiritual.
Istilah keluarga orang dengan AIDS, dalam hal ini adalah orang-orang yang
mempunyai tanggung jawab utama/kewajiban dalam perawatan ODHA di
rumah (misalnya: saudara kandung, suami/istri ODHA dan lain-lain).
Tugas konselor adalah membantu/mendukung ODHA/keluarganya
memahami masalah, melakukan identifikasi dan mencari alternatif
pemecahan masalah, dan membuat mereka bisa mengambil keputusan
atas permasalahan tersebut.
Melakukan pendidikan pada ODHA dan keluarga

Prinsip dasar:
Keluarga adalah pemberi perawatan utama pada ODHA, konselor
tidak akan mampu/bisa terus menerus bersama ODHA, karena itu
ajarkan cara perawatan seandainya konselor tidak ada.
Keluarga harus bisa melindungi diri dari penularan (mengerti dan
paham tentang ini) dan tetap menjaga kesehatan mereka sendiri.
Apa yang harus dibahas seseorang yg memberikan pelayanan
perawatan di rumah dengan keluarga ODHA?

Pengertian HIV/AIDS.
Bagaimana penularan HIV .
Bagaimana cara mencegah penularan HIV.
Masalah-masalah atau gejala-gejala yang berkaitan dengan AIDS.
Mengenal dan menangani keluhan/masalah fisik/emosional.
Pemberi perawatan/keluarga juga mempunyai kebutuhan emosional.
Kapan keluarga harus mencari bantuan (merujuk).
Bagaimana mengelola sumber daya pada keluarga dan sumber daya
dalam masyarakat.
Bagaimana bisa hidup normal seperti biasanya.

5-4

Buku Pegangan Konselor


HIV

Perawatan dan Dukungan

Mengajar/memberikan pengetahuan dan informasi pada keluarga

ODHA
Keluarga, bagaimanapun juga, akan terpengaruh oleh situasi di mana salah
satu anggota keluarganya mengidap HIV/AIDS. Karena itu sangat penting
bagi konselor untuk memberikan pemahaman yang cukup pada keluarga
bagaimana harus mengatasi keadaan tersebut.
Apakah yang dimaksud mengajar? Mengajar adalah:

Bertanya dan mendengarkan.


Memberikan informasi dan mendiskusikannya.
Mengevaluasi pemahaman terhadap informasi yang diberikan.
Mendengarkan dan menjawab pertanyaan.
Menunjukkan bagaimana cara melakukan sesuatu dengan benar dan
membantu keluarga belajar melakukannya sendiri.
Memecahkan masalah dan membantu keluarga menemukan
penyelesaian masalah mereka sendiri.
Mendengarkan dan bertanya.
Bertanya dan mendengarkan adalah kemampuan yang paling penting
yang harus dimiliki konselor untuk membuat suatu percakapan menjadi
efektif.
Bagaimana seharusnya seseorang yang memberikan pelayanan
perawatan mengajar keluarga ODHA?
Rencana pengajaran:
Tetapkan topik yang akan Anda ajarkan, sesuaikan dengan kebutuhan
ODHA dan keluarganya.
Pastikan bahwa informasi yang Anda berikan sudah benar, siapkan
jauh sebelum saat memberikan pengajaran.
Persiapkan apa yang akan Anda katakan. Pastikan Anda dapat
mengingat semua langkah prosedur ataupun terapi, atau buatlah
pedoman singkat yang memungkinkan Anda bawa.
Persiapkan materi pendukung seperti poster, flipchart dan lain-lain.
Bersikap fleksibel, sebelum mulai, tanyakan dulu apakah ada
permasalahan yang lebih penting untuk ditangani. Bila ada, tangani
lebih dulu permasalahan tersebut.
Bersikap sabar, karena rasa takut pada keluarga dapat membuat
mereka sulit menerima materi yang Anda ajarkan.
Bersikap menghargai, menunjukkan penerimaan, bersikap perhatian.
Jangan membuat keluarga merasa bodoh karena mempercayai
sesuatu hal yang tidak benar. Ini akan membuat keluarga lebih mudah
menerima Anda.
5-5

Buku Pegangan Konselor


HIV

Perawatan dan Dukungan

Bersikap waspada, artinya berikan respon segera terhadap tanggapan


keluarga dan sesuaikan teknik pengajaran Anda bila perlu selama
proses pengajaran berlangsung.
Membantu keluarga agar merasa nyaman.
Berbicaralah dengan sopan.
Gunakan kata-kata/kalimat yang bisa dimengerti oleh keluarga.
Upayakan menggunakan bahasa yang biasa dipakai sehari-hari oleh
keluarga.
Doronglah anggota keluarga untuk bertanya dan berbicara. Anda
harus:
$ Mendengarkan dengan penuh perhatian.
$ Menunjukkan penghargaan atas pertanyaan mereka.
$ Menunjukkan penerimaan, sikap perhatian karena akan meningkatkan penerimaan keluarga terhadap Anda.
Buatlah agar topik yang Anda ajarkan sederhana; terlalu banyak
informasi yang diberikan akan membuat mereka bingung.
Sediakan waktu yang cukup untuk melakukan praktek langsung oleh
keluarga tentang hal-hal yang memang membutuhkan keterampilan
untuk itu. Misalkan dalam hal merawat luka, Anda harus bisa
menunjukkan caranya dengan benar, dan memberikan kesempatan pada
keluarga untuk mencoba melakukannya. Ingat, cara terbaik mempelajari
sesuatu adalah dengan melakukan (learning by doing) sesuatu tersebut.
Pastikan Anda mengetahui apa yang diketahui dan dipercayai oleh
ODHA dan keluarganya. Bertanyalah tentang hal-hal berikut untuk
mengetahui:
Apa yang mereka sudah ketahui, percayai, ataupun rencana
penyelesaian permasalahan mereka.
Apakah Anda sudah benar-benar memahami permasalahan ODHA
dan keluarganya.
Apakah keluarga sudah memahami apa yang Anda ajarkan.
Apakah keluarga sudah puas dengan jawaban-jawaban Anda atas
pertanyaan mereka.
Apakah ada hal-hal lain yang mereka juga perlu tahu.
Bila Anda ditanya suatu hal yang Anda tidak ketahui, jawablah: "Saya
tidak tahu, tetapi saya akan mencari tahu jawabannya untuk Anda".
Tentukan tempat dan waktu pengajaran yang sesuai dengan kondisi
keluarga ODHA. Prinsipnya Anda mengajar di mana mereka tinggal dan
bekerja. Misalkan ibu rumah tangga, Anda bisa mengajar pada saat ia
5-6

Buku Pegangan Konselor


HIV

Perawatan dan Dukungan

sedang memasak di dapur. Bila memungkinkan, beberapa anggota


keluarga dapat dikumpulkan dalam kelompok kecil.
Beberapa teknik pengajaran pada keluarga ODHA.
Teknik pengajaran pada keluarga hendaknya disesuaikan dengan latar
belakang keluarga tersebut. Pada keluarga yang sudah mendapatkan
keterampilan membaca dan menulis, apalagi dengan tingkat pendidikan
yang cukup tinggi, umumnya lebih menyukai cara pengajaran formal seperti
di sekolah. Pemberian materi tertulis seperti brosur, pamflet sangat
dianjurkan. Perlu diperhatikan, tanya jawab juga merupakan hal yang
penting untuk dikerjakan oleh pengajar karena akan memberi kesempatan
keluarga untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami oleh keluarga.
Keluarga dengan latar belakang pendidikan yang rendah, bahkan buta huruf
tidak bisa dididik dengan cara di atas. Mereka seringkali bisa belajar lebih
baik dari pengalaman daripada mendapatkan sejumlah informasi dalam
situasi pengajaran formal. Pada keadaan ini konselor bisa menggunakan
cara:
Menceriterakan kisah orang lain dengan HIV dan permasalahannya
yang kurang lebih serupa dengan yang dialami keluarga tersebut.
Menggunakan alat bantu seperti poster, gambar-gambar, ataupun
video untuk lebih memperjelas cerita yang dimaksud.
Memberikan pertanyaan harus lebih nyata, jangan menimbulkan
kebingungan pada keluarga. Misalnya: "Waktu mencuci tangan
terakhir kali, apakah Anda menggunakan sabun?", akan lebih baik
daripada: "Tidakkah seharusnya sabun digunakan setiap kali mencuci
tangan?"
Memberikan materi tertulis seperti brosur juga masih dimungkinkan,
dengan harapan ada teman ataupun keluarga lain yang ikut
membantu membacakan. Pemberian materi tertulis juga membantu
mengingatkan bila ada topik bahasan yang terlupa.
Mencegah penularan HIV di rumah

HIV tidak mudah menular, kecuali pada hubungan seksual yang tidak
terlindungi ataupun ada kontak darah dengan darah (penularan melalui
darah, penggunaan jarum suntik bersama, tranfusi). Virus ini cepat mati di
luar tubuh. Prinsipnya tidak ada risiko penularan yang timbul pada
perawatan ODHA, asalkan mengikuti aturan-aturan yang baku.
Aturan-aturan yang dimaksud adalah :
Cucilah tangan dengan sabun dan air setelah mengganti seprei, baju,
ataupun bila terkontaminasi oleh cairan tubuh ODHA (misalnya: darah,
dahak, air kencing).
5-7

Buku Pegangan Konselor


HIV

Perawatan dan Dukungan

Tutuplah luka, baik yang ada pada perawat (keluarga) maupun ODHA.
Prinsipnya semua luka terbuka yang memungkinkan adanya kontak
darah dengan orang lain, dengan seprei/baju ODHA, harus ditutup
dengan kain bersih (bandage). Gunakan potongan plastik, kertas, sarung
tangan untuk menyisihkan cairan-cairan yang mungkin keluar dari luka
tersebut.
Jagalah agar seprei dan baju tetap bersih. Ini akan membuat ODHA
merasa nyaman dan mencegah kemungkinan masalah-masalah di kulit.
Bila yang merawat (keluarga/lainnya) bisa mengikuti 2 aturan yang
pertama, risiko penularan dari kontak dengan cairan tubuh ODHA akan
sangat rendah. Bahan-bahan yang terkontaminasi cairan tubuh ODHA
harus dicuci. Prinsipnya adalah harus dipisahkan dengan bahan yang
lain, selalu memegang bagian yang tidak terkena noda/cairan, cucilah
dengan sabun dan air, bilas, keringkan dan setrika seperti biasanya.
Catatan: pemutih atau air panas dapat dipergunakan, tetapi sebenarnya
hal itu tidak diperlukan.
Jangan saling berbagi barang-barang yang tajam seperti alat cukur,
sikat gigi, jarum atau apapun yang memungkinkan terkena darah ODHA.
Bila terpaksa harus berbagi, rebuslah alat-alat tersebut dalam air
mendidih sebelum digunakan.
Jauhkan barang-barang seperti popok, tissue bekas pakai, saputangan
atau apapun yang mungkin terkontaminasi cairan tubuh ODHA. Letakkan
pada tempat yang tertutup dan sulit dijangkau terutama oleh anak-anak.
HIV tidak menular melalui kontak sosial, misalnya bercakap-cakap,
bersalaman, berpelukan. Tetapi ODHA dan keluarganya sedapat
mungkin menghindari infeksi yang bisa ditularkan melalui kontak sosial
seperti diare dan infeksi saluran pernapasan.
Menghindari infeksi lainnya

ODHA mempunyai daya tahan tubuh yang lemah sehingga mudah terkena
infeksi. Sebaliknya, infeksi akan semakin melemahkan daya tahan tubuh
ODHA. Kebersihan di rumah adalah bagian penting untuk perlindungan
melawan penyakit seperti diare dan infeksi saluran pernapasan. Orang lain
dalam rumah dapat menjadi sumber infeksi bagi ODHA, namun dalam
kehidupan sehari-hari, ODHA tidak perlu menghindari kontak sosial dengan
orang yang diketahui sehat.
Cara terbaik untuk mencegah infeksi lain yang menular dari orang ke orang
adalah dengan cara mencuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan
air dan kemudian mengeringkannya. Hal ini perlu dilakukan terutama
setelah kontak sosial dengan orang lain.

5-8

Buku Pegangan Konselor


HIV

Perawatan dan Dukungan

Berikut adalah beberapa cara menjaga kebersihan yang harus dijalankan


oleh semua anggota keluarga di rumah termasuk ODHA untuk menghindari
infeksi:
Cucilah tangan sebelum: memasak, makan, menyuapi orang lain,
dan memberi obat.
Cucilah tangan sesudah: memakai kertas tissue toilet, mengganti
popok/pakaian dalam.
Gunakan air bersih (air matang) untuk makan/minum, terutama untuk
anak-anak.
Cucilah seprei/handuk/baju dengan sabun dan air.
Simpanlah makanan dalam tempat tertutup sehingga tidak tercemar
oleh kotoran/lalat.
Bila ada anggota keluarga sakit, cucilah gelas sebelum digunakan
oleh orang lain (ODHA).
Tutuplah mulut saat bersin/batuk.
Jangan meludah di sembarang tempat.
Mencium bayi (ODHA) pada dahinya, jangan di bibir.
Cucilah peralatan makan termasuk untuk bayi (ODHA) dengan sabun
dan air.
Cucilah dengan air bersih, buah-buahan dan sayuran segar yang
langsung dimakan tanpa dimasak.
Cucilah mainan/apapun yang biasa dipakai anak-anak (ODHA)
bermain (yang sering dimasukkan dalam mulutnya) dengan air dan
sabun.
Buanglah sampah pada tempatnya, kelola dengan benar
(ditimbun/dibakar)
Menghindari malaria

Bila malaria merupakan penyakit yang umum dijumpai di daerah tempat


tinggal ODHA, infeksi ini termasuk yang perlu dihindari. Malaria ditularkan
melalui gigitan nyamuk, maka ODHA/keluarganya sedapat mungkin menghindari gigitan nyamuk. Caranya :
Tidurlah dengan memakai kelambu.
Gunakan obat nyamuk semprot atau obat nyamuk gosok (repellents).
Merawat anak-anak dengan HIV/AIDS

Berikan makanan yang terbaik:


Bayi usia 6 bulan ke bawah, makanan terbaiknya adalah air susu
ibu (ASI), karena dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi.
ASI juga bersih, sehingga menghindarkan bayi dari risiko diare.
5-9

Buku Pegangan Konselor


HIV

Perawatan dan Dukungan

Kenyataan bahwa HIV dapat ditularkan melalui ASI, membuat sulit


mengambil keputusan apakah bayi sebaiknya diberikan ASI atau
tidak. Di banyak negara/daerah, dijumpai bahwa penularan HIV
melalui ASI jauh lebih rendah bila dibandingkan kematian bayi oleh
infeksi akibat tidak menyusui.
Ibu dengan HIV yang tinggal di tempat di mana banyak anak-anak
mati karena penyakit infeksi atau banyak kasus kurang gizi,
sebaiknya dianjurkan untuk menyusui bayinya (dengan bantuan
terapi ARV/PPTCT (prevention of parent to child transmision) bisa
dilihat di bab selanjutnya tentang PPTCT).
Bila si ibu memungkinkan memberikan susu pengganti ASI, hal ini
juga merupakan pilihan yang baik, asalkan bisa memenuhi
persyaratan yang ada. Syarat tersebut adalah memakai air matang,
peralatan (dot, botol, sendok, mangkok) yang bersih, mengikuti
aturan pakai (takaran harus sesuai, jangan diencerkan karena ingin
menghemat biaya). Bila tidak sanggup, sebaiknya si ibu dianjurkan
untuk menyusui bayinya.
Melakukan imunisasi.
Semua bayi dengan HIV/AIDS harus diberikan imunisasi standar
yaitu BCG, DPT (Difteri, Pertusis,Tetanus), Polio dan Campak.
Imunisasi tersebut diberikan sedini mungkin sesuai jadwal yang ada
di masing-masing negara.
Catatan: dijumpai beberapa kasus bayi dengan HIV yang
mendapatkan imunisasi BCG ternyata menderita komplikasi berupa
abses pada lokasi penyuntikan. Kenyataannya pada suatu
penelitian kohort prospektif dijumpai tidak ada perbedaan risiko
menderita komplikasi tersebut baik pada bayi dengan HIV maupun
bayi tanpa HIV (besarnya risiko komplikasi adalah sama). Dengan
demikian disimpulkan pemberian imunisasi BCG tetap aman dan
direkomendasikan pada bayi dengan HIV.
Bayi/anak-anak harus mendapatkan pengobatan segera bila terkena
infeksi. Akan lebih baik bila keluarga mempunyai dokter keluarga
tetap, yang tahu benar riwayat penyakit si anak. Jangan biasakan
untuk berpindah-pindah dokter.
Perlakukan anak seperti orang normal. Biarkan mereka bermain,
bersekolah seperti biasanya. Tetapi, bila terjadi wabah penyakit
infeksi, jangan biarkan mereka di luar rumah.

5-10

Buku Pegangan Konselor


HIV

Perawatan dan Dukungan

Mengenal dan mengelola gejala yang timbul pada ODHA

Demam
ODHA seringkali mengalami gejala ini. Penyebabnya bisa karena
infeksi oportunistik seperti TBC, penyakit lain (diare/infeksi saluran
napas), maupun karena infeksi HIV itu sendiri. Tetapi kenyataannya
sulit mengetahui apa sebenarnya yang menyebabkan munculnya
demam itu.
Mengetahui ODHA demam/tidak, yang terbaik adalah memeriksa
dengan termometer. Bila tidak ada, dapat digunakan cara sebagai
berikut: punggung tangan kanan pemeriksa untuk merasakan suhu di
dahi penderita, sedangkan punggung tangan kiri pemeriksa
merasakan suhu di dahi pemeriksa sendiri, kemudian bandingkan, bila
memang ODHA demam, akan terasa bedanya.
Menangani ODHA yang demam perlu memperhatikan karakteristik
demamnya. Pada ODHA demam disertai menggigil (ODHA merasa
kedinginan) tindakan yang harus dilakukan adalah:

Menyelimuti ODHA, atau memberikan baju hangat.


Jangan mencoba mendinginkan badan penderita (memberikan
kompres, memandikan, atau menyiramkan air).
Usahakan supaya ODHA cukup minum.
Berikan obat seperti aspirin, parasetamol sebanyak 500 mg setiap
8 jam. Untuk anak-anak dosis disesuaikan berat badannya.

Pada ODHA yang demam tanpa disertai menggigil, tindakan yang


perlu di rumah adalah berusaha menurunkan panas penderita.
Caranya :
Tidak perlu menggunakan baju/jaket terlalu tebal, apalagi sampai
berlapis-lapis.
Dinginkan badan dengan cara mengusapkan lap/kain yang dibasahi
air pada dada, ketiak, dahi maupun bagian tubuh lainnya. Selain itu
bisa pula meletakkan kain basah pada dahi. Bila kain tersebut
sudah hilang kelembabannya, basahi lagi kain tersebut, letakkan
lagi pada dahi.
Sediakan air yang cukup untuk minum dan usahakan agar ODHA
meminumnya, karena mereka kehilangan air cukup banyak akibat
panas badannya.
Bila perlu pakai obat seperti aspirin, parasetamol sebanyak 500 mg
setiap 8 jam. Untuk anak-anak dosis disesuaikan berat badannya.
Catatan: Kompres alkohol (70% ataupun 95%) boleh digunakan,
dengan persyaratan sebagai berikut: 1) Untuk bayi, hanya alkohol
5-11

Buku Pegangan Konselor


HIV

Perawatan dan Dukungan

70% yang boleh digunakan, 2) Area yang boleh dikompres adalah


sebatas ketiak dan dada ke bagian bawah. Area dahi (muka) tidak
boleh dikompres dengan alkohol karena uap alkohol bisa terhirup
oleh ODHA dan menimbulkan keracunan pada paru-paru.
ODHA perlu dirujuk ke tempat pelayanan kesehatan bila dijumpai
keadaan sebagai berikut:
$
$
$
$

ODHA sangat panas.


Panas berlangsung lama.
Disertai batuk dan penurunan berat badan.
Disertai leher kaku, nyeri hebat, kebingungan, tidak sadar,
berkunang-kunang, diare mendadak ataupun kejang.
$ Disertai kehamilan.
$ ODHA tinggal di daerah di mana kasus malaria banyak.

Diare (mencret)
Diare adalah keadaan dimana ODHA berak-berak lebih dari 3 kali
sehari dengan konsistensi lunak (lebih banyak cairannya).
Penyebab diare bisa karena infeksi usus yang berasal dari makanan/
air yang tidak bersih, infeksi oportunistik, atau karena efek samping
obat. Diare bisa berbahaya karena menyebabkan tubuh kekurangan
cairan dan kurang gizi. Kekurangan cairan yang berat dapat
menyebabkan hal yang fatal.
Untuk menangani diare di rumah, ada 3 prinsip penting untuk
diperhatikan yaitu: a) minum cairan lebih banyak dari biasanya, b)
teruskan makan seperti biasanya, dan c) kenali tanda-tanda kurang
cairan (dehidrasi).
Cairan yang diminum bisa bermacam-macam, seperti sari buah, teh
tawar, kuah sayuran, air tajin, dan oralit. Bila bayi masih menyusui,
ASI harus terus diberikan.
Makanan yang dianjurkan adalah makanan yang bergizi tetapi
mudah dicerna, seperti: nasi, kacang-kacangan, daging/ikan, telur,
pisang. Yang perlu untuk dihindari adalah makanan berserat tinggi
seperti buah-buahan dan sayuran (karena sulit dicerna), dan
makanan yang manis (karena bisa memperberat diare). Makanan
tetap diperlukan untuk mencegah ODHA dari kurang gizi.
Mengenali tanda kurang cairan sangat penting untuk mencegah
penderita jatuh pada keadaan kurang cairan berat yang bisa
berakibat fatal. Keadaan ini bisa dilihat dari ODHA yang mengeluh
sangat kehausan/terus menerus minta minum, gelisah, ketegangan
kulit menurun (kulit nampak kisut, bila dicubit maka bekas cubitan
tersebut akan lama kembali ke normal).
5-12

Buku Pegangan Konselor


HIV

Perawatan dan Dukungan

Bila ODHA dijumpai dalam keadaan demikian, ataupun disertai panas


badan, tidak bisa makan/minum dengan baik, tidak menunjukkan
tanda-tanda membaik setelah diberi cairan, berak sangat encer (air
saja), berak disertai darah, ataupun muntah-muntah sehingga tidak
bisa minum, sebaiknya ODHA dirujuk ke tempat pelayanan kesehatan.
Masalah kulit
Masalah kulit yang sering dijumpai adalah timbulnya bercak-bercak
kemerahan, gatal-gatal, nyeri, kulit kering, luka yang sulit sembuh, dan
abses (bisul).
Penyebab masalah-masalah tersebut bisa karena infeksi jamur
(kandida, ring worm), infeksi bakteri, virus zoster (infeksi sejenis virus
yang menyerang sayraf yang berakibat kelainan pada kulit),
kebersihan diri kurang baik, reaksi alergi terhadap obat/bahan lain,
terlalu lama pada satu posisi saat tidur, eksim/dermatitis, sarkoma
Kaposi.
Membersihkan kulit dengan teratur dengan sabun dan air, dan
mengeringkannya akan mencegah masalah-masalah tersebut di atas.
Masalahnya adalah, hampir semua masalah kulit tersebut timbul
disertai rasa gatal. Menggaruk kulit dengan kuku dapat membuat
keadaan lebih parah karena kulit akan rusak dan infeksi bisa
menyebar. Karena itu potonglah kuku jari tangan agar tetap pendek,
dan bila ingin menggaruk usaplah dengan telapak tangan sehingga
rasa gatal akan berkurang. Mengurangi gatal bisa juga dengan cara
berikut:
Mendinginkan kulit dengan air atau diangin-anginkan.
Mengoleskan obat lotion seperti kalamin (juga berfungsi mencegah
kekeringan kulit).
Mencegah kulit menjadi panas (misal mengoleskan balsam).
Memakai obat tradisional.
Bila kulit terasa kering, hindari pemakaian sabun dan detergen,
gunakan minyak untuk mandi, gunakan baby oil, handbody seperti
vaselin/ gliserin atau bahan lain.
Untuk luka terbuka, prinsipnya adalah daerah di sekitar luka harus
dibersihkan dengan air matang (1 liter air tambah 1 sendok teh penuh
garam), kompres dengan air hangat + garam 4 kali perhari. Sedangkan lukanya sendiri harus ditutup dengan kain bersih. Untuk bisul yang
belum masak/pecah, kompres dengan air hangat 4 x sehari, sehingga
akan cepat masak. Bila abses disertai rasa nyeri atau pecah,
segeralah ke dokter setelah menutup luka tersebut dengan baik.

5-13

Buku Pegangan Konselor


HIV

Perawatan dan Dukungan

ODHA perlu dirujuk bila ada tanda-tanda infeksi (nanah, kemerahan,


demam), luka disertai bau busuk, disertai cairan kecoklatan, disertai
nyeri keras, benjolan pada daerah sekitar mata, reaksi alergi obat
(riwayat minum obat sebelumnya).
Mulut dan tenggorokan
Masalah yang timbul umumnya berupa bercak-bercak putih pada
lidah, disertai luka-luka pada rongga mulut.
Penyebabnya adalah infeksi jamur (berupa bercak putih dikelilingi
warna merah), herpes simpleks (bintik-bintik berisi air), kurang gizi
(kulit pecah-pecah dan luka pada mulut), Sarkoma Kaposi, masalah
gigi dan sebagainya.
Kurang gizi bisa menyebabkan masalah pada mulut dan
menyebabkan keadaan menjadi lebih parah, oleh karena itu ODHA
harus diberi makanan yang bergizi, ataupun perlu minum
vitamin/suplemen (lihat bagian Gizi, Bab 6).
Untuk mencegah masalah di mulut dapat digunakan larutan air dan
garam (1 gelas air + sendok teh garam) untuk kumur-kumur saja,
bukan ditelan.
Mengurangi rasa sakit yang timbul bisa dilakukan dengan cara makan
makanan lunak, menghindari makanan pedas, pakai sedotan untuk
minum/makanan cair dan makanan/minuman dingin.
Mual dan muntah
Masalah ini bisa disebabkan oleh obat-obatan yang diminum, infeksi,
masalah pada lambung dan usus, Sarkoma Kaposi pada usus, atau
infeksi HIV itu sendiri.
Pada ODHA yang muntah, lakukan cara berikut:
Hentikan makan/minum selama 1-2 jam.
Perlahan-lahan minum air hangat-hangat kuku, teh encer, oralit, 2
sendok makan setiap jam selama 2-3 jam.
Tingkatkan jumlah cairan 4-6 sendok makan setiap jam selama 2-3
jam, dan tingkatkan terus.
Bila mual susah mereda, tingkatkan jumlah dan jenis makanan.
Makanan yang dianjurkan adalah makanan yang mudah di cerna (lihat
bagian diare).
Untuk mengurangi rasa mual, perhatikanlah ventilasi/pertukaran udara
di ruangan, kompres dingin pada dahi, singkirkan barang-barang
seperti obat yang membuat mual.
5-14

Buku Pegangan Konselor


HIV

Perawatan dan Dukungan

ODHA perlu dirujuk jika muntah berulang yang mengakibatkan kurang


cairan, disertai keluhan nyeri perut, demam, muntahan berwarna hijau
gelap/kecoklatan/disertai darah, atau berbau tinja.
Nyeri
Pada umumnya keluhan ini muncul pada ODHA fase lanjut, tetapi
pada beberapa orang lainnya keluhan ini muncul sesekali saja dan
mudah diatasi.
Rasa nyeri ini bisa disebabkan karena kurang gerak, infeksi,
pembengkakan pada tangan dan kaki, nyeri kepala (karena/bukan
karena keradangan otak), gangguan pada saraf, gangguan kejiwaan
seperti depresi/kecemasan.
Dalam menangani nyeri pada ODHA, harus memperhatikan kondisi
emosionalnya. Mereka membutuhkan perhatian dan perawatan lebih.
Cara menangani nyeri bisa dengan cara belajar menarik napas dalam
dan teratur, menghilangkan kecemasan, menggunakan obat-obatan
(aspirin/parasetamol), melakukan pemijatan ringan, mengalihkan
perhatian penderita dengan cara mengingatkan pada tempat/saat-saat
yang menyenangkan.
ODHA harus dirujuk bila rasa nyeri tidak bisa ditahan atau berkaitan
dengan nyeri kepala hebat atau disertai kelemahan anggota badan,
nyeri pada tangan/kaki yang muncul mendadak, nyeri berlangsung
lebih dari 2 minggu, kondisi memburuk dan tidak hilang dengan obatobat biasa, disertai muntah-muntah, disertai gangguan berpikir atau
bergerak.
Kelelahan dan kelemahan
Keluhan ini muncul pada fase akhir penyakit, disebabkan oleh banyak
penyebab dan beberapa di antaranya memang tidak bisa dihindari.
Penyebab tersebut antara lain infeksi HIV atau penyakit yang
berkaitan dengan HIV, gizi yang buruk, depresi, kurang darah
(anemia).
Untuk mengurangi keluhan ini lakukanlah cara berikut:
Pilahlah pekerjaan-pekerjaan mana yang dikerjakan oleh ODHA
sendiri, dan mana yang perlu dibantu oleh keluarga.
Upayakan supaya ODHA dapat beristirahat sebanyak dibutuhkan.
Keluarga yang lain harus diberitahu apa yang bisa mereka lakukan
untuk membantu ODHA.
Carilah cara untuk meringankan aktivitas ODHA, misalnya mandi/
memasak sambil duduk (daripada berdiri), menggunakan pispot/
5-15

Buku Pegangan Konselor


HIV

Perawatan dan Dukungan

ember untuk buang air kecil (daripada berjalan ke kamar mandi),


menyediakan tongkat/kursi roda.
ODHA perlu segera dirujuk bila mereka mendadak merasakan
kelemahan (seperti lumpuh), bila disertai demam tinggi, ataupun ada
gejala kebingungan.
Kecemasan dan depresi
Kedua keluhan ini seringkali muncul pada awal-awal mereka
menerima
kenyataan
status
HIVnya
yang
positif
(lihat
KETERAMPILAN KONSELING, Bab 1). Kecemasan adalah
gabungan dari perasaan cemas dan ketakutan, sedangkan depresi
adalah perasaan sedih dan tidak punya harapan lagi. Kecemasan
ditandai oleh hilangnya nafsu makan, perasaan nafas pendek,
berkeringat, susah tidur, lepas kendali, sulit konsentrasi, merasa
khawatir, merasa lemah/malu/pengecut, merasa gugup. Depresi
ditandai perasaan putus asa, merasa lelah/tidak punya tenaga, tidak
bisa merasakan kesenangan/perasaan hambar, mudah tersinggung,
tidak mampu konsentrasi atau sering lupa, bangun terlalu pagi/sulit
tidur malam hari, nafsu makan meningkat atau tidak ada nafsu makan.
Penanganan masalah ini di rumah, biasanya dikerjakan oleh salah
seorang keluarga yang dipercaya oleh ODHA. Sebagai konselor, tugas
Anda adalah mengajarkan pada keluarga tersebut bagaimana
mendukung. Prinsipnya adalah keluarga harus memberi kesempatan
kepada ODHA untuk berbicara, mengungkapkan perasaannya;
mereka hanya perlu mendengar dan ada bersama ODHA. Bila perlu
dan bila memang sudah ada kelompok-kelompok pendukung bagi
ODHA di masyarakat, konselor bisa menawarkan kepada ODHA untuk
bergabung. Keluarga bisa membantu ODHA untuk menyusun kegiatan
harian setiap minggu dan mengajak untuk bersantai. Obatobatan/minuman beralkohol tampaknya memang bisa membuat
relaks, tetapi pada akhirnya akan membuat kecemasan/depresinya
semakin parah.
Bila tampaknya keluhan ini cukup berat untuk ditangani di rumah
(misalnya ada upaya bunuh diri, melukai diri sendiri atau orang lain)
atau gangguan ini berlangsung cukup lama tanpa ada penyebab dari
fisik, sebaiknya ODHA dirujuk ke tempat pelayanan kesehatan.

5-16

Buku Pegangan Konselor


HIV

Perawatan dan Dukungan

Perawatan paliatif

Pada tahap akhir penyakit AIDS, memang tidak ada lagi yang bisa
diperbuat untuk mengatasi infeksi oportunistik ataupun gejala yang
ditimbulkannya. Infeksi telah berkembang melebihi apa yang bisa diatasi
oleh obat. Pada titik ini, tujuan dari semua perawatan (medis, perawatan,
keagamaan, kejiwaan) adalah untuk membuat klien tetap merasa nyaman
dan menjaga harkat-martabat klien. Di beberapa tempat, perawatan
semacam ini disebut perawatan paliatif.
Kapan perawatan dimulai?
Seringkali sulit menentukan kapan harus menyetop perawatan medis dan
memulai perawatan paliatif. Sebagai standar bisa dipakai pedoman berikut:
Bila pengobatan medis tidak tersedia atau sudah tidak efektif.
Bila klien mengatakan telah siap untuk meniggal dan tampak sangat
sakit (parah). Ini sangat berbeda dengan klien yang mengalami
tekanan/depresi. Pada keadaan depresi klien harus diberikan
semangat untuk tidak menyerah.
Bila organ-organ tubuh yang vital seperti: paru, jantung, hati, sudah
mengalami kegagalan fungsi.
Di mana perawatan diberikan?
Perawatan bisa dilakukan di rumah sakit ataupun di rumah. Sebagian besar
ODHA atau keluarganya ingin agar ODHA meninggal di rumah. Tetapi
sebagian lainnya memang tidak ingin meninggal di rumah, mereka hanya
tinggal di rumah selama perawatan dan pada saat terakhir ODHA ataupun
keluarganya ingin agar ODHA meninggal di rumah sakit. Pada keadaan
seperti ini perlu dipikirkan masalah transportasi.
Tujuan perawatan paliatif.
Membuat klien merasa nyaman dan terhindar dari masalah-masalah
yang membuat mereka merasa resah.
Membantu mereka untuk tetap mandiri sebisa mungkin.
Menghibur saat klien berduka cita dan membantu mengatasinya.
Membantu klien dan keluarganya menyiapkan kematian, misalnya
membuat surat wasiat, pengalihan tanggung jawab.
Membantu klien agar tetap bisa ada di masyarakat dan keluarganya
selagi masih bisa.

5-17

Buku Pegangan Konselor


HIV

Perawatan dan Dukungan

Bagaimana cara mencapai tujuan tersebut?


Berikan kenyamanan:
Bila klien merasakan nyeri berkelanjutan, upayakan mendapatkan
obat penghilang rasa sakit.
Anjurkan pengunaan teknik relaksasi seperti bernapas dalam,
pemijatan ataupun memberikan obat gosok.
Mintalah keluarga melanjutkan perawatan dasar untuk menjaga klien
tetap bersih dan mencegah munculnya masalah kulit maupun
kekakuan sendi.
Kembangkan komunikasi dengan keluarga dan masyarakat. Klien
tetap harus merasa tidak kehilangan rasa cinta dalam hidup mereka.
Bantulah mereka untuk membuat perdamaian satu sama lain, ini akan
meningkatkan kenyamanan dan penerimaan dari semua keluarga dan
masyarakat.
Sediakan waktu untuk melakukan kontak fisik seperti menyentuh,
memegang tangan, dan memeluk.
Aturlah agar klien bisa mendapatkan konseling tentang keagamaan.
Hormatilah keinginan klien:
Menerima keinginan klien seperti tidak ingin makan, tidak ingin
istirahat ataupun yang lain, walaupun hal itu bertentangan dengan
yang seharusnya.
Menghormati keinginannya dalam hal menerima/menolak tamu.
Bertanyalah bagaimana perasaan klien, dengarkan, dan biarkan klien
mengungkapkan semua perasaannya.
Pahamilah semua perasaan klien, ajarkan keluarga mereka untuk bisa
menerima perasaan klien seperti kemarahan, ketakutan, kesedihan
dan lain-lainnya.
Menyiapkan kematian:
Bicarakan tentang kematian bila klien menginginkan. Banyak orang
beranggapan tidak baik membicarakan bahwa seseorang akan
meninggal. Tetapi bila membicarakan hal ini secara terbuka akan
membantu membuat klien merasa didengarkan, bahwa keinginan
mereka akan dipenuhi, bahwa mereka tidak sendiri. Menghindari
membicarakan kematian adalah suatu bentuk penyangkalan (denial).
Satu
kekhawatiran
klien
yang
utama
adalah
masalah
anak/keluarganya. Mereka selalu merasa khawatir anak mereka akan
kelaparan, putus sekolah, dan kekurangan uang setelah mereka
meninggal. Mulailah merencanakan dengan keluarga, teman-teman
ataupun program yatim piatu untuk kelangsungan hidup anak-anak
ODHA. Hal ini akan membantu membuat klien merasa nyaman.
5-18

Buku Pegangan Konselor


HIV

Perawatan dan Dukungan

Khawatir akan rasa sakit menjelang ajal juga umum dijumpai.


Upayakan untuk mengurangi ketakutan ini dengan menjelaskan
seperti apa adanya, misalnya kesulitan bernapas atau rasa sadar dan
tidak sadar. Bila tersedia obat-obatan penghilang rasa sakit, yakinkan
klien bahwa obat itu akan digunakan untuk menghilangkan rasa sakit
yang tidak diinginkan.
Kekhawatiran yang terjadi setelah mereka meninggal, dapat dikurangi
dengan
membantu
klien
menuliskan
keinginan
terakhir,
merencanakan
secara
terperinci
masalah
pemakaman,
mendiskusikan masalah kepercayaan (dengan seseorang sesuai
kepercayaannya dengan klien).
Yang harus dilakukan pada orang dengan HIV/AIDS yang

meninggal
Penting untuk diingat: Dalam menangani seseorang yang baru saja
meninggal, haruslah tetap memperhatikan kemungkinan terjadinya
penularan suatu penyakit dari orang tersebut. Jadi hal yang dijelaskan
berikut ini bukan hanya berlaku pada ODHA yang meninggal, tapi juga
pada saat menangani kasus kematian oleh karena sebab apapun.
Segera setelah meninggal, perlakuan yang diberikan adalah sama seperti
ketika mereka masih hidup, artinya konselor harus mengingatkan keluarga
atau penjamah untuk tetap berhati-hati. Bila keluarga maupun penjamah
hendak membersihkan, membaringkan, ataupun mengawetkan (memberi
es/menyuntikkan formalin) pada jenasah ODHA sebaiknya mereka
melindungi tangan terutama bila ada cairan tubuh ODHA seperti bekas
diare, darah yang masih basah. Luka-luka pada tangan penjamah harus
ditutup dengan kain/perban/tensoplas. Setelah melakukan semua kegiatan
tersebut, sebaiknya keluarga/penjamah mencuci tangan dengan sabun dan
air.
Perlu diingat bahwa tidak lama setelah ODHA meninggal, HIV juga akan
mati. HIV hanya bisa berkembang biak pada manusia yang hidup. Di Bali,
kegiatan memandikan jenasah secara adat baru dilakukan setelah
beberapa jam (apalagi sampai beberapa hari) setelah ODHA meninggal.
Dalam keadaan ini sebenarnya virus ini sudah mati dan tidak mempunyai
potensi penularan lagi bagi orang lain. Sehingga tidak perlu ada kecemasan
ataupun kekhawatiran tertular bagi anggota masyarakat yang ikut serta
dalam prosesi memandikan, menguburkan ataupun pembakarannya
(ngaben). Pengucilan oleh warga setempat pada ODHA yang
meninggal tidak pelu terjadi.

5-19

Buku Pegangan Konselor


HIV

Perawatan dan Dukungan

Cara membantu keluarga ODHA


Segera setelah kematian ODHA, keluarga biasanya sangat berduka,
sedangkan mereka perlu mengatur hal-hal praktis yang berkaitan dengan
proses pemakaman. Anda bisa membantu dalam mengatur proses tersebut
sesuai dengan adat yang berlaku di daerah itu, dan bisa membantu
mendengarkan kesedihan keluarga.
Kematian ODHA bisa menyebabkan masalah pada keluarga, terutama bila
perencanaan untuk kematian ini tidak dilakukan dengan baik. Juga
keluarga/orang yang ditinggalkan bisa berduka untuk waktu berbulan-bulan.
Konselor bisa membantu apa saja selama masa ini. Meluangkan waktu
untuk berkunjung dan menanyakan keadaan keluarga akan menggugah
semangat keluarga untuk kembali memikirkan masa depan.
5.3 ASPEK PSIKOSOSIAL
Respon psikologik terhadap infeksi HIV mempunyai dampak terhadap
perjalanan infeksi (misalnya: penolakan dan depresi dapat mengakibatkan
penundaan pengobatan dan meningkatkan kesakitan). Reaksi seseorang
terhadap HIV kadang-kadang berupa rasa khawatir yang tidak rasional dan
merugikan. Kenyataan sosial ini juga sangat merugikan respon terhadap
infeksi HIV dan berpengaruh terhadap kemampuan orang tersebut untuk
mengatasinya.
Bila seseorang diberitahu bahwa dirinya terinfeksi HIV, reaksi pertama yang
timbul adalah penolakan dan shock (goncangan batin) yang dirasakan
bulanan dan bahkan tahunan. Berita tersebut akan dirasakan sebagai
kalimat yang mematikan, walaupun kenyataannya orang dengan infeksi HIV
dapat hidup produktif lebih dari 10 tahun dan bebas dari penyakit setelah
terinfeksi. Dalam hal-hal tertentu, di mana homoseksual atau pemakai
narkoba tidak diterima dalam keluarga dan masyarakat lainnya, mereka
tidak bisa berbagi rasa tentang berita diagnosis HIVnya dan akan
kehilangan dukungan sosial seperti yang biasa diperoleh oleh orang yang
terkena penyakit lainnya seperti penyakit kanker.
Malah, di kalangan gay dan pengguna narkotika sendiri, infeksi HIV akan
menambah pandangan negatif. Keadaan ini dapat meningkatkan
progresivitas perjalanan penyakit, akibatnya infeksi HIV di kalangan gay
akan mengalami progresivitas penyakit yang lebih tinggi dibandingkan
dengan gay yang hidup di lingkungan yang bisa menerima kelompok gay
dan pengguna narkotika.
Orang yang terinfeksi HIV, tidak memperhatikan bagaimana mereka
terinfeksi, semuanya merasa diperlakukan sebagai satu kelompok yang
berperilaku menyimpang dan haram. Sehingga orang dengan HIV akan
memikul beban tambahan yang berat yang harus dirahasiakan (kerahasiaan
5-20

Buku Pegangan Konselor


HIV

Perawatan dan Dukungan

pada keluarga, teman, kerabat) dan tidak akan mampu memperoleh


dukungan yang seharusnya diperoleh dari infeksi yang dialaminya.
Respon psikologik

Tahapan reaksi psikologik pada orang yang terinfeksi HIV (tabel berikut):
Reaksi

Proses psikologik

Hal-hal yang biasa


dijumpai

1. Shock (kaget,
goncangan
batin)

Merasa bersalah, tidak


berdaya, marah,
menyangkal.

Rasa takut, hilang akal/


frustrasi, rasa sedih/susah,
acting out.

2. Mengucilkan
diri

Merasa cacat dan tidak


berguna, menutup diri.

Khawatir menginfeksi orang


lain, murung.

3. Membuka
status secara
terbatas

Ingin tahu reaksi orang lain,


pengalihan stres, ingin
dicintai.

Penolakan, stres,
konfrontasi.

4. Mencari orang
lain yang positif
HIV.

Berbagi rasa, pengenalan,


kepercayaan, penguatan,
dukungan sosial.

Ketergantungan, campurtangan, tidak percaya pada


pemegang kerahasiaan
dirinya (lost of anonymity).

5. Status khusus

Perubahan keterasingan
menjadi manfaat khusus,
perbedaan menjadi hal
yang istimewa, dibutuhkan
oleh yang lainnya.

Ketergantungan, dikotomi
kita dan mereka (semua
orang dilihat sebagai
terinfeksi dan direspon
seperti itu),
overidentification (HIV
menjadi pola sentral dalam
kehidupan/kerja).

6. Prilaku mementingkan orang


lain

Komitmen dan kesatuan


kelompok, kepuasan memberi dan berbagi, perasaan
sebagai kelompok.

Pemadaman, reaksi dan


kompensasi yang
berlebihan.

7. Penerimaan.

Integrasi status positif HIV


dengan identitas diri,
keseimbangan antara
kepentingan orang lain dan
diri sendiri, bisa
menyebutkan kondisi
seseorang.

Apatis, sulit berubah.

Tidak semua orang dengan HIV mengalami fase-fase yang sama seperti itu,
tetapi fase-fase tersebut penting dalam menelaah kemungkinan respon
yang timbul terhadap infeksi HIV. Sewaktu-waktu timbul perubahan yang
memerlukan penanganan, dan pada waktu yang lain mungkin timbul reaksi
5-21

Buku Pegangan Konselor


HIV

Perawatan dan Dukungan

dalam arti tidak membutuhkan atau menolak pengobatan dan nasehat


medis yang diperlukan, atau berperilaku yang berisiko terhadap dirinya atau
pasangannya.
Pengaruh penemuan infeksi

Tingkat tekanan emosi yang ditimbulkan oleh hasil tes positif HIV tidak
berbeda bermakna dibandingkan dengan menerima diagnosis AIDS atau
penyakit menampakkan gejala lainnya, ataupun kematian dari kekasih.
Perubahan kehidupan oleh karena diagnosis tersebut disejajarkan dengan
akibat kematian istri/suami atau dipenjara. Karena besarnya tekanan
emosi dan perubahan-perubahan hidup keduanya berkaitan dengan
timbulnya kesakitan berikutnya, maka upaya-upaya untuk mengurangi
tekanan hidup akan mempengaruhi tingkat kesakitan dan kesehatan mental
mereka.
Bagaimana seseorang bereaksi terhadap berita infeksi HIV tergantung tidak
hanya dari dukungan sosial individu, tetapi juga dari cara klien mengatasi
tekanan berat pada masa lalu. Riwayat singkat tentang cara klien
mengatasi tekanan pada masa yang lalu akan memberikan gambaran pada
dokter tentang kemungkinan kesulitan yang akan timbul.
Bila seseorang baru mengetahui ia terinfeksi HIV setelah lama dalam
perjalanan penyakitnya, stres psikologik mungkin akan dirasakan lebih
besar dan proses penyesuaian akan menjadi lebih sulit.
Aspek psikososial

Akibat psikososial infeksi HIV membutuhkan diagnosis dan pengobatan


yang efektif seperti akibat fisik dari defisiensi imun. Kejadian-kejadian
tekanan hidup, ada atau tidak adanya dukungan sosial telah terbukti dapat
memprediksi waktu dan beratnya kelainan fisik dan psikologik. Bila seorang
yang terinfeksi HIV kurang mendapatkan dukungan sosial, peran seorang
dokter hendaknya juga mencakup rujukan kepada organisasi yang
berhubungan dengan HIV/AIDS yang menyediakan layanan konseling dan
dukungan (untuk kelompok dan perorangan), dan memberikan informasi
yang benar tentang HIV/AIDS. Penyesuaian yang besar dalam hubungan
dokter-klien sangat diperlukan dan dokter harus mempersiapkan diri untuk
mengatasi akibat tekanan tersebut dan merujuk ODHA untuk memperoleh
dukungan yang diperlukan. Rasa khawatir dan stres yang berhubungan
dengan diskriminasi atau penolakan juga perlu ditangani dan diobati.

5-22

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

$ RINGKASAN
6.1 VITAMIN DAN MINERAL
Fungsi Vitamin dan Mineral: mempertahankan struktur dan fungsi sel-sel
tubuh terhadap stres lingkungan (homeostasis), antara lain:
Membentuk sel dan struktur tubuh.
Membantu mempertahankan struktur dan kinerja sel.
Membantu penyesuaian jenis dan tingkat aktivitas sel terhadap pengaruh
lingkungan.
Mengatur perilaku selular sesuai kebutuhan, yang memungkinkan dalam
memberikan respon yang terkoordinasi terhadap lingkungan.
Membuang hasil-hasil metabolisme yang tidak berguna.
Defisiensi: defisiensi vitamin dan mineral biasa dijumpai pada orang dengan
HIV, dan defisiensi sudah terjadi pada stadium dini walaupun pada orang dengan
kon-sumsi makanan yang berimbang. Defisiensi terjadi oleh karena HIV
menyebabkan hilangnya nafsu makan dan gangguan absorbsi nutrien. Keadaan
ini dimanfaatkan oleh HIV untuk berkembang lebih cepat. Di samping itu, daya
tahan tubuh untuk melawan HIV menjadi berkurang. Hal ini merupakan dasar
perlu diberikannya suplemen vitamin dan mineral pada orang dengan HIV.
Besar suplemen: sulit ditentukan seberapa besar suplemen tersebut harus
diberikan. Suplemen dengan multivitamin dianggap cukup, tetapi khusus untuk
vitamin tertentu suplemen dosis tinggi perlu dipertimbangkan. Penggunaan
multivitamin, 1 kali sehari walaupun pada orang normal dan pada orang dengan
HIV dapat memperlambat progresivitas infeksi HIV menjadi AIDS.
6.2 MAKANAN SEHAT (MENU BERIMBANG)
Apa yang harus diberikan pada orang dengan HIV/AIDS?
Prinsipnya seperti orang sehat lainnya, yaitu: makanan berimbang, makanan serasi
atau 4 sehat 5 sempurna yang bervariasi, dalam jumlah yang cukup sesuai
kebutuhan, dengan tambahan multivitamin.
Cara yang sederhana:
Multivitamin tanpa Fe (zat besi), 2 kali sehari.
Suplemen mineral, 1 kali sehari.
Suplemen antioksidan, 1 kali sehari.

6-1

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

Atau, lebih terinci bila ada gejala-gejala defisiensi yang jelas:


Multivitamin tanpa Fe, 2 kali sehari.
Suplemen unsur mikro, 1 kali sehari.
Suplemen Vit. C, 1-3 g sekali sehari, atau 3-6 g sekali sehari dalam keadaan
penyakit yang aktif.
Suplemen Vit. E 800-1200 unit sekali sehari.
Suplemen -karotin, 15 mg (setara dengan 25.000 unit Vit. A) sekali sehari.
Vit. B kompleks dengan tambahan Vit. C, 2 kali sehari.
Suplemen Mg, 250 mg 2 kali sehari.
Suplemen Se, 50 g (1-4 kali sehari).
Gejala-gejala defisiensi vitamin dan mineral, sumber dan suplemen dapat
dilihat dalam tabel (halaman 6-26).

6-2

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

HIV DAN GIZI


6.1 VITAMIN DAN MINERAL
Beberapa fungsi vitamin dan mineral:
Membentuk sel dan struktur tubuh.
Mencapai kebutuhan yang berbeda dari sel yang berbeda jenis dan
fungsinya.
Membantu mempertahankan struktur dan kinerja sel.
Membantu penyesuaian jenis dan tingkat aktivitas sel terhadap
pengaruh lingkungan.
Membantu komunikasi dan koordinasi aktivitas sel dengan aktivitas
sel dan organ lainnya dalam tubuh.
Mengatur perilaku selular sesuai kebutuhan, yang memungkinkan
dalam memberikan respon yang terkoordinasi terhadap lingkungan.
Membuang hasil-hasil metabolisme yang tidak berguna.
Istilah untuk hal-hal tersebut di atas disebut homeostasis. Dan homeostasis
dapat didefinisikan sebagai kemampuan organisme hidup mempertahankan
keutuhan struktur dan fungsinya, terpisah dari dan tidak rentan terhadap
stres lingkungan.
Dalam mempertahankan homeostasis ini merupakan hal yang rumit sekali,
membutuhkan banyak langkah reaksi kimia, berbeda tetapi saling
berhubungan. Setiap langkah reaksi tersebut memerlukan bahan yang
khusus, bahkan sering dalam jumlah yang sangat kecil. Bila bahan-bahan
tersebut tidak ada, atau kurang dari yang dibutuhkan, reaksi tersebut tidak
dapat berlangsung dengan sempurna.
Vitamin dan mineral adalah beberapa di antara bahan-bahan yang
dibutuhkan tersebut. Kecuali vitamin D yang dapat dibuat oleh tubuh dalam
kulit, sejumlah lainnya dapat dibuat oleh bakteri dalam usus.
Bahan-bahan tersebut tidak dibutuhkan dalam jumlah yang besar; makanan
berimbang sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Jumlah yang
lebih banyak baru dibutuhkan bila terjadi gangguan metabolisme oleh
berbagai sebab. Tetapi diperoleh bukti-bukti bahwa pemberian jumlah yang
lebih besar dapat meningkatkan kesehatan tubuh, walaupun hal ini masih
merupakan hal yang dipertentangkan.
Orang dengan HIV, seperti pada proses ketuaan, beberapa bukti
menunjukkan manfaat unsur-unsur ini dalam jumlah yang lebih banyak dari

6-3

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

apa yang biasanya diperoleh dalam makanan. Lagi pula banyak orang
dengan HIV jelas mengalami defisiensi vitamin, cadangan yang rendah,
sehingga memang diperlukan, walaupun pada orang normal yang sehat.
Dalam beberapa hal, HIV sendiri langsung dapat mengambil manfaat dari
keadaan defisiensi tersebut untuk dapat berkembang lebih cepat. Jadi, akan
sangat berbahaya bagi orang dengan HIV yang mengalami defisiensi.
Selain itu unsur-unsur tersebut akan meningkatkan kemampuan tubuh
melawan berkembangnya HIV dalam tubuh.
HIV menyebabkan hilangnya nafsu makan dan gangguan penyerapan
nutrien. Hal ini berhubungan dengan menurunnya/habisnya cadangan
vitamin dan mineral tubuh. Seperti telah disinggung di atas, jelas telah
dijumpai defisiensi vitamin dan mineral pada orang dengan HIV, malah
pada stadium yang masih dini. Walaupun pada orang dengan makanan
yang sehat dan berimbang tidak akan luput dari defisiensi bila terinfeksi
HIV. Berdasarkan hal tersebut, selain kemungkinan manfaat jumlah yang
lebih tinggi, juga merupakan alasan yang kuat untuk suplementasi.
Pemberian suplemen bertujuan agar beban orang dengan HIV tidak
bertambah oleh akibat defisiensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
orang dengan HIV akan bertambah baik hanya dengan minum suplemen
multivitamin setiap harinya. Tetapi, dalam banyak hal seberapa
suplementasi harus diberikan tidak dapat ditentukan. Khusus untuk vitamin
tertentu, suplemen dosis tinggi perlu dipertimbangkan. Beberapa jenis
vitamin dan mineral yang perlu mendapat perhatian diuraikan berikut ini.
Vitamin

Vitamin B1 (Thiamine)
Fungsi: mengubah karbohidrat menjadi energi, untuk mengantarkan
rangsangan dari syaraf ke otot, dan mempertahankan struktur membran
dalam sistem syaraf.
Penyerapan: dalam usus halus dan disimpan dalam jaringan otot.
Vitamin B1 dapat dirusak oleh ikan mentah, kopi, dan teh.
Defisiensi: Bila asupan tidak mencukupi, defisiensi dapat terjadi dengan
cepat oleh karena vitamin B1 tidak disimpan dalam tubuh dalam waktu
yang lama. Defisiensi akan dipercepat bila terjadi malabsorbsi (gangguan
absorbsi), malnutrisi, minum alkohol, mencret, asam folat yang rendah.
Antasid dan obat-obat yang menurunkan keasaman lambung lainnya
dapat merusaknya. Kebutuhan akan meningkat bila terjadi panas, kerja
berat, atau makan makanan berkalori tinggi.

6-4

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

Tanda-tanda: turunnya berat badan, mudah tersinggung, nafsu makan


berkurang, kesemutan, rasa panas dan nyeri seperti ditusuk pada kaki
dan tungkai bawah. Bila berat, dapat mengganggu kondisi mental dan
kelemahan.
Sumber: daging, kacang-kacangan, kentang, kacang polong, buncis,
kacang tanah, dan ragi. Bila dimasak dengan air, sebagian akan hilang
oleh karena larut dalam air.
Vitamin B2 (Riboflavin)
Fungsi: diperlukan untuk berbagai reaksi kimia dalam tubuh, khususnya
metabolisme sumber energi asam-asam amino yang merupakan unsur
dasar struktur protein. Selain itu juga untuk mengubah vitamin B2
menjadi bentuk aktifnya dalam tubuh.
Penyerapan: dalam usus halus.
Defisiensi: beberapa obat-obatan berperan dalam terjadinya defisiensi
vit. B12, misalnya Compazine atau prochlorperazine (obat mual); obat
penenang golongan mayor; dan antidepresi trisiklik (diantaranya: Elavil,
atau amitriptyline, obat sakit kaki pada orang dengan HIV).
Tanda-tanda: rasa panas atau gatal-gatal pada mata, silau, rasa sakit
pada lidah dan mulut, anemia, dan perubahan keperibadian. Dapat juga
mengganggu metabolisme obat-obatan.
Kebutuhan: 3 mg/hari. Bila kelebihan akan dikeluarkan melalui urin.
Suplemen dalam bentuk multivitamin berkisar antara 1,5-3,5 mg. Sumber
yang kaya vitamin B-kompleks mengandung 75-100 mg. Orang yang
mendapat suplemen vitamin B2, urinnya berwarna jernih kekuningan,
makanya orang yang minum vitamin B-kompleks urinnya berwarna
kekuningan.
Sumber: hasil olahan susu, daging, ikan, sayuran daun berwarna hijau.
Padi-padian juga kaya akan vitamin B2, seperti juga putihnya telur. Vit.
B2 akan rusak bila kena sinar matahari langsung, sehingga pemasakan
dengan memanggang akan menurunkan kandungannya.
Vitamin B6 (Pyridoxine)
Fungsi: metabolisme asam amino, membuat neurotransmiter (bahan
antaran rangsangan syaraf), dan juga penting dalam banyak reaksi
enzimatik.
Absorbsi: di usus halus.
Ekskresi: melalui urin, kelebihan akan dikeluarkan melalui urin.

6-5

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

Defisiensi: dapat terjadi dalam 2-3 minggu. Defisiensi vitamin B6 biasa


terjadi pada orang dengan HIV, terutama pada fase tanpa gejala
(asimtomatik). Isoniazid atau INH (salah satu obat tuberkulosis) ikut
berperan dalam terjadinya defisiensi.
Tanda-tanda defisiensi: mudah tersinggung, depresi, kemerahan pada
kulit dan lidah dan perlunakan pada mulut. Bila berlangsung lama dapat
timbul mual-mual dan muntah. Selain itu dapat juga menimbulkan anemia, selanjutnya gangguan sistem imun pada orang dengan HIV.
Pengobatan: pada orang yang terinfeksi HIV, pemberian suplemen
sebe-sar 20 mg sudah cukup. Bila minum INH dosis dinaikkan sampai
25-50 mg/ hari. Biasanya preparat multivitamin mengandung 2-5 mg. Pil
vitamin B-kompleks mengandung 5-100 mg.
Sumber: daging, ikan, telur (kuning), kacang-kacangan, buah-buahan,
dan sayur-sayuran. Hati merupakan sumber yang baik seperti padipadian. Proses pemasakan akan menurunkan kandungan vitamin B6.
Vitamin B12 (Cobalamin)
Fungsi: penting pada fungsi dan pengantaran syaraf (neuropathy) dan
kelainan sumsum tulang belakang (myelopathy). Jadi, vitamin B12 yang
rendah secara khusus penting pada HIV. Keadaan ini terlihat pada
beberapa orang dengan HIV dan berakibat penting pada kualitas hidup.
Suatu penelitian tentang orang dengan infeksi HIV yang relatif menderita
HIV berat yang dirujuk ke klinik neurologi universitas, terdiri atas orang
dengan neuropathy dan myelophaty. Pada orang dengan HIV yang
menderita kedua-duanya, lebih dari 50% menunjukkan defisiensi vitamin
B12.
Absorbsi: absorbsi vitamin B12 lebih sulit dibanding vitamin B lainnya.
Sel-sel dalam perut dapat menghasilkan suatu faktor yang disebut faktor
intrinsik yang dapat mengikat vitamin B12 untuk dapat diabsorbsi dalam
usus halus. Di samping itu, tubuh mampu mendaur ulang vitamin B12
yang telah diabsorbsi, bolak-balik antara usus dan hati, diserap dan
dipergunakan kembali. Vitamin B12 disimpan dalam hati dalam jumlah
yang besar, sehingga defisiensi vitamin B12 memerlukan waktu yang
lebih lama dibandingkan dengan vitamin B lainnya.
Defisiensi: walaupun disimpan dalam jumlah besar dalam hati, tetapi
defisiensi vitamin B12 biasa dijumpai; beberapa penelitian menemukan
bahwa 20-25% orang dengan HIV memiliki vitamin B12 yang rendah dan
banyak di antaranya tidak menunjukkan tanda-tanda yang jelas. Dan
juga sulit dijumpai secara klinik.

6-6

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

Tanda-tanda: pada orang dengan defisiensi bukan HIV, menunjukkan


perubahan pada sel-sel darah merah, selnya lebih besar. Dalam sel
terdapat lebih banyak hemoglobin dan tampak jelas pada hitung jenis
sebagai indikasi untuk pemeriksaan kadar vitamin B12. Sedangkan pada
orang dengan defisiensi dengan HIV tidak menunjukkan pola seperti itu.
Bila tidak dilakukan pemeriksaan defisiensi B12 secara khusus, kelainan
ini tidak akan ditemukan. Sehingga tidak diketahui peran penting vitamin
B12 dan hubungannya dengan malabsorpsi dan status gizi pada orang
dengan HIV dan perkembangan penyakitnya. Kecuali mungkin bila dianjurkan untuk pemeriksaan kadar vitamin B12 secara rutin. Jadi, kalau
tidak diperiksa secara rutin, defisiensi vitamin B12 tidak akan dijumpai.
Defisiensi vitamin B12 juga berhubungan dengan perubahan fungsi mental dini dan hampir tidak kelihatan pada orang dengan HIV. Perubahan
tersebut meliputi kecepatan memroses informasi, dan kinerja yang membutuhkan koordinasi ketajaman penglihatan dan ruang. Oleh karena tidak
kentara, perubahan ini mungkin terabaikan.
Sumber: daging, ikan, telur. Ditinjau dari segi sumbernya, vegetarian
merupakan kelompok yang berisiko. Dalam jumlah kecil terdapat pada
susu dan hasil olahan susu. Umumnya, tidak rusak dalam pemasakan.
Pengobatan: seperti vitamin-vitamin di atas, tidak ada anjuran yang
khusus untuk suplemen pada orang dengan HIV; penelitian masih belum
banyak dilakukan. Multivitamin mengandung 6-18 mcg vitamin B12,
sedangkan vitamin B-kompleks mengandung 12-500 mcg. Suplemen
vitamin B12 khusus juga tersedia dalam kemasan 25 mcg 1 mg.
Kelebihan vitamin B12 tidak berbahaya bagi tubuh dan akan dikeluarkan
melalui urin.
Asam folat (Folate, Folic Acids)
Fungsi: pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi syaraf.
Absorbsi: usus halus, dalam tubuh diubah menjadi bentuk aktif. Folate
diekskresikan melalui saluran cerna.
Defisiensi: defisiensi folate berhubungan dengan tanda-tanda neurologi
seperti pada vitamin B12. Hal ini khususnya penting bagi orang dengan
HIV. Kebutuhan folate meningkat pada infeksi berat, kanker, dan pada
kehamilan.
Ada laporan tentang folate dalam cairan serebrospinal anak yang
terinfeksi HIV, dan menemukan bahwa ternyata folate lebih rendah
dibandingkan dalam darah. Jadi, bila dalam keadaan kebutuhan
meningkat, kemungkinan terjadi defisiensi, walaupun dalam pemeriksaan

6-7

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

dalam batas-batas normal. Seperti halnya pada defisiensi vitamin B12,


perubahan sel-sel darah merah berhubungan dengan defisiensi folate
yang sering tidak nampak pada orang dengan HIV.
AZT mempunyai peran dalam terjadinya defisiensi folate. Hal ini juga
terjadi pada pemakaian beberapa jenis obat yang juga biasa
dipergunakan, seperti: Trimethoprim dan Bactrim (trimethoprimsulfamethroxazole), yang merupakan antagonis folate yang secara
langsung memblok folate. Juga pyrimethamine, methotrexate suatu
kemoterapi yang biasa dipergunakan. Phenytoin, atau dilantin juga dapat
memblok folate. Juga barbiturat yang dipergunakan untuk
menghilangkan rasa sakit dan sebagai obat tidur.
Alkohol, satu di antara minuman yang berkhasiat buruk juga
menghambat absorpsi folate. Bila alkohol diminum secara teratur dalam
jumlah yang banyak, sering menimbulkan defisiensi berat. Defisiensi
vitamin B12 juga dapat menurunkan folate dalam tubuh, oleh karena
vitamin B12 beperan mengubah folate menjadi bentuk aktifnya.
Tanda-tanda: nafsu makan menurun, mual, mencret, rambut rontok, dan
nyeri pada mulut dan lidah. Juga sering menimbulkan rasa lesu. Bila
terus bertambah berat, dapat timbul perubahan sel-sel darah.
Pengobatan: mula-mula diberikan 1-2 mg/hari, kemudian dipertahankan
dengan pemberian 1 mg/hari, walaupun pemberian yang berlebihan tidak
akan berbahaya.
Sumber: sayur-sayuran daun, daging, dan ragi merupakan sumber yang
kaya akan folate. Multivitamin biasanya mengandung 4 mg folate, tetapi
biasanya tidak dikombinasikan dengan preparat B-kompleks.
Vitamin K
Fungsi: membentuk faktor dalam pembekuan darah.
Defisiensi: bila terjadi kerusakan hati, oleh karena vitamin K disimpan
dalam hati untuk membentuk faktor pembekuan. Suntikan vitamin K
dapat menanggulangi defisiensi, asalkan fungsi hati normal. Tidak
dijumpai laporan defisiensi vitamin K khusus pada orang dengan HIV.
Sumber: vitamin K terdapat dalam dua bentuk. Banyak terdapat dalam
bahan sayuran daun hijau dan hati. Disimpan dalam hati dalam jumlah
terbatas, dipergunakan untuk membentuk faktor yang penting dalam
proses pembekuan darah. Vitamin K yang kurang aktif dapat dibuat oleh
bakteri dalam usus. Oleh karena itu malabsorpsi dan penggunaan
antibiotik yang kuat dapat mempermudah terjadinya defisiensi.

6-8

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

Antioksidans
Vitamin antioksidan mempunyai peran penting dalam pengaturan
homeostasis. Hal ini sangat menarik, oleh karena kemungkinan dengan
meningkatkan suplementasi akan bermanfaat dalam beberapa hal.
Untuk mengerti, apa antioksidan itu, terlebih dahulu harus diketahui
bagaimana cara kerja tubuh.
Cara kerja antioksidan
Tubuh terdiri atas molekul-molekul, kombinasi atom-atom yang tersusun
dengan cara tertentu untuk fungsi tertentu.
Molekul-molekul yang berperan atau yang mengatur proses dalam tubuh
dilakukan bersama oleh kekuatan antara elektron-elektronnya, yang
mempunyai sejenis daya tarik magnetik satu dengan yang lainnya, dan
tersusun bersama berdasarkan daya tarik tersebut.
Banyak molekul dalam tubuh secara teratur dalam waktu tertentu berada
dalam suatu keadaan teroksidasi. Yang berarti memiliki satu atau lebih
elektron bebas (tidak mempunyai pasangan). Molekul ini akan mencari-cari
pasangan, seringkali mengorbankan hubungan molekular lain yang penting.
Dalam keadaan ini, disebut radikal bebas.
Radikal bebas ini dapat bereaksi lebih kuat dengan sekelilingnya, dan
sering minimbulkan kerusakan-kerusakan. Radikal bebas tersebut dapat
mengganggu dan memutuskan banyak proses perbaikan yang bermanfaat
yang dibutuhkan untuk mempertahankan kesehatan tubuh.
Dalam beberapa hal, keberadaan molekul yang aktif atau radikal bebas ini
malah sangat bermanfaat. Sel-sel sistem imun, misalnya, mengandalkan
kekuatan merusak dari radikal bebas dan menggunakannya sebagai
senjata, dikeluarkan bila terjadi infeksi untuk membunuh kuman yang
masuk. Tetapi bersamaan dengan hancurnya sel-sel atau organisme yang
tidak diinginkan tersebut, bisa juga terjadi kerusakan jaringan dan proses
sekitarnya yang dibutuhkan tubuh.
Dalam hal lainnya, bagaimanapun juga, radikal bebas umumnya merupakan
sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dari segi hasil olahan tubuh,
merupakan sisa, juga dapat dikatakan untuk reaksi-reaksi yang diperlukan,
dan memenuhi tujuan yang sebenarnya tidak berguna. Dalam hal ini dapat
diumpamakan seperti gangguan udara pada radio, yang merusak suara,
tetapi musiknya terus berlanjut.
Semuanya ini memang benar terjadi pada seluruh tubuh yang masih hidup.

6-9

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

Tubuh mengandung bahan-bahan alami yang disebut antioksidan, yang


dapat mengumpulkan dan menetralkan radikal bebas, dan memperkecil
kemampuan merusaknya. Akan tetapi seringkali tidak cukup dalam
melakukan seluruh fungsinya.
Terdapat tahapan-tahapan atau keadaan dalam kehidupan di mana radikal
bebas dan perusakannya meningkat. Banyak kejelekan-kejelekan yang
terlihat dalam proses penuaan, misalnya akibat adanya peningkatan jumlah
molekul-molekul yang reaktif ini. Penyimpanan alami antioksidan tidak
dapat mengatasi peningkatkan tersebut dengan berhasil. Dalam keadaan
sakit atau infeksi, adanya radikal bebas juga meningkat dan mengakibatkan
banyak tanda-tanda yang timbul. Ini perlu perhatian khusus pada orang
dengan HIV, di mana sistem pertahanan antioksidan yang normal dapat
berbahaya.
Alkohol dan bahan lainnya meningkatkan jumlah radikal bebas, dan
kerusakan yang ditimbulkan dalam tubuh juga meningkat.
Semua hal ini menjadi sangat penting oleh karena akan memberikan
kesempatan pada virus HIV untuk menggunakan radikal bebas untuk
memantapkan dirinya. Radikal bebas mengaktivasi langkah yang penting
dalam pembentukan turunan bahan genetik yang diperlukan untuk
perbanyakan virus tersebut. Virus itu sendiri merangsang peningkatan
pemunculannya. Semakin banyak antioksidan yang dapat dipergunakan,
semakin sulit virus HIV tersebut berkembang.
Hal ini telah terbukti, dan saat ini merupakan bahan penelitian yang penting
di seluruh dunia. Hal-hal yang telah diketahui adalah:
Antioksidan

sangat menurunkan aktivitas virus, sehingga


perkembangan virus juga sangat terhambat.
Sebaliknya, bila tanpa antioksidan perkembangan virus akan
meningkat.
Antioksidan alami tertentu ternyata menurun dalam darah orang
dengan HIV, dan semakin tinggi penurunan antioksidan dalam darah
akan diikuti dengan bertambah beratnya penyakit.
Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa suplementasi dengan
antioksidan dapat memperlambat perkembangan infeksi HIV.
Pemberian antioksidan dapat melindungi dan memperbaiki sistem tubuh.
Berikut ini diuraikan secara ringkas antioksidan alami yang dipergunakan
oleh tubuh yang dapat ditingkatkan melalui suplementasi. Selain itu juga
ada antioksidan yang bukan alami yang sedang dalam penelitian yang
mungkin dapat berperan dalam pengobatan HIV.

6-10

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

Vitamin C
Vitamin C paling banyak diketahui, paling banyak diteliti, dan paling sering
dipergunakan untuk suplemen antioksidan.
Absorbsi: dalam usus halus, oleh karena merupakan karbohidrat
sederhana, dan diekskresi melalui urin dan feses (kotoran). Ginjal akan
meng-absorbsi kembali bila asupan rendah. Absorbi dalam usus halus
dan ginjal akan berkurang bila asupan melebihi 200 mg/hari.
Fungsi: diperlukan dalam penyembuhan luka disebabkan oleh karena
perannya dalam pembentukan kolagen, bahan untuk membentuk
jaringan baru. Juga untuk membantu mempertahankan struktur tubuh.
Mungkin juga dapat memberikan perlindungan khusus pada jaringan
paru, dengan cara memperkecil kerusakan pada jaringan paru akibat
aktivasi sel-sel sistem imun.
Vitamin C juga berhubungan dengan pembentukan hormon, steroid, dan
bahan perantara rangsangan syaraf (neurotransmitter) alat komunikasi
antar sel syaraf. Juga penting untuk mengubah folate menjadi bentuk
aktifnya. Selain itu penting pula dalam membantu abrorpsi Fe (zat besi).
Kebutuhan dan penggunaan vitamin C meningkat pada infeksi dan luka,
dan bila terjadi peradangan dan panas. Pada luka bakar kebutuhan bisa
meningkat sampai seratus kali. Bila terjadi malabsorbsi harus makan
yang banyak untuk memperoleh sejumlah yang kecil.
Defisiensi: defisiensi yang sesungguhnya jarang terjadi; baru diketahui
bila terjadi hal-hal seperti luka sukar sembuh, mudah memar dan
perdarahan, dan anemia.
Suplementasi: dalam buku-buku berdasarkan penelitian disebutkan
khasiat yang baik untuk influenza (suatu infeksi virus) baik untuk
penyembuhan maupun pencegahan. Walaupun hasil penelitian masih
menunjukkan hasil yang berbeda-beda, tetapi yang jelas bahwa
pemberian vitamin C ternyata dapat meringankan dan memperpendek
lamanya penyakit, dan juga memperkecil infeksi sampingan yang
biasanya sering menyertai penyakit yang menunjukkan resistensi.
Terdapat cukup perhatian tentang peran suplemen vitamin C
menyangkut orang yang positif HIV. Vitamin C hanya dapat dibuat oleh
manusia selain binatang memamah biak lainnya. Setiap harinya dapat
diproduksi sampai 10 g. Hasil ini bisa meningkat bila tejadi stres (terjadi
infeksi). Tikus dapat memproduksi sampai sepuluh kali lipat. Efek
samping berupa diare pada pemberian yang berlebihan akan semakin
sering, bila terjadi infeksi yang memberi kesan kebutuhan meningkat,
dan bila diperlukan. Yang menarik, vitamin C menurun pada orang

6-11

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

dengan influensa. Kebutuhan akan meningkat, tetapi tidak dapat


meningkatkan produksi sebagai suplementasi.
Peran vitamin C pada infeksi di antaranya adalah untuk melawan dan
menetralkan radikal bebas. Sel-sel sistem imun mengeluarkan bahan
toksik untuk membunuh jamur, kuman, atau virus yang masuk ke dalam
tubuh; jaringan sekitar juga ikut rusak; dan radikal bebas yang dihasilkan
dapat memperluas kerusakan itu lebih lanjut. Inilah hal khusus yang
dikhawatirkan pada orang dengan HIV, oleh karena virus memerlukan
lingkungan seperti itu, seseorang yang kelebihan radikal bebas, berada
dalam suatu keadaan teroksidasi (oxidised state), akan memproduksi
sendiri radikal bebas. Vitamin C merupakan antioksidan yang sangat
kuat.
Vitamin C juga dapat membantu khasiat antioksidan dari vitamin E.
Beberapa khasiat vitamin E betul-betul dapat melawan khasiat
antioksidannya, tetapi dengan adanya vitamin C hal ini tidak akan terjadi.
Mungkin oleh karena sifat-sifat antioksidannya, vitamin C dipergunakan
untuk hal-hal yang berhubungan dengan penurunan risiko tidak hanya
terhadap infeksi, tetapi juga untuk penyakit jantung, katarak, dan
beberapa jenis kanker. Vitamin C membantu perlindungan terhadap asap
rokok dan campuran berbagai asap (smog). Data awal menunjukkan
bahwa vitamin C berperan dalam pengobatan dan pencegahan serangan
jantung, diabetes pada orang dewasa. Sifat ini juga dipergunakan untuk
menunjang beberapa obat untuk pengobatan jangka panjang untuk
penderita dengan gangguan jiwa, dan penyakit-penyakit kronik lainnya.
Beberapa sel dalam sistem imun mengandung sampai lima puluh kali
vitamin C dibandingkan dalam darah. Hal ini mungkin dapat melindungi
sel-sel tersebut dari kerusakan yang ditimbulkan disekitarnya dari
senyawa yang dihasilkan untuk melawan infeksi.
Bila ada masalah oleh karena suplementasi yang berlebihan, biasanya
terjadi oleh karena dosis yang sangat tinggi. Yang sering terjadi adalah
diare. Jarang terjadi bila dosis kurang dari 4 g per hari, dan akan sembuh
bila dosis diturunkan. Yang jelas, dosis yang berlebihan itu disebabkan
oleh karena terjadinya peningkatan dosis dari hari ke hari sampai
terjadinya diare. Dan diare tersebut tidak terjadi dengan dosis yang sama
bila sistem tubuh dalam keadaan stres. Pengalaman dapat menunjukkan
berapa besar dosis vitamin C yang mampu diatasi oleh tubuh.
Ada beberapa orang, di antaranya dokter, yang memperkenalkan vitamin
C dosis tinggi sampai 10 g atau lebih per hari. Dosis tersebut bukannya
tanpa risiko. Batu ginjal dapat mengendap bila asupan sangat tinggi.

6-12

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

Sampai saat ini, sampai terdapat hasil penelitian yang dapat dipercaya,
dianjurkan dosis sedang antara 1-3 g/hari, yang mampu ditanggulangi
oleh tubuh. Dalam fase infeksi, dosis dapat ditingkatkan sampai 2-3 kali;
tetapi jangan lebih dari 6 g/hari. Untuk orang dengan HIV yang memang
memerlukan dosis yang lebih tinggi, misalnya yang minum soda api
(baking soda), untuk mempertahankan urin tetap basa dan untuk
mengurangi risiko batu. Minum banyak air juga dapat mencegah
timbulnya batu ginjal.
Tidak ada dosis yang pasti yang harus dianjurkan, tetapi tidak harus menunggu bila suplemen vitamin C memang diperlukan. Seperti yang
dikutip dari editorial 1994 dalam Journal of the American College of
Nutrition: "Antioxidant nutrients appear remarkably benign, even at high
supplementary intakes... Recommendations to wait until every
conceivable study has been designed and conducted to achieve a level
of absolute certainty will result in the continuing cost of the disease to the
individual and to society" (Hemila, 1992).
Sumber: buah-buahan berwarana dan sayur daun merupakan sumber
vitamin C yang baik. Preparat multivitamin yang umum, mengandung 60180 mg vitamin C. Dalam vitamin B-kompleks juga sering mengandung
vitamin C. Jumlah ini tidak perlu diperhitungkan untuk menghitung jumlah
asupan.
Vitamin E (Tocopherol)
Absorbsi: vitamin E diabsorbsi dalam dan bersama-sama dengan
lemak; diperlukan enzim pankreas dan empedu untuk absorpsi tersebut.
Fungsi: sifat antioksidannya berfungsi melindungi dan menstabilkan
membran sel.
Sumber: minyak sayuran (vegetable oils), sedikit terdapat dalam telur,
padi-padian, dan keju.
Defisiensi: defisiensi yang jelas jarang dijumpai, dan perlu waktu lama
untuk terjadinya, tetapi dapat terlihat pada malabsorpsi berat. Juga dapat
terjadi pada pemakaian TPN jangka panjang.
Tanda-tanda: neuropati perifir, gangguan keseimbangan, menurunnya
refleks lutut dan refleks-refleks lainnya. Tanda-tanda defisiensi pada
orang dengan bukan HIV sama dengan pada sistem imun orang dengan
HIV.
Suplementasi: membran sel punya lapisan lemak atau lipid. Radikal
bebas dalam lapisan ini bereaksi dengan oksigen dan memudahkan
reaksi berantai untuk membentuk radikal bebas baru pada setiap tahap

6-13

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

rantai. Vitamin E menghalangi proses ini dengan memasuki membran


lipid dan bersatu dengan radikal bebas tersebut. Molekul yang dihasilkan
memiliki bentuk yang berbeda; menempelkan kepalanya ke luar
membran, sehingga dapat terlihat oleh vitamin C. Bila diserang oleh
vitamin C, bisa direduksi kembali menjadi molekul yang stabil, dan rantai
kerusakan akan terhenti.
Penting untuk diketahui, vitamin E jenis apa yang dimakan. Bila bukan tokoferol, yang dihasilkan secara alami, vitamin C tidak dapat mengenalinya, dan efek ini tidak akan terjadi. Bila -tokoferol, seperti yang dijumpai
pada minyak kacang kedele, akan diekresikan dengan cepat. Jadi harus
diusahakan untuk mendapatkan suplemen yang mengandung tokoferol. Ini memiliki aktivitas yang paling tinggi. Kebanyakan vitamin E
yang dipasarkan adalah dalam bentuk -tokoferol.
Efek antioksidan vitamin E dipergunakan dalam berbagai keadaan.
Kombinasi dengan vitamin C dan -karotin sedang dalam penelitian,
misalnya pada pengobatan tambahan penderita yang mengalami
kelainan kolesterol, bersama-sama obat-obat penurun kolesterol yang
cocok. Suplementasi tersebut terlihat dapat meningkatkan mediator sel
imun pada orang tua yang masih sehat. Ini adalah salah satu contoh
yang baik dari respon imun yang mengalami gangguan, dan akhirnya
rusak, oleh penyakit HIV. Pada penelitian ini, dosis yang dipergunakan
adalah 800 unit/ hari. Vitamin E juga merupakan salah satu vitamin yang
dapat diminum dalam jumlah yang relatif tinggi tanpa toksisitas.
Suplementasi diet vitamin E diperkirakan dapat meningkatkan efektifitas
AZT melawan virus. Pada infeksi HIV asupan vitamin E mungkin dapat
memperlambat progresivitas terjadinya AIDS.
Dalam kultur HIV di laboratorium, antioksidan dapat memperlambat
perkembangan virus. Dengan dosis vitamin E yang cukup tinggi,
perkembangan mungkin bisa terhenti; akan tetapi dosis tersebut cukup
tinggi untuk membunuh sel-sel tempat virus dikultur. Jadi toksisitas
vitamin E dengan dosis yang ekstrim tinggi ternyata mempersempit
perluasan penggunaan efek vitamin E tersebut. Dosis tinggi yang
sedang, mungkin merangsang dan mungkin melindungi beberapa sel
imun yang diketahui dirusak oleh virus.
Kadar vitamin E yang rendah telah diketahui berhubungan dengan HIV
dan infeksi lainnya, khususnya pada imigran dari negara sedang
berkembang. Penelitian di Italia yang melaporkan temuan ini tidak
meneliti mana yang terjadi lebih dahulu, apakah kelainan oleh karena
infeksi atau defisiensi vitamin E. Tetapi dilaporkan bahwa orang dengan

6-14

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

HIV mengalami defisiensi vitamin E, dan sepertiga dari pengguna obat


intra vena tidak menderita infeksi HIV. Hubungan defisiensi vitamin E
dengan migran dari negara sedang berkembang dan dengan pengguna
obat intra vena, juga dilaporkan peneliti lain di Italia, memperkuat
kemungkinan rendahnya vitamin E dan antioksidan lainnya mungkin
betul mempunyai peran pada infeksi awal, seperti halnya progresivitas
terjadinya AIDS pada orang dengan yang telah terinfeksi.
Dalam penelitian lainnya, kadar vitamin E yang rendah dijumpai pada
27% laki-laki positif HIV, 4-5 kali lebih besar dibandingkan dengan yang
meng-alami defisiensi vitamin A atau C.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa vitamin E memang membantu
memperlambat perkembangan virus; seperti diketahui bahwa kadar
vitamin E yang rendah pada orang yang terinfeksi HIV; dan diketahui
pula bahwa dosis tinggi yang sedang tidak berbahaya. Berdasarkan
bukti-bukti ini, pemberian suplemen vitamin E dapat dibenarkan.
Berdasarkan anjuran kondisi kesehatan lainnya, dianjurkan pemberian
vitamin E sebesar 8001.200 mg/hari. Multivitamin yang biasa hanya
mengandung sekitar 30 mg vitamin E.
Vitamin A
Seperti vitamin E, vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak.
Sumber: dalam bentuk aktif terdapat dalam hasil olahan susu, daging,
dan ikan laut. Sayuran daun hijau, wortel, sayur umbi-umbian/akar yang
berwarna kuning, dan buah-buahan yang berwarna kuning atau orange
mengandung -karotin, yang dapat diubah menjadi vitamin A dalam
tubuh. Menurunnya cadangan dapat disebabkan karena gangguan
absorbsi lemak atau penggunaan minyak mineral untuk laksansia.
Alkohol juga dapat menghambat penyerapan. Dalam tubuh, perubahan
-karotin menjadi vitamin A yang aktif dapat terganggu pada orang
dengan diabetes atau hipoti-roidi. Penggunaan TPN jangka panjang juga
mempermudah terjadinya defisiensi.
Tanda-tanda: mata kering, buta senja, dan keadaan-keadaan mata
lainnya merupakan tanda-tanda defisiensi vitamin A. Pada kasus yang
berat, dapat terjadi kebutaan. Sel-sel darah putih bisa menurun, seperti
juga sel-sel darah merah. Ketahanan terhadap infeksi akan menurun.
Defisiensi vitamin A dapat terus bertambah berat, dan disertai komplikasi
penyakit lainnya. Walaupun defisiensi yang ringan, telah dapat
menunjukkan peningkatan terjadinya pneumonia, diare, dan bahkan
kematian pada anak-anak.

6-15

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

Suplementasi: suplemen dengan -karotin, pengganti vitamin A yang


dianjurkan, dalam penelitian menunjukkan dapat meningkatkan jumlah
limfosit T4 pada orang sehat bukan orang dengan HIV. Jenis sel imun ini
yaitu jenis yang ingin dipertahankan, dimasukkan, diambil alih, dan
akhirnya dihancurkan oleh virus HIV. Satu di antara 14 orang dalam
penelitian ini dilaporkan menderita diare, dan tidak ada efek samping
lainnya yang terjadi.
Lalu, bagaimana kebutuhan khusus untuk suplemen pada orang dengan
HIV? Pada penelitian lebih dari seratus orang yang positif HIV yang tidak
menunjukkan tanda-tanda kecuali pembesaran kelenjar limfe, 18%
menderita defisiensi vitamin A. Penelitian lain juga menunjukkan
penurunan vitamin pada orang dengan HIV, dilaporkan tidak
berpengaruh pada hitung sel T, atau CD4.
Jadi, kadar vitamin yang tinggi mungkin membantu memberikan
perlindungan terhadap efek HIV pada sistem imun. Telah disebutkan
bahwa kadar yang rendah cenderung dijumpai pada orang dengan HIV,
pada hal bantuannya sangat diperlukan. Hal ini terjadi pada permulaan.
Dan walaupun demikian, kelebihan vitamin A adalah toksik dan harus
dihindari.
Toksisitas: terlalu banyak vitamin A disebut hypervitaminosis A
dapat mengakibatkan tingginya kadar kalsium darah, di mana kalsium
diambil dari tulang. Muntah-muntah dan sakit kepala bisa juga terjadi.
Tanda-tanda lainnya adalah nyeri tulang dan persendian. Pada penyakit
yang berat bisa terjadi kerusakan hati. Penelitian yang baru
memperlihatkan terjadinya kanker paru pada perokok yang mendapat
suplemen vitamin A. Hal ini kurang mendapat perhatian, walaupun telah
menjadi kenyataan bahwa penggunaan vitamin A yang tidak mencukupi,
walaupun dalam bentuk -karotin, jelas dapat mempermudah
meningkatkan radikal bebas.
Hypervitaminosis A merupakan salah satu jenis kelebihan vitamin yang
biasa dijumpai. Hal ini dapat diketahui dengan pemeriksaan warna
telapak tangan, dan dengan melihat perubahan warna menjadi kuning di
tempat-tempat terjadinya keringat. Tetapi cara yang paling baik adalah
dengan pemeriksaan asupan. Tetapi, bila telapak tangan berwarna lebih
kuning dibandingkan orang normal, sudah dapat dikatakan sebagai
hipervitaminosis A.
Salah satu cara untuk menghidari toksisitas vitamin A adalah dengan
mempergunakan -karotin sebagai suplemen, dan tidak dianjurkan
menggunakan vitamin A langsung atau dengan menggunakan minyak
ikan.

6-16

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

Walaupun dalam bentuk -karotin, toksisitas jangan sampai terjadi. Dosis


yang dianjurkan 15-50 mg/hari, jumlah ini setara dengan 25.000-50.000
unit vitamin A. Dengan minum jus wortel tiap hari, suplemen dapat
dihentikan seluruhnya. Hipervitaminosis A malah dapat dijumpai pada
orang yang tidak mendapat suplemen apabila menggantungkan
hidupnya pada jus wortel.
Mineral

Pengaturan keseimbangan mineral dalam tubuh sangat penting dalam


kehidupan. Seperti halnya tubuh itu sendiri, tiap sel merupakan organisme
hidup dan harus mempertahankan lingkungan internalnya. Dan harus
berinteraksi dengan sekelilingnya dalam melakukan fungsinya yang
memang merupakan tugasnya. Perpindahan mineral melewati membran
sel, antara cairan ekstra dan intraselular, membentuk dasar sebagian besar
fungsi utama dari tubuh. Aktivitas listrik bisa dimulai; denyut jantung, sinyal
sel-sel syaraf, reaksi otot, pembuluh darah menyempit dan melebar,
keseimbangan air dapat dipelihara.
Sodium (Na) dan Potasium (K)
Fungsi: mineral-mineral ini, oleh karena mengalir keluar masuk melewati
membran sel secara terkendali, mempertahankan homeostasis dalam
sel, dan dalam organ dan dalam tubuh yang menjadi bagiannya.
Kemampuan tubuh mengatur dan mempertahankan cadangan sodium
dan potasium merupakan hal yang menarik. Kecuali dalam keadaan sakit
keras, atau penggunaan obat-obatan tertentu atau cairan intravena,
suplemen tidak diperlukan. Dalam hal tersebut diperlukan pengawasan
kadar Na dan K tersebut.
Kalsium (Ca) dan Fosfor (P)
Oleh karena adanya anjuran kebutuhan asupan Na dan P dalam makanan,
defisiensi jarang merupakan masalah. Ca terdapat dalam multivitamin
dengan jumlah yang bervariasi; sekitar 30-150 mg P dalam vitamin seharihari, dan biasanya terdapat dalam makanan. Bila kadarnya dalam darah
rendah, disebabkan oleh karena sakit, dan harus diawasi.
Bila terjadi penurunan berat badan yang cukup tinggi, sebelumnya
menderita sakit, atau sedang sakit, kadar P harus diawasi. Hal tersebut
dapat dilakukan melalui pemeriksaan kimia yang rutin.

6-17

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

Magnesium (Mg)
Fungsi: Mg memainkan peran aktif dalam metabolisme Na, K, dan Ca.
Ia bekerja dalam jantung dan pembuluh darah, syaraf dan otot, dan
dalam usus. Kebanyakan menumpuk dalam jaringan, sehingga kadar
dalam darah tidak bisa dijadikan ukuran.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa suplementasi Mg dapat
menurunkan kerusakan paru dari toksisitas oksigen. Mg dapat
menghalangi penyempitan pembuluh darah, sehingga dapat
meningkatkan aliran darah. Telah dibuktikan dapat mempercepat
pemulihan pada operasi jantung terbuka, dan meningkatkan
penyembuhan infeksi berat dan pengobatan seumur hidup.
Ekskresi: melalui ginjal. Kehilangan Mg juga dapat melalui feses dan
kulit. Malabsorpsi dapat menurunkan keberadaannya dalam makanan.
Alkohol juga menghambat absorpsinya. Cadangan bisa menurun pada
penggunaan diuretik dan antibiotik.
Defisiensi: kadar yang rendah biasanya dijumpai dalam keadaan infeksi
berat, dan sering kemudian meningkat. Hal tersebut menandakan
terjadinya kerusakan jaringan dan kematian sel. Selanjutnya diangkut ke
luar tubuh dan hilang. Jadi, sakit dapat menurunkan cadangan Mg
dengan cepat; dan dokter mungkin tidak mengetahuinya walaupun
dilakukan pemeriksaan. Defisiensi Ca yang diakibatkan oleh karena
rendahnya Mg, dalam pengobatan mungkin tidak akan terjadi perbaikan
bila tidak disertai dengan suplemen Mg.
Tidak seperti Ca, Mg tidak disimpan dalam tulang sebagai cadangan
untuk dipergunakan bila asupan menurun. Seperti juga Ca, Mg tidak
boleh dikonsumsi secara berlebihan.
Apabila sulit mendapatkan pemasukan Mg dan mudah kehilangan, dan
oleh karena begitu penting, dan tidak boleh mengkonsumsi terlalu
banyak, dan apabila berlebihan dapat menimbulkan gangguan, maka
perlu untuk mendapatkan suplemen. Hanya dalam keadaan kegagalan
ginjal suplemen Mg tidak boleh diberikan.
Sumber: multivitamin mengandung 100-125 mg. Theragran M
mengandung 24 mg. Kombinasi unsur mikro biasanya mengandung 100500 mg. Kebutuhan yang dianjurkan untuk Mg adalah 400 mg/hari.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian baru tersebut diatas, suplemen masih
dapat dinaikkan. Tidak perlu diketahui berapa yang dianggap cukup.
Sekarang diberikan 500 mg tambahan selain preparat kombinasi yang
lain.

6-18

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

Mineral lainnya
Unsur-unsur lainnya yang penting dan sangat berguna walaupun dalam
jumlah yang kecil adalah: chromium (Cr), copper (Pb), cobalt (Co), iodine
(I), iron Fe), selenium (Se), dan zinc (Zn).
Fungsi Co masih belum banyak diketahui, kecuali sebagai bagian dari
vitamin B12. Defisiensi Mn juga belum pernah dilaporkan.
Yodium penting dalam metabolisme tiroid, tetapi peran penting
berhubungan dengan HIV masih belum diketahui. Dalam preparat obat
kombinasi terdapat dalam jumlah yang kecil. Suplementasi tidak dianjurkan
oleh karena akan membawa pengaruh terhadap tiroid.
Kromium (Cr)
Fungsi: kromium membantu kinerja insulin, diperlukan oleh sel untuk
metabolisme glukosa.
Defisiensi: kerja berat, infeksi, dan kerusakan jaringan
meningkatkan penggunaan, sehingga akan terjadi penurunan.

akan

Kebutuhan yang dianjurkan 50-200 mcg/hari. Belum ada penelitian


tentang pentingnya Cr berhubungan dengan HIV.
Tanda-tanda defisiensi: gula darah meningkat, juga kolesterol dan
trigliserida. Neuropati perifir merupakan akibat defisiensi, dan penurunan
berat badan.
Sumber: ragi, daging, dan keju, hati, kacang-kacangan, lada hitam.
Diet orang Amerika dikatakan hanya mengandung separuh dari
kebutuhan, tetapi jarang dijumpai defisiensi. Akibat yang disebutkan di
atas hanya merupakan satu yang pernah dijumpai.
Multivitamin mengandung 15-100 mcg Cr. Untuk suplemen dapat
ditambahkan sampai 100 mcg.
Tembaga (Cu)
Fungsi: bagian penting dari beberapa enzim yang berfungsi membantu
menetralkan radikal bebas. Jadi berperan sebagai bagian perlindungan
antioksidan. Selain itu juga berfungsi dalam pembentukan sel-sel darah
da-lam metabolisme Fe. Enzim yang mengandung Cu berfungsi dalam
sistem imun.
Absorbsi: menurun pada keadaan sakit berat, suplemen Zn dosis tinggi,
dan penggunaan antasid.

6-19

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

Defisiensi: jarang terjadi, pemeriksaan sulit dikerjakan. Kelebihan


sangat berbahaya, bisa terjadi kegagalan hati.
Suplementasi: suplemen biasanya tidak dianjurkan, kecuali pada
penggunaan TPN. Tetapi defisiensi dapat terjadi pada orang dengan
HIV, dan selanjutnya berkurang dengan pengobatan AZT. Tetapi pada
penelitian lain didapatkan kadar yang lebih tinggi pada orang dengan
HIV.
Tidak ada kebutuhan yang dianjurkan untuk Cu. Dalam multivitamin yang
biasa, didapatkan 2-3 mg.
Besi (Fe)
Fungsi: pembentukan sel-sel darah merah. Dapat pula berfungsi
sebagai antioksidan.
Absorbsi: vitamin C membantu meningkatkan absorbsi Fe. Bila
kebutuhan meningkat, absorbsi dari bahan makanan juga meningkat.
Minum teh akan menghambat absorbsi Fe.
Defisiensi: dapat menimbulkan anemia, misalnya bila terjadi
malabsorbsi. Bila berlebihan, malah dapat berbahaya. Fe sering diisolasi
dalam tubuh agar tidak bisa dipergunakan oleh bakteri sebagai sumber
bahan bakar. Penambahan Fe dalam jumlah yang berlebihan dapat
memudahkan terjadinya infeksi.
Fe diikat oleh protein; mula-mula disimpan dan kemudian diangkut ke
seluruh tubuh oleh protein ini. Pada penyakit kronik, persediaan protein
akan menurun, dan akibatnya kemampuan menyimpan Fe menjadi
menurun. Bila tubuh kekurangan tempat penyimpanan yang aman, Fe
akan ditimbun dalam jaringan. Fungsi jaringan ini akan menganggu
fungsinya, khususnya bagi jantung dan hati.
Selain hal tersebut, bila Fe berlebihan, Fe dapat memicu pembentukan
radikal bebas.
Ekskresi: kecuali pada menstruasi, atau kehilangan darah secara
teratur, tidak ada cara lain untuk membuang Fe. Bila kekurangan Fe
dapat menimbulkan anemia, tetapi anemia tidak selalu berarti
membututuhkan Fe.
Suatu penelitian menjumpai kadar Fe yang tinggi pada orang dengan
positif-HIV dan juga pada orang dengan negatif-HIV.
Fe yang rendah harus dilanjutkan dengan pemeriksaan lainnya sebelum
dilakukan suplemen Fe. Pemeriksaan tersebut dapat menunjukkan kadar
Fe dan juga tempat penyimpanan yang aman.

6-20

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

Suplementasi: dalam keadaan defisiensi dapat diberikan 325 mg, 1-3


kali sehari.
Dalam vitamin suplemen biasanya didapatkan 18 mg Fe, dan juga dalam
kombinasi unsur mikro dan mineral lainnya. Bila multivitamin
menyebutkan juga khusus untuk Fe pada labelnya, mungkin kandungan
Fe-nya lebih besar. Multivitamin yang biasa saja sudah cukup.
Sumber: daging, hati, kacang-kacangan. Kebutuhan yang dianjurkan: 714 mg/hari bagi wanita yang masih mengalami menstruasi.
Oleh karena bahaya yang dapat timbul bila asupan berlebihan, dan
peran Fe pada orang dengan HIV belum jelas, suplemen harus dengan
pengawasan.
Selenium (Se)
Fungsi: Selenium merupakan antioksidan yang penting.
Defisiensi: pada orang dengan HIV, Se dalam jaringan maupun darah
sangat rendah yang menunjukkan telah terjadi defisiensi yang berat.
Defisiensi ini terjadi walaupun orang dengan tidak mengalami
malabsorpsi ataupun diare. Pada orang dengan HIV laki-laki, semuanya
tanpa gejala, dijumpai 18% menderita defisiensi Se.
Se semakin menurun dengan semakin beratnya penyakit. Kadar Se berhubungan dengan kadar albumin, BMI, jumlah limfosit total yang
merupakan petunjuk fungsi imun. Suplementasi menunjukkan
peningkatan dalam darah dan menghilangnya gejala-gejala, tidak
petanda lainnya. Penelitian lebih lanjut sedang dilakukan untuk
penggunaan kombinasi dengan antioksidan lainnya.
Menurunnya Se disertai dengan komplikasi infeksi dan meningkatnya
metabolisme.
Tanda-tanda: Defisiensi Se berhubungan dengan penyakit jantung dan
anemia. Biasanya timbul sariawan, dan penurunan CD4. Sariawan akan
menghilang pada pemberian suplemen Se. Penelitian terakhir memang
menunjukkan diperlukannya suplemen Se. Dosis 10-100 mcg pada
pemberian vitamin dan suplemen Se diberikan pada permulaan dan
tambahan 50 mcg 1-4 kali/hari.
Suplementasi: tidak dianjurkan suplementasi dalam jumlah yang besar.
Fungsi Se sangat mirip dengan vitamin E. Telah banyak diketahui
tentang vitamin E, penambahan dosis masih aman, tetapi tentang Se
masih belum banyak diketahui.

6-21

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

Seng (Zn)
Zn dapat masuk jaringan dari dalam darah secara bolak-balik pada saat
terjadinya stres atau sakit. Kadar dalam darah tidak mencerminkan jumlah
yang sebenarnya dalam tubuh.
Fungsi: penyembuhan luka dan pemeliharaan membran sel. Juga
memegang peran dalam pembentukan antibodi, dan hal lainnya dalam
respon imun.
Absorbsi: dalam usus halus, makanan kaya serat dan terdapatnya
parasit dapat menghambat absorbsi. Hanya 25% yang dapat diabsorbsi
dari jumlah yang dikonsumsi, itu sudah baik; rendahnya penyerapan
dalam usus, jumlahnya mungkin bisa lebih rendah.
Tanda-tanda: kerusakan respon imun, rambut rontok, gangguan
penglihatan malam hari, gangguan konsentrasi, penyembuhan luka
terhambat, dan kelainan metabolisme protein. Selain hal tersebut dapat
pula terjadi penurunan atau perubahan rasa. Hal ini akan berpengaruh
terhadap nafsu makan dan absorbsinya.
Kadar testosteron, hormon laki-laki, juga menurun. Ini penting bagi lakilaki orang dengan HIV, oleh karena 20% akan mengalami hal seperti itu,
terutama pada orang dengan infeksi HIV yang lanjut. Hilangnya nafsu
seks dan lemah berhubungan dengan kondisi tubuh yang kurus.
Diare dapat sebagai akibat atau penyebab defisiensi, sehingga dapat
saling memberatkan. Suplemen Zn harus selalu diberikan pada orang
dengan diare kronik dan berat.
Beberapa penelitian menunjukkan penurunan Zn pada orang dengan
HIV. Tetapi ini merupakan gambaran darah, bukan jaringan. Zn juga
menurun pada penggunaan AZT.
Sumber: multivitamin biasanya mengandung 15 mg Zn. Suplemen yang
biasa dipergunakan mengandung 20-25 mg. Suplemen Zn tersendiri
biasanya mengandung 50-60 mg. Untuk kebutuhan 50 mg, jumlah ini
sudah terpenuhi cukup dengan menggunakan multivitamin dan mineral
setiap harinya.
Suplementasi: dengan suplementasi, gejala-gelaja menunjukkan
perbaikan. Bila diberikan dalam jumlah yang berlebihan, dapat
menimbulkan penurunan fungsi sistem imun dan juga penurunan kadar
Ca.
Yang menarik adalah suatu penelitian yang dilakukan pada tahun 1984.
Dalam penelitian tersebut, sejumlah 288 orang yang positif HIV
diwawancarai tentang suplemen yang dipergunakan. Setelah diawasi

6-22

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

perkembangan penyakitnya selama 7 tahun, ditemukan bahwa


penggunaan vitamin C, biotin, dan niasin dosis tinggi setiap harinya
ternyata menunjukkan perlambatan perkembangan HIV. Sedangkan Zn
dosis tinggi malah mempercepat perkembangan sesuai dengan tingginya
dosis. Kesimpulannya, bahwa suplementasi Zn dosis tinggi mungkin
telah memperburuk status imun orang dengan HIV tersebut. Akan tetapi
banyak hal mungkin masih berpengaruh terhadap hasil ini, sehingga
menjadikan Zn semakin menarik untuk diteliti lebih lanjut.
Bagaimanapun juga, Zn tetap diperlukan, dan kadarnya rendah pada
orang dengan HIV. Dalam beberapa hal, Zn dapat memperbaiki gejalagejala HIV. Itulah sedikit hal yang telah diketahui tentang Zn, dan lebih
banyak diketahui tentang bahayanya bagi tubuh.
Kebutuhan yang dianjurkan untuk Zn adalah 15 mg.
Yang terpenting dari semua hal yang telah diuraikan di atas adalah
mengkonsumsi makanan sehat, dan bervariasi.
Walaupun dengan penggunaan multivitamin rutin setiap hari mampu
memperlambat perkembangan HIV menjadi AIDS, hal-hal penting untuk
dianjurkan adalah:
Satu jenis multivitamin, tanpa tambahan fe, 2 kali sehari.
Suplemen unsur mikro satu kali sehari.
Suplemen antioksidan satu kali sehari.
Apabila untuk memperoleh manfaat yang mungkin dihasilkan oleh
suplementasi dosis tinggi di bawah ini tidak bisa dilakukan, hal di atas
paling tidak dapat membantu mencegah defisiensi. Bila sulit untuk
mendapat obat oleh karena harga yang relatif mahal, paling tidak sudah
memberi-kan cara-cara penunjang yang aman, mudah dan murah.
Untuk memperoleh hal-hal yang lebih dari itu, dapat dipergunakan:
Satu jenis multivitamin, tanpa tambahan Fe, 2 kali sehari.
Suplemen mineral (unsur mikro) satu kali sehari.
Suplemen vitamin C, 1.000 to 3.000 mg (sesuai kemampuan
tubuh), satu kali sehari; atau 3.0006.000 mg (sesuai kemampuan
tubuh), satu kali sehari selama fase penyakit yang aktif.
Suplemen vitamin E (sebaiknya -tokoferol), 800 to 1.200 unit, satu
kali sehari.
Suplemen -karoten, 15 mg (setara dengan 2.000 unit vitamin A),
dua kali sehari.
Suplemen vitamin B-kompleks forte dua kali sehari. (Mengandung
tambahan vitamin C, untuk meningkatkan penyerapan, dan jumlah
ini tidak perlu diperhitungkan untuk kebutuhan yang dianjurkan).

6-23

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

Suplemen magnesium (Mg), 250 mg, dua kali sehari.


Suplemen selenium (Se), 50 mcg, 1-4 kali sehari.

Jumlah ini tidak tepat sekali, oleh karena penelitiannya masih dalam taraf
awal, tetapi baik sebagai permulaan. Selain itu juga telah
memperhitungkan bahaya pemberian yang berlebihan.
Bila cara-cara yang sedang dipergunakan memerlukan lebih dari yang
diuraikan, atau memerlukan bahan yang lain, perlu diperhatikan
bahayabahayanya sebelum dipergunakan. Hal yang baik tidak perlu
terlalu banyak. Dan bila memungkinkan, minum vitamin sewaktu makan.
6.2 Makanan sehat atau menu berimbang
Makanan 4 Sehat 5 Sempurna

Pada dasarnya, pengelolaan makanan orang sakit sama dengan orang


sehat, yaitu makanan yang dapat mencukupi kebutuhan tubuh akan semua
unsur-unsur zat gizi yang diperlukan. Artinya, mencukupi kebutuhan tubuh
dalam jumlah maupun kualitasnya. Makanan tersebut adalah makanan
sehat/menu berimbang atau 4 Sehat 5 Sempurna.
Empat Sehat 5 Sempurna adalah komposisi makanan yang terdiri dari
bahan-bahan:1) sumber kalori (beras, roti, ubi jalar, ketela pohon, dsb.), 2)
sumber protein (daging, telur, ikan, tahu, tempe, dsb.), 3) sumber vitamin
(buah-buahan berwarna: pisang, jeruk, pepaya, nenas, dsb.), 4) sumber
mineral (sayur-sayuran berwarna hijau: kangkung, kelor, bayam, sawi hijau,
daun katu, dsb.), dan 5) susu sebagai pelengkap. Buah-buahan juga
merupakan sumber mineral tertentu, misalnya K (kalium), dan sayuran hijau
juga merupakan sember vitamin tertentu, misalnya vitamin A.
Bahan makanan dipilih sesuai dengan keberadaan bahan-bahan setempat.
Bahan-bahan makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi tidak selalu harus
mahal, bisa dari sumber nabati maupun hewani.
Apa perbedaan makanan pada orang sakit? Yang berbeda adalah jenis
bahan dan bentuk pengolahannya. Pada orang sakit dapat diberikan dalam
bentuk padat seperti makanan biasa, lembek, bubur (makanan lumat),
tergantung keadaan penderita. Yang penting dan perlu diperhatikan adalah
bahwa pada orang sakit memerlukan tambahan nutrien tertentu yang harus
diperhitungkan. Tambahan ini dapat diberikan dalam bentuk bahan atau
dalam bentuk suplemen murni. Misalnya, bila orang dengan HIV
memerlukan tambahan vitamin C, kalau diberikan berupa buah-buahan,
mungkin harus dimakan dalam jumlah yang banyak. Sehingga akan merasa
kenyang dengan hanya makan buah saja. Di samping itu, mungkin juga
bisa menyebabkan mencret oleh karena buah-buahan juga mengandung

6-24

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

serat. Kelebihan serat dapat menimbulkan mencret, akibatnya justru akan


menurunkan asupan nutrien. Dalam hal ini pemberian tambahan dalam
bentuk pil vitamin C merupakan pilihan yang tepat, walaupun harus dibeli
dan harganya mungkin lebih mahal

6-25

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

Gejala-gejala defisiensi, sumber dan suplemen vitamin/mineral


Vitamin/
Mineral

Gejala-gejala
defisiensi

Sumber

Suplemen

Vit. B1

Penurunan berat badan, mudah


tersinggung, nafsu
makan menurun,
kesemutan dan rasa
panas dan nyeri
seperti ditusuk pada
kaki dan tungkai
bawah.
Pada defisiensi
berat, dapat
mengganggu kondisi
mental dan lemah.

Sumber: daging,
kacang-kacangan,
kentang, kacang
polong, buncis,
kacang tanah, dan
ragi.

Multivitamin

Vit. B2

Rasa panas atau


gatal-gatal pada
mata, silau, rasa
sakit pada lidah dan
mulut, anemia, dan
perubahan
keperibadian.

Hasil olahan susu,


daging, ikan,
sayuran daun
berwarna hijau,
padi-padian, dan
putihnya telur.

Multivitamin mengandung 1,53,5


mg.
Vitamin B-kompleks
mengandung 75-100
mg.

Vit. B6

Mudah tersinggung,
depresi, kemerahan
pada kulit dan lidah
dan perlunakan
pada mulut. Bila
berlangsung lama
dapat timbul mualmual dan muntah,
anemia, selanjutnya
gangguan sistem
imun pada orang
dengan HIV.

Pisang, wortel,
kacang-kacangan,
beras, ikan, kacang
kedele, gandum.

Vitamin B-kompleks
mengandung 5-100
mg (20 mg sudah
cukup).
Bila minum INH: 2550 mg/hari.

Vit. B12

Kalau tidak diperiksa


secara rutin,
defisiensi vitamin
B12 tidak akan
dijumpai.

Daging, ikan, telur,


susu dan hasil
olahan susu.
Vegetarian merupa

Tidak ada anjuran


yang khusus.
Multivitamin
mengandung 6-18
mcg

6-26

Buku Pegangan Konselor


HIV
Vitamin/
Mineral

Gejala-gejala
defisiensi

HIV dan Gizi

Sumber

Suplemen

Pperubahan fungsi
mental dini meliputi
kecepatam
memroses informasi,
dan kinerja yang
membutuhkan
koordinasi
ketajaman penglihatan dan ruang.

kan kelompok yang


berisiko.

vit. B12, vit. Bkompleks


mengandung 12-500
mcg.
Pil vitamin B12 kemasan 25 mcg 1
mg.

Asam
folat

Nafsu makan
menurun, mual,
mencret, rambut
rontok, dan nyeri
pada mulut dan
lidah, lesu. Bila terus
bertambah berat,
dapat timbul perubahan sel-sel darah.

Sayur-sayuran daun,
daging, dan ragi.

Mula-mula 1-2 mg/


hari, kemudian dipertahankan dengan
1 mg/hari.
Multivitamin mengandung 4 mg
folate, biasanya
tidak dikombinasikan
dengan vit. Bkompleks.

Vit. K

Perlu diperhatikan
pada orang dengan
dengan kerusakan
hati.
Gangguan
pembekuan darah.

Sayuran daun hijau

Suntikan vit. K

Vit. C

Luka sukar sembuh,


mudah memar dan
perdarahan.

Buah-buahan
berwarna dan sayur
daun merupakan
sumber vitamin C
yang baik.

Tidak ada dosis


pasti yang harus
dianjurkan.
Dianjurkan dosis
sedang antara 1-3
g/hari. Dalam fase
infeksi, dosis dapat
ditingkatkan sampai
2-3 kali; tetapi
jangan lebih dari 6 g/
hari. Preparat
multivitamin yang
umum, mengandung
60-180 mg vitamin
C.

6-27

Buku Pegangan Konselor


HIV
Vitamin/
Mineral

Gejala-gejala
defisiensi

HIV dan Gizi

Sumber

Suplemen

Vit. E

Neuropati perifir,
gangguan
keseimbangan,
menurunnya refleks
lutut dan refleksrefleks lain-nya.
Tanda-tanda
defisiensi pada
penderita bukan HIV
sama dengan pada
sistem imun orang
dengan HIV.

Minyak sayuran
(vegetable oils),
sedikit dalam telur,
padi-padian, dan
keju.

Dosis yang dipergunakan adalah 800


unit/hari.
Suplement vitamin E
diperkirakan dapat
me-ningkatkan efektifitas AZT melawan
virus.

Vit. A

Mata kering, buta


senja, kulit kering,
buta, sel-sel darah
putih dan merah
menurun, daya
tahan tubuh
terhadap infeksi
menurun.

Wortel, labu, semangka, belewa,


brokoli, asparagus,
hasil olahan susu,
daging, dan ikan
laut, sayuran daun
hijau, wortel, dan
sayur umbi-umbian/
akar yang berwarna
kuning, dan buahbuahan yang
berwarna kuning
atau orange
mengandung karotin.

Suplemen biasanya
dalam bentuk karotin, walaupun
demikian toksisitas
jangan sampai
terjadi.
Dosis yang
dianjurkan 15-50
mg/hari, jumlah ini
setara de-ngan
25.000-50.000 unit
vitamin A.
Multivitamin
biasanya
mengandung 3 mg
(5 ribu U Vit. A.
Dengan minum jus
wortel tiap hari,
suplemen dapat
dihentikan
seluruhnya.

Mineral
dan unsur
mikro

Tidak ada gambaran


yang khusus,
biasanya bersama
dengan defisiensi
lainnya.

Sayur-sayuran hijau
dan buah-buahan
berwarna.

Belum ada
penelitian yang
khusus.
Multivitamin.

6-28

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

Dalam tabel berikut dapat dilihat beberapa jenis suplemen yang ada di
pasaran (nama dagang, kandungan/isi, nama pabrik, dan harga):
Jenis/Nama
Dagang

Kandungan/Isi

Dosis/Cara
Pemberian

- -karoten: 10.000 UI
- Vit-C: 500 mg
- Vit-E: 100 UI

Sehari 1 kaplet

(HNA+)
Rp 733,-- per
kaplet

- AMAROPO

- -karoten: 6 mg
- Vit-C: 100 mg
- Vit-E: 25 mg

1-2 x sehari 1
kapsul

(HET)
Rp 866,50 per
kapsul

- BETA C-E

- -karoten: 10.000 UI
- Vit-C: 60 mg
- Vit-E: 12 mg

1-2 x sehari 1
kapsul

(HNA)
Rp 800,-- per
kapsul

- BEVIZIL

- -karoten: 5.000 UI
- Vit-C: 200 mg
- Vit-E: 50 mg
- Zn: 15 mg
- Selenium: 25 mcg

Sehari 1 tablet

(HNA+)
Rp 1.072,50,-per tablet

- SELECA

- -karoten: 10 mg
- Vit-C: 300 mg
- Vit-E: 250 mg
Zn: 5 mg

Sehari 1 tablet

(HNA)
Rp 1.500,-- per
tablet

- VOLAMIL

-karoten: 10.000 UI
Vit-C: 100 mg
Vit-B1: 10 mg
Vit-2: 2,5 mg
Nikotinamida: 20 mg
Vit-B6: 15 mg
Ca-pantotenat: 7,5
mg
- Vit-B12: 4 mcg
- Vit-D: 400 UI
- Asam folat: 1 mg
- K-iodida: 100 mcg
- Fe-fumarat: 90 mg
- Cu-sulfat: 0,1 mg
- Ca-laktat: 250 mg
- NaF: 1 mg

Sehari 1 kaplet

(HNA)
Rp 675,-- per
kaplet

Vitamin A
(komponen utama)
- ACEVIT

Harga

6-29

Buku Pegangan Konselor


HIV
Jenis/Nama
Dagang

Kandungan/Isi

HIV dan Gizi

Dosis/Cara
Pemberian

Harga

- SYMBION

- -karoten: 7 mg
- Vit-C: 180 mg
- Vit-E: 30 mg
- Zn: 15 mg
- Selenium: 100 mcg
- Mn: 5,25 mg

Sehari 1 tablet

(HNA+)
Rp 1.258,-- per
tablet

- VITALENE

- -karoten: 25 mg
- Vit-C: 500 mg
- Vit-E: 200 mg

Sehari 1 kaplet

(HNA+)
Rp 1.320,-- per
tablet

- Bisbentiamin: 57,2
mg

1-2 x sehari 1
tablet

(HJA)
Rp 586,67 per
tablet

- Vit-B1: 100 mg

Sehari 1 tablet

Rp 138,-- per
tablet

- Vit-B1: 15 mg
- Vit-B2: 10 mg
- Vit-B6: 5 mg
- Vit-B12: 4 mcg
- Vit-C: 500 mg
- Niasinamida: 100 mg
- Kalsium pantotenat:
20 mg

1-2 x sehari 1
tablet, pada
waktu atau
setelah makan

(HJA+)
Rp 605,-- per
tablet

- BECOMBION
forte

- Vit-B1: 15 mg
- Vit-B2: 15 mg
- Vit-B6: 10 mg
- Vit-B12: 10 mcg
- Vit-C: 500 mg
- Nikotinamida: 50 mg
- Ca pantotenat: 25 mg
- Biotin: 0,15 mg

Sehari 1 tablet

(HJA+)
Rp 379,50 per
tablet

- BUGARET

- Vit-B1: 15 mg
- Vit-B2: 15 mg
- Vit-B6: 10 mg
- Vit-B12: 10 mcg
- Vit-C: 500 mg
- Nikotinamida: 50 mg
- Ca pantotenat: 25 mg

Sehari 1 kaplet

Rp 930,-- per
kaplet

Vitamin B1
- BESTON

- BETAMIN
Vitamin B kombinasi
- AKTACE

6-30

Buku Pegangan Konselor


HIV
Jenis/Nama
Dagang

- CETOP ZINK

Kandungan/Isi
- Seng: 22,5 mg (setara dengan 100 mg
seng sulfat)
- Vit-B1 mononitrat: 20
mg
- Vit-B2: 20 mg
- Vit-B6: 25 mg
- Vit-B12: 0,05 mg
- Vit-C: 600 mg
- Vit-E: 30 mg
- Nikotinamida: 100
mg
- Ca pantotenat: 20 mg
- Asam folat: 0,5 mg
- Seng: 20 mg

HIV dan Gizi

Dosis/Cara
Pemberian

Harga

Sehari 1
dragee

(HJA+)
Rp 676,50 per
dragee

- CITONEURON

- Vit-B1: 100 mg
- Vit-B6: 200 mg
- Vit-B12: 200 mcg

Sehari 1 kaplet

Rp 265 kaplet

- ENKABEC

- Vit-B1: 15 mg
- Vit-B2: 15 mg
- Vit-B6: 10 mg
- Vit-B12: 10 mcg
- Nikotinamida: 50 mg
- Ca pantotenat: 15 mg
- Biotin: 0,15 mg

Sehari 1 kapsul

(HET)
Rp 331,-- per
kapsul

- HI-BESTON

- Bisbentiamin: 50 mg
- Vit-B2: 5 mg
- Vit-B6: 5 mg
- Vit-B12: 5 mcg

1-2 x sehari 1
tablet

(HJA)
Rp 807,-- per
tablet

- JUVELON B

- Vit-B1 nitrat: 6 mg
- Vit-B2 natrium fosfat:
19 mg
- Vit-B6: 12 mg
- Nikotinamida: 20 mg
- Ca pantotenat: 10 mg

1-2 x sehari 1
ka-plet,
sesudah makan pagi dan
atau makan
malam

(HNA)
Rp 367,-- per
kaplet

- MECOBEX

- Vit-B1: 50 mg
- Vit-B2: 25 mg
- Vit-B12: 5 mcg
- Vit-C (sebagai natrium askorbat): 500

Sehari 1 kaplet

Rp 605,-- per
kaplet

6-31

Buku Pegangan Konselor


HIV
Jenis/Nama
Dagang

- NERVITON-E

HIV dan Gizi

Kandungan/Isi
mg
- Nikotinamida: 100
mg
- Ca pantotenat: 20 mg
- Vit-B1 disulfida: 100
mg
- Vit-B6: 50 mg
- Vit-B12: 100 mcg
- Vit-E asetat: 30 mg

Dosis/Cara
Pemberian

Harga

Sehari 1 tablet

(HNA+)
Rp 475,-- per
tablet

- NEUROBION5000

- Vit-B1: 100 mg
- Vit-B6: 100 mg
- Vit-B12: 5000 mcg
- Vit-E asetat: 30 mg

Sehari 1 tablet,
sesudah makan

(HNA+)
Rp 1.495,-- per
tablet

- NEUROSANBE 5000

- Vit-B1: 100 mg
- Vit-B6: 100 mg
- Vit-B12: 5000 mcg
- Vit-E asetat: 30 mg

Sehari 1 tablet,
sesudah makan

(HNA+)
Rp 1.210,-- per
tablet

- ZINONE

- Vit-B1: 15 mg
- Vit-B2: 15 mg
- Vit-B6: 25 mg
- Vit-B12: 12 mcg
- Niasinamida: 100 mg
- Vit-E: 30 UI
- Vit-C: 750 mg
- Asam folat: 400 mcg
- ZnSO4: 25 mg

Sehari 1 kaplet,
sesudah makan

(HNA+)
Rp 660,-- per
kaplet

- Vit-C: 1 g

(HJA+)
Rp 1.232,-- per
tablet buih
Rp 629,50 per
tablet kunyah

- SWEETA C

- Asam askorbat: 500


mg

- tablet hisap

(HJA)
Rp 250,-- per
tablet hisap

- VICEE

- Asam askorbat: 250


mg
- Na-askorbat: 281,25
mg

2-5 tablet
sehari, hisap
dalam mulut

Vitamin C
- REDOXON

6-32

Buku Pegangan Konselor


HIV
Jenis/Nama
Dagang

Kandungan/Isi

HIV dan Gizi

Dosis/Cara
Pemberian

Harga

- VITACIMIN

- Asam askorbat: 250


mg
- Na-askorbat: 281,25
mg (setara dengan
asam askorbat 250
mg)

1-2 tablet
sehari, dihisap
dalam mulut

- VITALONG C

- Vit-C: 500 mg

- Sehari 1
kapsul (lepas
lambat)

Rp 660,-- per
kapsul

- VITAMEX C

- Vit-C: 500 mg

- 1-2 tablet
sehari, (dihisap
pelan-pelan)

(HNA)
Rp 250,-- per
tablet

- Kalsium laktat
glukonat: 1 g
- Kalsium karbonat:
0,327 g
- Vit-C: 1 g

1-3 x sehari 1
tablet (tablet
buih)

(HNA)
Rp 1.389,50
per tablet

- CALCIUM D
REDOXON

- Asam sitrat: 1350 mg


- Kalsium karbonat:
0,250 g
- Vit-B6: 15 mg
- Vit-D: 300 UI

- tablet buih

(HNA+)
Rp 1.431,-- per
tablet

- CAXON F

- Vit-C: 1000 mg
- Kalsium karbonat:
250 mg
- Vit-B6: 15 mg
- Na fluorida: 0,50 mg

- tablet buih

(HNA+)
Rp 990,-- per
tablet

- DL-alfa tokoferil
asetat: 200 mg

Sehari 1 tablet
(dikunyah/hisap
)

(HNA)
Rp 1.259,-- per
tablet

- Vit-E (setara dengan


alfa tokoferil asetat):
200 mg

1-2 kapsul
sehari

(HNA+)
Rp 700,-- per
kapsul

Vitamin C dengan Kalsium


- CALCIUM
SANDOZ

Vitamin E
- ENOVA

- EVIMEC

6-33

Buku Pegangan Konselor


HIV
Jenis/Nama
Dagang

Kandungan/Isi

HIV dan Gizi

Dosis/Cara
Pemberian

Harga

- EVION

- Alfatokoferol asetat):
200 mg (kapsul)

1-3 kapsul
sehari

(HNA+)
Rp 1.064,-- per
kapsul

- EVION

- Alfatokoferol asetat):
100 mg (tablet)

1-3 tablet
sehari

(HNA+)
Rp 528,-- per
tablet

- JUVELON

- Vit-E suksinat: 100


mg
- Vit-A palmitat: 1000
UI
- Vit-B1 mononitrat: 10
mg
- Vit-B2: 5 mg
- Vit-B6: 5 mg
- Vit-C: 50 mg

1-2 kapsul
sehari

(HNA)
Rp 440,-- per
kapsul

- JUVELON C

- Vit-E asetat: 100 mg


- Vit-C: 200 mg

1-2 bungkus
granul sehari
(dihisap
perlahan-lahan
tanpa dicampur
air)

(HNA)
Rp 734,-- per
bungkus

- MECOMBIONE

- Vit-E: 50 mg
- Vit-B1: 100 mg
- Vit-B6: 200 mg
- Vit-B12: 200 mcg

Sehari 1 tablet

(HNA+)
Rp 709,-- per
tablet

- NATUR-E

- Vit-E alamiah: setara


dengan Vit-E 100 UI

1-4 kapsul
sehari

- Vit-B1: 50 mg
- Vit-B2: 25 mg
- Vit-B6: 10 mg
- Vit-B12: 8 mcg
- Vit-C (sebagai Naaskorbat): 500 mg
- Vit-E: 30 mg
- Nikotinamida: 100
mg
- Ca pantotenat: 25 mg

Sehari 1 kaplet

(HNA)
Rp 180,-- per
kaplet

Multivitamin
- ASCORBEC

6-34

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

Jenis/Nama
Dagang

Kandungan/Isi

Dosis/Cara
Pemberian

Harga

- BECEFORT

- Vit-B1: 15 mg
- Vit-B2: 10 mg
- Vit-B6: 5 mg
- Vit-B12: 100 mcg
- Vit-C: 500 mg
- Vit-E: 30 mg
- Nikotinamida: 50 mg
- Ca pantotenat: 20 mg

Sehari 1 tablet

(HET)
Rp 768,-- per
tablet

- BECOM C

- Vit-B1: 50 mg
- Vit-B2: 25 mg
- Vit-B6: 10 mg
- Vit-B12: 5 mcg
- Vit-C: 500 mg
- Nikotinamida: 100
mg
- Ca pantotenat: 20 mg

Sehari 1 kaplet

(HNA+)
Rp 605,-- per
kaplet

- BIOMIN-AFZ

- Vit-A: 5000 Unit


- Vit-B1: 7,5 mg
- Vit-B2: 2,5 mg
- Vit-B6: 10 mg
- Vit-B12: 4 mcg
- Asam folat: 0,25 mg
- Niasinamida: 20 mg
- Vit-D: 400 Unit
- Vit-C: 100 mg
- Vit-E: 30 mg
- Nikotinamida: 50 mg
- Ca pantotenat: 7,5
mg
- Besi fumarat: 90 mg
- Ca-laktat: 400 mg
- Tembaga: 0,1 mg
- Iodium: 0,1 mg
- Seng: 15 mg
- Dimetilpolisiloksan:
20 mg
- Na-fluorida: 1 mg

Sehari 1 kaplet

- ENERVON C

- Vit-B1: 50 mg
- Vit-B2: 25 mg
- Vit-B6: 10 mg
- Vit-B12: 5 mcg
- Vit-C: 500 mg

Sehari 1 tablet

6-35

Buku Pegangan Konselor


HIV
Jenis/Nama
Dagang

- MALTIRON

- PFIBEC PLUS

- ZEGAVIT

6-36

Kandungan/Isi
- Niasinamida: 50 mg
- Ca pantotenat: 20 mg
- Vit-A: 6000 UI
- Vit-D: 400 UI
- Vit-B1: 3 mg
- Vit-B2: 3 mg
- Vit-B6: 2 mg
- Vit-B12: 2 mcg
- Vit-C: 75 mg
- Nikotinamida: 20 mg
- Ca pantotenat: 10 mg
- Biotin: 0,02 mg
- Besi(III) fumarat: 135
mg
- Ca-karbonat: 250 mg
- Tembaga(II) sulfat:
3,93 mg
- Mn-sulfat: 4,06 mg
- Mg-oksida: 9,95 mg
- Zn-sulfat: 6,60 mg
- Na-tetraborat: 0,882
mg
- Ca-sulfat: 3,35 mg
- Na-molibdat: 0,504
mg
- K-iodida: 0,016 mg
- Vit-B1: 50 mg
- Vit-B2: 25 mg
- Vit-B6: 10 mg
- Vit-B12: 5 mcg
- Vit-C: 500 mg
-Asam folat: 0,5 mg
- Nikotinamida: 100
mg
- Ca pantotenat: 20 mg
- Vit-E: 30 Unit
- Vit-C: 750 mg
- Vit-B1: 15 mg
- Vit-B2: 15 mg
- Niasinamida: 100 mg
- Vit-B6: 25 mg
- Vit-B12: 12 mcg

HIV dan Gizi

Dosis/Cara
Pemberian

Harga

1-3 x sehari 1
tablet

(HNA)
Rp 500,-- per
tablet

Sehari 1 tablet

Sehari 1 kaplet

(HNA+)
Rp 1.823,-- per
kaplet

Buku Pegangan Konselor


HIV
Jenis/Nama
Dagang

- ZEVITON

Vitamin dengan
Mineral
- AKTAZET

- BECOM-ZET

Kandungan/Isi
- Asam folat: 0,4 mg
- Ca: 20 mg
- Asam pantotenat: 20
mg
- Seng: 20 mg
- Vit-B1: 15 mg
- Vit-B2: 15 mg
- Vit-B6: 25 mg
- Vit-B12: 12 mcg
- Nikotinamida:100 mg
- Asam folat: 0,4 mg
- Ca-pantotenat: 23,8
mg
- Vit-C: 750 mg
- Vit-E: 30 mg
- Zn: 22,5 mg

HIV dan Gizi

Dosis/Cara
Pemberian

Harga

Sehari 1 kaplet

(HNA+)
Rp 990,-- per
kaplet

- Vit-E: 30 mg
- Vit-C: 500 mg
- Asam folat: 0,40 mg
- Vit-B1: 15 mg
- Vit-B2: 15 mg
- Nikotinamida: 100
mg
- Vit-B6: 20 mg
-Vit-B12: 12 mcg
- Ca-pantotenat: 20
mg
- Zn: 22,5 mg

Sehari 1 tablet
(pada waktu
atau setelah
makan)

(HNA+)
Rp 990,-- per
tablet

- Vit-E: 30 UI
- Vit-C: 750 mg
- Asam folat: 400 mcg
- Vit-B1: 15 mg
- Vit-B2: 15 mg
- Niasin: 100 mg
- Vit-B6: 20 mg
- Vit-B12: 12 mcg
- Ca-pantotenat: 20
mg
- Zn: 22,5 mg

Sehari 1 kaplet
(pada waktu
atau setelah
makan)

(HNA+)
Rp 1.100,-- per
kaplet

6-37

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Gizi

Jenis/Nama
Dagang

Kandungan/Isi

- BIOPRADYN

- Vit-A: 25.000 UI
- Vit-D: 400 UI
- Vit-B1 mononitrat: 20
mg
- Vit-B2: 5 mg
- Nikotinamida: 50 mg
- Vit-B6: 10 mg
- Ca-pantotenat: 11,6
mg
- Vit-B12: 5 mcg
- Asam folat: 1 mg
- Vit-C: 150 mg
- Vit-E: 10 mg
- Biotin: 0,25
- Dikalsium fosfat: 215
mg
- Fe(II): 100 mg
- Mg-karbonat: 60 mg
- Mn: 1,54 mg
- Zn: 1,51 mg
- Cu: 2,8 mg
- Mo: 0,21 mg

Sehari 1
dragee

(HNA+)
Rp 473,-- per
dragee

- BUNDAVIN

- Vit-A: 6.000 UI
- Vit-D: 400 UI
- Vit-C: 100 mg
- Vit-B1: 10 mg
- Vit-B2: 2,5 mg
- Vit-B6: 15 mg
- Nikotinamida: 20 mg
- Ca-pantotenat: 7,5
mg
- Fe(II) fumarat:90 mcg
- Ca-fosfat: 83,875 mg
- Tembaga: 0,1 mg
- Iodida: 0,1 mg
- Vit-B12: 4 mcg
- Asam folat: 0,25 mg

Sehari 1 tablet

Rp 565,-- per
tablet

- CETAVIT

- Vit-A: 4.000 UI
- Vit-D: 400 UI
- Vit-B1: 3 mg
- Vit-B2: 3 mg

Sehari 1 tablet

Rp 565,-- per
tablet

6-38

Dosis/Cara
Pemberian

Harga

Buku Pegangan Konselor


HIV
Jenis/Nama
Dagang

- COMBIONTA

HIV dan Gizi

Kandungan/Isi
- Vit-B6: 2,5 mg
- Vit-B12: 6 mcg
- Biotin: 0,1 mg
- Ca-pantotenat: 7,5
mg
- Asam folat: 0,25 mg
- Nikotinamida: 20 mg
- Vit-C: 60 mg
- Vit-E: 20 mg
- Ca-fosfat: 200 mg
- Tembaga(III) SO4: 1
mg
- Fe(III) fumarat: 135
mg
- Mn-sulfat: 1,4 mg
- K-iodida: 0,2 mg
- Na-fluorida: 1,1 mg
- Vit-A: 1.250 UI
- Vit-B1nitrat: 0,5 mg
- Vit-B2: 0,75 mg
- Nikotinamida: 7,5 mg
- Ca d-pantotenat: 2,5
mg
- Vit-B6: 1 mg
- Vit-B12: 0,5 mcg
- Vit-C: 25 mg
- Vit-E asetat: 1 mg
- Rutin: 5 mg
- Ca-monohidrogenfosfat: 128,47 mg
- Mg-karbonat-OH: 20
mg
- Fe-sulfat: 22 mg
- Tembaga sulfat: 0,45
mg
- Mn-sulfat: 0,16 mg
- Kobal sulfat: 0,48 mg
- Zn-oksida: 0,0623
mg
- Na-molibdat: 0,125
mg
- K-iodida: 0,0026 mg
- Na-fluorida: 0,055 mg

Dosis/Cara
Pemberian

Harga

(HNA+)
Rp 490,60,-per tablet

6-39

Buku Pegangan Konselor


HIV
Jenis/Nama
Dagang

HIV dan Gizi

Kandungan/Isi

Dosis/Cara
Pemberian

Harga

- GERIAVITA

- Beta karoten: 6 mg
- Vit-E: 30 mg
- Vit-C: 500 mg
- Asam folat: 0,4 mg
- Vit-B1: 15 mg
- Vit-B2: 15 mg
- Nikotinamida: 100
mg
- Vit-B6: 20 mg
- Vit-B12: 10 mcg
- Biotin: 45 mcg
- Kalsium: 20 mg
- Besi: 20 mg
- Seleniu8m: 25 mg
- Seng: 20 mg

Sehari 1 kaplet

(HET)
Rp 800,-- per
kaplet

- SUPRADEX

- Vit-A: 25.000 UI
- Vit-B1: 20 mg
- Vit-B2: 5 mg
- Nikotinamida: 50 mg
- Vit-B6: 10 mg
- Ca-pantotenat:10 mg
- Biotin: 0,25 mg
- Vit-B12: 5 mcg
- Vit-C: 150 mg
- Vit-D2: 400 UI
- Vit-E: 10 mg
- Ca-karbonat: 100 mg
- Fe(II) fumarat: 20 mg
- Mg-sulfat: 3 mg
- Mn-sulfat: 2 mg
- Ca-hidrogenfosfat: 50
mg
- Cu(II) sulfat: 1 mg
- Seng(II) ssulfat: 1 mg
- Na-molibdat: 0,02 mg
- Na-tetraborat: 0,88
mg

(HNA)
Rp 500,-- per
tablet

- SUPRADYNRoche

- Vit-A: 3.333 UI
- Vit-B1: 7,5 mg
- Vit-B2: 5 mg
- Vit-B6: 10 mg
- Vit-B12: 5 mcg

Sehari
1kaplet/ta-blet
buih

(HNA+)
Rp 1.995,-- per
kaplet
Rp 1.399,-- per

6-40

Buku Pegangan Konselor


HIV
Jenis/Nama
Dagang

- THERAGRANM

- VITRAL

Kandungan/Isi
- Vit-C: 150 mg
- Vit-D: 400 UI
- Vit-E: 10 mg
- Nikotinamida: 50 mg
- Ca-pantotenat:11,6
mg
- Biotin: 250 mcg
- Asam folat: 0,4 mg
- Ca: 50 mg
- Besi: 1,25 mg
- Mg: 5 mg
- Mn: 0,5 mg
- Fosfor: 45 mg
- Tembaga: 0,1 mg
- Seng: 0,5 mg
- Molibden: 0,1 mg
- Vit-A: 10.000 UI
- Vit-B1: 10 mg
- Vit-B2: 10 mg
- Vit-B6: 5 mg
- Vit-B12: 5 mcg
- Vit-C: 200 mg
- Vit-D: 400 UI
- Vit-E: 15 UI
- Nikotinamida:100 mg
- Ca-pantotenat:20 mg
- K-iodida: 15 mg
- Besi: 12 mg
- Mg: 65 mg
- Mn: 1 mg
- Tembaga: 2 mg
- Seng (ZnSO4): 1,5
mg
- Vit-A: 5.000 UI
- Vit-D: 500 UI
- Vit-E: 2 UI
- Vit K3: 1 mg
- Vit-B1: 3 mg
- Vit-B6: 2 mg
- Nikotinamida: 20 mg
- Ca-pantotenat:5 mg
- Asam folat: 0,5 mg

HIV dan Gizi

Dosis/Cara
Pemberian

Harga
tablet buih

Sehari 1 tablet

(HNA+)
Rp 1.100,-- per
tablet

Sehari 1 kapsul

6-41

Buku Pegangan Konselor


HIV
Jenis/Nama
Dagang

Kandungan/Isi

HIV dan Gizi

Dosis/Cara
Pemberian

Harga

- Vit-C: 75 mg
- Inositol: 10 mg
- Kolina bitartrat:10 mg
- Kalsium: 58 mg
- Fosfor: 44 mg
- Besi: 33 mg
- Mg: 5 mg
- Fluor: 0,1 mg
- Iodium: 0,1 mg
- Mn: 1 mg
- Molibdenum: 0,1 mg
- Selenium: 0,1 mg
- Seng: 1 mg
HNA: Harga neto apotik; HJA: Harga jual apotik; HET: Harga eceran terendah
Disesuaikan dari: Winotopradjoko dkk., 2002.

6-42

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

$ RINGKASAN
Pada bagian ini diuraikan fakta-fakta tentang hepatitis C, hubungan hepatitis C
dengan hepatitis lainnya dan HIV, cara-cara pencegahan, testing dan pemeliharaan
kesehatan pengidap hepatitis C. Dalam kaitannya dengan HIV ada beberapa hal
yang sangat penting untuk diketahui yaitu:
Bila pengidap hepatitis C terinfeksi HIV maka resiko terjadinya penyakit hati
yang berat akan meningkat. Oleh karena itu pengidap hepatitis C yang HIV
negatif harus berusaha agar dia tidak tertular HIV.
Demikian pula sebaliknya, pengidap HIV yang hepatitis C negatif harus
berusaha agar tidak tertular hepatitis C karena pada pengidap HIV, virus
hepatitis C dapat berkembang dengan sangat cepat.
Pengidap hepatitis C yang juga mengidap HIV dianjurkan tidak minum
minuman beralkohol dalam jumlah yang banyak karena akan mempercepat
timbulnya penyakit hati.
Pengidap hepatitis C dan HIV yang mendapat pengobatan anti virus (HAART)
perlu menjalani pemeriksaan fungsi hati secara teratur.
Vaksin hepatitis C belum ditemukan. Oleh karena itu upaya-upaya pencegahan
harus dilakukan misalnya tidak berbagi jarum suntik, sendok, kapas, air dan peralatan menyuntik lainnya, apabila membuat tato atau tindik harus menggunakan
peralatan yang steril, tidak berbagi sikat gigi dan pisau cukur dan bila
berhubungan seks selalu memakai kondom.
7.1 HEPATITIS C
Hepatitis C adalah virus yang ditularkan lewat darah yang menyerang hati.
Penularan terjadi bila darah penderita memasuki aliran darah orang lain.
Hepatitis C adalah virus yang aktivitasnya lambat dan sebagian besar orang
yang terinfeksi tidak mengalami penyakit yang serius atau kematian.
Saat ini belum ada vaksin untuk Hepatitis C, tetapi ada pilihan-pilihan
pengobatan.
7.2 VIRUS HEPATITIS LAINNYA
Hepatitis C adalah salah satu dari 5 jenis virus hepatitis (A,B,C,D,E) yang dapat
menyebabkan peradangan pada hati.
Efek dari hepatitis virus akut bervariasi dari tanpa gejala sampai sakit yang
berat dengan mual, nyeri, rasa tidak nyaman di perut dan kekuningan. Gejalagejala tersebut menunjukkan kelainan fungsi hati.
Vaksin telah dikembangkan untuk mencegah infeksi hepatitis A, hepatitis B dan
hepatitis D. Saat ini belum ada vaksin untuk hepatitis C.
7-1

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Infeksi oleh dua atau lebih virus dapat terjadi dan disebut ko-infeksi.
Beberapa infeksi virus hepatitis misalnya hepatitis A dibersihkan secara alami
dari tubuh dan memberikan kekebalan seumur hidup. Hal ini juga berlaku untuk
hepatitis B, atau ia bisa menjadi infeksi kronik.
Beberapa virus hepatitis dapat menyebabkan infeksi kronik. Sekitar 75% orang
yang terpapar hepatitis C mengalami infeksi kronik dan paparan terhadap
hepatitis C tidak menimbulkan kekebalan.
7.3 PENCEGAHAN HEPATITIS C
Penularan hepatitis C dan virus-virus lain yang ditularkan lewat darah dapat
diturunkan.
Adalah penting untuk mengetahui risiko dari kontak darah dengan darah.
Untuk pengguna narkoba suntikan, perilaku penyuntikan yang lebih aman
dapat menurunkan risiko tertular hepatitis C. Perilaku penyuntikan yang aman
juga dapat menurunkan risiko menularkan hepatitis C dan virus-virus yang
menular lewat darah lainnya.
Mereka yang ingin ditato atau dipasang aksesoris yang menembus kulit
disarankan mengunjungi pemberi jasa yang selalu menggunakan prosedur
pencegahan infeksi yang baku.
Salah satu respon dalam pencegahan hepatitis C adalah melalui program
pertukaran jarum suntik.
7.4 TESTING HEPATITIS C
Keputusan untuk menjalani testing hepatitis C harus dibuat oleh individu itu
sendiri setelah mendapat informasi dan nasehat dari konselor, konseling dan
dengan informed consent.
Tes skrining pendahuluan memeriksa antibodi terhadap virus hepatitis C, bukan
virusnya sendiri.
Ada beberapa tes yang digunakan untuk memonitor fungsi hati dan
memberikan penilaian untuk pengobatan.
Tujuan testing adalah pertama-tama untuk mengetahui apakah individu itu
mengidap virus hepatitis C, dan kedua apakah mereka telah berhasil membuang
virus tersebut dari tubuhnya atau apakah terjadi infeksi menahun. Pengelolaan
penderita akan tergantung dari hasil-hasil tes itu.
Testing dianjurkan kepada orang yang beresiko terinfeksi hepatitis C.
7.5 HIDUP POSITIP DENGAN HEPATITIS C
Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan
psikologis, emosional dan sosial dari pengidap hepatitis C.
Pengidap hepatitis C harus memiliki akses kepada informasi yang tepat,
ringkas dan baru untuk dapat membuat keputusan yang benar-benar disadari
tentang kesehatannya.
7-2

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Pasangan, keluarga dan perawat non profesional lainnya yang merawat


pengidap hepatitis C perlu mendapat dukungan dari petugas kesehatan. Mereka
mungkin juga memiliki kebutuhan sosial dan kesejahteraan yang dipengaruhi
oleh keberadaan hepatitis C tersebut.
Perasaan mampu mengendalikan hepatitis C berdasarkan pengalaman
sebagai pengidap, sering kali dapat meningkatkan kualitas hidup pengidap
hepatitis C tersebut.

7-3

Buku Pegangan Konselor


HIV

7-4

HIV dan Hepatitis C

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

HIV DAN HEPATITIS C


7.1 HEPATITIS C
Hal-hal penting
Hepatitis C adalah virus yang ditularkan lewat darah yang menyerang
hati.
Penularan terjadi bila darah penderita memasuki aliran darah orang
lain.
Hepatitis C adalah virus yang aktivitasnya lambat dan sebagian besar
orang yang terinfeksi tidak mengalami penyakit yang serius atau
kematian.
Saat ini belum ada vaksin untuk Hepatitis C, tetapi ada pilihan-pilihan
pengobatan.
Definisi hepatitis

Hepatitis artinya peradangan dari hati.


Peradangan adalah reaksi alamiah tubuh terhadap paparan yang
menimbulkan
perlukaan.
Peradangan
seringkali
disertai
pembengkakan dan/atau perlunakan.
Hepatitis disebabkan oleh virus dan/atau konsumsi alkohol yang
berlebihan dan beberapa zat kimia.
Lima virus hepatitis yang dapat menginfeksi dan menyebabkan
peradangan hati telah ditemukan yaitu hepatitis A, B, C, D, dan E.
Virus-virus tersebut berbeda-beda, tetapi akibatnya pada hati adalah
mirip.
Bila hati mengalami peradangan dalam jangka panjang, ia dapat
menghasilkan jaringan parut, yang mengganggu fungsinya. Jaringan parut
ini dikenal dengan nama fibrosis. Pembentukan jaringan parut yang luas
pada hati disebut sirosis.
Hepatitis C
Hepatitis C pertama kali ditemukan tahun 1989. Sebelum itu, ia dikenal
sebagai hepatitis non A non B atau hepatitis pasca tranfusi. Hepatitis C
menyerang jutaan orang di seluruh dunia. Ia adalah virus yang bekerja
lambat dan untuk sebagian besar orang, infeksi oleh hepatitis C tidak akan
menyebabkan penyakit yang serius atau kematian.
Penelitian-penelitian menemukan bahwa sekitar 25% orang dengan
hepatitis C akan dapat membersihkan virus dalam 2-6 bulan sejak
7-5

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

terinfeksi, namun demikian, mereka akan tetap membawa antibodi terhadap


virus tersebut. Sisanya yang 75% yang tidak dapat membersihkan virus dari
tubuhnya, akan mengalami infeksi kronik. Setelah 20 tahun sekitar 10%
penderita hepatitis C kronik akan mengalami sirosis. Kemungkinan ini akan
meningkat menjadi 40% setelah 40 tahun.
Orang yang dapat membersihkan hepatitis C dari tubuhnya tidak berisiko
terhadap penyakit hati menahun kecuali mereka terinfeksi kembali oleh
virus ini. Ada sekitar 10 tipe hepatitis C yang berbeda. Tipe-tipe tersebut
disebut genotip. Seseorang bisa diinfeksi kembali oleh tipe yang sama
dan/atau tipe yang berbeda.
Pengobatan hepatitis C yang tersedia saat ini menggunakan interferon,
paling sering dikombinasi dengan ribavirin. Sekitar 20% penderita akan
bersih dari hepatitis C dengan memakai dosis standar interferon saja.
Namun demikian, pengobatan dengan interferon dikombinasi dengan
ribavirin memberikan tingkat respon berkelanjutan secara keseluruhan
sebesar 40% (dan meningkat menjadi 65% untuk penderita dengan genotip
yang responsif terhadap pengobatan).
Sampai saat ini, tidak ada vaksin untuk mencegah infeksi hepatitis C, dan
tampaknya tidak akan ada dalam waktu dekat ini. Virus hepatitis C kadangkadang disebut HCV dan umumnya disingkat menjadi "hep C" dalam
percakapan.
Genotip hepatitis C
Genotip adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan struktur
genetik spesifik dari hepatitis C. Diduga setidaknya ada 10 genotip hepatitis
C, yang saling terkait erat dalam hal wajah genetiknya, tetapi cukup
berbeda sehingga ilmuwan dapat menggolong-golongkan mereka ke dalam
kelom-pok tertentu. Klasifikasi yang paling sering digunakan, membagi
hepatitis C ke dalam 6 genotip utama (1-6) yang masing-masing dibagi lagi
ke dalam subtipe (1a, 1b, 2a dst). Genotip 1, 2, 3, terdapat secara luas di
negaranegara barat sedangkan genotip lainnya tampaknya lebih terlokalisir
secara geografis, misalnya genotip 4 lebih banyak ditemukan di Timur
Tengah dan Afrika Tengah.
Di Indonesia, genotip yang umum ditemukan adalah genotip 10a dan 11a.
Penentuan genotip tersebut mahal karena dibutuhkan tes PCR (Polymerase
Chain Reaction) untuk menghasilkan materi genetik yang cukup dari virus
untuk di tes.
Penentuan genotip ini kecil manfaatnya pada diagnostik dan terutama
dipergunakan untuk mengambil keputusan apakah akan memulai
pengobatan dan dalam menentukan lamanya pengobatan.
7-6

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Viral load
Ada 2 tes viral load yang saat ini tersedia yaitu tes PCR kuantitatif dan tes
viral load bDNA (branched chain DNA) dengan biaya cukup mahal.
Menghitung jumlah virus hepatitis C dalam darah dapat digunakan untuk
meramalkan respon seseorang terhadap pengobatan dan sebagai perkiraan
risiko penularan.
Prinsip-prinsip transmisi virus
Virus meninggalkan tubuh orang yang terinfeksi.
Virus harus terdapat pada cairan tubuh. Dalam hal hepatitis C, cairan
tubuh tersebut adalah darah.
Virus harus cukup konsentrasinya (disebut pula viral load) untuk
menimbulkan infeksi.
Cairan tubuh yang membawa virus harus memasuki aliran darah
orang lain.
Penularan hepatitis C
Hepatitis C ditularkan lewat kontak darah ke darah. Artinya bahwa
darah orang yang terinfeksi oleh virus harus memasuki aliran darah
orang lain.
Hepatitis C biasanya memasuki tubuh seseorang melalui luka atau
luka pada kulit.
Untuk terjadinya penularan, virus harus cukup banyak untuk mampu
menimbulkan infeksi.
Risiko penularan hepatitis C yang tertinggi adalah melalui kontak
darah ke darah yaitu berbagi atau menggunakan kembali jarum suntik
bekas. Alat-alat menyuntik lainnya, tempat mencampur obat, tempat
sampah, tangan dan tempat menyuntik dapat terkontaminasi selama
proses menyuntik dan berisiko menularkan virus.
Sekarang di Indonesia sudah dilakukan skrining hepatitis C pada
darah donor. Sebelumnya orang yang menerima transfusi darah dapat
tertular hepatitis C bila darah yang diterimanya terkontaminasi
hepatitis C.
Hepatitis C ditemukan juga pada cairan tubuh selain darah tetapi viral
loadnya diduga terlalu rendah untuk mampu menimbulkan penularan.
Hepatitis C tidak digolongkan ke dalam infeksi menular seksual (IMS).
Hepatitis C ditularkan melalui kontak darah ke darah, sehingga
penularan secara seksual dapat terjadi jika ada kontak darah ke darah
selama hubungan seks itu.

7-7

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Faktor-faktor yang mempengaruhi penularan


Apakah hepatitis C ditularkan dalam situasi tertentu, tergantung dari:
Kerentanan penerima.
Viral load atau konsentrasi virus dalam darah.
Jumlah darah yang terlibat.
Ada sedikit informasi tentang variasi dalam konsentrasi hepatitis C yang
beredar dalam darah dan cairan tubuh lainnya selama proses infeksi. Buktibukti saat ini menunjukkan bahwa sekitar 80% orang dengan hepatitis C
memiliki tingkat virus yang terdeteksi dalam darahnya. Secara khusus,
penelitian penularan dari ibu kepada bayinya dan kecelakaan tertusuk jarum
pada petugas kesehatan menunjukkan bahwa penularan berkaitan dengan
viral load.
Persiapan obat dan peralatan menyuntik
Berbagi dan menggunakan kembali jarum suntik yang dipakai dalam proses
menyuntik obat-obatan merupakan cara penularan hepatitis C yang paling
umum. Penularan dapat pula terjadi selama persiapan obat dan proses
penyuntikan melalui berbagi atau penggunaan kembali alat-alat menyuntik
yang terkontaminasi seperti sendok, kapas, air, jarum, semprit, dan torniket.
Tangan dan tempat yang digunakan untuk mencampur bisa juga
terkontaminasi selama persiapan dalam menyuntik.
Penting untuk diingat bahwa:
Darah tidak perlu dapat terlihat dengan mata telanjang untuk
menularkan hepatitis C, dan
Darah sering muncul ketika orang menyuntikkan narkoba, meskipun
lebih aman menyuntikkan narkoba dengan didampingi orang lain (bila
terjadi overdosis ada yang menolong), tetapi ada risiko berbagi alatalat suntik yang memungkinkan penularan hepatitis C.
Transfusi darah dan jaringan tubuh
Hepatitis C pasca transfusi relatif jarang pada negara-negara maju
karena donor yang berisiko tinggi (misalnya pemakai narkoba suntik,
baru-baru ini menjalani tato) dan donor-donor yang menderita hepatitis
B, HIV atau hepatitis C tidak diperbolehkan menjadi donor darah,
organ atau jaringan tubuh. Darah donor diskrining untuk menemukan
antibodi terhadap hepatitis C
Tes antibodi terhadap hepatitis C baru tersedia di pasaran pada tahun
1990. Karena itu risiko tertular hepatitis C bagi penerima darah donor
sebelum itu jauh lebih besar dari pada sesudahnya. Di Australia risiko
itu turun dari 0,19% menjadi 0,001%
7-8

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Tato dan bentuk-bentuk penetrasi kulit lainnya


Alat yang digunakan untuk membuat tato dapat menularkan hepatitis
C.
Disarankan agar orang yang ingin ditato mencari penyedia jasa tato
yang menerapkan prosedur standar pencegahan infeksi.
Bentuk lain dari penetrasi kulit seperti tindik, akupuntur dan elektrolisis
diyakini merupakan risiko rendah penularan hepatitis C.
Beberapa bentuk terapi kecantikan yang menggunakan penetrasi kulit
dan jika digunakan alat yang tidak steril, berisiko menularkan hepatitis
C dan virus lain yang ditularkan lewat darah.
Penularan dalam tatanan perawatan kesehatan

Penularan terutama terjadi melalui kecelakaan tertusuk jarum atau


luka iris dan melalui penanganan alat-alat yang tercemar oleh darah.
Perkiraan risiko tertular hepatitis C dari kecelakaan tertusuk jarum
adalah 2% - 8%.
Bila tidak ada kewaspadaan yang cukup, tumpahan darah dapat
menjadi risiko penularan.
Pernah dilaporkan penularan hepatitis C lewat darah yang terpercik ke
mata. Kejadian seperti ini sangat jarang tetapi konselor/petugas
kesehatan sebaiknya tidak mengabaikannya.
Sejumlah kecil kasus penularan nosokomial (yang terjadi di rumah
sakit) juga pernah dilaporkan pada orang-orang yang menjalani bedah
minor, endoskopi dan cuci darah.
Penularan dari ibu ke bayi
Semua bayi yang lahir dari ibu yang positif hepatitis C akan positif
hasil tes antibodinya pada saat lahir karena mereka membawa
antibodi dari ibunya.
Setelah umur 18 bulan, 92-95% anak tersebut akan kehilangan antibodi ibunya dan tesnya akan negatif.
Penelitian-penelitian saat ini belum bisa menyimpulkan kapan waktu
terjadinya penularan dari ibu ke bayi. Ada beberapa bukti bahwa
penularan terjadi selama kehamilan, sedangkan penelitian-penelitian
lain menunjukkan bahwa penularan terjadi dalam proses persalinan.
Karena cara penularan belum jelas bedah sesar tidak dianjurkan.
Penggunaan forcep dan vakum selama proses persalinan sedapat
mungkin harus dihindari karena dapat melukai kulit bayi.
Tidak ada manfaatnya melakukan tes antibodi hepatitis C pada bayi,
tetapi bila orang tua tetap menginginkannya, testing sebaiknya
dilakukan setelah anak berumur 18 bulan.

7-9

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Terjadi peningkatan risiko penularan hepatitis C dari ibu ke bayi bila si ibu:

Mengalami hepatitis C fase akut (baru saja terinfeksi).


Mengalami kerusakan hati yang berat.
Memiliki viral load yang tinggi dalam darahnya.
Juga terinfeksi HIV.

Angka penularan meningkat menjadi 16% dari ibu yang juga menderita
HIV dibandingkan dengan 2 - 5% pada ibu yang hanya menderita
hepatitis C saja.
Menyusui
Hepatitis C ditemukan pada air susu ibu tetapi jumlahnya diduga tidak
cukup untuk menularkan virus itu.
Karena keuntungan menyusui jauh lebih banyak dari risiko penularan
hepatitis C maka ibu dengan hepatitis C disarankan tetap menyusui
bayinya.
Wanita dengan hepatitis C yang mengalami perdarahan atau
perlukaan pada puting susunya disarankan untuk mengeluarkan dan
membuang air susu dari payudaranya sampai luka tersebut sembuh,
karena mungkin terdapat darah pada air susu tersebut.
Untuk mempelajari lebih lanjut tentang teknik dan posisi menyusui
untuk menghindari perlukaan pada puting susu, konselor/petugas
kesehatan harus menyarankan kepada ibu tersebut untuk
berkonsultasi dengan bidan atau konsultan menyusui di rumah sakit
bersalin atau pusat-pusat kesehatan wanita.
Penularan di rumah
Tidak ada bukti bahwa penderita hepatitis C dapat menulari orang lain
yang berbagi akomodasi dan peralatan rumah tangga dengannya
seperti cangkir, toilet atau peralatan mencuci. Berbagi alat pribadi
seperti sikat gigi dan pisau cukur yang tercemar oleh darah yang
terinfeksi dapat berisiko menularkan, meskipun risiko ini diduga sangat
rendah.
Penularan melalui kontak seksual
Hepatitis C tidak dimasukkan dalam klasifikasi infeksi menular seksual
(IMS).
Sementara hubungan seksual tidak diabaikan sebagai cara penularan
hepatitis C, bukti dari penelitian pada pasangan seks dari penderita
hepatitis C menunjukkan bahwa risiko penularan sangat rendah dan
terjadi bila ada kontak darah ke darah selama hubungan seksual.
Kasus-kasus penularan hepatitis C melalui hubungan seksual yang
dilaporkan menyangkut kontak darah ke darah pada saat aktivitas
7-10

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

seksual, misalnya penggunaan sex toys, saat menstruasi, atau


hubungan seks yang menyebabkan lecet pada kulit yang lembut dari
kelamin atau anus.
Ada penelitian-penelitian tentang penularan secara seksual, tetapi
banyak dari penelitian-penelitian itu masih lemah karena jumlah
sampel yang terlalu kecil, tidak ada kelompok pembanding, tidak
memperhitungkan faktor risiko lain, khususnya riwayat penggunaan
narkoba dengan suntikan. Dibutuhkan bukti-bukti tambahan lagi untuk
hal ini. Secara khusus, penelitian-penelitian prospektif tidak
memberikan bukti yang kuat mengenai penularan secara seksual bila
tidak ada faktor risiko yang lain.
Infeksi akut dan kronik
Infeksi akut
Tahap pertama dari infeksi hepatitis C disebut hepatitis akut.
Akut berarti tidak selalu berkelanjutan dan tidak menyatakan
keparahan dari penyakit.
Tahap infeksi ini sering sangat ringan, menghilang dalam kurang dari 6
bulan (sering kurang dari 12 minggu) dan tidak disadari oleh
kebanyakan orang.
Meskipun hanya sebagian kecil dari penderita yang mengalami gejala
pada fase akut, adalah penting bagi konselor/petugas kesehatan untuk
waspada terhadap gejala-gejala infeksi ini, seperti mual, air kencing
yang gelap, kekuningan, dan rasa tidak nyaman di perut.
Penderita mungkin memiliki tes fungsi hati yang abnormal pada fase
ini, meskipun tidak ada gejala yang muncul.
Penderita dengan infeksi akut yang jelas harus dirujuk ke spesialis
hati, spesialis penyakit infeksi atau suatu pusat pengobatan khusus
untuk pertimbangan pengobatan secara dini.
Hepatitis C dibersihkan dari tubuh tanpa intervensi medis pada 25%
dari penderita dalam 2-6 minggu.
Pada 25% penderita ini, antibodi terhadap virus tetap ada setelah
pembersihan virus dan akan menurun sepanjang waktu.
Infeksi kronik
Terminologi kronik merujuk kepada infeksi yang telah berlanjut selama
lebih dari 6 bulan.
Terminologi ini secara khusus merujuk kepada lamanya infeksi, bukan
tingkat keparahan penyakit.
Hepatitis C dapat hidup dalam tubuh selama bertahun-tahun tanpa
menimbulkan gejala.
Infeksi kronis oleh hepatitis C dapat menyebabkan kerusakan hati.
7-11

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Perkiraan akibat dari infeksi hepatitis C


100 orang terinfeksi
hepatitis C pada saat yang
sama

Sekitar 25 orang dapat membuang


virus dalam 2-6 bulan, tetapi akan
memiliki antibodi untuk beberapa
waktu

Sekitar 75 orang akan


mengalami infeksi kronis

20 orang tidak mengalami kerusakan


hati atau gejala

Sekitar 50-60 orang menunjukkan gejala-gejala dan tanda-tanda


kerusakan hati dalam jangka panjang (rata-rata 15 tahun setelah infeksi)
5-20 orang mengalami sirosis hati (rata-rata 30 tahun setelah infeksi)
2-5 orang yang mengalami sirosis, mengalami gagal hati atau kanker,
25-50 tahun setelah infeksi
Pertanyaan-pertanyaan yang sering ditanyakan
Tanya:

Saya tidak pernah berbagi jarum suntik dengan orang lain:


Bagaimana saya bisa terinfeksi oleh hepatitis C?

Jawab:

Hepatitis C ditularkan melalui kontak darah dengan darah. Jika Anda


pernah menyuntikkan narkoba, mungkin saja virus tersebut ditularkan
melalui berbagi peralatan yang tercemar oleh darah selain jarum
suntik atau semprit (seperti torniket, air, kapas dan lain-lain). Jika
Anda tidak pernah menyuntikkan narkoba, maka Anda mungkin
terpapar oleh virus tersebut dengan cara yang lain, seperti transfusi
darah atau pembuatan tato atau tindik yang tidak aman.

Tanya:

Apakah saya perlu khawatir bahwa saya menderita hepatitis C?

Jawab:

Hepatitis C tidak selalu mengancam jiwa, dan Anda mungkin tidak


merasa sakit. Namun demikian, penting untuk mempertahankan
kesehatan umum Anda dengan mengurangi konsumsi alkohol,
makan makanan yang seimbang, berolah raga, istirahat yang cukup
dan menjalani pemeriksaan kesehatan secara teratur. Alasan lainnya
untuk khawatir adalah bahwa Anda memiliki kemungkinan
menularkan virus itu kepada orang lain lewat perilaku yang tidak
aman. Untuk menghindari hal ini Anda perlu memiliki kewaspadaan
terhadap darah, karena Anda mungkin saja terinfeksi kembali oleh
genotip yang sama atau genotip yang berbeda. Karenanya, penting
untuk selalu mempraktekkan perilaku yang aman.

7-12

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Tanya:

Saya hepatitis C positif dan saya memiliki seorang bayi. Bagaimana


saya dapat mencegah penularan virus ini kepada anak saya?

Jawab:

Keuntungan menyusui jauh lebih tinggi dibanding risiko terkena


hepatitis C. Pemberian susu ibu harus dihentikan jika puting susu
mengalami perlukaan atau perdarahan dan ada kemungkinan
penularan lewat darah. Bila puting susu telah sembuh maka
menyusui dapat dilanjutkan. Nasehat tentang cara menyusui yang
terbaik dapat diminta dari konsultan menyusui (misalnya, bidan).

Tanya:

Seberapa banyak orang yang menderita hepatitis C?

Jawab:

Diperkirakan di seluruh dunia ada 170 juta orang yang terinfeksi virus
ini (WHO, 1999).

7.2 VIRUS HEPATITIS LAINNYA


Hal-hal penting
Hepatitis C adalah salah satu dari 5 jenis virus hepatitis (A,B,C,D, dan
E) yang dapat menyebabkan peradangan pada hati.
Efek dari hepatitis virus akut bervariasi dari tanpa gejala sampai sakit
yang berat dengan mual, nyeri, rasa tidak nyaman di perut dan
kekuningan. Gejala-gejala tersebut menunjukkan kelainan fungsi hati.
Vaksin telah dikembangkan untuk mencegah infeksi oleh hepatitis A,
hepatitis B dan hepatitis D. Saat ini belum ada vaksin untuk hepatitis
C.
Infeksi oleh dua atau lebih virus dapat terjadi dan disebut ko-infeksi.
Beberapa infeksi virus hepatitis misalnya hepatitis A dibersihkan
secara alami dari tubuh dan memberikan kekebalan seumur hidup. Hal
ini juga berlaku untuk hepatitis B, atau ia bisa menjadi infeksi kronik.
Beberapa virus hepatitis dapat menyebabkan infeksi kronik. Sekitar
75% orang yang terpapar hepatitis C mengalami infeksi kronik dan
paparan terhadap hepatitis C tidak menimbulkan kekebalan.
Virus hepatitis yang lain

Hepatitis A
Hepatitis A ditularkan melalui makanan dan air, dan melalui kontak
langsung oleh kotoran yang mengandung virus tersebut.
Waktu antara kontak dengan hepatitis A sampai munculnya gejala
biasanya 4 minggu, tetapi dapat bervariasi dari 2-7 minggu.
Penyakit akut ini biasanya berlangsung selama 1-3 minggu, tetapi
dapat berlanjut sampai beberapa minggu/bulan. Infeksi oleh hepatitis
A tidak pernah menjadi kronik. Banyak orang tidak mengetahui bahwa
mereka telah terinfeksi.
7-13

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Penyulit pada penderita hepatitis A dapat terjadi pada orang yang juga
terinfeksi oleh hepatitis C, mereka yang berumur > 50 tahun atau
mereka yang sebelumnya telah mengalami kerusakan hati.
Sekali seseorang terinfeksi oleh hepatitis A dan membentuk antibodi,
mereka memiliki kekebalan seumur hidup terhadap virus ini.
Contoh-contoh penularan:
Peralatan makan, minum dan makanan yang telah dipegang oleh
orang yang terinfeksi oleh virus tersebut.
Pencucian tangan yang tidak benar setelah memegang popok,
kondom yang telah digunakan, kain atau handuk yang tercemar oleh
kotoran.
Hubungan seks anal dan oral.
Air yang tercemar oleh kotoran.
Makanan yang tercemar oleh kotoran.
Gejala-gejala dari infeksi akut, bila muncul adalah:

Rasa sakit.
Demam.
Mual.
Hilangnya nafsu makan.
Rasa tidak nyaman di perut.
Mata kuning dan kadang-kadang kulit kuning.
Kencing yang gelap.

Untuk menghindari hepatitis A:


Dapatkan vaksinasi
Cucilah tangan dengan air dan sabun:
Setelah pergi ke toilet
Sebelum menyiapkan makanan
Setelah memegang tanah atau alat yang telah digunakan seperti

popok dan kondom.


Hindari berbagi makanan, alat-alat makan, rokok dan minuman dengan
orang yang anda ketahui menderita virus ini. Imunisasi untuk hepatitis A
telah tersedia. Orang yang telah sembuh dari hepatitis A memiliki kekebalan
seumur hidup terhadap virus ini.

7-14

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Hepatitis B
Hepatitis B ditemukan pada cairan tubuh seperti darah, cairan sperma,
cairan vagina dan air susu.
Hepatitis B dapat ditularkan melalui hubungan seksual, perilaku
menyuntik yang tidak aman, berbagi sikat gigi dan pisau cukur,
menjalani tato atau tusukan di tubuh dengan alat-alat yang tercemar,
dan dari ibu kepada bayinya saat melahirkan.
Gejala dari infeksi akut bila muncul, adalah:

Rasa sakit yang menyeluruh.


Demam.
Mual.
Hilangnya nafsu makan.
Rasa tidak nyaman di perut.
Mata kuning dan kadang-kadang kulit juga kuning.
Air kencing yang gelap diikuti kekuningan.

Untuk mengurangi risiko penularan hepatitis B:


Dapatkan vaksinasi.
Gunakan kondom dan pelumas setiap kali melakukan hubungan
seksual baik anal maupun vaginal.
Gunakan alat suntik yang baru dan steril dan pastikan bahwa tidak ada
pencemaran darah selama melakukan penyuntikan (misalnya di
tangan, torniket dan permukaan kulit tempat menyuntik).
Gunakan sarung tangan sekali pakai bila memberikan pertolongan
pertama kepada seseorang atau ketika membersihkan darah atau
cairan tubuh.
Sebagian besar orang dewasa sembuh sempurna dari hepatitis B,
meskipun ada 3-5% yang tidak dapat membersihkan virus dari tubuhnya
dan akan tetap terinfeksi secara kronik. Orang-orang ini dapat menjadi
sumber penularan dan disebut sebagai carrier. Orang-orang seperti ini
berisiko mengalami sirosis atau kanker hati. Mereka dapat
mempertahankan hidup yang sehat dengan mencari nasehat dari dokter
spesialis hati, spesialis saluran pencernaan atau spesialis penyakit menular.
Menurunkan atau menghentikan konsumsi alkohol dan diikuti dengan
makan makanan yang seimbang dapat membantu beberapa penderita
untuk merasa lebih baik. Perlu ditekankan bahwa peningkatan kualitas
makanan tidak mencegah risiko mengalami sirosis.
Bayi-bayi dan anak-anak kecil yang terinfeksi hepatitis B jauh lebih sering
(risikonya >95%) mengalami infeksi kronis dibandingkan dengan orang
dewasa.

7-15

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Orang-orang yang berhasil membersihkan virus dan memiliki tes fungsi hati
yang normal tidak membutuhkan pengobatan. Orang-orang dengan
hepatitis B kronik yang tidak mengalami kerusakan hati atau pertumbuhan
virus yang aktif, tidak membutuhkan pengobatan. Namun demikian, jika
terjadi kerusakan hati, obat-obat anti-virus seperti interferon atau lamivudin
sering digunakan. Pengobatan ini dapat menurunkan kerusakan yang
disebabkan oleh infeksi tersebut pada sekitar 35% dari orang yang diobati.
Vaksin untuk hepatitis B telah tersedia, dan imunisasi merupakan cara yang
paling efektif untuk melindungi diri dari hepatitis B. Vaksin hepatitis B itu
aman dan efektif pada 95% atau lebih dari populasi. Namun demikian,
orang dengan umur di atas 40 tahun dan orang-orang yang menggunakan
narkoba suntik lebih kecil kemungkinannya membentuk kekebalan yang
efektif. Kombinasi vaksinasi hepatitis A dan hepatitis B dianjurkan bagi
mereka yang berisiko terkena kedua penyakit tersebut, antara lain orangorang yang menyuntikkan narkoba dengan tidak aman dan orang-orang
yang dalam pekerjaannya berisiko mengalami kontak darah dengan darah.
Hepatitis D
Hepatitis D hanya muncul pada orang yang menderita hepatitis B.
Hepatitis D dapat mempercepat penyakit hati dan sirosis yang
disebabkan oleh hepatitis B.
Hepatitis

Penularan

Hepatitis A

Makanan yang
tercemar kotoran

2-6 minggu

Tidak

Ya

Hepatitis B

Darah dan
cairan tubuh

4-24 minggu

Ya

Ya

Hepatitis C

Kontak darah
dengan darah

4-20 minggu

Ya

Tidak

Hepatitis D

Darah dan
cairan tubuh

2-6 minggu

Ya, bila ada


infeksi oleh
hepatitis B

Ya, vaksinasi
hepatitis B
dapat memberi
perlindungan

Hepatitis E

Makanan yang
tercemar kotoran

2-6 minggu

Ya

Tidak

7-16

Masa
inkubasi

Infeksi
kronik

Vaksin

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Hepatitis E
Hepatitis E ditularkan melalui sumber air yang tercemar kotoran yang
mengandung virus (sama dengan hepatitis A).
Gejala-gejala berlangsung selama 2-3 minggu.
Infeksi tidak berkaitan dengan penyakit hati menahun.
Hepatitis E dapat mematikan fatal pada wanita hamil (sampai 35% dari
wanita hamil, tergantung dari umur kehamilannya).
Masalah-masalah koinfeksi (infeksi ganda)

Infeksi ganda terjadi bila seseorang diinfeksi oleh dua atau lebih virus yang
ditularkan lewat darah. Infeksi ganda misalnya terjadi antara hepatitis C
bersama-sama dengan hepatitis B.
Masalah pengobatan dan penanganan penderita infeksi ganda merupakan
masalah yang kompleks. Penelitian tentang hal ini masih terus berlangsung.
Informasi mengenai penatalaksanaan infeksi ganda paling baik diminta
pada dokter spesialis hati, spesialis saluran cerna atau spesialis penyakit
infeksi.
Koinfeksi hepatitis C dengan hepatitis A dan/atau hepatitis B
Dengan kehadiran hepatitis C, infeksi oleh hepatitis A dapat mengancam
jiwa. Hepatitis B kronik dapat meningkatkan keparahan penyakit hati, dan
dalam keadaan seperti itu angka kematian akan meningkat. Bila tidak ada
bukti infeksi hepatitis A dan hepatitis B pada penderita hepatitis C maka
imunisasi hepatitis A dan hepatitis B sangat dianjurkan untuk orang itu.
Konselor/petugas kesehatan harus menyarankan kepada pengidap hepatitis
A dan hepatitis B kronik untuk meminta saran dari spesialis hati, spesialis
saluran pencernaan atau spesialis penyakit infeksi.
Koinfeksi dengan HIV
Pada akhir tahun 1990-an, pengobatan antiHIV dengan efektivitas tinggi
(disebut dengan HAART) telah mengubah HIV/AIDS dari penyakit yang
dianggap hampir selalu fatal menjadi penyakit yang dapat ditangani dalam
jangka panjang. Dengan makin banyaknya pengidap HIV yang dapat
ditangani, penyakit-penyakit lain yang juga ditularkan lewat darah makin
sering dijumpai di klinik.
Pada koinfeksi hepatitis C dan HIV, penanganan hepatitis C merupakan
prioritas utama. Koinfeksi hepatitis C dan HIV meningkatkan risiko
terjadinya penyakit hati yang berat, karena infeksi HIV menyebabkan
turunnya daya tahan tubuh yang memudahkan virus hepatitis C
berkembang. Dalam ke-adaan turunnya daya tahan tubuh karena infeksi
HIV maka penanganan ditujukan untuk mengurangi kesempatan hepatitis C
untuk menjadi infeksi yang mengancam jiwa.
7-17

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Siapakah yang berisiko mengalami koinfeksi hepatitis C dan HIV?


Orang yang terinfeksi HIV lewat kontak darah ke darah melalui
penyuntikan narkoba.
Orang dengan hemofilia dan HIV yang diobati dengan produk-produk
darah sebelum tahun 1990.
Laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki dan yang
menyuntikkan narkoba.
Bayi yang lahir dari ibu yang menderita koinfeksi.
Orang-orang yang mengalami koinfeksi memiliki risiko yang tinggi
mengalami penyakit hati. Suatu penelitian menemukan bahwa 50%
kematian pada pengidap HIV berkaitan dengan sebab yang tidak ada kaitan
dengan AIDS dan penyebab kematian yang paling umum adalah penyakit
hati karena hepatitis.
Dalam hal interaksi antara dua virus ini, yang banyak diketahui adalah efek
HIV terhadap hepatitis C daripada efek hepatitis C terhadap HIV.
Efek HIV terhadap hepatitis C
Keberadaan HIV menyebabkan peningkatan jumlah virus hepatitis C
dalam darah.
Penelitian juga menunjukkan hubungan langsung antara penularan
hepatitis C dengan tingkat kerusakan kekebalan tubuh, seperti
ditunjukkan oleh hitung CD4.
Pada orang-orang dengan koinfeksi tampaknya risiko penularan
hepatitis C meningkat dengan adanya HIV. Peningkatan risiko ini
mungkin berkaitan dengan viremia (konsentrasi virus yang tinggi
dalam darah) dan mengakibatkan penularan vertikal (dari ibu ke bayi)
maupun penularan secara seksual menjadi lebih mudah.
Keberadaan HIV juga menurunkan ketepatan dari tes antibodi yang
dipakai untuk mendiagnosis hepatitis C. Hal ini menunjukkan bahwa
pada orang yang terinfeksi HIV, diagnosis hepatitis C sebaiknya
ditegakkan dengan pemeriksaan PCR.
Efek hepatitis C terhadap HIV masih belum banyak diketahui. Penelitianpenelitian yang dilakukan hasilnya masih saling bertentangan. Beberapa
penelitian menunjukkan hilangnya sel CD4 yang lebih cepat dan percepatan
menjadi AIDS dari infeksi HIV, sementara penelitian lain menunjukkan tidak
ada efek. Pada kasus-kasus seperti ini sebaiknya berkonsultasi dengan
dokter spesialis penyakit infeksi.
Perkembangan penyakit pada pengidap yang mengalami koinfeksi
Pengidap hepatitis C yang juga terinfeksi HIV lebih cepat mengalami
penyakit hati (sirosis) dibanding mereka yang tidak menderita HIV.
7-18

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Pengidap dengan koinfeksi ini juga lebih sering mengalami kegagalan


fungsi hati karena perkembangan penyakit yang cepat ini.
Akibat tersebut di atas secara langsung berkaitan dengan tingkat
kerusakan kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV.
Koinfeksi pada penderita hemofilia
Pemahaman kita tentang koinfeksi dan akibatnya, sebagian besar datang
dari orang-orang yang menderita hemofilia yang juga terinfeksi HIV dan
hepatitis C. Kebanyakan infeksi ini didapat dari penggunaan darah atau
produk darah yang tercemar sebelum adanya skrining HIV tahun 1985 dan
skrining hepatitis C tahun 1990.
Masalah-masalah pengelolaan koinfeksi pada penderita hemofilia umumnya
sama dengan koinfeksi pada orang lain dengan tambahan pertimbangan
sebagai berikut:
Orang dengan hemofilia cenderung menerima produk darah dalam
jumlah besar untuk pengobatan hemofilianya dan kemungkinan terinfeksi
dengan jumlah virus hepatitis C yang besar dan mungkin oleh genotip
yang lebih dari satu.
Belum diketahui apakah atau dengan dosis berapa obat kombinasi yang
tepat untuk penderita hemofilia.
Efek samping dari obat HIV dan hepatitis C diperberat oleh perdarahan
karena hemofilianya.
Biopsi (pengambilan contoh jaringan) hati tidak selalu dapat dilakukan
baik karena ia dapat memicu perdarahan maupun ketiadaan fasilitas
untuk melakukan prosedur itu.
Pertanyaan-pertanyaan yang sering ditanyakan
Tanya:

Saya didiagnosis HIV positif 15 tahun yang lalu. Saya juga mengidap
hepatitis C dan kemungkinan sudah terinfeksi lebih dari 15 tahun
yang lalu. Apakah hepatitis C saya mempengaruhi perkembangan
HIV saya?

Jawab:

Hasil penelitian masih saling bertentangan, tetapi penyakit hati dapat


mempengaruhi beberapa obat antiretroviral (ARV). Dalam keadaan
seperti ini, konselor/petugas kesehatan harus menyarankan
pengidap untuk berkonsultasi dengan spesialis penyakit infeksi.

Tanya:

Saya baru saja didiagnosis terinfeksi HIV dan hepatitis C, tetapi


mungkin sudah terinfeksi sejak beberapa tahun. Apakah adanya HIV
dapat mempengaruhi perkembangan hepatitis C?

Jawab:

Ya. Dengan adanya HIV, kadar virus hepatitis C dalam darah dan
angka kejadian penyakit hati sering lebih tinggi. Orang-orang dengan
koinfeksi mengalami risiko keracunan obat yang lebih tinggi bila
7-19

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

minum obat antiretroviral (ARV). Anda perlu berkonsultasi dengan


spesialis hati.
Tanya:

Saya menngidap hepatitis C dan hepatitis B. Saya kira saya


mendapatkannya secara bersamaan saat saya menyuntikkan
narkoba pada akhir tahun 1980-an. Apakah artinya hal ini bagi
kesehatan saya?

Jawab:

Hal itu tergantung dari apakah infeksi hepatitis B Anda bersifat kronik
atau tidak. Berkonsultasilah dengan dokter umum Anda atau
seorang spesialis penyakit infeksi.

Tanya:

Saya memakai pengobatan pelengkap untuk mengobati depresi


ringan yang mungkin terkait dengan hepatitis C. Apakah hal ini
memiliki akibat terhadap HIV saya?

Jawab:

Obat-obat pelengkap dapat mempengaruhi penyerapan dan


efektivitas dari obat HIV, khususnya Indinavir. Berkonsultasilah
kepada dokter umum atau spesialis penyakit infeksi dan pengobat
pelengkap tentang kemungkinan efek dari obat kombinasi tersebut.

Tanya:

Apakah dengan memiliki kedua virus yaitu hepatitis C dan HIV


meningkatkan kemungkinan saya menularkan virus-virus tersebut?

Jawab:

Ya. HIV menyebabkan peningkatan jumlah virus hepatitis C dalam


darah, dan akibatnya darah orang yang mengalami koinfeksi menjadi
lebih besar potensinya menularkan virus tersebut melalui kontak
darah dengan darah.

7.3 PENCEGAHAN HEPATITIS C


Hal-hal yang penting
Penularan hepatitis C dan virus-virus lain yang ditularkan lewat darah
dapat diturunkan.
Adalah penting untuk mengetahui risiko dari kontak darah dengan darah.
Untuk pengguna narkoba suntikan, perilaku penyuntikan yang lebih
aman dapat menurunkan risiko tertular hepatitis C. Perilaku penyuntikan
yang aman juga dapat menurunkan risiko menularkan hepatitis C dan
virus-virus yang menular lewat darah lainnya.
Mereka yang ingin ditato atau dipasang aksesoris yang menembus kulit
disarankan mengunjungi pemberi jasa yang selalu menggunakan
prosedur pencegahan infeksi yang baku.
Salah satu respon dalam pencegahan hepatitis C adalah melalui
program pertukaran jarum suntik.

7-20

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Kewaspadaan terhadap darah

Apa itu kewaspadaan terhadap darah?


Waspada terhadap darah artinya waspada terhadap kemungkinan atau
kenyataan kehadiran darah dalam berbagai situasi atau lingkungan.
Hal itu berarti waspada terhadap kemungkinan adanya organisme atau
virus yang menular lewat darah, dan melakukan tindakan-tindakan untuk
mencegah penularannya.
Kewaspadaan terhadap darah berarti menyadari bahwa darah dapat
dipertukarkan dalam berbagai situasi di luar tatanan perawatan
kesehatan.
Menerapkan konsep kewaspadaan terhadap darah
Dalam tatanan perawatan kesehatan:
Selalu ikuti prosedur standar pencegahan infeksi.
Selalu patuh pada prosedur tetap pertolongan pertama.
Selalu patuh pada prosedur keamanan dan kesehatan kerja.
Petugas kesehatan harus menggunakan konsep kewaspadaan terhadap
darah untuk menghindari diskriminasi terhadap individu berdasarkan status
infeksi virusnya dan untuk melaksanakan tindakan yang lebih baik
menyangkut masalah-masalah darah.
Di luar tatanan perawatan kesehatan:
Pemakai narkoba suntikan: waspadalah bahwa walaupun jumlah darah
terlalu sedikit untuk dapat dilihat dengan mata, ia dapat berisiko
menularkan. Pemakai narkoba suntikan disarankan melaksanakan
langkah-langkah pengurangan risiko untuk menghindari infeksi dan
reinfeksi virus.
Di rumah dan tempat kerja: jangan berbagi alat-alat perawatan diri yang
tajam dan waspada terhadap pertukaran alat yang mungkin mengandung
darah (misalnya sikat gigi atau pisau cukur).
Ketika menangani tumpahan darah atau cairan tubuh yang lain: sarung
tangan harus selalu digunakan dan orang lain yang terlibat harus
diberitahu dan diminta waspada terhadap adanya darah tersebut.
Ketika menjalani tato dan pemasangan aksesoris yang menembus kulit:
orang harus waspada terhadap adanya darah, dan meyakinkan bahwa
pelaksananya menerapkan prosedur pencegahan infeksi yang baku.
Perilaku seksual: beberapa aktivitas seksual dapat melibatkan kontak
darah dengan darah (misalnya hubungan seks saat menstruasi,
penggunaan sex toys, kegiatan yang dapat melukai kulit, hubungan seks
yang kasar).

7-21

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Masalah-masalah yang perlu diperhatikan oleh penyuluh

Mempromosikan kewaspadaan terhadap darah haruslah merupakan fokus


utama dari pekerjaan penyuluh. Konsep kewaspadaan terhadap darah
melengkapi dan membangun pesan-pesan pencegahan HIV terdahulu
seperti gunakanlah jarum yang bersih untuk setiap penyuntikan. Namun
demikian, untuk mencegah penularan hepatitis C, informasi tentang alat
suntik yang baru dan steril harus diikuti oleh informasi yang memicu
timbulnya kewaspadaan terhadap kemungkinan munculnya darah pada
setiap interaksi, situasi atau lingkungan.
Adalah sangat penting bahwa konselor/petugas kesehatan terus
mempergunakan kewaspadaan terhadap darah sebagai konsep yang
penting untuk menyadarkan masyarakat akan risiko virus yang ditularkan
lewat darah dan untuk menurunkan angka penularan hepatitis C.
Penyuluh juga harus tahu bahwa darah memiliki banyak makna budaya
yang berbeda yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk memberikan
pendidikan yang sesuai. Makna-makna tersebut antara lain:
Darah sering dilihat sebagai simbol kehidupan dan vitalitas.
Darah berkaitan dengan kepemilikan, kekuatan dan harga diri pada
beberapa budaya.
Darah menonjol dalam banyak ritual keagamaan dan ritual penerimaan,
keturunan dan tradisi keluarga, dalam perang dan dalam prosedur penyelamatan jiwa.
Masalah-masalah di seputar darah dapat menyebabkan tanggapan
emosional yang kuat. Saat ini, dengan peningkatan pengetahuan tentang
virus-virus yang ditularkan lewat darah seperti hepatitis C dan HIV,
kewaspadaan terhadap darah telah mempengaruhi perilaku dan cara
berpikir kita.
Minimalisasi dampak buruk (harm minimisation)

Minimalisasi dampak buruk (harm minimisation) dan pengurangan


dampak buruk (harm reduction) adalah istilah-istilah penting dalam
pencegahan hepatitis C. Istilah ini tidak dapat dipertukarkan dan harus
dipahami perbedaan antara keduanya.
Dalam konteks ini, efek buruk yang disoroti oleh terminologi tersebut
berkaitan dengan akibat penggunaan narkoba, yang dapat mencakup
infeksi oleh virus-virus yang ditularkan lewat darah seperti hepatitis C.
Dalam konsep minimalisasi efek buruk terdapat tiga prinsip atau aliran yaitu
pengurangan pasokan (supply reduction), pengurangan permintaan
(demand reduction) dan pengurangan efek buruk (harm reduction).

7-22

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Pengurangan pasokan dimaksudkan untuk memutus rantai produksi dan


distribusi narkoba. Pengurangan permintaan artinya mengurangi permintaan dan penggunaan narkoba yang berefek buruk. Pengurangan efek buruk
berkaitan dengan pengurangan efek buruk dari penggunaan narkoba di masyarakat.
Efek dari semua strategi yang diusulkan dan dikerjakan haruslah
diperhitungkan untuk menilai apakah dampak bersihnya menurunkan atau
meningkatkan efek buruk secara keseluruhan. Banyak strategi
pengurangan pasokan dan pengurangan permintaan dapat memiliki efek
yang tidak terduga, atau efek yang tidak muncul dalam waktu singkat.
Misalnya, memenjarakan orang yang memiliki atau menggunakan narkoba
suntik mungkin dianggap sebagai bagian dari strategi untuk membatasi
pasokan dan/atau permintaan terhadap narkoba; namun demikian, ia dapat
menyebabkan efek buruk yang lebih besar berupa peningkatan penularan
virus yang ditularkan lewat darah di penjara.
Contoh lain adalah pengurangan pasokan narkoba di jalanan, mungkin
karena peningkatan pengawasan oleh aparat kepolisian. Peningkatan harga
narkoba yang diakibatkannya dapat mendorong bervariasinya tingkat
kemurnian narkoba yang dijual, dengan akibat meningkatnya risiko
kontaminasi oleh zat-zat lain dan kemungkinan overdosis.
Pengurangan efek buruk (harm reduction)

Pengurangan efek buruk merupakan suatu filosofi atau pendekatan yang


ditekankan pada pengurangan efek buruk yang berkaitan dengan kegiatan
yang berisiko, bukan mencegah seseorang melakukan kegiatan tersebut.
Pengurangan efek buruk adalah konsep pragmatis yang menyadari realitas
penggunaan narkoba. Filosofi pengurangan efek buruk mengakui bahwa
mungkin lebih efektif bagi individu atau masyarakat untuk mengurangi efek
buruk yang berkaitan dengan penggunaan narkoba daripada mendukung
usaha-usaha untuk menghilangkan penggunaan narkoba secara
keseluruhan.
Meskipun terminologi ini relatif baru (dalam 15 tahun terakhir), pengurangan
efek buruk telah dilaksanakan sepanjang sejarah untuk menjawab berbagai
masalah. Misalnya, dalam abad pertengahan di Cina banyak orang mabuk
jatuh ke saluran air lalu tenggelam atau membeku; mencegah perilaku
mabuk sangat tidak mungkin, tetapi pagar yang dibangun di sekitar saluran
tersebut telah mencegah banyak kematian. Pada masa berikutnya,
Australia memelopori pembuatan sabuk pengaman sebagai syarat hukum
dalam kendaraan bermotor suatu tindakan praktis untuk menurunkan efek
buruk yang terjadi pada saat kecelakaan tanpa menghambat orang untuk
mengendarai kendaraan.
7-23

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Pengurangan efek buruk dan hepatitis C


Pengurangan efek buruk berefek langsung pada pencegahan penularan
hepatitis C yang berkaitan dengan penggunaan narkoba. Hepatitis C
adalah salah satu dari masalah kesehatan yang paling penting yang
dihadapi oleh orang-orang yang pernah atau masih aktif menyuntikkan
narkoba, dan karenanya merupakan target utama dari program dan
kebijakan pengurangan efek buruk.
Program pengurangan efek buruk
Pengurangan efek buruk memberikan kemampuan dan sumber daya
kepada pengguna narkoba suntik untuk membuat keputusan yang benarbenar disadari tentang perilaku penggunaan narkobanya. Pengurangan
efek buruk menghindari penilaian moral tentang penggunaan narkoba, dan
sebaliknya menerima bahwa untuk sejumlah alasan beberapa orang
memilih untuk menyuntikkan narkoba. Penekanan dari pengurangan efek
buruk dalam bidang ini adalah pengurangan efek buruk yang berkaitan
dengan penggunaan narkoba, tanpa harus menurunkan penggunaan
narkoba itu sendiri.
Program pengurangan efek buruk sering mencakup langkah-langkah untuk
meminta pengguna narkoba untuk mengubah cara mereka menggunakan
narkoba untuk menurunkan risiko terhadap kesehatan yang terkait. Mungkin
contoh yang paling baik dari pengurangan efek buruk yang diterapkan untuk
pengguna narkoba adalah program jarum dan semprit. Program ini
memberikan alat suntik steril dan fasilitas pembuangan jarum di daerah
perkotaan, pinggiran kota maupun di kota kecil. Tujuan dari program ini
adalah untuk membantu pengguna narkoba suntik untuk tidak
menggunakan alat suntik yang dipinjam dari orang lain atau menggunakan
kembali jarum suntiknya sendiri, dan untuk memberikan cara yang aman
untuk membuang alat yang telah digunakan, yang berarti pengurangan
risiko infeksi oleh virus-virus yang ditularkan lewat darah seperti HIV dan
hepatitis C. Program ini di Australia merupakan faktor utama yang
menyebabkan angka HIV tetap rendah pada pengguna narkoba suntik dan
merupakan kesuksesan program kesehatan masyarakat dalam mencegah
penyebaran HIV yang lebih luas.
Methadone adalah pengobatan substitusi yang paling banyak digunakan
dan paling efektif bagi ketergantungan heroin. Ia memiliki efek yang mirip
dengan heroin tetapi dipakai dengan cara diminum. Methadon digunakan
dalam program jangka panjang dengan tujuan mengurangi efek buruk yang
berkaitan dengan penggunaan narkoba dan untuk meningkatkan kualitas
hidup pengguna narkoba. Methadon juga digunakan pada kasus-kasus
putus obat untuk mengurangi keluhan akibat pemutusan dengan heroin.
Terdapat bukti yang layak bahwa pengobatan pemeliharaan dengan
7-24

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

methadon dalam jangka yang lebih lama berkaitan dengan penurunan efek
buruk baik individual maupun sosial yang berkaitan dengan penggunaan
heroin secara ilegal. Pengobatan dengan methadon telah terbukti
menurunkan secara bermakna risiko kematian karena overdosis. Efektivitas
program pemeliharaan dengan methadon dalam menurunkan infeksi HIV
telah dapat ditunjukkan dengan baik.
Saat ini, Naltrexone dan Buprenorphine lebih menonjol dalam program
pemeliharaan dan pengobatan putus obat.
Pengurangan efek buruk juga mencakup program yang dapat menurunkan
efek buruk terhadap masyarakat yang lebih luas. Semprit yang dibuang di
tempat umum dapat berisiko melukai dan berisiko menularkan hepatitis C
kepada orang lain; respon dari pengurangan efek buruk adalah
menyediakan fasilitas pembuangan semprit di tempat-tempat umum yang
tepat.
Pendidikan sebaya dan aktivitas penjangkauan adalah contoh-contoh
tambahan dari strategi pengurangan efek buruk yang secara khusus
dimaksudkan untuk menurunkan penularan hepatitis C dan virus-virus lain
pada orang yang menyuntikkan narkoba. Orang yang menyuntikkan
narkoba pada umumnya tetap tertutup dan ragu-ragu untuk membuka
penggunaan narkobanya jika mereka merasa bahwa hal itu akan
menyebabkan mereka didiskriminasi atau dituntut. Penyuluh sebaya adalah
orang yang memiliki pengalaman langsung dalam penggunaan narkoba dan
budaya penggunaan narkoba. Mereka ditempatkan dengan baik untuk
memberikan informasi tentang pengurangan risiko penularan hepatitis C
dan efek buruk penggunaan narkoba yang lain.
Penggunaan yang lebih aman

Apa artinya penggunaan yang lebih aman?


Dengan menggunakan konsep yang mendasari pengurangan efek buruk,
terminologi penggunaan yang lebih aman meliputi sejumlah tindakan
pencegahan dan perilaku yang bertujuan untuk mencegah timbulnya efek
buruk ketika menyuntikkan narkoba. Oleh karena kualitas, kekuatan, dan
kandungan setiap narkoba di jalanan tidak dapat dipastikan, efek-efek buruk
tersebut tidak semuanya bisa dihilangkan. Efek buruk yang terkait bisa
meliputi hal-hal yang terkait dengan kesehatan seperti virus-virus yang
ditularkan lewat darah dan kemungkinan overdosis. Ia juga dapat meliputi
efek buruk sosial, psikologis dan hukum.
Teknik penggunaan yang lebih aman bertujuan untuk mencegah paparan
terhadap virus-virus yang ditularkan lewat darah (HIV, hepatitis C dan
hepatitis B) dan infeksi bakteri selama menyuntikkan narkoba. Kemampuan
seseorang atau sekelompok orang untuk menerapkan penyuntikan yang
7-25

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

lebih aman tergantung dari apakah penyuntikan tersebut terjadi dalam


konteks:
Dukungan politik yang tidak memihak terhadap pengurangan efek buruk.
Pemerintah bersungguh-sungguh menyediakan pelayanan pengobatan
narkoba dan pelayanan kesehatan yang terjangkau untuk pengguna
narkoba suntikan.
Ketersediaan jarum dan semprit.
Masyarakat yang mengerti dinamika politik, sosial dan kesehatan dari
pengguna narkoba suntik.
Prosedur penyuntikan yang lebih aman
Cara yang paling aman untuk menghindari penularan hepatitis C dan
virusvirus yang ditularkan lewat darah lainnya adalah dengan tidak
menyuntikkan narkoba. Beberapa orang memilih cara lain untuk
menggunakan narkoba, misalnya dengan mengisap (sebagai rokok),
menghirup (snorting), minum, menelan atau memasukkan ke dalam anus.
Cara yang teraman dalam melakukan suntikan adalah:
Bersihkan tempat mempersiapkan narkoba.
Cucilah tangan sebelum dan sesudah menyuntik.
Gunakan jarum dan semprit yang baru dan steril dan peralatan

menyuntik yang bersih dan steril, air yang bersih, kapas alkohol yang
steril (satu untuk menyeka sendok dan satu lagi untuk menyeka
tempat menyuntik), torniket yang tidak digunakan oleh orang lain, filter
yang baru, dan tempat sampah yang sesuai.
Peralatan yang steril telah mengalami proses yang dapat
menghancurkan bakteri, virus dan agen infeksi yang lain. Ia meliputi
jarum dan semprit yang masih terbungkus, air dan kapas yang bertanda
steril. Semua alat yang lain, tempat menyuntik dan tangan perlu dicuci
dengan sabun dan air atau dengan kapas alkohol.
Penggunaan yang lebih aman sama pentingnya bagi orang yang telah
positif hepatitis C karena mereka dapat terinfeksi kembali atau dapat
menginfeksi orang lain dengan hepatitis C.
Penggunaan yang lebih aman berarti lebih dari sekedar menggunakan
jarum dan semprit yang steril. Ia juga mencakup kewaspadaan tentang
betapa mudah darah itu ditularkan. Seseorang mungkin bersentuhan
dengan darah orang lain ketika berbagi peralatan menyuntik manapun.
Darah dari jarum dan semprit yang telah digunakan, torniket dan jari
meskipun dalam jumlah yang tidak terlihat dapat mencapai larutan
narkoba yang dibagi, filter atau air dan bisa sampai pada tempat
menyuntik.

7-26

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Jika penggunaan kembali jarum suntik merupakan satu-satunya pilihan,


adalah penting bahwa jarum itu dibersihkan dan tidak dipakai bersamasama dengan orang lain. Hal yang sama juga berlaku untuk peralatan
yang lain seperti sendok, torniket, air dalam wadah yang digunakan
kembali.
Overdosis
Untuk pengidap hepatitis C yang menyuntikkan narkoba, risiko mengalami
overdosis mungkin meningkat. Hati yang diinfeksi oleh hepatitis C lebih
lambat menguraikan narkoba dan hal ini dapat mengakibatkan narkoba
tersebut memiliki masa aktif yang lebih lama dalam tubuh. Hal ini terutama
terjadi pada penggunaan beberapa obat secara bersama-sama. Untuk
menghindari overdosis, konselor/petugas kesehatan harus menasehati
pengidap untuk:
Tidak memakai beberapa jenis narkoba secara bersamaan, overdosis
heroin dapat disebabkan oleh pencampuran heroin dengan narkoba lain.
Alkohol dan obat penenang (benzodiazepin) adalah dua golongan yang
sering menimbulkan masalah.
Uji dulu dan lakukan perlahan-lahan tunggu setidaknya lima menit
(lebih lama lebih baik) sebelum suntikan berikutnya.
Pikirkan tentang toleransi bila sudah lama tidak menggunakan atau
menggunakan dalam jumlah kecil, mereka harus mencoba dengan dosis
kecil dulu.
Pikirkan apa yang akan terjadi bila mereka mengalami overdosis,
menggunakan narkoba bersama orang lain dapat meningkatkan risiko
berbagi dan menggunakan kembali peralatan menyuntik, tetapi bila tidak
bersama orang risiko kematian bila terjadi overdosis sangat besar.
Tidak menggunakan alkohol atau narkoba lain bila mereka telah memakainya dalam 6 jam terakhir.
Dalam situasi overdosis, konselor/petugas kesehatan harus menasehati
klien untuk:
Mengambil tindakan sebelum situasinya memburuk, monitor korban dan
telpon UGD bila korban berhenti bernapas.
Panggil ambulan kurang dari empat tarikan napas per menit berarti
ambulans dibutuhkan dengan segera.
Berlatih melakukan pernapasan dari mulut ke mulut hal ini dapat
menyelamatkan nyawa.
Akses kepada peralatan menyuntik
Program pertukaran jarum suntik di Indonesia masih relatif baru. Saat ini
baru dilakukan uji coba di Jakarta dan Bali.
7-27

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Hambatan-hambatan penggunaan narkoba yang lebih aman


Ada banyak hambatan terhadap diterimanya perilaku menggunakan
narkoba dengan lebih aman, yaitu:
Biaya dan sulitnya mendapatkan peralatan.
Diskriminasi oleh pemberi pelayanan kesehatan.
Tekanan pasangan dan kelompok untuk menolak perilaku yang lebih
aman.
Terbatasnya tempat-tempat menyuntik yang aman. Banyak pengguna
yang tidak punya pilihan di mana sebaiknya mereka menyuntik. Khawatir
kemungkinan ditangkap polisi dapat menyebabkan orang menyuntik
dengan tergesa-gesa sehingga mereka mungkin mendapatkan risiko
yang lebih besar.
Kurangnya pengetahuan tentang perilaku penyuntikan yang lebih aman.
Situasi di mana orang menyuntik mungkin juga menjadi hambatan terhadap
perilaku pemakaian yang lebih aman. Hal ini meliputi:
Tingkat ketergantungan seseorang terhadap narkoba yang dipakai, yang
juga berarti tingkat ketergesa-gesaannya dalam menggunakan narkoba.
Keteraturan dan frekuensi menyuntik perhari.
Dinamika sosial dari kelompok pengguna narkoba suntik, misalnya orang
yang paling banyak membayar, mungkin menyuntik pertama kali dan/
atau seseorang diberikan prioritas untuk menyuntik yang lain, wanita biasanya menyuntik setelah pria.
Urutan prioritas, misalnya perumahan atau pendapatan. Beberapa
pemakai narkoba mungkin tidak mampu menempatkan kesehatannya
dalam prioritas yang tinggi, karena itu juga tidak bersungguh-sungguh
menerapkan penyuntikan yang lebih aman.
Penggunaan yang lebih aman memang memungkinkan, tetapi hanya jika
kondisi-kondisi berikut ini terpenuhi:
Akses kepada peralatan yang steril.
Lingkungan tempat menyuntik yang aman.
Pengetahuan tentang cara menyuntik yang aman.
Strategi bank darah untuk kesehatan masyarakat

Hepatitis C bertanggung jawab terhadap sebagian besar infeksi hepatitis


pasca tranfusi pada tahun 1970an dan 1980an. Sebelum virus ini ditemukan
dan tersedianya tes skrining yang baik, hepatitis C yang diterima melalui
transfusi darah dan produk darah menyumbang sampai 10% dari semua
kasus hepatitis C per tahun di Australia.

7-28

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Perbaikan dalam seleksi donor, skrining dan inaktivasi virus dari produk
plasma sejak tahun 1990 telah benar-benar menghilangkan penularan hepatitis C melalui transfusi darah dan produk darah.
Seleksi donor
Bank darah menggunakan kuesioner yang kompleks tentang riwayat medis
dan perilaku untuk mengetahui kemungkinan seorang donor berisiko tertular
hepatitis C. Penelitian yang cermat seperti itu sangat penting artinya karena
tidak ada tes laboratorium yang seratus persen dapat menyingkirkan
orangorang yang positif.
Bank darah telah menginvestasikan sumber daya keuangan yang cukup
besar untuk meminimalkan risiko penularan virus melalui darah atau produk
darah.
Testing asam nukleat
Testing asam nukleat (NAT = Nucleic Acid Testing) adalah tes yang sensitif
yang dapat memperbesar bagian yang kecil dari virus atau materi
genetiknya sampai berjuta-juta kali. Hal ini berarti jumlah virus yang kecil
dalam darah juga dapat dideteksi.
NAT langsung mendeteksi virus, oleh karena itu ia dapat menentukan
adanya infeksi sebelum antibodi terbentuk. Ini berarti dengan NAT, periode
jendela dapat dipersempit. Dalam hal hepatitis C, NAT dapat mengurangi
periode jendela dari 66 hari menjadi hanya 22 hari. Sayang sekali
pemeriksaan seperti ini belum bisa dilakukan di Bali.
Prosedur baku pencegahan infeksi

Prinsip-prinsip yang mendasari pencegahan infeksi harus meliputi:


Pengisolasian organisme yang menular, bukan isolasi orangnya.
Semua tindakan, termasuk tindakan perlindungan tidak boleh
diskriminatif.
Tidak boleh ada testing tanpa persetujuan klien.
Adanya kesungguhan untuk melindungi privasi dan kerahasiaan dari semua orang yang memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Prosedur baku pencegahan infeksi dirancang untuk melindungi baik tenaga
kesehatan maupun klien dari infeksi oleh berbagai virus yang ditularkan
lewat darah atau cairan tubuh. Dengan menganggap bahwa setiap orang
berpotensi menularkan, dan dengan memperlakukan klien secara sama
dengan mengikuti prosedur baku, maka risiko infeksi dapat diturunkan dan
diskriminasi dapat dihindari.

7-29

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Kesehatan dan keamanan di tempat kerja


Petugas kesehatan, staf laboratorium, pekerja salon, tukang tato, tukang
tindik, petugas kebersihan dan pekerja lain yang karena pekerjaannya
mungkin bersentuhan dengan darah atau produk darah perlu memiliki
kewaspadaan terhadap darah untuk menghindari risiko tertular hepatitis C.
Melindungi staf dan klien
Majikan berkewajiban untuk menjamin bahwa para pekerja tidak terpapar
oleh hal-hal yang berbahaya selama melaksanakan tugas, dan juga tidak
menyebabkan orang lain tertimpa hal-hal yang berbahaya tersebut.
Membuat dan menerapkan petunjuk dan protokol kewaspadaan terhadap
darah di tempat kerja sangat dianjurkan.
Petugas kesehatan yang menderita hepatitis C yang terlibat dalam
pekerjaan yang mudah mendapatkan paparan darah harus memberitahu
majikannya mengenai status infeksinya dan mematuhi prosedur dan
kebijakan untuk pekerja yang terinfeksi hepatitis C.
Kebijakan keamanan dan kesehatan tempat kerja harus memasukkan:
Identifikasi terhadap aktivitas kerja yang mungkin menempatkan orang
dalam risiko tertular hepatitis C.
Usaha-usaha pencegahan:
Pekerja yang berisiko harus ditawari vaksinasi hepatitis A & B.
Menjamin bahwa prosedur kerja yang aman diikuti.
Menyediakan baju dan peralatan pelindung yang baik.
Menjamin bahwa semua peralatan dan kit pertolongan pertama sesuai
dengan standar.
Suatu protokol pelaporan kecelakaan kerja
Laporkan semua kecelakaan yang berisiko dengan segera kepada
pengelola.
Lengkapi formulir laporan kecelakaan.
Rencana pelatihan staf
Akses kepada informasi terbaru tentang hal-hal yang berkaitan
dengan HIV/AIDS dan hepatitis di tempat kerja, dan setiap program
pelatihan yang tepat.
Peninjauan
Kebijakan harus ditinjau setiap tahun.
Pekerja dapat memberikan sumbangan dengan cara mematuhi prosedur
baku pencegahan infeksi dan melaporkan perilaku yang tidak aman,
kecelakaan kerja dan risiko-risiko kepada pihak pengelola.
7-30

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Pencegahan di tempat kerja


Kebersihan umum
Petunjuk teknis menyarankan agar pekerja meneliti tangannya setiap hari
apakah ada luka atau lecet dan menutup setiap luka dengan pembalut yang
kedap air. Pekerja disarankan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan klien dan setelah kontak dengan peralatan yang telah
digunakan. Prosedur pencucian tangan yang benar terdiri dari:
Membuka semua perhiasan.
Menggunakan sabun dan air hangat yang mengalir selama 10-15 detik
untuk menghasilkan busa yang baik.
Membilas sabun dan semua bercak kotoran.
Mengeringkan tangan dengan kertas tisu sekali pakai.
Produk-produk antiseptik yang dibuat untuk tempat-tempat yang tidak ada
air dapat digunakan pada situasi-situasi yang darurat, ketika mungkin tidak
ada cukup waktu dan/atau tidak adanya fasilitas untuk mencuci tangan.
Darah dan cairan tubuh
Pekerja harus menggunakan sarung tangan ketika:
Paparan terhadap darah/cairan tubuh telah diduga.
Menangani setiap alat dan bahan yang tercemar oleh darah atau cairan
tubuh.
Ada kemungkinan kontak dengan kulit yang rusak atau membran
mukosa dari seseorang yang terlibat dalam prosedur yang invasif.
Sarung tangan tidak perlu dipakai bila menangani kulit yang utuh. Ingat
mencuci tangan setelah melepaskan sarung tangan. Sarung tangan harus
diganti dan dibuang bila berpindah dari seorang klien ke klien yang lain dan
di antara tindakan-tindakan yang berbeda. Untuk mencegah kontaminasi
silang, sarung tangan harus dibuka dan dibuang sebelum melaksanakan
tugas klinik atau tugas lain.
Tumpahan darah atau cairan tubuh
Bila menghadapi tumpahan darah atau cairan tubuh, lakukan prosedur
berikut:
Sarung tangan sekali pakai harus selalu digunakan.
Hindari menggunakan air panas karena hal itu akan menyebabkan darah
membeku dan melekat pada permukaan benda.
Jika tumpahan mengandung bahan-bahan keras, pindahkan terlebih
dahulu bahan-bahan itu sebanyak mungkin dengan tisu sekali pakai.
Tumpahan darah yang sedikit mudah ditangani dengan menyekanya
dengan kertas tisu, lalu membersihkannya dengan air dan sabun.
7-31

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Untuk tumpahan darah yang banyak gunakan pemutih bubuk untuk


menahan tumpahan darah tersebut. Lalu alat pengerik (sekop) dapat
digunakan untuk memindahkannya. Selanjutnya sisa tumpahan dapat
dibersihkan dengan alat pengepel dan deterjen.
Jika tumpahan terjadi di karpet atau perabotan yang lembut, gunakan
deterjen dengan air dingin, jangan menggunakan pemutih karena akan
merusak kain tersebut.
Catatan: jika ada risiko kontak kulit dengan permukaan tempat tumpahan
misalnya meja maka permukaan tempat tumpahan itu harus diseka
dengan larutan pemutih.
Cucilah tangan Anda.
Prosedur klinik
Beberapa prosedur mungkin melibatkan percikan atau semprotan darah.
Untuk melindungi mata, gunakanlah kacamata atau penutup muka. Lensa
kontak tidak memberikan perlindungan. Masker memberikan perlindungan
yang cukup untuk membran mukosa dari mulut.
Sarung tangan harus selalu digunakan ketika mengambil darah atau
sediaan yang lain untuk pemeriksaan laboratorium dan sediaan ini harus
ditempatkan pada wadah yang anti tumpah dan anti pecah untuk
pengirimannya. Wadah sediaan harus diperiksa bagian luarnya dan bila
perlu disterilkan sebelum dikirim. Prosedur pengiriman antar institusi harus
diikuti.
Pertolongan pertama
Semua orang seharusnya tidak menghindar dari kewajiban memberikan
pertolongan pertama. Jika terdapat darah atau cairan tubuh, prosedur yang
sudah disampaikan di depan harus diikuti. Untuk pernafasan dari mulut ke
mulut, masker muka atau masker khusus untuk pernafasan harus
disediakan bagi orang-orang yang berpotensi memberikan pertolongan
pertama.
Jarum, semprit dan peralatan menyuntik lain yang telah digunakan
Kadang-kadang jarum suntik dibuang begitu saja di tempat umum misalnya
di toilet. Jika pekerja berpotensi kontak dengan jarum, semprit atau
peralatan lain yang sudah digunakan sehubungan dengan pekerjaan
mereka, mereka harus diberitahu dan dilatih mengenai bagaimana
menangani benda-benda itu dengan aman.
Jangan pernah memasang tutup dari jarum bekas yang ditemukan di
tempat umum atau di dalam tatanan pelayanan kesehatan.
Alat yang dapat digunakan kembali harus dibersihkan dari darah
sebelum disterilkan.
7-32

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Buanglah jarum dan semprit bekas di tempat yang khusus untuk itu.
Jika terjadi kecelakaan tertusuk jarum:
Cucilah tempat yang tertusuk dengan air sabun hangat.
Oleskan antiseptik dan balut dengan pembalut kedap air.
Berkonsultasilah pada dokter sesegera mungkin, yang akan memberi
nasehat tentang testing dan pengobatan pencegahan.
Laporkan kejadian itu kepada pihak pengelola segera.
Sampah lain
Sampah seperti sarung tangan bekas, perban kotor dan jaringan tubuh
harus dianggap bisa menularkan virus dan ditempatkan pada kantong yang
kedap air. Pembuangannya harus mengikuti prosedur yang dipersyaratkan.
Pembuatan tato, tindik dan seni tubuh
Disarankan kepada mereka yang menjalani prosedur seni tubuh seperti tato
atau tindik, agar mereka mengunjungi tukang tato/tindik yang selalu
menggunakan prosedur baku pencegahan infeksi.
Kesehatan dan keamanan di rumah
Pengidap hepatitis C mungkin takut kalau-kalau mereka menularkan virus
tersebut kepada pasangannya, keluarga, teman-teman, atau anggota
keluarga yang lain.
Adalah penting untuk selalu ingat bahwa hepatitis C ditularkan melalui
kontak darah dengan darah. Hal ini berarti bahwa darah pengidap hepatitis
C harus keluar dari tubuhnya lalu masuk ke aliran darah orang lain.
Hepatitis C tidak ditularkan melalui kontak sosial. Berpelukan, berciuman,
berbagi makanan, minuman, piring, alat-alat makan, bersin-bersin, batuk,
mencuci pakaian pada mesin cuci yang sama. Menggunakan toilet bersama
tidak menyebabkan risiko tertular hepatitis C. Nyamuk atau serangga yang lain
tidak dapat menularkan hepatitis C.

Yang perlu diketahui adalah ada beberapa peralatan perawatan diri yang
dapat menularkan hepatitis C bila digunakan bersama-sama. Alat-alat
tersebut antara lain: sikat gigi, pisau cukur, jepitan, gunting dan alat
pemotong kuku.
Untuk mengurangi kemungkinan penularan hepatitis C setiap anggota
keluarga harus memiliki dan menggunakan alat-alat perawat diri masingmasing, khususnya sikat gigi dan pisau cukur.
7-33

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan menyangkut pertolongan pertama.


Berikut ini adalah beberapa dasar pencegahan infeksi dan petunjuk
pertolongan pertama:
Kulit berfungsi sebagai pelindung terhadap infeksi oleh virus hepatitis C.
Untuk menjaga pelindung ini, pastikan bahwa semua luka, lecet atau
peradangan kulit ditutup dengan pembalut kedap air atau plester penutup
luka.
Gunakan sarung tangan lateks sekali pakai ketika membersihkan darah
dan cairan tubuh.
Cucilah tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah menyeka
tumpahan darah untuk mengurangi risiko infeksi.
Gunakan bahan-bahan sekali pakai seperti kertas tisu ketika
membersihkan darah atau cairan tubuh dan buanglah bahan-bahan yang
telah kotor dalam tempat sampah yang terbuat dari plastik.
Sebelum memberikan pertolongan pertama:
Cucilah tangan dengan sabun dan air hangat.
Tutup setiap luka dan lecet dengan perban kedap air (tensoplas).
Kenakan sarung tangan lateks sekali pakai yang baru.
Selama memberikan pertolongan pertama:
Waspadalah terhadap setiap tumpahan dan percikan darah dan cobalah
untuk tidak membiarkan darah atau cairan tubuh tersebut kontak dengan
kulit yang luka atau tidak terlindungi.
Setelah memberikan pertolongan pertama:
Gunakan sabun dan air dingin yang mengalir untuk mencuci tangan dan
bagian-bagian tubuh lain yang mungkin berisi darah.
Cucilah permukaan yang tertumpah darah dengan deterjen lalu sterilkan
dengan pemutih yang diencerkan.
Kumpulkan semua benda yang terkena darah yang digunakan selama
pemberian pertolongan pertama.
Cucilah semua pakaian yang terkena darah dalam air dingin dan
deterjen.
Gunakan deterjen dalam air dingin untuk membersihkan tumpahan pada
karpet atau perabotan yang lembut.
Buang semua bahan yang terkena darah dengan menempatkannya pada
tas plastik dan ke dalam tempat pembuangan sampah dari plastik.
Cucilah tangan dengan baik dengan sabun dan air.

7-34

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Vaksinasi

Saat ini belum ada vaksinasi untuk hepatitis C. Vaksinasi terhadap hepatitis
A dan B telah tersedia dan penting dipertimbangkan bagi pengidap hepatitis
C.
Ada banyak bukti bahwa koinfeksi dengan hepatitis A dan /atau hepatitis B
pada pengidap hepatitis C menyebabkan penyakit hati yang lebih berat
termasuk gagal hati. Ada pula kekhawatiran bahwa koinfeksi dengan
hepatitis B dapat memperberat dan mempercepat perkembangan penyakit
pada pengidap hepatitis C.
Vaksinasi hepatitis A untuk pengidap hepatitis C
Orang-orang yang berisiko tertular hepatitis A dan mereka yang mengidap
hepatitis C disarankan untuk mendapatkan vaksinasi hepatitis A. Orangorang tersebut antara lain:
Mereka yang pergi ke tempat-tempat yang endemik hepatitis A (Catatan:
endemik artinya penyakit tersebut ada sepanjang waktu).
Pengguna narkoba suntik.
Laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki.
Pengasuh anak-anak.
Petugas pembuang kotoran.
Petugas kesehatan di bagian anak-anak, perawatan intensif dan unit
gawat darurat.
Pengunjung dan petugas kesehatan di pedesaan dan masyarakat asli di
pedalaman.
Vaksinasi hepatitis B untuk pengidap hepatitis C
WHO telah merekomendasikan vaksinasi hepatitis B untuk semua negara,
khususnya untuk negara-negara yang angka kejadiannya tinggi. Di
Indonesia, vaksinasi hepatitis B telah dilaksanakan secara rutin untuk bayi
di Puskesmas. Vaksinasi hepatitis B juga dianjurkan bagi mereka yang
berisiko tinggi tertular hepatitis B dan mereka yang mengidap hepatitis C
kronik atau penyakit hati.
Vaksinasi hepatitis A & B untuk pengidap sirosis
Vaksinasi hepatitis A dan/atau B disarankan kepada pengidap penyakit hati
menahun. Vaksinasi hepatitis A dan hepatitis B juga dianjurkan untuk
pengidap hepatitis C yang tidak kebal terhadap hepatitis A atau hepatitis B.
Pedoman umum
Vaksinasi memberikan kekebalan terhadap hepatitis A dan hepatitis B
bagi orang yang belum pernah terpapar oleh virus tersebut. Jika
seseorang sudah pernah terinfeksi di masa lalu, vaksinasi biasanya tidak
7-35

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

dibutuhkan. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah seseorang


telah kebal adalah dengan melakukan tes darah untuk melihat antibodi
yang khusus sesuai dengan infeksi tertentu. Antibodi yang menyatakan
infeksi di masa lalu oleh hepatitis A dan hepatitis B sering ditemukan
pada pengidap hepatitis C.
Pengidap hepatitis B dan/atau hepatitis C menahun seharusnya
mendapatkan vaksinasi hepatitis A bila mereka belum kebal terhadap
hepatitis A.
Pengidap hepatitis C menahun harus diberikan vaksinasi hepatitis B bila
mereka belum kebal terhadap hepatitis B.
Pengidap penyakit hati yang lebih berat termasuk sirosis harus
mendapatkan vaksinasi hepatitis A dan hepatitis B bila mereka belum
kebal terhadap kedua virus tersebut.
Vaksinasi hepatitis B dapat dilakukan di dokter ahli penyakit dalam
(internis) praktek swasta di Denpasar. Biaya tes sebelum vaksinasi saat
ini adalah Rp 235.000,-, sedangkan harga vaksinnya sekitar Rp
300.000,-

Pertanyaan-pertanyaan yang sering ditanyakan


Tanya:

Dapatkah saya menyuntikkan narkoba tanpa terkena hepatitis C?

Jawab:

Ya, sepanjang Anda tidak berbagi peralatan menyuntik apapun


dengan orang lain dan mengikuti prosedur penyuntikan yang lebih
aman, Anda dapat menurunkan risiko penularan. Namun demikian,
cara teraman untuk menghindari hepatitis C adalah dengan tidak
menyuntikkan narkoba.

Tanya:

Apakah semua pengguna narkoba suntik menderita hepatitis C?

Jawab:

Tidak. Namun demikian, jika Anda pernah menyuntikkan narkoba


bersama-sama orang lain atau pernah berbagi atau menggunakan
kembali jarum dan semprit atau peralatan suntik lainnya seperti air,
filter, kapas alkohol dan torniket, Anda berisiko tertular hepatitis C.
Perilaku menyuntik yang aman dapat mengurangi risiko penularan
hepatitis C.

Tanya:

Saya mengidap HVC. Apakah aman berbagi jarum dengan orang


lain?

Jawab:

Tidak. Anda dapat terinfeksi kembali dengan tipe virus hepatitis C


yang berbeda dan Anda dapat menginfeksi orang lain. Idealnya
orang tidak boleh berbagi peralatan menyuntik apapun dengan orang
lain, dan jika mereka tidak bisa mendapatkan jarum dan semprit yang
bersih maka mereka harus mengikuti prosedur pencucian jarum yang
benar.

7-36

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Tanya:

Berapa besar kemungkinan terkena HVC setelah mengalami kecelakaan tertusuk jarum?

Jawab:

Dalam tatanan pelayanan kesehatan risiko ini diperkirakan antara 2%


dan 8%. Hal ini jauh berbeda dari risiko tertular HIV dan hepatitis B
dari kecelakaan tertusuk jarum yang masing-masing 0,3% dan 30%.
Risiko ini dapat dikurangi dengan mengikuti prosedur baku
pencegahan infeksi, waspada terhadap darah dan dengan
menerapkan petunjuk teknis keamanan dan kesehatan kerja. Karena
jumlah darah yang sangat sedikit dan kemungkinan virus untuk hidup
di tempat-tempat umum (misalnya taman atau pantai) sangat kecil,
maka risiko penularan melalui cara ini dapat diabaikan. Belum ada
kasus tertular hepatitis C dari kecelakaan tertusuk jarum di tempattempat umum.

Tanya:

Saya mengidap hepatitis C. Jika anak saya mengalami luka,


dapatkah saya memberikan pertolongan pertama?

Jawab:

Ya. Tidak ada risiko penularan dari Anda kepada anak Anda, kecuali
jika Anda juga mengalami perdarahan. Namun demikian, disarankan
agar Anda selalu mengikuti prosedur baku pencegahan infeksi.
Orang tua atau pengasuh perlu membawa perban kedap air, tas
plastik cadangan dan sarung tangan lateks sekali pakai untuk jagajaga bila menghadapi kasus-kasus tumpahan darah.

7.4 TESTING HEPATITIS C


Hal-hal yang penting
Keputusan untuk menjalani testing hepatitis C harus dibuat oleh individu
itu sendiri setelah mendapat informasi dan nasehat dari konselor/petugas
kesehatan, konseling dan dengan informed consent.
Tes skrining pendahuluan memeriksa antibodi terhadap virus hepatitis C,
bukan virusnya sendiri.
Ada beberapa tes yang dipergunakan untuk memonitor fungsi hati dan
memberikan penilaian untuk pengobatan.
Tujuan testing adalah pertama-tama untuk mengetahui apakah individu
itu mengidap virus hepatitis C, dan kedua apakah mereka telah berhasil
membuang virus tersebut dari tubuhnya atau apakah terjadi infeksi
menahun. Pengelolaan pengidap akan tergantung dari hasil-hasil tes itu.

7-37

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Prinsip-prinsip testing hepatitis C

Testing harus bersifat sukarela dan perlu disertai diskusi tentang tes,
akibat-akibat bila menjalani tes, konseling postes dan informed
consent yang khusus.
Testing harus memberi manfaat kepada orang yang dites, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Hasil tes perlu tetap dirahasiakan baik di tingkat klinik, pengolahan
data dan dalam proses pemberitahuan hasil.
Testing seharusnya dapat dijangkau oleh orang-orang yang paling
berisiko tertular hepatitis C.
Standar yang cukup diterapkan oleh laboratorium yang melaksanakan
testing hepatitis C untuk menjamin akurasi hasil yang tinggi.
Pengidap hepatitis C harus memiliki akses terhadap monitoring yang
berkelanjutan atas status kesehatannya dan jika dibutuhkan,
pengobatan yang tepat.
Testing dan pemberitahuan hasil testing adalah penting untuk
menentukan besaran dan distribusi hepatitis C di masyarakat.
Pertimbangan-pertimbangan testing

Ada banyak alasan mengapa orang memutuskan untuk menjalani tes


hepatitis C.
Memutuskan apakah akan menjalani tes atau tidak adalah terserah
individu tersebut, dan tes tidak boleh dilakukan tanpa informed
consent.
Menjalani tes dapat menimbulkan berbagai masalah psikologis,
emosional dan sosial bagi seseorang.
Bagi orang yang berpikir bahwa mereka mengidap hepatitis C,
mengetahui hasil tes hepatitis C mungkin dapat memberi mereka
suatu petunjuk tentang aspek-aspek kesehatannya dan memicu
mereka untuk mencari lebih banyak informasi dan membuat keputusan
yang benarbenar disadari tentang pilihan-pilihan mereka.
Menjalani tes hepatitis C mungkin juga mendorong orang untuk
mengubah perilaku tertentu untuk mencegah penularan virus tersebut
lebih lanjut.
Beberapa orang yang dites positif memilih untuk membuat perubahanperubahan yang penting dalam hidupnya, seperti mengurangi
konsumsi
alkohol,
meningkatkan
kualitas
makanan
dan
mempertimbangkan perawatan kesehatan secara keseluruhan.
Masalah-masalah yang terkait dengan testing
Setiap orang akan memiliki ketakutan yang berbeda-beda sebelum,
selama dan sesudah menjalani testing.
7-38

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Beberapa orang merasa ada manfaatnya mempersiapkan pertanyaanpertanyaan sebelum membuat perjanjian dengan dokter atau konselor/
petugas kesehatan, dan konselor/petugas kesehatan harus merangsang
orang yang datang untuk menjalani testing, mengajukan pertanyaanpertanyaan setiap saat.
Adalah penting bahwa klien mendapatkan jawaban yang jelas dan tepat
terhadap semua pertanyaan yang mereka miliki tentang hepatitis C dan
prosedur testing.
Klien memiliki hal untuk bertanya kepada dokter atau konselor/petugas
kesehatan untuk menentukan kepentingan dan pengetahuan mereka
tentang hepatitis C dan akibat-akibatnya.
Klien dapat mempertimbangkan untuk mengunjungi seorang spesialis
hati bila mereka tidak mendapatkan jawaban yang baik atas pertanyaanpertanyaan mereka.
Di mana pelayanan testing bisa diperoleh?
Di Bali, testing hepatitis C dapat dilakukan di Lab. Kesehatan Daerah,
Prodia dan Quantum. Biaya testing saat buku ini ditulis adalah Rp 150.000,Siapa yang perlu dites?
Testing hepatitis C sebaiknya ditawarkan kepada mereka yang berisiko
untuk terinfeksi oleh virus ini. Tingkat risiko ini bervariasi dan dapat dibagi
atas risiko tinggi dan risiko sedang.
Risiko tinggi
Testing hepatitis C harus secara rutin ditawarkan kepada orang yang:
Pernah menyuntikkan narkoba dengan tidak aman.
Pernah ditahan di rumah tahanan.
Pernah menerima transfusi darah atau produk hasil olahan darah
sebelum tahun 1990.
Memiliki pekerjaan atau lingkungan yang berpotensi terkena paparan
hepatitis (misalnya kecelakaan tertusuk jarum) dan juga bila mungkin,
orang yang menjadi sumber paparan, tentunya dengan persetujuan
mereka.
Terlibat dalam tindakan yang berisiko tertular seperti petugas kamar
bedah dan beberapa petugas kesehatan tertentu.
Memiliki tes fungsi hati yang tidak normal atau ada bukti penyakit hati
tanpa penyebab yang jelas.
Memiliki gejala-gejala infeksi hepatitis C di luar hati.
Dalam pengobatan dengan cuci darah.
Bayi umur 18 bulan ke atas yang lahir dari ibu pengidap hepatitis C.
Meminta tes tanpa adanya faktor risiko tertentu.
7-39

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Risiko sedang
Keputusan untuk menjalani tes hepatitis C jika ada risiko tingkat menengah
harus didasarkan atas penilaian risiko masing-masing orang. Mereka yang
ada dalam kelompok ini adalah:
Orang dengan riwayat tato dan/atau tindik.
Penduduk di negara-negara dengan kejadian hepatitis C yang tinggi.
Pasangan seks dari pengidap hepatitis C.
Testing secara rutin tidak dianjurkan
Testing hepatitis C secara rutin saat ini tidak diperlukan kecuali jika ada
faktor risiko tertentu. Orang-orang berikut ini tidak selalu perlu dianggap
berisiko:
Petugas kesehatan.
Wanita hamil.
Orang yang tinggal serumah dengan pengidap hepatitis C, kecuali bila
ada riwayat terpapar oleh darah pengidap baik melalui kulit maupun
mukosa.
Pasien bedah terencana.
Masyarakat umum.
Tes yang tersedia

Tes antibodi
Tes skrining hepatitis C adalah suatu tes darah yang disebut tes antibodi.
Dengan persetujuan klien, suatu sampel darah diambil dan dikirim ke
laboratorium untuk dites.
Hal-hal yang diukur oleh tes
Tubuh manusia menghasilkan antibodi untuk melawan virus tersebut dan
tes awal ini mendeteksi antibodi tersebut, bukan virusnya.
Setelah terinfeksi dibutuhkan waktu sampai 6 bulan agar antibodi dapat
dideteksi. Waktu ini disebut masa jendela. Selama periode ini hasil tes
mungkin negatif. Pada masa ini dapat terjadi penularan dan konselor/petugas kesehatan harus meminta agar masyarakat waspada terhadap
darah tanpa melihat status hepatitis C seseorang.
Contoh darah yang dites positif diulang beberapa kali sebelum hasilnya
disampaikan kepada klien. Sampel yang tesnya negatif berarti bahwa
sese-orang tidak terinfeksi. Namun demikian, contoh darah tersebut
mungkin saja diambil pada masa jendela. Dalam hal ini tes PCR dapat
berguna untuk diagnosis dini karena virus biasanya telah terdeteksi di
dalam darah dua sampai tiga minggu setelah infeksi.
7-40

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Bayi yang lahir dari ibu pengidap hepatitis C memiliki antibodi dari
ibunya, yang biasanya akan hilang dalam waktu 18 bulan. Hasil tes
positif setelah 18 bulan ini menunjukkan bahwa anak tersebut terpapar
oleh virus hepatitis C. Tes PCR akan berguna dalam tahap ini untuk
menentukan apakah infeksi tersebut telah hilang atau menjadi kronis.
Tidak ada gunanya melakukan tes pada bayi dari pengidap hepatitis C
sebelum usia 18 bulan karena tidak ada pilihan pengobatan untuk
mereka.
Hasil tes indeterminate (meragukan)
Tes antibodi biasanya positif atau negatif, tetapi bisa pula meragukan. Ada
setidaknya empat arti dari hasil tes meragukan ini:
Serokonversi: respon antibodi belum terbentuk sepenuhnya. Tapi, bila
dipergunakan tes PCR hasilnya akan positif.
Penekanan sistem kekebalan tubuh: contoh darah mungkin diambil
dari seseorang yang kekebalan tubuhnya menurun, yang mungkin terkait
dengan infeksi HIV atau pengobatan untuk mencegah penolakan
terhadap organ cangkokan. Bila dites dengan PCR sebagian besar
hasilnya akan positif.
Berkurangnya respon antibodi: ada bukti bahwa bagi orang-orang
yang secara alamiah berhasil membersihkan virus hepatitis C dari
tubuhnya, antibodinya akan masih ada tetapi menurun sepanjang waktu.
Bila dites dengan PCR maka hasilnya akan negatif.
Positif palsu: protein yang dibuat dengan teknik molekuler identik
dengan protein dari infeksi alamiah dan kadang-kadang bisa terjadi
reaksi silang dengan antibodi lain. Bila sampel ini dites dengan PCR
hasilnya akan negatif.
Untuk sebagian besar orang, testing laboratorium akan memberikan
hasil yang pasti. Bila hasil tes antibodi sulit diartikan (hasilnya
meragukan), tes PCR dapat memberikan klarifikasi.
Bagaimana bila hasil tes antibodi positif?
Setiap orang bereaksi secara berbeda-beda ketika mereka tahu bahwa
mereka mengidap hepatitis C; beberapa orang marah-marah, syok, depresi
atau bingung, sementara yang lainnya yang telah menyadari latar belakang
risikonya atau mereka yang sudah tahu banyak tentang hepatitis C mungkin
telah menduga hasil positif tersebut.
Konselor/petugas kesehatan harus meyakinkan bahwa semua individu yang
menerima hasil tes positif ditawari konseling pasca tes. Hal ini dapat
memberikan kesempatan untuk:

7-41

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Memberikan informasi dan menilai sejauh mana orang itu mengerti halhal yang telah didiskusikan pada saat testing.
Mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah secara
lebih rinci.
Mempertimbangkan pilihan-pilihan penanganan yang tersedia dan
kemungkinan pengobatan.
Beberapa orang merasa terbantu bila membawa teman ketika menerima
hasil tes.
Pemberitahuan status
Seringkali masalah terbesar bagi pengidap hepatitis C adalah apakah
akan memberitahu orang lain atau tidak dan siapa yang akan diberitahu.
Tidak ada ketentuan hukum untuk memberitahu status hepatitis C
kepada orang lain, kecuali kepada bank darah.
Pemberitahuan hasil dapat memberikan efek kepada hubungan pribadi
dan hubungan kerja.
Keputusan mengenai siapa yang akan diberitahu, kapan, bagaimana
caranya dan mengapa, sepenuhnya tergantung individu yang
bersangkutan.
Untuk mendapatkan perawatan dan nasehat terbaik, disarankan agar
pengidap
hepatitis
C
memberitahukan
statusnya
kepada
konselor/petugas kesehatan.
Banyak pengidap hepatitis C yang didiskriminasi setelah memberitahu
statusnya kepada orang lain, sehingga memutuskan siapa yang akan
diberitahu perlu dipikirkan dengan baik.
Bila klien menghadapi masalah-masalah, mereka dapat berkonsultasi
kepada konselor dari berbagai LSM. (Lihat Lembar Informasi dan
Rujukan).
Tes PCR
Tes PCR mendeteksi materi genetik dari virus di dalam darah dengan teknik
molekuler khusus. Tes PCR untuk hepatitis C saat ini belum bisa dilakukan
di Bali. Dalam hal hepatitis C, PCR dapat digunakan untuk mendeteksi:
Ada tidaknya virus di dalam darah (tes PCR kualitatif).
Tingkat virus di dalam darah (tes PCR kuantitatif).
Genotip dari virus tersebut.
PCR digunakan untuk menilai pengidap sebelum memberi pengobatan dan
juga digunakan untuk mengkonfirmasi hasil tes antibodi yang meragukan.

7-42

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Tes fungsi hati


Tes fungsi hati digunakan untuk memonitor kondisi hati.
Tes fungsi hati mendeteksi tingkat produksi enzim yang tidak normal di
dalam hati dan enzim yang paling sering dimonitor adalah alanin
aminotransferase (ALT).
Tes fungsi hati tidak mendeteksi kerusakan pada hati. Mungkin saja hasil
tes fungsi hati masih normal tetapi sebenarnya sudah ada kerusakan
hati. Bila kerusakan hati sudah berat biasanya tes fungsi hati hasilnya
abnormal, kecuali pada kasus sirosis.
Karena teknologi yang dipakai pada tes fungsi hati ini berbeda-beda
maka hasil tes sebaiknya tidak dibanding-bandingkan antara
laboratorium tetapi cukup dibandingkan dengan harga normal dari tiaptiap laboratorium.
Pada umumnya bila tes fungsi hati meningkat atau berfluktuasi dan tes
antibodinya positif serta ada riwayat perilaku berisiko, maka hampir dapat
dipastikan bahwa dalam darah orang itu ada virus hepatitis C. Dalam hal ini
tes PCR tidak dibutuhkan lagi.
Disarankan pengidap hepatitis C menjalani pemeriksaan fungsi hati secara
teratur. Hasil tes tersebut sebaiknya diberikan kepada klien sehingga tidak
akan ada masalah bila mereka ingin mengunjungi dokter lain.
Biopsi hati
Tes fungsi hati dapat memberikan gambaran kesehatan hati tetapi tidak
dapat menentukan seberapa berat kerusakan hati itu telah terjadi atau
apakah telah terjadi fibrosis pada hati. Cara terbaik untuk menentukan hal
tersebut adalah dengan biopsi hati. Biopsi hati ini dipersyaratkan bagi
pengidap yang akan menjalani pengobatan.
Prosedur biopsi hati:
Biopsi hati adalah suatu tindakan operasi kecil dengan pembiusan lokal
yang dilaksanakan di rumah sakit atau klinik.
Dalam biopsi hati, sejumlah kecil jaringan hati diambil dengan jarum
khusus yang dimasukkan melalui kulit di antara tulang rusuk kanan
bawah. Jaringan ini diperiksa di bawah mikroskop oleh ahli patologi yang
dapat menilai keberadaan penyakit hati.
Klien yang menjalani biopsi hati akan diminta tetap berbaring selama
sekitar 6 jam setelah tindakan tersebut untuk memastikan tidak adanya
komplikasi yang terjadi.
Beberapa orang mengalami rasa sakit setelah prosedur ini. Hal ini dapat
dikurangi dengan memberikan obat penghilang rasa sakit yang tepat.
Bagi beberapa orang seperti pengidap kelainan pembekuan darah,
prosedur ini tidak dapat dilakukan.
7-43

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Pertanyaan-pertanyaan yang sering ditanyakan


Tanya:

Tes mana yang dapat menentukan seseorang mengidap hepatitis C?

Jawab:

Tes ini disebut tes antibodi. Tes ini merupakan tes darah yang
sederhana yang dapat menunjukkan apakah dalam darah orang itu
terdapat antibodi terhadap virus hepatitis C. Hal ini dapat
menunjukkan apakah orang itu pernah terpapar oleh hepatitis C di
masa lalu, tetapi tidak menunjukkan status virusnya saat ini. Orang
yang pernah terinfeksi dan telah berhasil menghilangkan virus
tersebut dari tubuhnya akan positif hasil tesnya untuk beberapa
waktu setelah virus itu menghilang dari tubuh pengidap.
Tidak ada tes yang dapat memberitahu sudah berapa lama
seseorang terinfeksi hepatitis C. Idealnya, testing hanya dilakukan
setelah seseorang menerima informasi dan konseling pra tes. Sangat
disarankan agar hasil tes baik positif maupun negatif disampaikan
melalui tatap muka langsung.

Tanya:

Apa yang dapat ditunjukkan oleh tes PCR?

Jawab:

Tes PCR mendeteksi virus dalam darah dan dapat menunjukkan


apakah seseorang terinfeksi hepatitis C. Ini menunjukkan apakah
orang itu dapat menularkan virus tersebut kepada orang lain. Hasil
tes PCR negatif berarti tidak ditemukan virus dalam darah klien.
Infeksi mungkin sudah hilang atau tingkat virus dalam darah sangat
rendah sehingga tidak terdeteksi oleh tes PCR ini.

Tanya:

Apakah mungkin merasa kurang sehat tetapi tes ALTnya normal?

Jawab:

Ya, mungkin. Namun demikian, jika tingkat kerusakan hati sudah


parah, biasanya tes fungsi hati tidak normal kecuali pada kasus
sirosis. Sebaliknya, dapat terjadi tes fungsi hatinya abnormal, tetapi
klien merasa baik-baik saja.

Tanya:

Apa itu tes fungsi hati?

Jawab:

Tes fungsi hati digunakan untuk memonitor kondisi hati. Tes fungsi
hati mendeteksi kadar enzim yang diproduksi di hati. Enzim yang
paling sering digunakan adalah ALT.

7.5 HIDUP POSITIF DENGAN HEPATITIS C


Hal-hal yang penting
Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan
psikologis, emosional dan sosial dari pengidap hepatitis C.
Pengidap hepatitis C harus memiliki akses kepada informasi yang tepat,
ringkas dan baru untuk dapat membuat keputusan yang benar-benar
disadari tentang kesehatannya.
7-44

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Pasangan, keluarga dan perawat non profesional lainnya yang merawat


pengidap hepatitis C perlu mendapat dukungan dari konselor/petugas
kesehatan. Mereka mungkin juga memiliki kebutuhan sosial dan
kesejahteraan yang dipengaruhi oleh keberadaan hepatitis C tersebut.
Perasaan mampu mengendalikan hepatitis C berdasarkan pengalaman
sebagai pengidap, sering kali dapat meningkatkan kualitas hidup
pengidap hepatitis C tersebut.
Konseling pra dan pasca tes dan pemberian informasi

Berpikir tentang menjalani tes hepatitis C dapat menimbulkan masalah


medis, psikologis dan sosial yang mungkin tidak diduga dan tidak
didiskusikan sebelumnya. Masalah-masalah ini mungkin cukup bermakna
secara emosional sehingga perlu diatasi lebih mendalam sebelum klien
dapat mengambil keputusan yang disadari apakah akan menjalani tes atau
tidak dan untuk hal ini dibutuhkan keterampilan memberikan konseling pada
pertemuan pra tes. Beberapa pemberi pelayanan menggunakan istilah
pemberian informasi untuk pertemuan pra tes ini.
Tujuan dari pertemuan pra tes adalah:
Memberikan informasi tentang proses menjalani tes.
Membantu klien untuk memutuskan apakah akan menjalani tes atau
tidak.
Mendapatkan persetujuan tindak medis (informed consent) bila klien
memutuskan untuk menjalani tes.
Memberikan dukungan psikososial.
Membantu menurunkan risiko penularan hepatitis C lebih lanjut, dengan
memberikan informasi yang relevan.
Tujuan dari konseling pasca tes adalah:
Mendiskusikan arti dari hasil tes.
Memberikan informasi tentang pemeliharaan kesehatan dan pilihan
pengobatan bila hasil tesnya positif.
Memberikan dukungan psikososial bagi orang yang hasil tesnya positif.
Menguatkan pesan-pesan pencegahan penularan.
Beberapa orang mungkin memilih untuk tidak menjalani konseling pra dan
pasca tes. Efek dari menerima hasil tes positif atau negatif akan berbedabeda bagi tiap-tiap orang tergantung dari kedalaman pemahaman mereka
terhadap virus itu dan akibat-akibatnya.
Untuk testing hepatitis C, konseling pra dan pasca tes bukanlah merupakan
syarat hukum di Indonesia.

7-45

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Tindakan-tindakan yang baik dalam konseling pra dan pasca tes.


Memberikan informasi yang benar dan baru (baik lisan maupun tertulis)
sebagai bagian dari diskusi yang umum, merupakan cara yang efektif
untuk mendidik masyarakat. Informasi tertulis yang diberikan saat
konseling prates akan banyak manfaatnya.
Lebih baik bila konseling pra dan pasca tes diberikan oleh konselor yang
sama. Dengan cara ini kemungkinan hubungan yang saling percaya dan
saling menghormati bisa terjalin dengan lebih baik. Hal ini sangat penting
ketika mendidik klien mengenai pengurangan risiko. Memberikan
perawatan berkesinambungan dapat meningkatkan opini klien tentang
pelayanan yang mereka terima. Biasanya lebih mudah mendidik orang
tentang penurunan risiko dan pemeliharaan kesehatan bila mereka telah
menjalin hubungan baik dengan kita. Kemampuan konselor/petugas
kesehatan untuk membuat klien merasa bernilai adalah sangat penting.
Masalah-masalah pertemuan pra tes

Kerahasiaan
Kerahasiaan biasanya menjadi kekhawatiran utama dari orang yang
menjalani tes hepatitis C. Konselor/petugas kesehatan perlu menjelaskan
kepada klien informasi apa saja yang dicatat pada catatan medik klien dan
siapa yang bisa mengetahui isi catatan medik tersebut.
Informed consent (persetujuan tindak medis)
Untuk membuat keputusan yang benar-benar disadari apakah akan
menjalani tes atau tidak, orang membutuhkan informasi yang jelas dan
tepat tentang hepatitis C. Konselor/petugas kesehatan harus dapat
menjelaskan:

Bagaimana virus itu ditularkan.


Arti dari masa jendela.
Arti dari hasil tes negatif.
Arti dari hasil tes positif.
Arti dari hasil tes positif palsu, negatif palsu dan meragukan.
Kemungkinan efek lebih lanjut bila hasil tes positif.
Strategi pemeliharaan kesehatan bila hasil tes positif.
Dukungan-dukungan medis dan non medis yang tersedia.
Bagaimana menurunkan penularan hepatitis C baik bagi yang hasil
tesnya positif maupun negatif.

Karena banyak orang masih percaya bahwa hepatitis C adalah penyakit


yang selalu fatal, kegagalan memberikan informasi yang baik sebelum
testing akan meningkatkan kemungkinan bahwa klien tersebut akan
mengalami trauma bila hasil tesnya positif. Peranan konselor/petugas
7-46

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

kesehatan dalam hal ini adalah menilai bagaimana kira-kira seseorang akan
bereaksi terhadap hasil tes positif sampai janji pertemuan berikutnya
terlaksana.
Menilai faktor risiko
Konselor/petugas kesehatan harus menilai risiko klien untuk terinfeksi
hepatitis C. Hal ini meliputi pengambilan riwayat klien secara detail
menyangkut hal-hal:

Penggunaan narkoba suntik sekarang dan di masa lalu.


Tato, tindik dan seni tubuh.
Transfusi darah sebelum tahun 1990.
Aktivitas yang berisiko lainnya.
Waktu yang dihabiskan di negara-negara yang endemis hepatitis C.

Penting pula untuk menentukan pengertian klien tentang risiko mereka


sendiri untuk terinfeksi hepatitis C. Pertemuan pra tes adalah kesempatan
yang ideal untuk mengetahui adanya salah pengertian dari klien.
Pada saat itu, konselor/petugas kesehatan mungkin merasa bahwa
kemungkinan hasil positif itu sangat kecil. Oleh karena hepatitis C dapat
dipandang sebagai penyakit yang distigmatisasi maka selalu harus
dipertimbangkan untuk tidak menunjukkan riwayat klien secara
keseluruhan. Testing seharusnya tidak ditolak untuk mereka yang
tampaknya berisiko rendah atau karena belum ada informasi tentang risiko
itu.
Suatu riwayat pribadi yang lebih lengkap sering digali pada pertemuan
pasca tes. Kadang-kadang orang yang menjalani tes memilih untuk tidak
mengatakan alasan meminta tes yang sebenarnya pada saat pertemuan
pra tes.
Pertemuan pra tes tetap merupakan kesempatan yang tak ternilai harganya
untuk memberikan informasi yang jelas dan pendidikan tentang hepatitis C
dan virus-virus yang ditularkan lewat darah lainnya.
Menilai keadaan emosi klien
Konselor/petugas kesehatan secara informal harus menilai keadaan emosi
dan psikologik klien pada saat pertemuan pra tes. Selain itu mereka juga
harus membantu klien untuk memutuskan apakah akan menjalani tes atau
tidak pada saat ini. Kegiatan tersebut meliputi:
Menilai bagaimana klien mengatasi stres di masa lalu.
Menilai apakah ada kejadian yang menimbulkan stres dalam kehidupan
klien saat ini.

7-47

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Meminta klien untuk membayangkan bagaimana mereka akan bereaksi


terhadap hasil tes positif.
Meminta klien untuk membayangkan bagaimana mereka akan bereaksi
terhadap hasil tes negatif.
Menanyakan tentang bentuk-bentuk dukungan yang tersedia.
Mengetahui apakah ada orang lain yang tahu bahwa klien menjalani tes.
Mengetahui apakah dan kapan klien dapat datang kembali untuk
mengetahui hasil tes.
Menggali apakah klien mungkin ingin berbagi hasil tersebut dengan
orang lain, mengapa dan bagaimana.
Jika ada kejadian-kejadian menegangkan bagi klien saat ini, lebih baik
testing ditunda sampai waktu menegangkan itu berlalu. Bila
konselor/petugas kesehatan merasa bahwa klien tidak mampu menyerap
informasi dasar tentang testing misalnya dalam pengaruh narkoba atau
alkohol yang digunakan, penting agar mereka membicarakan hal itu dan
klien disarankan datang kembali lain kali untuk konseling prates tambahan.
Konselor/petugas kesehatan harus tahu bahwa beberapa orang hanya akan
bisa mengikuti konseling di bawah pengaruh alkohol atau narkoba dan
dalam situasi seperti itu testing/konseling seharusnya dilaksanakan.
Masalah-masalah pertemuan pasca tes

Hasil tes negatif


Jika hasil tes negatif, ada kesempatan bagi konselor/petugas kesehatan
untuk membahas kembali hal-hal yang telah dibicarakan pada saat
pertemuan pra tes dan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan
pengertian. Orang-orang yang pernah dites mungkin berterima kasih
terhadap informasi tentang sumber bacaan yang tersedia. Mereka mungkin
juga merasa lebih terdorong untuk kembali melakukan testing atau
konseling dan mendapatkan dukungan lain bila mereka merasa bahwa
mereka tidak disalahkan.
Klien yang masih dalam masa jendela perlu diingatkan untuk kembali
mengulangi tes setelah masa jendelanya lewat. Bagi klien yang telah
melewati masa jendela, perubahan perilaku yang pernah dibicarakan pada
saat konseling pra tes dibahas kembali untuk memfasilitasi klien agar dapat
mencegah penularan hepatitis C terhadap dirinya. Begitu pula dengan klien
yang sedang menunggu tes ulang, selama masa jendelanya belum terlewati
maka klien dibantu konselor merencanakan dan memilih perilaku aman
yang ia mampu lakukan untuk mencegah penularan infeksi kepada orang
lain sekaligus untuk memastikan hasil tes yang sesungguhnya nanti.

7-48

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Hasil tes positif


Bila hasil tes positif, konselor/petugas kesehatan dapat memberikan
dukungan di tempat yang aman, dan membahas masalah-masalah yang
segera muncul pada klien. Hanya sedikit orang yang akan mengingat
kembali banyak hal yang dikatakan setelah menerima hasil tes positif. Oleh
karena itu adalah penting untuk memberikan informasi pada pertemuan pra
tes. Idealnya hal ini termasuk sumber bacaan tertulis yang akurat dan jelas
yang bisa dibawa pulang oleh klien.
Peranan konselor/petugas kesehatan dalam pertemuan pasca tes adalah:
Menilai bagaimana klien akan bereaksi terhadap berita bahwa ia
mengidap hepatitis C sampai pertemuan berikutnya berlangsung.
Menjawab setiap pertanyaan yang muncul dari klien, idealnya dengan
merujuk kembali kepada informasi dan hal-hal yang telah didiskusikan
pada saat pertemuan prates.
Tindakan-tindakan yang baik dalam konseling pasca tes
Bila mungkin, sangat dianjurkan agar hasil tes diberikan secara langsung,
dan tidak melalui telpon atau surat. Untuk daerah-daerah pedesaan atau
pinggiran, alternatif cara penyampaian hasil yang lain perlu dibicarakan,
misalnya hasil diberikan kepada konselor/petugas kesehatan terdekat yang
selanjutnya menyampaikan kepada klien secara langsung. Tujuannya agar
klien mendapatkan informasi dan dukungan yang tepat dan sesuai.
Ada kecenderungan untuk menjejali klien yang baru didiagnosis dengan
informasi. Dalam banyak hal, memberikan informasi yang ringkas dalam
jumlah yang kecil akan lebih membantu. Memberikan informasi medis yang
kompleks mungkin akan berefek pada klien menjadi merasa semakin tidak
berdaya. Menghadapi masalah-masalah dengan tenang, dalam urutan yang
baik, memungkinkan klien merasa mampu mengatasi hal-hal yang terjadi.
Bahan bacaan tertulis dapat pula membantu dalam situasi seperti ini.
Orang-orang yang telah menerima informasi tentang hepatitis C yang jelas
dan akurat akan lebih baik dalam hal melindungi diri dan orang lain dan juga
dapat mendidik teman-teman sebayanya. Mereka juga berperan penting
dalam mencegah penularan hepatitis C dan virus-virus lainnya lebih lanjut.
Sementara informasi yang diberikan di depan memberikan rekomendasi
tentang isi dan proses konseling pra dan pasca tes, dalam prakteknya
pertemuan prates tidak selalu dilaksanakan. Bila tidak mungkin memberikan
konseling prates, konselor/petugas kesehatan sebaiknya melaksanakan
hal-hal yang dianjurkan pada konseling prates tersebut pada saat
pertemuan pasca tes. Penyediaan informasi tertulis dalam situasi ini akan
sangat berguna bagi klien.
7-49

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Masalah-masalah kualitas hidup

Apa itu kualitas hidup?


Badan kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan sehat sebagai suatu
keadaan yang baik secara fisik, mental, emosional dan sosial, dan bukan
sematamata bebas dari penyakit dan kecatatan.
Kualitas hidup adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan
pengalaman yang baik secara keseluruhan. Ketika ditanya apa itu kualitas
hidup, banyak orang menjawab kualitas hidup berarti bahagia dan senang,
secara fisik bisa melakukan apa yang ingin atau perlu dilakukan dan
memiliki hubungan yang saling mendukung dan saling memenuhi.
Kualitas hidup dalam tatanan pelayanan kesehatan
Pengalaman masuk ke dalam tatanan perawatan kesehatan dapat
mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Dalam praktek pelayanan
kesehatan konvensional mengutamakan perhatian yang terus-menerus
pada fungsi fisik. Artinya, perhatian utama ini mengabaikan bahwa kualitas
hidup itu sesuatu yang kompleks dan subyektif dan bahwa pengidap
hepatitis C mungkin memiliki banyak sekali kebutuhan dan sebagian dari
padanya bisa dipenuhi dalam tatanan pelayanan kesehatan.
Banyak pengidap hepatitis C tidak menunjukkan gejala, tetapi ada pula
yang mengalami peningkatan gejala-gejala dan tidak diketahui kapan mulai
sakitnya. Akibatnya, pengidap mungkin tidak yakin tentang kesehatannya di
masa depan.
Tidak dipungkiri bahwa gejala-gejala fisik dapat mempengaruhi kualitas
hidup. Masalah-masalah lain seperti kemungkinan dikucilkan, kehilangan
dukungan sosial, pendapatan yang rendah, ketidakpastian masa depan dan
perasaan terinfeksi, merupakan masalah-masalah penting bagi pengidap
hepatitis C. Pemberian informasi dan konseling pra dan pasca tes sangat
membantu dalam meringankan akibat-akibat dari menerima diagnosis
positif.
Strategi-strategi untuk meningkatkan kualitas hidup dalam tatanan
perawatan kesehatan
Strategi yang bisa dilaksanakan untuk mengurangi ketidakpastian yang
berkaitan dengan hepatitis C antara lain:
Konselor/petugas kesehatan memberikan sumbangan terhadap
kesejahteraan pengidap melalui upaya yang sungguh-sungguh untuk
bisa mengerti pengalaman-pengalaman mereka, dan dengan
memberikan informasi dan dukungan yang tepat. Hal ini paling penting

7-50

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

pada saat diagnosis, yang mungkin mempengaruhi cara klien dalam


mengartikan dan memahami konsep dari pengidap hepatitis C.
Menyampaikan informasi dengan cara yang dapat diterima. Hal ini tidak
hanya berarti menggunakan bahasa dan konsep yang tepat, tetapi juga
menempatkan informasi dalam konteks yang berguna bagi klien itu
sendiri.
Pesan-pesan tentang penularan dan pencegahan harus jelas. Ketika
membicarakan penularan, penting untuk membicarakan semua faktor
baik yang tidak diketahui atau tidak relevan maupun yang diketahui yang
dapat secara logis membantu untuk menilai risiko apa yang dimiliki klien.
Hal ini akan memberikan kesempatan kepada konselor untuk
menghilangkan prasangka terhadap mitos-mitos mengenai penularan
hepatitis C, sambil menguatkan pengetahuan yang sudah dimiliki klien.
Orang-orang yang telah mengetahui infeksinya untuk beberapa waktu,
biasanya memiliki kebutuhan yang berbeda, seperti mengembangkan
strategi untuk mengurangi perasaan ketidakpastian dan mengurangi
stres. Banyak orang dengan hepatitis C kronis mengatakan bahwa virus
tersebut telah membantu mereka untuk menyadari apa yang penting
dalam hidup mereka dan untuk menghargai kehidupan saat ini.
Konsep peningkatan pengendalian diri perlu dipertimbangkan pada
setiap diskusi yang berhubungan dengan hepatitis C. Untuk banyak
orang, mencapai rasa mampu mengendalikan kesehatan merupakan hal
yang penting bagi kualitas hidup mereka secara keseluruhan. Hal ini
dapat berarti peningkatan olahraga, istirahat yang cukup, peningkatan
kemampuan mengatasi stres, peningkatan kepercayaan diri,
pelaksanaan pola makan yang lebih sehat dan pemanfaatan pengobatan
tambahan.

Suatu peningkatan perasaan mampu mengendalikan penyakit tersebut juga


dapat dicapai dengan:
Memperjelas harapan tentang kesehatan, memperbaiki kepercayaan
yang salah, dan lain-lain.
Mendiskusikan apakah akan membuka status hepatitis C kepada orang
lain, bagaimana dan kapan.
Mendiskusikan apakah saat ini kesehatannya terpengaruh dan seberapa
berat, dan bagaimana menyesuaikan perubahan-perubahan tersebut
dalam kehidupan pribadi dan pekerjaan.
Mendiskusikan hubungan dengan teman-teman dan keluarga.
Menangani masalah-masalah seperti ketidakpastian dapat memainkan
peran yang penting dalam membantu pengidap hepatitis C untuk
menangani diagnosis dan kesehatannya dengan lebih baik.

7-51

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Dukungan dan perawatan


Hepatitis C dapat mempengaruhi semua segi kehidupan termasuk
hubungan pribadi, dinamika keluarga, situasi sosial, pekerjaan dan
perencanaan masa depan.
Sistem yang menangani aspek-aspek non medis dari hidup dengan
hepatitis C adalah penting pada setiap tingkat pelayanan termasuk
konseling yang mendukung selama pra dan pasca tes, selama pengobatan
dan saat-saat selanjutnya.
Dukungan memiliki arti yang berbeda-beda untuk tiap-tiap orang. Setiap
orang memiliki kebutuhan akan dukungan yang berkaitan dengan
pengalaman dan keadaan tertentu. Supaya kebutuhan akan dukungan ini
terpenuhi, maka dukungan harus dapat mencakup perbedaan-perbedaan
individu. Dukungan yang efektif terhadap pengidap termasuk kebutuhan
akan pasangan, keluarga dan teman-teman, datang dalam berbagai bentuk,
antara lain:
Informasi yang akurat, berdasarkan bukti, dan baru yang disampaikan
oleh konselor/petugas kesehatan.
Informasi telpon dan pelayanan dukungan.
Majalah, buletin dan pamflet serta brosur yang baru, khususnya yang
berkaitan dengan hepatitis C.
Berbicara dengan orang lain dalam situasi yang sama dapat berguna,
misalnya kelompok dukungan atau aktivitas pendidikan sebaya.
Konselor dapat menggali kemungkinan pembentukan kelompok
dukungan untuk pengidap hepatitis C misalnya keluarga dan temanteman pengidap.
Program pendidikan sebaya.
Dukungan dari keluarga dan teman-teman dapat memainkan peranan
yang penting terhadap kualitas hidup seseorang.
Web site atau kelompok berita.
Konseling pribadi dan/atau konseling hubungan antar manusia.
Forum publik dan konferensi.
Kampanye peningkatan kesadaran.
Menjadi pekerja sukarela.
Pelatihan kerja.
Dukungan tidak langsung sering tersedia melalui program pertukaran
jarum, LSM-LSM atau kelompok-kelompok dukungan.
Nutrisi

Kesehatan fisik dan psikologis secara keseluruhan juga dipengaruhi oleh


nutrisi. Meskipun tidak ada bukti bahwa peningkatan diet memiliki efek
langsung terhadap virusnya, pengidap hepatitis C dapat mengoptimalkan
7-52

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

status gizinya dan ketahanannya terhadap infeksi lain dengan memilih


makanan yang sehat.
Apakah pengidap hepatitis C harus mengikuti diet khusus?
Sebagian besar pengidap hepatitis C tidak akan mengalami penyakit hati
yang berat dan hidup mereka tidak dikurangi oleh hepatitis C. Hal ini berarti
bahwa pertimbangan dietnya haruslah sama dengan masyarakat umum,
yaitu tinggi serat dan rendah lemak.
Beberapa pengidap hepatitis C mungkin peka terhadap makanan tertentu
atau alkohol, dan penilaian secara individual serta modifikasi diet mungkin
perlu dilakukan.
Beberapa sumber bacaan mengenai diet dan hepatitis C menyarankan agar
pengidap tidak memakan semua makanan yang mengandung susu, daging
merah (daging sapi, daging kambing dsb.), teh, kopi, makanan yang
mengandung gula yang berlebihan, dan pewarna buatan serta pengawet.
Saran ini tidak didukung oleh bukti ilmiah dan mengikuti saran tersebut
dapat menyebabkan efek negatif antara lain:
Kemungkinan kekurangan zat makanan seperti zat besi, kalsium dan vitamin B12.
Kesulitan dalam berbelanja dan makan atau minum bila jauh dari rumah
yang dapat membuat stres dan terisolasi secara sosial.
Kemungkinan masalah penyimpanan makanan tanpa pengawet.
Perlu biaya tambahan, produk organik atau makanan bebas bahan
tambahan selalu lebih mahal.

Petunjuk
Makanlah makanan
yang bervariasi

Alasan
bergizi

Kebutuhan zat makanan dengan mudah


dapat dipenuhi dengan makan makanan yang
bervariasi. Diet yang hanya terdiri dari sedikit
jenis makanan bisa menimbulkan kekurangan
satu atau lebih zat gizi.

Makanlah lebih banyak roti dan


sereal, sayuran dan buahbuahan

Memakan makanan seperti ini akan


membantu menjamin asupan makanan yang
cukup.

Makanlah makanan rendah


lemak terutama lemak jenuh

Makanan tinggi lemak jenuh meningkatkan


risiko penyakit pembuluh darah dan jantung.

Pertahankan berat badan yang


ideal dengan menyeimbangkan
antara makan dan olah raga

Kegemukan atau kelebihan berat badan


meningkatkan risiko penyakit pembuluh darah
dan jantung serta kencing manis.
7-53

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Jika Anda meminum alkohol,


kurangi jumlahnya

Alkohol menyebabkan kerusakan sel-sel hati/


otak bila dikonsumsi dalam jumlah melebihi
kemampuan hati untuk menetralkannya.

Makanlah makanan yang mengandung gula dalam jumlah


sedang saja.

Makanan yang mengandung banyak gula


cenderung rendah kandungan zat gizi
lainnya. Lubang pada gigi bisa timbul bila gigi
tidak disikat setelah makan makanan atau
minuman yang lengket.

Pilihlah makanan rendah garam


dan gunakan garam dengan hemat.

Diet rendah garam berkaitan dengan risiko


tekanan darah tinggi dan penyakit pembuluh
darah dan jantung yang lebih rendah.

Sarankan/dukung
pemberian
ASI kepada bayinya.

Bayi yang diberikan ASI lebih tahan terhadap


sejumlah infeksi, lebih jarang menderita diare,
dan lebih kecil kemungkinannya mengalami
kegemukan.

Pengelolaan diet dan gejala-gejala hepatiitis C

Perlu dicatat bahwa banyak pengidap hepatitis C tidak mengalami gejala


yang dibahas di bawah ini. Pengidap yang lain mungkin mengalami
beberapa atau semua gejala, baik yang berkaitan dengan hepatitis C
maupun efek samping obat. Perhatikan bahwa prioritas zat gizi berubahubah sesuai dengan status kesehatannya. Jika pengidap mengalami
kesulitan dalam mempertahankan berat badannya, prioritas nutrisinya
adalah mengkonsumsi makanan tinggi kalori, tidak perlu terlalu khawatir
dengan masalah lemak jenuh, sampai berat badannya stabil.
Mual dan muntah
Saran-saran untuk mempertahankan asupan makanan yang baik dalam
keadaan mual:
Makan dalam jumlah kecil dan lebih sering daripada makan banyak tiga
kali sehari.
Makan paling banyak pada saat merasa lapar (sering pada saat makan
pagi).
Pilihlah makanan yang mengandung banyak vitamin dan mineral, makan
keju dalam jumlah kecil, susu asam, kacang, tahu, buah kering, susu
kedele, susu dengan rasa tertentu, susu kocok atau minuman ringan
dapat memberikan Anda jumlah vitamin dan mineral yang dibutuhkan.
Cobalah rasa yang berbeda-beda untuk meningkatkan nafsu makan,
misalnya pahit, asam, asin dan manis.
7-54

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Suplemen makanan khusus mungkin berguna bila makannya kurang


baik atau kehilangan berat badan terlalu banyak. Hal ini perlu
didiskusikan dengan ahli gizi.
Minumlah sari jahe atau campuran sari jahe dengan susu untuk
mengatasi rasa mual.
Jika Anda tidak tahan dengan bau makanan, jangan berada di dapur
saat makanan dimasak, atau persiapkanlah makanan pada saat Anda
merasa dalam keadaan yang terbaik.
Jika muntah tetap terjadi untuk lebih dari 24 jam, pengidap disarankan untuk mencari nasehat medis.
Cara mengatasi kehilangan nafsu makan
Makan lebih sering dalam jumlah kecil.
Jika mungkin, makanlah bersama orang lain.
Cobalah membuat makanan tampak menarik, hidangan kecil dengan
variasi warna dan bentuk.
Cobalah dan makanlah makanan kecil setiap dua atau tiga jam, daripada
mengandalkan nafsu makan.
Gunakan air dingin sebagai pencuci mulut sebelum makan, hal ini dapat
membuat rasa makanan menjadi lebih baik.
Beberapa bau makanan atau bau saat memasak dapat meningkatkan
nafsu makan.
Pilih makanan yang mengandung banyak vitamin dan mineral seperti
susu kocok atau smoothies.
Cobalah berbagai rasa untuk merangsang nafsu makan, seperti pahit,
asam, asin atau manis.
Yakinkan bahwa semua makanan dimakan pada ruangan yang
ventilasinya bagus.
Suplemen makanan khusus mungkin berguna bila makannya kurang
baik atau kehilangan berat badan terlalu banyak. Hal ini perlu
didiskusikan dengan ahli gizi.
Makanan dingin mungkin lebih dapat diterima dengan baik, seperti
sandwich, salad, daging dingin dan antipasto.
Cobalah memakan sejumlah makanan ringan seperti keju, susu asam,
kue buah, minuman susu atau camilan sayuran seperti stik wortel.
Kelelahan
Respon kekebalan tubuh terhadap infeksi dapat menyebabkan perasaan
lelah dan konsumsi makanan seimbang perlu untuk mengoptimalkan
kemampuan tubuh melawan infeksi. Perlu dicatat bahwa tidak ada zat gizi
yang bisa menghilangkan kelelahan dengan segera.

7-55

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Beberapa orang menemukan bahwa mereka mengalami kelelahan


kirakira dua jam setelah makan makanan yang mengandung gula seperti
coklat, pengidap harus memantau dan menyesuaikan asupan
makanannya dengan baik.
Cobalah memakan sejumlah camilan bergizi seperti keju, susu asam,
kue buah, minuman susu atau camilan sayuran.
Akan bermanfaat untuk mencari nasehat lebih lanjut tentang diet dan
kelelahan dari seorang ahli gizi.
Diet dan pengobatan hepatitis C
Orang yang menggunakan interferon atau terapi kombinasi, mungkin
mengalami kehilangan berat badan yang berat, mual atau muntah. Seorang
ahli gizi dapat memberikan nasehat secara individual terhadap masalah ini.
Siapa yang perlu berkonsultasi dengan ahli gizi?
Ahli gizi yang bermutu memberikan nasehat tentang diet berdasarkan buktibukti ilmiah yang disesuaikan dengan pengidap. Nasehat profesional dari
seorang ahli gizi disarankan untuk pengidap hepatitis C jika mereka
mengalami satu atau lebih dari masalah-masalah berikut:
Penyakit hati yang berat.
Mual, tidak ada nafsu makan atau perubahan berat badan yang tidak
direncanakan (termasuk bila hal ini terjadi karena pengobatan).
Kondisi-kondisi lain seperti penyakit saluran pencernaan atau kencing
manis yang memerlukan perubahan diet.
Kehilangan nafsu makan, mual atau kehabisan tenaga, atau perasaan
tidak sehat secara umum.
Dokter spesialis hati atau spesialis saluran pencernaan, dokter umum dan
LSM dapat melakukan rujukan kepada ahli gizi.
Menangani kelelahan
Kelelahan adalah gejala yang sering terjadi pada banyak pengidap hepatitis
C, tetapi bukan merupakan petunjuk yang baik untuk tingkat perkembangan
atau keparahan penyakit. Beberapa faktor yang dapat memacu terjadinya
kelelahan antara lain:

Reaksi dari sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi.


Kegagalan fungsi hati karena penggunaan alkohol.
Diet yang buruk atau zat-zat beracun.
Penggunaan narkoba.
Stres, tertekan atau masalah-masalah situasional lainnya.
Pengobatan medis seperti interferon.
Tidur yang buruk dan kurang istirahat.

7-56

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Dalam beberapa hal, kelelahan itu dapat ditangani. Hal-hal yang perlu
diperhatikan untuk dipertimbangkan dalam mencoba menangani kelelahan
ini dan memaksimalkan tenaga adalah:
Menentukan adanya pengalaman mengalami kelelahan beserta gejalagejalanya.
Mencari konseling untuk mengatasi depresi yang dapat menyertai
kelelahan.
Memprioritaskan kegiatan-kegiatan dan membuat rencana harian untuk
menghindari kelebihan beban kerja.
Mencari pertolongan, bahkan untuk hal-hal yang reguler.
Jika lelah, cobalah relaksasi atau istirahat daripada mencoba untuk tidur.
Ambillah waktu istirahat secara teratur.
Hindari makan terlalu banyak dan luangkanlah waktu untuk menikmati
makanan.
Hindari mandi air panas dan shower serta ruangan yang tidak ada
ventilasinya.
Cobalah olah raga yang sesuai.
Mintalah tambahan ide dari konselor/petugas kesehatan.
Obat-obat tradisional Cina diyakini dapat membantu mengurangi beberapa
gejala yang terkait dengan hepatitis C termasuk kelelahan.
Kesehatan gigi dan mulut

Pengidap hepatitis C mungkin mengalami masalah gigi dan mulut. Hal ini
meliputi mulut yang kering, gigi sensitif dan berlubang, infeksi gusi dan
perlukaan di mulut. Gejala-gejala ini dapat juga berkaitan dengan
kondisikondisi lain, dan tidak selalu merupakan tanda dari infeksi hepatitis
C.
Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa karena masalah-masalah di
mulut, pengidap menghindari keluar rumah, tidak nyaman dengan
penampilan, sering mengalami sakit gigi dan mungkin tidak bisa rileks.
Kesehatan mulut yang buruk dapat mempengaruhi pembicaraan, nutrisi,
kesan tubuh dan kepercayaan diri.
Pertimbangan-pertimbangan perawatan gigi untuk pengidap hepatitis
C
Air liur membantu melindungi gigi dan gusi, dan penelitian menunjukkan
bahwa pengidap hepatitis C memiliki tingkat air liur yang rendah. Hal ini
mungkin dapat menjelaskan tingginya angka kejadian gigi berlubang dan
perlukaan pada gusi pada pengidap hepatitis C.

7-57

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Beberapa jenis obat seperti methadon dan obat anti depresi dapat menyebabkan mulut kering dan mempergunakan obat ini dapat menambah
masalah-masalah gigi.
Beberapa orang termasuk mereka yang diobati dengan interferon,
memiliki ketahanan yang lebih rendah terhadap infeksi daripada orang
lain. Merokok dan menggunakan methadon serta jenis opioid yang lain
dapat pula menyebabkan kondisi gusi bertambah buruk. Pengurangan
atau penghentian rokok dianjurkan, dan kunjungan yang teratur ke dokter
gigi untuk pembersihan gigi juga dianjurkan.
Kesehatan gigi dan pengobatan hepatitis C
Penderita sirosis dan kelainan pembekuan darah harus mendiskusikan
kebutuhan kesehatan mulutnya dengan dokter gigi sebelum pengobatan.
Pengidap yang minum interferon atau obat lain, juga dianjurkan secara
teratur mengunjungi dokter gigi.
Ada pengobatan sederhana yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kesehatan mulut dan menurunkan masalah-masalah gigi yang sering
dijumpai. Konselor harus menyarankan pengidap hepatitis C untuk
mengunjungi dokter gigi secara teratur. Dokter gigi akan dapat memberikan
nasehat mengenai masalah-masalah tertentu seperti mulut kering, gigi
sensitif dan berlubang, infeksi gusi atau perlukaan di mulut.
Efek merokok bagi pengidap hepatitis C

Pengidap hepatitis C sangat dianjurkan untuk tidak merokok untuk


mengurangi risiko mengalami kegagalan fungsi hati. Penelitian yang
dilakukan oleh Chong-Shan Wang dan kawan-kawan pada 6095 sampel di
Taiwan menemukan bahwa pengidap hepatitis C yang merokok satu
bungkus atau lebih per hari mempunyai risiko tujuh kali lebih tinggi
mengalami peningkatan enzim alanine aminotransferase dibandingkan yang
tidak merokok. Peningkatan enzim alanine aminotransferase merupakan
tanda adanya kerusakan fungsi hati.
Pertanyaan-pertanyaan yang sering ditanyakan
Tanya:

Apakah konseling pra dan pasca tes merupakan persyaratan hukum?

Jawab:

Tidak. Namun demikian, petugas kesehatan harus meminta setiap


orang yang akan dites untuk mencari informasi dan/atau konseling
prates dan pengalaman menunjukkan bahwa konseling pasca tes
sebaiknya diberikan kepada setiap orang yang menjalani tes antibodi,
tanpa memandang apakah hasil tes tersebut positif atau negatif.

7-58

Buku Pegangan Konselor


HIV

HIV dan Hepatitis C

Tanya:

Bila seseorang menyampaikan status hepatitisnya kepada keluarga


atau teman-teman dan mendapatkan tanggapan yang buruk, apa
yang dapat mereka lakukan?

Jawab:

Dukungan memiliki arti yang berbeda-beda untuk tiap-tiap orang.


Setiap orang mempunyai kebutuhan dukungan yang bersifat khu-sus
yang terkait dengan pengalaman dan keadaan tertentu. Agar
kebutuhan akan dukungan tersebut dapat dipenuhi, dukungan itu
harus dapat mencakup perbedaan-perbedaan individual dan juga
harus ditentukan oleh orang yang membutuhkannya. LSM-LSM dapat
memberikan informasi dan dukungan.

Tanya:

Apakah pengidap hepatitis C harus mengubah diet mereka?

Jawab:

Tidak selalu. Suatu diet sehat yang seimbang dianjurkan untuk semua
orang, tetapi mungkin pengidap hepatitis C perlu mengubah beberapa
aspek dietnya untuk menangani gejala-gejala seperti mual, kelelahan
dan hilangnya nafsu makan.

Tanya:

Karena parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati dalam dosis


yang besar, apakah aman untuk meminumnya?

Jawab:

Parasetamol adalah penghilang rasa sakit yang diterima untuk


pengidap hepatitis C pada dosis yang biasa. Pengidap harus
berkonsultasi dengan spesialis hati atau dokter umum untuk menjamin
bahwa semua pengobatan sudah tepat sesuai dengan keadaan
mereka.

Tanya:

Apakah pengidap hepatitis C perlu melakukan perawatan khusus


terhadap kesehatan mulutnya?

Jawab:

Pengidap hepatitis C mungkin mengalami masalah-masalah gigi dan


mulut, tetapi gejala-gejala kesehatan mulut yang buruk tidak selalu
berkaitan dengan infeksi hepatitis C. Pemeriksaan secara teratur oleh
dokter gigi dan perhatian kepada kesehatan mulut sangat dianjurkan.

Tanya:

Apa yang harus dilakukan bila mereka tidak mendapatkan jawaban


yang mereka perlukan dari petugas kesehatan?

Jawab:

Pengidap hepatitis C memiliki hak untuk menerima perawatan yang


tepat dari pemberi pelayanan kesehatan, yang mencakup informasi
yang relevan dan penting sebagai jawaban terhadap pertanyaan
mereka. Sulit bagi seseorang untuk menerima atau menolak
memberikan persetujuan pengobatan bila mereka tidak memiliki
informasi yang cukup tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
keputusannya. Pengidap disarankan untuk memberitahu petugas
kesehatan bahwa mereka tidak puas dengan informasi yang diberikan. Jika belum puas, mereka dapat mempertimbangkan untuk
mencari pemberi pelayanan yang lain.
7-59

Buku Pegangan Konselor


HIV

Infeksi Oportunistik

$ RINGKASAN
8.1 GAMBARAN UMUM INFEKSI OPORTUNISTIK
Infeksi oportunistik (IO) merupakan penyakit yang ditimbulkan oleh
organisme yang dalam keadaan tubuh normal tidak menimbulkan penyakit atau
mudah diatasi oleh tubuh, tetapi oleh karena daya tahan tubuh yang menurun,
tubuh tidak mampu mengatasinya sehingga menimbulkan penyakit.
Selain hepatitis C yang telah dibahas dalam bab 7, infeksi oportunistik yang
sering dijumpai pada ODHA adalah: kandidiasis, virus sitomegalia, herpes
simpleks, mikobakterium avium kompleks, PCP, toksoplasmosis, dan TB.
IO dan AIDS: Bila pengidap HIV ternyata mengalami IO, mungkin HIV telah
berkembang menjadi AIDS. Dijumpainya satu atau lebih IO resmi sesuai
definisi Depkes pada penderita HIV, sudah dapat dikatakan AIDS.
Pencegahan IO: Profilaksis dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan,
menghindari sumber kuman dan memakai obat-obat yang mencegah timbulnya
penyakit misalnya kotrimoksazol untuk mencegah PCP, INH untuk mencegah
TB, azitromicin untuk mencegah MAC dan lain-lain. Pencegahan IO yang terbaik
adalah dengan memakai terapi ARV yang manjur.Dan sekarang sudah tersedia
di 25 Rumah Sakit di Indonesia (lihat Lampiran Daftar Rumah Sakit).
Pengobatan IO: Untuk setiap IO, ada obat atau kombinasi obat tertentu yang
tampak paling berhasil. Obat ARV yang manjur memungkinkan pemulihan sistem
kekebalan yang rusak dan lebih berhasil dalam memerangi IO.
8.2 BEBERAPA JENIS IO
Kandidiasis (thrush) adalah infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, atau
vagina. Penyakit ini dapat timbul pada jumlah sel CD4 berapapun. Ia bahkan
dapat terjadi pada jumlah sel CD4 yang agak tinggi.
Virus sitomegalia (CMV) adalah infeksi virus yang menyebabkan penyakit mata
yang dapat menimbulkan kebutaan. Penyakit ini umumnya terjadi pada jumlah
sel CD4 di bawah 50 per milimeter kubik.
Berbagai macam virus herpes simpleks dapat menyebabkan herpes pada
mulut atau alat kelamin. Ini adalah infeksi yang agak umum, tetapi jika mengidap
HIV, kejadiannya jauh lebih sering dan lebih parah. Seperti halnya kandidiasis,
herpes simpleks juga dapat timbul pada jumlah sel CD4 berapapun.

8-1

Buku Pegangan Konselor


HIV

Infeksi Oportunistik

Mikobacterium Avium Compleks (MAC) adalah infeksi bakteri yang dapat


menyebabkan demam kambuhan, rasa sakit seluruh tubuh, gangguan
pencernaan, dan kehilangan berat badan yang parah. Penyakit ini umumnya
terjadi pada jumlah sel CD4 di bawah 75 per milimeter kubik.
Pneumonia Pneumocystis carinii (PCP) adalah infeksi jamur yang dapat
menyebabkan pneumonia (radang paru) yang berbahaya. Penyakit ini umumnya
terjadi pada jumlah sel CD4 di bawah 200 per milimeter kubik.
Toksoplasmosis (Tokso) adalah infeksi protozoa otak. Penyakit ini umumnya
terjadi pada jumlah sel CD4 di bawah 100 per milimeter kubik.
Tuberkulosis (TB) adalah infeksi bakteri yang menyerang paru, dan dapat pula
menyebabkan meningitis atau radang selaput otak. Setiap orang dengan HIV
yang kontak dengan penderita TB aktif harus diberikan profilaksis tanpa
memandang jumlah sel CD4-nya. HIV menyebabkan seseorang bertambah
rentan terhadap infeksi tuberkulosis. Orang dengan HIV mempunyai risiko 10 kali
terinfeksi TB dibandingkan bukan ODHA. Di lain pihak, TB dapat mempercepat
virus HIV memperbanyak diri sehingga juga akan mempercepat perjalanan
penyakitnya.
Interaksi HIV-TB
HIV:
$ melemahkan sistem imun tubuh,
$ memudahkan infeksi TB (baru),
$ mempermudah reaktivasi infeksi TB primer,
$ mempercepat manifestasi TB.
TB:
$ terjadi saat awal infeksi HIV,
$ menurunkan sel-sel CD4,
$ mempermudah infeksi oportunistik lainnya,
$ meningkatkan angka kematian PHA (Primary HIV/AIDS).
Gejala-gejala TB: batuk-batuk kronik (lama) tidak sembuh
pengobatan antibiotik, panas, lesu, dan penurunan berat badan.

dengan

TB yang mengenai organ di luar paru, seperti: kelenjar getah bening, tulang,
ginjal, dan otak dapat menjadi penyakit yang berat, tetapi tidak menularkan
penyakit.
Cara penularan TB: melalui udara yang mengandung percikan batuk dan
dihirup oleh orang di sekitarnya.
Infeksi kuman TB dapat menimbulkan kekebalan dan penderita tetap sehat.
Tetapi, bila penderita terinfeksi HIV, kekebalan tubuh akan menurun dan
kuman TB teraktivasi untuk menimbulkan penyakit yang aktif.

8-2

Buku Pegangan Konselor


HIV

Infeksi Oportunistik

Penemuan kasus: pemeriksaan dahak (sputum) oleh petugas kesehatan di


Puskesmas.
Pengobatan TB: bila hasil pemeriksaan positif, penderita harus diberikan
pengobatan selama 6-8 bulan terus-menerus sampai penderita sembuh
(dinyatakan dengan hasil pemeriksaan dahak yang negatif). Menurut
Pedoman Depkes RI, pengobatan juga diberikan kepada penderita TB BTA
negatif Rontgen positif. Pemberian obat TB kepada ODHA yang mendapat
terapi ARV harus memperhatikan interaksi antara obat TB dengan ARV.
Strategi DOTS (Directly Observed Treatment-Short Course): merupakan
strategi untuk meningkatkan efektivitas pengobatan TB dengan cara
melakukan pengawasan langsung kepada penderita TB dalam hal minum
obat. Pengawasan dilakukan oleh pengawas menelan obat (PMO) yang dapat
diperankan oleh petugas kesehatan, kader kesehatan, guru, petugas PPTI,
PKK, tokoh masyarakat atau keluarga penderita.
Peran konselor HIV/AIDS dalam DOTS: Konselor dapat melakukan rujukan
kepada pendamping ODHA (Buddy) sebagai salah satu pengawas menelan
obat (PMO) bagi ODHA penderita TB yang minum obat-obat TB. Bila hal ini
tidak memungkinkan dilakukan, Para Buddies dapat membantu mendidik
keluarga ODHA untuk menjadi PMO.

8-3

Buku Pegangan Konselor


HIV

8-4

Infeksi Oportunistik

Buku Pegangan Konselor


HIV

Infeksi Oportunistik

INFEKSI OPORTUNISTIK (IO)


8.1 GAMBARAN UMUM
Dalam tubuh kita terdapat banyak kuman yang hidup secara komensal
(tidak menimbulkan penyakit), baik berupa bakteri, protozoa (binatang
bersel satu), jamur maupun virus. Bila sistem kekebalan kita bekerja, tubuh
tidak akan sakit oleh karena sistem kekebalan tubuh dengan mudah dapat
mengatasi kuman ini. Tetapi bila sistem kekebalan tubuh menjadi lemah
oleh penyakit HIV atau mungkin oleh beberapa obat, tubuh tidak lagi
mampu mengatasinya dan kuman-kuman tersebut akan menyebabkan
timbulnya masalah kesehatan. Infeksi yang mengambil manfaat dari
kelemahan dalam pertahanan kekebalan disebut oportunistik. Kata infeksi
oportunistik disingkat menjadi IO.
Tes untuk IO

Kita dapat terinfeksi IO, dan dites positif untuk IO tersebut, walaupun kita
tidak mengalami suatu penyakit. Misalnya, hampir setiap orang dengan HIV
jika dites untuk virus sitomegalia (cytomegalovirus atau CMV) ternyata
positif. Tetapi penyakit CMV sangat jarang berkembang kecuali kadar CD4
turun di bawah 50. Untuk menentukan apakah kita terinfeksi IO, darah kita
dapat dites untuk antigen (bagian kuman penyebab IO) atau untuk antibodi
(protein yang dibuat oleh sistem kekebalan untuk memerangi antigen).
Ditemukannya antigen atau antibodi menunjukkan adanya infeksi. Bila ada
infeksi dan kadar CD4 cukup rendah sehingga memungkinkan IO
berkembang, maka sebaiknya diperiksa dokter untuk mengetahui aktif
tidaknya penyakit tersebut.
IO dan AIDS

Orang yang tidak terinfeksi HIV dapat menderita IO jika sistem


kekebalannya jadi rusak. Misalnya, banyak obat yang dipakai untuk
mengobati kanker menekan sistem kekebalan. Beberapa orang yang
menjalani pengobatan kanker dapat menderita IO. HIV memperlemah
sistem kekebalan, sehingga IO dapat terjadi. Bila orang dengan HIV
mengalami IO, berarti penyakitnya sudah masuk fase AIDS. Jenis-jenis IO
yang dijadikan dasar penegakan diagnosis AIDS ada 24 macam dan dapat
dilihat pada alamat web berikut:
http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/00018871.htm

8-5

Buku Pegangan Konselor


HIV

Infeksi Oportunistik

Pencegahan IO

Pengobatan profilaksis untuk mencegah infeksi oportunistik


Penyakit

Pengobatan profilaksis
Indikasi
CD4 < 200
Kandidiasis pada mulut dan tenggorokan

Obat pilihan pertama


Cotrimoxazol 960 mg/hari atau
Cotrimoxazol 480 mg/hari

TB

- TST 5mm
Kontak dengan TB
aktif

Toxoplasma gondii
MAC

CD4 < 100


CD4 < 50

S. Pneumoniae

CD4 200

INH 300 mg/hari + piridoksin 50


mg/hari selama 9 bulan atau
INH 900 mg/hari + piridoksin 100
mg/hari 2x/minggu selama 9 bl.
Cotrimoxazol 960 mg/hari
Azitromisin 1200 mg/minggu atau
Claritromisin 500 mg 2x/hari
Vaksinasi 23-valent polisakarida
0,5 ml i.m.
Vaksinasi hepatitis B 3 dosis

PCP

Hepatitis B

Anti Hep. B core


negatif
Hepatitis A
- Anti hep. A negatif
- IDU, MSM, hemofili
- Pengidap penyakit
hati menahun termasuk Hep. B atau
C kronik
Menghentikan profilaksis
Saat menghentikan
PCP
CD4 > 200 3 bulan
Toksoplasmosis

CMV

Vaksinasi Hepatitis A 2 dosis

1* CD4 > 200 3 bulan


2** CD4 > 200 6 bulan
+ terapi selesai +
asimptomatik
2** CD4 > 100-150 6 bulan +
tidak ada penyakit aktif

Saat memulai kembali


CD4 < 200
1* CD4 < 100-200
2** CD4 < 200

CD4 < 100-150

1* Untuk profilaksis primer (ODHA belum pernah menderita penyakit ini)


**
2 Untuk profilaksis sekunder (ODHA sudah pernah menderita penyakit ini).
Disesuaikan dari: MMWR, 2002.

Sebagian besar kuman penyebab IO sangat umum, dan setiap orang


mungkin saja membawa organisme penyebab IO ini. Risiko infeksi baru,
dapat dikurangi dengan tetap menjaga kebersihan dan menghindari sumber
8-6

Buku Pegangan Konselor


HIV

Infeksi Oportunistik

kuman yang diketahui sebagai menyebabkan IO. Orang yang telah


terinfeksi beberapa IO, tetap dapat mencegah aktifnya penyakit tersebut
dengan memakai obat-obatan. Pencegahan dengan obat ini disebut
profilaksis. Cara terbaik untuk mencegah IO adalah dengan memakai terapi
ARV yang manjur. Di Indonesia akses terhadap terapi ARV ini sudah
diupayakan oleh Kimia Farma dengan memproduksi obat ARV generik dan
telah diluncurkan pada tahun 2004.
Tempat untuk mendapatkan profilaksis IO
Khusus untuk Propinsi Bali, YKP (Yayasan Kerthi Praja) menyediakan
pengobatan profilaksis PCP secara gratis (cotrimoxazol). Di propinsipropinsi lain di Indonesia terdapat beberapa lembaga swadaya masyarakat
bekerja sama dengan tempat-tempat layanan kesehatan dapat membantu
ODHA untuk mendapatkan pengobatan profilaksis IO secara mudah.
Pengobatan IO

Untuk setiap IO, ada obat, atau kombinasi obat tertentu yang tampak paling
berhasil. Obat antiretroviral yang manjur memungkinkan pemulihan sistem
kekebalan yang rusak dan lebih berhasil dalam memerangi IO. Penjelasan
lebih lanjut tentang pengobatan IO dapat dilihat pada bagian 8.2 berikut ini.
IO yang paling umum

Pada tahun-tahun awal epidemi AIDS, IO menyebabkan banyak kesakitan


dan kematian. Namun, setelah orang mulai memakai terapi kombinasi antiretroviral, lebih sedikit orang yang mengalami IO. Seberapa banyak ODHA
yang akan mengalami IO tertentu tidaklah pasti. IO yang paling umum
diuraikan di bawah ini, berikut penyakit yang biasa disebabkannya, dan
kadar CD4 waktu penyakit menjadi aktif:
Kandidiasis (thrush) adalah infeksi jamur pada mulut, tenggorokan,
atau vagina. Penyakit ini dapat timbul pada semua jumlah CD4, bahkan dapat terjadi pada jumlah CD4 yang agak tinggi.
Virus sitomegalia (CMV) adalah infeksi virus yang menyebabkan
penyakit mata yang dapat menimbulkan kebutaan. Penyakit ini sering
timbul pada jumlah CD4 di bawah 50.
Berbagai macam virus herpes simpleks dapat menyebabkan herpes
pada mulut atau alat kelamin. Ini adalah infeksi yang agak umum,
tetapi jika kita mengidap HIV, infeksi ini dapat jauh lebih sering dan
lebih parah. Penyakit ini dapat terjadi pada kadar CD4 berapa pun.
Mycobacterium avium complex (MAC atau MAI) adalah infeksi bakteri
yang dapat menyebabkan demam kambuhan, rasa sakit yang umum,
masalah pada pencernaan, dan kehilangan berat badan yang parah.
Penyakit ini sering timbul pada jumlah CD4 di bawah 75.
8-7

Buku Pegangan Konselor


HIV

Infeksi Oportunistik

Pneumonia Pneumocystis carinii (PCP) adalah infeksi jamur yang


dapat menyebabkan pneumonia (radang paru) yang berbahaya.
Penyakit ini sering timbul pada jumlah CD4 di bawah 200.
Toksoplasmosis (Tokso) adalah infeksi protozoa otak. Penyakit ini
sering timbul pada jumlah CD4 di bawah 100.
Tuberkulosis (TB) adalah infeksi bakteri yang menyerang paru, tetapi
dapat mengenai selaput otak dan menyebabkan meningitis (radang
selaput otak). Setiap orang dengan HIV yang kontak dengan penderita
TB aktif harus diberikan profilaksis.
8.2 BEBERAPA JENIS IO
Berikut ini disajikan secara singkat beberapa jenis infeksi oportunistik.
Kandidiasis
Apakah kandidiasis itu?
Kandidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur. Jamur ini
ditemukan pada tubuh hampir semua orang. Suatu sistem kekebalan tubuh
yang normal dapat mengontrol jamur ini. Kandidiasis adalah infeksi
oportunistik yang biasa dijumpai pada ODHA. Jamur ini biasanya mengenai
mulut, tenggorokan, atau vagina.
Infeksi kandida pada mulut disebut thrush. Ia tampak seperti bercak merah
atau bercak putih yang mirip dengan keju lembut. Ia dapat menyebabkan
sakit tenggorokan, sakit saat menelan, mual, dan kehilangan nafsu makan.
Infeksi ini dapat menjalar lebih dalam dari tenggorokan. Hal ini disebut
esofagitis.
Kandidiasis merupakan infeksi vagina yang umum. Gejala-gejala vaginitis
meliputi gatal, rasa terbakar, dan cairan keputihan yang kental.
Pencegahan kandidiasis
Tidak ada cara untuk mencegah paparan oleh kandida. Pengobatan
biasanya tidak digunakan untuk mencegah kandidiasis karena:
Penyakit ini tidak begitu berbahaya.
Ada obat yang efektif untuk mengobatinya.
Jamur ini dapat menghasilkan kekebalan terhadap pengobatan.
Cara pengobatan kandidiasis
Pengobatan kandidiasis tidak akan membersihkan semua jamur tersebut.
Pengobatan hanya akan mengendalikannya saja.
Sistem kekebalan tubuh yang normal menyebabkan keseimbangan. Bakteri
yang secara normal ditemukan pada tubuh manusia juga membantu
8-8

Buku Pegangan Konselor


HIV

Infeksi Oportunistik

mengontrol jamur. Beberapa jenis antibiotik dapat membunuh bakteribakteri berguna ini dan menyebabkan berkembangnya kandida.
Pengobatannya bisa lokal atau sistemik. Pengobatan lokal dilakukan pada
tempat infeksi ditemukan. Pengobatan sistemik mengenai seluruh tubuh.
Banyak dokter lebih suka menggunakan pengobatan lokal terlebih dahulu.
Pengobatan lokal menempatkan obat langsung di tempat yang dibutuhkan.
Pengobatan lokal memiliki efek samping lebih sedikit daripada pengobatan
sistemik. Juga resiko kandida menjadi kebal terhadap pengobatan lebih
sedikit. Obat yang digunakan untuk mengobati kandida adalah obat-obat
anti jamur. Nama-nama obat ini hampir selalu diakhiri dengan -azole.
Pengobatan lokal meliputi krim, tablet vagina untuk mengobati
vaginitis, cairan, dan tablet isap yang larut di dalam mulut. Pengobatan
lokal dapat menyebabkan sedikit rasa perih atau iritasi.
Pengobatan sistemik diperlukan jika pengobatan lokal tidak berhasil,
atau jika infeksi telah meluas ke tenggorokan (esofagitis). Beberapa
obat sistemik berupa pil. Efek samping yang paling umum adalah mual, muntah, dan sakit perut. Kurang dari 20% penderita mengalami
efek samping ini.
Kandidiasis dapat datang kembali secara berulang-ulang. Beberapa dokter
meresepkan obat anti jamur untuk waktu yang lama. Hal ini dapat
menyebabkan resistensi. Jamur tersebut dapat mengalami mutasi sehingga
obatnya tidak lagi efektif.
Amphotericin B dapat digunakan pada kasus yang parah yang tidak
membaik dengan pengobatan yang lain. Obat ini sangat kuat dan beracun
(toksik), yang diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah balik).
Efek samping yang utama adalah masalah terhadap ginjal dan anemia.
Reaksi lainnya meliputi demam, dingin, mual, muntah, dan sakit kepala.
Efek samping ini biasanya menghilang setelah beberapa dosis pertama.
Pengobatan alamiah
Beberapa penyembuhan tanpa obat tampaknya dapat membantu. Belum
ada penelitian untuk membuktikan kemanjuran cara pengobatan ini.
Mengurangi jumlah gula yang Anda makan.
Teh Pau dArco dibuat dari kulit kayu di Amerika Selatan. Teh ini
dilaporkan memiliki kemampuan anti jamur.
Bawang putih memiliki khasiat anti jamur dan anti bakteri. Namun demikian, ia dapat mengganggu obat-obat golongan protease inhibitor.
Minyak pohon teh dapat dilarutkan dalam air dan dikumur-kumurkan.
Lactobacillus (acidophilus), yang ditemukan dalam yoghurt, adalah
bakteri yang dapat mengontrol jamur. Mungkin ada gunanya
meminumnya setelah memakai antibiotika.
8-9

Buku Pegangan Konselor


HIV

Infeksi Oportunistik

Asam gammalinoleat (GLA) dan biotin keduanya tampaknya


membantu mencegah penyebaran kandida. GLA ditemukan pada
beberapa minyak yang diperas dalam keadaan dingin. Biotin adalah
suatu vitamin B.
Penutup
Kandida adalah infeksi jamur yang sangat umum. Jamur ini secara normal
hidup pada tubuh manusia. Ia tidak dapat dihilangkan.
Kebanyakan infeksi kandida mudah diobati dengan pengobatan lokal. Pada
orang dengan sistem kekebalan yang menurun, infeksi ini bisa lebih lama.
Obat anti jamur sistemik dapat diminum, tetapi kandida mungkin menjadi
resisten terhadap obat itu. Obat anti jamur yang paling kuat yaitu
amphotericin B, memiliki efek samping yang serius. Beberapa pengobatan
alamiah dilaporkan dapat membantu mengontrol infeksi oleh kandida.
Virus sitomegalia (CMV)
Apakah CMV itu?
Virus sitomegalia (cytomegalovirus/CMV) adalah infeksi oportunistik terkait
penyakit HIV. Kurang lebih 50% masyarakat dan 90% ODHA di AS
membawa virus yang menyebabkan penyakit CMV. Statistik untuk
Indonesia belum diketahui. Sistem kekebalan tubuh yang sehat menahan
virus ini, agar tidak mengakibatkan penyakit. Waktu HIV atau penyakit lain
melemahkan pertahanan kekebalan, CMV dapat menyerang beberapa
bagian tubuh. Penyakit yang paling lazim disebabkan CMV adalah retinitis.
Penyakit ini menyebabkan kematian sel pada retina, bagian belakang mata.
Hal ini dengan cepat dapat menyebabkan kebutaan jika tidak diobati. CMV
dapat menyebar ke seluruh tubuh dan menginfeksikan beberapa organ
sekaligus. Resiko CMV tertinggi waktu kadar CD4 di bawah 100. Tanda
pertama retinitis CMV adalah masalah penglihatan seperti titik hitam yang
bergerak yang disebut floater (pelampung) dan mungkin menunjukkan
adanya radang pada retina. Beberapa dokter mengusulkan pemeriksaan
mata untuk mengetahui adanya retinitis CMV. Pemeriksaan ini dilaksanakan
oleh ahli mata. Jika kadar CD4 di bawah 200 dan Anda mengalami masalah
penglihatan apa saja, sebaiknya Anda langsung menghubungi dokter.
Pengobatan CMV
Pengobatan pertama untuk CMV meliputi infus setiap hari dengan
gansiklovir atau foskarnet. Obat ini dapat mengendalikan penyakit CMV,
tetapi tidak dapat menyembuhkan. Karena harus diinfus setiap hari,
sebagian besar orang memasang keran atau buluh obat yang dipasang
secara tetap pada dada atau lengan. Buluh ini, yang disebut kateter
8-10

Buku Pegangan Konselor


HIV

Infeksi Oportunistik

Hickman atau Groschung, harus dijaga agar tetap bersih untuk menghindari
infeksi. Dulu penderita penyakit CMV diperkirakan harus tetap memakai
obat anti CMV seumur hidup. Pengobatan CMV diperbaiki secara dramatis
selama beberapa tahun terakhir ini:
1995: Pil gansiklovir disetujui untuk mencegah CMV. Dokter memakai
gansiklovir injeksi dan foscarnet langsung pada mata untuk mengobati
retinitis.
1996: Bentuk gansiklovir yang ditanam dalam mata (implant)
dikembangkan agar obat langsung dikeluarkan dalam mata. Pada
tahun ini sidofovir disetujui untuk disuntikkan dan tes viral load CMV
dikembangkan.
1998: Fomvirsen disetujui untuk disuntikkan langsung ke mata.
2001: Valgansiklovir disetujui. Bentuk gansiklovir baru ini memberi
tingkat obat lebih tinggi dengan lebih sedikit pil. Terapi antiretroviral
sangat manjur (HAART) juga dapat memperbaiki sistem kekebalan
tubuh. Pasien dapat berhenti memakai obat CMV jika kadar CD4-nya
di atas 100 hingga 150 dan tetap begitu selama enam bulan.
Pencegahan CMV
Gansiklovir telah disetujui untuk mencegah (profilaksis) CMV, tetapi banyak
dokter enggan meresepkannya. Mereka tidak ingin menambahkan hingga
12 kapsul lagi pada pasien. Lagi pula, belum jelas profilaksis ini bermanfaat.
Dua penelitian besar menghasilkan kesimpulan berbeda. Di negara maju,
kontroversi ini tidak menjadi masalah besar karena tersedianya terapi ARV
dapat mempertahankan kadar CD4 pada tingkat yang cukup tinggi sehingga
ODHA tidak akan menderita CMV.
Cara memilih obat CMV
Ada beberapa hal yang sebaiknya dipertimbangkan jika
pengobatan penyakit CMV aktif, seperti diuraikan di bawah ini:

memilih

Efektivitas pengobatan. Gansiklovir suntikan merupakan pengobatan


CMV yang paling efektif secara keseluruhan. Bentuk tanam sangat efektif
untuk menghentikan retinitis, tetapi hanya efektif pada mata yang ditanami
saja.
Cara pemberian obat. Pil paling mudah ditangani. Pengobatan intravena
meliputi suntikan atau memasang buluh obat yang mungkin menimbulkan
infeksi. Suntikan pada mata berarti menyuntik jarum langsung pada mata.
Bentuk tanam, yang bertahan enam sampai delapan bulan, membutuhkan
waktu sekitar satu jam untuk menanamnya.
8-11

Buku Pegangan Konselor


HIV

Infeksi Oportunistik

Sifat terapi apakah lokal atau sistemik. Terapi lokal hanya berefek pada
mata. Retinitis CMV dapat cepat menyebar dan mengakibatkan kebutaan.
Karena itu, penyakit ini diobati secara agresif pada waktu pertama kali
muncul. Obat baru dalam bentuk suntikan dan tanam menempatkan obat
langsung dalam mata, dan memberikan efektivitas terbaik dalam
penyembuhan retinitis. CMV juga dapat ditemukan pada bagian tubuh lain.
Untuk menanggulangi CMV di bagian tubuh lain, dibutuhkan terapi sistemik
(seluruh tubuh). Pengobatan suntikan atau infus, atau pil valgansiklovir,
dapat dipakai.
Efek samping obat. Obat CMV bentuk infus, dan valgansiklovir dapat
merusak sumsum tulang atau ginjal. Foskarnet meliputi infus yang lama dan
pelan setiap hari. Gansiklovir juga membutuhkan infus setiap hari. Infus
sidofovir hanya sekali dalam dua minggu (setelah pemberian awal tiap
minggu). Ini berarti sidofovir tidak membutuhkan pemasangan kateter.
Namun sidofovir menimbulkan beberapa efek samping yang parah.
Penutup
Terapi anti-HIV yang manjur kemungkinan adalah cara terbaik untuk
mencegah CMV. Jika jumlah CD4 di bawah 200, sebaiknya dibahas
pencegahan CMV dengan dokter dan menjadwalkan pemeriksaan mata
secara berkala. Jika mengalami gangguan penglihatan APA PUN, Anda
harus langsung ke dokter! Pengobatan langsung pada mata memungkinkan
pengendalian retinitis CMV. Dengan obat CMV yang baru, buluh obat yang
dipasang pada tubuh dan infus harian dapat dihindari. Sebagian besar
orang dapat menghentikan penggunaan obat CMV jika kadar CD4-nya naik
dan tetap di atas 150 waktu memakai obat ARV.
MAC (Mycobacterium Avium Complex)
Apakah MAC Itu?
Kompleks Mikobakterium Avium (Mycobacterium Avium Complex/ MAC)
adalah penyakit parah yang disebabkan oleh bakteri umum. MAC juga
dikenal sebagai MAI (Mycobacterium Avium Intracellulare). Infeksi MAC
bisa lokal (terbatas pada satu bagian tubuh) atau diseminata (tersebar luas
pada seluruh tubuh, kadang kala disebut DMAC). Infeksi MAC sering terjadi
pada paru, usus, sumsum tulang, hati dan limpa. Bakteri yang
menyebabkan MAC sangat lazim. Kuman ini ditemukan di air, tanah, debu
dan makanan. Hampir setiap orang mengandung bakteri ini dalam
tubuhnya. Sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat mengendalikan MAC,
tetapi orang dengan sistem kekebalan yang lemah dapat mengalami
penyakit MAC. Hingga 50% ODHA mengalami penyakit MAC, terutama jika

8-12

Buku Pegangan Konselor


HIV

Infeksi Oportunistik

kadar CD4 di bawah 50. MAC hampir tidak pernah menyebabkan penyakit
pada orang dengan kadar CD4 di atas 100.
Cara mengetahui infeksi MAC
Gejala MAC dapat meliputi demam tinggi, panas dingin, diare, kehilangan
berat badan, sakit perut, kelelahan, dan anemia (kurang sel darah merah).
Jika MAC menyebar dalam tubuh, bakteri ini dapat menyebabkan infeksi
darah, hepatitis, pneumonia, dan masalah parah lain. Gejala ini dapat
disebabkan banyak infeksi oportunistik. Jadi, dokter kemungkinan akan
memeriksa darah, air seni, atau air ludah untuk mencari bakteri MAC.
Contoh cairan tersebut dites untuk mengetahui bakteri apa yang tumbuh
padanya. Proses pembiakan ini, memerlukan waktu beberapa minggu.
Meskipun Anda terinfeksi MAC, sering kali sulit menemukan bakteri
penyebabnya. Jika kadar CD4 di bawah 50, dokter mungkin memberikan
pengobatan untuk MAC, walaupun tanpa diagnosis pasti. Ini karena infeksi
MAC sangat umum tetapi sulit didiagnosis.
Cara pengobatan MAC
Bakteri MAC dapat mengalami mutasi (mengubah diri) dan
mengembangkan resistensi (menjadi kebal) terhadap beberapa obat yang
dipakai untuk pengobatan. Untuk pengobatan, dokter memakai kombinasi
obat-obat antibakteri (antibiotik). Sedikitnya dipakai dua jenis obat: biasanya
azitromisin atau klaritromisin ditambah satu sampai tiga obat lain.
Pengobatan MAC harus diteruskan seumur hidup, agar penyakit tidak
kembali (kambuh). Orang memberi reaksi secara berbeda-beda terhadap
obat anti MAC. ODHA dan dokter mungkin harus mencoba berbagai
kombinasi sebelum menemukan satu kombinasi yang efektif dan
menyebabkan efek samping sesedikit mungkin. Obat MAC yang paling
umum, efek samping, bentuk dan cara pemberiannya adalah:

Amikasin: masalah ginjal dan telinga; disuntikkan.


Azitromisin: mual, sakit kepala, diare; bentuk kapsul atau diinfus.
Ciprofloksasin: mual, muntah, diare; bentuk tablet atau diinfus;
Klaritromisin: mual, sakit kepala, muntah, diare; bentuk kapsul atau
diinfus. Catatan: dosis maksimum 500mg per hari.
Klofazimin: nyeri atau kesemutan pada tangan dan kaki, mual,
muntah, dapat menyebabkan kulit jadi berwarna oranye; bentuk
kapsul.
Etambutol: mual, muntah, masalah penglihatan; bentuk tablet.
Rifabutin: ruam, mual, anemia; bentuk tablet.

8-13

Buku Pegangan Konselor


HIV

Infeksi Oportunistik

Pencegahan MAC
Bakteri yang menyebabkan MAC sangat umum. Mustahil infeksinya
dihindari. Cara terbaik untuk mencegah penyakit MAC adalah memakai
obat antiretroviral yang manjur. Bahkan jika kadar CD4 kita sangat rendah,
ada obat yang dapat mencegah perkembangan penyakit MAC hingga 50%.
Obat antibiotik azitromisin dan klaritromisin dipakai untuk mencegah
penyakit MAC. Obat ini biasa diresepkan untuk orang dengan kadar CD4 di
bawah 75. Terapi kombinasi antiretroviral dapat meningkatkan kadar CD4.
Jika kadar CD4 naik di atas 100 dan bertahan pada tingkat ini selama tiga
bulan, obat pencegahan MAC dapat dihentikan. Berkonsultasilah dengan
dokter sebelum berhenti memakai obat apapun yang diresepkan.
Masalah interaksi obat
Sebagian besar obat yang dipakai untuk mengobati MAC berinteraksi
dengan banyak obat yang lain, termasuk obat antiretroviral, obat antijamur
dan pil KB. Pastikan bahwa dokter mengetahui semua obat-obatan
yang dipakai supaya semua interaksi yang mungkin terjadi dapat
dipertimbangkan.
Penutup
MAC adalah penyakit parah yang disebabkan bakteri yang lazim. MAC
dapat menyebabkan kehilangan berat badan yang parah, diare dan gejala
lain. Jika Anda mengalami MAC, kemungkinan Anda akan diobati dengan
azitromisin atau klaritromisin ditambah satu hingga tiga antibiotik lain. Anda
harus memakai obat ini terus-menerus seumur hidup untuk menghindari
kambuhnya MAC. Orang dengan kadar CD4 di bawah 75 sebaiknya bicara
dengan dokter mengenai obat untuk mencegah penyakit MAC.
PCP (Pneumonia Pneumocystis Carinii)
Apakah PCP itu?
Pneumonia Pneumocystis carinii (PCP) adalah infeksi oportunistik (IO)
paling umum pada ODHA. Tanpa pengobatan, lebih dari 85% ODHA pada
akhirnya akan menderita PCP. PCP menjadi pembunuh ODHA yang utama.
Namun, saat ini hampir semua penyakit PCP dapat dicegah dan diobati.
Pneumocystis carinii, adalah jamur yang ada dalam tubuh hampir setiap
orang. Sistem kekebalan yang sehat dapat menangani PCP. Namun, sistem
kekebalan yang lemah akan memungkinkan jamur menjadi aktif.
Pneumocystis carinii hampir selalu mempengaruhi paru, menyebabkan
bentuk pneumonia (radang paru). Orang dengan kadar CD4 di bawah 200
mempunyai resiko paling tinggi menderita penyakit PCP. Orang dengan
kadar CD4 di bawah 300 yang telah mengalami IO lain juga beresiko.
8-14

Buku Pegangan Konselor


HIV

Infeksi Oportunistik

Sebagian besar orang yang menderita penyakit PCP menjadi jauh lebih
lemah, kehilangan berat badan, dan kemungkinan menderita penyakit PCP
lagi. Tanda pertama PCP adalah sesak napas, demam, dan batuk tanpa
dahak. Siapa pun dengan gejala ini harus secepatnya ke dokter. Namun,
jika kadar CD4 turun di bawah 300, Anda sebaiknya membahas
pencegahan PCP dengan dokter, sebelum mengalami gejala apa pun.
Pengobatan PCP
Selama bertahun-tahun, antibiotik dipakai untuk mencegah PCP pada
pasien kanker dengan sistem kekebalan yang lemah. Tetapi baru pada
1985 sebuah penelitian kecil menunjukkan bahwa antibiotik juga dapat
mencegah PCP pada ODHA. Keberhasilan dalam pencegahan dan
pengobatan PCP sangat luar biasa:
PCP menjadi dasar utama diagnosis AIDS untuk hanya 32% kasus di
AS pada tahun 1993, dibandingkan 63% pada tahun 1987.
PCP merupakan penyebab kematian untuk 14% ODHA di AS pada
tahun 1993, dibandingkan 32% pada tahun 1987.
Antara tahun 1991 dan 1997, ada 36% penurunan dalam jumlah kasus
PCP di AS. Sejak ODHA mulai memakai terapi kombinasi
antiretroviral, jumlah kasus sudah turun lagi.
Obat yang dipakai untuk mengobati PCP mencakup kotrimoksazol, dapson,
pentamidin, dan atovakuon.
Kotrimoksazol (TMP/SMX) adalah obat anti PCP yang paling efektif.
Ini adalah kombinasi dua antibiotik: trimetoprim (TMP) dan
sulfametoksazol (SMX).
Dapson serupa dengan kotrimoksazol. Dapson kelihatan hampir
seefektif kotrimoksazol melawan PCP.
Pentamidin adalah obat hirup yang berbentuk aerosol untuk mencegah
PCP. Pentamidin juga dipakai secara intravena (IV) untuk mengobati
PCP aktif.
Atovakuon adalah obat yang dipakai orang pada kasus PCP ringan
atau sedang yang tidak dapat memakai kotrimoksazol atau
pentamidin.
Pencegahan PCP
Cara terbaik untuk mencegah PCP adalah dengan memakai terapi
antiretroviral yang manjur. Orang dengan kadar CD4 di bawah 200 dapat
mencegah PCP dengan memakai obat yang juga dipakai untuk mengobati
PCP. Terapi kombinasi ARV dapat meningkatkan kadar CD4. Jika kadar ini
melebihi 200 dan bertahan begitu selama tiga bulan, obat pencegah PCP
8-15

Buku Pegangan Konselor


HIV

Infeksi Oportunistik

dapat dihentikan tanpa resiko. Tetapi penghentian obat tersebut harus


dibicarakan dengan dokter terlebih dahulu.
Obat PCP yang paling baik
Kotrimoksazol adalah obat yang paling efektif melawan PCP. Obat ini juga
murah, dan dipakai dalam bentuk pil, tidak lebih dari satu pil sehari. Namun,
bagian SMX dari kotrimoksazol merupakan obat sulfa dan hampir 50%
orang yang memakainya mengalami reaksi alergi, biasanya ruam kulit, dan
kadang-kadang demam. Reaksi alergi dapat diatasi dengan melakukan
desensitisasi. Pasien mulai dengan dosis obat yang sangat rendah,
kemudian meningkatkan dosisnya hingga dosis penuh yang dapat diterima.
Dapson menyebabkan reaksi alergi yang lebih ringan dibanding
kotrimoksazol, dan harganya juga agak murah. Biasanya dapson dipakai
dalam bentuk pil, seperti kotrimoksazol, tidak lebih dari satu pil sehari.
Pentamidin memerlukan kunjungan bulanan ke klinik dengan nebulizer,
mesin yang membuat kabut obat yang sangat halus. Kabut ini dihirup
secara langsung ke dalam paru. Prosedur ini akan memakan waktu kurang
lebih 30-45 menit. Harga obat ditambah biaya klinik pemakaian pentamidin,
10-20 kali lebih mahal dibandingkan kotrimoksazol. Pasien yang memakai
pentamidin aerosol lebih sering mengalami PCP dibanding orang yang
memakai pil antibiotik. Penelitian baru juga menyelidiki pemakaian lebih
sedikit pil untuk mencegah PCP. Mengurangi dosis dari satu pil sehari
menjadi tiga pil seminggu mengurangi masalah alergi kotrimoksazol, dan
tampak sama berhasil.
Penutup
PCP, penyakit yang merupakan pembunuh ODHA nomor satu, hampir
sepenuhnya dapat diobati dan dapat dicegah dengan obat murah yang
mudah dipakai. Obat ARV yang manjur (HAART) dapat mempertahankan
kadar CD4 tetap tinggi sehingga PCP tidak bisa berkembang. Jika kadar
CD4 turun di bawah 300, Anda sebaiknya membahas pemakaian obat
untuk mencegah PCP dengan dokter. Setiap orang dengan kadar CD4 di
bawah 200 seharusnya memakai obat anti PCP.
Tuberkulosis

Pendahuluan
HIV menyebabkan orang bertambah rentan terhadap infeksi tuberkulosis.
ODHA mempunyai resiko 10 kali dibandingkan bukan ODHA. Di lain pihak,
tuberkulosis (TB) dapat mempercepat virus HIV memperbanyak diri
sehingga juga akan mempercepat perjalanan penyakitnya. Yang paling
sering dijumpai adalah tuberkulosis paru selain bentuk lainnya seperti
8-16

Buku Pegangan Konselor


HIV

Infeksi Oportunistik

tuberkulosis kelenjar dan meningitis yang mengenai otak. TB merupakan


penyebab kematian yang cukup tinggi.
TB merupakan masalah kesehatan masyarakat, sosial, dan ekonomi yang
penting. Di negara majupun kini perhatian terhadap TB sebagai masalah
kesehatan masyarakat semakin meningkat. Beberapa hal yang
menyebabkan meningkatnya TB di seluruh dunia adalah:
Meningkatnya kemiskinan, pergolakan sosial dan keadaan lingkungan
yang semakin padat di negara sedang berkembang dan di perkotaan
negara maju.
Pencapaian tingkat kesehatan yang kurang dan cakupan pelayanan
kesehatan yang rendah.
Program penanggulangan TB yang tidak efisien, tingkat kesembuhan
yang rendah oleh karena pengobatan yang tidak teratur.
Kasus-kasus yang tidak dilaporkan (malu).
Akibat epidemi HIV, terutama di benua Afrika dan Asia.
Kurangnya kepemimpinan dan kemauan politik dalam pelaksanaan,
kelangsungan, dan perluasan DOTS (Directly Observed Treatment Short Course, pengobatan jangka pendek dengan pengawasan
langsung).
Interaksi HIV-TB
HIV:

Melemahkan sistem imun (kekebalan tubuh).


Mempermudah infeksi TB (baru).
Mempermudah reaktivasi infeksi TB primer.
Mempercepat manifestasi TB.

TB:

Terjadi saat awal infeksi HIV.


Menurunkan sel-sel CD4.
Mempermudah infeksi oportunistik lainnya.
Meningkatkan angka kematian PHA (Primary HIV/AIDS).

Gejala-gejala TB
Batuk-batuk yang lama (kronik) tidak sembuh dengan pengobatan antibiotik,
panas, lesu, dan penurunan berat badan.
TB juga bisa mengenai organ di luar paru, seperti: kelenjar getah bening,
tulang, ginjal, dan otak. Infeksi ini dapat menjadi penyakit yang berat, tetapi
tidak menularkan penyakit kecuali bila juga mengenai paru.
8-17

Buku Pegangan Konselor


HIV

Infeksi Oportunistik

Cara penularan TB
TB ditularkan melalui udara yang mengandung percikan batuk dan dihirup
oleh orang di sekitarnya. Tetapi, hanya sepersepulun orang yang terinfeksi
akan berkembang menjadi penderita TB yang aktif. Sisanya tetap sehat dan
menimbulkan kekebalan tubuh. Kuman dapat mengalami reaktivasi dan
menimbulkan penyakit bila kekebalan tubuh menurun.
Hal ini penting dalam hubungannya dengan HIV, di mana virus HIV yang
menyerang sistem imun akan menurunkan kekebalan tubuh sehingga kuman TB yang sebenarnya tidak aktif akan teraktivasi. Kejadian ini diperkirakan sebesar 50% selama perjalanan hidup penderita, atau 10% setiap
tahunnya.
Penemuan kasus dan penyembuhan TB
Petugas yang pertama kali berhubungan dengan penderita adalah petugas
pelayanan kesehatan primer (Puskesmas). Petugas ini harus tahu penderita
yang diperkirakan menderita TB dan selanjutnya mengirim untuk
pemeriksaan dahak (sputum). Di banyak negara, petugas pelayanan
kesehatan primer adalah perawat, yang harus mengetahui program
penanggulangan TB seperti halnya pelatih, pengawas, dan petugas
pelayanan kesehatan lainnya. Bila hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan hasil positif TB, selanjutnya harus dilakukan pengobatan
dengan bantuan petugas kesehatan. Pengobatan harus bersinambungan
selama 6-8 bulan sampai penderita sembuh, dinyatakan dengan hasil
pemeriksaan dahak yang negatif.
Jadi petugas pelayanan kesehatan primer merupakan petugas yang
menemukan penderita tersangka TB, melanjutkan pemeriksaan untuk
menentukan diagnosis dan menentukan kesembuhan penderita. Tugas ini
merupakan tulang punggung strategi Directly Observed Treatment - Short
Course (DOTS). Untuk pelaksanaan DOTS secara menyeluruh, diperlukan
komitmen pemerintah dalam penanggulangan TB.
Pengobatan TB
Pengobatan TB tidak hanya menyembuhkan dan menyelamatkan nyawa,
tetapi juga mencegah penyebaran infeksi dan resistensi terhadap obat yang
mengakibatkan pengobatan menjadi jauh lebih sulit dan mahal. Pengobatan
TB memerlukan waktu 6-8 bulan dengan obat kombinasi yang diminum
setiap hari. Bank Dunia menyatakan bahwa pengobatan TB adalah salah
satu intervensi kesehatan yang paling efektif dari segi biaya dalam hal
jumlah tahun nyawa yang terselamatkan.
Minum obat selama 6-8 bulan secara teratur tanpa henti merupakan suatu
masalah dalam pengobatan TB. Karena itu, dianjurkan agar petugas
8-18

Buku Pegangan Konselor


HIV

Infeksi Oportunistik

kesehatan, pekerja sosial maupun keluarga penderita membantu penderita


menyelesaikan pengobatan dengan segala cara yang memungkinkan
termasuk pengawasan secara langsung.
Menurut Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis dari
Departemen Kesehatan RI, pengobatan TB dibagi atas 4 katagori yaitu:
1. Kategori 1 (2HRZE/4H3R3) yaitu kombinasi isoniazid 300 mg,
rifampicin 450 mg, pirazinamid 1500 mg dan etambutol 750 mg yang
diberikan setiap hari selama 2 bulan dilanjutkan dengan kombinasi
isoniazid 600 mg dan rifampicin 450 mg yang diberikan 3 kali
seminggu selama 4 bulan. Obat kategori ini diberikan kepada
penderita baru TB paru BTA positif, penderita TB paru BTA negatif
Rontgen positif yang sakit berat dan penderita TB ekstra paru yang
berat.
2. Kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3) yaitu kombinasi isoniazid 300
mg, rifampicin 450 mg, pirazinamid 1500 mg, etambutol 750 mg dan
suntikan streptomicin 750 mg yang diberikan setiap hari selama 2
bulan dilanjutkan dengan kombinasi pil yang sama yang juga
diberikan setiap hari tetapi tanpa suntikan streptomicin selama satu
bulan dan dilanjutkan lagi dengan kombinasi isoniazid 600 mg,
rifampicin 450 mg dan etambutol 750 mg yang diberikan 3 kali
seminggu selama 5 bulan. Obat kategori ini diberikan kepada
penderita TB yang kambuh, yang gagal pada pengobatan
sebelumnya dan untuk penderita yang drop out pada pengobatan
sebelumnya.
3. Kategori 3 (2HRZ/4H3R3) yaitu kombinasi isoniazid 300 mg,
rifampicin 450 mg dan pirazinamid 1500 mg yang diberikan setiap
hari selama 2 bulan dilanjutkan dengan kombinasi iisoniazid 600 mg
dan rifampicin 450 mg yang diberikan 3 kali seminggu selama 4
bulan. Obat kategori ini diberikan kepada penderita baru TB paru
BTA negatif Rontgen positif yang sakit ringan dan penderita TB
ekstra paru yang ringan seperti TB kelenjar limfe, TB kulit, TB tulang
(kecuali tulang belakang), TB sendi dan kelenjar adrenal.
4. OAT (Obat anti tuberkulosis) sisipan (HRZE) yaitu kombinasi
isoniazid 300 mg, rifampicin 450 mg, pirazinamid 1500 mg dan
etambutol 750 mg yang diberikan setiap hari selama satu bulan.
Obat ini diberikan sebagai sisipan kepada penderita TB yang
menjalani pengobatan dengan kategori 1 atau 2 yang BTA-nya
masih positif pada akhir fase intensif.

8-19

Buku Pegangan Konselor


HIV

Infeksi Oportunistik

ODHA dengan tuberkulosis dianjurkan menyelesaikan pengobatan


tuberkulosisnya terlebih dulu sebelum memulai pengobatan ARV, kecuali
bila ada risiko perkembangan penyakit dan kematian yang besar selama
pengobatan tuberkulosisnya (misalnya CD4 kurang dari 200/mm3 atau
adanya penyakit tuberkulosis yang luas). Bila ODHA membutuhkan
pengobatan tuberkulosis dan ARV secara bersamaan, pilihan pertamanya
adalah ZDV/3TC atau d4T/3TC ditambah NNRTI atau ABC. Bila digunakan
NNRTI pilihan terbaik adalah EFZ karena efeknya terhadap kerusakan hati
lebih rendah dibandingkan dengan NVP. PIs, kecuali SQV tidak dianjurkan
pada ODHA yang menerima rifampicin karena adanya interaksi obat yang
merugikan.
Strategi DOTS
Untuk menjamin bahwa pengobatan TB memberikan kesembuhan kepada
penderita maka penderita harus minum obat secara teratur. Banyak
penderita TB yang mengalami kesulitan mematuhi aturan minum obat untuk
waktu 6-8 bulan tersebut. Untuk memastikan bahwa penderita minum obat
dengan benar ditempuh upaya aktif dengan mengawasi penderita minum
obat secara langsung. Strategi ini disebut DOTS. Pengawasan dilakukan
oleh seorang pengawas menelan obat (PMO) yang dapat merupakan
seorang petugas kesehatan, kader kesehatan, guru, petugas PPTI, PKK,
tokoh masyarakat atau keluarga penderita. Seorang konselor HIV juga
dapat mengambil peran ini khususnya untuk ODHA penderita TB.
DOTS terdiri dari lima komponen, semuanya merupakan hal yang esensial
untuk keberhasilan program penanggulangan TB. Komponen-komponen
tersebut adalah:
Komitmen
pemerintah
dalam
memprioritaskan
program
penanggulangan TB, untuk menunjang pengadaan sumber daya, dana
dan fasilitas sehingga dapat mencakup seluruh negara.
Penemuan kasus yang meliputi semua penderita dengan batuk kronik,
khususnya untuk pemeriksaan dahak melalui jaringan laboratorium
seluruh negara.
Pengadaan obat secara bersinambungan pada Puskesmas untuk
pengobatan penderita TB.
Penggunaan kemoterapi standar jangka pendek (standardized shortcourse chemotherapy) dengan pengawasan langsung dan komitmen
penderita dan petugas kesehatan untuk menyelesaian pengobatan
sesuai petunjuk.
Sistem pencatatan dan pelaporan dari hasil pengobatan, analisis
kohort untuk mencapai target kesembuhan sebesar 85%, pelatihan
dan pengawasan untuk meyakinkan bahwa hal ini betul-betul telah
tercapai.
8-20

Buku Pegangan Konselor


HIV

Infeksi Oportunistik

Peran konselor HIV/AIDS dalam strategi DOTS


Konselor dapat melakukan rujukan kepada pendamping ODHA (Buddy)
sebagai salah satu pengawas menelan obat (PMO) bagi ODHA penderita
TB yang minum obat-obat TB. Bila hal ini tidak memungkinkan dilakukan,
Buddy dapat membantu mendidik keluarga ODHA untuk menjadi PMO.

Bagan managemen TB HIV

8-21

Buku Pegangan Konselor


HIV

VCT kelompok khusus

$ RINGKASAN
Dalam bagian ini dijelaskan bagaimana peran konseling VCT untuk kelompok :
Pengguna Narkoba Suntikan
Pekerja seks
Lelaki berhubungan seks dengan Lelaki
Dimana pada kelompok ini penularan HIV/AIDS lebih tinggi resikonya. Sehingga
diperlukan keterampilan dan pengetahuan khusus dalam memberikan konseling.
Dibutuhkan pengetahuan tambahan dalam menangani klien yang termasuk dalam
kelompok ini sehingga proses konseling lebih bermanfaat.
9.1 Pengguna Narkoba Suntikan
Kebanyakan pengguna Narkoba suntikan menggunakan jarum suntik secara
bargantian sehingga resiko penularan HIV/AIDS sangat tinggi
Peran pengurangan dampak buruk pada kelompok ini sangat penting dalam
mengurangi rantai penularan HIV/AIDS sekaligus sebagai jembatan para
pengguna narkoba mendapatkan kesempatan untuk mengatur kembali
hidupnya.
Kebanyakan dari mereka tidak mengetahui bila dirinya terinfeksi yang
berpotensi untuk menularkan kepada teman penggunanya baik ke pasangan
seksualnya.
Peran konseling bagi pengguna narkoba suntikan yang sudah terinfeksi HIV
mampu mendukung perubahan perilaku yang menularkan juga bagaimana
merawat diri.
9.2 Pekerja Seks
Seseorang menjadi pekerja seks karena situasi ekonomi ataupun trauma masa
kecil dan kompleks pelacuran terdapat di mana-mana
Rentannya penularan HIV dan PMS di kalangan pekerja seks
Peran konseling bagi pekerja seks bukan cuma membicarakan seputar
pelacuran melainkan hal-hal lain dalam hidupnya
Konseling perlu lebih terpadu bila ternyata selain pekerja seks juga seorang
IDU
Pekerja seks yang terinfeksi HIV positif berperan penting dalam hal
pencegahan penularan dan berhak mendapatkan dukungan yang baik baik
mental maupun fisik.

9-1

Buku Pegangan Konselor


HIV

VCT kelompok khusus

9.3 Lelaki yang berhubungan seks dengan Lelaki


Dapat dibedakan dengan lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki saja
terlepas dari identitas seksualnya atau lelaki yang terlibat hubungan seks
dengan lelaki lain.
Hubungan seks antara lelaki dan lelaki dapat terjadi dimana saja dan akan
berisiko tinggi terhadap penularan HIV/AIDS bila tanpa kondom
Sebagian kelompok lelaki yang melakukan hubungan seks dengan lelaki juga
melakukan hubungan seks dengan istri atau pacarnya
9.4 Waria
Berbicara tentang waria seakan-akan sangat berhubungan dengan seseorang yang
sangat berlainan dibanding individu-individu lainnya. Namun apapun itu, waria ada
di sekitar kita. Dalam wacana ini, waria tetap dimasukkan ke dalam kelompok LSL.
Namun karena dalam beberapa hal mereka memiliki kondisi yang lebih spesifik,
maka kelompok waria dibahas lebih khusus agar konselor dapat secara efektif
memfasilitasi mereka dalam pencegahan penularan infeksi-infeksi.
Layanan informasi harus dalam bahasa sederhana yang mudah dimengerti dan
apabila memungkinkan, menggunakan bahasa pergaulan mereka. Konselor
diharapkan menunjukkan empati, sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri
dan menimbulkan rasa nyaman bagi waria untuk mau menceritakan permasalahan
yang sebenarnya.
9.5 Pekerja Migran
Pekerja migran menjadi salah satu dari beberapa pilihan sebagai kelompok khusus
karena mempunyai beberapa situasi dan kondisi yang membawa resiko terhadap
HIV/AIDS, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia.
9.6 Suku Asli
Indonesia mempunyai banyak sekali suku asli seperti Dayak di Kalimantan, Badui di
Banten, Sasak di Lombok, Asmat di Papua, Suku Tengger di pegunungan Bromo,
suku Kubu di Jambi, Suku Baliage di Trunyan, dll. Beberapa dari suku-suku
tersebut masih melakukan ritual atau perilaku yang berisiko terhadap infeksi
HIV/AIDS.
9.7 Warga Binaan Pemasayarakatan
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dan Rumah Tahanan (Rutan) merupakan salah
tempat yang sulit untuk menjalankan program pencegahan dan perawatan efektif
bagi warga binaan dengan HIV/AIDS. Hampir diseluruh dunia, pemerintah
memberikan prioritas rendah terhadap masalah kesehatan masyarakat di Rutan /
Lapas.
Penyebaran penyakit infeksi menular melalui darah dan hubungan seks seperti
HIV/AIDS sangat mudah terjadi di Lapas / Rutan. Jika warga binaan terinfeksi
selama masa penahanan maka akan sangat mudah terjadi peyebaran ke
masyarakat luas, karena mereka ditahan dalam waktu tertentu dan kemudian
kembali ke masyarakat.
9-2

Buku Pegangan Konselor


HIV

VCT kelompok khusus

Konseling VCT pada kelompok khusus


9.1 Kelompok Pengguna Narkoba Suntikan
Hal-hal penting
Pengguna narkoba suntikan ( IDU ) menggunakan jarum suntik secara
bergantian
Sebagian dari mereka tidak mengetahui bila dirinya terinfeksi HIV yang
berpotensi menularkan pada orang lain seperti teman sesama
pengguna, pasangan seksual atau pasangan tetapnya.
Sebagian dari mereka cukup tahu tentang HIV/AIDS dan penularannya
hanya sulit untuk melakukan perubahan perilaku karena kurangnya
fasilitas penunjang seperti jarum suntik dan informasi mengenai
pensterilan jarum suntik ataupun substitusi seperti methadone,
Buprenorfin. Disamping itu juga belum adanya perlindungan hukum
seperti bila pengguna membawa jarum suntik bisa dijadikan barang
bukti untuk penangkapan. Hal ini membuat mereka takut untuk
membawa jarum suntik sendiri sehingga mendorong mereka untuk
menggunakan jarum suntik temannya atau jarum suntik yang sengaja
disimpan di tempat tertentu untuk digunakan bersama.
Pengguna narkoba suntikan ( IDU ) mempunyai peran penting dalam
pencegahan penularan bila mereka diberikan informasi dan fasilitas
penunjang untuk melkaukan perubahan perilaku
Pengguna narkoba suntikan (IDU) berhak mendapatkan dukungan
baik dukungan medis, psikis maupun sosial layaknya pasien pada
umumnya. Kelompok ini agak berbeda dengan kelompok yang lain
karena adanya stigma baik sebagai IDU dan double stigma bagi
ODHA IDU sehingga membutuhkan pendekatan yang spesifik dalam
membangun hubungan sebagai konselor dan klien.
Pengurangan Dampak Buruk dan Pencegahan HIV
Hal-hal yang diperlukan dalam melakukan pengurangan dampak buruk
adalah tersedianya :
Informasi dan pengetahuan seperti brosur, pamplet, penyuluhan
Melalui informasi dapat membantu seseorang untuk melakukan
perubahan misalnya menjadi tahu bahwa bergantian jarum suntik dapat
menularkan HIV/AIDS, informasi rujuan baik medis maupun
rehabilitasi,dll.

9-3

Buku Pegangan Konselor


HIV

VCT kelompok khusus

Keterampilan
Dengan keterampilan yang ada seorangpun mampu mencegah
penularan oleh atau pada orang lain misalnya dengan membersihkan
atau mensterilkan jarum suntik dengan pemutih atau disiplin dalam
terapi metadone, pembuangan limbah jarum misalnya dalam botol
khusus sehingga tidak membahayakan dirinya, orang-orang terdekatnya
maupun masyarakat luas yang bisa terkena jarum limbahna tsb.
Fasilitas
Dengan informasi dan keterampilan saja belum cukup mendorong orang
untuk melakukan perubahan perilaku bila tidak didukung dengan
pengadaan fasilitas seperti kondom, pemutih, jarum suntik yang steril,
metadone, dll
Di sini bisa dilihat peran pengurangan dampak buruk pada pencegahan
HIV, yang bila dilakukan secara benar bisa menjadi langkah yang efektif.
Konseling sebagai salah satu langkah harm reduction yang tidak
terpisahkan tentunya akan meningkatkan kualitas pelayanaan yang diterima
IDU serta motivasi tambahan terhadap keinginan mereka untuk melakukan
perubahan perilaku, disamping itu melalui konseling kita bisa mengevaluasi
apakah program berjalan, ada hambatan atau tidak berjalan sama sekali. Di
sinilah peran konseling yang membantu klien untuk melakukan strategi atau
perencanaan tindakan. Tanpa disertai dengan konseling akan sulit untuk
mengetahui apakah program efektif atau tidak.
Tujuan Harm Reduction
Bila dilihat dari artinya Harm Reduction adalah pengurangan dampak buruk
yang maksudnya adalah cara-cara yang ditempuh untuk mengurangi resiko
penularan HIV/AIDS dari perilaku yang berisiko, seperti menggunakan
jarum suntik secara bergantian sementara tidak bisa terlihat secara fisik
apakah salah satu orang yang berbagi itu terpapar HIV sehingga target
utamanya adalah IDU. Dalam hal ini ditempuh tiga cara, yaitu :
Supply Reduction
Yaitu mengurangi persediaan Narkoba itu sendiri yang biasanya dibantu
oleh peraturan undang-undang negara misalnya penangkapan bandarbandar narkoba, penjagaan ketat di bandar udara maupun di
pelabuhan. Hal ini untuk mencegah masuknya barang-barang tersebut
ke dalam negara sehingga persediaan berkurang yang tentunya
konsumen pun berkurang. Tetapi pada kenyataannya cara ini belum
cukup efektif karena kecerdikan si pemasok barang yang mampu
menembus dengan cara apapun yang membuat para aparat sulit untuk
mencegahnya. Di samping itu pula ada oknum-oknum dari aparat itu
sendiri yang melakukan penyelewengan.

9-4

Buku Pegangan Konselor


HIV

VCT kelompok khusus

Demand Reduction
Yaitu mengurangi permintaan atau mengurangi pengguna dengan cara
membantu atau mendukung para pengguna berhenti menggunakan
narkoba dengan didirikannya panti rehabilitasi dengan berbagai metode
seperti 12 Langkah, keagamaan ataupun terapuitik komunitas. Namun
ternyata hal ini belum cukup efektif juga karena banyak para pengguna
tidak mampu berhenti menggunakan ataupun kambuh setelah beberapa
lama berhenti bahkan mulai menggunakan lagi saat keluar dari panti
rehabilitasi. Bila mereka yang kambuh tetap melakukan perilaku
berisiko seperti sebelumnya, penularan HIV/AIDS akan tetap berjalan.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya seperti pemberian informasi di
sekolah seperti kampanye, atau penyuluhan.
Harm Reduction
Harm reduction di sini artinya adalah pengurangan dampak buruk
penyalahgunaan narkoba tanpa mengurangi penggunaan itu sendiri,
biasanya dengan terapi metadone yaitu sejenis obat berupa pil atau
sirup yang mempunyai efek yang sama dengan heroin, hanya
penggunaannya dengan diminum. Kemudian jarum suntik steril yang
dibagikan kepada penyalahguna supaya mereka tidak berbagi.
Kemudian bila akses jarum suntik sulit didapat, diberikan keterampilan
mensterilkan jarum suntik dengan pemutih (bleach), alkohol atau air
panas dengan protokol yang benar. Namun prinsipnya harm reduction
bukan cuma kegiatan-kegiatan tersebut di atas melainkan termasuk
juga kegiatan penjangkauan, pendidikan kesehatan mendasar.

Membersihkan dengan pemutih :


1) Siapkan 3 wadah untuk air bersih, pemutih, air bersih untuk
pembilas
2) Sedot air bersih dari wadah pertama ke dalam jarum suntik
kemudian semprotkan air keluar dan lakukan ini sebanyak dua kali
dan teruskan hingga tidak terlihat darah tersisa
3) Sedot pemutih dari wadah kedua dengan jarum suntik lalu kocok
paling sedikit 30 detik atau diketuk-ketuk. Perhitungan waktu sangat
penting karena virus bisa dimusnahkan bila kontak dengan pemutih
selama 30 detik, ulangi proses ini sekali lagi
4) Sedot air dari wadah ketiga dengan jarum suntik ( jangan gunakan
dari wadah pertama karena kemungkinan sudah tercemar)
kemudian semprotkan dan ulangi proses ini sebanyak 5 kali

Ingat rumus : 3 x 2 x 6

9-5

Buku Pegangan Konselor


HIV

VCT kelompok khusus

Membersihkan dengan Alkohol :


1) Alkohol medis (ethanol, isopropanol, atau n-propanol) adalah alkohol
yang terbaik. Bila yang tersedia hanya alkohol keperluan rumah
tangga pastikan alkohol tersebut adalah alkohol murni ( paling
sedikit 70 % dan terutama yang jernih). Alkohol ini bisa dibeli di
apotik mana saja.
2) Siapkan 3 wadah untuk air bersih, alkohol, air bersih untuk pembilas
3) Sedot air bersih ke dalam jarum suntik kemudian semprotkan air
keluar dan lakukan proses ini beberapa kali dan hingga tidak terlihat
sisa darah
4) Sedot alkohol kedalam jarum suntik selama 2 menit. Kocok jarum
suntik sebelum disemprotkan keluar. Ulangi proses ini sekali lagi.
5) Sedot air bersih dari wadah ketiga kemudian semprotkan keluar,
ulangi beberapa kali.
Pilihan lain dan lebih baik, jarum suntik dibilas dengan air
bersih kemudian direndam benar-benar dalam wadah
berisi alkohol selama 1 jam
Merebus Peralatan suntik
1) Bilas jarum dan semprit dengan menyedot air bersih ke dalam
semprit melalui jarum kemudian semprotkan keluar ke bak
pembuangan atau toilet. Lakukan ini beberapa kali
2) Bila mungkin lepaskan jarum dari semprit dan lepaskan tungkainya.
3) Masukkan semua bagian peralatan suntik ke dalam air mendidih
selama 20 menit
4) Mulai hitung begitu air kembali mulai bergolak setelah semua bagian
peralatan suntik dicemplungkan.
5) Biarkan semua bagian peralatan suntik dalam air sampai dingin
sebelum memasangkannya kembali.
6) Bilas semprit dengan air bersih sekali lagi sebelum
menggunakannya.
7) Sendok atau tutup botol yang dipakai dalam menyuntik juga bisa
direbus bersama bagian peralatan suntik.
8) Prinsip penting dari merebus adalah meyakinkan bahwa ada panas
yang cukup dengan waktu yang cukup.
Konseling bagi IDU dalam konteks VCT
Konseling di sini memfokuskan pada pengurangan dampak buruk
penyalahgunaan obat bukan pada kecanduannya maupun memberi
konseling agar berhenti menggunakan. Artinya konseling yang dilakukan
berupa pemberian informasi dan memberdayakan penyalahguna obat untuk
9-6

Buku Pegangan Konselor


HIV

VCT kelompok khusus

memahami resikonya, misalnya menyuntik yang aman atau tidak berbagi


dengan :
Selalu menggunakanjarum suntik dan peralatan yang baru bila ada
Jangan sekali-kali berbagi jarum suntik dan peralatannya dengan
orang lain atau pasangannya
HIV juga menular melalui penggunaan bersama sendok, swabs
(kapas), tutup botol, tourniquets ( tali pengikat ) dan filter ( filter
rokok, kapas )
Bisa dikembangkan strategi pemakaian obat yang aman dengan
menginformasikan keterampilan-keterampilan mensterilkan jarum suntik bila
belum ada layanan metadon ataupun penyediaan jarum suntik. Di sini
hanya diberikan informasi dan dukungan untuk mengembangkan strategi
bukan menyarankan melakukan suatu terapi sehingga konseling pun tidak
mengarah pada kecanduan ataupun penggunaan metadon.
Untuk masalah kecanduan bisa dirujuk pada konselor ketergantungan obat
berkaitan dengan aspek-aspek di atas.
Melalui konseling diharapkan klien mempunyai :

Iinformasi akurat tentang penularan HIV melalui penyalahgunaan


obat dengan jarum suntik
Pemahaman untuk tidak berbagi jarum suntik
Pemahaman tentang pilihan pemakaian jarum suntik yang bersih
Pengetahuan tentang sterilisasi jarum suntik dan berbagai pilihan
terapi
Pemahaman tentang resiko yang diperoleh dari pasangan seks
Kemungkinan untuk dirujuk ke konselor ketergantungan obat atau
layanan rehabilitasi

9.2 Kelompok Pekerja Seks


Hal-hal penting
Pekerja seks adalah mereka yang melakukan kegiatan seks
dikarenakan uang, kesenangan, foya-foya, kesempatan, akomodasi,
suap.
Merupakan kelompok orang dari berbagai lapisan masyarakat,
mayoritas perempuan walaupun ada juga waria atau laki-laki.
Bisa juga perempuan menikah janda, anak di bawah umur, orang
yang miskin, penganggur, migran ataupun imigran
Tempat pelacuran bisa di mana-mana, kompleks rumah bordil, tempat
hiburan, penginapan, pantai, dalam mobil, dll.
Sebagian dari mereka tidak mengetahui bila dirinya terinfeksi HIV yang
berpotensi menularkan pada orang lain terutama pada pasangannya
9-7

Buku Pegangan Konselor


HIV

VCT kelompok khusus

Pelacuran dan Kerentanan HIV


Masalah pelacuran mempunyai kerentanan HIV yang tinggi karena tingkat
IMS pun tinggi, seperti yang diketahui HIV lebih mudah terinfeksi bila
terdapat IMS, juga terbukti tertularnya IMS karena perilaku seksual yang
tidak aman seperti tidak menggunakan kondom. Dari beberapa kasus di
lapangan diketahui bahwa jumlah pasangan atau pelanggan akan
berkurang bila menggunakan kondom dan hal ini berkaitan juga dengan
masalah finansial, artinya daripada kehilangan pemasukan mereka rela
melakukan perilaku yang berisiko tadi.
Sebagian juga selain sebagai pekerja seks mereka adalah IDU dimana
resiko penularan menjadi lebih tinggi, ada kemungkinan keterkaitan disini,
mereka menggunakan narkoba untuk menutupi perasaannya sebagai
pekerja seks atau mereka menjadi pekerja seks untuk mendapatkan uang
untuk membeli narkoba. Dalam hal ini konseling pun perlu lebih dalam
artinya selain melakukan konseling untuk pekerja seks sekaligus IDU.
Bila mereka berlatar belakang pendidikan yang kurang cukup, akan
menghambat kemampuan bernegoisasi dengan pelanggan. Misalnya
pelanggan yang tidak ingin menggunakan kondom akan terlaksana karena
tidak ada kemampuan untuk mempengaruhi pelanggan apa pentingnya
menggunakan kondom dan juga kenikmatannya tidak berkurang.

Pekerja Seks dan Isu Psikososial


Hal ini perlu diketahui oleh konselor dalam membantu klien untuk
membangun strategi tindakan juga menggali titik gelap yang diperlukan
untuk pencapaian tujuan konseling. Sebagian pekerja seks mempunyai
sejarah :
Mood Disorder (suasana hati yang kacau).
Dalam situasi ini klien sulit sekali mengembangkan strategi tindakan
maupun menyerap informasi yang diberikan konselor
Gangguan kepribadian akan membuat konselor sulit melakukan
konseling tergantung seberapa parah gangguan ini karena bila tidak
dapat ditangani bisa dirujuk ke psikiater
Pelecehan seksual pada masa kanak-kanak dan hubungan yang
abusif dapat menyebabkan trauma yang dalam dan mengakibatkan
krisis kepercayaan dan putus asa
Merasa harga diri rendah dan tingkah laku menyakiti diri sendiri
karena tidak dapat menghargai diri atau tidak mampu melihat suatu
yang berharga dalam dirinya
Kebanyakan ditutupi dengan menggunakan obat-obatan.
9-8

Buku Pegangan Konselor


HIV

VCT kelompok khusus

Konseling bagi pekerja seks


Hal yang paling penting untuk memulai konseling dengan kelompok ini
adalah tidak menghakimi mereka karena akan mendapatkan penolakan
pada awal proses konseling dan mereka akan semakin menutup diri
sehingga tidak dapat mencapai tujuan. Konseling bagi pekerja seks juga
bukan berarti membicarakan seputar pelacuran karena banyak hal-hal lain
dalam kehidupannya yang mungkin saling terkait misalnya, pasangannya,
teman, jaringan dukungan. Bisa digali pemahaman mereka tentang seks
yang aman misalnya dengan menggunakan kondom atau seks alternatif
lainnya, dan kemampuan mereka dalam bernegoisasi dengan pelanggan
yang tidak ingin menggunakan kondom. Adapula yang selalu menggunakan
kondom dengan pelanggan namun tidak dengan pasangannya dimana tidak
diketahui apakah pasangannya berperilaku seks yang aman. Konseling
lebih berkembang lagi bila ternyata mereka juga seorang IDU. Hal-hal ini
penting untuk membantu mereka untuk membangun strategi tindakan untuk
melakukan hubungan seks yang aman, misalnya dukungan dan fasilitas
apa yang sudah tersedia, apakah masih sulit mendapatkan kondom atau
masih tidak mendapat dukungan dari pemilik bordil. Semua hal ini harus
dibicarakan dan bantu mereka untuk mengembangkan misalnya bagaimana
cara meyakinkan pemilik bordil untuk mendukung penggunaan kondom
sehingga bila ada pelanggan yang protes, klien cukup mendapatkan
dukungan untuk tetap melakukan rencananya. Termasuk juga cara
menghadapi hambatan-hambatan yang lain.
Pekerja seks yang HIV positif
Pada situasi ini lebih dikembangkan strategi pencegahan dan perawatan.
Penting diketahui oleh mereka bagaimana tidak menularkan kepada orang
lain lewat aktifitas mereka. Bila ada kemungkinan yang lain mengenai
pekerjaan bisa digali dan dibicarakan bersama karena belum tentu semua
dari mereka tidak mempunyai keterampilan yang lain kecuali memang tidak
ada jalan lain dan inilah satu-satunya pekerjaan yang bisa dilakukan.
sebagai konselor tidak berhak untuk merekomendasikan mereka untuk
mengganti profesi karena konselor hanya bisa menunjukan kenyataan yang
ada selebihnya pilihan ada pada mereka, inilah prinsip client-centred. Isu
untuk membuka status pun menjadi penting karena sulit akan mendapatkan
dukungan atau memperoleh layanan yang ada bila menutup diri. Konselor
bisa membantu dengan membahas hal positif apa saja yang terjadi bila
membuka diri dan apa saja dampak negatifnya. Siapa saja yang perlu
mengetahui statusnya dalam hubungannya dengan akses layanan yang
ada. Bicarakan masalah perawatan diri dan pengobatan termasuk secara
9-9

Buku Pegangan Konselor


HIV

VCT kelompok khusus

rutin melakukan pemeriksaan IMS karena dengan adanya IMS lebih mudah
menurunkan kekebalan tubuh dan lebih mudah menularkan orang lain.
Dukungan-dukungan yang lain pun bisa didapatkan seperti kelompok
dukungan sebaya sehingga mereka tidak merasa sendirian dan berbeda
dari yang lainnya, dengan kelompok dukungan pula bisa saling mempelajari
strategi apa saja yang digunakan orang lain yang mungkin menghadapi
masalah yang sama.
Sebagai konselor bisa memperbanyak referensi tempat dukungan untuk
memberikan rujukan kepada klien yang sekiranya membutuhkan
penanganan yang lebih intensif.

9.3 Kelompok lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL)


Halhal Penting
Tidak terlalu jauh berbeda dengan pekerja seks lelaki yang berhubungan
seks dengan lelaki mempunyai resiko tinggi dalam penularan HIV karena
melibatkan kontak cairan sperma, darah ( bila terjadi luka di dinding dubur
pada saat anal seks) bila dilakukan tanpa perlindungan. Laki-laki yang
berhubungan seks dengan lelaki adalah:
Lelaki yang terlibat hubungan seks dengan lelaki lain walalupun mereka
mempunyai pasangan lain seorang wanita. Hubungan seks disini tidak
diartikan hanya melakukan seks anal, melainkan bisa juga berupa
ciuman atau saling melakukan onani.
Bisa mencakup lelaki yang hanya berhubungan dengan lelaki saja
terlepas dari identitas seksualnya.
Lelaki yang melakukan hubungan seksual dengan lelaki karena uang
biasanya disebut kucing.
Pemakaian kondom dengan pelicin yang benar sangat rendah.
Sosialisasi pelicin yang benar belum menjangkau komunitas LSL dan
harga jual yang masih tinggi menjadi alasan kurangnya kesadaran
memakai pelicin yang benar.
Banyak LSL yang juga berhubungan seks tidak aman dengan
perempuan, artinya mereka berhubungan seks dengan laki-laki
memakai kondom, tapi tidak memakai kondom dengan saat
berhubungan seks dengan wanita.
LSL banyak menggunakan napza dengan berbagai alasan. Salah
satunya adalah untuk meningkatkan percaya diri dan mengurangi
tekanan mental yang dihadapi. Penggunaan napza berdampak pada
hubungan sex yang tidak aman.

9-10

Buku Pegangan Konselor


HIV

VCT kelompok khusus

Untuk
cari
uang

Karena
tidak ada
perempuan

Lelaki
Berhubungan
Seks dengan
lelaki
Tetapi
mayoritas juga
dengan
perempuan

Dan
perempuan
secara
seimbang

Bisa juga karena dalam lingkungan yang tidak ada wanita sehingga
mereka melakukan hubungan seks dengan lelaki lain, seperti di
Lembaga Pemasyarakatan, tentara yang pergi berperang sekian lama,
pelaut.
Mereka yang melakukan hubungan seksual secara seimbang dengan
lelaki maupun perempuan tanpa disebutkan identitas seksualnya gay
atau biseks.
Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki berasal dari berbagai
kelompok dari segala lapisan masyarakat sebagian dari mereka
mengidentifikasikan diri sebagai : heteroseksual, biseksual ( AC/DC ),
Homoseksual (gay), waria/transgender, atau tidak mengidentifikasikan
diri. Jadi identitas seksual tidak membedakan perilaku seksual.
Menurut hasil pejangkauan seks LSL ( lelaki berhubungan seks dengan
lelaki ) bisa dimana saja :
o Bordil atau panti pijat putra dimana selain memberikan
pelayanan pijat mereka juga melakukan pelayanan yang lain.
o Panggilan ke rumah atau hotel, biasanya sudah cukup
dikenal dari mulut ke mulut ataupun berlangganan
o Tempat hiburan ataupun bioskop
o Jalanan atau taman
o Kolam renang, wc umum atau pantai
9-11

Buku Pegangan Konselor


HIV

VCT kelompok khusus

Aktifitas LSL
Kegiatan seksual yang biasanya dilakukan oleh LSL adalah :
Saling merancap/coli/onani jadi tanpa melakukan anal seks
Frottage yaitu penis digesek ke bagian tubuh pasangan seks seperti
paha, lipatan kaki, lipatan tangan atau ketiak sampai mencapai orgasme
Saling mengisap penis
Hanya memasukan penis ke dubur tanpa menerima penis di duburnya
atau sebaliknya
Saling memasukan penis ke dubur
Sadomosakis dan berbagi alat permainan seks/dildo yaitu kegiatan
seks dengan kekerasan yang mengakibatkan cedera
LSL dan Kerentanan HIV
Kita ketahui air mani bisa mengandung partikel virus yang banyak sehingga
cukup untuk menularkan HIV terutama bila melakukan anal seks tanpa
pelindung. Selain itu, perilaku seks oral yang banyak dilakukan LSL juga
dapat menjadi pintu masuk penularan. Hal ini akan menjadi lebih parah bila
terjadi ejekulasi di dalam rongga mulut. Bila mereka juga mempunyai
pasangan wanita kerentanan dapat terjadi pada pasangan wanitanya
ataupun pada pasangan lelakinya. Tidak dapat dipungkiri, LSL memang
memiliki kebiasaan sering berganti pasangan seks di sisi lain pelacuran
lelaki sudah umum terjadi dan bisa dimana saja seperti yang sudah
disebutkan tadi, hal ini bila dilakukan tanpa pelindung seperti pada masalah
pekerja seks akan sangat berisiko terhadap penularan HIV. Terutama lelaki
sangat mudah berpindah ( mobilisasi tinggi ), bila perilaku seksualnya tidak
aman akan menyebarkan penularan dengan cepat.
Konseling bagi LSL
Sifat dari LSL cenderung tertutup mengingat adanya stigma mengenai
normal dan tidak normal pada masyarakat. Ketertutupan ini justru dapat
menjadi bom waktu bagi penularan IMS dan HIV/AIDS. Dalam proses
konseling bagi LSL sangat diperlukan kesabaran dari konselor untuk
menggali lebih dalam informasi2 yang diperlukan.
Kecenderungan
melakukan hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan adalah hal
yang lumrah di kalangan LSL namun sangat rahasia. Perilaku seks anal
yang banyak dilakukan komunitas LSL juga banyak ditutup-tutupi akibat
stigma intern komunitas, dimana lelaki yang dianal akan dicap sebagai
perempuan sedangkan yang menganal adalah laki-laki. Selama ini
kesadaran menggunakan kondom di kalangan LSL pada saat berhubungan
seks anal rendah, dan yang menjadi masalah adalah belum
9-12

Buku Pegangan Konselor


HIV

VCT kelompok khusus

tersosialisasinya penggunaan pelicin yang benar bersamaan dengan


penggunaan kondom saat berhubungan seks anal. Pelicin yang benar
adalah pelicin berbahan dasar air yang kini banyak tersedia di pasar bebas.
Sementara kebanyakan LSL yang sudah menggunakan kondom, tidak
menyadari bahwa penggunaan pelicin berbahan dasar minyak seperti body
lotion, baby oil bahkan minyak goreng dan margarine akan merusak
kondom itu sendiri. LSL seringkali tidak menyadari bahwa mereka akan
terpapar IMS melalui anus. Kebanyakan mereka tidak terlalu peduli dengan
bagian tubuh ini. Mereka lebih memperhatikan keadaan penis karena
bagian ini jauh lebih mudah untuk diperhatikan. Namun pada kenyataannya,
banyak LSL yang terpapar kondiloma dan GO pada anus dan hal ini ini
akan memperbesar kemungkinan tertular HIV. Untuk kasus seperti ini
seringkali tidak ditemukan gejala dan kesakitan. Penggunaan napza juga
banyak ditemui pada komunitas LSL.
Umumnya mereka hanya
menggunakan napza jenis amphetamin dimana dapat mendorong perilaku
seks yang tidak aman.
Agar konselor dapat menggali informasi yang baik, konselor juga harus
dapat memahami gaya bahasa yang biasanya dipergunakan mereka dalam
berkomunikasi. Untuk LSL yang tertutup, mereka biasanya tidak banyak
menggunakan bahasa pergaulan khusus. Sementara untuk LSL yang lebih
terbuka, mereka banyak menggunakan bahasa pergaulan mereka yang
kadang jauh berbeda dari bahasa Indonesia pada umumnya. Namun
sebagai konselor yang baik, sebaiknya tahu beberapa perbendaharaan kata
terutama yang berkaitan dengan perilaku seksual agar informasi yg didapat
menjadi lebih jelas. Banyak LSL yang juga memiliki pasangan seks
perempuan, apakah dia itu menikah atau tidak. Perlu diberikan penekanan
bahwa seorang LSL yang juga memiliki istri atau keluarga mempunyai
tanggung jawab yang lebih besar sehingga permasalahan yang akan
dihadapi juga lebih kompleks.
Konselor juga harus mampu menggali pemahaman klien tentang hubungan
seks. Misalnya, laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki lain
karena alasan ekonomi menganggap perilaku seks sesama jenis sekedar
memuaskan pasangan, sedangkan hubungan seks sesungguhnya adalah
dengan lawan jenis.

9.4 Waria dalam kelompok lelaki yang berhubungan seks dengan


Lelaki (LSL)
Berbicara tentang waria seakan-akan sangat berhubungan dengan
seseorang yang sangat berlainan dibanding individu-individu lainnya.
9-13

Buku Pegangan Konselor


HIV

VCT kelompok khusus

Namun apapun itu, waria ada di sekitar kita. Dalam wacana ini, waria tetap
dimasukkan ke dalam kelompok LSL. Namun karena dalam beberapa hal
mereka memiliki kondisi yang lebih spesifik, maka kelompok waria dibahas
lebih khusus agar konselor dapat secara efektif memfasilitasi mereka dalam
penanggulangan HIV/AIDS serta infeksi-infeksi lainnya.
Waria secara biologis termasuk-laki-laki oleh karena itu waria masih
tergolong LSL. Namun demikian, pada waria terdapat kerancuan antara
waria dan transseksual di mana dilakukannya perubahan-perubahan fisik,
misalnya penyuntikan silikon pada payudara disertai terapi hormonal
walaupun alat kelamin laki-laki masih utuh.
Dari segi seksualitas waria berbeda dengan LSL lain, walaupun dari segi
peran gender mereka lebih mirip dengan laki-laki yang feminin (kenes,
gemulai, kemayu)
Menjadi seorang waria, sepertinya bukan merupakan hal yang mudah.
Mereka seakan-akan selalu dilekati stigma dan mendapat perlakuan yang
berbeda atau diskriminasi.
Budaya yang beresiko :

Berpendidikan rendah
Waria kebanyakan berpendidikan rendah. Alasan utama yang mereka
kemukakan adalah karena mereka merasa malu sekolah karena selalu
diejek oleh lingkungan pergaulannya. Hal inilah yang banyak menjadi
alasan utama mereka berhenti sekolah dan pergi ke tempat di mana
mereka bisa hidup lebih tenang. Latar belakang pendidikan yang rendah
dan sikap kurang percaya diri menyebabkan mereka sulit menerima
informasi yang berkaitan dengan HIV/AIDS.
Terpisah dari keluarga
Keputusan untuk pergi meninggalkan kampung halaman, bukan hanya
dipicu karena ketidaknyamanan dalam pergaulan, tetapi terutama
karena faktor penolakan dari keluarga. Banyak waria yang dibuang oleh
keluarganya karena dianggap aib keluarga.
Kemiskinan
Pendidikan yang rendah mengakibatkan kualitas sumber daya manusia
di kalangan waria menjadi rendah, selain itu, penampilan luar yang
berbeda dibanding orang lain juga menjadi penghalang bagi waria untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak dimasyarakat. Tentu saja bagi
waria yang memiliki modal usaha, mereka dapat membuat suatu usaha
seperti salon kecantikan atau warung. Bagi yang tidak memiliki modal,
mereka akan menjadi pekerja seks komersial atau pengamen di jalan.
Rendahnya posisi tawar

9-14

Buku Pegangan Konselor


HIV

VCT kelompok khusus

Kemiskinan dan rendahnya pendidikan menjadikan mereka menjadi


kaum marjinal yang tersisih dan tidak memiliki posisi tawar. Mereka
menerima segala hal tanpa bisa menolak atau mempertimbangkan
untuk hal yang lebih baik.
Berpindah-pindah
Waria biasanya tinggal berkelompok bersama sesama waria dan
pasangan seksualnya. Untuk beberapa alasan, mereka menjadi sangat
sering berpindah-pindah. Razia dan pengusiran sering mereka alami,
kasus kebakaran dan kebanjiran juga mengakibatkan mereka berpindah
dengan cepat. Persaingan dalam bekerja juga alasan yang sangat kuat
untuk berpindah tempat.
Pengaruh seorang ketua kelompok dalam pergaulan sangat kuat. Untuk
bisa masuk ke dalam kelompok mereka konselor harus
mempertimbangkan hal ini.
Sikap kurang percaya diri, apalagi pendidikan dan keterampilan yang
kurang, membuat waria menjadi terbatas

Kebutuhan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi permasalahan seperti
yang telah diuraikan adalah antara lain :
Layanan VCT harus mempertimbangkan kenyamanan dan tidak terlalu
terlihat orang banyak. Waria selalu menjadi perhatian orang banyak.
Layanan informasi harus dalam bahasa sederhana yang mudah
dimengerti dan apabila memungkinkan, menggunakan bahasa
pergaulan mereka.
Konselor diharapkan menunjukkan empati, sehingga dapat
meningkatkan rasa percaya diri dan menimbulkan rasa nyaman bagi
waria untuk mau menceritakan permasalahan yang sebenarnya.
Menekankan perubahan perilaku terutama untuk selalu memakai
kondom setiap melakukan hubungan seks, dan bila melakukan seks
anal disertai pelicin tambahan berbahan dasar air.
Memberikan pengetahuan tentang meningkatkan kualitas hidup dan
memberikan informasi tentang pelatihan keterampilan untuk menopang
hidup.
Menyediakan layanan dukungan sebaya atau merujuk ke kelompok
waria.
Hambatan dalam pemenuhan kebutuhan

Kurangnya pemahaman tentang karakteristik kelompok waria.


Tidak tersedia sarana Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang dapat
dimengerti oleh waria.
9-15

Buku Pegangan Konselor


HIV

VCT kelompok khusus

Penjangkauan waria oleh kelompok di luar waria sepertinya belum


efektif, sementara kelompok dukungan dari komunitas mereka sendiri
juga sangat terbatas.
Waria sering enggan untuk datang ke layanan karena akan menjadi
pusat perhatian, sebaiknya perlu diperhatikan untuk melakukan
konseling secara jemput bola (mobile).
Ketersediaan kondom adalah hal yang cukup menyulitkan bagi waria
karena penghasilan yang rendah, apalagi untuk penyediaan pelicin
berbahan dasar air yang direkomendasikan.
Peningkatan keterampilan akan sangat berguna dalam meningkatkan
taraf hidup waria, namun bagi waria yang enggan memanfaatkan
kesempatan perlu didorong untuk melakukannya.

9.5 Pekerja Migran


Pekerja migran menjadi salah satu dari beberapa pilihan sebagai kelompok
khusus karena mempunyai beberapa situasi dan kondisi yang membawa
resiko terhadap HIV/AIDS, khususnya di negara berkembang seperti
Indonesia.
Seperti yang sering diberitakan oleh media bahwa adanya penganiayaan
atau pemerkosaan terhadap pembantu rumah tangga atau buruh dimana
hal-hal tersebut berisiko terhadap HIV/AIDS. Berkaitan dengan hal-hal
tersebut di atas ada tiga hal yang perlu diperhatikan seorang konselor
dalam memberikan konseling kepada klien yang berlatar belakang sebagai
pekerja migran.
Budaya yang Berisiko

Berpindah-pindah
Pekerja migran berpindah tergantung pada kontrak dan waktu
pekerjaannya atau adanya permasalahan yang dihadapi, hal ini
menungkinkan mereka sulit menjadi bagian dari suatu komunitas

Berpisah dari keluarga


Dengan berjauhan dari keluarga biasanya perhatian tidak didapatkan
sehingga tidak ada yang membantu bila ada perilaku yang berisiko

Pendidikan rendah Kesenjangan bahasa


Latar belakang pendidikan yang rendah akan membuat mereka sulit
untuk mempelajari situasi baru sehingga dukungan pun sulit didapatkan,
hal lainnya adalah kesenjangan bahasa yang membatasi informasi yang

9-16

Buku Pegangan Konselor


HIV

VCT kelompok khusus

seharusnya diperoleh secara jelas dan benar

Kemiskinan
Kemiskinan membuat mereka jauh dari akses pendidikan ataupun
keterampilan hidup karena biaya untuk pendidikan maupun
keterampilan yang tinggi.

Rendahnya posisi tawar-menawar


Hal ini terjadi salah satunya karena merasa di posisi yang
membutuhkan sehingga tidak berupaya mempertahankan haknya.

Kebutuhan
Hal-hal yang perlu tersedia dalam menanggapi masalah resiko tersebut di
atas misalnya:
Layanan informasi tentang HIV/AIDS dalam bahasa mereka
Konseling
Kondom dan cara penggunaan
Perlindungan hukum
Pendidikan keterampilan hidup
Dukungan sebaya
Hambatan dalam pemenuhan kebutuhan
Tidak meratanya penyediaan informasi tentang HIV/AIDS
Tidak meratanya penyediaan layanan konseling
Kurangnya pemahaman tentang karakteristik kelompok
Sulit mengakses keterampilan hidup karena biaya

9.6 Suku Asli


Indonesia mempunyai banyak sekali suku asli seperti Dayak di Kalimantan,
Badui di Banten, Sasak di Lombok, Asmat di Papua, Suku Tengger di
pegunungan Bromo, suku Kubu di Jambi, Suku Baliage di Trunyan, dll.
Beberapa dari suku-suku tersebut masih melakukan ritual atau perilaku
yang berisiko terhadap infeksi HIV/AIDS.
Budaya adalah hal yang sangat sensitif maka pendekatan yang dilakukan
benar benar harus bisa diterima, misalnya konselor sebaiknya memahami :
Budaya yang Berisiko

Berpindah-pindah
9-17

Buku Pegangan Konselor


HIV

VCT kelompok khusus

Beberapa suku asli hidup berpindah-pindah sehingga membuat mereka


sulit dijangkau dan memberikan risiko penularan pada komunitas lain.

Tinggal di daerah pedalaman dan terpencil (Badui, Asmat, Tengger)


Akibatnya mereka sulit dijangkau dari segi geografis dan transportasi

Pendidikan rendah Kesenjangan bahasa


Pendidikan yang rendah mengakibatkan kesenjangan bahasa sehingga
informasi apapun tidak mudah didapatkan

Hubungan seks
Budaya seperti sifone (laki-laki muda akil balig yang baru saja disunat
segera melakukan hubungan seksual tidak aman dengan perempuan
bayaran untuk mengobati alat kelaminnya) di Nusa Tenggara Barat
juga rentan HIV/AIDS dan IMS.

Ritual (tato, tindik, pemotongan gigi, perjanjian sedarah)


Ritual dilakukan karena merupakan warisan turun temurun sehingga
sangat sensitif terutama yang berisiko terhadap HIV/AIDS.

Kebutuhan
Hal-hal yang perlu tersedia dalam menanggapi masalah resiko tersebut di
atas misalnya:
Layanan informasi HIV/AIDS dalam bahasa daerah (KIE lokal)
Konseling / pendidikan sebaya
Konseling akan lebih efektif bila konselor adalah salah seorang dari mereka
karena sudah mengerti budaya dan bahasa sehingga memudahkan proses
konseling
Kondom dan cara penggunaan
Alat-alat tajam yang steril
Perlindungan hukum
Pendidikan keterampilan hidup yang menghargai budaya mereka
Dukungan sebaya

Hambatan dalam pemenuhan kebutuhan

9-18

Tidak tersedianya informasi HIV/AIDS dalam bahasa daerah


Kurangnya pemahaman tentang karakteristik kelompok
Kurangnya kebijakan pemerintah dalam mendukung perkembangan
sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan

Buku Pegangan Konselor


HIV

VCT kelompok khusus

9.7 Warga Binaan Pemasayarakatan


Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dan Rumah Tahanan (Rutan)
merupakan salah satu tempat yang sulit untuk menjalankan program
pencegahan dan perawatan efektif bagi warga binaan dengan HIV/AIDS.
Hampir di seluruh dunia, pemerintah kurang memberikan prioritas terhadap
masalah kesehatan masyarakat di Rutan / Lapas.
Penyebaran penyakit infeksi menular melalui darah dan hubungan seks
seperti HIV/AIDS mudah terjadi di Lapas / Rutan. Jika warga binaan
terinfeksi selama masa penahanan maka akan sangat mudah terjadi
penyebaran ke masyarakat luas, karena mereka ditahan dalam waktu
tertentu dan kemudian kembali ke masyarakat.
Meskipun pengawalan di Lapas/Rutan sangat ketat, sangat memungkinkan
penyebaran penyakit infeksi melalui hubungan seks dan penggunaan
NAPZA suntik. Perilaku di penjara dan kondisinya membuat risiko lebih
besar daripada di dunia luar
Budaya yang Berisiko

Bertukar alat suntik


Penularan seksual melalui :
o Antar-Napi, suka sama suka atau secara paksa
o Antara Napi dan petugas Lapas, baik sukarela atau secara
paksa
Tato dengan alat tumpul
Pemasangan tasbih/hagel pada alat kelamin
Pengendalian infeksi yang tidak berjalan baik pada pelayanan medik
Lapas/ Rutan

Kebutuhan
Program
Prinsip pendidikan sebaya adalah untuk meningkatkan efektivitas
intervensi, seperti meningkatkan pengetahuan dan menggali perubahan
perilaku terutama untuk kelompok tertentu. Bila informasi atau pendidikan
diberikan oleh petugas Lapas, biasanya warga binaan menyikapi dengan
ketidakpercayaan atau kecurigaan. Program edukasi sebaya menunjukkan
efektivitas dalam menyampaikan informasi akurat tentang HIV/AIDS.

9-19

Buku Pegangan Konselor


HIV

VCT kelompok khusus

Program Hidup Sehat bagi Warga Binaan


Warga binaan memerlukan akses informasi hidup sehat untuk
mempertahankan kualitas hidup, seperti perawatan kesehatan dasar,
dampak penyalahgunaan narkoba, olah raga dan program lainnya yang
berkaitan dengan kesehatan warga binaan.
Akses Kondom
Di Kanada, kondom tersedia di Lapas sejak tahun 1992 dan dalam laporan
penelitian di 20 negara pada tahun 1998, dilaporkan bahwa penyediaan
kondom di Lapas makin luas diterima.
Tidak ada bukti dengan
pembagian kondom maka kegiatan seksual di Lapas meningkat.
Penyediaan alat suntik
Distribusi jarum dan semprit steril kepada Napi dilakukan di beberapa
negara Eropa dengan hasil yang dilaporkan: tidak adanya peningkatan
penggunaan NAPZA.
Distribusi Cairan pemutih dan Pendidikan Penggunaan Yang aman
Pencucian dengan pemutih lebih mudah dilakukan guna menurunkan
penularan melalui penggunaan jarum bersama. Cara membersihkan
dengan pemutih perlu diajarkan, dan materi KIE untuk warga binaan perlu
diperhatikan.
Hambatan dalam pemenuhan kebutuhan

Lapas/Rutan seringkali dianggap sebagai dunia yang menyeramkan


yang menyebabkan terbatasnya layanan apapun dari masyarakat

Pemerintah kurang memberikan prioritas pada Lapas dan Rutan yang


berdampak pada kesehatan mental dan fisik.

Manajemen dan petugas Lapas seringkali takut menyediakan kondom,


karena perilaku seks dengan sesama jenis merupakan pelanggaran
hukum di Indonesia, begitu juga dengan jarum suntik yang steril

9-20

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

$ TUJUAN

Memberi informasi data epidemiologi yang berkaitan dengan PPTCT


(Prevention Parent to Child Transmission)
Meninjau kembali dan mendiskusikan strategi saat ini untuk PPTCT
Mendiskripsikan pentingnya VCT dalam program PPTCT
Membantu memahami pentingnya VCT untuk ibu dan pasangannya
Membantu
memahami tujuan konseling pra dan pasca tes untuk
perempuan hamil dan perbedaannya dengan VCT lainnya
Mengenali konsep dan keterampilan yang berkaitan dengan konseling
efektif bagi perempuan dan pasangannya untuk PPTCT
Mendiskripsikan pengintegrasian pelayanan VCT pada sistem pelayanan
kesehatan dari ibu ke anak
Memahami permasalahan yang dihadapi ibu terinfeksi HIV dalam memilih
pemberian makanan yang sehat dan aman kepada bayinya

$ RINGKASAN
Bab ini mengungkapkan pentingnya VCT bagi individu dan pasangan dalam hal
pencegahan terhadap bayi. Tujuan konseling pra dan pasca tes kepada perempuan
hamil dan bedanya dengan konseling pada sasaran lainnya dijelaskan disini.
Pedoman pada tulisan ini digunakan untuk mengenali konsep dan keterampilan
yang dibutuhkan bagi tersedianya pelayanan konseling efektif pada perempuan
dengan pasangannya
untuk pencegahan penularan dari ibu ke anak dan
diintegrasikannya pada pelayanan VCT di KIA. Rekomendasi ini menekankan
pentingnya pelayanan pada perempuan hamil yang terinfeksi HIV (dan petugas
kesehatannya) memahami status diri agar dapat mencegah penularan kepada janin
serta melindungi kesehatannya.

10-1

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

10.1 EPIDEMIOLOGI PENULARAN HIV DARI ORANG TUA KE ANAK


Pada akhir tahun 2002, diperkirakan 3.2 juta
anak dibawah umur 15 tahun terinfeksi
HIV/AIDS dan 800,000 anak terinfeksi HIV
baru dalam tahun 2002.1 Sebagian besar
dari mereka meninggal sebelum mencapai
usia remaja.

Besaran tantangan PPTCT di Asia


India
China
Myanmar
Thailand
Cambodia
Malaysia
Laos
Vietnam

500,000
70,000
23,000
18,000
9,000
1,700
800
600

Istilah penularan HIV dari ibu ke anak


(MTCT/Mother to Child Transmission) cukup
UNAIDS 2002 Country Reports
tepat dan akan digunakan dalam Bab ini
untuk menjelaskan bagaimana cara HIV
menular ke janin/bayi dari ibu yang terinfeksi
HIV. Namun bila menyangkut aspek-aspek kebijakan dan kesehatan masyarakat,
kita akan memakai penularan dari orang tua ke anak(PTCT/Parent to Child
Transmission) oleh karena tidak bisa dipungkiri bahwa laki-laki atau si ayah juga
memiliki andil dalam penularan HIV kepada anak dan akan berperan penting dalam
dukungan dan perawatan ODHA dalam keluarganya.
10.2 CARA PENULARAN DARI IBU KE ANAK

FAKTOR RISIKO MTCT


Bukti kuat

Bukti terbatas

Maternal

Tingginya muatan virus

Karakteristik virus

Penyakit lanjut

Menurunnya kekebalan tubuh

HIV yang diperoleh selama kehamilan

Pemberian ASI

Obstetrik

Kelahiran per vaginam versus Seksio Sesar

Robeknya membran dalam jangka panjang

Perdarahan Intrapartum

Invasive Obstetrical Procedures

Monitoring

Episiotomi

Bayi

Prematur

ASI

10-2

Status Gizi ibu


Defisiensi Vitamin A
Anemia
IMS
Chorio-amnionitis
Seks tak aman
Banyak pasangan seks
Merokok
Injecting drug user (IDU)

Lesi kulit dan/atau


lapisan
mucosa
(sariawan
mulut)
termasuk saluran cerna

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

10.3 RESIMEN ANTIRETROVIRAL PROFILAKSIS UNTUK PMTCT


ARV dapat mengurangi konsentrasi virus dalam jaringan, cairan dan air susu ibu
sehingga memperkecil kemungkinan penularan virus selama dalam rahim,
intrapartum dan pasca melahirkan. Pada tahun 1984 didapatkan hasil yang baik
pada penggunaan ARV untuk Prevention of Mother To Child dalam hal mengurangi
penularan HIV . Berdasarkan hal tersebut kemudian diadopsi standar pelayanan
bagi perempuan terinfeksi HIV di hampir semua negara.

10.4 MENGAPA PEMERIKSAAN ANTIBODI HIV DIBUTUHKAN?


VCT (Voluntary Counseling and Testing) merupakan pintu gerbang menuju
pelayanan HIV/AIDS lainnya, yang menawarkan kesempatan untuk mengetahui
status HIV seseorang dengan kualitas dukungan konseling guna membantu mereka
menyesuaikan diri dengan hasil pemeriksaan yang mungkin (+) atau (-).
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN MELAKUKAN TES HIV PADA PEREMPUAN
HAMIL
KEUNTUNGAN MELAKUKAN TES HIV

Memahami hasil tes akan menurunkan stres


Klien HIV(+), kalau mereka menginginkan anak, maka dilakukan
perencanaan kehamilan sampai kelahiran anak dengan pemberian ARV
selama kehamilan-proses kelahiran, memilih cara melahirkan, dan cara
pemberian makanan
Hidup Positif
a. Gejala dapat segera diidentifikasi dan terapi segera
b. Klien dapat juga dililindungi dari infeksi selanjutnya
c. Klien dapat memperbaiki status kesehatan dengan sanitasi yang
baik,diet sehat, dll.
Rencana kedepan dalam keluarga dapat disusun dengan lebih mudah
Membuat pilihan tentang perilaku seksual dan mengasuh anak di masa
datang

KERUGIAN MELAKUKAN TES HIV


Semua kemungkinan implikasi dari hasil tes positif harus didiskusikan
Stres dan perasaan ketidak pastin: Klien HIV(+) mungkin tidak berhasil
mengatasi hasil tes (+) misalnya klien menjadi cemas, menunggu
perkembangan tanda dan gejala HIV/AIDS, menjaga rahasia.
Klien mungkin menghadapi stigma jika informasi diungkapkan kepada
keluarga dan teman
Membangun dan membina relasi, terutama hubungan perkawinan
Pembatasan akses untuk perumahan, asuransi jiwa dan kesempatan
bekerja
10-3

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

10.5 DAMPAK PSIKOLOGIS HIV PADA PEREMPUAN


Perempuan memerlukan bantuan konseling untuk menyesuaikan diri dengan reaksi
psikologik berikut
1. Marah kepada orang yang menulari dirinya
2. Sedih akan kehilangan status dan kesehatan, mengubah citra diri dan
seksualitas, kemungkinan tak memperoleh anak dan meninggalkan anak
hidup sendirian.
3. Rasa bersalah berkaitan dengan kesakitan anaknya dan beban keluarga
untuk merawat orang sakit.
4. Depresi pasca melahirkan

10.6 PRINSIP DAN PERAN KONSELOR DALAM PPTCT


VCT dalam Pencegahan Penularan HIV dari Orang tua ke Anak (PPTCT/Prevention
of Parent to Child Transmission) adalah dialog antara klien yang sekaligus adalah
orang tua dari anak dan petugas kesehatan /konselor.
Tujuan pelayanan:
Informatif
Supportif
Preventif

10.7 PROSES VCT DALAM PPTCT

Konseling prates individual

Konseling pasca tes individual

10.8 KEBUTUHAN VCT DALAM SETTING PPTCT


Tuntutan pelayanan VCT pada program PPTCT bervariasi luas didalam dan luar
negeri. Pada banyak negara di Afrika, tuntutan untuk VCT rendah pada saat
pelayanan pertamakali dibuka. Dalam program PPTCT, adalah lazim bila kurang
dari setengah perempuan yang menerima konseling pra-tes, melaksanakan tes,
dan kembali mengambil hasilnya, walaupun disediakan obat ARV di PPTCT .
Faktor umum yang mempengaruhi rendahnya tuntutan kebutuhan dan angka
penerimaan VCT adalah :

10-4

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

Kurangnya fasilitas VCT dan tes kit pemeriksaan HIV (termasuk biaya dan
pembayaran )
Kurangnya kesadaran akan adanya VCT
Kurangnya kesadaran akan manfaat VCT
Kurang kepercayaan akan kualitas pelayanan VCT (termasuk kurang
memadainya penggunaan waktu dan konselor terampil,
dimana
perempuan yang
datang telah percaya dan meminta pelayanan,
merasakan manfaat, menghargai, serta yakin akan kebenaran hasil VCT)
Stigma berkaitan dengan hasil tes (+)
Lamanya waktu menunggu hasil tes
Terapi yang diberikan petugas kesehatan
tidak sensitif
terhadap
kebutuhan klien
Kurangnya hubungan antara perawatan dan dukungan bagi ODHA

10.9 PENGINTEGRASIAN VCT PADA SISTEM PELAYANAN KESEHATAN IBU


DAN ANAK YANG SUDAH ADA
Keuntungan pelayanan VCT di Klinik Ibu Anak:
1. Membuat VCT sebagai pelayanan rutin di KIA (ditawarkan pada semua
klien KIA) dapat membantu mengurangi stigma berkaitan dengan VCT dan
infeksi HIV.
2. VCT ditawarkan di setiap KIA lebih dapat diterima oleh kebanyakan
perempuan dari pada di pusat rawat jalan untuk laki-laki dan perempuan
3. Pelayanan VCT berbasis klinik antenatal dapat mencapai persentasi tinggi
perempuan hamil , terutama jika rutin ditawarkan
4. Perempuan hamil yang tidak menyadari risiko diri dan pasangannya
mempunyai kesempatan mendapatkan penilaian risiko dalam proses VCT
5. Melanjutkan pelayanan dalam sistem kesehatan Ibu-Anak dapat menunjang
integrasi program HIV/AIDS seperti PPTCT, terapi IMS dan infeksi lainnya ,
KB, dukungan gizi, dan rujukan ke pelayanan lain jika diperlukan.
6. Akses untuk aborsi aman ketika hukum mengizinkan dan konseling untuk
memastikan persetujuan perempuan, harus merupakan bagian dari
pelayanan
10.10

MENGUNGKAP STATUS KEPADA PASANGAN-KEKERASAN-VCT

Keuntungan individu untuk membuka diri kepada pasangan akan status HIV nya
memerlukan kekuatan besar dalam melawan konflik yang mungkin terjadi .
Ketakutan akan tindak kekerasan merupakan hambatan terbesar dalam
pengungkapan status HIV seorang perempuan kepada pasangannya. Dalam satu
penelitian; 42.6 % perempuan mendapatkan kekerasan dari pasangannya sekali
dalam hidupnya dan 32.2 % dan satu kali oleh pasangannya sekarang. Penelitian
lain, laki-laki India yang melakukan tindak kekerasan seksualitas dan fisik, lebih
tinggi pada mereka yang melakukan seks diluar nikah dan insiden IMS.
10-5

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

10.11 BEKERJA SAMA DENGAN PASANGAN


Pasangan perempuan ODHA adalah bagian paling kritis dari keluarga, karena ia
penentu keputusan dalam keluarga. Menyertakan pasangan dalam konseling
berkaitan dengan HIV dapat memberi gambaran akan adanya dilema dukungan
bagi klien dalam berbagai pilihan yang berkaitan dengan HIV, pemberian makanan
pada bayi, KB. Klien yang datang untuk konseling HIV/AIDS harus didorong, tetapi
tidak dipaksa, untuk datang dengan pasangan. Konselor memerlukan pengetahuan
tentang bagaimana bekerja dengan pasangan

10.12. MASALAH ETIK DAN HUKUM VCT DALAM PPTCT


Hanya perempuan hamil yang mempunyai hak untuk memilih apakah akan
mengambil kesempatan intervensi atau tidak, setelah ia mendapat informasi penuh.
Pendapat kontra mengatakan bahwa janin mempunyai hak perlindungan atas
infeksi, meski ibu menolak VCT, karenanya PPTCT harus dapat melakukan
intervensi.
Manusia merupakan makhluk sosial yang perilaku dan kesehatan jiwanya
dipengaruhi oleh budaya. Konselor perlu memperhatikan hal ini. Persepsi klien
tentang lingkungan dan kemampuan untuk menghadapi tantangan tergantung dari
sosialisasinya. Faktor budaya perlu dipertimbangkan termasuk norma sosial, tata
nilai dan moral.
10.13

KONSELING DAN PENCEGAHAN


PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI

PENULARAN

HIV

DALAM

Perempuan dengan HIV yang sedang hamil membutuhkan informasi dan dukungan
yang akan membantu mereka dalam memutuskan apakah setelah bayinya lahir
akan diberi ASI atau tidak. Mereka butuh bantuan dalam menilai risiko penularan
HIV ke bayinya dan perlu dukungan yang dapat membuat mereka jadi percaya diri
dalam memutuskan hal-hal yang berkaitan dengan pemberian makanan yang aman
kepada bayi. Peran konselor adalah membantu dan mendukung ODHA hamil
mengambil keputusan yang tepat, dan untuk dapat melakukan dukungan dengan
efektif maka konselor memerlukan pelatihan manajemen laktasi yang di dalamnya
mencakup isu-isu HIV.
Peran konselor dalam layanan konseling untuk pemberian makanan bayi yang
aman dari penularan HIV ada tiga :
1. Memberikan informasi
2. Membantu si ibu untuk menilai risiko penularan pada bayinya sesuai
dengan kondisi si ibu sendiri saat itu
3. Membantu si ibu agar percaya diri dan yakin dengan pilihan-pilihannya

10-6

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

Pencegahan Penularan HIV dari Orang Tua ke


Anak
10.1 Epidemiologi Penularan HIV Dari Orang Tua Ke Anak

Pada akhir tahun 2002, diperkirakan 3.2


juta anak dibawah umur 15 tahun
terinfeksi HIV/AIDS dan 800,000 anak
terinfeksi HIV baru dalam tahun 2002.1
Sebagian besar dari mereka meninggal
sebelum mencapai usia remaja.

Besaran tantangan PPTCT di Asia


India
China
Myanmar
Thailand
Cambodia
Malaysia
Laos
Vietnam

500,000
70,000
23,000
18,000
9,000
1,700
800
600

Di Negara-negara maju saat ini risiko


bayi terinfeksi HIV dari ibunya yang HIV
UNAIDS 2002 Country Reports
positif
adalah
kurang
dari
2%.
Sementara
di
Negara-negara
berkembang, tanpa akses dan upayaupaya pencegahan, risiko bayi antara 20% hingga 40%. Ini adalah salah
satu contoh bagaimana epidemi HIV memperlihatkan ketidaksetaraan.
Sesungguhnya laki-laki juga memiliki peran penting terkait dengan
penularan HIV pada anak-anak. Sebagian besar perempuan yang terinfeksi
HIV mendapat virus dari suami atau pasangan mereka melalui hubungan
seksual. Meskipun sangat besar cinta para ayah kepada anak-anaknya,
namun belum tentu mereka tahu bahwa perilaku mereka dapat
mengakibatkan anak-anak mereka berisiko tertular HIV. Kesadaran yang
muncul pada laki-laki bahwa mereka bisa menularkan HIV pada anak-anak
mereka akan menjadi motivasi kuat bagi laki-laki untuk mengubah
perilakunya.
Laki-laki pada umumnya adalah pembuat keputusan dalam kehidupan
rumah tangga. Mereka akan memegang peranan penting dalam
memutuskan hal-hal yang terkait dengan pencegahan penularan HIV
kepada anak-anak, misalnya dalam pilihan perilaku seksual, merencanakan
punya anak, memilih persalinan, dan menentukan makanan untuk bayi.
Upaya-upaya pencegahan penularan HIV kepada anak tidak akan berhasil
dengan efektif apabila tidak melibatkan laki-laki atau para ayah.
Di sisi lain, kegiatan dukungan dan perawatan selama ini lebih banyak
dilakukan oleh perempuan melalui peran tradisional mereka. Dalam hal ini,
10-7

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

perawatan dan dukungan untuk anggota keluarga yang terinfeksi HIV akan
lebih efektif bila melibatkan juga laki-laki, terutama untuk perawatan ODHA
di rumah, merawat anak-anak piatu yang sudah ditinggal ibunya, dan turut
serta mendukung sesama ODHA.
Banyak istilah digunakan untuk menjelaskan penularan HIV ke anak,
beberapa di antaranya adalah penularan perinatal, penularan vertical,
dan penularan dari ibu ke anak. Kelompok Kerja Ghent Internasional untuk
Penularan Ibu ke Anak telah merekomendasikan istilah baku penularan
dari ibu ke anak, namun banyak pihak merasa kuatir bahwa istilah ini akan
menghakimi dan menyalahkan si ibu, sehingga banyak debat dalam
penggunaan istilah ini.
Istilah penularan HIV dari ibu ke anak (MTCT/Mother to Child
Transmission)cukup tepat dan akan digunakan dalam Bab ini untuk
menjelaskan bagaimana cara HIV menular ke janin/bayi dari ibu yang
terinfeksi HIV. Namun bila menyangkut aspek-aspek kebijakan dan
kesehatan masyarakat, kita akan memakai penularan dari orang tua ke
anak(PTCT/Parent to Child Transmission) oleh karena tidak bisa dipungkiri
bahwa laki-laki atau si ayah juga memiliki andil dalam penularan HIV
kepada anak dan akan berperan penting dalam dukungan dan perawatan
ODHA dalam keluarganya.
Penularan HIV dari ibu ke anak (MTCT) paling cepat terjadi pada waktu
janin dalam uterus, saat dilahirkan, atau setelah lahir melalui ASI. Jika tidak
dilakukan intervensi, sekitar sepertiga ibu dengan HIV (+) akan menularkan
virus ke janinnya melalui ketiga jalan ini.
Kebanyakan penularan HIV pada akhir kehamilan atau proses melahirkan.
Sekitar sepertiga dan setengah infeksinya tertular selama pemberian ASI.
Beberapa faktor, tidak semua, dapat diterangkan sepenuhnya, seperti bayi
yang mendapatkan pengaruh infeksi virus dari ibu, saat janin, bayi,
termasuk maternal, obstetrikal, fetal, dan neonatal. Tingginya muatan virus
ibu, misalnya pada saat serokonversi dan penyakit lanjut, merupakan faktor
besar untuk berpindahnya infeksi.

10-8

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

RISIKO PERKIRAAN & WAKTU PENULARAN


IBU-ANAK
Selama kehamilan
0 - 14 mg

1%

14 36mg

4%

36 mg - lahir

Post partum sampai


laktasi

Partus
Proses
lahir

12%

0 - 6 bln

8%

6 - 24 Bln

7%

3%

Keseluruhan tanpa menyusui

20-25 %

Keseluruhan dg menyusui sp 6 bulan


Keseluruhan dg menyusui sp 18-24 bulan

25-30 %
30-35 %

Source: De Cock KM, et al. JAMA. 2000; 283 (9): 1175-82 Kourtis et al. JAMA 2001; DeCock et
al. JAMA 2000

10.2 Cara Penularan Dari Ibu Ke Anak

FAKTOR RISIKO MTCT


Bukti kuat

Bukti terbatas

Maternal

Tingginya muatan virus

Karakteristik virus

Penyakit lanjut

Menurunnya kekebalan tubuh

HIV yang diperoleh selama kehamilan

Pemberian ASI

Obstetrik

Kelahiran per vaginam versus Seksio Sesar

Robeknya membran dalam jangka panjang

Perdarahan Intrapartum

Invasive Obstetrical Procedures

Monitoring

Episiotomi

Bayi

Prematur

ASI

Status Gizi ibu


Defisiensi Vitamin A
Anemia
IMS
Chorio-amnionitis
Seks tak aman
Banyak pasangan seks
Merokok
Injecting drug user (IDU)

Lesi kulit dan/atau


lapisan
mucosa
(sariawan
mulut)
termasuk saluran cerna

Penularan HIV Selama Kehamilan


10-9

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

HIV tidak menular melalui plasenta ke janin. Plasenta melindungi bayi dari
HIV (Anderson, 1997), tetapi perlindungan menjadi tidak efektif bila ibu :
Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria)
pada plasenta selama kehamilan
Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan
virus pada saat itu
Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun, berat berkaitan
dengan AIDS
Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tak langsung
berkontribusi untuk penularan dari ibu kepada anak.
Penularan Hiv Selama Proses Kelahiran
Bayi yang terinfeksi dari ibu, mempunyai risiko lebih tinggi pada saat
dilahirkan. Kebanyakan bayi mendapat HIV pada proses kelahiran, didapat
melalui proses menelan atau mengaspirasi darah ibu atau sekresi vagina.
Faktor yang mempengaruhi tingginya risiko penularan dari ibu ke anak
selama proses melahirkan adalah:
Lama robeknya membran seringkali dalam bentuk ARM,
Chorioamnionitis akut (disebabkan tak diterapinya IMS atau infeksi
lainnya),
Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi
dengan darah ibu misalnya, episiotomi.
Anak pertama dalam kelahiran kembar
Penularan HIV Melalui Asi
HIV berada dalam ASI, tetapi konsentrasi virus lebih rendah dari pada
dalam darah. Risiko penularan melalui ASI tergantung dari:
Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan
kurang berisiko dibanding dengan pemberian campuran
Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan puting
susu dan infeksi payudara lainnya
Lamanya pemberian ASI, makin lama makin besar kemungkinan infeksi
Muatan virus pada ibu mempunyai risiko dua kali lipat, 30% jika
perempuan terinfeksi HIV pada saat pertama kali menyusui.
Status kekebalan tubuh ibu, AIDS stadium lanjut
Status gizi ibu yang buruk
Waktu Penularan HIV Selama Pemberian Asi
Penularan dapat terjadi selama masa menyusui
Sekitar 70% penularan pasca kelahiran terjadi pada 4-6 bulan pertama
HIV dideteksi di kolostrum dan susu ibu, tetapi risiko relatif dari
penularan tak pernah pasti
10-10

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

Risiko bersifat kumulatif (makin panjang masa pemberian ASI, makin


besar risiko). Risiko keseluruhan dari penularan melalui ASI adalah
sebesar 10% diatas 24-36 bulan pemberian ASI.

Strategi WHO Dalam Pencegahan Penularan Dari Ibu Ke Anak


MODEL WHO 4 PRONG UNTUK PREVENSI PENULARAN HIV DARI I BU KEPADA
ANAK (PMTCT/Preventionof Mother to Child Transmission)
Strategi
Prong I:
Pencegahan
primer Infeksi HIV
pada perempuan
usia subur

Faktor utama

Prong II:
Pencegahan
Kehamilan yang
tidak dikehendaki
pada perempuan
terinfeksi HIV

Prong III:
Pencegahan
penularan
Perinatal HIV
pada perempuan
terinfeksi HIV

Intervensi perubahan perilaku pada populasi umum dan


pasangannya
Pemberian informasi, pendidikan, konseling akan pelayanan
dan pencegahan HIV
Penatalaksanaan IMS yang baik
Menurunkan risiko transfusi darah yang tidak aman
Merespon faktor kontekstual yang meningkatkan kerentanan
perempuan, misalnya stigma dan diskriminasi
Promosi kondom: Praktek seksual aman
Meningkatkan keikutsertaan pasangan dalam diskusi seks
aman pada VCT

(* Melaksanakan konseling pada pasangan baik HIV (-) maupun (+)


atau serodiskordan menunjukkan strategi intervensi primer yang
sangat efektif )

Meningkatkan jumlah perempuan yang tahu status serologinya


- Informasi-edukasi-konseling pencegahan HIV dan pendekatan
pencegahan penularan dari ibu kepada anak

Konseling perempuan dan pasangannya guna memungkinkan


mereka memilih kehamilan di masa datang

Promosi kondom sebagai alat untuk menarik KB

Rujukan pelayanan konseling keluarga berencana dan lainnya


yang diperlukan (pengetahuan tentang berbagai pelayanan
konseling disekitar mereka )
(* Perempuan dengan HIV (+) dalam kehamilan awal dapat
membuat keputusan mau terus hamil atau tidak sesuai azas
legalitas dan keamanan)

Pastikan perempuan dengan HIV (+) mempunyai akses ke


sistem pelayanan antenatal dan PMTCT

Sediakan pelayanan antiretroviral pada perempuan hamil


terinfeksi HIV dan bayinya, disertai konseling kepatuhan berobat
dan dukungan

Pertolongan persalinan yang aman

Konseling dan dukungan bagi pemberian makanan bayi aman

10-11

Buku Pegangan Konselor


HIV
Prong IV: MTCT
Plus
Menyelenggarakan Perawatan
dan Dukungan
untuk perempuan
terinfeksi HIV dan
keluarganya

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

Pelayanan medik dan keperawatan: VCT, Infeksi oportunistik ,


terapi pencegahan, HAART dan pelayanan paliatif Dukungan
psikososial: konseling, dukungan spiritual, konseling lanjutan,
dan dukungan masyarakat Hak Azasi dan Bantuan Hukum:
Partisipasi ODHA, pengurangan stigma dan diskriminasi
Dukungan Sosioekonomi: dukungan materi, kredit usaha kecil;,
dan makanan

10.3 Resimen Antiretroviral Profilaksis Untuk PMTCT


ARV dapat mengurangi konsentrasi virus dalam jaringan, cairan dan air
susu ibu sehingga memperkecil kemungkinan penularan virus selama
dalam rahim, intrapartum dan pasca melahirkan. Pada tahun 1984
didapatkan hasil yang baik pada penggunaan ARV untuk Prevention of
Mother To Child dalam hal mengurangi penularan HIV . Berdasarkan hal
tersebut kemudian diadopsi standar pelayanan bagi perempuan terinfeksi
HIV di hampir semua negara.

AZT Jangka Panjang


Tahun 1994 the AIDS Clinical Trial Group 076 (ACTG 076)
mendemonstrasikan bahwa penggunaan AZT sebagai terapi tunggal
diberikan:
Kepada perempuan hamil dari minggu ke 14 sampai melahirkan
dengan dosis 5x 100 mg per oral dan selama melahirkan diberi per
IV,
Kepada bayi diberi per oral AZT 4 X sehari selama enam minggu
dan diberi makanan formula,
Hasil dari percobaan ini terjadi penurunan penularan 67%. Resimen ini
merujuk kepada penggunaan AZT jangka panjang yang kemudian dipakai
sebagai standar pelayanan HIV pada perempuan hamil. Ketika resimen ini
dikombinasikan dengan seksio sesaria terencana maka efektivitas
pencegahan meningkat menjadi 98%.
Pemberian AZT jangka panjang nampaknya tidak menguntungkan di
negara berkembang karena beberapa alasan :
Dibutuhkan waktu lama dan biaya besar untuk minum obat
Kesulitan kalau harus minum obat 5 x sehari
Perempuan hamil datang pada kehamilan lanjut untuk ANC
Dibutuhkan AZT intravena pada proses kelahiran, ini sulit
dimungkinkan di banyak fasilitas di negara berkembang
10-12

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

Pada penggunaan jangka panjang, makanan formula diberikan


pada bayi yang tak disusui ibu. Metode pemberian makanan bayi
pada banyak negara tidak praktis.

AZT jangka pendek


Penggunaan AZT jangka pendek atau Thai short course: Pada tahun 1998
dilakukan penelitian di Thailand, terbukti AZT yang digunakan 4 minggu
dapat menurunkan penularan hingga 50%. Cara seperti ini lebih
dimungkinkan di negara berkembang. Resimennya sebagai berikut:
AZT 300 mg setiap 12 jam per oral mulai pada minggu ke 36
Pada proses melahirkan 300 mg setiap 3 jam sampai melahirkan
Tak diberi medikasi bagi ibu dan bayi setelah proses kelahiran
selesai.
Bayi tidak diberi ASI
Berdasarkan hasil ini, United Nation
mengeluarkan rekomendasi
penggunaan AZT jangka pendek ini dapat digunakan di semua negara
berkembang. Beberapa negara berkembang, melalui pemerintah dan UN,
mendukung pengenalan penggunaan resimen ini sebagai pilot project.
Meski demikian ada beberapa kerugian penggunaan resimen ini, yakni:
Mahalnya AZT, meski digunakan untuk jangka pendek
Beberapa ibu melahirkan bayi prematur dan tak dapat mengambil
keuntungan cara ini.
Beberapa ibu melahirkan lewat waktu
Beberapa ibu tak melakukan ANC dan melahirkan dirumah
Penggunaan tablet multipel memerlukan penyesuaian aktivitas dan
bisa membuat orang lain jadi mengetahui status klien (berkaitan juga
dengan menimbulkan keengganan untuk patuh berobat dan stigma)
Ibu senantiasa cenderung untuk menyusui, sehingga efektivitas
menurun
Nevirapine (NVP)
Sementara beberapa negara menggunakan AZT sebagai percontohan,
Uganda (HIVNET) dan Afrika Selatan melaksanakan penelitian terkait
dengan penggunaan Nevirapine (NVP). NVP dosis tunggal (200 mg)
diberikan pada ibu sekitar 4 jam sebelum melahirkan dan dosis tunggal (2
mg / kg BB) kepada bayi selama 48-72 jam dapat menurunkan angka
penularan sampai 50% pada bayi berumur 3 bulan dan bayi tetap diberi
ASI.

10-13

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

NVP profilaksis dosis tunggal untuk ibu saat intrapartum dan untuk bayi
baru lahir dinyatakan baik dalam mencegah penularan dari ibu kepada anak
di negara berkembang, dengan alasan sebagai berikut :
Mudah digunakan karena dosis tunggal sesaat proses kelahiran
dimulai
Murah
Mereka yang melahirkan di rumah dapat menelan obatnya
Ibu tetap dapat menyusui
Pertimbangan penggunaan NVP untuk pencegahan penularan dari ibu ke
anak:
Resistensi obat sesudah penggunaan dosis tunggal mudah diamati
dalam penelitian klinik dan membutuhkan investigasi lebih lanjut
Ketika perempuan tidak menerima ARV dan risiko tinggi penularan,
penggunaan dosis tunggal NVP pelu dipertimbangkan dengan
resistensi
Ketika perempuan menerima standar terapi (biasanya kombinasi
ARV), anak menerima AZT dalam 6 minggu, dan seksio sesaria
terencana harus dilakukan, maka penambahan NVP tidak
menguntungkan dan tidak dipertimbangkan risiko resisten yang
diinduksi oleh NVP
Pada tahun 2000, pabrik Nevirapine, bermitra dengan United Nations,
menawarkan obat gratis kepada negara berkembang selama lima tahun .
Pemberian ASI dan ARV
Kebanyakan perempuan ODHA hidup dalam kondisi terabaikan dan sulit
mendapatkan akses air bersih dan sanitasi. Juga ada keterbatasan
kemampuan untuk memberikan subsitusi ASI yang aman. Penelitian untuk
pemberian ASI yang aman merupakan prioritas tinggi. Hasil sebuah
penelitian menunjukkan anak dengan ASI eksklusif kurang tertular HIV dari
pada mereka yang diberi ASI dan makanan lainnya. Tetapi hasil ini harus
dikonfirmasikan dengan hasil penelitian lain. Penelitian lainnya dengan ARV
sedang dilakukan, untuk mengetahui apakah anak dapat disusui namun
tidak tertular HIV.
Pilihan pemberian ASI pada bayi dari ibu HIV (+) harus didokumentasikan
secara tertulis. Secara umum, kesimpulan dari pedoman UN/WHO tentang
pemberian makanan pada bayi adalah sebagai berikut:
Untuk ibu dengan HIV negatif atau status tak diketahui
o Pemberian ASI eksklusif akan mencegah, dan mempromosikan
serta memberi dukungan selama 6 bulan
Untuk ibu dengan HIV-positif

10-14

Buku Pegangan Konselor


HIV
o

o
o

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

Subsitusi ASI (susu formula atau susu sapi diencerkan steril) jika
tersedia makanan pengganti, terjangkau, terus menerus ada,
dan aman, jika tidak maka pemberian ASI eksklusif
direkomendasikan dalam bulan pertama kehidupan
Pemberian ASI harus dihentikan secepat mungkin untuk
meminimalisasi risiko penularan HIV
Budaya setempat senantiasa diperhatikan, juga situasi
perempuan secara individual, risiko makanan pengganti (yang
dapat meningkatkan risiko infeksi lain dan malnutrisi )

Penemuan Dari Profilaksis ARV Terhadap Penularan Dari Orang Tua


Ke Anak Di Negara Dengan Sumber Terbatas
Efektivitas profilaksis ARV tinggi terjadi pada bayi yang tidak mendapat
ASI
AP ZDV jangka pendek efektif, tetapi kurang dalam terapi AP jangka
panjang
Profilaksis IP/bayi baru lahir dengan ZDV/3TC atau NVP dapat juga
menurunkan penularan, meski kurang dari resimen 3- AP-IP-NB
Efektivitas menetap (meskipun menurun) terlihat dari pemberian jangka
pendek resimen AZT dan NVP diantara bayi yang diberi ASI 18-24
bulan
Penambahan dosis tunggal NVP dapat meningkatkan keuntungan pada
penggunaan AZT jangka pendek (perlu dipelajari resistensi NVP)
Ketika ibu tak menerima ARV pada AP/IP ARV, profilaksis bayi pasca
pajanan harus diberikan, tetapi resimen terbaik belumlah ada
Perempuan hamil dengan HIV (+) yang memilih menyusui bayinya
harus diberi ARV untuk mencegah penularan HIV ibu ke anak, meski
efektivitas ARV dalam mencegah penularan menurun. Jika pemberian
AZT jangka pendek, maka efektivitas menurun dari 50% pada non- ASI
sampai 37% pada penyusuan selama 3 bulan. Dengan Nevirapine
efektivitas pada 3 bulan pemberian ASI sebesar 50%. Pada bayi yang
disusui lebih lama, efektivitas berkurang sejalan dengan lamanya
pemberian ASI.
10.4 Mengapa Pemeriksaan Antibodi HIV Dibutuhkan?
Keuntungan penerapan VCT
VCT merupakan pintu gerbang menuju pelayanan HIV/AIDS lainnya, yang
menawarkan kesempatan untuk mengetahui status HIV seseorang dengan
kualitas dukungan konseling guna membantu mereka menyesuaikan diri
dengan hasil pemeriksaan yang mungkin (+) atau (-). Jika diterapkan
secara baik, pelayanan VCT memungkinkan masyarakat mendapat
10-15

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

keuntungan dengan menganggap normal keberadaan HIV/AIDS, dengan


demikian stigma menurun dan terjadi peningkatan kesadaran.
Penelitian di Afrika menunjukkan bahwa VCT adalah penanganan yang
cost-effective untuk mengurangi penularan melalui perubahan perilaku,
terutama jika pelayanan diberikan kepada pasangan berisiko. (Voluntary
HIV-1 Counseling and Testing Efficacy Study Group, 2000; Sweat et al.,
2000).
Pengalaman dari Thailand pada awal epidemi HIV memastikan bahwa VCT
memberikan sumbangan terhadap penurunan penularan HIV. Pada
kawasan dengan HIV serius, VCT merupakan bagian integral dari akses ke
pelayanan kesehatan berkualitas yang komprehensif dan penting.
Sebagian besar populasi dewasa HIV (-), meski di daerah prevalensi tinggi
HIV. Untuk perempuan dengan status HIV-negatif , konseling dapat
mendorong pentingnya arti risiko pengurangan penularan seperti perilaku
seks aman, dan dapat merupakan faktor penguat motivasi untuk tetap tidak
tertulari.
Untuk perempuan yang teridentifikasi HIV (+) sebelum atau selama hamil,
konseling yang berkaitan dengan tes akan membantu mereka dapat
membuat keputusan akan perlunya intervensi lanjutan seperti profilaksi
ARV dan pemilihan pemberian makanan pada bayinya. Juga membantu
perempuan tersebut merencanakan masa depannya dan keluarganya. VCT
juga membantu ODHA untuk mengambil langkah selanjutnya dalam
memelihara kesehatannya, tidak menularkan HIV, berhubungan dengan
kelompok dukungan pelayanan dan membuat keputusan akan hubungan
seksualnya serta cara membesarkan anak. (UNAIDS, 1999). Program VCT
untuk orang hamil akan menguntungkan jika menyertakan pasangan
perempuan tersebut. Konflik dan kekerasan diantara pasangan sesudah
pengungkapan status HIV terbukti ada dalam beberapa studi. VCT dan
dukungan konseling lanjutan dapat meminimalisasi konflik, masalah
kekerasan dan penundaan.
Jika pelayanan VCT tidak ada, maka kebanyakan perempuan tak
mempunyai jalan untuk menolong dirinya, mengetahui status, sampai
mereka terjatuh dalam kondisi AIDS, atau sampai mereka melahirkan bayi
yang terinfeksi HIV/AIDS. Dengan demikian mereka mempunyai
keterbatasan kesempatan menentukan masa depan diri dan keluarganya.
Kerugian VCT : takut menerima hasil tes
10-16

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

Ketika seseorang tahu bahwa VCT akan memberikan mereka gambaran


tentang status dirinya, maka beberapa orang tidak akan datang menjangkau
pelayanan tersebut karena tidak mau mengetahui statusnya. Kebanyakan
perempuan hamil HIV+ yang terinfeksi dari pasangannya tidak menyadari
dirinyatelah terinfeksi ketika menjalani tes. Mereka akan sangat terkejut,
dan tidak dapat menguasai diri. Kebanyakan orang yang tak mau diperiksa
selalu menekankan takut terbuka rahasia, juga merasa takut jika hasil tes
(+) sehingga mereka menunda pemeriksaan atau menjadi korban
kekerasan
Keuntungan Dan Kerugian Melakukan Tes HIV Pada Perempuan Hamil
KEUNTUNGAN MELAKUKAN TES HIV

Memahami hasil tes akan menurunkan stres


Klien HIV(+), kalau mereka menginginkan anak, maka dilakukan
perencanaan kehamilan sampai kelahiran anak dengan pemberian ARV
selama kehamilan-proses kelahiran, memilih cara melahirkan, dan cara
pemberian makanan
Hidup Positif
a. Gejala dapat segera diidentifikasi dan terapi segera
b. Klien dapat juga dililindungi dari infeksi selanjutnya
c. Klien dapat memperbaiki status kesehatan dengan sanitasi yang baik,
diet sehat, dll.
Rencana kedepan dalam keluarga dapat disusun dengan lebih mudah
Membuat pilihan tentang perilaku seksual dan mengasuh anak di masa
datang
KERUGIAN MELAKUKAN TES HIV
Semua kemungkinan implikasi dari hasil tes positif harus didiskusikan
Stres dan perasaan ketidak pastin: Klien HIV(+) mungkin tidak berhasil
mengatasi hasil tes (+) misalnya klien menjadi cemas, menunggu
perkembangan tanda dan gejala HIV/AIDS, menjaga rahasia.
Klien mungkin menghadapi stigma jika informasi diungkapkan kepada
keluarga dan teman
Membangun dan membina relasi, terutama hubungan perkawinan
Pembatasan akses untuk perumahan, asuransi jiwa dan kesempatan
bekerja

Memperbaiki Pelayanan VCT


Strategi
Memperkenalkan VCT dan manfaat dari tes HIV pada populasi
perempuan berusia subur.
10-17

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

VCT dapat diperkenalkan pada klinik keluarga berencana untuk


perempuan yang mempertimbangkan kehamilan
Memperbaiki kualitas pelayanan VCT di KIA
Mengadopsi pelayanan VCT dengan strategi bisa berhenti kapan klien
mau berhenti (opt out) , VCT ditawarkan sebagai bagian dari paket
rutin perempuan hamil di klinik ANC. Jika perempuan tersebut ingin
berhenti sewaktu-waktu diperkenankan. Ketika perempuan butuh masuk
dalam layanan kembali (opt in) tanyakan pelayanan apa yang ia
perlukan dalam kesempatan ini .

Meluaskan Wawasan VCT Di Klinik KIA


Akses dini ke pelayanan medik,
dukungan sosial-emosional, untuk
ibu HIV (+)

VCT di KIA
(ANC, Partus &
Postpartum,KB)

Pencegahan penularan seksual


Membawa pasangan mau
melaksanakan pencegahan HIV &
atau PPTCT

Kewaspadaan masyarakat
Stigma
Normalisasi HIV

PPTCT
Akses ke profilaksis ARV
Konseling pemberian makanan
bayi
Tindak lanjut pelayanan

Memberikan informasi agar dapat


memutuskan hal yang berkaitan
dengan fertilitas dimasa datang

10.5 Dampak Psikologis HIV Pada Perempuan


1. Perempuan sering mendapatkan status HIVnya melalui kejadian tak
terduga, sesudah suami/pasangan/anak menunjukkan gejala, sehingga
perempuan mengalami beban krisis ganda
2. Perempuan selalu disalahkan dalam hal penularan infeksi didalam
keluarga sehingga menimbulkan konflik dengan suami dan
memunculkan kekerasan di rumah tangga.
3. Infeksi pada perempuan merupakan indikasi pertama bahwa
pasangannya mempunyai mitra seks lain, dan membuka hal ini
merupakan aib dalam keluarga.
4. Ketakutan terhadap stigma sosial, tersingkir dan perasaan terisolasi ,
kesepian sehingga status tetap dirahasiakan
10-18

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

5. Ketakutan akan tindak kekerasan membuat perempuan sulit membuka


diri pada pasangannya
6. Perempuan terinfeksi sangat memprihatinkan kesejahteraan dirinya,
anaknya dan menganggap rendah kepentingan dirinya
7. Perempuan terinfeksi mungkin akan tabah dalam mengambil keputusan
tentang hidupnya, meski menyakitkan. Keputusan itu termasuk:
Siapa yang akan merawat anaknya setelah ia meninggal?
Apa perlu meminum profilaksis antiretroviral atau tidak?
Apa perlu memberikan ASI atau tidak ?
Apa perlu membuka status HIV nya pada pasangannya?
Apa perlu mencegah kehamilan dan kontrasepsi pilihan ?
Apa hubungan seksual perlu diteruskan dan apakah kondom
perlu digunakan?
8. Ada beberapa laporan bahwa insiden depresi pasca melahirkan
meningkat pada perempuan dengan HIV positif.
Reaksi Emosional Perempuan Yang Terinfeksi HIV
Perempuan memerlukan bantuan konseling untuk menyesuaikan diri
dengan reaksi psikologik berikut
Marah kepada orang yang menulari dirinya
Sedih akan kehilangan status dan kesehatan, mengubah citra diri dan
seksualitas, kemungkinan tak memperoleh anak dan meninggalkan
anak hidup sendirian.
Rasa bersalah berkaitan dengan kesakitan anaknya dan beban
keluarga untuk merawat orang sakit.
Depresi pasca melahirkan
Faktor Budaya Dan Sosioekonomi
Tuntutan pasangan, budaya dan sosio-ekonomi membuat perempuan:
1. Meminta izin pasangan laki-lakinya untuk menjalani tes
2. Kurangnya perlindungan terhadap HIV (penggunaan kondom)
3. Kurangnya pengendalian atas keputusan pemberian makanan pada
bayi
4. Kurangnya kontrol berkaitan dengan Keluarga Berencana
Terbukti perempuan terinfeksi mempunyai banyak keprihatinan dan karena
itu membutuhkan banyak dukungan dari anggota keluarga, teman-teman,
profesional dan masyarakat. Mereka perlu dibantu untuk dapat melindungi
diri dari HIV dan oleh karena itu perlu dibahas masalah dampak yang
menyakitkan, misalnya penularan kepada anaknya.
10.6 Prinsip Dan Peran Konselor Dalam PPTCT
10-19

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

VCT dalam Pencegahan Penularan HIV dari Orang tua ke Anak


(PPTCT/Prevention of Parent to Child Transmission) adalah dialog antara
klien yang sekaligus adalah orang tua dari anak dan petugas kesehatan
/konselor.
Tujuan pelayanan:
1. Informatif:
Memastikan klien mendapatkan pemahaman sesungguhnya yang
memungkinkan ia mengambil keputusan. Pendidikan pencegahan HIV
termasuk bagian rutin dari ANC
a) Pengetahuan dan informasi berdasarkan fakta kehamilan
dengan HIV/AIDS
b) Pengetahan faktual tentang HIV/AIDS, PTCT dan cara
penularan
c) Tujuan dan manfaat VCT bagi individu dan pasangan
sebagai calon orangtua
2. Supportif:
Membantu klien membuat persetujuan keputusan sukarela tentang
pencegahan
dan
perawatan
HIV/AIDS
untuk
mendukung
perasaan/emosi klien sesuai kebutuhannya. Keputusan persetujuan
sukarela termasuk :
a) Tes HIV
b) Perencanaan kehamilan atau terminasi kehamilan
c) Intervensi PMTCT, misalnya pemilihan cara melahirkan,
mengikuti program ARV, pemilihan cara pemberian makanan
bayi
d) Mengungkapkan masalah
3. Preventif:
Konselor meningkatkan kewaspadaan klien tentang cara melindungi diri
dan orang lain dan menekankan pada PTCT dari HIV serta kaitannya
dengan perencanaan masa depan:
a) Penilaian dan pengurangan risiko
b) Prevensi dari re-infeksi dan penyebaran infeksi
c) Membantu klien memahami peran mereka dalam PPTCT
dimulai dari keadaan klien saat ini
d) Memberi gambaran rencana masa depan termasuk cara
kerja sama individu, pasangan dan keluarga dengan
memberi penekanan pada bekerja bersama klien bukan
bekerja untuk klien

10-20

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

10.7 Proses VCT Dalam PPTCT


Konseling prates individual
1. Memasukkan materi pendidikan tentang tes HIV, tes bagi perempuan
hamil melalui konseling, brosur, video, atau kelompok besar
a. Penyebab HIV/AIDS dan bagaimana cara penularannya
b. Setiap orang dapat ditulari HIV. Banyak perempuan yang tidak
tahu dirinya tertulari.
c. Tes HIV direkomendasikan bagi semua perempuan hamil , tidak
tergantung apakah ia terinfeksi atau tidak
d. Terapi sangat efektif dan pilihan profilaksis PTCT diperlukan oleh
perempuan hamil dengan HIV (+) agar janin terlindungi dari HIV,
juga kesehatan dirinya
e. Jika perempuan HIV negatif selama kehamilan, ia dapat
mempelajari cara mencegah infeksi dikemudian hari
f. Semua informasi tentang tes HIV dan hasilnya adalah bersifat
rahasia.
2. Dilakukan penilaian risiko dan pemberian informasi tentang
pengurangan risiko kepada klien.
3. Mendiskusikan tentang tes dan arti (+), (-), diskordan, indeterminan dan
masa jendela
4. Memastikan bahwa setiap keputusan untuk tes HIV dilakukan setelah
pemberian informasi lengkap dan bersifat sukarela.
5. Menyediakan dukungan bagi mereka yang menghadapi trauma akibat
hasil tes positif.
6. Menggali pengetahuan klien tentang keuntungan dan kerugian
mengetahui hasil tes HIV .
7. Menyediakan pilihan pelayanan jika hasil tes positif.
8. Mendiskusikan perlunya intervensi PPTCT dan menekankan
peningkatan risiko penularan bersamaan dengan infeksi baru.
9. Memungkinkan klien memilih melakukan tes HIV. Jika klien merasa
dirinya telah siap, maka ia boleh melaksanakan atau tidak
melaksanakan tes ketika menimbang untung rugi.
a. Sampaikan prosedur tes HIV
b. Lamanya waktu tunggu hasil dan bagaimana klien
menghadapinya
c. Jumlah darah yang diambil , berapa kali pengambilan darah
d. Rahasia, gunakan nomor kode dan bukan nama
e. Diskusikan kapan hasil dapat diambil dan lakukan perjanjian
untuk bertemu lagi
10-21

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

10. Membantu klien mengenali sistem dukungan termasuk menggali


kemungkinan pasangan mau di tes.
Konseling pasca tes individual
Tujuan konseling pasca tes
1. Menyampaikan hasil tes HIV
2. Menghadapi reaksi emosional berkaitan dengan hasil tes HIV
3. Mendukung klien dalam setiap keputusannya untuk pengurangan risiko
termasuk PPTCT
Konseling pasca tes dapat lebih dari satu pertemuan, mengingat tingkat
keprihatinan dan kepribadian berbeda sehingga permasalahan dalam
konseling berbeda.
Menyampaikan hasil tes
1. Simpulkan apa yang telah dilakukan dalam pra-tes dan nilailah kesiapan
klien untuk menerima hasil tes, dengan mengajukan pertanyaan,
Apakah saudara siap mendengar hasil tes HIV saudara ?
2. Hasil tes, apakah itu positif atau negatif , harus disampaikan segera.
Menunda hasil akan memperpanjang masa kecemasan.
3. Hasil hanya disampaikan secara langsung ketika berhadapan
langsung dengan klien, alasannya adalah untuk:
a. Menghindari kebingungan atau kekacauan pikiran
b. Menunjukkan hasil tertulis dari laboratorium kepada klien, bukan
memberikannya.
Diskusi tentang masalah tersebut perlu disampaikan pada perempuan hamil
yang datang untuk VCT atau ODHA yang hamil. Ada sejumlah masalah
khusus yang perlu disampaikan pada ODHA hamil atau setelah melahirkan
pada waktu perempuan ini mengambil hasil
Menyampaikan hasil positif
1. Berikan ruang/waktu untuk mengekspresikan emosi
2. Periksa pengertian klien tentang hasil tes. (Sampaikan bahwa tes HIV
positif berarti ia telah terinfeksi meskipun ia merasa sehat-sehat saja
dan tak ada gejala sama sekali)
3. Diskusi dan beri dukungan perasaan dan emosi, nilailah tingkat
dukungan sosial, misal,
a. Apa rencana anda dalam saat ini ?
b. Mau kemana dari sini ?
c. Apakah anda mempunyai teman untuk berbicara tentang
penyakit anda?
10-22

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

4. Ulangi kunjungan ke PPTCT untuk memperoleh penanganan guna


menurunkan risiko penularan ke janin.
a. Penularan HIV dari ibu ke anak dapat dicegah
b. Bantu ibu memutuskan dan melakukan persetujuan meski ibu
terinfeksi atau tidak :
Gunakan obat antiretroviral profilaksis untuk mencegah infeksi
pada bayi
Seleksi pilihan pemberian makanan, juga menggali pro dan
kontra pemberian ASI atau susu ibu susuan
Buat rencana melahirkan dan siapa dokter kebidanannya
Seks aman untuk menurunkan infeksi lebih lanjut
Konseling untuk memberikan informasi dengan pemahaman dalam
akan masalah sosial, belas kasih, pengetahuan akan situasi rumah
tangga , kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan dukungan
emosional terhadap pilihan yang berkaitan dengan anak, suami dan
seluruh keluarga.
5. Diskusikan dukungan terhadap kehidupan bagi orang dengan HIV (+)
untuk melakukan hidup sehat:
a. Menghindari risiko lebih lanjut terinfeksi
jenis virus lainnya
Untuk beberapa orang, perlindungan diri sendiri merupakan
motivator kuat untuk seks aman dari pada kebutuhan lainnya ; bagi
lainnya motivator kuat terletak pada tanggung jawab menghindari
penyebaran virus. Keduanya memberikan kontribusi untuk
pencegahan infeksi HIV.
b. Lakukan pemeriksaan / terapi IMS
c. Dukungan gizi , manajemen stres dan olahraga
d. Berikan perhatian medik sesegera mungkin dengan terapi infeksi
oportunistik dan yang berkaitan dengan HIV/AIDS sedini mungkin
e. Rujukan pelayanan medik dan sosial
6. Pertimbangkan apakah pasangan seksual atau ayah bayi perlu diberi
informasi dan di tes
7. Konseling untuk mengungkapkan status dan dukungan akan masalah
yang didapat.
HIV positif juga memerlukan kesempatan untuk mempertahankan
pasangan agar tak tertular dan perencanaan masa depan, memutuskan
masa depan perkawinan dan pengasuhan anak, dan menyiapkan anak
serta keluarga menghadapi hari-hari akhir kehidupan.
Menyampaikan hasil negatif
1. Mengulas kembali apa yang dibicarakan dalam pra-tes
2. Beri ruang dan waktu untuk mengekspresikan emosi/perasaan
3. Periksa pemahaman klien akan arti hasil tes negatif atau positif
10-23

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

4. Beritahukan kemungkinan false negative bila saat ini ia menderita


infeksi dan antibodi belum terdeteksi dalam darah. Tes ulang diperlukan
jika ia dalam keadaan berisiko.
5. Diskusikan tentang bagaimana menjaga diri agar tetap negatif dan
membantu klien mengurangi risiko di masa depan berkaitan dengan
infeksi baru
6. Konseling dukungan bagi penyampaian hasil dan konseling
berkelanjutan
Menyampaikan hasil indeterminan
1. Periksa pengertian akan arti hasil tes dan sampaikan apa yang belum
diketahuinya
2. Diskusikan dengan klien kebutuhan untuk tes kembali dan simpan
sampel darah ke laboratorium
3. Diskusikan konseling dukungan dan lanjutan
10.8 Kebutuhan VCT Dalam Setting PPTCT
Tuntutan pelayanan VCT pada program PPTCT bervariasi luas didalam dan
luar negeri. Pada banyak negara di Afrika, tuntutan untuk VCT rendah pada
saat pelayanan pertamakali dibuka. Dalam program PPTCT, adalah lazim
bila kurang dari setengah perempuan yang menerima konseling pra-tes,
melaksanakan tes, dan kembali mengambil hasilnya, walaupun disediakan
obat ARV di PPTCT .
Data kebutuhan VCT di Asia lebih tinggi dari pada di Afrika . Angka
penerimaan perempuan yang datang untuk ANC di wilayah Region 7
PMTCT pilot program di Thailand, dan the Calmette Hospital PMTCT pilot
project di Phnom Penh, Cambodia, sebesar 93% dan 85%. Tempat terbaru
PMTCT di Myanmar melaporkan angka penerimaan hanya 30%. Angka
penerimaan mungkin dipengaruhi oleh seroprevalensi, ekonomi dan
budaya.
Faktor umum yang mempengaruhi rendahnya tuntutan kebutuhan dan
angka penerimaan VCT adalah :
Kurangnya fasilitas VCT dan tes kit pemeriksaan HIV (termasuk biaya
dan pembayaran )
Kurangnya kesadaran akan adanya VCT
Kurangnya kesadaran akan manfaat VCT
Kurang kepercayaan akan kualitas pelayanan VCT (termasuk kurang
memadainya penggunaan waktu dan konselor terampil,
dimana
perempuan yang datang telah percaya dan meminta pelayanan,
merasakan manfaat, menghargai, serta yakin akan kebenaran hasil
VCT)
Stigma berkaitan dengan hasil tes (+)
10-24

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

Lamanya waktu menunggu hasil tes


Terapi yang diberikan petugas kesehatan tidak sensitif terhadap
kebutuhan klien
Kurangnya hubungan antara perawatan dan dukungan bagi ODHA
Royce R. dkk melaporkan alasan perempuan hamil tak melaksanakan tes:
Tidak menganggap dirinya masuk dalam risiko (55.3%)
Sudah pernah di tes (39%)
Tes tidak ditawarkan atau direkomendasikan (11%)
Reaksi obat jarang disampaikan
Lain-lain: umur tua, inisiasi pelayanan prenatal semester ketiga,
pendidikan tinggi
Diterimanya tes HIV oleh perempuan hamil
Perempuan hamil dapat menerima tes HIV jika ditawarkan (IOM, 1999:
75-86% perempuan hamil menerima secara sukarela tes HIV)
Sikap konselor: konselor yang memahami dan mendukung intervensi
VCT/PPTCT, akan meningkatkan kunjungan ANC.
Alasan diterimanya tes HIV:
o Percaya bahwa mengerti status HIV selama kehamilan
menguntungkan ibu dan anak
o Kuatnya upaya petugas kesehatan mendorong tes prenatal
Pengalaman Thailand
Thailand ketika memulai penerapan PMTCT di Region 7 selama 1998-1999
menemukan VCT merupakan kunci utama keberhasilan. Perbaikan fasilitas
VCT termasuk pelatihan keterampilan konseling, pelaksanaan tes gratis bagi
perempuan tak mampu, peningkatan kemampuan pemeriksaan laboratorium
dengan mempercepat pemberian hasil, dan suplai AZT. Data menunjukkan
penerimaan VCT pada klinik ANC meningkat menjadi 80% pada 6 bulan
pertama dan 90% dalam 6 bulan program implementasi berakhir. Pengalaman
ini digunakan oleh pemerintah untuk meluaskan pelayanan pada tahun 2000.
Data terakhir Thailand National Perinatal HIV Intervention Monitoring System,
tahun 2002, 97.9% perempuan yang melakukan ANC menerima tes HIV dan
97.1% perempuan melahirkan yang waktu hamil menjalani ANC melaksanakan
tes HIV.

10.9 Pengintegrasian VCT Pada Sistem Pelayanan Kesehatan Ibu Dan


Anak Yang Sudah Ada
Keuntungan pelayanan VCT di Klinik Ibu Anak:
10-25

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

1. Membuat VCT sebagai pelayanan rutin di KIA (ditawarkan pada semua


klien KIA) dapat membantu mengurangi stigma berkaitan dengan VCT
dan infeksi HIV.
2. VCT ditawarkan di setiap KIA lebih dapat diterima oleh kebanyakan
perempuan dari pada di pusat rawat jalan untuk laki-laki dan perempuan
3. Pelayanan VCT berbasis klinik antenatal dapat mencapai persentasi
tinggi perempuan hamil , terutama jika rutin ditawarkan
4. Perempuan hamil yang tidak menyadari risiko diri dan pasangannya
mempunyai kesempatan mendapatkan penilaian risiko dalam proses
VCT
5. Melanjutkan pelayanan dalam sistem kesehatan Ibu-Anak dapat
menunjang integrasi program HIV/AIDS seperti PPTCT, terapi IMS dan
infeksi lainnya , KB, dukungan gizi, dan rujukan ke pelayanan lain jika
diperlukan.
6. Akses untuk aborsi aman ketika hukum mengizinkan dan konseling
untuk memastikan persetujuan perempuan, harus merupakan bagian
dari pelayanan
Kerangka Pikir VCT Untuk Pelayanan Anc/Mch
KERANGKA PIKIR VCT UNTUK PELAYANAN ANC/MCH
Perempuan hamil
Yang mengakses pelayanan antenatal
Yang menjangkau fasilitas kesehatan pada program kesehatan dasar
dalam wilayah kerja (termasuk TBA)
Menerima edukasi kesehatan dan konseling pra-tes HIV
Yang menyatakan persetujuan tes HIV
Yang menerima hasil & konseling pasca tes
Yang tes HIV positif
Yang di tes HIV positif & ditawari ARV untuk PPTCT
Yang di tes HIV positif & mendapatkan ARV dan
Yang menerima dosis untuk bayi dalam jangka waktu yang
efektif
Ibu dan bayi yang ditawari tindak lanjut komprehensif
perawatan & dukungan
Ibu dan bayi yang mendapatkan akses tindak lanjut
komprehensif perawatan & dukungan

10-26

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

Pengurangan Waktu Dan Biaya Dalam Konseling Pra-Tes Di Pusat


Pelayanan Yang Kliennya Banyak
Pra-tes individual sangat menyita waktu dan tak dapat dijalankan pada
tempat pelayanan yang kliennya banyak. Alternatif yang dapat dipikirkan
adalah, mengawali dengan pendidikan kesehatan pada kelompok besar
sebelum dilakukan konseling pra-tes. Pada sesi ini disampaikan informasi
dasar tentang HIV dan penularannya , strategi pengurangan penularan ,
prosedur tes, dan keuntungan/kerugian
umum melaksanakan tes.
Pemberian informasi dalam kelompok akan mengurangi waktu konseling
individual., karena pembicaraan tentang hal yang disebut diatas telah
diberikan saat pemberian informasi, sehingga konseling dapat langsung
menuju pada penilaian risiko individu, kesiapan individu untuk tes serta isu
tentang dampak penularan terhadap individu dan pengurangan risikonya.
SISTEM TES OPT IN ATAU OPT OUT
= Layanan VCT dimana perempuan harus memilih dan
menyetujui pelaksanaan tes (mau dilakukan tes atau
tidak).
Opt-Out Services = Perempuan yang datang untuk pelayanan antenatal
ditawari VCT secara rutin dan ia tidak di tes bila
menolak atau tidak menyetujui.
Di Afrika beberapa program memberikan hasil sedikitnya orang yang mau di
tes, mereka membangun model opt-out testing. Sebagai tambahan , di
daerah yang prevalensi HIV nya sangat tinggi, seperti Botswana (dimana
45% atau lebih perempuan yang mengunjungi ANC menderita HIV positif )
pemerintah juga menawarkan obat ARV profilaksis untuk mereka yang
ditawari tes tetapi menolak. Dampak dari strategi ini atas VCT dan PPTCT
masih perlu penelitian lebih lanjut.
Opt-In Services

VCT saat melahirkan


Perempuan hamil yang mengunjungi ANC sangat baik jika ia menerima
VCT melalui pelayanan kesehatan KIA , namun masih banyak perempuan
melahirkan tanpa pernah melakukan ANC. Meski perempuan HIV (+) yang
melahirkan tidak pernah berkesempatan menerima ARV profilaksis pada
saat ANC, beberapa program prevensi KIA misalnya pemberian NVP dosis
tunggal saat melahirkan dan dosis tunggal untuk bayi, masih dimungkinkan.
Dalam banyak setting VCT, tes cepat HIV selama proses melahirkan telah
diterapkan. Konseling pra tes diperlukan untuk mendapatkan kepastian
bahwa perempuan hamil memahami mengapa VCT penting bagi ibu dan
bayi, untuk ibu memastikan perlu tes atau tidak. Tes cepat HIV digunakan
10-27

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

untuk diagnosis awal. Kebijakan menawarkan profilaksis ARV bervariasi


sesuai program. Beberapa program menawarkan ARV berdasarkan
keperluan mendiagnosis HIV dengan cara tes cepat karena sensitivitas
tinggi dan spesifitas dengan false positive palsu rendah (~1%). Perempuan
hamil membutuhkan kemampuan memutuskan untuk dirinya dan bayinya
berkenaan dengan pemberian medikasi, jika hasil tes cepat mereka positif.
Konseling pasca tes dapat dilengkapi sesudah infeksi HIV dipastikan, paling
banyak di bangsal pasca persalinan.
PROSES VCT DALAM LAYANAN ANC
KIE di masyarakat ttg HIV, VCT & PPTCT

Perempuan hamil : ANC atau melahirkan

Info Pra tes VCT/PPTCT


Information

Semua ditawari VCT

Setuju

HIV Positif
Tawarkan:
Konseling
Intervensi PMTCT
Pemberian makanan
bayi
Prevensi HIV
Dukungan & tindak
lanjut

Menolak

HIV Negatif tawarkan


konseling :
Prevensi HIV
KB

Tawarkan VCT pd pasangan *


10-28

Tawarkan:
Kunjungan lanjutan
Konseling Prevensi
HIV
Konseling
pemberian makanan
bayi

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

10.10 Mengungkap Status Kepada Pasangan


--- Isu Kekerasan Dalam VCT --Keuntungan individu untuk membuka diri kepada pasangan akan status HIV
nya memerlukan kekuatan besar dalam melawan konflik yang mungkin
terjadi .
Keuntungan dan risiko pengungkapan status HIV pada pasangan
seksual

Keuntungan
Peningkatan kesempatan untuk
mendapatkan dukungan sosial
Perbaikan akses ke Pelayanan
medik yang dibutuhkan
Peningkatan kesempatan untuk
mendiskusikan penurunan risiko
HIV dengan pasangan
Peningkatan
kesempatan
menyusun rencana masa depan
secara hati-hati dan penuh
pemikiran

Risiko
Kehilangan dukungan ekonomi
DiIpersalahkan
Kekeran fisik dan emosi
Diskriminasi
Mengganggu hubungan keluarga

Strategi konseling guna menurunkan kekerasan berkaitan dengan


pengungkapan status kepada pasangan
Ketakutan akan tindak kekerasan merupakan hambatan terbesar dalam
pengungkapan status HIV seorang perempuan kepada pasangannya.
Dalam satu penelitian; 42.6 % perempuan mendapatkan kekerasan dari
pasangannya sekali dalam hidupnya dan 32.2 % dan satu kali oleh
pasangannya sekarang. Penelitian lain, laki-laki India yang melakukan
tindak kekerasan seksualitas dan fisik, lebih tinggi pada mereka yang
melakukan seks diluar nikah dan insiden IMS.
1. Menggali masalah sebelum dilakukan tes.
a. Pemasaran sosial VCT dan PPTCT di masyarakat dapat
bersasaran pasangan dan menggali masalah melalui
diskusi.
b. Konselor memfasilitasi pasangan untuk berdiskusi sebelum
tes.
2. Lakukan pengambilan riwayat seksual pasangan secara terpisah. Ini
tidak hanya guna memastikan penilaian risiko yang tepat, tetapi juga
kesempatan bagi konselor untuk melihat potensi kesulitan hubungan
dari pengungkapan hasil tes HIV positif.
10-29

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

3. Penilaian: Untuk dapat melakukan konseling pengungkapan status


kepada pasangan perlu dilakukan pengambilan riwayat pasangan dan
penilaian kemungkinan kekerasan, yang dilakukan pada pra dan pasca
tes. Pengambilan riwayat ini dilakukan secara terpisah dan terjaga
kerahasiaannya. Tabel di bawah menunjukkan pertanyaan yang
disarankan untuk digunakan menilai potensi kekerasan dalam
mengungkapkan status pada pasangan.
4. Ketika ancaman mulai muncul dan klien cemas, galilah akibat
pengungkapan pada pasangan dengan konselor.
5. Mengembangkan rencana pengungkapan dengan klien, termasuk
rencana menghadapi serangan dan kekerasan pasangan.
6. Pertahankan hubungan rujukan dengan institusi kesejahteraan yang
menawarkan dukungan misalnya, tempat berteduh bagi korban
kekerasan rumah tangga.
PERTANYAAN YANG DIANJURKAN UNTUK DIGUNAKAN BERKAITAN
DENGAN KEKERASAN KETIKA PENGUNGKAPAN STATUS DILAKUKAN
Beberapa pertanyaan rutin yang biasa saya tanyakan pada setiap klien saya
berkaitan dengan ketakutan mereka pada pasangan ketika status HIV mereka
diungkapkan kepada pasangan. Ketakutan ini karena mereka disakiti
pasangannya
Apa antisipasi yang anda lakukan ?
Jika ada indikasi ketakutan atau keprihatinan , lakukan prosedur dibawah ini:
Pernahkah anda merasa takut pada pasangan anda?
Apakah pasangan anda:
Mendorong, mencakar, memukul, menendang,atau mencekik anda?
Mengancam akan melukai anda, anak, atau seseorang yang dekat
dengan anda?
Mematai, mengikuti, mengawasi gerakan anda?
Jika mereka merespon dengan jelas tambahkan perkataan dibawah ini:
Berdasarkan apa yang anda katakan,apakah anda terpikir untuk
mengatakan pada pasangan bahwa hasil tes anda akan berbahaya bagi
keselamatan anda dan anak?
Klien harus memberikan keputusan untuk mengungkapkan statusnya berdasar
penilaian ancaman yang nyata
10-30

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

10.11 Bekerja Sama Dengan Pasangan


Pasangan perempuan ODHA adalah bagian paling kritis dari keluarga,
karena ia penentu keputusan dalam keluarga. Menyertakan pasangan
dalam konseling berkaitan dengan HIV dapat memberi gambaran akan
adanya dilemma dukungan bagi klien dalam berbagai pilihan yang
berkaitan dengan HIV, pemberian makanan pada bayi, KB. Klien yang
datang untuk konseling HIV/AIDS harus didorong, tetapi tidak dipaksa,
untuk datang dengan pasangan. Konselor memerlukan pengetahuan
tentang bagaimana bekerja dengan pasangan.
Alasan pasangan untuk konseling
Beberapa orang yang datang dengan pasangan menyadari bahwa
persoalan ini merupakan persoalan bersama, lebih dari hanya masalah
individu
Suatu perubahan perilaku seseorang akan mempengaruhi pasangannya
Ketika klien dapat bekerja bersama dengan pasangan dan saling
mendukung, maka keberhasilan akan lebih mudah dicapai
Pengungkapan hasil tes pada pasangan, yang biasanya merupakan hal
paling sulit, akan lebih baik jika ditangani dalam konseling pasangan
Pasangan akan lebih mampu mengatasi dirinya dan mengambil
beberapa keputusan terhadap kehamilannya, mengakhiri kehamilan,
memberi makanan bayi dengan lebih mudah.
Pedoman untuk bekerja sama dengan pasangan
1. Membina relasi
Ciptakan kemitraan yang kondusif dan saling mempercayai dengan
pasangan. Ikuti petunjuk konseling membangun relasi
Buat mereka tahu bahwa mereka mempunyai kesempatan yang
sama
Buat mereka tahu bahwa pendapat setiap orang sama pentingnya
Beri kesempatan mereka yang dominan untuk memulai, terutama
jika itu suami, karena ini menggambarkan pengaruh tindakan
dirumah
Perhatikan komunikasi verbal dan non verbal mereka
Ketika ditanya apakah anda menikah, katakan yang sesungguhnya;
jika anda tak menikah, tambahkan bahwa anda terlatih dalam
konseling pasangan
Minta pasangan yang diam, untuk mengutarakan perasaan dan
pilihan nya.
Jangan menghakimi atau menyingkirkannya
10-31

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

Jangan keluarkan tata nilai, kecurigaan maupun keyakinan anda ,


lakukan kerja dengan pasangan
2. Periksa pemahaman HIV/AIDS. Hindari diskusi yang didominasi hanya
oleh satu orang.
3. Sampaikan proses tes dan arti hasil tes negatif atau positif
Diskusikan cara menghadapi hasil tes: Hasil yang didapatkan,
disampaikan langsung kepada yang bersangkutan, baik sendiri atau
bersama
dengan
pasangan.
Sebaiknya
dihadapan
pasangan.Sampaikan :
Kemungkinan mendapatkan hasil yang berbeda (diskordan)
misalnya suami positif-isteri negatif atau sebaliknya dan
kemungkinan masa jendela.
Apa artinya bagi mereka jika hasil yang mereka peroleh itu
sama?
Tanyakan apa arti hasil tes bagi mereka masing-masing dan
bagaimana cara menghadapi ?.
Bagaimana mereka mencegahnya ?
Apa keuntungan mereka dapat mengetahui status
pasangan? Apa kerugiannya ?
Siapa lagi yang akan kena dampak dari hasil tes mereka?
Jika klien sedang hamil, perlu didiskusikan bersama
pasangan perlindungan terhadap anak dan ketersediaan
intervensi PPTCT.
4. Periksa niat untuk melaksanakan tes
10.12. Masalah Etik Dan Hukum VCT Dalam PPTCT
Hanya perempuan hamil yang memiliki hak untuk memilih apakah akan
mengambil kesempatan intervensi atau tidak, setelah ia mendapat informasi
penuh. Pendapat kontra mengatakan bahwa janin mempunyai hak
perlindungan atas infeksi, meski ibu menolak VCT. Karenanya PPTCT
harus dapat melakukan intervensi.
Manusia merupakan makhluk sosial yang perilaku dan kesehatan jiwanya
dipengaruhi oleh budaya. Konselor perlu memperhatikan hal ini. Persepsi
klien tentang lingkungan dan kemampuan untuk menghadapi tantangan
tergantung dari sosialisasinya. Faktor budaya perlu dipertimbangkan
termasuk norma sosial, tata nilai dan moral.

10-32

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

Masalah operasional: Faktor yang mempengaruhi kesinambungan


VCT pada PPTCT
Epidemiologi:
Tahap epidemi HIV/AIDS
Tingkat epidemik bergerak dari kelompok risiko tinggi ke
populasi umum perempuan usia subur : HIV seroprevalen
diantara perempuan hamil
Cost-effectiveness di daerah prevalensi HIV rendah
Politik:
Pemerintah dan kemauan politik kesehatan serta komitmen untuk
mencegah penularan dari ibu ke anak.
Kekuatan monitoring dan desakan kebijakan
Ketersediaan dana untuk pencegahan penularan dari ibu kepada anak
dan dukungan intervensi
Hukum yang mendukung dan kebijakan yang melindungi ODHA dari
perlakuan diskriminatif
Kesehatan dan sistem yang terkait:
Status jangkauan dan kualitas aktivitas penularan dari ibu ke anak, HIV
dan KIA
Kertersediaan, kualitas, penggunaan pelayanan kesehatan dan
kesiapan sistem kesehatan untuk melakukan pencegahan penularan
dari ibu ke anak (termasuk SDM/kapasitas/infrastruktur
Ketersediaan sistem yang memadai untuk konseling dan tes sukarela
untuk HIV dalam pelayanan kesehatan yang ada.
Model VCT: lebih pada Opt out dari pada opt in
Konseling pra tes kelompok versus individu dan implikasi
peningkatannya
Ketersediaan tes HIV, pengendalian mutu VCT dan metode tes
Rapid test: tes dan hasil pada hari yang sama = lebih tinggi
jangkauannya
Tersedianya pelatihan bagi petugas kesehatan melalui jalur pra atau
dalam pelayanan
Sikap konselor
Ketersediaan ARV untuk pencegahan penularan dari ibu kepada anak
Sistem yang berkaitan dengan pemberian makanan pada bayi:
Tingkat dukungan pada perempuan akan pemberian makanan
pada bayi dan luasnya pemilihan makanannya,
Promosi susu formula sebagai kebijakan mempunyai
dampak negatif pada pengambilan VCT
Tingkat implementasi dari the Baby Friendly Hospital
Initiative (BFHI)
10-33

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

Ketersediaan , kualitas, dan keterjangkauan KB

Praktek kesehatan:
Sikap konselor terhadap VCT dan PPTCT
Sikap dan penerimaan terhadap KB
Praktek kebidaan yang umum dilakukan oleh dukun beranak, bidan,
dokter dan sebagainya
Sikap dan praktek pemberian makanan pada bayi
Masyarakat dan keluarga:
Pemasaran sosial VCT dapat digunakan untuk menghadapi sikap
masyarakat yang negatif
10.13 Konseling Dan Pencegahan Penularan HIV Dalam Pemberian
Makanan Pada Bayi
Perempuan dengan HIV yang sedang hamil membutuhkan informasi dan
dukungan yang akan membantu mereka dalam memutuskan apakah
setelah bayinya lahir akan diberi ASI atau tidak. Mereka butuh bantuan
dalam menilai risiko penularan HIV ke bayinya dan perlu dukungan yang
dapat membuat mereka jadi percaya diri dalam memutuskan hal-hal yang
berkaitan dengan pemberian makanan yang aman kepada bayi. Peran
konselor adalah membantu dan mendukung ODHA hamil mengambil
keputusan yang tepat, dan untuk dapat melakukan dukungan dengan efektif
maka konselor memerlukan pelatihan manajemen laktasi yang di dalamnya
mengangkat isu-isu HIV.
Peran konselor dalam layanan konseling untuk pemberian makanan bayi
yang aman dari penularan HIV ada tiga :
1. Memberikan informasi
2. Membantu si ibu untuk menilai risiko penularan pada bayinya sesuai
dengan kondisi si ibu sendiri saat itu
3. Membantu si ibu agar percaya diri dan yakin dengan pilihan-pilihannya
Karena rumitnya permasalahan yang menyangkut pemberian makanan
kepada bayi yang aman dan tepat, konseling untuk hal ini tidak perlu
dilakukan pada saat konseling pasca tes, namun membutuhkan sesi
konseling tersendiri dan mungkin berkali-kali sesuai kebutuhan klien.
Kebanyakan perempuan membutuhkan waktu untuk mendiskusikan terlebih
dahulu permasalahan dan pilihan-pilihannya dengan suami, keluarga atau
kerabat dekatnya. Yang dapat dilakukan oleh konselor pada sesi konseling
ini adalah memberikan informasi dan fakta-fakta mengenai keuntungan dari
pemberian ASI kepada bayi, namun di lain pihak ada juga risiko infeksi HIV
10-34

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

dari si ibu melalui pemberian ASI. Si ibu juga perlu diberitahu bahwa risiko
penularan HIV kepada bayinya dapat dikurangi melalui berbagai cara.
UN Inter-Agency Task Force on HIV and infant feeding telah
memberikan rekomendasi sebagai berikut mengenai pilihan-pilihan
pemberian makanan bayi yang aman :
Jika makanan pengganti bisa diterima, mungkin dilakukan, terjangkau,
tersedia terus-menerus dan aman, maka ibu terinfeksi HIV
direkomendasikan agar tidak memberikan ASI kepada bayinya
Kalau situasi di atas tidak memungkinkan, maka direkomendasikan
menyusui ASI secara eksklusif selama awal-awal bulan usia si bayi
Untuk mengurangi risiko penularan HIV, direkomendasikan untuk
menghentikan pemberian ASI secepat mungkin
Jika ibu memilih untuk tidak memberi ASI saat bayi lahir atau
menghentikan ASI beberapa waktu setelah bayi lahir, mereka sebaiknya
si ibu didukung dan dibekali petunjuk khusus sepanjang, paling sedikit,
dua tahun pertama usia anak untuk memastikan ia mampu memilih dan
memberi makanan pengganti ASI yang tepat.
Ibu terinfeksi HIV yang menyusui ASI sebaiknya terus didukung dan
dibekali petunjuk khusus ketika mereka memilih untuk menghentikan
pemberian ASI. Dukungan dan informasi yang benar akan mencegah
akibat-akibat yang dapat membahayakan nutrisi dan kondisi psikologis
dan untuk mempertahankan kesehatan payudara ibu.
Ibu terinfeksi HIV yang ingin menyusui bayinya dengan ASI sebaiknya
mendapatkan petunjuk-petunjuk agar dapat melakukannya tanpa
meningkatkan risiko penularan HIV kepada bayinya. Ada empat hal yang
harus ia perhatikan :
Memberikan ASI eksklusif akan melindungi bayi dari berbagai infeksi
dan bisa mengurangi risiko infeksi HIV, daripada menyusui ASI tetapi
juga memberi makanan pengganti (non-eksklusif)
Masalah-masalah kesehatan payudara, seperti mastitis atau abses
payudara, akan meningkatkan risiko infeksi HIV pada bayi. Untuk
mencegah hal-hal tersebut, maka dianjurkan ibu menyusui bayi segera
di awal kelahiran, secara teratur dan sering, dengan posisi yang benar,
dan memberikan ASI saat bayi meminta.
Bayi bisa saja terinfeksi HIV kapan saja saat dalam masa pemberian
ASI. Namun keuntungan dari ASI diperoleh bayi kebanyakan pada
bulan-bulan pertama usianya. Melihat peluang ini, maka si ibu bisa
mempertimbangkan untuk menghentikan ASI sedini mungkin (setelah
diperkirakan bayinya cukup mendapat manfaat ASI) agar dapat
menurunkan risiko infeksi HIV lebih awal.
10-35

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

Risiko penularan HIV ke bayi akan menurun jika ibunya peduli dengan
kesehatannya sendiri saat menyusui. Gizi yang buruk dan munculnya
infeksi-infeksi lain akan meningkatkan jumlah HIV dalam darah.
Suami/pasangan ibu juga sebaiknya tahu bahwa istrinya membutuhkan
makanan sehat, istirahat, dan dilindungi dari infeksi menular seksual.
Perlu diingatkan pula kepada si ibu bahwa bayi yang dberi ASI eksklusif
lebih dari 6 bulan mungkin akan memiliki risiko penularan HIV yang lebih
tinggi daripada bayi yang diberi ASI eksklusif kemudian dihentikan lebih
awal pada bulan-bulan pertama usia bayi.
Ibu hamil yang terinfeksi HIV mungkin memutuskan tidak memberikan ASI
atau akan menghentikan pemberian ASI kurang dari 6 bulan usia bayi, oleh
karena itu ia membutuhkan informasi yang benar tentang bagaimana
mendapatkan dan menyediakan makanan pengganti yang aman untuk
bayinya. Ibu-ibu yang kurang mampu atau tinggal di tempat yang kurang
memadai sebenarnya bisa tidak memberikan ASI dan mengganti dengan
yang lain apabila mereka didukung, mudah memperoleh air bersih,
tersedianya makanan formula dengan harga terjangkau, dan pelatihan
praktis tentang bagaimana menyiapkan dan memberikan makanan
pengganti kepada bayi mereka.
Beberapa pilihan makanan pengganti ASI, yaitu :
Susu formula
Susu formula buatan sendiri (home-made)
ASI yang dipanaskan (Expressed heat-treated breast milk)
ASI dari ibu pengganti (setelah terlebih dahulu diketahui HIV negatif)
dikenal sebagai wet nurse (ibu susuan)
Ibu yang terinfeksi HIV dan memilih tidak memberikan ASI sebaiknya
mendapatkan petunjuk-petunjuk agar dapat memberikan makanan
pengganti, tetap menjaga terpenuhinya gizi bayinya, namun tanpa
meningkatkan risiko penularan HIV kepada bayinya. Ada beberapa hal yang
harus ia perhatikan :
Mencampur/memberikan secara bergantian ASI dengan makanan
pengganti akan meningkatkan risiko infeksi HIV kepada bayi. Jika
ibu memutuskan untuk tidak memberikan ASI maka sebaiknya
benar-benar hindarkan bayi mendapat ASI.
Banyak pilihan untuk makanan pengganti. Apapun yang dipilih ibu
maka sangat penting memilih makanan pengganti yang
mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk
pertumbuhan dan tetap sehat. Makanan pengganti juga harus bersih
dan bebas dari kuman-kuman penyakit.
10-36

Buku Pegangan Konselor


HIV

Pencegahan Penulanaran HIV


Dari Orang Tua ke Anak

Seringkali kita menggunakan susu botol sebagai makanan


pengganti ASI. Tetapi makanan pengganti tidak selalu harus
diberikan dengan botol. Lebih aman jika menggunakan cangkir.
Karena pada dasarnya bayi yang baru lahir sudah mampu menyedot
minuman melalui cangkir khusus. Petugas kesehatan, bidan
maupun konselor dapat membimbing ibu untuk berlatih
menggunakan cangkir secara benar ketika memberi makanan ke
bayinya.

Ibu terinfeksi HIV yang tidak menyusui bayinya dengan ASI akan lebih cepat
menperoleh menstruasi dan kembali ke masa subur sehingga ia juga
membutuhkan informasi dan akses kontrasespi agar tidak terjadi kehamilan
yang tidak dikehendaki.
Beberapa ibu mungkin merasa bukan ibu yang baik jika tidak memberi
bayinya ASI dan butuh waktu untuk dapat menyesuaikan diri dengan
pilihannya, yaitu tidak menyusui bayinya. Apalagi bila keputusan tersebut
terjadi karena dipaksakan oleh petugas kesehatan atau pihak-pihak lain.
Peran konselor di sini adalah membantu ibu tersebut untuk tetap merasa
sebagai ibu yang baik karena ia telah tahu risiko dan berani menentukan
pilihan berdasarkan kepentingan anaknya. Konselor perlu mengingatkan si ibu
bahwa sebenarnya banyak hal yang dapat dilakukan seorang ibu demi
pertumbuhan anaknya, dan pemberian ASI hanya salah satunya saja.

10-37

Buku Pegangan Konselor


HIV

Informasi dan Rujukan

KEMANA HARUS BERTANYA TENTANG HIV/AIDS?

Bila ingin berbincang-bincang tentang HIV/AIDS, pengobatan HIV/AIDS atau ingin


mendapatkan lebih banyak lagi informasi, bantuan atau konseling, silahkan hubungi instansi
atau lembaga-lembaga terkait dalam sistem pelayanan ODHA terpadu, sebagai berikut:
Lembaga Penyelenggara Pelayanan HIV/AIDS
dan VCT di Indonesia
BALI
No

Lembaga

Layanan

Hubungi:

Kelompok Kerja AIDS FK


Unud/RSUP Sanglah, Denpasar
(POKJA AIDS)
Lab. Penyakit Dalam FK
Unud/RSUP Sanglah, Denpasar
Telp./Fax. (0361) 235982,
243644
A. Poliklinik Penyakit Dalam
Telp. (0361) 235983, 243644

Klinik

perawatan dan
konseling

dr. Tuti Parwati, SpPD,


KPTI

pendidikan/pelatihan

IR-1

dr. Tuti Parwati, SpPD.

B. Poliklinik Penyakit Penyakit


Kulit dan Kelamin.
Telp. (0361) 243644

dr.Made Wardhana, SpKK

C. Poliklinik Jiwa/Psikiatri
Telp. (0361) 227911 pesawat
163

dr. Nyoman Hanati, SpKJ

D. Lab. Perilaku, FK Unud


Telp. (0361) 262275
Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI)
Daerah Bali
KISARA (Kita Sayang Remaja )
Jl. Gatot Subroto IV/6 Denpasar
Telp. (0361) 430214, 430133
Fax. (0361) 430214
Yayasan Citra Usadha
Indonesia
Jl. Sarigading Timur No. 1,
Denpasar
Telp./Fax. (0361) 263850
HP. 0818343663

dra. Hilda Sudana, MKes;


Dra. Marhaeni

Deteksi dini IMS,


HIV/AIDS.
Konseling kesehatan
reproduksi, IMS,
HIV/AIDS, dan permasalahan remaja.

Ketut Sukanata, SH.

Pengobatan nonmedis,
Konseling spiritual dan
psikologik/mental

G. N. Anom Wirayudha.
I Made Sarta.

Dr. Oka

Buku Pegangan Konselor


HIV

Informasi dan Rujukan

No

Lembaga

Layanan

Hubungi:

Yayasan Hatihati
Jl. Dewata 1A/8
Sidakarya-Denpasar 80224
Tlp 0361-722979

Yayasan Kesehatan Bali


(Yakeba)
Jl. Merthasari 36 A
Denpasar
Telp. 0361-724 699

Hari Kerja : Senin Jumat


Jam Kerja : 08.30 16.30

Panti Rehabilitasi

VCT

Konseling adiksi

Pemberian informasi
untuk pelajar

Noldy
Galle
Mansoer
Totok
Putri
Bpk Yudho
Bob Monkhouse

Yayasan GAYa Dewata


Jl. Suli No 132, Denpasar
Telp. (0361) 234525
Yayasan Kerti Praja (YKP)
Gedung WM. Jl. Raya Sesetan
270, Pegok. Denpasar
Telp. (0361) 728916, 728917

10

11

12

Bali Plus
Kerta Dalam VIII/3, Denpasar
Telp. (0361) 723250
E-mail: bpf@dps.centrin. net.id
Lab. Prodia
Jl. Diponegoro, Denpasar
Telp. (0361) 261001
Yayasan Hati Kita Bali
Jl. Sekar Tunjung 101, Gatot
Subroto Timur. Denpasar
Telp. (0361) 465203

VCT
Pendampingan

Vivi, Agung
Rico, Etha
Sisca
dr. Partha Muliawan
dr. IGA Satriani

Kelompok dampingan
untuk waria dan gay
VCT
Pengobatan medis
Pengambilan sampel
darah untuk tes HIV,
PMS, CD4
Konseling dan VCT
Kelompok dukungan
untuk ODHA
Konseling dan VCT

Layanan tes darah

Setia Sutrawati

Panti Rehabilitasi
Narkoba
Konseling adiksi dan
VCT

Raymond
Elyas

VCT
Perkumpulan Konselor
Bali
Supervisi bagi konselor
HIV/AIDS
Pelatihan Konselor
HIV/AIDS

Rosy
Ery
Tono

Rehabilitasi narkoba
Konseling adiksi dan
VCT

Anto

Yayasan Burnet Indonesia


Gedung Burnet Indonesia
Jl. Raya Bypass Ngurah Rai
No.287 Sanur
Denpasar Selatan (80228)
Tel. +62 361 284064
+62 361 284065
email: info@burnetindonesia.org

Yayasan Bali Nurani


Jl. Gunung Sari III/7, Banjar Sari
Buana, Denpasar
Telp. (0361) 486009
E-mail : info@balinurani.org

Pt. Utami Dewi, SE.


Novian.

IR-2

Buku Pegangan Konselor


HIV

Informasi dan Rujukan

No

Lembaga

Layanan

Hubungi:

13

Yayasan Matahati
Jl. Pasekan No.5 Batu Bulan,
Denpasar Telp. (0361) 299711
E-mail : yayasan
matahati@telkom.net

Neeta, Fredy
Tino, Alvon

14

Klinik Nusa Indah-RSU


Sanglah
Jl. Kesehatan No.I, Denpasar.
Tlp. (0361) 741 6791

Hari kerja: Senin Sabtu

VCT dan Tes HIV

Sagung Anom
Md Ratni
Adhi Wirastini

15

Klinik Methadone, RSU


Sanglah
Jl. Pulau Aru No.3, Denpasar
Telp. 0361-233 858
Fax. 0361-233 892

Hari Kerja : setiap hari


Jam Kerja : Senin Sabtu,
08.00 13.00 dan Minggu,
08.00 11.00

VCT

Methadone.

Putu Rini, Franky, Yana,


A.A Istri Putra, Ni Wayan
Nurjantini.

16

Klinik Sekar Jepun


RSUD Kabupaten Badung
Telp. 0361-427218
Fax. 0361-427218 pswt 131

Hari Senin Sabtu


Pkl 08.00 13.00

dr. Sumenegari
Kamayanti, Ni Nyoman
Nurpenti, Dewi,
Gde Mahardika

17

Klinik Edelweiss
RSUD Kab Buleleng
Jl. Ngurah Rai No. 30 Singaraja
081338320095
08123987166

Hari Senin Sabtu


Pkl 08.00 13.00

Dr. Ni Made Mardani


Joanna Kristianty, S.ST

Rehabilitasi pengguna
Narkoba
Konseling HIV/AIDS &
VCT

DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA


No
Lembaga
Layanan

Hubungi:

Hari Selasa dan Kamis


Pkl. 13.00 - 18.00 WIB

2 kali seminggu mobile


VCT

Cecep Junaedi

Hari Senin dan Rabu


Pkl.13.00 - 18.00 WIB

Dra. Siti Chasanah M, Msi

Hari Senin - Jumat


Pkl.10.00 - 17.00 WIB

Rachmadi

IR-3

Yayasan Mitra Indonesia


Jl. Jatirawasari No 9 RT 013/ RW
005
Kel. Cempaka Putih Barat, Jakarta Pusat 10520
Telp/Fax.021.4249654
Hotline:021.70747072
ymijak@yahoo.com
Yayasan Pelita Ilmu
Klinik VCT Awanama
Klinik Awanama Jl. Kebon Baru
IV no 6 Tebet 12830
Telp. 021 87396480, 83705780
ypilmu@rad.net.id
Pokdiksus AIDS RSCM
Jl. Diponegoro 71, RSCM
Jakarta
Telp. 021.3905250

Buku Pegangan Konselor


HIV

Informasi dan Rujukan

No

Lembaga

Layanan

Hubungi:

Kios Informasi Atmajaya


Jl. Ampasit VI no 15
Cideng Barat - Jakarta Pusat
Telp/fax. 021.34833134
Kios_info@cbn.net.id
Klinik PKBI - Pisangan
(Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia)
Jl. Pisangan Baru Timur No 2 A Telp.021 8566535
Fax.021 85909885
medispkbi@dnet.net.id
PPTI Baladewa ( Perkumpulan
Pemberantasan Tuberkulosis
Indonesia)
Jl. Baladewa 34 Tanah Tinggi - Jakarta Pusat
Telp.021. 4241488
Fax. 021. 4241488
Rumah Sakit Dharmais
Jl. Letjen S. Parman Kav.84 - 86
Jakarta Barat
Telp. 021 5681570, 021 5681579
Rumah Sakit Prof. Dr. Sulianti
Saroso
Jl. Baru Sunter Permai Raya,
Jakarta
Telp. 021. 6506559, ext 1590
Rumah Sakit Tarakan
Poly Umum RS Tarakan
Jl. Kyai. Caringin 7, Cideng
Jakarta Barat
Telp. 021. 3503150, 51
Rumah Sakit Duret Sawit
Jl. Duren Sawit Baru no 4
Jakarta Timur
Tel: (021) 8617601- 8628659 ext
1009
Rumah Sakit Angkatan Darat
Gatot Subroto
PoliKlinik Penyakit Dalam & VCT
Jl. Abdul Rachman Saleh No: 24
Jakarta Pusat
Lantai 4, Tel: (021) 3441008,
3446463 ext 2456, 2410
Unit VCT

Hari Senin dan Rabu


Pkl. 10.00 - 12.00 WIB
(Khusus pemakai napza
suntik)

Adhe Z Prasasti
Tomu Pasaribu

Hari Senin - Sabtu


Pkl.10.00 - 16.00 WIB
(Khusus Waria dan Gay)

Dr. Maya T

Hari Senin - Jumat


Pkl.10.00 - 15.00 WIB

Dr. Wia
Artha Saragih

Hari Senin - Jumat


Pkl.09.00 - 12.00 WIB

V. Juaryanti

Hari Senin - Sabtu


Pkl.09.00 - 16.00 WIB

Dr. Janto G Lingga


Suster Eda

Hari Senin - Sabtu


Pkl.08.00 - 14.00 WIB

Suster Hilda R
Dr. Erwina

Hari Senin, Selasa, Rabu,


Jumat
Pkl. 08.00 - 12.00 WIB

Dr. Joni H. Ismoyo

Hari Senin - Sabtu


Pkl. 08.00 - 14.00 WIB

Dr. Alex Ginting


Suster Laurensia Dewi,
S.pk

10

11

SURABAYA JAWA TIMUR

IR-4

Buku Pegangan Konselor


HIV

Informasi dan Rujukan

No

Lembaga

Layanan

Hubungi:

Rumah Sakit Dr. Soetomo


Tim Medik AIDS RS Soetomo
Jl. Prof. Dr Mostopo No 6 - 8
Telp. 031. 502 0079, 550 10000 Fax 031. 502 87 35
Puskesmas Perak Timur
Jl. Jakarta no 9
Kec. Pabean - Cantian Telp. 031
352 4247
Puskesmas Putat Jaya
Jl. Kupang Gunung Barat VI/25
Telp. 031 568 7637

Hari Senin - Sabtu


Pkl. 09.00 - 12.00 WIB

Prof. Yusuf B

Hari Senin - Jumat


Pkl.09.00 - 16.00 WIB

Kushartini

Hari Senin - Jumat


Pkl. 09.00 - 16.00 WIB

Dr. Rahmad
Dr. Yolanda

Hotline Surabaya
1. Yayasan Hotline Surabaya
Gedung P4TK ( Pusat Penelitian
dan Pengembangan Pelayanan dan Teknologi Kesehatan)
Jl. Indrapura 17 Surabaya
2. Klinik Kesehatan Perempuan
Jl. Kalianak Gg Lebar No 22 Telp. 031.352 6118, 352 6119 (Kerjasama dengan RS. Dr.
Soetomo)

1. Hari Senin - Sabtu


Pkl.09.00 - 16.00 WIB

Sista Ersanti
Esthi Susanti Hudiono

Yayasan Talenta
Jl. Gubeng Jaya Gg Langgar
no17 A
Telp/Fax. 5033051

Hari Senin - Jumat - Pkl.


09.00 - 17.00 WIB

2. Hari Senin Sabtu


Pkl. 09.00 -12.00 WIB

Fadli
Hari Cahyono

YOGYAKARTA, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


No

Lembaga

Layanan

Hubungi:

Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI)
Klinik Kesehatan Reproduksi
Jl. Tentara Rakyat Mataram Gg. Kapas JT I/705
Yogyakarta 55231
Telp. 0274 586767
Fax. 0274 513566

Hari Senin - Sabtu


Pkl. 09.00 - 15.00 WIB

Kusminari
Badran

RS. Bethesda
Jl. Sudirman 70
Telp. 0274. 562246, 586688
Ext.1221 Fax. 0274. 563312

Hari Senin Sabtu


Pkl. 07.00 - 14.00 WIB

Dr. Purnomo Subagyo


Ibu. Sri Redjeki, S.Psi

IR-5

Buku Pegangan Konselor


HIV

Informasi dan Rujukan

No

Lembaga

Layanan

Hubungi:

RS. Dr. Sardjito


Jl. Kesehatan 1
Telp. 0274. 587333, 587715 Ext. 210, 330, 510
RS. Panti Rapih
Jl. Cik DikTiro 30
Telp. 0274. 563333, 514845 Ext. 315, 240 Fax. 0274. 564 583

Hari Senin - Sabtu


Pkl. 07.00 - 14.00 WIB

Dr. Agnes
Bapak Widodo
Ibu Umi

Hari Senin - Sabtu


Pkl. 07.00 - 14.00 WIB
(Konseling melalui
perjanjian)

Dr. Tri Joko

SEMARANG, JAWA TENGAH


No

Lembaga

Layanan

Hubungi:

RS. Dr. Kariyadi, Semarang


Klinik Psikologi, Lt 2
Jl. Dr. Sutomo no. 16 Telp. 024. 841 34 76, 841 37 64 Balai Pengobatan Penyakit
Paru-paru BP4, Semarang
Jl. KH. Achmad Dahlan 39
Semarang
Telp. 024. 831 6758 PKBI Jawa Tengah
Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia
1. Klinik Warga Utama PKBI
Jateng
Jl. Jembawan No 8 Semarang
Telp. 024. 760 35 60
Fax. 024 7601989
2. Klinik Kesehatan asa PKBI
Jateng
Jl. Cempolorejo 33 Semarang
Telp. 024. 760 35 60
Fax. 024 7601989
Yayasan Wahana Bhakti
Sejahtera
Jl. Raden Patah No. 277-279 Telp. 024. 76 121 56 Fax. 024. 76 121 56
blaksono@hotmail.com

Hari Senin - Sabtu


Pkl. 08.00 - 15.00 WIB

Dr. Muchlis
Dra. Retno
Bapak Edi Wiaji

Hari Senin Sabtu


Pkl. 08.00 - 16.00 WIB

Ibu Nurhayati
Bapak Didik Suwarsono

Hari Senin - Jumat


Pkl. 09.00 - 16.00 WIB

Elisabet Setya Asih W

Setiap Hari Kerja


Pkl. 09.00 - 16.00 WIB
(melalui perjanjian)

Dr. Onny Zarkoni

JAWA BARAT BANDUNG

IR-6

Buku Pegangan Konselor


HIV

Informasi dan Rujukan

No

Lembaga

Layanan

Hubungi:

Himpunan Konselor HIV/AIDS


Jabar ( HIKHA)
Jl. Surapati no 122 Bandung
Telp. 022.7207083 Fax. 022.7273605 Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia Jabar
1. Klinik Teratai Kesehatan
Reproduksi
Jl. Sukarno Hatta No. 496
Bandung 40266 Telp. (022) 756 7997 Fax: 022 751 4332
2. Klinik PKBI IMS
Jl. Enceazis No 58
Bandung 40181 Telp. 022. 426 3717 Fax. 0 22. 426 3717
RS. Dr. Hasan Sadikin
Klinik Teratai
Jl. Pasteur 34 Bandung
Telp. 022. 2034953 Ext.504
Fax. 022.2032216
RS. Boromeus
Jl. Juanda no 100 Bandung Telp. 022. 255 2014 Fax. 022. 250 4235

Hari Senin - Sabtu


Pkl. 09.00 - 17.00 WIB
(Melalui perjanjian terlebih
dahulu)

Ibu. Sri Judaningsih

1. Hari Senin - Jumat


Pkl. 10.00 - 13.00 WIB

1.

2. Hari Senin - Jumat


Pkl. 10.00 - 13.00 WIB

2.

Hari Senin - Sabtu


Pkl. 09.00 - 14.00 WIB

Prof. Rahmat Sumantri


Dr. Teddy Hidayat

Hari Senin - Sabtu


Pkl. 07.00 - 15.00 WIB

Bapak Dian Punto

Nunuk K,
Mashadimulyo,
Ahmad F
Dr. Bagus Rahmat
Prabowo

KARAWANG- BOGOR
No

Lembaga

Layanan

Hubungi:

VCT Satelit Karawang Yayasan


Pelita Ilmu - Pos Desa
Karawang
Jl. Citarum Timur Raya 95 A Adiarsa 41313 Krawang
Telp. 0267. 416288
Fax. 0267. 416 288
RS Jiwa Marzuki Mahdi
Poli Klinik Napza
Jl. D Sumeru
Telp.0251. 324025
Hotline. Napza dan VCT .0251.
343388 -

Abdulraham
Abdulrahim
Desiana Dwisusanti,S.Psi

KEPULAUAN RIAU

IR-7

Penjangkauan untuk
puskesmas setiap
minggu pertama
Minggu ke tiga setiap
bulan terbuka untuk
layanan VCT

Hari Senin - Jumat


Pkl. 09.00 - 14.00 WIB

Dr. Prasetiyawan, Sp.KJ


Dr. Ayie Sri Kartika
Rahmi Binarsih, S.Psi

Buku Pegangan Konselor


HIV

Informasi dan Rujukan

BATAM, TANJUNG PINANG, TANJUNG BALAI KARIMUN


No

Lembaga

Layanan

Hubungi:

RS Budi Kemuliaan
JL. Budi Kemuliaan 1 Batam
Telp. 0778 458855-454044
RSU Tanjung Pinang
Serumpun Jl. Kesehatan no 1
Telp. 0771. 22585
Yayasan Bentan Serumpun
Telp. 0771. 315660
RSU KARIMUN
Jl. Poros no 1, Tanjung Balai
Karimun
Telp. 0777. 327818

Hari Senin - Sabtu


Pkl. 08.00 - 14.00 WIB

Dr. Danang
Dr. Yamin

Hari Selasa - Jumat


Pkl.08.00 - 14.00 WIB

Dr. Yunisas
Nofira Damayanti

Hari Senin - Sabtu


Pkl. 08.00 - 14.30 WIB

Bidan Yustina
Toni F
Dr. Rizalwan

MEDAN, SUMATRA UTARA


No

Lembaga

Layanan

Hubungi:

GALATEA
Jl. Setia Budi Gg Tengah no 1
Medan
Telp. 061. 82 11 571
galatea_ mdm@yahoo.com

Hari Senin - Sabtu


Pkl. 14.00 - 17.00 WIB
Pelayanan Testing dirujuk

Fahnita

PALEMBANG, SUMATRA SELATAN


No

Lembaga

Layanan

Hubungi:

RSU Palembang M. Hoesin


" Klinik Melati "
Jl. Sudirman, KM 3, Palembang
Telp. 0711. 354 088
LGS " Lembaga Graha
Sriwijaya"
Jl. Kolonel Haji Burlian no 1089
km 6
Hp. 081367656536
PKBI (Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia)
Palembang
Jl. Makamah Militer km 6
Palembang
Telp. 0711. 420 786

Hari Senin - Sabtu


Pkl. 08.00 - 14.00 WIB

Dr. Mediarti

Hari Senin - Sabtu


Pkl. 10.00 - 18.00 WIB

- Dr. Lisa

Hari Senin - Selasa


Pkl. 10.00 - 17.00 WIB

Bapak Amir Husni

SULAWESI UTARA
MANADO dan BITUNG

IR-8

Buku Pegangan Konselor


HIV

Informasi dan Rujukan

No

Lembaga

Layanan

Hubungi:

RS Umum Prof dr R.D. Kandou


Jl. Raya Tanawangko
Telp.0431. 853191 - 853193 853183
Fax. 0431- 853205
Yayasan Mitra Masyarakat
Manado
Jl. Teling Atas Lingk. I No. 68
Menado
Telp. 431. 843606
RSU Budi Mulia
Jl. Sam Ratulangi No.X/9A
Bitung
P.O.Box 95513,
Telp. 081340042997
Telp. 0438 21332, 21442
YBHK Yayasan Bahagia
Harapan Kita Manado - Bitung
Jl. Panjaitan No. 74 Manado Telp. 0431. 855949
Fax. 0431. 855949
Jl. Yos Sudarso No 70, Bitung
Telp. 0438. 30173
Fax. 0431. 30173

Hari Senin Sabtu


Pkl 12.00 - 16.00 WITA

Dr. Maxi Rondonuwu

Hari Senin - Sabtu


Pkl 12.00 - 16.00 WITA

Roddy Lolong (manajemen


kasus)
Merry Tamboto

Hari Senin Sabtu


Pkl 12.00 - 16.00 WITA
(Khusus VCT)

Sr. Orpha
Dr. Mario A.A.Moniaga

Hari Senin Jumat


Pkl 08.00 - 16.00 WITA

Jerry Kilapong

PAPUA
MERAUKE JAYAPURA - SORONG
No

Lembaga

Layanan

Hubungi:

YASANTO (Yayasan Sosial


Santo Agustinus)
Jl. Martadinata
P.O. Box: 214, Merauke
Telp/Fax 0971-325371

Hari Senin Jumat


Pkl 08.00 - 15.30 WIT

Herlina Fonataba

Pusat Kesehatan Reproduksi


(PKR)
Jl. Maluku no 1, Merauke
Telp/Fax 0971 - 321 484

Hari Senin Sabtu


Pkl 08.00 - 13.00 WIT

Dr. Inge S
Yanti Pulumbara

RS. Umum Merauke Pokja RSU


Merauke
Jl. Sukarjo Wiryopranoto,
Merauke
Telp/Fax 0971 326443

Hari Senin Sabtu


Pkl 08.00 - 13.00 WIT

Adi Susanto
Liana Hutapea

IR-9

Buku Pegangan Konselor


HIV

Informasi dan Rujukan

No

Lembaga

Layanan

Hubungi:

VCT Center RSUD Dok II


Jayapura
Jl. Kesehatan RSUD Dok II
Jayapura - 99117
Telp/Fax: 0967. 533616
RS Dian Harapan
Jl. Kompleks SPG Taruna
Bhakti, Waena, Jayapura
Telp. 0967. 572123, 573479
Fax . 0967. 573362
RSUD SELE BE SOLU
Jl. Basuki Rahmat Km.12 Sorong
Papua
Telp/Fax : 0951-335811
Yayasan Sosial Bintang Timur
Klinik Bintang Timur/ YSA
Jl R. A Kartini No 2 sorong
Papua
Telp/Fax : 0951-322020

Hari Senin - Jumat


Pkl 08.00 - 16.00 WIT
Hari Sabtu
Pkl 08.00 - 15.00 WIT

Zr. Barbalina Dekeniap


Zr. Siti Nurdjaya Soltief
Zr. Adriana J.Kopou, AMP

Hari Senin Sabtu


Pkl. 08.00 - 14.00 WIT

Zr. Rosalin
Irma
Herman

Hari Senin Jumat


Pkl 08.00 -17.00 WIT

Maria Selano

Hari Senin Jumat


Pkl 08.00 - 17.00 WIT

Tina
Zr zita CB

IR-10

Buku Pegangan Konselor


HIV

Informasi dan Rujukan

DAFTAR RUJUKAN BACAAN


Adler MW, 1996. Petunjuk penting AIDS. Penerjemah: Ken Ariata Tengadi, penyunting:
Agnes Kartini. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
ARIC's AIDS Image Gallery, 2002. Enzyme Targets of New Anti-HIV Treatments.
http://www.critpath.org/aric/library/img006.htm. Akses:12 Agustus 2002.
Avert, 2002. Evidence that HIV causes AIDS. Definitions & Arguments. http:
//www.avert.org/evidenceref.htm. Last updated June 26, 2002. Akses: 10 Agustus 2002.
BACKGROUNDER: Recognizing and Diagnosing primary HIV infection, 2002. Research
Initiative
Treatment
Action
(RITA!);
Vol
7,
No.
2
Winter.
http://
www.aegis.com/pubs/rita/2002/RI020102.html. Akses 13 September 2002.
CDC, 2002. Guidelines for Preventing Opportunistic Infections Among HIV-Infected Persons.
MMWR June 14, 51(RR-8).
Cunningham AL, Dwyer DE, Mills J, Montagnier L. Structure and function of HIV, 1997. In:
Stewart G (ed.), Managing HIV. Sydney, Australian Medical Publishing Company
Limited.
Duffin R, Callagher S, Strum A, 1997. HIV. Test and Treatments. ACON (AIDS Council of
New South Wales Inc.)
HEPP, 2001. HEPPigram: Natural Course of HIV Infection Plus Antiretroviral Therapy. HEPP
News
Volume
4,
Issue
10
October,
http://www.thebody.
com/hepp/oct01/heppigram.html. Akses: 8 Agustus 2002.
HIV LIFE CYCLE, 2001. New Mexico AIDS InfoNet Fact Sheet Number 415. Reviewed
December 29, 2001. http://www.aidsinfonet.org/415-life-cycle. html. Akses: 13
September 2002. Akses: 10 Agustus 2002.
HIV testing: A Practical Approach, 1999. London, Healthlink Worldwide, City Side, 40 Adler
Street.
Winotopradjoko M., Patra K., Ritiasa K., Hamid B.J., Sosialine E., Prajitno M.J., Utami,
Kustinah, Suwarmini K., 2002. ISO Indonesia. Jakarta: PT. Anem Kosong Anem (AKA).
Jones J., 2001. National Hepatitis C Resource Manual. Australian Institute for Primaty Care.
La Trobe University.
Marcell L., (TT). Konseling HIV/AIDS Suatu Pengantar.
More

About
HIV,
2002.
Virion
Structure.
http://biology.fullerton.edu/courses/
biol_302/Web/Browser/moreabout.html. Akses: 8 Agustus 2002.

New Mexico AIDS InfoNet. www.aidsinfonet.org. Akses 6 Agustus 2002.


Office of Special Health Issues, Food and Drug Administration, 2001. Last revised November
7, 2001. Akses: 10 Agustus 2002.
Opportunistic Infections, 2001. http://www.aegis.com/topics/oi/index.html.
Romeyn
M,
2002.
Vitamins,
Minerals
and
Trace
thebody.com/jossey/romeyn.html. Akses: 4 Januari 2002.

Elements.

http://www.

Ross MW, 1997. Hoe psichosocial aspects of HIV infection can affect health. In: Stewart G
(ed.), Managing HIV. Sydney, Australian Medical Publishing Company Limited.

IR-11

Buku Pegangan Konselor


HIV

Informasi dan Rujukan

U.S. Food and Drug Administration. Antiretroviral Drugs Approved By FDA for HIV.
http://www.fda.gov/ oashi/aids/virals.html. Last revised November 7, 2001. Akses: 10
Agustus 2002.
U.S. Food and Drug Administration..Approved Drugs for HIV/AIDS and AIDS-related
Conditions. http://www.fda.gov/oashi/aids/stat_app.html. Last revised February 19,
2002. Akses: 10 Agustus 2002.
WHO, 1993. AIDS Home Care Handbook. Geneva.
WHO, 2002. Draft. Scaling Up Antiretroviral Therapy in Resource Limited Settings: Guidelines
for A Public Health Approach.
WHO, 2000. Fact Sheet 13.
Yayasan Spiritia, 2002. Nama Obat Antiretroviral. Lembaran Informasi 401. Yayasan Spiritia,
Jakarta.
National Counselling Guidelines HIV/AIDS, Australian Department of Health, Housing and
Community Services (National AIDS Education Campaign) Canberra ACT. 1992.
WHO Regional Office for South-East Asia (WHO-SEARO). Training of Trainers in Voluntary
Counselling and Testing. August 2003.
Egan, Gerard. The Skilled Helper, A Problem-Management and Opportunity-Development
Approach to Helping (7th Edition). 2002.
Benton and Parnell. Facilitating Sustainable Behaviour Change, Burnet Centre (1999)
(introduction to the behaviour change spiral). http://www.burnet.edu.au
WHO, UNICEF, UNAIDS. HIV and Infant Feeding: a guide for health care managers and
supervisors. May 1998.
Holmes, Wendy. Parent to Child Transmission of HIV: prevention and care (For the SouthEast Asia region). Teaching Aids at Low Cost. Centre for internation Health. Macfarlane
Burnet Institute MRPH, Australia. May 2004.

IR-12

Buku Pegangan Konselor


HIV

Informasi dan Rujukan

ALAMAT-ALAMAT WEB SITES TENTANG HIV/AIDS

New Mexico AIDS InfoNet www.aidsinfonet.org


Fact Sheet Number 999
INTERNET BOOKMARKS FOR AIDS

CATATAN:
Alamat halaman WEB untuk internet (URLs, atau Uniform Resource Locators) harus
ditulis dengan tepat.
Untuk mendapatkan informasi, untuk beberapa WEB sites diperlukan pendaftaran terlebih
dahulu, khususnya pelayanan berita dan jurnal-jurnal yang dapat diakses secara
langsung.
Ada beberapa penyebab bila mendapat pesan kesalahan File tidak dijumpai. Betulkan
alamatnya, dan coba lagi. Masalah tersebut mungkin terdapat pada pelayanan WEB
(komputer) tempat halaman WEB tersebut disimpan.
Untuk memperoleh WEB sites yang alamatnya tidak diketahui, pergunakan search engine
untuk mencari organisasi atau nama halaman WEB yang dimaksud.
Ingat sumbernya bila memperoleh informasi dari internet. Jangan hanya karena
diperoleh dari halaman WEB, informasi tersebut dianggap sepenuhnya benar!
Sambungan-sambungan
ini
dapat
diperoleh
http://www.aidsinfonet.org/999-bookmarks.html

di

internet

pada

alamat

Beberapa web sites yang penting diberi tanda bintang dan cetak tebal.
Diperbaiki pada tanggal 31 Mei 2002
I. ADVOKASI
Access to Essential Medicines
http://www.accessmed-msf.org
ACT UP-New York
http://www.actupny.org/
ACT UP Philadelphia
http://www.critpath.org/actup/
African American AIDS Policy and
Training Institute
http://www.BlackAIDS.org

IR-13

Agua Buena (La Asociacin Aguabuena


Prodefensa de los Derechos Humanos)
www.aguabuena.org
AID for AIDS (Sends medications to Latin
America)
http://www.aidforaids.org/
http://www.geocities.com/aid4aids_
limaperu/
AIDS Action Council
http://www.aidsaction.org/
AIDS Drug Assistance Program (ADAP)
Working Group
http://www.aidsinfonyc.org/awg/index.
html

Buku Pegangan Konselor


HIV

Informasi dan Rujukan

AIDS Empowerment and Treatment


International
http://www.aidseti.org/

Netaid.org HIV/AIDS Program


http://app- netaid.netlojix.com/
programs/HIV/ index.html

AIDS/HIV Law and Policy Resource


http://www.critpath.org/aidslaw/index.
html#resource

New York HIV/AIDS SNP Site (Re: Managed


Care)
http://www.generes.net/hivsnp/hivsnp.
htm

AIDS in Prison Project


http://www.aidsinfonyc.org/aip/index.
html

Survive AIDS (formerly ACT UP Golden Gate)


http://www.surviveaids.org

AIDS Treatment Access Cuba


http://www.cubasida.net/
AIDS Vaccine Advocacy Coalition
http://www.avac.org

II. PENGOBATAN ALTERNATIF

Canadian HIV/AIDS Legal Network


http://www.aidslaw.ca

Alternative Medicine Homepage


http://www.pitt.edu/~cbw/altm.html

Correctional HIV Consortium


http://www.silcom.com/~chc/

Alternative Medicine Review


http://www.thorne.com/altmedrev/index.
html

Cuba Solidarity: Cuba AIDS Project


http://www.cubasolidarity.net/cubaaids.
html
Global Business Council on HIV/AIDS
http://www.gbcaids.com
Global Treatment Access Campaign
http://www.globaltreatmentaccess.org
Health Gap Global Access Project
http://www.healthgap.org
Latino Commission on AIDS
http://www.latinoaids.org
Mothers Voices
http://www.mvoices.org/
National Association of People With AIDS
http://www.napwa.org/
National Association on HIV Over Fifty
http://www.hivoverfifty.org
Natl Assn for Victims of TransfusionAcquired AIDS
http://www.navta.org/
National Minority AIDS Council
http://www.nmac.org
National Native American AIDS Prevention Center
http://www.nnaapc.org/

Armenicum AIDS Drug Information Page


http://www-personal.umich.edu/~
kpearce/armenicum.htm
Bastyr University
http://www.bastyr.edu/
Being Alive Website
http://www.mbay.net/~bngalive/index.
html
Boston Buyers Club
http://www.bostonbuyersclub.com/
*Direct AIDS Alternative Information
Resources (DAAIR) Treatment Information
Sheets
http://www.aids.org/daair/TIPINFO.NSF/
29fb3e9f39d028d0852563f80083b47?
OpenView
DHEA (dehydroepiandrosterone) Home Page
http://gator.naples.net/~nfn03605/
Doc Mishas HIV Wellness Center
http://www.docmisha.com/hiv/index.html
FIAR Foundation for Integrative AIDS
Research
http://www.aidsinfonyc.org/fiar/
Houston Buyers Club
http://www.houstonbuyersclub.com/
Institute for Traditional Medicine
http://www.itmonline.org/disorder.htm

IR-14

Buku Pegangan Konselor


HIV
International Bibliographic Information on
Dietary Supplements Database
http://www.nal.usda.gov/fnic/IBIDS/
Jon D. Kaiser, MD, Integrative Health
Center
http://www.jonkaiser.com/
Keep Hope Alive Home Page
http://www.execpc.com/~keephope/
keephope.html
Marijuana as a Medicine
http://www.calyx.com/~olsen/
MEDICAL/medical.html
Medibolics
http://www.medibolics.com/
National Institutes of Health, National
Center for Complementary and Alternative Therapies
http://nccam.nih.gov
Oxytherapy.com - Oxygen & Ozone
Therapies
http://www.oxytherapy.co
Rene Caisse, Canadas Cancer Nurse &
the History of Essiac
http://www.essiacinfo.org/
Sensible Guide to Using Complemen-tary
Therapies for HIV
http://www3.sympatico.ca/devan.
nambiar/
III. ILMU-ILMU DASAR
AIDS Pathology
http://www-medlib.med.utah.edu/
WebPath/TUTORIAL/AIDS/AIDS.
html#10
Glossary of HIV/AIDS Related Terms
http://www.sfaf.org/treatmnt/
glossary/webglos.html
Harvard AIDS Institute Basic Science links
http://www.hsph.harvard.edu/hai/
resources/basic/index.html
HIV ResistanceWeb (Free registration
required)
http://www.hivresistanceweb.com/

IR-15

Informasi dan Rujukan


HIV Sequence Database WWW Home Page
http://hiv-web.lanl.gov/
*Immunology bookcase
http://www.medicine.dal.ca/pim/
home.htm
*Merck Manual Home Edition
http://www.merckhomeedition.com/
NOVA Online Surviving AIDS
http://www.pbs.org/wgbh/nova/aids/
Ohio State Microbiology 521
http://www.biosci.ohio-state.edu
/~mgonzalez/Micro521.html
Resistance Mutation Database
http://www.mediscover.net/
antiviralintro.cfm
Stanford HIV RT and Protease Gene
Database
http://hivdb.stanford.edu/hiv/
Understanding the Immune System
http://rex.nci.nih.gov/PATIENTS/I
NFO_TEACHER/bookshelf/NIH_
immune/index.html
Washington State Univ. Microbiology course
Immunity
http://www.wsu.edu:8080/~m406/
m4061998Syllabus&notes.html
WWW Virtual Library Microbiology & Virology
http://microbiol.org/vl_micro/index.
htm

IV. ANAK-ANAK, REMAJA & AIDS


Action for Orphans
http://orphans.fxb.org/
AIDS Alliance for Children, Youth and
Families
http://www.aids-alliance.org/home/
Camp Heartland
http://www.campheartland.org/
Children With AIDS Project of America
http://www.aidskids.org/
Clinical Management: Pediatrics
http://www.iapac.org/pediatricsidx.html
Elizabeth Glaser Pediatric AIDS Foundation
http://www.pedaids.org/

Buku Pegangan Konselor


HIV
HIV Positive Youth
http://members.aol.com/marinersc/
connect/pozyouth/
Justins HIV and AIDS Info Page
http://members.tripod.com/~Justin2001/

Informasi dan Rujukan


Canadian HIV Trials Network
http://www.hivnet.ubc.ca/ctn.html
ClinicalTrials.gov
http://www.clinicaltrials.gov/

National Pediatric AIDS Network


http://www.npan.org/

Community Programs For Clinical Research


on AIDS
http://www.cpcra.org/

National Pediatric and Family HIV Resource Center


http://www.pedhivaids.org/

Community Research Initiative on AIDS


http://www.aidsinfonyc.org/cria/index.
html

Positively Kids
http://www.aidsinfonyc.org/posikids/
index.html

Division of AIDS (DAIDS), Natl Institute of


Allergy & Infectious Diseases (NIAID), Natl
Institutes of Health (NIH)
http://www.niaid.nih.gov/research/
Daids.htm

TeenAIDS.org
http://www.teenaids.org/
Teens Teach Kids about HIV!
http://www.caps.ucsf.edu/hotindex.html
Young People and AIDS from The Body
http://www.thebody.com/whatis/
children.html
Whatudo: facts, options, and action
http://www.whatudo.org/
*Women & Children with HIV Menu
http://www.hivpositive.com/f-Women/
WoChildMenu.html

ESPRIT IL-2 Resources


http://www.espritstudy.org/resource.asp
Forum for Collaborative HIV Research
http://www.hivforum.org/
Grupo de Estudio del SIDA-SEIMC (Spain)
http://www.gesidaseimc.com/
Health Prevention Trials Network
http://www.hptn.org
HIV Vaccine Trials Network
http://www.hvtn.org/

YouthHIV.org
http://www.youthhiv.org/

Multicenter AIDS Cohort Study


http://www.statepi.jhsph.edu/macs/
macs.html

V. UJI KLINIS

National Institutes of Health Clinical Trials


Database
http://clinicalstudies.info.nih.gov/

Adult AIDS Clinical Trials Group (AACTG)


http://aactg.s-3.com/
GIS Clinical Trials Knowledgebase
http://www.aegis.org/pubs/trials/
index.html
*AIDS Clinical Trials Information Service
http://www.actis.org/
American Foundation for AIDS Re-search
(AmFAR)
http://www.amfar.org/
Australian National Centre in HIV Virology Research
http://www.hiv.edu.au/

Office of AIDS Research


http://www.nih.gov/od/oar/
Pediatric AIDS Clinical Trials Group
http://pactg.s-3.com/
Trials Database at UC San Francisco
http://hivinsite.ucsf.edu/InSite.jsp?
page=li-04-24
Vaccine Research Center (AIDS Vaccine
Trials)
http://www.niaid.nih.gov/vrc/clinstudies.
htm
Womens Interagency HIV Study
http://www.statepi.jhsph.edu/wihs/
index.html

IR-16

Buku Pegangan Konselor


HIV
VI. KONFERENSI & LAPORAN
KONFERENSI
12th National HIV/AIDS Update Conference
http://www.nauc.org/
2001 National HIV Prevention Conference
http://www.2001HIVPrevConf.org
3rd Intl Workshop on Clinical Pharmacology of HIV Therapy
http://www.virology-education.com/
index2.html
th

6 International Congress on Drug


Therapy in HIV Infection
http://www.hiv6.com/
th

8 European Conference on Clinical


Aspects and Treatment of HIV Infection
http://www.eccath2001.gr/
AIDS 2001: Intl AIDS Society Conference, Buenos Aires
Follow links at http://www.ias.se
AIDS Vaccine 2001
http://www.aidsvaccine2001.org/
Conferences HIV/AIDS
http://www.pslgroup.com/dg/hivaids.htm
International Association of Physicians in
AIDS Care HIV AIDS Conferences
http://www.iapac.org/confidx.html

Informasi dan Rujukan


Retrovirus & Opportunistic Infections
Conferences
http://www.retroconference.org/
Ryan White National Youth Conference on
HIV and AIDS
http://www.rwnyc.org/
XIII Intl AIDS Conference Abstracts
http://www.iac2000.org/

VII. DISIDEN (AIDS tidak pernah ada atau


HIV bukan penyebab AIDS)
AIDS Dissident Web Ring (links to other web
sites)
http://q.webring.com/hub?ring=
aidsdissident
Alberta Reappraising AIDS Society
http://www.aras.ab.ca/
Alive and Well - Alternative AIDS Infor-mation
Network
http://www.aliveandwell.org/
HEAL Health Education AIDS Liaison
http://healaids.com
Infectious AIDS: Have We Been Misled?
http://www.duesberg.com/
Mothers Opposing Mandatory Medicine
http://www.informedmomm.com/index.
htm
Rethinking AIDS Website
http://www.virusmyth.net/aids/index.htm

Intl Workshop on Adverse Drug


Reactions and Lipodystrophy in HIV
http://conferences.intmedpress.com/
lipodystrophy/

Survive AIDS! ACT UP SF


http://www.actupsf.com/surviveaids/
index.htm

*Medscape
http://www.medscape.com/hiv-aidshome Go to Conference Coverage

VIII. OBAT DAN INTERAKSI OBAT

Microbicides 2002
http://www.itg.be/micro2002/
NATAP conference reports
http://www.natap.org
National Conference on Women and HIV,
May 1997
http://www.ama-assn.org/special/hiv/
newsline/conferen/women/womeet.htm

IR-17

Access to Essential Medicines


http://www.accessmed-msf.org
AIDSDRUGS Structures
http://chem..sis.nlm.nih.gov/aidsdrg4.
html
AIDSRX
http://aidsdrugs.com/

Buku Pegangan Konselor


HIV

Informasi dan Rujukan

AIDS Treatment Data Project: The Access


Project
http://www.atdn.org/access/index.html

Party Smarty Martys HIV/Recreational Drugs


Interactions
http://www.hafci.org/drugs/index.html

AIDS Treatment Data Project: Glossary,


Drugs & Treatments
http://www.atdn.org/drugloss.html

Pharmaceuticals Manufacturers Association


New Medicines In Development for AIDS
http://www.phrma.org/policy/
policypapers/2000-11-30.187.pdf

Antiviral Agents Fact File


http://www.mediscover.net/hivbycat.cfm
The Antiretroviral Pregnancy Registry
http://www.apregistry.com/
BioSpace Clinical Development: HIV
Drugs in Development
http://www.biospace.com/ct/results.
cfm?indication=108
Cytochrome P450 Drug Interaction Table
http://www.georgetown.edu/depart
ments/pharmacology/davetab.html
Drug Assistance Programs of Pharmaceutical Companies
http://199.105.91.6/treatment/current/
apharm.asp
HIV Drug Interactions (University of Liverpool)
http://www.hiv-druginteractions.org
HIV Drugs Database
http://www.coreynahman.com/
antiHIVdrugdatabase61499.html
HIV InSite Anti-HIV Drug Database
http://hivinsite.ucsf.edu/InSite.jsp?
page=ar-00-00
HIV InSite: HIV Therapy Drug Interactions
http://hivinsite.ucsf.edu/InSite.jsp?
page=kbr-03-02-03
HIV Medication Guide
http://www.jag.on.ca/asp_bin/Main.asp
HIV Pharmacology.com
http://www.hivpharmacology.com/

Project Inform Drug Interactions Fact Sheet at


The Body
http://www.thebody.com/pinf/interact.
html
RxList The Internet Drug Index
http://www.rxlist.com/
RxMed: Prescribing Information (Not HIVspecific)
http://www.rxmed.com/RxMed/b.main/
b2.pharmaceutical/b2.prescribe.html
Drug Donations
AIDS Drugs to Haiti and Africa
http://web.mit.edu/utr/www/epidemic.
html
AIDS Empowerment and Treatment
International
http://www.aidseti.org/
AIDS Medicine Recycling Project
http://members.aol.com/aidsrx/
AIDS Treatment Access Cuba
http://www.cubasida.net/
World Health Organization Guidelines on
Drug Donations
http://www.drugdonations.org/eng/
eng_gooddonationpractice.html
AID for AIDS (Sends medications to Latin
America)
http://www.aidforaids.org/
http://www.geocities.com/aid4aids_
limaperu/

HIV Pharmacotherapy Network


http://hiv.buffalo.edu/

IX. PENDIDIKAN DAN PENCEGAHAN

National Library of Medicine Drug Fact


Sheets (via AEGIS)
http://www.aegis.org/pubs/drugs/index.
html

20th Anniversary of HIV/AIDS from DHHS,


OMH, PHS
http://www.omhrc.gov/June5/
index.htm

IR-18

Buku Pegangan Konselor


HIV
African Counseling Network
http://www.geocities.com/kim1122a/
AIDS EDUCATION AND TRAINING
CENTERS
AETC National Resource Center
http://www.aids-ed.org
Centro de Educacin y Adestra-miento
sobre SIDA
http://www.rcm.upr.edu/ceas/
centros.html
Delta Region AIDS Education and
Training Center
http://www.deltaetc.org/
Florida AIDS Education and Training
Center
http://www.faetc.org
Midwest AIDS Education and Training
Center
http://www.uic.edu/depts/matec/
National AIDS Education and Training
Centers
http://www.aids-ed.org/
National Minority AIDS Education and
Training Center
http://www.nmaetc.org/
New England AIDS Education and
Training Center
http://www.neaetc.org
New Jersey AIDS Education and Training
Center
http://www.umdnj.edu/cceweb/
aidsweb/aids5.htm
New Mexico AIDS Education and Training
Center
http://hsc.unm.edu/som/hiv/
Northwest AIDS Education and Training
Center
http://depts.washington.edu/nwaetc/
Pacific AIDS Education and Training
Center
http://www.ucsf.edu/warmline/
subcons/pacific.html
Southeast AIDS Education and Training
Center
http://www.emory.edu/SEATEC/
newweb/index.html

IR-19

Informasi dan Rujukan


American Red Cross HIV/AIDS Edu-cation
http://www.redcross.org/services/hss/
hivaids/
*Center for AIDS Prevention Studies (CAPS)
AIDS Prevention Fact Sheets
http://www.caps.ucsf.edu/capsweb/
FSindex.html
CDC Division of HIV/AIDS Prevention
(DHAP)
http://www.cdc.gov/hiv/dhap.htm
CDC National Prevention Information Network
http://www.cdcnpin.org/
Coalition for Positive Sexuality
http://www.positive.org/Home/index.
html
COMMENTDIRE-site/sitio counseling/
consejera VIH/SIDA
http://www.commentdire.com/
Condomanias World of Safer Sex
http://www.condomania.com/
Dawns Videos
http://www.nwlink.com/~chads/
dawnsgift/morevid.htm
HIV InSite Prevention and Education
http://hivinsite.ucsf.edu/InSite.jsp?
page=Prevention
HIV Stops With Me
http://www.hivstopswithme.org/home.
html
HIV/AIDS site for HIV community plann-ing
http://www.hivaidsta.org/
Horizons: Global Operations Research on
HIV/AIDS/STI Prevention and Care
http://www.popcouncil.org/horizons/
horizons.html
JAMA HIV/AIDS Info Center: Education &
Support
http://www.ama-assn.org/special/hiv/
support/support.htm
JAMA HIV/AIDS Info Center: Prevention
http://www.ama-assn.org/special/hiv/
preventn/preventn.htm
Metro TeenAIDS
http://www.metroteenaids.org/

Buku Pegangan Konselor


HIV
Mothers Voices
http://www.mvoices.org/
North American Syringe Exchange Network
http://www.nasen.org/
Rural Center for AIDS/STD Prevention
http://www.indiana.edu/~aids/
Safer Sex Pages
http://www.safersex.org/
San Francisco AIDS Foundation: AIDS
Prevention
http://www.sfaf.org/prevent/prevent.html
Senior HIV/AIDS Prevention Education
(SHAPE)
http://amhserver.fmhi.usf.edu/shape/
Stop AIDS Project
http://www.stopaids.org/
Township AIDS Project (South Africa)
http://www.tap.org.za
Veterans Administration AIDS Information
Center: Safer Sex: Information for Counselors
http://vhaaidsinfo.cio.med.va.gov/
aidsctr/Safer-Sex/sstoc.htm
X. DAFTAR ISTILAH DAN KAMUS
(Bahasa Inggris dan Spanyol)
AmFARs HIV/AIDS Treatment Directory
Glossary
http://www.amfar.org/cgi-bin/iowa/
bridge.html?table=AMFAR_GLOSSARY
CPCRA Glossary of Medical, Statistical
and Clinical Trials Terminology
http://sdmc.cpcra.org/gloss.html
Diccionario Comentado de VIH/SIDA,
Diccionario de Medicamentos Amigos
Contra el SIDA
http://www.aids-sida.org/diccionario.
html
Glosario de Medicamentos (La Red de
Informacin del SIDA)
http://www.atdn.org/lared/glosmed.html

Informasi dan Rujukan


Glossary: Conditions and Symptoms (AIDS
Treatment Data Network)
http://www.atdn.org/oisgloss.html
Glossary: Drugs and Treatments (AIDS
Treatment Data Network)
http://www.atdn.org/drugloss.html
HIV Vaccine Dictionary
http://www.actis.org/
Follow links to Find Vaccine Information, then HIV Vaccine Dictionary
HIV/AIDS Glossary (AIDS Treatment
Information Service)
http://www.hivatis.org/glossary/
HIV/AIDS Medical Glossary from Gay Mens
Health Crisis
http://www.gmhc.org/living/treatment/
glossary.html
San Francisco AIDS Foundation Glossary of
HIV/AIDS Related Terms
http://www.sfaf.org/treatment/glossary/
XI. BADAN-BADAN DAN PROGRAM
PEMERINTAH (AMERIKA SERIKAT)
Adult AIDS Clinical Trials Group, AACTG
(Government-funded research)
http://aactg.s-3.com/
AIDS Treatment Information Service, ATIS
(Sponsored by Department of Health and
Human Services).
http://www.hivatis.org/
Centers for Disease Control, Division of
HIV-AIDS Prevention (DHAP)
http://www.cdc.gov/nchstp/hiv_aids/
dhap.htm
Community Programs For Clinical Re-search
on AIDS, CPCRA (Government-funded
research)
http://www.cpcra.org/
Food & Drug Administration HIV/AIDS Page
http://www.fda.gov/oashi/aids/hiv.html
Health Resources and Services Administration (HRSA) HIV/AIDS Services
http://hab.hrsa.gov

Glosario de Trminos (La Red de Informacin del SIDA)


http://www.atdn.org/lared/glosterm.html

IR-20

Buku Pegangan Konselor


HIV
HIV Drug Resistance Program, National
Cancer Institute
http://www.ncifcrf.gov/hivdrp/
Centers for Disease Control, National
Prevention Information Network
http://www.cdcnpin.org/
Natl Institute of Allergy & Infectious
Diseases (NIAID), Division of Acquired
Immunodeficiency Syndrome (DAIDS),
http://www.niaid.nih.gov/research/
Daids.htm
National Institutes of Health, National
Center for Complementary and Alternative Therapies
http://nccam.nih.gov
National Institutes of Health Office of
AIDS Research
http://www.nih.gov/od/oar/
*National Library of Medicine databases
http://gateway.nlm.nih.gov/gw/Cmd
Office of Minority Health, Minority HIV/
AIDS Initiative
http://www.omhrc.gov/omh/aids/
aidshome_new.htm
Pediatric AIDS Clinical Trials Group,
PACTG (Government-funded research)
http://pactg.s-3.com/
US Military HIV Research Program
http://www.hivresearch.org/index.html
Vaccine Research Center National
Institutes of Health
http://www.niaid.nih.gov/vrc/
clinstudies.htm

Informasi dan Rujukan


Accueil Info - SIDA Qubec (Canada)
http://www.amazones.qc.ca/infosida/
Act Up-Paris (France)
http://www.actupp.org/
Actions Traitements (France)
http://home.worldnet.fr/~acttreat/
Actua, asociacin de personas con VIH/SIDA
(Spain)
http://interactua.net
African Counselling Network
http://www.geocities.com/kim1122a/
AIDES (France)
http://www.aides.org
AIDS ACTION International Newsletter AsiaPacific edition
http://www.hain.org/aidsaction01.html
AIDS Foundation of South Africa
http://www.aids.org.za/
AIDS Hilfe Tirol (Austria)
http://www.aidshilfe-tirol.at/
AIDS Infoshare Russia
http://www.spiral.com/infoshare/
home.html
AIDS Portugal
http://www.aidsportugal.com/
AIDS Resources in Thailand
http://www.floatinglotus.com/aidsthai.
html
AIDS Treatment Project (England)
http://www.atp.org.uk/
AIDSFINDER (Germany)
http://www.aidsfinder.org/

Veterans Administration AIDS Information Center


http://vhaaidsinfo.cio.med.va.gov/
aidsctr/

AIDSLINK South Africa


http://www.aidslink.org.za/

Womens Interagency HIV Study (Cli-nical


research)
http://www.statepi.jhsph.edu/wihs/
index.html

Amigos Contra el SIDA (Mexico)


http://www.aids-sida.org

XII. BADAN INTERNASIONAL (Di luar


Amerika Serikat)

Asociacin Va Libre (Peru)


http://www.geocities.com/vialibreperu/

IR-21

AIDSmap (England)
http://www.aidsmap.com/home.htm

Arrow Archer: AIDS and HIV on Guam


http://www.guam.net/pub/arrow/

Buku Pegangan Konselor


HIV
Associao Brasileira Interdisciplinar de
AIDS (ABIA)
http://www.alternex.com.br/~abia/
Australian Federation of AIDS Organisations
http://www.afao.org.au/
Australian hetro@hetx.org Maillist
http://www.hetx.org/
AVERT AIDS Education & Research Trust
(England)
http://www.avert.org
British Columbia Centre for Excellence in
HIV/AIDS (Canada)
http://cfeweb.hivnet.ubc.ca/CfE.html
British Columbia Persons With AIDS
Society (Canada)
http://www.bcpwa.org/
British Medical Association Foundation for
AIDS (England)
http://www.bmaids.demon.co.uk/
Campaa de lucha contra el SIDA,
Colombia 2001
http://www.sidacolombia2001.es.vg/
Canadian HIV/AIDS Legal Network
http://www.aidslaw.ca/
CHANGE (Coalition of HIV/AIDS NonGovernmental Organizations in Europe)
http://www.aids.org/Europe/change/
chang1.html
Consejo Nacional para la Prevencin y
Control del SIDA (Mxico)
http://www.ssa.gob.mx/conasida/
Crusaid, British AIDS Fund Raising
Charity (England)
http://www.crusaid.org.uk/

Informasi dan Rujukan


Grupo de Trabajo sobre Tratamientos del VIH
http://www.gtt-vih.org/
HIV - Investigacin Bsica y Tratami-ento
(Argentina)
http://hiv-sida.com.ar/
HIV I-Base (United Kingdom)
http://www.i-base.org.uk/
HIV Vereniging Nederland (Netherlands)
http://www.hivnet.org/
HivNet Ch (Switzerland)
http://www.aidsnet.ch/f/index.html
Hong Kong AIDS Foundation
http://www.aids.org.hk
Hong Kong AIDS Information Network
http://www.csu.med.cuhk.edu.hk/
hkaids/
Infecto, enfermedades infecciosas, SIDA
(Uruguay)
http://www.infecto.edu.uy/
Iniciativa Regional sobre SIDA para Amrica
Latina y el Caribe
http://www.sidalac.org.mx/
International Council of AIDS Service
Organizations
http://www.icaso.org/
Jerusalem AIDS Project
http://www.aidsnews.org.il/English.htm
Lega Italiana per la Lotta Contro LAIDS
(Italy)
http://www.lila.it/
Liberty Life+ (Austria)
http://www.libertylife.at/
Liv-n-Letliv (Romania)
http://liv-n-letliv.net

Deutsche AIDS-Hilfe
http://www.aidshilfe.de/

LUSIDA (Argentina)
http://www.lusida.org.ar/

FASE: Fundacin Anti-SIDA Espaola


http://www.fase.es/

Nadir HIV Treatment Group (Italy)


http://web.tiscali.it/nadir_ong/

Finnish AIDS Council (Finland)


http://www.aidscouncil.fi

National AIDS Trust (United Kingdom)


http://www.nat.org.uk/

Fundacin Descida
http://www.descida.org.ar/

Pastoral del SIDA (Argentina)


http://www.pastoralsida.com.ar/

Fundacin Vivir Mejor (Colombia)


http://www.telesat.com.co/f-vivirmejor/

Positive for Life Online Support (South Africa)


http://www.pos4life.freeservers.com

IR-22

Buku Pegangan Konselor


HIV
Recycled HIV and AIDS Medicines for
Guatemala
http://www.macaw.com/hivmeds/
Redribbon.co.za/ (South Africa)
http://www.redribbon.co.za/

Informasi dan Rujukan


VIH & SIDA (France)
http://www.ifrance.com/SebIV/
vihsida en Chile
http://www.vihsida.cl/

Un Rincn de Esperanza (Argentina)


http://www.fundamind.org.ar/sida/

VIH/SIDA, Ministerio de Sanidad y Consumo,


Espaa
http://www.msc.es/sida/home.htm

SENSOA (Belgium)
http://www.sensoa.be/

VIH-Sida.org.ar
http://www.adusalud.org.ar/

Sheffield Center for HIV & Sexual Health


(England)
http://www.sheffhiv.demon.co.uk/
SIDA (Pgina de Gay Mxico)
http://www.geocities.com/West
Hollywood/5144/sida.htm
Sida-Studi (Spain)
http://www.intercom.es/sidastud/
Sitio Argentina de Orientacin y Prevencin del SIDA
http://www.redsida.org.ar/
South Africa Dept of Health HIV/AIDS
Directorate
http://www.health.gov.za/hiv_aids/
index.htm
The Terrence Higgins Trust (England)
http://www.tht.org.uk/index.htm
Toronto Hospital HIV Clinic
http://www.tthhivclinic.com/
Township AIDS Project (South Africa)
http://www.tap.org/za
Treatment Action Campaign (South
Africa)
http://www.tac.org.za/
*United Nations Programme on
HIV-AIDS (Switzerland)
http://www.unaids.org/
Vancouver Native Health Society (Canada)
http://www.vnhs.net/home2.html

XIII. KAITAN DAN PENUNTUN KE SITUS


AIDS YANG LAIN
AIDS and Nutrition Links
http://www.oznet.ksu.edu/ext_f&n/
nutlink/pages/AIDS.HTM
AIDS-HIV Resource Guide
http://www.healingwell.com/AIDS/
*AIDS Info BBS Database-Home Page
http://www.aidsinfobbs.org/
AIDS Library (Project of Philadelphia FIGHT)
http://www.aidslibrary.org
AIDS Resource List
http://www.specialweb.com/aids
AIDS-HIV Book Store
http://www.wellnessbooks.com/AIDS/
aidsinfonyc (New York City AIDS Organizations)
http://www.aidsinfonyc.org/
Ask NOAH About AIDS
http://www.noah-health.org/English/
illness/aids/aids.html
*CDC National Prevention Informa-tion
Network Resources by Topic
http://www.cdcnpin.org/topic/start.htm

Va Alterna (Colombia)
http://www.viaalterna.com.co

Division of HIV-AIDS Prevention (DHAP)


Home Page
http://www.cdc.gov/nchstp/hiv_aids/
dhap.htm

VIH y SIDA (Spain)


http://www.ctv.es/USERS/fpardo/
home.html

E-mail lists from JRI Health HIV InfoWeb


http://www.aegis.org/hivinfoweb/top/
elists/elists.html

IR-23

Buku Pegangan Konselor


HIV

Informasi dan Rujukan

Food & Drug Administration HIV/AIDS


Page
http://www.fda.gov/oashi/aids/hiv.html

Advanced Life Sciences (Calanolide A)


http://www.advancedlifesciences.com/
portfolio/icd.htm

Gangbang's HomePage
http://www.geocities.com/HotSprings/
1290/

Advanced Viral Research Corporation


(immunomodulators)
http://www.adviral.com/

Harvard AIDS Institute


http://www.hsph.harvard.edu/hai/
home.html

Agouron Pharmaceuticals, Inc (nelfinavir,


delavirdine)
http://www.pfizer.com/

Henry J. Kaiser Family Foundation


http://www.kff.org/sections.cgi?
section=hivaids

Amerimmune Pharmaceuticals (cytolin)


http://www.amerimmune.com/

HIV Channel (by Healthcommunities.


com)
http://www.hivchannel.com/
*HIV InSite
http://hivinsite.ucsf.edu/InSite
HIV/AIDS Nutrition Net Links
http://nutrition.about.com/health/
fitness/nutrition/msub34.htm
Index of AIDS Links (Critical Path AIDS
Project)
http://www.critpath.org/aric/pwarg/
links.htm
*Marty Howard's HIV-AIDS HomePage
http://www.smartlink.net/~martinjh/
Other AIDS and HIV Resources
http://www.unaids.org/ click on Links
Planet Q Virtual Library AIDS
http://quniverse.com/aidsvl/
S.HALL's HIV-AIDS Page Links
http://www.compassnet.com/~shall/
mainlinkspage.html
sci.med.aids FAQ (Frequently Asked
Questions)
http://www.aids.wustl.edu/
Seahorse
http://www.seahorse.oxi.net/nu/
XIV. PABRIK FARMASI
Abbott (ritonavir, lopinavir)
http://www.rxabbott.com/hiv/hiv0044.
htm

Amgen (treatment of bone marrow suppression)


http://wwwext.amgen.com/
Aronex Pharmaceuticals, Inc. (zintevir)
http://www.aronex.com
Boehringer Ingelheim (nevirapine)
http://www.boehringer-ingelheim.com/
Bristol-Myers Squibb (ddI, d4T, efavi-renz,
hydroxyurea)
http://www.bms.com,
http://www.sustiva.com
Chiron Corporation (interleukin-2, viral load
testing)
http://www.chiron.com/
Ciba Vision (fomivirsen)
http://www.vitravene.com/
Cipla (Manufacturer of low cost medica-tions)
http://www.cipladoc.com/publications/
aidswatch/aidsupdate.htm
Dimethaid Immunology, Inc. (immuno-modulator WF10)
http://www.dimethaid.com/
Enzo Biochem (HGTV43 antisense drug)
http://www.enzobio.com
Genentech, Inc. (vaccines, nerve growth
factor)
http://www.gene.com/
Gilead Sciences (adefovir dipivoxil, PMPA,
cidofovir, anti-fungal, anti-KS drugs)
http://www.gilead.com/
Glaxo Wellcome (AZT, 3TC, abacavir,
amprenavir)
http://www.gsk.com,
http://www.treathiv.com/,
http://thepositivesource.com

IR-24

Buku Pegangan Konselor


HIV
Hemispherx Biopharma (Ampligen)
http://www.hemispherx.net/
Hollis-Eden Pharmaceuticals (HE2000
immune therapy)
http://www.holliseden.com/
Hybridon , Inc (antisense therapy)
http://www.hybridon.com/

Informasi dan Rujukan


http://travel.state.gov/HIVtestingreqs.
html
International AIDS Candlelight Memorial
http://www.candlelightmemorial.org/
Texas AIDS Health Fraud Information
Network
http://www.tahfin.org/

Specialty Laboratories (viral load &


resistance testing)
http://www.specialtylabs.com

Travel Health Online


http://www.tripprep.com/

Tanox, Inc. (Fusion Inhibitor)


http://www.tanox.com/Tibotec-Virco

XVI. LAYANAN BERITA

(NNRTI and PI drugs TMC114 and


TMC125; resistance tests, Virtual
Phenotype) http://www.tibotec.be;
http://www.ticotec-virco.com;
http://www.vircolab.com/
Triangle Pharmaceuticals (MKC-442,
FTC, DAPD, DMP-450)
http://www.tripharm.com
Trimeris (T-20)
http://www.trimeris.com/
Unimed Pharmaceuticals (Androgel)
http://www.androgel.com
VaxGen, Inc. (vaccine)
http://www.vaxgen.com/
Vertex Pharmaceuticals Inc. (amprena-vir)
http://www.vpharm.com/
Virco Laboratories (See Tibotec-Virco)
Virionyx (Immune therapy HRG214)
http://www.virionyx.com/
ViroLogic (phenotypic resistance test-ing)
http://www.virologic.com,
http://www.phenosense.com
Visible Genetics (genetic analysis)
http://www.visgen.com/

AIDS Drugs, AIDS Epidemiology & Policy


Available at: http://www.newspage.com/
AIDS/HIV Doctors Guide to the Inter-net
http://www.pslgroup.com/AIDS.HTM
The Body: AIDS Basics and Prevention
http://www.thebody.com/basics.html
CDC (Centers for Disease Control) NPIN
Daily Summaries
http://www.cdcnpin.org/news/
prevnews.htm
Journal of the American Medical Association
(JAMA) HIV-AIDS Newsline
http://www.ama-assn.org/special/hiv/
newsline/newsline.htm
Medilinks AIDS news for Africa
http://www.medilinks.org/HealthTopics/
Communicable_Diseases/AIDS/
AIDS_home.htm
Reuters Health Information Services
http://www.reutershealth.com/
WebMetLit/Virology
http://www.webmedlit.com/topics/
virus.html
XVII. NEWSLETTER & MAJALAH

XV. LAIN-LAIN
Boston Buyers Club
http://www.bgladco.com/bbc/
HIV Fitness Guidelines
http://www.crosswinds.net/~hivfitness/
HIV Testing Requirements for Entry into
Foreign Countries

IR-25

A&U Magazine
http://www.aumag.org/
*AEGIS HIV Publications Library
http://www.aegis.org/
AIDS Treatment News Online
http://www.aids.org/immunet/atn.nsf/
homepage

Buku Pegangan Konselor


HIV
Being Alive Newsletter
http://www.beingalivela.org/newsletter.
html
BETA: Bulletin of Experimental Treatments for AIDS
http://www.sfaf.org/beta/
Body Positive
http://www.thebody.com/bp/bpix.html#
magazine
Community Research Initiative on AIDS
(CRIA) Update
http://www.thebody.com/cria/criaix.html
Critical Path AIDS Project Newsletter
http://www.critpath.org/cpnl/
Discovery, Newsletter of the Institute of
Human Virology
http://www.ihv.org/pages/pubs/
discovery.html
Gay Mens Health Crisis Treatment Issues
http://www.thebody.com/gmhc/gmhcix.
html
HIV Forefront
http://www.hivforefront.com/index.html
HIV Treatment Bulletin, Positive
Treatment News
http://www.i-base.org.uk/
HIV+ - a special issue from Out Magazine
http://www.aidsinfonyc.org/hivplus/
The Hopkins HIV Report
http://www.hopkins- aids.edu/
publications/report/report_toc.html
Living + (British Columbia PWA Society)
http://www.bcpwa.org/pubs_living.php
National Pediatric and Family HIV Resource Center Newsletter
http://www.pedhivaids.org/newsletters/
Positive Health News
http://www.execpc.com/~keephope/
phn.html
Positive Living (AIDS Project Los Angeles)
http://www.thebody.com/apla/aplaix.
html
Positive Living (Australian Federation of
AIDS Organisations)

Informasi dan Rujukan


http://www.afao.org.au/index.html
then follow links to Publications and
Positive Living
Positive Nation
http://www.positivenation.co.uk/
Positively Aware (Use link from home page)
http://www.tpan.com/
The PRN (Physicians Research Network)
Notebook
www.prn.org
Project Inform Perspective
http://www.thebody.com/pinf/pinfix.html
RITA! (Research Initiative/Treatment Action!)
Newsletter
http://www.centerforaids.org/rita/index.
STEP (Seattle Treatment Education Project)
publications
http://www.thebody.com/step/#per
Survival News from AIDS Survival Pro-ject,
Atlanta
http://www.mindspring.com/asp/aspix.
html
TAGline from Treatment Action Group
http://www.thebody.com/tag/tagix.
html# tagline
Treatment Review from AIDS Treatment Data
Network
http://www.atdn.org/trs/trs.html
What is The DIRT (on AIDS)
http://www.critpath.org/aric/dirtmain.
htm
Wise Words
http://www.projinf.org/pub/ww_index.
html
Women Alive
http://www.thebody.com/wa/waix.html
XVIII. NUTRISI
AIDS and Nutrition Links
http://www.oznet.ksu.edu/ext_f&n/
nutlink/pages/AIDS.HTM
AIDS Nutrition Services Alliance (ANSA)
http://www.aidsnutrition.org/
American Dietetic Association, HIV/AIDS
Dietetic Practice Group

IR-26

Buku Pegangan Konselor


HIV

Informasi dan Rujukan

http://www.eatright.org/dpg/dpg29.
html
Guidelines for Implementing HIV/AIDS
Medical Nutrition Therapy Protocols from
AIDS Project Los Angeles
http://www.numedx.com/readstory.
phtml?story=v2n3feature
HIV ReSources, Inc Nutrition Resources
http://www.hivresources.com/
HIV/AIDS Nutrition Net Links
http://nutrition.about.com/health/
fitness/nutrition/msub34.htm
Nutrition and HIV Discussion Area
http://pluto.beseen.com/boardroom/i/
50524/Date
Nutrition Power Headquarters
http://www.geocities.com/
~jenniferjensen/nphq.htm
Tufts University Nutrition and HIV Research
http://www.tufts.edu/med/nutrition_HIV
XIX. PEER-REVIEWED JOURNALS
AIDSonline
http://www.aidsonline.com/
Antiviral Agents Bulletin
http://www.bioinfo.com/antiviral.html
American Society for Microbiology Journals
http://www.journals.asm.org/
British Medical Journal
http://www.bmj.com/

Journal of AIDS/HIV
http://www.ccspublishing.com/j_aids.
htm
Journal of Clinical Investigation
http://www.jci.org/current.shtml
Journal of Infectious Diseases
http://www.journals.uchicago.edu/JID/
Lancet
http://www.thelancet.com/
Nature
http://www.nature.com/nature/
Nature Medicine
http://medicine.nature.com/nm/
New England Journal of Medicine On-line
http://www.nejm.org/content/index.asp
Proceedings of the National Academy of
Sciences
http://www.pnas.org/
Science On-Line
http://www.sciencemag.org/
Stanford University HighWire Press
http://highwire.stanford.edu/
Topics in HIV Medicine (Intl AIDS So-ciety
USA)
http://www.iasusa.org/pub/index.html
XX. ORGANISASI PROFESI
American Academy of HIV Medicine
http://www.aahivm.org/

Cell Press Online


http://www.cell.com/

American Psychiatric Association AIDS


Resource Center
http://www.psych.org/aids/

Clinical Infectious Diseases


http://www.journals.uchicago.edu/CID/
journal/

Association of Nurses in AIDS Care (USA)


http://www.anacnet.org/

HIV Clinical Trials


http://www.thomasland.com/
_nonsearch/hctissues.htm
Infectious Disease News Online Articles
http://www.slackinc.com/general/idn/
idncurr.htm

IR-27

Australasian Society for HIV Medicine


http://www.ashm.org.au/
HIV Medicine Association
http://www.hivma.org/HIV/toc.htm
International AIDS Society USA
http://www.iasusa.org/

Buku Pegangan Konselor


HIV

International AIDS Economics Network


http://www.iaen.org/
International AIDS Society
http://www.ias.se
International Association of Physicians in
AIDS Care
http://www.iapac.org
National Alliance of State and Territorial
AIDS Directors
http://nastad.org/
National HIV Nurses Association (Uni-ted
Kingdom)
http://www.fons.org/nhivna/
XXI. ALAT PENCARI
*AEGIS database
http://www.aegis.org/
American Medical Association - Search
Form
http://www.ama-assn.org/special/hiv/
search/search.htm
CDC NPIN Prevention News Update
Database
http://www.cdcnpin.org/db/public/
dnmain.htm
The HIV/AIDS Search Engine
http://www.hivaidssearch.com/
HIV InfoWeb Search
http://www.aegis.org/hivinfoweb/
search/index.html
International Association of Physicians in
AIDS Care
http://iapac.org/search.html
Med Help International
http://www.medhelp.org
Medscape Use the search box at
http://www.medscape.com/hivaidshome
MetaCrawler Search Tool (searches many
web databases)
http://www.go2net.com/cgi-bin/
swizzle?origin=/search.html&
server=www.go2net.com

Informasi dan Rujukan


*National Library of Medicine databases
http://gateway.nlm.nih.gov/gw/Cmd
*PubMed
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
PubMed/
*Steinhauser Verlag HIV.NET
http://www.hiv.net/
Follow link Literatur
Yahoo! - Health-Diseases and Conditions-AIDS-HIV
http://dir.yahoo.com/Health/Diseases_
and_Conditions/Aids_Hiv
XXII. KONTAK SOSIAL
Australian hetro@hetx.org Maillist
http://www.hetx.org/
Being Alive website
http://www.mbay.net/~bngalive/index2.
html
GayPoz Out and Open Gallery
http://www.geocities.com/
gaypozgallery/
Global Network of People Living With AIDS
(GNP+)
http://www.gnp-plus.net
HeteroChat
http://www.geocities.com/SouthBeach/
Cove/1812/
HIV Dates
http://www.hivdate.html
HIV Dating Living Positive
http://www.livingpositive.com/
HIV Friends Website
http://friends4chat.tripod.com/
HIVM4M.ORG
http://www.hivm4m.org/
HIVStraight
http://www.hivstraight.com/
HIV+ Long Term Nonprogressors
http://www.critpath.org/hivltnp/
HIV+ Me (Comic strips)
http://www.hivnme.com/
The Life Boat: HIV/AIDS chat, personals,
dating, forum
http://captainsport.com/thelifeboat/

IR-28

Buku Pegangan Konselor


HIV

Informasi dan Rujukan

Love Is Positive.com An HIV And AIDS


Dating Service
http://www.loveispositive.com/

Pastoral Ecumnica y Solidaria con las


Personas Viviendo con VIH-SIDA
http://www.pastoralsida.com.ar

Lovers and Friends Forever


http://www.laffpersonals.com/

Phoenix Rising HIV/AIDS Re-entry Pro-ject


http://www.phoenixrisingreentry.org/

Positive Personals
http://www.positivepersonals.com/

Positive for Life Online Support (South Africa)


http://www.pos4life.freeservers.com

PozLink
http://www.pozlink.com/

PWA
http://www.pwaonline.co.uk/

Serodiscordant Gay Male Couples


http://clubs.yahoo.com/clubs/
serodiscordantgaymalecouples

Straight Arrows: Support for HIV+ Straight


Men
http://www.users.bigpond.com/
straightarrows/

Serpositivo.com
http://www.serpositivo.com/
XXIII. LAYANAN DUKUNGAN
AIDS Housing of Washington
http://www.aidshousing.org/
AIDS, Medicine & Miracles
http://www.csd.net/~amm/
Angelwish.org
http://www.angelwish.org/
Baptist AIDS Partnership of North Carolina
http://www.bapnc.org/
Buddhist AIDS Project
http://www.buddhistaidsproject.org
Computerized AIDS Ministries
http://gbgm-umc.org/cam/
Global AIDS Interfaith Alliance
http://www.thegaia.com/
HIV/AIDS Ministries Network (Methodist)
http://gbgm-umc.org/health/aids/
HIV-Support: Online Support for the HIV
Community
http://www.hiv-support.org/
NAMES Project
http://www.aidsquilt.org/
National Episcopal AIDS Coalition
http://www.neac.org/
National Catholic AIDS Network
http://www.ncan.org/

XXIV. PENGOBATAN Situs Umum


ACT-UP Golden Gate articles
http://www.actupgg.org/
AID for AIDS
http://www.aidforaids.org/
AIDS Info BBS Database - Home Page
http://www.aidsinfobbs.org/
AIDS Info Source.com
http://www.aidsinfosource.com/index.
html
AIDS Research Information Center (ARIC)
http://www.critpath.org/aric/
*AIDS Treatment Data Network
http://www.atdn.org/index.html
AIDS Treatment Information Service (ATIS)
http://www.hivatis.org/
AIDSmap
http://www.aidsmap.com/home.htm
AIDSmeds.com -- Complete Info on treating
HIV & AIDS
http://www.aidsmeds.com/
AIDS.ORG
http://www.aids.org
AmFAR AIDS/HIV Treatment Directory
http://www.amfar.org/td
Aware Talk Radio
http://www.awaretalkradio.org/home.
htm
*The Body A Multimedia AIDS and HIV
Resource

IR-29

Buku Pegangan Konselor


HIV
http://www.thebody.com/cgi-bin/body.
cgi
Bulletin of Experimental Treatments for
AIDS (BETA) Live
http://www.sfaf.org/betalive.html
Community AIDS Treatment Information
Exchange (CATIE) Fact Sheets
http://www.catie.ca/facts.nsf
CORE Consumer Resources
http://www.lib.rush.edu/core/
Direct AIDS Alternative Information Resources (DAAIR) Treatment Information
Sheets
http://www.aids.org/daair/TIPINFO.
NSF/
29fb3e9f39d028d0852563f80083b471?
OpenView
Doctor Fax of AIDS Treatment Project, UK
http://www.atp.org.uk/dff.html

Informasi dan Rujukan


*Medical Management of HIV Infection (J.
Bartlett, MD, 1998)
http://www.hopkins-aids.edu/
publications/book/book_toc.html
*Medscape HIV/AIDS
http://www.medscape.com/hivaidshome
Misc Health Aids
http://www.mischealthaids.org
National AIDS Treatment Advocacy Pro-ject
http://www.natap.org
*New Mexico AIDS InfoNet
http://www.aidsinfonet.org
Physicians Research Network
http://www.prn.org/
*Project Inform's Home Page
http://www.projinf.org

Doctors Guide to AIDS Information


http://www.pslgroup.com/AIDS.HTM

PWA Health Group fact sheets


http://www.aidsinfonyc.org/pwahg/
index.html

Health Clinic USA (Choose Health Clinic


USA)
http://www.familyinternet.com/frames.
html

SF AIDS Foundation HIV Treatment Strategies


http://www.sfaf.org/treatmnt/factsht.
html

HIV and Hepatitis.com


http://www.hivandhepatitis.com/

TAG Treatment Action Group


http://www.aidsinfonyc.org/tag/index.
html

HIVcme.com
http://www.hivcme.com/
*HIV InSite
http://hivinsite.ucsf.edu/InSite
HIV Management Manual (Univ. of North
Carolina)
http://www.med.unc.edu/wrkunits/
2depts/medicine/hivaidsc/cookbook.
html
HIV i-Base
http://www.i-base.org.uk/
*International Association of Physicians in AIDS Care (IAPAC)
http://iapac.org/
Johns Hopkins AIDS Service
http://www.hopkins-aids.edu
Med Help International
http://www.medhelp.org

Timely Topics in Medicine SIDA (in


Spanish)
http://www.prous.com/ttmsida/
Toronto Hospital HIV Clinic
http://www.tthhivclinic.com/
University of Michigan HIV/AIDS Treat-ment
Program
http://www.med.umich.edu/hivaids
Veterans Administration AIDS Infor-mation
Center
http://vhaaidsinfo.cio.med.va.gov/
aidsctr/
XXV. PENGOBATAN- Situs khusus
European Vaccine Effort Against HIV
EuroVac
http://www.eurovac.net/

IR-30

Buku Pegangan Konselor


HIV

Informasi dan Rujukan

HIV-VAC: A Vaccine for AIDS


http://www.hivvac.com/

HIVWoman.com
http://www.hivwoman.com/

HIV+ Long Term Nonprogressors Links


http://www.critpath.org/hivltnp/ltnplink.
htm

International Community of Women Living


with HIV/AIDS
http://www.icw.org/

HIV & Hepatitis Education Prison Project


http://www.hivcorrections.org/

National Conference on Women and HIV,


May 1997
http://www.ama-assn.org/special/hiv/
newsline/conferen/women/womeet.
htm

HIVdent (Dentistry)
http://www.hivdent.org/
International AIDS Vaccine Initiative
http://www.iavi.org
Dr. Kendall A. Smiths Interleukin Resource Site
http://www.kendallasmith.com/il2/
Medibolics
http://www.medibolics.com/
The Neuropathy Association
http://www.neuropathy.org
Projects in Knowledge Programs (on
Hepatitis C and HIV/Hepatitis C coinfection)
http://www.projectsinknowledge.com/
programs.html
Research Institute for Genetic and Human Therapy
http://www.georgetown.edu/research/
right/
XXVI.WANITA & AIDS
Center for AIDS Services of Montreal
(Women)
http://netrover.com/~casm/
Clinical Management: Womens Health
http://www.iapac.org/womenidx.html
Dawns Video
http://www.nwlink.com/~chads/
dawnsgift/morevid.htm
HIV/AIDS: Womens Health from Intl
Assn of Physicians in AIDS Care (IAPAC)
http://www.iapac.org/womenidx.html

IR-31

Project Inform Women and HIV-AIDS


http://www.projinf.org/pub/ww_index.
html
What are Women Who Have Sex With
Womens HIV Prevention Needs?
http://www.caps.ucsf.edu/wsw.html
What are Womens HIV Prevention Needs?
http://www.caps.ucsf.edu/womenrev.
html
Wise Words
http://www.projinf.org/pub/ww_index.
html
Women & Children with HIV Menu
http://www.hivpositive.com/f-Women/
WoChildMenu.html
Women Alive
http://www.thebody.com/wa/wapage.
html
Women and AIDS from The Body
http://www.thebody.com/whatis/
women.shtml
Women Organized to Respond to Life
Threatening Disease (WORLD)
http://www.womenhiv.org/
Womens Interagency HIV Study
http://www.statepi.jhsph.edu/wihs/
index.html
Womens Place Info. On HIV and AIDS for
Women
http://www.geocities.com/HotSprings/
Villa/2998/

You might also like